Seminar Nasional Peternakan don Yetenner 1995
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN PEDET PO DAN CROSSBREDNYA DENGAN BOS INDICUS DAN BOS TAURUS DALAM PEMELIHARAAN TRADISIONAL C. TALIB
dan A.R . SiREcAR
Balai Penelitian Temak, P.O. Box 221, Bogor 16002
ABSTRAK Dari total 12,1 juta ekor populasi sapi potong pada tahun 1997 di Indonesia, kurang lebih 75% dari jumlah tersebut adalah sapi Ongole clan keturunannya . Penyebaran bangsa sapi ini mulai dari ujung Sumatera sampai ke Maluku dengan proporsi sekitar 50% tcrsebar di Jawa . Enam puluh tujuh persen dari populasi di Jawa terdapat di Jawa Timur, di mana penelitian ini dilakukan . Penelitian dilakukan dengan menggunakan anak sapi Peranakan Ongole (PO) clan hasil persilangannya dengan Bos indicus yakni Brahman (B), dan dengan Bo .c taurus yaitu dengan Limousin (L), Simmental (S) clan Charolais (C) . Jumlah anak sapi yang terlibat dalain penelitian ini berjumlah 457 ekor. Perkawinan dilakukan dengan inseminasi buatan (1B) pada induk sapi Peranakan Ongole untuk persilangan clan campuran IB dengan kawin alain untuk PO. Parameter yang diukur adalah bobot lahir, bobot pada umur 120 hari clan 205 hari beserta pertainbaitan bobot badannya . Hasil penelitian menunjukkan unitan bobot lahir dari tcrtinggi ke terendah adalah S clan C, dan diikuti L, B clan PO dengan kisaran bobot dari 31 sainpai 24 kg. Sedangkan untuk bobot 120 hari urutan tersebut adalah L, C, B, PO clan S (124 - 95 kg)-. uniuk bobot 2115 hari adalah L, B, PO, C clan S (172 - 120 kg) . Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa dalam masa menyusui (atau kalau bolch dikatakan kecukupan pakan) maka superioritas Bos taurus terlihat yaitu dari lahir sampai dengan tuuur 205 hari dalain hal ini pedet L terlihat unggul . Tetapi bila dilihat dari pcrtambahan bobot badannya ternyata bahwa dengan bertambalinya umur l iju pcrtambahan bobot badan untuk L mcmtrun lebill tajam dari B clan PO, sedangkan pcdet S clan C terteter pertumbuliannya dalam pengelolaan pemeliharaan tradisional ini . Schingga diharapkan bahwa pada dacrah-dacrah yang cukup pakan bilamana ingin dikembangkan komersial breed dengan memanfaatkan sapi-sapi crosshred maka dapat dipilih sapi-sapi Eropa sedangkan pada lingkungan pakan yang sedikit di bawalinya maka dapat dikembangkan persilangan dengan sapi-sapi berdarah zebti . Dcngan demikian penianfaatan heterosigositas dari pedet persilangan diharapkan dapat optimum . Kata kunci : Pertumbuhan, sapi persilangan, tradisional PENDAHULUAN Wilayah Indonesia didiami oleh tiga bangsa besar sapi potong yaitu Ongole, Bali clan Madura berserta peranakan-peranakannya . Total populasi berjumlah 21,1 juta ekor dalam tahun 1997 dengan rataan peningkatan laju pertanibahan populasi sebesar 134,8 ribu ekor atau 2,06% per talum (Gambar 1) dalam kurun Nvaktu 57 tahun. Dari gainbar ini terlihat ada saatnya laju pertumbuhan positif clan ada saatnya negatif. Tentu dalam menentukan derap langkah ke depan, dengan meningkatkan evaluasi sedini nuingkin maka diharapkan pert umbulian negatif yang pernah dialami beberapa kali tersebut tidak akan terjadi lagi dalam masa mcndatang. Hal ini 200
SeminorNasionalPeternakan don Meteriner 1998
penting agar
kemandirian Indonesia dalam penyediaan
protein hewani
untuk meningkatkan
kecerdasan bangsa sebagaimana yang diamanatkan oleh konstitusi dapat tetap terjamin . Sebelum terjadinya krisis moneter sampai masa awal krisis persilangan pada sentra produksi sapi potong di Indonesia (tidak termasuk wilayah perbibitan bangsa murni) berlangsung semarak.
Dari sekian banyak bangsa pejantan yang digunakan dalam persilangan dcngan sapi Ongole / PO tercatat lebili disukai bila bangsa bapaknya
Bo.s taurus
daripada Bo .s intlicus . Lebili spesifik lagi
dari sapi Eropa yang lebitt disukai adalah Simmental dan Limousin sedangkan dari sapi zebu adalah Brahman. Banyak peneliti yang menyarankan bahwa kombinasi amara Bos
taurus
aniat
baik
(CARTWRIGHT,
1995).
untuk
membentuk
1970, KOGER
bangsa
et a/., 1975 ;
barn
GREGORY
di
wilayah
et al ., 1978
tropis
dan
1979 ;
indicus
maupun
dan
Bos
subtropis
Bitc)WNINC;
et al.,
Gambar 1 . Pembalmn populasl sapi potong di Indonesia dari whim 1941-1997 Oleh karenanya penelitian ini ditujukan untuk melihat faktor-f-iktor yang mempengandii
pertumbuhan anak-anak sapi baik PO maupun persilangannya dcngan sapi Iaurine maupun zebu
serta perbandingan pertumbuhan antar bangsa bapak dalani pemeliharaan tradisional yang tanpa
konsentrat . Diharapkan hasil penelitian ini dapat ikut memberikan sumbangan pemikiran baik bagi
pengambil kebijakan ataupun bagi peternak sendiri dalam menentukan pilihan hasil persilangan yang diinginkannya .
MATERI DAN METODE Penelitian dilakukan selania 24 bulan di Kabupalen Bojonegoro dan Magelan_ Jawa Tinulr.
Dari setiap kabupaten digunakan 4 wilayah kecamatan yang melibatkan 15 desa . Induk-induk sapi PO yang digunakan dipelihara olch petani dalam pemeliharaan tradisional dimalm pentberian pakan secara
cut and carrv
bempa hi.jauan yang berasal dari arctl sekitar tempat
kediaman
peternak . Dalam musim kesulitan hijamin uniumnya peternak memberikan jerami padi . ataupun dalam jumlah yang sangat terbams jerami lainnya yang dapat diperoleh maupun
leguminosa
polion . Induk-induk yang digunakan bervariasi umurnya, yaitu dari mulai beranak pertama sampai
20 1
Seminar Nosional Peternakan don Veteriner 1998
yang benisia 9 talntn . Peternak memperlakukan induk-induknya serupa, dalant arti tidak ada perlakuan istintewa antara kedua kabupaten . Ternak-ternak ini dipeliltara oleh para peternak yang meniang sudali berpengalanian dalam beternak sapi PO, dan tradisi pemeliltaraan ini tetap dipertaliankan dalani pengelolaan sapi-sapi persilangan . Semua ternak peliltaraan hanya diberikan renlmputan dan jcranli padi bila nlnlput sudah sulit untuk diperolelt terutama dalam musim kemarau . Pemberian konsentrat tidak ada . Bangsa pejantan yang digunakan adalah Peranakan Ongole (PO), Brahnlan (B), Limousin (L), Simmenlal (S) dan Charolais (C) . Sennta perkawinan dilakukan dengan insetninasi buatan (IB) kecuali untuk PO diterapkan baik IB maupun kawin alam . Penimbangan dilakukan setiap tiga bulan sekali untuk induk dan anak . Klntsus untuk bobot lahir pcninibangan dilakukan dalam kunin waktu 24-36 jant pascalahir . Analisis statistika menggtmakan ntetoda analisis kuadrat tcrkecil mengikuti model : Y,, ktm = It + Lokasi ; + Pejantan, + Kelalnink + Mt1S11ttl + (L*M),i + (iUumrinduk ;,ti,
+
s;it;t,
Dengan subklas yang tidak sama (SAS 6.04 for windows). Jenis kclamin dibcdakan atas jantan dan betina; dan musim terdiri dari musirn hu_jan dan musint kemarau . Sedangkan unulr induk diperlakukan sebagai kovarian dalant analisis ini . Dependen variabel adalah bobot lahir, bobot badan pada umur 120 hari, 205 hari dan pertambalian bobot badan pada masing-masing tallapaIi . HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI Lokasi penclitian Penelitian berlokasi di Kabupaten Bojonegoro dan Magetan dcngan 4 kecamatan pada masing-masingnya . Kondisi khas lingkungan penelitian ini dapat dililiat pada Tabcl 1 . Dari tabcl ini kelihatan ballwa panjangnya musinl kemarau antara kabupaten berinibang tetapi junilah curali hujan di Bojonegoro relatif lebilt baik dari pada di Magetan. Dililial kctinggian tentpat dari perntukaan laut, Bojonegoro lebili rendah dari pada di Magetan, schingga Nvalattpun junllalt curali ltujan di Bojonegoro lcbill tinggi dari Magetan tetapi yang terakhir sccara unntm Icbili sejuk. Junllah ternak runtillansia di Bojonegoro lcbill sedikit dari di Magetan . Tabel 1 .
Kondisi lingkungan penelitian mcnurut kaln,paten dan kecamatan
Kalntpaten/ Kecantatan
Musim kemarau)
Curah IMyan')
Kelrid :,tcm rmtninansia )
Ketinggian dpl°)
Kalitidu
A
Punvosari
B
A
A
A
Kapwe
B
B
A
:A
Bojonegoro
Sumber rejo Magetan
Karang rejo
Karang ntojo
Takeran
Kawedanan
B
A B B B
B
B B B A A
13
A
A
A
B
B
11 C
B
B B C
Sumber: PERKINS (1986) dan DIVAS PETERNAKAN JATIM (1997) Keterangan : 1) : A: 2-4 bulan dan B: =- dari 4 bulan ; 2) A: 1501-2000 ntm dan B: 2001-300 ntm; 3) A= 37-50 ST/kin . B= 51100 ST/km2 dan C.:, 100 ST/km2; 4) A: --100 nt dpl, B : 100 - 500 nt dpl dan C '-500-1000 nt dpl
202
Senunar Nosional Pelernokan dan 1 eteriner 1998
Analisis statistika Hasil penelitian menunjukkan balnva model aimlisis cukup akurat (P<0,01) unluk menganalisis semua dependent variabel. Dengan pengertian baliwa scbagian independent variabel (faktor atau covariate) memang cnembcrikan andil terhadap dependent variabel (Y) yang dianalisa dalam derajat yang berbeda-beda . Secara keselunlhan, bangsa pejantan (bapak) dan jenis kclamin berperan penting dalam menentukan bobot badan pada setiap tahapan kchidupan pcdet dari lahir sampai benisia sapih 205 hari, disamping lokasi dan umur induk. Seeara terperinci ditunjukkan dalam bahasan lanjutan ini . Bobot lahir Bobot lahir yang diperoleh berada dalam range 24,5-31,1 kg . Bangsa pejantan ikut menentukan (P<0,01) bobot lahir pedet di mana ketunman sapi Simmental (S) dan Charolais (C) memiliki bobot badan yang lebih tinggi dari pada sapi PO dan ketunman Brahman (B) dan Limousin (L) (Tabel 2) . Hal ini sesuai dengan potensi gcnetik yang dibawa olch bangsa pejantan di mana S dan C memiliki bobot lahir yang lebilt tinggi dari pada Limousin dan ketiganya mengtrnggtili sapi Brahman (Flss clan WIt,TON, 1993, Sm et al. . 1993, BROWNING el al., 1995).
Tabel 2.
Penganili bangsa pejantan dan jenis kelamin anak terliidap bobot lahir pedet den-an induk PO
Bangsa pejantan PO Bralunan Sinunental Limousin Cliarolais Jenis lelamin Betina Jantan
LS mems (kg) 25,4 24,5 313 25,6 27,5 25,3 29,3
lmsil
perkawinan
Standard error
0,8 0 '9
1,7 1,4 2,3 1 .4 0,7
A
A
li A Ali *) A
13
I~ctcrau~an : **) lunufl':uig herhcda d:dam kolom mrnunjukkan rcrhcclaan (1' 0,01 ) *) liunil ~ang hcrlnda d:dam kolom nmnmijukkan (~~rhedaan (I' 0.0i)
Anak jaiitan memiliki bobot lalur Nang Icbill bcsar dari lmda ~mak bcliua (P<0 .05) . Hal ini scj,llan dengan bcrbag ;ii pci j clitian N ;ing ad ;l b ; i liN~a an ;ik jantaii scc;lr;i konsisicn Icbili besar dari anak bctina pada scmua bangsa sapi . scdangkan pcngaruli Nang djscbabk~m olch lokasi, musim maupun intcraksiuya tidak tcrlilml . Dcmikian pula pcrbcclaan umur induk Mum mciumjukkan penganilmya terhadap bobot lahir pedet-pedet ini. Hal ini ticiak mcnghcrankan karena sclain 1i bobot lahir yang cukup tinggi yaitu urituk sapi crolm 0,22-0,66 (BlANE'r dan GREGORY, 1996) dan sapi zebu 0,22-0,34 (KRIESE et al., 1991), juga hal lain seperti bobot badan induk ataulnm BCS tidak masuk dalam model analisis ini . Dengan mclihat baliwa kisaran bobot lahir sapi L, S dan C di Eropa y<mg bcrkisar dari 36-49 kg (Fiss dan WILTON, 1993, Sm et al., 1993) maka titik tengali bobot pedet crossbred ini sellanlsnya bcrkisar antara 31,5-37 kg . Di sini terliliat balnva efek dari persilangan ini cukup baik secara genetik karena terjadi pcncampuran y~Ing cukup harmonis vaim mengliasilkan bobot lahir yang tidak terlampau bcsar schiiigga ti(lak terjadi kesulitan dalani mclahirkan . Simmental dan Cliarolais memiliki bobot lahir yang lebili tinggi dari pada bangsa lainnya (27-31 kg) . 20 3
Seminar Nasional Peternakon don Peteriner 1998
Pertumbuhan sampai usia 120 hari Pertambahan bobot badan harian dari lahir sampai berumur 120 hari (dalaln masa puncak laktasi) maka kelihatan bahwa kecepatan pertumbuhan pedet-pedet dipenganihi oleh bangsa bapaknya. Pedet-pedet Bos indicus yaitu PO dan B kecepatan pertunibullannya sesuai harapan . Tetapi pada pedet-pedet Bos taurus, terlihat bahwa perbedaan bangsa pejantan memberikan kontribusi yang berbeda-beda terhadap laju pertumbuhan clan bobot badan pada unulr 120 hari. Pada Bos indicus, B memiliki pertambahan bobot badan harian yang hampir lebilt baik dari PO (P< 12%). Sedangkan pada Bos taurus, pertumbuhan terbaik ditunjukkan olch pedet Limousin dan terburuk adalah Simmental (Tabel 3). Tabel 3.
Pengaruh bangsa pejantan dan Lokasi terhadap pertambahan bobot badan dari lahir-unuir 120 hari pedet hasil perkawinan dengan induk PO
Bangsa pejantan PO Bralunan Sinuuenthal Limousin Charolais Lokasi Bojonegoro Magetan
LS means (kg) 0,64 0,69 0,56 0,96 0,66
0,71
0,65
Standarzl error
**)
0,07 0,07 0,1 1 0,12 0,18
AB A B C A
0,06
A
0,06
Keterangan : '_) hurufyang berbeda dalam kolom menunjuldcan perbedaan (P :0,01) ') huruf yang berbeda dalam kolom menunjukkan perbedaan (P : 0,05)
") B
Diharapkan bahwa pedet dengan bobot lahir tertinggilah yang akan memiliki pertulnbulian tercepat (GREGORY et al., 1996), tetapi yang terlihat adalah sebaliknya, pedet L lebili baik dari C dan S. Jadi terlihat bahwa penganih heterosigositas sebagaimana yang terlihat pada bobot lahir sudah tidak terlihat lagi dalaln laju pertumbuhan pascalahir (0-120 hari) kecuali pada keturunan L. Pada bobot badan 120 hari, pedet L masih tetap konsisten mcnunjukkan superioritas atas lainnya, sedangkan C, PO dan B memiliki bobot badan yang salna (Tabel 4). Tertiliat bahwa keturunan S paling tidak sesuai dengan lingkinigan setempat di mana pcrtumbuhannya menjadi sangat lambat, dengan bobot pada umur 120 hari lianya 95 ± 12 kg. Tabel4 .
Pengaruh bangsa pejantan dan Lokasi terhadap bobot badan umur 120 hari pedet hasil perkawinan dengan induk PO
Bangsa pejantan PO Bralunan Surunenthal Limousin Charolais Lokasi Bojonegoro Magetan
LS means (kg) 101,3 109,2 95,5 124,0 105,1
110,4 103,2
Standard error 8,1 8,5 12,1 12,9 20,6
7,0 6,6
hunif Keterangan : yang berbeda dalam kolom mcnunjukkan perbedaan (I):-O,01) ') hunifyang berbeda dalam kolom mcnunjukkan perbedaan (P 0,05)
204
AB A I3 (' A
*) A B
SeminarNasional Peternakan don Veteriner 1993
Sxt et al. (1993) melaporkan bahwa pada umur 120 hari bobot badan pedet Limousin 158 kg. Dengan demikian hasil yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu 124 _+ 13 kg dapat dikatakan masih berada dalam titik tengah antara kedua bangsa PO dan L sebesar 129 kg. Hal ini menunjukkan bahwa supplai pAan dan ASI yang diperoleh pedet ketuntnan L ini masih mampu menunjang pertumbuhan sesuai dengan potensi genetik yang dibawanya . Lokasi ikut andil dalam memberikan kontribusi terhadap pertambahan bobot badan harian maupun bobot badan pada umur 120 hari. Tetapi inusim dan interaksi musim dengan lokasi tidak berpengaruh terhadap dua dependent variabel tersebut . Pertumbuhan sampai usia 205 hari Dalam pertumbuhan selanjutnya dari pedet benisia 120 hari sampai 205 hari, laju pertumbuhan pedet ketuntnan Limousin tenis terjadi penunman sehingga menyarnai kecepatan pertumbuhan yang dimiliki oleh pedet dari Brahman yaitu 0,60 kg. Jadi penunman pertumbuhan pada pedet L lebili tajam dari pedet B (Tabel 5). Demikian pula pada pedet Simmental dan Charolais serta PO. kecepatan pertambahan bobot badan harian ketiganya tenis menunin dengan kecepatan yang berbeda-beda dari pertumbuhan sebelumnya untuk mencapai rataan yang sama dalani periode pertumbuan 120-205 hari yaitu sebesar 0,39 kg. Di sini kelihatan bahwa kemampuan beradaptasi dengan lingktmgan pengelolaan tradisional terntasuk pakan dan ASI yang dikonsumsi, memiliki mckanisme yang ntmit . Seharusnya Bos indicus yang inemang berasal dari daerah tropis secara keselurulian lebili baik dari Bos taurus . Tetapi kenyataanya laju penunman PO lebih cepat dari S dan tetap sama dengan C. Apakah ttlt adalah akibat penyesuaian diri dari ketuntnan S yang pada awalnya mengalami tekanan lingktmgan paling berat (0-120 hari), membuatnya menjadi lebili mampu beradaptasi dalam keadaan kekurangan ASI dalatn periode 120-205 hari? Rancangan penelitian yang lebih khusus dalatn kondisi yang lebili terkontrol yang mungkin akan tnamlm meiiiaNvabnya . Tabel 5 .
Pengandi bangsa pejantan dan lokasi terhadap pertambahan bobot badan umur 120-205 hari pedet hasil perkawinan dengan induk PO
Bangsa pejantan
PO Bralunan Simmenthal Limousin Charolais
LS ineans (kg) 0,39 0,60 0,38 0,61 0,40
Standard error
0,11 0,20 0,15 0,13 0,16
*) A
B
A
B
A
Keterangan : *) hunifyang berbeda dalam kolom menunjukkan perbedaan (P0,05)
Di sini juga terliliat bahwa PBBH yang dihasilkan kurang menggatnbarkan potensi genetik yang dimiliki, sehanisnya pada tahapan ini (usia di atas 120 hari) pedet-pedet ini (PO, B dan L) sudall harus memperoleh tambahan pakan konsentral agar lebih mampu mengekspresikan kemampuan genetik yang dimilikinya . Sedangkan untuk pedet S dan C sebaiknya tnendapat tambahan milk replacer sejak seminggu sesudah kelahiran selama secara ekonomis menguntungkan . Bila diatnati bobot badan yang dapat dicapai pada umur 205 hari (Tabel 6), pedet ketuntnan L tetap menunjukkan keunggttlannya dengan bobot badan yang dicapai sebesar 173±14kg . Walaupun 205
Seminar Nasional Peternakon dan Veteriner 1998
dari bobot badan L lebib baik dari Brahman tetapi dalant penjelasannya sebelunlnya terlillat bahwa PBBH keduanya adalah sama. Ini menunjukkan bahwa ketunman Brahman (Bos indicus) lebih mampu beradaptasi dalam kondisi pemeliharaan tradisional yang tanpa pemberian konsentrat dari Bos taurus . Disamping itu keturunan Limousin yang walaupun adalah sapi Eropa tcrnyata dalam batasan-batasan tertentu matnpu beradaptasi dengan management tradisional yang ada . Tabel6 .
Penganih bangsa pejantan dan lokasi terhadap bobot badan umur 205 hari pedet ilasil perkawinan dengan induk PO
Bangsa pejantan
LS means (kg)
Standard error
PO
130,8
10,9
Limousin
172,7 121,6
20,3
130,6 150,2
17,8 6,9
Bralunan Simmenthal Charolais Jenis kelamin Betina Jantan
156,8 120,6
11,2 18,3 14,2
*') A B C
D C
') A B
KESIMPULAN DAN SARAN 1.
Untuk manajemen pemeliliaraan tradisional yang tanpa pemberian konsentrat, dengan pembesaran pedet hanya sampai usia 205 hari sebaiknya memilih bangsa pejantan Limousin (Bos taurus) datt Brahman (Bos indicus).
2.
Perlu dilakukan pengujian dengan manajemen (pemberian pakan tantballan/nii/k replacer) untuk beberapa ketunman crossbred agar dapat diketahui kemanlpuan aklinlatisasi niasing. masing agar dapat dimanfaatkan heterosigositas dari persilangan secara lebill baik . DAFTAR PUSTAKA
BROWNING, R. Jr ., K.L . LEITE-BROWNING, D.A . NCIENDORFF, and R.D . RANDEL . 1995 . Prewcanlng growth of Angus-(Bos taums), Brallnlan-(Bos indicus), and T u li-(S an2 a) sired calves and reproductive performance of their Brallnlan dams . J. Aninr . Sci. 73 : 2558 . CARTWRIGHT, T.C . 1970 . Selection criteria for beef cattle for the firture. J. . .hint . So . 30 : 7116 . DINAS PETERNAKANDATI I JAWATiMLIR . 1997 . Jawa Tinlllr Dalanl Allgka 1997 . Silrahaya. Fiss, C.F . and J.W . WILTON . 1993 . Contribution of breed, cow weight, and milk yield to the preweaning feedlot, and carcass traits of calves in three breed breeding systems. J. Aninr . .Sci . 71 : 2874 . GREGORY, K.E ., L.V . CuNDiFF, G.M. SMITH, D.B . LASTER, and H.A . FITZHUGH, JR . 1978 . Characterization o biological types of cattle-Cycle H: I. Birth and weaning traits . J. Aninr . .Sci. 47 : 1022 . GREGORY, K.E ., L.V . CUNDIFF, G.M. SMITH, D.B . LASTER, and H.A . FITzHuGli, .IR . 1979 . Characterization o biological types of cattle-Cycle fIl: I. Birth and weaning traits . J. .4nim. Sci.48 : 271 . GREGORY, K.E., S.E . EcHTERNKAMI', and L.V. CinNDIFF. 1996 . El7ects of twinning on dvstocia, calf survival calf growth, carcass traits and cow productivity . J. Anim . Sci.74: 1223 .
206
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
Kor,ER, M., F .M. PEACocK, W .G . KmK, and J.R. CRocKETT . 1975 . Heterosi s effects on weaning performance of Bralunan-Shorthorn calves. J. Anim. Sci. 40 : 826 . PERKINS, J.M ., A. SEMALI, P .W . ORCHARD, and R . RAct- .IAN. 1986 . A n Atlas for environmental and ruminant population characteristic of Java . A Multivariate analysis approach . Balitnak - Forage Res . Prod . An Indonesian - Australian Bilateral Project, Ciawi - Bogor . SHi, M.J., D LALoE, F. MENISSIER, and G. RENAND . 1993 . Estimation of genetic parameters of preweaning performance in the French Limousin cattle breed . Genet Set Evol. 25 : 177 .
TANYA JAWAB Benny Gunawan : Untuk membandingkan crosvbreeding ada banyak faktor yang mempengaruhinya : faktor lingkungan, umur induk, paritas, umur sapill anak Sehingga dalam analisisnya hal-hal tersebut perlu diperhatikan . Dalam membandingkan genctik x environmental interaksi sebaiknya masing-masing breed dibuat satu persamaan garis .
dll .
Chalid Talib : Dalam model sennla faktor-faktor tersebut sudah dimasukkan hanya saja faktorfaktor yang tidak berbeda nyata dikeluarkan dari model, karena yang diamati hanya perfornlans ternaknya saja, bukan mencari variabel-variabel genctik . Sofyan Iskandar : Dalam kesimpulan disebutkan ternak A Iebill besar dari ternak B, bagainlana dengan data-data penunjang dari lingkungan yang Inempenganlhinya, karena ada interaksi antara genetik dan lingkungan, sehingga breed yang direkomendasikan dapat disertai dengan syaratsyarat lingkungannya . Chalid Talib : Lingkungan tidak dapat dikuasai, karena pcnelitian ini pada kondisi peternakan rakyat, bukan di laboratoriunt . Namun demikian dalam analisis data digimakan model dengan faktor-faktor koreksinya terhadap lingkungan . Endang T . : Junilah ternak masing-masing breed berapa ? Umur induk mempenganhi BB pada umur berapa ? Chalid Talib : Total n = 474 ekor yang terbanyak ada pada PO . Uniur sapill di standardisasi pada umur 205 hari .