Modul Pengarusutamaan Gender
pengantar
Penyusunan
modul ini dilandaskan pada wacana mengenai peranan media komunitas sebagai akses strategis bagi saluran suara perempuan telah lama dikampanyekan oleh berbagai pihak, terutama Women International – World Asosiation Community Radio (WIN-AMARC) Dalam “Kebijakan Jender untuk Radio Komunitas” yang telah disusun oleh WIN AMARC ada 6 aspek yang penting untuk diperhatikan oleh setiap radio komunitas, yaitu: 1) akses perempuan ke frekuensi,2)Keterwakilan perempuan di udara 3)Kebutuhan khusus untuk perempuan minoritas 4) Representasi perempuan di seluruh level manajemen radio 5) Penerapan
teknologi tepat guna 6) Pendanaan dan peningkatan kapasitas untuk radio perempuan. Keenam aspek inilah yang diharapkan menjadi pijakan bagi radio komunitas untuk menerapkan kebijakan kesetaraan jender. Terkait dengan kebijakan di atas, maka yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan radio komunitas di Indonesia? Apakah radio komunitas di Indonesia telah memiliki kesadaran untuk menerapkan kebijakan jender di radionya? Berdasarkan hasil penelitian singkat yang dilakukan oleh COMBINE Resource Institution terhadap pengelola radio komunitas dan pendengar perempuan di wilayah Cilacap, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Lombok pada tahun 2010 menunjukkan bahwa cukup banyak hambatan sosial dan budaya yang dialami oleh perempuan untuk terlibat aktif dalam pengelolaan radio komunitas. Sementara mereka yang sudah aktif masih perlu ditingkatkan kapasitasnya, terutama dalam hal teknis. Temuan yang menarik adalah rata-rata perempuan adalah pendengar setia radio komunitas yang sangat potensial untuk terlibat lebih aktif dalam program radio. Namun radio komunitas memang membutuhkan strategi yang efektif untuk meningkatkan keterlibatan perempuan di dalam proses pengelolaan informasi di radionya. Pada tahun 2006, WIN AMARC mengadakan survey di radio komunitas di wilayah Asia Pasifik yang meliputi Indonesia, Nepal, Fiji, Malaysia, Afghanistan. Total ada sekitar 27 responden, 22 perempuan dan 3 laki-laki. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka prosentase pengelola radio komunitas sebanyak 55% adalah laki-laki dan 45% perempuan. Adapun yang menjadi pemimpin sebanyak 72% adalah laki-laki dan 28% perempuan.
Modul Pengarusutamaan Gender
pengantar
Peran perempuan dalam radio komunitas paling besar di bidang administrasi (46%), produksi (45%), dan Teknik (30%). Sementara itu jika dilihat berdasarkan program, maka dari 25 radio komunitas ada sekitar 1-25 jam program khusus perempuan setiap minggunya. Dalam catatan penelitian ini, radio komunitas di Indonesia yang menjadi sampel penelitian tidak memiliki program khusus perempuan. Penelitian survey ini menunjukkan betapa masih minimnya ketelribatan perempuan dalam pengelolaan radio komunitas. Demikian pula dengan konten yang dikemas dalam program masih sangat minim yang mengangkat isu-isu perempuan. Masih timpangnya kesetaraan jender pada dunia media juga diungkapkan oleh riset yang dilakukan Gender Link Tahun 2008 di Afrika Selatan. Tema risetnya adalah “Women Still hitting Glass Ceiling in Media” menghasilkan temuan antara lain: Pertama, perempuan sudah terwakili dalam newsroom, namun masih sangat sulit menembus jajaran manajemen puncak. Kedua, media menjadi lingkungan yang kurang ramah bagi perempuan terutama terkait dengan isu diskriminasi dan pelecehan seksual. Ketiga, masih terhadap pembagian kerja berbasis jender, misalnya jurnalis lakilaki bertanggung jawab terhadap isu-isu yang tergonong “hard beat” seperti teknologi, ilmu pengetahuan, bencana, investigasi mendalam, dan konflik bersenjata. Sementara jurnalis perempuan lebih banyak terkonsentrasi pada isu yang tergolong “soft” seputar kesehatan, gaya hidup, media, dan Ham. Keempat, perempuan sulit mengharmonisasi kepentingan, dan tanggungjawab pekerjaan sebagai jurnalis yang memiliki ritme kerja tidak teratur dengan kepentingan dan tanggung jawab dalam rumah tangga. . Masduki dan Ninik Sri Rahayu, Potret Kesetaraan Gender: Pada Redaksi Surat Kabar di Yogyakarta. Yogyakarta: Komunikasi UII. 2010, hlm. 8-9
combine.or.id
Mengapa keterlibatan perempuan dalam radio komunitas menjadi sangat krusial untuk diperjuangkan? masih berdasarkan hasil penelitian survey WIN AMARC menunjukkan bahwa dampak keterlibatan perempuan dalam radio komunitas antara lain: perempuan memiliki wadah untuk menyalurkan persoalan keseharian mereka dan memperoleh respons dari pihak luar. Selain itu perempuan memperoleh pengetahuan atas hak-hak dan kewajibannya. Peran mereka di dalam komunitas juga semakin besar sehingga mampu mempengaruhi keputusan-keputusan yang terkait dengan kepentingan perempuan dan keluarganya seperti masalah kesehatan reproduksi, kesehatan anak, pendidikan, air bersih, dan lain-lain. Pada titik ini, media komunitas bisa menjadi salah satu sarana bagi perempuan untuk turut serta menyejahterakan masyarakatnya. Apalagi di Indonesia yang hampir separuh dari penduduknya adalah perempuan, maka Suara perempuan menjadi penting dalam perencanaan kebijakan-kebijakan yang menyangkut kepentingan publik. Mempertimbangkan suara perempuan berarti membawa sekaligus kepentingan anak sebagai generasi mendatang, dan juga orang tua. Berdasarkan pemikiran inilah, perlu dikembangkan sebuah modul untuk para pegiat radio komunitas yang bisa menjadi panduan untuk pengarusutamaan jender pada lembaga maupun program di radio komunitas.
Modul Pengarusutamaan Gender
bab i Pendahuluan
Sasaran Pengguna Modul ini akan digunakan oleh pegiat radio komunitas.
Tujuan Penyusunan Modul Panduan bagi pegiat radio komunitas untuk mengintegrasikan perspektif keadilan gender di dalam pengelolaan radio komunitas (tidak terbatas di level organisasi) Meningkatkan pengetahuan mengenai konsep gender dan pemetaan isu bias gender di radio komunitas dan dan komunitasnya
Memandu pegiat radio komunitas untuk memiliki keterampilan analisis dan teknis Keterampilan analisis dan teknis untuk mengintegrasikan pengarusutamaan gender di dalam radio komunitas.
Cara menggunakan Panduan Harus digunakan secara menyeluruh sesuai urutan yang logis Bisa menggunakan materi pendukung lain sesuai konteks pelatihan Pengguna modul memahami ideologi gender, memahami konteks sosial dan kultur masyarakat yang menjadi sasaran pelatihan Pengguna modul perlu melakukan proses checklist, pre test, dan post test serta menyesuaikan dengan tujuan pelatihan. Pengguna modul menyusun hasil review dan rencana tindak lanjut.
Metodologi Secara metodologis, penerapan modul ini menggunakan prinsip belajar andragogi, bukan pedagogi. Apa bedanya? Secara sederhana, pengertian pedagogi yaitu seni membimbing/memimpin/ mengajar anak, sedangkan andragogi bisa diartikan sebagai seni mengajar orang dewasa. Asumsi dasar yang digunakan dalam pelaksanaan prinsip belajar andragogi adalah kesadaran akan konsep diri, pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi belajar dari peserta atau subjek didik. Adapun prinsip yang melandasi prinsip belajar andragogi:
10
Modul Pengarusutamaan Gender
combine.or.id
bab i PENDAHULUAN
Adanya partisipasi aktif dalam menentukan proses pembelajaran yang dilakukan bersama oleh fasilitator Subjek didik ditempatkan sebagai sumber belajar yang memungkinkan tergalinya pengalaman baru. fasilitator harus terbuka pada pengalaman, pengetahuan, ataupun cara pandang baru yang mungkin ditawarkan subjek didik. Kesiapan belajar berangkat dari kesadaran masing-masing pribadi akan adanya kebutuhan untuk mengembangkan diri bersama orang lain dalam kehidupan di masyarakat. Setiap pengambilan keputusan yang terkait dengan proses belajar selama pelatihan, dilakukan secara demokratis melalui pembahasan bersama, sehingga ada sebuah kesepakatan yang adil bagi semua pihak. Orientasi belajar berpusat pada pemecahan masalah yang dihadapi. Pemaparan materi dalam modul akan berbasis pada penyelesaian berbagai masalah, khususnya masalah bias gender, yang terjadi dalam pengelolaan radio komunitas. Jadi, proses belajar andragogis merupakan kegiatan belajar mandiri yang bertumpu pada subjek didik, bukan pada guru yang mengajarkan sesuatu. Dalam menciptakan proses belajar dengan pendekatan partisipatif ini, fasilitator harus berusaha seoptimal mungkin menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif, yaitu yang mendukung proses belajar mandiri. Beberapa hal yang mendukung suasana belajar kondusif di antaranya:
11
Pengaturan lingkungan fisik, sosial dan psikologis yang kondusif. Lingkungan fisik sebaiknya diatur supaya subjek didik merasa aman dan nyaman dalam mengikuti keseluruhan proses pembelajaran. Penataan ruangan, meja, dan kursi, diatur supaya memungkinkan terjadinya interaksi sosial. Untuk menghindari kejenuhan, tempat belajar bisa dibuat sevariatif mungkin, misalnya kegiatan tidak harus di lakukan di dalam ruangan. Bila cuaca memungkinkan, diskusi atau kegiatan bisa dilkukan di alam terbuka. Lingkungan sosial dan psikologis yang kondusif merupakan faktor yang membuat subjek didik merasa diterima, dihargai dan didukung dalam proses belajar bersama. Fasilitator sebaiknya selalu siap dan sigap membantu serta mendukung proses belajar subjek didik. Fasilitator juga harus mengembangkan suasana bersahabat, informal, dan santai. Lebih jauh, suasana demokratis, kebebasan berpendapat, dan semangat kebersamaan perlu dibangun bersama. Lebih baik hindari berbagai bentuk pengarahan dari siapapun yang sifatnya top down atau satu arah. Menciptakan mekanisme untuk perencanaan bersama yang partisipatif. Salah satu mekanisme yang bisa ditawarkan adalah tersedianya ruang diskusi dalam setiap pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan bersama dalam keseluruhan proses pembelajaran. Kontrak belajar yang berisi berbagai macam
12
Modul Pengarusutamaan Gender
Memformulasikan tujuan belajar yang memenuhi kebutuhan bersama. Tujuan belajar diformulasikan kembali berdasarkan kebutuhan subjek didik, tanpa mengurangi substansi yang menjadi pegangan bersama, yaitu prinsip adil gender. Kreatif memilih/menciptakan metode.
bab i PENDAHULUAN
kesepakatan terkait dengan materi maupun hal-hal teknis, sebaiknya dibahas di awal pertemuan, dan menjadi pegangan bersama dalam keseluruhan proses pembelajaran.
Fasilitator perlu membekali diri dengan beragam metode yang mungkin diterapkan dalam sebuah proses belajar bersama. Ketika satu metode yang sudah disiapkan tidak cukup membantu tercapainya tujuan belajar, fasilitator harus terbuka pada perubahan, dan kreatif menentukan metode lain yang lebih bisa mendukung tercapainya tujuan bersama. Melakukan evaluasi dan refleksi. Dalam setiap tahap pembelajaran, fasilitator harus selalu melakukan evaluasi dan refleksi atas proses maupun hasil belajar bersama. Di akhir proses, evaluasi dan refleksi dilakukan sebagai dasar untuk menentukan rencana tindak lanjut. Hal yang menjadi catatan penting kita bersama adalah, segala sesuatu yang dipergunakan untuk melancarkan proses pembelajaran, sebaiknya disesuaikan dengan konteks lokal combine.or.id
13
tanpa mengurangi substansi. Substansi mendasar yang menjadi pegangan bersama yaitu, setiap keputusan yang dihasilkan harus selaras dengan prinsip keadilan gender yang merupakan prinsip utama dari keseluruhan materi yang dipelajari.
Sistematika modul Setiap materi dalam modul ini mencakup: Tujuan materi Pokok bahasan Metode pelatihan (pengalaman baik dari korban dan pelaku) Alat bahan Waktu Bahan bacaan Langkah-langkah Catatan Kritis Fasilitator Kata kunci Referensi
Bacaan lebih lanjut Knowles, M. (1984). Andragogi in Action. San Franscisco: JosseyBass. Lunandi, A,G. (1987). Pendidikan orang dewasa. Jakarta: Gramedia.
14
Modul Pengarusutamaan Gender
bab ii Pengetahuan dasar tentang gender
Tujuan Peserta mengetahui konsep seks, jender dan keadilan jender Peserta mengetahui bentuk-bentuk ketidakadilan jender dan menyadari faktor-faktor yang melanggengkan ketimpangan jender Peserta menyadari pentingnya menghapuskan ketidakadilan jender dan tergerak membangun sikap hidup adil jender
Pokok Bahasan Apa yang dimaksud dengan seks, jender dan keadilan jender?
17
Bentuk-bentuk ketidakadilan jender apa saja yang terjadi dalam kehidupan masyarakat? Faktor apa saja yang melanggengkan ketimpangan jender dan apa pentingnya menghapuskan ketidakadilan jender dalam masyarakat? Sikap dan tindakan seperti apa yang bisa meminimalisir ketidakadilan jender dalam masyarakat?.
Metode Pelatihan Curah gagasan secara lisan (untuk mengeksplorasi pemahaman peserta tentang konsep seks, jender, adil jender dan bias jender) Role play (diskusi kelompok kecil, latihan, presentasi kelompok) untuk mengeksplorasi bentuk-bentuk ketidakadilan jender dan faktor-faktor yang melanggengkan ketimpangan jender berdasarkan pemahaman dan pengalaman peserta. Relaksasi (pertanyaan-pertanyaan reflektif tentang pentingnya menghapus ketidakadilan jender dalam masyarakat dan membangun sikap hidup adil jender).
Alat Bahan Tubuh Beberapa alternatif ruang untuk diskusi dan latihan dalam kelompok/persiapan roleplay. Ruang yang cukup longgar untuk presentasi kelompok dan relaksasi. Spidol (board marker dan permanent marker) White board/papan tulis/kertas plano Sejumlah tema role play (ditulis dalam gulungan kertas kecil) Kaset/file musik instrumental Tape/laptop/properti untuk memutar musik.
18
Modul Pengarusutamaan Gender
120 menit
Bahan Bacaan (Rangkuman singkat dari berbagai sumber) Pemahaman Dasar Seputar Jender Beberapa pengertian dasar yang perlu kita ketahui ketika belajar tentang jender antara lain: apa itu seks, jender, adil jender, dan sikap hidup adil jender. Istilah seks pengertiannya erat dihubungkan dengan kelamin biologis manusia, sedangkan jender pengertiannya dihubungkan dengan kelamin sosial. Istilah jender ini menekankan bahwa kelamin sosial manusia merupakan sebuah konstruksi, bukan sesuatu yang alami/ kodrati. Hal yang melatarbelakangi semakin populernya istilah jender adalah timbulnya kesadaran bahwa yang perlu diteliti dan digugat bukan hanya peran/representasi perempuan dalam masyarakat, tetapi konstruksi identitas perempuan maupun lakilaki.
bab ii PENGETAHUAN DASAR GENDER
Waktu
Prinsip dasar adil jender terwujud jika segala kebijakan, peraturan, norma dan cara hidup sehari-hari dalam masyarakat selalu berdasarkan prinsip persamaan/kesetaraan/keadilan dan non diskriminatif. Artinya, menempatkan hak dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan secara sama, sederajat, adil, dan tidak dibedakan karena jenis kelamin mereka. Praktiknya, dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bahkan bernegara, segala pengambilan keputusan harus dilakukan berdasarkan dialog dan combine.or.id
19
kesepakatan bersama, dengan selalu mengedepankan prinsip dasar adil jender. Bertolak belakang dengan prinsip dasar adil jender, bias jender adalah segala situasi baik kebijakan, peraturan, norma, maupun praktik hidup sehari-hari dalam masyarakat yang cenderung membeda-bedakan laki-laki dan perempuan secara tidak adil, tidak setara dan diskriminatif, karena perbedaan jenis kelamin biologis mereka. Beberapa keyakinan dasar berikut ini menjadi pegangan kita dalam memahami masalah seputar jender dan bias jender: Jender adalah konstruksi sosial. Artinya bukan sesuatu yang sudah ada pada setiap manusia sejak lahir, melainkan sesuatu yang terbentuk oleh budaya. Konstruksi jender yang berkembang dalam kehidupan masyarakat, didasari budaya patriarki (dominasi laki-laki dalam institusi-institusi sosial). Akibatnya, konstruksi jender saat ini, cenderung merugikan perempuan lebih daripada merugikan laki-laki. Bisakah konstruksi jender berubah? Bisa, karena jender adalah konstruksi sosial, maka pemahaman dan pemaknaan jender bisa berubah seiring perkembangan pengetahuan, perubahan cara pandang, dan praktik hidup sehari-hari masyarakat.
20
Modul Pengarusutamaan Gender
Bagaimana cara kita untuk menjadi bagian dalam proses perubahan menuju konstruksi sosial yang adil jender? Caranya, dengan selalu bersikap adil jender sejak dalam pikiran, selaras dengan semua perkataan, dan diwujudkan dalam setiap perbuatan. Bagaimana dengan perlindungan perempuan dalam hukum? Sudah ada sejumlah undang-undang yang secara khusus mengakomodir hak-hak perempuan (silahkan ditelusuri lebih lanjut), tapi pada prinsipnya para pejuang keadilan jender meyakini bahwa: “Hak-hak asasi perempuan adalah hak-hak asasi manusia”. Jadi, hak asasi perempuan juga dilindungi UU No 39 Th 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yaitu: “Seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan YME dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
bab ii PENGETAHUAN DASAR GENDER
Siapa yang bisa merubah konstruksi jender? Setiap orang bisa menjadi bagian dari proses perubahan menuju konstruksi sosial yang lebih adil jender.
Langkah-langkah 1. Introduksi dari fasilitator (5’). Fasilitator menjelaskan tujuan, metode, perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk sesi ini.
combine.or.id
21
Fasilitator memaparkan kata-kata kunci yang akan selalu ditegaskan dalam keseluruhan proses, yaitu: seks, jender, adil jender, bias jender, dan sikap hidup adil jender. 2. Fasilitator mengeksplorasi pemahaman peserta tentang arti katakata kunci yang sudah dipaparkan sebelumnya (metode: curah gagasan secara lisan), dan memberikan penegasan tentang pengertian umum untuk masing-masing kata kunci. 3. Fasilitator menjelaskan agenda selanjutnya, yaitu role play. Tujuan role play ini: Mengetahui bentuk-bentuk ketidakadilan jender yang terjadi di sekitar kita. Menyadari faktor-faktor yang melanggengkan ketimpangan jender. Prosesnya: Fasilitator membagi peserta dalam tiga kelompok (menyesuaikan jumlah peserta). Fasilitator mengundi tema yang akan dimainkan dalam role play oleh masing-masing kelompok. Alternatif tema yang bisa ditawarkan: Bias jender dalam keluarga Bias jender dalam masyarakat Bias jender dalam pengelolaan radio komunitas dan sebagainya, disesuaikan dengan latar belakang dan jumlah peserta Kelompok diminta merahasiakan tema mereka dari kelompok lain.
22
Modul Pengarusutamaan Gender
4. Peserta masuk kelompok untuk diskusi dan latihan (maks. 30’) 5. Presentasi kelompok (@ 10’ x 3 kelompok = 30’). Supaya forum lebih dinamis, setelah satu kelompok presentasi, kelompok lain diminta menebak tema yang ditampilkan. 6. Penegasan dari fasilitator (10’): Menggarisbawahi poin-poin penting yang muncul dalam presentasi kelompok. Menambahkan bentuk-bentuk ketidakadilan jender yang belum dimunculkan peserta. Mengeksplorasi faktor-faktor yang melanggengkan ketimpangan jender.
bab ii PENGETAHUAN DASAR GENDER
Fasilitator memberikan tugas yang akan dilakukan dalam kelompok, yaitu: Mendiskusikan bentuk-bentuk ketidakadilan jender apa saja yang terjadi (terkait tema yang diperoleh masingmasing kelompok). Mendiskusikan faktor-faktor apa saja yang melanggengkan ketidakadilan jender tersebut. Menyusun skenario kecil yang menggambarkan hasil diskusi poin (1) & (2) dengan anggota kelompok sebagai pemainnya (durasi waktu pentas 5 menit). Latihan.
7. Fasilitator melontarkan pertanyaan ke forum: Apakah ketidakadilan jender dalam masyarakat perlu dihilangkan? Mengapa?
combine.or.id
23
Usaha apa yang bisa kita lakukan untuk meminimalisir ketidakadilan jender? 8. Fasilitator menggarisbawahi (bila perlu menambahkan) pentingnya menghilangkan, atau setidaknya meminimalisir ketidakadilan jender dalam masyarakat. 9. Fasilitator mengantar peserta masuk dalam proses relaksasi untuk membangun sikap pribadi yang adil jender, sejak dalam pikiran. 10. Relaksasi (5’). Fasilitator mengajak peserta mengambil posisi duduk serileks mungkin, kemudian mengatur nafas dan membangun suasan hening. Fasilitator memutar musik instrumental dan melontarkan pertanyaan-pertanyaan reflektif pada peserta,untuk dijawab dalam hati. Pertanyaan reflektif yang bisa dilontarkan: Apakah cara berpikirku selama ini sudah adil jender? Ataukah cara berpikirku masih tidak adil jender? Kepada siapa aku pernah bersikap tidak adil jender? Apa yang sudah aku lakukan pada waktu itu? Maukah aku merubah cara berpikir dan sikap hidupku menjadi lebih adil jender? Siapkah aku mewujudnyatakan sikap hidup adil jender dalam hidup sehari-hariku?
24
Modul Pengarusutamaan Gender
Menegaskan kembali mengenai apa yang dimaksud dengan seks, jender, keadilan jender, bias jender, bentukbentuk ketidakadilan jender yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, faktor-faktor yang melanggengkan ketimpangan jender, pentingnya meminimalisir ketidakadilan jender dalam masyarakat, dan sikap-perkataan-perbuatan yang bisa meminimalisir ketidakadilan jender dalam masyarakat. Sebagai penutup, fasilitator mengatakan: “Mari kita bersama berupaya bersikap adil jender sejak dalam pikiran, selaras dengan semua ucapan/perkataan, hingga terwujud dalam perbuatan, di sepanjang hidup kita.” Sekali lagi fasilitator menegaskan: “Bersikap adil jender sejak dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan, adalah jalan hidup kita bersama.”
bab ii PENGETAHUAN DASAR GENDER
11. Catatan fasilitator (5’)
Catatan Kritis Harus dipikirkan dan disiasati supaya materi yang dibahas tidak tumpang tindih dengan materi pemetaan isu perempuan di komunitas. Apabila muncul masalah keterbatasan waktu, poin-poin utama yang dibahas bisa dibagi dalam dua bagian besar, tapi sebaiknya pembahasan dilakukan dalam dua sesi yang berurutan. Ajakan membangun sikap pribadi yang adil jender sejak dalam pikiran, sebaiknya selalu ditegaskan kembali dalam keseluruhan proses dan di akhir proses pelatihan.
combine.or.id
25
Kata kunci Seks, jender, keadilan jender, bias jender, sikap hidup adil jender
Bacaan Lebih Lanjut Esje, Gudon. (1997), Ketidakadilan gender dalam diskursus kekuasaan, jurnal Wacana, No.7/Maret- April. (terlampir dalam modul). Holmes, Mary (2009), Gender and Everyday Life, London & New York: Routledge. Pilcher, Jane and Imelda Whelehan (2004), Fifty Key Concepts in Gender Studies, London, Thousand Oaks, New Delhi: SAGE Publications, 56-59.
26
Modul Pengarusutamaan Gender
pelatihan “Pengarusutamaan Jender pada Radio Komunitas”di Jogjakarta,27-29 Juli 2011, metode role play telah dilaksanakan. Melalui metode ini hendak dicapai pemahaman konsep adil jender, bias jender, yang terjadi disekitar kita. Saat itu dibagi dalam tiga kelompok dan diberi tema khusus. Masing-masing kelompok merancang skenario dan menampilkannya dalam bentuk drama pendek. Role Play oleh Kelompok I Kelompok I mengangkat tema pelabelan negatif pada perempuan di masyarakat.Kelompok I memulai petikan dramanya dengan adegan seorang perempuan yang sedang memandu talkshow mengenai isu perempuan. Namun saat sedang asyik memandu, tiba-tiba suaminya menelpon pihak radio komunitas serta memerintahkan agar isterinya pulang. Pihak radio komunitas pun meminta pemandu talkshow itu untuk segera pulang. Sesampainya di rumah, sang suami marah-marah karena isterinya hanya sibuk di radio dan tidak mengurusi anak. Tetangga yang dititipi anaknya pun menuduh dirinya sebagai isteri dan ibu yang tidak bertanggung jawab. Dalam diskusi dengan para peserta, ternyata bias jender ini sering terjadi pada perempuan yang aktif di radio komunitas. Sering terjadi pelabelan negatif bagi perempuan yang keluar malam dan tidak melaksanakan tugas-tugas rumah tangganya.
combine.or.id
bab ii PENGETAHUAN DASAR GENDER
Pada
27
Role Play oleh Kelompok 2 Kelompok ini mengangkat tema kekerasan di dalam rumah tangga. Adegannya mengisahkan seorang ayah yang marah karena tidak tersedia makanan dan minuman sepulangnya dari kerja. Terjadi percekcokan terkait tugas seorang isteri, dan suami menuduh isteri tak bisa mengelola uang. Sang isteri lalu mengadu pada rekannya yang mengusulkan agar dia minta cerai saja. Keinginan cerai ini disampaikan pada seorang ustadz, namun beliau menyarankan agar si isteri menerima saja perlakuan suaminya dengan tawakal. Para peserta sepakat bahwa tema drama ini adalah bias jender dalam keluarga, apalagi ada adegan pemukulan suami pada isteri. Kemudian faktor pelanggeng ketidakadilan ini datang dari pihak Ustadz. Role Play oleh Kelompok III Kelompok ini mengangkat tema ketidakadilan jender dalam keluarga melalui kasus pendidikan.Adegan dimulai dari percakapan suami dengan isterinya. Anak-anaknya yang baru lulus SMU minta agarmereka bisa melanjutkan kuliah. Sang Bapak meluluskan permohonan anak prianya, tapi yang perempuan tidak diizinkan dengan alasan perempuan berpendidikan tinggi akhirnya harus mengurus rumah tangga juga. Di sini terjadi perdebatan, bahkan sang ibu mendukung keputusan suaminya. Ia mengambil contoh dirinya sendiri, yang tetap mengurus rumah tangga meskipun telah selesai kuliah jenjang S2. Tiba-tiba saat sedang diskusi, datang lagi anak laki-laki pertamanya yang minta dibelikan laptop. Sang
28
Modul Pengarusutamaan Gender
combine.or.id
bab ii PENGETAHUAN DASAR GENDER
suami langsung mengabulkan permintaan anak prianya. Dalam adegan ini terlihat adanya bias jender di lingkungan keluarga. Anak perempuan tidak memperoleh prioritas dalam menjalani pendidikan tinggi.
29
bab iii MEMEtakan isu perempuan di komunitas sebagai dasar penentuan program radio komunitas
Pengantar Pemetaan ini dimulai dari pengalaman pribadi peserta, baik sebagai perempuan dan laki-laki, keluarga, hingga pengalaman relasi peserta dengan komunitasnya. Sesi ini dapat mengantarkan peserta merancang program radio komunitas yang berperspektif keadilan jender. Pada akhirnya, peserta memiliki komitmen untuk mewacanakan keadilan jender ke dalam program radio komunitas sebagai media mempromosikan hak-hak perempuan.
31
Tujuan Peserta menyadari adanya masalah ketidakadilan gender di dalam dirinya, keluarganya, dan lingkungannya. Melalui penyadaran ini, peserta mengetahui bahwa persoalan ketidakadilan gender tidak hanya sekedar konsep tetapi benarbenar berada di dalam dirinya dan lingkungannya. Peserta dapat mengidentifikasi dan memetakan persoalan ketidakadilan gender di adalam dirinya, keluarganya, dan di komunitasnya. Peserta diharapkan tertarik dan memiliki komitmen untuk menganggap penting mewacanakan ketidakadilan jender ke dalam program radio komunitas dan menjadi persoalan bersama dikomunitasnya.
Pokok Bahasan Masalah ketidakadilan jender bisa dialami oleh perempuan dan laki-laki yang tidak hanya berada di luar dirinya tetapi benarbenar berada didalam dirinya, keluarganya, dan lingkungannya yang lebih luas, yakni negara. Masalah ketidakadilan jender bukan lagi hanya sebagai masalah pribadi, tetapi sudah menjadi masalah publik. Disinilah pentingnya kita membahas masalah ketidakadilan jender ini, untuk mengubah menjadi kehidupan yang adil dan setara. Masalah ketidakadilan jender melingkupi persoalan kekerasan terhadap Perempuan baik pada level domestik maupun publik, diskriminasi terhadap perempuan, beban ganda, streotipe /stigma terhadap perempuan, peminggiran perempuan, dan partisipasi perempuan rendah di ruang publik.
32
Modul Pengarusutamaan Gender
Metode Pelatihan Curah gagasan/sharing pengalaman Pohon masalah Telaah Kasus
Alat Bahan Kertas metaplan,spidol, kertas plano, selotip kertas, kartu, stiker warna-warni dengan berbagai macam bentuk CD film, LCD, Laptop, ( jika dipilih sbg metode) Gambar pohon dengan akar dan ranting-rantingnya yang atraktif (ukuran besar)
Waktu 90 Menit
Langkah-langkah 1. Fasilitator menjelaskan secara ringkas tujuan, metode, dan berapa waktu yang dibutuhkan dari sesi ini 2. Fasilitator mengajak peserta untuk duduk melingkar untuk mengakrabkan suasana diantara peserta dengan memulai menyanyikan sebuah lagu yang sudah dikenal oleh peserta. Metode menyanyi dianggap bisa mencairkan suasana.
bab iii MEMETAKAN ISU DAN PENENTUAN PROGRAM
Radio Komunitas memiliki potensi melakukan perubahan bagi kehidupan perempuan melalui penyebaran isu-isu keadilan jender.
3. Setelah peserta dianggap siap, buatlah peserta berpasangpasangan, untuk mencurahkan persoalan ketidakadilan gender combine.or.id
33
baik dari pengalaman pribadinya, keluarganya, maupun komunitasnya. 4. Fasilitator memandu presentasi per pasangan. 5. Fasilitator memandu peserta untuk menyebutkan kategori persoalan yang baru saja dipresentasikan. Pertanyaan kunci: termasuk kategori apa persoalan yang disampaikan temanteman tadi? Misal: kesehatan reproduksi; KDRT; stigmatisasi perempuan; dll. (istilahnya disesuaikan dengan konteks lokal, misalnya penyebutan dalam bahasa daerah) 6. Fasilitator menuliskan kategori persoalan yang disebutkan peserta, dan memandu brainstorming untuk menempelkannya pada peta masalah: di radio komunitas atau di masyarakat. Pertanyaan kunci: kasus tersebut terjadi dalam masyarakat atau radio komunitas? Persoalan Ketidakadilan Gender Radio Komunitas
Masyarakat
7. Fasilitator Mengajak peserta untuk melakukan eksplorasi lebih dalam terhadap temuan peserta tentang persoalan ketidakadilan gender yang terjadi (yang dipresentasikan) dengan metode pohon masalah, yakni untuk menguak hingga akar persoalan. Fasilitator menjelaskan bahwa hal ini dimaksudkan sebagai
34
Modul Pengarusutamaan Gender
8. Fasilitator memberikan gambaran tentang arti bagian-bagian dalam pohon masalah: (1) bagian daun adalah fenomena; (2) bagian batang: faktor penguat; (3) bagian akar: akar persoalan. 9. Fasilitator memandu brainstorming eksplorasi persoalan melalui pohon masalah. Basis eksplorasi adalah persoalan ketidakadilan jender yang telah dikategorikan sebelumnya. Perta- nyaan kunci: Apa yang menyebabkan terjadinya fenomena ketidakadilan jender yang ada? Mengapa? Pandu eksplorasi hingga menemukan akan masalahnya. 10. Fasilitator memandu peserta untuk memetakan hasil eksplorasi yang dilakukan ke dalam pohon masalah; fasilitator menuliskannya dalam gambar pohon masalah pada kertas plano. Tulis warna yang berbeda untuk akar masalah dengan factor penguat di batang maupun ranting pohon, jadi kalau di akar masalah di tulis merah di batang maupun di ranting bisa biru, kuning atau warna yang lain. Berikanlah kesempatan kepada peserta untuk menanggapi atau mengklarifikasi apa yang dipetakan oleh fasilitator dan peserta. 11. Untuk mempertajam temua-temuan tersebut, fasilitator mendiskusikan dan menganalisis bersama.
bab iii MEMETAKAN ISU DAN PENENTUAN PROGRAM
basis pijakan untuk menentukan langkah penyelesaian masalah melalui program-program yang bisa diangkat oleh radio komunitas.
12. Fasilitator memberikan penekanan kembali atas apa yang dipetakan bersama-sama dari hasil diskusi tersebut. combine.or.id
35
Catatan Fasilitator Bangun suasana yang kondusif dan akrab agar peserta mau berbagi pengalaman dengan peserta lain. Karena bukan hal yang mudah mengungkapkan pengalaman ketidakadilan jender kepada orang lain. Selama ini persoalan ketidakadilan gender masih dianggap masalah pribadi. Dalam berbagi pengalaman kemungkinan bisa membutuhkan waktu yang agak lama, fasilitator diharapkan bisa menjadi time keeper agar peserta bisa membatasi waktu bercerita kepada pasangannya. Ada kemungkinan peserta untuk tidak bisa menceritakan pengalaman buruk (ketidakdilan jender) kepada orang lain. Oleh karena itu, fasilitator berusaha membangun komitmen bersama untuk saling menjaga kerahasiaan tersebut. Sesi ini juga perlu ditekankan bahwa ketidakadilan jender berdampak tidak saja pada perempuan tetapi juga laki-laki. Hal ini dimaksudkan agar peserta laki-laki juga melihat bahwa merekapun sebenarnya juga korban adanya konstruksi jender ini.
36
Modul Pengarusutamaan Gender
pemetaan isu jender pada komunitas, fasilitator membagi peserta menjadi satu pasang yang terdiri dari wilayah berbeda. Setiap pasang diminta untuk mengisahkan persoalan ketidakadilan jender yang terjadi di lingkup pribadi dan komunitasnya. Cerita tersebut akan dituliskan di meta plan dan akan menjadi sebuah fenomena ketidakadilan jender. Setelah selesai diskusi, maka perwakilan kelompok menempelkan meta plan ke gambar pohon yang dipasang di whiteboard. Fasilitator sebelumnya menggambar pohon masalah dengan membedakannya menjadi fenomena, faktor penguat, dan akar masalah. Kemudian diletakkanlah meta plan yang telah ditulis oleh peserta. Berdasarkan meta plan yang muncul, maka langsung dikategorikan apakah masuk dalam kategori fenomena, faktor penguat, atau akar masalah. Sebagai contoh:
Meta plan 1 Perempuan tidak boleh beraktivitas di luar rumah, terutama yg melibatkan lawan jenis. (Fenomena) (diskriminasi dan subordinasi) Pendidikan yg berbeda antara pria dan perempuan (fenomena) (diskriminasi) Keterlibatan perempuan sangat kurang di organisasi (fenomena) (marginalisasi)
combine.or.id
bab iii MEMETAKAN ISU DAN PENENTUAN PROGRAM
Dalam
37
Meta Plan 2 Stereotip masyarakat terhadap perempuan yang aktif organisasi masih negatif. (fenomena) Dominasi pria terhadap pemenuhan ekonomi keluarga. (Faktor penguat sekaligus fenomena) (marginalisasi) Kegiatan perempuan sebatas pelengkap (fenomena)
Meta Plan 3 Adanya bias jender pada laki-laki, yaitu waktu siaran lebih sering digunakan oleh perempuan. Pria bahkan memperoleh waktu lebih malam sehingga penyiar pria tidak mendapat jatah siaran sebanyak perempuan (kasus Ruyuk FM). Partisipasi masyarakat masih kurang dalam mendukung siaran perempuan. (Faktor penguat) Orang-orang sering memberikan stigma negatif tanpa adanya bukti. (fenomena) (misalnya memberi label bahwa pria dan perempuan yang sering keluar malam merupakan orang yang tidak baik) Wanita tidak diberi kesempatan untuk mengaktualisasi diri. (fenomena)
Meta plan 4 Perempuan tidak pernah dilibatkan dalam ganti rugi asset. Seperti di lapindo 80% asset dimiliki perempuan, tapi ketika negosiasi ganti rugi asset malah tidak dilibatkan (fenomena) Dominasi pria dalam pengambilan keputusan. (Fenomena) Pelabelan negatif bagi perempuan bila pulang malam hari Kurangnya peran serta perempuan produktif. (fenomena)
38
Modul Pengarusutamaan Gender
Adapun fenomena yang terjadi ialah: Keterlibatan perempuan yg masih minim di rakom, merupakan fenomena masyarakat Dominasi laki-laki dalam pengambilan keputusan muncul di pelaksanaan rakom Pelabelan negatif dari masyarakat bagi perempuan yang aktif di radio komunitas Lalu fasilitator mengajak peserta menggali lagi penyebab dari adanya fenomena dominasi pria dalam radio komunitas. Adapun penyebabnya antara lain: Pria dianggap lebih tegas dalam berpikir Perempuan dianggap kurang kompeten baik dari segi pendidikan, dan kenyataannya SDM perempuan memang lebih rendah. (faktor penguat adalah tingkat pendidikan yang biasa dienyam perempuan) Perempuan biasa menerima apa adanya Perempuan dianggap lebih sering menggunakan hati Ada anggapan bahwa wilayah publik merupakan dominasi pria,sementara perempuan khusus wilayah domestik. Rakom dianggap ruang publik juga, apalagi ada konstruksi sosial bahwa suara itu termasuk aurat. (1 akar masalah berasal dari tafsir agama yg bias)
combine.or.id
bab iii MEMETAKAN ISU DAN PENENTUAN PROGRAM
Berdasarkan tulisan yang ada di meta plan, maka fasilitator berusaha memetakan fenomena yang dialami oleh peserta dalam lingkup radio komunitas dan masyarakat.
39
Inisiatif pegiat rakom perempuan rendah/kurang karena didukung SDM yang memang sedari awal rendah Dalam beberapa kasus perempuan memang tidak diberi kesempatan untuk tampil dan bersiaran di rakom, seperti pengalaman rakom di Aceh. Ada hukum positif yg menghalangi aktualisasi dan partisipasi perempuan. Setelah melakukan invetarisir penyebab dari fenomena maka dilanjutkan dengan diskusi yang lebih dalam diantara peserta untuk mencari akar masalah. Dalam pelatihan sesi ini, fasilitator menggarisbawahi bahwa akar masalah yang tercatat dari diskusi ini adalah konstruksi sosial alami dan konstruksi agama. Diharapkan bias jender dengan akar masalah ini bisa menjadi landasan bagi program isu jender di radio komunitas.
Sumber Laporan Pelatihan “Pengarusutamaan Jender pada Radio Komunitas”di Jogjakarta, 27-29 Juli 2011 yang melibatkan 11 radio komunitas dari Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan DIY
40
Modul Pengarusutamaan Gender
bab iv Membaurkan pengarusutamaan gender dengan radio komunitas
Pengantar Pengarusutamaan Gender (PUG-gender mainstreaming) pada radio komunitas akan masuk pada dua ranah: kelembagaan dan isi program on- air dan off-air. Dalam hal kelembagaan, radio komunitas memiliki sifat terbuka yang mewakili keragaman dalam komunitas yang biasa disebut dengan Dewan Penyiaran Komunitas (DPK) dan Badan Pelaksana Penyiaran Komunitas (BPPK). DPK berperan sebagai perwakilan warga, penyalur harapan, sekaligus pemantau pertanggungjawaban, keterbukaan, dan kedipercayaan radio komunitas. Sedangkan BPPK lebih sebagai lembaga pelaksana
43
yang bertugas menerjemahkan kebijakan-kebijakan DPK dan mewujudkannya dalam program siaran on-air maupun off-air bersama komunitas. Pengelola radio komunitas harus memiliki kemampuan untuk memetakan peran dan posisi perempuan di dalam radio komunitas serta kemampuan menjawab tantangan dan hambatan keterlibatan perempuan untuk turut menentukan arah perjalanan radio komunitas. Dalam hal isi program on-air maupun off-air, perbincangan gender haruslah masuk pada isi dan langkah-langkah pelaksanannya. Dengan menjadikan cara pandang adil gender dalam setiap tajuk program (strategi komunikasi) maupun menjadi tajuk tersendiri (menjadikan tema gender sebagai tajuk khusus, misalnya, musyawarah tentang pentingnya keterwakilan perempuan dalam pertemuan-pertemuan di desa).
Tujuan Peserta mampu memetakan peran dan posisi gender dalam radio komunitas dan memahami kondisi yang dihadapinya Peserta mampu memetakan hambatan keterlibatan perempuan dalam pengelolaan radio komunitas Peserta mampu menyusun program on-air dan off-air dengan cara pandang adil gender Peserta mampu menyusun kiat komunikasi dengan cara pandang adil gender
Pokok Bahasan Penentuan peran dan posisi perempuan serta laki-laki dalam radio komunitas
44
Modul Pengarusutamaan Gender
Metode Pelatihan Rembuk Kelompok Curah Pendapat (brainstorming)
Alat Bantu Belajar Bagan Telaah PUG Telaah Contoh Kejadian Gambar
Waktu Keseluruhan 8-10 jam
Langkah-Langkah Tahap Awal 1. Pendamping (fasilitator) memberikan penjelasan tujuan dari materi pelatihan 2. Pendamping memandu curah pendapat tentang kerangka dan ruang lingkup PUG dalam radio komunitas Pertanyaan kunci: a. Apa yang dimaksud dengan PUG? b. Apa saja ruang lingkup PUG pada radio komunitas? 3. Pendamping mengkerangkai rembuk peserta tentang kerangka dan ruang lingkup PUG pada radio komunitas. 4. Pendamping memberikan gambaran tentang 4 rukun gender (akses, keterlibatan, pengawasan, manfaat) sebagai alat ukur combine.or.id
bab iv MEMBAURKAN PENGARUSUTAMAAN GENDER
Penentuan hambatan keterlibatan perempuan dalam radio komunitas Penentuan kebijakan radio komunitas Penentuan program radio komunitas
45
PUG pada radio komunitas, baik dalam kelembagaan maupun program). Waktu pelaksanaan langkah 1-4: 2 jam. 5. Pendamping mengajak peserta untuk membagi diri menjadi 2 kelas: (1) kelas A membahas PUG dalam kelembagaan radio komunitas; (2) kelas B membahas PUG dalam program siaran radio komunitas. Kelas A: PUG dalam Kelembagaan Radio Komunitas 1. Pendamping memandu curah gagasan tentang bagian-bagian dalam kelembagaan radio komunitas Pertanyaan kunci: Apa saja bagian-bagian yang ada dalam kelembagaan radio komunitas? Pendamping membagi peserta dalam kelompok untuk melakukan cerminan atas keadaan kelembagaan radio komunitas dengan menggunakan 4 rukun gender sebagai alat telaah (selanjutnya lihat tabel Panduan Rembuk) Pendamping memandu rembuk pleno kelompok Pendamping mempersilakan semua kelompok (satu per satu) untuk memaparkan hasil rembuknya Setelah semua melakukan pemaparan, pendamping memandu memetakan dan melengkapi hasil rembuk peserta kemudian menjadikannya dalam satu bentuk atau tabel Pendamping menjadikan rembuk tahap ini sebagai pijakan untuk masuk pada rembuk berikutnya.
46
Modul Pengarusutamaan Gender
combine.or.id
bab iv MEMBAURKAN PENGARUSUTAMAAN GENDER
Pendamping membagi kembali peserta dalam kelompok untuk merancang bentuk kelembagaan radio komunitas dengan cara pandang adil gender Kelompok 1: merancang aturan main tentang struktur kepengurusan dan kultur yang adil gender dalam radio komunitas Panduan diskusi: Berapa besaran keterwakilan perempuan dalam struktur DPK dan BPPK termasuk struktur penyiaran yang terdiri dari pemogram, teknisi, reporter, dan penyiar? Persyaratan adil gender dalam struktur kepengurusan Tata cara berhubungan yang tidak merendahkan atau memojokkan perempuan. Kelompok 2: merancang aturan main program dengan cara pandang adil gender dalam radio komunitas Panduan diskusi: Ketentuan tentang penggunaan kiat berhubungan dengan cara pandang adil gender dalam setiap program off-air dan on-air Ketentuan tentang ruang tema perempuan dalam program on-air dan off-air Kelompok 3: merancang aturan main pengambilan keputusan dan penjaringan harapan bercara pandang adil gender dalam radio komunitas Panduan diskusi: Jenis-jenis pengambilan keputusan dan penjaringan harapan dalam radio komunitas
47
Panduan rembuk: Isilah tabel berikut! Dukungan Radio Komunitas
Tingkat Kelembagaan radio komunitas: Aturan Struktur Kelembagaan Kebudayaan lembaga (poster dalam ruangan, cara berkomunikasi, dan lain-lain)
48
MasyarakatKomunitas Bentuk dukungan dari kelompok perempuan?
Modul Pengarusutamaan Gender
Kebijakan
SDM
Lembaga Bentuk dukungan dari organisasi atau ormas perempuan?
Adakah kebijakan tentang
Keterlibatan aturan keterlibatan perempuan perempuan dalam struktur dalam radio kepengurusan (DPK, komunitasnya BPPK termasuk struktur Peningkatan penyiaran seperti teknisi, kemampuan reporter, penyiar, dan untuk perempuan pemogram? dalam Adakah aturan-aturan pengembangan khusus yang terkait pengetahuan. dengan kebutuhan perempuan? Adakah aturan bahwa penempelan poster di dalam ruangan tidak melecehkan perempuan? Adakah aturan tata tertib berhubungan yang tidak merendahkan atau memojokkan perempuan? Misalnya kata “wanita” diganti dengan kata “perempuan”? Adakah aturan tentang keharusan menggunakan cara pandang adil gender dalam penyusunan program on-air dan offair maupun dalam kiat berhubungan? Adakah aturan tentang keterlibatan perempuan dalam setiap pengambilan keputusan dalam radio komunitas, termasuk dalam penyusunan program on-air maupun off-air?
Ket Akses
Apakah radio komunitas mendasarkan pada data terpilah baik kualitatif maupun kuantitatif untuk kepentingan lembaga dan penyusunan program?
Apakah perempuanperempuan yang terlibat dalam lembaga radio komunitas bisa mengakses sumber daya yang ada dalam radio komunitas? Apa bentuknya?
Pengawasan Apakah perempuan punya hak mengawasi lembaga? Bentuknya apa?
Keterlibatan Apa bentuk keterlibatan perempuan dalam lembaga itu?
Manfaat Apakah keterlibatan perempuan itu memberikan manfaat bagi perempuan itu sendiri? Apa bentuknya?
combine.or.id
bab iv MEMBAURKAN PENGARUSUTAMAAN GENDER
Telaah Sistem Data
49
Keterwakilan perempuan dalam setiap pertemuan pengambilan keputusan dan penjaringan harapan (kepesertaan) Tingkat daya tawar perempuan dalam setiap pengambilan keputusan dan penjaringan harapan. Kelompok 4: merancang upaya peningkatan pengelolaan sumber daya (SDM dan sumber pendanaan) untuk mendukung PUG dalam radio komunitas Panduan diskusi: Upaya yang bisa dilakukan agar SDM dalam radio komunitas ( DPK, BPPK termasuk struktur penyiaran) memiliki kesadaran, tekad, dan bercara pandang adil gender yang kuat Pengelolaan anggaran adil gender atau tanggap gender. Kelompok 5: merancang format data terpilah menurut jenis kelamin pada radio komunitas. Bentuk data pilah tentang struktur kelembagaan radio komunitas Bentuk data pilah tentang pendengar yang terjaring Bentuk data pilah kependudukan di desa tempat radio komunitas ada (sebagai pijakan penyusunan program siaran) Bentuk data pilah keterlibatan perempuan dalam pertemuan pengambilan keputusan dan penjaringan harapan radio komunitas (data angka dari tahun ke tahun) 2. Pendamping memandu proses rembuk pleno kelompok
50
Modul Pengarusutamaan Gender
4. Pendamping menutup tahap rembuk kelas A, dan memandu peserta untuk memilih perwakilan kelas yang akan memaparkan hasil rembuk kelas A dalam pleno dengan kelas B. Kelas B: Pengarusutamaan Gender dalam Program Siaran 1. Pendamping mengajak peserta bercermin mengenai proses pembuatan program siaran di radio komunitas masing-masing Peserta memasang satu program suara yang pernah dibuat oleh peserta Pendamping mengajak peserta untuk menelaah program suara dengan melihat sisi bahasa, isi, penekanan, dan cara menyiarkannya 2. Pendamping membagi peserta dalam beberapa kelompok untuk merancang sebuah kiat berhubungan 3. Pendamping memandu peserta untuk membuat kiat berhubungan berlandaskan pada acuan-acuan di bawah ini: Petakan perbincangan gender di komunitas Anda Berdasarkan tema yang Anda pilih, apakah pesan yang ingin Anda sampaikan?
combine.or.id
bab iv MEMBAURKAN PENGARUSUTAMAAN GENDER
3. Pendamping menandaskan bahwa apa yang dirembukkan oleh peserta adalah pokok-pokok dari Standar Operasional dan Prosedural (SOP-code of conduct) radio komunitas sebagai panduan menjalankan radio komunitas—bisa masuk dalam AD/ART juga.
51
Siapakah pendengar yang Anda sasar? Sasaran pendengar radio komunitas. Adalah warga komunitas itu sendiri. Namun, perlu dipertajam lagi, siapa dari komunitas yang akan menjadi pendengar. Apakah anak-anak, remaja, orang tua, laki-laki, atau perempuan. Dengan menentukan calon pendengar, maka radio komunitas bisa melanjutkannya dengan mengenali ciri khas calon pendengarnya. Secara umum, maka calon pendengar ditentukan berdasarkan: lokasi, usia, jenis kelamin, pendidikan, dan status (menikah/tidak menikah) Kenali pendengar Anda. Setelah menentukan calon pendengar, maka radio komunitas berusaha mengenali ciri khas pendengarnya. Adapun ciri pendengar bisa menggunakan beragam ukuran: gaya hidup, pola penggunaan media, pola akses radio komunitas, dan lain-lain. Gaya hidup. Sebagai contoh untuk program yang ditujukan bagi kelompok usia muda, maka perlu mengenali ciri umum anak muda seperti dinamis, tidak suka terlalu banyak ceramah, menyukai hal yang lebih menarik dengan bahasa terkini. Dalam cakupan pengembangan program untuk PUG dengan calon pendengar perempuan yang sudah menikah berusia 25 tahun, maka kita perlu mengenali cirinya. Pola hidup target pendengar. Pola atau putaran hidup sangat penting diketahui agar radio komunitas dapat menentukan jam siaran yang tepat untuk sasaran pendengarnya. Sebagai contoh, putaran hidup ibu-ibu, misalnya, pukul 04.00 WIB sudah
52
Modul Pengarusutamaan Gender
combine.or.id
bab iv MEMBAURKAN PENGARUSUTAMAAN GENDER
bangun dan menyiapkan makanan untuk anak-anak. Akses terhadap Media. Perlu mengetahui peringkat media apa saja yang diakses oleh sasaran pendengar (televisi, radio, internet, koran, dan majalah) Kemudian khusus untuk radio komunitas, perlu diketahui: Kapan pendengar mendengarkan radio komunitas?; Program yang disukai dan tidak disukai?; Isu yang diminati oleh pendengar?; Dan Waktu mendengarkan radio komunitas? Pengemasan Program Siaran Setelah menentukan tema, pesan, dan sasaran pendengar yang hendak dibidik, maka kini sangat penting untuk menentukan jenis program siaran yang tepat untuk memastikan sebuah pesan tersampaikan kepada sasaran. Untuk sebuah pesan, maka bisa menggunakan beberapa jenis program siaran, seperti: Iklan Layanan Masyarakat (ILM) untuk membangun kesadaran tentang sebuah perbincangan. Lalu untuk memperdalam tema tertentu, bisa menggunakan drama radio atau berita kisah. Dampak yang diharapkan Tentukan dampak yang diharapkan dari pendengar. Sebagai contoh, pada tahap pertama adalah menyebarkan informasi mengenai sebuah tema, sehingga dampak yang diharapkan adalah warga menyadari tema tertentu. Kemudian di tahap selanjutnya, ada pendalaman tema dengan harapan pendengar dapat melakukan tindakan atau bersikap terhadap suatu tema
53
Mengukur Dampak Penyiaran Pertanyaan dasar penelitian penyiaran biasanya terkait dengan siapa pendengar program, di wilayah mana pendengar yang akan dituju berada, dan bagaimana tanggapan mereka terhadap isi dan kemasan program. Pengelola media berkepentingan besar terhadap hasil penelitian itu sebab mereka akan menggunakannya untuk meyakinkan para pemasang iklan atau kerjasama dengan pihak lain. Inti kerja penelitian penyiaran sebenarnya untuk mendapatkan umpan balik dari pendengar. Media penyiaran membutuhkan umpan balik sebagai tolok-ukur keberhasilan program siaran yang mereka kelola. Dalam bahasa yang sederhana, umpan balik adalah seluruh informasi yang berasal dari pendengar. Di era kekinian, dunia penyiaran sudah layaknya dua orang yang sedang berbincang-bincang. Pesan atau informasi yang disiarkan sebisa mungkin mendapat umpan balik dari pendengar. Setiap tanggapan yang diberikan pendengar, baik dalam percakapan biasa, percakapan telepon, surat elektronik, atau surat, harus diperhitungkan. Umpan balik tidak harus bersifat segera seperti program bincang-bincang dua arah. Umpan balik juga tidak harus benar atau memadai. Namun, umpan balik harus dipastikan terjadi. Pada era 1990-an, banyaknya kartu atensi pendengar merupakan sarana mengukur umpan balik suatu stasiun radio, bahkan tak jarang pendengar yang rela mengirimkan kartu atensi melalui jasa pos ataupun diantar sendiri. Kini, keadaan itu sudah jarang ditemui karena para pengelola radio beralih ke media pesan pendek handphone (SMS).
54
Modul Pengarusutamaan Gender
4. Pendamping memandu rembuk hasil kiat-kiat berhubungan 5. Pendamping membagi peserta dalam kelompok lagi untuk merancang program siaran yang peka adil gender dengan contoh panduan terdapat pada Tabel Rancangan Program. 6. Pendamping memandu rembuk pemaparan program siaran dari masing-masing kelompok 7. Rembuk pleno kelompok A dan B (2 jam) Pendamping mempersilakan kelompok A dan kelompok B memaparkan hasil rembuknya Kelompok A memaparkan hasil rembuknya Kelompok B memaparkan hasil rembuknya Pendamping membuka rembuk untuk kelompok A dan kelompok B menanggapi, begitu juga sebaliknya Pendamping mengajak peserta bercermin apakah selama ini radio komunitas sudah menerapkan kaidah-kaidah PUG Pendamping dan peserta menarik kesimpulan bersamasama disertai pandangan. 8. Menyusun rencana tindak lanjut penerapan kebijakan dan program yang adil gender (1 jam).
combine.or.id
bab iv MEMBAURKAN PENGARUSUTAMAAN GENDER
Untuk mendorong pendengar mengirim umpan balik, acapkali pengelola penyiaran menawarkan hadiah atau cinderamata.
55
Tabel rancangan program Kelompok Program
Nama Acara
Lingkup Materi
Tujuan Program
Khalayak
Ukuran Program
Nama Acara
Lingkup Materi
Tujuan Program
Khalayak
Ukuran Program
contoh Kelompok Program Kesehatan Reproduksi Remaja
56
Remaja Sehat
Program ini hendak membahas berbagai persoalan kesehatan produksi pada remaja putri.
Modul Pengarusutamaan Gender
Sosialisasi dan penyadaran perihal kesehatan reproduksi pada remaja putri
Putri, Usia 13-18 tahun, Pendidikan: SMP-SMA
Isi mencakup
semua segi terkait kesehatan reproduksi pada remaja Menggunakan kombinasi bahasa indonesia dan bahasa lokal Diselingi dengan hiburan lagu-lagu yang sedang disukai remaja Bisa menggunakan pelbagai format
Frekuensi Penyiaran
Ukuran (syarat) Penyiar
Frekuensi Penyiaran
Menguasai bahasa
indonesia yang baik dan benar Menguasai bahasa daerah setempat Menghargai “tubuh” remaja putri dengan ungkapan yang sopan dan tidak melecehkan Akrab dengan remaja Suara terdengar akrab dan ramah
sesuai dengan hasil analisis target pendengar
Lama
Lama 30 menit
Waktu siaran
Format penyajian
Sifat produksi
Waktu siaran
Format penyajian
Sifat produksi
Pukul 16.00-16.30
Talkshow, berita kisah, majalah udara
rekaman dan siaran langsung
combine.or.id
bab iv MEMBAURKAN PENGARUSUTAMAAN GENDER
Ukuran (syarat) Penyiar
57
Catatan Pendamping Pendamping harus memahami pola kelembagaan radio komunitas yang bersifat terbuka dan perbedaan peran serta tugas DPK dan BPPK Pendamping harus memahami pokok-pokok dan proses PUG agar dapat mengembangkan dan menyesuaikan metodenya dengan keadaan pertemuan atau peserta.
Bahan Bacaan Keterlibatan Perempuan: Contoh Integrasi Pengarusutamaan Gender pada Radio Komunitas, Penelitian COMBINE Resource Institution. Pengelolaan Radio Komunitas. COMBINE Resource Insatitution.
58
Modul Pengarusutamaan Gender
bab v pembuatan program siaran adil jender
Pengantar Dalam melakukan produksi siaran maka perlu diterapkan prinsipprinsip keadilan jender. Hal ini penting karena produk media, baik itu cetak, audio, dijital, maupun audio-visual, justru menjadi penyangga kekuatan budaya patriarki yang kerap terjebak dalam sudut pandang bias jender. Kepekaan atas kesetaraan jender merupakan bentuk kerja media yang menjunjung tinggi nilai keadilan. Kalau memperhatikan program acara televisi dan radio, sering dijumpai perempuan jadi objek pembicaraan yang cenderung
61
dianggap negatif. Sebagai contoh, perempuan dianggap sebagai makhluk yang hanya mengurusi kasur, sumur, dan dapur. Cap itu memberikan gambaran bahwa peran perempuan hanya terbatas di wilayah domestik yang tingkatnya dianggap lebih rendah. Karena pernyataan bias jender ini sering muncul di media massa, masyarakat pun terdorong untuk menarik kesimpulan bahwa pernyataan tersebut benar dan cara pandang masyarakat pun terbangun. Persoalan bias jender pada media massa itu perlu diluruskan agar tidak melanggengkan perbedaan laku dan ketidakadilan jender, khususnya pada kaum perempuan. Budaya media, kata Doughlas Kellner dalam Culture: Cultural Studies, Identity and Politics Between The Modern and The Postmodern (1996) ialah suatu keadaan di mana tampilan audio-visual membantu merangkai kehidupan seharihari, membentuk opini politik dan perilaku sosial, dan menjadi bekal materi untuk pembentukan jati diri seseorang. Salah satu media publik yang sering didengar masyarakat adalah radio, baik swasta, publik (RRI), dan milik komunitas. Sebagai media publik yang banyak didengar oleh masyarakat tentunya isi siaran dan bahasa penyiaran radio sangat berperan dalam pembentukan opini publik. Oleh karena itu, penting untuk membahas bagaimana program radio dan cara penyampaiannya tidak bias gender tapi mengenalkan cara padang dan sikap adil gender di tengah masyarakat.
62
Modul Pengarusutamaan Gender
Peserta dapat memetakan tema-tema adil gender yang bisa diusung dalam program pewartaan. Peserta dapat menyusun dan membuat program siaran yang peka dan adil gender.
Pokok bahasan Pemetaan Subjek-Objek. Penempatan dan penentuan subjek-objek ini penting dalam membuat luaran siaran. Subjek yaitu orang yang ditugaskan untuk mencari sumber informasi maupun sumber informasi itu sendiri, baik dari peristiwa maupun dari wawancara terhadap seseorang. Sedangkan objek bisa dimaknai sebagai peristiwa atau tema yang bakal diangkat jadi pokok berita. Menentukan siapa jadi subjek dan apa objek dalam proses pembuatan siaran (bincang-bincang atau berita) penting dilakukan sedari awal agar informasi bisa berimbang. Dalam penentuan subjek-objek juga mencakup perihal narasumber dan perlu mempertimbangkan apakah narasumber paham konsep gender dan memastikan untuk tidak bias gender saat menyampaikannya di radio. Patut dicamkan, tidak harus memberikan ruang atau kesempatan bagi perempuan dari kalangan tokoh masyarakat dan sebagainya untuk menjadi narasumber. Masyarakat biasa pun dapat. Program Luaran Siaran yang Peka Gender. Beberapa bentuk luaran siaran seperti drama radio, iklan layanan masyarakat, berita, bincang-bincang, dan bercerita, harus memperhatikan pengemasan pesan yang peka akan keadilan gender. combine.or.id
bab v PEMBUATAN PROGRAM SIARAN ADIL JENDER
Tujuan
63
Pengemasan Informasi dengan Bahasa Peka Gender Pengemasan informasi sangat menentukan apakah informasi yang disampaikan itu bias gender atau adil. Informasi dalam bentuk apa pun, iklan layanan masyarakat, bincang-bincang, berita, atau bercerita, tanpa dikemas secara baik bisa terjebak dalam pemberitaan yang tidak adil dan memperburuk perempuan. Oleh karena itu, sejak awal informasi itu harus dikemas dengan mempertimbangkan kepekaan gender.
Metode Pelatihan Rembuk kelompok Pembuatan program siaran
Alat Bahan
Kertas metaplan, spidol, kertas plano, selotip kertas, dan kartu. Perekam suara Komputer Mixer Microphone
Waktu 180 menit
Langkah-langkah 1. Pemandu menjelaskan tujuan, metode, dan waktu dari sesi ini. 2. Pemandu mengajak peserta untuk melihat kembali rancangan program yang telah dibuat di sesi sebelumnya. 3. Pemandu membagi peserta dalam kelompok untuk merancang naskah suara yang akan menjadi luaran siaran 4. Pemandu mengajak peserta untuk merembukkan naskah suara
64
Modul Pengarusutamaan Gender
Catatan Kritis Pemandu Bangun suasana yang mendukung dan akrab agar daya buat dan kerjasama dalam tim pembuat bisa berlangsung dengan baik untuk menghasilkan gagasan dan karya yang menarik. Adanya contoh pewartaan yang bias gender dari media cetak maupun elektronik akan sangat membantu. Usahakan sudah dalam bentuk kliping atau rekaman.
Kata Kunci Pewartaan, bias gender, adil gender, pemakaian bahasa.
bacaan lebih lanjut Jurnal Perempuan, “Pendidikan, Media dan Gender”. Jurnal Perempuan, “Apa Kabar Media Kita”. “Jika Ia Anak Kita, AIDS dan Jurnalisme Empati”. “Jurnalis Memandang Perempuan”.
combine.or.id
bab v PEMBUATAN PROGRAM SIARAN ADIL JENDER
5. Peserta melakukan pembuatan siaran 6. Para peserta menampilkan hasil pembuatan siaran 7. Pemandu mengajak peserta untuk rembuk hasil pembuatan siaran. Dalam hal ini, akan mengajak peserta mendedah hasil pembuatan siaran berdasarkan tolok ukur ketidakadilan gender seperti ketidakdilan, peminggiran, prasangka yang tidak tepat, mendudukkan perempuan pada posisi yang lebih rendah, beban ganda, dan kekerasan, yang itu semua bisa dilacak dari selera bahasa, penekanan suara, pemilihan pembawa acara, dan lainlain 8. Pemandu memberikan kesimpulan dari sesi pembuatan siaran
65
Menentukan Nama Acara Singkat dan Mudah diingat Radio merupakan media yang hanya bisa didengar (auditif). Nama program harus dibuat sesingkat mungkin agar orang mudah mengingat dan mengucapnya. Paling baik cukup satu sampai dua kata. Menarik dan Menimbulkan Gairah Carilah nama yang unik dan menarik minat warga untuk mengetahui lebih lanjut. Pilihan nama acara hendaknya dapat mendorong semangat tertentu. Sesuai dengan Jenis Program Nama program harus sesuai dengan isinya. Misalnya untuk program siaran mengenai isu perempuan, perlu ada keberpihakan pada perempuan yang jelas. Sebagai contoh nama program adalah “Jendela Perempuan” tetapi isinya bias jender. Sesuai Keadaan Sosial Budaya Pilihlah nama program yang akrab di kalangan komunitas dan tidak asing di telinga warga. Untuk membuat sebuah program radio komunitas, sebenarnya sama seperti saat kita menciptakan sebuah acara radio komersial pada umumnya.
66
Modul Pengarusutamaan Gender
Berita adalah suatu data atau fakta baru (yang bisa dibuktikan), memiliki nilai penting (berdampak), dan menarik. Ada beberapa jenis berita, di antaranya: Berita Pendek. Terdiri dari berita pendek tanpa insert yang dibacakan langsung oleh penyiar (newsreader) dan berita ber-insert yang disertai dengan cuplikan ucapan dari narasumber atau wawancara dari lokasi. Berita Lapangan. Berisi suara pelapor atau wartawan yang bisa juga dilengkapi dengan insert. Untuk membangun kedekatan antara radio komunitas dengan warga sebagai pendengar, berita lapangan ini sangat dianjurkan untuk sering dilakukan. Berita Kisah. Merupakan berita berdurasi panjang sekitar 3-30 menit yang menyajikan sebuah keadaan atau aspek kehidupan tertentu yang menarik. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam produksi berita: Untuk kelayakan berita, pilihlah topik yang memiliki nilai berita yang tidak menggemparkan, tetapi punya dampak pada banyak orang, punya kebaruan, ada kedekatan peristiwa dengan komunitas, dan terdapat unsur kemanusiaan yang dapat menyentuh perasaan. Untuk berita kisah utamakan pengalaman perempuan. Perhatikan agar bahasa yang digunakan tidak menyudutkan posisi perempuan, misalnya dalam mengabarkan berita tentang korban perempuan, hindari
combine.or.id
bab v PEMBUATAN PROGRAM SIARAN ADIL JENDER
Berita
67
bahasa yang menjadikan mereka korban yang kedua kalinya. Dalam pemberitaan, perempuan seringkali diletakkan dalam posisi yang lebih rendah dan dipojokkan. Simaklah kutipan berita kriminal di bawah ini: “Dijanjikan Dinikahi, ABG Digagahi” Warta Kota, Cijantung. SEORANG gadis berusia 14 tahun bersedia melakukan hubungan intim berulang-ulang dengan lelaki beristri, Ad (25), karena dijanjikan akan dinikahi. Bunga—sebut saja begitu nama anak baru gede (ABG) tersebut—dibawa ke sejumlah hotel oleh Ad sejak Jumat (29/1) malam dan baru ditemukan keluarganya pada Minggu (31/1) pukul 10.00 WIB. Ad ditangkap petugas Polsektro Pasar Rebo, Minggu pagi, ketika sedang bersama ABG warga Cijantung, Jakarta Timur, itu di sebuah kafe di kawasan Cijantung. Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Polrestro Jakarta Timur AKP Grace Harianja membenarkan adanya kejadian itu. Namun, dia belum bisa menjelaskan secara detail. “Benar saya sudah menerima laporannya, dan saat ini kami sedang menyelidikinya,” ujarnya. Grace belum bisa menentukan pasal yang menjerat Ad. Apalagi saat ini Bunga sedang menjalani visum. “Nanti Mas, kalau penyelidikan sudah selesai saya baru bisa menjelaskan. Mungkin Senin (1/2) sudah ada hasil visumnya,” ujarnya.
68
Modul Pengarusutamaan Gender
Bincang-bincang Dalam menggelar bincang-bincang, hal yang perlu diperhatikan adalah: Utamakan kelompok perempuan yang paling terpinggirkan di dalam komunitas sebagai narasumber Tidak harus menghadirkan narasumber ahli. Perempuan biasa di dalam komunitas juga tak jadi soal. Ada jatah perempuan menjadi penyiar bincang-bincang. Saat memandu bincang-bincang, tidak menjelek-jelekkan perempuan dalam segi bahasa pun sikap Bincang-bincang perlu memerhatikan kebermanfaatan bagi perempuan Bincang-bincang biasanya dilakukan pada malam hari. Sediakan sarana antar-jemput bagi narasumber perempuan.
combine.or.id
bab v PEMBUATAN PROGRAM SIARAN ADIL JENDER
Kutipan ini diambil dari harian Warta Kota yang terbit pada 1 Februari 2010. Perhatikan judul berita di atas yang menggunakan kalimat pasif. Dengan kalimat pasif maka aktor atau pelaku perkosaan tidak menjadi perhatian utama. Judul berita ini lebih memusatkan perhatian pada korban perkosaan dan menghilangkan betapa pentingnya peran pelaku perkosaan dalam kasus tersebut. Di dalam memberitakan persoalan pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, tertera aturan bahwa tidak boleh membeberkan alamat korban secara rinci.
69
Drama Radio Drama Radio, merupakan salah satu program yang cukup manjur untuk mengubah cara pandang yang bias jender. Hal yang harus diperhatikan dalam drama radio adalah: Peran perempuan tidak hanya dalam wilayah domestik Pengembangan karakter tokoh tidak bias jender seperti tokoh yang cerewet, galak, dan suka gosip pasti perempuan Penggunaan bahasa yang tidak bias jender
Bercerita Program radio ini berawal dari ide melestarikan kebiasaan bercerita yang ada di banyak masyarakat di dunia. Idenya sangat sederhana, yaitu seseorang bisa menceritakan perasaan, pikiran, apa yang penting dala hidup, dan bagaimana mereka memaknai hidup secara pribadi. Menceritakan suatu perkara sangat cocok untuk perempuan, karena mereka bisa mengisahkan pengalaman hidupnya dengan bahasanya sendiri. Hal yang harus diperhatikan dalam bercerita antara lain: Berikan kenyamanan bagi perempuan untuk mampu menceritakan pengalaman hidupnya. Kenyamanan itu bisa dalam hal tempat, cara merekam suaranya Setelah rekaman kisahnya selesai diedit, maka perlu diperdengarkan dahulu kepada narasumber sebelum disiarkan Berikan arahan atau panduan pertanyaan agar narasumber mampu membangun struktur cerita yang menarik untuk didengar.
70
Modul Pengarusutamaan Gender