PEMBERDAYAAN DA’IYAH MOTIVATOR DI KOTA TANJUNGPINANG ABSTRAK Zaitun* Pelaksanaan dakwah da’iyah harus menguasai strategi dakwah, karena strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning) dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara tekhnik (taktik) harus dilakukan, yang bermakna bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda, tergantung pada situasi dan kondisi. Seorang da’iyah hendaknya memahami metodolgi dakwah atau prinsip dalam berdakwah antara lain dengan bijaksana dan kearifan ( bi al-hikmah ), dakwah dengan nasehat yang baik ( bi al-mauizhat alhasanah ), dakwah dengan dialog yang baik ( bi al-jadal al- husna ) dan dakwah dengan pembalasan berimbang ( mua’aqabat bi al-mitsal ), disamping terus meingkatkan kualitas ilmu agama dan IPTEK yang ada. Strategi pemberdayaan da’iyah motivator dalam berdakwah antara lain : Edukatif , Materi dakwah sistematis,variatif dan sesuai dengan perseoalan umat dewasa ini, Metode dakwah yang komunikatif (bil hikmah,bil mauizhat hasanah, bil jadal al husna dan mu’aqabat bil al mitsal ), Motivatif, Sugestif dan Persuasive. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sesungguhnya Kata empowerment bermakna kekuatan atau kekuasaan yang diambil dari kata power , sehingga kata tersebut diterjemahkan menjadi “pemberdayaan “ dalam Bahasa Indonesia. Pemberdayaan disebut juga sebagai upaya yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan/daya (power ) pihak-pihak yang tidak atau kurang berdaya, dengan penekanan memberikan kekuatan /power kepada seseorang individu atau kelompok lain dan membiarkan mereka menguasai dan menggunankan daya tersebut ditangan mereka untuk tujuan dan kepentingan mereka. Sembiring : 2003 menyebutkan bahwa pemberdayaan bermakna pengurangan atau pemindahan power atau upaya melakukan disempowerment/less empowering pihak-pihak yang memiliki kekuatan serta penyerahan/ penambahan
daya ( power ) kepada pihak-pihak yang diberdayakan. Dari tahun ke tahun jumlah majlis ta’lim umumnya bertambah mengiringi aktiviatas keagamaan di masjid-masjid yang ada namun tidak beriring dengan peningkatan kualitas da’iyah yang bergerak didalamnya sehingga pemberdayaan da’iyah di kota Tanjungpinang bagai jalan ditempat. berdasarkan data KEMENAG Kota Tanjungpinang yang secara rutin pertahun mengadakan pelatihan motivator bagi da’iyah tersebut tidak menunjukkan angka yang menggembirakan secara kualitatif. Sebagai contoh partisipasi da’iyah minim dalam mengisi ceramah pada setiap bulan suci ramadhan ataupun mengisi materi-materi rutin di majlismajlis ta’lim yang ada, sehingga peneliti terpanggil untuk meneliti persoalan yang berkaitan dengan pemberdayaan da’iyah motivator yang ada di kota Tanjungpinang khususnya
*Dosen MKU Agama Islam Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan UMRAH
1
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan minimnya da’iyah motivator di Kota Tanjungpinang dan menyusun strategi pemberdayaan yang efektif bagi peningkatan mutu dai’yah motivator dalam kiprahnya di Kota Tanjungpinang
Selanjutnya untuk merumuskan strategi pemberdayaan yang efektif bagi pembedayaan da’iyah tersebut dianalisis dengan tools microsoftword dan microssoft excel sehingga didapat kan hasil yang diharapkan dari penelitian ini nantinya.
METODE PENELITIAN Kajian penelitian ini adalah da’iyah motivator yang berada dalam lingkungan BKMT KotaTanjungpinang khususnya berdasarkan data yang peneliti peroleh dari KEMENAG Kota Tanjungpinang. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan 3 bulan terhitung dari bulan September 2012 sampai dengan November 2012. Sumber data dalam penelitian ini ada 2 dua jenis yaitu data skunder dan data primer. Data Skunder di peroleh dari KEMENAG Kota Tanjungpinang, sedangkan data primer didapat dengan melakukan wawancara langsung dengan menggunakan kuesione, dengan rumus:
HASIL PENELITIAN 1. Strategi Pemberdayaan Da’iyah dalam Berdakwah Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning) dan management untuk mencapai suatu tujuan. Tetapi untuk mencpai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus menunjukkan bagaimana tekhnik (cara) operasionalnya. Dengan demikian strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning) dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara tekhnik (taktik) harus dilakukan, yang bermakna bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda, bergantung pada situasi dan kondisi. Adapun komponen-komponen penting dalam strategi dakwah dapat dibuat dalam bentuk pertanyaan seperti: 1.Siapa da'i atau penyampai pesan dakwahnya? 2.Pesan apa yang disampaikan? 3.Media apa yang digunakan? 4. Siapa Mad'unya atau pendengarnya? 5. Kapan dilaksanakannya? 6. Bagaimana melaksanakannya? 7. Mengapa dilaksanakan demikian? Pendekatan (approach) terhadap efek yang diharapkan dari suatu kegiatan dakwah dapat berbentuk : Menyebarkan Informasi, Melakukan Persuasi dan Melaksanakan Instruksi. Pentingnya strategi dakwah adalah untuk mencapai
n
N 1 Ne 2
Keterangan : Dimana: n = Jumlah Responden (orang) N= Jumlah Populasi BKMT Kota Tanjungpinang. e = galat atau bias yang dapat diterima (10%) Data penelitian ini dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner ke masingmasing da’iyah dalam majlis talim se Kota Tanjungpinang dan bagi ketua badan kontak majlis ta’lim kota Tanjungpinang dilakukan dengan wawancara langsung. Analisis yang digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan minimnya da’iyah motivator di kota Tanjungpinang dengan cara tabulasi yangmana data yang masuk diedit dan ditabulasikan, kemudian dianalisa secara kualitatif untuk membuat sebuah kesimpulan.
2
tujuan, sedangkan pentingnya suatu tujuan adalah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. 2. Faktor-Faktor Minimnya Da’iyah Motivator di Kota Tanjungpinang Dalam perjuangan dakwah pastilah terdapat berbagai hambatan, kendala itu bisa dalam bentuk masyarakat yang sulit di ajak menuju perubahan yang lebih baik, dalam hadits dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu Rasulullah Shslallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seseorang tertimpa kegundahan dan kesedihan lalu berdoa : “Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak hamba laki-lakiMu dan anak hamba perempuan-Mu. Ubun-ubunku berada di tangan-Mu. Hukum-Mu berlaku pada diriku. Ketetapan-Mu adil atas diriku. Aku memohon kepada-Mu dengan segala nama yang menjadi milik-Mu, yang Engkau namakan diri-Mu dengannya,atau Engkau turunkan dalam kitab-Mu, atau yang Engkau rahasiakan dalam ilmu ghaib yang ada disisi-Mu, agar engkau jadikan AlQur’an sebagai penyejuk hatiku, cahaya bagi dadaku dan pelipur kesedihanku serta pelenyap bagi kegelisahanku.” Kesulitan dalam dakwah itu adalah hal yang pasti akan terjadi sebagaimana yang telah dilalui oleh para pendahulu kita, yakni Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya, karena itu dibutuhkan keikhlasan, karena dengan hati yang ikhlas dan jujur Allah SWT akan meneguhkan langkah-langkah kita. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan wawancara dan quisioner da’iyah yang diteliti umumnya terdapat 2 faktor yang menyebabkan minimnya partisipasi da’iyah motivator yang ada di kota Tanjungpinang yaitu : 1. Factor internal
2. Factor eksternal 1.Faktor Internal 1. Minimnya tingkat partisipasi da’iyah untuk ikut serta pelatihan khusus da’iyah dalam rangka meningkatkan mutu dalam berceramah. 2. Pemahaman da’iyah yang disatu sisi berorientasi hanya pada menyampaikan materi saja tanpa melakukan pembinaan yang sistematis terhadap audiennya. 3. Masih minimnya motivasi diri yang dimiliki da’iyah dalam meningkatan keilmuannya. 4. Waktu yang tersedia, namun factor internal yang paling dominan adalah masalah waktu yang sering tidak sejalan dengan aktivitas da’iyah lainnya yang juga sama pentingnya, sehingga harus dibuat penjadualan yang sistematis minimal untuk kegiatan dalam jakgka waktu 1 bulan sebelum kegiatan dakwah berlangsung. 2.Faktor Eksternal 1. Umumnya adalah sarana yang dibutuhkan bagi da’iyah dalam memberikan dakwah kepada umat seperti pengeras suara. 2. Kurangnya fokusnya audien dalam menyimak materi dakwah yang disampaikan. 3. Belum adanya kurikulum baku dari BKMT berkaitan dengan materi-materi yang akan disampaikan oleh da’iyah sehingga terjadi tumpang tindih dalam penyampaian materi. 4. Belum adanya control nilai kemajuan majlis talim dari segi keilmuan dan amalan. 5. Belum adanya budget khusus bagi pendanaan da’iyah yang di kelola oleh BKMT. 3. Strategi Pemberdayaan Da’iyah Motivator di Kota Tanjungpinang Adapun factor-faktor psikologi dakwah yang dapat meningkatkan strategi
3
pemberdayaan da’iyah motivator dalam berdakwah antara lain: a. Edukatif Juru dakwah bersifat edukatif apabila bertindak sebagai pendidik (edukator) dan bersikap sebagai guru. b. Materi dakwah Materi harus disajikan sesuai dengan aspek-aspek dalam kehidupan sehari-hari, perbedaan cara tiap individu menerima dan memahaminya dengan tujuan yang hendak dicapai, dan disajikan secara metodologis. c. Metode dakwah Serupa dengan metode pendidikan, juru dakwah harus menguasai bermacammacam metode dan terampil menggunakanya, komunikatif dan memperhitungkan kendala-kendalanya atau hambatan-hambatan psikologis dalam menerapkan suatu metode. d. Motivatif Juru dakwah sebagai motivator harus mengerti bahwa motif ini muncul sebagai latar belakang dari seluruh tingkah laku manusia yang timbul karena adanya dorongan kebutuhan yang muncul setiap saat. e. Sugestif f. Persuasive Persuasi dalam dakwah adalah seni dan ilmu tentang menghimbau secara ekstralogis untuk menjamin keputusan yang diinginkan dengan prinsip-prinsip argumentasi Selanjutnya ada beberapa rancangan dakwah yang dapat dilakukan oleh da’iyah motivator khusunya untuk menjawab permasalahan umat dewasa ini, yaitu: 1. Memfokuskan aktivitas dakwah untuk mengentaskan kemiskinan umat. 2. Menyiapkan elit strategis Muslim untuk disuplai ke berbagai jalur kepemimpinan bangsa sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing.
3. Membuat peta –peta social umat sebagai informasi awal bagi pengembangan dakwah 4. Mengintregasikan wawasan etika, estetika, logika, dan budaya dalam berbagai perencanaan dakwah. 5. Mendirikan pusat-pusat studi dan informasi umat secara lebih propesional dan berorientasi pada kemajuan IPTEK. 6. Menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan: ekonomi, kesehatan dan kebudayaan umat Islam, oleh karena itu sistem manajemen kemasjidan perlu ditingkatkan. 7. Menjadikan sebagai pelopor yang propertis, humanis, dan transpormatif. Karenanya perlu dirumuskan pendekatan-pendekatan dakwah yang progkresif dan inklusif. Dakwah Islam tidak boleh hanya dijadikan sebagai objek dan alat legitimasi bagi pembangunan yang semata-mata bersifat ekonomis-pragmatis berdasarkan kepentingan sesaat para penguasa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari pelaksanaan penelitian yang berkaiatan dengan PEMBERDAYAAN DA’IYAH MOTIVATOR KOTA TANJUNGPINANG ini dapat diambil kesimpulan antara lain 1. Dalam pelaksanaan dakwah da’iyah harus menguasai strategi dakwah, karena strategi dakwah merupakan perpaduan dari perencanaan (planning) dan management dakwah untuk mencapai suatu tujuan. Di dalam mencapai tujuan tersebut strategi dakwah harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara tekhnik (taktik) harus dilakukan, yang bermakna bahwa pendekatan
4
(approach) bisa berbeda, bergantung pada situasi dan kondisi. 2. Seorang da’iyah dalam berdakwah hendaknya memahami metodolgi dakwah atau prinsip dalam berdakwah antara lain dengan bijaksana dan kearifan ( bi al-hikmah ), dakwah dengan nasehat yang baik ( bi almauizhat al- hasanah ), dakwah dengan dialog yang baik ( bi al-jadal al- husna ) dan dakwah dengan pembalasan berimbang ( mua’aqabat bi al-mitsal ). 3. Faktor-faktor minimnya partisipasi da’iyah motivator di Kota Tanjungpinang terdiri atas factor internal yaitu kesiapan pribadi dan mental dalam aktivitas dakwah, Berkaitan dengan ini diri da’iyah itu sendiri. Berkaitan dengan diri sendiri da’iyah ini adalah tidak kontiniu nya da’iyah ikut dalam pelatihan khusus da’iyah dalam rangka meningkatkan mutu dalam berceramah.. Pemahaman da’iyah yang disatu sisi berorientasi hanya pada menyampaikan materi saja tanpa melakukan pembinaan yang sistematis terhadap audiennya. Masih minimnya motivasi diri yang dimiliki da’iyah dalam meningkatan keilmuannya. Waktu yang tersedia, namun factor internal yang paling dominan adalah masalah waktu yang sering tidak sejalan dengan aktivitas da’iyah lainnya yang juga sama pentingnya, sehingga harus dibuat penjadualan yang sistematis minimal untuk kegiatan dalam jakgka waktu 1 bulan sebelum kegiatan dakwah berlangsung. 4. Faktor lainnya dalah factor eksternal antara lain : Umumnya adalah sarana yang dibutuhkan bagi da’iyah dalam memberikan dakwah kepada umat seperti pengeras suara. Kurangnya kesadaran audien dalam menyimak
materi dakeah yang disampaikan. Belum adanya kurikulum baku dari BKMT berkaitan dengan materi-materi yang akan disampaikan oleh da’iyah sehingga terjadi tumpang tindih dalam penyampaian materi. Belum adanya control nilai kemajuan majlis talim dari segi keilmuan dan amalan. dan belum adanya budget khusus bagi pendanaan da’iyah yang di kelola oleh BKMT 5. Strategi pemberdayaan da’iyah motivator dalam berdakwah antara lain : Edukatif , Materi dakwah sistematis,variatif dan sesuai dengan perseoalan umat dewasa ini, Metode dakwah yang komunikatif (bil hikmah,bil mauizhat hasanah, bil jadal al husna dan mu’aqabat bil al mitsal ), Motivatif, Sugestif dan Persuasive. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilaksanakan ini maka perlu adanya tindak lanjut penelitan berikutnya yang berkaitan dengan strategi pembinaan da’iyah motivator di Kota Tanjungpinang sehingga dakwah yang dilaksanakan da’iyah khususnya di Kota Tanjung pinang smenjadi da’iyah percontohan untuk da’iyah lainnya di wilayah KEPRI mampu berjalan efektif dan bernilai guna. Sebagai upaya untuk meningkatkan kapasitas da’iyah dalam berdakwah menurut hasil penelitian ini maka perlu pembenahan dan peningkatan factor-faktor internal dan eksternal Adapun factor internal yang harus ditingkatkan antara lain peningkatan partisipasi da’iyah untuk ikut serta pelatihan khusus da’iyah dalam rangka meningkatkan mutu dalam berceramah, pembinaan yang sistematis terhadap audiennya, peningkatan motivasi diri serta keilmuan da’iyah ,Waktu yang tersedia disamping itu juga harus dibuat penjadualan yang sistematis minimal untuk
5
kegiatan dalam jangka waktu 1 bulan sebelum kegiatan dakwah berlangsung. Adapun faktor eksternal yang harus dibenahi adalah persiapan sarana yang diperlukan sebelum kegiatan dakwah berlangsung seperti kesiapan pengurus masjid dan mushola dalam penyiapan sarana seperti pengeras suara, Kurangnya fokusnya audien dalam menyimak materi dakwah yang disampaikan, Pembenahan kurikulum baku dari BKMT berkaitan dengan materi-materi yang akan disampaikan oleh da’iyah harus dibuat secara sistematis sehingga da’iyah akan melakukan persiapan yang optimal dan audien akan focus pada materi yang disampaikan, Pembinaan intensif sebagaik tolok ukur control nilai kemajuan majlis talim dari segi keilmuan dan amalan, dan manajemen khusus bagi pendanaan da’iyah yang di kelola oleh BKMT. DAFTAR PUSTAKA A.W. Munawwir. Kamus Al-Munawwir. Pustaka Progressif Abdullah, Yatimin. 2006.Studi Islam Kontemporer. Sinar Grafika Offest. Jakarta Abuddinnata.1998. Metodologi Studi Islam. PT RajaGrafindo Persada. Jakarta Agus Salim (ed.). 2001.Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Tiara Wacana. Yogyakarta Ancok, Jamaluddin dan Fuad Nasori Suroso. 1994. Psikologi Islam. Pustaka Pelajar.Yogyakarta Arifin, M. 1991.Psikologi Dakwah. Bumi Aksara.Jakarta Arifin, M. 1997. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar. Bulan Bintang. Jakarta Atang, abd. Hakim & Jaih Mubarok. 1999. Metodologi Studi Islam.Remaja Rosdakarya. Bandung Azyumardi Azra.1988. Ulama, Politics and Modernization.Departemen of
History Colombia University.New York. Farida,Anik. 2012. Perempuan Juru Dakwah dalam Lintas Sejarah Islam dan Konteks Keindonesiaan.Jurnal Ta’alim,Bandung Jajat Burhanuddin (ed). 2002. Ulama Perempuan Indonesia.PT Gramedia Pustaka Utama.Jakarta Jalaluddin Rakhmat. 1985. Kamus Filsafat. Remaja Rosda Karya. Bandung Kafie, Jamaluddin. 1993. Psikologi Dakwah.offset Indah. Surabaya Kamus Besar Bahasa Indonesia. Tim Pustaka Phoenix. Jakarta: Lexy Moleong. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. cet. 13. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung M.Deden Ridwan. 2001. Tradisi Baru Penelitian Agama Islam dalam Tinjauan antar Disiplin Ilmu. Yayasan Nuansa Cendekia, Bandung Masri Singarimbun dan Sofian Affendi. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta Mubarok, Achmad. 1997. Psikologi Dakwah. Pustaka Firdaus. Jakarta Muhsin MK. 2009. Manajemen Majelis Taklim. Pustaka Intermasa. Jakarta Ramayulis. 1992. Psikolgi Agama. Kalam Mulia. Jakarta Romli Mustofa, 2010. Sepak Bola Kehidupan. Simbiosa Rekatama Media. Bandung Sholihin Abu Izudin. 2006. Zero To Hero . Pro-U Media. Jogjakarta Sumadi Suryabrata. 1994. Metodologi Penelitan. Cet. VIII. PT Raja Grafindo Persada.Jakarta Tutty Alawiyah, 1997. Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim. Mizan. Bandung Yatimin Abdullah.Studi Islam Kontemporer. Amzah, Jakarta. 2006
6