BAB
PEMETAAN DATA STATISTIK
V
SECARA KUANTITATIF
Penyajian data statistik kuantitatif, dapat disajikan dalam bentuk peta berdsasarkan 3 (tiga) tipe. Pertama, distribusi kuantitas dan kualitas data dicerminkan dalam bentuk series of points; Kedua, penyajian distribusi kuantitas data berkait erat dengan luasan (area); dan ketiga, kuantitas data statistik pada peta dicerminkan dalam bentuk garis. Berikut ini diuraikan berbagai cara/metode penyajian yang terbagi dalam 3 (tiga) tipe.
5.1. Distribtisi Kuantitas Data Dicerminkan Dalam Bentuk Series of Points Pada prinsipnya, kuantitas data statistik pada tipe ini dicerminkan dengan bentuk simbol garis. Ada 4 (empat) bentuk penyajian pada tipe ini, masingmasing: (a) dicerminkan dengan simbol-simbol yang berulang (repeated symbols); (b) dicerminkan dengan lingkaran-lingkaran pToporsional (proportional circles); (c) dicerminkan dengan bentuk lingkaran yang bertingkat (range of graduated circular symbols); dan (d) dicerminkan dengan bentuk bola-bola dan kubus-kubus yang proporsional (proportional spheres and cubes).
a.
Simbol-simbol berulang (repeated symbols) Gambar berikut menyajikan contoh distribusi data tentang besamya
barang yang dibongkar pada setiap pelabuhan di Perancis, pada tahun 1958. Pada Gambar 2A, kuantitas data dapat diketahui dari banyaknya simbol titik (hasil pengulangan); demikian pula pada Gambar 2B Hanya saja, simbol yang digunakan pada dua contoh tersebut berlainan; dimana pada Gambar 2A menggunakan simbol titik yang berupa bujur sangkar, sedangkan pada Gambar 2B menggunakan simbol titik yang berupa diagram batang yang proporsional (proportional bars).
b.
Simbol Lingkaran-lingkaran yang Proporsional (Proportional Circles) Kuantitas data, dapat secara langsung dibaca berdasarkan jari-jari
lingkaran. Karena jari-jari lingkaran dibuat secara proporsional, maka pembaca peta selalu berusaha untuk mengetahui kuantitas berdasarkan interpolasi terhadap angka-angka kunci yang terdapat pada legenda (Lihat contoh pada Gambar 3A).
c.
Simbol-simbol Lingkaran yang Bertingkat (Eange of Graduated
Circular Symbols) Besarnya lingkaran yang digunakan untuk mewakili kuantitas data ditentukan terlebih dahulu, dan dibuat secara bertingkat. Pada setiap tingkatan, mewakili julat (range) kuantitas data tertentu. Pembaca simbol peta statistik menggunakan simbol tersebut, diharapkan dapat mengelompokkan kuantitas data secara bertingkat (Lihat contoh pada Gambar 3B).
d.
Simbol Bola-bola yang Proporsional (Proportional Spheres) Seperti halnya pada simbol lingkaran yang proporsional, simbol bola yang
proporsional ini juga berusaha menyajikan kuantitas data yang diwakili sebanding, dengan dasarnya jari-jari. Kalau pada lingkaran bentuk penyajiannya adalah merupakan bentuk 2 (dua) dimensi, tetapi pada bentuk bola (sphere)
mempunyai 3 (tiga) dimensi, sehingga cara menghitung jari-jari pada 2 bentuk tersebut juga berlainan. Bentuk tiga dimensi seperti tersebut, juga dapat disajikan dengan kubus, atau bangun-bangun tiga dimensi lairmya. Untuk lebih jelasnya, Gambar 3 berikut menyajikan simbol-simbol lingkaran proporsioenal (Gambar A), simbol lingkaran bertingkat (Gambar B); dan simbol bola-bola yang proporsional (Gambar C). Coba perhatikan perbedaan pokok pada tiga gambar tersebut.
5.2. Kuantitas Data Statistik Pada Peta Dkerminkan Dalam Bentuk Garis Peta-peta Statistik yang menggunakan simbol garis, biasanya digunakan untuk mencerminkan data yang bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Tebal dan tipisnya garis, proporsional / sebanding dengan kuantitas (besar / jumlah / banyak) unsur yang diwakili. Ukuran interval biasanya digunakan untuk menyajikan data, sehingga pada peta tersebut selalu diberi kunci pembacaan. Adakalanya, simbol-simbol garis yang proporsional tersebut diberi panah. Hal ini menandakan bahwa data Statistik (kuantitas) yang dipetakan mempunyai gerakan yang tegas dari satu tempat ke tempat yang lain. Apabila data yang disajikan hanya menekankan pada kuantitas saja, biasanya tidak perlu diberi simbol panah (arrow symbol). Pada simbol garis ini tidak selalu mewakili satu unsur saja, tetapi dapat juga terdiri dari berbagai unsur. Sebagai contoh, untuk menyajikan data jumlah penumpang kereta api yang digambarkan dengan simbol garis dibedakan menjadi 2 (dua) jenis kereta api, masing-masing: kereta api cepat (ekspres) dan kereta api ekonomi. Dalam penyajiannya, tebal garis yang proporsional dengan kuantitas penumpang dibedakan menjadi 2 (dua) macam dan masing-masing garis tersebut tebalnya juga sebanding dengan sub unsur yang diwakili. Untuk membedakan, dapat disajikan dengan warna atau pola yang berlainan. Contoh berikut (Gambar 4.) menyajikan jumlah penumpang kereta api yang disajikan menggunakan simbol garis yang proporsional. Dari contoh tersebut, dapat diketahuai bahwa jumlah penumpang pada setiap penggal statisun
diwakili
mencerminkan
oleh
tebal
kuantitas
garis
data
tertentu.
yang
Tebal-tebal
diwakili,
setelah
garis
tersebut
dikelompokkan
(diklasifikasikan). Untuk mengetahui proporsi tebal garis terhadap kuantitas yang diwakili, dapat dibaca pada kunci. Dengan menggunakan simbol garis tersebut, perbandingan kuantitas unsur pada setiap lokasi dapat dibaca dengan cepat. Salah satu keuntungan inilah yang menjadikan peta dapat dikatakan lebih praktis sebagai alat penyaji dan analisis data staistik daripada menggunakan cara lain.
Gambar 4. Distribusi Jumlah Penumpang Kereta Api di Sebagian Wilayah South Wales, yang Disajikan Menggunakan Simbol Garis Proporsional
5.3. Distribusi Kuantitas Data Berkait Erat dengan Area/Luasan Luas wilayah yang digunakan vtntuk menyajikan simbol (mapping unit), berkaitan erat dengan disain simbol yang digunakan. Contoh peta-peta statistik yang menggunakan tipe tersebut adalah: (a) Peta-peta dengan menggunakan simbol dot (Dot Maps); (b) Peta-peta dengan menggunakan simbol shading
(Choropleth
Maps);
(c)
Peta-peta
yang
menggunakan
simbol
shading
proporsional (Proportional Shading Maps); (d) Peta-peta Isoline (Isoline Maps); (e) Simbol-simbol kuantitatif yang berulang (Repeated Quantitative Symbols); dan (f) Diagram-diagram Statistik yang Berulang (Repeated Statistical Diagrams).
a. Peta-peta dengan Menggunakan Simbol Dot (Dot Maps) Sistem dot merupakan salah satu cara yang baik untuk menyajikan distribusi data. Namun demikian, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan untuk mendisain peta-peta dot ini, antara lain: −
harga satuan dot,
−
ukuran dot,
−
lokasi untuk menempatkan dot
Penentuan ketiga pertimbangan di atas, tidak bisa lepas dari luasan/areal yang dipetakan. Nomograf dari Mackay, adalah salah satu cara untuk menentukan ukuran dan harga satuan dot dalam hubungannya dengan luasan pada unit pemetaan. Pada Gambar 5., dapat diamati sebaran luas lahan pertanian yang digambarkan dengan sistem dot. Pada Gambar 5A dan 5B., luas lahan pertanian pada setiap wilayah dipresentasikan dengan gambar dot/lingkaran kecil (dimana harga 1 dot = 20.000 acre/1 acre = 0,4646 ha). Walaupun harga satuan dot pada kedua peta tersebut dibuat sama, tetapi ukuran dot dibuat berlainan. Sebagai akibat, kesan distribusi dan atau pengelompokkan data tampak berlainan. Oleh sebab itu, uji coba untuk menentukan ukuran dan harga satuan dot perlu diperhitungkan terlebih dahulu. Data yang sama untuk setiap wilayah juga dapat dipresentasikan dengan lingkaran yang proporsional (proportional circle), seperti pada Gambar 5C. Namun demikian, tampaknya kesan pengelompokkan data kurang dapat diperoleh dengan sistem ini. Perhatikan contoh berikut.
b. Peta-peta dengan Menggunakan Simbol Shading (Choropleth Maps) Dalam menyajikan data statistik yang berkait erat dengan wilayah, metode shading ini lebih sederhana (simple) bila dibaadingkan dengan peta-peta dot (dot maps), Ciri utama penyajian cara ini antara lain: (a) distribusi kuantitas data dalam satu wilayah dianggap sama (rata-rata); (b) kuantitas data statistik yang diwakili secara mutlak sulit diketahui. Hal ini disebabkan karena data yang digambarkan dengan metode ini dipresentasikan dalam bentuk rasio/persentasi; dan (c) luas wilayah/unit pemetaan sangat berpengaruh terhadap klasifikasi yang dihasilkan. Gambar berikut menyajikan peta-peta shading, yang menginformasikan tentang persentase lahan pertanian pada berbagai wilayah, dan dibuat dengan berbagai cara. Pada peta A dan B., disebut dengan normal shading. Pada kedua contoh gambar tersebut, persentase lahan pertanian pada setiap luasan (grid) dihitung dan dipresentasikan dalam bentuk simbol area dengan isian pola yang bertingkat. Penulisan keterangan/kunci pada peta dapat disajikan dengan menuliskan angka-angka pada setiap batas kelas (seperti contoh Peta A), atau dituliskan seperti pada Peta B dan C Khusus pada Gambar C, data luas lahan pertanian dibuat berdasarkan batas administratif, sehingga batas-batas arealnya berlainan dengan Gambar A dan B. Gambar D dan E., persentase lahan pertanian disajikan dengan simbol garis isoline. Garis tersebut menghubungkan angka-angka persentase lahan pertanian, yang mempunyai nilai sama. Untuk kepentingan tersebut, interpolasi terhadap angka-angka yang telah ada perlu dilakukan, Pada kedua contoh tersebut klasifikasi persentase lahan pertanian dapat dibuat kelas interval yang berbeda, dengan jumlah kelas sama. Gambar D, kelas interval ditentukan 10; sedangkan pada Gambar E., mempunyai kelas interval sebesar 20, Dengan klasifikasi yang berbeda tersebut, ternyata kesan dan rincian distribusi datanya tampak berbeda. Gambar F, data persentase lahan pertanian disajikan dengan cara shading yang proporsional (proportional shading), Sebenarnya, cara penyajian yang digambarkan pada contoh tersebut sama dengan cara penyajian pada Gambar A dan B. Hanya saja, pola yag digunakan pada A dan B adalah pola yang bertingkat, sedangkan pada Gambar F adalah garis-garis hitam yang besarnya proporsional Untuk lebih, jelasnya, perhatikan gambar berikut.
c. Peta-peta yang menggunakan Simbol Shading Proporsional (Proportional Shading) Seperti pada contoh di atas (Gambar F), proportional shading dapat diuraikan sebagai garis-garis hitam yang ditempatkan pada suatu wilayah (unit pemetaan) yang besarnya sebanding dengan kuantitas data yang diwakili. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa variasi rasio antara hitam-putih (variation of the black-white ratio) pada suatu wilayah, akan mencerminkan proporsi kuantitas data wilayah tersebut dengan wilayah-wilayah lainnya.
d. Peta-peta Isoline (Isoline Maps) Batas yang digunakan untuk membuat pengelompokan data statistik diperoleh dari hasil interpolasi terhadap nilai-nilai yang ada. Oleh sebab itu, maka klasifikasi pada cara ini dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan batas-batas yang nyata (confines exactly). Pembuatan peta ini, diawali dengan pengeplotan nilai/kuantitas yang telah diketahui yang dianggap sebagai spot-height. Selanjutnya, antar spotheight tersebut dilakukan interpolasi, sehingga menghasilkan angka-angka antara. Dengan cara menentukan angka tertentu yang kan dijadikan sebagai batas kelas, selanjutnya dibuat gaiis batas klasifikasi. Ada tiga masalah utarna di dalam penyusunan peta mengunakan cara isoline ini, yaitu: (1) penempatan spot-height, (2) menentukan nilai-nilai/angka yang dipilih sebagai batas pengelompokan, yang selanjutnya dibuat dalam bentuk garis; dan (3) penggambaran/penarikan garis atau isoline. Untuk mengatasi masalah tersebut, biasanya spot-height ditempatkan pada pusat wilayah yang biasanya disebut pusat graviatasi atau centre of gravity. Berdasarkan cara tersebut, maka penarikan garis batas dapat ditentukan, dan selanjutnya pada setiap pengelompokkan (klasifikasi) dapat diisi dengan berbagai macam pola untuk mengetahui perbedaan klasifikasi antar unit.
e. Simbol-simbol Kuantitatif yang Berulang (Repeated Quantitative Symbols) Biasanya cara ini digunakan untuk menyajikan distribusi dari kuantitas data yang berkaitan erat dengan area/wilayah, dan disajikan dalam bentuk series of points. Gambar 5C merupakan contoh penggunaan simbol ini, dimana kuantitas data disajikan dalam bentuk simbol titik; dan besarnya titik tersebut merupakan cerminan dari kuantitas data yang disajikan, serta berkaitan erat dengan luas wilayah.
f. Diagram-diagram
Statistik
yang
Berulang
(Repealed
Statistical
Diagrams) Diagram-diagram statistik yang sering disajikan secara individual, dapat juga dimasukkan pada peta untuk mengetahui distribusi dan perbandingan setiap faktor yang ditampilan. Dalam diagram sttistik yang telah dimasukkan pada peta,
juga dimungkinkan untuk mengetahui keterkaitan antar faktor yang disajikan pada setiap wilayah. Ada berbagai macam diagram staiistik yang dapai dimasukkan pada peta, sehingga menghasilkan peta statistik (statistical map). Gambar B, misalnya menggunakan diagram batang atau bar graph untuk menyajikan distribusi curah hujan di Australia. Pada gambar tersebut, selain dapat diketahui sebaran besamya curah hujan pada setiap wilayah, sekaligus pembaca peta dapat mengetahui kuantitas, dan trend data baik dalam satu wilayah maupun antar wilayah yang dipetakan; serta dapat membandingkannya.
Gambar B. Distribusi Curah Hujan di Australia, Menggunakan Repeated Statistical Diagram (Bar Garph).
Selain bar graphy, diagram-diagram statistik lain juga dapat dimasukkan pada peta untuk menyusun peta statistik. Contoh berikut (Gambar C menyajikan data statistik tentang pemanfataan lahan pada setiap propinsi di Nederland, menggunakan diagram lingkaran (pie graph).
Gambar C. Distribusi Pemanfaatan Lahan pada Setiap Propinsi di Nederland Menggunakan Statistical Diagram (Pie Graph)
Kartogram Secara umum dapat didefinisikan: Peta yang sifat abstraknya sudah jauh, sudah sangat disederhanakan dan tujuan pemetaan itu untuk mencerminkan satu ide/tujuan tunggal dengan cara diagramatis. Berdasarkan hal tersebut di atas kartogram ini dibedakan menjadi 2 (dua): 1. Kartogram yang sederhana 2. Kartogram yang dinamis
1. Kartogram Sederhana Salah satu contoh kartogram dalam peta Kurto T in O map Disini permukaan bumi digambarkan dengan huruf O, benua digambarkan seperti huruf T. Bentuknya seperti huruf T dalam huruf O. Kartogram ini dibuat untuk mengajarkan Geografi atau Sejarah dalam bentuk yang sangat sederhana. Bentuk tiap-tiap negara tidak tetapi seperti bentuk aslinya, lokasinya tidak tepat hanya merupakan lokasi relatif saja dan tidak diukur dengan tepat (disini skala tidak berlaku).
2. Kartogram Dinamis (Dynamic Maps) Berbeda dengan peta-peta yang telah dikemukakan diatas. Peta dinamis menunjukkan
keadaan
perubahan
yang
dinamis
bukan
keadaan
yang
bersifatstatis. Peta dinamis menunjukkan gerakan/movement. Gerakan ini menunjukkan gerakan lalu lintas, migrasi, gerakan militer dan lain-lain. Banyak peta-peta yang bersifat politik yang bersifat dinamis. Oleh karena itu simbolnya pun harus bersifat dinamis. Di dalam peta dinamis ini banyak digunakan simbol-simbol garis dan anak-anak panah yang menunjukkan arah.
Traffic-flow-Maps Di dalam peta ini jaring-jaring lalu lintas digambarkan dengan garis-garis tebal tipis & tebal tipisnya garis tergentung dari kapasitas dari jalan tersebut untuk menampung beratnya kendaraan yang lalu diatasnya.
Sehingga seluruhnya Traffic flow maps ini mencerminkan sistim pembuluh darah di dalam tubuh manusia. Garis-garis jalan yang ada dalam peta itu biasanya agak disederhanakan atau agak lurus tidak membelok-belok seperti sungai. Sering untuk mengukur tebal tipisnya garis sangat sulit. Karena itu garis- garis yang tebal tadi diganti dengan beberapa garis tipis yang dijajarkan. Makin banyak garis yang dijajarkan makin tinggi kapasitas jalan tadi untuk menampung kendaraan yang lalu dijalan tersebut. Kesulitan timbul untuk menggambarkan jaring lalu lintas dalam kota besar yang berskala kecil yang meliputi daerah yang luas. Kota besar mempunyai kapasitas jalan yang tinggi disamping memang jaringjaring yang nampak rapat. Padahal jaring-jaring jalan yang di sekitar jalan itu yang berkapasitas lebih rendah harus tetap digambar. Untuk mengatasi masalah ini diberi satu inset untuk menggambarkan jaring-jaring lalu lintas khusus di kota besar tersebut. Sedang gambaran jaring-jaring jalan pada kota besar tersebut dengan peta yang asli cukup digambarkan dengan garis tipis saja yang menunjukkan pola jaring-jaringnya (Lihat Gambar).
Isochronis Map Peta yang menunjukkan kelajuan pada lalu lintas atau kecepatan pada lalu lintas ke segala arah dari sata tilik tertentu dalam interval waktu tertentu. Titik yang dicapai dalam waktu sama dihubungkan dengan satu garis ini disebut dengan isochrone atau dengan kata lain Isochrone ialah: garis yang menghubungkan titik-titik/tempat-tempat yang dicapai kendaraan tertentu dengan kekuatan tertentu dalam waktu yang sama (Lihat Gambar).
Isephodic Map Adalah garis yang menghubungkan tempat-tempat dengan ongkos yang sama dari satu titik tertentu dengan kendaraan tertentu (disini yang dipentingkan ongkos perjalanan) (Lihat Gambar).
Isotachic Map Peta
yang
menunjukkan
kecepatan
tertinggi
dari
suatu
daerah
yang
berhubungan dengan kecepatan kendaraan. Dengan kata lain kemampuan daerah itu menerima kecepatan tertinggi dari suatu kendaraan tertentu. Pembuatannya
dapat
menggunakan
isopleth
atau
kecepatannya, makin gelap kenampakanya. (lihat Gambar).
arsir.
Makin
tinggi