PEMELIHARAAN PEDET SAM PERAH Nurhasanah Hidajati (Balai Penelitian Ternak, Bogor) PENDAHULUAN Sapi perah adalah ternak ruminansia yang dapat memanfaatkan serat kasar menjadi bahan pangan berkualitas tinggi berupa daging clan susu untuk manusia . Bahan tersebut dibutuhkan manusia untuk memenuhi kebutuhan zat makanannya, agar dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya, bahkan meningkatkan kualitasnya . Untuk memenuhi kebutuhan bahan tersebut, pada tahun 1989 negara kita harus mengimpor daging sebanyak 1 .699,9 ton clan susu sebanyak 32 .911,3 ton (Direktorat Jenderal Peternakan, 1991) . Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan produktivitas ternak perah yang ada, bahkan dilakukan pula usaha menambah populasi dengan mendatangkan ternak perah dari luar negeri . Hal ini dilakukan untuk mengurangi impor susu sehingga pada akhir PELITA V 50% kebutuhan susu dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri . Dengan mengimpor induk sapi, maka ketersediaan pedet juga ikut meningkat . Sebagai konsekuensinya, pedet memerlukan perhatian dalam pembesarannya . Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang saling mempengaruhi, antara lain induk, peclet sendiri clan juga lingkungan . Dalam tulisan ini diuraikan beberapa aspek penting dalam pembesaran pedet sapi perah .
PERSIAPAN INDUK SEBELUM BERANAK Induk sapi perah yang sedang bunting harus mendapatkan pakan yang cukup, terutama setelah kebuntingan memasuki bulan ketiga, karena induk sapi harus menghasilkan susu disamping harus membesarkan janin dalam kandungan . Oleh karenanya status nutrisi induk selama kebuntingan sangat mempengaruhi kesehatan anak . Selama masa kebuntingan, induk harus cukup memperoleh protein, energi, vitamin A, phospor clan iodium . Induk yang kekurangan unsur-unsur tersebut dapat menghasilkan anak yang lemah. Kekurangan protein clapat mengakibatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit berkurang clan meningkatkan kematian pedet. Pedet yang ber-
asal dari induk yang kekurangan vitamin A mungkin lahir dengan kebutaan, mencret, clan sangat rentan terhadap infeksi . Sedangkan kebutuhan phospor akan meningkat pada umur kebuntingan memasuki 8 bulan karena unsur tersebut sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan pertumbuhan janin yang sehat . Kekurangan unsur ini clapat menyebabkan menurunnya nafsu makan clan tulang menjadi rapuh . Sedangkan kekurangan unsur iodium pada induk yang bunting akan menghasilkan pedet yang lemah atau lahir mati atau pedet dengan kelenjar gonclok yang membesar . Untuk itu pemberian pakan pada induk bunting harus benar-benar diperhatikan, demikian pula dengan pemeliharaan kesehatan . Mengingat kebersihan adalah penting dalam menjaga kesehatan induk clan juga kesehatan pedet nantinya, kandang induk bunting harus dibersihkan setiap hari agar sanitasi dapat dijaga . Bila memungkinkan kandang dibersihkan dengan menggunakan zat antiseptik pada waktu-waktu tertentu . Induk yang telah bunting 7 bulan sebaiknya dikeringkan (dihentikan pembeahan susunya) selama 40 - 60 hari . Hal tersebut selain dimaksud kan untuk mengistirahatkan sel-sel ambingnya juga untuk mempersiapkan produksi kolostrum bagi anaknya . Semakin panjang masa kering akan semakin baik mutu kolostrum yang dihasilkan karena kandungan antibodi dalam kolostrum akan semakin tinggi, clan sangat baik bagi kesehatan anak . Tiga hari sebelum dikeringkan, konsentrat tidak diberikan kepada induk, clan sebaliknya rumput diberikan tidak terbatas . Pada 2-3 minggu sebelum beranak, konsentrat harus mulai diberikan kembali lebih kurang 2 .5 kg/hari . Ini dimaksudkan untuk membiasakan kembali bakteri rumen terhadap pakan konsentrat, karena setelah beranak induk sangat memerlukan konsentrat dalam jumlah yang lebih dari biasanya . Hijauan yang diberikan selama dikeringkan sebaiknya terdiri dari 30% legum clan 70% rumput ditambah dengan suplemen mineral (Bath, 1978) . Sedangkan Quinn (1980) menyarankan agar induk kering lebih banyak diberi rumput (hay) dari pada jagung clan pada 2-3 minggu sebelum beranak konsentrat dapat diberikan dalam jumlah terbatas .
NURHASANAH HIDAJATI: Pemeliharaan Pedet Sapi Perah
PEMELIHARAAN PEDET Menurut Siregar (1992), 25 - 33% dari pedet yang lahir akan mengalami kematian pada periode Kematian umumnya dise 4 bulan pertama . babkan oleh kurang pakan, pneumonia dan komplikasi gangguan pencernaan . Angka kematian tersebut dapat ditekan apabila peternak cermat dalam merawat pedetnya . a. Dari lahir sampai dengan umur 4 hari Pedet yang baru lahir tubuhnya banyak yang tertutup lendir . Oleh karena itu segera setelah lahir usahakan agar pedet dapat bernafas dengan cara membersihkan lendir di sekitar hidung dan mulutnya dengan menggunakan kain atau jerami . Ambing induk perlu dibersihkan sebelum pemerahan terutama dalam menyediakan kolostrum untuk anak . Pemberian kolostrum sebaiknya dilakukan secepatnya, dengan cara pedet menyusu sendiri atau diperahkan kemudian diberikan kepada pedet dari ember. Pedet yang baru lahir tidak mempunyai kekebalan tubuh (antibodi), dan hanya akan diperoleh dari kolostrum induknya . Dalam kolostrum terda pat "growth factor' dan "immunomudulatory factors" yang dapat mengatur kekebalan tubuh ternak (Watson dkk ., 1992) . Oleh karena itu kolostrum pertama harus sudah diberikan kepada pedet dalam waktu 1 jam pertama sesudah lahir. Apabila dalam 1 jam pertama pedet belum mendapat kolostrum maka peternak harus memaksa pedet minum kolostrum dengan cara dibantu dengan memasukkan jari yang berlumur kolostrum ke dalam mulut pedet dan menuntunnya kedalam kolostrum yang disediakan di ember. Kemampuan alat pencernaan pedet untuk menyerap antibodi dari kolostrum hanya berlangsung beberapa jam, oleh karena itu sangat dian jurkan agar dalam waktu 6 jam pertama pedet sudah mengkonsumsi kolostrum sebanyak 6% berat lahir. Jumlah tersebut sekitar 2,5 kg untuk pedet yang berat lahirnya kurang lebih 40 kg . Apabila dalam waktu 6 jam pertama pedet tidak dapat menghabiskan kolostrum sebanyak itu, maka peternak harus membantu bahkan memaksa pedet untuk minum dengan cara seperti disebutkan di atas . Hal ini dimaksudkan agar pedet rnendapatkan antibodi sebanyak mungkin, sehingga daya tahan tubuh pedet tinggi dan tidak mudah terkena penyakit terutama penyakit yang berhubungan dengan alat pencernaan . Untuk menghindarkan terjadinya infeksi pada pusar, memotong tali pusar dipotong dengan
menggunakan pisau atau gunting yang sudah disterilkan, kemudian celupkan tali pusar yang menggantung ke dalam cairan iodium . Lakukan hal itu setiap hari sampai tali pusar kering . Tali pusar yang menggantung merupakan media masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh ternak . [odium dapat mempercepat keringnya tali pusar dan sekaligus membunuh kuman . Hal lain yang perlu mendapat perhatian khusus adalah alas kandang pedet. Usahakan agar alasnya tetap dalam keadaan kering . Alas kandang dapat berupa jerami kering atau serbuk gergaji . Alas kandang yang basah/lembab adalah media yang baik untuk berkembangnya sumber penyakit . Selain itu alas kandang yang basah akan mengganggu kesehatan kulit pedet. b. Umur 5 hari sampai disapih Peternak sapi perah di Amerika melakukan penyapihan terhadap pedet yang besar dan sehat pada umur 3 - 4 minggu . Akan tetapi pada umumnya penyapihan dilakukan pada umur 6 minggu atau paling lambat umur 12 minggu (untuk pedet yang kecil dan agak lemah) . Pada masa ini pedet diberi susu murni atau susu murni ditambah kelebihan kolostrum dari induk lain ataupun susu pengganti apabila har ganya lebih murah dari susu murni dan kualitasnya baik . Menurut Sudono dkk . (1989) susu pengganti dapat dibuat sendiri tanpa harus mengimpor. Adapun jumlah susu yang diberikan kurang lebih 8%, 9%, 10%, 8% dan 5% dari berat lahir masing-rnasing untuk minggu pertama sampai dengan minggu kelima . Untuk lebih jelasnya terdapat dalam Tabel 1 . Tabel 1
Jurnlah pemberian susu (kg) pada pedet berdasarkan berat lahir dan umur pedet Umur (minggu ke)
Berat lahir (kg)
I
II
25 .0-31 .5 32 .0-37 .0 X7 .5-41 .5 42 .0-46 .5 47 .0-51 .5 52 .0-56 .5 > 46 .5
2 .5 2 .75 3 .0 3 .5 4 .0 4 .5 5 .0
2 .75 3 .0 3 .5 4 .0 4 .5 5 .0 5 .5
Sumber : Bath et .al . 1978 .
III
IV
V
3 .0 3 .5 4 .0 4 .5 5 .0 5 .5 6 .0
2 .5 3 .0 3 .5 4 .0 4 .0 4 .5 5 .5
2 .0 2 .0 2 .0 2 .5 2 .5 2 .5 2 .5
WARTAZOA Vol. 4 No. 1-2, Pebruari 1995
Pada umur satu minggu peclet harus dilatih untuk mengenal konsentrat . Hal tersebut dapat dilakukan dengan cars menempelkan konsentrat ke mulutnya sesudah memberi susu segar agar dijilati, atau dengan cara menaruh sedikit konsentrat dalam ember susunya sesudah menghabiskan susu . Sediakan sedikit konsentrat dalam kotak clan diganti setiap hari agar selalu tersedia konsentrat yang baru . Konsentrat starter untuk pedet sebaiknya menganclung 16 - 18% protein dengan kanclungan energi tinggi clan juga mengandung suplemen vitamin A clan D, disamping tepung tulang . Hal ini untuk menghinclarkan kekurangan konsumsi kalsium clan pospor setelah pedet disapih . Setelah peclet mampu mengkonsumsi kurang lebih 0,5 kg starter/hari, pemberian susu dapat dihentikan . Waktu yang dibutuhkan pedet untuk hal tersebut sangat tergantung pada individu pedet . Pedet yang berbadan besar clan sehat akan dapat disapih dalam waktu 3 - 6 minggu . Dalam Tabel 2 . disajikan contoh susunan starter untuk pedet . Tabel 2
Beberapa susunan konsentrat starter untuk pedet
Susunan
Bahan : Dedak padi Bungkil kelapa Bung . kacang tanah Bung . biji kapuk Onggok Tepungjagung garam dapur Kapur Tepung tulang Zat makanan : Bahan kering Protein kasar Energi/TDN
Konsentrat
-------------- % ---------------26,0 27,0 29,0 15,5 10 , 1,0 0 .5 85,6 20,8 75,9
30,0 23,0 12,5 32,0 10 1,0 0,5 89,3 21,0 73,8
40,0 20,0 15 25 .0 87,7 18,8 75,2
* : Siregar, 1992 * : Sudono, 1989
Pedet sudah harus diperkenalkan dengan hijauan pada minggu pertama setelah lahir . Pada saat memperkenalkan hijauan sebaiknya diberikan hijauan yang mucla clan berkualitas baik . Sebaiknya setiap hari disediakan rumput segar secukupnya untuk merangsang perkembangan rumen pe-
det yang akan mempengaruhi pertumbuhan peclet selanjutnya. Percobaan Basya (1975) memperlihatkan bahwa merangsang pertumbuhan mikroba rumen pedet dengan pemberian cairan rumen sapi dewasa tidak meningkatkan pertumbuhan . Antibiotik dapat meningkatkan nafsu makan peclet, meningkatkan pertumbuhan clan mengurangi kemungkinan terjaclinya mencret . Akan tetapi pemberian antibiotik secara rutin setelah pedet berumur 3 bulan tidak lagi bermanfaat . Anti biotik seperti Teramicin atau sejenisnya dapat clitambahkan kedalam starter sebanyak 1 % . Oleh karena itu pemberian starter sedini mungkin akan banyak bermanfaat pada pertumbuhan peclet selanjutnya . Jumlah pemberian susu yang tercantum dalam Tabel 1 harus disertai dengan pemberian starter clan rumput dimulai pada minggu pertama. Jumlah pemberian ransum pedet tercantum dalam Tabel 3. Apabila peclet telah dapat menghabiskan starter sebanyak 0,5 kg/hari, pedet sudah dapat disapih dari susu clan dilanjutkan dengan pemberian starter sampai berumur 3 bulan . Jumlah yang diberikan dapat mencapai 3 kg per hari, disamping rumput yang berkualitas baik . Sejak peclet berumur 3 bulan pemberian pakan disesuaikan dengan kebutuhan pemeliharaan ternak, apakah yaitu peclet tersebut akan dijadikan ternak pengganti induk untuk diperah atau untuk digemukkan sebagai ternak peclaging (terutama peclet jantan) .
Tabel 3 . Jumlah pemberian starter untuk, pedet sampai umur 3 bulan Umur (minggu ke)
Starter (kg)
1 - 2 3 4-5 6-7 8 9 10 11 12
(belajar) (belajar) 0,36 0,66 0,99 1,05 1,11 1,56 1,56
Rumput (kg) (belajar) (belajar) 0,24 0,44 0,66 0,70 0,74 1,04 1,20
Sumber : Sudono, 1989 .
Dalam Tabel 4 dapat dilihat ukuran -ukuran tubuh peclet yang clipelihara peternak di dperah Tanjungsari clan Jawa Timur .
NURHASANAH HIDAJATI: Pemeliharaan Pedet Sapi Perah Tabel 4
Rata-rata panjang badan dan lingkar dada pedet yang dipelihara di Tanjungsari dan Jawa Timur Umur (bulan)
Uraian
Panjang badan: Tanjungsari Jawa Timur Lingkar dada : Tanjungsari Jawa Timur Quinn *
4
5
1
2
3
Rataan Sd Rataan Sd
77,2 3,6 73,8 7,3
77,0 8,9 78,0 8,7
77,5 10,6 81,7 10,0
82,6 3,2 84,5 10,3
87,2 9,9 87,3 10,5
Rataan Sd Rataan Sd
86,8 3,2 84,9 6,5 84,0
86,3 10,0 91,7 7,7 92,5
88,5 2,2 96,2 8;0 100,2
99,6 3,9 100,7 9,5 108,75
100,2 16,8 104,9 9,6 117,5
Sumber : Tanjungsari : Hidajati dkk ., 1994 Jawa Timur : Hedah dkk ., 1994 " : Quinn, 1980 .
Dari Tabel tersebut nampak bahwa pedet di Tanjungsari lebih kecil dari pada pedet di Jawa Timur, dan pedet di kedua lokasi tersebut lebih kecil dibandingkan dengan standar Quinn . Hal tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan pedet di kedua lokasi itu belum maksimum . Pertumbuhan ternak semasa masih menjadi pedet dapat mempengaruhi produksi -ternak tersebut dimasa dewasa . Pertumbuhan yang lambat akan menunda umur birahi pertama dan kemungkinan terjadi kesulit bunting . Hedah (1994) mendapatkan bahwa umur pertama untuk dapat diinseminasi pada sapi dara hasil persilangan sapi lokal dengan pejantan dari Jepang adalah 20 bulan . Padahal di Jepang hal itu sudah dapat dilakukan pada saat pedet berumur 15 - 16 bulan dengan berat badan 350 - 400 kg . Dari beberapa temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa pemeliharaan pedet di Indonesia masih belum mendapat perhatian yang serius dari peternak . KESIMPULAN Apabila tingkat kematian pedet dalam 4 bulan pertama dari kehidupannya dapat ditekan maka akan besar artinya dalam menunjang tersedianya bakalan, baik untuk induk maupun untuk digemukkan sebagai ternak pedaging . Sehubungan dengan semakin meningkatnya permintaan akan produk ternak, maka peternak perlu melakukan langkah-langkah berikut : 1 . Mempersiapkan sebaik mungkin kondisi badan induk laktasi bunting dengan jalan menjaga
10
mutu pakannya . Selanjutnya apabila kebuntingan telah mencapai 7 bulan, harus dilakukan kering kandang dengan cara tidak memberi konsentrat . Apabila sudah mendekati waktu beranak (1 - 2 minggu sebelum beranak) konsentrat dapat diberikan kembali (lebih kUrang 2 .5 kg per hari) untuk membiasakan kembali bakteri dalam rumen terhadap pakan konsentrat yang nantinya sangat diperlukan induk . 2. Masa kering kandang sangat baik bagi induk maupun pedet, karena selama masa itu sel-sel ambing beristirahat untuk rTtempersiapkan produksi kolostrum yang sangat dibutuhkan pedet sebagai dasar pertahanan tubuhnya terhadap penyakit karena pedet dilahirkan tidak dibekali dengan antibodi . Pemberian kolostrum pertama kali harus sudah dilakukan dalam waktu 1 jam sesudah lahir . Dalam waktu 6 jam pertama pedet harus sLidah minum kolostrum sebanyak 6% berat lahir karena kemampuan alat pencernaan untuk menyerap antibodi dari kolostrum sangat terbatas . 3. Pedet sebaiknya mulai diberi konsentrat dan rumput pada minggu pertama karena kedua jenis pakan tersebut dapat merangsang per kembangan rumen yang sangat mendukung pertumbuhan pedet selanjutnya .
DAFTAR PUSTAKA Basya, S . 1975 . Pemberian cairan rumen sapi dewasa pada anak sapi perah . Bulletin LPP No .13 (33-41) . Bath, L .D ., F .N . Dickinson, H .A . Tucker, and R .D . Appleman . 1978 . Dair y Cattle : Principles, Practices, Problems, and Profits . Lea & Febiger, Philadelphia, USA . Hedah, D ., H . Basuri dan J . Pujianto . 1994 . Hasil uji zuriat calon pejantan sapi perah asal Jepang . Proc . Pertemuan Ilmiah Pengolahan dan Komunikasi Hasil Penelitian Sapi Perah . Pasuruan, 26 Maret 1994 . Sub Balitnak Grati . Hidajati, N ., T . Sugiarti, and P. Mahyuddin . 1994 . Dairy calf rearing in Tanjungsari, Sumedang (West Java) . Proc . of The 7Th AAAP . Animal Science Congress, Bali, Indonesia July 1116 .1994
WARTAZOA IfN 4 No . 1-2, Pebruari 1995
Direktorat Jenderal Peternakan . 1991 . Buku Statistik Peternakan . Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal Peternakan, Jakarta . Quinn, T . 1980 . Dairy Farm Management . Delmar Publisher, New York . Siregar, S .B . 1992 . Sapi Perah: Jenis, Teknik Pemeliharaan clan Analisa Usaha . Penebar Swadaya, Jakarta.
Sudono, A., Nursamsi clan N .A . Sigit . 1989 . Pengaruh pemberian susu pengganti terhadap pertumbuhan clan daya cerna pada anak sapi jantan peranakan Fries Holland . Proc . Pertemuan Ilmiah Ruminansia, Cisarua Bogor 8-10 Nopember 1988 . Puslitbangnak . Watson, D .L ., G .L . Francis, and F .J . Ballard . 1992 . Factor s in ruminant colostrum that influence cell growth and murine Ig . E. anti body responses . Journal of Dairy Research 59 (369-380) .