SEMINAR NASIONAL PENELITIAN DAN PENDIDIKAN KIMIA “Kontribusi Penelitian Kimia Terhadap Pengembangan Pendidikan Kimia”
PEMBELAJARAN PEMANIS BUATAN MELALUI PRAKTIKUM PENENTUAN KADAR NATRIUM SIKLAMAT DALAM SAMPEL AIR TEH Teti Slifiyati, Yuni Priyatni , Asep Kadarohman, Wiwi Siswaningsih Jurusan Pendidikan Kimia, FPMIPA, UPI ABSTRAK Telah dilakukan penelitian pada pembelajaran pemanis buatan melalui praktikum penentuan kadar natrium siklamat dalam sample air teh untuk mengetahui tingkat kognitif (C1, C2 dan C3) dan keterampilan penggunaan alat praktikum pada setiap kelompok prestasi siswa. Penelitian pada aspek kognitif ini untuk mengetahui gambaran mengenai aspek kognitif jenjang C1,C2 dan C3 sedangkan pada keterampilan alat dibatasi pada keterampilan menggunakan gelas ukur, pipet volumetri, buret dan labu Erlenmeyer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Subjek pada penelitian ini adalah kelompok praktikum siswa SMA kelas 2 yang dibagi menjadi 10 kelompok terdiri atas tiga kelompok prestasi tinggi, empat kelompok prestasi sedang dan tiga kelompok prestasi rendah. Instrumen yang digunakan adalah lembar kerja siswa (LKS), pokok uji uraian dan lembar observasi keterampilan penggunaan alat praktikum dan pedoman wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek kognitif jenjang C1 pada kelompok prestasi tinggi diperoleh hasil sangat baik (90 %) dan pada kelompok prestasi rendah juga diperoleh hasil sangat baik (81,25 %) dan pada kelompok prestasi sedang diperoleh hasil baik (80 %). Sedangkan pada jenjang C2 pada kelompok prestasi tinggi diperoleh hasil cukup (48 %) dan pada kelompok prestasi sedang juga diperoleh hasil cukup (41,5 %), sedangkan pada kelompok prestasi rendah diperoleh hasil kurang (33,5 %). Pada aspek kognitif C3 pada kelompok prestasi tinggi diperoleh hasil sangat baik (81,5 %), untuk kelompok prestasi sedang diperoleh hasil baik (69,13 %) sedangkan pada kelompok prestasi rendah diperoleh hasil baik (65 %) sedangkan, keterampilan penggunaan alat untuk kelompok tinggi, sedang dan rendah memiliki kategori kemampuan tergolong baik.
Seminar Nasional Penelitian & Pendidikan Kimia, 9 Oktober 2004
1
PENDAHULUAN
Dalam kurikulum SMA/MA 1994 dikatakan bahwa fungsi mata pelajaran kimia antara lain adalah mengembangkan keterampilan proses, sikap dan menumbuhkan nilai yang berguna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari, dan kreativitas siswa. Apabila dikaji lebih lanjut fungsi dan tujuan pembelajaran kimia sudah mencakup hakekat IPA (sains), yaitu sikap ilmiah, proses ilmiah dan produk ilmiah. Sains merupakan hasil kegiatan manusia yang berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar melalui penyelidikkan, penyusunan dan pengajuan gagasan. Bidang studi sains adalah program untuk menambah dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai ilmiah pada peserta didik serta rasa menghargai dan mengakui akan kebenaran Allah SWT beserta ciptaanNya. Oleh karena itu dalam pembelajaran sains kegiatan seperti pengalaman, penyelidikan, penyusunan dan pengajuan gagasan dalam membangun pengetahuan itu sangat diperlukan. Menurut Galton dan Harlen dalam Siti Rostina (2000), kebermaknaan pembelajaran sains sangat ditentukan oleh keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Untuk itu perlu disusun suatu pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara penuh. Untuk hal tersebut tugas guru bukan hanya memberikan pengetahuan melainkan menyiapkan situasi yang menggiring anak untuk bertanya, mengadakan percobaan, serta menemukan fakta dan konsep sendiri, dengan harapan siswa dapat mengembangkan atau menggunakan
pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Metode praktikum merupakan salah satu metode pembelajaran yang mengacu pada belajar menurut kontrukstivisme. Pembelajaran dengan metode praktikum memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan percobaan baik secara perorangan ataupun secara kelompok dalam memahami konsepkonsep Kimia. Metode praktikum berfungsi sebagai salah satu faktor utama kegiatan pembelajaran dalam menemukan prinsip tertentu atau menjelaskan tentang prinsip yang dikembangkan. Tetapi kegiatan praktikum yang sudah dilaksanakan kurang menekankan pada keterampilan siswa dalam menggunakan alat praktikum, seolah-olah kegiatan praktikum hanya merupakan kegiatan rutin saja tanpa siswa memahami hakekat praktikum itu sendiri. Dan di sisi lain pembelajaran konsep dengan metode praktikum merupakan solusi yang baik. Konsep ini memerluka n pendekatan mengajar yang banyak melibatkan keaktifan siswa dan memberikan pengalaman belajar secara langsung, dan hal ini dapat diberikan melalui metode praktikum. Karena dengan menggunakan metode praktikum siswa dapat melihat, mengamati, mengidentifikasi, dan membuktikan sendiri secara langsung zat-zat aditif yang terkandung dalam suatu bahan makanan tertentu. Melalui kegiatan praktikum diharapkan siswa akan mampu memahami konsep kimia dengan lebih baik dan mengaplikasikan pengetahuan yang
Seminar Nasional Penelitian & Pendidikan Kimia, 9 Oktober 2004
2
dimilikinya melalui praktikum dalam kehidupan. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan kognitif dan penggunaan keterampilan alat
siswa dalam pembelajaran pemanis buatan melalui penentuan kadar natrium siklamat dalam sampel minuman air teh dengan metode praktikum.
MASALAH Sesuai dengan latar belakang masalah yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini adalah, “Bagaimanakah aspek kognitif dan keterampilan
menggunakan alat praktikum siswa dalam pembelajaran pemanis buatan mela lui penentuan kadar Na-siklamat dengan metode praktikum?”
TUJUAN Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan gambaran tentang aspek kognitif yang terjadi pada setiap kelompok prestasi dan
penguasaan keterampilan penggunaan alat praktikum yang terjadi pada setiap kelompok prestasi siswa SMU kelas 2 dalam pembelajaran pemanis buatan dengan metoda praktikum.
METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam secara objektif dalam suatu deskripsi penelitian ini merupakan metode situasi (Ali, 1982). Metode ini deskritif yaitu suatu penelitian yang digunakan untuk memecahkan atau bertujuan untuk membuat menjawab permasalahan yang sedang penggambaran tentang suatu keadaan dihadapi pada situasi sekarang. a. Memberikan skor Penilaian tes tertulis berbentuk ditentukan. Kriteria penilaian jawaban essay diberikan dalam bentuk skor siswa berdasarkan Margaret McNay yang merupakan rentangan dari skala (1993) dalam Journal of Research in nilai yang sesuai dengan bobot yang Science Teaching . Tabel 1 Kriteria Penilaian Perorangan Katagori Kemampuan Skor Kriteria Jawaban Siswa Kosong; mengulang Tidak memiliki aspek kognitif 0 pertanyaan; jawaban tidak (TMAK) relevan dan tidak jelas Memiliki aspek Kognitif cukup Jawaban benar tetapi tidak 1 (MAKC) disertai alasan, atau hanya Seminar Nasional Penelitian & Pendidikan Kimia, 9 Oktober 2004
3
Memiliki aspek kognitif baik (MAKB) (Sumber : McNay, 1993) b. Menafsirkan data skor siswa dengan menggunakan kriteria pada tabel 3.5, kemudian menafsirkan
sebagian Jawaban benar dan disertai alasan, lengkap
2
pemahaman siswa dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut ini:
Tabel 2 Penafsiran Harga Persentase Persentase (%) 0 0 – 25 26 – 49 50 51 – 75 76 – 99 100 Koentjaraningrat, 98
Tafsiran Kualitatif Tidak Ada Sebagian Kecil Hampir Keseluruhan Separuhnya Sebagian besar Hampir Seluruhnya Seluruhnya
C. Menafsirkan data skor siswa dengan menggunakan kriteria pada tabel 3.6, kemudian menafsirkan
pemahaman siswa dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut ini:
Tabel 3. Skala Kategori Kemampuan No Nilai (%) Kategori Kemampuan 1 81-100 Samgat baik 2 61-80 Baik 3 41-60 Cukup 4 21-40 Kurang 5 0-20 Sangat kurang Muhibin Syah, 1995 Diskusi dan Pembahasan Aspek Kognitif Berdasarkan hasil analisis pada pokok uji yang memiliki jenjang C1 Kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan pada pokok uji nomor 1 ini dipengaruhi oleh kemampuan mengingat siswa akan pengertian dari zat aditif ini. Kemampuan mengingat ini merupakan tingkatan paling rendah dalam
taksonomi Bloom sehingga setiap anak dapat menjawab pertanyaan pada jenjang ini dengan mudah. Selain itu tingkat perkembangan kognitif siswa SMA telah mencapai tahap operasi formal (Piaget, dalam Dahar : 1996). Berdasarkan hasil wawancara pada anak diperoleh bahwa mereka
Seminar Nasional Penelitian & Pendidikan Kimia, 9 Oktober 2004
4
menganggap mudah pelajaran kimia yang ada hubungannya dengan teori dan zat aditif ini banyak sekali hubungannya dengan teori. Ada sebagian kecil (10 %) dari kelompok tinggi dan rendah yang menuliskan struktur pemanis buatan sedikit menyalahi aturan penulisan lambang atom. Dimana penulisan atom oksigen yang seharusnya ditulis dengan huruf O kapital, pada jawaban siswa ditulis dengan huruf o kecil, selain itu penulisan lambang atom natrium yang seharusnya ditulis dengan lambang Na, pada jawaban siswa ditulis dengan lambang NA. Ketidakmampuan siswa dalam menuliskan struktur pemanis buatan yang benar menunjukkan bahwa siswa tersebut tidak dapat menuliskan atribut dan aturan yang dimiliki oleh suatu konsep (Dahar, 1996). Ketidakmampuan siswa untuk menuliskan struktur pemanis buatan ini disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam penulisan rumus kimianya. (Lihat Gbr. 1. Grafik Ketercapaian Aspek Kognitif Siswa pada Jenjang C1 ) Berdasarkan hasil analisis pada pokok uji yang memiliki jenjang C2 Pencapaian tingkat MAKB pada pokok uji no 5a hanya diperoleh oleh sebagian kecil dari kelompok prestasi tinggi, sedangkan pada kelompok prestasi sedang dan rendah tidak ada, hal ini menunjukkan bahwa pada siswa kelompok tinggi tersebut telah mampu menghubungkan beberapa konsep yang telah dipelajarinya untuk menjawab pokok uji. Pencapaian siswa pada pokok uji ini sebagian besar siswa memberikan jawaban yang tidak lengkap. Jawaban yang diberikan
siswa pada umumnya penambahan HCl hanya akan membuat suasana asam tetapi tidak menjelaskan mengapa harus ditambahkan larutan asam. Untuk pokok uji no 5b, pada kelompok prestasi tinggi hampir keseluruhan telah dapat menghubungkan beberapa konsep yang telah dipelajari untuk menjawab pokok uji ini. Siswa pada kelompok ini telah memiliki konsep terdefinisi dan terhindar dari konsep salah (miskonsepsi). Dengan adanya praktikum dapat menghindarkan siswa dari verbalisme. Pada pokok uji 9 terlihat bahwa hanya sebagian kecil yang dapat menjawab dengan benar dan lengkap sesuai dengan jawaban yang dituntut pada pokok uji. Sedangkan sebagian besar siswa lainnya tidak dapat menjawab pertanyaan ini dengan lengkap. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan siswa dalam menjawab pokok uji bentuk uraian seperlunya saja dan pendek. Pada pokok uji jenjang C2 ini mampu membedakan kelompok prestasi sedang dan rendah. Rendahnya ketercapaian kemampuan kognitif ini disebabkan karena kemampuan siswa untuk mengaitkan satu konsep dengan konsep lain kurang. (Lihat Gbr. 2. Grafik Ketercapaian Aspek Kognitif Siswa pada Jenja ng C2)
Pada pokok uji jenjang C3 Pada pokok uji no 6 diperoleh data yang cukup menarik, dimana sebagian besar siswa tidak dapat menjawab pokok uji dengan lengkap. Hal ini disebabkan ketidakmampuan siswa dalam menghubungkan konsepkonsep yang telah dipelajarinya. Selain itu kesulitan juga dialami siswa Seminar Nasional Penelitian & Pendidikan Kimia, 9 Oktober 2004 5
disebabkan kurang dikuasainya konsep dasar kimia. Sesuai dengan pendapat Tressna (1988) bahwa konsep ilmu kimia memiliki generalisasi dan keabstrakan yang tinggi, maka banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahaminya. Ketidakmampuan siswa dalam menghubungkan konsep dasar ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nakhleh (1992), bahwa : “siswa-siswa pada umumnya mengalami kesulitan dalam mempelajari kimia. Hal ini dimungkinkan karena kebanyakan siswa yang tidak dapat mengkonstruksi pemahaman konsepkonsep dasar kimia pada awal mereka belajar”. Padahal konsep dasar merupakan jembatan untuk mempelajari konsep selanjutnya. Konsep-konsep yang kompleks dalam IPA hanya dapat dipelajari jika konsep-konsep lebih besar yang ikut dalam pembentukan konsep-konsep baru, telah benar-benar dipahami (Tressna : 1988). Pada pokok uji no 7, menunjukkan bahwa hampir selurunya siswa dapat menjawab dengan benar dan lengkap pada pokok uji ini. Hal ini berarti hasil belajar yang harus dicapai pada pokok uji ini telah tercapai. Dimana siswa telah sanggup dilingkungannya (Rostina, 2000).
menerapkan dan mengabstraksikan suatu konsep, ide, rumus, hukum dalam situasi baru.. Konsep-konsep zat aditif pada makanan yang dipelajari siswa dapat pula diperoleh prinsipnya. Hal ini penting artinya, sebab prinsip kimia (IPA) merupakan suatu pernyataan yang berbentuk kesimpulan, dan mencerminkan kaitan antara dua konsep atau lebih yang dapat diterapkan kepada lebih dari suatu fenomena serta memiliki nilai prediktif dan menjelaskan (Dahar, 1996) Pada pokok uji no 8 menunjukkan bahwa kemampuan antara kelompok prestasi sedang dan rendah sama. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan praktikum telah mampu menuntun kelompok prestasi rendah untuk menerapkan pengetahuannya ke dalam situasi baru. Ada juga siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan ini karena siswa tidak dapat menerapkan konsep, persamaan, ide dan hukum dalam sebuah situasi baru. Padahal dari kegiatan praktikum yang mereka lakukan diharapkan dapat memupuk daya kreativitas agar tanggap terhadap masalah-masalah yang ada. (Lihat Gbr. 3. Grafik Ketercapaian Aspek Kognitif Siswa pada Jenjang C3)
Keterampilan Penggunaan Alat Praktikum Hasil penelitian keterampilan penggunaan alat praktikum akan disajikan dalam tabel dan grafik beserta pembahasannya.
memiliki kemampuan kategori tergolong baik. Dari hasil wawancara yang dilakukan, gelas ukur bukan merupakan alat baru bagi mereka, karena pada praktikum-praktikum sebelumnya pernah menggunakan gelas ukur. Untuk keterampilan penggunaan pipet volumetri tidak ada
Untuk keterampilan menggunakan gelas ukur ini dapat dilihat bahwa siswa pada umumnya
Seminar Nasional Penelitian & Pendidikan Kimia, 9 Oktober 2004
6
salah satu alat yang mahal, sehingga banyak keterampilan menggunakan buret yang tidak mereka lakukan.
yang termasuk dalam kategori kemampuan baik. Hal ini disebabkan pipet volumetri merupakan alat yang baru mereka lihat dan gunakan, sehingga banyak keterampilan menggunakan pipet volumetri yang tidak dilakukan.
Pada keterampilan menggunakan labu Erlenmeyer hasilnya hampir sama dengan keterampilan menggunakan pipet volumetri, dimana kelompok rendah pesentasenya lebih besar dan sedang banyak melakukan kesalahan pada cara menggunakan labu Erlenmeyer ketika titrasi. Sebagian besar mereka melakukan titrasi dilakukan berdua, satu orang memegang labu Erlenmeyer dan satu orang memegang kran tutup buret. Sedangkan kelompok rendah sebagian besar benar dalam menggunakan labu Erlenmeyer ketika titrasi.
Pada keterampilan menggunakan buret hasilnya dimana dapat dilihat bahwa persentase kemampuan kelompok tinggi jauh lebih besar dari kelompok sedang dan rendah. Dan kelompok rendah persentasenya paling kecil. Dari hasil wawancara yang dilakukan ternyata tingkat ketelitian siswa pada kelompok tinggi dalam menggunakan buret sangat baik. Sedangkan pada kelompok sedang dan rendah mereka takut dan terlalu berhati-hati menggunakan buret dikarenakan di awal dikatakan bahwa buret termasuk
Data-data yang diperoleh dari uraian-uraian di atas akan lebih jelas bila didistribusikan ke dalam bentuk grafik batang di bawah ini :
100 90 80 70 60 50
Tinggi Sedang
40
Rendah
30 20 10 0 Ket 1
Ket 2
Ket 3
Ket 4
Keterangan : Ket 1 = Keterampilan menggunakan gelas ukur Ket 2 = Keterampilan menggunakan pipet volumetri Ket 3 = Keterampilan menggunakan buret Seminar Nasional Penelitian & Pendidikan Kimia, 9 Oktober 2004
7
Ket 4 = Keterampilan menggunakan labu erlenmeyer
Kesimpulan dan Saran Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian ini serta pembahasannya maka dapat ditarik kesimpulan: Kelompok prestasi tinggi q Aspek kognitif jenjang C1 (ingatan) memperoleh hasil sangat baik. q Aspek kognitif jenjang C2 (pemahaman) memperoleh hasil cukup q Aspek kognitif jenjang C3(aplikasi) memperoleh hasil sanga t baik q Keterampilan menggunakan gelas ukur termasuk dalam kategori kemampuan baik q Keterampilan menggunakan pipet volumetri termasuk dalam kategori kemampuan cukup. q Keterampilan menggunakan buret termasuk dalam kategori kemampuan baik q Keterampilan menggunakan labu erlenmeyer termasuk dalam kategori kemampuan kurang Kelompok prestasi sedang q Aspek kognitif jenjang C1 (ingatan) memperoleh hasil baik q Aspek kognitif jenjang C2 (pemahaman) memperoleh hasil cukup q Aspek kognitif jenjang C3(aplikasi) memperoleh hasil baik
q
q
q
q
Keterampilan menggunakan gelas ukur termasuk dalam kategori kemampuan baik Keterampilan menggunakan pipet volumetri termasuk dalam kategori kemampuan cukup Keterampilan menggunakan buret termasuk dalam kategori kemampuan cukup Keterampilan mengguna kan labu erlenmeyer termasuk dalam kategori kemampuan cukup
Kelompok prestasi rendah q Aspek kognitif jenjang C1 (ingatan) memperoleh hasil sangat baik q Aspek kognitif jenjang C2 (pemahaman) memperoleh hasil kurang q Aspek kognitif jenjang C3 (aplikasi) memperoleh hasil sangat baik q Keterampilan menggunakan gelas ukur termasuk dalam kategori kemampuan baik q Keterampilan menggunakan pipet volumetri termasuk dalam kategori kemampuan kurang q Keterampilan menggunakan buret termasuk dalam kategori kemampuan sangat kurang q Keterampilan menggunakan labu erlenmeyer termasuk dalam kategori kemampuan kurang
Daftar Pustaka Ali,
M (1982). Penelitian Kependidikan Prosedur dan
Strategi. Bandung: P T Remaja Rosdakarya Seminar Nasional Penelitian & Pendidikan Kimia, 9 Oktober 2004 8
Dahar, Ratna Wilis.(1996). Teori – Teori Belajar. Edisi ke-2. Jakarta: P T Erlangga Koentjaraningrat. (1990). MetodeMetode Penelitian Kemasyarakatan. Jakarta : Gramedia Pustaka McNay, M & Mad Melville, K W (1993). “Childeren’s Skill in Making Predictions and Their Understanding of what Prediction Means : A Develpmental Study”. Journal of Research in Science Teaching: 30 (6) 561-571 Nakleh, M B (1992). “Why some Student don’t Learn Chemistry ”. Journal of Chemistry Education, 69(3) (191-196) Rostina, Sitti (2000). Analisis Keterampilan Proses Sains dalam Pembelajaran Zat Aditif pada Makanan dengan Metode Praktikum. Tesis PPs UPI. Tidak diterbitkan Semiawan, C.,dkk. (1994). Pendekatan Keterampilan Proses Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia Syah, Muhibbin. (1995). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Seminar Nasional Penelitian & Pendidikan Kimia, 9 Oktober 2004
2