Analisis Faktor-faktor Penentu Kecurangan (Fraud) pada Sektor Pemerintahan (Studi kasus pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pekalongan) Moh. Risqi Kurnia Adi, Komala Ardiyani, Arum Ardianingsih
Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Pengobatan TB Paru di BKPM Kota Pekalongan Sri Hidayati, Ahmad Baequny, Sumarni
Hubungan antara Pengetahuan lbu tentang Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi dengan Sikap lbu dalam Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi di Wilayah Kerja Puskesmas Bendan Kota Pekalongan Ta'adi, Zaenal Amirudin, Nur Fitriyah
Peran Keluarga dalam Pengambilan Keputusan lbu Nifas untuk Melakukan Praktik Pantang Makanan di Kota Pekalongan Indar Widowati, Ajiyah Sri Harnany, Zaenal Amirudin
Analisis Hubungan Tingkat Kecemasan dan Nyeri Persalinan Kala 1 Primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Pekalongan Agustina Rahmawati, Hartati, Sumarni
Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kecemasan lbu dari
Anak yang Menderita
Bronkopneumonia di BKPM Kota Pekalongan Moh. Projo Angkasa, Isrofah, Maslahatullnayah, Indayah Dewi Tunggal
Gambaran Tingkat Pengetahuan Orangtua terhadap Pendidikan Anak Usia Dini di Wilayah Kelurahan Bendan Kota Pekalongan Suryo Pratikwo, Sri Mawar, Sirly Amri Meilynda
Peran Bidan dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) pada Masa Kehamilan di Kota Pekalongan Rosmiati , Tri Anonim , Supriyo Aplikasi Pencarian Tempat Wisata Kuliner di Kota Pekalongan berbasis Location Based Service dan Geotagging pada Android Taryadi
Pemerintah Kota Pekalongan Kantor Riset, Teknologi, dan lnovasi
Pemerintah Kota Pekalongan
JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA PEKALONGAN
ISSN 2085-0689 (media cetak)
I ISSN 2503-0728 (media online)
Volume 10 Tahun 2016
JURNAL PENELITIAN DAN PEifGEMBAifGAN KOTA PEKALONGAN
ISSN 2085-0689 (media cetak)
I ISSN 2503-0728 (media online)
Volume 10 Tahun 2016
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kota Pekalongan merupakan laporan penelitian atau penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis o1eh para pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan jurnal dilaksanakan kepada Dewan Redaksi sebagai wahana untuk mendokumentasikan 1aporan penelitian dalam bentuk jurnal yang dapat dibaca sebagai bahan referensi dalam mendukung pengambilan keputusan.
Diterbitkan Oleh:
Kantor Riset, Teknologi dan Inovasi Kota Pekalongan Jl. Mataram No. 1 Pekalongan 51111 Telp. (0285) 4416191 Fax. (0285) 424061 Website: http://ristekin.pekalongankota.go.id/ Jurnal Online: http://jurnal.pekalongankota.go.id/ Email:
[email protected]
'
DEWAN REDAKSI Penanggung Jawab Pimpinan RedaksVRedaktur -
Slamet Budiyanto, S.KM, M.Kes Ruliana, S.H.
Editor/Penyunting - Harry Rudiyanto, S.Kom, M.M.
Ahmad Husni, S.Kom, M.Eng Nur Slamet B., S.Pi Mitra Bestari/Professional Reader/Reviewer -
Prof. Dr. Siti Nurhayati, M.S. Sobrotul Imtikhanab, S.E., M.Si Sutoto, ST., M.Si Agung Dwi Mulyono, M.Sc, M.Eng Gufron Faza, SE.,M.ec.Dev
Desaln Grafu - Dedy S. Anggoro, S.Kom
Eko Ganang Permana, S.H. Sekretariat -
Amalia Ida Gunawati, S.T. Diah Wahyuningrum, S.T. Nanik Risgiyanti, A.Md Riva Setyasih, S.Pd lngga Lungid Dyah Ripti Wiyarto Agus Darjono
Alamat Redaksi Kantor Riset, Teknologi dan Inovasi Kota Pekalongan Jl. Mataram No. 1 Pekalongan 51111 Telp. (0285) 4416191 Fax. (0285) 424061 Website: http://ristekin.pekalongankota.go.id/ Jurnal Online: http://jurnal.pekalongankota.go.id/ Email:
[email protected]
I
----------------------------------------------------------
DAFTARISI Judul
Halaman
Analisis Faktor-faktor Penentu Kecurangan (Fraud) pada Sektor Pemerintahan (Studi kasus pada Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pekalongan)
1
Moh. Risqi Kumia Adi, Komala Ardiyani, Arum Ardianingsih
Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Kepuasan Pasien pada Pelayanan Pengobatan TB Paru di BKPM Kota Pekalongan
11
Sri Hidayati, Ahmad Baequny, Sumami
Hubungan antara Pengetahuan Ibu tentang Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi dengan Sikap lbu dalam Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi di Wilayah Kerja Puskesmas Bendan Kota Pekalongan
22
Ta'adi, Zaenal Amirudin, Nur Fitriyah
Peran Keluarga dalam. Pengambilan Keputusan Ibu Nifas untuk Melakukan Praktik Pantang Makanan di Kota Pekalongan
30
Indar Widowati, A.fiyah Sri Hamany, Zaenal Amirudin
Analisis Hubungan Tingkat Kecemasan dan Nyeri Persalinan Kala 1 Primipara di Wilayah Keija Puskesmas Kota Pekalongan
42
Agustina Rahmawati, Hartati, Sumami
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kecemasan Ibu dari Anak yang Menderita Bronkopneumonia di BKPM Kota Pekalongan 50 Moh. Projo Angkasa, Isrofah, Maslahatul Inayah, Indayah Dewi Tunggal
Gambaran Tingkat Pengetahuan Orangtua terhadap Pendidikan Anak Usia Dini di Wilayah Kelurahan Bendan Kota Pekalongan
60
Suryo Pratikwo, Sri Mawar, Sirly Amri Meilynda
Peran Bidan dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) pada Masa Kehamilan di Kota Pekalongan Rosmiati, Tri Anonim , Supriyo Aplikasi Pencarian Tempat Wisata Kuliner di Kota Pekalongan berbasis Location Based Service dan Geotagging pada Android Taryadi
•
70
80
•
!
I
Pemerintah Kota Pekalongan
JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA PEKALONGAN
ISSN 2085-0689 (media cetak)
I ISSN 2503-0728
Volume 10 Tahun 2016
•
(media online)
"
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KECURANGAN (FRAUD) PADA SEKTOR PEMERINTAHAN (STUDI KASUS PADA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA PEKALONGAN) Mob. RisQi Kumja Adi, Komala Ardiyani, Arum Ardianingsih Universitas Pekalongan Fakultas Ekonomi Email:
[email protected]
ABSTRACT
THE PERCEPTION OF AN INCREASE IN ACCOUNTABILITY AND TRANSPARENCY OF THE GOVERNMENT SECTOR, ESPECIALLY FOR EMPLOYEES SHOULD BE CARRIED OUT CONTINUOUSLY. THIS STUDY AIMS TO PROVIDE EMPIRICAL EVIDENCE THAT LAW ENFORCEMENT, THE EFFECTIVENESS OF INTERNAL CONTROL, INFORMATION ASYMMETRIES, COMPLIANCE COMPENSATION, PROCEDURAL JUSTICE, ORGANIZATIONAL ETHICAL CULTURE, ORGANIZATIONAL COMMITMENT EFFECT ON FRAUD. METHODS OF DATA COLLECTION IS DONE BY PURPOSIVE SAMPLING AND EARNED THIRTY-FIVE (35) RESPONDENTS. THE DATA USED ARE PRIMARY DATA. MECHANICAL ANALYSIS INCLUDES TESTING THE QUALITY OF THE DATA AND THE CLASSICAL ASSUMPTION TEST AND MULTIPLE LINEAR REGRESSION ANALYSIS WITH T TEST AND F TEST RESULTS SHOWED THAT ALL VARIABLES TESTED SIMULTANEOUSLY CAPABLE OF AFFECTING CHEATING. PARTIALLY, INFORMATION ASYMMETRY AND ORGANIZATIONAL COMMITMENT SIGNIFICANT EFFECT ON FRAUD (FRAUD). WHILE SIMULTANEOUSLY ENFORCEMENT, INTERNAL EFFECTIVENESS, APPROPRIATENESS OF COMPENSATION, PROCEDURAL FAIRNESS, AND ETHICAL INFLUENCE THE ORGANIZATION HAS
NO SIGNIFICANT EFFECT AGAINST FRAUD (FRAUD). Keywords: Fraud, the government sector.
PENDAHULUAN
Membangun persepsi yang baik adalah sebuah keniscayaan terutama disektor publik/pemerintah. Sektor publik di Indonesia setelah reformasi adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat maupun daerah (Mardiasmo, 2006). Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk pertanggung jawaban keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik. lnstitusi pemerintah harus menyusun laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawabannya. Laporan keuangan adalah media utama untuk menyampaikan informasi keuangan kepada masyarakat. Reformasi pemerintah juga memberikan delegasi kepada pemerintah daerah untuk mengelola keuangan secara mandiri. Hal ini menjadi salah satu penyebab terjadi penyimpangan. Penyimpangan dalam banyak kasus berbentuk tindakan korupsi. Tindak korupsi berupa manipulasi pencatatan, penghi\angan dokumen, dan mark-up yang merugikan keuangan negara. Tindakan tersebut dilakukan samata-mata untuk kapentingan pribadi dan sekelompok orang•
• JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
11
- - - - - - -
----
ANAUSIS FAKTOR.fAKTOR PENENTU KECURANGAN (FRAUD) •••••
Penelitian yang mengkaji tentang faktor-faktor pemicu terjadinya kecurangan pada pemerintah daerah dilakukan oleh Novita Puspasari & Eko Suwardi (2012), meneliti mengenai Pengaruh Moralitas lndividu Dan Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi Eksperimen pada Konteks Pemerintahan Daerah dan hasilnya tidak ada perbedaan yang signifikan pada individu dengan level penalaran moral tinggi untuk tidak melakukan kecurangan akuntansi, baik dalam kondisi ada maupun tidak ada elemen pengendalian internal di organisasi. Kecurangan sering dikaitkan dengan penegakan hukum, pengendalian intern dan asymetris informasi. Penegakan hukum di pemerintah daerah harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam rangka memajukan daerah tersebut termasuk dalam pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Penegakkan hukum terkait dengan peraturan dan undang-undang yang mampu mengendalikan pemerintah daerah agar pengelolaan APBD berjalan secara transparan sesuai dengan kepentingan publik. Jika pengelolaan tersebut tidak dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku maka memungkinkan terjadi kecurangan dari orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan tersebut. Keefektifan pengendalian internal penting dalam pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan perusahaan atau instansi. Ketidakefektifan pengendalian internal akan dapat membuka kesempatan bagi pegawai untuk melakukan tindakan yang menyimpang atau kecurangan (fraud) karena pegawai akan memanfaatkan ketidakefektifan pengendalian internal itu perusahaan untuk melakukan kecurangan (fraud). sebagai suatu titik lemah Pengendalian intern yang baik memungkinkan meminimalisir terjadi asimetri informasi. Kondisi asimetri informasi dapat membuka peluang bagi pegawai untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya. Asimetri informasi dapat diminimalkan dengan pemberian reward berupa kompensasi kepada pegawai. Kesesuaian kompensasi mempengaruhi tindakan dan kinerja pegawai. Pemberian kompensasi yang sesuai dengan pekerjaan pegawai diharapkan dapat membuat pegawai merasa tercukupi sehingga akan meningkatkan kinerja pegawai dan mengurangi tindakan kecurangan (fraud). Hal yang juga harus diperhatikan adalah keadilan procedural. Keadilan yang dimaksud disini berkaitan dengan prosedur pemberian gaji atau kompensasi kepada pegawai. Pemberian gaji atau kompensasi yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan melalui undangundang diharapkan dapat memberikan rasa keadilan bagi para pegawai dan mengurangi tindakan kecurangan (fraud). Pembenaran (rationalization) merupakan sikap atau proses berfikir dengan pertimbangan moral dari individu pegawai untuk merasionalkan tindak kecurangan. Rasionalisasi dapat ditekan apabila manajemen instansi memiliki etika. Dalam hal ini etika manajemen akan menjadi tolak ukur seorang pegawai dalam melakukan tindakan, karena individu lebih sering mengikuti tindakan yang dilakukan sebagian besar orang yang ada dalam suatu organisasi/perusahaan. lndividu sering merasa apa yang dilakukan sudah benar. Karena sebagian besar rekannya melakukan hal yang sama walaupun sebenarnya itu bentuk kecurangan. Komitmen organisasi mengarahkan individu melakukan berbagai tindakan. Karena komitmen organsasi dari pegawai dapat meminimalkan kecenderungan perilaku menyimpang. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan bukti empiris pengaruh penegakan hukum, efektifitas pengendalian internal (PI), asimetri informasi, kesesuaian kompensasi, keadilan prosedural, budaya etis organisasi dan komitmen organisasi terhadap kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan. Rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh secara parsial penegakan hukum, efektifitas pengendalian internal (PI), asimetri informasi, kesesuaian kompensasi, keadilan prosedural, budaya etis •
2
I JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 20 TAHUN 2026
ANALISIS FAKTOR.fAKTOR PENENTU KECURANGAN (FRAUD) •••••
organisasi dan pemerintahan?
komitmen
organisasi
terhadap
kecurangan
(fraud)
di
sektor
Persepsi dan Kecurangan (Fraud) Persepsi merupakan rangsangan yang menghasilkan penafsiran berbeda-beda pada individu yang berbeda. Persepsi memiliki sifat subyektif. Persepsi individu akan suatu objek terbentuk dengan adanya peran dari perceiver, target, dan situation. Jadi persepsi merupakan tanggapan dari individu terhadap suatu objek, subjek, dan peristiwa yang dialaminya. Membangun persepsi pegawai tentang kecurangan sebagai tindakan menyimpang perlu dilakukan. Karena kecurangan (Fraud) menurut standar Institute of Internal Auditors (IIA) dalam Sawyer (2006:339) adalah suatu tindakan penipuan yang mencakup berbagai penyimpangan dan tindakan illegal yang ditandai dengan penipuan disengaja. Kecurangan (fraud) merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain (Hardianto, 2011:3). Hubungan Penegakan Hukum terhadap Kecurangan (Fraud). Menurut Asshiddiqie (1008) penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan berrnasyarakat. Dalam arti luas proses penegakan hukum melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Sedangkan dalam arti sempit proses penegakan hukum merupakan upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Penegakan hukum merupakan suatu tindakan nyata oleh subjek hukum terhadap hukum yang berfaku disuatu nega11!1. Kecu11!1ngan dapat disebabkan adanya ketidaksadaran pentingnya menaati hukum maupun kurang ketegasan dalam penegakan hukum. Kesadaran untuk mematuhi hukum akan timbul apabila penegakan hukum dapat berjalan semestinya. Dengan adanya penegakan hukum yang baik diharapkan dapat mengurangi kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan. Peneliti mengajukan hipotesis pertama sebagai berikut H1: Penegakan hukum berpengaruh signifikan terhadap kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan Hubungan Efektffftas Pengendalian Internal (PI) terhadap Kecurangan (Fraud) Perkembangan pengendalian internal pemerintah di Indonesia ditandai dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) nomor 60 tahun 2008 tentang sistem pengendalian internal pemerintah (SPIP). Sistem pengendalian internal menurut PP SPIP merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus o1eh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem pengendalian internal merupakan proses yang dijalankan untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian keandalan laporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum, dan efektivitas dan efisiensi operasi. Keberhasilan SPIP tidak hanya bertumpu pada rancangan pengendalian yang mamadai untuk menjamin tercapainya tujuan organisasi, tetapi juga kepada setiap orang dalam organisasi. PP SPIP
• JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
I3
ANAUSIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KECURANGAN (FRAUD) •••••
menyebutkan bahwa penerapan system pengendalian internal harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatuhan, sifat dari tugas dan fungsi instansi pemerintah tersebut. Ketidakefektifan pengendalian internal dapat membuka kesempatan bagi pegawai melakukan tindakan menyimpang atau kecurangan (fraud). Karena pegawai akan memanfaatkan ketidakefektifan pengendalian internal itu sebagai suatu titik lemah perusahaan atau instansi dan melancarkan aksinya dalam melakukan kecurangan (fraud). Berdasarkan uraian diatas maka diajukan hipotesis kedua sebagai berikut; H2: Efektifitas pengendalian internal berpengaruh signifikan terhadap kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan Hubungan Asfmetrf lnformasl terhadap Kecurangan (Fraud) Asimetri informasi adalah kondisi ketidakselarasan saluran informasi antara pihak yang memiliki informasi atau menyediakan informasi dengan pihak yang membutuhkan informasi untuk pengambilan keputusan {Wilopo, 2006:26). Dengan kata lain asimetri informasi merupakan keadaan dimana terjadi ketidak seimbangan informasi yang diperoleh pihak principal dan agent. Kondisi tersebut dapat membuka peluang bagi pegawai untuk menyajikan informasi keuangan yang tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Tujuannya semata-mata karena ingin mendapatkan penilaian yang baik atas kinerjanya dengan melakukan berbagai cara yang kecenderungannya mereka berbuat curang. Dalam penelitian Wilopo (2006) dihasilkan bahwa asimetri informasi berpengaruh positif terhadap kecurangan (fraud). Berdasarkan kondisi ini maka diajukan hipotesis ketiga sebagai berikut: H3: Asimetri informasi berpengaruh signifikan terhadap kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan. Hubungan Kesesualan Kompensasl terhadap Kecurangan (Fraud) Kompensasi merupakan balas jasa berupa uang atau barang yang diberikan kepada pegawai atas jasa yang diberikan kepada perusahaan. Penelitian Wilopo (2006) menunjukkan bahwa kesesuaian kompensasi tidak berpengaruh terhadap kecurangan (fraud). Sedang penelitian Sulistyowati (2007) menyatakan bahwa kepuasan gaji berpengaruh negatif terhadap kecurangan (fraud). Pemberian kompensasi sesuai dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai diharapkan membuat pegawai merasa tercukupi sehingga akan meningkatkan kinerja pegawai dan mengurangi tindakan kecurangan (fraud). Apabila seorang pegawai merasa kompensasi yang diterima tidak sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya maka akan mendorong pegawai untuk melakukan kecurangan (fraud). Peneliti mengajukan hipotesis keempat sebagai berikut: H4: Kesesuaian kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan. Hubungan Keadllan Prosedural terhadap Kecurangan {Fraud) Setiap pegawai pasti menuntut adanya keadilan dari instansi tempat mereka bekerja. Keadilan prosedural merupakan pertimbangan yang dibuat oleh pegawai mengenai keadilan yang dipersepsikan mengenai proses yang dan prosedur organisasi yang digunakan untuk membuat keputusan alokasi dan sumber daya (lvancevich,2o07:161). Apabila prosedur dijalankan dengan baik akan menciptakan suatu keadilan dan tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Hal itu dapat mengurangi tindakan kecurangan (fraud). Keadilan prosedural berpengaruh signifikan terhadap kecurangan {fraud) di sektor pemerintahan.
4
I JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
-~-------------------------
ANAUSIS FAKTOR·FAKTOR PENENTU KECURANCiAN (FRAUD) •••••
Hubungan Budaya Etfs Organfsasf terhadap Kecurangan (Fraud) Etika diartikan sebagai refleksi kritis dan penalaran logis tentang sikap yang etis. Etika membentuk budaya. Budaya etis di lingkungan kerja menyangkut penerapan etika manajemen secara balk dan konsisten. Etika manajemen menjadi tolak ukur seorang pegawai dalam melakukan tindakan, karena individu lebih sering mengikuti tindakan yang dilakukan oleh sebagian besar orang yang ada dalam suatu organisasi/perusahaan. Penelitian Sulistyowati (2007) menyatakan ada pengaruh kultur organisasi terhadap kecurangan (fraud). Penerapan budaya atau kebiasaan manajemen yang sesuai dengan etika yang ditetapkan akan menurunkan tingkat tindakan kecurangan (fraud). H6: Budaya etis manajemen berpengaruh signifikan terhadap kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan Hubungan Komftmen Organfsasf terhadap Kecurangan (Fraud) Komitmen organisasi merupakan persepsi pegawai tentang rasa kepercayaan, keterlibatan dan loyalitasnya terhadap organisasi yang bersangkutan. Komltmen organisasi merupakan suatu kesetiaan atau loyalitas individu terhadap organisasi. Komitmen organisasi mengarahkan seorang individu dalam melakukan berbagai tindakan. Apabila seorang pegawai mempunyai rasa memiliki dan dilibatkan dalam proses pengambilan kebijakan di organisasinya maka akan dapat menurunkan tingkat terjadinya tindakan kecurangan (fraud). H7: Komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan.
METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kausal yaitu penelitian yang bertujuan mengetahui kemungkinan adanya hubungan sebab akibat dengan cara tertentu berdasar atas pengamatan terhadap akibat yang ada. Objek dalam penelitian ini adalah pegawai DPPKAD (Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pekalongan) di Kota Pekalongan. Pengukuran variabel kecurangan (Y) dan variabel penegakan hukum (X1 ), efektifitas pengendalian internal (X2), asimetri informasi (X3), kesesuaian kompensasi (X4), keadilan prosedural (XS), budaya etis organisasi (X6) dan komitmen organisasi (X7) dafam penelitian ini menggunakan skala Iikert. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelttian ini adalah metode survey. Penentuan jumlah sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria: ( 1) pegawai yang bekerja di lingkungan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah(DPPKAD) Kota Pekalongan, (l) Pegawai bagian keuangan, (3) Memiliki pendidikan minimal S1, (4) Pegawai yang telah memiliki masa kerja minimal 2 tahun. Teknik analisis data menggunakan uji validitas dan uji Reabilitas. Uji asumsi klasik dengan Uji Norme~litas, Uji Multikolinearitas dan Uji Heterokedastisitas. Sementara uji hipotesis mempergunakan uji regresi \inier berganda, up T dan uji F.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengambil sampel pegawai Dinas Pendapatan Pengelolaan dan Aset Oaerah (DPPKAD) yang mengelola keuangan daerah kota Pekalongan tahun 2015. Dari penyebaran kuesioner maka didapatkan tiga puluh lima responden yang merupakan data penelitian bisa diolah.
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. lO TAHUN 20l6
I5
ANAUSIS FAKTOR-FAKTOR PENENTU KECURANGAN (FRAUD) •••••
Pengaruh Penegakkan Hukum terhadap Kecurangan (Fraud) Berdasarkan uji t dapat diketahui nilai signifikansi sebesar o,1g6. Nilai ini lebih besar dari o,os maka Penegakan Hukum tidak berpengaruh signifikan terhadap kecurangan (fraud) dengan arah penelitian negatif. Artinya Penegakan hukum daerah harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat dalam rangka memajukan daerah tersebut termasuk dalam pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah(APBD). Peraturan itu sendiri termasuk salah satu pengendalian dari pemerintah daerah agar pengelolaan APBD tersebut berjalan secara transparan sesuai dengan kepentingan publik. Jika pengelolaan tersebut tidak dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku, akan memungkinkan terjadinya kecurangan dari orang yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan tersebut. Penegakan hukum dalam instansi pemerintah lebih cenderung pada penetapan tata tertib/peraturan yang ada di instansi pemerintah. Seluruh pegawai instansi pemerintah (DPPKAD) Kota Pekalongan datang, pulang serta dapat menyelesaikan tugas tepat waktu, dan para pegawai bertanggung jawab atas pekerjaannya serta tidak menyerahkan pekerjaannya kepada rekan kerja yang tidak memiliki kewenangan dalam pekerjaan tersebut sehingga dalam konstek penegakkan hukum ini tidak bisa mendeteksi kemungkinan pegawai yang terlihat patuh hukum namun kenyataannya melakukan fraud.
Pengaruh Efektifitas Pengendalian Internal terhadap Kecurangan (fraud) Berdasarkan uji t dapat diketahui nilai signifikansi sebesar 0,296, ini lebih besar dari o,os maka Keefektifan pengendalian Internal tidak berpengaruh signifikan terhadap Kecurangan (Fraud). Dengan arah penelitian yang negatif. Perkembangan pengendalian internal pemerintah di Indonesia ditandai dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) nomor 6o tahun 2008, tentang system pengendalian internal pemerintah (SPIP}. Sistem pengendalian internal menurut PP SPIP, merupakan proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai, untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. Dalam penelitian ini pegawai instansi mematuhi prosedur dan sistem sesuai dengan alur tugas dan tanggung jawab. Tetapi pemantauan dan evaluasi atas aktivitas operasional untuk menilai pelaksanaan pengendalian internal tidak dilakukan secara terus menerus sehingga akan membuka peluang bagi pegawai instansi untuk melakukan tindakan kecurangan (fraud).
Pengaruh Asimetri lnformasi terhadap Kecurangan (fraud ). Berdasarkan uji t dapat diketahui nilai signifikansi sebesar 0,018, nilai ini berarti lebih kecil dari o,os maka Asimetri lnformasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Kecurangan(Fraud) dengan arah penelitian negatif. Asimetri informasi adalah situasi di mana terjadi ketidakselarasan informasi antara pihak yang memiliki atau menyediakan informasi dengan pihak yang membutuhkan informasi (Wilopo, 2006:26). Dalam penelitian ini pegawai instansi yang mengetahui dan memahami isi dan angka laporan keuangan serta mengetahui seluruh informasi yang berkaitan dengan transaksi keuangan instansi memiliki kecenderungan untuk tidak menshare informasi yang ada secara transparan dan akuntabel. Alasan yang sering dikemukakan adalah informasi keuangan secara terinci bersifat rahasia dan apabila informasi keuangan diberikan kepada pihak luar akan membahayakan bagi instansi. Perilaku ini membuat mereka memiliki kesempatan untuk melakukan kecurangan(fraud).
8
I JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
ANALISIS FAKTOR.fAKTOR PENENTU KECURANGAN (FRAUD) •••••
Pengaruh Kesesuafan Kompensasf terhadap Kecurangan (Fraud) Berdasarkan uji t dapat diketahui nilai signifikansi sebesar 0,053, nilai ini berarti lebih besar dari 0,05 maka Kesesuaian kompensasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Kecurangan (Fraud ) dengan arah penelitian positif. Kompensasi adalah semua pendapatan yang berbentuk uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada perusahaan {Hasibuan, 2009:118). Dalam penelitian ini, instansi akan memberikan kompensasi yang pantas atas kinerja yang baik dari pegawai sehingga meminimalkan terjadinya kecurangan(fraud). Akibatnya pegawai merasa memperoleh imbalan yang semestinya sesuai dengan hak dan tugas yang telah diselesaikan secara baik. Pengaruh Keadflan Prosedural terhadap Kecurangan (Fraud} Keadilan prosedural merupakan pertimbangan yang dibuat oleh karyawan mengenai keadilan yang dipersepsikan mengenai proses dan prosedur organisasi untuk membuat keputusan alokasi dan sumber daya (lvancevich, 2007:161). Berdasarkan uji t dapat diketahui nilai signifikansi sebesar 0,511, artinya keadilan prosedural memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Kecurangan (Fraud) dengan arah penefitian negatif. Dalam penelitian ini para pegawai instansi pemerintah beranggapan bahwa prosedur penggajian dan pemberian kompensasi di instansi sesuai dengan yang diinginkan pegawai, serta melibatkan pegawai sehingga prosedur tersebut dapat dJterima dengan baik. Prosedur penggajian dan pemberian kompensasi tidak berhubungan dengan pihak tertentu serta didasarkan pada informasi yang akurat.
Pengaruh Budaya Etfs Organfsasf terhadap Kecurangan (Fraud). Berdasarkan uji t dapat diketahui nilai signifikansi sebesar o,177 artinya budaya etis organisasi memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap Kecurangan(Fraud) dengan arah penelitian positif. Etika organisasi merupakan pola sikap dan perifaku yang diharapkan dari setiap individu dan kelompok anggota organisasi secara keseluruhan sehingga membentuk budaya organisasi(organizational culture) yang sejalan dengan tujuan maupun filosofi organisasi yang bersangkutan (Fernanda, 2006:). Budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima organisasi untuk bertindak, memecahkan masalah, membentuk karyawan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota organisasi (Schein dalam Wirawan, 2007:8). Budaya etis organisasi pada penelitian ini lebih cenderung pada konsistensi dan duplikasi. Karena para pegawai menjadikan perilaku pimpinan sebagai panutan. Seorang individu lebih sering mengikuti tindakan yang dilakukan oleh sebagian besar orang yang ada dalam suatu organisasi/perusahaan apalagi melihat bahwa pimpinan juga melakukan hal yang sama. Teri
yang negatif. Pegawa; instansi pemerintah cenderung berkomitmen pada organ\sasi jika kondisi dan situasi dari hasil tugas dan tanggungjawab menguntungkan bagi dirinya namun terjadi hal yang sebaliknya.
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. lO TAHUN 20l6
I9
-------------------------------
---
----
ANAUSIS FAKTOR..f'AKTOR PENENTU KECURANGAN (FRAUD) •••••
KESIMPULAN
Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh tidak signifikan antara penegakan hukum, Efektifitas pengendalian internal, Kesesuaian kompensasi, keadilan prosedural dan budaya etis organisasi terhadap kecurangan(fraud) disektor pemerintahan. Tetapi pada variabel asimetri informasi dan Komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap kecurangan (fraud) di sektor pemerintahan. SARAN
Berdasarkan hasil pembahasan maka peneliti menyarankan agar pegawai instansi pemerintah di Kota Pekalongan meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan sebagai pegawai instansi pemerintahan dengan cara menaati kode etik dan peraturan yang telah diterapkan oleh instansi. Sampel Penelitian selanjutnya mengambil auditor BPK maupun BPKP. Penelitian selanjutnya diharapkan tidak hanya menggunakan metode kuesioner tetapi juga menambahkan metode lain seperti metode wawancara dalam memperoleh data. DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqie, Jimly. Pembanngunan Hukum dan Penegakan Hukum di Indonesia. Disampaikan pada acara seminar "Menyoal Moral Penegak Hukum" dalam rangka Lustrum XI Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada. 2008. dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik : Suatu Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi Pemerintahan 2: 1(1-17).. 2006. Fernanda. Etika Organisasi Pemerintah Modul Pendidikan dan Pelatihan Golongan I dan II. Modul Prajabatan. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2006. Hardianto. Pengendalian Manajemen: Fraud. http:L/Ipp.ac.id/images/downloads/lppcom/foldl/janllfraud.pdf. 2011. Diakses Desember 2015. Hasibuan, Malayu S.P. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara. 2009. lvancevich, et al. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga. 2007. Mardiasmo. Perwujudan Transparansi Puspasari, Novita dan Eko Suwardi. Pengaruh Moralitas lndividu dan Pengendalian Internal terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi. Jurnal Akuntansi. Universitas Gajah Mada. 2012. Sawyer, Lawrence B, Mortimer A. Dittenhofer dan James H.Scheiner. Internal Auditing. Jakarta : Salemba Empat. 2006. Sulistyowati, Firma. Pengaruh Kepuasan Gaji dan Kultur Organisasi terhadap Persepsi Aparatur Pemerintah Daerah Tentang Tindak Korupsi. JAAI. Vol.11 no.1. Ull Yogyakarta. 2007. Tuanakotta. Audit Forensik dan Audit lnvestigatif. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2007. Wirawan, Nata. Budaya dan lklim Organisasi. Jakarta: Salemba Empat. 2007.
10
I JURNAi. LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
.
'
Pemerintah Kota Pekalongan
JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA PEKALONGAN
ISSN 2085-0689 (media cetak)
I ISSN
2503-0728 (media online)
Volume 10 Tahun 2016
FAKTOR- FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN PADA PELAYANAN PENGOBATAN TB PARU Dl BKPM KOTA PEKALONGAN Sri Hidayati, Ahmad Baequny, Sumarni Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi Keperawatan Pekalongan Email : [email protected]
ABSTRACT NEW CASES OF PULMONARY TB ARE STILL HIGH ENOUGH AT PEKALONGAN CITY, INCIDENT OF DROP OUT/DEFAULT ALSO STILL HIGH (17,3%) BECAUSE NATIONAL TARGETS SHOULD BE UNDER 5%. THE NUMBER OF RECOVERY STILL UNDER NATIONAL TARGETS TOO BECAUSE IT LACKS OF 85%.PAST MEDICAL TREATMENT OF PULMONARY TUBERCULOSIS CAN CAUSE KLIEN DROP OUT. TO SOLVE THAT PROBLEM, IT IS NEEDED PLACE OF HEALTH SERVICES THAT GIVES SERVICES APPROPRIATE WITH NECESSITY AND PATIENT HOPE, SO PATIENT FEEL SATISFY AND DISPOSED WILL FOLLOW MEDICAL PROGRAM THAT TO BE PERFORMED. THE AIM OF THIS RESEARCH WAS TO ANALYZE FACTORS THAT INFLUENTIAL TOWARD PATIENT SATISFACTION ON MEDICAL SERVICES OF PULMONARY TB AT BKPM PEKALONGAN CITY. THIS RESEARCH WAS DESCRIPTIVE ANALYTIC WITH CROSS SECTIONAL DESIGN. POPULATION OF THIS STUDY WAS ALL OF PATIENTS WHO SUFFERED FROM TBC (POSITIVE BTA). THEY WERE PERFORMING MEDICAL PROGRAM OF TBC AT BKPM PEKALONGAN CITY WITH TOTAL NUMBER OF Bo PERSONS. COLLECTING DATA WAS DONE WITH QUESTIONNAIRE. DATA WERE ANALVZED WITH CHI SQUARE TEST AND LOGISTIC REGRESSION. THE RESULT OF THIS RESEARCH SHOWED THAT THERE WERE RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION, EMPLOYMENT, KNOWLEDGE AND PATIENT'S ATTl TUDE ON MEDICAl SERVICES OF PULMONARY TB AT BKPM PEKALONGAN OTY. RESULT OF MULTIVARIATE SHOWED THE MOST FACTOR INFLUENTIAL WAS ATTITUDE (OR= 19,801) AND EDUCATION (OR= 6,637). IT IS RECOMMENDED FOR BKPM PEKALONGAN CITY TO INCREASE SERVICES ON GIVING EXPLANATION, VELOCITY, SANITATION, AND COMFORT FOR MEDICAL SERVICES OF PULMONARY TB IN ORDER TO INCREASE PATIENT SATISFACTION. Keywords: Satisfaction, medical treatmen, pulmonary tuberculosis
PENDAHULUAN Penyakit Tuberkulosis paru {TB Paru) merupakan penyakit yang mudah menular, dimana dalam tahun-tahun terakhir memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus baru maupun jumlah angka kematian yang disebabkan oleh TB paru. WHO melaporkan ada 3 juta orang meninggal tiap tahunnya dan diperkirakan 5000 orang tiap harinya meninggal akibat penyakit Tuberkulosis paru. Setiap tahun ada 9 juta penderita Tuberkulosis paru dan 75% kasus diderita oleh orang-orang pada usia produktif (15- 50 tahun). Pada beberapa Negara miskin di dunia, kematian Tuberkulosis paru mencapai 25% dari seluruh kematian yang sebenamya dapat dicegah {Depkes, 2008). Tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia. Selain itu Indonesia juga menduduki peringkat ke-3 negara dengan jumlah penderita TB
JURNAL L/TBANG KOTA PEKALONGAN VOL 10 TAHUN 2016
Itt
FAICTOR • FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN•••••
terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah penderita TB di Indonesia adalah sekitar 10% dari total jumlah penderita TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 539.000 kasus TB baru dengan kematian sekitar 101.000 orang. Angka insiden TB BTA postip di Indonesia sekitar 110 per 1oo.ooo penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Dalam keadaan itu kerugian ekonomi akibat TB juga cukup besar (Depkes, 2008). Pada Global Report WHO (2011) didapat data TB di Indonesia dengan total seluruh kasus TB tahun 2009 sebanyak 294.731 kasus, dimana 169.213 adalah kasus TB baru BTA positif dan 108.616 adalah kasus TB BTA negatif, 11.215 adalah kasus TB Extra Paru, 3.709 adalah kasus TB Kambuh, dan 1.978 adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh (retreatment, excl relaps).
Prevalensi penderita penyakit Tuberkulosis (TB) di Jawa Tengah mencapai 119 per 100.000 jiwa. Artinya, setiap 100.000 jiwa penduduk terdapat 119 orang yang menderita TB. Namun hingga saat ini Dinas Kesehatan (Dinkes) Jateng baru bisa mendeteksi 6o% dari 119 penderita TB atau sekitar 72 orang. Padahal jumlah penduduk di Jateng mencapai sekitar 32,38 juta jiwa. Dengan demikian,total jumlah penderita TB yang belum terdeteksi mencapai belasan ribu jiwa. Mereka berpotensi menularkan penyakitnya kepada masyarakat dan menjadi penyebab tidak terkendalinya Tuberkulosis (Dinkes Prop. Jateng, 2011). Kota Pekalongan menduduki peringkat kedua terbanyak di Jawa Tengah setelah Kota Tegal untuk penderita penyakit Tuberculosis. Data dari Balai Kesehatan Paru Masyarakat , menyebutkan setiap bulan rata-rata ada sekitar 70 pasien yang ditangani. Temuan baru penderita TB terus meningkat. Jumlah kasus TB pada tahun 2011 lalu mencapai 594 penderita dan 300 pasien diantaranya saat ini telah ditangani. Pemberantasan Tuberkulosis paru secara Nasional di Indonesia telah berlangsung sejak lama namun hasilnya belum memuaskan. Upaya pemerintah dalam pemberantasan penyakit Tuberkulosis paru bekerja sama dengan WHO - Indonesia Joint Evaluation yang menghasilkan rekomendasi perlunya segera dilakukan perubahan mendasar strategi penanggulangan Tuberkulosis paru di Indonesia, yang kemudian disebut sebagai strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) (Sembiring, 2001 ). Angka kesembuhan TB paru di Kota Pekalongan
selama tiga tahun terahir
menu rut data dari Dinkes Kota Pekalongan adalah tahun 2009 sebesar 82,37%, tahun 2010 sebesar 79,05% dan tahun 2011 sebesar 70,95%. Pencapaian tersebut masih dibawah target angka kesembuhan TB yaltu sebesar 85% dan masih dibawah angka kesembuhan TB paru di Propinsi Jawa Tengah. Pengobatan Tuberkulosis paru yang lama dapat menyebabkan penderita mengalami drop out dalam program pengobatan sehingga tidak sesuai dengan standar, hal ini menyebabkan masalah dalam penanggulangannya. Untuk mengatasi perrnasalahan tersebut dibutuhkan adanya tempat pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pasien sehingga pasien merasa puas dan cenderung akan mengikuti program pengobatan yang sedang dijalani. Menurut Pohan menyatakan bahwa pasien yang mengalami kepuasan terhadap layanan kesehatan yang diselenggarakan cenderung mematuhi nasehat dan taat terhadap rencana pengobatan
12 IJURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
FAKTOR • FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN •••••
yang telah disepakati. Sebaliknya pasien yang tidak merasakan kepuasan atau kekecewaan sewaktu menggunkaan layanan kesehatan cenderung tidak mematuhi rencana pengobatan, tidak mematuhi nasehat dan akan berganti atau pindah ke fasilitas layanan kesehatan lainnya (Pohan, 2007). Hasil penelitian lainnya menyebutkan bahwa kunci utama dalam pelayanan kesehatan dapat dilihat dari tingkat kepuasaan pasien. Ketidakpuasan pelanggan dapat mengakibatkan pelanggan memilih untuk menggunakan jasa pesaing sehingga perlu adanya perbaikan dimana perbaikan tersebut pada dasamya tertuju pada kualitas pelayanan karena kepuasan pelanggan erat kaitannya dengan kualitas (Rahmani, 2009). Selain itu, pelanggan yang puas juga merupakan pihak yang akan berbagi kepuasan dengan produsenlpenyedia jasa. Bahkan mereka akan berbagi rasa dan pengalaman dengan pihak lain yang akhimya menjadikan pihak lain terse but sebagai para pelanggan baru. Oleh karena itu, pelanggan dan produsen barang/jasa sama-sama akan diuntungkan apabila kepuasan pelanggan terwujud. Hal ini dapat terjadi juga bahwa apabila seseorang mengalami kepuasan terhadap pelayanan yang sedang dijalani maka mereka cenderung akan mengikuti program pengobatan sampai selesai atau mereka akan putus di tengah jalan (Praptiwi, 2009). UPTD Balai Kesehatan Paru Masyarakat Kota Pekalongan letaknya strategis di dalam kota dan dapat dijangkau dengan angkutan umum. Dari hasil catatan kegiatan UPTD BKPM Kota Pekalongan tahun 2010, kunjungan penderita berasal dari beberapa kota I kabupaten di wilayah karesidenan Pekalongan seperti Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Batang, Kabupaten Kendal, Kabupaten Brebes dan Kabupaten Tegal. Ada juga pasien dari Kabupaten I Kota diluar yang tersebut diatas dengan jumlah kecil yaitu dari Kabupaten Solo (pendatang). Balai Kesehatan Paru Masyarakat mempunyai tugas pokok melaksanakan pelayanan pengobatan penyakit paru-paru baik pelayanan dasar maupun rujukan .. Balai Kesehatan Paru Masyarakat berupaya untuk mengembangkan dan meningkatkan pelayanan. Kegiatan Peningkatan mutu pelayanan antara lain tersedianya sarana dan prasarana yang memadai seperti alat kesehatan yang lengkap, sarana penyuluhan kesehatan di ruang tunggu pasien. Prasarana berupa gedung yang representatif dan ruang tunggu. Berdasarkan survey yang dilakukan di BKPM Kota Pekalongan diperoleh Data mengenai jumlah penderita TB Paru pada tahun 2011 sebagai berikut: Tabel1 Pelaporan pengobatan TB dalam periode tri wulan No
Periode
Kasus Baru %
I
%
I
%
100 100
41 42
77.4
8 11
100
38 41 162
15,1 20,7 15,6 16,6
1
Januari- Maret
53
Aprii-Juni
3 4
Juli- September
53 48
100 100
54 208 Sumber : Laporan triwulan pengobatan TBC d1 BKPM, 2012 Jumlah
Default
I
2
Okt. - Desember
Sembuh
79.3 79,2 76 77,9
8
9 36
17,3
Dari tabel tersebut terlihat bahwa kasus baru di Pekalongan masih cukup banyak, dimana angka kejadian drop out masih cukup tinggi (17,3%) karena target di Indonesia
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
113
FAKTOR • FAKTOR YANG BfRPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN•••••
seharusnya dibawah 5%. Angka kesembuhan juga masih dibawah target nasional karena masih kurang dari 85%. Apabila dilihat setiap tri bulannya angka drop out juga semakin meningkat, walaupun pada tri bulan ketiga sempat menurun namun penurunannya juga masih lebih tinggi dibanding pada tri bulan pertama. Berdasarkan keluhan pasien yang dikelola melalui kotak saran di BKPM ditemukan bahwa terdapat keluhan tentang kurangnya empati petugas dalam memberikan pelayanan, dokter yang memeriksa terkesan terburu-buru, petugas yang datang terlambat dan kurangnya kecepatan dalam memberikan pelayanan. Padahal bila dilihat visi BKPM adalah menjadikan UPTD Balai Kesehatan paru masyarakat kota pekalongan menjadi pusat pelayanan kesehatan paru yang bermutu bagi masyarakat. Berdasarkan hal tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : "Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien pada pelayanan pengobatan TB Paru di BKPM Kota Pekalongan". Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien pada pelayanan pengobatan Tuberculosis Paru di BKPM Kota Pekalongan.
RUMUSAN MASALAH Pengobatan TB Paru membutuhkan waktu yang relatif lama yaitu 6 sampai 9 bulan sehingga sering menimbulkan pasien drop out dalam program pengobatan. Di BKPM Kota Pekalongan telah menerapkan pengobatan TB Paru dengan strategi DOTS sejak tahun 2004 namun angka drop out masih tergolong tinggi yaitu (17.3%), hal tersebut dapat menyebabkan program pemberantasan TB berjalan lambat. Angka kesembuhan pengobatan TB Paru juga masih dibawah target nasional yaitu baru 77,9% dari target minimal 85%. Apabila hal tersebut dibiarkan lebih lanjut maka dapat menyebabkan kasus TBC dengan kasus multi drug resisten dimana membutuhkan pengobatan yang lebih kompleks dan relatif lebih rumit. Berdasarkan keluhan pasien yang masuk melalui kotak saran seperti keluhan tentang keramahan petugas dalam memberikan pelayanan, dokter yang memeriksa terburu-buru, petugas yang datang terlambat, kurangnya kecepatan dalam memberikan pelayanan. Padahal visi BKPM adalah menjadikan UPTD Balai Kesehatan paru masyarakat kota Pekalongan menjadi pusat pelayanan kesehatan paru yang bermutu bagi masyarakat. Balai Kesehatan Paru Masyarakat (BKPM) Pekalongan harus pula merespon keinginan dan kebutuhan pasien, oleh karena itu kualitas pelayanan yang diberikan harus benar-benar diperhatikan. Hal ini pada akhimya akan dapat memberikan informasi bermanfaat serta bahan evaluasi yang dapat dijadikan pedoman bagi manajemen BKPM Kota Pekalongan untuk memperbaiki dan meningkatkan kepuasan pelanggan melalui pemberian layanan yang lebih berkualitas demi meningkatkan kinerja di masa yang akan datang Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kepuasan pasien pada pelayanan pengobatan TB Paru di BKPM Kota Pekalongan ?
141 JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL 10 TAHUN 2016
.
FAKTOR • FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN •••••
METODE PENELITAN Penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan rancangan cross sectional. Penelitian deskriptif didefinisikan sebagai suatu penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi didalam masyarakat (Notoatmodjo, 2010). Sedangkan rancangan cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan efek diobservasi sekaligus pada waktu yang bersamaan (Sudarwan, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita TBC (BTA positip) yang sedang menjalani program pengobatan TBC di BKPM Kota Pekalongan dimana rata-rata setiap bulannya kurang lebih So orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah total populasi. Adapun kriteria yang dijadikan sam pel dalam penelitian adalah : 1. Penderita TB paru dengan BTA positip yang datang berobat di BKPM Kota
Pekalongan. 2. Penderita TB paru yang sedang melaksanakan
I
dalam program pengobatan sudah
lebih dari 4 kali. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang disampaikan langsung kepada responden. Cara pengumpulan data yaitu dengan mewawancarai responden berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disusun. Sebelum ditanyakan kepada responden maka kuesioner yang tersusun dilakukan uji coba dulu kepada responden yang sepadan guna uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan terhadap pasien yang sepadan dengan karakteristik responden penelitian, yaitu pada pasien TBC (BTA positip) yang mendapatkan pelayanan di BKPM di Kota Tegal dengan jumlah responden 30 orang. Uji ini dilakukan pada populasi yang memiliki karakteristik dan latar belakang yang relatif sama dengan populasi penelitian sehingga diharapkan hasil yang diperoleh akan mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi. Terhadap data yang terkumpul selanjutnya dilakukan analisa data. Untuk menganalisis hubungan antara masing-masing variabel faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan yaitu; umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan pendapatan, lamanya/status sakit, ada tidaknya PMO, jenis PMO, lamanya pengobatan, pengetahuan tentang layanan pengobatan, sikap terhadap pengobatan TB Paru dan kepuasan pasien TB Paru dilihat dari 5 dimensi mutu yaitu tangible, responsiveness, reliability, empaty dan assurance di BKPM Kota Pekalongan dengan menggunakan uji chi-square. Selanjutnya dilakukan uji multivariate yaitu analisis data dengan variable lebih dari dua dan mencari pengaruh masing-masing variable bebas secara bersama-sama terhadap variable terikat serta mencari manakah variable bebas yang paling berpengaruh terhadap variable terikat. Hal tersebut dilakukan dengan uji analisis regresi logistic (Sugiyono, 2011).
JURNAL L/TBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
115
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
FAKTOR • FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN•••••
HASIL PENELITIAN
Anallsa Bivariat (Faktor yang berpengaruh dengan kepuasan) Hasil perhitungan statistik secara bivariat dengan menggunakan chi square didapatkan beberapa variabel bebas yang terbukti secara statistic berhubungan secara signifikan dengan kepuasan pada pelayanan pengobatan TB Paru. Variabel-variabel bebas tersebut adalah pendidikan, pekerjaan, pengetahuan tentang pelayanan pengobatan TB Paru dan sikap responden.
Pendidlkan Dalam penelitian ini, pendidikan dikategorikan menjadi dua yaitu pendidikan dasar yang mangacu pada pendidikan dasar 9 tahun (SD/SMP) dan pendidikan lanjutan (SMA/PT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sebagian besar responden mempunyai pendidikan dasar (SD/SMP) sebesar 58,8%, diikuti responden yang mempunyai pendidikan lanjutan (SMA/PT) sebesar 41,2%. Secara bivariat, persentase ketidakpuasan layanan pengobatan yang tidak puas lebih banyak terdapat pada kelompok responden dengan pendidikan dasar yaitu 74,5% dibandingkan pada kelompok pendidikan lanjut yaitu 33,3%. Sedangkan persentase kepuasan layanan pengobatan TB Paru yang puas lebih banyak terdapat pada kelompok responden dengan pendidikan lanjut (SMA/PT) yaitu 66,7% dibandingkan pada kelompok responden yang berpendidikan dasar (SD/SMP) yaitu
25,5%. Berdasarkan hasil uji variable dengan uji chi square (X2), dengan Cl = 95% (a=
=
5%) diperolah nilai p value o,ooo. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan pasien dengan kepuasan pada layanan pengobatan TB Paru. Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003) bahwa tingkat kesehatan seseorang dapat ditentukan oleh tingkat pengetahuan atau pendidikan dari orang tersebut, sehingga semakin baik tingkat pengetahuan seseorang maka tingkat kesehatan orang tersebut juga akan semakin baik, pengetahuan dapat diperoleh dari lingkungan sekitar seperti media cetak, elektronika, dari penyuluhan yang dilakukan petugas kesehatan dan lain-lain. Pendidikan seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang, pengetahuan tersebut dapat berasal dan menuntut mmu di lembaga pendidikan formal atau berasal dan informasi seperti media elektronik (televisi), media cetak (koran) atau ternan. semakin tinggi pendidikan maka akan semakin mudah menerima sesuatu (Notoatmodjo, 2003). Dengan memahami dan menerima sesuatu maka seseorang akan lebih bisa menjalani program dan akan mendorong pada kepuasan terhadap keberhasilan yang dicapai. Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga, Suzana bahwa ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kepuasan pada pelayanan di poliklinik rawat jalan Rumah sakit Marzoeki Mahdi Bogor, hasil penelitian ini sesuai teori bahwa pendidikan dapat mempengaruhi harapan seseorang tentang pelayanan yang akan diterimanya, dimana seseorang dengan Jatar belakang pendidikan lebih tinggi cenderung mempunyai harapan yang lebih besar dibandingkan dengan seseorang dengan Jatar belakang pendidikan lebih
16j JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL 10 TAHUN 2016
FAKTOR • FAKTOR YANG BfRPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN •••••
rendah, dalam penerimaan pendidikan lebih tinggi juga cenderung lebih dapat memahami dan menerima (Wirawan, 2008). Demikian juga menurut Wijono (1999) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara
pendidikan
dengan
kepuasan
pasien.
Meskipun
dengan
karakteristik yang berbeda dimana pasien yang mempunyai tingkat pendidikan rendah cenderung untuk cepat merasakan puas dibandingkan dengan pasien yang berpendidikan tinggi. Hal tersebut berkaitan dengan tingkat pengetahuan yang berbeda antara yang berpendidikan rendah dengan tinggi. Pekerjaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden Sebagian besar responden yang bekerja sebanyak 73,8%, diikuti responden yang tidak bekerja sebanyak 26,2%. Persentase ketidakpuasan layanan pengobatan TB Paru yang tidak puas lebih banyak terdapat pada kelompok responden yang bekerja yaitu 64,4% dibandingkan pad a kelompok yang tidak bekerja yaitu 38,1%. Sedangkan persentase kepuasan layanan pengobatan TB Paru yang puas lebih banyak terdapat pada kelompok responden yang tidak bekerja yaitu 61,9% dibandingkan pada kelompok responden yang bekerja yaitu 35,6%. Berdasarkan hasil uji variable tersebut dengan uji chi square (X2), dengan Cl
=95% (a. =5%) diperolah nilai p. value sebesar 0,036. Hal ini
membuktikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan responden dengan kepuasan pada layanan pengobatan TB Paru. Hal ini dikaitkan dengan karakteristik responden yang sebagian besar adalah telah berusia dewasa tua, dimana pada usia tersebut seseorang lebih matang dan mengharapkan perlakuan yang lebih apalagi responden sebagian besar adalah berpendidikan lanjut dan bekerja. Menurut Lumenta
kelompok masyarakat yang bekerja
, cenderung
dipengaruhi oleh lingkungan pekerjaan dan lingkungan keluarga. Hal ini ada hubungannya dengan teori yang menyatakan bahwa seseorang yang bekerja cenderung lebih banyak menuntut dan mengkritik terhadap pelayanan yang diterimanya jika memang tidak memuaskan bagi dirinya dibandingkan dengan seseorang yang tidak bekerja. Pengetahuan Pengobatan TB Paru Variabel pengetahuan tentang
pengobatan
TB
Paru
dikategorikan
berdasarkan distribusi data, pada umumnya responden berpengetahuan baik yaitu
58 orang (72,5%) dan sisanya responden dengan pengetahuan kurang yaitu 22 orang (27,5%). Pengetahuan dalam penelitian ini adalah pemahaman responden tentang penyakit TB paru yang meliputi penyebab, gejala, tanda, cara penularan, efek samping, cara pencegahan dan pengobatan. Persentase ketidakpuasan layanan pengobatan TB Paru yang tidak puas lebih banyak terdapat pada kelompok responden yang berpengetahuan kurang yaitu
77,3% dibandingkan pada kelompok yang yang berpengetahuan baik yaitu so%. Sedangkan persentase kepuasan layanan pengobatan TB Paru yang puas lebih banyak terdapat pada kelompok yang berpengetahuan baik yaitu 50% dibandingkan
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
117
FAKTOR • FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN•••••
pada kelompok yang berpengetahuan kurang yaitu 22,7%. Berdasarkan hasil uji
=
=
variable dengan chi square (X2 ), dengan Cl 95% (a 5%) diperolah nilai p. value sebesar o,o28. Hal ini membuktikan bahwa secara statistik ada hubungan yang signifikan antara pengetahun pasien tentang TB paru dengan kepuasan pada layanan pengobatan TB Paru. Hasil ini sejalan dengan penelitian Fandani yang menyatakan bahwa pendidikan dan pengetahuan mempunyai korelasi terhadap tingkat kepuasan pasien (Fandani, 2003). Pengetahuan merupakan hasil dari "tahu' dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu (Notoatmodjo, 2007). Seseorang yang mengetahui terhadap sesuatu cenderung akan lebih dapat menjalani dan mengetahui arah terhadap tujuan yang dicanangkan sehingga hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kepuasan pada hasil yang didapatkan. Pengetahuan adalah faktor penentu perilaku. Fungsi pengetahuan juga bisa membantu seseorang untuk mengurangi ketidakpastian dan kebingungan. Jika seseorang pasien sebelumnya telah mengetahui kualitas jasa I pelayanan yang akan dibe,inya, maka ha' itu akan mengurangi ketidakpastian atau resiko pembelian (Tjiptono & Diana, 1996).
Sikap Variabel sikap dikategorikan berdasarkan distribusi data dengan dua kategori yaitu yang mendukung dan tidak mendukung tentang pelayanan pengobatan TB Paru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mendukung tentang pelayanan pengobatan TB Paru yaitu sebanyak 58,8% dan yang tidak mendukung 41,2%. Persentase ketidakpuasan pada layanan pengobatan TB Paru yang tidak puas balk lebih banyak terdapat pada kelompok responden yang bersikap kurang mendukung yaitu 83% dibandingkan pada kelompok responden yang mendukung yaitu 21,2%. Sedangkan persentase kepuasan layanan pengobatan TB Paru yang puas lebih banyak terdapat pada kelompok responden yang bersikap mendukung yaitu 78,8% dibandingkan pada kelompok responden yang bersikap kurang mendukung yaitu 17%. Serdasarkan hasn uji chi square (X2), dengan Cl = 95% (a = 5%) diperolah nilai p. value sebesar o,ooo. Hal ini membuktikan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara sikap responden dengan kepuasan pada layanan pengobatan TB Paru. Sikap mendukung terhadap program pengobatan TB paru menjadi sesuatu yang penting dalam mempengaruhi kepuasan pada pengobatan TB Paru, mengingat lamanya pengobatan yang akan dijalaninya. Waktu 6 bulan bukanlah waktu yang singkat sehingga apabila pasien tidak memiliki dukungan yang baik maka dapat terjadi drop out I mangkir terhadap pengobatan yang sedang dijalani. Biasanya pasien akan merasa kondisinya membaik setelah minum obat TB selama 2 bulan, masa inilah yang menimbulkan masa rawan karena pasien merasa sudah ada perbaikan dan mulai timbul rasa bosan akibat minum obat yang terus menerus. Seseorang yang menyatakan mendukung berarti dia akan melakukan sesuatu sesuai
18j JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL 10 TAHUN 2016
FAKTOR • FAKTOR YANG B£RPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN •••••
dengan dukungannya dan akan menyelesaikan program pengobatan yang telah disampaikan. Sebaliknya pasien yang kurang mendukung mempunyai resiko untuk tidak menyelesaikan program pengobatan sehingga beresiko timbulnya drop out, kekambuhan dan angka kesembuhan yang kurang. Apabila hal ini terjadi maka akan berpengaruh terhadap kepuasan pasien.
Analisa Multivariat Tabel 2 Hasil perhitungan dengan regresi logistik ganda untuk melihat pengaruh variabel bebas terh a d ap kepuasan Iayanan pengob atan TB Paru di BKPM Kota Peka Iongan No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
13
Variabel bebas Sikap (1) Pendidikan (1) Jenis PMO (1) Jenis kelamin(1) Pengetahuan(1) Status pasien(1) Umur(1) Adanya PM0(1) Lama pengobatan(1) Pendapatan(1) Pengalaman pelayananlain(1) Pekerjaan(1) Status sakit(1)
B
pvalue
OR
3-041 2.274 0.882 0.829 0.552 0.304 0.204 -0.029 -0.054 -0.199 -0.255 -0.382 -1.490
o.ooo 0.005 0.609 0.307
20.917
0-539 0-756 0.818
1-736 1-355 1.226
0.991 0-952 0.813
0-971 0.948 0.819 0.775 0.682 0.225
0-779 0.]01 0.153
9-715 2.415 2.292
Berdasarkan uji statistik secara multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda terdapat 2 variabel bebas yang terbukti paling berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pada pelayanan pengobatan TB Paru dari 13 variabel bebas yang ada. Variabel bebas secara berurutan sesuai besamya pengaruh terhadap kepuasan pada pelayanan pengobatan TB Paru yaitu sikap dan pendidikan. Sikap Hasil uji multivariat dengan regresi logistik menunjukkan bahwa variable! sikap mempunyai p value o,ooo dengan nilai OR yaitu 20,917. Dengan hasil ini maka kepuasan layanan pengobatan pada responden yang mempunyai sikap mendukung dalam proses pengobatan TB paru akan memiliki kemungkinan untuk lebih puas sebesar 20,917 kali dari pada kepuasan pada layanan pengobatan TB Paru dengan sikap yang kurang mendukung jika varia bel bebas lainnya dianggap konstan. Menurut Green (1991) menyatakan bahwa sikap seseorang adalah faktor predisposisi untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut. Lebih jauh lagi ia mengatakan bahwa sikap berhubungan dengan motivasi individu atau kelompok dalam melakukan sesuatu (Notoatmodjo, 2003). Keadaan ini didukung hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sikap responden yang mendukung lebih besar (58,8%) dari pada sikap tidak mendukung
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL 10 TAHUN 2016
(19
FAKTOR • FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN•••••
(41,2%). Sikap mendukung terhadap program pengobatan TB paru menjadi sesuatu yang penting mengingat lamanya pengobatan yang akan dijalaninya. Waktu 6 bulan bukanlah waktu yang singkat sehingga apabila pasien tidak memiliki dukungan yang baik maka dapat terjadi drop out I mangkir terhadap pengobatan yang sedang dijalani. Biasanya pasien akan merasa kondisinya membaik setelah minum obat TB selama 2 bulan, masa inilah yang menimbulkan masa rawan karena pasien merasa sudah ada perbaikan dan mulai timbul rasa bosan akibat minum obat yang terus menerus. Seseorang yang menyatakan mendukung berarti dia akan melakukan sesuatu sesuai dengan dukungannya dan akan menyelesaikan program pengobatan yang telah disampaikan. Sebaliknya pasien yang kurang mendukung mempunyai resiko untuk tidak menyelesaikan program pengobatan sehingga beresiko timbulnya drop out, kekambuhan dan angka kesembuhan yang kurang. Apabtla hal ini terjadi maka akan berpengaruh terhadap kepuasan terhadap pelayanan pengobatan yang sedang dijalaninya. Pendfdlkan Hasil uji multivariat dengan regresi logistik menunjukkan bahwa variable! pendidikan mempunyai p value=o,oos dengan nilai OR yaitu 9,715. Dengan hasil ini maka kepuasan layanan pengobatan pada responden yang mempunyai pendidikan tinggi dalam proses pengobatan TB paru akan memiliki kemungkinan untuk lebih puas sebesar 9,715 kali dari pada kepuasan pada layanan pengobatan TB Paru dengan pendidikan rendah jika variabel bebas lainnya dianggap konstan. Menurut teori Green dalam Notoatmodjo (2007) disebutkan bahwa tingkat kesehatan seseorang dapat ditentukan oleh tingkat pengetahuan atau pendidikan dari orang tersebut, sehingga semakin baik tingkat pengetahuan seseorang maka tingkat kesehatan orang tersebut juga akan semakin balk. Pendidikan seseorang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pengetahuan tentang penyakit TB paru dapat berasal dari penyuluhan kesehatan. semakin tinggi pendidikan maka akan semakin mudah menerima sesuatu. Seseorang dengan pendidikan lebih tinggi cenderung akan lebih mudah memahami terhadap sesuatu yang akan dijalani sehingga mereka lebih bisa mengerti dan mengikuti program yang akan dijalani sekalipun memer\ukan waktu yang cukup lama. KESIMPULAN
Faktor yang berhubungan dengan kepuasan pada pelayanan pengobatan TB Paru antara lain yaitu : pendidikan dengan p-value sebesar o,ooo, pekerjaan dengan p-value sebesar o,o36, pengetahuan dengan p-value sebesar o,o28 dan sikap dengan p-value sebesar o,ooo. Faktor yang paling berpengaruh terhadap kepuasan dalam pelayanan pengobatan TB Paru di BKPM Kota Pekalongan adalah variabel sikap dengan OR sebesar 20,917 dan variabel pendidikan dengan OR sebesar 9,715.
20 IJURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
FAKTOR • FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPU.ASAN PASIEN •••••
DAFTAR PUSTAKA BKPM Kota Pekalongan, Laporan Tri wulan Hasil Pengobatan Pasien TB. 2012 BKPM Kota Pekalongan, Profil BKPM Kota Pekalongan. 2011 Departemen Kesehatan Rl. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta. 2008 Dinas Kesehatan Kota Pekalongan. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2009, 2010, 2011. Publikasi Dinkes Kota Pekalongan. Dinkes Prop.Jateng. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2011 Fandani F. Hubungan Antara Persepsi Mutu Pelayanan Dengan Kepuasan Pasien Rawat Jalan Umum Puskesmas Karang Malang Kabupaten Sragen. Tesis. Program Magister IKM Pasca Sarjana Undip. Semarang. 2003 ICN (International Council of Nurses). TB Guidelines (for Nurses in the care and Control of Tuberculosis and Multi-drug Resistant Tuberculosis). 2nd Edition. GenewaSwitzerland. 2008 lrawan. H. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. 2008 Kirom B. Mengukur Kinerja Pelayanan Dan Kepuasan Konsumen (Service Performance And Customer Satisfaction Measurement. Pustaka Reka Cipta. Ban dung. 2012 Mukti, AG. Strategi Terkini Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan Konsep Dan lmplementasi. Pusat Pengembangan Sistem Pembiayaan Dan Managemen Asuransi Jaminan Kesehatan. FK UGM. Yogyakarta. 2007 Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta. 2010 Notoatmodjo, S. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta. 2003 Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan Dan llmu Perilaku. PT Rineka Cipta. Jakarta. 2007 Nursalam. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian llmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 2001 Pohan, IS. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. EGC. Jakarta. 2007 Praptiwi,A. Pengelolaan kepuasan pelanggan dalam pelayanan kesehatan. Tidak dipublikasikan. 2009 Rahmani V F. Analisis tingkat kepuasan pasien rawat jalan terhadap kualitas pelayanan ( Study kasus RSU Bhakti Asih Tangerang ) 2009 Sembiring, H. Masalah Penanganan Tuberkulosis Paru dan Strategi DOTS. Daya Media.Jakarta. 2001 Sudarwan, D. Riset Keperawatan : Sejarah Dan Metodologi. EGC. Jakarta. 2003 Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. 2011 Supranto,J. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Penerbit Rineke Cipta. Jakarta. 1997 Tjiptono, F; Diana. Total Quality Services. Andi Offset. Yogyakarta.1996 WHO. Global Tuberculosis Control 2011. http://who.int/tb/publications/ global_report/2011/gtbn1_full.pdf diunduh 25 september 2013 Wijono, Djoko. Managemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Airlangga University Press. Surabaya. 1999 Zeithami,VA. Parasuraman,A. Berry,LL. Delivering Quality service Balancing Customer Perceptions And Expectations. The Free press. Newyork.1990
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
121
Pemer1ntah Kota Pekalongan
JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA PEKALONGAN
ISSN 2085-0689 (media cetak)
I ISSN 2503-0728
Volume 10 Tahun 2016
(media online)
-------------------------
•,
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI DENGAN SIKAP IBU DALAM PERENCANAAN PERSALINAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI Dl WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDAN KOTA PEKALONGAN ~ \ Zaenal Amirudin
2
,
Nur Fitriyah 3
12 '
Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi Keperawatan Pekalongan
3
Akademi Kebidanan Harapan lbu Kota Pekalongan Email: [email protected]
ABSTRACT MATERNAL MORTALITY RATE (MMR) REFERS TO THE NUMBER OF MATERNAL DEATHS RELATED TO PREGNANCY, CHILDBIRTH, AND POSTPARTUM (PRASETYAWATI, 2012; P. 3). THE DIRECT CAUSES OF MATERNAL MORTALITY IS APPROXIMATELY go% ARE CAUSED BY ABOUT CHILDBIRTH, AND THESE DEATHS OCCUR DUE TO COMPLICATIONS (PRASETYAWATI, 2012; P14). CAUSES OF MATERNAL MORTALITY ONE OF WHICH IS THE FACTOR OF DELAY, NAMELY THE DELAY IN THE DECISION TO SEEK HEALTH CARE, DELAY IN REACHING HEALTH CENTERS, AND DElAYS IN RECEIVING HEALTH CARE. ONE BREAKTHROUGH EFFORTS AND PROVEN TO IMPROVE THE INDICATORS OF DELIVERY BY HEALTH PERSONNEL IN A DECREASE IN MMR AND IMR IS P4K. BIRTH PLANS TO DO WHEN THE MOTHER, HUSBAND AND FAMILY HAVE KNOWLEDGE ABOUT DANGER SIGNS OF PREGNANCY, CHILDBIRTH AND POSTPARTUM. THE RESEARCH OBJECTIVE WAS TO DETERMINE THE RELATIONSHIP BETWEEN MATERNAL KNOWLEDGE ABOUT P4K WITH THE ATTITUDE OF THE MOTHER IN P4K IN PUSKESMAS BENDAN PEKALONGAN. THE STUDY WAS DESCRIPTIVE CORRELATIVE WITH CROSS SECTIONAL APPROACH. POPULATION OF 257 PREGNANT WOMEN WITH A SAMPLE OF 65 RESPONDENTS OBTAINED THROUGH A SIMPLE RANDOM SAMPLING TECHNIQUE. TEST ANALYSIS USED WERE UNIVARIATE AND BIVARIATE ANALYSIS USING SPEARMAN RANK. THE RESULT SHOWED THAT MOST RESPONDENTS HAVE GOOD KNOWLEDGE ABOUT P4K (70.8%), MORE THAN 50% OF RESPONDENTS HAVE A POSITIVE ATTITUDE IN P4K (58.5%), TEST RESULTS OBTAINED STATISTICALLY SIGNIFICANT VALUE OF 0.003 (LESS THAN A= o, 05) TORS 0,361. THIS SHOWS THERE IS A SIGNIFICANT RELATIONSHIP WITH THE CLOSENESS OF THE RELATIONSHIP IS WEAK. SUGGESTIONS RESEARCH IS EXPECTED TO BE MORE MOTIVATED PREGNANT WOMAN LOOKING FOR INfORMATION ABOUT P4K THAT CAN BE OBTAINED fROM THE ELECTRONIC PRINT MEOlA, EDUCATION OF HEALTH PROFESSIONALS AS WELL AS MATERNAL AND CHILD HEALTH BOOK IN ORDER TO IMPROVE THE KNOWLEDGE OF THE MOTHER BECAME GOOD KNOWLEDGE AND A POSITIVE AmTUOE SO THAT IT CAN EARLY IN THE BIRTH PLAN. Keywords: Knowledge, attitude, P4K
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL 10 TAHUN 2016
I 22
HUBUHGAH ANTARA PENG£TAHUAN IBU TENTANG PERENCANAAN PERSAUNAN•••••
PENDAHULUAN Angka Kematian lbu (AKI) mengacu kepada jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas (Prasetyawati, 2011; h. 3). Penyebab langsung kematian ibu adalah kurang lebih 90% disebabkan oleh seputar persalinan, dan kematian tersebut terjadi karena komplikasi (Prasetyawati, 2012; h.14). Penyebab kematian ibu salah satunya ada pada faktor keterlambatan, yaitu keterlambatan dalam keputusan mencari pelayanan kesehatan, keterlambatan dalam mencapa\ tempat pelayanan kesehatan, dan keterlambatan menerima pelayanan kesehatan, sehingga dengan adanya banyak faktor yang mempengaruhi kematian ibu terutama saat melahirkan, maka menentukan tempat persalinan merupakan suatu hal yang penting untuk mencegah terjadinya tiga faktor keterlambatan (Prasetyawati, 2011; h. 14). Tempat persalinan harus m.empunyai berbagai kemudahan dan peralatan serta sumber daya manusia terlatih agar dapat mengatasi berbagai masalah. Setiap pasangan suami istri harus membuat keputusan sejak awal dalam menentukan tempat persalinan. Bagi ibu hamil yang memilki resiko tinggi kehamilan seperti kehamilan ganda, perencanaan persalinan sangatlah penting menyangkut masalah peralatan dan tenaga medis yang ahli serta golongan darah ibu sudah ditentukan dan persediaan darah diadakan mengingat kemungkinan perdarahan postpartum lebih besar (Prawirohardjo, 2007; h. 46). Kota Pekalongan telah memiliki fasilitas-fasilitas kesehatan yang menerima jasa pelayanan persalinan balk dari pelayanan kesehatan dalam institusi pemerintah seperti rumah sakit atau mandiri. Adanya fasilitas-fasilitas pelayanan persalinan diharapkan ibu bersaiin mendapatkan petayanan persaiinan yang aman (Dinkes Kota Pekalongan, 2011). Salah satu upaya terobosan dan terbukti mampu meningkatkan indikator proksi (persalinan oleh tenaga kesehatan) dalam penurunan AKI dan AKB adalah Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Program ini, dapat meningkatkan peran aktif suami (suami siap antar jaga), keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman. Program ini juga meningkatkan persiapan menghadapi komplikasi pada saat kehamilan, tennasuk perencanaan pemakaian alat atau metode kontrasepsi pasca persalinan (Dinkes Kota Pekatongan, 2011). Pengetahuan yang diperoleh seseorang akan dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan dan daya pikir serta sikap seseorang yang kemudian diwujudkan ke dalam perilaku dan tindakan, sedangkan faktor sikap mendorong motivasi seseorang untuk berprilaku (Notoatmodjo, 2003; h. 122). Data laporan pelaksanaan kegiatan P4K di Kota Pekalongan, didapatkan data bahwa dari 6691 ibu hamil di seluruh Puskesmas Kota Pekalongan, jumlah ibu hamil terbanyak terdapat di Puskesmas Bendan yaitu 982 orang dibandingkan jumtah ibu hamil di Puskesmas lain di Kota Pekalongan. Dari jumlah ibu hamil di seluruh Puskesmas Pekalongan 119 ibu hamil belum menggunakan stiker P4K. Jumlah terbanyak ibu hamil yang belum berstiker P4K berada di Puskesmas Bendan yaitu sebanyak 36 orang. Akan tetapi persalinan dengan tenaga kesehatan sudah mencapai 100% (Dinkes, 2011). 23
I JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL 10 TAHUN 2016
..
/
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PERENCANAAN PERSAUNAN•••••
Penelltian sebelumnya yang dllakukan oleh Eva Martiana menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan dengan keeratan hubungan yang sedang antara pengetahuan ibu hamit tentang perencanaan persaUnan dengan sikap ibu dalam merencanakan persalinan. lbu berpengetahuan baik sebesar 73,5% dan bersikap positif sebesar Bo%. Hal ini menunjukkan ibu yang berpengetahuan balk memiliki sikap yang positif. (Martiana, 2006). Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti tentang "Hubungan Pengetahuan lbu Hamil Tentang Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) dengan Sikap lbu da,am Perencanaan PersaUnan dan Pencegahan KompUkasi (P4K) di Wilayah Kerja Puskesmas Bendan Kota Pekalongan".
Tujuan Penelltlan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dengan sikap ibu dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi di wilayah kerja Puskesmas Bendan Kota Pekalongan.
Metode Penelftian Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi peneUtian ini meUputi semua ibu hamit di witayah kerja Puskesmas Bendan. Sebanyak 65 responden direkrut dengan cara sampling probabilitas dalam penelitian ini, dengan kriteria : a) lbu hamil yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Bendan, b) lbu hamil yang dapat membaca dan menulis, c) lbu hamil trimester I, II dan Ill. Data yang terkumpul selanjutnya diolah dengan tahapan: Editing, Coding, Tabulating, Cleaning. Analisa data univariat berupa distribusi dan prosentase tiap variabel yaitu pengetahuan tentang P4K dan sikap ibu dalam P4K, disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisa bivariat menggunakan uji statistik spearman's rho.
Hasll Penelitian Pengetahuan Tabel1 Dlstrlbusl Frekuensl Pengetahuan Responden tentang P4K di Wilayah Kerja Puskesmas Bend an Kota Pekalongan No 1.
2. 3·
Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah
Frekuensi
Prosentase {%)
46 17
]0,8
2
3,1 100,0
65
26,2
Sumber : Data primer diolah Tabel 1 Terlihat bahwa dari 65 responden, sebanyak 46 orang (70,8%) responden memiliki pengetahuan balk tentang perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi.
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
I 24
HUBUNCiAN ANTARA P£NG£TAHUAN IBU TENTANG P£RENCANAAN P£RSAUNAN•••••
Sikap Tabel 2 Oistribusi Frekuensi Sikap Responden tentang P4K df Way; tl ah Kerja Pusk esmas Bend an Kota Pekalongan No 1.
Sikap Positif Negatif Jumlah
2.
Prosentase (%) 58,5 41,5 100,0
Frekuensi 38 l-7
65
Sumber : Data pnmer d1olah Tabel 2 terlihat bahwa 38 orang (58,5%) responden mempunyai sikap positif dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K), dan hanya 27 (41,5%) bersikap negatif. Hubungan antara Pengetahuan dan Sikap lbu Hamil T!l~~l 3 Pi~ri~~~i Fr~k~~-n~i H~~~ng!l~ "P~ng~h!l!ln I~ H!lmn ~~n~!lng P4K dengan Sikap lbu Hamil dalam P4K di Wilayah Kerla Puskesmas Bendan Kota Pekalongan
Sikap lbu Hamil dalam P4K Positif Negatif % N % N Kurang 0 2 100 0 Cukup 11 6 64,7 35.3 Baik 69,6 32 14 30.4 Jumlah 27 38 58,5 41,5 ?1Jmper: _D~~ prim~r ~iol~h
Pengetahuan lbu Hamil tentang P4K
Jumlah N
%
2
100 100 100 100
17 46 65
rs
Sig (p)
0,361
0,003
.
Hasil tabulasi silang antara pengetahuan ibu hamil tentang P4K dengan sikap ibu dalam P4K diperoleh hasil bahwa sebanyak 2 orang ibu hamil berpengetahuan kurang, semuanya memiliki sikap negatif yaitu 2 orang ibu hamil (100%); 17 orang ibu hamil berpengetahuan cukup yang memiliki sikap positif sebanyak 6 orang ibu hamil (35,5%) dan 11 orang ibu hamil (64,7%) memiliki sikap negatif; dan 46 orang ibu hamil yang berpengetahuan baik memiliki sikap positif sebanyak 32 orang ibu hamil (69,6%) serta 14 orang ibu hamil (30,4%) memiliki sikap negatif dalam P4K. Analisa diJakukan dengan menggunakan up Spearman rho kar.ena kedua variabelnya memiliki data yang berskala ordinal. Dari uji Spearman rho didapat nilai signifikan sebesar 0,003 (kurang dari a == 0,05) dengan koefisien korelasi (r5) sebesar 0,361 (o,200-0,399), sehingga dapat ditarik kesimpulan Ho ditotak dan Ha diterima. Hat ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang P4K dengan sikap ibu dalam P4K dengan keeratan hubungan yang lemah (rs =0,361). -
-
-
Hubungan Pengetahuan lbi Hamil tentang P4K dengan Sikap lbu Hamil dalam P4K Ta~l ~ pi~rib~~l Fr~k_ll~n~l H!l~ngan P,ng~ah!li)_R
lm,t ~.mil ~~n~i)_ng _P§~ ~npn $1k_ap
lbu Hamll dalam P4K di Wilayah Kerja Puskesmas Bendan Kota Pekalongan Tahun 2012 Pengetahuan lbu HamH tentang P4K Kurang Cukup Balk Jumlah
Sumber 25
Slkap lbu Hamil dalam P4K Positif Negatif N
%
N
%
0 6 32 38
0
2 11 14 27
100 64,7 30,4 41,5
35.3 69,6 58,5
: _D~t~ pnm~r d19l~h
I JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
Jumlah N
%
2 17 46 65
100 100 100 100
rs
Sig (p)
0,361
0,003
'
HUIUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IIU TENTANG PERENCANAAN PERSAUNAN•••••
Hasil tabulasi silang antara pengetahuan ibu hamil tentang P4K dengan slkap ibu dalam P4K diperoleh hasil bahwa sebanyak 2 orang ibu hamil berpengetahuan kurang, semuanya memiliki sikap negatif yaitu 2 orang ibu hamil (100%); 17 orang ibu hamil berpengetahuan cukup yang memiliki sikap positif sebanyak 6 orang ibu hamil (35,5%) dan 11 orang ibu hamil ( 64,7%) memillki sikap negatif; dan 46 orang ibu hamil yang berpengetahuan balk memiliki sikap positif sebanyak 32 orang ibu hamil (69,6%) serta 14 orang ibu hamil (30,4%) memiliki slkap negatif dalam P4K. Analisa dilakukan dengan menggunakan uji Spearman rho karena kedua variabelnya memiliki data yang berskala ordinal. Dari uji Spearman rho didapat nilai signifikan sebesar o,os) dengan koefisien korelasi (rs) sebesar 0,361 ( o,2oo-o,399), o,oo3 (kurang dari a sehingga dapat ditarik kesimpulan Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang P4K dengan sikap ibu dalam P4K dengan keeratan hubungan yanglemah (rs= 0,361).
=
PEMBAHASAN Pengetahuan lbu Hamil Tentang P4K Hasil penelitian terdapat 46 ibu hamil (70,8%) memiliki pengetahuan baik, 17 ibu harnil (26,2%) memillki pengetahuan cukup dan 2 ibu hamil (3,1%) memillki pengetahuan kurang. Hal tersebut menunjukkan adanya responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 1 ibu hamil (3,1%). Pengetahuan kurang salah satunya dapat dipengaruhi oleh informasi tentang P4K, karena dari 65 responden didapatkan data yang pemah mendapatkan infonnasi tentang P4K sebanyak 63 orang (96,g%) dan yang tidak pemah mendapatkan informasi sebanyak 2 orang (3,07%). Sehingga pengetahuan yang kurang salah satunya karena ibu belum pemah mendapatkan informasi tentang P4K. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya pengetahuan tentang perencanaan persallnan dan pencegahan komplikasi oleh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Bendan Kota Pekalongan, diantaranya adalah informasi yang pemah ibu dapatkan sebelumnya baik melalui penyuluhan, dari kelas ibu hamil, referensi buku KIA maupun sumber lain. Pengetahuan ibu hamil yang kurang dan cukup tentang P4K dapat ditingkatkan menjadi pengetahuan baik dengan ibu menggali informasi mengenai P4K dari tenaga kesehatan, kader kesehatan, buku KtA yang dimiliki, media cetak dan e\ektronik. Dari penelitian sebelumnya oleh Feby (2009; h. 9) bahwa pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman dan bermacam-macam sumber antara lain media massa, media elektronik, buku petunjuk, media poster, petugas kesehatan, kerabat dekat dan lainlain.
Sikap lbu Hamil Dalam P4K Hasil penelitian terdapat 38 ibu hamil (58,5%) memitiki sikap positif dan sebanyak 27 ibu hamil (41,5%) memiliki sikap negatif dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi. Sikap merupakan respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju·tidak setuju, baik-tidak balk, dan sebagainya) (Notoatmodjo, 2005; h.52). Menurut Purwanto (1998) dalam Wawan dan Dewi (2010; h. 34) sikap dibagi menjadi 2, yaitu sikap posltif dan sikap negatif. Sikap positif adalah kecenderungan tindakan adalah
JURNAL L/TBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
I 26
HUBUNCiAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PERENCANAAN PERSAUNAN•••••
mendekati, menyenagi, mengharapkan objek tertentu dan sikap negatif adalah kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu. Sebanyak 27 ibu hamil (41,5%) memiliki sikap negatif dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi. Sikap negatif ini salah satunya dapat dipengaruhi dari komponen pembentuk sikap yaitu komponen kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang didapatkan, yaitu pengetahuan yang kurang dan cukup tentang P4K dapat mempengaruhi sikap ibu dalam P4K sehingga membentuk sikap yang negatif. Sikap tidak dapat langsung dllihat, tetapi harus ditafsirkan terJebih dahulu dari beberapa perilaku yang tertutup. Sikap ibu hamil yang positif pasti akan mempengaruhi mereka dalam merencanakan persalinannya dan pencegahan komplikasi sejak awal kehamilannya. Hubungan Pengetahuan lbu Hamil Tentang P4K dengan Sfkap lbu Hamil Dalam P4K
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4· dapat dilihat bahwa darl keseluruhan jumlah responden yaitu 65 ibu hamil terdapat 46 ibu hamil (70,8%) berpengetahuan baik dan 38 ibu hamil (58,5%) memiliki sikap positif. Hasil uji statistik Spearman rho didapat nilai signifikan (p) sebesar 0,003 (kurang dari a o,os) sehingga Ho ditoiak dan Ha diterima yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu hamil tentang P4K dengan sikap ibu dalam P4K. Menurut Hidayat (2007; h. 106) kekuatan koefisien korelasi {rs) sebesar 0,361 adalah Jemah karena tennasuk dalam range o,2oo-o,399· Hal ini menunjukkan keeratan hubungan yang lemah antara pengetahuan ibu hamil tentang P4K dengan sikap ibu dalam P4K. Hal ini dapat pula diartikan bahwa 3,61% sikap ibu hamil dipengaruhi oleh pengetahuan, dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain seperti pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosional (Azwar, 2005; h. 30). lni sejalan dengan pendapat dari Wawan dan Dewi (2010; h. 5) bahwa pengetahuan mempunyai peranan penting dalam menentukan sikap yang utuh. Pengetahuan yang dimiliki ibu hamil mengenai perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi akan membentuk kepercayaan atau keyakinan yang selanjutnya akan memberikan perspektif pada ibu hamil dalam merencanakan persiapan persalinannya untuk pencegahan komplikasi sejak awal kehamilannya. Fasilitas dan tenaga kesehatan yang telah ada di Puskesmas Bendan dapat menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ibu hamit, suami dan ketuarga serta masyarakat berperan aktif dalam perencanaan P4K dan mencari informasi khususnya tentang P4K yang bisa didapatkan dari tenaga kesehatan, media cetak dan elektronik.
=
SIMPULAN
Sebagian besar responden yaitu 46 ibu hamil (70,8%) memiliki pengetahuan baik tentang perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi. Lebih dari 50% responden yaitu 38 (58,5%) memiliki sikap yang positif dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi. Terdapat hubungan yang signifikan (o,oo3) antara pengetahuan ibu hamil tentang perencanaan persalinan · dan ptmcegahan komplikasi dengim sikap ibu dalam perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi di wilayah kerja Puskesmas Bendan Kota Pekalongan, dengan keeratan hubungan yang lemah (r5 0,361). SARAN
27
I JURNAL LrrBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2o16
•
I
I
I -
I
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN ISU TENTANG PERENCANAAN PERSAUNAN•••••
Responden yang berpengetahuan kurang dan cukup mengenai P4K disarankan supaya lebih termotivasi mencari informasi tentang P4K yang bisa didapatkan dari media cetak elektronik, dan bisa juga didapatkan melalui penyuluhan dari tenaga kesehatan serta buku KIA agar meningkatkan pengetahuan ibu menjadi berpengetahuan baik sehingga dapat lebih awal dalam merencanakan persalinannya. Responden yang memiliki sikap negatif dalam P4K diharapkan dapat menilai kembali tentang manfaat dan pentingnya P4K pada ibu serta kehamilannya sehingga dapat membentuk sikap positif dalam P4K. Tenaga kesehatan hendaknya dapat meningkatkan intensitas program penyuluhan berkaitan dengan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K} secara merata terhadap seluruh ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas Bendan sehingga seluruh ibu hamil memiliki pengetahuan baik dan memilikl sikap positif dalam P4K.
OAFTAR PUSTAKA Azwar S. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2005. h. 30. Badriyah DL Metodologi Penelitian llmu-llmu Kesehatan. Bandung: Multazam; 2009. h. 81; 112; 82; 101; 118; 69. Depkes Rl. Pedoman Pelaksanaan Kelas lbu Hamil. Jakarta: Oepartemen Kesehatan Republik Indonesia; 2006. h. 1. Dinas Kesehatan Kota Pekalongan. Data Kematian Maternal Neonatal Kota Pekalongan Tahun 2011. Pekalongan: Dinas Kesehatan Kota Pekalongan; 2011. Oinas Kesehatan Provlnsi Jawa Tengah. Buku Saku Untuk Kader Kesehatan Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K). Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah; 2009. h. 1; 2; 3i 4i 6; 7i 9i 10. Feby. Hubungan Tingkat Pengetahuan Formal lbu dengan Status fmunlsasi Dasar Bayi di Kecamatan Kwadungan Ngawi {KTI). Surakarta; Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret; 2009. h. g. Hidayat AA. Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika; 2010. h. 102; 106. Kusmiyati, Wahyuningsih, Sujiyatini. Perawatan lbu Hamil. Yogyakarta: Frtramaya; 2009. h. 5; 4i 8. Martiana E. Hubungan Pengetahuan lbu Hamil TM Ill tentang Persiapan Persalinan dengan Sikap lbu dalam Mempersiapkan Persalinan di Desa Wlradesa dan Desa Ciumawang Kecamatan Wiradesa Kabupaten Pekalongan. 2006. Nazir A. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia; 2003. h. 338-339. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2005. h. so; 107; 26; 149i 144i 69; 135; 116. Notoatmocijo S. Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2003. h. 122. Notoatmodjo S. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta; 2005. h.52. Prasetyawati AE. Kesehatan lbu dan Anak {KIA) dafam Milenium Developmnent Goals {MOGs). Yogyakarta: Nuha Medika; 2012. h. 3; 14; 97; 98; 61-63. Prawirohardjo S. llmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Blna Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2007. h. 46. Priyatno 0. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. Yogyakarta: Mediakom; 2010. h. 8; 73· Pudlastuti RD. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011. h.11; 24; 17; 99· Riwidikdo, H. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press; 2010. H. 91.
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL 10 TAHUN 2016)
28
HUBUNGAN ANTARA P£NGETAHUAN IBU TENTANG PERENCANAAN PERSAUNAN•••••
Saifudin AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2006. h. 7; 89-90 .. Soekanto S. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada; 2006. h.6. Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Jakarta: AI Fabeta; 2007. h. 2. Suyanto, Salamah U. Riset Kebidanan, Metodologi dan Aplikasi. Jogjakarta: Mitra Cendekia Press; 2008. h. 28; 51. Wawan, Dewi. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika; 2011. h. 12-14; 14-15; 15--16; 17-18; 27; 31; 34; 5· Widyastuti, P. Asuhan lbu dan Bayi: Pedoman Praktis Safe Motherhood. Jakarta: EGC; 2010. h. 14-15.
- I
29
I JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
Pemer1ntah Kota Pekalongan
JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA PEKALONGAN
ISSN 2085-0689 (media cetak)
I ISSN 2503-0728 (media online)
Volume 10 Tahun 2016
PERAN KELUARGA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN IBU NIFAS UNTUK MELAKUKAN PRAKTIK PANTANO MAKANAN Dl KOTA PEKALONGAN lndar Widowati, Afiyah Sri Hamany, Zaenal Amirudin Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi Keperawatan Pekalongan Email: [email protected]
ABSTRACT BACKGROUND: ABSTINENCE FROM FOOD IS AN INDIVIDUAL BEHAVIOR TO NOT EAT CERTAIN FOODS BECAUSE THERE IS A BAN BESIFAT OBTAINED CULTURE FOR GENERATIONS. STILL THE PUERPERAL WOMEN WHO ABSTAIN FROM CERTAIN FOODS LIKELY INFLUENCED BY SEVERAL FACTORS INCLUDING THE ROLE OF THE FAMILY.THE PURPOSE OF THIS STUDY WAS TO EXPLORE THE ROLE OF THE FAMILY IN THE DECISIONMAKING POSTPARTUM MOTHERS TO PRACTICE ABSTINENCE FEEDING ON POSTPARTUM MOTHERS. THIS RESEARCH IS A QUALITATIVE DESCRIPTIVE STUDY, TAKING PARTICIPANTS WITH METHODS PURPUSIVE SAMPLING, PARTICIPANTS WERE FOUR POSTPARTUM MOTFIERS WfiO DO ABSTAIN FROM EATING, Wt'IILE TRIANGULATION COMPOSED OF TWO POSTPARTUM MOTHERS WHO DO NOT ABSTAIN FROM FOOD, TWO MOTHERS OR MOTHERS-IN-LAW POSTPARTUM MOTHERS WHO ABSTAIN FROM FOOD, TWO PEOPLE MOTHER OR MOTHER-IN-LAW POSTPARTUM MOTHERS WHO DO NOT ABSTAIN FROM FOOD, ONE MIDWIFE AND ONE MIDWIFE. DATA IS COLLECTED USING IN-DEPTH INTERVIEWS, DATA IS PROCESSED BY THE METHOD OF INDUCTION.THE RESULTS SHOWED THAT THE PRACTICE OF ABSTINENCE FEEDING ON POSTPARTUM MOTHER INFLUENCED BY FAMILY MEMBERS WHO LIVE WITH THE PARTICIPANTS, ESPECIALLY THE BIRTH MOTHER OR MOTHER-IN-LAW, WHILE THE HUSBAND OF THE PARTICIPANTS DID NOT HAVE A SIGNIFICANT ROLE IN THE PRACTICE OF ABSTINENCE EAT. CONCLUSION PRACTICE ABSTINENCE FROM FOOD ON POSTPARTUM MOTHER INFLUENCED BY THE ROLE OF THE FAMILY, ESPECIALLY THE MOTHER OR MOTHER-IN-LAW.
Keywords: Abstinence meal, puerperal women, the role of family
PENDAHULUAN Pantang makanan merupakan suatu perilaku individu untuk tidak mengkonsumsi makanan tertentu karena terdapat larangan yang besifat budaya yang diperoleh secara turun temurun (Momon. S, 2008). Disadari atau tidak ibu nifas yang melakukan pantang makanan akan berpengaruh terhadap lambatnya pemulihan kesehatan seperti semula, serta berpengaruh terhadap produksi air susu ibu {ASI), (Kardinan, 2008). Di Indonesia ibu nifas maslh banyak yang meiakukan pantang makan, yaitu dan 5.123.764 ibu nifas sebanyak 4.406.437 ibu nifas (86%) mempunyai kebiasaan pantang makan seperti tidak makan ikan laut, telur, sayur, dan makanan pedas (Kemenkes Rl, 2015). Di Jawa Tengah 41,7% ibu selama masa nifas berpantang mengkonsumsi daging dan JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
I 30
PERAH KELUARGA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN IBU HIFAS. • •••
ikan (Safrudin & Hamidah, 2009). Jenis makanan yang seringkali dilarang dikonsumsi oleh ibu hamil dan ibu nifas adalah makanan yang asam dan pedas, daging, seafood, serta beberapa jenis sayuran dan buah (Afiyah, 2006). Masih adanya ibu nifas yang berpantang makanan tertentu kemungkinan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah peran keluarga, umur, pendidikan, pengalaman (Silistiyoningsih, 2012). Peran keluarga sangat penting, dimana keluarga sebagai orang pertama yang berhubungan dengan ibu nifas, peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu (Nasrul Effendi, 1999). Salah satu peran keluarga adalah sebagai pengasuh dalam menentukan gizi pada ibu nifas. Peran ini apabila dilakukan dengn baik, maka tidak terjadi pantang makanan pada ibu nifas, sehingga kebutuhan akan gizi akan terpenuhi. Studi literatur menunjukkan bahwa banyak masyarakat dari berbagai budaya percaya adanya hubungan antara makanan dengan kesehatan ibu nifas yang sebenarnya salah. Mereka memberikan perlindungan yang bersifat protektif terhadap ibu nifas, sehingga keputusan untuk mengkonsumsi makanan ditentukan oleh pihak yang dianggap punya kewenangan, yaitu suami, orang tua serta orang yang memiliki kemampuan seperti dukun (Baumali, 2009). Secara tradisional, pembuatan keputusan keluarga dilakukan oleh suami, namun keluarga besar terutama ibu atau ibu mertua juga akan mempengaruhi pengambilan keputusan khususnya tentang pemiiihan makanan yang boieh dikonsumsi ibu nifas karena ibu atau ibu mertua dianggap lebih tahu tentang apa saja yang harus dilakukan saat masa nifas (Kardinan1 1668). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada awal bulan Juni 2015 terhadap ibu nifas, terdapat 5 responden (45,5%) menyatakan ibu nifas melakukan pantang makanan tertentu, dan 6 respoden (55,5%) menyatakan tidak pantang makanan. Jenis makanan yang dipantang ibu nifas bervariasi, utamanya adalah cumi-cumi, dengan alasan cumi-cumi tersebut dianggap beracun dan dipercaya dapat mempengaruhi perubahan warna ASI sehingga ibu nifas khawatir bayi yang disusuinya kulitnya akan hitam-. lb\J nifas jtJga ada yang berpantang pada ikan la\Jt; tJdang, ikan sembilan, ikan lele-, daging kambing, telur, nanas, durian, jantung pisang dan terong. lbu nifas mengaku tidak mempunyai keberanian untuk menolak pantangan-pantangan selama masa nifas yang merupakan tradisi turun temurun dan dianjurkan atau didukung oleh ibu maupun ibu mertua dari ibu nifas dengan alasan takut menanggung akibat apabila melanggar aturan terse but. Penelitian sejenis pemah dilakukan oleh Qomariah Alwi dan Ratih Oemiati, (2004) meneliti tentang: Tradisi makanan sehari-hari dan makanan pantang ibu-ibu Papua selama hamil dan setelah persalinan. Hasil penelitian menunjukkan ada korelasi bermakna antara pendidikan, pekerjaan, pendapatan, pengetahuan, sikap, keterampilan, nilai, kepercayaan, budaya dan pengalaman dengan pantang makanan. Mas'adah dan Sukesi, (2009), meneliti hubungan antara kebiasaan berpantang makanan tertentu dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. 31
I JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL 10 TAHUN 2016
--
----
----
- - -
PERAN KELUARGA DALAM PENCiAMBILAN KEPUTUSAN IBU NIFAS. ••••
Berdasarkan fenomena tersebut, akan pentingnya peran keluarga terhadap praktik pantang makan pada ibu nifas; dan penelitian terkait yang sudah pernah dilakukan, maka perlu digali lebih lanjut mengenai "Peron keluarga dalam dalam pengambilan keputusan untuk melakukan praktik pantang makan pada ibu nifas." TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi peran keluarga dalam pengambilan keputusan ibu nifas untuk melakukan praktik pantang makan pada ibu nifas. METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di Kota Pekalongan pada bulan Juli sampai September l915· Penelitian ini mer~19akan penelitian Eleskriptif k~alitatif. MetaEie ini Elipilih ~ntl:lk menggali peran keluarga dalam praktik pantang makan pada ibu nifas. Pengambilan partisipan dengan metode purpusive sampling yang memenuhi kriteria, yaitu yaitu ibu nifas bersedia menjadi responden dengan menanda tangani informed consent, ibu nifas tidak mengalami komplikasi atau penyakit tertentu, ibu nifas yang meiakukan pantang makan tertentu. Trianguiasi data diiakukan pada ibu, ibu mertua, ibu nifas yang tidak pantang makan. Kriteria partisipan triangulasi adalah dekat atal:l tiggal serumah Elengan inferman (~nt~k i9~ atalJ ib~ mert~a), mampbl 9erkemYikasi dengan baik, bersedia menjadi responden dengan menanda tangani informed consent. Pemilihan partisipan dimulai dengan pencarian data ibu nifas di Kota Pekalongan. partisipan beriumlah empat ibu nifas yang melakukan pantang makan, sedangkan triangulasi terdiri atas dua ibu nifas yang tidak pantang makanan, dua orang ibu atau ibu mertua ibu nifas yang pantang makanan, dua orang ibu atau ibu mertua ibu nifas yang tidak pantang makanan, satu orang bidan dan satu orang dukun bayi. Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode wawancara mendalam (in depth interview); (Moleong
U, 2006). Data yang dikumpulkan antara lain, data identitas partisipan, dan data wawancara mendalam tentang praktik pantang makan ibu nifas, serta peran keluarga. lnstrumen yang digunakan meliputi peneliti sendiri, asisten peneliti, pedoman wawancara mendalam, serta alat perekam suara. Selanjutnya data diolah dengan metode induksi (Kusnanto H, 2001). Analisis data dilakukan melalui tahapan, koding data, reduksi data; kategorisasi; penyajian data; serta pengambilan keputusan dan verifikasi. HASIL PENELITIAN
Karakteristfk Partfsipan Tabel1 Karakterlstik Partisipan ----- ---- -Jml Keluarga yang tlggal Pendidikan serumah
Partisipan lbu yang b~p_antan t. P1 25 P2 P3 P4
so
32
so
36 28
SMA SMP
1 3 2 2
lbu dan bapak Mertua, suami lbu, suami,anak suami, anak Suami, anak
Pekerjaan Buruh lbuRT Karyawan pabrik Buruh
--
JURNAl. UTBANG KOTA P!KAl.ONGAN VOL 10 TAI'IUN 1016
I 31
PERAN KEI.UARGA DAI.AM PENGAMBILAN KEPUTUSAN IBU NlFAS. ••••
lbu yang tfdak pantang
Ps
31
SMP
~
Suami; anak
Penjahit
P6
24
SMP
1
lbu, suami, anak
lbuRT
P7
35
so
2
Suami, anak
lbu RT
P8
24
1
Suami, anak, mertua
JbuRt
,
____
SMP
~--·--~--
---
I
Tabel 1 menunjukkan bahwa umur partisipan yang bepantang makanan dalam rentang 25-36 tahun, sebagian besar partisipan berpendidikan rendah SO, SMP dan hanya satu yang SMA, sebagian besar partisipan mempunyai anak lebih dari satu, sebagian besar merupakan keluarga inti, satu tinggal bersama ibu dan satu bersama mertua (bapak dan ibu), sebagian besar sebagai ibu rumah tangga (RT), buruh dan karyawan pabrik. Alasan Melakukan Praktfk Pantang Makanan Praktik pantang makan pada ibu nifas didasarkan pada berbagai alasan seperti tradisi, takut dengan ibu mertua, tetangga sekitar dan dukun bayi. Berikut hasil wawancara pada ibu nifas yang melakukan praktik pantang makan. 11
Tradisi adat gitu ya ... !' (P1)
11
Sejak melahirkan anak pertama sudah melakukan pantang makanan Mbah dukun yang merawat saya setelah melahirkan itu ... "(P2) 11
Kalau dari diri sendiri sih pengginnya ngga gitu ya ... kan laper Tapi wong katane mung sedhilit thok wae be mengko nek wis rampungan nifas kan bebas .... (tapi katanya cuma sebentar aja, nanti kalau sudah selesai nifas kan bebas .... " (P3) 11
Kan sudah tradisi .... Biar badan jadi bagus" (P4)
Partisipan yang tidak melakukan praktik pantang makan memiliki alasan yang beragam seperti tidak merasa bebas, tidak ada manfaatnya jika melakukan pantang makan, mengetahui jika ibu nifas membutuhkan gizi yang baik untuk ibu dan bayinya, mengetahui manfaat gizi bagi ibu dan bayi. Partisipan yang tidak melakukan praktik pantang makan menyatakan bahwa berat badan anak lebih cepat naik, air susu ibu lancar dan berlimpah, bayi dapat tidur nyenyak dan tidak gampang sakit, tali pusat bayi cepat kering dan lepas, luka jahit pada jala lahir (perineum) menjadi lebih cepat kering. Berikut
hasil wawancara pacta partisipan yang tidal< melakllkan praktik pantang makah. 11
Memang nggak suka dibatasi ... saya suka kebebasan jadi nggak merasa tertekan .•• , Nggak ada gunanya ya ••. itu kan sama saja membatasi makanan-makanan yang mungkin bergizi buat anak saya" (PS)
11
1bu menysui itu kan sangat membutuhkan makanan yang baik... bergizi , Bidan menasehati supaya ibu hamil dan ibu menyusui tidak usah mantang makan ... , biar ibu dan bayi sehat ... 11 (P6)
11
Pantangan semacam itu kan semestinya nggak perlu yang dilakukan ibu nifas .•.• Ya nggak masuk aka/ sajalah ... "(P7) ~rlbu
nifas kan butuh makanan yang baik ... yang bergizi... bayinya juga ... kenopo kudu pantang? (kenapa harus pantang)" (PB)
33
I JURNAL L/TBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
-
I
PERAN KELUARGA DAI.AM PENGAMBILAN KEPUTUSAN IBU NIFAS•••••
Lama Melakukan Praktlk Pantang Makanan Berdasarkan keterangan partisipan lbu nifas yang melakukan praktik pantang makan dilakukan selama 40 hari. lbu juga harus puasa atau tidak boleh makan atau minum dari jam 5 sore sampai jam 5 pagi agar badannya tidak gembrot bahkan ada yang tidak dlpetbolehkan turun dati tempat tldur. lbu harus tldur dalam poslsi terlentang dan kaki lurus. Berikut cupilikan wawancara. 11
He eh ... ya, puasa ... Dari habis maghrib sampai jam lima pagi ... jam lima pagi baru boleh makan dan minum lagi ... Udah empa.tpuluh hari wis oleh mangan opo wae ... "
(P1) "Ya ... selama empatpuluh hari ... " (P2) 11
nda makan dan minum dari jam lima sore sampai jam lima subuh ... katane biar badane bagus sampe tua nanti , kalau lapar ya ditahan ... kalau merasa haus ya juga ditahan ... saya manut saja ... patuh gitu lah, kalau lapaaar sekali saya terpaksa
makan totf tawat sedikit ... kalau hau.s ya mfnum itu ... air putfh sedlkft juga ... habi.s itu nda makan minum apa-apa lagi ... mantang lagi sampe jam lima subuh ... " (P3) 11
nda cuma pantang pada malam hari ..., si ibu juga nda boleh turun dari tempat tidur sepanjang malam ... selama empatpuluh hari ... katanya biar nda muncul mata panda ... kantung mata, badan tetep bagus, luka kandungan cepet kering ... kalau tidur kakinya juga harus iurus ... katanya biar kemaiuannya cepet rapet kembaii ... yo saya manut aja wis" (P4)
Jenis Makanan yang Dipantang Praktik pantang makan yang dilakukan ibu nifas terdiri dari jenis makanan, cara pengolahan dan waktu diperbolehkan makan dan minum bagi ibu nifas. lbu nifas makan semua karbohidrat kecuali roti manis, tidak makan protein hewani seperti ikan, udang, telur, daging ayam, daging sapi. lbu nifas yang melakukan praktik pantang makan ada yang tetap mengkonsumsi daging seperti daging sapi, namun tidak untuk daging kambing dan ayam. Daging ayam dapat menyebabkan rahim dan jalan lahir (perineum) terasa gatal dan luka di perineum tidak cepat kering. lkan, udang, telur dapat menyebabkan air susu am is dan bayi menjadi muntah. Berikut wawancara dengan partisipan. "Daging kambing itu kan panas ... Kalau daging ayam ya enggak dimakan Kalau makan ikan laut air susunya jadi amis gitu ... . " (P1) "Katanya ikan dapat menimbuJkan gatal pada kandungan gitu ... eh .. . tempat jalan bayi keluar ... "(P2) Saya pantang daging sapi .... bikin gatel di daerah kelamin, lkan laut dapat menyebabkan air susu menjadi am is, Keong bikin ngantuk.... bikin badan femes juga .... bikin jedhel pikiran juga (pikiran buntu)" (P3) 11
"Semua dari laut ... jadi semua jenis ikan laut semua tanpa kecuali ... (tidak makan), Kalau makan ikan soalnya jadi gatel .. . daerah kemaluan... darah jadi bau am is , Paling bahaya udang,, kata mbah dukun udang bisa membuat pusar bayi berdarah ... , Air susu juga jadi amis oh ... , Kan masih banyak makanan lain yang bisa mengantfkan fkan taut ftu ... fkan ayam, daglng, telur ....., tahu tempe juga" (P4)
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
I 34
PERAN KELUARGA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN IBU NIFAS•••••
- I
lbu nifas hanya boleh makan protein nabati seperti tempe dan tahu yang dimasak dengan cara dikukus dan hanya ditaburi .garam setelah diambil dari kukusan. lbu nifas tidak diperbolehkan makan makanan yang digoreng dan atau ditaburi bumbu-bumbu dapur, selain itu ibu nifas juga dilarang makan makanan yang berkuah dan bersantan. Berikut cuplikan wawancata dengan partisipah.
"Kalau soya kadang ta masak poke kecap .. tahu semur.... Tahu dikecap gitu .... Tapi seringgnya dikukus... kalau tempe dikukus juga ... Paling cuman bawang merah, bawang utih, dikasih garam soma kecap sedikit... minyaknya juga sedikit sekali, Kalau ibu nifas terlalu banyak makan makanan berkuah itu katanya bisa membuat
Juka di dalam kandungan lama sembuhnya ... dan dalan bayf jadi terasa becek gitu ... " (P1) "Hanya boleh dikukus soja... nda boleh makan yang digoreng... Kluban•kluban itu tapi yo tanpa klapa juga ... berarti apa itu namanya ... urap, lalapan ... ngukusnya sekalian ngukus nasi dan tahu tempe ... juga tanpa air atau kuah .•• sayuran lain yang dikukus semisal kangkung, bayam, wortel ... kaiau kacang panjang dimakan iangsung ... tidak dikukus dulu ... timun juga dimakan mentah ... kalau tomat kadang dikukus, kadang dimakan mentah" (P2) "Kalau makan yang mengandung minyak-minyakan atau lemak kan rahimnya kalau dipijet kan susah naiknya ... kata mbah dukun pijatnya itu ... kan mbah dukune bilang soma soya ... mbah dukune merasakan ... bisa membedakan gitu ..Jodi ibu nifas horus membatasi ... makan sayurnya sedikit soja ... nda poke kuah ... sayurnya juga dikukus ... nda poke apa-apa ... paling dikasih garam dikit ... " (P3) 11
Biasane ta rebus atau kukus soja ... tapi kalau pas kepengin rasa yang lain yo paling ta tumis dengan sedikit minyak ... kasih bawang brambang ... poke garam sedikit ... nda poke lombok nanti bayinya bisa mencret ..• ibu nifas nda boleh banyak makan goreng-gorengan" (P4) lbu nifas tidak boleh makan semua jenis buah dan sayur. Buah-buahan yang dilarang untuk dimakan yaitu pepaya, nanas dan nangka. lbu nifas dilarang makan pepaya karena buah ini dapat menyebabkan jalan lahir bayi (perineum) menjadi lembek.lbu nifas tidak bioleh makan nanas dapat menyebabkan gatal pada perineum, sedangkan buah nangka dapat menyebabkan tekanan darah menjadi naik. Berikut cuplikan wawancara dengan partlslpan.
"Jodi semua buah-buahan kalau ada saya makan ... " (P1) ''Makanan yang terbuat dari nangka muda nantinya membuat jamunya nggak enak rasanya ••. katanya gitu, Pantang makan buah pisang dan pepaya. Katanya ya ... bikin lembek pada itu ... pada alat kelamin ... " (P2) "Nangka muda katane juga mbikin tensi darah naik juga, Air kelapa muda kan mengandung lemak ... nggeh ... sedikit-sedikit mengandung lemak ... makanya nda boleh diminum ... " (P3) "Kalau buah ... paling yo kuwi ... nangka ... nanas ... ya pepaya ... nangka kan panas ya ... ada .gasnya ... takute bayinya mules perute ... mencret ... kalau nanas takute gatel ••. kemaluane gate/ ... gendhul katanya juga bisa membuat alat kandungan dan kemaluan Iembek terus ... nda cepet kering katanya ... "(P4) 35
I JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
'· I
I.
PERAN KELUARGA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN IBU NIFAS. ••••
lbu nifas boleh makan semua jenis sayur kecuali kol dan tauge dengan alasan membuat luka persalinan gatal dan tidak cepat kering. Tali pusat bayi menjadi tidak cepat kering. Berikut cuplikan wawancara dengan partisipan. "Kalau sayur-sayuran ... oh paling itu ... taoge ... kecambah ya ..., Terus kobis juga nggak boleh dimakan ... katanya bisa membuat luka pada alat kandungan basah terus ... nggak kering ... dan lama sembuhnya ... juga membuat pusar bayi basah dan lama puputnya ... "(P1) "Kalau saya tidak mengkonsumsi kol ... kobis ... sama taoge ..., Menurut mbah dukun, katanya kobis juga ya dapat menimbulkan gatel ... he eh ... sama taoge ... taoge itu kan terbuat dari kacang hijau ya ... nah itu katanya dapat menimbulkan gatel ... malah kalau kobis dapat menimbulkan rasa nyeri juga .. " (P2) "Makan sayurnya sedikit saja ... nda pake kuah ... sayurnya juga dikukus ... nda pake apa-apa ... paling dikasih garam dikit ... pedes juga nda boleh •.• kasihan bayinya ..• juga ibunya ... nanti bisa mencret ... kalau kubis ... sebenernya nggak boleh" (P3) "Yang nda boleh ... taoge sama kobis ... apalagi kalau yang dilahirkan anak perempuan ... kan ditindik ... nanti luka tindiknya bisa melepuh ... bisa ngoreng katanya mbah dukun ... Kalau kobis katanya bisa membuat luka kandungan gatel dan basah terus ... nda kering-kering ... lama sembuhnya" (P4)
Jenls Mlnuman yang Dlpantang lbu nifas yang melakukan praktik pantang makan juga dibatasi dalam minum. lbu nifas tidak boleh minum susu, teh, air kelapa dsb. lbu nifas hanya diperbolehkan air putih dan jamu yang diberikan o'eh dukun yang merawat ibu dan bayi se,ama masa nifas. Berikut kutipan wawancara dengan partisipan. "Saya tetep minum tapi cuma sedikit sekali wong saya suka minum teh ... minumnya pagi thok sebelum minum jamu , Sayanya yang enggak mau ... nggak mau minum ... lwis mengko kapan-kapan wae ... "' (P1) 11
Air teh nggak juga ... itu dipantang ... nggak boleh .•. katanya dapat membuat jamunya jadi kurang berkhasiat .•. nggak manfaat ... jadi jamu sama teh itu berlawanan ..., Susu saya enggak minum ... nggak sama sekali ... " (P2) "Seperti minum teh itu ... jamunya kan jadi kurang berkhasiat ... gitu, Saya minumnya susu sapi ... setiap hari saya minum ... kalau susu yang lain nda saya minum ..., Air kelapa muda kan mengandung lemak ... nggeh ... sedikit-sedikit mengandung lemak ... makanya nda boleh diminum ... kalau dipijat kan rahimnya susah naiknya ... " (P3) Nda boleh banyak-banyak ... nda boleh teh manis atau kopi manis ... pokoknya nda boleh yang manis-manis ... katanya khasiat jamunya bisa kalah sama minuman man is
11
•.. " (P4)
Alasan lbu Tldak M~lakukan Pantang Kalau menurut saya pantangan seperti itu nggak ada gunanya ya ... itu kan sama saja membatasi makanan-makanan yang mungkin bergizi buat anak saya ... jadi nggak dapet .. . makanan-makanan itu mungkin sebenarnya sangat dibutuhkan oleh ibu dan bayinya ya .. . akhirnya jadi nggak dapet gizi yang sepenuhnya ... lebih enak makan apa aja yang penting kan gizi-gizinya dapet gitu ... sayanya juga jadi merasa nggak bebas gitu .•. merasa dibatasi ... kepengin makan ini nggak boleh ... kepengin makan itu nggak boleh ... padahal itu kan banyak gunanya ... (P5) JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. lO TAHUN 2016
I 36
l PERAN KELUARGA DA!,AM PENGAMSILAN KEPUTUSAN IBU NIFAS• ••••
Yo ta pikir sendiri saja lah ... ibu menyusui itu kan sangat membutuhkan makanan yang baik ... ber:gizi koyo mono ... dia kan banyak mengeluarkan darah saat melahirkan .. . apalagi kalau si ibu itu menyusui ... kan lebih-lebih ... dia gampang haus ... gampang taper .. . bayinya kan juga butuh gizi ... di seko/ah kan juga ada pelajarannya ... sithik-sithik mesti ono p~/Ci]aran :sing mba has giti ... di Pu:ske:sma:s keifi Cida jugli k~las ibu heimil ... Yli s~ring juga bu bidan menasehati supaya ibu hamil dan ibu menyusui tidak usah mantang makan ... biar ibu dan bayi sehat ... terus di tivi juga sering kan ditayangkan ... iklan, acara kesehatan ... pasti ada itu ... tinggal kit.anya saja bagaimana ..., mau ngikuti yang nggak masuk aka/ atau yang masuk aka/ ... gitu ... (P6) Pantangan semacam itu kan semestinya nggak perlu ya dilakukan ibu nifas ... ya nggak masuk aka/ saja lah nek menurutku ... yo ta fiat sendiri ... ta bandingke dhewe .•. ibu yang melakukan pantangan ternyata kondisinya seperti itu ... bayinya seperti itu ... sedangkan ibu yang tidak melakukan pantangan kok ternyata lebih sehat hooo ... bayinya juga ... dari situ saya jadinya kan mikir ..• yo wajar saja ibu yang pantang terlihat lemes badannya ... pucet ... bayinya juga sering rewel ... kan mestinya mereka menctapat makanan yang baik eh malah justru dipantang ... Yo ta pikir sendiri saja lah ... kan kasihan bayinya juga ya .•. dia kan mendapatkan gizi dari air susu ibunya ... dadi ta nalar dhewe ... sepertinya lebih sehat jika ibu nifas tidak pantang makanan ... (P7) Ya ta na/ar sendiri hooo ... ibu nifas kan butuh makanan yang baik ... yang bergizi ... bayinya juga ... kenopo kudu pantang? Nda perlu hooo ..• ibu nifas melakukan pantangan semacam itu ... apa yang mereka larang nda bener --· itu hanya mitos •.• nda nalar gitu -· menu rut saya ... jadi yo ta nalar dhewe ... nda perlu ibu nifas melakukan pantangan ... justru
sebaliknya ... ibu nifets butuh muklin mt:tkt:tnetn yetng bergizi ... metkt:tnt:tn yt:tng bark ... nda pantang ..._(P8) Peran Suamr, lbu Kandung/Mertua dalam Praktfk Pantang Makan Praktik pantang makan pada ibu nifas dipengaruhi pada anggota keluarga yang -tinggal serumah dengan partisipan. Berdasarkan hasil wawancara da.pat diketahui bahwa partisipan yang menjalankan praktik pantang makan tinggal satu rumah dengan ibu kandung atau ibu mertua, sedangkan suami dari partisipan tidak mempunyai peran p~nting
dalam praktik pantang makan. suami tidal< mt:!larang atau tidak menyarankan
pada ibu nifas untuk melakukan praktik pantang makan. Keputusan untuk melakukan praktik pantang makan diserahkan sepenuhnya pada ibu. Dukun juga mempunyai peran yang penting pada ibu untuk melakukan praktik pantang makan. Dukun seringkali menasehati ibu agar melakukan praktik pantang makan agar jika dipijat rahim dapat dinaikkan dengan mudah dan lebih lidn. lbu kandungr ibu mertuar dukun dan lingkungan sosial berperan dalam memberikan pengaruh agar ibu nifas melakukan praktik pantang makan. Berikut kutipan
wawantara dengan partislpan : "lbu kandung tidak terlalu menekan, Suami malah bingung, mau ngasih /auk apa Tapi kalau tradisi adat, sedikit-sedikit ada dari nenek, Orang yang tilik atau njenguk bayi cerita tentang pantang makanan gitu .••. " (P1) "Yang menganjurkan ya dari diri sendiri dan mbah dukun beranak, Suami nggak melarang harus pantangan atau tidak ... itu terserah saya, Saya kan ikut mertua. Ya ... mertua saya itu kalau memberikan sayur-sayuran kan tanpa air juga klapa ... " (P2)
37
I JURNAL LIT-BANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 20J.6 - -j
PERAN KELUARGA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN IBU NIFAS•••••
"Tetangga-tetangga kan bilang kayak gitu, kalau ibu mertua dan mbah dukun nda bilang. Orang tua, ibu mertua melarang saya makan semua jenis ikan taut lnformasi dari mbah dukun ...• " (P3) "Kesadaran sendiri aja Ya dari saya sendiri.... Dari mbah dukun juga dan banyak juga sih yang menganjurkan .... sudah tradisi " (P4)
lbu nifas yang tidak melakukan praktik pantang makan karena keinginan sendiri untuk tidak melakukan pantang makan. Suami dan ibu kandung tidak mempunyai peran yang penting dalam praktik pantang makan. lbu mertua dari beberapa partisipan mendorong untuk melakukan pratik pantang makan, sedangkan dukun menasehati untuk melakukan praktik pantang makan atau "ngapikl" (istilah Pekalongan) yang berati melakukan pantang makan atau menyeleksi makanan yang boleh dimakan dan tidak
boleh dimakan. Kutipan wawantara Tentang Peran suami, tbu Kandung, tbu Mertua dan Dukun pada lbu Nifas yang Tidak Melakukan Praktik Pantang Makan "Ngga ada ya ..• itu kemauan saya sendiri, Kalau suami saya bebas •.•• terserah saya saja, Orang tua saya itu terserah saya saja , lbu mertua lebih mendorong supaya saya melakukan pantang makan" (P5)
"Kcdau suami saya sih terserah saya saja ..•• Nda maksa, lbu mertua malah sangat mendoron sekali agar saya melakukan pantang, Yo ta pikir sendiri sajalah ..•. lbu menyusui itu kan sangat membutuhkan makanan yang baik, Bu bidan menasehatisupaya ibu hamil dan ibu menyusui tidak usah pantang makan ..• biar ibu dan bayi sehat, Terus di tivi juga sering kan ditayangkan ..• iklan, acara kesehatan .... Pasti ada" (P6) "Kalau suami saya ggak pernah menganjurkan atau melarang apa-apa. Terserah saya saja ... bebas, Kalau ibu mertua yang justru sangat mendorong sekali ... menganjurkan agar saya melakukan pantang" (P7) Saya sendiri ... ., Kalau suami ... terserah sayanya saja ... nda memaksa, lbu saya juga nda begitu memaksa untuk melakukan pantangan ... ., Kalau ibu mertua nda juga, Tapi kalau mbah dukun yang mengurut saya dan anak saya memang cok ngandhani (suka menasehati)
.•..• (PB) PEMBAHASAN Praktlk Pantang Makanan Pantangan dapat diartikan sebagai larangan atau sesuatu yang tidak benar untuk dilakukan. Larangan makan biasanya karena tradisi. Banyak faktor yang mendasari tabu makanan, misalnya karena magis, kepercayaan, takut berkomunikasi, kesehatan, dan lainlain (Suharjo, 1989) Pantangan atau tabu adalah suatu larangan untuk mengkonsumsi suatu jenis
makanan tertentu, karena terdapat ancaman bahaya atau hukuman terhadap barang siapa yang melanggamya. Dalam ancaman bahaya ini terdapat kesan magis, yaitu adanya kekuatan "super power" yang berbau mistik, yang akan menghukum orang-orang yang melanggar pantangan atau tabu tersebut (Suharjo, 1989) Segala Jenis tabu atau pantangan yang ada, berdasarkan pada dua hal, yakni agama dan kepercayaan. Suatu pantangan yang berdasarkan agama (Islam) disebut haram hukumnya, dan individu yang melanggar pantangan tersebut berdosa. Hal demikian, karena makanan dan minuman tertentu mengganggu kesehatan jasmani atau
rohani bagl pemakannya atau pemlnumnya. Sedangk.an pantangan atau larangan yang berdasarkan kepercayaan umumnya mengandung perlambang atau nasehat-nasehat JURNAlliTBANG KOTA PEICAl.ONGAN VOL 10 TAHUN 2016
I 38
PERAN KELUARGA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN IBU NIFAS•••••
yang baik dan tidak baik yang lambat laun menjadi kebiasaan (adat), terlebih dalam suatu masyarakat yang masih sederhana. Alasan dari tabu-tabu ini kadang-kadang tidak rasional dan tidak dapat diterangkan secara ilmiah (Suharjo, 1989). Praktik pantang makan yang dilakukan oleh ibu nifas dengan tidak makan jenis makanan tertentu seperti iRan, daging, ayam, telut, kol, tauge, nanas, nangka dan pepaya dengan alasan yang beragam. lkan, daging, telur, ayam dipercaya dapat menyebabkan gatal pada luka perineum dan tali pusat bayi tidak cepat kering. Makanan tersebut dipercaya dapat menyebabkan air susu yang diproduksi oleh ibu terasa amis sehingga bayi muntah. Praktik pantang makan di Pekalongan disebut dengan istilah "ngapiki" yaitu membatasi jumlah makanan dan minuman, serta jenis makanan yang boleh dikonsumsi oleh ibu nifas selama masa nifas. Tradisi ini masih dipercaya dan dilakukan oleh sebagian besat tbu nitas walaupun tingkat praktik pantangnya ada yang tidak seketat tradtsi yang ber1aku, misa\nya masih ada ibu yang makan daging sa pi atau minum susu. lbu nifas tidak diperbolehkan makan makanan yang digoreng atau sayur yang berkuah karena rahim dipercaya akan licin sehingga dukun bayi akan kesulitan saat melakukan pemijatan mengembalikan posisi rahim ke posisi semula. Tradisi yang berkembang dan masih dipegang teguh oleh masyarakat Pekalongan adalah melakukan perawatan untuk bayi dan ibu nifas selama masa nifas (40 hari). Dukun bayi datang ke rumah ibu setiap hari untuk memandikan bayi, memjiat bayi dan ibu, serta memberikan jamu pada ibu nifas. oukun bayi s~tingkall yang membetikan nasehat pada ibu untuk melakukan praktik pantang makan selama nifas dengan berbagai alasan, salah satunya rahim akan menjadi licin kalau dipijat oleh dukun karena makan makanan yang digoreng, bersantan dan sayuran berkuah. Praktik pantang makan tidak hanya pada jenis makanan tertentu tetapi juga pada cara pengolahan. lbu nifas harus makan lauk .yang mengandung protein nabati seperti tempe dan tahu yang dikukus tanpa bumbu. lbu dapat menaburkan garam setelah tahu atau tempe setelah dikukus. Jika ibu bosan dapat menambahkan kecap dan dimasak dengan cara disemur. lbu nifas makan sayur yang direbus atau dalam bentuk lalapan seperti timun, kac.ang panjang. \bu tidak diperbo\ehkan makan sayur yang berkuah dan bersantan dengan alasan rahim menjadi banyak air dan licin saat dipijit oleh dukun. Praktik pantang makan tidak hanya pada jenis makanan tetapi juga minuman tertentu. lbu nifas tidak diperbolehkan minum susu, teh bahkan kopi. Susu dapat menyebabkan gatal pada luka perineum 1 sedangkan teh dan kopi dapat menyebabkan rasa iamu yang diberikan oleh dukun setiap hari terasa tidak enak serta jamu menjadi kehilangan khasiatnya. lbu nifas hanya diperkenankan minum air putih dan jamu. lbu nifas yang menjalankan praktik pantang makan tidak diperbolehkan makan dan minum dari jam 5 sore sampai jam 5 pagi, bahkan ada pula yang tidak turun dari tempat tidur pada jam tersebut. Posisi tidur diatur dengan kaki lurus dan rapat agar perineum rapat kembali setelah melahirkan. Jika ibu haus sekali yang tidak tertahankan dapat minum air putih sedikit, kemudian melanjutkan puasa sampa~ jam 5 pagi. Demikian pula ibu yang merasa lapar dapat makan roti tawar sedikit, hanya untuk menghrtangkan rasa Ia par yang tidak tertahan. Hal ini dilakukan dengan alasan agar ibu tidak g mbrot dan kondisi badan cepat kembali seperti sebelum melahirkan. lbu nifas yang mempunyai praktik pantang makan yang kurang dapat disebabkan ibu mempunyai penga\aman pantang makan yang dapat dipero\eh dan penga\aman dirinya maupun dari orang lain yang berpengaruh bagi dirinya. lbu yang mempunyai praktik kurang dapat disebabkan lingkungan di sekitar yang masih memengang kuat 39
I JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL 10 TAHUN 2016
-
PERAN KEL.UARGA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN IBU NIFAS•••••
•
tradisi pantang makan dan meyakini kebenaran dari praktik pantang makan pada ibu nifas. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa praktik terjadi diawali dengan adanya pengalaman-pengalaman seseorang serta faktor-faktor di luar orang tersebut (llngkungan) baik flslk maupun non flslk. Kemudlan pengalaman dan llngkungan tersebut diketahui, dipersepsikan, diyakini dan sebagainya sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak dan akhirnya terjadilah perwujudan niat tersebut berupa praktik (Notoatmojo, 2010 ). Peran Keluarga Berdasarkan hasil penelitian, orang tua (ibu) berperan dalam memberikan perintah atau anjuran untuk melakukan Pantang makanan, sedangkan suami mengikuti keputusan istri dengan menyerahkan sepenuhnya kepada istri dan ada pula yang memberikan dukungan untuk melakukan Pantang makanan. Kedudukan ibu dalam rumah tangga berhubungan dengan kebudayaan dalam masyarakat. Dalam kebudayaan Jawa, posisi wanita dalam keluarga sangat kuat, terutama dalam pekerjaan rumah tangga yang berhubungan dengan proses reproduksi. Partisipan yang menyatakan bahwa peran keluarga yang kurang dari suami, ibu kandung maupun ibu mertua dapat disebabkan keluarga (suami, ibu kandung atau ibu mertua) tidak mampu mengenali tugas atau peran keluarga dalam kesehatan anggota keluarganya. Suami, ibu kandung dan ibu mertua tidak mampu mengenal masalah kesehatan yang dlhadapl oleh ibu nifas, membuat keputusan tlndakan yang tepat bagi kesehatan ibu nifas, membuat perawatan pada ibu nifas dan bayinya serta menciptakan lingkungan yang kondusif bagi ibu selama menjalani masa nifas sehingga dapat mencegah masalah psikolgosi pada ibu nifas. lbu yang mengalami gangguan psikologis seperti cemas, stres dapat mempengaruhi produksi ASI dan menganggu tumbuh kembang bayi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa tugas atau peran keluarga dalam kesehatan yaitu mengenal masalah kesehatan, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit, memodlfikaslllngkungan atau mendptakan suasana rumah yang sehat dan merujuk pada fasintas kesehatan masyarakat (Effendi & makfudli, 2009). KESIMPULAN Praktik pantang makan di Pekalongan disebut dengan istilah "ngaplkl" yaitu membatasi jumlah makanan dan minuman, serta jenis makanan yang boleh dikonsumsi oleh ibu nifas selama masa nifas. Tradisi ini masih dipercaya dan dilakukan oleh sebagian besar ibu nifas walaupun tidak seketat tradisi yang berlaku. orang tua (lbu) atau ibu mertua sangat berperan dalam memberikan perintah atau anjuran untuk melakukan Pantang makanan, sedangkan suami mengikuti keputusan istri dengan menyerahkan sepenuhnya kepada istri dan ada pula yang memberikan dukungan untuk melakukan Pantang makanan. SARAN-SARAN Penyuluhan kesehatan atau konseling kepada ibu nifas khususnya tentang pantang makanan yang dilakukan oleh petugas kesehatan perlu mengikut sertakan keluarga yang dekat atau tinggal serumah dengan ibu nlfas. Materi yang disampaikan meliputi gizi ibu nifas, yaitu makanan yang perlu dikonsumsi ibu nifas dan risiko apabila ibu nifas melakukan pantang terhadap makanan tertentu.
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
I 40
-----l PERAN KELUARGA DALAM PENGAMIILAN KEPUTUSAN ISU NIFAS. ••••
DAFTAR PUSTAKA Afiayah SH. 2006. Pengaruh Tabu Makanan, Tingkat Kecukupan Gizi, Kosnusmsi Tablet Besi, dan Teh Terhadap Kadar Hemoglobin pada lbu Hamil di Kota Pekalongan. [Thesis]. Semarang: Universitas Diponegoro. Baumali, A. 2009. Pemenuhan Zat Gizi lbu Nifas dan Budaya Se'l pada Masyarakat Suku Timor Dawan df Kecamatan Moto Selatan Kabupaten Timor Tengah Selatan. Universitas Gajah Mada. Tesis Effendi, Nasrul. 1999· Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Edisi 2. Jakarta : EGC. Kardinan, 2008. Nutrisi ibu saat menyusui. Yogyakarta: Ftashbooks Kementerian Kesehatan Rl. 2015. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan Rl Tahun 2015-2019 Keputusan Menteri Kesehatan Rl No. HK. 02.02/MENKES/52/2015. http://www.depkes.go.id. Diunduh 14 April 2016 Kusnanto ,H 2001. Metode Kualitatif dalam Riset Kesehatan. Yogyakarta: Universitas Gajah Mad a Moleong, U. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Momon S. 2008. Sosiologi Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan dan llmu Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta Safrudin & Hamidah. (2009). Kebidanan Komunitas. Penerbit EGC. Jakarta. Suharjo.1989. Sosio Budaya Gizi. JPB. Bogor. Suharjo. 2003. Berbagar cara Pendldlkan Glti. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Sulistyoningsih, H. 2012. Gizi lbu Dan Anak. Yogyakarta: Graha ilmu
41
I JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL 10 TAHUN 2016
Pemer1ntah Kota Pekalongan
JURNAL PENEUTIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA PEKALONGAN
ISSN 2085-0689 (media cetak)
I ISSN 2503-0728
Volume 10 Tahun 2016
(media online)
.·
ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DAN NVERI PERSALl NAN KALA 1 PRIMIPARA Dl WILAVAH KERJA PUSKESMAS KOTA PEKALONGAN Agustina Rabmawati1 , Hartati2 , Sumami3 1
Akademi Kebidanan Harapan lbu Pekalongan Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi Keperawatan Pekalongan
2,3
Email : sumamipkl@gmajlcom
ABSTRACT ANXIETY IS A NATURAl DISRUPTION OF FEELING SIGNED BY DEEP ANXIETY OR NERVOUS /WORRIES AND THE BEHAVIOUR COULD BE DISRUPTED BUT STill IN NORMAl lEVEL. BESIDES BIRTHING PAIN IS A MECHANISMOF BODY PROTECT APPEAR IF THERE IS A TORN BODY TISSUE AND IT WILL CAUSE THE REACTION BY MOVING PAIN STIMULA. BASED ON THE INTRODUCTION OF STUDY DONE BY PUSKESMAS BENDAN, PUSKESMAS JENGGOT, PUSKESMAS KUSUMA BANGSA FROM 10 MOTHERS GIVES BIRTH STEP 1 PRIMIPARA, GOT RESULT THAT 8 RESPONDENTS (8o)GET HARD ANXIETY, AND 2 RESPONDENTS (20%) HAVE MEDIUM LEVEL OF PAIN,_ THE MAIN GOAL OF THIS STUDY IS TO KNOW THE RELATION BETWEEN ANXIETY LEVEL OF BIRTHING PAIN STEP 1 PRIMIPARA. THE WRITER USED CORRELATIONAL DESCRIPTIVE ANAUSIS METHOD,
SAMPUNG TECHNIQUE tN THtS STUDY USED CROSS SECTIONAL THE NUMBER OF POPULATION IS ABOUT 84 RESPONDENTSOF MOTHERS PRIMIPARA AND THE AMOUNT OF SAMPLE IS ABOUT 68 RESPONDENTS OF BIRTHING MOTHERS PRIMIPARA. BASED ON THE RESULT OF STUDY DONE TO RESPONDENTS IN THE WORK AREA OF PUSKESMAS IN PEKALONGAN CITY THAT RESPONDENTS HAVING WORRIES IN MEDIUM LEVEL THAT IS ABOUT 43 RESPONDENTS (63,3%). HARD WORRIES ABOUT 20 RESPONDENTS (39,4) AND LIGHT WORRIES ABOUT 8 RESPONDENTS (7,4%) . BESIDES RESPONDENTS HAVING MEDIUM PAIN IT IS ABOUT 19 RESPONDENTS (27,9%) , LIGHT PAIN ABOUT 6 RESPONDENTS (8t87%). BASED ON THE RESULT tIT WOULD BE BETTER IF THE MEDICAL ASSISTANCES ESPECIALLY MIDWIFE CAN GIVE KNOWLEDGE OR COMPLETE lNFORMATION ABOUT BIRTHING PROCESS CAN GIVE KNOWLEDGE OR COMPLETE tNFORMATtON ABOUT BtRTHtNG PROCESS SO CAN ()[CREASE WORRtES lEVEl TO INPARTU PATIENTS STEP 1 PRIMIPARA.
Keywords : Anxiety, pain, birthing, primipara
PENDAHULUAN
Kecemasan (ansietas/anxiety) merupakan gangguan alam perasaan yang cfitandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas1 kepribadian masih tetap utuh, dan perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normal. Kecemasan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara 'ain umur, status perkawinan, pendidikan, dan pendapatan (Hawari, 2011). JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
I 42
ANAUSIS HUBUNGAN nNGKAT KECEMASAN DAN NVERI PERSAUNAN•••••
Sedangkan nyeri persalinan merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada taringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkanstimulus nyeri. Rasa nyeri yang dialami selama persallnan bersifat unik pada setiap ibu dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain budaya, takut, kecemasan, pengalaman persallnan sebefumnya, perslapan persallnan, dan dukungan (Mohamad Judha, 2012). Persalinan selalu ditandai dengan rasa nyeri (kontraksi uterus) yang mendukung kemajuan persalinan. Persalinan primipara (persalinan yng pertama) kala I merupakan kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan o sampai pembukaan tengkap.Penipisan dan pembukaan serviks pada primigravida berlangsung se\arna 12 jam. Pada fase inilah nyeri karena kontraksi akan bertambah dan semakin kuat. Rasa cemas dan takut semakin meningkat terutamapada ibu-ibu primipara dimana persallnan merupakan pengafaman yang baru pertama kall dlafami.Respon pslkofogl berupa kecemasan dan ketakutan seperti geHsah, tidak senang, membayangkan hat-hat buruk tentang proses persalinan,. merasa lemas,. hingga tidak mau makan dapat mengakibatkan rasa nyeri yang hebat dan juga dapat mengakibatkan menurunnya kontraksi uterus, sehingga persalinan akan bertambah lama. Fenomena psikotogis yang menyertai persatirnm itu bel n •acarn-macarn.Setiap wanita memUiki disposisi kepribadian yang menonjolkan kepasifan dan keaktifan pada saat kelahiran bayinya.Perbedaan dari dua dlsposisl yang pasif dan aktif itu mencolok pada periode kesakitan preliminer atau mura-mura. Wanita yang bersikap pasif secara totat sejak semuta sudah mempunyai anggapan bahwa mereka tidak perlu takut dan cemas,. sebab mereka tidak akan banyak menderita sesuai dengan nasihat atau sugesti pada bidan dan dokter. Namun setelah merasakan sendiri kesakitan yang bertubi-tubi dan semakin hebat mereka menjadi sangat marah dan tidak sabar. Sebatiknya, tipe yang aktif menjadt semakin getisah dan me11h 1gkatkan berbagai aktifitas sehari-hari dan menimbulkan berbagai rasa kecemasan (Dahro, 2012). Cara mengatasi ataupun mengurangi tingkat kecemasan dan nyeri yang dirasakan ibu dafam menghadapi persafinan perru adanya lnformasi berupa penyufuhan-penyufuhan yang ditakukan oteh tenaga kesehatan terutama tentang persatinan sehingga ibu tebih siap dalam menghadapi masa persallnan (Miftakhul Jannah,. 2013). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Miftakhul Jannah (2013) menyatakan bahwa tingkat kecemasan ibu primigravida sebanyak 67,8% dan 32,2% tidak mengalami kecemasa11. Sedangkari menurut Sri Rejekr, dkk (2013) menyatakan bahwa responderr yang mengalami kecemasan sebanyak 56,2% dan 43,8% tidak mengalami kecemasan-. Penelitian yang dilakukan oleh Marpaung (2011) menyatakan ibu primigravida mengalami nyeri berat sebanyak 54%, nyeri sedang sebanyak 30% dan nyeri ringan sebanyak 16% (Afifah, 2011). Menurut Supami (2014) intensitas nyeri ibu bersalin yang mengalami nyeri be rat sebesar 53,33% dan yang mengalami nyeri sedang sebesar 46,67% di Kabupaten Pekalongan. Nyeri berat dapat terjadi pada ibu dengan persalinan buatan yaitu dengan indukst.Dan nyeri yang dapat mengakibatkan trauma ruptur yaitu pada ibu bersalin yang mengalami uterus ruptur membakat. Hal ini jika tidak segera ditangani akan terjadi kematian ibu dan bayi. Namun sekarang dengan adanya pemantauan menggunakan partograf, kejadian ini sudah jarang terjadi (Rosemary Mander, 2012). Kota Pekatongan terdapat 14 puskesmas Petayanan Obstetri Neonatat Emergency Dasar (PON ED) yang melayani persalinan primipara di bulan Maret sampai April 2015 yaitu puskesmas Jenggot sebanyak 6, puskesmas Medono sebanyak 4, puskesmas Noyontaan sebanyak s,puskesmas Buaran sebanyak 4, puskesmas Kusuma Bangsa sebanyak 10,
43lJURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 20 TAHUN 2026
ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DAN NYERI PERSAUNAN•••••
puskesmas Pekalongan Selatan sebanyak 5, puskesmas Bendan sebanyak 8,puskesmas K•ego- seb-anyak 3, puskesmas Krapyak Lor sebanyak 4, puskesmas Tirto seb-anyak &, puskesmas Tondano sebanyak 5,puskesmas Kramat Sari sebanyak 3, puskesmas Dukuh sebanyak 3, puskesmas Sokorejo sebanyak 2. Berdasarkan studl pendahufuan yang dlrakukan dengan metode observasi dan wawancara terhadap 10 responden ibu bersatin di Puskesmas Bendan, Puskesmas Jenggot,. Puskesmas Kusuma Bang_sa, didapatkan hasil bahwa sebanyak 7 responden primipara (70%) mengalami kecemasan sedang dan 3 responden primipara (?o%) mengalami kecemasan berat. Tingkat nyeri pada primipara, didapatkan hasil 8 responden ( 80'%} mengaiamt nyeri berat dan 2 responden ( 20%} mengatamt nyeri sedang. TahapanPersalinan menurut Sumarah (2009)dibagi menjadi 4 tahap, yaitu persalinan Kala I dimana persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan o sampal pembukaan fengkap ,kafa II dlsebut juga dengan kara pengetuaran, oteh karena kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin di dorong ketuar sampai lahir.Kala Ill atau disebut iug_a kala urie,. plasenta terlepas dari dinding_ uterus dan dilahirkan.Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut diobservasi apakah terjadi perdarahan postpartum. Kecemasan (ansretas/anxfety} adatah gangguan atam perasaan yang ditandar dengan pe-rasaan ketakutan atau ke-khawatiran yang me-ndalam dan be-rke-lanjutan, tidak mengalami gangguan dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh, dan perilaku dapat terganggu tetapi masih dafam batas-batas normar (Hawari,2011; h.19). Menurut Surya Direja, kecemasan adatah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang_ disertai geiala fisiologis,. sedangkan pada gangguan kecemasan terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguanfungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut.Tingkatan kecemasan dibagi me11jadt 4 yartu kecemasan ringan, kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panrk. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kecemasan yaitu umur, status perkawinan, pendidikan, dan sosial ekonomi. Nyeri adafah afasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Menurut Potter & Perry {2005} menyatakan nyeri adatah segata sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan tertadi kapan saia ketika seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri (Mohamad Judha,2o12;h.1). Menurut Perry&Potter (2005), rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereakst dengan mel11i11dahkan stimtrltJs nye-ri. Rasa nyeri yang dialami se-lama persalinan bersifat unik pada se-tiap ibu dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain budaya, takut, kecemasan, pengalaman persalinan sebelumnya, persiapan persalinan dan dukungan (Mohamad Judha, 2012). Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri persaHnan yaitu usia, jenis ketamin, kebudayaan,_ makna nyeri,_ perhatian,_ ansietas,_ keletihan,_ pengalaman sebelumnya,_ gaya koping, dukungan keluarga dan sosial. METODE PENELITIAN
Dafam mefakukan penelftian fnf penefitf memakai jenfs penefftfan deskrfptff korelasionat-.PeneHtian deskriptif korefasionalmerupakan metode penelitian yang dilakukan dengan tuiuan utama untuk mengkaii hubungan antara ting_kat kecemasan dengan ting_kat nyeri ibu bersalin kala 1 primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Pekalongan.Sedangkan pendekatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah cross sectiortaf yattu rancangan penetitran dengan metakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan atau sekali waktu (Ari Setiawan, Saryono,2011; h.86-87). JURNAL UTBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 20l6l44
ANAUSIS HUBUNGAN nNGKAT K£C£MASAN DAN NYERI PERSAUNAN•••••
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu bersalin pada kala 1 primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Peka«mgan p-ada bulan Maret-Apr# 2015 sebanyak 84 responden-. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu bersalin pada kala 1 primipara di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Pekalongan dengan jumlah sampel sebanyak 68 responden. lnstrumen yang digunakan adafah kuensloner yang meliputlkuesloner yang terdiri dari dua materi yaitu mengenai kecemasan tentang persaHnan kata 1 primiparamenggunakan skala HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale)dan untuk ting_kat nyeri persalinan kala 1 primipara menggunakan Simple descriptive pain intensity scale. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa univariatedan bivarfate.Analisis univariate bertujuan untuk menjetaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Sedangkan analisa bivariate dilakukan untuk m~ngetahui ada tidaknya hubungan terhadap dua variabel yaitu antara tingkat kecemasan lbu bersalin kafa 1 primipara dengan tingkat nyeri persafinan kala 1 primipara. AnaHsis dalam peneHtian ini menggunakan uji statistik non parameter maka uji statistik yang digunakan adalah Spearman Rank dengan rum us:
Dimana: nilai Rank Spearman r d jumlah kuadrat seHsih ranking variabel x dan y jumlah sampel n
= = =
HASIL PENELITIAN Karakterfstfk Responden Distribusi frekuensi berdasarkan usia ibu bersalin kala 1 primipara Tabet t Distribust Frekuenst
KategorJ Kecemasan Ringan Sedang Be rat Total
Frekuensi
Presentasi
5 43 20 68
7·4 63.2 29·4 100.0
Tabel 2 Berdasarkan Usia lbu Bersalfn Kala 1 Primipara Kategori Frekuensr Presentasr <20Tahun 1-1 16.2 20-35 Tahun 52 76·5 > 35 Tahun 5 7·4 Totar 68 100.0 Berdasarkan tabef tersebut tefah menunjukkan bahwa sebagian besar 52 responden (76,5%) memiliki usia antara 20-35 tahun.
AnaHsa Unfvarfat HasiJ p-enelitian tentang tingkat kecemasan ibu bersaJin kala 1 primip-ara diPuskesmas Kota Pekalongan pada 68 responden, Sebagian besar 43 responden(63,2%) mengalami kecemasan sedang berhubungan dengan proses persalinan.Hasil penelitian tentang tingkat nyeri ibu bersatin kala 1 primipara di Puskesmas Kota Pekarongan pada 68
45) JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
ANAUSIS HUBUNGAN nNGKAT KECEMASAN DAN NYERI PERSAUNAN•••••
responden, sebagai berikut.Sebagian besar 43 responden(63,2%), merasakan nyeri sedang
mengenaf proses persa«nan-. Analisa Bivariate
Dari hasil uji Spearman's rho didapatkan hasil P value : o,oo < a (o,os), sehingga disimpulkan ada hubungan antara kecemasan dengan tingkat nyeri ibu bersalin kala 1 primipara. Sedangkan dari hasil korelasi Spearman's rho 0,568, maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan hubungan kecemasan dengan tingkat nyeri ibu bersalin kala 1 primipara memiliki kekuatan sedang~ PEMBAHASAN Hasil penelitianmenunjukan bahwa sebagian besar ibu bersalin berusia antara 2035 tahun sebanyak 52 responden (76,5%), yang berusia kurang dari 20 tahun sebanyak 11 responden (16,2%), dan yang berusia lebih dari 35 tahun sebanyak 5 responden (7,4%). Usia terbanyak ibu bersalin yaitu 20-35 tahun dimana usia terse but adalah usia reproduksi, sehingga ibu bersalin tidak memiliki resiko tinggi ketika bersalin. Apabila usia ibu bersalin kurang dari 20 tahun maka wanita memiliki resiko tinggi datam kehamitan dan persalinan karena alat reproduksi belum matang secara sempuma, sedangkan wanita diatas usia 35 tahun juga memiliki resiko patologi terhadap kehamilan dan persalinan. Manuaba (2010), Usia reproduksi wanita yaitu pada usia 20-35 tahundimana pada usia ini kemampuan wanita untuk memanfaatkan atat reproduksinya dan mengatur kesuburannya dapat menjalani kehamilan dan persalinan secara aman serta mendapatkan bayi tanpa resiko apapun dan selanjutnya mengembalikan kesehatan dalam batas normal. Menurut Elizabeth BH yang dikutip Nursalam (2003) dalam Wawan dan Dewi (2010,h.t7), Usia adatah umur individu yang terhitung mufaf saat metahirkan sampai berulang tahun.Usia muda cenderung dikaitkan dengan kondisi psikologis yang masihlabil, yang memicu terjadinya kecemasan sehingga nyeri yang dirasakan semakin menjadi febih berat. Usia juga dipakai sebagar sarah satu taktor dafam menentukan toferansi terhadap nyeri. Toteransi akan meningkat seiring bertambahnya usia dan pemahaman terhadap nyeri menurut Hartanti (2005) dalam Nastiti (2009). Menurut Gilarso (2ooo,h.64) dalam Wulandari (2009) usia dimana masa reproduksi sehat,. dalam arti masa yang paling aman untuk hamil dan melahirkan adalah 20-35 tahun. Pacta usia kurang dari 20 tahun wanita befum siap secara psikis dan mental, meskipun secara biologis sudah mampu mengandung dan melahirkan.Sebagian besar ibu bersalin kala 1 primipara dipengaruhi oleh faktor psikologis dalam proses persalinan. Hasil penelitian menunjukan pada tabef 4.2 bahwa sebagian besar tingkat kecemasan yang dirasakan oteh ibu bersalin kata 1 primipara yaitu kecemasan sedang yaitu sebanyak 43 responden (63,2%), kecemasan berat sebanyak 20 responden (29,4%), dan kecemasan ringan sebanyak 5 responden (7,4%). - Hal ini disebabkan karena ibu bersalin kala 1 primipara belum mempunyai pengalaman dalam metahirkan sehingga kecemasan mengenai proses persalinan tebitt tinggi. Menurut Hawari (2011), Kecemasan adalah gangguan alam perasaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami· gangguan datam menitai reatitas, kepribadian masfh tetap utuh, dan perilaku dapat terganggu tetapi masih dalam batas-batas normaL Kecemasan merupakan salah satu aspek pemicu stres dan depresi sekaligus. Dalam konsep umum, kecemasan dipahami sebagai ketakutan atau perasaan gugup. Setiap ibu yang akan metahirkan pasti mengatami kecemasan pada waktu menjetang
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. lO TAHUN 2016146
ANAUSIS HUBUNGAN nNGKAT K£C£MASAN DAN NYERI P£RSAUNAN•••••
persalinan. Seorang ibu mungkin mulai merasa takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbuJ pada saat melahirkan (Mansur,2Q09,h.137}. Kecemasan yang dirasakan oleh ibu bersalin kala 1 primipara pun berbeda-bedasetiap individu. Dimana hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor kecemasan yang dapat menimbulkan kelelahan, ketidaknyamanan, gelisah, tidak bisa tidur nyenyak, mudah tersinggung, mudah sesak, tidak mampu memusatkan perhatian, ragu-ragu, tertekan, dan ingin lari dari kenyataan. Jika kekhawatiran dan kecemasan ibu berlebihan bisa mempengaruhi ibu sehingga dapat merugikan ibu dan bayi. Kecemasan yang dirasakan ibu bersalin kala 1 fase aktif dilatasi maksimal primipara mempunyat tmgkatan yang berbeda-beda, dimana hat tersebut dipengaruht oleh pembukaan serviks. Fase dUatasi maksimal yaitu pembukaan mulai dari 4-9 em. Dimana dari hasil penelitian adanya perbedaan pada tingkatan nyeri yang dirasakan oleh ibu cfikarenakan pembukaan serviks yang berbeda. Apabila pembukaan serviks masih sedikit, maka kecemasan yang dirasakan akan lebih ring.an. Jika pembukaan serviks sudah banyak maka kecemasan yang dirasakan akan semakin berat. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu bersalin kala 1 primipara yaitu nyeri sedang yaitu sebanyak 43 responden (63,2%}, nyeri berat sebanyak tgresponden (27,9%), dan nyeri ringan sebanyak 6 responden (8-,8%). Hal inf disebabkan karena tidak adanya pengalaman melahirkan yang pemah ibu alaml, sehingga nyeri pada proses persannan primipara dianggap tingkat nyeri sedang. lbu bersalin juga ada yang merasakan nyeri berat dimana sebagian ibu yang merasakan nyeri berat terse but adalah ibu yang tidak kuat dalam menahan nyeri kontraksi. Menurut Mohamad Judha (2012) Rasa nyeri merupakan mekanisme pertahanan tubuh, timbul bila ada jaringan rusak dan hal ini akan menyebabkan individu bereaksi dengan memindahkan stimtshJs nyeri. Rasa nyeri yang dialami setama persatinan bersifat unik pada setiap ibu dan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain budaya, takut, kecemasan, pengalaman persalinan sebelumnya, persiapan persalinan dan dukungan. Menurut Bandiyah (2oog,h.88) secara fisiotogis nyeri terjadi ketika otot-otot rahim berkontraksi sebagai upaya membuka serviks dan mendorong kepala bayi ke arah panggul. Dimulai dari his persalinan yang mempunyai tanda dominan di daerah fundus rahim, terasa sakit intervalnya makin pendek dan kekuatannya makin meningkat, juga mentmbutkan perubahan dengan mendorong janin menuju jalan lahir, mentmbutkan pembukaan mulut rahim, dan memberikan tanda persalinan. Nyeri yang dirasakan oleh ibu bersalin kala 1 primipara pun berbeda-beda setiap individu. Dimana hal tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor dari ibu sendiri yang mampu menahan dan mengatasi nyeri yang disebabkan oteh nyeri persatinan. Nyeri ringan bisa dirasakan oleh ibu bersalin kala 1 pada fase aktif dilatasi maksimal primipara dlmana pembukaan serviks maslh berkisar 4-5 em. Sedangkan untuk nyeri sedang bisa dirasakan oleh ibu bersalin dimana pembukaan serviks berkisar antara 6-7 em. Dan untuk nyeri berat biasanya dir asakan oteh ibu be1 sa lin dil nana pembukaan serviks berkisar antara 8--9 em. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tingkat nyeri ibu dapat dilihat dari pembukaan serviks yang dialami oleh ibu dan juga dipengaruhi oleh faktor usia, kebudayaan, makna nyeri-, perhatian, ansietas (kecemasan ), ketetihan, pengalaman sebelumnyaJ. gaya kopin~ dukungan keluarga dan sosial. Untuk mengatasi nyeri yang dirasakan ibu pada kala 1 fase aktif dilatasi maksimal sebaiknya dilakukan asuhan untuk mengurangi rasa nyeri tersebut, seperti memijat halus
47JJURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL lO TAHUN 2026
ANAUSIS HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DAN NYERI PERSAUNAN•••••
daerah punggung, memberikan informasi bahwa nyeri yang dirasakan karena kontraksi. Sehingga ibu tidak terlahJ cemas dengan keadaannya dikarenakan nyeri yang dfrasakan oJehibu. Berdasarkan hasil analisa bivariat dengan uji Spearman rho terhadap tingkat kecemasan dengan tingkat nyeri ibu bersaUn kala 1 primipara dlperoleh p value: o,oo
Persipan persalinan pada ibu hamiT primipara perfu diTakukan dengan kefas ibu hamit di puskesmas sehingga mengurangi kecemasan pacta saat persalinan.
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
l48
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
----
-------------
ANAUSIS HUBUNGAN nNGICAT KEC£MASAN DAN NVERI PERSAUNAN•••••
DAFTAR PUSTAKA
Asrinah, dkk.2010.AsuhcmKebidanan MasaPersalintm. Yogyakarta:GrahaUmtt Badriah, Oewi Lelatul. 2012. Metodologi Penelitian llmu-llmu Kesehatan. Bandung: Multazam Bahagla Semarang. 2009. [Diakses Tanggal 19 Mel 2015}. Dldapat dari:http:L/Jurnat.Unimus.Ac.ld/lndex.Php]Psn12012010/ArtideNiew/1284/1337 Bandiyah. Siti. 2009. Kehamilan. Persalinan dan Gangguan Persalinan. Yogyakarta: Nuha Medika Cahyani Widyastuti. Hubungan Pengetahuan lbu Tentang Persalinan Kala ldengan Kecemasan Persatinan Kala t Pada tbu Bersatin Dt Rumah Sakit Dahro-, Ahmad. 2012. Psikologi Kebidanan: Analisis Perilaku Wanita Untuk Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika Olnas Kesehatan Kota Pekafongan. 2015. ProfiT Dlnas Kesehatan Jawa Tengah Kawari, Dadang. 2011. 5tres, cemasdanDepresi. Jakarta: FKUl Hidayat. A. Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data.Jakarta:SalembaMedika Hidayat, AsridanSujiyatini. 2010. AsuhanKebidananPersalinan. Yogyakarta: NuhaMedika JudhaMohamad, dkk. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Yogyakarta: Nuha MedikaMander, Rosemary. 2012. Nyeri Persalfnan. Jakarta: EGC Mansur H. 2009. Psikologi lbu dan Anak Untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika Manuaba lAC, Manuaba lBGF, Manuaba tBG. 2010. tlmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC Nastiti, Retno Krestanti Raras. Perbedaan Efektifitas Teknik Back-effluerage dan Teknik Counter-pressure Terhadap Tingkat Nyeri Pinggang kala 1 Fase Aktif Persalinan. 2009. (Dtakses tanggal t6 Met 2015}. Dtdapat dari:http:J)digUib.unjmus.ac.id/files/disk1h21/jtptunim.us:gdl:eniandriya-6o272babii.pdf Notoatmodjo. 2012. MetodoTogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nurhat~ Ummi. 2009. 9 Bulan Yang Menakjubkan. Yogyakarta: Garamon Nursalam.2oo8. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian llmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Prawirohardjo, Sarwono. 2009. llmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Setiawan Ari, Saryono. 2011. MetodotogfPenelitianKebtdanan. Yogyakarta; NuhaMedikaSumarah, Wldyastuti Y, WiyatiN 2009. Perawatan lbu Bersalin: Asuhan Kebidanan lbu Bersalin. Yogyakarta: Fitramaya Wawan A, M dewi. 2010. Teori dan pengukuran pengetahuan, sikap dan perilaku manusia. Yogyakarta: Nuha Medika
49 (.JuRNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL 10 TAHUN 2016
'\
Perner1ntah Kota Pekalongan
JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA PEKALONGAN
ISSN 2085-0689 (media cetak)
I ISSN 2503-0728
Volume 10 Tahun 2016
(media online)
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN IBU DARI ANAK YANG MENDERITA BRONKOPNEUMONIA Dl BKPM KOTA PEKALONGAN Mob. Projo Angkasa ', lsrofah 2 Maslahatullnayah 3, lndayah Dewi Tunggal 4 '.3 Poltekkes
Kemenkes Semarang Prodi Keperawatan Pekalongan
.u.universitas Pekalongan Fakultas Kesehatan Masyarakat Email: [email protected]
ABSTRACT CHILDREN ARE SENSITIVE TO DISEASES SUCH AS BRONCHOPNEUMONIA. BRONCHOPNEUMONIA DISEASE REQUIRES CARE AND REGULER TREATMENT AND LONGER, SO IT CAUSE ANXIETY. MOTHER OVERCOME THE ANXIETY NEED FAMILIY SUPPORT TO PROVIDE GOOD CARE TO HER CHILDREN. THIS RESEARCH TRIED TO FIND OUT MOTHERS ANXIETY LEVEL IN CHILDREN WITH BRONCHOPNEUMONIA AT BKPM PEKALONGAN. DESIGN OF THIS RESEARCH WAS DESCRIPTIVE CORRELATIVE WITH CROSS SECTIONAL APPROACH. SAMPLES OF THIS RESEARCH WERE 118 MOTHERS OF CHILDREN WITH BRONCHOPNEUMONIA AT BKPM PEKALONGAN. THE SAMPLING TECHNIQUE USED WAS SIMPLE RANDOM SAMPLING. THE RESEARCH INSTRUMENT WAS QUESTIONNAIRE. ANALYSIS OF DATA USED CHI SQUARE. RESULT 59 PEOPLE (50%) GOT GOOD FAMILY SUPPORT AND 73 PERSONS (61,9%) DID NOT ANXIETY. THERE WAS A SIGNIFICANT CORRELATION BETWEEN FAMILY SUPPORT AND MOTHERS ANXIETY LEVEL IN CHILDREN W\TH BRONCHOPNEUMONIA WITH p VALUE 0.001. SUGGESTION NURSES SHOULD GIVE INFORMATION ABOUT THE DISEASE AND THE TREATMENT OF BRONCHOPNEUMONIA THAT THE MOTHERS ARE NOT ANXIETY ABOUT THEIR CHILDREN.
Keywords: Family support, anxiety, bronkopneumonia
PENDAHULUAN Kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Indonesia. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan bangsa, sebab anak sebagai generasi penerus bangsa mempunyai kemampuan yang dapat dikembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008). Anak-anak mudah terkena berbagai penyakit dan tidak semua penyakit dapat dicegah (Thompson, 2009). Salah satu penyakit yang banyak dijumpai pada anak adalah bronkopneumonia, yaitu sindrom klinis yang lazim dikenal pasca infeksi M. pneumoniae. Walaupun mulainya penyakit mungkin mendadak biasanya ditandai dengan nyeri kepala, malaise, demam, rinorrea dan nyeri tenggorok yang mulai sedlkit demi sedikit dengan penurunan gejala pemafasan bawah, termasuk suara serak dan batuk (Kiiegman & Arvin, 2005).
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. lD TAHUN 2016
I 50
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN IBU DARI ANAK YANG MENDERITA. ••••
Hasil Riset Kesehatan Dasar {Riskesdas) 2013 diketahui bahwa period prevalence dan prevalensi sebesar 1,8% dan 4,5%. Berdasarkan kelompok umur penduduk, Period prevalence pneumonia yang tinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun, kemudian mulai meningkat pada umur 45-54 tahun dan terus meninggi pada kelompok umur berikutnya. Period prevalence pneumonia balita di Indonesia adalah 18,5 per mil (Depkes, 2014). Persentase penemuan dan penanganan penderita pneumonia pada balita di Propinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebesar 24,74% lebih sedikit dibanding tahun 2011 (25,5%). Jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 64.242 kasus, angka ini masih sangat jauh dari target Standar Pelayanan Minimal (SPM) tahun 2010 (100%) (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2013). Berdasarkan data BPKM Kota Pekalongan tahun 2014 diketahui jumlah kasus pada anak terdiri 10 (2%) kasus TB Paru, 140 (28%) kasus bronkopneumonia, 350 (70%) kasus infeksi saluran pernafasan akut. Peneliti memfokuskan penelitian pada bronkopneumonia karena kasus yang dijumpai cukup banyak dan penyakit ini membutuhkan pengobatan yang lama. Anak yang sakit dapat menimbulkan kekhawatiran dan kepanikan orang tua. Orang tua akan cemas bila anaknya sakit, tidak perduli berapa kali menangani anaknya sakit (Febry & Marendra, 2010 ). Kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Pengaruh kecemasan terhadap tercapainya kedewasaan, merupakan masalah penting dalam perkembangan kepribadian. Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku yang normal maupun tingkah laku yang menyimpang, yang terganggu. Keduanya merupakan pemyataan, penampilan, penjelmaan, dari pertahanan terhadap kecemasan itu (Gunarsa, 2008). Hasil penelltian Yohana (2014) menyebutkan bahwa kecemasan ibu yang mempunyai anak usia o-12 tahun yang pertama kali menjalani rawat inap menunjukkan bahwa sebagian besar ( 67,6%) respond en mengalami kecemasan ringan dan sebagian (32,4%) tidak ada kecemasan, namun tidak ditemukan responden yang mengalami kecemasan sedang, berat dan berat sekali. Dukungan sosial dan cara individu mengatasi masalah berperan penting dalam proses munculnya penyakit. Dukungan sosial dapat diperoleh dari pasangan hidup, anak, lansia, saudara, tetangga, atasan, bawahan, atau ternan sejawat. Dukungan sosial terutama keluarga dan cara mengatasi masalah merupakan mediator dalam mengatasi penyakit yang berhubungan dengan stres. Dukungan yang tinggi akan mempercepat pemecahan masalah yang dihadapi (Pudjiastuti & Utomo, 2003). Hasil penelitian Risa (2012) tentang dukungan keluarga dalam hospitalisasi anak pra sekolah menyatakan bahwa kategori dukungan yang paling banyak diberikan keluarga dalam hospitalisasi anak usia prasekolah adalah dukungan penilaian. Dukungan keluarga secara keseluruhan diperoleh hasil mayoritas dukungan keluarga dikatakan baik yaitu 46 responden (92%), dukungan keluarga yang cukup sebanyak 4 responden (8%) dan tidak ada keluarga yang memberikan dukungan yang buruk. Berdasarkan studi pendahuluan dengan wawancara terhadap 10 ibu yang mempunyai balita penderita bronkopneumonia di BKPM diketahui bahwa 7 orang (70%) mendapatkan dukungan keluarga yang kurang, seperti menyerahkan tanggung jawab pengobatan anak pada ibu dan 3 orang (30%) mendapatkan dukungan baik. Terdapat 6 orang {6o%) yang mengalami kecemasan terhadap penyakit yang diderita balitanya dan 4 orang (40%) tidak mengalami kecemasan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu pada anak yang menderita bronkopneumonia di BKPM Kota Pekalongan.
511 JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
HUSUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN IBU DARI ANAK YANG MENDERITA. ••••
RUMUSAN MASALAH
Kesehatan sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak merupakan kelompok yang rentan terhadap penyakit. Salah satu penyakit banyak dijumpai pada anak adalah bronkopneumonia yaitu sindrom klinis yang lazim dikenal pasca infeksi pneumonia. Period prevalence pneumonia balita di Indonesia adalah 18,5 per mil. Jumlah anak yang menderita bronkopnuomonia di Kota Pekalongan tahun 2014 sebanyak 1.630 kasus dan di BPKM Kota Pekalongan sebanyak 167 kasus. Anak yang sakit dapat menimbulkan kecemasan pada orang tua, sehingga dibutuhkan dukungan keluarga pada ibu dalam memberikan perawatan anak yang sakit. Berdasarkan latar belakang terse but peneliti merumuskan penelitian ini sebagai berikut "Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu pada anak yang menderita bronkopneumonia di BKPM Kota Pekalongan?" HIPOTESIS
Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kecemasan ibu dari anak yang menderita Bronkhopneumonia di BKPM Kota Pekalongan, TINJAUAN PUSTAKA
Dukungan Keluarga a) Pengertian Keluarga Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman 1992, dalam Suprajitno 2004). b) Bentuk Dukungan Keluarga House (1930 da\am Nursalam & Kurniawati, 2007) menyatakan bahwa bentuk dukungan keluarga yaitu : 1. Dukungan Emosional Mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. 2. Dukungan Penghargaan Terjadi lewat ungkapan hormat atau penghargaan positif untuk orang lain itu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan perbandingan positif orang itu dengan orang lain, misafnya orang itu kurang mampu atau lebih buruk keadaannya (menambah harga diri). 3. Dukungan Instrumental Mencakup bantuan langsung misalnya orang memberi pinjaman uang kepada orang lain yang membutuhkan atau rnenolong dengan memberi pekerjaan pada orang yang tidak punya pekerjaan. 4. Dukungan lnforrnatif Mencakup mernberi nasihat, saran, pengetahuan dan inforrnasi serta petunjuk. c) Sumber Dukungan Menurut Ratna (2010) sumberdukungan sosial antara lain: 1. Suami atau istri, secara fungsional otornatis adalah orang yang paling dekat dan paling berkewajiban memberikan dukungan ketika salah satunya rnengalami kesulitan 2. Keluarga dan lingkungan, termasuk tenaga kesehatan/ perawatan ketika dia sedang rnendapat perawatan baik di rumah sakit maupun kornunitas.
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
I 52
HUSUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN ISU DARI ANAK YANG MENDERITA. ••••
3. Ternan sebaya, atau sekelompok adalah tempat anggota kelompok berinteraksi secara inten setiap saat. Solidaritas di antara mereka juga tumbuh dengan kuat.
Tingkat Kecemasan Kecemasan adalah suatu perasaan yang berlebihan terhadap ketakutan, kekhawatiran dan bencana yang akan datang, kesadaran akan tegangan yang tidak menyenangkan, kekhawatiran yang disebabkan oleh suatu ancaman terhadap nilai yang dianggap oleh individu sangat penting bagi eksistensinya sebagai suatu diri (Semiun, 2006). Kecemasan adalah rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Pengaruh kecemasan terhadap tercapainya kedewasaan, merupakan masalah penting dalam perkembangan kepribadian. Kecemasan merupakan kekuatan yang besar dalam menggerakkan tingkah laku, baik tingkah laku yang normal maupun tingkah laku yang menyimpang, yang terganggu. Keduanya merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan, dari pertahanan terhadap kecemasan itu (Gunarsa, 2008). BAHAN DAN METODE Peneliti menggunakan desain deskriptif korelasi. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari antara variabel bebas dengan variabel terikat, dengan cara pemberian kuesioner atau pengumpulan data sekaligus pada saat yang sama (point time approach). Penelitian ini dilakukan di BKPM Kota Pekalongan pada bulan Maret-Oktober 2015. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara terpimpin. Menurut Notoatmodjo (2012) wawancara terpimpin adalah wawancara yang dilakukan berdasark.an pedoman-pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan masak-masak sebelumnya sehingga pewawancara tinggal membacakan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada responden. Analisa univariat dalam penelitian ini berupa distribusi frekuensi tentang dukungan keluarga dan tingkat kecemasan. Analisa bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2012). Analisa bivariat penelitian untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu pada anak yang menderita bronkopneumonia di BKPM Kota Pekalongan. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah chi square. HASIL
Karakterlstlk Responden Karakteristik responden penelitian berdasarkan umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan anggota keluarga yang tinggal serumah dengan responden dapat dilihat padatabelberikut: Tabel1 Distrfbusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur d IBKPMKotaPekalIongan, Tahun 1015 Umur Persentase (%) Frekuensi (f) 22-30 tahun 11 13 66 31-39 tahun 55,9 40-48tahun 33,1 39 Total 118 100 Sumber: Data Primer, 2015 Tabel1 menunjukkan bahwa responden paling banyak berusia 31-39 tahun yaitu 66 orang (55,9%).
53 IJURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
I.
I
'
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN IBU DARI ANAK YANG MfNDERITA. ••••
Tabel 2 Distrfbusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan dI BKPM Kota PekalonJI(an, Tahun 2015 Tingkat Pendidlkan
Frekuensi (f)
Persentase (%)
61 40 17 118
51,7 33,9 14,4 100
SD/SMP SMA/SMK/MA Akademi/ Universitas Total Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 2 menunjukkan bahwa responden paling banyak berpendidikan dasar (SD/SMP) yaitu 61 orang (51,7%) Tabel 3 Distribusl Frekuensl Karakterlstlk Responden Berdasarkan Pekerjaan dl BKPM Kota Pekalongan, Tahun ::1015 Peksjaan lbu rumah tangga PNS/TNI/ POLRI Karyawan swasta Pedagang Buruh Total Sumber: Data Primer, 2015
Frekuensi (f)
Persentase (%)
29 4 26 37 22 118
24,6 3,4 22 31,4 18,6 100
Tabel 3 menunjukkan bahwa responden paling banyak bekerja sebagai pedagang yaitu 37 orang (31,4%). Tabel 4 Dlstrfbusf Frekuensf Karakterfstlk Responden Berdasarkan Anggota Keluarga yang Tfnggal Serumah di BKPM Kota Pekalongan Tahun 2015 Anggota Keluarga yang Tinggal Serumah Suami/ istri Orang tua I mertua Lainya Total
Frekuensi (f)
Persentase (%)
91 22
77,1 18,6
5 118
4,2 100
Sumber: Data Primer, 2015
Tabel 4·4 menunjukkan bahwa anggota keluarga yang paling tinggal serumah dengan responden adalah suami/ istri yaitu 91 orang (77,1%). Dukungan Keluarga pada tbu Darf Anak yang Menderlta Bronkopneumonia Hasil penelitian dukungan keluarga pada ibu dari anak yang menderita bronkopneumonia dapat di\ihat pada tabe\ berikut : Tabel 5 Dfstrlbusf Nllaf Dukungan Ketuarga Pada lbu Darf Anak yang Menderita Bronkopneumonla di BKPM Kota Pekalongan Varia bel Dukungan keluarga
Mean 50,59 -~~
Median
Min
Max
sig
52
43
58
0,000
...
-----L-
Sumber: Data Primer, 2015
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
I 54
HUBUNGAN DUKUNGAN KEI.UARGA DENGAN KECEMASAN IBU DARI ANAK YANG MENDERITA. ••••
Tabel 5 menunjukkan hasil uji normalitas kolmogorov-smirnov dukungan keluarga pada ibu dari anak yang menderita bronkopneumonia diperoleh nilai p value sebesar o,ooo> < a (0,05), sehingga distribusi data hasil penelitian dikatakan tidak normal sehingga cut off point menggunakan nilai median sebesar 52. Pembagian kategori dukungan keluarga sebagai berikut : Tabel 6 Dfstribusf Frekuensl Dukungan Keluarga Pada lbu Darl Anak yang Menderita Bronkopneumonia di BKPM Kota Pekalongan Frekuensi (f)
Dukungan Keluarga Baik Kurang
Persentase (%)
so
59 59 118
Total Sumber: Data Primer, 2015
50 100
Tabel 6 menunjukkan bahwa setengah dari responden memperoleh dukungan keluarga yang kurang yaitu 59 orang (5o%). Tlngkat Kecemasan lbu Dengan Anak yang Menderfta Bronkopneumonla
Hasil penelitian tingkat kecemasan ibu bronkopneumonia dapat dilihat pada tabel berikut :
dari
anak
yang
menderita
Tabel7 Dlstrlbusi Frekuensl Tlngkat Kecemasan lbu Dart Anak yang Menderita Bronkopneumonla di BKPM Kota Pekalongan Tfngkat Kecemasan Tidakcemas Kecemasan ringan Kecemasan sedang Kecemasan berat Kurang berat sekali Total Sumber: Data Primer, 2015
Frekuensl (f)
Persentase (%)
73 45 0 0 0
61,9 38,1 0 0 0
118
100
Tabel 7 menunjukkan bahwa responden yang paling banyak tidak mengalami kecemasan yaitu 73 orang (61,9%) tidak mengalami kecemasan. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan lbu Pada Anak yang Menderlta Bronkopneumonla Tabel8 Hubungan Oukungan Keluarga dengan Tlngkat Kecemasan lbu Pada Anak yang Menderlta Bronkopneumonfa df BKPM Kota Pekalongan Tfngkat Kecemasan Dukungan Keluarga Baik Kurang Total
f
%
Kecemasan ringan % f
46
63
13
28,9
27
37
32
71,1
73
100
45
100
Tldakcemas
p
Total f
59 59 118
value %
so so 100
OR 95% Cl: 4,194 (1,883-9,341)
ss IJURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. lO TAHUN 2016
0,001
•
I I
HUSUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN ISU DARI ANAK YANG MENDERITA. ••••
Tabulasi silang pada tabel 8 dapat diketahui bahwa dari 73 orang yang tidak cemas terdapat 46 orang ( 63%) mendapat dukungan keluarga yang baik dan 27 orang (37%) dukungan keluarga kurang. Dari 45 orang yang mengalami kecemasan ringan terdapat 32 orang (71,1%) mendapat dukungan keluarga yang kurang dan 13 orang (28,9%) mendapat dukungan keluarga yang baik. Hasil uji chi square diperoleh p value sebesar 0,001 < o,os, yang berarti Ho ditolak, sehingga ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu pada anak yang menderita bronkopneumonia di BKPM Kota Pekalongan. Nilai odd ratio {OR) diperoleh 4,194 {1,883-9,341) yang berarti responden yang mendapatkan dukungan keluarga baik berpeluang sebesar 4 kali lebih besar tidak cemas daripada responden yang mendapat dukungan keluarga kurang. PEMBAHASAN Dukungan Keluarga pada lbu darl Anak yang Menderita Bronkopneumonia Hasil penelitian menunjukkan bahwa 59 orang {5o%) masing-masing memperoleh dukungan keluarga yang balk dan kurang. lbu yang mendapatkan dukungan keluarga kurang disebabkan keluarga kurang mengetahui manfaat dukungan keluarga pada anggota keluarganya yang sedang menderita bronkopneumonia. lbu dari anak yang menderita bronkopneumonia membutuhkan dukungan keluarga dalam menghadapi penyakit tersebut karcna penyakit ini membutuhkan pengobatan yang lama dan teratur. Hal ini sesuai dengan Effendi & Makhfudli (2009) yang menyatakan bahwa dukungan ke\uarga sangat diperlukan o\eh setiap individu di da\am setiap siklus kehidupannya. Dukungan dari keluarga akan semakin dibutuhkan pada saat seseorang sedang menghadapi masalah atau sakit,. dalam hal ini peran keluarga diperlukan untuk menjalani masa-masa sulit dengan cepat. lbu yang mendapatkan dukungan keluarga kurang berdampak pada kurangnya motlvasi ibu dalam menjalani pengobatan bronkopneumonia pada anak sesuai yang dianjurkan sehingga dapat menimbulkan masalah kesehatan lainnya. Hal ini sesuai dengan Stuart dan Sundeen (1998, dalam Tamheer dan Noorkasiani, 2009) yang menyatakan bahwa dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan movitasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat lbu yang mendapatkan dukungan keluarga yang baik disebabkan keluarga telah mengetahui bahwa dukungan dari anggota keluarga terdekat seperti anak, suami, istri akan lebih bernilai dan mempunyai makna yang berarti bagi ibu yang mempunyai anak yang menderita bronkopneumonia sehingga dapat menjalani pengobatan secara teratur terhadap penyaklt bronkopneumonla yang diderita anaknya. Hal ini sesuai dengan Ratna (2010) yang menyatakan bahwa pemberian dukungan sosial,. lebih efektif dari orangorang terdekat yang mempunyai arti dalam hidup indivldu. Orang terdekat antara lain orang tua bagi anak, istri untuk suami, ternan dekat, saudara, tergantung tingkat kedekatan antara keduanya.
JURNAL LITBANG KOTA PEKAWNGAN VOL. lO TAHUN 20161
56
-----------------------------------------
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARCiA DENGAN KECEMASAN IBU DARI ANAK YANG MENDERITA. ••••
I
Tingkat Kecemasan lbu dengan Anak yang Menderfta Bronkopneumonfa Hasil penelitian menunjukkan bahwa 73 orang (61,9%) tidak mengalami kecemasan dan 45 orang (38,4%) mengalami kecemasan ringan, tidak ditemukan responden yang mengalami kecemasan sedang, berat dan berat sekali. lbu yang mengalami kecemasan ringan dapat disebabkan penyakit bronkopneumonia yang diderita anaknya cukup mengganggu bagi kesehatan anaknya dan kehidupan keluarganya. Hal ini sesuai dengan Suliswati (2005) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan yaitu gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu. Kecemasan pada ibu dari anak yang menderita bronkopneumonia bila tidak segera diatasi dapat berdampak pada kesehatan ibu ditandai dengan munculnya gangguan fisik seperti kardiovaskuler, pemafasan, neuromuskular, gastrointestinal, saluran perkemihan dan kulit dan gangguan perilaku, kognitif, dan afektif. Kecemasan bahkan dapat menyebabkan serangan jantung. Hal ini sesuai dengan Muttaqin (2008) yang menyatakan bahwa cemas yang berkelanjutan dapat memberikan dampak serangan jantung selanjutnya. lbu yang anaknya menderita penyakit bronkopneumonia dan tidak mengalami kecemasan dapat disebabkan sudah terbiasa dengan kondisi sakit yang dialami anaknya. lbu juga mampu mengatasi masalah kesehatan anaknya dan mempunyai kemandirian yang baik. Bastable (2007) yang menyatakan bahwa kemandirian memberikan mereka rasa kehormatan, kebanggaan dan berfungsinya diri sehingga tidak menjadi beban bagi orang lain. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tfngkat Kecemasan lbu pada Anak yang Menderlta Bronkopneumonia Hasil uji chi square diperoleh p value sebesar o,oo1 < o,o5, yang berarti Ho ditolak, sehingga ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu pada anak yang menderita bronkopneumonia di BKPM Kota Pekalongan. Nilai odd ratio (OR) diperoleh 4,194 (1,883·9,341) yang berarti responden yang mendapatkan dukungan keluarga baik berpeluang sebesar 4 kali lebih besar tidak cemas daripada responden yang mendapat dukungan keluarga kurang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang baik pada ibu dari anak yang menderita bronkopneumonia dapat mengurangi kecemasan. lbu membutuhkan dukungan keluarga untuk merawat anaknya. Hal ini sesuai dengan Febry & Marendra (2010) yang menyatakan bahwa anak sakit dapat terjadi tiba·tiba dan menimbulkan kekhawatiran dan kepanikan. Orang tua akan cemas jika anaknya sakit. Dukungan keluarga dari orang di sekitarnya dapat mengurangi kecemasan. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh ibu dari anak yang menderita bronkopneumonia untuk mengatasi masalah kesehatan yang sedang dihadapi anaknya. lbu yang mendapatkan dukungan yang baik dapat mengelola penyakit yang diderita anaknya dengan baik seperti pengobatan dan perawatan sesuai petunjuk dokter sehingga dapat mengurangi kecemasan ibu. Hal ini sesuai dengan Pudjiastuti &. Utomo (2003)
S71 JURNAL LTTBANG KOTA PEKALONGAN VOL 10 TAHUN 2016
I .
I
I
I
I,
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN IBU DARf ANAK YANG MENDERITA. ••••
menyatakan bahwa dukungan sosial terutama keluarga dan cara mengatasi masalah merupakan mediator dalam mengatasi penyakit yang berhubungan dengan stres. Dukungan yang tinggi akan mempercepat pemecahan masalah yang dihadapi termasuk penyakit yang diderita. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Devi (2012) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan orang tua yang anaknya sedang sakit dan menjalani hospitalisasi.
KESIMPULAN Dukungan keluarga pada ibu yang menderita bronkopneumonia diketahui 59 orang (5o%) mendapatkan dukungan keluarga yang baik dan 59 orang (50%) mendapatkan dukungan keluarga yang kurang. Tingkat kecemasan pada ibu yang menderita bronkopneumonia diketahui 73 orang (61,9%) tidak mengalami kecemasan. Ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan ibu pada anak yang menderita bronkopneumonia di BKPM Kota Pekalongan dengan p value sebesar o,oo1. SARAN Peneliti memberikan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian kepada:
a) Profesi Keperawatan Perawat sebaiknya menjadikan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan asuhan keperawatan pada ibu yang anaknya menderita bronkopneumonia dengan mempertimbangkan aspek psikologis. b) Bagi lbu lbu sebaiknya menggunakan sumber dukungan di dalam keluarga untuk mengurangi kecemasan selama anak ibu menjalani pengobatan sehingga dapat memberikan perhatian dan merawat anak dengan baik. c) Bagi Peneliti Lain Peneliti lain yang melakukan penelitian sejenis sebaiknya melakukan penelitian dengan variabel yang berbeda. d) Bagi BPKM lnstitusi BPKM dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan pertimbangan dalam membuat standar operasional prosedur (SOP) pengobatan bronkopneumonia pada anak dengan memberikan konse\ing pada orang tua anak khususnya ibu untuk mengurangi kecemasannya.
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. lO TAHUN 2026
I 58
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KECEMASAN IBU DARI ANAK YANG MENDERITA. ••••
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin, 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: Penerbit PT. EGC Anggraini, Octaria. 2014. Bayi Usia 3 Bulan dengan Bronkopneumonia di Rumah Sakit Abdoel Moeloek. Lampung: Universitas Lampung Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta Bastable, Susan, 2002. Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta: Penerbit PT EGC Behrman, Kleigman. 2005. llmu Kesehatan Anak. Jakarta: Penerbit PT EGC Oepkes, 2014, Riset Kesehatan Dasar, 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan R\ Devi, Aprilia. 2012. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kecemasan Orang Tua Yang Anaknya Sedang Sakit Dan Menjalani Hospitalisasi. Jakarta: Universitas Esa Unggul Dinas Kesehatan Jawa Tengah. 2013. Buku Profit Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2013. Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Effendi dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Penerbit Salemba Medika Febry dan Marendra, 2010. Smart Parents. Jakarta: Penerbit Gagasmedia Ginting, Marim Hartati. 2014. Hubungan Karbohidrat dan Status Gizi dengan Kejadian Bronkopneumonia pada Balita Usia 1·5 Tahun di Puskesmas Purwoyoso Semarang. Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang Hastono. 2007. Analisis Data Kesehatan. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Ul Nursalam &. Kumiawati. 2007. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Penerbit Salemba Medika Putri, Moch. ES. 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Derajat Bronkopneumonia di Rumah Sakit Santa Elizabeth Medan. Medan: Universias Sumatera Utara. Ratna, Wahyu, 2010. Sosiologi dan Antropologi Kesehatan dalam Persepektif llmu Keperawatan. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Rihama Risa, Zulfah. 2012. Dukungan Keluarga dalam Hospitalisasi Anak Usia Pra Sekolah di Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Medan: Unveristas Sumatera Utara Swarjana, Ketut. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit CV. Andi Offset Thompson, June. 2009. Toddlercare. Jakarta: Penerbit PT Erlangga Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: Penerbit EGC Yohana, 2014, Hubungan Mekanisme Koping dengan Kecemasan lbu yang Mempunyai Anak
Usia o-12 Tahun yang Pertama Kali MenjtJiani Rawat lntJp di RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan, Pekalongan: Skripsi Stikes Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan
591 JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
•
I I
Pernerintah Kota Pekalongan
JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA PEKALONGAN
ISSN 2085-0689 (media cetak)
I ISSN 2503-0728
Voturne 10 Tahun 2016
(media online)
-----------------------------------------------------------------------
----1
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Dl WILAYAH KELURAHAN BENDAN KOTA PEKALONGAN Suryo Pratjkwo \ Sri Mawar \ Sirly Amri Meilynda 3 12 '
Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi Keperawatan Pekalongan
3
Akabdemi Kebidanan Harapan lbu Pekalongan
ABSTRACT EARLY CHILDHOOD EDUCATION (ECE) IS AN EFFORT OF THE COACHING FOR CHILDREN FROM BIRTH TO SIX YEARS OLD DONE BY GIVING EDUCATION STIMULUS IN ORDER TO HELP THE GROWTH AND DEVELOPMENT OF PHYSICAL AS WELL AS SPIRITUAL SO THE CH\LDREN HAVE A PREPARAT\ON \N READ\NESS ENROLUNG FURTHER EDUCAT\ON. THE EFFECT OR PROBlEMS WILL APPEAR IF THE MOTHER HAS LACK OF UNDERSTANDING ABOUT ECE IS THE MOTHER DOES NOT KNOW HOW TO STIMULATE THE CHILDREN PROPERLY AND ALSO MOTHERS DON'T UNDERSTAND ABOUT THE PROPER NURTURING, IT CAN HAPPEN ESPECIALLY FOR MOTHERS WHO HAVE A CHILD FOR FIRST TIME THEY ARE WORKING MOTHERS. THE PURPOSE OF THIS RESEARCH IS TO KNOW THE DESCRIPTION OF THE MOTHER'S KNOWLEDGE ABOUT EARLY CHILDHOOD EDUCATION (ECE) IN THE REGION OF THE BENDAN VILLAGE PEKALONGAN. THIS TYPE OF RESEARCH USES DESCRIPTIVE METHOD WITH THE TYPE OF RESEARCH SURVEY. SAMPLING TECHNIQUE BASED ON RANDOM SAMPLING OF A POPULATION OF MOTHERS WHO HAVE CHILDREN AGED 0-5 YEARS WITH A TOTAL OF 86 RESPONDENTS. INSTRUMENT USING A QUESTIONNAIRE. THE RESEARCH RESULTS OBTAINED FOR MOTHERS WHO HAVE CHILDREN AGED 0-5 YEARS IN THE AREA BENDAN VILLAGE ARE HAVING SUFFICIENT KNOWLEDGE ENOUGH ABOUT EARLY CHILDHOOD EDUCATION (ECE), NAMELY 65,12 (56%). ADVICE FOR MOTHERS WHO HAVE CHILDREN AGED 0-5 YEARS IS TO BE EXPECTED TO ENHANCE HIS KNOWLEDGE AND ACTIVELY MORE SEEKING INFORMATION ABOUT EARLY CHILDHOOD EDUCATION AND HERE ALSO EXPECTED SO THAT THE ECE INSTITUTIONS CAN PROVIDE BETTER INFORMATION ABOUT ECE.
Keywords: Knowledge , mother, early childhood education.
PENDAHULUAN Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan dengan memberi rangsangan pendi.dikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Kebijakan-kebijakan pendidikan yang telah banyak digulirkan, dengan biaya yang banyak harus disosialisasikan dan direalisasikan secara optimal di lapangan. Salah satu kebijakan tersebut, misalnya tentang standar PAUD. Dengan demikian, anak-anak Indonesia tidak hanya mengenal pendidikan di sekolah dasar, tetapi telah dibina di PAUD tersebut, sebagaimana tertulis pada pasal 28 ayat 1 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lebih dari itu, sudah saatnya menjadikan PAUD sebagai suatu JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
I 60
--------- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - . : - 1 · ' ¥
GAMBARAN nNGKAT PENGETAHUAN ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAl< USIA DINI•••••
• I
kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia, atau dijadikan sebagai bagian dari pendidikan dasar (Mulyasa, 2014 h.6o). Pendidikan anak usia dini, terutama Taman Kanak-kanak, sejak zaman kolonial hingga abad ini, sangat mementingkan pertumbuhan anak secara normal dan sempurna. Kesempurnaan tersebut meliputi perkembangan fisik-motorik, sosio-emosional, kognitif, dan mental spiritual (Suyadi, 2009 h.164). Taman Kanak-kanak (TK) itu sendiri merupakan jenjang pendidikan formal anak usia dini setelah play group. Pendidikan anak usia dini bagi anak tidak terbatas pada taman kanak-kanak, tetapi juga bagi anak-anak usia 2-3 tahun hingga sebelum usia Sekolah Dasar (SD) Pendidikan anak usia dini memiliki peran yang sangat menentukan. Pada usia ini berbagai pertumbuhan dan perkembangan mulai dan sedang berlangsung, seperti perkembangan fisiologik, bahasa, motorik, kognitif. Perkembangan ini akan menjadi dasar bagi perkembangan anak selanjutnya (Mukntar, dkk, 2014 h.21). Pada hakikatnya pendidikan anak usia dini menyajikan konsep belajar sambil bermain. Hal ini sesuai dengan karakteristik mereka yang bersifat aktif dalam melakukan berbagai eksplorasi terhadap lingkungannya, maka aktivitas bermain merupakan bagian dari proses pembelajaran (Mulyasa, 2014 h.61). Usia dini/prasekolah merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar. Oleh karena itu, kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk pembelajaran anak karena rasa ingin tahu anak usia dini berada pada posisi puncak (Mulyasa, 2014 h.34). Fungsi PAUO yang sebenarnya yaitu untuk membantu mengembangkan semua potensi anak (fisik, bahasa, intelektual/kognitif, emosi, sosial, moral dan agama) dan meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya (Mukhtar, dkk, 2014 h.22). Hal yang perlu disadari oleh ibu adalah bahwa dengan mendapatkan pelayanan PAUD, perkembangan aspek psikologis dan psikisnya akan meningkat dan berkembang dengan lebih optimal dibandingkan anak yang tidak melalui PAUD. Salah satu faktor yang menyebabkan lambatnya pertumbuhan anak usia dini adalah animo masyarakat atau kesadaran orangtua tentang urgensi PAUD yang rendah. Padahal sepertl yang kita tahu, keluarga adalah lingkungan pertama dan utama yang akan memberikan pijakan dasar bagi perkembangan anak tersebut selanjutnya. Karena faktor kekurang-pahaman, kesibukan dan yang lainnya banyak orangtua yang melalaikan tahun-tahun penting pertama dalam kehidupan anak (Wiyani 2011, h.21-22). Dari data yang didapat, di Tahun 2014 jumlah anak usia 0-5 tahun di wilayah Jawa Tengah terdapat 2.784.701 anak. Untuk jumlah PAUD di wilayah Jawa Tengah berdasarkan data PAUDNI Jawa Tengah yaitu sebanyak 27.489 (Profit Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jateng, 2014 ). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2014 menunjukan jumlah anak usia 0-5 tahun sebanyak 19.576 anak. lalu data yang didapat dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pekalongan jumlah PAUD di wilayah Kota Pekalongan sebanyak 286 (Dinas Kesehatan Kota Pekalongan, 2014; Dinas Pendidikan Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pekalongan, 2014). Sedangkan untuk jumlah anak usia o-5 tahun di wilayah Kelurahan Bendan Kota Pekalongan sebanyak 593 anak, dengan jumlah anak usia o-5 tahun yang terbanyak adalah daerah K.H.M. Mansyur dengan jumlah 157 anak. Namun, jumlah anak yang
61
IJURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
GANIBARAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI. ..•. -
mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini sebanyak 56 anak (Data Kantor Kelurahan Bendan Kota Pekalongan, 2014). RUMUSAN MASALAH Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak · lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan dengan memberi rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Jumlah anak usia 0-5 tahun di wilayah Kelurahan Bendan Kota Pekalongan sebanyak 593 anak, namun jumlah anak yang mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini sebanyak 56 anak. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil "tahu" dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasi\kan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Wawan, 2011 h.11). Anak Usia Dini Anak usia dini adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan. Anak usia dini mempunyai rentang usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya karena perkembangan kecerdasannya sangat luar biasa. Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik, dan berbeda pada masa proses perubahan berupa pertumbuhan, perkembangan, pematangan dan penyempurnaan, baik pada aspek jasmani maupun rohaninya yang berlangsung seumur hidup, bertahap, dan berkesinambungan (Mulyasa, 2014 h.16). Bahan dan Metode Dalam melakukan penelitian ini peneliti memakai jenis penelitian deskriptif. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan dengan desain penelitian survei. Metode pengambilan data dalam penelitian ini dengan cara survei dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kelurahan Bendan Kota Pekalongan pada Bulan Maret 2015 - April 2015. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan random sampling, yaitu pengambilan sampel secara random atau acak. Setelah dilakukan pengumpulan data kemudian data dianalisa. Analisa yang digunakan yaitu teknik analisa univariat. Untuk menjelaskan karakteristik responden meliputi pendidikan, pekerjaan, dan umur. Analisisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap varia bel penelitian. Analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap varia bel.
JURNAL L/TBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
1&2
-
-----------------
------------------------------------
GAMBARAN nNGKAT PENGETAHUAN ORANGTUA TERHADAP PENDIDIICAN ANAK USIA DINI•••••
HASIL Karakteristik Umur lbu yang memiliki anak usia 0-5 tahun di wilayah Kelurahan Bendan Kota Pekalongan
karakteristik ibu yang memiliki anak usia o-5 tahun "I h Keura I han Bendan b erdasarkanumur di w1aya No. Umur Frekuensi Presentase o% 0 1. <20 tahun __,, ____,_,2._____ -, --so __ r--- - --.,oo-x-- ' -20-35-tanun- - ' o% 0 >35 tahun 3· 86 100% Jumlah Sumber : Data Primer Tabel
1 Distribusi frekuensi ' '
---
----~-----
----
,
----
Berdasarkan tabel1. menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun di wilayah Kelurahan Ben dan yang berusia 20-30 tahun sebanyak 86 (100%) dan ibu yang menjadi responden tidak ditemukan yang berusia <20 tahun dan yang berusia > 35 tahun. Karakteristik pendfdikan ibu yang memiliki anak usia Bendan Kota Pekalongan
o-s
tahun di wilayah Kelurahan
Tabell Distribusi frekuensi karakteristik ibu di wilayah Ke Iura han Ben d an b erdasarkan pen didikan No. Pendidikan Frekuensi Presentase 1. Pendidikan Dasar 5,81% 5 Pendidikan Menengah 2 86,05% 74 ', ,, Penmdikan Tfnggl 8,14% 7 3· Jumlah 86 100% Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 2. menunjukkan bahwa tingkat pendidikan lbu yang memiliki pendidikan dasar sebanyak 5 (5,81%), yang memiliki pendidikan menengah sebanyak 74 (86,05%) dan yang memiliki pendidikan tinggi sebanyak 7 (8,14%). Karakteristfk pekerjaan fbu yang memlllkf anak usia Bendan Kota Pekalongan
No. 1. 2.
o-s
tahun df wllayah Kelurahan
Tabel 3 Distrfbusi frekuensi karakteristik ibu di wilayah Kl e ura han Bend an bed el")aan r asar kan pe k. Pekerjaan Frekuensi Presentase IRT
29
33,72%
Pedagang 22,09% 19 Buruh 39,54% 3· 34 Karyawan Swasta 4,65% 4· 4 Jumlah 86 100% Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel 3· menunjukkan bahwa ibu yang menjadi IRT sebanyak 29 (33,72%), yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 19 (22,09%), yang bekerja sebagai buruh sebanyak 34 (39,54%) dan yang bekerja sebagai karyawan swasta sebanyak 4 (4,65%).
63
IJURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 20 TAHUN 2026
GAMBARAN TINGICAT PENGETAHUAN ORANGTUA TERHADAP PENDIDIICAN ANAK USIA OINI• ••••
I· I
Pengetahuan lbu tentang Pendldikan Anak Usia DinI dl Wllayah Kelurahan Bendan Kota Pekalongan Tabel 4 Distribusi frekuensi Pengetahuan tentang Pendldlkan Anak Usia Dlnl (PAUD) No.
Pengetahuan
Baik Cukup Kurang 3· Jumlah Sumber : Data Primer 1. 2
Frekuensi
Presentase
17 56 13 86
19,76% 65,12% 15,12% 100%
Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang pendidikan anak usia dini sebanyak 17 (19,76%),ibu yang memiliki pengetahuancukup sebanyak 56 (65,12%) dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 13 (15,12%). Tabel 5 Dlstrlbusl frekuensl berdasarkan Pengetahuan lbu tentang pengerti an PAUD No.
1. 2
Pengetahuan Baik Cukup Kura~
3·
Jumlah
Frekuensi
Presentase
33 51 2 86
38,37% 59,30% 2,33% 100%
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 5 ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang pengertian PAUDsebanyak 33 (38,37%), yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 51 (59,30%) dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 2 (2,33%).
No.
Tabel 6 Distribusl frekuensi berdasarkan pengetahuan ibu . anak USia . d'lnl. mengena1. pengert1an Frekuensi Presentase Pengetahuan
1. 2 3·
Baik Cukup Kurang Jumlah
40 31 15 86
46,51% 36,05% 17,44% 100%
Sumber : Data Primer
Berdasarkan tabel 6 menunjukkan bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang pengertian Anak Usia Dini sebanyak 40 (46,51%), yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 31 (36,05%) dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 15 (17,44%). Tabel 7 Distrlbusl frekuensi berdasarkan pengetahuan lbu tentang tujuan PAUD Presentase Frekuensi Pengetahuan No. Baik Cukup Kurang 3· Jumlah Sumber: Data Pnmer 1. 2
4 36 46 86
4,65% 41,86% 53,49% 100%
JURNAL L/TBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
164
-
-------------------------------------
-------------------
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAJC USIA DINI•••••
Berdasarkan tabel 7 bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik tentang tujuan PAUD sebanyak 4 (4,65%),yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 36 (41,86%) dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 46 (53,49%).
No.
Tabel 8 Dlstribusl frekuensl berdasarkan pengetahuan ibu tentang man f aat PAUD Presentase Frekuensi Pengetahuan
Baik Cukup Kurang 3· Jumlah Sumber : Data Primer
28
1.
2
36 22 86
32,56% 41,86% 25,58% 100%
Berdasarkan tabel 8 ibu yang memiliki pengetahuan baik mengenai manfaat PAUDsebanyak 28 (32,56%), yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 36 (41,86%) dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 22 (25,58%). Tabel 9 Distribusf frekuensi berdasarkan pengetahuan ibu tentang ruang 1·1ng1kup PAUD Pengetahuan 1. Baik Kurang 2. Jumlah Sumber : Data Primer No.
Frekuensi
Presentase
51
59,30% 40,70% 100%
35 86
Berdasarkan tabel 9 ibu yang memiliki pengetahuan baik mengenai ruang lingkup PAUD sebanyak 51 (59,30%)dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 35 (40,70%). Tabel1o Distribusf frekuensi berdasarkan pengetahuan ibu tentang kurikulum PAUD Pengetahuan 1. Baik 2. Kurang Jumlah Sumber : Data Primer No.
Frekuensi
Presentase
14 72 86
16,18% 83,72% 100%
Berdasarkan tabel 10 ibu yang yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 14 (16,28%) dan yang memiliki pengetahuan kurangsebanyak 72 (83,72%).
PEM13AHASAN Umur
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh jumlah usia responden yang ada adalah antara umur 20-30 tahun yaitu sebanyak 86 (100%). Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun (Nursalam,2003). Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Pendldlkan Berdasarkan hasU penelitian diperoleh hasU bahwa tingkat pendidikan ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun di wilayah Kelurahan Bendan yang memiliki pendidikan menengah yaitu sebanyak 74 (86,05%).
65
IJURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL 10 TAHUN 2016
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI•••••
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2003), pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi. Pekerjaan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun di wilayah Kelurahan Bendan terbanyak adalah yang bekerja sebagai buruh yaitu sebanyak 34 (39,54%) dan yang hanya sebagai IRT yaitu sebanyak 29 (33,72%). Pekerjaan adalah keadaan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga (Nursalam, 2003). Pengetahuan tentang Pendidikan Anak Usia Dini Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun di wilayah Kelurahan Bendan memiliki pengetahuan cukup tentang Pendidikan Anak Usia Dini yaitu sebanyak 56 ( 65,12%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulfa (2013). Dari penelitian yang dilakukan oleh Ulfa (2013) diketahui pengetahuan tentang pendidikan anak usia dini paling banyak masuk dalam kategori cukup. Faktor yang menyebabkan adanya persamaan hasil penelitian tentang pengetahuan ibu mengenai PAUD adalah faktor usia lbu. Pada penelitian yang dilakukan Ulfa (2013) umur ibu paling banyak antara 20 tahun-35 tahun. Dari hasil rekapitulasi tabel 4 dapat diketahui bahwa ibu yang berpengetahuan cukup dikarenakan ibu hanya mendapatkan informasi dari orang-orang di lingkungan sekitar dan media baik cetak maupun elektronik seperti buku, majalah dan internet. Kemampuan ibu yang berbeda-beda dalam menangkap dan mengolah informasi mengenai pendidikan anak usia dini menyebabkan hasil pengetahuan yang didapat ibu pun berbeda-beda. Menurut Notoatmodjo (2003 h.45) pengetahuan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, informasi, budaya, pengalaman dan sosial ekonomi. Selain itu, umur seseorang juga dapat mempengaruhi tingkat pemahaman atau pemantauan seseorang. Semakin cukup umur, tingkat kemampuan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja (Wawan, 2011 h.17). Pengetahuan lbu mengenai Pengertian PAUD Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun di wilayah Kelurahan Bendan memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pengertian Pendidikan Anak Usia Dini yaitu sebanyak 51 (59,30%). Dari hasil rekapitulasi tabel 5 diketahui bahwa ibu sudah cukup mengerti tentang pengertian PAUD yaitu suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan dengan memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (Mulyasa,2014 h.48). Pengetahuan ibu tentang pengertian pendidikan anak usia dini sangat diperlukan untuk meningkatkan pemahaman ibu tentang pendidikan anak usia dini sehingga diharapkan ibu dapat mengikutsertakan anaknya pada pendidikan usia dini. Dan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu yang pengetahuannya cukup tentang pengertian pendidikan anak usia dini adalah ibu yang mengikutsertakan anaknya pada pendidikan anak usia dini.
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
1&6
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
GAMBARAN nNGKAT PENGETAHUAN ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI•••••
Pengetahuan mengenal Pengertian Anak Usia Dlni Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak usia o-5 tahun di wilayah Kelurahan Bendan sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang pengertian anak usia dini yaitu sebanyak 40 ( 46,51%). Dari hasil rekapitulasi tabel 6 diketahui bahwa masih banyak ibu yang belum mengerti tentang pengertian anak usia dini sebagai individu yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat (Mulyasa,2014 h.16) dan pada usia dini anak ini kadang-kadang disebut sebagai usia emas atau golden age(Pratisti, 2008 h.56). lbu yang berpengetahuan kurang kemungkinan disebabkan karena ibu kurang mendapatkan informasi tentang pengertian anak usia dini, mengingat belum begitu maraknya sosialisasi mengenai pendidikan anak usia dini. Namun dalam hal ini diharapkan supaya ibu lebih aktif dalam mencari informasi tentang anak usia dini melalui media massa seperti buku, majalah, televisi dan sebagainya. Pengetahuan mengenai Tujuan PAUD Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun di wilayah Kelurahan Bendan memiliki pengetahuan kurang tentang tujuan PAUD yaitu sebanyak 46 (53,49%). Dari hasil rekapitulasi tabel 7 diketahui bahwa masih sedikit ibu yaitu 4 (4,65%) yang mengerti tujuan PAUD adalah untuk mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Wiyani, 2012 h.78). Hal ini dikarenakan kurangnya sarana informasi mengenai tujuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan hal ini menyebabkan masih banyak ibu yang tidak mengikutsertakan anaknya pada pendidikan anak usia dini. Pengetahuan mengenai Manfaat PAUD Berdasakan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun di wilayah Kelurahan Bendan sudah memiliki pengetahuan yang cukup yaitu sebanyak 36 (41,86%). Dari hasil rekapitulasi tabel 8 diketahui bahwa masih banyak ibu yang kurang mengetahui tentang manfaat Pendidikan Anak Usia Dini adalah salah satunya untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas (Hasan, 2010 h. 352). Hal ini pada umumnya dikarenakan masyarakat khususnya ibu masih memandang pendidikan belum perlu diberikan pada anak usia dini. Masyarakat masih menganggap bahwa pendidikan identik dengan kegiatan seperti bersekolah, sehingga pendidikan anak usia dini itu belum perlu karena usianya yang masih terlalu kecil jadi belum saatnya untuk memasukkan anaknya ke pendidikan anak usia dini. Pengetahuan tentang Ruang Lingkup PAUD Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun di wilayah Kelurahan Bendan sudah memiliki pengetahuan yang baik tentang ruang lingkup PAUD yaitu sebanyak 51 (59,30%). Dari hasil rekapitulasi tabel 9 masih banyak ibu yang belum mengerti tentang ruang lingkup Pendidikan Anak Usia [)ini yaitu seperti K~lompok B~rm~in (K~), Po~yandu dan Taman Penitipan Anak (Hasan, 2009 h.17-18). Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi tentang pendidikan anak usia dini termasuk apa saja ruang lingkupnya, sehingga masih banyak ibu yang tidak memasukkan anaknya ke pendidikan anak usia dini. Meskipun demikian, pendidikan anak usia dini dapat berlangsung dimana saja dan kapan saja seperti halnya interaksi manusia yang terjadi di dalam keluarga, ternan sebaya, dan
I
67 JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
GAMBAAAN TINGKAT PENGETAHUAN ORANGTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI. • •• •
dari hubungan kemasyarakatan yang sesual dengan kondisi dan perkembangan anak usia dini. Pengetahuan tentang Kurlkulum PAUD Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki anak usia 0-5 tahun di wilayah Kelurahan Bendan masih memiliki pengetahuan yang kurang tentang kurikulum PAUD yaitu sebanyak 72 (83,72%). Dari hasil rekapitulalsi tabel 10 ibu masih kurang mengerti bagaimana kurikulum dalam Pendidikan Anak Usia Dini seperti pembelajaran yang diberikan pada anak banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari (Maryatun, 2011). Hal ini disebabkan karena yang ibu tahu didalam pendidikan anak usia dini itu anak mendapatkan berbagai ilmu dan ketrampilan hanya dari belajar seperti sekolah, padahal dalam pendidikan anak usia dini ini anak bisa mendapatkan ilmu dari kegiatan apapun yang ia lakukan seperti bermain dengan menggunakan indera perasatnya dan juga dari lingkungan yang ada di sekitarnya. KESIMPULAN Responden terbanyak adalah adalah usia 24 tahun, pendidikan yang dimiliki oleh ibu terbanyak adalah Pendidikan Menengah dan pekerjaan ibu yang dimiliki paling banyak adalah sebagai buruh. Berdasarkan hasil analisis univariat dik.etahui Jbu yang memiliki anak usia o-s tahun di wilayah Kelurahan Bendan pengetahuannya cukup tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yaitu 56 (65,12%). SARAN 1. Bagi Peneliti lain Hasil penelitian ini dibarapkan sebagai perbar:~dir:~gan dengan penelitiar:~ yang akan datang dengan desain yang berbeda. 2. Bagi lnstitusi PAUD Bagi lnstitusi PAUD agar memberikan informasi lebih mengenai pengetahuan tentang Pendidikan Anak Usia Dini. 3· Bagi Masyarakat /lbu Balita Dengan penelitian ini diharapkan bagi ibu untuk meningkatkan pengetahuannya dan lebih aktif mencari informasi mengenai bagaimana pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini baik itu yang meliputi manfaat PAUD, tujuan PAUD, ruang lingkup PAUD dan kurikulum PAUD. DAFTAR PUSTAKA Azwar.MetodePenelitian.Jogjakarta :PustakaPelajar; 2014. Hasan. Maimunah. PAUD. Jogjakarta : Diva Press; 2009. Hasan. Maimunah. Pendidikan Anak Usia Dini. Yogjakarta: Diva Press; 2010. Hidayat, A.A. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta Salemba Medika ; 2010. Kementerian Kependidikan dan Kebudayaan Rl. Data PAUDNI Provinsi Jawa Tengah. Diakses tanggal 15 Januari 2015. Didapat dari:http/fpaudni.kemdikbud.go.id/dpn/index.php/propinsi/33 Latif, Mukhtar., dkk. Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta : Prenadamedia Group; 2014 Maryatun. Pengembangan Kurikulum PAUD. Diakses tanggal 23 Februari 2015. Didapatdari:httpl/pengembangankurikulumPAUD.ac.id/download.article.php?articl e=200706 Mulyasa. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya; 2014. JURNAL L/TBANG KOTA PEKALONGAN VOL. lO TAHUN 20l6
l68
l GAMBARAN nNGKAT PENCiETAHUAN ORANCiTUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK USIA DINI•••••
Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ; 2005. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2010. Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian llmu Keperawatan. Jakarta : Rineka Cipta; 2003 Patmonodewo, Soemiarti. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta : Rineka Cipta ; 2008. Pratisti, Wiwien. Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta : lndeks ; 2008. Setiadi. Konsep dan Praktik Penulisan Riset Keperawatan. Jogjakarta : Graha llmu ; 2013. Suyadi. Buku Pegangan Bimbingan Konseling untuk PAUD. Jogjakarta : Diva Press ; 2009. Ulfa, Maria. Pengaruh Pengetahuan lbu tentang PAUD terhadap Keikutsertaan Anak Usia 2-3 tahun pada Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal di Desa Kebon Agung Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan. Karya Tulis llmiah. STIKES Muhammadiyah Pekajangan ; 2012 Wawan dan Dewi. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Jogjakarta : Nuha Medika ; 2011. Wawan dan Dewi. Teori & Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Jogjakarta : Nuha Medika; 2011. Wiyani. Format PAUD. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media ; 2012.
69
IJURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL 10 TAHUN 2016
Pemer1ntah Kota Pekalongan
JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA PEKALONGAN
ISSN 2085-0689 {media cetak)
I ISSN 2503-0728
Volume 10 Tahun 2016
(media online)
•
PERAN BIDAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PERENCANAAN PERSALl NAN DAN PENCEGAHAN KOMPLIKASI (P4K) PADA MASA KEHAMILAN Dl KOTA PEKALONGAN Rosmiati, Tri Anonim, Supriyo Poltekkes Kemenkes Semarang Prodi Keperawatan Pekalongan Email: [email protected]
ABSTRACT THIS STUDY AIMS TO DESCRIBE THE ROLE OF A MIDWIFE AS A FASILITATOR, EDUCATOR, AND EXECUTING THE IMPLEMENTATION DURING THE PERIOD OF PREGNANCY IN P4K PEKALONGAN. EXPECTED RESULT CAN BE USEFUL TO RESEARCHERS, EDUCATIONAL INSTITUTATIONS AND THE MIDWIFE. THE DESIGN USED IN THIS STUDY IS A DESCRIPTIVE CROSS SECTIONAL APPROACH CORRELATIVE. SAMPLING BY MEANS OF NONPROBABILITY SAMPLING WHICH IS TOTALED 60 MIDWIFE. DATA COLLECTION IS DONE BY USING A CHECKLIST WHICH IS COMPLETED BY THE RESERCHERS AND THE ENUMERATOR IS. ANALYSIS OF THE DATA USED IS UNIVARIATE. RESULT OF THE ANALYSIS OF THE MAJORITY OF THE RESPONDENT'S CONDUCT: THE ROLE OF A MIDWIFE AS A FACILITATOR WITH THE HIGHEST SKORE (go%) AND THE LOWEST (15%), THE ROLE OF A MIDWIFE AS A EDUCATOR WITH HIGHEST SKORE (100%) AND THE LOWEST (15%), THE ROLE OF MIDWIFE AS A PERFORMER WITH THE HIGHEST SKORE (95%) AND THE LOWEST (15%). IT CANT BE CONCLUDED THAT THERE IS SOME MIDWIVES WHO HAVE NOT CARRIED OUT THE ROLE OF A MIDWIFE AS A FACILITATOR (26%), EDUCATOR (18%), AND THE EXECUTOR (24%) INTHE IMPLEMENTATION OF P4K DURING PREGNANCY, SO THE MIDWIFE NEEDS TO IMPROVE IMPLEMENTATION OF THE ROLE OF A MIDWIFE AS A FASILITATOR, EDUCATOR, AND IMPLEMENTING THROUGH KNOWLEDGE, AWARENESS IN UTILISING THE TIME IN SERVICE HOURS, AND FULL DEDICATION AS A PUBLIC HEALT OFFICER.
Keywords : The role of midwife, p4k, pregnancy
PENDAHULUAN Pada tahun 2007 pemerintah sudah mencanangkan program P4K yaitu program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dengan tujuan meningkatkan cakupan persalinan oleh bidan, membentuk kelompok donor darah apabila terjadi perdarahan, merencanakan persalinan dan menyiapkan angkutan untuk rujukan ke rumah sakit bila terjadi kasus tersebut, oleh karena itu perlu adanya suatu tindakan dari Dinas Kesehatan untuk mendukung proses pembangunan pada sektor kesehatan (Runjati, hal :55) Peran bidan dalam pelaksanaan P4K yaitu melakukan pendataan ibu hamil untuk mengetahui jumlah ibu hamil dan untuk merencanakan persalinan yang aman, persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya ke bidan bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat dan ibu selamat dengan mengikutsertakan suami dan keluarga. Serta JURNAL LTTBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 20161
70
PERAN SlOAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PERENCANAAN PERSAUNAN•••••
menggerakkan masyarakat dengan memberikan penyuluhan dan mengadakan pertemuan tiap bulan, mengikutsertakan masyarakat seperti: tokoh masyarakat, tokoh agama, kader dan dukun bayi. Keikutsertaan masyarakat akan mempercepat terlaksananya program peningkatan mutu kesehatan dan tertanganinya resiko yang ada dengan cepat dan tepat ( Depkes Rl, 2009). Dari survey SDKI tahun 2013, AKI di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup. Di Jawa Tengah tahun 2013 118,62/1oo.ooo kelahiran hidup. Dan di Kota Pekalongan sendiri, walaupun mengalami penurunan 81,99/1oo.ooo kelahiran hidup dibanding dengan target MDG'S tahun 2015 sebesar 1o2/1oo.ooo kelahiran hidup. Namun jika Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) belum maksimal pelaksanaannya dan sosialisasinya pada masyarakat akan berdampak pada naiknya kembali AKI di kota Pekalongan. Adapun faktor penyebab langsung kematian ibu maternal adalah eklamsia 3 kasus, perdarahan 2, dan 1 kasus cardiomyopati postpartum, dari 6 kasus kematian ibu maternal semuanya meninggal di Rumah sakit ( Dinkes Peka\ongan, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan dengan 10 orang bidan, didapatkan bahwa 75% bidan dapat melaksanakan semua tugasnya yaitu melakukan pendataan ibu hamil, memberikan konseling pada ibu hamil, memperdayakan peran serta suami, keluarga, kader, dan tokoh masyarakat, serta melaksanakan pemeriksaan kehamilan sesuai standar. Selebihnya (25%) belum dapat melaksanakan semua kegiatan P4K, hanya melakukan pendataan ibu hamil dan melakukan pemeriksaan kehamilan sesuai standar, disebabkan oleh kurangnya bidan memberikan sosialisasi tentang p4k dan beban kerja. Dari fenomena di atas peneliti tertarik untuk mengambil judul "Peran bidan dalam Pelaksanaan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi pada masa kehamilan". RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang tersebut, maka rumusan masalah adalah " Bagaimana Gambaran Peran Bidan Dalam Pelaksanan Program Perencanaan Persalinan Pencegahan Komplikasi (P4K) Pada Masa Kehamilan di kota Pekalongan tahun 2014". TINJAUAN TEORI Pengertlan Bldan Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan Program Pendidikan Bidan yang diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi oleh negara dan diberi izin untuk menjalankan praktek kebidanan di negeri itu ( Asri Hidayat, 2009, hal.13) Menurut lkatan Bidan Indonesia, bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggungjawab dan akuntable, yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukuhgan, asuhan dan nasehat se1ama hamil, masa persalinan dall masa nifas, memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal deteksi komplikasi pada ibu dan anak,dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan (Sugeng Purwono, 2014)..
Peran Bldan Peran bidan adalah tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam suatu sistem (Asri Hidayat, 2009).
71
I JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
.
PERAN BIDAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PERENCANAAN PERSAUNAN•••••
a.
Peran bidan sebagai Fasilitator Bidan memberikan bimbingan teknis dan memberdayakan pihak yang sedang didampingi (dukun bayi, kader, tokoh masyarakat) untuk tumbuh kembang ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan (weinsi Efriska, 2013). b. Peran bidan sebagai Educator Peran bidan sebagai Pendidik yaitu memberikan pendidikan pada individu, keluarga dan masyarakat dalam masa prakonsepsi, kehamilan, persalinan, nifas, masa laktasi, KB, pertumbuhan/perkembangan bayi/anak, gizi, pemeliharaan kesehatan dan masalah kesehatan masyarakat {Asri Hidayat, 2009). c. Peran bidan sebagai pelaksana Peran bidan sebagai pelaksana adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada komunitas. Disini bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan (Asri Hidayat, 2009). Pelaksanaan Program Perencanaan Persalfnan dan Pencegahan komplfkasi a. Pengertian Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk perencanaan penggunaan KB pasca persalinan dengan menggunakan stiker sebagai media notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru lahir (Runjati, 2011). b. Tujuan Umum P4K Meningkatnya cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapaan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu sehingga melahirkan bayi yang sehat (Depkes Rl, 2009). c. Tujuan Khusus P4K 1) Dipahaminya setiap persalinan berisiko oleh suami, keluarga, dan masyarakat luas. 2) Meningkatnya keterampilan SPK 8 saat ANC oleh bidan 3) Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K disetiap rumah ibu hamil yang memuat informasi tentang lokasi tempat tinggal ibu hamil, identitas ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, pendamping persalinan, dan fasilitas tempat persalinan, calon donor darah, transportasi yang akan digunakan serta pembiayaan. 4) Adanya rencana persalinan aman yang disepakati antara ibu hamil, suami, keluarga dan bidan. 5) Adanya rencana untuk menggunakanalat kontrasepsi setelah melahirkan yang disepakati oleh ibu hamil, suami, keluarga dan bidan. 6) Adanya dukungan secara luas daritokoh-tokoh masyarakat baik formal maupun non formal, kader, dukun bayi, dll. Dalam rencana persalinan dan KB setelah melahirkan sesuai dengan perannya masing-masing (Runjati,2011). d. Manfaat 1) Mempercepat berfungsinya Desa Siaga. 2) Menigkatnya cakupan pelayan ANC sesuai standar.
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
I 72
PERAN BIDAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PERENCANAAN PERSAUNAN•••••
3) Meningkatnya cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil. 4) Meningkatnya kemitraan bidan dan dukun. 5) Tertanganinya kejadian komplikasi secara dini (Runjati, 2011). e. Peran bidan dalam pelaksanaan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi 1) Peran bidan dalam pelaksanaan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dalam masa kehamilan: a) Melakukan pemeriksaan ibu hamil (ANC) sesuai standar minimal 4 kali selama hamil, yaitu dimulai dari melakukan pemeriksaan Keadaan umum, menentukan taksiran partus (sudah dituliskan pada stiker), keadaan janin dalam kandungan, pemeriksaan laboratorium yang diperlukan, pemberian imunisasi n, pembuatan tablet fe, pemberian pengobatan/tindakan apabila ada komplikasi. b) Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan keluarga mengenai: tanda-tanda persalinan, Tanda bahaya persalinan dan kehamilan, Gizi, Kebersihan pribadi dan lingkungan, Kesehatan dan Penyuluhan/konseling tentang perencanaan persalinan {Bersalin di Bidan, meyiapkan transportasi, menyiapkan biaya, menyiapkan donor darah), Perlunya inisiasi menyusui dini dan ASI eksklusif, KB pasca persalinan. c) Melakukan kunjungan rumah untuk memberikan pelayanan ANC bagi ibu hamil yang tidak datang ke bidan, pEmyuluhim pada keluarga tentang perencanaan persalinan, motivasi persalinan di bidan pada waktu menjelang taksiran partus, membangun komunikasi persuasif dan setara dengan Forum Peduli KIA dan dukun untuk peningkatan partisipasi aktif unsur-unsur masyarakat dalam peningkatan kesehatan ibu dan anak. d) Melakukan rujukan dengan melibatkan peran serta kader dan tokoh masyarakat. e) Melakukan pencatatan pada kartu ibu, kohort ibu, dan buku KIA. f) Membuat laporan PWS-KIA. g) Memberdayakan unsur-unsur masyarakat termasuk suami, keluarga, dan kader untuk terlibat aktif dalam Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi 2) Peran bidan dalam pelaksanaan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dalam masa persalinan. Bidan memberikan pertolongan persalinan sesuai stan dar, antara lain: a) Mempersiapkan sarana prasara persalinan aman termasuk pencegahan infeksi. b) Memantau kemajuan persalinan sesuai dengan partograf. c) Melakukan asuhan persalinan normal sesuai standar. d) Melakukan manajemen aktif kala Ill {MAK Ill). e) Melaksanakan lnisiasi Menyusu Dini (I MD). f) Melakukan perawatan bayi baru lahir, termasuk pemberian salep mata, vitamin K1 dan lmunisasi Hep Bo. g) Melakukan tindakan PPGDON apabila mengalami komplikasi. h) Melakukan rujukan bila diperlukan. i) Melakukan pencatatan persalinan pada kartu ibu, kohort ibu dan bayi, register pelayanan, buku KIA. j) Membuat pelaporan PWS dan AMP.
73
I JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
PERAN BIDAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PERENCANAAN PERSAUNAN•••••
3)
Peran bidan dalam pelaksanaan program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dalam masa nifas. Bidan memberikan pelayanan nifas sesuai dengan standar, antara lain: a) Melakukan kunjungan nifas (KF1, KF2, KF lengkap), (KN1, KN2) antara lain, Perawatan ibu nifas, pelayanan KB pasca persalinan, Perawatan bayi baru lahir, imunisasi, termasuk pemberian obat tetes/salep mata antibiotika, suntikan vitamin K1 mg dosis tunggal pada paha kiri antero lateral, Pemberian imunisasi HBV-o di paha kanan, Pemberian vitamin A 2oo.ooo IU ibu nifas 2 kali (warna merah), Perawatan payudara. b) Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu, keluarga dan masyarakat mengenai: Tanda-tanda bahaya dan penyakit ibu nifas, Tanda-tanda bayi sakit, Kebersihan pribadi lingkungan, Kesehatan & Gizi, ASI Ekslusif , Perawatan tali pusat, KB pasca sa lin, dan KB pasca persalinan. c) Melakukan rujukkan apabila diperlukan. d) Melakukan pencatatan padaKohort bayi dan buku KIA. e) Membuat laporan PWS-KIA dan AMP. (Pedoman P4K: Depkes Rl, 2009).
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional, dengan cara mengobservasi peran bidan dalam pelaksanaan P4K pada masa kehamilan. Pada penelitian ini pengambilan data dilakukan secara bersama pada bulan Februari-April 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan yang bekerja di Puskesmas wilayahnya. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan sampel jenuh yang diambil dengan teknik penentuan semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Pada penelitian ini ini jumlah sampel yaitu 6o responden. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian Responden yang diteliti dalam penelitian peran bidan dalam pelaksanaan P4K pada masa kehamilan di Kota Pekalongan adalah semua bidan Puskesmas di Kota Pekalongan sejumlah 6o bidan. Dan hasil yang didapatkan sebagai berikut: 1. Peran Bidan Fasilitator Pada variabel penelitian peran bidan sebagai fasilitator dalam pelaksanaan P4K, terdiri dari 10 pertanyaan yang disajikan dalam checklist, dengan pilihan jawaban "Ya" atau "Tidak", hasil checklist diana lisa dan di sajikan dalam tabel berikut:
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
I 74
PERAN BIDAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM PERENCANAAN PERSAUNAN•••••
No. 1
2
3 4
5 6
7
8
9
10
Ta bel 1 Dfstrfbu s•peran i bidanse baga ffas flftator Tidak Ya Peran bfdan sebagaf fasflftator % % (f) (f) 11 18% 82% Bidan bekerja sama dengan kader dan 49 toma dalam melakukan pemantauan intensif dan menemukan secara dini tanda bahaya saat hamil Bidan melibatkan peran serta suami, 14 23% 46 77% keluarga, dan kader dalam mengingatkan ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan ANC sesuai stan dar Bidan memperdayakan suami ibu hamil 15 25% 75% 45 untuk menjadi suami siaga Bidan bekerjasama dengan suami, 14 23% 46 77% keluarga, dan toma dalam penggolongan donor darah, transportasi, tabulin ketika ada kegawadaruratan oada ibu bamil 6 10% Bidan melakukan pendataan ibu hamil di 54 go% wilayah desa 1118% Bidan dalam melakukan pendataan ibu 49 82% hamil di wilayah desa di bantu oleh kader Dalam memperdayakan desa siaga bidan 13 22% 47 78% memberikan penyululuhan mengenai tanda bahaya kehamilan pada suami, keluarga, kader, serta toma 1118% Bidan memperdayakan suami dan 49 82% keluarga dalam meyepakati isi stiker termasuk KB pasca persalinan Bidan memperdayakan suami, keluarga, 15 25% 45 75% serta kader untuk bekrja sama dengan kepala desa membahas tentang masalah calon donor darah, transportasi dan pembiayaan untuk membantu dalam menghadapi kegawadaruratan ketika hamil, bersalin dan nifas Bidan mendukung upaya partisipasi aktif 15 25% 45 75% forum KIA dan Dukun untuk melaksanakan komponen-komponen P4K dengan stiker di wilayahnya melalui pertemuan Rapat Koordinasi Tingkat De sa -----------------
Kategori baik
baik
baik baik
baik baik
baik
baik
baik
Kurang Baik
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan hasil peran bidan sebagai fasilitator dalam pelaksanaan P4K pada masa kehamilan dari 10 pernyataan hanya ada satu pernyataan dalam kategori kurang mendukung (25%) yaitu dalam mendukung upaya partisipasi aktif forum KIA dan Dukun untuk melaksanakan komponen-komponen P4K dengan stiker di wilayahnya melalui pertemuan rapat koordinasi tingkat desa. Sedangkan 9 pernyataan dalam kategori baik (~75%).
75
I JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
PERAN BIDAN DA1AM PEIAKSANAAN PROGRAM PERENCANAAN PERSAUNAN•••••
2.
Peran Bidan Educator Pada variabel penelitian peran bidan sebagai educator dalam pelaksanaan P4K, terdiri dari 10 pertanyaan yang disajikan dalam checklist, dengan pilihan jawaban "Ya" atau "Tidak", hasil checklist dianalisa dan di sajikan dalam tabel berikut: Ta bel 2 Distribusi peran bidan dal am pea I ksa naan P4K pada masa kehamilan Va ndak No. Peran bidan sebagai educator Kategori 1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Bidan memberikan penyuluhan/konseling tentang ketidaknyamanan pada kehamilan normal Bidan memberikan penyuluhan/konseling tentang tanda bahaya kehami\an Bidan memberikan penyuluhan/konseling tentang tandatanda persalinan Bidan memberikan penyuluhan/konseling tentang tanda bahaya persalinan Bidan memberikan penyuluhan/konseling tentang kebersihan pribadi dan lingkungan Bidan memberikan penyuluhan/konseling tentang kesehatan dan gizi Bidan memberikan penyuluhan/konseling tentang perencanaan persalinan Bidan memberikan penyuluhan/konseling tentang perlunya inisiasi menyusu dini Bidan memberikan penyuluhan/konseling tentang ASI ekslusif Bidan memberikan penyuluhan/konseling tentang KB paska persalinan
(f) % 60100%
(f)% 0 0.0%
baik
50 83%
10 17%
baik
58 97%
2 3%
baik
47 78%
13 22%
baik
46 77%
14 23%
baik
49 82%
11 18%
baik
47 78%
13 22%
baik
45 75%
15 25%
baik
44 73%
16 27%
Kurang baik
17 28%
Kurang Baik
43 72%
Berdasarkan tabel 2 menunjukkan hasil peran bidan sebagai educator dalam pelaksanaan P4K pada masa kehamilan dari 10 pernyataan hanya 2 pernyataan dalam kategori kurang (~75%) yaitu Bidan memberikan penyuluhan/konseling tentang ASI ekslusif dan KB pasca salin. Sedangkan 8 pernyataan dalam kategori baik (~75%). 3· Peran Bidan Pelaksana Pada penelitian peran bidan sebagai pelaksana dalam pelaksanaan P4K, variabel yang dijadikan penelitian terdiri dari 10 pertanyaan yang disajikan dalam checklist, dengan pilihan jawaban "Ya" atau "Tidak", hasil checklist dianalisa dan di sajikan dalam tabel berikut:
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
I 76
PERAN BIDAN DA1AM PELAK.SANAAN PROGRAM PERENCANAAN PERSAUNAN•••••
Tabel 3 Distrlbusl peran bidan d a Iam pea lksanaan P4K.pada masa kehamilan Tidak Ya Kategori Peran bldan sebagal pelaksana No. % (f) % (f) Baik Bidan melakukan pemeriksaan ANC ibu 1 S% 57 95% 3 hamil sesuai standar Baik 11 18% 2 Bidan selalu menuliskan taksiran lahir 49 82% dalam pengisian stiker P4K Baik 10 17% Setiap ibu yang melakukan kunjungan so 83% 3 ANC pertama dan akhir selalu dilakukan pemeriksaan laboratorium oleh bidan Baik Bidan memberikan imunisasi TT pada ibu 11 18% 49 82% 4 hamil Baik Setiap ibu hamil diberikan tablet Fe oleh 5083% 10 17% 5 bidan Kurang Baik 6 Bidan memberikan 915% 51 85% pengobatan/tindakan segera apabila terjadi komplikasi pada kehamilan, misal mgso4 pada kasus PEB Baik Abapila ada ibu hamil yang tidak pemah 11 18% 49 82% 7 melakukan pemeriksaan kehamilan bidan melakukan kunjungan rumah untuk memberikan pelayanan ANC bagi ibu hamil Baik 8 bidan melakukan pencatatan data hasil 11 18% 49 82% pemeriksaan ibu hamil di kohort 12 20% Baik Bidan membuat laporan PWS KIA 48 So% 9 10 Baik Bidan melakukan sosialisasi mengenai isi 15 25% 45 75% stiker P4K pada ibu hamil yang melakukan pemeriksaan Berdasarkan tabel 3 menunjukkan hasil peran bidan sebagai pelaksana dalam pelaksanaan P4K pada masa kehamilan dari 10 pemyataan hanya satu pemyataan dalam kategori kurang (~75%) yaitu memberikan pengobatan apabila terjadi komplikasi pada kehamilan, misal MgSo4 pada kasus PEB (15%). Sedangkan 9 pernyataan dalam kategori baik (~75%). PEMBAHASAN Pada sub bab ini disajikan mengenai pembahasan hasil penelitian mengenai gambaran peran bidan dalam pelaksanaan P4K pada masa kehamilan tahun 2015, dengan kategori tebaik peran bidan sebagai educator, peran bidan sebagai pelaksana, dan peran bidan sebagai fasilitator.
Peran bidan sebagai Educator dalam Pelaksanaan P4K pada Masa Kehamilan Berdasarkan tabel 2 bahwa sebagian besar responden melakukan peran sebagai educator tentang ketidaknyamanan pada kehamilan normal pada setiap ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC sebesar (100%) hal ini sesuai dengan pendapat (Diah Wulandari, 2009) bahwa bidan harus memberikan konseling mengenai ketidaknyamanan pada kehami\an mulai dari TM 1-TM Ill terutama pada ibu hamil yang baru pertama kali hamil. Namun pada pemberian konseling ASI eks~lusif masih rendah (73%). Hal ini karena 16 responden memberikan konseling mengenai ASI eksklusif pada masa nifas.
77
I JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
PERAN BIDAN DALAM PELAICSANAAN PROGRAM PERENCANAAN PERSAUNAN•••••
Rencana penggunaan metode KB yang tepat pasca perslinan hendaknya sudah direncanakan bersama bidan saat konseling dalam masa kehamilan, Suami atau keluarga juga ikut serta mempertimbangkan rencana penggunaan KB, karena kurangnya ikut serta suami dan keluarga dalam merencanakan KB pasca salin menjdikan peran bidan dalam memberikan konseling KB pasca salin rendah (72%). Agar terpenuhinya komponenkomponen isi stiker P4K maka bidan harus menyepakati isi stiker termasuk KB pasca sa lin bersama suami maupun keluarga (pedoman P4K: depkes Rl; 2oog).
Peran Bidan sebagai Pelaksana dalam Pelaksanaan P4K pada Masa Kehamilan Berdasarkan tabel 3 sebagian besar (g5%) responden telah melaksanakan asuhan dengan baik seperti pemeriksaan ibu hamil (ANC) sesuai dengan standar minimal 7T, sesuai dengan teori (Sarwono, 2002, hal. go), mulai dari meriksa tinggi badan dan berat badan, tekanan darah, menentukan tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet zat besi, tes terhadap penyakit menular seksual, dan temu wicara dalam rangaka persiapan rujukan. Hanya pada pemberian pengobatan/tindakan apabila terjadi komplikasi pada masa kehamilan misal mgso4 pada kasus PEB masih rendah ( 15%). Menurut pendapat ( Meilani Niken, 2oog) pernyataan standar 17 bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda dan gejala preeklamsia ringan, preeklamsia berat dan eklamsia. Bidan akan mengambil tindakan yang tepat, mulai dari perawatan, merujuk ibu dan atau melaksanakan penanganan kegawatdaruratan yang tepat misal pemberian obat anti kejang MgSo4. Dengan adanya syarat-syarat pemberian MgSo4 seperti, reflek patella +, pernafasan minimal minimal16x/menit, dan urin minimal 30ml/jam dalam 4 jam terakhir, peneliti menganggap bahwa dengan kondisi puskesmas yang letaknya dekat dengan rumah sakit maka sebagian besar responden memilih tindakan yang tepat dengan merujuk. Peran Bidan sebagai Fasilitator dalam Pelaksanaan P4K pada Masa Kehamilan Pendataan ibu hamil setiap sebulan sekali menjadi peran utama bidan fasilitator dalam pelaksanaan program P4K.Dengan tingginya (go%) bidan melakukan pendataan ibu hamil di wilayah desa, maka pemberian asuhan sesuai yang dibutuhkan ibu hamil termasuk pembuatan kantong persalinan dan peta bumil risti akan dapat terlaksana (pedoman P4K: depkes Rl; 2oog). Dalam mendukung upaya partisipasi aktif forum KIA dan Dukun untuk melaksanakan komponen-komponen P4K dengan stiker di wilayahnya melalui pertemuan Rapat Koordinasi Tingkat Desa masih rendah (15%), dikarenakan wadah forum KIA dan Dukunbelum ada, sesuai dengan pendapat (Runjati, 2011, h. 57), untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan P4K di masing-masing wilayah, maka tiap wilayah puskesmas, kabupaten/kota, dan provinsi harus mempunyai wadah forum komunikasi yang meliputi lintas program dan lintas sektor. Peneliti menganggap bahwa dengan belum maksimalnya forum KIA dan dukun karena beban kerja yang terlalu banyak. KESIMPULAN Penelitian bertujuan untuk mengetahui peran bidan dalam pelaksanaan P4K pada masa kehamilan di Kota Pekalongan, dari hasil yang diperoleh dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Peran bidan sebagai fasilitator dalam pendataan ibu hamil pada kegiatan P4K telah dilaksanakan dengan baik oleh bidan dengan presentase tertinggi (go%), sedangkan peran bidan dalam mendukung partisipasi aktifforum KIA dan Dukun (15%).
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
I 78
~~~~~~~~~~--
-----
PERAN BIDAN DA1AM PELAKSANAAN PROGRAM PERENCANAAN PERSAUNAN•••••
2. Peran bidan sebagai educator dalam hal pemberian konseling mengenai ketidaknyamanan pada ibu hamil normal sudah dilaksanakan dengan baik oleh bidan dengan total presentase sebesar 82%. Hanya saja pada pemberian konseling ASI eksklusif dan KB pasca persalinan kurang dari 75% yaitu konseling ASI eksklusif (73%) dan konseling KB pasca persalinan (72%). 3. Peran bidan sebagai pelaksana dalam pemeriksaan ANC sesuai standar pada pelaksanaan P4K sudah dilaksanakan dengan baik oleh bidan dengan presentase tertinggi (95%). Hanya saja pada pemberian pengobatan mgSo4 apabila terjadi komplikasi pada kehamilan PEB masih rendah (15%). SARAN
Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan diharapkan melaklikan kegiatan supen.iisi dan evafuasi febih intensif terhadap bidan puskesmas yang bertugas dalam program P4K, sehingga bidan menjalankan perannya dengan Jebih maksimal lagi dan dapat mengetahui dengan jelas kendala yang dihadapi bidan dalam pelaksanaan P4K di masyarakat. 2. Petugas Kesehatan Bidan perlu meningkatkan pelaksanaan peran bidan sebagai fasilitator, educator, dan pelaksana melalui pengetahuan, kesadaran dalam memanfaatkan waktunya dalam jam pelayanan, dan pengabdian penuh sebagai petugas kesehatan masyarakat.
1.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, Rl. Pedoman program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi dengan stiker. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2009. Depkes RI.Profil Kesehatan Indonesia. Diunduh dari: [Diakses tanggal 8 Desember 2014]. Didapat dari:http://WWW.kemkes.goJd Dinas Kesehatan Kota Pekalongan. Data kematian ibu hamil kota Pekalongan. DinasKesehatan Kota Pekalongan 2013. Runjati. Asuhan kebidanan komunitas. Jakarta: EGC; 2011. Wulandari, D. Asuhan Kebidanan Komunikasi dan Konseling. Yogyakarta: Nuha Medika; 2009.
79
I JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
~
I
'·'·
'r
-----
-
--
- - - - - -
--------------,
Pemer1ntah Kota Pekalongan
JURNAL PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KOTA PEKALONGAN
ISSN 2085-0689 (media cetak)
I ISSN 2503-0728
Volume 10 Tahun 2016
(media online)
-l
.
. I
APLIKASI PENCARIAN TEMPAT WISATA KULINER 01 KOTA PEKALONGAN BERBASIS LOCATION BASED SERVICE DAN GEOTAGGING PADA ANDROID Taryadi STMIK Widya Pratama Pekalongan Program Studi Komputerisasi Akuntansi Email : [email protected]
ABSTRACT PEKALONGAN AS ONE OF THE TOURIST CITY HAS CULINARY DESTINATION FAVORED BY MANYTOURISTS.THEREFORE, CULINARY DESTINATION SEARCH TOOL IS NEEDED BY THEM. THIS RESEARCH DEVELOPEDAN APPLICATION TO FINDCULINARY DESTINATIONS BASED ON LOCATION BASED SERVICE (LBS) AND GEOTAGGING ON ANDROID. APPLICATION DEVELOPED IN THIS RESEARCH HAS 9 FUNCTIONAL REQUIREMENTS WHICH ARE: VIEW MAP OF CULINARY DESTINATIONS, VIEW LIST OF NEARBY RESTAURANTS, VIEW LIST OF ALL RESTAURANTS/CUUNARYMENUS, SEARCH RESTAURANT/CULINARY MENU, VIEW DETAILS OF RESTAURANTS/CULINARY MENUS, ADD DATA RESTAURANT/CULINARY MENU USING GEOTAGGING PHOTO, DISPLAY TRAVEL ROUTE, RATE RESTAURANT/CULINARY MENU, AND SET TYPE OF MAP VIEW. THIS APPLICATION USED GOOGLE API AS THE MAP AND ROUTE PROVIDER TO DIRECT USER TO THE CULINARY LOCATION. THIS APPLICATION ALSO IMPLEMENTED GEOTAGGING TO ADD LOCATION DATA TO THE SERVER. USABILITY EVALUATION ON THE SYSTEM USING QUESTIONNAIRE YIELDED VALUE OF 84.78%.
Keywords: Android, geotagging, kullner, LBS
PENDAHULUAN
Wisata kuliner merupakan suatu kegiatan berwisata dan berkunjung ke rumah makan yang menyajikan makanan populer di daerah setempat, makanan yang unik, ataupun rumah makan dengan interior yang unik. Berbagai macam wisata kuliner yang menarik dengan menu makanan yang menggugah selera terdapat di Kota Pekalongan. Semakin banyak tujuan wisata kuliner yang ada mengakibatkan wisatawan sulit untuk mencari lokasi dan restoran yang sesuai dengan keinginan. lnformasi wisata kuliner yang didapatkan umumnya hanya terbatas berupa nama tempat, alamat, dan arah jalan. Penggunaan smartphone akan membantu wisatawan dalam menemukan lokasi wisata kuliner terdekat dari posisi wisatawan berada, karena smartphone memiliki fitur global positioning system (GPS), navigation, serta terhubung dengan jaringan internet. Fitur smartphone tersebut dapat dimanfaatkan dengan menggunakan sebuah aplikasi layanan berbasis lokasi.
JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
ISO
APUKASf PENCARIAN TEMPAT WISATA KULINER Of KOTA PEKALOHGAN BERBASIS LOCATION BASED SfRYICf•••••
Aplikasi pencarian tempat wisata kuliner dengan menggunakan layanan berbasis lokasi atau location based service (LBS) akan membantu wisatawan mencari lokasi restoran maupun menu kuliner tertentu. LBS merupakan suatu layanan yang dapat mengirimkan data dan informasi yang berisi informasi lokasi terkini keberadaan pengguna atau informasi yang memproyeksikan beberapa lokasi dari pengguna mobile (Brimicombe dan Li 2009). LBS diterapkan sebagai satu bagian arsitektur yang terdiri dari lima komponen seperti perangkat mobile, jaringan komunikasi, komponen positioning ( GPS), layanan provider, dan apJikasi, serta provider data (Deidda et at. 2010). Layanan yang dikirimkan meliputi area peta, kondisi cuaca, kondisi arus lalu lintas, pemandu tur, informasi belanja, dan lain sebagainya. LBS membutuhkan lokasi yang akurat untuk menghasilkan informasi yang berguna dan efektif. Putra (2013) telah melakukan pembangunan aplikasi pencari SPBU terdekat di area Yogyakarta dengan LBS. Aplikasi tersebut menyediakan informasi lokasi SPBU terdekat dan menampiJkan rute jalan ke SPBU yang dipilih. Aplikasi dibangun pada platform Android yang diintegrasikan dengan Google Maps. Aplikasi diimplementasi dengan bahasa pemrograman Java, SQLite sebagai basis data penyimpanan, dan GPS untuk mendapatkan posisi user. Afnarius et al (2014) telah melakukan pembangunan aplikasi pencarian wisata kuliner di Sumatera Barat yang berbasis mobile geographic information system. Pembangunan aplikasi ini bertujuan membantu wisatawan untuk mendapatkan informasi mengenai wisata kuliner di Sumatera Barat. Aplikasi dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP, Basic4Android, dan Google Maps. Database yang digunakan pada aplikasi tersebut yakni PostgreSQL. Namun aplikasi tersebut masih perlu adanya penambahan fitur yang menunjang, seperti unggah foto ke jejaring sosial, akun bagi pengguna, serta penambahan lokasi wisata kuliner baru. Geotagging merupakan suatu prosedur untuk menambahkan informasi metadata geografis pada media yang berbeda seperti menambahkan informasi geografis pada gambar, audiovisual, situs internet, pesan SMS, QR code, maupun RSS berupa metadata geospasiaJ (Sari dan Sunaryono 2012). Umumnya informasi yang ditambahkan terdiri atas koordinat geografis GPS, lokasi tempat (alamat), deskripsi informasi dari tempat tersebut, dan penanda tern pat. Penelitian ini mengembangkan sebuah aplikasi pencarian tempat wisata kuliner berbasis LBS dan geotagging menggunakan assisted global positioning system (A-GPS) dan Google Maps. Aplikasi dibangun pada platform Android dengan melihat penggunaan sistem operasi Android di Indonesia mencapai 74.28% dari sistem operasi teratas lainnya seperti iOS, Blackberry, Symbian OS, dan Series 40 (StatCounter 2015). Pengguna akan mengetahui letak pengambilan suatu gambar yang berkaitan dengan wisata kuliner menggunakan geotagging pada informasi digital photo. Aplikasi ini diharapkan dapat membantu wisatawan Kota Pekalogan untuk menentukan lokasi wisata kuliner dan mampu menampilkan rute ke wisata kuliner yang diinginkan. METOOE PENELITIAN
Metode penelitian difokuskan pada pengembangan aplikasi LBS. Tahapan penelitian yang dilakukan mengadaptasi dari metode classic life cycle (waterfall). Metode waterfall merupakan metode pengembangan perangkat lunak yang sistematik dan sekuensial yang dimulai dengan mengumpulkan spesifikasi kebutuhan pelanggan dan dilanjutkan dengan perencanaan, pemodelan, pembuatan sistem, dan penyebaran (Pressman 2010). Tahapan pada model pengembangan waterfall. 81
I JURNAL UTBANG KOTA PEKALONGAN VOL.10 TAHUN 2016
.
'
APLIKASI PENCARIAN TEMPAT WISATA KULINER Dl KOTA PEKAlONGAN BERSASIS lOCATION BASED SERVICE•••••
Tahap Analisis Kebutuhan Tahap analisis kebutuhan dimulai dengan requirement gathering atau proses pengumpulan kebutuhan yang meliputi kebutuhan fungsional dan kebutuhan data.Proses pengumpulan kebutuhan fungsional dilakukan dengan riset pada beberapa jumal dan aplikasi serupa yang telah dibangun. Riset yang telah dilakukan menghasilkankebutuhan fungsional yang diperlukan pada suatu aplikasi pencarian wisata kuliner. Selanjutnya kebutuhan fungsional yang telah didefinisikan digambarkan dengan usecase diagram. Perancangan usecasediagram bertujuan untuk mengetahui urutan aktivitas pengguna dan proses bisnis pada sistem yang dikembangkan. Urutan dari aktivitaspengguna digambarkan dengan activity diagram. Tahapan ini juga mendefinisikan dan mengumpulkan kebutuhan data yang diperlukan dalam pembangunan sistem. Proses pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data yang diperlukan pada beberapa website terkait. 2. Tahap Perancangan Tahap desain atau perancangan dilakukan dengan merancang model perangkat lunakdari aplikasi yang akan dibangun. Perancangan perangkat lunak meliputi perancangan struktur data, arsitektur perangkat lunak, gambaran antarmuka sistem dan desain proses sistem (Pressman, 2010). Perancangan model perangkat lunak pada penelitian ini menggunakan unified modelling language {UML). 3· Tahap lmplementasi Tahap implementasi atau pembangunan sistem merupakan proses penerjemahan desainke dalam suatu bahasa pemrograman yang dapat dimengerti oleh komputer {Pressman 2010). Tahap ini biasa disebut dengan pengkodean (coding). Proses yang dilakukan pada tahap ini meliputi sinkronisasi basis data SQLite dengan basis data MySQL, pembuatan package yang berisi classrestaurant, culinary menu, menarnpilkan peta kuliner, dan pengaturan peta. 4· Tahap Pengujian Tahap pengujian merupakan tahap yang dilakukan saat sistem telah selesai dibangun.Pengujian sistem dilakukan menggunakan metode black-box berdasarkan kebutuhan fungsional yang telah didefinisikan. Pengujian dilakukan dengan mengikuti skenario pengujian yang telah dibuat sebelum melakukan pengujian. Jika sistem masihmemerlukan perbaikan, maka akan kembali ke tahap sebelumnya untuk memperbaikinya dan diuji kembali pada tahap ini. 1.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisls Kebutuhan Tahap analisis kebutuhan berfokus pada analisis kebutuhan fungsional dan analisiskebutuhan data. Analisis kebutuhan fungsional didefinisikan dan digambarkan menggunakan usecase diagram. Setiap usecase dapat digambarkan desain prosesnya, untuk desain proses digambarkan dengan activity diagram. Usecase diagram dan activity diagram dirancang agar tidak terjadi kesalahan dalam tahap implementasi dan pengujian. Adapun pada analisis kebutuhan data didefinisikan data beserta atribut data yang diperlukan dalam penelitian. Tahap analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan data kebutuhan fungsional dari aplikasi. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan riset pada beberapa aplikasi Android yang serupa seperti aplikasi Kuliner Yogyakarta, PergiKuliner, Wisata Kuliner Jakarta JURNAL LITBANG KDTA PEKALDNGAN VOL 10 TAHUN 2016
IB2
APLIKASI PENCARIAN TEMPAT WISATA KULINER Dl KOTA PEKALONGAN BERBASIS LOCATION BASED S£RvtCE•••••
dan Zomato Restaurant Finder. Riset pada aplikasi pencarian kuliner yang serupa didapat bahwa suatu aplikasi pencarian kuliner memiliki kebutuhan fungsional sebagai berikut: a. Melihat peta wisata kuliner b. Melihat daftar restoran terdekat c. Melihat daftar semua restoran/menu kuliner d. Mencari restoran/menu kuliner e. Melihat detail info restoran/menu kuliner f. Menambah data restoran/menu kuliner dengan menambahkan foto dan keterangan lain g. Menampilkan rute perjalanan ke restoran/menu kuliner yang dipilih h. Memberi peringkat (rating) untuk restoran/menu kuliner yang dipilih i. Mengatur tipe tampilan peta
Gambar 1 Usecase diagram aplikasi pencarian lokasi wisata kuliner Desain proses dari aplikasi digambarkan dengan menggunakan activity diagram. Terdapat 6 activity diagram pada penelitian ini yang meliputi activity lihat wisata kuliner pada peta, lihat restoran/menu terdekat, lihat semua restoran/menu, lihat detail restoran/menu, pengaturan tipe tampilan peta, dan tambah data restoran/menu. Activity lihat wisata kuliner pada peta, lihat restoran/menu terdekat, lihat semua restoran/menu, dan tambah data restoran/menu mengharuskan GPS dan internet pada perangkat mobile daJam keadaan menyala. Hal ini dikarenakan activity tersebut membutuhkan informasi lokasi pengguna saat ini berada (latitude dan longitude) sehingga dapat menampilkan daftar restoran terdekat, kuliner terdekat, serta penunjuk jalan. Activity diagram yang pertama adalah activity lihat peta wisata kuliner yangdirepresentasikan menggunakan menu Culinary Maps yang berfungsi untuk 83
I JURNAL LITBANG KOTA PEKAWNGAN VOL. 10 TAHUN 2016
· I
APUKASI P£NCARIAN TEMPAT WISATA KUUNER 01 KOTA PEKALONGAN BERBASIS LOCATION BASED SERVICE. •• • •
menampilkan peta semua tempat wisata kuliner (restoran) dan menu kuliner dengan posisi pengguna sekarang berada. Proses pada activity ini dapat dilihat pada Gam bar 2.
Gam bar 2 Activity diagram lihat peta kuliner Kebutuhan Data Data yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu data longitude dan latitude dari lokasi restoran beserta toto dan keterangan lain seperti menu, alamat, dan ulasan peJanggan. Data yang diambil berjumlah 12 data restoran dan 12 data menu kuliner. Data restoran yang diperoleh kemudian dicari titik koordinatnya. Penentuan koordinat (latitude dan longitude) masing-masing restoran dilakukan dengan bantuan fitur Google Maps. Fitur untuk mendapatkan koordinat yang digunakan adalah fitur what's here? Arsitektur Perangkat lunak Tahap peranc:angan dlmuJai dengan meranc:ang ars.itektur dar'i .ststem untuk memudahkan pemahaman alur kerja sistem yang akan digunakan sebagai acuan pengembangan. Arsitektur sistem dapat dilihat pada Gambar 3· Pengguna berkomunikasi dengan aplikasi Kuliner Kota Pekalongan melalui smartphone. Apabila pengguna melakukan suatu perintah maka eksekusinya akan diproses di dalam smartphone dan harus terhubung dengan server web. Komponen positioning digunakan untuk menemukan posisi dari keberadaan perangkat mobile. Komponen provider berperan menyediakan layanan A-GPS dan akses intemetuntuk menyampaikan perintah menuju server Google Maps. Perintah tersebutdapat berupa menampilkan jarak dan tempat pada Google Maps dalam aplikasi. Server web berperan sebagai penyedia data pada saat online, permintaan untuk pembaruan data dan penyimpanan data. JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL 10 TAHUN 2016
j84
APUKASI PENCARIAN TEMPAT WISATA KULINER D1 KOTA PEKALONGAN BERBASIS lOCAllON BASED SERVICE•••••
((<•>))----·
~r
b
Kl*ler Pekalongan
Gambar 3 Arsltektur aplikasi pencanan wisata kuliner lmplementasi Tahap implementasi menghasilkan suatu aplikasi Android pada perangkatmobile yang dapat memberikan informasi tempat wisata kuliner terdekat dan pilihan menu kuliner serta menampilkannya pada peta menggunakan Google Maps API. lmplementasi dimulai dengan melakukan sinkronisasi basis dataSQLite pada Android dengan basis data pada MySQL Proses sinkronisasi basis data dibutuhkan PHP script untuk mengeksekusi permintaan SQL dan mengirimkan data dalam format JavaScript object notation (JSON).
85
I JURNAL UTBANG KOTA PEKALONGAN VOL. 10 TAHUN 2016
APUKASI PENCARIAN TEMPAT WISATA KUUN£R Dl KOTA PEKALONGAN BERSASIS LOCATION BASED SERVfCE. ••••
I •
--
...:.: :. ,· .. v
.. -....,,
10 ....
---
~
....
ll:!ll!l!l!!!l!!ll~-..
;I
r~·~
• '1
~-
~·-
Food I
Restaurant 1
***** .....
..
...
*****
-
,
..................... --
·~·
.l*i]
-~-. . .~ .. ~:~
.
,-' , ' ,1
.
-
' ;~=.~~ :...
--··-...
Gambar 4 Rancangan antannuka aplikasi pencarlan kuliner Proses sinkronisasi dimulai pada saat pengguna berinteraksi dengan aplikasiAndroid kemudian melakukan perintah penyimpanan data yang tersimpan pada basis data SQUte, lalu JSON dibangun dari data yang tersimpan pada SQUte. JSON yang telah dibangun kemudian dikirim ke PHP class pada server dengan mengirimkan URL web service. Selanjutnya dilakukan proses menerjemahkan JSON menjadi arrayPHP dengan PHP script, arraytersebut kemudian disimpan kedalam basis data MySQL. Terakhir kelas PHP mengembalikan data dalam bentuk JSON ke aplikasi Android. Pengujian Proses pengujian menggunakan metode black-box yang dilakukan padahasil implementasi memberikan kesimpulan bahwa fungsi pada aplikasi yangdirancang sudah berjalan dengan baik. Pengujian dilakukan berdasarkan skenariopegujian. Skenario pengujian black-box dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil dari pengujianyang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 2. - · - - - - - - - - - . - --
Penguflan Melihat peta wisata kuliner
Tabel1 Skenario penguian black-box Hasll yang Skenario
diharapkan
Pertama membuka aplikasi, klik pad a icon Culinary Maps
HasH uji
Aplikasi akan Tampil peta dengan .. pOStS I menampilkan peta marker dengan marker pengguna dan marker posisi pengguna restoran masker dan restoran
status Berhasil
JURNAL LfTBANG KOTA PEKALONGAN VOl.. 10 TAHUN 2016
186
----------------------
APUKASI PENCARIAN TEMPAT WISATA KUliNER 01 KOTA PfiCALONGAN BERBASIS LOCATlON BASED SERVICE. ••••
No
NamaFungsi
Tabell Pengujian sistem menggunakan-metode black-box -·-- -· -- ---·- . ------·----
- ---·
Melihat peta wisata kuliner Meliihat daftar restoran terdekat Melihat daftar restoran/menu kuliner Melakukan pencarian restoran berdasarkan alamat Melakukan pencarian menu kuliner berdasarkan nama menu kuliner Melihat detail item (restoran dan menu kuliner) Menampilkan rating pada restoran/menu kuliner Menampilkan rute menuju restoran Melakukan penambahan data restoran/menu kuliner Mengatur tipe map yang tampil pada peta
1 2
3 4 5 6 7 8 9 10
Hasit
Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil Berhasil ---
Setelah dilakukan pengujian terhadap fungsi yang telah dibangun,selanjutnya dilakukan proses evaluasi terhadap fungsi dan interfacedari aplikasi. Evaluasi usability dilakukan untuk mengetahui seberapa baik aplikasi dapat dioperasikan oleh pengguna. Langkah awal yang dilakukan pada evaluasi usability adalah memberikan sejumlah task atau tugas yang sudah dipersiapkansebelumnya ke pengguna saat berinteraksi dengan sistem yang diuji. Task ini diberikan kepada responden yang berasal dari mahasiswa dan masyarakat umum yang sudah terbiasa menggunakan sistem operasi Android. Task usability yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 3· Tabel 3 Task UStlbility
No
Task
1
Menemukan aplikasi Membuka aplikasi Memahami kegunaan tombol Melihat tern pat wisata kuliner pada peta Melihat daftar restoran terdekat Melihat semua daftar restoran/menu kuliner Melakukan pencarian restoran/menu kuliner Melihat detail data restoran/menu kuliner Memberikan rating pada restoran/menu kuliner Melihat penunjuk jalan ke tempat wisata kuliner pada peta Menambahkan data restoran/menu kuliner degnan memilih gambar dari galeri Menambahkan data restoran/menu kuliner dengan mengambil _gambar dengan kamera Memilih pengaturan tampilan peta
2
3 4
5 6 7 8 9 10 11
12
13
Setelah semua task yang - diberikan telah diselesaikan oleh pengguna,langkah selanjutnya adalah membuat kuesioner yang berisi pertanyaan yang mewakili kelima aspek usability, yakni learnability, memorability, efficiency, errors, dan satisfaction (Nielsen 2012).
Aspek learnabilfty merupakan aspek yang mengukur tlngkat kemudahanpengguna melakukan task-task sederhana ketika pertama kali menggunakan aplikasi. Aspek memorabUity dilakukan untuk mengukur kecepatan pengguna dalam mengingat desain dan fungsi dari aplikasi. Aspek efficiency digunakan untuk mengukur kecepatan pengguna dalam pengerjaan suatu task. Errorsmelihat kemungkinan terjadinya kesalahan yang 87
I JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL.10 TAHUN 2016
APUKASI PfNCARIAN JEMPAT WISATA KUUN£R D1 KOTA P£KAI.ONGAN BfRM.SIS LOCATION BASED SERVICE. ••••
dilakukan pengguna. Satisfactionmerupakan aspek yang mengukur tingkat kepuasan pengguna dalam menggunakan aplikasi. Selanjutnya hasil nilai rata-ratadiklasifikasi untuk dapat dilakukan penarikan kesimpulan. Klasifikasi penarikan kesimpulan terdapat pada Tabel4. Nilal erti
o%- 20% 21%-40% 41%-60% 61%- 8o% 81%-100%
Berdasarkan hasil rekap kuisioner yang dilakukan, nilai tersebut didapat dari persentase nilai = (nilai hasil kuisioner/total nilai) x 100%, lalu untuk nilai rata-rata digunakan rumus nilai rata-rata = {total persentase nilai/jumlah pertanyaan kuesioner) x 100%. Penilaian evaluasi usability menggunakan kusioner untuk tiap aspek dapat dilihat pada tabel 4·
No 1
I •
I
I
2
3 4 5
Tabel 5 Evaluasi usability tiap aspek Penilaian Aspek ss s RR TS STS Learn ability 0 0 0 17 13 1 Efficiency 0 0 15 9 18 1 0 0 Memorability 6 Errors 22 8 0 0 45 2 12 1 Satisfaction 0 0 Rata-rata penilaian tiap aspek (%)
Nilai (%)
88.67 86-40 84-00 83-50 81.33 84.78
Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata nilai evaluasi usability menggunakankuesioner adalah 84.78%. Berdasarkan persentase ini dapat diklasifikasikan bahwa aplikasi yang telah dibangun pada penelitian ini sangat mudah dipahami dan dimengerti dalam penggunaannya. KESIMPULAN Penelitian ini telah berhasil mengembangkan aplikasi Android untukpencarian tempat wisata kuliner di area Kota Pekalongan berbasis LBS dan geotagging.Aplikasi ini mampu memberikan informasi tempat wisata kuliner beserta menu dan penunjuk jalannya, serta dapat melakukan penambahan data. Hasil pengujian menggunakan metode black-box menunjukkan bahwa semua fungsi dapat bekerja dengan benar. Adapun hasil evaluasi usability mendapatkan nilai sebesar 84.78%, hal ini menunjukkan bahwa aplikasi Android yang tetah dibangun sangat mudah dipahami dan dimengerti oleh pengguna.
' JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL 10 TAHUN 2016
f88
APUKASI PENCARIAN TEMPAT WISATA KUUN,ER Dl KOTA PEKAl.ONGAN 8ERBASIS LOCAOON BASED SlRVJCE. ••••
DAFTAR PUSTAKA Afnarius S, Ningsih VM, Frihandana D. 2014,Pembangunan aplikasi wisatakuliner Sumbar berbasis mobile geographic information system, Di dalam: Afnarius S, Ningsih VM, Frihandana D, editor. Seminar llmiah Nasional Komputer dan Sistem lntelijen (KOMMIT 2014). 2014 Okt 14-15; Depok, Indonesia. Depok {10): Universitas Gunadarma. him 354-360 Binanto I, 201o,Multimedia Digital oo6C-Dasar Teori dan Pengembangannya,Yogyakarta (10): Andi Brimicombe A, Li C, 2oog,Location-8ased Service and Ceo-Information Engineering, Oxford ( GB): Wiley-Blackwell Deidda M, Pala A, Vacca G, 201o,A tourist location based service (LBS) for the Cagliari City. Di dalam: Brovelli MA, Dragicevic S, Veenendaal B, editorWebMGS 2010: 1st International Workshop on Pervasive Web Mapping, Geoprocessing and Services, 2010 Agu 26-27; Como, ltalia, Como (IT) Mardani A, 2014,Sistem informasi geografis pelaporan masyarakat (StGMA) berbasis foto geotag. Jumal Sistem dan Teknologi lnformasi (JustiN). 3(1):1-6 Nielsen J, 2012, Usability 101: introduction to usability, Tersedia pada: http://www.nngroup.com/articles/usability-101-introduction-to-usability/ Pressman RS, 2010, Software Engineering: A Practitioner's Approach. Edisi ke-7. New York (US): McGraw-Hill. Putra AB, 2013,Aplikasi pencari SPBU terdekat di area Yogyakarta dengan location based service berbasis GPS pada Android,Yogyakarta (ID): Universitas Gajah Mada Rahadi DR, 2014,Pengukuran usability sistem menggunakan use questionnaire pada aplikasi Android, Jumaf Sistem lnformasi (JSI), 6(1):661-671. Rubin J, Chisnell D, 2oo8,Handbook of Usability Testing; How to Plan, Design. and Conduct Effective Test, Indianapolis (US): Wiley. Sari AN, Sunaryono D, 2012,Perancangan dan pengembangan perangkat /unak photo uploader pada Facebook dengan fitur geotagging, Jumaf Teknik POMITS,1(1):1-6
89
I JURNAL LITBANG KOTA PEKALONGAN VOL.lO TAHUN 2016
..
Pemerintah Kota Pekalongan Kantor Riset, Teknologi, dan Inovasi
9 117 72 D.S511 DB.S DO.SII
Jl. Mataram No . 1 Pekalongan- 51111 Telp. (0285) 4416191, 423984, 421093 ext 152 Email: [email protected] Website: http:/ /ristekin.pekalongankota.go.id Jurnal Online: http:/ jjurnal.pekalongankota.go.id