PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR DINAS TENAGA KERJA, TRANSMIGRASI DAN KEPENDUDUKAN UPT PELATIHAN KERJA SURABAYA
SUMERAREKA
GRAND DESIGN BLK INTERNASIONAL REVITALISASI BLK SURABAYA MENUJU BLK INTERNASIONAL DALAM RANGKA MENDUKUNG PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR MENUJU MASYARAKAT JAWA TIMUR YANG MAKMUR DAN BERAKHLAK 25 APRIL 2011 / Rev 08 Januari 2014
[Pada awal didirikan, BLK Surabaya dengan disain dan resources yang excellent, peran dan kontribusi BLK Surabaya di bidang penyiapan tenaga kerja sangat diandalkan, naming seiring dengan perjalan waktu dan lemahnya dukungan dan regenerasi kedudukan itu tidak dapat dipertahankan. Dengan sisa-sisa potensinya, BLK Surabaya masih dapat dikembalikan kejayaannya, namun dengan keusangan resourcesnya maka harus ditempuh melalui revitalisasi yang masif dan intensif]
I.
LATAR BELAKANG A.
EKSISTENSI UPT PK SURABAYA Pada awal berdirinya UPT PK Surabaya (BLK Surabaya) merupakan lembaga pelatihan yang mempunyai peran dan fungsi sangat istimewa, kontribusinya terhadap penyiapan tenaga kerja yang berkualitas sangat diandalkan oleh masyarakat dan pengguna tenaga kerja yaitu perusahaan dan dunia kerja, hal ini terbukti dari banyaknya alumni yang menduduki dan bertugas sangat strategis di perusahaan atau tempatnya bekerja atau menjadi pengusaha. Pada waktu itu dengan fasilitas yang lengkap dan serba modern didukung dengan anggaran yang memadai, kualitas instruktur yang sebagian besar adalah tamatan pendidikan dan pelatihan luar negeri serta pendampingan dan bimbingan tenaga ahli dari Negara-negara maju maka seluruh aktivitas berlangsung dengan sangat berkualitas. Namun seiring dengan perjalanan waktu dan adanya perubahan sistem serta kebijakan pemerintah, UPT PK tidak mampu meningkatkan eksistensinya bahkan untuk mempertahankan eksistensi sangat sulit, status kelembagaan yang terkatungkatung, maintenance dan repair yang terhenti, stagnasi regenerasi sumberdaya manusia, eksistensi pelatihan, mandegnya program-program inovasi dan sebagainya adalah masalah-masalah mendasar yang belum dapat dipecahkan. Sebagai akibat dari kondisi tersebut maka peran, fungsi, eksistensi dan kontribusi UPT PK sebagai lembaga pelatihan untuk menyiapkan tenaga kerja dan upgraiding tenaga kerja maupun tenaga pelatih (instruktur) serta sebagai innovator pelatihan meskipun perlahan tetapi dirasakan terus menurun.
Grand Design
Halaman 1
Upaya untuk mempertahan eksistensi tersebut telah dilakukan dengan berbagai cara, hasil positifnya secara nyata dapat diukur cukup tinggi. Namun demikian, upaya-upaya mempertahankan serta meningkatkan eksistensi UPT PK yang cenderung bersifat tambal sulam dan sporadis tentunya tidak mampu menghasilkan loncatan dan percepatan, sementara tantangan peningkatan pelatihan tenaga kerja berkembang dengan sangat pesat, diantaranya serbuan 4 gelombang pengaruh (four waves), perubahan sistem kerja dll. Menghadapi tantangan tersebut maka untuk meningkatkan eksistensi, peran dan fungsi serta kontribusi UPT PK Surabaya tidak tepat lagi apabila dilaksanakan sporadis dan tambal sulam, tetapi harus ditempuh dengan program yang sangat masiv dan ketat yaitu dengan “revitalisasi”. Dengan tantangan dari luar yang begitu kuat maka sudah saat dilakukan revitalisasi UPT PK Surabaya menuju BLK Berstandar Internasional, yang didalamnya mencakup : reposisi, re-engineering, remanajemen, rehabilitasi, rebuilding dll.
B.
KUALITAS TENAGA KERJA, PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING
Disamping teknologi yang digunakan dan manajemen, produktivitas sangat dipengaruhi oleh kualitas tenaga kerja. Seringkali masyarakat memandang bahwa kualitas tenaga kerja mempengaruhi produktivitas, selanjutnya produktivitas akan mempengaruhi tingkat daya saing dan selanjutnya berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan seterusnya sehingga menyerupai siklus sebab akibat sebagaimana digambarkan pada skema berikut. Grand Design
Halaman 2
PRODUKTIVITAS DAN DAYA SAING
PERTUM BUHAN EKONOMI
DAYA SAING
ANGKA PENGANG GURAN
ANGKA KEMIS KINAN
PENDI DIKAN SDM KOMPT
PRO DUKTI VITAS
Secara teori apabila tidak dilakukan upaya maka siklus tersebut akan tetap berada pada apa adanya, statis yaitu karena rendahnya kualitas tenaga kerja maka tingkat produktivitas menjadi rendah sehingga daya saing menjadi lemah. Lemahnya daya saing menyebabkan rendahnya pertumbuhan ekonomi yang akan berakibat pada tingginya angka pengangguran sehingga akan angka kemiskinan akan meningkat dan seterusnya. Untuk merubah siklus negatif tersebut perlu adanya program pengungkit (leverage) yang dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja, peningkatan kualitas tenaga kerja akan meningkatkan produktivitas sehingga akan mempertinggi daya saing. Daya saing yang meningkat secara teoritis akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga dapat menekan angka pengangguran dan kemiskinan. Grand Design
Halaman 3
Salah satu pengungkit yang diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk merubah siklus negatif menjadi siklus positif adalah merevitalisasi UPT PK Surabaya. Revitalisasi yang dimaksud didalamnya juga meliputi reposisi, re-engineering, rehabilitasi, remanajemen dan rebuilding. Melalui revitalisasi diharapkan UPT PK Surabaya dapat berperan sebagai BLK Internasional, yaitu BLK yang mampu menghasilkan tamatan pelatihan dengan kompetensi standar internasional, bersertifat internasional yang diakui dan diperlakukan sesuai standar internasional.
ANGKA PE NGANG GURAN
ANGKA KEMIS KINAN
PERTUMBUHAN EKO NOMI
KUALITAS SDM PENDIDIKAN KNOW HOW
DAYA SAING
PRO DUKTI VITAS
SOLUSI SIMPTOMATIK: BLK INTERNASIONAL
KEBIJAKAN 3 IN 1 PELATIHAN SERTIFIKASI PENEMPATAN DELAY
DELAY
SOLUSI MENDASAR: PENINGKATAN DAYA SAING SDM
Grand Design
EFEK SAMPING: BACKFIRE MEMUKUL BALIK CITRA RUSAK
MENJA GA CITRA BLK INT
LEVE RAGE
Halaman 4
C.
HUMAN DEVELOPMENT INDEX (HDI) INDONESIA 2010 & 2011 Berdasarkan IPM atau HDI yaitu angka indeks yang sering dipergunakan sebagai alat ukur atau pengukuran yang dipakai untuk mengetahui tingkat usaha dan keberhasilan pembangunan/pengem-bangan sumber daya manusia. Karena dalam pengukuran IPM (HDI) digunakan tiga indikator pengukuran yaitu : angka harapan hidup sejak lahir (life expectancy at birth); angka melek huruf (literacy) dan GDP per capita maka angka indeks tersebut seringkali digunakan untuk peringkatan kedudukan suatu negara berdasarkan usaha dan keberhasilannya dalam pengembangan sumber daya manusia dan sering dianggap identik dengan daya saing suatu negara dibandingkan dengan negara lain.
1. PERINGKAT HDI INDONESIA TAHUN 2010 Newsweek pada bulan September 2010 telah merelease peringkat
HDI dari 100 negara yang diteliti, termasuk
Indonesia. Newsweek tidak menggunakan 3 indikator tetapi 5 indikator, yaitu : Education, Health, Quality of Life, Political Environment dan Economic Dynamism. Indonesia menduduki peringkat yang rendah baik untuk masingmasing indikator maupun overall, bahkan dibanding negara-negara Asean menduduki peringkat yang kurang menggembirakan. Secara overall dari 5 indikator HDI Indonesia menduduki peringkat 73 dari 100 negara yang disurvei dengan skore yang dicapai 57,1 lebih tinggi dari Vietnam pada peringkat 81 dengan skore 54,9. Namun jauh lebih rendah dari negara-negara Asean lainnya yaitu Singapura (peringkat 20; skore 80,9), Malaysia (37; 69,7), Thailand (58; 62,2), Pilipina (63; 60,5). Juga lebih rendah dari China (59; 62,1). Berdasarkan indikator pendidikan, peringkat HDI Indonesia, menduduki peringkat 71 dengan skore 74,4 paling rendah diantara negara-negara Asean yang disurvei, terpaut cukup jauh di bawah Vietnam pada peringkat 64 dengan Grand Design
Halaman 5
skore 77,1; Thailand (57; 79,3), Pilipina (46; 81,5), Malaysia (36; 86,4), Singapura (4; 95,6), juga lebih rendah dari China pada peringkat 61 dengan skore 78,1. Berdasarkan indikator kesehatan, HDI Vietnam menduduki peringkat yang cukup tinggi yaitu peringkat 52 dengan skore 71, sedangkan Indonesia menduduki peringkat 75 dengan skore 61,4 lebih rendah dari pada Pilipina (66; 66,2), Thailand (66; 66,2), Malaysia (52; 71), Singapura (7; 92,8) dan juga China (42; 75,9). Berdasarkan indikator Quality of Life, HDI Indonesia menduduki peringkat yang sangat rendah, yaitu peringkat 82 dengan skore 52,3, jauh lebih rendah dibandingkan dengan Singapura pada peringkat 23 dengan skore 80, Malaysia (48; 69,3), Thailand (55; 67,2), China (70; 61); Vietnam (74; 58,7) dan Pilipina pada peringkat 75 dengan skore 57,9. Berdasarkan Indikator Political Environment, HDI Indonesia menduduki peringkat tertinggi dibanding dengan negara-negara Asean lainnya dan China. Indonesia menduduki peringkat 52 dengan skore 60,1, lebih tinggi dari pada Malaysia (54; 59,8), Pilipina (58; 56,9), Singapura (67; 53,3), Thailand (74; 48,7), jauh lebih tinggi dibanding Vietnam (95; 32,5) dan China (93; 33).
Meskipun berdasarkan indicator political environment HDI Indonesia menduduki peringkat yang cukup tinggi, tetapi berdasarkan indicator Economic Dynamism, HDI Indonesia baru mencapai peringkat 76 dengan skore 37,4 lebih tinggi dari Vietnam pada peringkat 79 dengan skore 35, tetapi jauh lebih rendah dibawah Singapura pada peringkat 1 dengan skore 83,1, China (13; 62,6), Malaysia (14; 61,9), Thailand (39; 49,5) dan Pilipina (64; 40,1). Dengan rendahnya perolehan HDI Indonesia maka daya saing Indonesia dalam bidang ekonomi global menjadi relatif lemah dibandingkan dengan negara lainnya. bahkan di kawasan Asean.Peringkat HDI Indonesia menurut hasil survey Newsweeks September 2010 dimaksud sebagaimana pada tabel 1a s.d 1f. Grand Design
Halaman 6
Tabel 1a
Tabel 1b
PERINGKAT HDI INDONESIA
PERINGKAT HDI INDONESIA
(PENDIDIKAN, KESEHATAN, KUALITAS HIDUP, POLITICAL ENVIRONMNET, ECONOMIC DYNAMISM)
BERDASARKAN PENDIDIKAN
PERINGKAT 1 2 3 4 5 20 37 58 59 63 73 81
Grand Design
NEGARA FINLANDIA SWITZERLAND SWEDEN AUSTRALIA LUXEMBOURG SINGAPORE MALAYSIA THAILAND CHINA PHILIPPINES INDONESIA VIETNAM
SKORE 89,4 89,3 88,9 87,9 87,5 80,9 69,7 62,2 62,1 60,5 57,1 54,9
PERINGKAT
NEGARA
SKORE
1
FINLAND
102
2
SOUTH KOREA
96,7
3
CANADA
96,7
4
SINGAPORE
95,6
5
JAPAN
36
MALAYSIA
86,4
46
PHILIPPINES
81,5
57
THAILAND
79,3
61
CHINA
78,1
64
VIETNAM
77,1
71
INDONESIA
74,4
94
Halaman 7
Tabel 1c
Tabel 1d
PERINGKAT HDI INDONESIA BERDASARKAN KESEHATAN
PERINGKAT HDI INDONESIA BERDASARKAN QUALITY OF LIFE
PERINGKAT
Grand Design
NEGARA
SKORE
1
JAPAN
100
2
SWITZERLAND
97,6
3
SWEDEN
95,2
4
SPAIN
95,2
5
ITALY
95,2
7
SINGAPORE
92,8
42
CHINA
75,9
52
VIETNAM
71
52
MALAYSIA
71
66
THAILAND
66,2
66
PHILIPPINES
66,2
75
INDONESIA
61,4
PERINGKAT 1
NEGARA NORWAY
SKORE 98,5
2 3
SWITZERLAND LUXEMBOURG
94,2 93,3
4 5 23 48 55
FINLAND DENMARK SINGAPORE MALAYSIA THAILAND
91,5 90,7 80 69,3 67,2
70
CHINA
74 75 82
VIETNAM PHILIPPINES INDONESIA
61 58,7 57,9 52,3
Halaman 8
Tabel 1e
Tabel 1f
PERINGKAT HDI INDONESIA BERDASARKAN POLITICAL ENVIRONMENT
PERINGKAT HDI INDONESISA BERDASARKAN ECONOMIC DYNANISM
PERINGKAT
NEGARA
SKORE
PERINGKAT
NEGARA
SKORE
1
SWEDEN
98,5
1
SINGAPORE
83,1
2
NORWAY
98,3
2
UNITED STATES
77,8
3
NETHERLANDS
95,7
3
KOREA, SOUTH
73
4
NEW ZEALAND
94,1
5
FINLAND
92,7
4
UNITED KINGDOM
72,9
52
INDONESIA
60,1
5
SWEDED
71,5
54
MALAYSIA
59,8
13
CHINA
62,6
58
PHILIPPINES
56,9
14
MALAYSIA
61,9
67
SINGAPORE
53,3
39
THAILAND
49,5
74
THAILAND
48,7
64
PHILIPPINES
40,1
93
CHINA
33
76
INDONESIA
37,4
95
VIETNAM
32,5
79
VIETNAM
Grand Design
35
Halaman 9
Berdasarkan peringkat HDI tersebut maka pada dasarnya kondisi ekonomi Indonesia pada tahun 2010 berada pada posisi yang cukup rentan terhadap perubahan ekonomi di Asean. Upaya memperbaiki posisi untuk mencegah degradasi ekonomi disamping perlu adanya terobosan-terobosan ekonomi, tetapi karena indikator-indikator HDI sangat dekat dengan tingkat kualitas SDM maka harus dilakukan upaya terobosan dalam hal penyiapan tenaga kerja. Salah satu diantaranya adalah dengan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan three system atau 3 in 1 plus, yang memadukan antara pelatihan, sertifikasi, penempatan dan pemagangan sekaligus diploma.
2. PERINGKAT HDI INDONESIA TAHUN 2011 Berdasarkan Human Development Index Report 2011, dari 187 negara yang disurvei, Indonesia menduduki peringkat 124 dengan score 0,617 (tahun 2010 peringkat 73 dari 100 negara yang disurvei dengan score 57,1) yang berarti terjadi peningkatan yang cukup signifikan, meskipun demikian HDI Indonesia (0,617) masih termasuk pada kelompok Negara dengan pertumbuhan menengah dan masih dibawah rata-rata HDI Asia Pasific (0,671) dan masih relatif rendah untuk kawasan Asia Tenggara terutama jika dibandingkan dengan peringkat dan score HDI Singapura (0,866 peringkat 26); dan Brunei Darussalam (0,838 rank 33) yang termasuk kelompok Negara dengan Human Development (HD) sangat tinggi, juga masih lebih rendah dari Malaysia yang termasuk kelompok negara HD tinggi dengan score 0,761 rank 61. Pada kelompok Negara dengan HD menengah juga masih berada di bawah Thailand (0,682 rank 103) dan Philipina (0,644 rank 112), namun masih lebih tinggi dibanding Vietnam (0,593 rank 128); Kamboja (0,523 rank 139). Tabel 2 berikut dapat memberikan gambaran posisi Indonesia di kawasan Asia Tenggara dan beberapa Negara maju.
Grand Design
Halaman 10
NEGARA
RANK
HDI
LIFE EXPECTANCY
MEAN YEARS
OF BIRTH
SCHOOLING
GNI ($)
KELOMPOK
NORWEGIA
1
0,943
81,1
12,6
47.577
VERY HIGH HUMAN DEVELOPMENT
BELANDA
3
0,910
80,7
12,0
34.431
VERY HIGH HUMAN DEVELOPMENT
SELANDIA BARU
5
0,908
80,7
12,5
43.017
VERY HIGH HUMAN DEVELOPMENT
SWEDIA
10
0,904
81,4
11,7
35.837
VERY HIGH HUMAN DEVELOPMENT
FINLANDIA
22
0,882
80,0
10,3
32.438
VERY HIGH HUMAN DEVELOPMENT
SINGAPURA
26
0,866
81,1
8,8
52.569
VERY HIGH HUMAN DEVELOPMENT
BRUNEI DRS
33
0,838
78,0
8,6
45.753
VERY HIGH HUMAN DEVELOPMENT
MALAYSIA
61
0,761
74,2
9,5
13.685
HIGH HUMAN DEVELOPMENT
THAILAND
103
0,682
74,1
6,6
7.694
MEDIUM HUMAN DEVELOPMENT
PHILIPINA
112
0,644
68,7
8,9
3.478
MEDIUM HUMAN DEVELOPMENT
INDONESIA
124
0,617
69,4
5,8
3.716
MEDIUM HUMAN DEVELOPMENT
VIETNAM
128
0,593
75,2
5,5
2.805
MEDIUM HUMAN DEVELOPMENT
KAMBOJA
139
0.523
63,1
5,8
1.848
MEDIUM HUMAN DEVELOPMENT
Grand Design
Halaman 11
3. TREND / ESTIMASI HDI INDONESIA 2012 UNDP telah mengestimasikan HDI Indonesia pada peringkat 121 dari 186 negara yang disurvei dengan score 0,629. Score yang diperoleh terpaut jauh dengan peringkat 1 yaitu Norwegia (0,955); peringkat 4 (Belanda 0,919); peringkat 6 (Selandia Baru 0,917); peringkat 7 (Swedia 0,913), demikian juga jika dbandingkan dengan peringkat dengan kelompok negara very high human development
di Asia Tenggara adalah yaitu
Singapura (0,892 rank 18) dan Brunei
Darussalam (0,854 rank 30), namun tidak cukup jauh terpaut dengan kelompok negara high dan medium human development, yaitu Malaysia (high human development 0,769 rank 64); Thailand score 0,690 rank 103, Philipina score 0,654 rank 114, dan lebih tinggi sedikit diatas negara Vietnam score 0,617 rank 127 dan Kamboja score 0,543 rank 138 (kelompok negara medium human development ). Mengingat HDI di-identikan dengan daya saing suatu negara maka berdasarkan hasil survey HDI tahun 2010 dan 2011 serta estimasi tahun 2012 menunjukan bahwa di kawasan Asia tenggara daya saing Indonesia belum cukup tinggi sehingga tentunya akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi yang muaranya akan mennghambat percepatan peningkatan kesejahteraan rakyat, dan mendesak untuk segera ditingkatkan mengingat tahun 2015 akan diberlakukan Asean Economic Community.
D.
TANTANGAN Pada dasarnya telah dipahami bahwa akibat dari kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi dan transportasi, berbagai negara akan menghadapi empat serbuan yang begitu kuat ibarat gelombang yang secara bertahap akan mengikis pantai, sehingga dikenal dengan “four waves”. Grand Design
Halaman 12
Empat gelombang itu menyerbu seluruh negara di berbagai belahan dunia dunia tanpa kecuali, tetapi terdapat perbedaan pada masing-masing negara, khususnya pada kesadaran dan kesiapannya terhadap serbuan tersebut. Apabila tidak menyadari dan tidak mengantisipasi, maka serbuan tersebut seolah-olah datang tiba-tiba (ujug-ujug), keempat gelombang tersebut adalah :
1.
Gelombang Modal, tiba-tiba saja berbagai perusahaan yang dominan bahkan menguasai hajat hidup orang banyak bukan lagi mmerupakan perusahaan yang modalnya dikuasai bangsa sendiri, sehingga rentan untuk dipindahkan dan menimbulkan pemutusan hubungan kerja dan kerawanan-kerawanan lainnya bahkan sampai ancaman terhadap integrasi bangsa;
2.
Gelombang Teknologi, tiba-tiba saja semua kalangan menggunakan hand phone, lap top dan sebagainya dalam melakukan berbagai aktivitas. Pedagang kaki lima, pengemudi becak menggunakan hand phone, pegawai kembali ke rumah meskipun hamper sampai tempat kerja hanya karena ingin akan mengambil hand phone atau ponselnya yang tertinggal di rumah.
3.
Gelombang Manusia, tiba-tiba saja berbagai manajer perusahaan bukan lagi orang Indonesia, dokter bahkan perawat Rumah Sakit Internasional tidak lagi didominasi seluruhnya orang Indonesia, juga atlit bahkan skill workers;
4.
Gelombang Ideologi, tiba-tiba saja sering terjadi benturan antar kelompok, terror bom menjadi cerita biasa bukan lagi sesautu yang aneh dan banyak peristiwa-peristiwa lainnya.
Grand Design
Halaman 13
Gelombang tersebut akan membesar dan akan mengikis lebih jauh sampai merusak berbagai sendi kehidupan. Upaya pencegahan tidak ada lain adalah ketangguhan Negara, melalui karakter, jati diri bangsa dan ekonomi, yang muaranya adalah penyiapan tenaga kerja .yang kompeten dan berkarakter. Sedangkan tantangan riilnya adalah persaingan ekonomi di kawasan Asia Tenggara dan Asia – Pasific. Dengan penduduk yang terbesar ke empat di dunia maka sangat mungkin terjadi Indonesia hanya menjadi pasar negara lain. Tantangan terbesar adalah bagaimana Indonesia dapat memanfaatkan potensi penduduk, sumber daya alam dan posisi strategis secara geografis. Statistik menunjukan bahwa di dunia ini hanya terdapat 4 negara yang penduduknya lebih dari 240-250 juta, yaitu China, India, Amerika Serikat dan Indonesia. Berbeda dengan 3 negara dengan jumlah penduduk yang besar itu, penduduk Indonesia tidak hanya besar tetapi juga didomominasi oleh generasi muda sehingga diperkirakan pada tahun 2025 atau 2035 akan diperoleh bonus demografi, namun apabila peluang tersebut tidak dimanfaatkan dengan baik maka yang terjadi adalah bencana. Kondisi tersebut identik dengan penduduk Jawa Timur, tidak hanya jumlahnya yang paling banyak di Indonesia tetapi juga karena prosentasenya didominasi oleh generasi muda, sehingga Jawa Timur sangat potensial menjadi provinsi paling ideal di Indonesia.
Grand Design
Halaman 14
E.
TANTANGAN LAINNYA Tantangan lain yang dihadapi diantaranya adalah perubahan-perubahan dalam persaingan industri : 1. Karena ketatnya persaingan dengan faktor utama persaingan adalah : mutu, harga, delivery times dan services maka industri berusaha menekan serendah mungkin biaya produksi, juga menjaga mutu sehingga berubah menjadi industri yang berbasis otomasi. 2. Hasil industri terus berkembang menjadi berukuran mini dan semakin, termasuk lahirnya teknologi nano; 3. Tuntutan industri ramah lingkungan, recycle, energy terbarukan 4. Tuntutan penggunaan produksi dan perdagangan yang hemat energi; 5. Lahirnya generasi cyber; 6. Pesatnya pertumbuhan industri kreativ 7. Semakin tajam dan kuatnya determinasi Negara adikuasa dan Negara-negara maju menuntut segera dilaksanakan character building yang akurat 8. Perubahan sistem kerja 9. Perubahan struktur dan jumlah kebutuhan tenaga kerja 10. Perubahan tuntutan kompetensi tenaga kerja;
Grand Design
Halaman 15
11. Kompetensi tenaga kerja menjadi multy disiplin pada sector/bidang-bidang tertentu tetapi pada bidang lainnya justru sangat spesialis tetapi dengan standar yang sangat tinggi; 12. Lahirnya tuntutan adanya jaminan sertifikasi produk yang mensyaratkan sertifikasi manajemen, proses dan kompetensi tenaga kerja; 13. Tuntutan perubahan menuju efisiensi dan efektifitas manajemen perusahaan; Berdasarkan tuntutan-tuntutan tersebut maka faktor kunci keberhasilan agar mampu bersaing adalah “kualitas sumber daya manusia”. Perubahan-perubahan tersebut tentu saja berdampak pada sistem, pola dan model penyiapan tenaga kerja, termasuk dalam hal pendidikan, pelatihan dan upgraiding. Sehubungan dengan itu Model pendidikan dan pelatihan 3 in 1 plus diharapkan mampu menjawab sebagian dari tantangan tersebut.
II.
REVITALISASI : REPOSISI, RE-ENGINEERING, REBUILD DAN RE-MANAGEMENT UPT PK MENUJU BLK INTERNASIONAL A.
BLK INTERNASIONAL BLK Internasional dimengerti sebagai lembaga pelatihan kerja yang tamatannya (out putnya) memiliki kompetensi berstandar internasional yang pengakuannya diwujudkan dalam bentuk sertifikat kompetensi dari lembaga sertifikasi internasional dan mendapat perlakuan (gaji dll) standar kompetensi internasional tanpa membedakan ras dan asal usul.
Grand Design
Halaman 16
TAMATAN BERSERTIFIKAT KOMPETENSI INTERNASIONAL DIAKUI & DIHARGAI STANDAR INTERNASIONAL
SDM-NYA ? INFRASTRUKTUR-NYA ? MANAJEMEN PELATIHAN-NYA ? PROGRAM PELATIHAN-NYA ? PERALATAN PELATIHANNYA ? ATAU JEJARING –NYA ?
PERTUMBUHAN EKONOMI INCOME
Untuk mewujudkan pelatihan yang tamatannya mampu meraih sertifikat internasional maka keseluruhan aspek BLK mulai dari input-proses-out put dan outcome berstandar internasional. Input dalam hal ini meliputi infrastruktur dan fasilitas, manajemen, lingkungan dan sebagainya, proses adalah keseluruhan proses pelatihan, out put adalah sertifikasi internasional, sedangkan outcome adalah pengakuan dan perlakuan terhadap tamatan yang bersertifikat internasional. Grand Design
Halaman 17
BLK standar nasional paling tidak harus memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Menyelenggarakan pelatihan dengan program dan isi pelatihan standar nasional; 2. Memenuhi standar kompetensi tamatan nasional 3. Proses pelatihan memenuhi ketentuan standar nasional; 4. Memenuhi standar proses pelatihan nasional; 5. Memiliki sarana prasarana standar nasional; 6. Manajemen standar nasional; 7. Standar biaya pelatihan; dan 8. Standar evaluasi dan sertifikasi kompetensi sesuai Lembaga Sertifikasi (LSP) Nasional. Secara umum BLK Internasional adalah BLK Nasional Plus, yaitu BLK yang memenuhi ketentuan standar nasional sebagaimana disebutkan diatas plus ketentuan standar internasional, minimal terdapat 12 indikator yang menentukan suatu BLK sebagai BLK Internasional, yaitu: 1. Menerapkan manajemen mutu ISO; 2. Pelatihan menggunakan dwi bahasa; 3. Memiliki workshop/bengkel/laboratorium standar internasional; Grand Design
Halaman 18
4. Memiliki workshop/bengkel/laboratorium tingkat lanjut/modern standard internasional; 5. Menyelenggarakan training factory atau production unit standar internasional; 6. Memenuhi ketentuan “green campus” dan pelestarian lingkungan/hemat energy; diantaranya limbah cair tidak masuk saluran sebelum mengalir ke saluran air, sampah dirubah menjadi kompos, recycle, ramah lingkungan dan sebagainya; 7. Menyelenggarakan pelatihan bagi peserta dari negara lain; 8. Tamatan memiliki sertifikat kompetensi dari LSP Internasional dan memperoleh pengakuan dan perlakuan standar internasional; tamatan bekerja di luar negeri dengan pengakuan dan perlakuan internasional; 9. Tamatan memiliki score TOEIC/TOFEL …………. 10. Penyelenggaraan pelatihan dan manajemen berbasis teknologi informasi; 11. Memiliki partner kerja dengan intitusi internasional; 12. Memiliki/menyelenggarakan Tempat Uji Kompetensi (TUK) Internasional. Dengan tantangan yang dihadapi maka sudah saatnya UPT PK dikembangkan menjadi UPT BK (BLK) Berstandar Internasional. Namun dengan kondisi dan eksistensi UPT PK Surabaya maka pengembangan menuju UPT PK (BLK) Berstandar Internasional akan sulit diwujudkan apabila dilakukan dalam bentuk pembenahan-pembenahan apalagi dengan cara tambal sulam, akan terwujud apabila dilaksanakan secara masiv yaitu melalui revitalisasi meskipun bertahap.
Grand Design
Halaman 19
1.
MANAJEMEN MUTU ISO
TULIS YANG DIKERJAKAN, KERJAKAN YANG DITULIS
2. TRAINING DENGAN DWI BAHASA MODUL, DOKUMEN, SERTIFIKAT, ORAL
SEMUA DENGAN POS, TERUKUR DAN AUDIT EKSTERNAL
Grand Design
Halaman 20
3. MEMILIKI STANDARD TRAINING WORKSHOP (BENGKEL DASAR) STANDAR INTERNASIONAL ANTARA LAIN : LUASANNYA, PERALATAN, MANAJEMEN, PENCAHAYAAN, SIRKULASI UDARA, P3K, RUANG PENDUKUNG, RUANG TEORI, RUANG INSTRUKTUR
Grand Design
4. MEMILIKI BENGKEL TINGKAT LANJUT (ADVANCE TRAINING WORKSHOP) STANDAR INTERNASIONAL
Halaman 21
5. MENYELENGGARAKAN TRAINING FACTORY ATAU TRAINING INDUSTRI KEGIATAN PRODUKSI DI INSTITUSI YANG DILAKSANAKAN SECARA PROFESIONAL OLEH INSTITUSI DENGAN MELIBATKAN PESERTA PELATIHAN SECARA TOTAL, MISALNYA PTC (PRODUCTION TRAINING CENTER) DI BIDANG PERKAYUAN, HOTEL TRAINING, STUDIO ANIMASI, MULTY MEDIA, GAME TEKNOLOGI
Grand Design
Halaman 22
6. GREEN CAMPUS (MELAKSANAKAN DAN BERBUDAYA RAMAH LINGKUNGAN)
1. MENCERMINKAN RAMAH LINGKUNGAN 2. PENGOLAHAN LIMBAH SEBELUM MNASUK SALUR 3. KOMPOS 4. PENGHEMATAN AIR 5. PENGOLAHAN AIR , DAN AIR MINUM; 6. AC HEMAT ENERGI 7. CAHAYA HEMAT ENERGI; 8. PAPERLESS 9. BAK SAMPAK 3 MACAM 10. KERINDANGAN 11. DSB
CIRI NEGARA MAJU DIANTARANYA : BERBUDAYA STANDAR DAN SADAR SERTA RSECARA NYATA MENJAGA KELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP. SANGAT MENGANDALKAN INOVASI, NETTWORKING DAN TEKNOLOGI
Grand Design
7. ADA SISWA INTERNASIONAL; 8. PENGAKUAN DAN PERLAKUAN INTERNASIONAL BAGI TAMATAN; 9. SCORE TOFFEL TAMATAN; 10 PELATIHAN BERBASIS IT
Halaman 23
B.
REVITALISASI Revitalisi berasal dari kata dasar “vital” yaitu sangat penting (untuk kehidupan); “vitalisasi” diartikan sebagai “upaya menjadi penting”. Dengan demikian Revitalisasi UPT PK diartikan sebagai upaya yang sungguh-sungguh dan masiv untuk mengembalikan/menata kembali agar UPT PK menjadi institusi vital, institusi yang mempunyai peranan penting atau memiliki posisi strategis dalam penyiapan, pengembangan dan peningkatan kualitas tenaga kerja.
Grand Design
Halaman 24
Dengan kondisi dan esksistensi UPT PK Surabaya pada saat ini yang relatif masih sangat potensial, maka revitalisasi yang akan ditempuh tidak mengganti total, tetapi revitalisasi yang dilakukan adalah memilah masing-masing aspek kemudian mengevaluasinya dan menentukan langkah atau treatmentnya karena itu revitalisasi UPT PK akan mencakup beberapa program utama, diantaranya yang terpenting : 1. Reposisi; 2. Re-engineering; 3. Re-manajemen; 4. Rebuilding; 5. Rehabilitasi; 6. Re-newal/pembaharuan kembali Aspek-aspek itu dilakukan karena terdapat kondisi yang treatmentnya berbeda, ada aspek atau komponen yang harus ditata ulang, tetapi ada diantaranya ynag cukup disesuaikan, ada yang harus diperbaiki/direhab tetapi ada aspek yang harus dibangun kembali atau diperbaharui bahkan ada yang harus diganti total dengan yang sepenuhnya baru. Penjelasannya adalah sebagaimana uraian berikut.
Grand Design
Halaman 25
C.
REPOSISI Yang dimaksud dengan reposisi dalam hal ini adalah menata kembali peran dan fungsi BLK, yaitu tidak lagi sekedar melaksanakan/menyelenggarakan pelatihan bagi para pencari kerja (job seeker) tetapi juga melakukan upgraiding bagi karyawan perusahaan, instruktur, termasuk melakukan berbagai inovasi baik dalam metode pelatihan, evaluasi tetapi juga menciptakan sarana-sarana pelatihan yang lebih efektif dan efisien. Pada berdirinya UPT PK Surabaya lebih banyak berperan dalam dalam penyelenggaraan pelatihan bagi para pencari kerja, serta aktivitas tambahan melaksanakan pelatihan bagi calon instruktur untuk lembaga lainnya.
Grand Design
Halaman 26
Seiring dengan perkembangan teknologi dan ekonomi internasional yang berdampak pada perubahan-perubahan yang sangat cepat pada manajemen industri yang sekaligus berdampak pada perubahan struktur tenaga kerja kerja berikut kompetensi yang dibutuhkan, diantaranya semakin padat modal, otomasi, tenaga kerja multy disiplin, pergeseran kompetensi yang sangat cepat maka UPT PK seharusnya tidak lagi hanya memusatkan kegiatannya pada pelatihan dasar bagi pencari kerja tetapi juga pelatihan advance, alih fungsi, upgraiding karyawan, pelatihan soft skill dan sebagainya.
D.
RE-ENGINEERING Perkembangan ekonomi menimbulkan pergeseran-pergeseran sektor, diantaranya sektor jasa dan pariwisata juga berkembang sangat pesat, sektor manufaktur dan industri bergerak sangat cepat memasuki pola otomasi serta semakin mini, semakin akurat. Perkembangan itu menuntut penyiapan tenaga kerjanya baik yang dididik baru (fresh graduate) maupun yang beralih profesi, karena itu UPT PK harus melakukan re-engineering program kejuruannya.
Grand Design
Halaman 27
Yang dimaksud dengan re-engineering dalam hal ini adalah menata kembali kejuruan atau program keahlian yang diselenggarakannya. Yang dimaksud dengan menata kembali dalam hal ini dapat berupa: 1. Mengembangkan kejuruan yang ada dengan kompetensi dan teknologi yang berlaku tanpa harus merubah nomenklaturnya, misalnya untuk teknologi mekanik tidak dirubah, tetapi didalamnya tidak lagi hanya pelatihan mesin konvensional dan cnc tetapi berkembang menuju mekatronika;
2. Menutup atau mengurangi kapasitas kejuruan yang kurang diperlukan lagi misalnya bodi repair otomotif; 3. Menambah kejuruan baru diantaranya : kejuruan IT untuk mendukung industry kreatif meliputi multy media, game teknologi, animasi, broadcast. Juga kejuruan sektor jasa misalnya perhotelan dan juga kesehatan;
4. Menambah kejuruan pendukung misalnya bahasa, manajemen dan sebagainya. Dengan menata kembali kejuruan yang diselenggarakan (menutup yang tidak dibutuhkan, menambah baru yang sangat dibutuhkan atau menambah muatan dan spesialisasinya) maka secara sistem pelatihan peran UPT PK akan kembali vital, penting bagi seluruh stake holder ketenagaakerjaan.
Grand Design
Halaman 28
E.
RE MANAJEMEN Remanajemen dalam hal ini dapat berupa perubahan struktur organisasi dengan penambahan fungsi atau peningkatan status, namun yang terpenting dalam hal ini fungsi remanajemen adalah peningkatan layanan menjadi lebih cepat, lebih akurat dan lebih memuaskan bagi unsur eksternal (pelanggan) maupun unsur-unsur internal supaya masing-masing dapat menyelenggarakan perannya secara optimal. Remanajemen yang dapat ditempuh diantaranya adalah menerapkan manajemen mutu ISO, manajemen berbasis kinerja dan berbasis IT, budaya audit dan sebagainya.
F.
REHABILITASI Sebagian besar bengkel pada awalnya dibangun dengan standar internasional, namun seiring dengan adanya perubahan standar internasional dan usia bengkel yang cukup tua, maka sebagian besar bengkel perlu dilakukan rehabilitasi baik eksterior, interior, luasan maupun konstruksi, tetapi ada diantaranya cukup dengan rehabiltasi ringan demikian pula dengan peralatannya. Terdapat peralatan yang usang dan tidak cocok lagi untuk kegiatan pelatihan, tetapi terdapat peralatan dan mesin lama yang secara teknologi masih sangat relevan namun kondisinya kurang layak karena tidak presisi atau lambat. Sebagian peralatan tersebut memang ada yang saatnya dihapus, tetapi banyak yang cukup direhabilitir.
Grand Design
Halaman 29
G.
REBUILDING Rebuilding tidak hanya diartikan membangun kembali gedung dan bengkel saja, tetapi juga membangun kembali semangat dan etos kerja, termasuk instruktur baru. Rebuilding diperlukan tidak hanya karena banyaknya workshop dan gedung yang sudah tua, tetapi juga dalam rangka memenuhi kebutuhan fasilitas untuk kejuruan-kejuruan baru. Diantara gedung dan workshop yang perlu di rebuild total tetapi banyak diantaranya hanya perlu sedikit pembenahan karena luasan dam konstruksinya masih sangat bagus hanya penampakannya yang out of date.
H.
RE-INVESTASI Salah satu kendala utama dalam pembangunan balai latihan kerja dan dalam penyelenggaraan pelatihan kerja berbasis kompetensi kejuruan adalah tingginya biaya investasi dan tingginya biaya operasional. Tingginya biaya investasi diantaranya adalah untuk : 1. Penyediaan lahan yang luas terutama untuk lokasi workshop atau laboratorium yang umumnya luas, tinggi dan kokoh; 2. Pembangunan gedung dan workshop yang umumnya dengan arsitektur dan konstruksi industri serta infrastruktur pendukungnya, antara lain jalan lingkar, gudang, instalasi tenaga; 3. Pengadaan peralatan pelatihan baik alat utama dan pendukung, termasuk mesin stasioner maupun portable;
Grand Design
Halaman 30
4. Pembangunan asrama dan fasilitas lainnya karena pada umumnya pelatihan kerja dirancang sangat ketat dengan peserta dari berbagai penjuru; 5. Biaya untuk penyiapan tenaga pelatih atau instruktur yang perlu pendidikan khusus, pengalaman yang tinggi serta sertifikat kompetensi yang khusus pula. Sedangkan tingginya biaya operasional, terutama disebabkan oleh : 1. Tingginya biaya untuk penyediaan bahan pelatihan, karena pada umumnya menggunakan metode pelatihan yang bersifat riil dan berbasis kompetensi dan dihindari kegiatan pelatihan yang bersifat simulasi; 2. Tingginya biaya yang dikeluarkan untuk sumber daya listrik serta untuk perawatan dan perbaikan fasilitas termasuk minyak pelumas untuk berbagai mesin dan sebagainya; 3. Biaya untuk sumber daya manusia khususnya instruktur, terutama karena diperlukan instruktur dengan kualifikasi yang tinggi serta kecilnya rasio yang diijinkan, khususnya 1 (satu) instruktur untuk maksimal 16 orang peserta pelatihan; 4. Biaya keselamatan dan kesehatan pelatihan.
Akibat dari tingginya biaya investasi dan biaya operasional, maka pada umumnya balai latihan kerja atau UPT PK yang ada menghadapi situasi yang kurang memadai untuk penyelenggaraan pelatihan yang berkualitas dan berstandar internasional. Kondisinya UPT PK tersebut dapat dikelompokan menjadi 3 (tiga) yaitu :
Grand Design
Halaman 31
1. Luas lahan, ukuran workshop, gedung, infrastruktur memenuhi standar internasional dan peralatannya juga cukup lengkap karena proses pembangunan dan pengadaannya dipandu oleh lembaga dan tenaga ahli internasional, namun umumnya mengalami “keusangan” sebagai akibat dari cepatnya perkembangan teknologi. Disamping itu juga kurang terawat bahkan rusak sebagai akibat kurangnya anggaran perawatan dan perbaikan serta pengadaan; 2. Lahan kurang memenuhi syarat, ukuran workshop dan gedung kurang sesuai dengan persyaratan standar tempat pelatihan, demikian pula dengan peralatan pelatihannya yang disamping tidak lengkap tetapi juga usang, kurang presisi atau rusak; 3. Dari kedua katagori tersebut, hampir semua UPT PK kekurangan tenaga instruktur yang berkualitas sebagai akibat dari sangat sedikitnya kesempatan memperoleh instruktur baru atau dengan kata lain regenerasi instruktur terhambat, termasuk juga dengan tenaga pengelolanya. Sehubungan dengan itu maka perlu dilakukan program re-investasi, terutama dipergunakan untuk : rehabilitasi gedung dan workshop, perbaikan peralatan pelatihan, renewal atau pembaharuan peralatan yang usang baik untuk kejuruan yang sudah ada tapi perlu ditingkatkan, untuk pembangunan gedung dan pengadaan peralatan untuk kejuruan yang baru (reengineering), serta untuk pendidikan dan pelatihan instruktur baru, alih fungsi ataupun peningkatan/penyesuaian kompetensi. Re-investasi diperlukan juga untuk merubah fasilitas asrama menjadi hotel training, yaitu hotel sebagaimana umumnya hotel yang dikelola secara professional tetapi dengan tenaga kerja dari peserta dan alumni pelatihan di bidang pariwisata (perhotelan, usaha jasa pariwisata, restaurant dll). Dengan demikian pada dasarnya program re-investasi mencakum juga program re-engineering, rehabilitasi maupun renewal atau modernisasi. Grand Design
Halaman 32
I.
RENEWAL/PEMBAHURUAN/MODERNISASI Salah satu dampak dari sangat cepatnya perkembangan teknologi, ketatnya persaingan ekonomi yang menuntut produktivitas, efisiensi, efisiensi dan kecepatan yang tinggi. Tuntutan tersebut sangat berpengaruh pada srtuktur tenaga kerja termasuk kompetensinya. Pemanfaatan teknologi otomasi, miniatur dengan power dan kemampuan besar, teknologi IT yang menuntut kompetensi tenaga kerja dengan multy kompetensi yang tinggi. Hal-hal tersebut sangat berdampak terhadap penyiapan tenaga kerja, apabila tidak dilakukan penyesuaian program dan kegiatan pelatihan maka tamatan yang dihasilkan sulit dalam memberikan kontribusi dalam menghadapi persaingan. Karena itu harus dilakukan penyesuaian-penyesuaian dan pengembangan-pengembangan yang pada akhirnya menuntut adanya pembaharuan ataupun modernisasi peralatan, sebagai contoh pergeseran dari teknologi mekanik menuju mekatronika dan otomasi, teknik pengendali dan teknologi industri, juga perkembangan industri kreatif antara lain : multi media, animasi dan game teknologi. Sebagian fasilitas yang lama dapat dipergunakan dengan modifikasi, namun banyak diantaranya yang harus diadakan baru. Modernisasi juga diperlukan pada aspek sumber daya manusia dan manajemennya, termasuk di dalamnya kurikulum, sistem dan metode pelatihan yang diselenggarakannya. Yang juga sangat besar pengaruhnya adalah penyelenggaraan sertifikasi melalui pelatihan instruktur menjadi assessor dan fasilitas sebagai Tempat Uji Kompetensi (TUK) baik tingkat dasar maupun tingkat lanjut, namun ditargetkan kesemuanya TUK Internasional.
Grand Design
Halaman 33
III. INOVASI DAN PENGEMBANGAN PROGRAM Revitalisasi yang meliputi re-engineering, reposisi, re-newal, re-building dan re-management perlu disertai dengan inovasiuinovasi program dan kegiatan, khususnya di bidang pelatihan. Menurut Anies Baswedan, ada 4 aspek yang kontribusi sangat besar terhadap kemajuan negara/institusi yaitu : inonavasi (40 %), networking (25 %), teknologi yang digunakan (20 %) dan sumber daya alam atau modal (15 %). Sehubungan dengan itu maka UPT PK Surabaya sejak tahun 2011 telah berupaya melakukan berbagai inovasi dan pembaharuan, diantaranya membangun tempat uji kompetensi, meningkatkan pengakuan instruktur sebagai assessor kompetensi, mensertifikasi manajemen dengan ISO dsb. Inovasi-inovasi yang telah dan sedang dilakukan diantaranya adalah : seluruh pelatihan yang diselenggarakan berbasis kompetensi dan atau berbasis produksi yang diakhiri dengan sertifikasi kompetensi, pengembangan TUK menjadi Testing Center, mengoptimalkan dan mengembangkan production training center (PTC) dan sebagainya sebagaimana uraian berikut :
A.
COMPETENCY BASED TRAINING Seiring dengan akan diberlakukan AEC yang salah satu diantaranya tidak boleh melarang masuknya tenaga kerja asing serta diberlakukan Perpres no 8 tahun 2012 tentang kerangka kualifikasi Indonesia, maka Jawa Timur telah mencanangkan Jatim Kompeten. Dengan pencanangan tersebut maka diharapkan seluruh SDM Jawa Timur kompeten dan diakui kompetensinya dengan tiga tujuan, yaitu untuk meningkatkan produktivitas, membendung masuknya tenaga kerja asing, serta untuk memberikan penghargaan atau penentuan level (jenjang pengakuan) tenaga kerja/SDM Jawa Timur tidak hanya berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki tetapi juga pengalaman dan kompetensinya.
Grand Design
Halaman 34
Sehubungan dengan itu maka seluruh pelatihan yang diselenggarakan di UPT PK dilaksanakan dengan berbasis pada kompetensi dan pada akhir pelatihan dilaksanakan sertifikasi, dalam hal ini Uji Kompetensi yang dilakukan sepenuhnya oleh LSP dalam binaan BNSP. Untuk dapat menyelenggarakan pelatihan berbasis kompetensi maka instrukturnya juga harus kompeten disamping itu UPT PK Surabaya harus memiliki TUK (tempat uji kompetensi), dan agar TUK mendapat pengakuan dari BNSP atau LSP maka disamping fasilitas maka instruktur yang ada harus mengikuti pelatihan dan ujian untuk mendapat pengakuan atau sertifikat “assessor”.
B.
TESTING CENTER Sehubungan dengan tuntutan pasar bebas dan mengingat besarnya jumlah penduduk dan tenaga kerja maupun calon tenaga kerja di Jawa Timur maka UPT PK diharapkan dapat mendukung program Jatim Kompeten yaitu mempercepat sertifikasi kompetensi SDM Jawa Timur dengan memberikan layanan sertifikasi terstandar, untuk itu TUK yang ada tidak mencukupi sehingga perlu dikembangkan dibangun Pusat Uji Kompetensi dan atau testing center, dengan demikian calon tenaga kerja, peserta pelatihan maupun tenaga kerja memperoleh kemudahan dan kecepatan apabila ingin diuji untuk memperoleh sertifikat kompetensi sesuai bidangnya dari LSP yang terakreditasi di BNSP.
C.
PRODUCTION TRAINING CENTER & PRODUCTION BASED TRAINING Salah satu kendala dalam penyelenggaraan pelatihan berbasis produksi adalah tingginya biaya investasi dan biaya operasional pelatihan yang secara umum tidak dapat dipenuhi oleh anggaran pemerintah mengingat sangat banyaknya masyarakat yang membutuhkan pelatihan, disamping tingginya biaya pelatihan kendala lain adalah mayoritas peserta pelatihan terkendala kemampuan ekonominya yang kurang memadai. Grand Design
Halaman 35
Jika UPT PK hanya mengandalkan pembiayaan pelatihan dari anggaran pemerintah maka seringkali tidak dapat menampung seluruh peminat pelatihan karena itu dikreasikan program pelatihan berbasis produksi, untuk dapat menyelenggarakan pelatihan berbasis produksi maka UPT PK Surabaya menyelenggarakan kegiatan produksi yang diwadahi dengan pembentukan pusat pelatihan produksi atau Production Training Center (PTC). Sesuai dengan istilahnya, maka PTC menyelenggarakan kegiatan produksi dan atau jasa yang pelaksanaannya dilakukan oleh peserta pelatihan dan instruktur, peserta pelatihan dilibatkan secara penuh dalam proses produksi, apabila proses produksi atau jasa mencakup berbagai kompetensi atau sub kompetensi maka harus dapat dijamin bahwa seluruh peserta pelatihan memperoleh kesempatan meraih kompetensi yang sama. Model pelatihan berbasis produksi ini relatif lebih berkualitas atau setingkat diatas pelatihan berbasis kompetensi karena seluruh kegiatannya riil sebagaimana dunia usaha dan sangat sedikit yang bersifat simulasi, kegagalan berarti rugi. PTC berlaku sebagaimana layaknya dunia usaha tetapi tidak sepenuhnya berorientasi keuntungan karena keuntungan yang diperoleh langsung dipergunakan untuk menutup biaya pelatihan. Namun demikian seiring dengan prinsip persaingan maka proses produksi tidak dapat dipenuhi jika hanya dilakukan oleh peserta pelatihan dan instruktur, tetapi juga harus didukung dengan tenaga kerja ahli dalam proses produksi maupun tenaga ahli dibidang manajemen, administrasi dan pemasaran. Kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan PTC adalah belum jelasnya payung hokum sebagai legalitas bahwa UPT PK dapat menyelenggarakan program tersebut.
Grand Design
Halaman 36
D.
KERJA SAMA PIHAK KETIGA Untuk memenuhi kebutuhan pelatihan bagi masyarakat maka disamping mengandalkan anggaran pemerintah maupun PTC maka UPT PK juga menjalin kerjasama dengan pihak ketiga, baik perseorangan, pelatihan bagi karyawan perusahaan maupun pelatihan bagi masyarakat namun biayanya ditanggung oleh perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). Program ini dapat dilaksanakan namun seringkali terkendala oleh proses administrasi apabila dana CSR diberlakukan sebagai sumber PAD.
E.
PROGRAM 3 IN 1 DAN KIOS 3 IN 1 Sesuai dengan maksud dan tujuan pelatihan yang diselenggarakan maka disamping berbasis kompetensi ataupun berbasis produksi maka program pelatihan menganut 3 in 1 (kadang 3 in 1 plus), yaitu : pelatihan – sertifikasi – penempatan. Setiap kegiatan pelatihan harus ditutup dengan uji kompetensi atau sertifikasi dan UPT PK wajib mengupayakan penempatan alumni pelatihan, ataupun membimbing membuka usaha, jika terkendala dalam penempatan maka diupayakan penempatan dengan status magang atau on the job training. Konsep ini sedikit berbeda dengan waktu yang lalu dimana alumni pelatihan diarahkan untuk melaksanakan on the job training. Karena sejak diberlakukan pelatihan berbasis kompetensi yang diakhiri dengan sertifikasi maka pada dasarnya alumni sudah diakui kompetensinya sehingga seharusnya tidak perlu melakukan on the job training tetapi langsung penempatan, demikian tentunya menghemat waktu dan biaya dalam hal penyiapan tenaga kerja kompeten. Untuk mendukung program ini maka UPT PK membuka bursa kerja dan menyelenggarakan kios 3 in1 sehingga antara calon user alumni pelatihan dapat dengan cepat memperoleh informasi dan dapat merekrut alumni pelatihan, demikian pula halnya alumni pelatihan dapat dengan cepat mengakses kesempatan kerja. Sedangkan bursa yang ada berperan sebagai jembatan antara kedua secara fisik dan administrasi maupun approachment. Grand Design
Halaman 37
F.
SINERGI PELATIHAN DENGAN PENDIDIKAN TINGGI Pada awal berdirinya UPT PK lebih dominan menyelenggarakan pelatihan bagi calon tenaga kerja dengan tingkat pendidikan menengah ke bawah, pada saat ini sesuai dengan semakin terbukanya kesempatan memperoleh pendidikan dan semakin berkembangnya teknologi maka pelatihan bagi pencari kerja tetap menjadi prioritas namun latar belakang pendidikannya bergeser, tidak hanya berpendidikan menengah tetapi berpendidikan tinggi dengan prosentase yang terus meningkat. Sehubungan dengan itu maka disamping seluas-luasnya memberikan kesempatan bagi pencari kerja, maka UPT PK juga menyelenggarakan pelatihan khusus bekerja sama dengan perguruan tinggi, yaitu mengintegrasikan pelatihan dalam pendidikan. Pelatihan di UPT PK diakui sebagai kegiatan praktek yang diakui SKS oleh perguruan tinggi yang bersangkutan, sehingga pada saat tamat dari perguruan tinggi alumni memperoleh ijazah dari perguruan tinggi dan sertifikat pelatihan dari UPT PK serta sertifikat kompetensi dari LSP.
G.
KARAKTER SUMERAREKA Program pelatihan di UPT PK tidak hanya bersifat keterampilan atau kompetensi fak, tetapi juga yang menyangkut fisik, mental dan disiplin atau FMD. Seluruh peserta pelatihan wajib mengikuti program FMD yang pelaksanaannya bekerjasama dengan TNI AL (dalam hal ini Puslatpur), disiplin sikap mental sangat diperhatikan, pada saat teori dan praktek instruktur UPK PK sangat berperan, namun saat awal masuk, apel pagi, istirahat, makan siang dalam binaan instruktur FMD. Input perusahaan yang merekrut alumni pelatihan menyatakan bahwa mereka puas dengan alumni UPK PK Surabaya bukan hanya karena skillnya tetapi karena attitude dan semangatnya yang dibangun setiap hari dengan prinsip SUMERAREKA (lagu menyambut pahlawan). Grand Design
Halaman 38
IV.
TAHAPAN Memperhatikan kondisi sekarang serta tantangan yang dihadapi Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk menekan angka kemiskinan dan pengangguran sekaligus mewujudkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi nasional, maka program penyiapan dan peningkatan kualitas tenaga kerja di Jawa Timur perlu lebih ditingkatkan kuantitasnya dan kualitasnya, diantaranya melalui penyelenggaraan pelatihan tenaga kerja berbasis kompetensi dengan kualitas standar internasional. Seiring dengan hal itu maka program Revitalisasi BLK Surabaya, perlu segera dilaksanakan, meskipun karena kendala anggaran maka pelaksanaannya dilakukan secara bertahap. Tahapan revitalisasi BLK Surabaya secara umum kegiatan adalah sbb : No
PROGRAM/KEGIATAN
TH 2011
TH 2012
A
RE DESIGN
1
Survey existing program, tamatan, fasilitas, sumber daya manusia, manajemen dan budaya BLK Surabaya
100
2
Survey existing dan future struktur kebutuhan jumlah dan kompetensi tenaga kerja
100
3
Penyusunan alternatif redesign BLK Surabaya
4
Penetapan alternatif dan redesign BLK Surabaya
5
Persetujuan design baru (lay out, reposisi, reengineering, rehabilitasi, rebuilding, modernisasi)
6
Penetapan anggaran dan sumber anggaran Grand Design
penyusunan
TH 2013
TH 2014
50 reliable
100
Halaman 39
B
REPOSISI (PUSAT UNGGULAN)
1
Survei kelompok sasaran yang membutuhkan BLK (job seeker, upgraiding, sertifikasi, diploma, CSR)
100
100
2
Penyusunan alternatif-alternatif program dan sasaran
50
50
3
Penetapan prioritas program : job seeker, manajemen, upgraiding, sertifikasi, diploma 3 dan diploma 4 plus
50
50
5
Penyusunan program TUK (memperbanyak tingkat dasar dan lanjut, serta meningkatkan TUK menjadi TUK Internasional)
50
100
4
Penyusunan standar pelatihan, modul
5
Penyiapan fasilitas
6
Penyiapan Sumber Daya Manusia
C
RE-ENGINEERING (IT, PERHOTELAN, OTOMASI)
1
Survey propek kebutuhan tenaga kerja berikut kualifikasi dan kompetensi yang dibutuhkan pada
Grand Design
PELATIHAN
kompetensi,
KERJA
kurikulum
200 2.500
50
2.500
200
Halaman 40
masa yang akan dating
2
Analisa program keahlian (kejuruan) yang dibutuhkan dan diselenggarakan : penambahan / pembukaan kejuruan baru, modifikasi kejuruan yang ada, penutupan yang kurang dibutuhkan, penambahan spesialisasi pada kejuruan yang ada
200
3
Analisa re-engineering metode, SOP dan program pelatihan
200
4
Penetapan hasil analisa
200
5
Penyusunan program re-engineering
200
6
Perencanaan pelaksanaan re-engineering termasuk rencana SDM, lay out, fasilitas dan peralatan pelatihan dan pembiayaannya serta pemasaran hasil pelatihan
200
7
Penyusunan program pelatihan hasil re-engineering berikut kurikulum, modul dan metodenya
300
8
Penyusunan rencana kebutuhan biaya dan penganggaran, mencakup biaya investasi dan biaya operasional
50
9
Pelaksanaan re-engieneering
Grand Design
2.500
300
2.500
2.500
Halaman 41
10
Monitoring, evaluasi dan reviews
200
200
D
REHABILITASI
1
Survey existing lay out, gedung, fasilitas penunjang dan peralatan pelatihan
200
2
Penyusunan dan anilisa alternatif rehabilitasi fasilitas (gedung, bengkel, peralatan dll)
250
3
Penyusunan dan penetapan program rehabilitasi berikut biaya dan penganggarannya
100
4
Pelaksanaan rehabilitasi
2.000
2.000
5
Monitoring dan evaluasi
50
50
50
6
Reviews program rehabilitasi
100
100
100
E
REBUILDING (FISIK DAN NON FISIK)
1
Survey dan analisis program rebuilding
2
Penyusunan rebuilding
3
Rebuilding budaya, iklim kerja dan karakter sumber daya manusia
300
300
4
Rebuilding system
250
250
Grand Design
dan
penetapan
2.000
rencana
200
25 program
25
Halaman 42
5
Rebuilding peralatan pelatihan
F
REINVESTASI (INVESTASI BARU, MISALNYA TRAINING INDUSTRY, HOTEL TRAINING DLL)
1
Analisis kebutuhan investasi baru (program keahlian/kejuruan, peralatan baru, sumber daya manusia recruitment/pengembangan, fasilitas pendukung, sarana olah raga dll
2
Penyusunan dan penetapan program, kegiatan dan anggaran re-investasi, berikut skala prioritasnya, spesifikasi dan SOP-nya
3
Pelaksanaan reinvestasi a.l membangun training, training industri, fasilitas olah pendukung pelatihan
4
Monitoring, evaluasi dan reviews
G
RENEW/PEMBAHARUAN/MODERNISASI
1
Analisis modernisasi BLK (berbasis teknologi informasi, teknologi otomasi, peningkatan kualitas pelayanan publik, penampilan dan pencitraan institusi modern dan bertaraf internasional)
Grand Design
1.500
50
2.500
3.000
3.000
3.500
4.000
100
100
100
100
50
hotel raga
50
Halaman 43
2
Penyusunan rencana dan penganggaran
3
Pelaksanaan program modernisasi
750
1.000
1.250
4
Monitoring, evaluasi dan reviews
100
100
100
H
REMANAJEMEN
1
Peningkatan level dan kualitas Manajemen Mutu ISO
250
250
350
2
Penyesuaian manajemen informasi dan nuansa modern
250
250
450
3
Sistem pengarsipan, dokumentasi
250
250
250
4
Pemasaran dan pelayanan modern
300
300
300
16.650
16.500
12.650
berbasis
50
teknologi
Total biaya 4 tahun : 49.250 (dalam jutaan rupiah)
Grand Design
3.450
50
Halaman 44
Grand Design
Halaman 45