PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas X SMA PGRI Cipeundeuy) Rubiana Wahyudin
[email protected]
Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung
ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi sebelum menggunakan model Problem Solving, kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi setelah menggunakan model Problem Solving, dan perbedaan sebelum dan sesudah menggunakan model problem solving. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen dengan memberikan perlakuan berbeda pada sampel yang dipilih secara acak. Penulis mengajukan hipotesis nol, yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai kelompok eksperimen yang menggunakan model problem solving dengan kelompok pembanding yang menggunakan metode ceramah dan inkuiri. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan nilai rata-rata kemampuan menulis paragraf argumentasi di kelas eksperimen sebesar 12,25. Nilai rata-rata tes awal sebesar 59,20 dan tes akhir sebesar 71,45. Adapun nilai rata-rat tes awal di kelas kontrol sebesar 59,95 dan tes akhir sebesar 65,85. Peningkatan nilai rata-rata di kelas kontrol sebesar 5,9. Berdasarkan hasil perhitungan statistik, diperoleh data bahwa thitung (2,485) lebih besar dari pada ttabel (2,000) pada taraf signifikansi 0,05 dengan db =38 atau 2,485 > 2,000. Dengan demikian, hipotesis nol yang penulis ajukan ditolak, artinya ada perbedaan yang signifikan antara ratarata nilai kelompok eksperimen dengan kelompok pembanding. Dengan pernyataan lain, penggunaan metode problem solving efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis paragraf argumentasi siswa kelas X. Kata Kunci: Pembelajaran, menulis, paragraf argumentasi, problem solving.
1
2 PENDAHULUAN Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa. Menulis sangat penting bagi pendidikan karena dapat menolong kita berpikir secara kritis, dan dapat memperdalam daya tanggap dan persepsi kita, memecahkan masalah yang kita hadapi dan menjelaskan pikiran-pikiran kita. Alwasilah (2001:15) menyatakan bahwa menulis merupakan proses yang tidak hanya menyatukan katakata tetapi juga melahirkan dan mengekspresikan ideide atau pikiran-pikiran. Keterampilan menulis tidak hanya melibatkan unsur kebahasaan, tetapi juga unsur di luar bahasa. Kreativitas dan wawasan yang dimililki penulis ikut berpengaruh terhadap hasil tulisan. Hal ini membawa pemahaman bahwa tulisan tidak hanya menyangkut bahasa yang dikuasai penulis, tetapi unsur-unsur lain pun dapat terungkapkan oleh sebuah tulisan. Konteks akhirnya adalah tulisan merupakan produk atau cerminan dari apa yang dipikirkan, dikuasai, dan apa yang ingin diutarakan penulisnya. Oleh karena itu, sebagian orang beranggapan bahwa menulis adalah keterampilan yang paling sulit dikuasi dibandingkan keterampilan berbahasa lainnya. Hal tersebut dipertegas oleh hasil penelitian Rangking (Cahyani, 2002:84) terhadap keterampilan berbahasa, tampak perbandingan yang cukup signifikan yaitu keterampilan menyimak 45%, berbicara 30%, membaca 16%, dan menulis 9%. Selain itu, Fitriani (2003:98) dalam penelitiannya yang menunjukan bahwa kegiatan menulis masih dianggap sebagai kegiatan yang membosankan, menyulitkan, menguras waktu dan pikiran. Hal tersebut tampak dari sebagian siswa yang masih merasa kesulitan mencari ide dalam menulis sehingga siswa tidak jarang merasa enggan ketika ditugaskan untuk menulis karangan. Akibatnya, kemampuan menulis mereka rendah. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Kelas X semester II, salah satu standar kompetensi dan keterampilan menulis adalah mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. Adapun yang menjadi kompetensi dasarnya adalah menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentatif. Agar dapat menumbuhkan kegairahan siswa dalam proses pembelajaran menulis paragraf argumentasi, seorang guru diharapkan dapat menyajikan metode, model, teknik, strategi, dan media yang bervariasi. Guru harus kreatif dalam memilih metode pembelajaran, karena itu merupakan hal yang mampu mewujudkan rangsangan dalam mengembangkan kecerdasan serta pengalaman siswa. Sebagai alternatif pemecahan masalah-masalah di atas, peneliti tertarik untuk menggunakan model
pembelajaran problem solving dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi. Metode problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Wardana, 2008:33). Dalam pembelajaran ini, siswa diharuskan melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan. Mereka menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat referensi dan merumuskan kesimpulan. Menurut Sudjana (1996:97) model problem solving ini lebih menekankan aktivitas belajar siswa dalam memecahkan masalah, baik individual maupun kelompok. Oleh karena itu, metode ini dapat menjadi sebuah alat bagi guru untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir siswa dan membiasakan mereka untuk berpikir kritis (Oliver dan Omari, 1999: 91). I Wayan Redhana (2002:21) dalam jurnalnya yang berjudul Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Strategi Pemecahan Masalah menyatakan bahwa problem solving dituntut kematangan yang lebih, yang mencakup pengenalan dan analisis permasalahan, penjagaan dan mencoba berbagai cara penyelesaian, pemilihan metode dan teknik yang sesuai, serta pemeriksaan kebenaran hasil yang diperoleh. Merujuk pada penelitian-penelitian dan menurut beberapa pendapat para ahli, penulis merasa tertarik untuk mengembangkan kemampuan menulis siswa dengan menggunakan model pembelajaran Problem Solving. Adapun tujuan penelitian yang hendak penulis capai, yaitu untuk mengetahui kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi menggunakan model Problem Solving, kemampuan siswa menulis paragraf argumentasi setelah menggunakan model Problem Solving, dan perbedaan yang signifikan antara kemampuan dalam menulis paragraf argumentasi sebelum digunakannya model problem solving dan sesudah digunakannya problem solving. Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah kegiatan penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman, serta keterampilan penulis dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi. Bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia, hasil penelitian ini kiranya dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran keterampilan menulis, terutama dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi. Bagi para siswa penelitian ini dapat bermanfaat karena menciptakan suasana belajar yang lebih menarik minat. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu.Terdapat dua kelompok yang akan diteliti yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol/ pembanding. Kelompok eksperimen akan
diberi perlakuan dengan menggunakan metode problem solving (pemecahan masalah) dalam proses belajar mengajar menulis paragraf argumentasi dan kelompok kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan metode konvensional.
hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat referensi dan merumuskan kesimpulan. Menurut Sudjana (1991: 97) model pemecahan ialah model yang menekankan aktivitas belajar siswa dalam memecahkan masalah, baik individual maupun kelompok. 2. Prosedur Menggunakan Model Problem Solving a. Kegiatan Prainstruksional Kegiatan prainstruksional dimaksudkan untuk mengkondisikan kesiapan belajar dan memotivasi belajar siswa. b. Kegiatan Instruksional Dalam kegiatan instruksional ditempuh langkahlangkah sebagai berikut. 1) Guru menyiapkan bahan-bahan sebagai sumber bagi siswa dalam mengidentifikasi masalahnya. 2) Siswa bergabung dalam satu kelompok, satu kelompok terdiri atas 5-6 orang 3) Setiap kelompok kemudian mendiskusikan pemecahan masalah berdasarkan jawaban yang telah disusun oleh masing-masing siswa. 4) Setiap kelompok harus menyajikan atau membacakan hasil diskusinya di muka kelas untuk ditanggapi oleh kelompok atau siswa lainnya. 5) Setelah semua siswa selesai membacakan atau menyajikan hasil diskusinya, siswa mengambil kesimpulan tentang jawaban pemecahan masalah. c. Evaluasi Dalam tahap ini guru menjelaskan kekurangankekurangan dalam proses belajar-mengajar itu, dan memberikan saran bagaimana memperbaiki atau menyempurnakan kekurangan-kekurangan itu. Memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan penilaian. 3. Penerapan Model Problem Solving Dalam Pembelajaran Menulis Paragraf Argumentasi Pendekatan model ini termasuk ke dalam pendekatan interaksi sosial. Sesuai dengan namanya, model ini menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa dalam memecahkan masalah baik individual maupun kelompok. Aktivitas siswa dimulai dengan mengidentifikasi masalah, mencari alternatif masalah, dan menarik kesimpulan alternatif yang paling tepat sebagai jalan jawaban terhadap masalah tersebut. Pertama, mengidentifikasi masalah ialah menentukan persoalan dari konsep-konsep bahan pengajaran yang disampaikan oleh guru. Kedua, alternatif pemecahan masalah ialah mengkaji pertanyaan dari berbagai sumber, yaitu fakta yang ada, pengalaman dan sumber laiinnya. Ketiga, menarik kesimpulan alternatif pemecahan masalah artinya mempertimbangkan jawaban mana yang paling tepat antara alternatif yang ada. Dan terakhir, menarik kesimpulan artinya merumuskan jawaban masalah yang telah dipilih berdasarkan penilaian setiap alternatif.
KAJIAN TEORI A. Paragraf Argumentasi 1. Pengertian Paragraf Argumentasi Kosasih (2003:50) pengertian argumen bermakna ‘alasan’. Argumentasi berarti pemberian alasan yang kuat dan meyakinkan’. Dengan demikian, paragraf argumentasi adalah paragraf yang mengemukakan alasan, contoh dan bukti-bukti yang kuat dan meyakinkan. Alasan-alasan, bukti dan sejenisnya digunakan penulis untuk mempengaruhi pembaca agar mereka menyetujui pendapat, sikap, atau keyakinan. Gorys Keraf (2007:3), argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya mau bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis. Melalui karangan argumentasi, penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. 2. Langkah-langkah Menulis Paragraf Argumentasi Langkah-langkah dalam menulis karangan argumentasi, menurut Kosasih (2003: 27-28) adalah sebagai berikut. 1) Menentukan topik 2) Merumuskan judul karangan 3) Menyusun kerangka karangan 4) Mengumpulkan bahan/ data 5) Mengembangkan kerangka karangan 6) Cara pengakhiran dan penyimpulan 7) Menyempurnakan karangan 3. Syarat Paragraf Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh sebuah paragraf untuk menjadi paragraf yang baik. Beberapa syarat yang dimaksud adalah. a. Kesatuan (Unity) b. Kelengkapan (Completeness) c. Koherensi (Coherence) d. Urutan Pikiran (Order) A. Model Problem Solving 1. Pengertian Model Problem Solving Metode problem solving adalah suatu penyajian materi pelajaran dengan menghadapkan siswa kepada persoalan yang harus dipecahkan atau diselesaikan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini, siswa diharuskan melakukan penyelidikan otentik untuk mencari penyelesaian terhadap masalah yang diberikan. Mereka menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan 3
HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini dipaparkan analisis data yang terdiri atas hasil menulis paragraf argumentasi sebelum menggunakan model problem solving (tes awal) dan sesudah menggunakan model problem solving (tes akhir), uji normalitas, uji homogenitas, uji signifikansi perbedaan mean antara kelompok eksperimen dan kelompok pembanding pada tes awal, dan tes akhir dan hasil analisis paragraf argumentasi siswa. Dalam menilai hasil menulis paragraf argumentasi yang berupa data dalam penelitian ini tidak terlepas dari aspek-aspek menilai paragraf argumentasi yang telah dijelaskan sebelumnya. Aspek yang dinilai ada sembilan aspek yaitu unsur bahasa (struktur, pemilihan kata, ejaan), isi (hubungan isi dengan topik, pengembangan isi, jenis karangan), dan teknik penulisan (struktur paragraf, pengembangan paragraf, hubungan antarparagraf). Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah hasil belajar siswa dalam menulis paragraf argumentasi yaitu dengan tes. Tes ada dua, yaitu tes awal yaitu tes yang dilaksanakan sebelum digunakan model problem solving dan tes akhir yaitu tes yang dilaksanakan setelah menggunakan model problem solving. Skor yang digunakan dalam mengukur aspek kemampuan menulis paragraf argumentasi yaitu skala lima, skor tertinggi dalam setiap aspek yaitu lima, sedangkan skor terendah yaitu satu. Skor dari semua aspek maksimal 45. Jumlah skor dari setiap aspek merupakan skor kotor, sedangkan dalam menentukan skor bersih dapat menggunakan skala 100 dengan menggunakan rumus: 1. Deskripsi Hasil Tes No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Jumlah 1184 1429 Rata-rata 59,20 71,45 Tabel 2 Data Pretest dan Posttest Kelompok Pembanding No Nama Siswa Pretest Posttest Aldiana 60 65 1 Asep Solihin 69 75 2 Crisna Margaretta 51 55 3 Erwin Bahtiar 57 60 4 Febby Anggi T 60 70 5 Heri Munawar 60 72 6 Mamat Rahmat 57 62 7 Melia 65 70 8 Muksin 65 70 9 Muslim Mahpudin 71 80 10 Nurdin 60 65 11 Nurida Ariswati 69 74 12 Rahmat Hasyim 56 60 13 Ramdani 56 58 14 Rini Sudewi 60 70 15 Risma Siti M 44 50 16 Ruslan Jaelani 55 58 17 Siti Rubaeah 60 68 18 Wini Wartini 60 65 19 Wanda Suanda 64 70 20 Jumlah 1199 1317 Rata-rata 59,95 65,85
Pelaksanaan pretest berlangsung pada tanggal 15 Mei 2012 dan 24 Mei 2012 pelaksanaan posttest. Pretest dan posttest dilaksanakan selama 2 x 45 menit. Pada kegiatan ini siswa diberi tugas untuk membuat paragraf argumentasi dengan memilih salah satu tema dari tiga tema yang telah disediakan yaitu lingkungan, tindak kriminal, dan pendidikan di Indonesia. Posttest dilaksanakan setelah siswa mendapatkan treatment Tabel 1 Data Pretest dan Posttest Kelompok dalam beberapa pertemuan yaitu metode problem Eksperimen Nama Siswa Pretest Posttest solving dalam pembelajaran menulis paragraf Ahmad Husin 58 65 argumentasi. Ai Kartinah 73 77 A. Deskripsi Kemampuan Tes awal Menulis Paragraf Argumentasi Kelas Eksperimen Cahya Saputra 60 70 Darya Supriatna 64 75 1). Skor terendah Nomor 12 Skor Dede Nurhasanah 53 58 awal 44 Dik-dik Samsul 55 75 Nama Khoerul NS. Emus Muslimin 62 75 Analisis Hilman Fikriana 51 68 Pada paragraf argumentasi yang berjudul “Pelecehan Indri 69 80 Sexsual dan Perdagangan Wanita Di Indonesia” Ismail Hapid 58 70 terdapat banyak kesalahan dalam struktur bahasa, Jaenudin 58 70 penggunaan kata atau istilah yang kurang tepat Khoerul NS 44 60 sehingga mengganggu pemahaman, isi paragraf di Mega Meylani 62 78 atas sudah sesuai dengan topik dan pengembangan isi Mia Yulianti 69 85 kurang maksimal. Selain itu, paragraf di atas sudah Muhamad Rizal 69 80 cukup memenuhi syarat paragraf argumentasi, Nurdin 51 68 terdapat bagian pendahuluan, isi dan penutup namun Obur Haris M 51 65 kurang dikembangkan. Ramdan Aris Siti Nursaomah Siti Patimah
48 60 69
60 75 75
2). Skor Sedang Nomor 4
07
Skor
bervariasi, terdapat banyak penggunaan kata atau istilah yang kurang tepat, tetapi tidak mengganggu pemahaman, terdapat penggunaan ejaan yang kurang tepat, dan isi paragraf di atas sudah sesuai dengan topik/ tema, namun pengembangan isi kurang maksimal, tetapi masih dapat diterima. Selain itu, paragraf di atas sudah cukup memenuhi syarat paragraf argumentasi, memiliki bagian pendahuluan, isi dan penutup dan hubungan antar paragraf sudah baik namun urutan isi masih sedikit kacau.
Nama Emus Muslimin awal 62 Analisis Pada paragraf argumentasi yang berjudul “Kurang Memadainya Fasilitas Belajar di Daerah Terpencil” terdapat sedikit kesalahan dalam struktur bahasa, yang disebabkan oleh kekeliruan penulisan, terdapat penggunaan kata atau istilah yang kurang tepat tetapi tidak mengganggu pemahaman, sering terjadi kesalahan ejaan dan maknanya agak kabur karena siswa sering menggunakan tanda baca dengan tidak tepat, isi paragraf di atas sudah sesuai dengan topik namun pengembangan isi kurang maksimal, tetapi masih dapat diterima. Selain itu, paragraf di atas sudah cukup memenuhi syarat paragraf argumentasi, memiliki bagian pendahuluan, isi dan penutup dan hubungan antar paragraf sudah baik.
2). Skor Sedang Nomor Nama
02 Ai Kartinah
Skor akhir
77
Tema : Lingkungan Judul : Banjir Masalah-masalah : 1. Faktor Alam 2. Kebiasaan buruk manusia 3. Kurangnya tindakan preventif Analisis Pada paragraf argumentasi yang berjudul “Banjir” masih terdapat sedikit kesalahan dalam struktur bahasa, yang disebabkan oleh kekeliruan penulisan, penggunaan kata atau istilah sudah cukup baik dan sesuai dengan konteks, namun kurang bervariasi, isi paragraf sudah sesuai atau relevan dengan topik/ tema namun pengembangan isi kurang maksimal, sudah cukup memenuhi syarat, dan Hubungan antar paragraf sudah baik.
3). Skor Tertinggi Nomor 02 Skor awal 71 Nama Ai Kartinah Analisis Pada paragraf argumentasi yang berjudul “Buruk dan Kurangnya Sarana Menuntut Ilmu di Daerah Terpencil” terdapat beberapa kesalahan dalam struktur bahasa, yang disebabkan oleh kekeliruan penulisan, terdapat penggunaan kata atau istilah yang kurang tepat tetapi tidak mengganggu pemahaman, terdapat penggunaan ejaan yang kurang tepat, dan isi paragraf di atas sudah sesuai dengan topik/ tema namun pengembangan isi kurang maksimal. Selain itu, paragraf di atas sudah cukup memenuhi syarat paragraf argumentasi dan memiliki bagian pendahuluan, isi dan penutup dan hubungan antar paragraf sudah baik
3). Skor Tertinggi Nomor 14 Nama Mia Yulianti
B. Deskripsi Kemampuan Tes Akhir Menulis Paragraf Argumentasi Kelas Eksperimen Berikut ini hasil analisis posttest berdasarkan klasifikasi penilaian. 1). Skor terendah Nomor 05 Skor akhir 58 Nama Dede N
Skor akhir
85
Tema : Pendidikan di Indonesia Judul : Mengapa Tidak Lulus UN? Masalah-masalah : 1. Faktor lingkungan 2. Faktor program belajar 3. Faktor kemampuan siswa 4. Faktor motivasi 5. Faktor fasilitas Analisis Struktur bahasa yang digunakan sudah cukup baik, tertib, dan bervariasi, penggunaan kata atau sitilah sudah sesuai atau relevan dengan konteks, namun kurang bervariasi, masih terdapat penggunaan ejaan yang kurang tepat, isi paragraf sudah sesuai atau relevan dengan topik/ tema dan topik paragraf dikembangkan secara maksimal. Selain itu, paragraf tersebut sudah betul-betul memenuhi syarat paragraf argumentasi, baik teknik, isi, maupun gaya bahasa, memilki bagian pendahuluan, isi dan penutup dan sudah
Tema : Pendidikan di Indonesia Judul :Permasalahan dalam Ketidaklulusan UN Masalah-masalah : 1. Faktor program belajar 2. Faktor kemampuan siswa 3. Faktor motivasi 4. Faktor fasilitas belajar 5. Kurangnya sarana dan prasarana sekolah Analisis Struktur bahasa yang digunakan pada paragraf argumentasi yang berjudul “Mengapa Tidak Lulus UN?” sudah cukup baik dan tertib, tetapi tidak 5
memenuhi kriteria yang lengkap, serta hubungan antar paragraf sudah baik.
meningkatkan kemampuan argumentasi siswa kelas X.
menulis
paragraf
2. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil tes, kelas eksperimen memiliki ratarata nilai tes awal sebesar 59,20 dan rata-rata nilai tes akhir sebesar 71,45, sedangkan kelas kontrol memiliki rata-rata nilai tes awal sebesar 59,95 dan rata-rata nilai tes akhir sebesar 65,85. Hasil pengolahan data menunjukan distribusi data sampel tersebar normal karena uji normalitas tes awal di kelas eksperimen dan kelas pembanding menunjukan nilai probabilitas (asymp.sig) pada kelompok eksperimen dan kelompok pembanding lebih besar dari pada taraf signifikansi (0,05); kelompok eksperimen: 0,840 > 0,05 dan kelompok pembanding: 0,420 > 0,05. Selain itu, uji normalitas tes akhir pun menunjukan hal yang sama yaitu nilai probabilitas (asymp.sig) pada kelompok eksperimen dan kelompok pembanding lebih besar dari pada level signifikan (0,05); kelompok eksperimen: 0,495 > 0,05 dan kelompok pembanding: 0, 909 > 0,05. Hasil pengolahan data pada tes awal menunjukan bahwa siswa di kelas eksperimen dan kelas pembanding memiliki kemampuan yang sama dalam menulis paragraf argumentasi. Hal ini terbukti dengan hasil perhitungan uji –t (independent sample test) yaitu thitung (0,327) lebih kecil dari pada ttabel (2,000) pada taraf signifikansi 0,05 dengan db =38 atau 0,327 < 2,000. Dengan demikian, hipotesis nol diterima, artinya tidak ada perbedaan yang signifikan antara mean pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol/pembanding pada tes awal. Dengan kata lain, bisa disimpulkan bahwa kelompok eksperimen dan kelompok pembanding memiliki kemampuan awal yang sama atau seimbang dalam menulis paragraf argumentasi. Sementara itu, setelah kelas eksperimen mendapat treatment atau perlakuan berupa pembelajaran menulis paragraf argumentasi dengan menggunakan model problem solving, kedua kelompok tersebut kemudian memiliki kemampuan menulis paragraf argumentasi yang berbeda. Nilai tes akhir yang diperoleh menunjukan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan model problem solving memiliki kemampuan yang lebih baik dari pada kelas pembanding yang tidak menggunakan model problem solving. Hal ini terbukti dengan hasil perhitungan uji –t (independent sample test) yaitu thitung (2,485) lebih besar dari pada ttabel (2,000) pada taraf signifikansi 0,05 dengan db =38 atau 2,485 > 2,000. Dengan demikian, hipotesis nol ditolak, artinya ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai kelompok eksperimen dengan kelompok pembanding. Dengan pernyataan lain, penggunaan metode problem solving efektif dalam
KESIMPULAN Berdasarkan hasil perhitungan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis paragraf argumentasi siswa kelas eksperimen sebelum menggunakan problem solving berkategori cukup. Hal ini terlihat dari perolehan skor rata-rata tes awal sebesar 59,20. Sedangkan kemampuan siswa setelah mendapat pembelajaran menulis paragraf argumentasi dengan menggunakan model problem solving cenderung lebih meningkat dan lebih baik dari pada tes awal, sehingga dikategorikan baik, terlihat dari perolehan rata-rata tes akhir sebesar 71,45. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara kemampuan menulis paragraf argumentasi siswa kelas X SMA PGRI Cipeundeuy dengan menggunakan model problem solving dengan siswa yang tidak menggunakan model problem solving. Hal ini terbukti dengan hasil perhitungan uji –t, Hal ini terbukti dengan hasil perhitungan uji –t (independent sample test) yaitu thitung (2,485) lebih besar dari pada ttabel (2,000) pada taraf signifikansi 0,05 dengan db =38 atau 2,485 > 2,000. DAFTAR PUSTAKA Buku: Alwasilah,A. Chaedar & Senny Suzanna. 2001. Pokoknya menulis: Cara baru menulis dengan metode kolaborasi. Bandung: Kiblat Buku Utama.p. 15 Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.p3. Kosasih, E. 2003. Kompetensi Ketatabahasaan dan kesusastraan Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: CV. Yrama Widya. p50 Sudjana. 1996. Metoda Statiska Edisi ke-6. Bandung: Tarsito. p97 Jurnal: Redhana, I Wayan. 2002. Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Strategi Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran Singaraja: Unit Penerbitan Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP
6
Negeri
Singaraja.P21.