PEMBINAAN DISIPLIN DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI KERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT KAMBU KOTA KENDARI
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Administrasi Negara (S.AP) Pada Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Halu Oleo
OLEH : PATHUDDIN C1A1 12 188
JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2016
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Allah Subehana Wata’ala, atas segala limpahan rahmat, taufik, dan hidayah-NYA, sehingga penyusunan Hasil Penelitian yang berjudul “ Pembinaan Disiplin dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari.”ini dapat diselesaikan dengan baik, walaupun dari segi penulisan masih terdapat kekurangan, namun untuk keperluan penyempurnaan, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Melalui kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada Bapak Dr. La Ode Mustafa. R, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Adrian Tawai, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, pikiran, tenaga serta senantiasa memberikan berbagai kemudahan serta arahan dan petunjuk dalam membimbing penulis dalam penyelesaian hasil penelitian. Selanjutnya, tak lupa pula penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Usman Rianse, M.S. selaku Rektor Universitas Halu Oleo. 2. Bapak Dr. Arifin. U, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Halu Oleo. 3. Bapak Dr. Adrian Tawai, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Halu Oleo.
iv
4. Bapak Sahrun, SE, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Halu Oleo 5. Kepada seluruh Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, khususnya dosendosen yang mengajar di Jurusan Ilmu Administrasi Negra yang telah mendidik/mengajar penulis tanpa pamrih. 6. Sahabat-sahabat seperjuangan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang selalu setia menemani baik sejak masuk kuliah sampai pada penulisan karya tulis ini. Akhir kata meskipun penulisan skripsi ini masih banyak kesalahan dan tentunya masih jauh dari kesempurnaan, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Kendari,
Maret 2016
Penulis
Fathuddin
v
ABSTRAK Pathuddin (Stambuk : C1A112188) Pembinaan Disiplin dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari. Pembimbing I Bapak La Ode Mustafa. R dan pembimbing II Bapak Adrian Tawai. Tujuan dalam penelitian ini adalah 1). Untuk Mengetahui Pembinaan Disiplin Pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari. 2). Untuk Mengetahui Prestasi Kerja Pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari. Di dalam penelitian ini yang menjadi populasi sasaran (target population) adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun pegawai yang masih honor Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari sebanyak 15 orang. Mengingat kecilnya jumlah populasi yang ada, maka seluruh jumlah populasi dijadikan sebagai sampel penelitian, yakni 15 orang. Dalam penelitian ini juga ditetapkan informan kunci sebagai sumber data dipilih secara purposive (sengaja), yaitu : Camat Kambu, Sekertaris Camat Kambu dan Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Kantor Camat Kambu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembinaan disiplin yang di terapkan pimpinan pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari meliputi pembinaan disiplin absensi,ketepatan waktu pada jam kerja,mengenakan pakaian seragam dan ketaatan terhadap aturan sudah baik hal ini terlihat secara umum pegawai sangat memperhatikan kehadiran pada kantor dan selalu memprioritaskan tata tertib berpakaian serta mentaati dan mematuhi peraturan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat menunjang pencapain tujuan organisasi yang salah satunya adalah memberikan pelayanan pada masyarakat. Namun di sisi lain masih ada beberapa pegawai yang ditemui terlambat masuk kantor hal ini disebabkan karena tidak adanya pekerjaan yang mendesak untuk diselesaikan sebab pekerjaan yang menjadi beban tugasnya telah diselesaikan sebelumnya. Selain itu, peningkatan Prestasi kerja Pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari juga telah baik, ditinjau dari kerjasama, kualitas kerja, dan kuantitas kerja dalam pengurusan surat-surat ataupun akta-akta lainnya. Hal ini di pengaruhi oleh prestasi kerja pegawai yang memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan baik serta pelayanan tepat waktu dan masyarakat juga merasa puas atas hasil pelayanan yang diberikan. Kata Kunci : Disiplin, Prestasi Kerja
vi
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL JUDUL .............................................................................................. HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... HALAMAN PERYATAAN KEASLIAN ......................................................... KATA PENGANTAR ........................................................................................ ABSTRAK .......................................................................................................... DAFTAR ISI ....................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
i ii iii iv vi vii ix
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
1
A. B. C. D.
Latar Belakang......................................................................................... Rumusan Masalah.................................................................................... Tujuan Peneleitian ................................................................................... Manfaat Penelitian...................................................................................
1 4 4 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................
6
A. Konsep Pembinaan ................................................................................... B. Konsep Disiplin ........................................................................................ C. Hubungan Pembinaan Dengan Disiplin.................................................... D. Konsep Prestasi Kerja............................................................................... E. Penilaian Prestasi Kerja Pegawai .............................................................. F. Hubungan Disiplin Dengan Prestasi Kerja................................................ G. Kerangka Pikir ..........................................................................................
6 7 18 23 25 31 33
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................
35
A. Lokasi Penelitian ...................................................................................... B. Populasi Dan Sampel Penelitian ............................................................... C. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ D. Teknik Analisis Data................................................................................. E. Definisi Oprasional Variabel .....................................................................
35 35 36 36 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................
38
A. Ganbaran Umum Lokasi Penelitian .........................................................
38
1. Kecamatan Kambu Kota Kendari........................................................ 2. Gambaran Kantor Camat Kambu ........................................................ 3. Struktur Organisasi Kantor Camat Kambu Kota Kendari ...................
38 42 47
vii
B. Hasil Penilitian Dan Pembahasan ............................................................. 1. Displin Pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari ..................... a. Pembinaan Disiplin Mengenai Absensi ............................................ b. Pembinaan Disiplin dalam Ketepatan Waktu pada Jam Kerja ........ c. Pembinaan Disiplin dalam Mengenakan Pakaian Seragam …......... d. Pembinaan Disiplin Dalam Ketaatan Terhadap Aturan.................... 2. Tingkat Prestasi Kerja Pegawai pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari a. Kerjasama ......................................................................................... b. Kualitas Kerja ................................................................................... c. Kuantitas Kerja ….. ..........................................................................
48 48 48 51 53 56 58 58 61 63
BAB V PENUTUP...............................................................................................
66
A. Kesimpulan ............................................................................................... B. Saran .........................................................................................................
66 67
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian...............................................................
33
Gambar 2. Struktur Organisasi Kantor Camat Kambu Kota Kendari..............
47
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap organisasi baik swasta maupun instansi pemerintahan, memiliki visi untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.Hal itu dapat diwujud nyatakan melalui peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa.Dalam pencapaian cita-cita tersebut di butuhkan beberapa strategi yang pada dasarnya di wujudkan dalam sasaran misi organisasi maupun Instansi pemerintahan. Uraian-uraian di atas dapat di perhatikan di setiap bidang organisasi atau instansi.Dengan demikian di butuhkan beberapa usaha atau strategi yang dapat mengembangkan beraneka ragam pengetahuan setiap elemen yang ada di dalam organisasi tersebut.Negara kita memiliki jumlah organisasi yang sangat banyak, baik yang diolah oleh pihak swasta maupun milik Negara.Setiap instansi ataupun badan pemerintahan yang berdiri di bawah pimpinan Negara merupakan sarana pendukung demi terciptanya kesejahteraan masyarakat yang merupakan cita-cita bangsa yang tertuang dalam UUD 1945.Salah satu instansi yang berada di dalam naungan pemerintahan Negara Kesatuan Repulik Indonesia adalah Kantor Kecamatan. Badan inilah yang memiliki fungsi untuk membantu Walikota/Bupati dalam melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Walikota/Bupati untuk menangani sebagian tugas urusan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta tugas pemerintahan umum lainnya sesuai wilayah 1
kerjanya.Memperhatikan kondisi kepegawaian Indonesia, terutama pegawai kantor Camt Kambu Kota Kendari. Badan/Instansi ini memiliki peran yang besar dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pegawai negeri sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat mempunyai peran sangat penting dalam pembangunan untuk menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata kepada masyarakat, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Untuk melaksanakan tugas mulia itu diperlukan pegawai negeri yang mempunyai kemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Salah satu bentuk pembinaan yang dapat dilakukan didalam suatu instansi untuk meningkatkan efisiensi dan prestasi kerja pegawai dalam melaksanakan tugas pokoknya maupun organisasinya adalah melalui penegakkan disiplin.Hal ini dimaksudkan agar pegawai dalam melakukan tugasnya sehari-hari senantiasa patuh dan taat kepada berbagai ketentuan yang berlaku.Dengan harapan melalui kepatuhan tersebut, pegawai atau karyawan diharapkan menunjukkan prestasi kerja yang tinggi. Untuk menciptakan dan meningkatkan disiplin yang lebih luas dalam masyarakat, maka pada tahun 1995 pemerintah telah mencanangkan suatu 2
kebijakan yang disebut ”Gerakan Disiplin Nasional“. Kondisi disiplin nasional diharapkan di lingkungan aparatur pemerintah adalah terwujudnya aparatur yang bersih dan karakter sebagai hasil gerakan disiplin nasional (GDN). Kepatuhan para pegawai terhadap peraturan yang berlaku akan meningkatkan prestasi kerja. Hal ini dapat dipahami karena adanya disiplin maka segala bentuk kesalahan, penyimpangan dan pemborosan dapat dicegah.Karena itulah pemerintah mencanangkan gerakan disiplin nasional yang diarahkan pada terciptanya budaya tertib dan budaya kerja dimana ditandai dengan sikap disiplin merupakan persyaratan bagi tingkat prestasi kerja maksimal. Sinungan (1992;135) mengemukakan bahwa disiplin itu dapat dikembangkan melalui suatu latihan antara lain dengan bekerja menghargai waktu, tenaga dan biaya. Disiplin adalah kesanggupan pegawai untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan atau peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin hal ini tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Kedisiplinan Pegawai. Berdasarkan hasil penelitian awal penulis pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari ditemukan beberapa fakta sebagai indikasi bahwa banyak pegawai yang keluar masuk kantor pada jam kerja bahkan ada yang hadir tidak tepat waktu. Disamping itu,terdapat beberapa pegawai yang kurang profesional dalam melayani masyarakat. Melihat dan menimbang masalah yang tercantum di atas
3
sangat di harapkan adanya perubahan yang semakin baik, supaya para pegawai dapat memberikan kualitas pelayanan yang baik. Berdasarkan kenyataan yang telah dipaparkan, maka patut diduga bahwa Profesionalisme kerja pegawai pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari masih relatif rendah. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pembinaan Disiplin dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan pada bagian latar belakang masalah, maka masalah yang akan dijadikan pokok pembahasan adalah : 1. Bagaimana Pembinaan Disiplin Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari. 2. Bagaimana Prestasi Kerja Pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai beikut: 1. Untuk Mengetahui Pembinaan Disiplin Pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari. 2. Untuk Mengetahui Prestasi Kerja Pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari.
4
D. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan pertimbangan pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari dalam menentukan Pembinaan Disiplin dalam Upaya meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai. 2. Sebagai sarana penambah pengetahuan bagi penulis/peneliti tentang Pembinaan Disiplin dalam Upaya meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai, dan sebagai saran pengembangan ilmu pengetahuan yang secara teoritis telah diterima di bangku kuliah
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pembinaan Menurut peraturan pemerintaan No.20 tahun 2001, pasal 1 (7) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan pembinaan atas penyenggaraan pemerintah daerah adalah upaya yang di lakukan oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah. Pembinaan adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan di dalam organisasi untuk meningkatkan profesionalisme kerja pegawai melalui pembinaan disiplin, karir dan juga etika pegawai agar tercapainya visi dan misi organisasi. Menurut Thoha (1989:7) pembinaan adalah suatu proses, hasil atau pertanyaan menjadi lebih baik, dalam hal ini mewujudkan adanya perubahan, kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evaluasi atau berbagai kemungkinan atas sesuatu. Pembinaan kepegawaian adalah segala usaha dan tujuan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, penggunaan dan pemeliharaan pegawai dengan tujuan untuk mampu melaksanakan tugas organisasi dengan efektif dan efisien.Pembinaan dilakukan adalah dengan tujuan untuk menghasilkan pegawai yang bermutu dan berkualitas yang berdaya guna dan berhasil guna, yang dilakukan secara sistematis dan pemanfaatan potensi dan kemampuan sesuai dengan kebutuhan organisasi. Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia (depdikbud, 1990:5) bahwa pengertian pembinaan adalah proses pembuatan, cara membina pembaharuan atau penyempurnaan definisi ini menyebutkan bahwa pembinaan 6
adalah usaha atau tindakan dari kegiatan yang di lakukan secara berguna dan berhasil guna. Dari beberapa pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pembinaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk melakukan perubahan dan peningkatan kerja yang lebih baik. B. Konsep Disiplin Pada dasarnya, agar suatu pelayanan dapat berkualitas kepada masyarakat, maka para Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebagai aparat perlu memiliki sikap disiplin disadari oleh situasi lingkungan dan merupakan kebutuhan pribadi, yang merupakan tanggung jawab organisasi. Moenir (1995 : 185) mengemukakan bahwa supaya pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat itu dapat diwujudkan, maka pegawai negeri sipil sebagai aparat pemerintahan perlu disiplin, karena disiplin merupakan salah satu fakor yang menentukan keberhasilan suatu kegiatan, disamping kesungguhan dan keahlian. Menurut Moukijat (1985 : 85) mengemukakan disiplin adalah latihan atau pendidikan kesopanan dan kerohanian serta pengembangan tabiat.
Hal ini
menekankan bantuan kepada pegawai untuk mengembangkan sikap yang layak terhadap pekerjaannya. Disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
7
Pengertian disiplin yang lain dikemukakan oleh Wursanto (1985 : 21), bahwa disiplin erat hubungannya dengan sikap mental, moral yang melekat kepada diri seseorang. Jadi disiplin secara singkat adalah menunjukkan suatu sikap ketaatan seseorang kepada suatu aturan maupun ajaran yang berlaku dalam suatu organisasi dimana seseorang itu menggambungkan diri dalam organisasi tersebut atas dasar adanya kesadaran dan keinsafan, bukan karena unsur paksaaan. Selanjutnya Lateiner (1985 : 76), merumuskan kriteria disiplin yang baik, yaitu pegawai datang secara teratur cepat waktu, berpakaian pantas sesuai dengan tugasnya; mempergunakan sarana dan prasarana kerja secara hati-hati; dan memproduksi hasil kerja yang memuaskan dan mengikuti cara kerja yang telah ditetapkan. Apabila kriteria tersebut terus-menerus
dipertahankan, lama
kelamaan akan menjadi kebiasaan. Pengertian displin dikemukakan juga oleh Nitisemito (198 : 199), yang mengartikan disiplin sebagai suatu sikap, perilaku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan, baik tertulis maupun tidak tertulis. Prijodarminto (1994 : 17) berpendapat bahwa displin yang mantap pada hakekatnya akan tumbuh dan terpancar dari hasil kesadaran manusia. Dengan adanya iklim pendisplinan dan sistem yang mendukung dalam pengembangannya tentu akan memperhatikan berbagai aspeknya, dalam hal ini Prijanto (1994 : 23) mengemukakan bahwa, displin memiliki 3 (tiga) aspek, yaitu sebagai berikut:
8
1. Sikap mental(mental attitude), yang merupakan sikap taat, dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran, dan pengendalian watak. 2. Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan prilaku, norma, kriteria dan standar
yang
sedemikian
rupa,
sehingga
pemahaman
tersebut
menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan akan aturan, norma, kriteria dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses). 3. Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukan kesungguhan hati, untuk menaati segala hal secara cermat dan tertib. Menurut Davis dan Newstrom (1985 : 87), disiplin adalah tindakan manajemen untuk menegakkan standar organisasi (discipline is management action to enforce organization standards). Mathis dan Jackson (2002 : 314) mengemukakan disiplin merupakan bentuk pelatihan yang menegakkan peraturan-peraturan perusahaan. Sedangkan Saydam (1997 : 54) menyatakan bahwa disiplin adalah kemampuan untuk bersama. Selanjutnya Simamora (1999 : 746) mengemukakan pengertian disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri karyawan dan pelaksanaan sebuah organisasi. Dalam pendapat lain Robbins (1995 : 126), mengemukakan bahwa disiplin kerja dapat diartikan sebagai suatu sikap dan perilaku dan dilakukan secara sukarela dengan penuh kesadaran dan kesediaan 9
mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan atau atasan, baik tertulis maupun tidak tertulis. Ahli lain Hasibuan (2002 : 193) menggunakan istilah kedisplinan, yaitu kesadaran
dan
kesediaan
seseorang
mentaati
semua
peraturan
perusahaan/organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Jadi, seseorang akan mematuhi/mengerjakan semua tugasnya dengan baik, bukan atas paksaan. Kesediaan adalah suatu sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan organisasi, baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Mangkunegara (2001 : 129), mengemukakan bahwa displin kerja dapat diartikan sebagai pelaksanaan manajemem untuk memperteguh pedomanpedoman organisasi. Gibson, dkk. (1989 : 323) mengemukakan beberapa perilaku karyawan tidak disiplin yang dapat dihukum adalah keabsenan, kelambanan, meninggalkan tempat kerja, mencuri, tidur ketika bekerja, berkelahi, mengancam pimpinan, mengulangi prestasi buruk, melanggar aturan dan kebijaksanaan keselamatan kerja, pembangkangan perintah, pemperlakukan pelanggaran secara tidak wajar, memperlambat pekerjaan, menolak kerja sama
dengan rekan, menolak kerja
lembur, memiliki dan menggunakan obat-obatan ketika bekerja, merusak peralatan, menggunakan bahasa atau kata-kata kotor, pemogokam secara illegal
10
Pengertian lain diajukan oleh. Sastrohadiwiryo (2003 : 291) bahwa disiplin kerja adalah suatu sikap menghormati, menghargai, patuh dan taat terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan tidak mengelak untuk menerima sanksi-sanksinya apabila ia melanggar tugas dan wewenang yang diberikan kepadanya. Hal yang berkaitan erat dengan disiplin kerja adalah apa yang disebut dengan disiplin dasar, yaitu displin yang mendasari seorang pegawai harus bekerja dan melaksanakan tugas dengan penuh kesetiaan, pengabdian, kesadaran dan tanggung jawab. Dalam prektik kerja sehari-hari, pelaksanaan disiplin dasar menurut Saydam (1997 : 54) terlihat dari kepatuahn karyawan untuk sebagai berikut : 1. Mentaati jam kerja masuk dan jam pulang; 2. Mematuhi pemakaian seragam lengkap dangen atribut dan tanda pengenalnya; 3. Ikut serta dalam setiap upacara yang diwajibkan; 4. Bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap semua karyawan, atasan dan anggota masyarakat lainnya. Saydam (1997 : 54) bentuk displin kerja yang baik akan tergambar pada suasana tingginya rasa kepedulian karyawan terhadap pencapaian tujuan perusahaan; tingginya semangat dan gairah kerja serta prakarsa para karyawan dalam melakukan pekerjaan; besarnya tanggung jawab para karyawan untuk 11
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya; berkembangnya rasa memiliki dan kesetiakawanan yang tinggi dikalangan karyawan; dan meningkatkan efisiensi dan produktivitas para karyawan. Sebaliknya, melemahnya disiplin kerja para pegawai akan terlihat pada suasana kerja, seperti; angka kemangkiran tinggi, masuk kantor sering terlambat. Menurunnya gairah kerja, berkembangnya rasa tidak puas, saling curiga dan saling melempar tanggung jawab, penyelesaian pekerjaan lambat, supervise tidak berjalan baik, sering terjadi konflik antar pegawai dan menajemen. Meminjam istilah Siagian (1995 : 305), pendisplinan pegawai adalah suatu bentuk pelatihan
yang berusaha memperbaiki dan membentuk pengetahuan,
sikap dan perilaku pegawai, sehingga para pegawai yang lain serta meningkatkan prestasi. Sedangkan yang dimaksud dengan pembinaan displin adalah kegiatan yang harus selalu dilakukan oleh pimpinan kantor atau organisasi agar dapat berjalan teratur dan mudah mencapai tujuan yang sudah di tetapkan. Dengan demikian, displin kerja pegawai diharapkan terus dibina dan ditegakkan. Sedangkan menurut Sastrohadiwiryo (2003 : 296), secara umum, tujuan utama pembinanan disiplin kerja adalah demi kelangsungan perusahaan sesuai dengan motif organisasi. Adapun tujuan khusus pembinaan disiplin kerja agar para tenaga kerja menepati segala peraturan dan kebijakan ketenaga kerjaan maupun peraturan dan kebijakan perusahaan yang berlaku, baik tertulis maupun tidak tertulis, serta melaksanakan perintah menajemen dapat melaksanakan pekerjaan dengan sebaik-baiknya serta mampu memberikan servis yang 12
maksimum kepada pihak tertentu yang berkepentingan dengan perusahaan sesuai dengan bidang pekerjaan yang diberikan kepadanya; dapat menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana, barang dan jasa perusahaan dengan sebaikbaiknya; dapat bertindak dan berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku pada perusahaan; tenaga kerja mampu memperoleh tingkat produktivitas yang tinggi sesuai dengan perusahaan; baik dalam rangka jangka pendek maupun jangka panjang. Mejia dalam Moenir (1995 : 507-509), mengemukakan berdasarkan pendekatannya, disiplin dibedakan atas 2 (dua) jenis, yaitu : 1. Disiplin Progresif, yaitu yang melibatkan turut campur tangannya pihak manajemen yang memberikan kesempatan kepada para bekerja melakukan pelanggaran untuk memperbaiki kesalahan sebelum pekerja tersebut diberhentikan (dipersatuak hubungan kerjanya). Ada empat langkah/tahapan yang dilakukan dalam penerapan disiplin progresif, yaitu; a. Peringatan lisan; pekerja yang melakukan pelanggaran kecil menerima peringatan lisan dari pengawas dan membehentikan tentang kesalahannya. Jika pekerja tersebut masih melakukan kesalahan yang sama dalam waktu tertentu, mereka akan diberikan hukuman lebih berat. b. Peringatan tertulis; pekerja yang melakukan pelanggaran yang serupa dalam waktu tertentu, akan diberikan peringatan tertulis dari pengawasan. Peringatan ini dicatat dalam catatan pekerja. Pekerja diperingati agar
13
jangan mengulangi kesalahannya dalam jangka waktu tertentu. Jika masih melakukan pelanggaran kan dikenakan hukuman yang lebih berat. c. Penskoran; pelanggar yang masih melakukan kesalahan mendapatkan peringatan dengan cara diskor dari pekerjaannya tanpa dibayar dalam jangka waktu tertentu dan menerima peringatan terakhir dengan pengawas yang mengusulkan agar pekerja yang melakukan kesalahan tersebut supaya dipecat, berdasarkan pelanggaran yang dilakukannya terhadap peraturan dalam jangka waktu tertentu. d. Pemberhentian/pemecatan; pekerja yang melanggar peraturan lebih dari satu kali dalam jangka waktu tertentu akan dipecat/diberhentikan. 2. Disiplin positif, yaitu disiplin yang ditetapkan kepada pekerja dimana mereka melakukan kesalahan/pelanggaran langsung menerima akibat/resiko atas perbuatan yang dilakukannya. Dari pendapat di atas menunjukkan beragamnya para ahli dalam memandang disiplin pegawai.Namun demikian, benang merah yang dapat disimpulkan bahwa disiplin pada dasarnya adalah ketaatan atau kepatuhan pegawai pada peraturan yang berlaku.Oleh karena itu, pegawai yang disiplin berarti pegawai yang mampu mematuhi semua peraturan yang berlaku di kantornya atau organisasinya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya perilaku disiplin kerja, yakni; tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa, keadilan, pengawasan melekat, sanksi hukuman, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan. 14
Menurut
Nitisemito
(1986:199)
terdapat
mempengaruhi timbulnya perilaku disiplin kerja,
beberapa
faktor
yang
yaitu tujuan pekerjaan dan
kemampuan pekerjaan, teladan pimpinan, kesejahteraan, keadilan, pengawasan melekat (waskad), sanksi hukum, ketegasan, dan hubungan kemanusiaan. Menurut Nitisemito (1986:200), dari beberapa faktor yang mempengaruhi timbulnya perilaku disiplin kerja, kesejahteraan merupakan faktor yang dapat di penuhi oleh pihak perusahaan terhadap karyawannya, yang selanjutnya akan memberikan kepuasan dan kecintaannya terhadap perusahaan atau pekerjaannya. Jika kecintaan pekerja semakin baik terhadap pekerjanya, maka disiplin itu perlu imbang, yaitu salah satunya adalah tingkat kesejahteraan yang dimaksud, apabila kebutuhan tersebut telah dipenuhi mereka dapat hidup layak , dengan kelayakan hidup ini mereka akan lebih tenang dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan dengan ketenangan tersebut diharapkan mereka akan lebih berdisiplin. Kesejahteraan ini merupakan salah satu contoh saja di antara beberapa aspek yang berkaitan dengan disiplin kerja. Begitu pula sebaliknya, apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi mereka kurang dapat hidup dengan layak, sehingga mereka menjadi kurang tenang dalam melaksanakan tugas-tugasnya, yang pada akhirnya akan mengurangi kecintaannya terdapat perusahaan dan pada gilirannya akan terjadi pelanggaran-pelanggaran peraturan oleh para karyawan atau tindakan-tindakan tidak disiplin dengan kata lain kedisplinan karyawan menjadi buruk.
15
Menurut Hasibuan (2002 : 194), pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisplinan karyawan suatu organisasi, di antaranya; tujuan dan kemampuan, teladan pimpinan, balas jasa , keadilan, waskat, sanksi hukuman, ketegasan dan hubungan kemanusiaan. Beberapa ahli Davis dan Newstrom (1985 : 85), Siagian (Siagian (1995 : 305) umumnya membagi tindakan manajemen untuk menegakkan disiplin dalam organisasi menjadi dua jenis, yaitu; disiplin/pendisiplinan prevetif (preventive discipline) dan disiplin/pendisiplinan korektif (corrective discipline).Disiplin preventif adalah tindakan disiplin preventif ini adalah mendorong pegawai agar memiliki disiplin diri. Dengan cara ini, pegawai berusaha menegakkan disiplin diri, tanpa harus pimpinan memaksanya. Siagian (1995 : 305) mengemukakan, agar disiplin pribadi tersebut dapat semakin kokoh, paling tidak ada tiga hal yang perlu mendapat perhatian manajemen, yakni; pertama, para anggota organisasi perlu didorong agar mempunyai rasa memiliki organisasi, karena secara logika seseorang tidak akan merusak sesuatu yang merupakan miliknya. Kedua, para karyawan perlu diberi penjelasan tentang berbagai ketentuan yang wajib ditaati dan standar yang harus dipenuhi. Ketiga, para karyawan didorong menentukan sendiri cara-cara pendisplinan diri dalam kerangka ketentuan-ketentuan yang berlaku umum bagi seluruh anggota organisasi. Sedangkan Pendisiplinan korektif adalah suatu tindakan yang dilakukan setelah terjadinya pelanggaran peraturan. Tindakan ini dimaksudkan untuk 16
mencegah timbulnya pelanggan lebih lanjut sehingga tindakan di masa yang akan datang sesuai dengan standar. Dapat juga dikatakan, suatu upaya menggerakkan pegawai dalam menyatukan suatu peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan dan mengarahkan untuk tetap mematuhi peraturan sesuai dengan pedoman yang berlaku pada organisasi. Tindakan disipliner menuntut suatu hukuman terhadap karyawan yang gagal memenuhi standar-standar yang ditentukan (Simamora, 1999 : 746). Tujuan tindakan disipliner adalah memperbaiki perilaku pelanggar standar, mencegah orang lain melakukan tindakan yang serupa, dan mempertahankan standar kelompok yang konsisten dan efektif (Davis dan Nestrom, 1985 : 88) Dalam praktiknya, pengenaan sanksi korektif harus memperhatikan paling tidak tiga hal (Siagian, 1995 : 306), yakni; pertama, karyawan yang dikenakan sanksi harus diberitahu pelanggaran atau kesalahan apa yang telah diperbuatnya. Kedua, kepada yang bersangkutan diberi kesempatan membela diri. Ketiga, dalam hal pengenaan sanksi terberat, yaitu pemberhentian, perlu dilakukan “wawancara keluar” (exit interview), yang menjelaskan antara lain alasan manajemen terpaksa mengambil tindakan sekeras itu. Ditambahkan oleh Mangkunegara (2001 : 131), bahwa pelaksanaan sanksi terhadap pelanggar disiplin kerja harus dilakukan dengan memberikan peringatan, harus segera, konsisten dan hubungan pribadi. Oleh karena, disiplin pada dasarnya merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi berbagai ketentuan yang berlaku, maka setiap organisasi 17
perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus ditaati oleh para anggotanya agar penegakkan disiplin dapat dijalankan. Dalam pandangan Sastrohadiwiryo (2003 : 290), bahwa tindakan tidak efektif atau pelanggaran terhadap pedoman normative yang berlaku merupakan salah satu bentuk nyata dari tindakan ketidakdisiplinan para tenaga kerja yang tentunya merugikan perusahaan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan di atas, Saydam (1997 : 204) lebih lanjut mengatakan bahwa pembinaan disiplin pegawai dapat dilakukan melalui beberapa hal sebagai berikut : 1. Penciptaan peraturan-peraturan dan tata tertib yang harus dilaksanakan; 2. Menciptakan dan memberi sanksi bagi pelanggar disiplin; 3. Melakukan pembinaan disiplin melalui pelatihan kedisiplinan yang terusmenerus. C. Hubungan Pembinaan dengan Disiplin Moril atau semangat kerja yang tinggi memiliki hubungan yang sangat erat dengan disiplin, Moekijat (1999:138). Menjelaskan bahwa, apabila pegawai merasa berbahagia dalam pekerjaannya, pada umumnya hal itu di dorong oleh disiplin pribadi mereka sendiri, dan sebaliknya apabila moril atau semangat kerja mereka rendah, maka mereka tergolong orang yang dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik, sebagai contoh menggunakan banyak waktu sekedar minum kopi, datang terlambat, atau mungkin menyetujui perintah atasan dengan hati yang tidak senang. 18
Pembinaan disiplin pegawai adalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin pegawai. Pentingnya pembinaan atau pengembangan disiplin pegawai dalam konteks manajemen sumber daya manusia (MSDM), berangkat dari pandangan sebagai berikut: 1) Bahwa tidak ada manusia yang sempurna, terbebas dari kekhilafan dan kesalahan. Pendek kata, tidak ada manusia yang tidak pernah berbuat salah. Oleh sebab itu, setiap organisasi, termasuk instansi pemerintah perlu memiliki berbagai ketentuan yang harus ditaati oleh para anggota organisasi dan standar yang harus dipenuhi oleh setiap pegawai. Begitu pentingnya kedisiplinan, sehingga ada ahli yang berpendapat bahwa kedisiplinan merupakan fungsi operatif MSDM yang terpenting, karena semakin baik disiplin pegawai, semakin tinggi prestasi yang dapat dicapainya. Tanpa disiplin pegawai yang baik, sulit bagi suatu organisasi pemerintah mencapai hasil yang optimal. Jatman dalam tulisannya meminjam kata bijak Sun Tzu, bahwa segala kebijakan tidak mempunyai arti kalau tidak didukung oleh para pelaksananya. Hal yang demikian, berlaku pula bagi komunitas aparatur pemerintah, khususnya Pegawai Negeri Sipil (PNS). 2) Dalam tataran organisasi, manusia dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu: a) Manusia ada yang mau bekerja dan tidak mau bekerja, b) Manusia ada juga yang tidak mampu bekerja dan ada juga yang mampu bekerja. 19
Individu yang tidak mampu bekerja, artinya seseorang itu tidak mempunyai
keahlian
dan
kemampuan
untuk
melaksanakan
tugas
pekerjaannya. Orang yang semacam ini bukan tidak disiplin, melainkan kurang kemampuannya.Solusinya adalah, bukan didisiplinkan, melainkan dilatih, dididik dan ditambah kemampuannya. Sedangkan orang yang tergolong tidak mau bekerja atau tidak melaksanakan pekerjaan yang seharusnya, maka orang semacam ini yang didisiplinkan supaya mau bekerja. Sebenarnya, orang dalam kategori ini mampu bekerja, tetapi tidak mempunyai kemauan untuk melaksanakan tugas pekerjaannya.Oleh karena itu, disinilah letak perlunya disiplin. Jadi, disiplin hanya diperuntukkan bagi orang yang tidak mau bekerja, bukan diberikan kepada orang yang tidak mampu bekerja.Sebagai bagian dari aparatur pemerintah, masalah disiplin PNS, di samping sebagai kewajiban moral dari konsekuensi keberadaannya selaku penyelenggara tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan, juga merupakan tantangan logis yang tumbuh seirama dengan tuntutan perubahan dan perkembangan kemajuan masyarakat. Sebab, semakin majunya
arus
perkembangan
dan
tuntutan
perubahan
lingkungan,
berimplikasi pula pada kemajuan pola pikir dan sikap kritis masyarakat, disertai tuntutan kebutuhan pelayanan yang semakin baik dari aparatur pemerintah. Dalam keadaan demikian, diperlukan suatu kondisi dan kapasitas aparatur yang bersih dan berwibawa. Aparatur yang bersih dan berwibawa akan terwujud, bila menempatkan nilai-nilai disiplin sebagai 20
acuan hidupnya. Bersih artinya bahwa PNS sebagai pribadi memiliki ketaatan pada aturan yang berlaku dan menjadikan ketataan tersebut sebagai kebanggaan. Sedangkan berwibawa artinya, bahwa PNS sebagai pribadi memiliki kemauan dan kemampuan menjadikan pegawai atau masyarakat yang dipimpinnya untuk taat pada aturan yang berlaku. 3) Mengingat pentingnya kedudukan dan peranan PNS dalam menjalankan tugas-tugas ke depan yang semakin kompleks, maka PNS semakin dituntut untuk menunjukkan jati dirinya dalam menunaikan kewajiban, serta pengabdian pada bangsa, negara dan masyarakat. Sebab di satu sisi, beban negara dalam melaksanakan pembangunan nasional yang semakin kompleks menjadi tanggung jawab pegawai selaku abdi negara, di sisi lain, dalam kapasitasnya sebagai abdi masyarakat, harus mampu memberikan pelayanan optimal pada masyarakat yang semakin berkembang, baik dalam wawasan berpikir maupun sikap dan perilaku yang semakin kritis dalam tuntutan kebutuhan dan pelayanan dari aparatur pemerintah. 4) Disiplin pegawai tidak muncul seketika, tetapi melalui proses pembinaan yang dilakukan secara terarah, sistematis dan berkesinambungan, sehingga tercapai sosok PNS yang diinginkan. 5) Selain itu, ada dua hal yang harus dipahami berkaitan dengan konsep disiplin. Pertama, adalah disiplin diartikan sebagai kontrak kesepakatan untuk melaksanakan tugas, dan kedua, disiplin diartikan sebagai bagian dari
21
perwujudan moral. Suatu organisasi apapun, senantiasa memerlukan adanya disiplin bagi pegawainya. Bagi pegawai (aparatur), disiplin merupakan wujud terlaksananya kontrak kesepakatan bagi pegawai untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan oleh kontrak tersebut. Orang yang berdisiplin akan konsekuen terhadap kontrak atau janji yang sudah disepakati sebelumnya. Sebaliknya, orang yang tidak disiplin, moral yang diwujudkan dari sikap, perilaku dari orang tersebut perlu diluruskan. 6) Manusia dalam sebuah organisasi pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua, yaitu a) mereka yang bertindak sebagai pimpinan–atasan, dan b) mereka yang bertindak sebagai bawahan–staf. Pegawai yang bertindak selaku bawahan–staf ini hakikatnya adalah para pengikut pimpinan. D. Konsep Prestasi Kerja Definisi prestasi kerja menurut Lawler (dalam As’ad, 1991) adalah suatu hasil yang dicapai oleh kariawan dalam mengerjakan tugas atau pekerjaannya secara efisien dan efektif. Lawler & Porter (dalam As’ad, 1991) menyatakan bahwa prestasi
kerja adalah kesuksesan kerja yang peroleh seseorang dari
perbuatan atau hasil yang bersangkutan. Dalam lingkungan yang lebih luas, Jewell & Siegal (1990) menyatakan bahwa prestasi merupakan hasil sejauh mana anggota organisasi telah melakukan pekerjaan dalam rangka memuaskan organisasinya. Definisi prestasi kerja menurut Baskorowati (1987) adalah hasil atau taraf kesuksesan yang dicapai seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya, menurut kriteria yang berlaku 22
untuk pekerjaan tertentu. Selanjutnya Kastartini (1971), prestasi kerja adalah kesanggupan untuk melaksanakan pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditentukan, bermutu dan tepat mengenai sasarannya. Mangkunegara (2000:67), mengemukakan bahwa pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Hasibuan (1990) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan, serta waktu. Menurut Fhilipo (1990:250), mengemukakan indikator prestasi kerja terdiri dari: (1) kualitas : mutu kerja yang terdiri dari ketetapan, keterampilan dan kerapian, (2) kuantitas kerja : jangan hanya mempertimbangkan tugas-tugas regule tetapi juga berapa cepat karyawan menyelesaikan tugas ekstra atau mendesak, (3) ketangguhan : mengikuti perintah, kebiasaan, keselamatan yang baik, inisiatif, ketetapan waktu dan kehadiran, (4) sikap terhadap perubahan dan teman kerja. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi kerja karyawan merupakan pencapaian hasil pelaksanaan pekerjaan tertentu oleh karyawan baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Salah satu sarana penting suatu organisasi dalam rangka manajemen sumber daya manusia adalah meningkatnya prestasi kerja karyawan. Melalui pencapaian prestasi kerja yang tinggi atau memenuhi standar kerja yang telah ditetapkan, diharapkan tujuan 23
organisasi akan tercapai secara efektif dan efisien. Dalam hal ini, berbagai faktor yang mempengaruhi prestasi kerja karyawan perlu mendapat perhatian. Martoyo (2000:141) mengemukakan bahwa terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi kerja karyawan, antara lain: (1) motivasi, (2) kepuasaan, (3) tingkat stress, (4) kondisi fisik pekerjaan, (5) kompensasi, (6) aspek-aspek ekonomis, (7) aspek-aspek teknis, dan (8) pelaku-pelaku lainnya. Untuk mencapai prestasi kerja karyawan sebagaimana yang diharapkan atau sesuai standar kerja yang ada, maka baik individu yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya harus disadari oleh kompentensi dan profesionalisme yang memadai, maupun organisasi sebagai wadah pelaksanaan wewnang dan tanggung jawab karyawan. Dengan kata lain bahwa organisasi yang merupakan salah satu bentuk sistem yang terdiri dari beberapa subsistem yang berkaitan satu sama lainnya, dalam mencapai tujuan atau sasaran yang diinginkan, menuntut individu yang berprestasi sebagai bagian dari sistem. E. Penilaian Prestasi Kerja Pegawai Penilaian prestasi terhadap hasil kerja karyawan mutlak harus dilakukan untuk mengetahui prestasi kerja yang dicapai oleh setiap karyawan dan berguna bagi organisasi yang bersangkutan untuk menetapkan tindakan kebikjaksanaan selanjutnya. Sehingga mendorong mereka bergairah bekerja, dengan asumsi bahwa proses penilaiannya jujur dan obyektif serta ada tindak lanjutannya.
24
Unsur-unsur penilaian prestasi kerja karyawan sebagaimana yang dikemukakan, kedisiplinan, kreatifitas, kerjasama, kepemimpinan, kepribadian, prakarsa, kecakapan, dan tanggung jawab. Prawirosentoro (1999:236) juga mengemukakan beberapa unsur penilaian prestasi kerja karyawan sebagai berikut: 1. Pengetahuan karyawan tentang pekerjaannya, 2. Kemampuan membuat perencanaan dan jadwal pekerjaan 3. Pengetahuan tentang standar mutu pekerjaan yang diisyaratkan, 4. Tingkat produktivitas karyawan, 5. Pengetahuan teknis atas pekerjaannya, 6. Ketergantungan dengan orang lain, 7. Judgment atau kebijakan yang bersifat naluriah, 8. Kemampuan berkomunikasi baik terdapat sesama karyawan maupun terhadap atasannya. Berdasarkan pendapat diatas, dapat dijelaskan bahwa unsur-unsur penilaian prestasi kerja karyawan yang diterapkan oleh setiap organisasi tidak selalu sama, tetapi pada dasarnya unsur-unsur yang dinilai mencangkup aspek kualitas dan kuantitas output yang dihasilkan mengacu pada unsur-unsur tersebut diatas. Perusahaan maupun organisasi menggunakan penilaian prestasi kerja bagi para karyawan atau individu, mempunyai maksud sebagai langkah administratif, perusahaan atau organisasi dapat menjadikan penilaian prestasi kerja sebagai 25
acuan atau standar didalam membuat keputusan yang berkenaan dengan kondisi pekerjaan karyawan, termasuk untuk promosi pada jenjang karir yang lebih tinggi, pemberhentian, penghargaan, atau penggajian. Siagian (2006:225) mengemukakan bahwa sistem prestasi kerja yaitu suatu pendekatan dalam melakukan penilaian prestasi kerja pegawai dimana terdapat beberapa faktor yaitu: 1. Yang dinilai adalah manusia yang disamping memiliki kemampuan tertentu juga tidak luput dari berbagai kelemahan dan kekurangan. 2. Penilaian yang dilakukan pada serangkaian tolak ukur tertentu yang realistik, berkaitan langsung dengan tugas seorang serta kriteria yang tetap dan ditetapkan secara obyektif. 3. Hasil penilaian harus disampaikan kepada pegawai/karyawan yang dinilai dengan dua macam yaitu: a. Dalam penilaian yang positif menjadi dorongan yang kuat bagi pegawai/karyawan yang bersangkutan untuk lebih berprestasi lagi. b. Dalam hal penilaian tersebut bersifat negativ, pegawai/ karyawan yang bersangkutan mengetahui kelemahannya dan dengan berbagai langkah yang diperlukan untuk mengatasi kelemahan tersebut. 4. Penilaian yang dilakukan secara berkala itu terdokumentasi dengan rapih dalam setiap kepegawaian setiap orang sehingga tidak informasi yang hilang baik yang sifatnya menguntungkan maupun merugikan.
26
5. Hasil penilaian prestasi kerja setiap orang menjadi bahan yang selalu turut dipertimbangkan dalam setiap keputusan yang diambil mengenai mutasi pegawai/karyawan, baik dalam promosi, alih tugas, alih wilayah, maupun dalam membehentikan tidak atas permintaan sendiri. Syarif (1991:82) mengemukakan ukuran-ukuran untuk menilai prestasi kerja seorang pegawai yaitu : 1. Mutu, yaitu penyelesaian pekerjaan berdasarkan prosedur atau format. 2. Jumlah waktu, yaitu ketetapan dalam bekerja 3. Jumlah jenis alat yaitu keterampilan dalam menggunakan sarana yang ada 4. Pengetahuan tentang pekerjaan yaitu jumlah dan jenis-jenis pekerjaan. Selanjutnya Soejadi (1986:89) mengemukakan bahwa untuk menilai prestasi kerja pegawai antara lain: 1. Kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan 2. Inisiatif untuk melakukan cara-cara yang terbaik dalam menyelesaikan 3. Mutu dan hasil pekerjaan. Handoko (2001:135) mengemukakan beberapa elemen yang penting dalam mengukur tingkat prestasi kerja pegawai/karyawan yaitu: 1. Tingkat pencapaian rencana atau target pekerjaan yaitu keseluruhan pekerjan yang dapat diselesaikan setiap pegawai/karyawan menurut jenis dan beban kerja yang diberikan. 2. Tingkat inisiatif yaitu tingkat kemampuan pegawai/karyawan untuk mengambil keputusan atau langkah-langkah dan kebijaksanaan dalam 27
melaksanakan suatu tindakan dengan pelaksanaan tugasnya tanpa menunggu perintah dari atasan. 3. Tingkat
kreatifitas
adalah
tingkat
kemampuan
dan
keseluruhan
pegawai/karyawan untuk menentukan cara-cara yang lebih praktis, efisien tanpa menyimpang dari ketentuan prosedur yang berlaku. 4. Tingkat tanggung jawab, yaitu tingkat kesungguhan pegawai/karyawan yang menyelesaikan tugas secara tepat, dicapai sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dalam pengukuran prestasi pegawai/karyawan, yang menjadi masalah pokok adalah menetapkan kriteria pertama hal ini adalah ukuran mengenai sukses dalam pekerjaan. Usaha untuk menentukan ukuran tentang sukses itu amat sulit karena seringkali pekerjaan itu sangatlah kompleks sehingga sulit, ada ukuran output yang pasti. Husnan dan Ranun Pandjojo (1990:39), menyatakan bahwa penilaian prestasi pegawai/karyawan adalah untuk menentukan apakah suatu pekerjaan itu bisa dikerjakan dengan baik, maka deskriptif jabatan akan sangat membantu dalam penentuan sasaran pekerjaan. Organisasi maupun pegawai/karyawan perlu umpan balik di atas mereka. Hasil penilaian prestasi kerja pegawai/karyawan dapat mempertegas keputusankeputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada pegawai/karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. Agar pelaksanaan penilaian prestasi kerja pegawai/karyawan dapat dilaksanakan dengan baik, maka perlu dipersiapkan sistem-sistem penilaian yang harus mempunyai hubungan dengan pekerjaan 28
praktis, memiliki standar-standar dan menggunakan ukuran yang dapat diandalkan. Penilaian perlu dipersiapkan, penilaian sering gagal, hal ini dapat terjadi karena berbagai macam faktor yang enggan menilai hal-hal yang ekstrim walaupun seharusnya secara objektif bernilai ekstrim, menilai terlalu lunak atau telalu keras, prasangka pribadi serta menilai berdasarkan data fakta dari waktu yang paling akhir. Sejalan dengan pandangan di atas, Siagian (1999:69) menyatakan bahwa untuk menilai prestasi kerja pegawai/karyawan indicator yang digunakan meliputi: a. Kerja sama b. Kualitas kerja c. Kuantitas kerja Penilaian keberhasilan suatu organisasi dalam jangka panjang adalah menilai seberapa baik karyawan berkarya dan menggunakan informasi keberhasilan guna memastikn bahwa pelaksanaan tugas dan tanggung jawab memenuhi
atau
tidak
memenuhi
standar
kerja
meningkat
sepanjang
tahun.Penilaian prestasi kerja karyawan dapat didasarkan pada sumber data yang dubutuhkan.Sumber data yang dimaksudkan mencakup data kinerja, data personalia, serta pertimbangan-pertimbangan lainnya. Tujuan penilaian prestasi kerja adalah untuk manghasilkan informasi yang akurat tentang perilaku dan prestasi kerja anggota-anggota organisasi.Perusahaan maupun organisasi menggunakan penilaian prestasi kerja bagi para karyawan atau 29
individu mempunyai maksud sebagai langkah administrasi dan pengembangan. Secara administratif, perusahaan atau organisasi dapat menjadikan penilaian prestasi kerja sebagai acuan atau standar di dalam membuat keputusan yang berkenaan dengan kondisi pekerjaan karyawan, termasuk untuk promosi pada jenjang karir yang lebih tinggi, pemberhentian, dan penghargaan atau penggajian. F. Hubungan Disiplin dangan Prestasi Kerja Payung hukum yang diguanakan sebagai acuan dalam pembinaan disiplin pegawai untuk mencapai prestasi kerja yang baik adalah Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Pada bab III ayat I dijelaskan bahwa tujuan pembinaan Pegawai Negeri Sipil menjamin penyelenggaraan tugastugas pemerintah dan pembangunan secara berhasil guna dan berdaya guna. Sementara ayat 2 menyebutkan bahwa perwujudan dan tugas pemenuhan dan pembangunan tersebut memerlukan Pegawai Negeri Sipil yang profesional, bertanggung jawab, jujur dan adil.Melalui pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karier yang bertitik beratkan pada sistem prestasin kerja. Hubungan yang erat antara dimensi disiplin dengan prestasi kerja dikemukakan oleh Widjaya (1996:28) sebagai berikut: dalam kehidupan seharihari kita amati bahwa mereka yang disiplin lebih tinggi umumnya berprestasi lebih tinggi pula. Disiplin adalah termasuk unsur penting yang mempengaruhi prestasi suatu organisasi.
30
Maka dari pandangan di atas adalah, bahwa semakin tinggi tingkat disiplin semakin besar pula peluang berprestasi, selanjutnya Widjaya (1996:29) mengemukakan bahwa: “Tidaklah sulit untuk mengamati adanya korelasi positif antara titik prestasi suatu organisasi dengan derajat disiplin yang diterapkan”. Dengan demikian dari dua pandangan di atas, maka bahwa hubungan antara disiplin dengan prestasi kerja sangat erat, dalam arti bahwa semakin baik kedisiplinan
pegawai sangat semakin menunjang peningkatan prestasi kerja
pegawai. Penilaian prestasi kerja dalam rangka pengembangan sumberdaya manusia adalah sangat penting karena kegiatan ini dapat memberikan umpan balik kepada pegawai tentang kegiatan mereka. Sujamto (1986:95) mengatakan bahwa: “untuk mengukur tingkat prestasi kerja pegawai dapat digunakan pengukuran melalui penilaian prestasi yang meliputi : kualitas kerja, kuantitas kerja, disiplin, kerja sama, kreativitas, loyalitas, kejujuran, kepemimpinan dan tanggung jawab”. Dari penjelasan di atas nampak bahwa indikator untuk menilai prestasi kerja pegawai dapat dinilai dari kualitas, loyalitas, pemimpin, tanggung jawab, sehingga penilaian disini sangat penting untuk kemajuan prestasi kerja seseorang. G. Kerangka Pikir Pembinaan Disiplin sangat diperluhkan dalam meningkatkan prestasi kerja, karena disiplin merupakan suatu aktivitas yang tidak mungkin dihindari, jika suatu kantor atau instansi ingin mencapai hasil yang maksimal dan berjalan sesuai dengan tujuan serta rencana yang ditentukan. 31
Untuk konsep pembinaan disiplin dalam penelitian ini, peneliti mengambil teori menurut Saydam (1997 : 54) Mengemukakan bahwa pembinaan disiplin sebagai berikut : 1. Mentaati jam kerja masuk dan jam pulang; 2. Ikut serta dalam setiap upacara yang diwajibkan; 3. Mematuhi pemakaian seragam lengkap dangen atribut dan tanda pengenalnya; 4. Bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap semua karyawan, atasan dan anggota masyarakat lainnya. Sedangkan untuk konsep prestasi kerja pegwai penulis mengambil teori menurut Siagian (1999:69) menyatakan bahwa untuk menilai prestasi kerja pegawai/karyawan indikator yang digunakan meliputi: a. Kerja sama b. Kualitas kerja c. Kuantitas kerja Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada bagan kerangka pikir berikut :
32
Kerangka Pikir Penelitian
Pembinaan Disiplin :
Prestasi Kerja Pegawai :
1. Absensi 2. Ketepatan Jam Kerja 3. Mengenakan Pakaian Seragam 4. Ketaatan Terhadap Peraturan Saydam (1997 : 54)
1. Kerja Sama 2. Kualitas Kerja 3. Kuantitas Kerja Siagian (1999 : 69)
Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Pembinaan Disiplin Dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Kerja Pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari
33
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari. Dengan pertimbangan bahwa pada observasi awal memperlihatkan indikasi banyak pegawai yang keluar masuk kantor pada jam kerja bahkan ada yang hadir tidak tepat waktu. Disamping itu,terdapat beberapa pegawai juga yang kurang profesional dalam melayani masyarakat B. Populasi dan Informan Di dalam penelitian ini menjadi populasi sasaran (target population) adalah seluruh Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari sebanyak 15 orang. Mengingat kecilnya jumlah populasi yang ada, maka seluruh jumlah populasi dijadikan sebagai sampel penelitian, yakni 15 orang. Untuk memperdalam data yang diperoleh maka seluruh populasi dijadikan informan penelitian. Adapun informan kunci dalam penelitian ini sebagai sumber data yang dipilih secara purposive (sengaja), yaitu : 1. Camat Kambu 2. Sekertaris Camat Kambu 3. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Kantor Camat Kambu
34
C. Teknik Pengumpulan Data teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Studi kepustakaan (library study) yaitu mengkaji berbagai literature yang relevan dengan penelitian ini. 2. Studi Lapangan, yang terdiri dari : a. Pengamatan (observation), teknik ini digunakan untuk melihat secara langsung di lapangan mengenai kondisi yang terjadi di lokasi penelitian sesuai dengan permasalahan penelitian. b. Wawancara (interview) adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan
pertanyaan-pertanyaan
dan
yang
diwawancarai
(interviewer) yang memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan tersebut. Wawancara dilakukan kepada informan kunci, serta wawancara kepada informan biasa yang telah dipilih secara purposive (sengaja). Dalam proses wawancara tersebut menggunakan pedomn wawancara yang telah disusun sebelumnya. D. Teknik Analisis Data Di dalam peneitian ini, data yang diperoleh dalam penelitian ini, baik data primer maupun sekunder, dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif
35
kualitatif, yaitu menggambarkan setiap masalah yang diteliti secara sistematis sesuai dengan kenyataan yang ada. E. Definisi Opersional Variabel Adapun konsep operasional sebagai acuan dalam penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut : 1. Disiplin Pegawai Negeri merupakan sikap atau tingkah laku yang menunjukkan kesetiaan dan ketaatan seseorang atau sekelompok orang terhadap peraturan yang telah ditetapkan oleh instansi atau organisasinya baik yang ditulis maupun tidak ditulis sehingga diharapkan pekerjaan yang dilakukan efektif dan efisien. Adapan indikator disiplin kerja pegawai (Saydam : 1997;54) adalah : a. Absensi, yaitu pegawai wajib hadir sebelum jam kerja, dan menggunakan absen. b. Ketetapan jam kerja, kecamatan mengatur ketetapan jam kerja. Pegawai diwajibkan untuk mengikuti aturan jam kerja, tidak melakukan pelanggaran jam istirahat dan jadwal kerja lain, keterlambatan masuk kerja, dan wajib mengikuti aturan jam kerja perhari. c. Mengenakan pakaian kerja/pakaian seragam dan tanda pengenal, Seluruh karyawan wajib memakai pakaian yang rapih, sopan dan mengenakan tanda pengenal selama menjalankan tugas kedinasan. d. Ketepatan pegawai terhadap peraturan, kecamatan wajib menetapkan peraturan kepada pegawai bertujuan untuk meningkatkan tingkat disiplin 36
pegawainya adakalanya pegawai secara terang-terangan menunjukkan etika patuhan, seperti menolak melaksanakan tugas yang seharusnya di lakukan. 2. Prestasi kerja pegawai adalah penilaian pimpinan terhadap prestasi kerja pegawai, yang meliputi (1) kerjasama , (2) kualitas kerja , (3) kuantitas kerja.
37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Kecamatan Kambu Kota Kendari a. Keadaan Geografis Wilayah Kecamatan Kambu secara astronomis terletak disebelah selatan garis katulistiwa berada diantara 3º 59’ 55” - 4º 5’ 25” LS dan 122º 30’ 39” - 122º 33’ 41” BT. Sepintas tentang letak wilayah Kecamatan Kambu, sebelah utara berbatasan dengan Teluk Kendari, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Baruga, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Poasia dan sebelah barat berbatasan dengan Sungai Wanggu. Kecamatan Kambu terbentuk atas Peraturan Daerah Kota Kendari Nomor 23 Tahun 2006 yang ditetapkan pada tanggal 12 Desember 2006 dengan status Kecamatan Daerah Tingkat III\Poasia. Luas wilayah daratan Kecamatan Kambu 23.930 Km2. Wilayah Kecamatan Kambu terletak dibagian barat daya Kota Kendari. Seluruh wilayah Kecamatan Kambu berada didaratan Pulau Sulawesi. Luas wilayah Kecamatan Kambu 23.930 Km². Luas wilayah menurut kelurahan sangat beragam, Kelurahan Mokoau merupakan kelurahan yang paling luas, kemudian menyusul Kelurahan Kambu, Padaleu dan Lalolara.
38
Seperti halnya daerah lain disebagian besar wilayah Indonesia, Kecamatan Kambu hanya dikenal dua musim, musim kemarau dan musim hujan. Menurut data yang ada bahwa di Kecamatan Kambu tahun 2011 terjadi 187 hh dengan curah hujan 1.855 mm. Dengan tekanan udara rata–rata 1.009,175 millibar dengan kelembaban udara rata-rata 84,58 persen. Kecepatan angin di Kecamatan Kambu selama tahun 2011 pada umunya berjalan normal mencapai 6,6 m/detik. b. Keadaan Pemerintahan Wilayah administrasi Kecamatan Kambu dengan ibu kotanya di Kelurahan Padaleu terdiri dari empat kelurahan yaitu Kelurahan Kambu, Kelurahan Mokoau, Kelurahan Padaleu dan Kelurahan Lalolara. Letak ibu kota Kecamatan Kambu berada di Kelurahan Padaleu. Menyikapi tuntutan tetap tegaknya semangat reformasi, maka penyelenggaraan pemerintahan di wilayah Kecamatan Kambu dilaksanakan dengan prinsip demokratis, partisipasif,
transparansi
dan
akuntabel
dalam
upaya
mewujudkan
penyelanggaraan pemerintahan yang baik (good governance). Kecamatan Kambu dikepalai oleh seorang camat, yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh seorang Sekretaris Camat, Kasie Umum, Kasie Ketertiban, Kasie Kependudukan, dan Kasie Pemerintahan. Setiap kelurahan di Kecamatan Kambu dikepalai masing-masing oleh seorang lurah, sedangkan seorang lurah membawahi beberapa petugas RW yang dibantu oleh beberapa petugas RT dalam upaya untuk kelancaran pelaksanaan pembangunan.
39
Menurut klasifikasi tingkat perkembangan kelurahan, pada tahun 2011, Kecamatan Kambu mempunyai satu kelurahan swadaya, dua kelurahan swakarsa dan satu kelurahan swasembada. Dalam menjalankan roda pemerintahan lurah dibantu oleh 22 orang RW, 63 orang RT, dan 65 orang aparat kelurahan. Selain petugas RW dan RT, lurah juga dibantu oleh Lembaga Pemberdayaan masyarakat (LPM) yang terdiri dari seorang ketua dan beberapa orang anggota. Untuk memelihara keamanan dan ketertiban lingkungan kelurahan, dibangun pos kamling dengan beberapa petugas hansip. Di Kecamatan Kambu terdapat 11 pos kamling, 42 hansip dan 62 linmas yang tersebar diseluruh kelurahan. c. Keadaan Penduduk Penduduk Kecamatan Kambu tahun 2011 sebesar 27.674 jiwa. Jumlah penduduk terbesar berada di Kelurahan Lalolara yakni sebesar 12.202 jiwa, disusul Kelurahan Kambu, Kelurahan Padaleu dan Kelurahan Mokoau masing–masing 8.277 jiwa, 4.493 jiwa dan 2.702 jiwa. Kepadatan penduduk per Km² di Kecamatan Kambu sebesar 1.156,45. Kepadatan penduduk terbesar terdapat di Kelurahan Lalolara yaitu sebanyak 3.992,80, sedangkan terendah di Kelurahan Mokoau hanya 228,57. Persebaran penduduk di Kecamatan Kambu terpusat di Kelurahan Lalolara sebesar 44.09 persen, disusul Kelurahan Kambu dan Padaleu masing-masing sebesar 29.90 persen dan 16.24 persen. Sedangkan kelurahan yang paling sedikit penduduknya adalah Kelurahan Mokoau yaitu hanya 9.77 persen.
40
Struktur umur disuatu daerah sangat dipengaruhi oleh perkembangan tingkat kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk. Keadaan struktur umur di Kecamatan Kambu sebagaimana pada Tabel 3.7 sampai Tabel 3.10 menunjukkan bahwa 46 persen dari jumlah penduduk Kecamatan Kambu atau 12.718 jiwa adalah penduduk usia muda berumur 20-49 tahun. d. Keadaan Pendidikan Sebagaimana yang diamanatkan oleh GBHN, maka sasaran pembangunan pendidikan dititikberatkan pada peningkatan mutu dan perluasan kesempatan belajar disemua jenjang pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi. Upaya peningkatan mutu pendidikan yang ingin dicapai tersebut dimaksudkan untuk menghasilkan manusia seutuhnya. Sedangkan perluasan kesempatan belajar dimaksud agar penduduk usia sekolah yang setiap tahun mengalami peningkatan sejalan dengan laju pertumbuhan penduduk, dan diharapkan agar dapat memperoleh kesempatan pendidikan seluas-luasnya. Untuk sekolah negeri SD Negeri terbanyak terdapat di Kelurahan Kambu yaitu sebanyak 3 unit, disusul kemudian Kelurahan Padaleu dan Lalolara masinggmasing 1 unit, sedangkan untuk SMP Negeri hanya terdapat di Kel Kambu dan Mokoau masing-masing 1 Unit, dan untuk perguruan tinggi Negeri hanya terdapat di kel Kambu dan Lalolara sebanyak 2 unit dan 1 unit. Pada tabel selanjutnya juga di sajikan data tentang jumlah mahasiswa dan dosen pada masing –masing perguruan tinggi baik itu negeri dan swasta.
41
2. Gambaran Kantor Camat Kambu a. Struktur Organisasi Kantor Camat Kambu Struktur organisasi pada Pemerintahan Kecamatan Kambu senantiasa berpedoman pada PERDA Kota Kendari Nomor : 11 tahun 2008 tanggal 17 Maret 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Kecamatan dan Kelurahan Kota Kendari. Untuk jelasnya dapat dilihat pada lampiran. b. Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai pada Kantor Camat Kambu Dalam menjalankan aktivitas dalam organisasi para pegawai berdasarkan pada tugas dan fungsi pokok yang telah ditetapkan sebelumnya dalam Peraturan Walikota Kendari Nomor 11 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Kecamatan Kota Kendari. Adapun tugas dan fungsi pokok (tupoksi) pegawai pada Kantor Camat Kambu adalah sebagai berikut: 1) Tupoksi Camat, yakni; a) Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan oleh Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. b) Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat. c) Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum. d) Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang- undangan. e) Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum. f) Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintah ditingkat kecamatan. g) Membina penyelenggaraan pemerintah kelurahan.
42
h) Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dilaksanakan pemerintah kelurahan. i) Kecamatan dipimpin oleh seorang camat. j) Camat berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada walikota melalui sekretaris daerah. 2) Tupoksi Sekretaris Camat, yakni; a) Sekretaris mempunyai tugas membantu camat dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintah dan memberikan pelayanan administrasi kepada seluruh perangkat/aparatur Kecamatan. b) Pengumpulan
bahan
dan
petunjuk
teknis
pelaksanaan
tugas-tugas
penyelenggaraan tugas urusan kecamatan dan kelurahan serta administrasi. c) Penyusunan rencana program tahunan kecamatan dan kelurahan. d) Pelaksanaan pelayanan dan pengelolaan administrasi kecamatan yang meliputi Tata Usaha Umum dan Kepegawaian serta pengelolaan keuangan. e) Pengkoordinasian pelaksanaan tugas kepala-kepala seksi. f) Perencanaan pengadaan kebutuhan barang inventaris dan pemeliharaannya. g) Pelaksanaan evaluasi dan monitoring penyelenggaraan urusan kecamatan dan pengelolaan administrasi kecamatan.
3) Tupoksi Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian, yakni;
43
a) Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretaris yang meliputi; mlaksanakan sebagian tugas sekretariat di Sub bagian administrasi umum dan kepegawaian. b) Pengumpulan bahan dan petunjuk teknis di sub bagian administrasi umum dan kepegawaian kecamatan dan kelurahan. c) Penyusunan kegiatan operasional penyelenggaraan administrasi kecamatan. d) Pelaksanaan pembinaan pengisian dan pemeliharaan buku administrasi kecamatan. e) Pelaksanaan urusan surat menyurat, mengetik, penggandaan dan tata Kearsipan. f) Pelaksanaan urusan kesejahteraan dan kepangkatan pegawai lingkup Kantor Kecamatan. g) Pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan. h) Pelaksanaan urusan keprotokolan. i) Pelaksanaan urusan pemeliharaan dan keamanan kantor. j) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Kecamatan. 4) Tupoksi Kepala Sub Bagian Perencanaan, Pelaporan dan Keuangan, yakni; a) Mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bagian Sekretaris yang meliputi; melaksanakan tugas sekretriat dalam menyiapkan bahan penyusunan laporan hasil pelaksanaan kegiatan kecamatan. b) Pengumpulan bahan dan petunjuk teknis pelaksanaan tugas sub bagian perencanaan keuangan dan pelaporan.
44
c) Perencanaan keuangan dari masing-masing seksi serta membuat laporan tentang penyelenggaraan pemerintahan kecamatan da kelurahan. d) Penyediaan dan pemeliharaan data dan informasi kecamatan dan kelurahan. e) Pelaksanaan evaluasi kegiatan pelaporan. f) Pembuatan laporan secara berkala tentang penyelenggaraan kegiatan dibidang perencanaan keuangan dan pelaporan. 5) Tupoksi Seksi Pemerintahan dan Pelayanan Umum, yakni; a) Tugas membantu Camat dalam menyiapakn bahan perumsan kebijakan, evaluasi dan pelaporan urusan pemerintahan. b) Pengumpulan
bahan
dan
petunjuk
teknis
pelaksanaan
tugas-tugas
penyelenggaraan tugas urusan kecamatan. c) Penyusunan rencana dan program kegiatan operasional penyelenggaraan tugastugas pemerintah Kecamatan. d) Penyusunan pedoman dan petunjuk teknis pembinaan penyelenggaraan administrasi kependudukan, catatan sipil. Dan keagrarianan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. e) Pelaksanaan evaluasi dan monitoring. f) Pembuatan laporan secara berkala tentang penyelenggaraan pemerintahan di kecamatan. 6) Tupoksi Seksi Pelaksanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, yakni;
45
a) Tugas membantu Camat dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan evaluasi dan pelaporan urusan pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. b) Pengumpulan bahan dan petunjuk teknis pelaksanaan tugas seksi Pelaksanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. c) Penyusunan rencana dan program kegiatan operasional penyelenggaraan seksi Pelaksanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. d) Pengumpulan dan pemeliharaan data potensi wilayah Kecamatan. e) Penyusunan pedoman pembinaan pemberdayaan usaha ekonomi kerakyatan dan pemberdayaan kesejahteraan keluarga. f) Pelaksanaan evaluasi dan monitoring. g) Pembuatan laporan secara berkala tentang penyelenggaraan tugas seksi Pelaksanaan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. 7) Tupoksi Seksi Pembinaan Kemasyarakatan dan Ketertiban Umum, yakni; a) Tugas membantu Camat dalam menyiapkan bahan perumusan kebijakan evaluasi dan pelaporan urusan pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. b) Pengumpulan bahan dan petunjuk teknis pelaksanaan tugas seksi Pembinaan Kemasyarakatan dan Ketertiban Umum. c) Penyusunan rencana dan program kegiatan operasional penyelenggaraan Pembinaan Kemasyarakatan dan Ketertiban Umum. d) Penyusunan pedoman pembinaan pemberdayaan usaha ekonomi kerakyatan dan pemberdayaan kesejahteraan keluarga dan Keamanan dan Ketertiban Umum di lingkup Kecamatan. 46
e) Pelaksanaan evaluasi dan monitoring. f) Pembuatan laporan secara berkala tentang penyelenggaraan tugas seksi Pembinaan Kemasyarakatan dan Ketertiban Umum. 3. Struktur Organisasi Kantor Camat Kambu Kota Kendari Struktur organisasi di Kantor Camat Kambu Kota Kendari dapat dilihat sebagai berikut : GAMBAR 2. STRUKTUR ORGANISASI KANTOR CAMAT KAMBU KOTA KENDARI CAMAT
KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL
SEKRETARIS KECAMATAN
SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN
SEKSI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN & PEMBERDAYAAN MASYARAAT
SEKSI PEMERINTAHAN & PELAYANAN UMUM
SUB BAGIAN PERC. KEUANGAN & PELAPORAN
SEKSI PEMBINAAN MASYARAKAT & KETERTIBAN UMUM
LURAH
Sumber : Data Kantor Camat Kambu Kota Kendari 2016
47
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Pembinaan Disiplin Pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari Pembinaan disiplin dapat dikembangkan dengan cara kepemimpinan yang dapat dijadikan panutan atau teladan bagi para bawahan. Didepan memberi teladan, ditengah selalu membangkitkan semangat kerja dan dibelakang selalu bertindak sebagai motivator. Moekijat
(1999:138)
apabila pegawai
merasa berbahagia
dalam
pekerjaannya, pada umumnya hal itu didorong oleh disiplin pribadi mereka sendiri, dan sebaliknya apabila moril atau semangat kerja rendah, maka mereka tergolong orang yang dapat menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik, sebagai contoh menggunakan banyak waktu sekedar minum kopi, datang terlambat, atau mungkin menyetujui perintah atasan dengan hati yang tidak senang. Pembinaan disiplin pegawai aadalah kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin pegawai. Untuk mengetahui Pembinaan disiplin pegawai pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari akan dijelaskan indikatorindikatornya adalah sebagai berikut : a. Pembinaan Disiplin Mengenai Absensi Pembinaan Disiplin mengenai absensi
diartikan
sebagai sikap atau
prilaku pegawai negeri yang menunjukkan kedisplinan terhadap kehadiran dan kepatuhan pegawai pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari dengan hadir setiap hari selama 1 (satu) minggu pada hari kerja. Disiplin waktu kehadiran adalah 48
kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan dan norma-norma social yang berlaku dalam organisasi. Kesadaran dan kesediaan ini merupakan sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan terutama kehadiran dan sadar akan serta tugas jawabnya sebagai seorang ( public service) pelayanan masyarakat. Kantor Camat Kambu Kota Kendari selaku instansi pemerintahan, selalu berupaya agar para pegawai dapat mentaati segala peraturan yang ditetapakan pada kantor Camat Kambu terutama kehadiran, untuk dapat merealisasikan hal tersebut, maka pimpinan dalam hal ini Camat Kambu senantiasa menghimbau kepada para pegawai agar hadir setiap hari dalam 1 (satu) minggu pada hari kerja. Dengan mentaati segala peraturan sehingga pelayanan di Kantor Camat Kambu dapat terlaksana secara efektif dan efisien. Untuk mengetahui tanggapan informan tentang kehadiran pegawai pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari sebagai berikut : Sekretaris Camat pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari mengatakan disiplin kehadiran sebagai berikut : “kehadiran pegawai pada Kantor Camat Kambu, disini kami sangat memperhatikan kehadiran, kami selalu berupaya untuk hadir di kantor sesuai dengan aturan pada kantor Camat Kambu Kota Kendari.(Wawancara, Maret 2016).” Selanjutnya Kasi Ketentraman dan Ketertiban kantor Camat Kambu Kota Kendari tentang Disiplin Kehadiran Pegawai, berikut ungkapannya:
49
“Tingkat kehadiran pegawai sangat baik, kami pegawai disini sangat memperhatikan kehadiran yaitu datang tepat waktu dan pulang kantor sesuai dengan waktu yang ditetapkan.(Wawancara, Maret 2016).” Berikut Kasi Pelayanan Umum Kecamatan Kambu Kota Kendari dengan hal senada mengungkapkan bahwa: “kalau masalah disiplin kehadiran pegawai pada Kantor Camat Kambu disini sangat disiplin pegawai selalu hadir setiap hari kerja sehingga banyak pekerjaan yang dapat diselesaikan.(Wawancara, Maret 2016).” Hal serupa juga diungkapkan oleh Kasi Kesejahteraan Rakyat Kantor Camat Kambu Kota Kendari bahwa : “kami selaku pegawai selalu disiplin mengenai kehadiran dengan hadir selama satu minggu pada hari kerja, untuk mengoptimalkan pelayanan kami kepada masyarakat.(Wawancara, Maret 2016).” Selanjutnya
Kasubag
Umum
dan
Kepegawaian
juga
menyatakan
pendapatnya tentang Disiplin Kehadiran pegawai pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari, berikut pernyataannya: “seluruh pegawai telah berupaya tepat waktu untuk hadir setiap hari ke kantor sesuai dengan jadwal yang ditetapkan, walaupun masih ada sebagian pegawai yang sering keluar pada jam kantor, hal ini karena pegawai mempunyai urusan pribadi.(Wawancara, Maret 2016).” Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin tentang kehadiran pegawai pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari berada pada kategori baik. Pegawai sangat memperhatikan kehadiran dan hadir sesuai jadwal yang ditetapkan sehingga dapat mengoptimalkan pelayanan kepada masyarakat. Hal ini dapat mendukung terciptanya organisasi yang efektif dan efisien. Namun ada sebagian pegawai yang kurang disiplin, hal ini disebabkan karena pegawai mempunyai kesibukan yang menyangkut urusan pribadi sehingga menghambat 50
pelayanan kepada masyarakat dan mengakibatkan hasil kerja yang ditampilkan kurang maksimal. b. Pembinaan Disiplin dalam Ketepatan Waktu pada Jam Kerja Disiplin di sini diartikan sebagai sikap atau tingkah laku yang menunjukkan ketaatan terhadap jam kerja yang meliputi kepatuhan pegawai pada jam kerja dalam melaksanakan tugas dengan tepat waktu dan benar. Disiplin waktu adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan terutama norma-norma sosial yang berlaku dalam suatu organisasi. Kesadaran dan kesediaan di sini merupakan sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan terutama jam kerja dan sadar akan tugas serta tanggung jawabnya sebagai seorang pelayan masyarakat. Kantor Camat Kambu Kota Kendari selaku instansi pemerintah, selalu berupaya agar pegawai dapat menaati segalah peraturan yang diterapkan pada kantor Camat Kambu terutama kepatuhan terhadap jam kerja sehingga pelayanan terhadap masyarakat dapat berjalan dengan baik. Untuk dapat merealisasikan hal tersebut, maka pimpinan dalam hal ini Camat Kambu senantiasa menghimbau kepada para pegawai agar hadir pukul 7.30, sehingga dapat menyiapkan segalah keperluan yang berkaitkan dengan pekerjaan dan pulang kerja pukul 16.00 Wita. Dengan menaati segalah peraturan dan menjalankan disiplin waktu, sehingga pelayanan-pelayanan di Kantor Camat Kambu Kota Kendari kepada masyarakat dapat dilaksanakan dengan optimal.
51
Untuk mengetahui tanggapan responden tentang ketepatan terhadap jam kerja pegawai berikut ungkapan Sekretaris Camat Kambu Kota Kendari mengatakan: “ketepatan waktu pegawai pada kantor Camat Kambu Kota Kendari sudah baik, karena pegawai sangat memperhatikan disiplin waktu kerja yaitu datang tepat waktu dan menyiapkan segenap keperluan kerja yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. (Wawancara, Maret 2016)”. Hal tersebut juga diungkapkan Kasubag Perencanaan dan Keuangan pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari mengungkapkan bahwa: “Menurut saya disiplin waktu pegawai disini sudah cukup baik dan sesuai aturan masuk kantor pukul 07.30 wita dan pulang kantor pukul 16.00, kami disini selalu berupaya menjalankan disiplin waktu dengan sebaikbaiknya.” (Wawancara, Maret 2016). Dengan demikian ketepatan waktu pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari berada pada kategori baik, hal ini terlihat pada pegawai yang memperhatikan disiplin waktu kerja yaitu masuk kantor pukul 07.30 wita dan pulang kantor pukul 16.00 dan selalu melaksanakan disiplin waktu dengan baik. Selanjutnya Kasi Pelayanan Umum pada kantor Camat Kambu Kota Kendari mengatakan tentang ketepatan waktu bahwa : “pegawai disini sangat disiplin dan pimpinan disini senantiasa menghimbau pegawai untuk selalu menerapkan disiplin waktu baik disiplin waktu hadir di kantor, pulang kantor maupun disiplin pelaksanaan pekerjaan mereka. (Wawancara, Maret 2016)” Hal serupa juga di ungkapkan Kasi Ekonomi dan Pembangunan Pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari tentang ketepatan waktu mengatakan bahwa :
52
“masalah disiplin tepat waktu kami sangat disiplin baik waktu masuk kantor maupun waktu pulang kantor dan waktu pelaksanaan tugas kami.”(Wawancara, Maret 2016). Selanjutnya Kasubag Umum dan Kepegawaian Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari berdasarkan hasil wawancara mengatakan bahwa: “disiplin waktu Pada Kantor Camat Kambu sudah baik para pegawai dituntut masuk kerja sesuai jam kantor yang ditetapkan walaupun Sering dikunjungi ada beberapa pegawai yang terlambat masuk kantor karena tidak adanya pekerjaan yang mendesak untuk diselesaikan. (Wawancara, Maret 2016).” Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa ketepatan waktu kerja pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari berada pada kategori baik hal ini terlihat pada pimpinan yang senantiasa menghimbau pegawai untuk selalu menerapkan disiplin waktu baik disiplin waktu hadir dan pulang kantor maupun disiplin waktu pelaksanaan pekerjaan dan terlihat pula pada pegawai yang memperhatikan ketepatan waktu kerja sehingga dapat menyelesaikan tugas sesuai yang diharapkan Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari. Namun Sering dikunjungi beberapa pegawai yang terlambat masuk kantor karena tidak adanya pekerjaan yang mendesak untuk diselesaikan hal ini disebabkan karena pekerjaan yang menjadi beban tugasnya telah diselesaikan sebelumnya. c. Pembinaan Disiplin dalam Mengenakan Pakaian Seragam Disiplin pada peraturan disini di artikan sebagai kepatuhan menggunakan pakaian seragam.Peraturan maupun tata tertib yang tertulis dan tidak tertulis dibuat agar tujuan suatu organisasi dapat di capai dengan baik.Untuk itu di butuhkan sikap loyalitas dari pegawai terhadap aturan yang telah di tetapkan tersebut. 53
Loyalitas di sini berarti taat dan patuh dalam melaksanakan perintah dari atasan dan peraturan, tata tertib yang telah di tetapkan serta ketaatan pegawai dalam menggunakan kelengkapan pakaian seragam yang telah di tentukan organisasi atau lembaga. Pimpinan kantor Camat Kambu Kota Kendari selalu menghimbau para pegawainya untuk selalu mentaati peraturan dan tata tertib serta selalu menggunakan pakaian seragam dengan lengkap bila masuk kantor untuk melaksanakan pekerjaan atau dimanapun mereka melaksanakan tugas, karena pakaian seragam yang lengkap dari seorang pegawai menunjukkan identitas dari para pegawai itu sendiri terutama pegawai yang berstatus pegawai negeri sipil. Untuk
dapat
mengetahui
tanggapan
informan
terhadap
kepatuhan
menggunakan pakaian seragam pegawai pada kantor Camat Kambu Kota Kendari berikut
Sekretaris
Camat
pada
Kantor
Camat
Kambu
Kota
Kendari
mengungkapkan bahwa: “menurut saya para pegawai senantiasa menggunakan pakaian seragam dengan lengkap sesuai dengan peraturan yang diberikan. pimpinan disini senantiasa menghimbau pegawainya untuk selalu mentaati peraturan dan tata tertib serta selalu menggunakan pakaian seragam dengan lengkap bila masuk kantor untuk melaksanakan pekerjaan. (Wawancara, Maret 2016).” Hal tersebut juga diungkapkan Kasi Kesejahteraan Rakyat mengenai disiplin dalam mengenakan pakaian yaitu sebagai berikut : “mengenai disiplin dalam mengenakan pakaian seragam kami di sini telah disiplin, yaitu menggunakan perlengkapan pakaian seragam dengan lengkap bila masuk kantor dan dalam melaksanakan tugas kami karena pakaian
54
seragam kami menunjukan identitas kami selaku pegawai. (Wawancara, Maret 2016).” Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pegawai pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari berada pada kategori baik hal ini terlihat pada pimpinan telah menghimbau pegawainya untuk selalu mentaati peraturan dan tata tertib dan terlihat pada pegawai yang selalu menggunakan pakaian seragam dengan lengkap bila masuk kantor. Kasubag Umum dan Kepegawaian pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari mengatakan bahwa: “menurut saya pegawai senantiasa menggunakan pakaian seragam,walaupun sering ditemui beberapa pegawai yang tidak menggunakan kelengkapan pakaian seragam dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan, tapi walaupun sebagian pegawai tidak menggunakan kelengkapan seragam dalam sehari tetap tidak mengganggu tugas dan pekerjaannya. (Wawancara, Maret 2016).” Selanjutnya Kasi Pelayanan umum mengenai disiplin dalam mengenakan pakaian seragam sebagai berikut : “Dalam Pelaksanaan tugas, disiplin dalam mengenakan pakaian merupakan hal yang sangat penting, Saya Selaku Kasi Pelayanan umum selalu mematuhi peraturan yang ada, baik tata tertib berpakaian maupun peraturan yang lainnya”. (Wawancara, Maret 2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin mengenakan pakaian seragam pegawai pada kantor Camat Kambu Kota Kendari berada pada kategori cukup baik hal ini terlihat pada pegawai yang memprioritaskan tata tertib berpakaian walaupun ada beberapa pegawai yang
55
ditemui tidak menggunakan kelengkapan seragam namun tidak mengganggu tugas dan pekerjaan. d. Pembinaan Disiplin Dalam Ketaatan Terhadap Aturan Disiplin di sini diartikan sebagai sikap atau tingkah laku yang patuh dan taat pada peraturan yang berlaku, pegawai yang patuh dan taat pada peraturan senantiasa akan melaksanakan tugas dan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja, selalu memiliki sikap disiplin yang cukup tinggi dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan, dalam artian selalu berusaha menaati peraturan dan berusaha menjaga kelancaran kerja sehingga pencapaian tujuan dalam suatu organisasi dapat terwujud. Pegawai pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari senantiasa patuh dan taat pada peraturan yang berlaku, kecamatan wajib menetapkan peraturan kepada pegawai yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat disiplin pegawainya. Untuk mengetahui tanggapan informan tentang disiplin dalam ketaatan pada peraturan berikut pernyataan Sekretaris Camat Kambu Kota Kendari mengatakan bahwa: “ketaatan pegawai terhadap peraturan pada kantor Camat Kambu Kota Kendari kami sangat taat. kami bekerja berdasarkan peraturan yang ditetapkan dan menggunakan peralatan yang telah di sediakan serta memelihara sarana dan prasarana dengan sebaik-baiknya.”(Wawancara, Maret 2016). Hal serupa juga diungkapkan oleh Kasi Kesejahteraan Rakyat Kecamatan Kambu Kota Kendari mengungkapkan bahwa:
56
“para pegawai di sini selalu taat pada peraturan kantor dan selalu melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh yaitu melayani masyarakat sesuai peraturan yang ada”(Wawancara, Maret 2016). Dengan demikian pembinaan disiplin dalam ketaatan terhadap peraturan pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari berada pada kategori baik, hal ini terlihat pada pegawai yang selalu patuh pada peraturan yang telah ditetapkan dan bekerja menggunakan sarana yang ada serta melaksanakan tugas dengan sungguhsungguh. Selanjutnya Kasi Pelayanan Umum pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari mengatakan bahwa : “kalau masalah taat kami selalu taat pada peraturan kantor kami bekerja Berdasarakan prosedur kerja dan bekerja dengan sungguh-sungguh berdasarkan tugas pokok kami.” (wawancara, Maret 2016).
Hal ini pula di kemukakan oleh Kasubag. Umum dan Kepegawaian pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari yaitu sebagai berikut : “pegawai yang taat merupakan pegawai yang melaksanakan pekerjaannya dengan sebaik-baiknyadan menggunakan kemampuan yang dimilikinya serta senantiasa menjaga kelancaran kerja dan kami disini selalu berusaha mentaati dan mematuhi peraturan kantor.”(Wawancara
Maret 2016).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan disiplin dalam ketaatan pada peraturan kerja, pegawai pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari telah berjalan dengan baik, hal ini ditinjau dari para pegawai yang
57
selalu menaati dan mematuhi peraturan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat menunjang kegiatan kantor berjalan dengan lancar, serta adanya kesanggupan para pegawai dalam menghadapi pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Tingkat Prestasi Kerja Pegawai pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari Prestasi kerja merupakan hasil yang dapat dicapai seseorang di dalam melakukan pekerjaan yang menjadi tugasnya yang didasari oleh pengetahuan, sikap, keterampilan dan motivasi. Prestasi kerja pegawai sangat di harapkan dalam setiap instansi, baik instansi pemerintah maupun instansi swasta.Untuk mengetahui Tingkat Prestasi Kerja pegawai pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari akan dijelaskan indikator-indikatornya adalah sebagai berikut : a. Kerjasama Untuk menyelesaikan tugasnya, seorang pegawai pada umumnya tidak harus menghindarkan keharusan untuk berhubungan dengan orang lain. Orang lain ini dapat berupa atasannya, bawahannya, rekan kerjanya, atau juga bisa dengan orang lain di luar organisasinya. Tidak jarang kemampuan berhubungan dengan orang lain ini memainkan peranan penting dalam keberhasilan kerja pegawai yang bersangkutan. Kerjasama juga merupakan tulang punggung bagi kehidupan organisasi. Hanya dengan bekerjasama orang akan berhasil mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan dengan hasil yang optimal . Dalam hal ini kerjasama yang dimaksud contohnya yaitu seluruh pegawai berkerjasama dalam menyelesaiakan pekerjaan sesuai dengan tugasnya masing-masing, apabila
58
pegawai mengalami kesulitan dalam proses penyelesaiannya, maka pegawai yang lain dituntut untuk membantu sesuai dengan kemampuan yang ada . Prestasi kerja dapat diwujudkan dalam kerjasama. Kerjasama dapat dilihat dari hasil kerjasama dalam menyelesaikan tugas pekerjaan dan kerja sama dalam tim . Kerjasama dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dibebankan yaitu kesanggupan seorang pegawai untuk bekerja bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul resiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya. Sedangkan kerjasama dalam tim adalah kemampuan seseorang pegawai untuk bekerja bersama-sama dengan tim/kelompok lain dalam menyelesaikan tugas yang ditentukan, sehingga tercapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Hal ini diperkuat dengan ungkapan Kasubag Umum dan Kepegawaian Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari yaitu sebagai berikut : “Kerja sama Pegawai Kantor Camat Kambu terbangun dengan baik, karena masing-masing pegawai bekerja sesuai dengan keahliannya masingmasing pegawai, masing-masing pegawai mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menyelesaikan pekerjaannya namun demikian kerjasama antara pegawai satu dengan yang lainnya tetap terjalin dengan baik”. (Wawancara, Maret 2016). Dari hasil wawancara di atas , dapat dilihat bahwa kerjasama antar pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari sudah baik, dimana seluruh pegawai sudah mampu bekerja dalam satu tim dalam meyelesaikan tugas-tugas yang ada.
59
Selanjutnya di ungkapkan oleh Kasubag Perencanaan dan Keuangan Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari tentang kerjasama mengatakan bahwa : “Kerjasama kami masing-masing pegawai sesuai keahlian dan posisi masing-masing semua dapat kami selesaikan dengan hasil kerjasama yang baik antar sesama pegawai kantor camat Kambu ”. (Wawancara, Maret 2016). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kerjasama antar pegawai satu dengan yang lainnya terjalin dengan baik dalam menyelesaikan pekerjaan yang dilakukan pegawai sudah diterapkan khususnya dalam menyelesaikan tugas sesuai yang diharapkan Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari Selanjutnya Kasi Pelayanan Umum Camat Kambu mengungkapkan bahwa: “Menurut saya kerjasama yang kita jalin antara sesama pegawai Camat Kambu sudah terjalin dengan cukup baik” (Wawancara, Maret 2016). Hal tersebut senada dengan ungkapan Sekretaris Camat Kambu sebagai berikut : “Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab kerja di kantor Camat merupakan pekerjaan yang harus dikerjakan oleh Tim, jadi kerjasama adalah modal utama untuk keberhasilan kerja Di Kantor Camat Kambu Kota Kendari”(Wawancara, Maret 2016). Berdasarkan hal tersebut di atas Camat Kambu Kota Kendari juga mengatakan hal yang sama yaitu : “Kerjasama para pegawai Camat Kambu sudah baik, hal ini terbukti dari hasil kerja yang di selesaikan, semua keputusan yang diambil berdasarkan hasil forum dan suara terbanyak, dan kerjasama juga merupakan modal utama bagi para pegawai Camat Kambu”. (Wawancara, Maret 2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas, secara umum kerjasama pada kantor Camat Kambu Kota Kendari sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari keputusan 60
yang diambil pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari berdasarkan hasil forum dan suara terbanyak ini menunjukkan bahwa adanya kerjasama pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari. b. Kualitas Kerja Kualitas kerja adalah mutu dari hasil kerja yang di dapatkan dari seorang pegawai dalam menyelesaikan pekerjaan. Kualitas adalah satu dari indikator prestasi kerja. Pegawai dapat menyelesaikan pekerjaannya berdasarkan prosedur kerja, serta keteraturan dan ketelitian dalam bekerja sehingga mencapai mutu kerja yang tinggi. Sebaliknya apabila pegawai tidak dapat menyelesaikan pekerjaan atau lambat dalam bekerja serta tidak berdasarkan prosedur kerja, maka dikatakan prestasi kerja atau kualitas kerjanya rendah atau hasil kerjanya tidak mempunyai mutu yang tinggi seperti yang di harapkan. Dalam penelitian ini kualitas kerja dapat dilihat bagaimana seorang pegawai dapat menyelesaikan pekerjaannya, serta keteraturan dan ketelitian dalam bekerja. Hal tersebut di ungkapkan Kasi Kesejahteraan Rakyat Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari, yaitu sebagai berikut : “Sampai saat ini seluruh pegawai sudah cukup terampil dalam meyelesaikan tugas-tugas yang didasarkan pada prosedur kerja, dan menghasilkan mutu kerja yang cukup baik”. (Wawancara, Maret 2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas menyatakaan Pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari sudah cukup terampil dalam menyelesaikan tugastugas berdasarkan
prosedur kerja. Hal ini seperti yang di kemukakan oleh 61
Kasubag Umum dan Kepegawaian Kantor Camat Kambu Kota Kendari tentang kualitas kerja pegawai sebagai berikut : “Berbicara masalah kualitas kerja pegawai pada Kantor Camat Kambu memang tidak bisa dipungkiri lagi, karena semua pegawai kantor camat Kambu di tahun ini dapat menyelesaikan semua beban kerja yang diberikan kepadanya, namun demikian kami juga tidak dapat berbangga diri, tanpa adanya respon positif dari masyarakat yang ada Di Kecamatan Kambu Kota Kendari”(Wawancara, Maret 2016). Selanjutnya Kasi Ekonomi Pembagunan Di Kantor Camat Kambu Kota Kendari mengatakan tentang kualitas kerja pegawai sebagai berikut : “Kualitas kerja pegawai Kantor Camat Kambu sudah sangat maksimal sebab dengan adanya pembagian tugas dimasing-masing pegawai sesuai dengan posisi serta sesuai keahliannya masing-masing pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari” (Wawancara, Maret 2016). Hal serupa juga di ungkapkan oleh Sekretaris Camat Kambu Kota Kendari yakni : “Pegawai yang ditugaskan di Kantor Camat adalah pegawai yang memiliki kualitas dan integritas yang baik dan tinggi.” (Wawancara, Maret 2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas Camat Kambu Kota Kendari menjelaskan bahwa : “Dari banyak tugas yang diberikan kepada setiap pegawai sesuai dengan keahliannya secara umum pelaksanaannya sudah cukup baik dan memuaskan” (Wawancara, Maret 2016). Dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa kualitas kerja Pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari sudah cukup baik, dimana seluruh pegawai sudah cukup mampu menyelesaikan tugas-tugas yang ada dengan kualitas kerja yang cukup baik. 62
c. Kuantitas Kerja Kuantitas Kerja adalah tingkat pencapaian atau
jumlah kerja yang di
hasilkan oleh seseorang pegawai dalam suatu pekerjaan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pekerjaaan yang dapat diselesaikan pegawai dalam bekerja, penggunaan waktu tertentu, kecepatan dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya sesuai dengan jumlah kerja yang diberikan. Dengan demikian kuantitas kerja dapat dilihat dari jumlah kerja dan penggunaan waktu. Jumlah kerja adalah banyaknya tugas pekerjaan yang dapat dikerjakan sedangkan penggunaan waktu adalah banyaknya waktu yang digunakan dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan. Jumlah kerja yang banyak yang dapat diselesaikan dan dilaksanakan dengan tepat waktu akan menghasilkan mutu kerja yang tinggi , hal tersebut juga berarti, pekerjaan yang dilaksanakan mempunyai prestasi kerja yang tinggi berdasarkan tahap penyelesaiannya. Hal ini diungkapkan oleh salah satu informan penelitian yaitu Sekertaris Camat Kambu Kota Kendari, yaitu sebagai berikut : “Dalam hal ini pegawai sudah cukup mampu menyelesaikan jumlah kerja sesuai target kerja yang diberikan, dimana setiap pegawai sudah melakukan pekerjaan berdasarkan waktu yang ditentukan berdasarkan banyaknya pekerjaan yang ada”. (Wawancara, Maret 2016). Selanjutnya pegawai Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari mengatakan bahwa : “Kuantitas sumber daya manusia tanpa disertai dengan kualitas yang baik akan menjadi beban kerja, tapi pada Kantor Camat Kambu ini kami berbagi tugas masing-masing pegawai menyelesaikan tugasnya sesuai keahlian masing-masing, dimana tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) yang 63
diberikan kepada kami dapat kami jalankan dengan baik serta penuh rasa tanggung jawab” (Wawancara, Maret 2016). Hal serupa di ungkapkan juga Sub Bagian Perencanaan dan Keuangan Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari sebagai berikut : “Dengan penuh rasa semangat, kondisi pikiran yang jernih maka kuantitas kerja pegawai Kantor Camat Kambu sudah cukup terbukti dengan hasil yang kami peroleh ditahun 2015 dapat terselesaikan tanpa ada hambatan” (Wawancara, Maret 2016). Selain hasil Wawancara di atas Sekretaris Camat Kambu Kota Kendari mengatakan bahwa : “Persoalan Jumlah Pegawai Pada Kantor Camat Kambu sangat terbatas, dengan maksud agar masing-masing pegawai yang ditugaskan memiliki tanggung jawab dan tugas yang telah diberikan kepada masing-masing pegawai sesuai dengan keahliannya masing-masing, Jumlah Pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari tahun 2015/2016 sebanyak 15 Orang” (Wawancara, Maret 2016). Dalam kesempatan ini Camat Kambu Kota Kendari juga memberikan keterangan bahwa : “Dari sekian banyak pegawai di Kantor Camat Kambu Kota Kendari yakni 15 orang. Semua memiliki dedikasi dan loyalitas yang tinggi sehingga mereka selalu berusaha menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan tupoksinya masing-masing, jadi kualitas dan kuantitas kerja mereka semua dapat kami pertanggung jawabkan.” (Wawancara, Maret 2016). Berdasarkan hasil wawancara di atas, kuantitas kerja pegawai pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari sudah cukup baik, dimana seluruh pegawai sudah cukup mampu bekerja sesuai dengan prosedur kerja yang ada, misalnya mengerjakan pekerjaan menurut waktu dan jumlah kerja yang di harapkan.
64
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat prestasi kerja pegawai pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari sudah cukup baik, dimana mayoritas informan menyatakan cukup baik pada jawaban wawancara mengenai indikator kuantitas kerja dan kualitas kerja, sedangkan salah satu informan menyatakan kerjasama antar pegawai sudah baik, hal tersebut dapat dilihat dari hasil jawaban wawancara salah satu informan penelitian dalam wawancara mengenai indikator kerja sama yang ada di intansi tersebut.
65
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pembinaan disiplin yang di terapkan pimpinan pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari meliputi pembinaan disiplin absensi,ketepatan waktu pada jam kerja, mengenakan pakaian seragam dan ketaatan terhadap aturan sudah baik hal ini terlihat pada pegawai yang telah memperhatikan kehadiran pada kantor dan selalu memprioritaskan tata tertib berpakaian
serta mentaati dan
mematuhi peraturan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat menunjang kegiatan kantor berjalan dengan lancar. Namun disisi lain masih ada beberapa pegawai yang ditemui terlambat masuk kantor hal ini disebabkan karena tidak adanya pekerjaan yang mendesak untuk diselesaikan sebab pekerjaan yang menjadi beban tugasnya telah diselesaikan sebelumnya. 2. Peningkatan Prestasi kerja Pegawai Pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari juga telah baik, ditinjau dari kerja sama, kualitas kerja, dan kuantitas kerja dalam pengurusan surat-surat ataupun akta-akta lainnya. Hal ini di pengaruhi oleh prestasi kerja pegawai yang memberikan pelayanan kepada masyarakat tidak berbelit-belit serta pelayanan tepat waktu dan masyarakat juga merasa puas atas hasil pelayanan yang diberikan.
66
B. Saran Adapun saran-saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pemerintah Kecamatan Kambu Kota Kendari perlu melakukan peningkatan pembinaan disiplin serta tiap-tiap pegawai berupaya membenahi diri dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama kedisiplinan waktu yaitu datang tepat waktu dan pulang sesuai jam kerja yang ditetapkan. 2. Pemerintah Kecamatan Kambu Kota Kendari untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai pada Kantor Camat Kambu Kota Kendari harus mengusahakan sarana dan prasarana penunjang, mengingat banyaknya penduduk di Kecamatan Kambu yang harus mendapatkan pelayanan yang optimal.
67
DAFTAR PUSTAKA As’ad, M. 1991. Psikologi Industry. Yogyakarta : Liberty. Baskorowati, E. 1987. Perbedaan Stress Kerja Prestasi Kerja, Kepuasan Kerja Pada Kepribadian Tipe A dan B Pada Karyawan Menengah PT Perkebunan XII-XII dan XXIV-XXV.Persero. Davis, K dan John, W.Newstrom,1985, Perilaku Dalam Organisasi, Jilid I, Erlangga, Jakarta, Flipppo, Edwin,B, 1990, Manajemen Personalia,(Edisi Terjemahan), Cetakan Keenam Erlangga:Jakarta. Gibson, 1996. Organisasi dan Manajemen, ( Terj. Djorban wajid ) Handoko, Hani T. 2001. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalahnya. PT. Bumi Hasibuan, SP. Malayu, 1997. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Kesembilan. Gunung Agung.Jakarta. Hasibuan. M.S.P. 1990, Manajemen Sumber Daya Manusia Dasar Kunci Keberhasilan. Jakarta: CV Haji Mas Agung Hasibuan, Malayu, 2001, Organisasi Dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas, Cetakan Ketiga, Penerbit Bumi Aksara:Jakarta. Jewell & Siegall, M (1990). Psikologi Industry/Organisasi Modern. Penerbit Arcan.Jakarta. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Depdikbud 1990. Kustartini. 1971. Pokok-Pokok Tentang Penilaian dan Pembawaan Hasil Kerja. Bulletin No. 7,BPA UGM Mangkunegara, Anwar Prabu. 2000. Manajemen dan Pengembangan Suber Daya Manusia, Remaja Roadkarya : Bandung. Mangkunegara, Anwar Prabu. 2001. ManajemenSumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung. Martono, Susilo. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Edisi Keempat. BPFE, Yogyakarta. Mathis, Robert I, dan John H. Jackson, 2006, Human Resourse Management, Penerbit Salemba Empat, JAKARTA
Moekijat, 1985. Manajemen Kepegawaian. Bandung: Bandar Maju ---------------------, 1999. Manajemen Kepegawain Indonesia, Ghalian Indonesia, Jakarata. Moenir, 1995, Pendekatan Manusia dan Organisasi Kepegawaian, PT. Gunung Agung, Jakarta.
Terhadap
Pembinaan
Nitisemito, 1992, Teori Organisasi dan Teknik Pengorganisasian. Raja Grafindo Persanda, Jakarta. Robbins, Stephen P., 1995, Organisasi Behaviori: Concepts, Controversies, Applications, Edisi Ketujuh, Jilid 1, Terjemahan Handayana Pujaatmaka, Prenhalindo, Jakarta. Siagian, S.P., 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara : Jakarta. --------------., 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara : Jakarta. Sastrohadiwiryo, S. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Bina Aksara. Sastrohadiwiryo, B. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia; Pendekatan Administrasi. Simamora, Henry. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua.Cetakan Kedua,Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN, Yogyakarta. Saydam, gozali. 1997. Soal Jawab Manajemen dan Kepemimpinan. Djambaran: Jakarta Syarif, Rusli. 1991, Teknik Manajemen Latihan dan Pembinaan, PT Angkasa, Bandung. Thoha, 1987, Prestasi Kerja, Eresco, Jakarta. Wijaya, A.W. 1996. Administrasi Kepegawaian. Rajawali. Jakarta Wursanto,I G. 1985. Manajemen kepegawaian. Kanisius Yogyakarta Undang-Undang Nomor 20 Pasal 1 Ayat (7) Tahun 2001 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian Depdagri, Jakarta.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor (43) Tahun 1999 Kepegawaian. Jakarta.
Tentang Pokok
Undang-Undang Nomor (53) Tahun 2010 Tentang Kedisplinan Kepegawaian. Jakarta.