MEMOTRET DATA KUANTITATIF (Untuk Skripsi, Tesis, Disertasi)
Dr. H. Munawar Noor, MS
Penerbit : CV. DUTA NUSINDO SEMARANG
Judul Buku: MEMOTRET DATA KUANTITATIF (Untuk Skripsi, Tesis, Disertasi)
Pimpinan Umum H. Ali Aksun Widjaya, SH. MKn. Tim Redaksi Muh Saefudin Hambali Penyusun Dr. H. Munawar Noor, MS Setting & Lay Out Sugiarto NO. ISBN 978-602-8006-74-3 Diterbitkan dan dicetak oleh : CV. Duta Nusindo Semarang Jl. Pamularsih IV / 2 Semarang Telp./Fax. (024) 7610270 Email:
[email protected] No. Cetakan DN. 129.01.100.IV.2015 Cetakan Pertama 2015 Hak cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh dari buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit ii
PENGANTAR
Dalam setiap kegiatan penelitian harus diawalai dengan menentukan pendekatan/desain penelitian apa yang akan diterapkan, agar penelitian tersebut benar-benar mempunyai landasan kokoh dilihat dari sudut metodologi penelitian. Disamping itu dalam pemahaman hasil penelitian akan lebih proporsional apabila pembaca mengetahui pendekatan yang diterapkan. Obyek dan masalah penelitian memang mempengaruhi pertimbangan mengenai pendekatan, desain ataupun metode penelitian yang akan diterapkan, karena tidak semua obyek dan masalah penelitian bisa didekati dengan pendekatan tunggal, sehingga diperlukan pemahaman pendekatan yang berbeda agar begitu obyek dan masalah yang akan diteliti tidak sesuai dengan satu pendekatan maka pendekatan lain dapat digunakan, atau bahkan mungkin menggabungkannya. Secara umum pendekatan penelitian atau sering juga disebut paradigma penelitian yang cukup dominan yaitu paradigma penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dalam penelitian sosial, masalah penelitian, tema, topik, dan judul penelitian berbeda secara kualitatif maupun kuantitatif. Baik substansial maupun materil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan metodologis. Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas. Buku ini membahas khusus penelitian kuantitatif yang definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang yang diminta iii
menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka. Sebagai contoh: 240 orang, 79% dari populasi sampel, mengatakan bahwa mereka sangat setuju dengan pendidikan karakter untuk melakukan revolosi mental. Menurut ketentuan ukuran sampel statistik yang berlaku, maka 79% dari penemuan dapat diproyeksikan ke seluruh populasi dari sampel yang telah dipilih. pengambilan data ini adalah disebut sebagai survei kuantitatif atau penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Penelitian kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Istilah penelitian kuantitatif sering dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk membedakannya dengan penelitian kualitatif. Semarang,
iv
2015
Deskripsi Penelitian Kuantitatif : Penelitian
kuantitatif
adalah
pengetahuan yang menggunakan
suatu
proses
menemukan
data berupa angka sebagai
alat menganalisis keterangan mengenai apa yang ingin diketahui. Didasarkan pada asumsi bahwa realitas yang menjadi sasaran penelitian berdimensi tungal, fragmental dan cenderung bersifat tetap dan dapat diprediksi. Variabel penelitian dapat diidentifikasi dan diukur dengan alat-alat yang obyektif dan baku,
Penelitian
kuantitatif
pelaksanaannya
berdasarkan
prosedur yang telah direncanakan sebelumnya. Adapun prosedur penelitian kuantitatif terdiri dari tahapan-tahapan kegiatan meliputi :
Identifikasi permasalahan,
Studi literature,
Pengembangan kerangka konsep, Identifikasi dan definisi variabel, hipotesis, dan pertanyaan penelitian. Pengembangan
disain
penelitian,
Teknik
sampling,
Pengumpulan dan kuantifikasi data, Analisis data, Interpretasi dan komunikasi hasil penelitian.
v
vi
Kompetensi Penelitan Kuantitatif : Setelah
mempelajari
penelitian
kuantitatif,
mahasiswa
diharapkan dapat memhami dan menjelaskan : a. Perumusan masalah, pertanyaan mengenai objek empiris yang jelas batasnya dan dapat diidentifikasikan faktor-faktor yang terkait di dalamnya. b. Penyusunan
kerangka
berpikir
untuk
penyusunan hipotesis yang merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan antara berbagai faktor yang saling mengait dan membentuk konstelasi permasalahan. c. Perumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara atau dugaan terhadap pertanyaan yang diajukan d. Pengujian hipotesis berdasarkan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan e. Penarikan
kesimpulan
yang
merupakan
penilaian
apakah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima.
vii
viii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..........................................................
i
KATA PENGANTAR ........................................................
iii
DESKRIPSI PENELITIAN KUANTITATIF ...................
v
KOMPETENSI PENELITIAN KUANTITATIF ................
vii
DAFTAR ISI .......................................................................
ix
BAB I : KONSEP DASAR PEPELITIAN KUANTITATIF A. Pendahuluan .................................................
1
B. Langkah-langkah Penelitian Kualitatif ........
5
C. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ...........
17
D. Penetapan Metode Penelitian .......................
22
E. Pembuatan Rancangan Penelitian ................
23
F. Pengumpulan Data .......................................
23
G. Pengolahan, Analisis dan Interpretasi Hasil Penelitian......................................................
24
H. Menyusun Laporan Penelitian .....................
24
BAB II : RISALAH PENELITIAN KUANTITATIF A. Ciri-Ciri Penelitian Kuantitatif ....................
25
B. Jenis-Jenis Metode Penelitian Kuantitatif ...
28
C. Proses Penelitian Kuantitatif ........................
32
D. Penggunaan Metode Kuantitatif ..................
35 ix
E. Kompetensi Peneliti Kuantitatif ...................
37
F. Penelitian Kuantitatif dan Statistik ..............
38
BAB III : POPULASI, SAMPEL, TEKNIK SAMPLING A. Konsep Dasar Populasi dan Sampel ............
41
B. Sampel..........................................................
46
C. Teknik Sampling ..........................................
51
D. Beberapa Masalah yang Berkaitan dengan Sampel..........................................................
60
BAB IV : TEKNIK PENGUMPULAN DATA A. Pengertian Pengumpuan data .....................
65
B. Teknik Pengumpulan Data ..........................
67
BAB V : TEKNIK ANALISIS DATA A. Pengertian Analisis Data Kuantitatf.............
75
B. Langkah Analisis Data Kuantitatif...............
78
C. Jenis Data Statistik ......................................
99
D. Pokok-Pokok
Sistematika
Penelitian
Kuantitatif ................................................... 104 DAFTAR PUSTAKA .......................................................... 115 LAMPIRAN ........................................................................ 119 BIODATA PENULIS .......................................................... 127
x
BAB I : KONSEP DASAR PEPELITIAN KUANTITATIF A. Pendahuluan Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Penelitian
kuantitatif
dikembangkan
oleh
penganut
positivisme yang dipelopori oleh Auguste Conte yang berpendapat bahwa untuk memacu perkembangan ilmu-ilmu sosial, maka metode-metode IPA harus diadopsi ke dalam riset-riset ilmu sosial (Harahap, 1992). Oleh karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diamati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan
dengan
menggunakan
daftar
pertanyaan
berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan data kuantitatif. Desainnya bersifat spesifik, jelas, rinci, ditentukan secara mantap sejak awal dan menjadi pegangan langkah demi langkah. Tujuan penelitian kuantitatif adalah menunjukan hubungan antar variable, menguji teori dan melakukan generalisasi yang mempunyai nilai prediktif berdasarkan
data
yang
diperoleh
melalui
kuesioner, 1
observasi dan wawancara terstruktur. Jumlah sampel dalam penelitian kuantitatif besar, representative, sedapat mungkin random dan di tentukan sejak awal. Analisis data penelitian kualitatif dilakukan setelah selesai
pengumpulan
data,
bersifat
deduktif
dengan
menggunakan alat bantu statistik untuk menguji hipotesis. Hubungan dengan responden dibuat berjarak, bahkan sering tanpa kontak supaya obyektif, kedudukan peneliti lebih tinggi dari responden, jangka pendek sampai hipotesis dapat dibuktikan. Usulan desain penelitian kuantitatif bersifat luas dan rinci, menunjukkan literature yang berhubungan dengan masalah dan variable yang diteliti, prosedur yang spesifik dan rinci langkah langkahnya, masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas, hipotesis dirumuskan dengan jelas sebelum terjun ke lapangan. Penelitian ini diawali dengan merumuskan masalah penelitian secara operasional dimana konsep-konsep yang dipilih dapat diukur secara kuantitatif untuk menjawab secara teoritik dengan cara mengacu pada teori-teori yang dijadikan landasaan untuk menyusun hipotesa, kemudian dibuktikan kebenarannya di dalam penelitian. Untuk 2
membuktikan kebenaran hipotesis benar atau tidak, peneliti menyusun rancangan penelitian (research design). Sesuari dengan rancangan penelitian, tahap berikutnya adalah mengumpulkan data. Setelah data dikumpulkan, peneliti menginjak pada tahap mengolah dan menganalisis data. Tahap terakhir dari kegiatan proses penelitian kuantitatif adalah menulis laporan dengan cara menafsirkan hasil dan melaporkan apakah hipotesis terbukti. Kegiatan penelitian kuantitatif
itu
bukan
untuk
membenarkan
hipotesis,
melainkan untuk membuktikan apakah hipotesis yang diketengahkan oleh peneliti itu terbukti atau tidak. Ada kemungkinan hipotesis tidak terbukti, maka peneliti harus melihat kembali setiap proses yang dilalui dan peneliti harus mengkaji ulang apakah laporan yang ditulis dan penarikan kesimpulannya sudah benar. Jika peneliti merasa bahwa laporan tersebut telah benar dan tidak mengandung bias dan obyektif, maka peneliti perlu melihat kembali proses sebelumnya yaitu proses pengolahan data dan analisis data. Jika peneliti tidak melihat suatu kesalahan, maka peneliti dapat mundur lagi dengan melihat proses pengumpulan data.
3
Pada bagian ini merupakan bagian yang sangat rawan, karena banyak sekali data yang dikumpulkan dengan cara yang tidak benar, instrument yang acak-acakan sehingga tidak valid dan tidak reliable, pengumpul datanya yang bekerja asal-asalan, instrumen tidak valid dan reliable, sehingga peneliti yang telah bekerja keras namun data yang diperoleh tidak sesuai dengan kenyataan karena responden menyembunyikan fakta yang sesungguhnya dengan alasan tertentu. Apabila faktor instrument dan peneliti serta responden tidak dianggap sebagai faktor yang membuat hipotesis tidak terbukti, peneliti dapat mundur lagi dengan cara mencari jawaban : apa rancangan penelitian yang dipilih sudah tepat. Artinya apa rancangan tersebut telah dapat mengungkap permasalahan penelitian yang diketengahinya. Hal ini dikarenakan banyak rancangan penelitian yang kelihatan sesuai untuk dipilih tetapi di kenyataannya banyak sekali mengandung kelemahan. Apabila
rancangan penelitian
dianggap sudah tepat, maka peneliti dapat mundur ke perumusan masalah,
karena pada umumnya masalah
penelitian dijawab melalui hipotesis yang dirumuskan 4
berdasarkan pada acuan-acuan teori yang ada. Oleh karena itu dapat mengkaji apakah teori yang dijadikan landasan penyusunan itu sesuai dengan kenyataan di lapangan. Bisa jadi karena teori itu terikat pada tempat dan waktu dimana teori itu dilahirkan, bisa saja tidak sesuai untuk tempat dan waktu yang berbeda. B. Langkah-langkah Penelitian Kualitatif 1. Latar Belakang Masalah, memuat hal-hal yang melatar belakangi
dilakukannya penelitian,
apa hal yang
menarik untuk melakukan penelitian biasanya karena adanya kesenjangan antara kesenjangan antara yang seharusnya dan kenyataan. Dalam bagian ini dimuat deskripsi singkat wilayah penelitian dan juga jika diperlukan hasil penelitian peneliti sebelumnya. Secara rinci latar belakang (Wardi Bachtiar:1997) berisi: a. Argumentasi mengapa masalah tersebut menarik untuk
diteliti
dipandang
dari
bidang
keilmuan/maupun kebutuhan praktis. b. Penjelasan akibat-akibat negatif jika masalah tersebut tidak dipecahkan. 5
c. Penjelasan dampak positif yang timbul dari hasilhasil penelitian d. Penjelasan bahwa masalah tersebut relevan, aktual dan sesuai dengan situasi dan kebutuhan zaman e. Relevansinya
dengna
penelitian-penelitian
sebelumnya f. Gambaran hasil penelitian dan manfaatnya bagi masyarakat atau negara dan bagi perkembangan ilmu 2. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah a. Identifikasi Masalah, masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, adanya kesenjangan informasi atau teori
dan
sebagainya. b. Pemilihan Masalah adalah proses untuk menentukan nilai penelitian (asli penting dan dapat diuji), fisible (biaya, waktu dan kondisi), sesuai dengan kualifikasi peneliti dan menghubungkan dua variabel atau lebih (Nazir: 1988), bersumber dari bacaan, seminar, diskusi, pengamatan, pengalaman, hasil penelitian terdahulu, dan lain-lain. 6
c. Perumusan Masalah, masalah dalam penelitian kuantitatif dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya, jelas dan padat dan menjadi dasar dalam merumusan hipotesa dan judul penelitian
Selain dirumuskan
dalam bentuk kalimat tanya, suatu masalah dapat dirumuskan dengan menggunakan kalimat berita. Keduanya sama baiknya akan tetapi ada perbedaan dalam kemampuannya mengkomunikasikan pesan yang ada di dalamnya. Kalimat berita lebih bersifat memberikan gambaran tentang karakteristik masalah yang bersangkutan. Sedangkan kalimat tanya dapat lebih
mengakibatkan
adanya
tantangan
untuk
mengumpulkan informasi lebih lanjut. Terlepas
dari
bentuk
perumusan
masalah
yang
digunakan, terdapat beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk merumuskan masalah, yaitu : a. Masalah
yang
dirumuskan
harus
mampu
menggambarkan penguraian tentang gejala-gejala yang dimilikinya dan bagaimana kaitan antara gejala satu dengan gejala lainnya.
7
b. Masalah harus dirumuskan secara jelas dan tidak berarti mendua, artinya tidak ada maksud lain yang terkandung selain bunyi masalahnya. Rumusan masalah tersebut juga harus dapat menerangkan dirinya sendiri sehingga tidak diperlukan keterangan lain untuk menjelaskannya. Masalah yang baik selalu dilengkapi dengan rumusan yang utuh antara unsur sebab dan unsur akibat sehingga dapat menantang pemikiran lebih jauh. c. Masalah yang baik hendaknya dapat memancing pembuktian lebih lanjut secara empiris. Suatu masalah tidak hanya menggambarkan hubungan antargejala tetapi juga bagaimana gejala-gejala tersebut dapat diukur (Ace Suryadi: 2000). 3. Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian, tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan kita
cari/
merumuskan
capai yang
dari
masalah
paling
mudah
penelitian. adalah
Cara dengan
mengubah kalimat pertanyaan dalam rumusan masalah menjadi kalimat pernyataan. Sedang manfaat penelitian
8
mencakup manfaat teoritis maupun manfaat praktis (Arikunto:1992). 4. Telaah Pustaka, manfaat telaah pustaka adalah untuk memperdalam
pengetahuan tentang masalah yang
diteliti, menyusun kerangka teoritis yang menjadi landasan pemikiran dan mempertajam konsep yang digunakan, sehingga memudahkan perumusan hipotesa dan menghindari terjadinya pengulangan penelitian. Telaah pustaka memuat dan merangkum telaah pustaka yang berkaitan dengan topik penelitian. Artinya, peneliti mempelajari hasil-hasil penelitian terdahulu ( yang tema atau kajiannya hampir sama ), menelaah literatur yang relevan,
mengkaji
jurnal-jurnal
penelitian
dan
sebagainya. Langkah selanjutnya adalah membuat catatan seperlunya mengenai penelitian yang pernah dilakukan atau perkembangan teori yang ada. Dengan tinjauan pustaka ini peneliti bisa mengetahui posisi penelitian yang di lakukan. Apakah bersifat pengulangan dengan penekanan pada aspek yang lain, apakah melanjutkan masalah
penelitian
yang belum
terdahulu terpecahkan
guna atau
menjawab membuat 9
penelitian yang benar-benar baru
dalam arti belum
pernah dilakukan sebelumnya. 5. Pembentukan Kerangka Teori, kerangka teori merupakan landasan pemikiran yang membantu arah penelitian, pemilihan konsep, perumusan hipotesa dan memberi kerangka orientasi untuk klasifikasi dan analisis data (Koentjaraningrat:1973).
Kerangka
teori
dibuat
berdasarkan teori-teori yang sudah ada atau berdasarkan pemikiran logis yang dibangun oleh peneliti sendiri. Teori yang dibahas harus mempunyai relevansi yang kuat
dengan
permasalahan
penelitian.
Sifatnya
mengemukakan bagaimana seharusnya tentang masalah yang diteliti tersebut berdasar konsep atau teori-teori tertentu. Khusus untuk penelitian hubungan dua variabel atau lebih maka dalam landasan teori harus dapat digambarkan secara jelas bagaimana hubungan dua variabel tersebut. Pada bagian ini peneliti mengemukakan teori-teori, pendapat atau pandangan mengenai persoalan atau gejala-gejala yang hendak diteliti. Proposisi-proposisi asumtif serta keterangan-keterangan atau pemikiran10
pemikiran lain, termasuk yang berasal dari peneliti sendiri sangat berguna, dalam hal ini tidak perduli apakah penelitian ini bersifat kuantitatif dengan maksud penggalian, penggambaran ataukah penjelasan hubungan antar gejal (pengujian hipotesa). Sesuatu yang tidak boleh dilupakan dalam penyusunan kerangka teori adalah berusaha semaksimal mungkin memberikan kerangka yang nantinya berguna untuk memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian dan mencapai tujuan seperti yang dikemukakan sebelumnya. Bagi penelitian yang bertujuan untuk menguji hipotesa maka akhir atau kesimpulan uraian tentang kerangka teori ini adalah hipotesa itu sendiri. 6. Perumusan Hipotesis, hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara
teoritis
dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesa merupakan kristalisasi dari kesimpulan teoritik yang diperoleh dari telaah pustaka. Secara
statistik
mengenai
hipotesis
keadaan
merupakan
populasi
yang
pernyataan akan
diuji
11
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. Dalam suatu penelitian, hipotesa tidak harus selalu ada, tetapi apabila oleh peneliti dirasakan perlu ada (jenis eksplanatif), maka hipotesis ini tidak lain adalah jawaban teoritis (dugaan) berdasar teori dan pemikiran tertentu sehubungan dengan pertanyaan penelitian terutama masalah yang telah dirumuskan. Sudah pasti hipotesa ini nantinya akan diuji dengan data empirik yang merupakan bukti temuan lapangan. Tidak menjadi persoalan apakah hipotesa ini diterima (diperkuat dengan data lapangan) ataukah ditolak (tidak memperoleh penguatan data lapangan) yang lebih dipentingkan dalam hubungan ini adalah
kejelasan
tentang
tingkat
signifikasi
dari
penerimaan/penolakan tersebut serta keterangan atau catatan peneliti walau agak bersifat spekulatif tentang alasan kenapa hipotesa tersebut diterima atau ditolak. 7. Definisi Konsep/Operasional Variabel Penelitian, konsep merupakan definisi dari sekelompok fakta atau gejala (yang akan diteliti). Konsep ada yang sederhana dan dapat dilihat seperti konsep meja, kursi dan sebagainya 12
dan ada konsep yang abstrak dan tak dapat dilihat seeprti konsep partisipasi, peranan dan sebagainya. Konsep yang tak dapat dilihat disebut construct, karena construct bergerak di alam abstrak maka perlu diubah dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris atau dalam kata lain perlu ada definisi operasional. Definisi operasional adalah mengubah konsep dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji kebenarannya oleh orang lain. Definisi konsepsional adalah pernyataan yang dapat mengartikan atau memberikan makna suatu variabel yang hendak diteliti. Tujuan dari perumusan definisi konsepsional adalah agar terdapat kesamaan persepsi tentang suatu variabel antara peneliti dan pembaca proposal penelitian. Rumusan variabel ini hendaknya yang telah umum di pakai dengan menunjuk pada kamus, ensikopedi,
atau
penelitian-penelitian
yang
telah
terdahulu. Contoh, definisi konsepsional untuk variabel status sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial menempatkan seseorang pada posisi tertentu di 13
dalam struktur sosial masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh pembawa status. Definisi operasional merupakan cara penulisan taktis agar konsep bisa berhubungan dengan praktek , kenyataan, atau dengan fakta sesuai dengan namanya tulisan
definisi
ini
menyatakan
kesiapan
untuk
dioperasikan (operasionalisasi). Konsep yang mempunyai variasi nilai disebut variabel dibagi menjadi dua yaitu variabel deskrit/katagorikal misalnya : variabel jenis kelamin dan variabel continues misal : variabel umur Proses pengukuran variabel merupakan rangkaian dari empat aktivitas pokok yaitu: a. Menentukan dimensi variabel penelitian, variabelvariabel penelitian sosial sering kali memiliki lebih dari satu dimensi. Semakin lengkap dimensi suatu variabel yang dapat diukur semakin baik ukuran yang dihasilkan. b. Merumuskan dimensi variabel,
setelah dimensi-
dimensi suatu variabel dapat ditentukan barulah 14
dirumuskan ukuran untuk masing-masing dimensi. Ukuran
ini
biasanya
berbentuk
pertanyaan-
pertanyaan yang relevan dengan dimensi tadi. c. Menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran, apakah menggunakan skala: nominal, ordinal, interval, atau ratio. d. Menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari alat pengukur apabila yang dipakai adalah alat ukur yang baru. Contoh proses pengukuran suatu variabel dikemukakan oleh Glock dan Stark (dalam Ancok,1989) yang mengembangkan suatu konsep untuk mengukur tingkat religiusitas.
Menurut
pendapat
mereka
konsep
religiusitas mempunyai lima dimensi sebagai berikut : a. Ritual Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang mengerjakan kewajiban ritual di dalam agama mereka, seperti sholat, puasa, membayar zakat, dan lain-lain bagi yang beragama Islam. atau pergi ke gereja dan kegiatan ritual lainnya bagi yang beragama Kristen.
15
b. Ideologi Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatik di dalam agama mereka masing-masing. Misalkan apakah seseorang yang beragama percaya tentang adanya malaikat, hari kiamat, surga, neraka, dan lain-lain hal yang sifatnya dogmatik. c. Intellectual Involvement, sebenarnya jauh seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya. Seberapa jauh aktivitasnya di agamanya,
dalam
apakah
menambah pengetahuan
dia
mengikuti
pengajian,
membaca buku-buku agama bagi yang beragama Islam. bagi yang beragama Kristen apakah dia menghadiri Sekolah Minggu, membaca buku-buku agama, dan lain-lain. Demikian pula dengan orang pemeluk agama lainnya, apakah dia mengerjakan hal-hal yang serupa. d. Experiential berisikan
Involvement,
yaitu
pengalaman-pengalaman
dimensi
yang
unik
dan
spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan. Misalnya, apakah seseorang pernah merasakan bahwa doanya dikabulkan Tuhan; apakah 16
pernah merasakan bahwa jiwanya selamat dari bahaya karena pertolongan Tuhan, dan lain-lain. e. Consequential Involvement, yaitu dimensi yang mengukur
sejauh
mana
perilaku
seseorang
dimotifikasikan oleh ajaran agamanya. Misalkan apakah dia menerapkan ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial. misalnya, apakah dia pergi mengunjungi tetangganya yang sakit, mendermakan sebagian kekayaannya untuk kepentingan fakir miskin, menyumbangkan uangnya untuk pendirian rumah yatim piatu, dan lain-lain. Dimensi-dimensi yang disebut
di atas kemudian
diperinci dalam aspek yang lebih kecil dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dijadikan komponen alat pengukur yang terhadap dimensi tingkat religiusitas. C. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur variabel yang kita teliti sebelumnya harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Apabila instrumen/alat ukur tersebut tidak valid 17
maupun reliabel, maka tidak akan diperoleh hasil penelitian yang baik. Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur.
Ada beberapa jenis validitas, namun yang
paling banyak dibahas adalah validitas konstruk. Konstruk atau kerangka konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggabarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep itu kemudian seringkali masih harus diubah menjadi definisi yang operasional, yang menggambarkan Langkah
bagaimana
selanjutnya
adalah
mengukur
suatu
menyusun
gejala.
pertanyaan-
pertanyaan/ pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan definisi itu. Untuk mencari definisi konsep tersebut dapat ditempuh dengan berbagai cara sebagai berikut : 1. Mencari definisi konsep yang dikemukakan para ahli dengan mempelajari buku-buku referensi yang relevan. 2. Kalau dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep-konsep
penelitian,
maka
peneliti
harus
mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Untuk tujuan ini
18
peneliti dapat mendiskusikan dengan ahli-ahli yang kompeten dibidang konsep yang akan diukur. 3. Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden (Ancok: 1989). Misalnya peneliti ingin mengukur konsep religiusitas. Dalam mendefinisikan konsep ini peneliti dapat langsung menanyakan kepada beberapa calon responden tetnang ciri-ciri orang yang religius. Berdasar jawaban calon responden, kemudian disusun kerangka suatu konsep. Apabila terdapat konsistensi komponen-komponen
konstruk
yang
satu
antra dengna
lainnya, maka konstruk itu memiliki validitas. Cara yang paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas konstruk suatu instrumen/alat pengukur ialah dengan mengkorelasikan skor/nilai yang diperoleh pada masing-masing pertanyaan/pernyataan dari semua responden dengan skor/nilai total semua pertanyaan/pernyataan dari semua
responden.
pertanyaan/pernyataan
Korelasi
antara
skor/nilai
dan
skor/nilai
total
setiap haruslah
19
signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu misalnya dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
suatu
alat
pengukur
menunjukkankonsistensi
dapat
dipercaya
dan
hasil pengukuran. Suatu alat
pengukur dikatakan konsisten, apabila untuk mengukur sesuatu berulang kali alat pengukur itu menunjukkan hasil yang sama dalam kondisi yang sama. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang konsisten. Pada alat pengukur fenomena fisik seperti berat dan panjang suatu benda, konsistensi hasil pengukuran bukanlah sesuatu yang sulit diperoleh. Tetapi untuk pengukuran fenomena sosial, seperti sikap, pendapat, persepsi, kesadaran beragama, pengukuran yang konsisten, agak sulit dicapai. Berhubung gejala sosial tidak semantap fenomena fisik, maka
dalam
diperhitungkan
pengukuran unsur
fenomena
kesalahan
sosial
selalu
pengukuran.
Dalam
penelitian sosial kesalahan pengukuran ini cukup besar, karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran yang sebenarnya, kesalahan pengukuran ini perlu diperhitungkan. 20
Makin kecil kesalahan pengukuran semakin reliabel alat pengukurnya dan semakin besar kesalahan pengukuran semakin tidak reliabel alat pengukur tersebut.Teknik untuk menentukan reliabilitas ada tiga yaitu: a. teknik ulangan, b. teknik bentuk pararel dan c. teknik belah dua. Dalam tulisan ini akan dijelaskan satu teknik saja yaitu teknik belah dua. Teknik belah dua merupakan cara mengukur reliabilitas suatu alat ukur dengan membagi alat ukur menjadi dua kelompok. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Mengajukan instrumen kepada sejumlah responden kemudian dihitung validitas itemnya. Item yang valid dikumpulkan menjadi satu, item yang tidak valid dibuang. b. Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Untuk mebelah instrumen menjadi dua, dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut: 1. Membagi item dengan cara acak (random). Separo masuk belahan pertama, yang separo lagi masuk belahan kedua; atau
21
2. Membagi item berdasarkan nomor genap-ganjil. Item yang bernomor ganjil dikumpulkan menjadi satu dan yang bernomor genap juga dijadikan satu. Untuk menghitung reliabilitasnya skor total dari kedua belahan itu dikorelasikan. D. Penetapan Metode Penelitian Pada bagian ini harus dipastikan tentang : 1. Sasaran penelitian, menunjukan unit analisis atau responden yang dipakai dalam pelaksanaan penelitian. 2. Lokasi penelitian, menunjukan tempat penelitian itu dilaksanakan. 3. Metode penelitian, menjelaskan metode yang akan digunakan dalam penelitian bersangkutan. 4. Variabel yang akan diteliti, memuat uraian mengenai macam dan jumlah variabel yang akan digunakan dalam penelitian tersebut. 5. Teknik pengambilan sampel, memuat cara atau metode pengambilan sampel. 6. Metode pengumpulan data, menjelaskan bagaimana cara/metode data dalam penelitian tersebut dikumpulkan. 22
7. Sumber data, menjelaskan dari mana data penelitian tersebut diperoleh dan jenis data apa yang digunakan. Penetapan metode penelitian mencakup : a. penentuan subyek penelitian (populasi dan sampel), b. metode pengumpulan data(penyusunan angket) dan c. metode analisis data (pemilihan analisis statistik yang sesuai dengan jenis data) E. Pembuatan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah pedoman yang disusun secara sistematis dan logis tentang apa yang akan dilakukan dalam penelitian. Rancangan penelitian memuat: judul, latar belakang masalah, masalah, tujuan, kajian pustaka, hipotesis, definisi operasional, metode penelitian, jadwal pelaksanaan, organisasi/tenaga pelaksana dan rencana anggaran. F. Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data
diperlukan kemampuan
melacak peta wilayah, sumber informasi dan keterampilan menggali data, sehingga diperlukan pelatihan bagi para tenaga pengumpul data. 23
G. Pengolahan, Analisis dan Interpretasi Hasil Penelitian Pengolahan data meliputi editing, coding, katagorisasi dan tabulasi data. Analisis data bertujuan menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan ditafsirkan. Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Interpretasi bertujuan menafsirkan hasil analisis secara lebih luas untuk menarik kesimpulan. H. Menyusun Laporan Penelitian Untuk memudahkan menyusun laporan diperlukan kerangka laporan (out line) sebagai pedoman.
24
BAB II : RISALAH PENELITIAN KUANTITATIF A. Ciri-Ciri Penelitian Kuantitatif Metode kuantitatif
dinamakan metode tradisional,
karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah cukup mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Disebut
juga
sebagai
metode
positivistic,
karena
berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivism digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan
data
menggunakan
instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Pada umumnya penelitian dilakukan pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi dimana sampel tersebut diambil. Oleh karenanya penelitian kuantitatif memiliki beberapa ciri diantaranya sebagai berikut:
25
1. Tujuan penelitian, penelitian kuantitatif memiliki tujuan mengeneralisasi temuan penelitian sehingga dapat digunakan untuk memprediksi situasi yang sama pada populasi lain, disamping untuk menjelaskan hubungan sebab-akibat antar variabel yang diteliti. 2. Pendekatan, penelitian kuantitatif dimulai dengan teori dan hipotesis. Peneliti menggunakan teknik manipulasi dan mengkontrol variabel melalui instrumen formal untuk melihat interaksi kausalitas. Peneliti mencoba mereduksi data menjadi susunan numerik selanjutnya melakukan analisis
terhadap komponen penelitian
(variabel). Penarikan kesimpulan secara deduksi dan menetapkan norma secara konsensus. 3. Peran peneliti, dalam penelitian kuantitatif peneliti secara ideal berlaku sebagai observer subyek penelitian yang tidak terpengaruh dan memihak (obyektif). 4. Pendekatan kuantitatif lebih menitikberatkan pada frekuensi tinggi 5. Kebenaran dari hasil analisis penelitian kuantitatif bersifat nomothetik dan dapat di generealisasi.
26
6. Penelitian
kuantitatif
menggunakan
paradigma
positivistik-ilmiah, segala sesuatu dikatakan ilmiah apabila dapat diukur dan diamati secara obyektif yang mengarah kepada kepastian dan kecermatan (Sunarto, 1993).
karenanya
paradigma
ilmiah-positivisme
melahirkan berbagai bentuk percobaan, perlakuan, pengukuran dan uji-uji statistik. 7. Penelitian kuantitatif sering bertolak dari teori, sehingga bersifat
reduksionis
dan
verifikatif,
yaitu
hanya
membuktikan teori (menerima atau menolak teori). 8. Penelitian kuantitatif
khususnya eksperimen dapat
menggambarkan sebab-akibat. Peneliti seringkali tertarik untuk mengetahui: apakah X mengakibatkan
Y?
atau,
sejauh
mana
X
mengakibatkanY? Jika peneliti hanya tertarik untuk mengetahui
pengaruh
eksperimen
akan
X
terhadap
mengendalikan
Y,
atau
penelitian mengontrol
berbagai variabel (X1, X2, X3 dan seterusnya) yang diduga akan berpengaruh terhadap Y. Kontrol dilakukan sedemikian rupa bukan hanya melalui teknik-teknik penelitian melainkan juga melalui analisis statistik. 27
9. Waktu pengumpulan dan analisis data sudah dapat dipastikan, peneliti dapat menentukan berbagai aturan yang terkait dengan pengumpulan data, jumlah tenaga yang diperlukan, berapa lama pengumpulan data akan dilakukan, dan jenis data yang akan dikumpulkan sesuai hipotesis yang dirumuskan. Hal ini sejalan dengan instrumen yang sudah baku dan sudah dipersiapkan. Demikian halnya model analisis data, uji-uji statistik, dan penyajian data, termasuk tabel-tabel yang akan dipergunakan sudah dapat ditentukan. B. Jenis-Jenis Metode Penelitian Kuantitatif diantaranya adalah: 1. Metode Deskriptif, menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalahmasalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku salam masyarakat pada situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Penelitian deskriptif adalah metode 28
penelitian yang berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya (Best, 1982). 2. Metode Komparatif, adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang diarahkan untuk mengetahui apakah antara dua variable ada perbedaan dalam suatu aspek yang diteliti. Dalam penelitian ini tidak ada manipulasi dari peneliti. Penelitian dilakukan secara alami
dengan mengumpulkan data dengan
suatu
instrument. Hasilnya dianalisis secara statistik untuk mencari perbedaan variable yang diteliti. 3. Metode Korelasi, adalah suatu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti. Penelitian dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta tersebut berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. 4. Metode Survei, menurut Zikmund (1997) metode penelitian survei adalah satu bentuk teknik penelitian di mana informasi dikumpulkan dari sejumlah sampel berupa
orang,
melalui
pertanyaan-pertanyaan, 29
merupakan metode yang digunakan sebagai kategori umum penelitian yang menggunakan kuesioner dan wawancara, sedangkan menurut Bailey (1982) metode penelitian survei merupakan satu metode penelitian yang teknik
pengambilan
datanya
dilakukan
melalui
pertanyaan tertulis atau lisan. 5. Metode Ex Post Facto, adalah metode yang digunakan dalam penelitian yang bertujuan meneliti hubungan sebab akibat yang tidak dimanipulasi oleh peneliti. Adanya hubungan sebab akibat didasarkan atas kajian teoritis, bahwa suatu variable tertentu mengakibatkan variable tertentu. 6. Metode True Experiment, dikatakan true experiment (eksperimen yang sebenarnya/betul-betul) karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Dengan demikian
validitas
internal
(kualitas
pelaksanaan
rancangan penelitian) dapat menjadi tinggi. Ciri utama dari true experimental adalah bahwa, sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil secara random (acak) dari populasi 30
tertentu. Jadi cirinya adalah adanya kelompok kontrol dan sampel yang dipilih secara random. 7. Metode Quasi Experiment, bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari true experimental design yang
sulit
kelompok
dilaksanakan. kontrol,
tetapi
Desain tidak
ini
mempunyai
dapat
berfungsi
sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. 8. Metode subjek Tunggal, eksperimen subjek tunggal (single subject experimental), merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal. 9. Studi Perkembangan, dalam bahasa Inggris disebut sebagai developmental study merupakan sebuah metode penelitian kuantitatif yang tujuannya adalah untuk menemukan perkembangan yang terjadi pada suatu subjek
penelitian
berdasarkan
fungsi
waktu.Studi
perkembangan biasanya dibedakan lagi menjadi dua golongan yaitu studi perkembangan longitudinal dan studi perkembangan cross sectional.
31
C. Proses Penelitian Kuantitatif Proses penelitian kuantitatif pada prinsipnya adalah untuk
menjawab
masalah.
Masalah
merupakan
penyimpangan dari apa yang seharusnya (dasollen) dengan apa yang terjadi sesungguhnya (dassain). Penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, teori dengan praktek, perencanaan dengan pelaksanaan dan sebagainya. Penelitian kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan dari obyek yang diteliti (preliminary study) untuk mendapatkan yang betulbetul masalah, karena masalah tidak dapat diperoleh dari belakang meja, harus digali melalui studi pendahuluan melalui fakta-fakta empiris. Agar peneliti dapat menggali masalah dengan baik, maka peneliti harus menguasai teori melalui
membaca
berbagai
referensi
selanjutnya
merumuskan secara spesifik dan dibuat dalam bentuk kalimat tanya. Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (hipostesis), peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian 32
(hipotesis). Jadi kalau jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (factual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode/strtegi/pendekatan/desain penelitian yang sesuai. Pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsisten yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis, adalah tersedianya dana, waktu, dan kemudahan yang lain. Dalam penelitian
kuantitatif
metode
penelitian
yang
dapat
digunakan adalah metode survey, ex post facto, eksperimen, evaluasi, action research, policy research (selain metode naturalistic dan sejarah). Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrument penelitian yang akan digunakan sebagai alat pengumpul data yang dapat berbentuk test, angket atau kuosioner untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrument digunakan untuk pengumpulan data, maka instrumen penelitian
harus
terlebih
dulu
diuji
validitas
dan
rehabilitasnya.Pengumpulan data dilakukan pada obyek 33
tertentu baik yang berbentuk populasi maupun sampel yang apa bila peneliti ingin membuat generalisasi terhadap temuannya, maka sampel yang diambil harus representative (mewakili) terhadap populasinya. Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistic tertentu. Berdasarkan analisis ini apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima atau apakah penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang diajukan atau tidak. Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Berdasarkan proses penelitian kuantitatif diatas maka nampak bahwa proses penelitian kuantitatif bersifat linier, dimana langkah-langkahnya jelas, mulai
dari
rumusan
masalah,
berteori,
berhipotesis,
mengumpulkan data, analisis data dan kesimpulan dan saran. Penggunaan konsep dan teori yang relevan serta pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian yang mendahului guna menyusun hipotesis merupakan aspek logika (logicohypothetico), sedangkan pemilihan metode penelitian, menyusun instrument, mengumpulkan data dan analisisnya 34
adalah
merupakan
aspek
metodologi
untuk
memverifikasikan hipotesis yang diajukan. Hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian kuantitatif: 1. Langkah penelitian : Segala sesuatu direncanakan sampai matang ketika persiapan disusun. Dapat menggunakan sampel dan hasil penelitiannya diberlakukan untuk populasi. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti, sedangkan populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian. 2. Hipotesis : Mengajukan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian hipotesis menentukan hasil yang diramalkan. 3. Desain : Dalam desain jelas langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan. 4. Pengumpulan Data : Kegiatan dalam pengumpulan data memungkinkan untuk diwakilkan. 5. Analisis
Data :
Dilakukan sesudah semua
data
terkumpul. D. Penggunaan Metode Kuantitatif 1. Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas. Masalah adalah merupakan penyimpangan antara 35
yang seharusnya dengan yang terjadi. Misalnya akan meneliti
untuk
menemukan
pola
pemberantasan
kemiskinan, maka data orang miskin sebagai masalah harus ditunjukkan. 2. Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. Metode penelitian kuantitatif cocok digunakan untuk mendapatkan informasi yang luas tetapi tidak mendalam. Bila populasi terlalu luas, maka penelitian dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut 3. Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatment tertentu terhadap yang lain. Untuk kepentingan ini metode eksperimen paling cocok digunakan. Misalnya pengeruh jamu tertentu terhadap derajad kesehatan. 4. Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian. Hipotesis penelitian dapat berbentuk hipotesis deskriptif, komparatif dan assosiatif 5. Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat, berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat diukur. Misalnya
36
ingin
mengetahui
IQ
anak-anak
dari
masyarakat tertentu, maka dilakukan pengukuran dengan test IQ 6. Bila ingin menguji terhadap adanya keragu-raguan tentang validitas pengetahuan, teori dan produk tertentu E. Kompetensi Peneliti Kuantitatif 1. Memiliki wawasan yang luas dan mendalam tentang bidang yang akan diteliti 2. Mempu melakukan analisis masalah secara akurat, sehingga dapat ditemukan masalah penelitian yang betulbetul masalah 3. Mampu menggunakan teori tepat sehingga dapat digunakan untuk memperjelas masalah yang diteliti, dan merumuskan hipotesis penelitian 4. Memahami berbagai jenis metode penelitian kuantitatif, seperti metode survey, eksperimen, expost facto, evaluasi dan sejenisnya 5. Memahami teknik-teknik sampling. Seperti probability sampling dan nonprobability sampling, dan mampu menghitung
dan
memilih
jumlah
sampel
yang
representative dengan sampel error tertentu 37
6. Mampu menyusun instrument untuk mengukur berbagai variable yang diteliti, mampu menguji validitas dan reliabilitas instrument 7. Mampu mengumpulkan data dengan kuosioner, maupun dengan wawancara atau observasi 8. Bila pengumpulan data dilakukan oleh tim, maka harus mampu mengorganisasikan tim peneliti dengan baik 9. Mampu menyajikan data, menganalisis data secara kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis penelitian yang telah dirumuskan 10. Mampu memberikan interpretasi terhadap data hasil penelitian maupun hasil pengujian hipotesis 11. Mampu
membuat
laporan
secara
sistematis,
dan
menyampaikan hasil penelitian ke pihak-pihak yang terkait 12. Mampu
membuat
abstraksi
hasil
penelitian,
dan
membuat artikel untuk dimuat kedalam jurnal ilmiah F. Penelitian Kuantitatif dan Statistik Pada penelitian kuantitatif, diuji hipotesis-hipotesis untuk menjelaskan keterkaitan antara satu fenomena dengan 38
fenomena lainnya. Pada penelitian kuantitatif, ciri khasnya adalah digunakannya statistik dan teknik sampling. Untuk dapat menguji hipotesis-hipotesis dengan statistik, maka data harus dapat dikuantitatifkan, hal ini berkaitan dengan penentuan tingkat objektivitas data yang dikumpulkan itu sendiri
nantinya.
Pada
penelitian
kuantitatif
akan
dirumuskan variabel-variabel. Beberapa variabel dikontrol atau dimanipulasi. Dalam kaitan dengan penelitian gejala alam
(naturalistik)
pengontrolan
dan
pemanipulasian
variabel lebih mudah dilakukan dibandingkan apabila dilakukan penelitian kuantitatif di bidang sosial, seperti bidang pendidikan dengan penerapan penelitian kuantitatif kesulitan-kesulitan pada bidang pendidikan dapat diatasi dengan penggunaan prosedur statistik yang baik.
39
40
BAB III : POPULASI, SAMPEL, TEKNIK SAMPLING A. Konsep Dasar Populasi dan Sampel Dalam penelitian kuantitatif yang dirancang sebagai sebuah penelitian survei (survey research), keberadaan populasi dan sampel penelitian tidak dapat dihindari. Populasi dan sampel merupakan sumber utama untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam mengungkapkan fenomena atau realitas yang dijadikan fokus penelitian. Untuk mencapai keakuratan dan validitas data yang dihasilkan populasi dan sampel yang dijadikan objek penelitian harus memiliki kejelasan dari segi wilayah (scope), ukuran dan karakteristiknya. Dengan kata lain, kejelasan populasi dan ketepatan pengambilan sampel dalam penelitian kuantitatif akan menentukan validitas proses dan hasil penelitian. Populasi (universe) adalah keseluruhan objek yang diteliti yang ciri-cirinya akan diduga (estimated) oleh peneliti. Ciri-ciri populasi disebut parameter, karenanya populasi sering diartikan sebagai kumpulan objek penelitian dari mana data akan dikumpulkan untuk dianalisis. Populasi 41
dalam penelitian bisa berupa orang (individu, kelompok, organisasi, komunitas, atau masyarakat) maupun benda, misalnya jumlah terbitan media massa, jumlah artikel dalam media massa, jumlah rubrik, dan sebagainya (terutama jika penelitian kita menggunakan teknik analisis isi (content analysis). Populasi penelitian terdiri dari populasi sampling dan populasi sasaran. Populasi sampling adalah keseluruhan objek yang diteliti, sedangkan populasi sasaran adalah populasi yang benar-benar dijadikan sumber data (unit analaisis). Konsep lainn yang perlu populasi
(population
numbers)
dipahamiadalah jumlah dan
ukuran
populasi
(population size). Jumlah populasi adalah banyaknya kategori populasi yang dijadikan objek penelitian yang dinotasikan dengan huruf K. Contoh : peneliti ingin mengetahui tingkat rata-rata prestasi akademik mahasiswa, maka jumlah kategorinya hanya satu (mahasiswa, tetapi kalau peneliti ingin mengetahui persepsi civitas akademika terhadap kebijakan rector, maka kategori populasinya ada tiga (dosen, mahasiswa, tenaga administrasi). Ukuran populasi adalah banyaknya unsur yang terkandung dalam 42
sebuah kategori populasi tertentu yang dilambangkan dengan huruf N. Apabila peneliti menggunakan seluruh unsur populasi sebagai sumber data, maka penelitian kita disebut sensus. Sensus
merupakan
penelitian
yang
dianggap
dapat
mengungkapkan ciri-ciri populasi (parameter) secara akurat dan komprehensif, sebab dengan menggunakan seluruh unsur populasi sebagai sumber data, gambaran tentang populasi tersebut secara utuh akan diperoleh. Tetapi dalam batas-batas tertentu sensus kadang tidak efektif dan tidak efisien, apabila dihubungkan dengan ketersedian sumber daya yang ada pada peneliti (waktu, tenaga, beaya). Dalam keadaan peneliti tidak memungkinkan untuk melakukan sensus, maka peneliti boleh mengambil sebagian populasi untuk dijadikan objek penelitian (sumber data) yang disebut sampel. Sampel adalah bagian dari populasi yang ciri-cirinya akan diungkapkan dan digunakan untuk menaksir ciri-ciri populasi. Oleh karena itu, apabila penelitu menggunakan sampel sebagai sumber data, maka yang akan diperoleh adalah ciri-ciri sampel (statistik) bukan ciri-ciri populasi yang dapat digunakan untuk menaksir populasi. 43
Sama halnya dengan populasi, dalam sampel pun ada konsep jumlah sampel dan ukuran sampel. Jumlah sampel adalah banyaknya kategori sampel yang diteliti yang dilambangkan dengan huruf k, yang jumlahnya sama dengan jumlah
populasi
(k=K).
Sedangkan
ukuran
sampel
(dilambangkan dengan huruf n) adalah besarnya unsur populasi yang dijadikan sampel, yang jumlahnya selalui lebih kecil daripada ukuran populasi (N). Peneliti perlu memahami pengertian istilah jumlah sampel dengan ukuran sampel, sebab jumlah sampel dan sifat sampel yang diteliti (terutama untuk penelitian eksplanatif, misalnya penelitian korelasional) akan sangat menentukan uji statistik inferensial yang mana yang harus digunakan untuk menguji hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian. Populasi memiliki harga-harga parameter yakni besaran yang
menunjukkan
karakteristik
populasi
itu
yang
ditunjukkan oleh huruf-huruf Romawi, misal: rerata (µ), simpangan baku (o), variansi (o²). Parameter populasi tertentu nilainya tetap, fixed values, jika nilainya berubah, berubah pula populasinya. Misal: rerata IPK mahasiswa Perguruan Tinggi X mungkin tidak diketahui namun diduga 44
akan ditemukan harga yang sama oleh berbagai pengamat. Statistik mempunyai harga-harga statistik yang merupakan ukuran yang dihitung dari sampel, besaran atau wakil yang mencerminkan sampel, karakteristik sampel yang diwakili oleh simbol-simbol, misal: rerata (X bar), simpangan baku (s), variansi (s²) yang
harga-harga statistik tersebut
dihasilkan dari data sampel. Jika sampel representatif, dapat menghasilkan harga-harga statistik sama dengan harga-harga parameternya. Harga-harga statistik memupnyai nilai yang bervariasi dari sampel ke sampel. Oleh karena data yang diperoleh dari sampel harus dapat digunakan untuk menaksir populasi, maka dalam mengambil sampel dari populasi harus benar-benar bisa mewakili populasinya (sampel representatif) yaitu sampel yang memiliki ciri karakteristik yang sama atau relatif sama dengan
ciri
karakteristik
populasinya.
Tingkat
kerepresentatifan sampel dari populasi sangat tergantung pada jenis sampel yang digunakan, ukuran sampel yang diambil, dan cara pengambilannya. Cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi tertentu disebut Teknik Sampling. 45
B. Sampel Sampel adalah sebagian untuk diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi dan penentuan jumlah sampel sangat tergantung tingkat homogenitas dan hiterogenitas populasi. Artinya semakin tinggi heterogenitas populasi, sampel yang diambil harus besar karena harus mewakilik seluruh unsure yang ada dalam populasi. Sampling adalah suatu proses menyeleksi porsi dari populasi
untuk
dapat
mewakili
populasi
(Nursalam. 2003). Anggota populasi manapun yang akan dipilih
menjadi sampel, tidak perlu dipersoalkan yang
penting jumlah quotum yang sudah ditetapkan dapat dipenuhi, yaitu kriteria Sampel : 1. Kriteria Inklusi, adalah karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau untuk diteliti (bersedia berpartisipasi sebagai responden dalam penelitian, tidak buta huruf). 2. Kriteria
Eksklusi,
adalah
menghilangkan
atau
mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena berbagai sebab (sakit atau bepergian saat dilakukan penelitian dll). 46
Ukuran atau besarnya sampel yang diambil dari populasi, sebagaimana diungkapkan di atas merupakan salah satu faktor penentu tingkat kerepresentatifan sampel yang digunakan. Berapa besar sampel harus diambil dari populasi agar
memenuhi
syarat
kerepresentatifan
belum
ada
kesepakatan di antara ahli metodolologi penelitian, sebagai acuan pada umumnya buku-buku metodologi penelitian menyebut angka 5 -10% untuk menegaskan berapa ukuran sampel yang harus diambil dari sebuah populasi tertentu dalam penelitian sosial, walaupun sulit untuk menjelaskan dari aspek metodologi penelitian. Sehubungan dengan hal tersebut (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (1989), menyatakan bahwa sebelum peneliti menentukan ukuran sampel yang harus diambil dari populasi
tertentu,
ada
beberapa
aspek
yang
harus
dipertimbangkan yaitu: 1. Derajat Keseragaman Populasi (degree of homogenity). Jika tinggi tingkat homogenitas populasinya tinggi atau bahkan sempurna, maka ukuran sampel yang diambil boleh kecil, sebaliknya jika tingkat homogenitas populasinya rendah (tingkat heterogenitasnya tinggi) 47
maka ukuran sampel yang diambil harus besar. Untuk menentukan tingkat homogenitas populasi sebaiknya dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji statistik tertentu. 2. Tingkat Presisi (level of precisions) yang digunakan terutama penelitian
dalam
penelitian
korelasional
eksplanatif,
tingkat
presisi
misalnya biasanya
dinyatakan dengan taraf signifikansi (α) yang dalam penelitian sosial biasa berkisar 0,05 (5%) atau 0,01 (1%), sehingga
keakuratan
hasil
penelitiannya
(selang
kepercayaannya) 1–α yakni bisa 95% atau 99%. Apabila menggunakan taraf signifikansi 0,01 maka ukuran sampel yang diambil harus lebih besar daripada ukuran sampel apabila menggunakan taraf signifikansi 0,05. 3. Rancangan Analisis, yang berkaitan dengan pengolahan data, penyajian data, pengupasan data, dan penafsiran data yang akan ditempuh dalam penelitian. Misalnya, kita akan menggunkan teknik analisis data dengan statistik deskriptif; penyajian data menggunakan tabeltabel distribusi frekuensi silang (tabel silang) atau tabel kontingensi dengan ukuran 3X3 atau lebih dimana pasti 48
mengandung sel sebanyak 9 buah, maka ukuran sampelnya harus besar. Hal ini untuk menghindarkan adanya sel dalam tabel tersebut yang datanya nol (kosong), sehingga tidak layak untuk dianalisis dengan asumsi-asumsi
kotingensi.
Apabila
menggunakan
rancangan analisisnya hanya menggunakan analisis statistik inferensial, maka ukuran sampelnya boleh lebih kecil. Dengan kata lain, rancangan penelitian deskriptif membutuhkan ukuran sampel yang lebih besar daripada rancangan penelitian eksplanatif. 4. Alasan-alasan
tertentu
yang
berkaitan
dengan
keterbatasan-keterbatasn yang ada pada peneliti ) keterbatasan waktu, tenaga, biaya, dan lain-lain). Selain beberapa
mempertimbangkan buku
metode
faktor-faktor penelitian
di
atas,
menyarankan
digunakannya rumus tertentu untuk menentukan berapa besar sampel yang harus diambil dari populasi. Apabila ukuran populasinya diketahui dengan pasti, Rumus Slovin di bawah ini dapat digunakan.
49
Rumus Slovin: N n = ——— 1 + Ne² Keterangan; n = ukuran sampel N = ukuran populasi e
=
kelonggaran
pengambilan
ketidaktelitian
sampel
yang
karena ditololerir,
kesalahan misalnya
5%. (Batas kesalahan yang ditolelir ini untuk setiap populasi tidak sama, ada yang 1%, 2%, 3%, 4%,5%, atau 10%.) Jika ukuran populasinya besar yang didapat dari pendugaan proporsi populasi, maka Rumus Yamane yang harus digunakan. N n = ———– Nd² + 1 d = batas toleransi kesalahan pengambilan sampel yang digunakan. Misalnya, peneliti ingin menduga proporsi pembaca koran dari populasi 4.000 orang. Presisi ditetapkan di antara 5% 50
dengan tingkat kepercayaan 95%, maka besarnya sampel adalah: 4000 n = ————————- = 4000 x (0,05)² + 1
364
C. Teknik Sampling Tingkat krepresentatifan sampel terhadap populasinya selain ditentukan oleh ukuran sampel yang diambil juga ditentukan oleh teknik sampling yang digunakan. Di antara teknik-teknik sampling tersebut dalam penggunaannya ada yang mempersyaratkan tersedianya kerangka sampling. Kerangka sampling (sampling frame) adalah sebuah daftar yang memuat data mengenai seluruh unit atau unsur sampling yang terdapat pada populasi sampling yang dengan mudah peneliti sering mengatakan kerangka sampling adalah daftar nama-nama
yang kerkandung dalam populasi
penelitian. Berdasarkan prosedur yang digunakan dalam mengambil sampel dari populasi (teknik sampling), terdapat dua jenis sampel, yaitu:
51
1. Sampel probabilitas (probability sampling) atau sampel random
(sempel
pengambilannya
acak)
adalah
berlandaskan
sampel
pada
prinsip
yang teori
peluang, yakni prinsip memberikan peluang yang sama kepada seluruh unit populasi untuk dipilih sebagai sampel. 2. Sampel non-probabilitas (non-probability sampling). atau sampel nonrandom (sampel tidak acak) adalah sampel
yang
pengambilannya
didasarkan
pada
pertimbangan-pertimbangan tertentu . Macam-macam sampling probabilitas : 1. Simple random sampling : merupakan suatu teknik sampling yang dipilih secara acak, cara ini dapat digunakan apabila analisa penelitian cenderung bersifat deskriptif atau bersifat umum. Setiap unsur populasi harus memilik kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Misal ada beasiswa miskin pendidikan Dasar di Kabupaten X, sampelnya adalah seluruh siswa miskin SD dan SMP yang ada di Kabuaten X. Terhadap seluruh siswa miskin SD dan SMP itu dilakukan pemilihan secara random tanpa pengelompokan terlebih 52
dahulu, dengan demikian peluang siswa miskin SD maupun SMP untuk terpilih sebagai sampel sama. 2. Stratified Random Sampling, merupakan teknik sampling dimana populasi di\bagi kedalam sub populasi(strata), karena mempunyai karakteristik yang heterogen dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan terhadap pencapaian tujuan penelitian, maka penelitian dapat mengambil dengan cara ini. Setiap stratum dipilih sampel melalui proses simple random sampling. Contoh: misalnya peneliti ingin mengetahui sikap masyarakat terhadap kenaikan BBM berdasar dugaan bahwa masyarakat kalangan atas bersikap positif terhadap kebijakan tersebut. Agar peneliti dapat menguji dugaan tersebut maka sampelnya harus terdiri dari masyarakat kalangan atas, menengah, dan bawah. Kemudian dari masing-masing strata masyarakat dipilih dengan teknik simple random sampling. 3. Cluster Random Sampling/sampel gugus, merupakan cara pengambilan sampel dengan cara gugus. Populasi dibagi keadalam satuan-satuan sampling yang besar yang disebut cluster. Berbeda dengan pembentukan strata, 53
satuan sampling yang ada dalam tiap kluster harus relatif heterogen. Pemilihan dilakukan beberapa tingkat: a) Memilih kluster dengan cara simple random sampling. b) Memilih satuan sampling dalam kluster. Apabila pemilihan dilakukan lebih dari 2 kali disebut Multi-stage Cluster Sampling. Contoh : Misalnya dalam penelitian yang sama seperti di atas (beasiswa miskin), karena Kabupaten X sangat luas, dipilihlah kecamatan tertentu sebagai sampel klaster ke-1 secara random. Dari tiap kecamatan terpilih dilakukan pemilihan lagi yaitu desa tertentu dengan cara random sebagai sampel klaster ke-2. Selanjutnya
dari
masing-masing
desa
dilakukan
pemilihan sekolah SD, SMP juga dilakukan secara random. 4. Systematic Sampling atau Sampel Sistematis, merupakan teknik sampling apabila peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang 54
keberapa. Misalnya : setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal keberapa-nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada ukuran populasi dan ukuran sampel (contoh dalam satu populasi terdapat 5000 rumah, ampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25. 5. Area Sampling atau Sampel Wilayah, merupakan teknik sampling yang dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Tengah atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat. Macam-macam Sampling NonProbabilitas : 1. Convenience Sampling/sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan, merupakan teknik dalam memilih sampel berdasarkan pertimbangan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan 55
orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut.
Oleh
karena
itu ada
beberapa
penulis
menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random).
Beberapa
kasus
penelitian
yang
menggunakan jenis sampel ini, hasilnya ternyata kurang obyektif. Misalnya peneliti ingin mengetahui tentang kebijakan menyalakan lampu speda motor pada siang hari, peneliti menanyakan kepada orang yang ada dijalan atau orang dia jumpai sedang nai speda motor di jalan siang hari. 2. Snowball Sampling(Sampel Bola Salju), merupakan teknik sampling yang banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Tetapi, karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain 56
yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Satuan sampling dipilih atau ditentukan berdasarkan informasi dari responden sebelumnya. Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui pandangan para pekerja sex komersial (PSK) terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang PSK dan kemudian
melakukan
wawancara.
peneliti meminta kepada PSK
Setelah
selesai,
tersebut untuk bisa
mewawancarai teman PSK lainnya. Setelah jumlah PSK yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa menghentikan pencarian PSK lainnya. . Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif (tertutup) 3. Purposive Sampling / Judgment Sampling, merupakan teknik sampling yang satuan samplingnya dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperoleh
satuan
sampling
yang
memiliki
karakteristik atau kriteria yang dikehendaki dalam pengambilan sampel. Sesuai dengan namanya sampel diambil dengan maksud dan tujuan yang diinginkan peneliti
diambil
sebagai
sampel
karena
peneliti 57
menganggap bahwa seseorang tersebut memiliki atau mengetahui informasi yang diperlukan bagi penelitian yang dia buat. Pengambilan sampel ini dapat dibagi dua yaitu judgment sampling aan quota sampling: a. Judgment
sampling
ialah
teknik
pengambilan
sampling dimana sampel yang dipilih berdasarkann penilaian peneliti bahwa dia atau seseorang yang paling baik jika dijadikan sampel penelitiannya. Misalnya dalam Perguruan Tinggi ingin memperoleh data tentang bagaimana satu proses pembelajaran berjalan, maka dosen merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi
sampel
karena
mereka
mempunyai
information rich. Untuk memperoleh dapak hasil pemebelajaran,
yang
dijadikan
sampel
adalah
mahasiswanya sendiri dengan pertimbangan bahwa kalau mahasiswa sendiri tidak puas terhadap proses pembelajaran yang dilakukan dosen, maka jangan terlalu
berharap
mahasiswa baru. 58
akan
menumbuhkan
animo
b. Quota sampling ialah teknik pengambilan sampling dalam bentu distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih acak melainkan secara kebetulan saja. Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan 40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan
ketiga
puluh
sampel
tadi
tidak
dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja. 4. Haphazard Sampling , merupakan teknik sampling dimna satuan sampling dipilih sembarangan atau seadanya, tanpa perhitungan apapun tentang derajat kerepresentatipannya. Misalnya, peneliti akan melakukan penelitian mengenai kompetensi dosen di sebuah Universitas, pertanyaan dapat
diajukan
kepada
siapapun
mahasiswa
dari
universitas tersebut (sebagai sampel) yang kebetulan 59
datang pada saat peneliti
berada di sana untuk
melakukan penelitian. D. Beberapa Masalah yang Berkaitan dengan Sampel Dalam setiap penelitian tidak tertutup kemungkinan untuk terjadi permasalahan/penyimpangan yang dapat ditoleransi dalam suatu penelitian tergantung pada sifat penelitian itu sendiri. Artinya ada penelitian yang dapat memberikan toleransipenyimpangan besar tetapi ada juga penelitian yang menghendaki penyimpangan yang kecil, sebab penyimpangan yang besar dapat menimbulkan kesimpulan yang salah. Dalam suatu penelitian, ada kemungkinan timbul dua macam penyimpangan, yaitu: 1. Penyimpangan karena pemakaian sampel (Sampling Error) Seandainya tidak ada kesalahan pada pengamatan, satuan-satuan ukuran, definisi operasinal variabel, pengolahan data, dan sebagainya, maka perbedaan itu hanya disebabkan oleh pemakaian sampel. Mudah dimengerti bahwa semakin besar sampel yang diambil 60
akan semakin kecil terjadi penyimpangan. Apabila sampel itu sudah sama besar dengan populasi, maka penyimpangan oleh pemakaian sampel pasti akan hilang. 2. Penyimpangan bukan pemakaian sampel (Non-Sampling Error), Jenis penyimpangan ini dapat ditimbulkan oleh berbagai hal, di antaranya adalah: a. Penyimpangan
karena
kesalahan
perencanaan.
Misalnya karena tidak tepatnya definisi operasional variabel,
kriteria
satuan-satuan
ukuran
dsb,
memberikan peluang penyimpangan atau kesalahan pada hasil penelitian. b. Penyimpangan karena penggantian sampel. Hal ini berkaitan dengan adanya perbedaan antara sampel yang diteliti dengan sampel yang ditetapkan. Misalnya,
seseorang
mahasiswa
yang
telah
ditetapkan sebagai sampel tidak bisa dihubungi pada waktu akan diwawancarai atau diminta untuk mengisi
kuesioner,
lalu
peneliti
menggantinya
dengan mahasiswa yang lain. c. Penyimpangan karena salah tafsir dari petugas pengumpulan data maupun responden, sehingga 61
dapat menyebabkan jawaban yang diperoleh dari responden menyimpang dari yang sebenarnya. d. Penyimpangan
karena
salah
tafsir
responden.
Biasanya disebabkan karena responden sudah lupa akan masalah yang ditanyakan. e. Penyimpangan karena responden sengaja salah dalam menjawab pertanyaan. Hal ini dapat terjadi jika responden merasa curiga terhadap maksud dan tujuan penelitian, atau mungkin juga responden mempunyai maksud-maksud tertentu secara terselubung. f. Penyimpangan karena kesalahan pengolahan data, misalnya salah dalam menambahkan, mengalikan, dan sebagainya. Sedangkan masalah yang dihadapi dalam Pembuatan Kerangka Sampling di antaranya adalah sebagai berikut: a. Blank Foreign Elements. yaitu jika data populasi yang diperoleh dari sesuatu sumber tidak sesuai dengan kenyataannya di lapangan, sehingga terjadi orang yang sudah terpilih sebagai sampel tidak ditemui di lapangan. Hal ini disebabkan mungkin
62
karena pendataannya yang tidak akurat atau datanya sudah kadaluarsa. b. Incomplete
Frame.
ketidaklengkapan
kerangka
sampling terjadi karena ada unsur populasi (orang) yang seharusnya masuk di dalamnya, justeru tidak tercatat. c. Cluster of Elements. kerangka sampling yang peneliti miliki tidak selamanya sama dengan yang peneliti butuhkan. Misalnya, jika peneliti
ingin meneliti
pelajar sekolah dasar yang bertempat tinggal di Kota A, peneliti tidak akan memperoleh daftarnya, yang peneliti temukan hanyalah daftar nama sekolah dasar yang ada di Kota A.
63
64
BAB IV : TEKNIK PENGUMPULAN DATA A. Pengertian Pengumpulan Data Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian dan fenomena serta hubungannya yang bertujuan mengembangkan dan menggunakan modelmodel matematis, teori-teori dan hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang
sentral
dalam
penelitian
kuantitatif,
karena
memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan kuantitatif. Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Teknik dalam menunjuk suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat dilihat penggunaannya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan lain-lain. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan teknik tergantung dari masalah yang dihadapi atau yang diteliti. Kegiatan pengumpulan data pada prinsipnya merupakan kegiatan penggunaan metode dan instrumen yang telah 65
ditentukan dan telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Secara sederhana, pengumpulan data diartikan sebagai proses atau kegiatan yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring berbagai fenomena, informasi atau kondisi lokasi penelitian sesuai dengan lingkup penelitian. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam proses penelitian, karena tujuan utama
dari
penelitian
adalah
mendapatkan
data.
Persoalannya terleak pada teknik pengumpulan data mana yang paling tepat, sehingga benar-benar diperoleh data yang valid
dan
reliable.
Terdapat
dua
hal
utama
yang
mempengaruhi kualitas data hasil penelitian yaitu, a). kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan b). kualitas pengumpulan data berkenaan dengan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya belum tentu dapat menghasilkan data yang valid atau reliabel apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Untuk
66
mengetahui bagaimana teknik pengumpulan data kuantitatif, maka akan diuraikan pada pembahasan selanjutnya. Pengumpulan data dapat dimaknai sebagai kegiatan peneliti dalam upaya mengumpulkan sejumlah data lapangan yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan penelitian (untuk menguji hipotesis (dalam penelitian kuantitatif). Data yang dikumpulkan dalam penelitian digunakan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan, berdasarkan
data yang diperoleh. Teknik
pengumpulan data sangat ditentukan oleh metodologi penelitian yang dalam penelitian kuantitatif dikenal teknik pengumpulan data: angket (questionnaire), wawancara, dan dokumentasi. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai sumber dan berbagai cara. B. Teknik Pengumpulan Data Apabila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural seting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, dan lain-lain. Apabila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan 67
sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya kalau dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner (angket), observasi (Sugiyono, 2012) yang dapat diperinci sebagai berikut : a. Interview (Wawancara) Wawancara
digunakan
sebagai
teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti dan apabila peneliti ingin mengetahui halhal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil. Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut: 1. Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. 68
2. Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3. Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaanpertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh si peneliti. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan dengan tatap muka maupun lewat telepon. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, apabila peneliti telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaanpertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun sudah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama dan peneliti mencatatnya. Dalam melakukan wawancara selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara peneliti juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape
69
recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara berjalan lancar. Contoh wawancara terstruktur tentang tanggapan mahasiswa terhadap pelayanan Kampus : 1. Bagaimanakah tanggapan Saudara/Sdri
terhadap
pelayanan akademik yang ada di Kampus ini? a) Sangat bagus b) Bagus c) Tidak bagus d) Sangat tidak bagus 2. Bagaimanakah tanggapan Saudara/Sdri terhadap pelayanan Administrasi di Kampus ini? a) Sangat bagus b) Bagus c) Tidak bagus d) Sangat tidak bagus Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap
70
untuk
pengumpulan
datanya.
Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Contoh : Bagaimanakah pendapat Saudara terhadap kebijakan Rektor tenang kenaikan SPP? dan bagaimana dampaknya terhadapkegiatan mahasiswa?. b. Kuesioner Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data
yang
dilakukan
dengan
cara
memberikan
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Iskandar, 2008) Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa prinsip penulisan angket yaitu sebagai berikut: a. Prinsip penulisan angket 1. Isi dan tujuan pertanyaan, artinya apakah isi pertanyaan
tersebut
pengukuran
atau
merupakan
bukan.
Kalau
bentuk berbentuk
pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada skala 71
pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti. 2. Bahasa yang digunakan, dalam penulisan angket harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. 3. Tipe dan bentuk pertanyaan, pertanyaan dalam angket dapat berupa terbuka atau tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak terstruktur), dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif. 4. Pertanyaan tidak mendua 5. Tidak menanyakan yang sudah lupa 6. Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring pada jawaban yang baik saja atau yang jelek saja. 7. Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi. 8. Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal
72
yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit. c. Observasi Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan kemudian format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi
juga
mengadakan
mengadakan penilaian
pertimbangan
kepada
skala
kemudian bertingkat.
Misalanya memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat rekasi tersebut, tetapi juga menilai reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki (Arikunto, 2006).
73
74
BAB V : TEKNIK ANALISIS DATA A. Pengertian Analisis Data Kuantitatif Kata analysis berasal dari bahasa Greek (Yunani), terdiri dari kata ana dan lysis. Ana artinya atas (above), lysis artinya memecahkan atau menghancurkan. Secara difinitif ialah: Analysis is a process of resolving data into its constituent components to reveal its characteristic elements and structure (Ian Dey 1995). Agar data bisa dianalisis maka data tersebut harus dipecah dahulu menjadi bagian-bagian kecil
menurut
menggabungkannya
element/struktur, bersama
untuk
kemudian memperoleh
pemahaman yang baru. Analisa data merupakan proses paling vital dalam sebuah penelitian, argumentasinya adalah bahwa dalam analisis inilah data yang diperoleh peneliti bisa diterjemahkan menjadi hasil yang sesuai dengan kaidah ilmiah. Oleh karena itu diperlukan kerja keras, daya kreatifitas dan kemampuan intelektual yang tinggi agar mendapat hasil yang memuaskan. Analisis data berasal dari hasil pengumpulan data, sebab data yang telah terkumpul, apabila tidak dianalisis hanya 75
menjadi barang yang tidak bermakna, tidak berarti, menjadi data yang mati, data yang tidak berbunyi. Oleh karena itu, analisis data di sini berfungsi untuk mamberi arti, makna dan nilai yang terkandung dalam data itu (M. Kasiram, 2006). Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data, karena merupakan rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi, penafsiran dan verivikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai sosial, akademis dan ilmiah. Kegiatan dalam analisis data adalah : mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dan seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah
dan
melakukan
perhitungan
untuk
menguji
hipotesis Tujuan analisa (Sofian Effendi,1987) adalah menyederhanakan data dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasi. Data yang bersifat kuantitatif (angka) tidak perlu dikualitatifkan terlebih dahulu dan tidak menguji
hipotesis/teori,
melainkan
untuk
mendukung
pemahaman yang dilakukan oleh data kualitatif dan menghasilkan teori baru. 76
Dengan demikian analisis adalah kegiatan untuk memanfaatkan
data
sehingga
dapat
diperoleh
suatu
kebenaran atau ketidak benaran dari suatu hipotesa yang memerlukan imajinasi dan kreativitas sehingga kemampuan peneliti diuji dalam menalar sesuatu. Analisa data adalah proses menyerderhanakan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan.dalam proses ini seringkali digunakan statistik. Statistik sebagai alat bantu berfungsi menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami. Data kuantitatif yaitu data dalam bentuk jumlah dituangkan untuk menerangkan suatu kejelasan dari angka-angka
atau
pemperbandingkan
dari
beberapa
gambaran sehingga memperoleh gambaran baru, kemudian dijelaskan kembali dalam bentuk kalimat/ uraian. Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa metode analisis data merupakan cara untuk menganalisa hasil dari data yang diperoleh dalam penelitian sehingga lebih mudah untuk dibaca dan diinterprestasikan. Analisis data dilakukan setelah terkumpulnya semua data hasil penelitian melalui cara yang ditempuh dalam rangka menganalisis data 77
kuantitatif dengan menggunakan metode statistik. Beberapa tujuan analisis data antara lain: 1. Memecahkan masalah-masalah penelitian 2. Memperlihatkan
hubungan
antara
fenomena
yang
terdapat dalam penelitian 3. Memberikan jawaban terhadap hipotesis yang diajukan dalam penelitian 4. Bahan untuk membuat kesimpulan serta implikasi dan saran-saran yang berguna untuk kebijakan penelitian selanjutnya. Adapun tujuan umum dari analisis data ialah untuk meringkas data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antar problem penelitian dapat dipelajari dan diuji. Untuk itu, peneliti harus dapat mengolah dan menyajikan data dalam bentuk tabeltabel atau grafik yang mudah dibaca dan dipahami. B. Langkah Analisis Data Kuantitatif Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera digarap oleh staf peneliti, khususnya yang
78
bertugas mengolah data. Dalam proses analisis data, ada beberapa langkah pokok yang harus dilakukan yaitu: 1. Checking Data, pada langkah ini, peneliti harus mengecek lagi lengkap tidaknya data penelitian, memilih dan meyeleksi data, sehingga hanya data yang relevan saja yang digunakan dalam analisis. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini, antara lain: a. Meneliti lengkap tidaknya identitas subjek yang diperlukan dalam analisis data. Misalnya: nomor urut, jenis kelamin, kelas, asal daerah, pekerjaan, dll b. Meneliti apakah istrumen pengumpulan data sudah secara lengkap diisi, jumlah lembaran tidak ada yang lepas atau sobek, dll c. Cara mengisi jawaban intem apakah sudah betul, misalnya peryataan yang bersambuang dengan jawaban ya dan tidak, bagi yang meanjawab tidak, maka tak perlu mengisi pernyataan, kalau ya bagaimana. Atau ada responden yang menjawab “tidak tahu” padahal jawabanya itu penting sekali.
79
Hasil checking ini berupa pembetulan kesalahan, kembali lagi ke lapangan, atau mengedrop item yang tak dapat dibetulkan. 2. Editing Data, kegiatan pada tahap ini menjadi penting karena kenyataannya data yang terhimpun kadangkala belum memenuhi harapan peneliti kurang,
ada diantaranya
tumpang tindih, berlebih bahkan terlupakan.
Oleh karena itu, keadaan tersebut harus diperbaiki melalui proses editing yaitu dibaca sekali lagi dan diperbaiki. Kegiatan pada tahap editing antara lain : a. Pernyataan, jawaban, catatan yang tidak jelas diper jelas dan disempurnakan. b. Coret-coretan, kata-kata sandi atau singkatan di perjelas untuk menghilangkan keragu-raguan pada data. c. Mengubah kependekan dari jawaban menjadi kalimat yang lebih bermakna. d. Melihat kondisi data dengan rencana penelitian. e. Meyeragamkan jawaban responden pada kategori tertentu.
80
Langkah
editing
ini
betul-betul
menuntut
kejujuran intelektual (intelectual honesty) dari peneliti yaitu peneliti tidak boleh mengganti jawaban, angka, atau apapun dengan maksud agar data tersebut sesuai dan kosisten dengan rencana risetnya. 3. Coding Data, yaitu merubah data menjadi kode-kode yang dapat dianipulasi sesuai dengan prosedur analiisis statistik tertentu. Oleh karena itu pemberian kode pada jawaban-jawaban sangat penting untuk memudahkan proses analisis data. Kode apa yang digunakan, tergantung kepada kesukaan peneliti, bisa kode angka atau huruf. Pada umumnya, orang lebih meyukai kode angka. Untuk pelaksanaan coding ini, peneliti harus membuat pedoman yang di sebut coding guide atau coding book yaitu memberi petunjuk arti dari masingmasing kode dan di kolom mana kode itu direkam. Kemudian peneliti membuat transfer sheet atau coding sheet yaitu lembaran kertas yang digunakan untuk merekam kode dari masing-masing data penelitian. Coding sheet berupa garis-garis vertikal dan horisontal, sehingga membentuk kolom dan baris. 81
Kolom yang disediakan sebanyak alternatif jawaban dari peryataan tersebut. Sedangkan untuk peryataan yang, memerlukan satu jawaban, maka masing-masing jawaban diberi kode sendiri dan kolom disediakan cukup satu kolom. Penyusun coding book dan perekaman data dalam coding sheet akan sangat membantu baik untuk penyimpanan data maupun untuk keperluan analisis data, khususnya analisis satistik, dan komputer. 4. Tabulating, setelah semua data di deri kode dann direkam dalam coding sheet dan dicatat dalam coding book, maka langka selanjutnya ialah tabulasi data. Tabulasi yaitu meyediakan data dalam bentuk tabeltabel agar mudah di analisis data khususnya analisis statistik dan komputer. Penerapan analisis data sesuai dengan pendekatan penelitian, maksud rumusan yang dikemukakan adalah pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil.
82
Analisis statistik baru dapat dilaksanakan, apabila prosedur analisis data telah diselesaikan. Ahli-ahli statistik telah menyediakan macam-macam
teknik
analisis statistik baik disesuaikan dengan tujuan analisis maupun dengan jenis data yang akan dianalisis. Apabila tujuan analisis hanya ingin melukiskan gejala yang ada, maka teknik analisis statistik berupa tabulasi frekuensi, grafik, poligon, histogram, modus, median, mean, range, deviasi yang kiranya cukup memadai. Peneliti cukup dengan menghitung frekuensi dari kode-kode dalam coding sheet yang telah di buat. Apabila analisis data ingin mengetahui pengaruh dari suatu gejala yang lain, maka teknik analisis yang tepat yaitu Chi-Kwadrat atau t-test, sedangkan model desain penelitian yang tepat ialah design Experimental. Penggunaan komputer pada penelitian, terutama penelitian sosial, lebih banyak dibantu oleh tersedianya software siap pakai yang berhubungan dengan statistika. Telah disadari bahwa statistika memegang peranan penting dalam analisis data. Walaupun demikian peranan statistika tidak lebih dari sekedar alat penelitian (a set 83
tools). Sebagai alat analisis data
beberapa rumus
pengolahan data statistika telah dibuat dalam programprogram siap pakai yang tersimpan di floppy disk maupun hard disk, seperti antara lain Dynastat, Microstat, SPSS, AMOS, dan sebagainya. Biasanya pada program siap pakai tersebut
telah tersedia berbagai
bentuk alat pengolahan data statistik baik itu statistik deskriptif maupun inferensial. Dalam penelitian kuantitatif, proses pelaksanaan secara linear, mulai dari latar belakang masalah, merumuskan masalah, kemudian merumuskan hipotesis, penyusunan instrument penelitian, menetukan populasi dan subjek penelitian, melaksanakan pengumpulan data dan analisis data, terakhir pelaporan hasil penelitan. Untuk melakukan analisis kuantitatif, peneliti harus mampu memahami bentuk statistik yang digunakan dalam penelitian sebelum memulai analisis data statistik merupakan alat bantu yang digunakan peneliti untuk mendeskripsikan, menjelaskan dan memahami hubungan antara variable-variabel yang diteliti. Teknik analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan analisis 84
statistic, yaitu cara untuk mengolah informasi data (kuantitatif) yang berhubungan dengan angka-angka , bagaimana
mencari,
mengumpul,
mengolah
data,
sehingga dapat menyajikan data dalam bentuk sederhana dan mudah untuk dibaca atau data yang diperoleh dapat dimaknai (diinterpretasikan). Terdapat dua statstik yang dapat digunakan dalam proses analisis data kuantitatif, yaitu: Analisis Statistik Deskriptif (Descrptive Statistics) dan analisis statistik Inferensial (Inferential Statistics). Sebelum peneliti menggunakan statistic untuk menganalisis data penelitian, peneliti harus memahami ciri-ciri variabelvariabel yang diteliti. Untuk bisa mengukur variabelvaribel yang diteliti peneliti harus memahami skala apa yang sesuai diguanakan untuk setiap variabel-variabel tersebut. Skala pengukuran yang umumnya dikenal dalam penelitian kuantitatif, yaitu (Skala nominal, skala ordinal, skala interval dan skala rasio) . Adapun skala pengukuran yang di atas ini dapat digunakan di berbagai penelitian dalam bidang sains sosial dan pendidikan. Para
ahli
psikologi
lebih
menekankan
kepada 85
penggunaan
instrument
untuk
mengukur
perilaku
manusia atau sering disebut sebagai skala sikap. Skala sikap yang digunakan dalam penelitian sosial dan pendidikan adalah sebagai berikut: (Skala Likert, Skala Guttman, Skala Ranting, dll). a. Analisis Statistik Deskriptif (Descriptive Statistics) Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis
data
dengan
cara
mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah
terkumpul
sebagaiamana
adanya
tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya) jelas akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya. Tetapi apabila penelitian dilakukan pada sampel, maka analisisnya
dapat
menggunakan statistik
despkriptif maupun inferensial. Statistik deskriptif dapat digunakan apabila peneliti hanya ingin mendeskripsikan data sampel dan tidak ingin membuat kesimpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel dambil. Mengenai data dengan 86
statistik deskriptif peneliti perlu memperhatikan terlebih dahulu jenis datanya. Apabila peneliti mempunyai data diskrit penyajian data yang dapat dilakukan
adalah
mencari
frekuensi
mutlak,
frekuensi relatif (mencari persentase), serta mencari ukuran tendensi sentralnya yaitu: mode, median dan mean (Arikunto, 1993). Sesuai dengan namanya, deskriptif hanya akan mendeskripsikan keadaan suatu gejala yang telah direkam melalui alat ukur kemudian diolah sesuai dengan
fungsinya.
Hasil
pengolahan
tersebut
selanjutnya disajikan dalam bentuk angka-angka sehingga memberikan suatu kesan lebih mudah ditangkap
maknanya
oleh
siapapun
yang
membutuhkan informasi tentang keberadaan gejala tersebut. Fungsi statistik deskriptif antara lain mengklasifikasikan suatu data variabel berdasarkan kelompoknya masing-masing dari semula belum teratur dan mudah diinterpretasikan maksudnya oleh orang yang membutuhkan informasi tentang keadaan variabel tersebut. Disamping itu statistik deskriptif 87
juga berfungsi menyajikan informasi sedemikian rupa, sehingga data yang dihasilkan dari penelitian dapat
dimanfaatkan
oleh
orang
lain
yang
membutuhkan. Analisis statistik deskriptif dapat dibedakan menjadi : 1. Analisis
potret
data,
potret
data
adalah
perhitungan frekuensi suatu nilai dalam suatu variabel. Nilai dapat disajikan sebagai jumlah absolute atau presentase dari keseluruhan. 2. Analisis kecenderungan sentral data, nilai ratarata atau mean biasa diberi symbol X(bar) yang merupakan nilai rata-rata secraa aritmatika dari semua nilai dari variabel yang diukur. · Median adalah nilai tengah dari sekumpulan nilai suatu variabel yang telah diurutkan dari nilai terkecil kepada nilai yang tetinggi. · Modus (modum) adalah nilai yang paling sering muncul pada suatu distribusi nilai variabel. 3. Analisis variasi nilai, analisis ini dilakukan untuk melihat
sebaran
nilai
dalam
distribusi
keseluruhan nilai suatu variabel dari nilai 88
tengahnya. Analisis ini untuk melihat seberapa besar nilai-nilai suatu variabel berbeda dari nilainya. Pengukuran variasi nilai biasanya dilakukan dengan melihat kisaran data (range) atau simpangan baku (standar deviasi). Analisis Deskriptif, digunakan untuk membantu peneliti mendeskripsikan ciri-ciri variable-variabel yang diteliti
atau
merangkum
hasil
pengamatan
penelitian yang telah dilakukan tanpa membuat kesimpulan
yang
berlaku
untuk
umum
(generalisasi dari hasil penelitian) dari data yang diperoleh dari populasi atau sampel kajian; Statistik deskriptif berkaitan dengan kegiatan pencatatan,
penyusunan,
peringkasan
dengan
menggambarkan
penyajian
dan
mendeskripsikan
atau
data-data
yang
hasil-hasil
pengamatan terhadap kejadian-kejadian atau fenomena-fenomena secara kuantitatif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Memahami variabel yang
dan
menjelaskan
variabel-
diteliti sebagaimana definisi 89
secara konseptual tentang ciri-ciri variable tersebut, maka setiap variable diukur dengan alat ukur yang ditentukan oleh peneliti yang sesuai dengan penelitian, 2. Menyusun data dengan nilai terendah hingga nilai tertinggi dan mengira frekuensi yang didapat, 3. Menggunakan
teknik
statistik
deskriptif
dengan menggunakan (ukuran kecenderungan memusat
(Tendency
Central),
ukuran
keberagaman (Measure of Variabiliy), yang sesuai dengan skala pengukuran. Adapun cara yang
digunakan
untuk
menjelaskan,
menyajikan dan mendeskripsikan data-data tentang ciri-ciri variable penelitian, seperti pengukuran pemusatan dan penyebaran data, dengan
penjelasan
Pengukuran
sebagai
kecenderungan
berikut:
a)
pemusatan
dilakukan dengan menggunakan satu nilai yang dapat mewakili atau representatif dari data penelitian yang ada. Ada tiga nilai 90
(indeks)
yang
kecenderungan
dapat
memusat,
mengukur yaitu
(Mean,
Median, Modus) · Mean, merupakan nilai rata-rata yang bisa mewakili sekumpualn data yang representative. Contoh: Seorang dosen memberikan nilai ujian semester 6 orang mahasiswa, dengan nilai sebagai berikut: 60, 70, 75, 75, 85, 90, maka nilai mean (rata-rata) adalah 60+70+75+75+85+90/6= (75,8). · Median, merupakan nilai tengah dalam sesuatu ukuran, atau nilai antara. Contoh: Nilai 18 dan 19, jadi mediannya adalah 18,5, jadi nilainya adalah terletak di tengah skor yang ada. · Modus, merupakan nilai yang frekuensi paling banyak dalam indeks yang dapat mewakili seluruh jumlah ukuran. Dalam penelitian biasanya digunakan untuk menyatakan penelitian
ciri-ciri yang
demografi
mempunyai
subjek beberapa
kategori sperti jenis kelamin (laki-laki,
91
perempuan) umur (30-35 tahun, 36-45 tahun, 36-60 tahun), pendidikan (SMA, S1, S2). b) Analisis Deskriptif menggunakan Program SPSS untuk digunakan dalam menganalisis data deskriptif, yaiu menentukan frekuensi, persen,
mean,
modus,
median,
standar
deviasi, varians. b. Analisis Inferensial Analisis
inferensial,
menetapkan
sejauh
digunakan
peneliti
untuk
manakah
peneliti
dapat
menyimpulkan (mengeneralisasi) hasil penelitian dari data yang diperoleh dalam kelompok subyek yang terbatas (sampel) bagi populasi penelitian. Penelitian seperti ini biasanya dilakukan karena populasi penelitan terlalu besar dan peneliti terbatas untuk meneliti semua subjek dalam populasi. Peneliti membuat hipotesis penelitian, sebelumnya peneliti harus memahami ujian statistik apa yang sesuai digunakan. Ujian statistik diguanakan menjawab hipotesis nol. Analisis inferensial digunakan untuk menentukan apakah hipotesis nol diterima atau 92
ditolak. Adapun statistic inferensi yang biasa digunakan, yaitu (uji Chi Kuadrat, uji-t, Uji ANOVA, Uji Korelasi, dan Uji Regresi). Uji Chi Kuadrat X2 , Uji-t dan Uji ANOVA, merupakan tiga bentuk uji statistic yang digunakan untuk melihat perbedaan, untuk penjelasan yaitu: Analisis Chi Kuadrat merupakan statistik non parametric yang hanya sesuai untuk skala pengukuran data dengan bentuk nominal dan ordinal saja. Sedangkan Analisis Uji-t dan Analisis ANOVA merupakan statistic parametrik yang berbeda dalam pengumpulan data dengan syarat taburan data harus normal atau data peneliti harus bersifat normal. Apabila data tidak normal, maka statistic Chi Kuadrat atau analysis nonparametric
dapat
digunakan.
Statistic
Chi
Kuadrat atau nonparametric merupakan analisis statistik yang banyak digunakan dalam penelitian sains social, karena memiliki syarat yang lebih longgar dibandingkan analisis parametric. Pemakaian analisis inferensial bertujuan untuk menghasilkan suatu temuan yang dapat digeneralisasikan secara 93
lebih luas ke dalam wilayah populasi. Di sini seorang peneliti akan selalu berhadapan dengan hipotesis nihil (Ho) sebagai dasar penelitiannya untuk diuji secara empirik dengan statistik inferensial. Jenis statistik inferensial cukup banyak ragamnya,Peneliti diberikan peluang sebebas-bebasnya untuk memilih teknik mana yang paling sesuai (bukan yang paling disukai) dengan sifat/jenis data yang dikumpulkan. Secara garis besar jenis analisis ini dibagi menjadi dua
bagian.
Pertama
untuk
jenis
penelitian
korelasional dan kedua untuk komparasi dan/atau eksperimen.
teknik
analisis
dengan
statistik
inferensial adalah teknik pengolahan data yang memungkinkan peneliti untuk menarik kesimpulan, berdasarkan hasil penelitiannya pada sejumlah sampel terhadap suatu populasi yang lebih besar. Kesimpulan yang diharapkan dapat dibuat biasanya dinayatakan dalam suatu hipotesis. Oleh karena itu, analisis statistik inferensial juga bisa disebut analisis uji hipotesis. Inferensi yang sering dibuat oleh peneliti pendidikan dan ilmu social pada umunya 94
berhubungan dengan upaya untuk melihat perbedaan (beda nilai tengah) dan korelasi, baik anatara dua variabel independent maupun anatara beberapa variabel sekaligus. Selisih nilai tengah ataupun nilai koefisien (correlation coeficient) yang dihasilkan kemudian diuji secara statistic. Statistik inferensial, sering juga disebut statistik induktif atau statistik probabilitas yaitu
teknik
statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya diberlakukan utuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan bila sampel diambil dari popualsi yang jelas dan teknik pengambilan sampel dari populasi itu dilakukan secara random. Statistik inferensial fungsinya lebih luas lagi, sebab dilihat dari analisisnya, hasil yang diperoleh tidak sekedar menggambarkan keadaan atau fenomena yang dijadikan obyek penelitian melainkan dapat pula digeneralisasikan secara lebih luas kedalam wilayah populasi. Oleh karena itu, penggunaan
statistik
inferensial
menuntut
persyaratan yang ketat dalam masalah sampling, 95
sebab dengan sampel yang representatif maka hasil analisis inferensial dapat digeneralisasikan ke dalam wilayah populasi. Statistik inferensial meliputi statistik parametris dan non parametris. Statistic parametris digunakan untuk menguji parameter populasi melalui statistik atau menguji ukuran populasi melalui data sampel. Parameter populasi itu meliputi : rata-rata dengan notasi µ (miu), simpangan baku σ (sigma) dan varians σ2. Dalam statistic pengujian parameter melalui statistik (data sampel) tersebut dinamakan uji hipotesis statistik. Oleh karena itu penelitian yang berhipotesis statistic adalah
penelitian
yang
menggunakan
sampel.
Sebagai contoh nilai suatu pelajaran 1000 mahasiswa rata-ratanya 7,5. Selanjutnya misalnya dari 1000 mahasiswa itu diambil sampel 50 orang dan nilai rata-rata dari sampel 50 mahasiswa itu 7,5. Hal ini berarti tidak ada perbedaan antara parameter (data popualasi) dan statistic (data sampel). Hanya dalam kenyataannya nilai parameter jarang diketahui. Statistic non parameter tidak menguji parameter 96
populasi, tetapi menguji distribusi. Penggunaan statistic parametris dan non parameter tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik
parametris
memerlukan
terpenuhinya
banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan
dianalisis
harus
berdistribusi
normal.
Selanjutnya dalam penggunaan salah satu tes mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi linieritas. Statistik non parametris tidak menuntuk terpenuhinya banyak asumsi, misalnya data yang akan dianalisis tidak harus berdistribusi normal.
Oleh
karena
itu
statistik
parametris
mempunyai kekuatan yang lebih dari statistik non parametris apabila asumsi yang melandasi dapat terpenuhi. Jenis-jenis Analisis Data Kuantitatif meliputi : a. Analisis Univariat, jenis analisis ini digunakan untuk penelitian satu variabel. Analisis ini dilakukan terhadap penelitian deskriptif dengan menggunakan
statistik
deskriptif.
Hasil 97
penghitungan
statistik
tersebut
nantinya
merupakan dasar dari penghitungan selanjutnya. b. Analisis Bivariat,
jenis analisis ini digunakan
untuk melihat hubungan dua variabel. Kedua variabel tersebut merupakan variabel pokok yaitu variabel
pengaruh
(bebas)
dan
variabel
terpengaruh (tidak bebas). c. Analisis Multivariat,
sama dengan analisis
bivariat, tetapi pada mutivariat yang dianalisis variabelnya lebih dari dua. Tetap mempunyai dua variabel pokok (bebas dan tidak bebas), variabel bebasnya memliki sub-sub variable. Tujuan Analisis Data Kuantitatif, dimaksudkan untuk memahami apa yang terdapat di balik semua data tersebut, mengelompokannya, meringkasnya menjadi suatu yang kompak dan mudah dimengerti serta menemukan pola umum yang timbul dari data tersebut. Dalam analisis data kuantitatif, apa yang dimaksud dengan mudah dimengerti dan pola umum itu terwakili dalam bentuk simbol-simbol statistik, yang dikenal dengan istilah notasi, variasi, dan 98
koefisien. Seperti rata-rata ( u = miu), jumlah (E = sigma), taraf signifikansi (a = alpha), koefisien korelasi (p = rho), dan sebagainya. C. Jenis Data Statistik Statistik merupakan salah satu cara yang banyak manfaatnya bagi peneliti untuk menganilis data. Satu modal penting yang harus dikuasai terlebih dahulu oleh peneliti yang akan menggunakan teknik statistik adalah pengertian mengenai jenis data yang akan dianalisis, agar penggunaan data kuantitatif untuk keperluan analisis statistik tepat sasaran. Dengan kata lain pemilihan jenis teknik statistik dapat dipilih secara tepat sesuai dengan sifat-sifat atau jenisjenis data yang dihadapi. Dalam dunia statistik dikenal setidaknya terdapat empat jenis data hasil pengukuran, yaitu data Nominal, Ordinal, Interval dan Rasio yang masingmasing data dan hasil pengukuran memiliki karaktristik tersendiri yang berbeda antara satu dengan lainnya. 1. Data Nominal Data ini juga sering disebut data diskrit, kategorik, atau dikhotomi. Disebut diskrit karena ini data ini memiliki sifat terpisah antara satu sama lainnya baik pemisahan 99
itu terdiri dari dua bagian atau lebih dan di dalam pemisahan itu tidak terdapat hubungan sama sekali dan saling
lepas
(mutually
exclusive).
Masing-masing
kategori memiliki sifat tersendiri yang tidak ada hubungannya dengan kategori lainnya. Misal : data hasil penelitian dikategorikan kedalam kelompok ya dan tidak saja misalnya laki-laki/wanita (laki-laki adalah ya laki-laki; dan wanita adalah tidak laki-laki), kawin /tidak kawin; janda/duda, dan lainnya. Data nominal selain contoh di atas terdapat pula yang berupa angka-angka. Akan tetapi angka-angka tersebut bukan merupakan suatu atribut, oleh sebab itu pada angka tersebut tidak berlaku hitungan matematis. Contoh data ini misalnya nomor punggung pemain sepak bola, nomor rumah, nomor plat mobil dan lainnya yang nomor-nomor
tersebut
semata-semata
hanya
menunjukkan 100ymbol, tanda, atau stribut saja. 2. Data Ordinal Data ordinal adalah data yang menunjuk pada tingkatan atau penjenjangan pada sesuatu keadaan. Berbeda dengan data nominal 100
yang menunjukkan adanya
perbedaan secara kategorik, data ordinal juga memiliki sifat
adanya
perbedaan
di
antara
obyek
yang
dijenjangkan. Namun dalam perbedaan tersebut terdapat suatu kedudukan yang dinyatakan sebagai suatu urutan bahwa yang satu lebih besar atau lebih tinggi daripada yang lainnya.Kriteria urutan dari yang paling tinggi ke yang yang paling rendah dinyatakan dalam bentuk posisi relatif atau kedudukan suatu kelompok. Contoh dari data ini misalnya: prestasi belajar siswa diklasifikasikan menjadi kelompok : baik, cukup, dan kurang, atau ukuran tinggi seseorang dengan tinggi, sedang, dan pendek. Dalam kaitannya dengan analisis data, terhadap data ordinal
seringkali
diberikan
skor
sesuai
dengan
tingkatannya. Istilah skor diberi tanda petik karena skor tersebut bukan skor sebenarnya, tetapi sebagai tanda yang menunjukkan tingkatan. Contoh: Baik…….. diberi tanda 3 Cukup ……diberi tanda 2 Kurang …..diberi tanda 1
101
Contoh lain data ordinal misalnya hasil ujian mahasiswa peserta kuliah Statistik : Budi memperoleh skor 90, Rudy 85, Musyafak 75, dan Mahya 65. Berdasarkan skor-skor tersebut dibuatlah suatu jenjang (rangking), sehingga terjadilah urutan jenjang ke 1 (90), ke 2 (85), ke 3 (75), dan ke 4 (65).Data ordinal memiliki harga mutlak (dapat diperbandingkan) dan selisih perbedaan antara uruturutan yang berdekatan bisa tidak sama. Data ordinal mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan data diskrit karena mempunyai tingkatan yang lebih banyak daripada data diskrit yang hanya mempunyai dua kategori yaitu ya dan tidak. 3. Data Interval Data interval tergolong data kontinum yang mempunyai tingkatan yang lebih tinggi lagi dibandingkan dengan data ordinal karena mempunyai tingkatan yang lebih banyak lagi. Data interval menunjukkan adanya jarak antara data yang satu dengan yang lainnya. Contoh data interval misalnya hasil ujian, hasil pengukuran tinggi badan, dan lainnya. Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa data interval tidak dikenal 102
adanya nilai 0 (nol) mutlak. Dalam hasil pengukuran (tes) misalnya mahasiswa mendapat nilai 0. Angka nol ini tidak dapat diartikan bahwa mahasiswa tersebut benar-benar tidak bisa apa-apa. Meskipun ia memperoleh nilai nol ia memiliki suatu pengetahuan atau kemampuan dalam matakuliah yang bersangkutan. Nilai nol yang diberikan oleh dosen sebetulnya hanya merupakan atribut belaka hanya saja pada saat ujian, pertanyaan yang diujikan tidak pas seperti yang dipersiapkannya. Atau jawaban yang diberikan tidak sesuai dengan yang dikehendaki soal. 4. Data Rasio Data rasio merupakan data yang tergolong ke dalam data kontinum juga tetapi yang mempunyai ciri atau sifat tertentu. Data ini memiliki sifat interval atau jarak yang sama seperti halnya dalam skala interval. Namun demikian, skala rasio masih memiliki ciri lain. Pertama harga rasio memiliki harga nol mutlak, artinya titik nol benar-benar menunjukkan tidak adanya suatu ciri atau sifat.
Misalnya
titik
nol
pada
skala
sentimeter
menunjukkan tidak adanya panjang atau tinggi sesuatu. 103
Kedua angka skala rasio memiliki kualitas bilangan riel yang berlaku perhitungan matematis. Misalnya berat badan Rudy 70 kg, sedangkan Saiful 35 kg. Keadaan ini dapat dirasiokan bahwa berat badan Rudy dua kali berat badan Saiful. Atau berat badan Saiful separuh dari berat badan Rudy. Data rasio dalam ilmu-ilmu sosial jarang dipergunakan,
bahkan
hampir
tidak
pernah
dipergunakan. Lapangan penggunaan data berskala rasio ini lebih banyak berada dalam bidang ilmu-ilmu eksakta terutama fisika. D. Pokok-Pokok Sistematika Penelitian Kuantitatif BAB I PENDAHULUAN Fungsi bab ini adalah mengantarkan pembaca untuk mengetahui latar belakang dan masalah penelititan. Isi uraian dalam bab ini sama dengan isi uraian dalam proposal penelitian. Oleh karena itu bab pendahuluan dalam penelitian kuantitatif pada prinsipnya memuat: a) latar belakang masalah, b) rumusan masalah, c) tujuan penelitian d) manfaat penelitian e) definisi konsep/operasional variabel. a. Latar belakang masalah menjelaskan tentang masalahmasalah yang akan diteliti. Masalah merupakan bentuk 104
kesenjangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang yang terjadi sesungguhnya. Pada bagian ini dipaparkan antara lain teori yang terkait secara ringkas, hasil penelitian terdahulu, simpulan seminar dan diskusi ilmiah yang terkait erat dengan pokok masalah yang akan diteliti. Pola penyusunan latar belakang masalah mengikuti metode berpikir secara deduktif, yaitu mengungkapkan fenomena secara umum kemudian dipersempit
ke
aspek
khusus
sehingga
mampu
mengarahkan permasalahan penelitian dan alasan logis tentang pentingnya penelitian dilakukan. Oleh karena itu, peneliti harus dapat menggambarkan variabel-variabel yang
didukung
dengan
data
atau
fakta
serta
menggambarkan pentingnya variabel tersebut untuk diteliti. b. Perumusan
masalah,
merupakan
upaya
menjawab
pertanyaan-pertanyaan penelitian yang disusun secara singkat, padat, jelas, dan dituangkan dalam bentuk kalimat
tanya.
Rumusan
masalah
sebaiknya
menampilkan variabel-variabel yang diteliti, jenis atau
105
sifat hubungan antar variabel tersebut dan subjek penelitian. c. Tujuan penelitian, mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian yang selaras dengan masalah peneltitian yang mengacu kepada isi dan rumusan masalah
penelitian.
Rumusan
tujuan
penelitian
dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. d. Manfaat penelitian, merupakan uraianyang berisi tentang kegunaan hasil penelitian terutama bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan bagi pihak yang terkait. Bentuk uraian manfaat penelitian berkaitan dengan: (1) manfaat teoritis, manfaat hasil penelitian dalam penambahan pengetahuan baru yang berkaitan dengan masalah yang dikaji, (2) manfaat praktis, berupa rekomendasi pemecahan masalah yang digunakan untuk menyelesaikan masalah bagi berbagai pihak yang berkepentingan. e. Definisi Konsep/Operasional Variabel digunakan untuk mengantisipsi adanya perbedaan pemahaman terhadap istilah yang menjadi kajian dalam variabel penelitian. Istilah yang perlu diberi penjelasan adalah yang 106
berhubungan dengan konsep pokok yang terdapat dalam variabel penelitian. Definisi operasional variabel dititik beratkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti terhadap variabel yang diteliti dengan berlandaskan teori-teori yang sudah ada. Secara tidak langsung definisi operasional variabel akan menunjukkan alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu kepada bagaimana mengukur suatu
variabel.
Penyusunan
definisi
operasional
memungkinkan orang lain melakukan hal yang serupa sehingga apa yang dilakukan oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. BAB II KAJIAN PUSTAKA a. Pembahasan Variabel Penelitian, membahas landasan teori
yang
digunakan
untuk
membahas
variabel
penelitian. Isi pada kajian pustaka harus memperkuat variabel yang diteliti dan indikator-indikator yang digunakan. Setiap pembahasan variabel atau subvariabel minimal didukung oleh 2 (dua) referensi yang kemudian berdasarkan kajian tersebut disimpulkan oleh penulis. 107
Jika penelitian kuantitatif korelasional, variabel terikat (Y) yang dibahas terlebih dahulu baru kemudian diikuti vairiabel
bebas
(X).
Bahan-bahan kajian pustaka dapat diperoleh dari berbagai rujukan seperti jurnal penelitian, skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, buku teks, makalah, laporan seminar, dan diskusi ilmiah. Ada dua jenis sumber rujukan yaitu rujukan primer dan rujukan skunder. Sumber rujuakan primer adalah bahan rujukan yang berasal dari sumber aslinya, sedangkan sumber rujukan sekunder adalah bahan rujukan yang berasal tidak langsung dari sumber aslinya. b. Hasil Penelitian yang Relevan,
pada bagian ini
dipaparkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yangakan dilakukan. Untuk penelitian kuantitatif
relevansi
penelitian
dapat
dilihat
dari
kesamaan variabel yang diteliti, analisis data yang digunakan dan subjek penelitian. Hasil penelitian yang relevan bisa diakses dari skripsi, tesis, desertasi, jurnal regional dan internasional. Jumlah hasil penelitian yang relevan yang mendukung penelitian penulis minimal dua 108
hasil penelitian. Hasil penelitian sifatnya mendukung penelitian yang akan dilakukan, maka penulis harus menjelaskan perbedaan dan persamaan hasil penelitian terdahulu dengan yang akan diteliti, terutama dalam hal variabel, indikator dan analisis data, sehingga perlu diungkapkan tentang : penulis, jenis karya ilmiah, tahun, judul penelitian, variabel dan indikator, analisis data, dan temuaan hasil penelitian. c. Kerangka Berpikir, berbentuk diagram/skema disertai penjelasanyang
menguraikan
hubungan,
pengaruh,
perbedaan antarvariabel/subvariabel penelitian yang berpedoman pada landasan teori yang sudah ada. d. Hipotesis Penelitian, merupakan jawaban sementaa terhadap
masalah
penelitian
yang
secara
teoritis
dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Kalimat hipotesis yang baik hendaknya: a) menyatakan pertautan antara dua variabel atau lebuh, b) dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan, c) dirumuskan secara singkat, padat, dan jelas, serta d) dapat diuji secara empiris. Hipotesis yang dicantumkan dalam bagian ini adalah hipotesis alternatif (H1), 109
sedangkan hipotesis nol (Ho) dicantumkan di bagian hasil dan pembahasan yang berfungsi untuk menguji hipotesis alternatif (H1). BAB III METODE PENELITIAN a. Rancangan
Penelitian,
diartikan
sebagai
strategi
mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang valid sesuai dengan karakreristik variabel dan tujuan penelitian. Bagian ini menjelaskan tentang jenis penelitian serta rancangan dan prosedur penelitian. Ditinjau dari sifatnya, jenis penelitian kuantitatif meliputi korelatif,
penelitian dan
eksploratif,
deskriptif,
komparasi
survei, kausal.
Rancangan penelitian kuantitatif berupa eksperiment atau non eksperiment. Ciri khas dari desain eksperimen adalah memanipulasi variabel penelitian, sedangkan rancangan penelitian noneksperimen adalah rancangan penelitian yang memotret variabel secara apa adanya. Prosedur penelitian kuantitatif menjelaskan langkahlangkah penelitian yang akan dilaksanakan secara sistematis. 110
b. Populasi,
Sampel,
dan
Sampling
Penelitian
Bagian ini menguraikan populasi, sampel dan teknik sampling. Untuk penelitian yang tidak menggunakan sampel, maka tidak perlu memaparkan sampel dan teknik sampling. Jika penelitian mempertimbangkan penggunaan sampel maka perlu dipaparkan populasi, sampel, dam teknik sampling yang digunakan. Apabila jumlah populasi kurang dari 30, maka lebih baik digunakan penelitian populasi. Jika jumlah populasi lebih dari 30 maka dimungkinkan untuk mengambil sampel
penelitian
yang
didahului
dengan
uji
homogenitas dan normalitas. c. Variabel Penelitian, bagian ini menjelaskan tentang variabel penelitian, subvariabel (bila ada), dan indikator. Penjelasan variabel penelitian disajikan dalam bentuk tabel berikut. d. Teknik Pengumpulan Data, pada bagian
ini peneliti
memaparkan : metode yang digunakan dalam penelitian, alat/instrumen yang digunakan untuk memperoleh data sesuai
dengan
metodenya.
cara
pengukuran/cara
111
penskoran
dari
alat/instrumen
yang
digunakan,
kriteria/klasifikasi dari nilai yang diperoleh. e. Analisis Data, analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan uji statistik, sesuai dengan karateristik data bersifat kuantitatif atau data yang diakuantitatifkan. Analisis statistik, yaitu model analisis yang digunakan harus relevan dengan : jenis data yang akan dianalisis, tujuan penelitian, hipotesis yang akan diuji, dan rancangan penelitian. Setiap jenis model atau rumus statistik yang digunakan untuk menganalisis data, mendasarkan adanya asumsiasumsi yang harus dipenuhi. Misalnya asumsi-asumsi apa yang harus dipenuhi kalau akan menganalisis data dengan menggunakan rumus uji t, korelasi product moment dan sebagainya. Sebagai contoh (1) Syarat sebelum dilakukan uji beda (t tes, anava dan lainnya yang sejenis) sebelum dilakukan uji tes beda harus dilakukan
lebih
dahulu
uji
normaliatas
dan
uji
homogenitas. (2) syarat menggunakan analisis korelasi product moment, sebelum dilakukan analisis korelasi product moment adanya uji normalitas atau linieritas. 112
Pada bagian ini juga dijelaskan bagaimana ketentuan uji hipotesis rumus statistik yang digunakan. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Penyajian Data Hasil Penelitian, berupa sajian data dari hasil penelitian yang sudah diolah dalam bentuk tabel atau grafik. Penyajian data ini disertai dengan penjelasan secara deskriptif, sehingga dapat memperjelas sajian tabel atau grafik tersebut. b. Analisis Data dan Uji Hipotesis, analisis data sesuai dengan analisis dan langkah-langkah analisis yang sudah disajikan pada Bab III. Bagian ini menyajikan 1) uji validitas dan uji reiabilitas. 2) uji prasyarat, dan 3) analisis data. Analisis data dapat menggunakan program SPSS.
Pengujian
hipotesis
pada
dasarnya
untuk
membuktikan hipotesis nol (Ho) dengan langkahlangkah sebagai berikut. 1. Merumuskan hipotesis Ho dan Ha 2. Menentukan taraf signifikansi dan daerah kritis 3. Melakukan penghitungan dengan rumus statistik 4. Mengkonfirmasi hasil hitungan statistik dengan tabel 113
5. Menyimpulkan c. Pembahasan, bagian ini membahas hasil dari analisis data yang sudah diperoleh sebelumnya. Hal-hal yang harus dijelaskan: 1) memberikan interpretasi hasil penelitian yang dilakukan, 2) membandingkan hasil penelitian yang dilakukan dengan teori, dan 3) kajian penelitian yang relevan yang mendukung penelitiannya. BAB V PENUTUP a. Simpulan, dibuat berdasarkan jawaban dari rumusan masalah yang didasarkan pada hasil analisis data beserta interpretasinya. b. Saran,
dibuat
berdasarkan
hasil
temuan
dan
pertimbangan peneliti, ditunjukan kepada para pihak yang memungkinkan memanfaatkan hasil penelitian. Saran merupakan suatu implikasi dari hasil penelitian dan diselaraskan dengan manfaat penelitian.
114
DAFTAR PUSTAKA Abdullah Fajar, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Jurnal Penelitian Agama Nomor: 1 Juni – Agustus 1992. Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga Ace Suryadi, Teori dan Praktek Perumusan Masalah Dalam Penelitian Sosial Keagamaan, Makalah Tidak Diterbitkan, 2000. Anggoro, Toha,dkk.2009.Metode Penelitian.Jakarta: Universitas Terbuka Black, James A & Dean J Champion. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung : Refika Offset. Bugin,Burhan. Metodologi Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press,2001. Bungin, H.M. Burhan. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi, dan kebijakan Publik Serta Ilmuilmu Sosial Lainnya,Cet.6. Jakarta: Kencana,2011. Djamaluddin Ancok, Teknik Penyusunan Skala Pengukuran; PPK UGM, Yogyakarta, 1989. Harahap, Nasruddin, Penelitian Sosial : Latar Belakang, Proses : Persiapan Pelaksanaannya, dalam Jurnal Penelitian Agama Nomor: 1 Juni – Agustus 1992. Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga 115
Hasan, Iqbal. Analisis Data Penelitian dengan Statistik. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006. Kasiram, Moh. Metodologi Penelitian: Refleksi Pengembangan Pemahaman dan Penguasaan Metodologi Penelitian. Malang: UIN Maliki Press,2010. Kerlinger, Fred N. Foundation of Behavioral Research. New York: Renehart and Winston Inc,1973. Koentjaraningrat, Metode-Metode Gramedia, Jakarta, 1973.
Penelitian
Masyarakat,
Margono,S.2010.Metodologi Penelitian Pendidikan.Jakarta : Rineka Cipta Moh. Nasir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988. Purwanto.2010.Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Psikologi dan Pendidikan.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Saifuddin Azwar.2007.Metode Penelitian .Yogyakarta: Pustaka Pelajar Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta, 1985. Slamet, Yulius. 2006. Metode Penelitian Sosial. Surakarta : Sebelas Maret University Press.
116
Subagyo,Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT.Rineka Cipta,2004. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta,2010. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1992. Suyanto, Bagong & Sutinah. 2010. Metode Penelitian Sosial (Berbagai Alternatif Pendekatan). Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Tanzeh,Ahmad. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras,2009. Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Logos: Jakarta, 1997. Widi, Restu Kartiko. Asas Metodologi Penelitian,Cet.1. Yogyakarta: Graha Ilmu,2010
117
118
Lampiran 1.(Pedoman Penyusunan Angket) 1. Tujuan Pokok Pembuatan Angket a. Memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian b. Memperoleh data dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin 2. Sumber Penyusunan Angket a. Kerangka konseptual (variabel) b. Tujuan penelitian c. Hipotesa 3. Hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan angket a. Apakah pertanyaan yang diajukan relevan dengan tujuan dan hipotesa penelitian b. Bagaimana cara tabulasi untuk tiap pertanyaan c. Mempelajari angket yang sudah ada d. Konsultasi dengan ahli yang pernah meneliti hal yang sama 4. Isi Pertanyaan dalam angket a. Pertanyaan tentang fakta misal : umur, jenis kelamin, agama, pendidikan dan sebagainya. b. Pertanyaan tentang pendapat, tanggapan dan sikap, misal : sikap responden terhadap sesuatu hal. 119
5. Jenis Pertanyaan dalam angket. a. Pertanyaan tertutup Jawaban pertanyaan sudah disediakan oleh peneliti. Keuntungan memudahkan dalam proses tabulasi, sedang kelemahannya kurang dapat memperoleh data yang mendalam dan bervariasi. b. Pertanyaan terbuka Jawaban pertanyaan tidak ditentukan terlebih dahulu, responden bebas memberi jawaban. Keuntungannya dapat
menangkap
informasi
lebih
luas.
Sedang
kelemahannya adalah kesulitan dalam proses tabulasi. c. Pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka Jawaban pertanyaan sudah disediakan, tetapi diikuti oleh pertanyaan terbuka d. Pertanyaan semi terbuka Jawaban pertanyaan sudah disediakan oleh peneliti, namun diberi kemungkinan tambahan jawaban. 6. Petunjuk Membuat Pertanyaan a. Gunakan
kata-kata
yang
sederhana
dimengerti oleh responden. b. Usahakan pertanyaan yang jelas dan khusus 120
dan
mudah
c. Hindarkan pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu pengertian d. Hindarkan pertanyaan yang mengandung sugesti e. Pertanyaan harus berlaku bagi semua responden 7. Uji Coba Angket Keuntungan jika melakukan uji coba angket a. Pertanyaan yang dianggap tidak relevan bisa dihilangkan b. Bisa diketahui apakah tiap pertanyaan dapat dimengerti dengan baik oleh responden c. Apakah urutan pertanyaan perlu dirubah d. Bisa diketahui reaksi responden terhadap pertanyaan sensitif, sehingga perlu dirubah atau tidak e. Lama pengisian angket.
121
122
Lampiran 2. (Contoh Angket) RITUAL INVOLVEMENT 1. Apakah Anda sholat ? 1. Ya
2. Tidak
Kalau ‘ya’, hal yang manakah dari hal-hal berikut ini yang sesuai bagi Anda : a. Sholat secara teratur lima kali sehari, b. Sholat tiap hari, tetapi tidak sampai lima kali sehari, c. Sholat hanya seminggu sekali pada hari Jumat, d. Sholat hanya pada Hari Raya saja. 2. Apakah Anda berdoa sebelum makan ? 1. Ya
2. Tidak
Kalau ‘ya’, dari hal berikut ini yang manakah yang sesuai bagi Anda : a. selalu membaca doa setiap kali akan makan makanan apa saja, b. hanya berdoa setiap akan makan di meja makan, c. bila akan makan di meja makan kadang-kadang beroda, kadang-kadang tidak, d. pernah berdoa, tetapi pada umumnya tidak
123
IDEOLOGICAL INVOLVEMENT 1. Apakah Anda yakin bahwa hari kiamat pasti datang? a. sangat yakin b. cukup yakin c. kurang yakin d. tidak yakin 2. Apakah Anda yakin bahwa surga itu hanya tempat bagi orang yang taat beribadah? a. sangat yakin b. cukup yakin c. kurang yakin d. tidak yakin INTELECTUAL INVOLVEMENT 1. Apakah Anda sering menghadiri pengajian keagamaan? a. sangat sering b. cukup sering c. agak jarang d. sangat jarang
124
2. Apakah Anda sering membaca buku-buku tentang agama yang Anda peluk? a. sangat sering b. cukup sering c. agak jarang d. sangat jarang EXPERIENTAL INVOLVEMENT 1. Apakah doa Anda sering dikabulkan Tuhan? a. sangat sering b. cukup sering c. agak jarang d. sangat jarang EXPERIENTAL INVOLVEMENT 1. Bila Anda disuruh berbuat curang dalam suatu pertandingan olahraga oleh teman Anda, apakah Anda selalu menolak? a. selalu menolak b. pada umumnya menolak, walaupun kadang-kadang menerima c. kadang-kadang menerima, kadang-kadang menolak d. umumnya tidak menolak 125
2. Bila Anda berbuat kesalahan terhadap seseorang, apakah yang Anda lakukan? a. selalu segera meminta maaf b. umumnya segera meminta maaf, walaupun kadangkadang tidak c. sering minta maaf, tetapi sering pula tidak d. jarang meminta maaf
126
BIODATA PENULIS Nama : Dr. H. Munawar Noor, MS Tempat/Tanggal Lahir : Pati / 30 April 1953 Alamat : Jl. Candi Kencana VII/C-22 Pasadena Semarang No Tlp./HP : (024) 7602350 / 08122938508 Pekerjaan : Dosen Jafa/Golongan : Lektor Kepala/ IV-b Email :
[email protected] Pendidikan
: 1. Sarjana Strata 1 (1978-1984) di Fisip UNTAG Semarang 2. Sarjana Strata 2 (1988-1990) di Fisipol UGM Yogyakarta 3. Sarjana strata 3 (2011-2014) di Fisip UNDIP Semarang
Pengalaman Kerja
: 1. Dekan Fisip UNTAG (1997-2002) 2. Pembantu Rektor (2002-2006) 3. Kepala Badan Penjaminan Mutu (2006-sekarang)
Buku Ajar
: 1. Pengembangan/Pelembagaan Organisasi (2005) 2. Kepemimpinan (2008) 3. Perencanaan/Pengendalian (2010) 4. Pendidikan Nasionalisme (2009) 5. Evaluasi Kebijakan Publik (2013) 6. Teori Implementasi Kebijakan Publik (2013) 127
7. Pelayanan Publik (2010) 8. Teori Organisasi (2012) 9. Perilaku Organisasi (2014) 10. Statistik Inferensial (2013) Buku Referensi
Jurnal Lokal/Nasional :
: 1. Kebijakan Publik (2010) 2. Menegemen Sumber Daya Manusia (2010) 3. Memotret Data Kualitatif (Untuk Tugas Akhir Mahasiswa) (2014) 4. Dimensi Prima Organisasi Dan Kelembagaan (2014) 5. Birokrasi Melayani Publik (2015) 6. Membangun Ekonomi Kerakyatan (Model Blusukan) (2015) 7. Memotret Data Kuantitatif (Untuk Skripsi, Tesis, Disertasi) (2015) 8. Memotret Data Kualitatif Dan Kuantitatif (Untuk Skripsi, Tesis, Disertasi) 1. Menggagas Pelayanan Publik yang Pro-Poor (2013), Proceding Simposium Nasional III, ASIAN, ISBN, XXX-XX-XXXX-X-X 2. Sinergitas Good Governance Dengan kelembagaan Masyarakat, Mimbar Administrasi, Volume 9 No. 13, Oktober 2014, ISSN : 0854-3542 3. Penanggulangan Kemiskinan Di
Indonesia (Studi Tentang Program Nasional Pemberdayaan 128
Masyarakat Mandiri Perkotaan Di Kota Semarang), Serat Acitya (Jurnal Ilmiah) Vol 3 No 1 Juli 2014, ISSN : 9772302275004 4. Analisis Kelembagaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) Untuk Penanggulangan Kemiskinan, Serat Acitya (JurnalImiah), Vol.3 No.2 Oktober 2014, ISSN : 9772302275004 Jurnal Internasional :
1. Institutional Analysis On National Program For Community Empowerment of Independent Urban (PNPM-MP) For Proverty Reduction, Jurnal Internasional, Article No. JBASR-2889-2, Egypt, 2014. 2. Institutional Analysis On Proverty Reduction Program in Sociaety ( A case study of National Program for community Empowerment of Independent Urban (PNPM-MP) in Semarang, Indonesia, Jurnal Internasional IJRCM, Number 458, Jagadhri-135003, Yamuna Nagar, Haryana, India, 2014
129