PEMBERDAYAAN WANITA MELALUI IWAPI, SEBUAH LANGKAH MENUJU KEMANDIRIAN PEREMPUAN DEMI TERWUJUDNYA PENGARUSUTAMAAN GENDER Oleh: Yanti Sri Danarwati, SS., SE., MM Dosen STIA ASMI SOLO Abstract The concept of carrier or business woman must be interpreted as a manifestation and reflection of woman effort who has a profession, job or try to use her potent. In fact, the problem to get and created opportunity become one of carrier or business woman task which must be done continuously. Because the woman progress in the era of globalization, modernization and information, everybody must have ability and try to have potency it is needed to be creative, innovative and good knowledge to create and use the opportunity. The success of carrier or business woman in business world will can be reached if that woman herself has ability and willingness to evaluate herself, and she want to repair all the lack of ability. Keywords: Pemberdayaan Wanita, IWAPI, Kemandirian Perempuan PENDAHULUAN Beberapa bulan terakhir kita banyak mendengar atau membaca berita tentang adanya surplus penduduk usia produktif di Indonesia atau yang lebih dikenal dengan istilah Bonus Demografi. Sebagaimana diberikan dalam media elektronik Republika (Republika.co.id) bahwa Indonesia akan mengalami tren demografi dengan jumlah penduduk usia produktif akan lebih mendominasi penduduk usia anak maupun orang tua. Bonus ini akan dirasakan mulai tahun 2015 hingga tahun 2030 yang akan datang. Menurut guru besar demografi Universitas Indonesia Sri Murtiningsih, sejak 2010 Indonesia sudah bonus demografi dan pada kurun waktu 2020 hingga 2030 adalah puncak bonusnya.
1
Menurut data BPS, tingkat ketergantungan atau dependency ratio pada tahun 2010 sebesar 50,5 % dan prediksi pada tahun 2015, 2020,2025,2030 dan 2035 adalah sebesar 48,6%, 47,7%, 47,2%, 46,9% dan 47,3%. Bonus demografi akan dapat dirasakan jika dependency ratio berada di rentang 40-50%, artinya setiap 100 orang usia produktif akan menanggung 40-50 orang usia tidak produktif (yuswohady.com). Langkah
tepat
menyongsong
Bonus
Demografi
sebagaimana
yang
disampaikan oleh Emil Salim selaku Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres)
pembangunan
harus
difokuskan
pada
peningkatan
kualitas
penduduk usia muda tersebut, melalui peningkatan pendidikan dan keterampilan bagi penduduk usia muda (Republika.co.id, 27 November 2014). Peningkatan
kualitas penduduk
sebenarnya juga berbicara mengenai
pembangunan manusia. Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index –HDI), Indonesia masih termasuk negara yang indeksnya relatif rendah dibanding dengan negara-negara lain di dunia. Berdasarkan hasil perangkingan yang dilakukan oleh United Nations Development Programme (UNDP), pada tahun 2013 Indonesia hanya memiliki indeks pembangunan manusia sebesar 0,684 dan menduduki ranking ke 108 dari 187 negara-negara di dunia (Lihat tabel di bawah). Dengan pencapaian nilai HDI tersebut maka negara kita termasuk ke dalam kategori Medium dari empat kategori HDI yaitu Very High HD, High HD, Medium HD dan Low HD.
2
Tabel HDI 2013 Medium Human Development 2013 ....... 103 Maldives 103 Mongolia 103 Turkmenistan 106 Samoa 107 Palestine, State of 108 Indonesia 109 Botswana 110 Egypt ......
0.698 0.698 0.698 0.694 0.686 0.684 0.683 0.682
Sumber: hdr.undp.org
Sebelum melangkah lebih jauh, terlebih dahulu perlu diungkap pengertian Human Development Index – HDI. Pengertian Human Development Index – HDImenurut Prof. Dr. Muchlas Samani & Drs. Hariyanto, M.S. adalah ukuran komparatif dari harapan hidup, kemelekhurufan, derajat pendidikan, dan standar hidup
bagi
seluruh
kesejahteraan,
negara
di dunia.
Standar
terutama
ini bermaksud
mengukur
kesejahteraan
anak-
anak(pengertianpengertian.blogspot.com). Melihat tingkat HDI 2013sebagaimana tertera dalam tabel di atas yang rendah, memberikan gambaran bahwa sebenarnya tingkat harapan hidup, tingkat bebas buta huruf atau tingkat pendidikan, standar kesejahteraan penduduk
hidup
masyarakat
di negara-negara
kenyataannya
para
tenaga
Indonesia
lain. kerja
masih
kecil dibanding
dengan
Akibatnya dapat dilihat bahwa pada Indonesia
kurang
kompetitif
dalam
memperebutkan pangsa pekerjaan baik di dalam maupun di luar negeri. Masih banyak penduduk terutama di daerah TTT seperti NTB dan Papua yang belum melek
huruf serta
masyarakatnya hidup
di bawah standar hidup
layak.
Berdasarkan data BPS untuk tahun 2013, tingkat buta huruf di dua wilayah 3
tersebut mencapai 15,33 % (NTB) dan 32,69% (Papua), sedangkan rata-rata tingkat buta huruf untuk usia 15 tahun keatas Indonesia pada tahun 2013 berkisar 6,08%. Namun demikian kita sedikit lega karena data statistik menunjukkan bahwa pertumbuhan indeks pembangunan manusia di Indonesia menunjukkan tren positif artinya terdapat proses peningkatan kualitas terhadap seluruh unsur pembentuk indeks pembangunan manusia. Terdapat peningkatan usia harapan hidup Indonesia dalam rentang waktu 2005-2010 sebesar 69,1% menjadi 70,1% pada rentang waktu 2010-2015. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Grafik Trend komponen HDI 1980-2013
Sumber: HDR Report 2014, UNDP
Kembali
kepada
upaya-upaya
mempersiapkan
sumber
daya
untuk
menghadapi Bonus Demografi, pihak-pihak yang berwenang dalam hal ini Pemerintah harus mampu untuk menjadi pendorong/pendukung lahirnya para agen perubahan melalui berbagai kebijakan dan pemberian dukungan sarana dan prasarana untuk memperbaiki serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia
4
baik melalui sektor pendidikan, kesehatan, kemampuan tehnologi dan semua aspek
yang
lain.
Bagaimana
upaya-upaya
Pemerintah
untuk
mendorong
terciptanya lapangan usaha baik formal maupun informal agar dapat menampung lonjakan angkatan penduduk usia kerja pada masa-masa bonus demografi telah datang.Tidak lupa juga bahwa dalam hal ini peranan kerjasama dengan berbagai pihak sangat dibutuhkan. Sinergi yang berjalan dengan baik antara sesama lembaga pemerintahan, antara pemerintah dengan swasta, atau pemerintah/swasta dengan individu sangat penting terutama untuk menggali potensi sumber daya alam,
sumber
daya
manusia agar dapat dimanfaatkan guna mewujudkan
kesejahteraan yang adil dan merata. Yang tidak kalah penting adalah dengan adanya sinergi tersebut akan mampu mendorong lahirnya kemandirian usaha bagi masyarakat Indonesia yang bermuara pada berkurangnya beban Pemerintah untuk menyediakan lapangan pekerjaan di sektor formal.
WANITA AGEN PERUBAHAN Proses
untuk
meningkatkan
sumber
daya
manusia
menuju
tataran
kehidupan yang lebih sejahtera, memang memerlukan tekad dan kemampuan yang kuat,
serta tangguh dalam menghadapi dinamika pembangunan (tantangan).
Semua terlibat mulai dari unsur terkecil yaitu individu dalam keluarta hingga ke Pemerintah. Semua terlibat dan berkarya sesuai dengan bidang masing-masing dan dapat memulai dari diri sendiri sebagai agen perubahan demi terciptanya kualitas hidup yang lebih baik, aman, nyaman, sejahtera lahir dan batin, adil, dan merata.
5
Dan sesungguhnya agen perubahan yang paling efektif adalah wanita. Ya wanita!
Mengapa
wanita?
Tidak
dapat
dipungkiri justru
wanitalah
yang
sebenarnya mampu memegang kendali dalam rumah tangga bahkan negara. Banyak fakta yang menggambarkan betapa tangguhnya wanita dalam menopang kelangsungan hidup rumah tangganya seperti yang dapat kita saksikan melalui beragam program televisi di tanah air. Sebagai gambaran kecil, seorang ibu tidak akan dapat berpangku pangan melihat anak-anaknya kelaparan, maka dengan segala daya dan upaya yang ada, dengan gigih tanpa rasa malu, mereka akan berjuang mati-matian untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya agar dapat bertahan hidup. Betapa perkasa seorang wanita! Ironisnya, fakta juga berbicara bahwa kedudukan wanita masih saja dianggap remeh bahkan seringkali menjadi objek kekerasaan dalam rumah tangga maupun kejahatan yang lain. Pun jika wanita menginginkan untuk berkembang (berkarir), masih saja muncul hambatan-hambatan dari dalam dan luar dirinya. Beberapa hambatan yang mungkin dapat dihadapi wanita yang ingin memutuskan berkarir menurut Pasya, Gurmiwan K antara lain: 1. Hambatan fisik, stigma bahwa perempuan ditugasi untuk mengandung, melahirkan dan menyusui sehingga karena tugas-tugas reproduksinya tersebut mengurangi keaktifan wanita untuk terus berkarir. 2. Hambatan theologis,
untuk waktu yang lama perempuan dipandang
sebagai makhluk yang dicipta untuk lelaki, sehingga secara psikologis menjadi salah satu faktor penghambat perempuan untuk mengambil peran yang berarti.
6
3. Hambatan sosial budaya, munculnya pandangan stereotip bahwa wanita adalah makhluk lemah, pasif, tergantung, terima keadaan. Sedangkan lakilaki dipandang sebagai seorang makhluk yang kuat, aktif, mandiri. Pandangan ini menempatkan laki-laki secara sosio kultural lebih tinggi derajatnya dibanding wanita. 4. Hambatan sikap pandang,
dimunculkan oleh pandangan dikotomis antara
tugas perempuan dan laki-laki. Perempuan dinilai sebagai makhluk rumah sedangkan laki-laki dilihat sebagai makhluk luar rumah. Pandangan ini boleh jadi telah membuat perempuan merasa risi keluar rumah dan visi bahwa tugas-tugas kerumahtanggaan tidak layak digeluti para laki-laki. 5. Hambatan historis, kurangnya nama perempuan dalam sejarah di masa lalu yang dapat digunakan untuk membenarkan ketidakmampuan wanita dalam berkiprah. Melihat masih adanya stigma-stigma yang melemahkan posisi wanita, upaya-upaya penyetaraan terhadap posisi wanita terus menerus digalakkan dan digiatkan. Mengingat komposisi penduduk berdasar jenis kelamin dari tahun ke tahun hampir dapat dikatakan seimbang meski sedikit lebih banyak pria (lihat tabel), hal ini semakin menguatkan posisi wanita untuk disetarakan dengan kaum pria. Tabel Komposisi Penduduk berdasarkan jenis kelamin Laki-laki 2009 Indonesia 49,53 Sumber: bps.go.id
2010 50,17
Perempuan 2011 50,37
2012 50,35
2009 50,47
2010 49,83
2011 49,63
2012 49,65
7
Usaha-usaha guna memberikan kesetaraan derajat dan keadilan bagi kaum wanita telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak, demikian pula halnya dengan Pemerintah. Mengingat pentingnya isu-isu terkait kesetaraan dan keadilan gender, Pemerintah
telah
mengambil
kebijakan
tentang
strategi yang
tepat
yang
menjangkau semuapihak baik itu swasta, pemerintah, masyarakat kota/desa. Strategi tersebut dikenal dengan istilah pengarusutamaan gender (gender mainstreamin). Strategi ini tertuang di dalam Instruksi Presiden (Inpres) No. 9 tahun
2000
tentang
Nasional.Strategi
itu
Pengarusutamaan
bertujuan
untuk
Gender
dapat
dalam
dilaksanakannya
Pembangunan perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi atas program pembangunan nasional yang berwawasan gender sedemikian rupa, sehingga terwujud kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dan wanita dalam berbagai bidang kehidupan dan pembangunan
(termasuk
bidang
politik).Pengarusutamaan
gender
diartikan
sebagai suatu upaya yang dibangun untuk mengintegrasikan kebijakan yang berwawasan gender dalam pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi (BAPENAS, 2012) Berdasarkan data BAPENAS 2012, indeks kesetaraan dan keadilan gender (IKKG) Indonesia pada tahun 2010 sekitar 0,796 artinya bahwa posisi wanita masih belum maksimal dibanding posisi pria. Semakin tinggi nilai indeks ini menunjukkan kesetaraan gender semakin baik dan nyata. Beberapa aspek yang menjadi unsur penilaian dalam IKKG menurut BAPENAS (2012) antara lain: 1. Aspek kesehatan reproduksi, yaitu meliputi pertolongan persalinan, angka kelahiran remaja.
8
2. Aspek
Pencapaian
pendidikan,
yaitu
meliputi
penilaia
tingkat
pendidikan tamat SLTP, rata-rata lama sekolah. 3. Aspek partisipasi ekonomi, menyangkut status pekerja dibayar, berapa upah yang diterima. 4. Aspek keterwakilan di jabatan publik, menyangkut jumlah jabatan di lembaga-lembaga publik
baik
di tingkat legislatif, eksekutif dan
yudikatif. 5. Aspek kekerasan, baik yang terjadi di area domestik (KDRT) maupun kekerasan publik.
WANITA DAN ORGANISASI Menurut Robbins, pengertian organisasi adalah penataan sekumpulan orang secara sengaja guna mencapai tujuan-tujuan tertentu. Definisi tersebut menyiratkan bahwa ada tiga unsur pembentuk organisasi yaitu terdiri dari beberapa orang, memiliki tujuan tertentu yang hendak dicapai, memiliki suatu bentuk
struktur
yang
mengatur
hak
dan
kewajiban
anggotanya
dalam
melaksanakan tugas-tugas organisasi. Jadi secara tersurat jelas bahwa sebuah organisasi harus memiliki tujuan yang dapat memberikan manfaat bagi para anggotanya. Beragam organisasi sekarang ini banyak didirikan untuk menampung berbagai aspirasi yang berkembang di lingkungan kehidupan bermasyarakat. Organisasi dapat dikatakan sebuah kumpulan sporadis yang berkembang dimanamana mulai dari tingkat terendah di lingkungan keluarga hingga tingkat dunia,
9
pun berkembang juga menjadi organisasi spesifik seperti organisasi perempuan, organisasi pengusaha, organisasi para penghobi kegiatan olahraga dan lain sebagainya. Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dalam masyarakat, seperti isu-isu
HAM,
pelecehan
seksual dan
lain
sebagainya,
muncul organisasi
perlindungan anak dan perempuan. Bahkan organisasi untuk melindungi hewan, tumbuhan bahkan lingkungan juga telah berdiri. Para anggota organisasi tersebut sadar bahwa dengan bersatu, maka mereka akan memiliki kekuatan untuk dapat bersuara, untuk dapat bergerak, untuk dapat melawan ketidakadilan dan ketidakberdayaan, dan untuk selalu eksis menyuarakan kepentingan-kepenting organisasi maupun kepentingan-kepentingan kaum lemah yang termarjinalkan. Berbicara tentang wanita, salah satu organisasi yang telah terbukti secara nyata sangat mendukung kemajuan wanita adalah IWAPI, Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia. Sebagai sebuah organisasi IWAPI hadir dari wanita, oleh wanita dan untuk wanita.Keterlibatan IWAPI dalam menumbuhkan semangat kemandirian bagi wanita khususnya remaja dan ibu rumah tangga sangat nyata. Secara
tidak
langsung peran serta IWAPI mampu mendorong semangat
kewirausahaan yang dapat dilakukan oleh para remaja putri dan ibu rumah tangga tanpa mengabaikan tugas kodratnya dalam keluarga. Misi yang diemban IWAPI sangat mulia yaitu: 1. IWAPI memberdayakan dan memperkuat kaum perempuan terutama UKM melalui peningkatan kemampuan anggota untuk mengelola
10
usaha, mendapatkan akses terhadap teknologi baru, pemasaran dan pembiayaan. 2. IWAPI memperjuangkan anggotanya dengan berbagai cara antara lain dengan
memberikan
advokasi,
pelatihan(ketrampilan
teknis,
manajemen dan sumber daya manusia) dan networking. Beberapa upaya IWAPI yang dilakukan untuk masyarakat khususnya kaum wanita
antara
lain
memberikan
dan
menyediakan beragam kursus
ketrampilan antara lain kursus katering, kursus garmen, kursus hantaran, kursus membuat
boneka,
kursus
merangkai
bunga,
mengagendakan
workshop
pengelolaan keuangan, pelatihan manajerial, membantu perencanaan pemasaran dan lain sebagainya. Terbukti banyak usaha yang rata-rata dikelola kaum wanita berhasil dalam usahanya. Para wanita ini yang sebenarnya melakukan hal-hal yang sederhana, tetapi memberikan dampak yang luar biasa terhadap pergerakan perekonomian masyarakat. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Putu Martini Dewi yang meneliti
tentang
partisipasi
pendapatan keluarga, perekonomian
keluarga
tenaga
kerja
perempuan
dalam meningkatkan
membuktikan bahwa peran wanita dalam membantu sangat
vital.
Dewi melakukan
penelitian
terhadap
pedagang wanita di pasar Badung Denpasar. Diharapkan melalui keterlibatan di dalam organisasi, wanita lebih mampu berperan aktif, kreatifdan mandiri serta memiliki kesadaran, tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial untuk menjadi penolong bagi sesama yang belum memiliki aksesibilitas guna menjawab tantangan perubahan pembangunan. Wanita yang
11
mandiri diharapkan dapat menjadi mitra kerja pasangan untuk bersama-sama berupaya demi kesejahteraan keluarganya (https://cietcietcuitdzz.wordpress.com):
KESIMPULAN Mengingat betapa pentingnya peranan wanita dalam berbagai aspek perikehidupan,
sangatlah
wajar
dan
sangat
penting
untuk
meningkatkan
aksesibilitas wanita di berbagai bidang. Pemberian wadah sebuah organisasi bagi wanita, dapat meningkatkan posisi tawar wanita untuk ikut serta berperan aktif dalam rangka meningkatkan kesejahteraan keluarga. Wanita tidak dapat dianggap sebelah mata, karena sesungguhnya kekuatan wanita yang bersatu mampu untuk menegakkan pondasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Wanita sesungguhnya yang memerankan kedudukan yang vital
lewat peranannya yang produktif dan bereproduksi. Dengan kata lain beban wanita yang produktif (berkarir) juga memanggul beban sebagai ibu rumah tangga baik sebagai ibu atau istri (reproduksi). Sebuah tanggung jawab yang sangat besar yang tentunya tidak dimiliki oleh kaum pria. IWAPI sebagai salah satu organisasi kewanitaan telah secara riil turut membantu
mewujudkan
kemandirian
perempuan
dalam menjalankan
fungsi
gandanya yaitu tetap berkarir guna meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta tetap mampu menjalankan kewajiban kodrati sebagai ibu rumah tangga bagi kelangsungan kehidupan anak dan keluarganya. Guna melindungi harkat dan martabat wanita, Pemerintah telah membuat kebijakan yang mendukung eksistansi para wanita, antara lain melalui Instruksi
12
Presiden
RI
No.9
Tahun
2000
Tentang
Pengarusutamaan
Genderdalam
Pembangunan Nasional Tanggal 19 Desember 2000, UU Hak Asasi Manusia No.39 Tahun 1999, UU Pengadilan Hak Asasi Manusia No.26 Tahun 2000 dan PeraturanPemerintah No.2 Tahun 2002, Keputusan Presiden RI No.88 Tahun 2002 tentang RencanaAksi Penghapusan Perdagangan (Trafficking) Perempuan dan Anak. Namun demikian tidak menutup kemungkinan bahwa kebijakankebijakan yang telah diambil untuk selalu ditinjau dan dikawal agar tidak melenceng dari tujuan semula dan yang jelas dapat melindungi kepentingan wanita dan anak-anak.
Daftar Pustaka
BAPENAS. 2012. Indeks Kesetaraan dan Keadilan Gender (IKKG) dan Indikator Pengarusutamaan Gender (IKPUG): Kajian Awal. Jakarta
Http://hdr.undp.org
Http://pengertianpengertian.blogspot.com
Https://cietcietcuitdzz.wordpress.com
Iwapi-pusat.org
13
JEKT. Dewi, Putu Martini. Partisipasi Tenaga Kerja Perempuan dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga. Vol. 5 (2): 119-124. ISSN: 2301-8968
Pasya, Gurniwan K. Peranan Wanita Dalam Kepemimpinan Dan Politik.
Republika.co.id. Kamis, 27 November 2014, 05:39 WIB
Robbins, Stephen P. 2010. Manajemen. Penerbit Erlangga. Jakarta Syukrie, Erna Sofyan.2003. Pemberdayaan Perempuan Dalam Pembangunan Berkelanjutan. Denpasar UNDP. 2014. HDR REPORT 2014.
www.Jabar.bkkbn.go.id. Komariah, Euis. Pembangunan Berwawasan Gender Pembangunan Berwawasan Gender
Peranan Peranan
Wanita Wanita
Dalam Dalam
www.bps.go.id
www.yuswohady.com
14