PEMBIAYAAN BAGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN (Studi pada Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor )
Oleh: ILHAM RUHYAT NIM. 103046128263
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2010 M
PEMBIAYAAN BAGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN (Studi pada Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor )
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
Oleh: ILHAM RUHYAT NIM. 103046128263
Pembimbing Prof. Dr. Hj. Amany Lubis, Lc. MA NIP. 150270614
KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H / 2010 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi yang berjudul Pembiayaan bagi Pemberdayaan Perempuan Miskin pada Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 01 Februari 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)
Jakarta, 01 Februari 2010 Dekan,
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH,MA, MM NIP. 195505051982031012
Panitia Ujian Munaqasyah Ketua
: Dr. Euis Amalia, M.Ag NIP. 197107011998032002
(......................................)
Sekretaris
: H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH NIP. 197407252001121001
(......................................)
Pembimbing : Dr. Hj. Amany Lubis, Lc, MA NIP. 15027614
(......................................)
Penguji I
: Dr. Euis Nurlaelawati, MA, Ph.D NIP. 197007041996032002
(......................................)
Penguji II
: Dr. H. Yayan Sofyan, M.Ag NIP. 150277991
(......................................)
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salh satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti karya ini bukan hasl karya saya ayau merupakan hasil jiplak dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 Desember 2009
Ilham Ruhyat
ABSTRAK
Nama NPM Program Studi Judul
: : : :
Ilham Ruhyat 103046128263 Muamalat Pembiayaan bagi Pemberdayaan Perempuan Miskin Pada Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor
Koperasi baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor adalah Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang dikelola oleh Yayasan Baytul Maal Bogor sebagai lembaga pengelola ZIS bersama Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Mustadh'afin (Yayasan Peramu) yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat ekonomi lemah. Model LKMS ini menarik perhatian peneliti karena program ini secara statistik menunjukkan perkembangan yang positif. Kajian lebih dalam dilakukan oleh peneliti melalui sebuah penelitian evaluasi dengan judul Pembiayaan bagi Pemberdayaan Perempuan Miskin (Studi pada Koperasi baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor. Rumusan pertanyaan penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah: (1) Bagaimana mekanisme pembiayaan untuk pemberdayaan perempuan yang dilaksanakan oleh Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK)? (2) Apakah hasil dari pembiayaan yang telah diberikan oleh Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor? (3) Faktor apa saja yang menjadi kendala dan hambatan dalam, penyaluran pembiayaan bagi perempuan miskin?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini dilakukan kurang lebih selama 6 bulan, yaitu dari Bulan Februari sampai dengan Bulan Juli 2009. Untuk memperoleh informan dari kalangan penerima manfaat program peneliti melakukan pemilihan informan dalam 2 tahap atau kombinasi, yaitu:. Data-data diperoleh dengan teknik pengumpulan data: (1) Studi kepustakaan atau analisis dokumen. (2) Wawancara mendalam (in-depth interviews) (3) Observasi langsung atau observasi lapangan. Berdasarkan temuan lapangan dan hasil analisis, kesimpulan yang dapat diambil adalah: (1) program Ikhtiar telah membawa perubahan pada informan penerima manfaatnya yang seluruhnya perempuan, tidak hanya manfaat materiil, yaitu kredit yang bisa mereka akses, tapi juga manfaat yang bersifat non materiil, Berdasarkan kesimpulan tersebut, ada beberapa masukan bagi pelaksana program sebagai berikut (1) merumuskan kembali outcomes yang ingin dicapai oleh program beserta indikator-indikatornya (2) menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang secara spesifik dapat mendorong anggota Koperasi Baytul Ikhtiar agar mau dan mampu melakukan usaha produktif, (3) melibatkan secara langsung kaum laki-laki atau suami melalui kegiatan-kegiatan yang dirancang untuk menumbuhkan kesadaran akan kesetaraan gender, dan (4) merekomendasikan
metode drawing self portrait atau menggambar potret diri untuk digunakan dalam self evaluation. Kata Kunci: Pengaruh dampak, dampak individual, pemberdayaan perempuan, kredit mikro
ﺑﺴﻢ اﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﻴﻢ KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja dan puji hanyalah milik Allah, Tuhan semesta alam, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah kenabian untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya islam yang terang benderang. Penulis mengucapkan ribuan terima kasih kepaa semua pihak yang turut andil dalam penulisan skripsi ini, baik lanngsung maupun tidak langsung tanpa bantuan dan dukungan mereka mustahil skripsi ini akan dapat diselesaikan. Secara khusus ucapan terima kasih penulis haturkan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Muhamnad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.A, dan Bapak Ah. Azharudin Lathif, M.Ag., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat. 3. Ibu Prof. Dr. Hj. Amany Lubis,
MA selaku pembimbing yang telah
banyak meluangkan waktu di tengah kesibukan beliau serta senantiasa memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis selama melakukan bimbingan di tempat kediaman beliau yang indah dan damai, sayup terdengar hening dan keharmonisan keluarga menambah ketenangan jiwa dan batin penulis. 4. Kedua orang tua penulis Baesusi dan Opay Sopariyah yang tercinta, yang telah bersusah payahdalam memberikan dukungan moril dan materiil
i
dalam penulisan skripsi ini demikian juga kepada adik-adik penulis tercinta. 5. Teruntuk teman-teman yang telah meluangkan waktunya untuk saling tukar pikiran dan menjadi teman diskusi dalam penulisan skripsi ini khususnya M. Syaidil Mursalin, Abdullah Alawi (Abah), Nuril Huda, Rahman Nurhakim (Mamo), dan Mirawati yang selalu menemani penulis dalam keadaan apapun terima kasih atas segala dukungan yang selalu kalian berikan di saat penulis mengalami kebuntuan. 6. Teman-teman seperjuanagan angkatan 2003 Perbankan Syariah B khususnya M. Hidayat, Badi’u Rajab, Dede Miftahudin, M. Irfansyah, Cipta kurnia Aji dan kepada semua yang tidak penulis sebutkan satu persatu. Akhirnya kepada Allah SWT jugalah penulis serahkan, semoga segala bantuan dan amal baik yang telah diberikan akan dibalas-Nya. Sebagaimana tak ada gading yang tak retak, skripsi inipun tak lepas dari kekurangan. Karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saranagar skripsi ini menjadi lebih sempurna.
Jakarta, 10 Desember 2009
(Ilham Ruhyat)
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................
i
DAFTAR ISI ...................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah....................................................................
1
B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah ...............................................
4
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................
4
D.
Metode Penelitian ............................................................................
5
E.
Kajian Studi Terdahulu ...................................................................
8
F.
Sistematika Penulisan ......................................................................
10
BAB II PEREMPUAN DAN PELUANG-PELUANG EKONOMI A. Pengertian Gender . ............................................................................. 12 B. Pemberdayaan Ekonomi Perempuan ................................................... 14 C. Ekonomi dan Perempuan ..................................................................... 26
BAB III KOPERASI BAYTUL IKHTIAR A. Koperasi Syariah ................................................................................. 34 B. Koperasi Baytul Ikhtiar ...................................................................... 38 1. Kelembagaan ............................................................................. 38 2. Tujuan Pendirian Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor ........ 39
iii
3. Kinerja Program ........................................................................
41
4. Letak Geografis .......................................................................
42
5. Struktur Organisasi Koperasi Baytul Ikhtiar ...........................
42
BAB IV PEMBIAYAAN BAGI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN PADA KOPERASI BAYTUL IKHTIAR (BAIK) A. Jenis Unit Usaha yang dibiayai oleh Koperasi Baytul Ikhtiar ............... 45 B. Skema Pemberian Pembiayaan ............................................................. 48 C. Kebijakan yang diberikanoleh Koperasi Baytul Ikhtiar pada Perempuan Miskin ................................................................................ 56 D. Tingkat Keberhasilan Anggota ............................................................. 59
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 78 B. Saran ........................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 81 LAMPIRAN
iv
1
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Kemiskinan pada millennium ini bukan hanya persoalan negara dunia
ketiga tetapi telah menjadi concern seluruh dunia. Melihat kemiskinan sebagai suatu akibat dari penurunan kemampuan dasar, yang meliputi pangan, kesehatan, perumahan dan pendidikan. Secara sederhana kemiskinan didefinisikan sebagai ”ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan standar hidup yang layak”. Keterbatasan akses terhadap sumber-sumber daya ekonomi dan pasar banyak dijumpai pada pelaku usaha mikro. 1 Salah satu isu penting menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender, isu penting gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial, menjadi pokok bahasan dalam wacana perdebatan mengenai perubahan sosial dan juga menjadi topik utama dalam perbincangan mengenai pembangunan dan perubahan sosial. 2 Bahkan beberapa waktu terakhir ini, berbagai tulisan baik di media masa maupun buku-buku atau kegiatan-kegiatan seperti seminar, diskusi dan sebagainya banyak membahas tentang kaum perempuan. Ketidakadilan dan diskriminasi tersebut terjadi di semua tingkatan dan sektor, mulai dari tingkat internasional, negara, keagamaan, sosial (kemasyarakatan), budaya ekonomi sampai pada tingkat rumah tangga. Vol 2
1
2
Warta Gubernur, 2007, Jurnal Otonomi dan Pengembangan Daerah, Bogor : APPsi,
J.Dwi Narwoko dan Bagos Suyanto, Sosiologi : Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta, Prenada Media, 2004, Cet. Pertama, hal.312
2
Bentuk ketidakadilan gender yang berupa proses marginalisasi perempuan adalah suatu proses pemiskinan atas satu jenis kelamin tertentu dalam hal ini perempuan disebabkan oleh perbedaan gender. Ada beberapa perbedaan jenis dan bentuk, tempat dan waktu serta meaknisme proses marginalisasi perempuan karena perbedaan gender. Dari aspek misalnya, marginalisasi atau pemiskinan perempuan dapat bersumber dari kebijakan pemerintah, keyakinan, tafsir agama, tradisi atau kebiasaan bahkan asumsi ilmu pengetahuan. Revolusi hijau (green revolution) misalnya, secara ekonomis telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya dan kehilangan pekerjaan perempuan miskin di desa termarginalisasi, sehingga semakin miskin dan tersingkir karena tidak memperoleh pekerjaan di sawah. Hali ini berarti bahwa program revolusi hijau direncanakan tanpa mempertimbangkan aspek-aspek gender. 3 Kaum perempuan Indonesia tampak belum sepenuhnya berperan sebagai sumber daya pelaku ekonomi. Hal ini ditunjukan oleh masih rendahnya peluang yang dimiliki perempuan untuk bekerja dan berusaha, serta rendahnya akses mereka terhadap sumber daya ekonomi seperti teknologi, informasi pasar, kredit dan modal kerja. “ Kesetaraan dan keadilan gender belum sepenuhnya dapat diwujudkan sebab masyarakat kita masih melekat dengan pengaruh soisal budaya yang patriarkhi. Nilai-nilai ini menempatkan laki-laki dan perempuan pada kedudukan dan peran yang berbeda dan tidak merata. 4
3 J. Dwi Narwoko dan Bagog Suyanto, sosiologi : Teks Pengantar dan Terapan, hal.313 4 Byarlina Gymirti, “Bias Gender Dalam Penafsiran Al-Qur’an, Artikel diakses pada 27 November 2008 dari http://Sinarharapan.co.id.
3
Meskipun penghasilan perempuan pekerja memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap penghasilan dan kesejahteraan keluarga, perempuan masih dianggap sebagai pencari nafkah tambahan dan pekerja keluarga. Semuanya itu berdampak pada masih rendahnya partisipasi, akses dan manfaat yang dinikmati perempuan dalam pembangunan. Hal ini antara lain ditandai oleh rendahnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan yakni 45,6 % dibandingkan laki-laki yakni 73, 5 % (BPS, SAKERNAS 1999). 5 Dengan kehadiran dan berkembangnya Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) di Bogor akan sangat membantu sekali untuk pengembangan usaha kecil khusunya perempuan miskin di Bogor melalui pembiayaan yang diberikan, sehingga dapat melayani kebutuhan pengusaha kecil. Dari model pembiayaan tersebut yang dikeluarkan Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) , diharapkan dapat membantu para pengusaha kecil khusunya perempuan miskin dalam menjalankan usahanya baik berupa pembiayaan maupun tabungan. Aktivasi Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) yang paling mendasar adalah pada kegiatan penghimpunan dana dan penyaluran dana. Penghimpunan dana berarti bahwa Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) siap untuk menampung dana masyarakat, terutama para agniya yang kelebihan dana. Sedangkan penyaluran dana, berarti bahwa Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) siap untuk menyalurkan kembali dana yang sudah tersedia kepada masyarakat yang membutuhkan untuk modal usahanya, dan dalam hal ini Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) menggunakan sistem bagi hasil sesuai dengan syariat islam. 5
Gymirti, “Bias Gender Dalam Penafsiran Al-Qur’an, Artikel diakses pada 27 November 2008 dari http://Sinarharapan.co.id.
4
Berdasarkan
permaslahan-permasalahan
di
atas,
penulis
tertarik
melakukan penelitian yang berjudul “ Pembiayaan Bagi Pemberdayaan Perempuan Miskin pada Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor “. B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah Untuk mempermudah pada penulisan skripsi ini, penulis hanya membatasi
pada pembiayaan bagi pemberdayaan perempuan miskin. Yaitu, sesuai dengan skripsi yang ingin diangkat adalah “ Pembiayaan bagi Pemberdayaan Perempuan Miskin pada Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor”. Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana mekanisme pembiayaan untuk pemberdayaan perempuan yang dilaksanakan oleh Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor?
2.
Apa hasil dari pembiayaan yang telah diberikan oleh koperasi baytul ikhtiar bagi pemberdayaan perempuan miskin di Bogor?
3.
Faktor apa saja yang menjadi kendala dan hambatan dalam penyaluran pembiayaan bagi perempuan miskin?
C.
Tujuan dan manfaat Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jawaban terhadap masalah
yang muncul melalui batasan pelaksanaan penelitian yang akan dilaksanakan. Sifatnya merupakan pernyataan mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang dilakukan berdasarkan masalah yang dirumuskan, adapun tujuan penelitian ini adalah :
1.
5
Untuk mengetahui bagaimana mekanisme pembiayaan untuk pemberdayaan perempuan miskin ?
2.
Untuk mengetahui bagaimana hasil dari Pembiayaan yang telah diberikan oleh Koperasi Baytul Ikhtiar bagi Pemberdayaan Perempuan Miskin di Bogor?
3.
Untuk mengetahui apa saja factor-faktor yang menjadi kendala dan hambatan dalam penyaluran pembiayaan untuk pemberdayaan perempuan miskin ? Sedangkan manfaat penelitian ini diupayakan memberikan kontribusi bagi
berbagai pihak yang terkait diantaranya adalah : 1.
Secara Teoritis : Menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang ekonomi Islam khususnya tentang pembiayaan bagi pemberdayaan perempuan miskin.
2.
Secara Praktis : Bermanfaat khusunya bagi peneliti dan umumnya bagi masyarakat Muslim agar mengetahui dan mengenal pembiayaan bagi pemberdayaan perempuan miskin sesuai dengan prinsip ekonomi Islam. Agar dapat mempertahankan nilai-nilai Islami, guna menegakkan syariah islam.
D.
Metode Penelitian
1.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
deskripsi analisis kualitatif, yaitu sebuah metode di mana penulis menggambarkan permasalahan yang didasari pada data yang telah diperoleh, kemudian mengenalisa data tersebut lebih lanjut. Proses analisa dari membaca, mempelajari dan menelaah data secara seksama, selanjutnya diambil kesimpulan dari hasil analisa tersebut.
2.
6
Pendekatan Penelitian Secara keseluruhan penulis dalam mengerjakan skripsi ini menggunakan
pendekatan penelitian survey atau penulisan yang tidak mengadakan perhitungan melainkan penekanan ilmiah. 3.
Sumber Data Yang menjadi bahan acuan atau sumber data dalam penelitian ini penulis
membaginya dalam 2 kategori yaitu : 1. Data primer adalah data yang langsung berkaiatan dengan objek penelitian.Yang menjadi data primer adalah koperasi baytul ikhtiar (BAIK) Bogor yaitu penulis mewawancarai langsung secara mendalam 2. Data sekunder adalah digunakan untuk mendukung data primer, dalam hal ini peneliti menggunakan data sekunder berupa dokumentasi yaitu hal-hal yang berkaitan dengan pembiayaan bagi pemberdayaan perempuan miskin seperti : buku-buku, hasil penelitian, majalah dan sebagainya. 4.
Teknik Pengumpulan Data Adapun metode pengumpulan data dalam penyusunan skripsi ini penulis
menggunakan 2 (dua) metode penelitian. a.
Penelitian Kepustakaan (Library Researsch) Yaitu teknik pengumpulan data yang bersumber dari data dan informasi kepustakaan yang diperlukan. Sumber data berasal dari buku-buku majalah, kitab, surat kabar, artikel, media internet dan sumber kepustakaan lainnya yang mendukung dan ada relevansinya dengan permasalahan yang dibahas. Khususnya yang berkaitan dengan mekanisme pembiayaan, pemberdayaan
7
perempuan, koperasi syariah, masyarakat serta seluk beluknya. Di samping itu, penulis juga menggunakan bahan-bahan dokumen yang ada di Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor. b.
Penelitian Lapangan Yakni penulis terjun langsung ke lokasi penelitian Yaitu Koperasi Baytul Ikhtiar Bogor, metode yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua (2) cara, Yaitu : 1. Observasi Observasi dilakukan guna mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek penelitian. Tentang hal-hal yang dilakukan dalam observasi adalah mengenai keadaan di lokasi penelitian yang berkaitan dengan pembiayaan bagi pemberdayaan perempuan miskin. Dengan dilakukannya observasi, maka diperoleh gambaran jelas mengenai pembiayaan bagi pemberdayaan perempuan di Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor. 2. Wawancara Penulis menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh informasi yang berkenaan dengan hal-hal yang berkaitan dengan data-data tentang pembiayaan bagi pemberdayaan perempuan miskin di Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor
5.
8
Teknis Analisa Data Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif tidak memiliki
rumus atau aturan absolut untuk mengolah dan menganalisis data . Langkah selanjutnya adalah melakukan koding, yaitu membubuhkan kodekode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetil sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari Setelah itu data dianalisis untuk mengidentifikasi pola pengalaman informan selama terlibat di dalam program, karakteristik pola partisipasi selama terlibat di dalam program dan dan pola perubahan yang terjadi pada informan. 6.
Pedoman Penulisan Skripsi Sedangkan teknik penulisan skripsi ini berpedoman pada buku “ Pedoman
Penulisan Skripsi” yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007, dengan beberapa pengecualian : a. Dalam penulisan daftar pustaka, Al-qur’an ditempatkan pada urutan pertama b. Terjemahan Al-qur’an dan Hadis ditulis satu spasi sekalipun kurang dari enam baris. E.
Kajian Studi Terdahulu Berdasarkan teknik yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, penulis melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini tampaknya masih kurang mendapat perhatian dari peneliti untuk tidak mengatakan belum pernah diteliti sama sekali.
9
Berikut beberapa tinjauan (review) studi terdahulu yang penulis dapati : No
Nama Penulis
Judul Skripsi
1.
Latif Wicaksono
Tinjauan Ekonomi Islam terhadap Sumber dan Penggunaan Dana Koperasi
2.
Siti Irma Fatimah
Analisis Strategi Koperasi Pondok Pesantren dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat
3
Cecep Suyudja
Starategi Nirlaba dalam Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan menengah (UMKM)
Tempat penelitian Pedagang Pasar (KOPPAS) karet Padurenan
Hasil Penelitian
Koperasi merupakan lembaga ekonomi yang berwatak sosial, karena disamping untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya lembaga ini juga harus memperhatikan kehidupan sosial dan anggotanya Koperasi Upaya Koperasi Pondok Pondok Pesantren Pesantren Aldalam pemberdayaan Ikhlas Subang ekonomi diwilayah tersebut maju dan Jawa Barat berkembang dengan pembekalan pemberdayaan yang telah diberikan oleh koperasi Pondok Pesantren tersebut dan berhasil membentuk ekonomi rakayat yang mandiri Lembaga Dompet dhuafa Nirlaba Syariah sebagai sebuah Masyarakat lembaga yang Mandiri menjaring Dana-dana Parung - Bogor (ZIS) berperan aktif dalam mengatasi kondisi sosial masyarakatdalam bidang kesejahteraan ekonomi yang tidak merata
Dalam kumpulan skripsi di atas penulis beranggapan tentang skripsi mereka sangat berhubungan dengan skripsi yang penulis tulis.
10
Secara prinsipil penulis di sini menggambarkan tentang dampak atau pengaruh pembiayaan yang diberikan oleh sebuah koperasi syariah pada pemberdayaan ekonomi, dan fokus skripsi ini berorientasi pada pemberdayaan perempuan miskin berbeda dari kebanyakan skripsi-skripsi terdahulu yang banyak membahas tentang pemberdayaan yang sifatnya umum atau kerakyatan. F.
Sistematika penulisan Penulis membagi kerangka tulisan ini ke dalam lima (5) bab. Di antaranya
sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini penulis membahas mengenai latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, kajian studi terdahulu dan sistematika penulisan BAB II : PEREMPUAN MISKIN DAN PELUANG-PELUANG EKONOMI Pada
bab
ini
penulis
membahas
mengenai
pengertian
gender,
pemberdayaan ekonomi, ekonomi dan perempuan. BAB III : KOPERASI BAYTUL IKHTIAR (BAIK) BOGOR Pada bab ini penulis membahas mengenai pengertian koperasi syariah, sejarah berdirinya koperasi BAIK, misi dan visi koperasi BAIK, letak geografis, BAIK dan Struktur Organisasi Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor
11
BAB IV : PEMBIAYAAN BAGI PEREMPUAN MISKIN DI BAIK Pada bab ini penulis menguraikan mengenai jenis usaha apa saja yang dibiayai, skema pemberian kredit, kebijakan yang diberikan koperasi kepada perempuan dan tingkat keberhasilan anggota BAB V : PENUTUP Pada bab ini penulis membahas mengenai kesimpulan dan sran-saran yang berdasarkan hasil dan evaluasi mengenai masalah yang telah dibahas.
12
BAB II PEREMPUAN DAN PELUANG-PELUANG EKONOMI 1. Pengertian Sex dan Gender Kata sex berasal dari bahasa inggris sex, berarti jenis kelamin 1 pemahaman ini diperjelas dalam kamus lainnya bahwa “sex is the haracteristic which distinguish the male from tehe female”, yakni cirri-ciriyang membedakan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis. Menurut bahasa, kata gender diartikan sebagai “the grouping of wards into nasculine, feminine and neuter according as they are regarded as male, female or without sex” artinya : gender adalah kelompok kata yang mempunyai sifat maskulin, feminine atau tanpa keduanya, netral 2 . Di dalam Ensyclopedia of Feninism dikatakan untuk seks dan gender bahwa : Gender adalah sebuah istilah yang menunjukan pembagian peran social anatara laki-laki dan perempuan dan ini mengacu kepada pemberian cirri emosional dan psikologis yang diharapkan oleh budaya tertentu yang disesuaikan dengan pisik laki-laki dan perempuan. Adapun istilah seks mengacu kepada perbedaan secara biologis dan anatomis anatara laki-laki dan perempuan 3 Mengacu pada pendapat tersebut, berarti semua hal yang yang dapat dipertukarkan, anatar sifat perempuan dan sifat laki-laki, yang bias berubah dari masa kemasa serta berbeda dari lokasi kelikasi lainnya, maupun berbeda dari 1
. John. M.Echols ad Hassan Shadily, Kamus Bahasa Inggris Indonesia, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1996. 2 Hornby, A. S, The Advanced Leaner’s Dictionary of Current English, London, 1965 3 Lisa Tuttle, Encyclopedia of feminism, London Group Limited, 1986.
13
suatu komunitas ke komunitas yang lain; itulah yang dikenal dengan konsep gender . Pada dasarnya gender berada di alam bawah sadar setiap masyarakat . individu-individu secara tidak sadar membawa harapan dan ambisinya untuk membaangun masa depan dan masyarakatnya berdasarkan pemahaman tertentu dengan gender Dari penjelasan di atas dapat diperoleh pemahaman bahwa gender adalah perbedaan yang bukan biologis dan kodrat tuhan. Untuk memahami konsep gender harus dibedakan antara kata gender dan seks (jenis kelamin). Perbedaan jenis kelamin anatara laki-laki dan perempuan adalah kodrat tuhan secara permanent tidak berubah dan merupakan ketetntuan biologis. Sedangkan gender adalah perbedaan tingkah laku (behavioral differences) antara laki-laki dan perempuan yang secara sosial dibentuk (socially constructed). Perbedan yang bukan kodrat ini diciptakan melalui proses sosial dan budaya yang panjang. Identitas (atribut ) gender dapat dikenali semenjak anak dilahirkan, apakah ia berkelamin laki-laki atau perempuan. Selanjutnya keduanya segera diberi peran sesuai dengan apa yang dikonsepsikan oleh masyarakat kepada masing-masing. Siafat yang dibentuk secara sosial (socially contructed) seperti emosional, cengeng, kuat, dan rasional merupakan siafat-sifat yang dapat melekat baik pada laki-laki maupun perempuan. 4 Arief Budiman menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempertahankan pembagian peran dan/atau kerja laki-laki dan perempuan yakni pertama, factor sosial ekonomi yang didasarkan pada kebutuhan nyata dari sistem masyarakat itu. 4
Asriati dan Amany Lubis, “Pengantar Kajian Gender” Jakarta, Pusat Studi Wanita (PSW) dan Mcgill-ICIHEP .2003.
14
Kedua, faktor ideologi atau sistem patriarki yang bukan hanya sekedal sistem kepercayaan abstrak belaka akan tetapi didukung oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan yang menyebarkan, mengembangbiakan dan melestarikannya. 5 2. Pemberdayaan Ekonomi Pemberdayaan (empowerment) merupakan konsep yang lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan Barat, utamanya Eropa. Konsep pemberdayaan mulai tampak ke permukaan sekitar dekade 1970-an, dan terus berkembang sepanjang dekade 1980-an hingga 1990-an atau akhir abad 20. 6 Beberapa konsep pemberdayaan yang dapat disebutkan antara lain adalah menurut Adi bahwa suatu proses pemberdayaan pada intinya ditujukan guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang terkait dengan diri mereka. Dalam hal ini termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan tersebut. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang dia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya. 7 Oleh sebab itu pemberdayaan dimaknai sebagai upaya menumbuhkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat untuk meningkatkan posisi tawar (bargaining power), sehingga memiliki akses dan kemampuan untuk mengambil 5
Arif Budiman , Pembagian Kerja Secara Seksual, sebuah pembahasan Sosiologi tentang Peran Wanita di dalam masyarakat. Jakarta PT.Gramedia 1981. 6 A.M.W. Pranarka dan Vindyandika Moeljarto, Pemberdayaan (Empowerment) dalam Pemberdayan : Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta, Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI. 1996. h. 44 . 7 Isbandi Rukminto Adi, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002 . h. 162.
15
keuntungan timbal-balik dalam bidang ekonomi, politik, sosial, dan budaya. Keempat bidang ini saling terkait. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat juga berarti memberikan wewenang dan pelayanan sehingga kapasitas dan kapabilitas masyarakat dalam empat bidang tersebut dapat berkembang. Pemberdayaan masyarakat harus pula berarti membangkitkan kesadaran dan kemampuan
masyarakat
untuk
berpartisipasi
aktif
dalam
kehidupan
masyarakatnya. Sumodiningrat menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan umum (universal) dan pendekatan khusus (ideal). Dengan pendekatan umum, bantuan baik berupa dana, prasarana, dan sarana diberikan kepada semua daerah dan semua penduduk secara merata. 8 Pendekatan ini keuntungannya adalah mudah diterapkan. Namun, pendekatan ini sangat mahal dan mempunyai resiko kebocoran yang cukup tinggi. Sedangkan dengan pendekatan khusus, bantuan diberikan kepada penduduk atau daerah yang benar-benar memerlukan, dan kebocoran dapat ditekan sekecil mungkin. Berdasarkan pendekatan ini, perencanaan dalam penggunaan bantuan ditentukan sendiri oleh masyarakat. Masalah kemiskinan mendapat perhatian khusus dalam pemberdayaan karena memiliki korelasi yang sangat kuat dengan munculnya berbagai masalah sosial. Persoalan ini sudah lama meresahkan seluruh bangsa di dunia. Sejak tahun 1973, Combs dan Ahmed melaporkan bahwa masalah kemiskinan telah
8
Gunawan Sumodiningrat, Pemberdaaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama. 1999. h. 193-194.
16
mencekam sepertiga dari seluruh umat manusia. 9 Pada dekade kini, dari 6 milyar penduduk bumi, sekitar 2,8 milyar orang hidup dengan pendapatan kurang dari US$ 2 per hari. 10 Dalam pengertian konvensional, kemiskinan memang (hanya) dimaknai sebagai permasalahan pendapatan (income) individu, kelompok, komunitas, masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan. 11 Hal ini terlihat pula pada batasan yang dikemukakan UNDP bahwa seseorang dikatakan miskin jika tingkat pendapatannya berada di bawah garis kemiskinan. Oleh Karena itu, upaya penanganan kemiskinan yang dilakukan pada negara dunia ketiga baik oleh pemerintah maupun organisasi non pemerintah, pada umumnya hanya bertumpu pada upaya peningkatan pendapatan 12 . Itu sebabnya, berbagai upaya penanganan kemiskinan itu tidak menyelesaikan masalah dan cenderung gagal. Untuk itu, menurut Zikrullah sekurang-kurangnya ada enam macam kemiskinan yang perlu di fahami oleh pihak-pihak yang menaruh perhatian terhadap upaya penanggulangan masalah kemiskinan, yaitu: (a) kemiskinan subsitensi, penghasilan rendah, jam kerja panjang, perumahan buruk, fasilitas air bersih mahal; (b) kemiskinan perlindungan, lingkungan buruk, (sanitasi, sarana pembuangan sampah, polusi), kondisi kerja buruk, tidak ada jaminan atas hak pemilikan tanah; (c) kemiskinan pemahaman, kualitas pendidikan formal buruk, 9
Philip H. Combs dan Manzoor Ahmed, Memerangi Kemiskinan di Pedesaan melalui Pendidikan Non-Formal. Jakarta, CV. Rajawali. 2003. h. vii 10 World Bank, International Program for Development Evaluation Traning (IPDET). Washington Dc. The World Bank Group, Carleton University, IOB/Ministry of Affairs, Nedtherlands. 2004. h. 3 11 Y. Adam Zikrullah, Struktur Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan, Media Partisipatif – P2kp, N.07 Edisi Oktober. 2002. h. 11 12 Cox. Poverty Alleviation Program in the Asia-Pasific Region, Seminar, 3rd March, Jakarta. 2004.
17
terbatasnya akses atas informasi yang menyebabkan terbatasnya kesadaran akan hak, kemampuan dan potensi untuk mengupayakan perubahan; (d) kemiskinan partisipasi, tidak ada akses dan kontrol atas proses pengambilan keputusan yang menyangkut nasib diri dan komunitas; (e) kemiskinan identitas, terbatasnya perbauran antara kelompok sosial, terfragmentasi; dan (f) kemiskinan kebebasan, stress, rasa tidak berdaya, tidak aman baik ditingkat pribadi maupun komunitas. 13 Syahyuti pun berpendapat bahwa orang menjadi miskin karena ia tidak dapat melakukan sesuatu, bukan karena tidak memiliki sesuatu.
14
Oleh karena
itu, maka kunci penanggulangan kemiskinan menurutnya adalah dibukanya akses orang-orang miskin, yaitu akses terhadap lembaga pendidikan, kesehatan dan infrastruktur. Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep pemberdayaan masyarakat dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan
dengan
konsep
kemandirian
dan
partisipasi.
Hubungan
pemberdayaan dengan kedua faktor tersebut adalah bahwa partisipasi merupakan faktor pendorong bagi kebangkitan kemandirian dalam proses pemberdayaan. Adanya partisipasi merupakan sarana efektif sebagai pembangkit semangat untuk dapat menolong diri sendiri keluar dari belenggu kemiskinan. kebebasan manusia didasarkan pada nilai-nilai tauhid. Nilai ini membentuk prilaku yang berani mempertanggung jawabkan secara pribadi atas apa yang telah dibuatnya. Berkaitan dengan kebebasan individu dam
13
Zikrullah. Struktur Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan. H. 11.. Syahyuti, 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian: Penjelasan tentang Konsep, Istilah, Teori, dan Indikator serta variabel. Jakarta, PT. Bina Rena Pariwara, 2006. h. 92-93. 14
18
berimprovisasi dan berkreativitas dalam kehidupannya ditegaskan dalam Q.S arra’ad : 11 yaitu : 15
xJ´
y
Íp¯PoÙÉe
%
%4Ü ´ ¹/` Íp¯PoÙÉe % Ü1³R«Æá5 ´ “ ……….Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sehingga
mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri………. Jadi pembedayaan adalah upaya membangun daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkan. Memberdayakan masyarakat berarti upaya untuk meningkakan harkat dan martaat lapisan masyarakat dalam kondisi yang kurang mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan . dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. 16
Pemberdayaan diarahka guna meningkatkan
kemampuan ekonomi masyarakat secara produktif shingga mampu menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan pendapatan lebih besar. Meskipun pada kenyataannya manusia dilahirkan secara sama, dalam perkembangannya mereka bisa berlainan, tergantung dari bakat, keterampilan lingkungan, pengalaman hidup dan sebagainya. Bakat dan kesempatan yang dimiliki manusia akan berimplikasi pada danya kemampuan berbeda dan kemampan yang berbeda akan berimplikasi pada pembagian kerja dalam masyarakat. 15
M.Arifin Hamid, MH.DR.H, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia : Perspektif Sosioyuridis , Jakarta : eLSAS, 2007., h. 135. 16 Mubyarto, Membangun Sistem Ekonomi, Yogyakarta, BPFE, 2002., cet.ke-I h.263.
19
Itulah sebabnya Islam memberikan petunjuk yang mengesankan mengenai penegakan keadilan sosial agar jurang antara mereka yang miskin dan yang kaya tidak terjadi atau tidak membiarkan harta itu hanya beredar pada orang kaya saja. Itulah tanggung jawab kita semua Yunus berpendapat bahwa jika tujuan pembangunan ekonomi mencakup perbaikan standar hidup secara umum, mengurangi kemiskinan, menciptakan peluang kerja dan mengurangi kesenjangan, maka lumrah saja untuk melakukannya melalui perempuan.
Bukan saja karena sebagian besar kaum
miskin, menganggur dan kurang beruntung secara sosial ekonomi itu adalah kaum perempuan, tetapi kaum perempuan juga lebih siap dan berhasil dalam meningkatkan kesejahteraan anak-anak dan suaminya.
Pengalaman dalam
menyalurkan kredit mikro melalui Grameen Bank menunjukkan bahwa kredit mikro yang disalurkan kepada perempuan lebih cepat membawa perubahan dari pada yang disalurkan kepada laki-laki. 17 Dengan demikian, peran perempuan dalam upaya penanggulangan kemiskinan tidak dapat diabaikan. Menurut Tjondronegoro sudah selayaknya jika deklarasi Microcredit Summit yang diselenggarakan di Washngton D.C. pada tanggal 2-4 Februari 1997 menyatakan suatu tekad untuk menghapuskan kemiskinan dengan mendukung sepenuhnya proses pemberdayaan yang dilakukan terhadap kelompok masyarakat yang paling miskin, yaitu kaum perempuan. 18
17
Yunus, Muhammad, Bank Kaum Miskin (Terjemahan), Serpong Marjin Kiri, 2007. h.
71. 18
Tjondronegoro, Sediono M P, Diskusi Ahli: Pemberdayaan dan ReplikasiAspek Finansial Usaha Kecil di Indonesia ( Kata Pengantar ) disunting oleh Erna Ermawati Chotim dan Juni Thamrin. Bandung Yayasan AKATIGA, 1997.
20
Tidak hanya dalam bidang ekonomi, Siregar mengemukakan bahwa dalam bidang kesehatan keluarga dan lingkungan pun, perempuan dalam hal ini kaum ibu, berada di garis depan. Kesehatan keluarga berada di tangan para ibu yang mengatur dan melaksanakan ketertiban rumah tangga, kebersihan dan kerapihannya. Ibulah yang menentukan derajat kesehatan keluarganya melalui belanja rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga. Ibu pula yang menjadi pengasuh dan pendidik utama anak-anak bahkan perilaku anak dibentuk sejak masih di dalam kandungan. Oleh karena itu kesadaran akan kebersihan dan kelestarian lingkungan menjadi sangat penting dimiliki oleh seorang ibu. Pola pikir dan pola sikap ibu yang berwawasan lingkungan akan menurun pada anak. 19 Melihat pentingnya peran perempuan baik dalam kehidupan rumah tangga maupun lingkungannya dan dengan berbagai kondisi yang dialaminya, maka pemberdayaan perempuan menduduki posisi yang sangat strategis.
Menurut
Dewayanti dan Chotim, pemberdayaan perempuan adalah upaya untuk memperbesar akses dan kontrol perempuan atas sumberdaya ekonomi, politik (pengambilan keputusan) dan budaya (perumusan nilai, simbol dan ideologi). Pemberdayaan perempuan pengusaha mikro terkait tidak hanya dengan persoalan mempertahankan kelangsungan usaha demi pemenuhan kebutuhan keluarganya dan dengan persoalan gender, tapi juga terkait dengan upaya pengurangan kemiskinan. 20
19
Ameilia Zuliyanti Siregar, Pemberdayaan Wanita dalam Mengelola Lingkungan. Medan, Departement Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. 2007. h. 9-10. 20 Ratih Dewayanti dan Erna Ermawati , Marjinalisasi dan Eksploitasi Perempuan Usaha Mikro di Pedesaan Jawa. Bandung Yayasan AKATIGA. 2004.h. 22-25.
21
Oleh karena itu, menurut Noerdin, program-program penanggulangan kemiskinan seharusnya memuat strategi dan langkah-langkah untuk secara signifikan mengurangi jumlah perempuan miskin. 21
Lebih lanjut Noerdin
menjelaskan bahwa penggunaan analisis gender dalam program penanggulangan kemiskinan akan membantu mengidentifikasi ketimpangan akses dan kontrol atas beragam sumberdaya antara perempuan dan laki-laki sebagai aspek yang penting dari kemiskinan. Beberapa indikator yang berbasiskan pada ketimpangan gender dan mengakibatkan kemiskinan pada perempuan, antara lain adalah: 1. Perempuan bukan sebagai pengambil keputusan dalam rumah tangga, komunitas, masyarakat, dan negara. 2. Perempuan mendapatkan gaji yang lebih rendah untuk pekerjaan yang sama. 3. Perempuan seringkali terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan domestik yang tidak dibayar atau dibayar rendah sehingga jam kerja perempuan lebih tinggi daripada jam kerja laki-laki, sementara penghasilan perempuan jauh lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki.. 4. Perempuan kurang memiliki akses terhadap pendidikan dan pelatihan. 5. Perempuan tidak punya hak atas tanah yang ditinggalinya, karena tanah dan aset lainnya atas nama suami, bapak, saudara laki-laki atau kakek. 6. Perempuan kekurangan modal untuk membangun usahanya sendiri. Program penanggulangan kemiskinan yang responsif gender tidak bisa dibuat hanya dengan menyisipkan beberapa program pemberdayaan perempuan. 21
Noerdin, Edriana, dkk, Potret Kemiskinan Perempuan, Jakarta, Women Research Institute, 2006.
22
Keseluruhan proses perencanaan, implementasi, dan pemantauan program tersebut haruslah
berperspektif
gender.
Dengan
memetakan
hubungan
antara
ketidaksetaraan dan ketidakadilan gender, program pengentasan kemiskinan akan mampu menurunkan angka kemiskinan kaum perempuan dengan jalan, sebagai berikut : 1. Meningkatkan akses perempuan terhadap kesempatan kerja dan berusaha, akses terhadap pendidikan dan pelayanan kesehatan yang murah dan bermutu, akses terhadap sumberdaya modal, bahan baku dan keterlibatan dalam pengambilan keputusan pada berbagai level. 2. Keterlibatan
perempuan
dalam
mengontrol
proses
perencanaan,
pelaksanaan, pengalokasian anggaran dan memantau jalannya kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan. 3. Meningkatkan penerimaan manfaat dari bermacam-macam program pemberdayaan perempuan baik di bidang ekonomi, sosial maupun politik dalam rangka penanggulangan kemiskian. 22 Sedangkan Zarida, menyatakan bahwa pemberdayaan perempuan adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan kondisi yang memberikan kemungkinan bagi setiap perempuan agar dapat menunaikan tugas aktualisasi eksistensinya dengan seluas-luasnya dan setinggi-tingginya.
23
Jika dilihat lebih jauh lagi,
pemberdayaan perempuan mempunyai tingkatan (level) yang terdiri dari lima tingkatan, yaitu sebagai berikut:
22
Noerdin, Edriana, dkk, Potret Kemiskinan Perempuan. Jakarta, Women Research institute, 2006. h. 27. 23 Zarida, dkk, Pemberdayaan Terhadap Wanita Pedagang Kecil di Pasar Tradisional Bandung. Jakarta, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2000. h. 7-8.
23
Tingkatan pertama, adalah welfare (kesejahteraan). Pada tingkat ini yang menjadi ukuran adalah nutrisi, pendapatan dan makanan. Ukuran yang dipakai pada tingkatan ini lebih bersifat statistik dari pada kemampuan individu untuk merubah dirinya. Pada tingkatan ini pendekatan pemberdayaan pada perempuan sulit dilakukan. Tingkatan kedua adalah access (akses). Perbedaan kesejahteraan antara laki-laki dan perempuan menimbulkan ketidaksamaan akses terhadap sumbersumber pendapatan seperti tanah dan kredit maupun pelayanan. Pada tingkat ini, laki-laki mempunyai akses yang lebih besar dari pada perempuan dalam memperoleh pendidikan, pelayanan dan keterampilan. Adapun perbedaan antara laki-laki dan perempuan tersebut pada dasarnya merujuk pada rendahnya pemanfaatan terhadap kesempatan dan sumber-sumber pendapatan.
Untuk
mengatasi perbedaan ini perempuan harus mempunyai akses yang sama dengan laki-laki dalam memperoleh kesempatan. Tingkatan ketiga adalah conscientitation (kesadaran moral) Perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada tingkat ini dipercaya sebagai perbedaan yang datangnya dari Tuhan, yaitu bahwa posisi perempuan secara sosial dan ekonomi lebih rendah dari laki-laki.
Pemberdayaan dalam tingkat ini berarti memberi
kesadaran pada perempuan bahwa perbedaan tersebut sebenarnya terbentuk (dibangun) oleh masyarakat dan dapat dirubah (dikurangi). Tingkatan keempat adalah partisipation (partisipasi). Pada tingkatan ini yang diperhatikan adalah partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Partisipasi ini dapat dilihat melalui program dimana perempuan turut terlibat
24
mulai
dari
perencanaan,
manajemen,
pelaksanaan,
hingga
evaluasinya.
Keterlibatan perempuan dalam suatu komunitas masyarakat merupakan hasil dari pemberdayaan yang dilakukan. Tingkatan kelima adalah control (kontrol). Pada tingkatan ini perbedaan antara laki-laki dan perempuan terlihat pada posisi (kekuasaan) mereka terutama dalam rumah tangga dan masyarakat. Kesamaan dalam hal kontrol terhadap rumah tangga dan masyarakat akan membuat perempuan memperoleh peningkatan akan akses terhadap sumber-sumber pendapatan. Dengan demikian kesejahteraan mereka dapat meningkat pula. Perempuan secara langsung menunjuk pada salah satu dari dua jenis kelamin, meskipun di dalam kehidupan sosial selalu dinilai sebagai the other sex yang sangat menentukan mode representasi sosial tentang statusdan peran perempuan. Marginalisasi perempuan yang muncul kemudian menunjukan bahwa perempuan menjadi the second sex seperti juga sering disebut “ Warga kelas dua” yang keberadaannya tidak begitu diperhitungkan . dikotomi nature dan culture misalnya telah digunakan untuk menunjukan pemisahan dan stratifikasi diantara dua jenis kelamin ini, yang satu memiliki status lebih rendah dari yang lain. 24 Pergeseran peran perempuan dari peran domestik ke publik perempuan merupakan tanda penting dari perkembangan realitas sosial, ekonomi dan politik perempuan. Kesadaran perempuan tentu semakin meningkat terhadap peran nondomestik, terlepas didasari oleh kepentingan apa dan siapa. Namun, keterlibatan bukan berarti hak perempuan semakin diperhatikan karena 24
Dr. Irwan Abdullah, ed. Sungkan Peran Gender (Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset, 1997 ) Cet. 1. h. 3.
25
keterlibatan perempuan dimanfaatkan oleh laki-laki dan oleh berbagai kepentingan lain, seperti negara dan kapitalis. Perempuan telah menjadi faktor penting dalam ekonomi rumah tangga, terutama pada saat laki-laki “ Kehilangan kesempatan terlibat akibat segemantasi pasar tenaga kerja. Bagi negara, perempuan telah menjadi sumber devisa atas keterlibatannya sebagai tenaga kerja Indonesia di luar negeri. Perempuan juga tidak lebih sebagai korban dari struktur ekonomi yang semakin kompetitif, karena upah rendah yang diberikan kepada perempuan telah memungkinkan perusahaan bersaing di pasar yang semakin kompetitif. Selain itu, perempuan secara umum masih dipandang sebagai the other sex atau orang asing dalam dunia kerja.. hal ini tampak dari berbagai bentuk pengingkaran sosial (social exclusion) yang dilakukan oleh laki-laki atau institusiinstitusi pendukung terhadap kaum perempuan. Kekerasan dan pelecehan seksual serta aturan-aturan kerja yang tidak jelas merupakan tanda pemgingkaran ini. Meskipun muncul reaksi dari kalangan perempuan dan kaum feminis, melalui berbagai protes dan tindakan-tindakan penolakan, seperti berhenti kerja atau pindah bekerja di tempat lain, tekanan semacam ini masih sulit dihilangkan. 25 Perempuan akhirnya melihat dunia kerja semacam dunia baru yang masih rawan dan tidak aman bagi mereka. Belum lagi kendala yang dihadapi dalam keluarga, suatu persoalan yang muncul akibat keterlibatan mereka di luar rumah. Keluhan kaum perempuan banyak disamping dalam berbagai kesempatan. Hubungan laki-laki dan perempuan ternyata tidak hanya menjadi masalah di tempat kerja atau di luar rumah, tetapi justru di dalam rumah. Rumah di mana
25
Irwan Abdullah, Sungkan Peran Gende, 199., h. 22.
26
perempuan mendapatkan kebahagian akhirnya berubah menjadi “ dunia lain “ bagi perempuan sendiri, padahal satu kaki perempuan sudah terlanjur berada di luar rumah. Kendala lain yang penting untuk perjuangan perempuan mendapatkan tempat yang proporsional dalam dunia publik, berasal dari kaum perempuan sendiri.banyak perempuan dan institusi yang notebenenya membantu perempuan malah menyalahkan perempuan dengan mendorong mereka mundur kembali ke kodratnya sebagai perempuan. Hal semacam ini telah memecah belah keyakinan perempuan tentang “ apa yang sesungguhnya mereka inginkan”. Berbagai persoalan, baik yang bersifat sosial, kultural, ekonomi maupun politik, justru semakin menjauhkan perempuan dari “ potret diri” yang sedang mereka cari. Atau jangan-jangan kita semua telah menciptakan diskursus yang semakin jauh dari nilai acuannya, sehingga menguburkan potret yang sesungguhnya sangat jelas terlihat oleh si pemiliknya. 26 3.
Ekonomi dan Perempuan Salah satu program yang mempunyai potensi yang besar dalam memberikan
kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan perempuan adalah program penyaluran kredit mikro.
Pelayanan
keuangan mikro (kredit mikro) terus
berkembang sejalan dengan perkembangan pemikiran dan pemahaman mengenai masyarakat miskin. Pada masa pemberian kredit pertanian bersubsidi antara tahun 1950-an sampai 1970-an, masyarakat miskin dipandang sebagai petani kecil yang tersisihkan dan biasanya laki-laki, sehingga perlu ditingkatkan produktivitasnya
26
Irwan Abdullah, Sungkan Peran Gende, 199., h. 22.
27
melalui pemberian kredit. Pada era 1980-an masyarakat miskin lebih banyak dipandang sebagai pengusaha mikro yang umumnya perempuan, yang tidak memiliki aset untuk dijadikan jaminan walaupun usahanya mempunyai prospek untuk dikembangkan. Oleh karena itu banyak dikembangkan upaya, terutama oleh lembaga non pemerintah untuk menyediakan kredit mikro bagi perempuan. Menurut Mayoux sejak awal tahun 1970-an gerakan-gerakan perempuan di beberapa negara mulai menyadari bahwa tidak adanya akses atas kredit untuk modal usaha menjadi faktor penghambat utama bagi perempuan untuk memperoleh pendapatan. 27
Ketidakmampuan perempuan berkontribusi secara
ekonomi terhadap rumah tangganya membuat posisi perempuan lemah baik dalam rumah tangga maupun komunitasnya. Oleh karena itu, gerakan-gerakan perempuan tersebut menjadi begitu tertarik pada program-program dan koperasikoperasi yang memberikan kredit yang secara khusus ditujukan untuk orang miskin dan banyak dimanfaatkan oleh perempuan. Sejak itu pula banyak organisasi-organisasi perempuan di seluruh dunia mulai memanfaatkan program kredit dan tabungan sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan pendapatan perempuan dan menyadarkan perempuan terhadap isu-isu gender yang lebih luas. Pada perkembangan selanjutnya, di era 80-an muncullah lembaga-lembaga keuangan mikro (microfinance intitutions) yang mulai menjadikan kaum perempuan miskin sebagai kelompok sasaran
penerima program.
Bahkan
menurut Aryo pada pertengahan tahun 1990-an program keuangan mikro secara umum telah membidik perempuan sebagai kelompok sasarannya sebagai sebuah 27
Linda Mayoux, What Do We Want to Know? Selecting Indicators From Impact Assesment to Sustainable and Participatory Practical Learning: A Guide for Enterprise Development Open University Working Paper, Milton Keynes. 2001 .h. 5.
28
upaya sistematis untuk menanggulangi kemiskinan dan memberdayakan perempuan. 28 Salah satu contoh program keuangan mikro untuk perempuan yang paling populer saat ini adalah Grameen Bank di Bangladesh. Menurut Khudori, model Grameen Bank yang dikembangkan oleh Muhammad Yunus di Bangladesh merupakan contoh upaya pemberdayaan perempuan yang dinilai sangat berhasil mengangkat harkat dan martabat perempuan sehingga peran dan kedudukannya dihargai baik dalam rumah tangga maupun dalam komunitasnya. 29 Grameen Bank menjadikan kaum perempuan yang miskin sebagai kelompok sasaran utama. Muhammad Yunus melakukan hal itu karena beberapa alasan. Pertama, dari segi ketenagakerjaan, umumnya perempuan dianggap bukan tenaga kerja produktif, sehingga dengan bantuan kredit mereka bisa melakukan kegiatan usaha produktif di sela-sela kesibukan mengurus rumah tangganya. Kedua, secara kultural, perempuan terbiasa mengurus ekonomi rumah tangga (manajer keuangan dalam rumah tangganya). Hal ini memberikan peluang yang lebih besar terhadap keberhasilan pengelolaan kredit yang yang disalurkan untuk rumah tangga miskin. Ketiga, secara emosional, perempuan lebih dekat dengan anak-anaknya. Pada saat perempuan memperoleh pendapatan maka ia akan memanfaatkan pendapatan ini untuk keperluan anak-anaknya sebagai prioritas utama. Perempuan menjadi kunci pembentukan kualitas sumber daya manusia anak-anaknya. Keempat, kredit merupakan jembatan emas menuju persamaan hak kaum perempuan dengan laki-
28
Bagus Aryo, Pemberdayaan Perempuan Melalui Microfinance : Suatu Telaah Kebijakan Penangulangan Kemiskinan. Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Jilid 4, Nomor 1. Depok Laboratorium Kesejateraan Sosial, Departement Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, 2006. h. 2. 29 Khudori, Yunus dan Pemberdayaan ekonomi Rakyat, Dalam harian Koran Tempo. Edisi 18 Oktober 2006 .
29
laki. Selama ini ketimpangan gender terjadi karena perempuan dianggap tidak memberikan kontribusi ekonomi terhadap rumah tangganya. Perempuan merupakan klien atau mitra yang tepat untuk microfinance (kredit mikro) karena dengan memfokuskan pada perempuan,
pihak yang
terbantu pada hakekatnya tidak hanya perempuan tapi juga keluarganya dan masyarakat secara umum 30 .
Begitu pun Mayoux
dalam salah satu laporan
penelitiannya mengungkapkan bahwa peningkatan akses terhadap kredit dan tabungan dapat menjadi pintu pembuka dan memperkuat setiap mata rantai pemberdayaan perempuan karena alasan-alasan sebagai berikut: 1.
Perempuan dapat menggunakan kredit dan tabungan tersebut untuk kegiatankegiatan ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan dan aset rumah tangganya.
Hal itu akan membuat perempuan memiliki kontrol atas
pendapatan dan aset tersebut. 2.
Adanya kontribusi ekonomi dapat meningkatkan peran perempuan dalam pengambilan keputusan (decision making) ekonomi di dalam rumah tangga menuju kesejahteraan yang lebih baik bagi perempuan, anak-anak dan juga laki-laki (suami).
3.
Meningkatnya peran perempuan dalam perekonomian rumah tangga dapat membawa perubahan peran-peran gender dan meningkatkan statusnya dalam rumah tangga dan komunitasnya. 31
30
Aryo, Pemberdayaan Perempuan Melalui Microfinance : Suatu Telaah Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan . h. 4. 31
Mayoux, What Do We Want to Know? Selecting Indicators. 2001 .h. 2.
30
Sedangkan menurut Hastuti et all. upaya pengembangan usaha mikro yang dilakukan oleh perempuan melalui penyaluran kredit ini menjadi penting, karena perempuan berhadapan dengan kendala-kendala tertentu yang dikenal dengan istilah “tripple burden of women”, yaitu ketika mereka ‘diminta’ menjalankan fungsi reproduksi, produksi, sekaligus fungsi sosial di masyarakat pada saat yang bersamaan.
Hal
tersebut
menyebabkan
kesempatan
perempuan
untuk
memanfaatkan peluang ekonomi yang ada menjadi sangat terbatas. 32 Sebagian besar perempuan masih berkiprah di sektor informal atau pekerjaan yang tidak memerlukan kualitas pengetahuan dan keterampilan yang spesifik.
Pekerjaan-pekerjaan
ini
biasanya kurang memberikan jaminan
perlindungan secara hukum dan jaminan kesejahteraan yang memadai, di samping kondisi kerja yang memprihatinkan serta pendapatan yang rendah. Beberapa studi menurut Hastuti et al. mengindikasikan upah perempuan lebih rendah dari lakilaki. Salah satu studi menunjukkan bahwa upah perempuan sekitar 70% dari upah laki-laki. Dilihat dari akses terhadap kredit, pengusaha perempuan diperkirakan mempunyai akses yang lebih kecil, 11% dibandingkan laki-laki, 14%. 33 Program penyaluran kredit mikro tidak hanya memberikan perempuan akses untuk meminjam dan menabung, tapi juga telah mencapai jutaan orang di seluruh dunia dan membawa mereka bersama-sama ke dalam kelompokkelompok yang terorganisasi. Program ini telah memberikan sumbangannya yang
32
Hastuti et all, Upaya Penguatan Usaha Mikro dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Perempuan (Sukabumi, Bantul, Kebumen, Padang, Surabaya dan Makasar). Laporan Penelitian Dalam http://www.smeru.devnet.anu.edu.au. Yang diakses pada tanggal 28 Februari 2009 33 Hastuti et all, Upaya Penguatan Usaha Mikro dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Perempuan (Sukabumi, Bantul, Kebumen, Padang, Surabaya dan Makasar). Laporan Penelitian Dalam http://www.smeru.devnet.anu.edu.au. Yang diakses pada tanggal 28 Februari 2009
31
sangat signifikan terhadap upaya-upaya untuk membangun kesetaraan gender, pemberdayaan perempuan, pembangunan yang pro rakyat miskin (pro-poor development) dan penguatan civil society.
Melalui kontribusinya yang besar
dalam membangun kemampuan perempuan memperoleh pendapatan, program penyaluran kredit mikro ini sangat potensial untuk terus dikembangkan dalam rangka pemberdayaan ekonomi, peningkatan kesejahteraan perempuan dan keluarganya serta pemberdayaan sosial politik yang lebih luas. Oleh karena itu Mayoux berkesimpulan bahwa program kredit mikro kini dapat dikembangkan sebagai strategi kunci yang secara simultan dapat mengurangi kemiskinan sekaligus memberdayakan perempuan. 34 program
ini
mulai
menyentuh
kaum
perempuan
dan
Pada saat
mereka
mulai
mengembangkan usaha mikronya maka ada beberapa dampak yang secara potensial akan timbul, antara lain: 1.
Peningkatan pendapatan dan kontrol atas pendapatan tersebut menuju level dimana perempuan tidak lagi tergantung secara ekonomi.
2.
Kemampuan perempuan mengakses jaringan dan pasar memberikan mereka pengalaman yang berharga mengenai dunia di luar rumah, akses terhadap informasi dan kemungkinan perkembangan peran-peran sosial politik dalam komunitasnya.
3.
Peningkatan pemahaman mengenai pentingnya kontribusi perempuan atas pendapatan rumah tangga dan kesejahteraan keluarga.
34
Mayoux, What Do We Want to Know? Selecting Indicators. 2001 .h. 2
32
4.
Peningkatan partisipasi perempuan dalam pengambilan keputusan rumah tangga yang berkaitan pengeluaran atau belanja.
5.
Perubahan positip pada cara pandang dan perilaku yang berkaitan dengan peran-peran perempuan dalam rumah tangga dan komunitas. Namun demikian, Mayoux mengakui bahwa program kredit mikro tidak
hanya memberikan dampak yang positif tapi juga dampak negatif bagi perempuan. 35 Beberapa diantaranya adalah: 1.
Kondisi yang lebih buruk muncul pada saat usaha yang dikembangkan oleh perempuan penerima kredit hanya memberikan sedikit peningkatan pendapatan,
sementara beban kerja bertambah berat ditambah dengan
munculnya tekanan untuk mengembalikan pinjaman tepat waktu. 2.
Dalam banyak kasus, pinjaman digunakan oleh laki-laki (suaminya) untuk mengembangkan usaha rumah tangga di mana kontrol perempuan atasnya sangat kecil. Dengan demikian perempuan berperan tidak lebih sebagai debt collector yang tidak dibayar yang menjadi penghubung antara suaminya dengan pihak program.
3.
Pada kasus yang lain, meningkatnya kemandirian perempuan sebagai dampak program kredit mikro hanya bersifat sementara tanpa dukungan kaum lakilaki (suami). Ketergantungan yang lebih parah muncul pada saat suami menarik dukungannya.
35
Mayoux, What Do We Want to Know? Selecting Indicators. 2001 .h. 2
33
4.
Peningkatan
pendapatan
perempuan
menimbulkan
ketakutan
akan
berkurangnya kontribusi laki-laki (suami) dalam beberapa jenis pengeluaran rumahtangga. Oleh karena itu Mayoux menyimpulkan bahwa dampak program kredit mikro baik yang positif maupun negatif sangat bervariasi antar individu perempuan. Perbedaan dampak ini dapat terjadi karena perbedaan jenis kegiatan produktif yang dilakukan dan perbedaan latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya.
Bahkan perbedaan itu tetap bisa muncul walaupun jenis kegiatan
produktif yang dilakukan dan latar belakang sosial, ekonomi, serta budaya individu tersebut hampir sama. 36
36
Mayoux, What Do We Want to Know? Selecting Indicators. 2001 .h. 2
34
BAB III KOPERASI BAYTUL IKHTIAR (BAIK) BOGOR 1. Koperasi Syariah Dilihat dari segi bahasa secara umum koperasi berasal dari kata-kata latin yaitu, cum yang berarti dengan, dan aperari yang berarti bekerja. Dari dua kata ini dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah co dan operation yang dalam bahasa belanda disebut dengan istilah cooperation peregening yang berarti bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 1 Sedangkan dari segi terminologi koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi yang beranggotakan orang-orang hukum yang bekerjasama dengan penuh kesadaran untuk
meningkatkan
kesejahteraan
anggota
atas
dasar
sukarela
secara
kekeluargaan Istilah bekerja sama berdasarkan atas asas kekeluargaan, secara otentik juga digunakan dalam konstitusi Negara UUD 1945 sebagai tipologi sistem perekonomian nasional. Dalam penjelasannya, istilah usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan disebut koperasi. Dalam Undang-undang 25 Tahun 1992 dinyatakan bahwa yang dimaksud koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatan berdasarkan atas asas kekeluargaan. 2 Koperasi dalam fikih islam dikenal dengan syirkah Ta’awuniyah atau semakna dengan al-Ikhtilat, yaitu perserikatan/perkongsian dalam ekonomi yang 1
R.T. Sutantya Rahardja Hadikusuma, Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002 Cet. Pertama, h.1. 2 Undang-undang Perekoperasian nomor 25 Tahun 1992 pasal 1, Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2007 Cet. Pertama, h. 253-257.
35
berorientasi kepada kebersamaan. Adapun dilihat dari segi istilah, koperasi adalah akad antara orang-orang untuk berserikat modal dan keuntungan. 3 Jejak koperasi berdasarkan prinsip syariah ialah telah ada sejak abad III Hijriyah di Timur Tengah dan Asia Tenggara. Bahkan, secara teoritis telah dikemukakan oleh filosof islam Al-Farabi. As-Syarakhsi dalam Al-Mubsuth, sebagaimana dinukil oleh M.Nejatullah Siddiqi dalam Pamership and Profit Sharing in Islamic Law, ia meriwayatkan bahwa Rasulallah saw, pernah ikut dalam suatu kemitraan usaha semacam koperasi, diantranya dengan Sai bin Syarik di Madinah 4 . Sedangkan Syirkah atau Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua orang pihak atau lebih, untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihakMemberikan kontribusi dana (amal/ekpertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. 5 Dilihat dari segi falsafah atau etika yang mendasari gagasan koperasi banyak terdapat segi-segi yang mendukung persamaan dan dapat diberi rujukan dari segi ajaran islam. Persamaan falsafah atau etik itu ditemukan dalam penekanan pentingnya kerjasama dan tolong menolong (ta’awun), persaudaraan (ukhuwah) dan pandangan hidup demokrasi (musyawarah) seperti dalam AlQur’an menyuruh manusia bekerjasama dan tolong menolong dengan menegaskan bahwa kerjasama dan tolong-menolong itu hanyalah dilakukan dalam kebaikan dan mencerminkan ketaqwaan kepada tuhan.
3
Junaedi B.SM.,Islam dan Interprenedrialisme : Suatu Studi Fiqh Ekonomi Bisnis Modern, Jakarta, Kalam Mulia 1993,.h.147. 4 Koperasi Dalam Islam, “Artikel diakses tanggal 25 November 2008 dari http.//setiadi.wordpress.com/2007/02/07 koperasi-dalam-islam/ . 5 Ibnu Rusd, Bidayatul Mujyahidwa Nihayatul Muqtashid, Beirut, Darum Qalam, 1988, h. 253-257.
36
Determinasi institusional badan usaha koperasi dalam perspektif yuridis konstitusional di atas secara esensial banyak mengandung aspek-aspek yang menjadi titik taut dengan prinsip syariah dalam kegiatan usaha perkoperasian. Bahkan, hamper secara totalitas memiliki kesamaan prinsip yang justru “bersenyawa” dengan sistem operasional prinsip syariah. Secara esensial titik temu dimaksud antara lain terletak pada : 6 a. Eksistensi badan usaha koperasi sebagai suatu konsep sistem gerakan ekonomi kerakyatan sebagai usaha bersama berdasarkan atas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi, secara ekslusif berperan dalam membangun dan mengembangkan kesejahteraan
kemampuan
anggotanya,
potensial
melainkan
ekonomi juga
dan
berperan
memajukan serta
dalam
mewujudkan kualitas kesejahteraan ekonomi dan sosial masyarakat yang maju, adil dan makmur. b. Karakteristik badan koperasi tidak sekedar persekutuan orang, melainkan sangat potensial untuk dapat dikembangkan menjadi persejutuan sosial dan modal. c. Sietem pengelolaan usaha berdasarkan prinsip open management d. Kontruksi skim permodalan yang meniscayakan keikutsertaan seluruh anggotanya sebagai pilar utama usaha pemupukan modal, selain tetap dimungkinkan skim permodalan berasal dari pinjaman dan penyertaan.
6
Faisal, dkk, Prospek Operasional Syariah dalam Kegiatan Usaha Perkoperasian : Analisis Upaya Konversi Intan Bandar Lampung Menjadi Koperasi Berdasarkan Prinsip Syariah, Laporan Penelitian, Bandar Lampung, IAIN Raden Intan, 2003, H 149-150.
37
e. Sistem pemberian jasa yang terbatas terhadap modal dan sistem pembagian sisa hasil usaha yang dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggotanya. f. Spesifikasi kegiatan usaha yang berkaitan langsung dengnan kepentingan anggota, untuk meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota selain tetap diniscayakan melakukan layanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan menjalankan kegiatan usaha di segala bidang ekonomi rakyat. Secara garis besar antara koperasi konvensional dan koperasi syariah mempunyai pengertian yang sama, yaitu : a. Badan Usaha/Lembaga (untuk kerjasama) b. Terdiri dari anggota c. Mempunyai landasan hukum d. Tidak ada paksaan e. Modal bersama berdarkan profit and sharing loss sharing Perbedaan anatara keduanya yaitu : Pertama, Koperasi Syariah/Koperasi dalam islam belum meiliki hukum format atau material. Belum ada yurisprudensia-nya berdasarkan fikih sosial yang berkembang di Indonesia. Kedua, Perbedaan pokok anatar koperasi Simpan Pinjam (KJKS) dengan Koperasi Simpan Pinjam Syariah atau Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah larangan untuk membayar dan menerima bunga melekat pada pinjaman, maka KJK syariah tidaj menggunakan skema pinjaman dalam penyeluran
38
dananya. Pinjaman hanya digunakan sebagai aktifitas sosial tanpa meminta imbalan, karena setiap pinjaman yang disertai dengan imbalan adalah riba. Ketiga, dalam menanggung resiko perbedaan anatara keduanya yaitu jika pada KJKS konvensional menerapkan bahwa resiko dalam menjalankan usaha berada pada anggota, dan tidak ikut menanggung dan berbagi kerugian kepada anggotanya yang usahanya mengalami kerugian secara konvensional. 7 2. Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor 1. Kelembagaan Program
Ikhtiar
adalah
suatu
usaha
yang
berbasis/berdasarkan
pemberdayaan masyarakat melalui pelayanan mikro dengan menerapkan partisipasi kelompok, yang mana sasarannya adalah perempuan dari kalangan keluarga miskin atau yang berpendapatan rendah. Kelompok Ikhtiar adalah suatu asosiasi (perkumpulan) kredit dan perputaran tabungan yang dikelola oleh koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) yang memprakarsai kelompok pinjaman bagi masyarakat miskin. Inti dari pendekatan program Ikhtiar adalah dengan berhasilnya menggabungkan “ Konsep Grameen Bank dan Konsep Keuangan Mikro Syariah”. Pembentukan awal kelompok telah didirikan pada akhir tahun 1999 di Desa Sukaluyu, kecamatan Taman Sari Kabupaten Bogor sampai dengan bulan juli Tahun 2008 Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) telah memiliki 5,488 anggota, dari
7
Siti Fatimah, “ Analisa Strategi Koperasi Pondok Pesantren dalam Pemberdayaan Ekonomi Rakyat (Studi pada Komponen Al-Ikhlas Subang “ Skripsi SI Fakulatas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri SyarifHidaytullah, Jakarta, 2005. h. 78.
39
376 Majlis, yang berada pada 30 desa di Kabupten dan Kota Bogor serta Kabuapten Sukabumi Sejak permulaan kelompok Ikhtiar didirikan pada tahun 1999 dan pengelolaan Grameen Bank dari tahun 2003 sampai dengan Juli 2009, pelayanan Koperasi Baytul Ikhtiar untuk kelompok miskin telah membuat/menghasilkan beberapa prestasi yaitu : 1.
Program ini telah memberikan pelayanan lebih dari 6600 anggota yag meliputi : 5,488 anggota, 376 majlis/kelompok yang berada di 30 Desa dari 13 Kecamatan pada Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan Kabupaten Tasikmalaya.
2.
Program Ikhtiar sampai dengan saat ini telah mencairkan dana sampai sebesar Rp.1.9 Miliyar dari 3653 anggota sejak Januari tahun 2008 sampai dengnan Oktober tahun 2008, dengan outstanding portofolio 1 Miliyar pada bulan Oktober 2008, PAR bulan Oktober 2008 hanya ,85%
3.
Total asset program sebesar 2,7 Miliyar, tabungan lancar anggota 395 juta, asset tetap sebesar 250 juta dan dana lain untuk dana bergulir sebesar Rp. 2,1 juta
4.
Program ini dilaksanakan oleh 28 staff & 21 F.O yang bertempat pada 1 (satu) kantor pusat dan 2 (dua) kantor cabang
2.
Tujuan Pendirian Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor Program ini memiliki sasaran/tujuan untuk meningkatkan ekonomi dan
sosial dari keluarga yang berpendapatan rendah dengan memberikan pelatihanpelatihan tentang pengelolaan asset rumah tangga dan keluarga, oleh karena itu
40
dikemudian hari mereka dapat memenuhi kebutuhan dasarnya : makanan (Pangan), rumah, pendidikan dan kesehatan dll. Manfaat utama dari program ini adalah untuk keluarga miskin yang berasal dari pedesaan/perkotaan, yang masih memiliki usaha yang aktif (produktif) yang diantaranya masih memiliki tenaga kerja tidak ahli/buruh dan pengusaha kecil. a. Visi Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Oraganisasi keuangan mikro syariah yang memperdayakan masyarakat miskin dengan pelayanan dan pendidikan kepada ibu-ibu yang teroganisir melalui metode simpan pinjam dan pendampingan secara kelompok b. Misi Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) •
Memperluas jangkauan pelayanan keuangan mikro syariah kepada masyarakat miskin
•
Melakukan pendampingan dan pelayanan secara berkelompok yang terorganisir
•
Mewujudkan kemandirian keuangan operasional yang berkesinambungan dan teratur dalam penggunaanya
•
Membentuk jaringan untuk memperkuat pelayanan dan pendampingan dengan NGO, ZIZ,s LKM, Pemerintah, Swasta dan Perorangan
c. Keberhasilan Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) •
Memperluas jangkauam pelayanan keuangan syariah ke-30 ribu ibu-ibu miskin dalam 5 tahun ( lima ratus Ibu-ibu Miskin, Tim Pendampin
41
Lapangan/bulan) di Bogor Barat, Bogor Timur, Bogor Selatan, Kota Bogor dan Sukabumi •
Meningkatkan
pendampingan
di
bidang
Pendidikan
Kader
atau
Kepemimpinan, Kesehatan, ERT, URT dan Kewarganegaraan •
Merwujudkan kemandirian keuangan operasional melalui diversifikasi produk, penyesuaian princing dan peningkatan kualitas SDM
•
Membangun jaringan dengan 10 mitra strategis untuk sumber pendanaan, knowledgesharing dan advokasi hak-hak sosial dasar
•
Mempunyai status badan hukum termasuk pendanaan, laporkan keuangan, MIS dan sistem kepegaiwan Juni 2008
3. Kinerja Program Dimulai dengan pilot project sebanyak 35 (3 majlis) pasa tahun 1999 di Desa Sukaluyu, maka sampau dengan juli 2009, anggota ikhtiar telah berkembang menjasi 5.488 orang (376 majlis) yang tersebar di 30 Desa pada 13 Kecamatan di Kabupaten, Kota Bogor dan Sukabumi. Tabel. 2.1 Jumlah dan Sebaran Anggota Per Juli 2009 No
Kecamatan
A. 1
Kabupaten Bogor Tamansari
2 3 4 5 5 6 B 8 9 10.
Ciomas Tenjolaya Cibungbulang Darmaga Ciampea Rumpin Kodya Bogor Bogor Tengah Tanah Sereal Bogor Barat
Desa, Kelurahan Sukajadi, Sukajaya, Sukaluyu, Sukaresmi, Taman Sari Sukamakmur, Laladon, Ciomas Padasuka Gunung Malang Ciaruteun Ilir, Cijujumg Sukadamai, Sukawening Ciampea Cidokom Cibogor Kedung Badak, kedung Jaya, Kebon Pedes Gunung Batu, Cilendek Timur, Cilendek Barat
Majlis
Jumlah Anggota
125
1776
31 35 39 15 23 19
494 533 555 218 370 316
2 23 17
24 290 238
42
11. 12.
Bogor Selatan Bogor Utara
C. 13.
Kab. Sukabumi Cicurug
Mulyaharja, Cikaret Tanah Baru, Bantar Jati, Tegal Gundil, Ciluar
12
181
31
428
Cisaat Jumlah
4 376
65 5,488
Sumber : Koperasi Baytul Ikhtiar 4. Letak Geografis Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) terletak di Jl. Gagak Blok EEI No.7 Taman Pagelaran, Ciomas Bogor, Jawa Barat. 5. Sruktur Organisasi Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) 1. Rapat Anggota 2. Pengawas
3. Pengurus
4. Manajer
: •
Juhariah
•
Erna Indriastuti
•
Hoerudin
: •
Latif Efendy
•
Aziz M. Abduh
•
Asep Zaenal Umami
•
Hipni Permadi
•
Titin Prasetywati
: •
5. Supervisi Wilayah
Titin Prasetywati :
•
M. Syukur Sekarmaji
•
Dini Yusrom
•
Imam Iskandar
43
6. Kabag Operasional • 7. Pembukuan
9. Kas /Teller
Dera Rahayu
: •
Nurmayati
•
Mariam Jamilah
: •
10. TPL
Yahya Supriadi
: •
8. Adm P
:
Abdul Rohman
: •
Nurlaela
•
Yadi Mulyadi
•
Tati Dwi yantini
•
Neneng Rodiah
•
Sumiati
•
Wulan Sari
•
Yusup
•
Yurnia
•
Sundari
•
Suheri
•
Komarudin
•
M. Nunu
•
Reno
•
Vicky
44
Diagram 1.1 Struktur Oganisasi Koperasi Baytul Ikhtiar (Bogor)
STRUKTUR ORGANISASI KOPERASI BAYTUL IKHTIAR
RAPAT ANGGOTA PENGAWAS
PENGURUS
MANAJER
SUPERVISI WILAYAH
TPL
KABAG OPERASIONAL
PEMBUKUAN
AdmP
ANGGOTA
Sumber : Hasil Wawancara diolah oleh Peneliti
KAS
45
BAB IV PEMBIAYAAN BAGI PEREMPUAN MISKIN DI KOPERASI BAYTUL IKHTIAR (BAIK) A. Jenis Usaha yang dibiayai oleh Koperasi Baytul Ikhtiar Sebagian besar anggota telah memanfaatkan pinjaman dan pembiayaan yang telah digulirkan (total portofolio th. 2009) tidak kurang dari Rp 1,188 milyar. Perguliran ini telah menstimulir peningkatan akumulasi tabungan anggota l.k. Rp 593 juta, atau naik 93% dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 303 juta. Sejak pertama kali diinisiasi sampai kini (2009), perguliran telah mencapai Rp 3,370 milyar. 1 Dana yang telah digulirkan kepada anggota yang tercatat sejak tahun 2006 hingga 2009 telah mencapai Rp. 3,554,996,000,- Selama tahun 2009, Koperasi Baytul Ikhtiar telah membukukan total penyaluran Rp 1.189.850.000, atau tumbuh 36% dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 874.750.000. Total transaksi menjadi 2355 transaksi, atau naik 45% dari sebelumnya yang hanya 1620 transaksi di tahun 2005, seiring dengan pertambahan keluarga miskin yang menjadi anggota. Besar pinjaman yang diterima berkisar antara Rp 100 ribu hingga Rp 1 juta. Jumlah penerima pinjaman berdasarkan plafon pinjaman dapat dilihat pada tabel 4 berikut. Dari total portofolio tersebut, 45% (Rp 538.050.000)nya adalah pinjaman yang relatif tidak menghasilkan profit (qordh hassan bagi pemula), sisanya 55% (Rp 650.500.000) adalah pembiayaan berprofit rendah
1
Titin Prasetyawati, Manajer Kopeasi Baytul Ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor, 12 Mei 2009.
46
untuk ukuran LKM (with pricing 10% p.a.) dengan tunggakan hanya 3,27% dari total portofolio (Rp 38.883.500). Tabel 3. Jumlah penerima pinjaman berdasarkan besar pinjaman No.
Total
Plafon (Rp)
1
100.000
2
>
100.000 s/d
3
>
4
%
26
1.12%
300.000
860
36.93%
300.000 s/d
500.000
696
29.88%
>
500.000 s/d
750.000
371
15.93%
5
>
750.000 s/d 1.000.000
363
15.59%
6
>
1.000.000 s/d 1.500.000
4
0.17%
7
>
1.500.000
9
0.39%
Grand Total
2,329
100.00%
Pinjaman yang diberikan kepada anggota digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan rumah tangga dan penambahan modal usaha rumahtangga. Alokasi pinjaman dapat dilihat dalam tabel 5 berikut 2 : Tabel 4. Jumlah penerima pinjaman berdasarkan alokasi pinjaman
No.
Total
Alokasi pinjaman
%
1
Usaha
1,584
68.01%
2
Pendidikan
320
13.74%
3
Perumahan
182
7.81%
4
Kesehatan
29
1.25%
2
Titin Prasetyawati, Manajer Kopeasi Baytul Ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor, 12 Mei 2009
47
5
Aset Rumah Tangga
72
3.09%
6
Lain-Lain
142
6.10%
Grand Total 2,329 100.00% Tingkat Risiko Pinjaman yang diberikan kepada anggota dihitung berdasarkan keterlambatan pembayaran angsuran. Dalam bulan Desember 2008, tingkat pinjaman berisiko berjumlah 8,78 % dengan besar risiko tunggakan (portofolio at risk/ PAR) senilai Rp 56.257.900, dari total pagu pembiayaan. Diagram 3.1 Skema Penghimpunan dan Penyaluran pada Koperasi Baytul Ikhtiar
ALOKASI DANA
SUMBER DANA
TABUNGAN •
PEMBIAYAAN • Modal Bergulir • Sewa/Leasing • Jual Beli • Bagi Hasil PEMBIAYAAN MULTIGUNA (kebutuhan rumah tangga)
KOP. BAIK
NON PROFIT LOAN Pinjaman Kebajikan (Qardh AL-Hasan)
Tabungan Sukarela
DANA KERJASAMA PROGRAM • Hibah • Pinjaman
• • •
DANA AMANAH: Zakat Infaq Shadaqah
Kontribusi Anggota
ANGGOTA & MASYARAKAT SEKITAR Usaha mikro, Keluarga berpenghasilan rendah, Termiskin di antara yang miskin
Sumber : Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor
48
B. Skema Pemeberian Pembiayaan 1. Penentuan Wilayah Sasaran atau Lokasi Program Wilayah sasaran Program Ikhtiar adalah kantong kemiskinan di pedesaan, atau pemukiman kumuh di perkotaan, yang merupakan pusat kegiatan ekonomi rakyat di sektor pertanian, industri kecil rumahan atau kelompok pekerja informal perkotaan.Beberapa
indikator
yang
menjadi
dasar
pertimbangan
dalam
menentukan lokasi program adalah sebagai berikut: 1) Secara fisik, wilayah tersebut memiliki keterbatasan dalam sarana jalan dan angkutan, sarana pendidikan dan kesehatan masyarakat, kondisi rumah dan sanitasi lingkungan, akses terhadap air bersih, listrik dan telepon umum, pelayanan kesehatan, dan pelayanan publik lainnya. 2) Secara statistik, wilayah sasaran memiliki indikator kesejahteraan yang rendah yang dapat diukur berdasarkan tingkat kematian balita dan ibu melahirkan, tingkat pendidikan dan angka putus sekolah, angka kemiskinan penduduk, dan sebagainya. 3) Secara teknis, kelayakan suatu wilayah sebagai calon lokasi program didasarkan pada beberapa pertimbangan teknis, yaitu potensi keluarga miskin yang memiliki kegiatan produktif minimal 30% dari total populasi penduduk, potensi pelayanan sebanyak 300 – 500 KK, memiliki jarak tempuh sekitar 30 km dan dapat dijangkau dalam waktu maksimum 30 menit dari kantor pelayanan. 3
3
Titin Prasetyawati, Manajer Kopeasi Baytul Ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor, 12 Mei 2009.
49
Proses assesment wilayah diawali dengan observasi wilayah oleh Fasilitator Wilayah untuk mengumpulkan informasi lapangan dan dokumen data mengenai kesejahteraan penduduk yang dikeluarkan oleh pemerintah, seperti BPS, Dinas Kependudukan, BKKBN, Bappeda, dan sebagainya. Kegiatan selanjutnya adalah menyusun analisa kelayakan yang terdiri dari sketsa wilayah, pendataan potensi wilayah dan rekomendasi kegiatan persiapan sosial.
Hasil
analisa tersebut dibahas dalam oleh Rapat Komite Program sehingga dapat diputuskan rencana tindak lanjut. Bila sebuah wilayah dianggap layak maka segera disusun Rencana Kerja Anggaran yang kemudian divalidasi oleh Rapat Komite Program. 2. Persiapan Sosial Tahap persiapan sosial dimaksudkan untuk menumbuhkan awareness kelompok sasaran terhadap program dengan cara
mengenalkan tujuan dan
mekanisme program. Keberhasilan tahap ini akan meningkatkan penerimaan dan dukungan masyarakat sasaran terhadap program. Rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam persiapan sosial antara lain: kunjungan dan diskusi dengan tokoh masyarakat setempat yang berpengaruh seperti kepala desa, ketua RT/RW, tokoh agama; presentasi pada acara-acara pertemuan warga seperti pengajian, kelompok Posyandu dan kelompok arisan ibu-ibu. 4 Pada tahap ini dilakukan pula pendataan awal yang biasanya dilakukan bersamaan dengan kegiatan bakti sosial, seperti santunan bahan pokok, distribusi daging kurban, dan sebagainya. Kegiatan ini diharapkan menghasilkan data dasar 4
Titin Prasetyawati, Manajer Kopeasi Baytul Ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor, 12 Mei 2009 .
50
calon peserta program, kelompok pendukung dan calon tenaga pendamping lokal. Tahap ini bisa berlangsung cepat tapi bisa juga berlangsung selama berbulanbulan. Karakter sosial masyarakat sasaran sangat mempengaruhi keberhasilan tahap ini. Berdasarkan pengalaman pelaksana masyarakat kota cenderung lebih cepat memahami manfaat program daripada masyarakat pedesaan. 3. Penerimaan Anggota Ikhtiar Proses penerimaan anggota dilakukan dengan
mencatatkan diri secara
berkelompok minimal 15 orang dan maksimal 20 orang kepada petugas lapangan lokal (TPL). Setelah itu dilakukan uji kelayakan (UK) dengan menggunakan indikator indeks rumah, indeks pendapatan & kemampuan menabung, serta indeks aset rumah tangga. Rumah tangga yang dikategorikan tidak miskin atau rumah tangga miskin tanpa sumber pendapatan tidak menjadi target group pelayanan program. Rumah tangga yang lulus dalam uji kelayakan akan mengikuti Latihan Wajib Kelompok (LWK) selama tiga hari berturut-turut dengan lama pertemuan maksimum 1 jam. Ada pun materi yang diberikan dalam LWK adlah sebagai berikut: Hari pertama berisi pengenalan program dengan menjelaskan latar belakang, maksud dan tujuan program. Untuk menguji kejujuran calon anggota, di akhir acara setiap orang diberi amanah untuk menyimpan uang sebesar Rp. 1.000 yang dicatat nomor serinya oleh pendamping lapang tanpa sepengetahuan calon anggota.
51
1.
Hari kedua berisi penjelasan mengenai produk-produk Program Ikhtiar yang meliputi beberapa macam jenis tabungan atau simpanan dan pinjaman, pengenalan dan penjelasan ikrar anggota.
2.
Hari ketiga penjelasan mekanisme yang akan dilakukan oleh anggota, yang meliputi cara meminjam, cara menabung, latihan tanda tangan bagi yang belum terbiasa dan sebagainya. Pada hari ketiga uang Rp.1.000 diminta kembali oleh pendamping. Jika nomor seri uang yang diserahkan tidak sama dengan catatan pendamping maka hal ini menjadi catatan dalam Laporan LWK dan dapat menjadi bahan petimbangan dalam penerimaan anggota. Seluruh calon anggota wajib hadir dalam LWK ini. Jika ada salah seorang
yang tidak bisa hadir maka pertemuan dibatalkan dan digeser ke minggu depannya. Hal ini bertujuan untuk memupuk kekompakan dan komitmen calon anggota terhadap kelompok/majlis. Apabila lulus dalam latihan wajib ini maka majlis telah terbentuk dan semua anggota berhak atas pinjaman. Setiap majlis terdiri dari 15 sampai 20 orang yang dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 5 orang. Berarti dalam satu majlis terdiri dari 3-4 kelompok kecil. 5
5
Titin Prasetyawati, Manajer Kopeasi Baytul Ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor, 12 Mei 2009 .
52
Diagram 3.1 Skema Retrutmen Anggota Koperasi Baytul Ikhtiar(BAIK) PERSIAPAN
•Rencana Kerja •Pemilihan Lokasi •Organisasi Kerja Persiapan Operasional Pelayanan
Training Identifikasi kemiskinan
Observasi Blok-Blok Pemukiman
Komputerisasi pelayanan UPK (Sirkah)
Pembekalan Metode Monitoring Kelompok
SOP Rekruitmen Anggota
Persiapan alat2 Adm. Pelayanan
Kompilasi data calon anggota
Uji Kelayakan Calon Anggota (UK)
Latihan Wajib Kelompok (3 hari) Monitoring Perkembangan Kelompok
Pertemuan Pekanan dan Pencairan dengan pola 2 : 2 : 1
Sumber : Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) Bogor Pinjaman diberikan secara bergiliran dengan urutan 2-2-1 dalam ”kelompok limaan”. Maksudnya, dalam sebuah kelompok yang beranggotakan 5 orang, pinjaman diberikan secara bergilir kepada 2 orang pertama, kemudian 2 orang kedua dan seorang terakhir. Orang yang mendapat giliran terakhir adalah ketua kelompok. Pemilihan ketua kelompok diserahkan kepada anggota kelompok. Namun, dalam kondisi tertentu ketua kelompok ditunjuk oleh TPL. 6 Pengajuan pinjaman oleh anggota dilakukan dalam pertemuan majlis. Calon peminjam harus berbicara di depan anggota majlis dan TPL mengenai 6
Imam Iskandar, Supervisi Wilayah Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor, 13 Mei 2009.
53
besaran jumlah uang yang akan dipinjam dan pemanfaatan pinjaman. Setelah itu anggota yang lain memberikan berbagai saran dan masukan, baik yang bersifat dukungan maupun penolakan. Tahap ini bisa berlangsung alot karena pinjaman diberikan dengan sistem tanggung renteng. Oleh karena itu, persetujuan anggota menjadi prasyarat sebelum pengajuan ke pembina pembiayaan (financing officer). Setelah disetujui anggota majlis, calon peminjam mengisi Formulir Akad Pijaman yang telah disediakan. Produk pinjaman dalam pelayanan Ikhtiar menggunakan akad-akad syariah, yaitu : pinjaman kebajikan (qardhul hasan) untuk pinjaman pertama, dan selanjutnya menggunakan akad jual beli atau akad lain sesuai dengan tujuan penggunaan Pengajuan pinjaman anggota yang telah direkomendasikan oleh majelis diproses dalam komite pinjaman yang dipimpin oleh kepala operasional dan pembina pembiayaan. Tingkat kehadiran, prestasi angsuran, dan dinamika tabungan menjadi indikator dalam persetujuan pinjaman.
Setelah mendapat
persetujuan dalam rapat komite, bagian administrasi Koperasi Baytul Ikhtiar akan mengeluarkan surat persetujuan pembayaran kepada TPL yang bersangkutan yang selanjutnya diberikan kepada calon peminjam. Pencairan pinjaman dapat dilakukan dalam pertemuan majelis satu minggu kemudian. Dalam satu tahun setiap anggota berhak atas 2 kali pinjaman, pinjaman berikutnya dapat diberikan apabila umur pertemuan minimal 25 kali dalam masa angsuran. Jumlah pinjaman pertama maksimum Rp. 300 ribu. Kenaikan jumlah pinjaman diberikan secara bertahap menjadi Rp. 500 ribu, Rp. 750 ribu, dan maksimum Rp. 1 juta dengan mempertimbangkan disiplin kehadiran, disiplin
54
angsuran dan disiplin tabungan, serta kesepakatan tanggung renteng oleh anggota lainnya. Apabila ada anggota yang memerlukan pinjaman lebih dari Rp. 1 juta, maka sumber dananya diperoleh dari BMT yang berada dalam jaringan Yayasan Peramu (BMT WU, BMT KU dan BMT TbU).
Pada saat pencairan, peminjam
dikenakan biaya administrasi pencairan sebesar 1% dari jumlah pinjaman. 7 Jangka waktu pengembalian pinjaman adalah 50 minggu. Namun diperbolehkan pula bagi anggota yang ingin melunasi pinjaman kurang dari 50 minggu. Setelah pinjaman pertama dilunasi anggota dapat mengajukan pinjaman yang kedua. Pembayaran angsuran dilakukan setiap minggu pada saat pertemuan rutin majlis. Kegiatan ini selalu disertai dengan penyetoran simpanan atau tabungan dan infaq, yaitu iuran sukarela yang akan digunakan untuk membantu anggota yang tertimpa musibah. Ada 3 jenis tabungan, yaitu: -
Tabungan wajib yang besarnya bervariasi tergantung dari besarnya pinjaman. Tabungan wajib baru bisa diambil pada saat anggota kelompok keluar dari keanggotaan. Di bawah ini adalah tabel skema besarnya tabungan wajib yang harus disetorkan sesuai dengan besarnya pinjaman.
7
Titin Prasetyawati, Manajer Kopeasi Baytul Ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor, 12 Mei 2009
55
Skema jumlah tabungan wajib yang harus disetorkan Besar Pinjaman
Besar Tabungan
(Rp)
(Rp)
1
300.000 - 600.000
200
2
700.000
250
3
1.000.000
400
No
Sumber: Data Koperasi Baytul Ikhtiar diolah oleh peneliti, 2009. 1.
Tabungan sukarela yang besarnya tidak ditentukan tergantung kemampuan finansial anggota. Tabungan sukarela dapat diambil kapan saja saat anggota membutuhkan dengan saldo minimal Rp.2.000.
2.
Tabungan kelompok adalah tabungan yang dihimpun oleh anggota dan dicatat atas nama kelompok kecil yang berjumlah 5 orang.
Besarnya
tabungan yang harus disetor oleh masing-masing anggota bervariasi tergantung besarnya pinjaman. Seperti halnya tabungan wajib, Tabungan wajib baru bisa diambil pada saat anggota kelompok keluar dari keanggotaan. Di bawah ini adalah tabel skema besarnya tabungan kelompok yang harus disetorkan oleh masing-masing anggota sesuai dengan besarnya pinjaman.
56
Skema jumlah tabungan kelompok yang harus disetorkan Besar Pinjaman
Besar Tabungan
(Rp)
(Rp)
1
300.000 - 600.000
300
2
700.000
500
3
1.000.000
600
No
Sumber: Data Koperasi Baytul Ikhtiar diolah oleh peneliti, 2008. C. Kebijakan yang diberikan oleh Koperasi Baytul Ikhtiar pada Perempuan Program Ikhtiar merupakan program pemberdayaan berbasis komunitas (community based empowerment) yang memberikan pelayanan keuangan mikro secara khusus kepada kaum perempuan dari keluarga berpenghasilan rendah. 8 Program ini dimulai dengan sebuah pilot project pemberdayaan komunitas masyarakat miskin pedesaan pada akhir tahun 1999 di Desa Sukaluyu, Kecamatan Tamansari, Kabupaten Bogor dan diterapkan untuk komunitas masyarakat miskin perkotaan di kawasan Kota Bogor pada tahun 2002. Kelompok sasaran dari program ini adalah perempuan dari keluarga miskin di perkotaan dan pedesaan (urban & rural poor), yang masih memiliki potensi produktif (economically active) dengan menjadi pelaku usaha mikro, seperti pedagang sayur di pasar atau
8
Tim Baytul Maal Bogor, Inovasi Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Pendekatan Agama (Studi KasusPengembangan Program Ikhtiar oleh Baytul Maal Bogor). Jurnal Otonomi dan Pembangunan Daerah Warta gubernur Vol. 2 Tahun 1 Edisi Februari. 2007. h.51.
57
pedagang sayur keliling, perajin/pemilik bengkel sepatu, pedagang warungan, pedagang makanan jajanan, petani ataupun buruh tani dan lain-lain. 9 Pada awalnya, program ini merupakan program kerjasama pendayagunaan dana ZIS antara Baytul Maal Bogor sebagai Lembaga Amil Zakat (LAZ) dengan Yayasan Peramu untuk menjangkau fakir miskin di perkotaan dan pedesaan. Karena itu, di kalangan anggotanya khususnya di Kecamatan Tamansari Program Ikhtiar lebih dikenal sebagai Baytul Maal. Baytul Maal Bogor yang pembentukannya dirintis oleh Yayasan Peramu lebih berperan sebagai lembaga funding (lembaga donor) sedangkan Yayasan Peramu berperan dalam pendayagunaan dana ZIS untuk pemberdayaan ekonomi fakir miskin melalui pelayanan keuangan mikro. Dalam perkembangannya, dana program Ikhtiar tidak hanya berasal dari ZIS saja tapi juga dari sumber-sumber lain baik pemerintah (antara lain Pemda Kabupaten Bogor) maupun lembaga donor swasta dari dalam dan luar negeri, seperti Yayasan Lentera 165/ESQ Jakarta, Mercy Corps Indonesia, Plan International, dan Novib Oxfam. 10 Model kerjasama antar lembaga semacam ini merupakan terobosan baru dalam metode penyaluran dana ZIS yang selama ini lebih banyak menggunakan metode karitatif dalam bentuk pemberian santunan kepada masyarakat miskin tanpa disertai dengan proses pemberdayaan. Pendekatan karitatif tersebut berdampak
pada
munculnya
ketergantungan
masyarakat
miskin
(para
mustahik/penerima zakat) terhadap bantuan (dana ZIS yang dikeluarkan oleh para muzaqqi atau orang yang membayar zakat). Ketergantungan yang terus menerus memunculkan sikap malas dan apatis sehingga mereka tidak memiliki 9
Warta Gubernur, Jurnal Otonomi dan Pengembangan daerah, Bogor, APPSi, 2009. Warta Gubernur, Jurnal Otonomi dan Pengembangan daerah, Bogor, APPSi, 2009.
10
58
kemampuan dalam mengelola aset yang mereka peroleh. Dengan demikian potensi yang sangat besar dari dana ZIS tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk memutus mata rantai kemiskinan. Oleh karena itu, untuk menjamin keberlangsungan manfaat (sustainability of benefit) dan keberlangsungan aset (sustainability of aset) maka Program Ikhtiar berupaya membangun suatu kelembagaan ekonomi yang mengutamakan partisipasi aktif masyarakat melalui pelayanan keuangan mikro berbasis syariah (syaria based microfinance). Lembaga ekonomi ini kemudian dikenal dengan Koperasi Baytul Ikhtiar. Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK) secara resmi dibentuk pada tahun 2003. Strategi ini menjadi pilihan karena beberapa alasan, sebagai berikut : a.
Mampu menjangkau lebih banyak orang miskin pada skala bisnis yang berkelanjutan secara finansial.
b.
Pelayanan dapat diakses oleh usaha mikro dan perempuan dari keluarga miskin. Proses pelayanan membuka ruang untuk proses pembelajaran, sehingga wawasan mereka lebih terbuka dan mampu melakukan perubahan dalam menghadapi persoalan-persoalan mereka.
c.
Dengan memadukan atau mengintegrasikan pendidikan/ pengorganisasian masyarakat dan ekonomi syariah, perempuan miskin pelaku usaha mikro mempunyai harapan untuk turut mengawasi pengelolaan usaha dan organisasi.
d.
Pendayagunaan dana ZIS semacam ini membuka peluang partisipasi sumbersumber dana lain baik dari perorangan, perusahaan, maupun negara. 11
11
Tim Baytul Maal Bogor, Inovasi Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Pendekatan Agama (Studi KasusPengembangan Program Ikhtiar oleh Baytul Maal Bogor). h.49.
59
D. Tingkat Keberhasilan Anggota Pada tahun 2009, program berhasil menghimpun dana simpanan anggota majelis ikhtiar sebesar Rp. 321.618.250,- dalam bentuk simpanan sukarela, Rp 70.924.910,- dalam bentuk tabungan wajib, serta Rp. 78.199.830, dalam bentuk tabungan kelompok. Tabungan wajib dan kelompok ini merupakan simpanan anggota yang bersifat permanent dan hanya dapat dicairkan ketika keluar dari keanggotaan atau majelis dibubarkan. 12 Data 5 tahun terakhir (2005-2009) menunjukkan pertambahan tabungan terkumpul seiring dengan pertambahan jumlah anggota majlis. Bila pada tahun 2002 (3 tahun setelah inisiasi program) hanya menghasilkan Rp 16,78 juta tabungan (279 anggota), maka pada tahun 2009 – ketika jumlah anggota lebih dari 3000 orang – jumlah tabungan menjadi Rp 472,76 juta. 13 472,757 500,000 450,000 400,000
303,029
350,000 300,000 166,549
Rp 1000 250,000 200,000
Series1
96,337
150,000 100,000
16,785
50,000 1
2
3
4
5
Tahun ke-
Diagram 5. Pertumbuhan Jumlah Tabungan Anggota Ikhtiar 2006-2009
12
Titin Prasetyawati, Manajer Kopeasi Baytul Ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor, 12 Mei 2009. 13 Warta Gubernur, Jurnal Otonomi dan Pengembangan daerah, Bogor, APPSi, 2009.
60
Demikian juga dengan rata-rata tabungan per-anggota menunjukkan kenaikan yang nyata, salah satunya disebabkan oleh kesadaran anggota untuk menabung dan ketrampilan anggota mengelola aset rumah tangganya sudah semakin baik, selain juga karena perkembangan strategi Program. Bila pada tahun 2006 rata-rata tabungan hanya Rp 60.160/anggota, maka pada tahun 2009 telah menjadi Rp 157.428/anggota. 180,000 154,294
Rp rerata/anggota
160,000 135,040
140,000 120,000 89,978
100,000 80,000
60,160
Series1
69,962
60,000 40,000 20,000 1
2
3
4
5
Tahun ke-
Diagram 6. Perkembangan Rata-rata Tabungan Anggota Ikhtiar 2009-2009 Ada beberapa manfaat yang diterima oleh anggota.
Menurut hasil
observasi sederhana dan diskusi pada pertemuan dengan anggota dan data Ikhtiar dapat diketahui bahwa: 1. meningkatnya ketersediaan dana untuk kebutuhan modal kerja bagi usaha anggota, misalnya: warung-warung retail mikro, pedagang sayuran dan buahbuahan, pengrajin sepatu, petani gurem dan buruh tani, sewa lahan, pembelian
61
alat-alat pertanian, kerajinan bambu, dan lain-lainnya. Lebih dari 85% of portfolio (Rp 393 juta) telah membantu kegiatan usaha anggota. 14
700 600 500 400 300 200 100 Economic Exertion
School fees
Housing
Medicine
Bills
Others
Diagram 7. Pola Alokasi Penggunaan Pinjaman oleh Anggota Ikhtiar 2. meningkatnya cadangan uang (cash liquidity) di rumah tangga, sehingga anggota Ikhtiar semakin mudah memenuhi kebutuhan pokoknya sebagaimana ditunjukkan dalam pola penarikan tabungan atau alokasi pinjaman pada kebutuhan-kebutuhan khusus, seperti: pembelian beras, membayar uang sekolah (biaya masuk sekolah dan SPP bulanan), bayar listrik, biaya dokter/pengobatan,
dan
perbaikan
sanitasi
rumah
(pembuatan
WC,
penggantian atap, jendela, dll), dan kontrak/sewa rumah tinggal. Sebagai contoh pada data alokasi pinjaman di Januari-Juni 2005 (smt-1) th 2005, hampir 14,5 % portofolio (Rp 66,80 juta) telah dimanfaatkan anggota untuk tujuan-tujuan non produktif. 3. pertemuan pekanan Majlis Ikhtiar juga memberikan manfaat pada peningkatan ketrampilan sosialisasi di kalangan perempuan dari keluarga miskin, 14
Titin Prasetyawati, Manajer Kopeasi Baytul Ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor, 12 Mei 2009 .
62
sekurangnya pada keberanian berbicara di forum, kepercayaan diri (selfesteem), menyelenggarakan even-even pertemuan komunitas, dan melakukan proses pengambilan keputusan bersama.
15
4. di tingkat komunitas sekitar keberadaan Majlis-majlis Ikhtiar, keberadaan Ikhtar (majlis dan aktifitas pelayanannya) telah berkontribusi pada peningkatan produktifitas dan ketahanan usaha manakala hadir lebih banyak uang yang terdistribusi dan termanfaatkan oleh warga.
Situasi ini akan
semakin nampak ketika sebaran pelayanan terkonsentrasi pada satuan-satuan cluster (blok). Tabel 5. Portofolio pinjaman dan alokasi penggunaan dana oleh Anggota Ikhtiar pada tahun 2008 (6 bulan). No.
Alokasi Pinjaman
1 2 3 4 5 6
Usaha Ekonomi Biaya Sekolah Perumahan Kesehatan Tagihan Rekening Lain-lain Jumlah
Anggota 689 95 41 9 19 24 877
Persen 78.6% 10.8% 4.7% 1.0% 2.2% 2.7% 100.0%
Portfolio (Rp) 393,200,000 30,900,000 19,600,000 2,400,000 5,700,000 8,200,000 460,000,000
Persen 85.48% 6.72% 4.26% 0.52% 1.24% 1.78% 100.00%
Setelah menjadi anggota Koperasi Baytul Ikhtiar, penerima pembiayaan mengalami beberapa perubahan yang bersifat individual Terdapat kondisi yang berbeda antara sebelum dan sesudah menjadi anggota Koperasi Baytul Ikhtiar yang dialami oleh penerima manfaat di mana pengalaman masing-masing bisa sama dan bisa pula berbeda. Berikut ini adalah analisis atas perubahan yang dialami oleh informan setelah keterlibatannya dalam Program Ikhtiar dikaitkan 15
Titin Prasetyawati, Manajer Kopeasi Baytul Ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor, 12 Mei 2009.
63
dengan dampak yang ingin dicapai oleh Program Ikhtiar yang merupakan hasil kesepakatan yang telah dibuat oleh peneliti dengan pelaksana Program Ikhtiar. 16 1. Meningkatkan harga diri dan kepercayaaan diri (self esteem dan self confidence). a)
Munculnya keberanian berbicara di depan forum Sekedar berbicara adalah hal yang mudah. Namun tidak semua orang mempunyai keberanian berbicara di depan khalayak dalam sebuah forum resmi. Begitu pula yang dirasakan oleh ibu-ibu warga Desa Tenjolaya, khususnya para anggota Koperasi Baytul Ikhtiar.
Namun keterlibatan
mereka dalam lembaga ini, bagi seluruh anggotanya memberikan pengalaman berbicara di depan forum yang tidak pernah mereka peroleh dalam kegiatan lain.
Bahkan bagi sebagian anggota pengalaman ini
mampu mengikis rasa malu, takut dan grogi untuk berbicara dan berpendapat
dalam
forum-forum
lain
di
luar
kegiatan
yang
diselenggarakan oleh Program Ikhtiar. Pengalaman yang hampir sama terjadi pada Bu In dari Majlis Alpukat. Sebelum menjadi anggota Koperasi Baytul Ikhtiar, karena tidak punya pengalaman dalam organisasi apa pun, Bu In merasa tidak percaya diri untuk berbicara di depan khalayak. Kini Bu In merasa menjadi lebih pede dan menganggap dirinya sebagai salah anggota Koperasi Baytul Ikhtiar yang paling vocal dalam setiap kegiatan pertemuan seluruh anggota Majlis Koperasi Baytul
16
Titin Prasetyawati, Manajer Kopeasi Baytul Ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor, 12 Mei 2009.
64
Ikhtiar 17 . Prinsipnya kini, tidak ada kata salah untuk bertanya atau berpendapat sepanjang disampaikan dengan cara yang baik. Keberaniannya berbicara dimulai dari kebiasaannya menyampaikan pendapat atau bertanya dalam forum pertemuan majlis yang diadakan seminggu sekali. Dalam lingkup yang lebih sempit, yaitu di tingkat majlis yang dihadiri 15 sampai 20 anggota, semua anggota pernah merasakan pengalaman berbicara di depan forum majlis, yaitu pada saat pengajuan pinjaman. Setelah itu kemudian proses tanya jawab layaknya fit and proper test pun berlangsung.
TPL dan
sebagian ibu-ibu anggota majlis akan menanyakan pemanfataan dana pinjaman tersebut dan memberikan urun pendapat.
Sedangkan calon peminjam akan
memberikan penjelasan sesuai dengan pertanyaan yang diajukan. Kesempatan berbicara di depan forum majlis lebih banyak dirasakan oleh ketua majlis, karena dalam setiap pertemuan ia bertugas membuka dan menutup pertemuan serta membacakan ikrar anggota yang diikuti oeh seluruh anggota. Kegiatan yang selalu dilakukan dalam pertemuan mingguan ini sedikit demi sedikit menjadi kebiasaan yang merubah rasa malu dan takut menjadi berani. b)
Munculnya keberanian memimpin rapat dan kelompok (leadership) Keberanian memimpin rapat dan kelompok muncul pada beberapa orang anggota Koperasi Baytul Ikhtiar yang menjadi ketua majlis atau pernah menjadi ketua majlis tapi karena suatu alasan digantikan oleh anggota yang lain.
Sebelumnya sebagian besar dari mereka tidak pernah punya
pengalaman 17
2009 .
memimpin
atau
menjadi
ketua
suatu
kelompok
atau
Ibu In, Anggota Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi Bogor 15 Mei
65
perkumpulan.
Bahkan bagi sebagian besar anggota majlis, sebelumnya
mereka sama sekali tidak pernah punya pengalaman berorganisasi atau terlibat dalam suatu kegiatan atau kelompok yang terorganisasi sedemikian rupa kecuali pada beberapa anggota yang pernah dan masih menjadi kader posyandu dan PKK seperti Bu Is, Bu Ta dan Bu As. Seperti yang dialami oleh Bu Ls yang tidak pernah membayangkan dirinya akan menjadi ketua sebuah kelompok yang terdiri dari 20 orang ibu-ibu di lingkungannya. Baginya menjadi ketua kelompok pada level mama pun merupakan kehormatan. 18 Proses pemilihan ketua majlis dilakukan secara demokratis. Pada saat dilakukan Latihan Wajib Kelompok
(LWK) kepada peserta diberikan waktu
bermusyawarah untuk memilih ketua kelompok. Peserta kemudian secara mufakat memilih dan mengangkat salah seorang diantara mereka menjadi ketua majlis. Menjadi ketua majlis tidak berarti mendapatkan fasilitas khusus dari Koperasi Baytul Ikhtiar. Justru ketua majlis adalah orang yang terakhir mendapatkan kesempatan mengajukan pinjaman selain tentu bertanggung jawab atas majlis yang dipimpinnya. Beberapa faktor yang sering menjadi pertimbangan anggota dalam memilih ketua majlis diantaranya tingkat pendidikan yang relatif lebih tinggi dbandingkan dengan anggota majlis yang lain seperti yang terjadi pada Bu Is, Bu As dan Bu Ac.
18
2009.
IbuLs, Anggota Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor 15 Mei
66
Faktor lain adalah pengalaman berorganisasi. Hal ini misalnya terjadi pada Majlis Markisa dan Majlis Belimbing. Majlis Markisa diketuai oleh Bu Ta. Selain terlibat dalam kegiatan Koperasi Baytul Ikhtiar, Bu Ta adalah kader Posyandu dan PKK di lingkungannya. Demikian juga dengan Majlis Belimbing yang diketuai oleh Bu Is. Walaupun sekarang sudah tidak aktif lagi, Bu Is pernah menjadi kader Posyandu saat masih lajang. Hal yang sama terjadi pada Majlis Apel dan Majlis Strawbery. Bu Ls dan Bu As, keduanya adalah mantan ketua dua majlis tersebut.
Namun karena alasan kesibukan, atas permintaan sendiri
posisisinya digantikan oleh orang lain. c)
Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga) Keterbukaan menjadi faktor yang menentukan dalam pencapaian tujuan Program Ikhtiar. Hal itu pula yang mendasari hubungan antar sesama anggota majlis dan antara anggota majlis dengan pendamping (TPL).
Pada saat
anggota akan mengajukan pinjaman, maka tanpa kecuali ia harus terbuka menyampaikannya di depan forum majlis mengenai jumlah pinjaman yang diajukan dan rencana penggunaan pinjaman tersebut. Disusul dengan proses verifikasi berupa tanya jawab khususnya dengan TPL yang juga berlangsung di depan forum majlis mengenai kondisi sosial ekonomi rumah tangga yang bersangkutan khususnya yang berkaitan dengan besarnya penghasilan dan pengeluaran rumah tangga serta informasi pendukung lainnya yang digunakan untuk mengukur kemampuan membayar angsuran dan menabung (power saving). Proses verifikasi di mana pemohon pinjaman menceritakan kondisi rumah tangga apa adanya adalah sesuatu yang pada awalnya dianggap tabu atau pamali
67
oleh sebagian anggota. Faktor budaya dan argumentasi agama mempengaruhi hal tersebut di mana urusan rumah tangga merupakan sesuatu yang tidak pantas dibicarakan di depan khalayak. Namun, alah bisa karena biasa, seiring dengan berjalannya masa keterlibatan mereka dalam Program Ikhtiar rasa malu dan risih itu sedikit demi sedikit hilang. Anggota majlis pun memahami dan menerima kepentingan dan manfaat keterbukaan tersebut baik bagi anggota maupun bagi pelaksana program. Keterbukaan penting untuk mengukur power saving peminjam jangan sampai pinjaman itu membebani peminjam dan menghabiskan seluruh sumber daya peminjam pada saat membayar angsuran. Di samping itu anggota majlis yang lain juga berkepentingan agar peminjam dapat membayar angsuran dengan lancar karena adanya sistem tanggung renteng. Dengan sistem ini, anggota majlis yang macet membayar angsuran akan menjadi beban anggota yang lain. 2. Meningkatkan kemampuan mengembangkan interaksi sosial. a)
Mampu untuk bernegosiasi dengan pihak-pihak pemasok, pelanggan, dan sebagainya Meningkatnya kemampuan bernegosiasi dengan pihak-pihak pemasok, pelanggan dan sebagainya hanya terjadi pada anggota majlis yang menggunakan sendiri uang pinjamannya untuk memulai usaha baru atau menambah modal usaha yang sedang dikelolanya dan tidak menyerahkan pinjaman tersebut kepada suami untuk memodal usaha yang dikontrol sepenuhnya oleh suami. Pada anggota majlis yang menyerahkan pinjamannya kepada suami, kemampuan bernegosiasi dengan para pelaku
68
ekonomi tersebut di atas (pemasok, pelanggan, pembeli dan sebagainya), sama sekali tidak muncul. Anggota majlis yang berhasil merintis usaha baru, atau mempunyai kontrol atas usaha rumah tangga baik yang dikontrol sendiri atau bersama suami mempunyai kesempatan untuk berhubungan dengan pihak-pihak tersebut. 19 Anggota majlis yang memanfaatkan langsung pinjamannya, diantaranya Bu It yang menggunakan pinjamannya untuk menambah modal usahanya berjualan sayuran. Dengan tambahan modal dari Koperasi Baytul Ikhtiar, Bu It mampu mengumpulkan berbagai sayuran dalam jumlah yang lebih banyak sehingga mampu menjalin hubungan dengan seorang pedagang besar di Pasar Anyar yang dipanggilnya Bos. Selain menjalin kerja sama dengan Bos pedagang besar di Pasar Anyar Bu It juga berhasil menjalin kerjasama dengan sesama pemasok sayuran dari desa-desa yang lain. 20 Anggota majlis lain yang juga memanfaatkan langsung pinjamannya adalah Bu Im. Setelah bergabung dengan Koperasi Baytul Ikhtiar cita-citanya mempunyai warung dapat terwujud. Dengan modal awal sebesar Rp.300 ribu yang berasal dari pinjaman pertamanya pada Koperasi Baytl Ikhtiar ia memulai usaha warungnya kecil-kecilan.
Bu Im mengelola usaha warungnya sendiri,
sementara suaminya tetap mencari nafkah dengan menjadi tukang ojeg. Setelah 5 tahun berjalan, ternyata warungnya kian berkembang. Omsetnya kini mencapai Rp. 200 ribu per hari
Dalam kesehariannya sebagai pengelola warung, Bu Im
19
Titin Prasetyawati, Manajer Kopeasi Baytul Ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor, 12 Mei 2009 20
2009
Ibu It, Anggota koperasi baytul ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor 15 Mei
69
sering berhubungan dengan pihak-pihak pemasok, pelanggan, pembeli, penjual dan sebagainya. Dalam hubungan terdapat proses tawar menawar atau negosiasi.21 Namun demikian, pada sebagian besar anggota majlis, pinjaman dari Koperasi Baytul Ikhtiar diserahkan kepada suami untuk menambah modal usahanya, seperti dalam kasus Bu An. Sudah 4 kali Bu An memperoleh pinjaman dari Koperasi Baytul Ikhtiar. Dari 4 kali pinjamannya, 2 diantaranya digunakan untuk membayar utang dan renovasi rumah dan 2 lainnya digunakan untuk menambah modal usaha suaminya berdagang sayuran di Pasar Bogor. Omset usaha suaminya sedikit demi sedikit meningkat. Jika empat tahun lalu setiap hari dagangan suaminya hanya mampu memberikan keuntungan maksimal Rp. 25.000. Kini suaminya dapat membawa pulang keuntungan bersih rata-rata sebesar Rp. 50.000 per hari. Dalam kasus tersebut, Bu An sama sekali tidak terlibat dalam usaha rumah tangga tersebut. Ia sepenuhnya berperan sebagai ibu rumah tangga sehingga kesempatan untuk berhubungan dengan pihak-pihak tadi sama sekali tidak ada. Pengalaman itu hanya dirasakan oleh anggota majlis yang memanfaatkan pinjamannya untuk kegiatan produktif yang dkelolanya secara langsung.
Sementara pada anggota majlis yang menyerahkan pinjamannya
kepada suami cenderung berperan tidak lebih sebagai debt collector yang tidak dibayar yang menjadi penghubung antara suaminya dengan pihak Koperasi Baytul Ikhtiar karena proses penagihan dilakukan melalui anggota Koperasi Baytul Ikhtiar sebagai peminjam langsung. 22
21
Ibu Im, Anggota koperasi baytul ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor 15 Mei
2009. 22
2009.
Ibu An, Anggota koperasi baytul ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor 15 Mei
70
b)
Lingkungan pergaulan bertambah luas Lingkungan pergaulan yang meluas merupakan manfaat umum yang dirasakan oleh hampir semua anggota majlis terutama bagi para ketua majlis di mana intensitas pertemuan antar ketua majlis relatif lebih tinggi dibandingkan dengan anggota biasa. Hal ini karena pada umumnya ketua majlis diangkat sebagai kader Koperasi Baytul Ikhtiar atau dikenal pula sebagai Kader Koperasi Baytul Ikhtiar.
Tugas kader adalah menjaga
kekompakan majlis dan menyampaikan informasi mengenai kegiatankegiatan yang diadakan oleh Koperasi Baytul Ikhtiar atau Yayasan Peramu kepada anggota majlis, seperti berbagai macam pelatihan bagi anggota Koperasi Baytul Ikhtiar, acara tahunan halal bihalal, dan kegiatan bakti sosial berupa pembagian sembako dan daging kurban khusus bagi anggota Koperasi Baytul Ikhtiar. Dalam kegiatan pelatihan maka kader mendapatkan prioritas untuk menjadi peserta pelatihan dan bertugas menyampaikan hasil yang diperoleh selama pelatihan kepada anggota yang lain yang tidak mengikuti pelatihan tersebut (sistem getok tular). Begitu pula dalam kegiatan halal bihalal dan bakti sosial maka kader pun biasanya selain sebagai peserta juga mendapatkan tugas sebagai panitia penyelenggara. Dalam kepanitiaan tersebut mereka bekerja sama dengan anggota Koperasi Baytul Ikhtiar 23 Salah satunya adalah pengalaman Bu Ta dari Majlis Markisa. Menurut Bu Ta setelah bergabung dengan Koperasi Baytul Ikhtiar lingkungan 23
Imam Iskandar, Supervisi wilayah Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor, 13 Mei 2009.
71
pergaulannya bertambah luas bukan hanya dengan sesama anggota majlis di kampungnya saja tapi juga dengan anggota Koperasi Baytul Ikhtiar yang ada di Desa Sukaluyu bahkan dengan anggota dari desa yang lain. Perkenalan dan pertemanan itu terjalin pada saat Bu Ta mengikuti kegiatan pelatihan dan berbagai acara pertemuan anggota yang seperti bakti sosial dan halal bihalal. 3. Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan (decision making) Terlibat dalam proses pengambilan keputusan rumah tangga seperti sekolah anak, renovasi rumah, KB. Proses pengambilan keputusan dalam rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kebudayaan masyarakatnya (yang berkaitan dengan pola wewenang dalam rumah tangga) dan berbagai macam sumberdaya pribadi (personal resources) yang disumbangkan oleh pihak suami dan istri dalam sebuah perkawinan.
Sumberdaya pribadi yang sangat berpengaruh adalah kontribusi
keuangan masing-masing pihak tersebut dalam rumah tangganya. Faktor lain yang turut mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam rumah tangga adalah pergaulan masing-masing pihak di luar rumah tangga atau di tengah-tengah masyarakat. Pada kasus rumah tangga anggota Koperasi Baytul Ikhtiar faktor kebudayaan muncul sebagai faktor dominan,
di mana pola pengambilan
keputusan rumah tangga cenderung dibuat bersama oleh suami dan istri, tetapi dengan pengaruh suami yang lebih. Dalam urusan keuangan rumah tangga, sang suami yang dianggap sebagai pencari nafkah utama menyerahkan seluruh atau sebagian besar pendapatannya untuk kemudian dikelola sepenuhnya oleh istri.
72
Biasanya suami tidak mau tahu dengan tetek bengek urusan rumah tangga, yang penting semua urusan dan keperluan rumah tangga terlaksana. Selain budaya faktor lain yang mempengaruhi pola pengambilan keputusan rumah tangga adalah kontribusi masing-masing pihak suami dan istri terhadap pendapatan rumah tangga, seperti yang terjadi pada kasus Bu Im, Bu Ym, Bu Yn, dan Bu Ws. Dalam kasus Bu Im, kini ia merasa lebih leluasa karena mempunyai pendapatan sendiri dari warungnya.
Bahkan penghasilannya dari
warung lebih besar daripada penghasilan suami. Ia tidak pernah lagi meminta uang belanja kepada suaminya (Bu Im memeragakannya dengan posisi tangan meminta). Menurutnya dibere sukur teu dibere moal menta (diberi syukur nggak diberi nggak akan minta). Ia pun merasa tak perlu mendapatkan persetujuan suami lagi jika ada keperluan, seperti kondangan, belanja perhiasan dan perabotan rumah tangga, jajan anak dan sebagainya. Menurutnya tidak ada alasan bagi suami untuk melarangnya karena semua uang itu adalah hasil keringatnya sendiri. Pendapatan suami hanya untuk menambah-nambah saja. Kasus Bu Im menjadi bukti bahwa kontribusi anggota majlis terhadap pendapatan rumah tangga akan meningkatkan kontrolnya atas sumberdaya rumah tangga. Semakin besar kontribusinya terhadap pendapatan rumah tangga semakin besar pula kontrol atas sumberdaya tersebut. Namun masuknya anggota majlis ke dalam kegiatan ekonomi produktif membawa dampak sampingan, yaitu bertambahnya beban kerja mereka (tripple burden of women).
Karena selain menjalankan peran baru mereka di sektor
produksi, para perempuan itu juga tetap harus menjalankan peran tradisionalnya,
73
yaitu peran reproduktif di dalam rumah tangganya di samping peran-peran sosial di dalam komunitasnya. 4. Meningkatkan akses dan kontrol terhadap berbagai sumberdaya, khususnya ekonomi. Terlibat dalam proses pengambilan keputusan usaha, seperti pengajuan pinjaman Proses pengambilan keputusan usaha nampaknya tidak bisa dibedakan dengan proses pengambilan keputusan rumah tangga. Hal ini karena semua usaha yang dijalankan oleh anggota Koperasi Baytl Ikhtiar berskala rumah tangga sehingga tidak ada pemisahan yang tegas antara usaha dan rumah tangga. Seperti halnya dalam pola pengambilan keputusan rumah tangga, peran suami dalam kegiatan usaha termasuk pengajuan pinjaman yang digunakan untuk modal usaha lebih menonjol dibandingkan istri. Tapi pada beberapa kasus di mana anggota mempunyai usaha sendiri seperti pada kasus Bu Yh, Bu Im, Bu Ym, Bu Yn, dan Bu Ws Peran istri justru lebih menonjol. Ketertarikannya Bu Yh pada Koperasi Baytul Ikhtiar muncul setelah mendengar cerita tetangganya bahwa lembaga ini dapat memberikan pinjaman tanpa jaminan atau boreh. 24 Tanpa sepengetahuan suaminya ia pun bergabung dengan Majlis Pir. Pinjaman pertamanya pada tahun 2006 sebesar Rp. 300 ribu digunakan seluruhnya untuk menambah modal warung. Semenjak itu ia pun selalu hadir dalam pertemuan mingguan majlis. Keterlibatannya dalam Koperasi Baytul Ikhtiar baru diketahui suaminya setahun kemudian. 24
2009.
Bu Yh berasalan
Ibu Yh,Anggota Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor, 15 Mei
74
keterlibatannya dalam Koperasi Baytul Ikhtiar bukanlah sesuatu yang sangat penting (krusial) yang harus dibicarakan dulu dengan suaminya. Di samping itu, Bu Yh merasa selama ini niatnya baik, yaitu ingin memperoleh modal untuk warungnya. Pada kasus Bu Yh kondisi tersebut sudah terjadi sebelum dirinya masuk menjadi anggota majlis Koperasi Baytul Ikhtiar. Namun kasusnya menjadi ilustrasi yang tepat atas tesis sebelumnya bahwa semakin besar kontribusi perempuan terhadap total pendapatan rumah tangga maka semakin besar pula kontrolnya atas sumberdaya dalam rumah tangga tersebut. 5. Meningkatkan partisipasi dalam berbagai kegiatan masyarakat. a) Mampu menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pertemuan komunitas. Kemampuan menyelenggarakan berbagai kegiatan pertemuan komunitas nampak pada kegiatan bakti sosial (pembagian sembako) dan halal bihalal yang diadakan sekali dalam setahun. Acara halal bihalal diselenggarakan secara mandiri oleh ibu-ibu anggota Koperasi Baytul Ikhtiar. Sedangkan Yayasan Peramu sebagai pelaksana program hanya memberikan stimulan berupa penyerahan sebagian dana penyelenggaraan. Bagi mereka yang sebelumnya tidak mempunyai pengalaman menyelenggarakan suatu kegiatan dalam lingkup satu desa dan dihadiri oleh ratusan orang kegiatan ini menjadi pengalaman yang menarik. Berikut ini adalah pengalaman Bu It pada saat menjadi panitia penyeleggara kegiaan halal bihalal. Walaupun masih merasa sebagai orang yang paling miskin dengan pendapatan Rp.100 ribu per minggu, tapi rasa minder yang dulu mendominasi perasaan Bu It sedikit demi sedikit bisa hilang.
Hal ini ditunjukkan oleh
75
keberaniannya sebagai panitia mengundang dan menghadirkan Kepala Desa, RT, RW bahkan petugas BABINSA (Bintara Pembina Desa) dari unsur TNI dalam sebuah acara halal bihalal yang diselenggarakan secara mandiri oleh ibu-ibu anggota Koperasi Baytul Ikhtiar. Dalam penyelenggaraan acara itu Bu It juga menunjukkan keberaniannya yang lain, yaitu melawan kebiasaan masyarakat setempat yang didukung oleh tokoh agama yang mengharamkan penggunaan loudspeaker (pengeras suara) dalam kegiatan apapun. Baginya larangan itu tidak masuk akal. b) Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa, situasi perekonomian dan sebagainya.dan sebagainya. Pertemuan mingguan merupakan kesempatan bagi anggota majlis untuk berkumpul dan saling bertukar informasi mengenai berbagai hal. Masalah ekonomi rumah tangga, sulitnya memperoleh minyak tanah, harga-harga sembako yang nyaris tak terjangkau, sampai biaya sekolah, dan jajan anak yang cukup merepotkan, serta beragam topik lainnya sepanjang menyangkut kepentingan dan kehidupan rumah tangga biasanya menjadi topik favorit untuk dibicarakan. Tidak aneh majlis pun menjadi ajang ngerumpi dan curhat ibu-ibu. Pengalaman Bu Cm dari Majlis Pir bisa memberikan gambaran betapa majlis Koperasi Baytul Ikhtiar telah berkembang dari sebuah forum yang formal, yaitu sebagai tempat pertemuan rutin anggota Koperasi Baytul Ikhtiar dengan TPL-nya yang mewakili dua kepentingan menjadi wahana kumpul-kumpul para ibu dalam suasana yang sangat informal di mana hubungan sesama anggota
76
seperti sebuah keluarga. Bu Cm, meski tak lagi mampu menabung dan meminjam, ia selalu hadir dalam pertemuan mingguan Majlis Pir. Baginya Majlis Pir lebih dari sekedar forum saat ibu-ibu menyetorkan tabungan dan angsuran kepada Koperasi Baytul Ikhtiar, Majlis Pir baginya adalah tempat sempal guyon gogonjakan (bersenda gurau) dengan ibu-ibu yang lain. Forum mingguan tersebut seakan menjadi obat stres untuk melepaskan diri sejenak dari penatnya memikirkan beban hidup. 25 Sementara isu-isu yang berkaitan dengan dunia politik seperti pemilihan kepala desa, pemilihan gubernur dan bupati dan yang sejenisnya sekedar diketahui saja oleh ibu-ibu anggota majlis namun jarang menjadi topik pembicaraan. Isuisu yang berbau politik hanya menarik perhatian sebagian dari informan saja dibandingkan dengan isu-isu ekonomi, seperti kelangkaan BBM dan meroketnya harga-harga sembako yang memang berkaitan langsung dengan kehidupan rumah tangga mereka. c) Terlibat dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan, seperti pengajian, Posyandu, PKK dan sebagainya. Hampir seluruh informan tidak mengalami perubahan dalam hal ini. Keterlibatan mereka dalam Program Ikhtiar tidak membuat mereka menjadi lebih aktif terlibat pula dalam kegiatan-kegiatan masyarakat lainnya. Justru keikutsertaan mereka dalam kegiatan Program Ikhtiar membuat beberapa anggota majlis tidak aktif dalam kegiatan masyarakat yang sebelumnya mereka ikuti seperti posyandu dan arisan. Pengecualian 25
200
Ibu Cm, Anggota Koperasi Baytul Ikhtiar (BAIK), Wawancara Pribadi, Bogor, 15 Mei
77
terjadi pada Bu In dari Majlis Alpukat yang suaminya terpilih menjadi ketua RT yang kemudian terlibat dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan setelah bergabung dengan Koperasi Baytul Ikhtiar. Keterlibatan Bu In (28 tahun) sebagai anggota dalam Program Ikhtiar merupakan pengalaman pertamanya ikut serta dalam kegiatan dan organisasi kemasyarakatan. Sudah tiga tahun dirinya terlibat dalam program tersebut saat suaminya terpilih menjadi Ketua Rukun Tetangga (RT) di lingkungan tempat tinggalnya sekitar 6 bulan yang lalu. Bu In pun harus siap menjadi Ibu RT dan terlibat pula dalam setiap kegiatan masyarakat khususnya yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Sukaluyu. Namun Bu In tidak merasa risau. Bekal untuk menjadi Ibu RT dirasanya sudah cukup dimiliki. Pengetahuan mengenai kesehatan, gizi balita dan ibu hamil, kebersihan lingkungan dan pengelolaan keuangan mikro sudah diperolehnya selama menjadi anggota Majlis Koperasi Baytul Ikhtiar.
Demikian pula dengan pergaulan yang luas dengan sesama
anggota Koperasi Baytul Ikhtiar di desanya dan kemampuannya berbicara di depan umum.
78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis atas tenuan lapangan, maka ada beberapa
kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, sebagai berikut : 1.
Program Ikhtiar telah membawa manfaat pada anggotanya yang seluruhnya perempuan. Manfaat tersebut diperoleh setelah mereka terlibat dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Program Ikhtiar, antara simpan pinjam, pertemuan mingguan, dan berbagai pelatihan dengan materi yang disesuaikan dengan kebutuhan anggota. Program ini tidak hnya memberikan manfaat materiil, yaitu kredit yang mereka akses tapi juga manfaat yang bersifat non materiil, yaitu meningkatnya harga diri dan kepercayaan diri serta kemampuan dalam melakukan interaksi sosial, program ini tidak hanya meningkatkan akses tapi juga kontrol penerima manfaat terhadap sumberdaya rumah tangga.
2.
Selain itu, Program Ikhtiar telah membawa anggota program untuk bersamasama masuk ke dalam kelompok –kelompok (majlis) yang terorganisir, sebuah pengalaman yang belum pernah mereka alami sebelumnya. Majlismajlis inilah yang menjadisarana pembelajaran para anggotanya dalam rangka pemberdayaan perempuan miskin agar mereka mempunyai kemauan dan kemampuan untuk keluar dari kemiskinan dengan memanfaatkan semua potensi yang dimilikinya.
79
B.
SARAN Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, ada beberapa saran
yang dapat diberikan oleh peneliti yang ditujukan bagi pelaksana Progra Ikhtiar dan para stakeholders Program Ikhtiar, antara lain sebagi berikut : Selain outputs yang merupakan tujuan yang bersifat langsung dan jangka pendek, sebuah program yang baik harus dilengkapi pula dengan rumusan dampak atau outcomes yang menjadi tujuan tidak langsung dan bersifat jangka panjang. Bagi koperasi baytul ikhtiar sebagai pelaksana program ikhtiar, hasil penelitian ini daapat menjadi bahan untuk merumuskan kembali outcomes yang ingin dicapai oleh program beserta indikator-indikatornya yang dapat digunakan untuk melakukan evaluasi sejauhmana outcomes tersebut sudah tercapai.
80
DAFTAR PUSTAKA
Adi,
Isbandi Rukminto. Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2002.
Creswell, John W. Desain Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif (terjemahan). Jakarta. KIK Press, 2003. Combs, Philip H., dan Manzoor Ahmed. Memerangi Kemiskinan di Pedesaan melalui Pendidikan Non-Formal. Jakarta. CV Rajawali,1985. Departemen Kesehatan RI. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat. Departemen Kesehatan RI. Jakarta, 2003. Dewayanti, Ratih dan Chotim, Erna Ermawati. Marjinalisasi dan Eksploitasi Perempuan Usaha Mikro di Pedesaan Jawa. Bandung. Yayasan Akatiga, 2004. Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang. Yayasan Asih Asah Asuh Malang. Ife, J.W. Community Development: Creating Community Alternatives-Vision Analysis and Practice. Melbourne. Longman Australia Pte Ltd, 1995. Lawang, Robert Bank Kaum Miskin (kata pengantar terjemahan). Buku asli ditulis oleh Muhammad Yunus. Serpong. Marjin Kiri, 2007. Mayoux, Linda. What Do We Want to Know? Selecting Indicators From Impact Assessment to Sustainable and Participatory Practical Learning: A Guide for Enterprise Development Open University Working Paper, Milton Keynes, 2002. Mubyarto. Strategi Pembangunan Pedesaan. Yogyakarta. P3PK UGM, 1984. Noerdin,
Edriana, dkk. Potret Kemiskinan Perempuan. Research Institute, 2006.
Jakarta.
Women
Pranarka, A.M.W. & Moeljarto, Vindyandika. Pemberdayaan (Empowerment) dalam Pemberdayaan: Kkonsep, Kebijakan dan Implementasi. Jakarta. Center for Strategic and International Studies (CSIS), 1996
81
Primahendra, Riza, Nggao, Ferdinandus S. dan Martono, M. Kemiskinan dan Kemandirian: Catatan Perjalanan dan Refleksi Bina Swadaya. Jakarta. Bina Swadaya, 2003. Soekanto, Soejono. Sosiologi Suatu Pengantar. Persada, 2005.
Jakarta.
PT RajaGrafindo
Sumodiningrat, Gunawan. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama 1999. Syahyuti. 30 Konsep Penting dalam Pembangunan Pedesaan dan Pertanian: Penjelasan tentang Konsep, Istilah, Teori, dan Indikator serta Variabel. Jakarta. PT. Bina Rena Pariwara, 2006. Tjondronegoro, Sediono M. P. Diskusi Ahli: Pemberdayaan dan Replikasi Aspek Finansial Usaha Kecil di Indonesia (Kata Pengantar). Disunting oleh Erna Ermawati Chotim dan Juni Thamrin. Bandung. Yayasan AKATIGA, 1997. Widyaningrum, Nurul. Model Pembiayaan BMT dan Dampaknya Bagi Pengusaha Kecil : Studi Kasus BMT Dampingan Yayasan Peramu Bogor. Bandung. Yayasan AKATIGA, 2002. World Bank. International Program for Development Evaluation Training (IPDET). Washington DC. The World Bank Group, Carleton University, IOB/Ministry of Foreign Affairs, Netherlands, 2004. Yunus, Muhammad. Bank Kaum Miskin (terjemahan). Serpong. Marjin Kiri, 2007. Aryo, Bagus. Pemberdayaan Perempuan Melalui Microfinance: Suatu Telaah Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan. Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial Jilid 4, Nomor 1. Depok. Laboratorium Kesejahteraan Sosial, Departmen Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas ndonesia, 2006. Tim Baytul Maal Bogor. Inovasi Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Pendekatan Agama (Studi Kasus Pengembangan Program Ikhtiar oleh Baytul Maal Bogor). Jurnal Otonomi dan Pembangunan Daerah Warta Gubernur Vol. 2 Tahun 1 Edisi Februari, 2007. Zikrullah, Y. Adam. Struktur Ekonomi dan Pengentasan Kemiskinan, Media Partisipatif - P2KP, No. 07 Edisi Oktober, 2000. Asmorowati, Sulikah. Pemberdayaan Atau Pembebanan? Dampak Kredit Mikro untuk Wanita dalam Rangka Pencanangan Tahun Keuangan Mikro
82
Indonesia 2005. Laporan Penelitian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya dalam http://www.adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-res-2008Asmorowati yang diakses tanggal 12 Juli 2009. A
Community Guide to Developing Indicators. Artikel http://www.uap.vt.edu/checkyoursuccess/workshop.html diakses tanggal 6 Juli 2009.
BPPSDMK.
dalam yang
Membangun Rasa Percaya Diri. Artikel dalam http://www.bppsdmk.depkes.go.id yang diakses tanggal 25 April 2009.
Beik, Irfan Syauqi dan Handi Risza Idris. Pembiayaan Mikro Syariah. Artikel dalam http://www.republika.co.id yang diakses tanggal 10 Maret 2009. Branden,
Nathaniel. What Self-Esteem Is and Is Not. http://www.nathanielbranden.com/catalog/articles tanggal 25 April 2009.
Artikel dalam yang diakses
Hastuti et al.Upaya Penguatan Usaha Mikro dalam Rangka Peningkatan Ekonomi Perempuan (Sukabumi, Bantul, Kebumen, Padang, Surabaya, Makassar). Laporan Penelitian dalam http://www.smeru.or.id yang diakses pada tanggal 28 Februari 2009. Mayoux, Linda.. The Magic Ingredient? Microfinance & Women's Empowerment: A Briefing Paper Prepared for the Micro Credit Summit, Washington, February 1997. Artikel dalam http://www.devnet.anu.edu.au yang diakses pada tanggal 28 Februari 2009. Solihin, Dadang.. Penyusunan Indikator Kinerja Pembangunan. Artikel dalam www.slideshare.net/DadangSolihin/Penyusunan-Indikator-KinerjaPembangunan, 2009. Wikipedia. Self-Esteem dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Self-esteem yang diakses pada tanggal 25 April 2008.. Siena, Ibnu. Analisis Pengaruh Dana ZIS, Tingkat Pendidikan, dan Lama Usaha Mustahiq terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha (Studi Kasus pada Peserta Program Ikhtiar Peramu Periode 1999-2004). Depok. Tesis Program Studi Timur Tengah dan Islam Program Pasca Sarjana Universitas Indonesia, 2005.
83
Siregar, Ameilia Zuliyanti. Pemberdayaan Wanita dalam Mengelola Lingkungan. Medan. Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, 2007. Syafar, Muhammad. Analisis Efektifitas Pembiayaan Sistem Syariah terhadap Petani Agribisnis Sayuran pada Program UPK Ikhtiar Yayasan Peramu Bogor (Studi Kasus Petani Sayuran Desa Ciaruteun Ilir Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor). Bogor. Skripsi Program Sarjana Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor, 2006. Syukur, Mat. Analisis Keberlanjutan dan Perilaku Eknomi Peserta Skim Kredit Rumah Tangga Miskin. Bogor. Disertasi Program Pasca Sarjana Jurusan Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor, 2002. Tombokan, Margaretha. Pola Pengambilan Keputusan dalam Keluarga, Status Kerja Ibu serta Kaitannya dengan Konsep Peran Gender pada Suku Jawa dan Suku Minahasa. Bogor. Tesis Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor, 2001. . World Bank. World Development Report 2000/2001: Attacking Poverty. New York. Oxford University Press, 2001. Zarida, dkk Pemberdayaan Terhadap Wanita Pedagang Kecil di Pasar Tradisional Bandung. Jakarta. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2000. Cox.Poverty Alleviation Programs in the Asia-Pacific Region, Seminar, 3rd March, Jakarta, 2004. Hulme, David. Impact Assesment Methodologies for Microfinance: a Review. Paper Prepared in Conjunction with the AIMS Project for the Virtual Meeting of the CGAP Working Group on Impact Assessment Metodologies. April 17-19, 1997. Ismawan,
Bambang. Sektor Ekonomi Rakyat Dan Peran Keuangan Mikro. Makalah disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Keuangan Mikro, Bandung 7- 8 September 2000.
Martowijoyo,
Sumantoro. Masa Depan Lembaga Keuangan Mikro di Indonesia:Tinjauan dari Aspek Pengaturan dan Pengawasan. Makalah disampaikan dalam Seminar Pendalaman Ekonomi Rakyat: Lembaga Keuangan Mikro, Jakarta, 4 Juni 2002.
Adnan, Muhammad Akhyar. Grameen Bank dan Bank Syariah Indonesia dalam Harian Republika. Edisi 13 Agustus 2007.
84
Gianie. Nasib Petani di Negeri Orang dalam Harian Kompas. Edisi 25 Februari 2001. Khudori. Yunus dan Pemberdayaan Ekonomi Rakyat dalam Harian Koran Tempo. Edisi 18 Oktober 2006.
Lampiran I Tabel.
Ringkasan Pencapaian Dampak Program Ikhtiar
No
1
Nama
It
Meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri • Munculnya keberanian berbicara di depan forum • Munculnya keberanian memimpin rapat dan kelompok (leadership)
Meningkatkan kemampuan mengembangkan interaksi sosial • Mampu untuk bernegosiasi dengan pihak-pihak pemasok, pelanggan, dan sebagainya • Lingkungan pergaulan bertambah luas
Meningkatkan kemampuan dalam mengambil keputusan
Meningkatkan akses dan kontrol terhadap sumberdaya ekonomi
Meningkatkan partisipasi dalam kegiatan masyarakat
• Terlibat dalam proses pengambilan keputusan rumah tangga seperti sekolah anak, renovasi rumah, KB.
• Terlibat dalam proses pengambilan keputusan usaha, seperti pengajuan pinjaman
• Mampu menyelenggarakan eveneven pertemuan komunitas.
-
-
• Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
• Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga) 2
Ac
• Munculnya keberanian berbicara di depan forum • Munculnya keberanian memimpin rapat dan kelompok (leadership) • Lebih mudah diajak bicara (terbuka
• Lingkungan pergaulan bertambah luas
• Mampu menyelenggarakan eveneven pertemuan komunitas. • Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
dalam masalah di rumah tangga) 3
Yh
• Munculnya keberanian berbicara di depan forum
• Lingkungan pergaulan bertambah luas
-
-
• Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
• Lingkungan pergaulan bertambah luas
-
-
• Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
• Lingkungan pergaulan bertambah luas
-
-
• Mampu menyelenggarakan eveneven pertemuan komunitas.
• Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga) 4
Cm
• Munculnya keberanian berbicara di depan forum • Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga)
5
Ls
• Munculnya keberanian berbicara di depan forum • Munculnya keberanian memimpin rapat dan kelompok (leadership) • Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga)
• Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
6
Br
• Munculnya keberanian berbicara di depan forum • Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga)
7
Is
• Munculnya keberanian berbicara di depan forum
• Mampu untuk bernegosiasi dengan pihak-pihak pemasok, pelanggan, dan sebagainya • Lingkungan pergaulan bertambah luas • Lingkungan pergaulan bertambah luas
• Terlibat dalam proses pengambilan keputusan rumah tangga seperti sekolah anak, renovasi rumah, KB.
• Terlibat dalam proses pengambilan keputusan usaha, seperti pengajuan pinjaman
• Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
-
-
• Mampu menyelenggarakan eveneven pertemuan komunitas.
• Munculnya keberanian memimpin rapat dan kelompok (leadership)
• Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
• Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga) 8
Ta
• Munculnya keberanian memimpin rapat dan kelompok (leadership) • Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga)
• Lingkungan pergaulan bertambah luas
-
-
• Mampu menyelenggarakan eveneven pertemuan komunitas. • Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
9
In
• Munculnya keberanian berbicara di depan forum
• Lingkungan pergaulan bertambah luas
-
-
• Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga)
10
An
• Munculnya keberanian berbicara di depan forum
• Terlibat dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan, seperti pengajian, pos yandu, PKK dan sebagainya. • Lingkungan pergaulan bertambah luas
-
-
• Munculnya keberanian memimpin rapat dan kelompok (leadership)
Ym
• Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga)
• Mampu menyelenggarakan eveneven pertemuan komunitas. • Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
• Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga) 11
• Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
• Mampu untuk bernegosiasi dengan pihak-pihak pemasok, pelanggan, dan sebagainya • Lingkungan pergaulan bertambah luas
• Terlibat dalam proses pengambilan keputusan rumah tangga seperti sekolah anak, renovasi rumah, KB.
• Terlibat dalam proses pengambilan keputusan usaha, seperti pengajuan pinjaman
• Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
12
Im
• Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga)
• Mampu untuk bernegosiasi dengan pihak-pihak pemasok, pelanggan, dan sebagainya
• Terlibat dalam proses pengambilan keputusan rumah tangga seperti sekolah anak, renovasi rumah, KB.
• Terlibat dalam proses pengambilan keputusan usaha, seperti pengajuan pinjaman
• Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
• Lingkungan pergaulan bertambah luas
-
-
• Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
• Lingkungan pergaulan bertambah luas
• Terlibat dalam proses pengambilan keputusan rumah tangga seperti sekolah anak, renovasi rumah, KB.
• Terlibat dalam proses pengambilan keputusan usaha, seperti pengajuan pinjaman
• Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
• Lingkungan pergaulan bertambah luas
• Terlibat dalam proses pengambilan keputusan rumah tangga seperti sekolah anak, renovasi rumah, KB.
• Terlibat dalam proses pengambilan keputusan usaha, seperti pengajuan pinjaman -
• Mampu menyelenggarakan eveneven pertemuan komunitas.
• Lingkungan pergaulan bertambah luas 13
Lt
• Munculnya keberanian berbicara di depan forum • Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga)
14
Yn
• Munculnya keberanian berbicara di depan forum • Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga)
15
Ws
• Munculnya keberanian berbicara di depan forum • Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di
• Sensitif (well informed) terhadap isu-isu
kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
rumah tangga)
16
As
• Munculnya keberanian berbicara di depan forum
• Lingkungan pergaulan bertambah luas
-
-
• Munculnya keberanian memimpin rapat dan kelompok (leadership)
• Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
• Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga) 17
Al
• Munculnya keberanian berbicara di depan forum • Munculnya keberanian memimpin rapat dan kelompok (leadership)
• Mampu menyelenggarakan eveneven pertemuan komunitas.
• Mampu untuk bernegosiasi dengan pihak-pihak pemasok, pelanggan, dan sebagainya • Lingkungan pergaulan bertambah luas
• Terlibat dalam proses pengambilan keputusan rumah tangga seperti sekolah anak, renovasi rumah, KB.
• Terlibat dalam proses pengambilan keputusan usaha, seperti pengajuan pinjaman
• Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
-
-
• Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti
• Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga) 18
Ih
• Munculnya keberanian berbicara di depan forum
• Lingkungan pergaulan bertambah luas
pemilihan kepala desa dan sebagainya.
• Munculnya keberanian memimpin rapat dan kelompok (leadership) • Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga) 19
Mh
• Munculnya keberanian berbicara di depan forum
• Lingkungan pergaulan bertambah luas
• Lebih mudah diajak bicara (terbuka dalam masalah di rumah tangga)
Sumber : Hasil wawancara diolah peneliti, 2009
-
-
• Sensitif (well informed) terhadap isu-isu kemasyarakatan, seperti pemilihan kepala desa dan sebagainya.
Lampiran 2 Transkrip Wawancara
Identitas Subyek • Nama • Nama Majlis • Usia • Pendidikan Wawancara ke Hari/tanggal Jam Tempat
: : : : : : : :
Bu It Kemang 35 tahun SD kelas 1 1 Kamis/08 Mei 2008 08.45-10.00 WIB Rumah Bu It
Dafar Pertanyaan Jawaban a. Self-Esteem dan Self-Confidence − Dalam berbagai acara pertemuan ibu-ibu atau warga pada Sebelum Saya diam saja meskipun saya disuruh bicara juga, gimana ya, kan umumnya, apa yang ibu lakukan kalau mempunyai pendapat kalau saya orang miskin Pa, gak bisa apa-apa. Betul.....jadi suka atau usulan tentang sesuatu hal yang menurut ibu lebih baik? takut gitu kalau mau ngapa-ngapain, takut salah. Kalau salah kan Kepada siapa ibu sampaikan pendapat atau usulan tersebut? gimana nanti kata tetangga? Itu tuh si It anu...anu...anu...malu kan Pak? Makanya saya mah disuruh juga ya bilang nggak tahu aja sudah. Sesudah
1
Sekarang saya ya lumayanlah agak berani kalau bicara mah. Bukan hanya di majlis, di acara halal bihal juga saya berani. Awalnya saya memang gemetar. tapi setelah itu nggak. Kata saya, Bapak Lurah, Bapak Babinsa, Pak RW, Pak RT dan hadiri semua mari kita mulai acara ini dengan membaca Bismillah. Kepada Pak Lurah silahkan ke depan untuk memberikan sambutannya. Begitu saja tidak banyak kata-kata...kata ibu-ibu siapa itu yang menjadi MCnya...he...he...he...) Atuh kalau di majlis, saya kan sekarang jadi ketua majlis, kalau ketua majlis setiap pertemuan kan harus membuka pertemuan, membaca ikrar dan menutup pertemuan. Terus kalau mau pinjam harus bicara di depan anggota majlis yang lain. Sebelum − Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, ibu berperan sebagai Saya nggak pernah jadi apa-apa jadi peserta biasa aja. Boro-boro apa? Misalnya sebagai peserta biasa, moderator atau jadi ketua kelompok. Pertemuan-pertemuannya juga jarang ikut. pemimpin rapat. Suka nggak diajak saya mah. Sesudah Saya pernah jadi MC di acara halal bihalal yang hadir ratusan orang semuanya anggota Ikhtiar. Ada juga Pak Lurah, Pak RW, Pak RT dan Bapak Babinsa dan dari Baytul Maal juga hadir. − Apa yang ibu lakukan kalau punya masalah atau kebutuhan Sebelum Ah paling ngobrol sama suami aja. Habis sama siapa lagi coba yang berkaitan dengan pribadi dan rumah tangga? Kepada saya kan nggak punya temen lagi. Kan kata ustad juga kalau siapa ibu biasanya membicarakan hal tersebut? masalah rumah tangga mah nggak boleh dibicarakan ke orang lain pamali kata orang tua juga. Sesudah
2
Ya sama suami juga. Tapi sekarang mah kalau kepepet-kepepet banget, mah saya suka bicara sama TPL atau di majlis juga kan saya suka cerita keadaan saya. Kalau mau pinjam suka disuruh cerita keadaan di rumah tangga. b. Proses Interaksi sosial − Selain dengan keluarga inti dengan siapa biasanya ibu sering Sebelum Ya paling sama tetangga atuh. Saya mah dulu paling kenalnya berhubungan? sama tetangga dekat aja. Kan di sini mah semua sebenarnya masih saudara. Sesudah Setelah menjadi anggota Ikhtiar ya seringnya masih sama tetangga juga. Tapi pernah saya ngundang Pak Lurah, Pak RW, Pak RT dan Pak Babinsa di acara halal bihahal. Pas acara halal bihalal ibuibu semua heran kok Pak Lurah dan Bapak Babinsa bisa hadir, emang siapa yang ngundang...terus kata ibu-ibu Bu It yang ngundang, Bu It gitu loh...sengaja mereka saya undang supaya speakernya gak diturunkan. Sebelum − Dalam kapasistas sebagai apa ibu berhubungan dengan Sebagai tetangga dan saudara aja. orang-orang tersebut Sesudah Ya sebagai anggota Baytul Maal kan saya panitia halal bihalal jadi saya mau ngundang mereka supaya hadir kalau mereka hadir kan kita jadi bangga gitu. − Dari orang-orang tersebut siapa menurut ibu orang yang Sebelum Yang paling penting siapa yah? Semua juga mungkin penting paling penting bagi ibu? Siapa yang mempunyai kedudukan tetangga sama saudara mah. Kalau nggak ada tetangga dan yang penting di masyarakat?
3
saudara mau gimana. Kalau kedudukan di masyarakat mah nggak ada. Orang biasa aja. Sesudah Ah semua juga penting. Saya nggak berani mengatakan si itu penting si ini nggak penting. Nanti kata orang apa? Semua juga sama-sama penting. Kalau kedudukan di masyarakat mah atuh Pak Lurah dan Pak Babinsa kan mereka orang pemerintahan. − Jika ibu atau rumah tangga ibu mengalami kesulitan kepada Sebelum Kalau ada apa-apa paling ke orang tua terus ke saudara kalau siapa ibu akan meminta bantuan? Berikan urutan mulai dari saudara nggak bisa ya ke temen. Tapi kalau ke temen malah enak. yang paling sering hingga yang paling jarang dimintai Kalau ke saudara kadang-kadang suka rada kagok tea. bantuan! Sesudah Ke Baytul Maal aja Pak − Bagaimana ibu berhubungan dengan dengan pihak-pihak Sebelum Dulu kalau jualan di bawa saja di atas kepala kan sedikit. pemasok atau pelanggan? Barangnya saya jual sendiri saya tawarkan ke orang-orang di pasar. Makanya dulu saya bisa sampai jam 4 pagi di pasar soalnya saya sendiri yang nawarin ke orang-orang. Sesudah Sekarang Alhamdulillah ada dua karung ada tiga karung. Saya sudah punya Bos di Pasar Anyar, jadi kalau jual sayuran sama Bos saya saja.....lalu saya jadi kenal dengan anak buah Bos yang lain.......ada orang Gunung Malang, Gunung Bunder, orang Tenjolaya c. Pola Pengambilan Keputusan Rumah Tangga
4
− Bagaimana pola pengambilan keputusan dalam rumah Sebelum Ya semuanya saya bareng-bareng sama suami. Kalau ada apa-apa tangga berkaitan dengan bidang-bidang berikut: saya bilang dulu sama suami. • Bidang produksi, misalnya pembelian sarana produksi, pembelian alat-alat, penanaman modal, penggunaan tenaga buruh, penjualan hasil, cara penjualan dan Sesudah Kalau sekarang kadang saya aja yang mutusin. Tapi saya juga sebagainya. suka bilang dulu sama suami sih, seperti waktu saya mau jadi • Bidang pengeluaran dalam kebutuhan pokok, misalnya anggota Baytul Maal saya bilang dulu sama suami setelah makanan, perumahan, pembelian pakaian, biaya diijinkan suami saya mendaftar menjadi anggota Baytul pendidikan, pembelian peralatan rumah tangga, Maal...kan kata petugasnya syaratnya harus ada ijin dari suami. perawatan kesehatan dan sebagainya. • Bidang pembentukan keluarga (family formation), misalnya jumlah anak, pendidikan anak, pembagian kerja antara anak-anak, sosialisasi anak, pendidikan, dan sebagainya. • Bidang kegiatan sosial sesuai dengan apa yang ada dalam masyarakat, misalnya: selamatan, kegiatan gotrongroyong dan sambatan, pengeluaran untuk pengajian, arisan, koperasi, lumbung desa, dan sebagainya. d. Akses dan Kontrol − Kepada siapa biasanya ibu meminjam uang untuk keperluan Sebelum Paling ke saudara atau ke tetangga. Tapi jarang sih ah saya mah rumah tangga dan modal usaha? dulu seadanya aja. Kalau pinjam-pinjam teh takut nggak bisa bayar. Sesudah Ke Baytul Maal aja, nggak pernah sama yang lain. Itu juga di pasar suka banyak yang nawarin pinjaman ke saya sampai satu juta dua juta mah bisa tapi saya nggak mau soalnya bunganya
5
tinggi terus bayarnya juga harus harian, jadi berat. Sebelum − Siapa yang menggunakan pinjaman itu secara langsung? Ya kadang-kadang saya kadang-kadang suami tergantung Apa alasannya? keperluannya. Sesudah Kalau yang dari Baytul Maal, saya aja, kan sekarang mah kalau pinjam ke Baytul Maal uangnya untuk modal usaha saya jadi yang make ya saya. Saya tinggal bilang ke bapaknya uang dipake modal gitu aja. Sebelum Ya kalau pinjam kan berarti terpenuhi kekurangan kita. Tapi harus bayar he....he...
− Apa manfaat yang ibu rasakan dari pinjaman itu?
Sesudah Ya kan pinjaman dari Baytul Maal saya gunakan untuk nambah modal saya jualan. Ada juga sihyang buat makan tapi nggak banyak. Dengan tambahan modal itu saya bisa beli barang dari orang lain dulu atau saya tuker-tukeran barang dengan sesama pemasok terus saya bawa ke Bos. Sekarang usaha saya lumayanlah. Nggak lagi disuhun saya sekarang sudah punya Bos langganan. e. Partisipasi − Bagaimana pengalaman berpartisipasi dalam Sebelum Dulu saya nggak pernah ikut kegiatan apa-apa. Paling pengajian penyelenggaraan suatu kegiatan atau organisasi di aja sudah. Nggak ikut arisan. Saya nggak punya buat bayar masyarakat? mingguannya.
6
Sesudah Sekarang juga sama, paling saya ikut kegiatan Baytul Maal dan pengajian aja. Di sini mah RT nya payah nggak pernah ngajakngajak warganya untuk kegiatan apa-apa. Jadi bukan saya aja yang lain juga kayaknya sama. − Apa alasan ibu berpartisipasi dalam kegiatan dan organisasi Sebelum Ya ikut aja kan ada pengumuman ada pengajian, nah terus ibu-ibu tersebut? diminta ikut oleh ustadnya ya saya ikut aja. Jadi karena kesadaran sendiri nggak pernah ada yang maksa. Sesudah Sekarang tambah dengan ikut Majlis Baytul Maal. Kalau ikut Baytul Maal alasannya agar bisa pinjam karena saya bener-bener butuh modal.supaya saha saya bisa berkembang. Sebelum − Hambatan apa yang ibu alami saat ibu berpartisipasi dalam Nggak ada hambatan. Paling masalah waktu aja. Waktu saya kegiatan dan organisasi tersebut? nggak ada, habis buat cari makan dari pagi sampai malam. Sesudah Nggak ada waktu. Bener saya dari pagi sampai malam nggak ada waktu buat ikut-ikut dalam kegiatan masyarakat. Kalau pengajian mah ya saya juga sekali-kali, nggak tiap hari.. Kalau lagi sempet saya ikut. Tapi kalau lagi sibuk mah paling bilang ke tetangga hari ini saya nggak bisa ikut dulu gitu aja. − Bagaimana ibu memperoleh informasi mengenai suatu berita Sebelum Denger dari tetangga atau dari teve. yang sedang berkembang di lingkungan ibu? Sesudah
7
Suka denger juga dari ibu-ibu saat pertemuan majlis. Biasanya kalau lagi ada berita suka diobrolin kalau saya denger aja. Kadang saya ikut nimbrung juga. Sebelum − Menurut ibu, apa manfaat mengetahui berita itu bagi ibu dan Nggak ada, paling-paling jadi tahu aja gitu. rumah tangga ibu? Sesudah Sama Sebelum Berita kenaikan harga-harga.
− Berita mengenai apa yang menarik perhatian ibu?
Sesudah Berita kenaikan harga-harga, terus mengenai pemilihan Kepala Desa Sukaluyu, terus mengenai pembagian dana kompensasi BBM
8
Transkrip Wawancara
Identitas Subyek •
Nama
:
Bu Ac
•
Nama Majlis
:
Semangka
•
Usia
:
49 tahun
Wawancara ke
:
1
Hari/tanggal
:
Kamis08 Mei 2008
Jam
:
10.15-11.20 WIB
Tempat
:
Rumah Bu Ac
Dafar Pertanyaan Jawaban a. Self-Esteem dan Self-Confidence − Dalam berbagai acara pertemuan ibu-ibu atau warga pada Sebelum Saya nggak pernah ikut pertemuan ibu-ibu, jadi gimana ya. umumnya, apa yang ibu lakukan kalau mempunyai pendapat Pokoknya nggak pernah gitu, ini aja saya mah majlis Baytul Maal atau usulan tentang sesuatu hal yang menurut ibu lebih baik? dari dulu...kalau arisan dan pengajian mah emang saya ikut sudah Kepada siapa ibu sampaikan pendapat atau usulan tersebut? lama. Sebelum ikut Baytul Maal juga saya sudah ikut arisan dan pengajian. Tapi itu mah kan ya pertemuan biasa aja, gimana sih ibu-ibu kalau lagi arisan, nyantai gitu. Kalau di pengajian jarang sih ada ibu-ibu yang bertanya, paling-paling bisik-bisik. Nggak ada yang berani bertanya sama ustad segen kali ya.
9
Sesudah Setelah ikut Baytul Maal kalau saya ada usul ya saya sampaikan ke TPLnya. Kalau di Baytul Maal kan saya sudah kenal dengan TPLnya jadi enaklah kalau saya ada usul ya tinggal disampaikan saja nggak seperti di pengajian meskipun namanya majlis juga.......saya menjadi ketua majlis dari awal sampai sekarang nggak tahu kenapa....mungkin karena yang lain pada nggak mau kali ya...sebagai ketua ya saya tiap pertemuan harus membuka pertemuan, memimpin ibu-ibu yang lain membaca ikrar anggota terus kalau sudah selesai menutup acara. Awalnya saya grogi tapi sekarang mah nggak, udah biasa. Sebelum − Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, ibu berperan sebagai Saya nggak pernah ikut. Di kelompok arisan saya ya anggota apa? Misalnya sebagai peserta biasa, moderator atau biasa aja. Kalau di situ mah nggak ada ketua-ketuaan nyantai gitu pemimpin rapat. nggak kaya majlis. Sesudah Kalau di majlis Baytul Maal kan saya sebagai ketua. Kalau ada pertemuan-pertemuan di kantor Baytul Maal ya saya juga suka jadi panitia, seperti acara halal bihalal. Tiap tahun saya suka diminta jadi panitianya. Saya nggak mengajukan tapi diangkat oleh petugas dari Baytul Maal. Saya juga sering ikut pelatihan. Pelatihan gizi balita dan ibu hamil, terus pelatihan demam berdarah ya beberapa kali deh tapi saya hanya peserta aja kan ngasih pelatihan dari Baytul Maal. − Apa yang ibu lakukan kalau punya masalah atau kebutuhan Sebelum Ya kepada suamilah. Kalau ke orang lain mah nggak. Paling ya yang berkaitan dengan pribadi dan rumah tangga? Kepada
10
siapa ibu biasanya membicarakan hal tersebut?
ngobrol-ngobrol biasa aja sama ibu-ibu mah nggak membicarakan masalah rumah tangga kan gimana nggak boleh kan. Apalagi urusan pribadi. .......ya urusan rumah tangga juga kalau bisa nggak diobrolinlah suka jadi gosip kalau sama ibu-ibu mah. Ibu-ibu di sini mah suka ngerumpi. Kalau saya nggak ada waktu buat ngerumpi. Sesudah Ya kepada suami juga. Emang sih kalau mengajukan pinjaman suka ditanya keadaan rumah tangganya gimana, seperti penghasilan suami berapa, terus pengeluaran berapa per harinya, terus bisa nabung berapa, wah pokoknya ditanya semua. Tapi itu kan agar kita dapat pinjaman ya wajarlah kan petugas Baytul Maal juga mungkin nggak mau rugi. Ya sama-sama lah.
b. Proses Interaksi sosial − Selain dengan keluarga inti dengan siapa biasanya ibu sering Sebelum Paling-paling sama tetangga ya tetangga juga saudara semua di berhubungan? sini mah. Kalau diusut-usut mah ke semua juga saudara. Sesudah Kalau sekarang dengan anggota majlis...ya masih tetangga juga. Kan anggota majlis saya rumahnya deket-deket nggak ada yang jauh. Saya mah jarang ngerumpi sih jadi paling-paling kumpulkumpul teh saat pertemuan mingguan majlis aja. Emang sih saya ibu rumah tangga bisa tapi saya juga kan bantu pekerjaan suami meracik bumbu gorengan. − Dalam kapasistas sebagai apa ibu berhubungan dengan Sebelum Maksudnya? Ya sebagai tetangga aja. orang-orang tersebut
11
Sesudah Kalau dalam pertemuan majlis ya saya sebagai ketua majlis. Sebelum − Dari orang-orang tersebut siapa menurut ibu orang yang Maksudnya? Nggak ada yang penting, semua orang biasa aja di paling penting bagi ibu? Siapa yang mempunyai kedudukan sini mah paling-paling ibu-ibu rumah tangga. yang penting di masyarakat? Sesudah Sama aja nggak ada orang yang penting. Mungkin penting sih bagi keluarganya mah. Saya mah nggak pernah berhubungan dengan aparat desa kalau bukan lagi buat KTP mah. Jarang sih paling bapaknya itu juga. Sebelum − Jika ibu atau rumah tangga ibu mengalami kesulitan kepada Ya kepada suami, terus orang tua terus ke saudara-saudara siapa ibu akan meminta bantuan? Berikan urutan mulai dari yang paling sering hingga yang paling jarang dimintai Sesudah bantuan! Kalau sekarang bisa juga ditambah Baytul Maal. Kalau dengan Baytul Maal seminggu sekali, sering juga sih. Soalnya ke Baytul Maal kan kita bisa pinjam uang. Kalau dulu saya kalau perlu uang saya nunggu hasil arisan saja atau kalau bener-beer perlu banget ya pinjam ke saudara nanti bayarnya pake uang arisan itu. − Bagaimana ibu berhubungan dengan dengan pihak-pihak Sebelum Nggak pernah. pemasok atau pelanggan? Sesudah Nggak pernah. c. Pola Pengambilan Keputusan Rumah Tangga − Bagaimana pola pengambilan keputusan dalam rumah Sebelum
12
tangga berkaitan dengan bidang-bidang berikut: Kalau masalah itu bareng-bareng sih. Kan bapaknya ngasih uang belanja ya terserah saya mau belanja apa. Pokoknya bapaknya • Bidang produksi, misalnya pembelian sarana produksi, nggak tahu apa-apa lagi. Kalau ada pengeluaran yang nggak pembelian alat-alat, penanaman modal, penggunaan biasanya misalkan beli apa gitu.... ya saya bilang dulu sama suami tenaga buruh, penjualan hasil, cara penjualan dan tapi kalau buat beli yang sehari-hari mah nggak usah bilang dulu. sebagainya. • Bidang pengeluaran dalam kebutuhan pokok, misalnya makanan, perumahan, pembelian pakaian, biaya Sesudah Sama saja pendidikan, pembelian peralatan rumah tangga, perawatan kesehatan dan sebagainya. • Bidang pembentukan keluarga (family formation), misalnya jumlah anak, pendidikan anak, pembagian kerja antara anak-anak, sosialisasi anak, pendidikan, dan sebagainya. • Bidang kegiatan sosial sesuai dengan apa yang ada dalam masyarakat, misalnya: selamatan, kegiatan gotrongroyong dan sambatan, pengeluaran untuk pengajian, arisan, koperasi, lumbung desa, dan sebagainya. d. Akses dan Kontrol − Kepada siapa biasanya ibu meminjam uang untuk keperluan Sebelum Ke saudara. Ke saudara emang lebih mudah sih tapi itu juga kalau rumah tangga dan modal usaha? ada. Kadang-kadang ada, kadang-kadang juga nggak ada. Enaknya nggak usah ngasih bunga atau bagi hasil. Di Baytul Maal juga dulu begitu sih, kalau sekarang bagi hasilnya makin besar jadi malah memberatkan. Apalagi kondisi usaha lagi begini. Bayar tetep harus mingguan nggak boleh didobel. Sesudah Ke Baytul Maal aja. Kalau ke Baytul Maal harus nunggu satu
13
minggu setelah pengajuan, pinjaman kita juga kadang nggak sesuai dengan besarnya permohonan. − Siapa yang menggunakan pinjaman itu secara langsung? Sebelum Suami, biasanya kalau pinjam uang itu kan buat modal usaha. Kan Apa alasannya? yang usaha suami jadi ya suami yang make. Sesudah Suami juga. Nggak apa-apa dipake sama suami, kalau nggak nanti yang bayar siapa? Kan kalau diserahkan sama suami nanti diputer dipake modal buat bayarnya. Sebelum Keperluan jadi terpenuhi.
− Apa manfaat yang ibu rasakan dari pinjaman itu?
Sesudah Ya kalau dapat tambahan modal buat dagang keuntungannya jadi tambah besar kalau begitu berarti kan uang belanja bertambah saya jadi lebih leluasa ngatur-ngaturnya. e. Partisipasi − Bagaimana pengalaman berpartisipasi dalam Sebelum Saya ikut arisan dan pengajian aja penyelenggaraan suatu kegiatan atau organisasi di masyarakat? Sesudah Arisan dan pengajian masih ikut, terus ikut Baytul Maal juga. Saya dulu diajak sama petugasnya. Ditawarin pinjaman tapi syaratnya harus membuat kelompok. Terus saya bareng dengan ibu-ibu di sini membuat kelompok, waktu itu semuanya ada 15 orang, sekarang tinggal 12 orang. Tiga orang sudah keluar....usaha suaminya lagi sepi katanya.
14
− Apa alasan ibu berpartisipasi dalam kegiatan dan organsiasi Sebelum Kalau ikut arisan supaya dapat uang arisan kalau ada keperluantersebut? keperluan mendadak kan bisa dipake. Sesudah Kalau alasan saya ikut Baytul Maal supaya dapat pinjaman. Lumayan saya jadi bisa bantu-bantu usaha suami. Tapi kalau dulu angsurannya nggak berat, ringanlah, kalau sekarang angsurannya berat terus banyak iurannya malah sekarang ada asuransi lagi. Buat saya kanjadi berat,apalagi sebagai ketua kelompok saya juga harus bertanggung jawab kalau ada anggota kelompok yang nggak bisa mengangusur. Sebelum − Hambatan apa yang ibu alami saat ibu berpartisipasi dalam Saya mah nggak ada waktu buat kumpul-kumpul dengan ibu-ibu kegiatan dan organisasi tersebut? yang lain, saya nggak tahu kalau yang lain gimana. Apalagi untuk ngerumpi repotlah. Banyak jeleknya daripada bagusnya. Kalau nggak ada kerjaan, mending saya di rumah saja. Sesudah Sekarang juga sama, saya cuma ikut Baytul Maal saja. Kalau pengajian masih jalan tapi arisan sudah berhenti karena repot kalau setor harus ke Baytul Maal juga ke arisan juga. Maksudnya repot uangnya he..he... Sebelum − Bagaimana ibu memperoleh informasi mengenai suatu berita Dari siapa saja kadang dari suami kadang dari tetangga atau dari yang sedang berkembang di lingkungan ibu? saudara. Kalau beritanya besarada di teve saya juga suka nonton teve.
15
Sesudah Sama saja. Kalau dalam pertemuan mingguan majlis sebelum TPL datang kan kita sudah harus ngumpul ya sambil nunggu TPL datang kita suka ngobrol-ngobrol dulu mengenai apa saja. Seringnya sih masalah perekonomian rumah tangga seperti hargaharga semua naik, minyak tanah susah didapat wah macammacam.. − Menurut ibu, apa manfaat mengetahui berita itu bagi ibu dan Sebelum Jadi ahu pe rumah tangga ibu? Sesudah Jaditahu [erkembangan Sebelum − Berita mengenai apa yang menarik perhatian ibu? Mengenai apa saja pokoknya ada kaitannya dengan perekonomian Sesudah Mengenai kenaikan harga BBM soalnya itu kan berhubungan langsung dengan usaha suami saya.
16
Lampiran 3 Pedoman Wawancara dengan Pelaksana Program Ikhtiar
I.
Ketua Yayasan Peramu. Daftar pertanyaan terbuka yang akan diajukan kepada informan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah berdirinya Yayasan Peramu? 2. Apa yang menjadi visi, misi, dan tujuan Yayasan Peramu? 3. Seperti apa struktur organisasi Yayasan Peramu beserta fungsinya? 4. Program-program apa yang telah dan sedang dikembangkan oleh Yayasan Peramu? 5. Sejauh mana pencapaian program-program tersebut? 6. Mengapa memilih syariah sebagai basis penyelenggaraan program?
II.
Manajer Program Ikhtiar. Daftar pertanyaan terbuka yang akan diajukan kepada informan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana latar belakang penyelenggaraan Program Ikhtiar? 2. Apa yang menjadi outputs dan outcomes Program Ikhtiar? 3. Siapa yang menjadi sasaran Program Ikhtiar? 4. Kegiatan-kegiatan apa saja yang dilaksanakan untuk mencapai outputs dan outcomes Program Ikhtiar? 5. Indikator apa yang digunakan untuk mengukur keberhasilan Program Ikhtiar dalam mencapai outputs dan outcomes? 6. Apa saja tahap-tahap pelaksanaan kegiatan Program Ikhtiar? 7. Bagaimana hasil monitoring dan evaluasi yang pernah dilaksanakan terhadap Program Ikhtiar?
III.
Fasilitator Wilayah dan Tim Pendamping Lapangan (TPL). Daftar pertanyaan terbuka yang akan diajukan kepada informan ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pelaksanaan kegiatan di lapangan? 2. Apa saja yang menjadi kendala selama ini? 3. Bagaimana anda mengatasi kendala itu? 4. Menurut anda faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian outputs dan outcomes Program Ikhtiar? 5. Perubahan apa yang yang terjadi pada anggota UPK Ikhtiar setelah terlibat dalam program? 6. Siapa-siapa saja anggota UPK Ikhtiar yang dapat menjadi informan penelitian ini? Mengapa?
Lampiran Pedoman Wawancara dengan Penerima Manfaat Program Ikhtiar
Identitas Subyek • Nama • Nama Majlis • Usia • Pendidikan Wawancara ke Hari/tanggal Jam Tempat
: : : : : : : :
Proses wawancara didahului dengan meminta informan untuk menggambar beberapa gambar diri (minimal 2 buah). Salah satu gambar menggambarkan kondisi mereka sebelum menjadi anggota UPK Ikhtiar dan gambar yang lain menggambarkan kondisi mereka sesudah menjadi anggota UPK Ikhtiar. Selanjutnya informan diminta menjelaskan gambar diri tersebut dengan panduan pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti. Berikut adalah daftar pertanyaan terbuka yang akan diajukan kepada informan. Masing-masing pertanyaan diajukan dua kali, bagaimana sebelum menjadi anggota UPK Ikhtiar dan sesudah menjadi anggota UPK Ikhtiar. a. Self-Esteem dan Self-Confidence − Dalam berbagai acara pertemuan ibu-ibu atau warga pada umumnya, apa yang ibu lakukan kalau mempunyai pendapat atau usulan tentang sesuatu hal yang menurut ibu lebih baik? Kepada siapa ibu sampaikan pendapat atau usulan tersebut? − Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, ibu berperan sebagai apa? Misalnya sebagai peserta biasa, moderator atau pemimpin rapat. − Apa yang ibu lakukan kalau punya masalah atau kebutuhan yang berkaitan dengan pribadi dan rumah tangga? Kepada siapa ibu biasanya membicarakan hal tersebut? b. Proses Interaksi sosial − Selain dengan keluarga inti dengan siapa biasanya ibu sering berhubungan? − Dalam kapasistas sebagai apa ibu berhubungan dengan orang-orang tersebut
1
− Dari orang-orang tersebut siapa menurut ibu orang yang paling penting bagi ibu? Siapa yang mempunyai kedudukan yang penting di masyarakat? − Jika ibu atau rumah tangga ibu mengalami kesulitan kepada siapa ibu akan meminta bantuan? Berikan urutan mulai dari yang paling sering hingga yang paling jarang dimintai bantuan! − Bagaimana ibu berhubungan dengan dengan pihak-pihak pemasok atau pelanggan? c. Pola Pengambilan Keputusan Rumah Tangga − Bagaimana pola pengambilan keputusan dalam rumah tangga berkaitan dengan bidang-bidang berikut: •
Bidang produksi, misalnya pembelian sarana produksi, pembelian alatalat, penanaman modal, penggunaan tenaga buruh, penjualan hasil, cara penjualan dan sebagainya.
•
Bidang pengeluaran dalam kebutuhan pokok, misalnya makanan, perumahan, pembelian pakaian, biaya pendidikan, pembelian peralatan rumah tangga, perawatan kesehatan dan sebagainya.
•
Bidang pembentukan keluarga (family formation), misalnya jumlah anak, pendidikan anak, pembagian kerja antara anak-anak, sosialisasi anak, pendidikan, dan sebagainya.
•
Bidang kegiatan sosial sesuai dengan apa yang ada dalam masyarakat, misalnya: selamatan, kegiatan gotrong-royong dan sambatan, pengeluaran untuk pengajian, arisan, koperasi, lumbung desa, dan sebagainya.
d. Akses dan Kontrol − Kepada siapa biasanya ibu meminjam uang untuk keperluan rumah tangga dan modal usaha? − Siapa yang menggunakan pinjaman itu secara langsung? Apa alasannya? − Apa manfaat yang ibu rasakan dari pinjaman itu? e. Partisipasi − Bagaimana pengalaman berpartisipasi dalam penyelenggaraan suatu kegiatan atau organisasi di masyarakat? − Apa alasan ibu berpartisipasi dalam kegiatan dan organsiasi tersebut? − Hambatan apa yang ibu alami saat ibu berpartisipasi dalam kegiatan dan organisiasi tersebut? − Bagaimana ibu memperoleh informasi mengenai suatu berita yang sedang berkembang di lingkungan ibu?
2
− Menurut ibu, apa manfaat mengetahui berita itu bagi ibu dan rumah tangga ibu? − Berita mengenai apa yang menarik perhatian ibu?
3
Lampiran Lembar Observasi Pertemuan Anggota Majlis
Item pengamatan: 1. Gambaran kondisi fisik tempat pertemuan majlis:
2. Gambaran suasana pertemuan (misalkan gaduh, tegang, sepi, atau tenang):
3. Ringkasan kejadian sepanjang proses pertemuan majlis mulai dari pembukaan sampai penutupan
4. Gambaran perilaku calon informan yang sedang diobservasi (misalnya: apakah ia lebih sering diam, lebih sering berbicara dalam konteks ngobrol atau menyampaikan pendapat, atau mendominasi pembicaraan dalam majlis):
5. Topik pembicaraan yang paling hangat diperbincangkan atau disampaikan dalam pertemuan, baik secara formal maupun non formal:
4