ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS XI PADA PEMBELAJARAN SISTEM LAJU REAKSI MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh : HUSNA DIATUL HASANAH 108016200001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M / 1435 H
Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Sistem Laju Reaksi Menggunakan Model Problem Solving Pembelajaran sains saat ini kurang mengindahkan Keterampilan Proses Sains (KPS), padahal aspek keterampilan proses sains merupakan dasar utama dalam pembelajaran sains di laboratorium. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kualitas keterampilan proses sains siswa dan keterampilan proses sains yang dominan muncul pada kegiatan pembelajaran dan praktikum menggunakan model problem solving. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. Untuk mengukur keterampilan proses sains siswa, digunakan instrumen berupa Lembar Kerja Siswa (LKS) dan lembar observasi sebagai data primer serta wawancara sebagai data pendukung. Penelitian ini dilakukan dengan metodologi deskriptif kuantitatif. Berdasarkan data yang diperoleh menunjukan bahwa aspek yang memiliki nilai tertinggi dan paling dominan muncul adalah aspek observasi dengan persentase rata-rata 84,25%, sedangkan aspek yang memiliki nilai terendah adalah aspek menyusun hipotesis dengan persenatse rata-rata 67,63%. Berdasarkan hasil tersebut, untuk meningkatkan aspek yang memiliki nilai rendah atau cukup, seorang guru perlu menanamkan pemahaman dasar ketika diawal pembelajaran. Upaya tersebut dilakukan agar siswa dapat mengembangkan ide-ide kreatif pada pada kegiatan pembelajaran maupun praktikum. Kata kunci : Keterampilan Proses Sains (KPS), problem solving
Husna Diatul Hasanah (P. IPA KIMIA)
i
Analysis on Process Science Skill of Students Grade XI on Laju Reaksi system by using Problem Solving Model
Presently The Learning of science is inattentive on the process science skill, whereas the aspect of process science skill is the main basic on the learning of science in laboratory. The aim of this research is to identify the quality of students’ process science skill that dominantly arises on learning process and practicum program through problem solving. The subject of this research is 30 students. To measure students’ process science skill, it is used an instrument in the form of students worksheet and observational sheet as the primer data and interview as the supporting data. This research used method quantitative descriptive. Based on the obtained data, it show that the aspect which gain the highest score and most dominant arise is observation with average percentage 84,25%, while the aspect which gain the lowest score is on constructing hypothesis with average percentage 67,63%. Based on the result above, to improve the aspect that gains the lowest score, teacher should give basic understanding in the beginning of learning process. This attempt is carried out; in order students are able to develop a creative idea on learning process or even on practicum program. Keyword: Process Science Skill, Problem Solving
Husna Diatul Hasanah (P. IPA KIMIA)
ii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb. Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dengan sangat sempurna dan memberikan ilmu pengetahuan lebih dari makhluk lain. Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang tiada putus dan henti-hentinya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Sistem Laju Reaksi Menggunakan Model Problem Solving ” Shalawat serta salam semoga selalu teriringkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai teladan terbaik bagi segenap manusia, juga kepada keluarga dan sahabat yang selalu istiqomah dalam menjalankan sunnah-nya. Apresiasi dan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada: 1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA. Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta wakil dan para stafnya. 2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3.
Bapak Dedi Irwandi, M.Si., Ketua Program Studi pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sekaligus validator yang telah memberikan saran dan masukan kepada peneliti dalam memperbaiki instrumen penelitian.
4. Bapak Tonih Feronika, M.Pd., Dosen pembimbing I sekaligus dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan, masukan serta pengarahannya kepada penulis. 5. Ibu Salamah Agung, M.A, Ph.D., Dosen Pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan, arahan dan semangat kepada penulis. 6. Seluruh dosen jurusan pendidikan IPA, khususnya prodi kimia, terima kasih atas bimbingannya selama menempuh pendidikan di kampus tercinta ini.
iii
7.
Bapak Drs. Watoni, Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 8 Ciputat, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
8. Ibu Miftah S.Pd., Guru bidang studi mata pelajaran kimia SMA 8 Muhammadiyah Ciputat, yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis selama melakukan penelitian. 9. Ayahanda dan Ibunda tercinta Hasanudin dan Nurbaenah yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, memanjatkan do’a yang tiada henti-hentinya, bagaikan oase di padang pasir yang memberikan kesegaran di saat kekeringan, dan selalu memberikan senyuman ketenangan dikala datang kegelisahan.
Semoga
Allah
selalu
menyayanginya
sebagaimana
ia
menyayangi penulis. 10. Kakak-kakakku tercinta khususnya Husnul Khotimah, Olih Tin Kholishoh dan adek-adekku Dede Nasrudin, Huldun Nafilah yang sabar menuntun dan memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini, serta keponakankeponakanku terima kasih atas do’a dan dukungannya selama ini baik secara moril maupun materil. 11. Eka Agustini, S.Pd., Winda Mawardah, S.Pd., Lis Isma Ismaya, S.Pd., Halimah, S.Pd., Irzaqotul Inayah S.Pd., Yefiana Yanita Sari, S.Pd., Arif Soleh, S.Pd., dan rekan-rekan mahasiswa Pendidikan kimia 48 yang sedang berjuang meraih kesuksesannya, terima kasih telah mengobarkan api semangat dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 12. Keluarga besar Racana Fatahillah-Nyi Mas Gandasarai UKM pramuka UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, terutama angkatan Manja Scout Arie Hidayat, Siti Usniyah, S.Pd.I., M. Kadafi, S.Pd.I., Rini Suhartini, S.Pd., Septiani Resmalasari S.Pd., Siti Humairoh, S.Pd., Zakiyah, A. Irfan Setiawan, A. Zaky, M. Aminudin, Achy Tri Mahathir, Puteri Marjanul Jannah, Alaena Tsaroya yang tak henti-hentinya memotivasi penulis untuk menyelsaikan tugas akhir ini. 13. Keluarga Besar Himpunan Mahasiswa Banten, Ikatan Mahasiswa Lebak, HMI Komisariat Tarbiyah dan Cabang Ciputat, terima kasih atas do’a dan dukungannya.
iv
14. Keluarga Besar Unit Kegiatan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Himpunan Qori-Qori’ah Mahasiswa, RANITA, KMF Kalacitra dan UKM yang lainnya, terima kasih do’a dan dukungannya. 15. Sahabat-sahabatku, kosan biru Yusnita, Ade Nihayatul Barokah, S.Pd, Nurhasanah S.Pd, Nurmayasofa, S.Pd., Eka Retnaningrum, S.Pd., Siti Nurlela, Wiwin Winingsih S.Pd., terima kasih untuk do’a dan semangatnya selama ini.
Akhirnya hanya kepada Allah jualah penulis persembahkan semuanya. Ditengah-tengah khasanah ilmu pengetahuan yang sangat luas, penyusun tetap berharap semoga karya ini dapat menjadi sumbangsih dan bermanfaat bagi adikadik jurusan pendidika IPA khususnya program studi kimia. Semoga Allah SWT. membalas semuanya. Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak terlepas dari ketebatasan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhirnya semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Jakarta, 03 Desember 2013
Penulis
v
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................
ii
ABSTRAK.....................................................................................................
iii
ABSTRAC .....................................................................................................
iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................
v
DAFTAR ISI ................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ........................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ...........................................................................
8
C. Pembatasan Masalah ...........................................................................
8
D. Rumusan Masalah ..............................................................................
9
E. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ............................................
9
BAB II DESKRIPSI TEORITIS A. Landasan Teori...........................................................................
11
1. Keterampilan Proses Sains ...................................................
11
2. Model Pembelajaran Problem solving..................................
22
3. Keterkaitan antara KPS dan pembelajaran Problem Solving
28
4. Konsep materi Laju Reaksi ..................................................
31
B. Hasil Penelitian yang Relevan ...................................................
32
C. Kerangka Berpikir .....................................................................
35
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian .....................................................
37
B. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................
37
viii
C. Metode dan Desain Penelitian.....................................................
38
D. Instrumen Penelitian ..................................................................
40
E. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
43
F. Kalibrasi Instrumen Penelitian ...................................................
46
G. Teknik Analisis Data .................................................................
47
H. Alur Penelitian ...........................................................................
51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ..........................................................................
51
1. Hasil Pengamatan KPS Berdasarkan Lembar Observasi ........
51
2. Hasil pengamatan KPS Berdasarkan LKS ..............................
53
3. Hasil Pengamatan KPS Berdasarkan LO dan LKS ..................
54
4. Hasil Wawancara ...................................................................
55
5. Data Catatan Lapangan ...........................................................
59
B. Pembahasan ...............................................................................
60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
69
B. Saran ..........................................................................................
69
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
71
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Keterampilan Proses Sains dan Indikator ...................................
20
Tabel 2.2
Hubungan Aspek KPS dengan Tahapan Model Problem Solving
29
Tabel 3.1
Perhitungan Skala Pengukuran ..................................................
48
Tabel 4.1
KPS Siswa Berdasarkan Lembar Observasi ...............................
51
Tabel 4.2
KPS Siswa Berdasarkan LKS ....................................................
53
Tabel 4.3
KPS Siswa Berdasarkan Lembar Observasi dan LKS ................
54
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir ...........................................................
35
Gambar 3.1 Alur Penelitian ...........................................................................
50
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Cara perhitungan Hasil Keterampilan Proses sains ................
74
Lampiran 2
Hasil Perhitungan Lembar Observasi ....................................
75
Lampiran 3
Hasil Perhitungan LKS ..........................................................
76
Lampiran 4
Hasil Perhitungan LKS dan lembar Observasi ........................
77
Lampiran 5
Jawaban Hasil Wawancara .....................................................
78
Lampiran 6
Lembar Observasi ................................................................
82
Lampiran 7
Lembar Kerja Siswa ..............................................................
85
Lampiran 8
Format Lembar Wawancara ...................................................
92
Lampiran 9
Lembar Catatan lapangan.......................................................
93
Lampiran 10
Rubrik Lembar Observasi ......................................................
94
Lampiran 11
Standar Penilain LKS ............................................................. 104
Lampiran 12
Saran dan masukan dari validator........................................... 113
Lampiran 13
RPP Pembelajaran ................................................................. 115
Lampiran 14
Foto-foto selama kegiatan Penelitian...................................... 129
Lampiran 15
Lembar Uji Referensi............................................................. 130
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan tidak mudah dipecahkan kecuali dengan penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya (SDM). Berbicara mengenai kualitas SDM, pendidikan memegang peran yang sangat penting. Pendidikan secara umum menurut Undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003 dapat dimengerti bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Hal ini senada dengan fungsi pendidikan nasional dalam Undangundang sistem pendidikan nasional No. 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.2
1
Inherent Dikti, UUD RI No. 20 tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional, dapat diakses di www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf, 05/01/2013 . 10.00 WIB. h. 1 2 Ibid., h. 3.
1
Berdasarkan
Undang-undang
No.
20
Tahun
2003
tersebut,
pendidikan ditujukan untuk mengembangkan potensi-potensi peserta didik serta keterampilan yang dapat siswa kembangkan dalam menjalani hidup di masyarakat, bangsa dan negara, dimana salah satu keterampilan yang diharapkan adalah keterampilan proses sains. Pada intinya pendidikan adalah suatu proses yang disadari untuk mengembangkan potensi individu sehingga memiliki kecerdasan berfikir, kecerdasan emosional, berwatak dan keterampilan untuk siap hidup di tengah masyarakat. Proses dalam pendidikan adalah kejadian berubahnya peserta didik dari belum terdidik menjadi peserta terdidik. Belajar merupakan salah satu kebutuhan vital bagi manusia dalam usaha mengembangkan diri serta mempertahankan eksistensinya. Belajar adalah suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian.3 Tanpa belajar, manusia akan mengalami kesulitan baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan maupun dalam memenuhi tuntutan hidup karena kehidupan yang selalu berubah. Keberhasilan sebuah proses kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari peran seorang guru sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia telah dijelaskan No. 20 pasal 40 ayat 2 tahun 2003, tentang sistem pendidikan nasional yang berbunyi : Guru dan tenaga kependidikan berkewajiban : (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis. (2) mempunyai komitmen yang profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan (3) memberi tauladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. 4 Dari undang-undang tersebut jelas bahwa peran seorang guru sangat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa. Guru harus mampu melakukan 3 Suyono, dkk., Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Konsep Belajar, (Bandung: Rosda, 2001), h. 9. 4 Inherent Dikti, op. cit., hal. 13.
pembelajaran yang menyenangkan agar siswa tidak merasa bosan sehingga mereka dapat menangkap informasi yang diberikan guru dengan baik. Dalam suasana belajar mengajar disekolah, sering kita jumpai beberapa masalah diantaranya siswa memiliki sejumlah ilmu pengetahuan, namun banyak pengetahuan itu diterima dari guru sebagai sebuah informasi saja, sedangkan mereka sendiri tidak dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan atau informasi itu.5 Sehingga informasi tersebut hanyalah bersifat hafalan belaka, tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari dan cepat terlupakan. Hal inilah yang menyebabkan proses belajar mengajar kurang efektif. Guru kini tidak lagi hanya sekedar “transfer of knowledge” (mengajarkan pengetahuan yang dimilikinya saja) tetapi juga harus mampu sebagai pendidik sekaligus pembimbing dengan memberikan pengarahan (transfer of value) sehingga siswa dapat lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selama ini pembelajaran dan pengukuran hasil belajar hanya terpaut pada aspek kognitif saja, sehingga guru yang mengajarnya pun hanya sekedar mengejar target nilai aspek kognitif yang telah ditetapkan oleh sistem pendidikan
tanpa
berusaha
keterampilan-keterampilan
untuk
yang
mengembangkan
dimiliki
oleh
para
dan
mengukur
peserta
didik.
Keterampilan proses sains merupakan salah satu hasil belajar siswa, yaitu termasuk kedalam kategori aspek psikomotorik. Sehingga guru seharusnya wajib untuk mengevaluasi dan mengembangkan keterampilan proses sains sesuai dengan UU No. 3 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Salah satu dari cabang ilmu pengetahuan adalah ilmu kimia. Pelajaran kimia merupakan salah satu pelajaran dalam rumpun sains yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, farmasi, dan lain-lain. Mempelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan 5
h. 6
Conny Semiawan, dkk., Pendekatan Keterampilan Proses, (Jakarta: Gramedia, 1992),
manusia belaka, akan tetapi ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari,
menanamkan
metode
mengakui ilmiah,
hakikat
materi
dan
mengembangkan
perubahannya,
kemampuan
dalam
mengajukan gagasan-gagasan dan memupuk ketekunan serta ketelitian kerja. Pembelajaran kimia dibangun melalui penekanan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Siswa diharapkan menemukan faktafakta, membangun konsep, teori dan sikap ilmiah. Meskipun begitu, bagi sebagian siswa kimia dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit karena didalamnya terdapat konsep-konsep yang abstrak sehingga siswa kurang mampu untuk memahaminya. Untuk dapat mengkonstruk pengetahuan siswa dengan baik, maka tugas seorang guru adalah menyampaikan materi dengan merancang pembelajaran yang efektif, mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan, serta membuat instrumen pembelajaran yang diperlukan. Pendekatan ketrampilan proses dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan pada pembelajaran kimia karena selain menguasai konsep-konsep kimia, siswa juga diharapkan memiliki keterampilan-keterampilan proses yang
digunakan
para
ahli
dalam
memperoleh
dan mengembangkan
kurikulum. Pendekatan ketrampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa 6. “Pendekatan
proses
adalah
pendekatan
pembelajaran
yang
memberikan kesempatan pada siswa untuk ikut menghayati proses penemuan
6
138
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.
atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.”7 Pendekatan proses dikenal juga dengan keterampilan proses, dengan mengembangkan
kemampan
fisik
dan
mental,
siswa
akan
mampu
menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang di tuntut. Dari
batasan
pendekatan
keterampilan
proses
tersebut,
kita
memperoleh suatu gambaran bahwa pendekatan ketrampilan proses bukanlah suatu tindakan instruksional yang berada di luar kemampuan siswa, justru dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh siswa, sehingga melalui keterampilan proses yang diperoleh siswa akan lebih bermakna karena keterampilan berpikir siswa akan lebih berkembang. “Keterampilan proses ialah pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri dalam memproses perolehan belajarnya.” 8 Dengan mengembangkan kemampuan fisik dan mental, siswa akan mampu menemukan dan menggambarkan sendiri fakta, konsep, serta menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Keterampilan-keterampilan proses sains tersebut harus ditumbuhkan dalam diri siswa SMA sesuai dengan taraf perkembangan pemikirannya. Dengan demikian, keterampilan proses menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap, wawasan, dan nilai. Jadi,
keterampilan
proses
adalah
suatu
pendekatan
dalam
pembelajaran, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk melaksanakan suatu interaksi dengan objek konkret sampai pada penemuan konsep. Secara umum IPA dipahami berkembang 7
lewat
langkah-langkah
sebagai observasi,
ilmu
yang lahir dan
perumusan
masalah,
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), cet. I, h. 93 8 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 149
penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan,
serta
penemuan
teori dan
konsep.9
Pembelajaran
IPA
menekankan pada pembelajaran langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu memahami alam sekitar melalui proses “mencari tahu” dan “berbuat”, hal ini akan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.10 Proses mencari tahu ini dapat meliputi menemukan peristiwa, mengamati dan mengolahnya, sedangkan berbuat melakukan proses di mana melakukan kegiatan penemuan atau juga disebut dengan penelitian. Pada dasarnya siswa memiliki keterampilan dalam belajar, misalnya keterampilan bertanya, hipotesis, investigasi, observasi, klasifikasi, prediksi, interpretasi dan komunikasi. Namun keterampilan-keterampilan tersebut terkadang tidak muncul, maka diperlukan metode dan model pembelajaran yang membangkitkan keterampilan proses sains siswa. Keterampilan tersebut dapat dikembangkan dalam pembelajaran dengan cara mengaitkan materi kimia yang akan dipelajari dengan fenomena alam yang sering dijumpai oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan sains, siswa harus menguasai keterampilan dasar praktikum. Keterampilan ini akan dapat dikuasai oleh siswa melalui kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran yang sesuai. Melalui kegiatan praktikum, siswa dapat mempelajari sains dengan pengamatan langsung terhadap
gejala-gejala
maupun
proses-proses
sains,
dapat
melatih
keterampilan berpikir ilmiah, dapat menanamkan dan mengembangkan sikap ilmiah, dapat menemukan dan memecahkan berbagai masalah baru melalui metode ilmiah dan lain sebagainya. Selain itu praktikum dapat membantu pemahaman siswa terhadap pelajaran. Kegiatan praktikum dapat ditingkatkan kualitasnya dengan menggunakan pengunaan model pembelajaran problem solving. 9
Trianto, Model pembelajaran Terpadu, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 141 Zulfiani, op. cit., h. 48.
10
Laju reaksi merupakan salah satu materi yang dapat diterapkan dalam proses pemecahan masalah. Materi di dalamnya merupakan materi yang abstrak dan biasanya materi tersebut diajarkan hanya untuk pemahaman konsep saja maka siswa kurang mengetahui manfaat dari mempelajari materi ini. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, model pembelajaran problem solving dapat mengaitkan konsep laju reaksi dengan proses pemecahan masalah. Model pembelajaran ini dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
menganalisis
dan
memecahkan
suatu
permasalahan
serta
mengembangkan KPS siswa disamping terciptanya pembelajaran yang aktif, menarik, inspiratif dan menyenangkan. Model Problem Solving merupakan model pembelajaran yang cocok untuk diterapkan pada materi ini, karena pada pebelajarannya siswa dihadapkan pada suatu permasalahan nyata yang harus dipecahkan dengan menerapkan konsep-konsep kimia yang relevan. Kemampuan memecahkan masalah merupakan keterampilan dasar yang dibutuhkan oleh pelajar pada saat ini. Problem solving adalah proses di mana pola penalaran digabungkan, dihaluskan, diperluas dan diciptakan. Problem solving sebagai model pembelajaran telah dikembangkan beberapa ahli, diantaranya Brandsford and Stein dan Mothes. Brandsford
juga telah
mengembangkan model ini pada pembelajaran sains. Menurut Brandsford, pembelajaran problem solving mencakup 5 tahapan, yaitu: identifikasi masalah, mendefinisikan masalah, mencari solusi, melaksanakan strategi dan mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruhnya.
11
Karakteristik sains sangat unik dimana melibatkan produk dan prosesnya. Karenanya, pendidikan sains memiliki tugas untuk memberikan proporsi yang seimbang baik aspek produk maupun proses dalam membentuk komunitas yang melek sains. Oleh karena itu, untuk memberi masukan dan perbaikan
terhadap
menganalisis 11
3
pembelajaran
keterampilan
proses
sains
khususnya
sains siswa
kimia,
peneliti
dengan menggunakan
Jamie Kirkley, Priciple For Teaching Problem Solving, (Plato Learning Inc. 2003), h.
pendekatan yang menekankan pada aktivitas siswa salah satunya adalah model problem solving, dengan harapan aspek-aspek keterampilan proses sains siswa dapat terungkap, sehingga siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan memiliki sikap positif. Pada kesempatan kali ini, peneliti mencoba melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana kualitas keterampilan proses sains yang dimiliki siswa kelas XI IPA 1 di SMA 8 Muhammadiyah Ciputat dalam melakukan kegiatan pembelajaran dan praktikum menggunakan model problem solving. Sehingga peneliti mengambil judul “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI Pada Pembelajaran Sistem Laju Reaksi Menggunakan Model Problem Solving”.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut : 1.
Adanya konsep-konsep yang abstrak sehingga menjadikan kimia sebagai mata pelajaran yang sulit.
2. Lemahnya peran guru dalam mengaplikasikan model, metode atau strategi
pembelajaran
untuk
menunjang
keberhasilan
kegiatan
pembelajaran. 3. Pembelajaran
kimia
tidak melibatkan
siswa secara aktif dalam
menemukan pengetahuan atau pemahaman sendiri. 4.
Pembelajaran kimia belum melatih siswa mengembangkan keterampilan proses sains dalam memecahkan masalah.
5. Pembelajaran kimia lebih banyak menggunakan konsep-konsep materi transfer informasi dan pemberian contoh-contoh yang cenderung di hafal siswa tanpa mengetahui prosesnya.
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar lebih terarah pada ruang lingkup penelitian ini perlu dibatasi. Adapun batasan-batasan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan siswa yang diteliti adalah keterampilan proses sains siswa mengobservasi, mengklasifikasi, interpretasi, memprediksi, mengajukan pertanyaan,
berhipotesis,
merencanakan
percobaan,
menggunakan
alat/bahan, menerapkan konsep dan berkomunikasi. 2. Penggunaan model pembelajaran problem solving pada mata pelajaran kimia dengan pokok bahasan laju reaksi.
D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan diatas, maka dapatlah dirumuskan dalam penelitian ini :
Bagaimana kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 8 Ciputat pada pembelajaran sistem laju reaksi menggunakan model problem solving”.
E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian
ini
bertujuan
untuk
mengidentifikasi
kualitas
keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa kelas XI IPA 1SMA 8 Muhammadiyah Ciputat dan mengetahui keterampilan prooses sains yang lebih dominan dimiliki oleh siswa SMA 8 Muhammadiyah Ciputat pda kegiatan pembelajaran model problem solving dan praktikum. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi siswa, dapat membangun pengalamannya sendiri melalui kegiatan penyelidikan atau proses ilmiah. Dan dapat meningkatkan kemampuan keterampilan proses sains siswa.
b. Bagi
guru,
dapat
dijadikan
alternatif
pembelajaran
sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran sains. c. Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan agar peneliti
lebih
terampil
dalam
menggunakan
model-model
pembelajaran yang ada. d. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan bahan informasi tentang penggunaan model problem solving untuk kepentingan penelitian selanjutnya.
BAB II DESKRIPSI TEORITIS
A. Landasan Teori 1.
Keterampilan Proses Sains (KPS) Keterampilan adalah kemampuan menggunakan fikiran, nalar dan perbuatan secara efesien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreatifitas. Keterampilan proses dapat diartikan sebagai: (1) wahana dan pengembangan fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan bagi diri siswa, (2) memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan, siswa berperan pula menunjang perkembangan keterampilan proses dari diri siswa, dan (3) interaksi antara pengembangan keterampilan proses dengan fakta, konsep serta prinsip ilmu pengetahuan yang pada akhirnya akan mengembangan sikap dan nilai ilmuwan dari siswa.1 BSNP menyatakan bahwa ilmu kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses sains dan sikap ilmiah. 2 Keterampilan proses sains merupakan keterampilan-keterampilan yang biasa dilakukan ilmuwan untuk memperoleh pengetahuan. 3 Dengan menggunakan keterampilan-keterampilan proses, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep. Senada dengan Amalia dan ketut yang menjelaskan bahwa “keterampilan proses menekankan pada fakta yang ditemukan dalam kegiatan pengujian yang
1
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.
139 2
BSNP, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. ( Jakarta: Depdiknas, 2006), h. 459 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), cet. I, h. 51 3
11
dilakukan oleh seorang ilmuwan.” 4 Gagne menjelaskan pengertian keterampilan proses dalam bidang ilmu pengetahuan alam yaitu pengetahuan tentang konsep-konsep dan prinsip-prinsip dapat diperoleh bila
dia
memiliki
kemampuan-kemampuan
dasar
tertentu,
yaitu
keterampilan proses sains yang dibutuhkan untuk menggunakan sains. 5 Jadi, Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk melakukan suatu interaksi dengan objek konkret sampai pada penemuan konsep. Keterampilan proses sains sangat diperlukan dalam pendidikan dasar dan menengah, hal ini dikarenakan keterampilan ini bermanfaat dalam memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, keterampilan tersebut dapat memberikan bekal kepada siswa untuk membentuk konsep sendiri dan cara bagaimana mempelajari sesuatu temuan, mengembangkan kemampuan diri siswa, membantu berfikir konkret serta mengembangkan kreatifitas siswa. Berdasarkan pengertian diatas dapat diketahui bahwa keterampilan proses sains siswa akan mampu menemukan dan memahami konsep materi yang diajarkan. Keterampilan proses sains dianggap sangat penting untuk pembelajaran sains.
Hal tersebut dikemukakan oleh Semiawan (salah
seorang ahli pendidikan) bahwa alasan yang melandasi perlunya pendekatan keterampilan proses dalam pembelajaran, yaitu:
6
a. Dengan begitu cepatnya perkembangan ilmu pengetahuan, tidak mungkin lagi para guru untuk mengajar semua fakta dan konsep kepada siswa. b. Pada dasarnya siswa akan lebih mudah memahami konsep-konsep yang rumit dan abstark jika disertai dengan contoh-contoh yang 4
Amalia Sapriati, dkk., Pembelajaran IPA di SD, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), cet. 6, h. 4.1 5 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h. 149150 6 Conny Semiawa, dkk,. Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar, (Jakarta: PT. Gramedia, 1988), h. 14 - 16
konkrit, wajar dengan situasi dan kondisi yang dihadapi dengan mempraktekan sendiri upaya penemuan konsep melalui kegaiatan fisik dan mental. c. Penemuan ilmu pengetahuan tidak bersifat mutlak, tetapi bersifat relatif. d. Dalam pembelajaran, pengembangan konsep sebaiknya tidak terlepas dari pengembangan sikap dan pengembangan diri anak didik. Keterampilan menggunakan
proses
pendekatan
sains
dapat
keterampilan
dikembangkan
proses
sains
di
dengan dalam
pembelajaran. Nuryani Rustaman mengutip Science A process Approach (SAPA) “Pendekatan keterampilan proses sains adalah pendekatan yang berorientasi pada proses IPA, Namun dalam tujuan dan pelaksanaanya terdapat perbedaan. SAPA tidak mementingkan konsep, selain itu SAPA menuntut pengembangan pendekatan proses secara utuh yaitu metode ilmiah dalam setiap pelaksanannya”. 7 Pendekatan keterampilan proses sains merupakan pendekatan pembelajaran yang bertujuan mengembangkan sejumlah kemampuan fisik dan mental sebagai dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lebih tinggi pada diri siswa. 8 Dengam mengembangkan kemampuan fisik dan mental, siswa akan mampu menemukan dan menggambarkan sendiri fakta, konsep, serta menumbuhkan sikap dan nilai yang dituntut. Dengan demikian keterampilan proses menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan sikap dan nilai. Jadi, pendekatan keterampilan proses sains adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran, dimana siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan suatu interaksi dengan objek konkret sampai pada penemuan konsep. 7
Nuryani Y. Rustaman, dkk.,Strategi Belajar Mengajar Biologi. (Malang: UNM Press, 2005) h. 78 8 Oemar Hamalik, op.cit., h. 149
Tujuan pengajaran sains adalah sebagai proses yakni untuk meningkatkan
keterampilan berfikir siswa, sehingga siswa dapat
mengemukakan ide bahwa memahami sains sebagian bergantung pada kemampuan memandang dan bergaul menurut cara-cara seperti yang dilakukan oleh ilmuan. Keterampilan Proses Sains (KPS) dibangun dari tiga keterampilan kognitif atau intelektual, manual, dan sosial.9 Keterampilan kognitif atau intelektual terlibat karena dengan melakukan keterampilan proses sains siswa menggunakan fikirannya, keterampilan manual terlibat dalam penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial dimaksudkan bahwa mereka berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan keterampilan proses.10 Sesuai dengan karakteristik sains yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya fakta, konsep, prinsip saja namun menekankan pada penemuan. Kemampuan siswa dalam menemukan kosep perlu dibekalkan dengan kegiatan pembelajaran 11
sanis.
Terlatihnya siswa menggunakan keterampilan proses ini akan
memudahkannya dalam menerapkan konsep sains dalam kehidupan sehari-hari (pemecahan masalah). Peran guru dengan demikian adalah sebagai fasilitator. Menurut Funk keterampilan proses terbagi menjadi dua kategori yaitu keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi.12 Keterampilan proses dasar dan terintegrasi dapat dikembangkan melalui latihan-latihan atau kegiatan-kegiatan praktikum, karena semua keterampilan proses tersebut
akan
di
pakai
dalam
melakukan
kegiatan
praktikum.
Keteranpilan terintegrasi merupakan keterampilan yang terintegrasi dari 9
Zulfiani, dkk., op. cit., h. 52 Rustaman, dkk., op. cit., h. 78 11 BSNP, op. ci.t, h. 459 12 Dimyati, dan Mudjiono, op.cit., h. 140 10
kemampuan dasar dan juga merupakan pengembangan dari keterampilanketerampilan dasar. Keterampilan dasar sangat penting, baik secara individu maupun ketika berkelompok karena dapat digunakan dalam urutan peningkatan kemampuan keterampilan proses sains siswa. Funk menyebutkan ada enam keterampilan proses dasar dan tiga belas keterampilan proses terintegrasi.13 Menurut Harlen dan Rustaman sepuluh keterampilan proses sains antara lain: 1) melakukan observasi, 2) mengklasifikasi, 3) interpretasi, 4) prediksi/ meramalkan, 5) mengajukan pertanyaan,
6)
berhipotesis,
7)
merencanakan
percobaan,
8)
menggunakan alat dan bahan, 9) menerapkan konsep, dan 10) berkomunikasi. 14 Keterampilan proses sains yang satu memiliki hubungan dengan keterampilan proses yang lain.
Penggunaan salah satu keterampilan
proses akan mempengaruhi perkembangan keterampilan proses yang lain. Hal ini dikemukakan oleh Funk yang menyatakan bahwa masingmasing keterampilan proses saling bergantung satu sama lain.15 Adapun penjelasan mengenai beberapa keterampilan proses sains siswa adalah sebagai berikut : a. Melakukan pengamatan (observasi) Kemampuan mengamati merupakan keterampilan paling dasar dalam proses dan memperoleh ilmu pengetahuan serta mengetahui hal terpenting untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan proses yang
lain. 16
Observasi
atau
pengamatan
adalah
salah
satu
keterampilan ilmiah yang mendasar. Mengobservasi atau mengamati tidak sama dengan melihat.17 Mengobservasi atau mengamati objekobjek dan fenomena 13
alam dengan pancaindera:
Ibid., h. 140 Rustaman, dkk., op. cit., h. 86-87 15 Dimyati dan Mudjiono, op. cit., hal. 141 16 Ibid., h. 142 17 Conny S., op. cit., h. 19 14
penglihatan,
pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa/ pengecap.
18
Dalam
kegiatan ilmiah mengamati berarti menyeleksi fakta-fakta yang relevan dan memadai dari hal-hal yang diamati. b. Menafsirkan pengamatan (interpretasi) Kemampuan menginterpretasi atau menafsirkan data adalah salah satu keterampilan penting yang umumnya dikuasai oleh para ilmuan.19
Interpretasi
meliputi
keterampilan
mencatat
hasil
pengamatan dengan bentuk angka-angka, menghubung-hubungkan hasil pengmatan, menemukan pola keteraturan dari satu seri pengamatan hingga memperoleh kesimpulan. Sedangkan inferensi adalah kesimpulan sementara terhadap data hasil observasi, bahkan. merupakan penjelasan sederhana terhadap hasil observasi.20 c. Mengelompokkan (klasifikasi) Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan atau kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud.21 kemampuan
Dasar
keterampilan
mengidentifkasi
mengklasifikasikan
perbedaan
dan
persamaan
adalah antara
berbagai obyek yang diamati. Termasuk jenis keterampilan ini adalah menggolong-golongkan,
membandingkan,
mengkontraskan
dan
mengurutkan. Dalam membuat klasifikasi perlu diperhatikan dasar klasifikasi,
misalnya
menurut suatu ciri khusus,
tujuan atau
kepentingan tertentu.22 Dalam proses pengelompokan tercakup beberapa kegiatan seperti mencari perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan, dan mencari dasar penggolongan. 18
Dimyati dan Mudjiono, loc. cit., h. 141 Conny, S., op. cit., h. 29 20 Zulfiani, dkk., op. cit., h. 53 21 Dimyati dan Mudjiono, op. cit., h. 143 22 Conny S., loc. cit., h. 22 19
d. Meramalkan (prediksi) Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang. Berdasarkan pemikiran pada pola atau kecenderungan tertentu atau hubungan antara fakta, konsep dan prinsip dalam ilmu pengetahuan. 23 Keterampilan meramalkan atau memprediksi mencakup keterampilan mengajukan
perkiraaan
tentang
sesuatu
yang
belum
terjadi
berdasarkan suatu kecenderungan atau pola data yang sudah ada. Para ilmuwa sering membuat ramalan atau prediksi berdasarkan hasil observasi,
pengukuran
atau
penelitian
yang
memperlihatkan
kecenderungan gejala tertentu.24 e. Berkomunikasi Menginformasikan
hasil
pengamatan
hasil prediksi
atau
hasil
percobaan kepada orang lain termasuk keterampilan berkomunikasi. “The skill of communication must be included in the early stages of teaching and studying of science”.25
Mengkomunikasikan dapat
diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual, atau suara visual. Menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi atau hasil percobaan kepada orang lain termasuk keterampilan berkomunikasi. Bentuk komunikasi bisa dalam bentuk lisan, tulisan, grafik, tabel, diagram, atau gambar. Jenis komunikasi dapat berupa paparan sistematik (laporan) atau transformasi parsial.
23
Dimyati dan Mudjiono, op. cit., h. 144 Conny S., op. cit., h. 31 25 Mary L. Ango, Mastery Of Science Process Skills And Their Effective Use In The Teaching Of Scinec : An Educology Of Science In The Nigerian Context, Internasional Journal Of Educology, 2002, h. 17 24
f. Berhipotesis Keterampilan menyusun hipotesis dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyatakan “dugaan yang dianggap benar” mengenai adanya suatu faktor yang terdapat dalam suatu situasi, maka akan ada akibat tertentu yang dapat diduga akan timbul. Keterampilan menyusun hipotesis menghasilkan rumusan dalam bentuk kalimat pernyataan.
26
Hipotesis menyatakan hubungan antara dua variabel atau mengajukan perkiraan penyebab sesuatu terjadi. Bila prediksi, inferensi dan interpreatsi didasarkan pada data atau pola data dan kecenderungan dengan metode induktif, maka hipotesis didasarkan pada penemuan suatu teori atau konsep dengan metode deduktif. g. Merencanakan percobaan atau penyelidikan Merencanakan penelitian dapat diartikan sebagai suatu kegiatan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasi dan direspon dalam penelitian secara operasional. Kemungkinan dikontrolnya variabel hipotesis yang diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkan dari penelitian yang akan dilaksanakan. 27 Keterampilan menentukan alat dan bahan yang diperlukan untuk menguji atau menyelidiki sesuatu dan merencanakan percobaan dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) tidak dicantumkan secara khusus alat-alat dan bahan yang diperlukan. Keterampilan ini membantu siswa dalam memproses informasi yang diperoleh dari objek atau peristiwa disekitarnya,
membantu
mendekati masalah secara umum dan
membantu siswa memikirkan kembali gagasannya. Dengan demikian kemampuan siswa dalam mendekati masalah akan berkembang. h. Menerapkan konsep atau prinsip Keterampilan menggunakan kosenp-konsep yang telah dipahami untuk menjelaskan peristiwa baru, menerapkan konsep yang dikuasai 26 27
Dimyati dan Mudjiono, op. cit., h. 148 Ibid., h. 150
pada situasi baru atau menerapkan rumus-rumus pada pemecahan soal-soal
baru.
Keterampilan
ini
menjadi
penunjang
dalam
memantapkan dan mengembangkan konsep atau prinsip yang telah dimiliki siswa, megembangkan kemampuan intelektual siswa dan merangsang siswa untuk lebih banyak mempelajari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). i.
Mengujukan pertanyaan Keterampilan ini merupakan keterampilan mendasar yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari suatu masalah lebih lanjut. Keterampilan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan apa yang ingin diketahuinya, baik yang bersifat penyelidikan
maupun
yang
tidak
secara
langsung
bersifat
penyelidikan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan mencerminkan cara berfikir dan dapat pula dikatakan bahwa kualitas pertanyaan yang diajukan menunjukan tinggi rendahnya tingkat berfikir siswa. Pertanyaan yang diajukan dapat meminta penjelasan, tentang apa, mengapa, bagaimana, atau menanyakan latar belakang hipotesis. j.
Menyimpulkan Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep, dan prinsip yang diketahui. 28
Keterampilan-keterampilan
proses yang dipaparan diatas menjadi kurang begitu bermakna bagi hasil belajar siswa, terutama dalam hal penguasaan konsep apabila tidak ditunjang dengan keterampilan menarik suatu generalisasi dari serangkaian hasil kegiatan percobaan atau penyelidikan.
28
Dimyati dan Mudjiono, op. cit., h. 145
Berikut tabel keterampilan proses sains dan indikatornya menurut Rustaman :29 Tabel 2.1 Keterampilan Proses Sains dan Indikator No. Keterampilan Proses Sains 1.
Mengamati
2.
Klasifikasi
3.
Interpretasi
4.
Prediksi
5.
Mengajukan Pertanyaan
6.
Berhipotesis
29
Rustaman, dkk., op. cit., h. 86 - 87
Indikator a. Menggunakan sebanyak mungkin indera b. Menggunakan atau mengumpulkan fakta relevan a. Mencatat setiap pengamatan secara terpisah b. Mencari perbedaan atau persamaan c. Mengkontraskan cirri-ciri d. Membandingkan e. Mencari dasar pengelompokan atau penggolongan f. Menghubugkan hasil-hasil pengamatan a. Menghubungkan hasil-hasil pengamatan b. Menemukan suatu pola dalam satu seri pengamatan c. Menarik kesimpulan a. Menggunakan pola-pola/ hasil pengamatan b. Mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati a. Bertanya apa, bagaimana dan mengapa b. Bertanya untuk meminta penjelasan c. Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis a. Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian b. Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti
7.
Merencanakan Percobaan
8.
Menggunakan Alat dan Bahan
9.
Menerapkan Konsep
10.
Berkomunikasi
a. Menentukan alat, bahan dan sumber yang digunakan dalam penelitian b. Menentukan variabel atau faktor penentu c. Menentukan apa yang akan diukur, diamati, dan dicatat d. Menentukan apa yang akan dilaksanakan berupa langkah kerja a. Menggunakan alat/bahan b. Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/ bahan c. Mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan a. Menerapkan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru b. Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi a. Mengubah bentuk penyajian b. Memberikan data empiris hasil percobaan dengan tabel/grafik/ diagram c. Menyampaikan laporan sistematis d. Menjelaskan hasil percobaan e. Membaca grafik, tabel dan diagram f. Mendiskusikan hasil kegiatan
Keterampilan-keterampilan
yang telah dipaparkan
merupakan
keterampilan yang diperlukan untuk melakukan penelitian. Dengan mengembangkan
beberapa
keterampilan
tersebut,
akan
mengubah
pandangan bahwa kegiatan pembelajaran tidak lagi berpusat kepada guru tetapi guru berperan sebagai fasilitator. Selain itu, evaluasi tidak lagi pada kemampuan kognitif saja, melainkan pada keterampilan siswa yang mendasari kemampuan intelektual yang harus dimiliki siswa. Seperti keterampilan
telah proses
dijelaskan sains,
siswa
diatas, dituntut
dengan untuk
mengembangkan mengembangkan
kemampuan mereka. Dengan demikian, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep yang mereka temukan.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
keterampilan-
keterampilan itu menjadi roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta dapat menumbuhkembangkan sikap serta nilai, sehingga seluruh tindakan dalam proses belajar-mengajar seperti ini akan menciptakan kondisi belajar siswa aktif, dan itulah tujuan dari pendekatan keterampilan proses.
2.
Model Pembelajaran Problem Solving (Pemecahan Masalah) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu bentuk
pembelajaran
kontruktivisme.
Pada
yang
berlandaskan
pembelajran
problem
pada
pembelajaran
solving
aktivitasnya
bertumpu kepada masalah dengan penyelesainnya dilandaskan atas konsep-konsep atau konsep dasar bidang ilmu. Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Menurut Jhon Dewey, “masalah adalah sesuatu yang diragukan atau sesuatu yang belum pasti.”30
Sedangkan menurut Vessen “suatu masalah adalah
ketidaksamaan antara dua pertanyaan atau lebih yang disampaikan kepada siswa pada waktu proses belajar mengajar berlangsung.” 31 Kemampuan
untuk menyelesaikan
suatu masalah pada dasarnya
merupakan tujuan utama proses pendidikan. 32 Pemecahan masalah adalah keterampilan kognitif tingkat tinggi yang menuntut banyak kemampuan, sehingga membutuhkan banyak usaha dari siswa sendiri untuk berlatih, berkreativitas, berfikir lateral serta pengetahuan formal.33 Menurut Anthony J. Nitko dan Susan M. B
30
Mulyati Arifin, dkk., Strategi Belajar Mengajar Kimia, (Bandung: UPI, 2000) h. 95 Ibid., h. 97 32 Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta: Erlangga, 2011) 31
h. 121 33 Liberato Cardellini, “Fostering Creative Problem Solving In Chemistry Through Group Work, p. 131
yang disebut dengan “problem solving adalah pemecahan masalah yang menggunakan satu atau lebih proses pemikiran yang tinggi.”34 Dalam problem solving, pembelajaran tidak terlepas dari adanya suatu masalah. Masalah dapat diartikan sebagai “a situasion where at present the answer or goal is not known”35. Menurut Koschmann, Myers, Feltovich, dan Barrows dalam Rosbiono masalah yang layak di angkat sebagai landasan pembelajaran harus memiliki 5 kriteria, yaitu: (1) memerlukan banyak informasi, (2) tidak memerlukan waktu penyesuaian terlalu lama, (3) bersifat fleksibel dalam penyediaan sarana sumber penyelesaian, (4) membuka peluang untuk diperbaiki atau dikembangkan, dan (5) mengintegrasikan antara tuntutan keterampilan pemecahan masalah dan belajar konten.36 Pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan yang tidak hanya membutuhkan
informasi
menggunakan
metode
keingintahuan
dan
mempermudah
dari yang
rasa
bidang tepat.
penasaran
pembelajaran.
subjek Pemecahan
adalah
Problem
saja
masalah,
elemen
solving
tetapi
juga minat
dasar
yang
mengembangkan
kemampuan untuk menggunakan informasi teoritis dalam kehidupan sehari-hari
seperti
memecahkan
masalah
yang
mereka
hadapi,
membimbing mereka untuk belajar, dan meningkatkan minat mereka. 37 Pemecahan masalah berarti untuk menemukan atau menciptkan solusi baru untuk masalah atau untuk meerapkan aturan baru yang harus dipelajari. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-
34
Anthony J. Nitko dan Susan M. B, “Educational Assessment Of Student”, Chapter Eleven, p. 231 35 Colin Wood. The development of creative problem solving in chemistry. (2006), p. 98 36 Rosbiono, M., Teori Problem Solving Untuk Sains. Materi Diklat TOT Bidang Olimpiade Matematika Dan Sains. 2007, h. 8 37 Elvan dkk, “Effect Of Problem Solving Method On Science Process Skills And Academic Achievement”, Journal Of Turkish Science Education, p. 14
benar bermakna. 38 Dengan belajar menemukan solusi masalah dapat membangkitkan keingintahuan, memberi motivasi untuk bekerja keras terus sampai menemukan jawaban-jawaban. Pemecahan masalah dipandang sebagai suatu proses untuk menemukan kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat diterapkan dalam upaya mengatasi situasi baru. Bila para siswa memecahkan suatu masalah yang mewakili kejadian-kejadian nyata, mereka terlibat dalam perilaku berfikir. Dengan mencapai pemecahan suatu masalah secara nyata, para siswa juga berhasil menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang
dimaksud
adalah
perangkat
prosedur
atau
strategi
yang
memungkinkan seseorang dapat meningkatkan kemandirian dalam berfikir.39 Menurut Jhon Dewey belajar memecahkan masalah itu berlangsung sebagai berikut: individu menyadari masalah bila ia dihadapkan kepada situasi keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya semacam kesulitan. 40 Problem solving sebagai suatu keterampilan (skills) dimaknai keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan dalam memecahkan permasalahan seperti keterampilan menyusun prosedur kerja, melakukan eksperimen, mengoperasikan peralatan, mengobservasi, mengolah data dalam bentuk verbal, grafik, tabel, menyimpulkan dan mengabstraksi temuan.41 Dalam hal ini motivasi dan aspek sikap usaha, keyakinan, kecemasan, persistensi dan pengetahuan tentang diri adalah sesuatu yang sangat penting dalam pemecahan masalah. Mayer
mengungkapkan
bahwa
42
terdapat
tiga
karakteristik
pemecahan masalah, yaitu : (1) pemecahan masalah merupakan aktivitas 38
Ratna Willis Dahar, op. cit., h. 79 Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), Cet. Ke-7, h. 52 40 Syaiful Bahri Djamarah, Stratgei Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), cet ke-3, h. 18 41 Momo Rosbiono, op. cit., h. 4 42 Made Wena, loc. cit., h. 88 39
kognitif, tetapi dipengaruhi oleh perilaku, (2) hasil-hasil pemecahan masalah dapat dilihat dari tindakan atau perilaku dalam mencari pemecahan, dan (3) pemecahan masalah adalah merupakan suatu proses tindakan manipulasi dari pengetahuan masalah adalah merupakan suatu proses tindakan manipulasi dari pengetahuan yang telah dimilki sebelumnya.
43
Jhon Dewey seorang ahli pendidikan dari Amerika menjelaskan ada enam tahapan bentuk penerapan model pembelajaran problem solving, yaitu : (1) merumuskan masalah, (2) menganalisis masalah, (3) merumuskan hipotesis, (4) menggumpulkan data, (5) pengujian hipotesis, (6) merumuskan rekomendasi pemecahan masalah. 44 Struktur utama pembelajaran problem solving menurut Mothes terdiri atas: kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan pemantapan. Struktur pembelajaran pemecahan masalah menurut Mothes terdiri dari delapan tahap pembelajaran, yaitu (1) tahapan motivasi, (2) tahapan penjabaran masalah, (3) tahap penyusunan opini, (4) tahap perencanaan dan kontruksi, (5) tahap percobaan, (6) tahap kesimpulan, (7) tahap abstraksi, dan (8) tahap konsolidasi pengetahuan melalui aplikasi dan praktek.45 Solso mengemukakan enam tahap dalam pemecahan masalah, yaitu identifikasi permasalahan, representasi permasalahan, perencanaan pemecahan, mengimplementasikan perencanaan, menilai perencanaan, menilai hasil pemecahan. 46 Salah satu model problem solving yang di kembangkan oleh Bransford dikenal dengan model problem solving IDEAL. Pemecahan masalah IDEAL terdiri dari lima tahap pembelajaran, yaitu Identify the problem, Define the problem through thinking about it and sorting out the relevant inforation, Explore solutions through looking at alternatives, 43
Ibid., h. 87 Wina Sanjaya, op. cit., h. 217 45 Momo Rosbiono, op. cit., h. 19 46 Made Wena, op. cit., h. 56 44
brainstorming, and checking out different ponits of view, Act on the strategy, Look back and evaluate the effect.47 Berikut adalah penjabaran langkah-langkah model pembelajaran problem solving IDEAL.48 a. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah merupakan tahap awal dari strategi ini. dalam tahap ini guru membimbing siswa untuk memahami aspek-aspek permasalahan, menganalisis hubungan
seperti
membantu
permasalahan,
antar
data,
untuk
mengajukan
memetakan
mengembangkan/
pertanyaan,
masalah,
mengkaji
mengembangkan
hipotesis-hipotesis. b. Mendefinisikan masalah Dalam tahap ini kegiatan guru meliputi membantu dan membimbing siswa, melihat hal/ data/ variabel yang sudah diketahui dan hal yang belum diketahui, mencari berbagai informasi, menyaring berbagai informasi yang ada dan akhirnya merumuskan permasalahan. c. Mencari solusi Dalam tahap ini kegiatan guru membantu dan membimbing siswa mencari
berbagai
alternatif
pemecahan
masalah,
melakukan
brainstorming, melihat alternatif pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang dan akhirnya memilih satu alternatif pemecahan masalah yang paling tepat. d. Melaksanakan strategi Melakukan langkah-langkah pemecahan masalah sesuai dengan alternatif yang telah dipilih. Dalam tahap ini siswa dibimbing secara tahap demi tahap dalam melakukan pemecahan masalah.
47 48
Jamie Kirkley, Priciple For Teaching Problem Solving. (Plato Learning Inc. 2003), h.3 Made Wena, op. cit., h. 88
e. Mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh Dalam tahap ini kegiatan guru adalah membimbing siswa melihat/ mengoreksi kembali cara-cara pemecahan masalah yang telah dilakukan, apakah sudah benar, sudah sempurna, atau sudah lengkap. Disamping itu, siswa juga dibimbing untuk melihat pengaruh strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah. Pada kurun waktu ini, model problem solving di kategorikan masih general dalam arti membelajarkan problem solving sebagai keterampilan berfikir masih bebas konten, tidak diintegrasikan dengan kurikulum ataupun lingkungan kerja. Sebagai suatu model pembelajaran, Problem Solving memiliki beberapa keunggulan diantaranya adalah :49 a.
Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran.
b. Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa. c.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.
d. Pemecahan bagaimana
maslah
(problem
mentransfer
solving)
pengetahuan
dapat membantu
mereka
siswa
untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata. e. Pemecahan masalah (problem solving) dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. Di samping itu, pemecahan masalah itu juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.
49
Wina sanjaya, op. cit., h. 220
f.
Melalui pemecahan masalah (problem solving) bisa memperlihatkan kepada siswa bahwa setiap mata pelajaran pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa, bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja.
g.
Pemecahan masalah (problem solving) dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.
h. Pemecahan kemampuan
masalah siswa
(problem untuk
solving)
berpikir
kritis
dapat
mengembangkan
dan
mengembangkan
kemampuan mereka untuk menyelesaikan dengan pengetahuan baru. i.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.
j.
Pemecahan masalah (problem solving) dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. Di samping keunggulan, di dalam sumber yang sama model
problem solving juga memiliki kelemahan diantaranya adalah:50 a. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba. b. Keberhasilan
strategi
pembelajaran
melalui
problem
solving
membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. c. Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.
50
Ibid., h. 221
3.
Keterkaitan Antara KPS dan Pembelajaran Model Problem Solving Salah satu peranan model problem solving dalam pembelajaran kimia
adalah
sebagai
suatu
keterampilan,
dimana
keterampilan-
keterampilan itu merupakan keterampilan dasar yang diperlukan dalam memecahkan hipotesis,
permasalahan, merencanakan
mengoperasikan
seperti
keterampilan
penelitian,
alat, mengamati,
mengemukakan
melakukan
menyimpulkan,
eksperimen,
dan sebagainya.
Ketermpilan-keterampilan tersebut merupakan bagian dari KPS, dimana KPS
meliputi
konsep,
keterampilan
merencanakan
mengamati,
penelitian,
meramalkan,
meggunakan
alat
menerapkan dan
bahan,
menafsirkan pengamatan, mengkomunikasikan hasil penelitian dan mengajukan pertanyaan. Hal ini menunjukan bahwa dalam pembelajaran model problem solving dapat dikembangkan keterampilan proses sains siswa yang merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembelajaran kimia. Keterakitan antara KPS dengan pembelajaran model
problem
solving IDEAL menurut Bransford yang dilaksanakan dalam lima tahapan pembelajaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.2 Hubungan Setiap Aspek KPS dengan Tahapan Model Problem Solving Aspek KPS yang dapat dikembangkan 1. Mengajukan pertanyaan 2. Menyusun hipotesis 3. Meramalkan 4. Menerapkan konsep 5. Merencanakan percobaan 6. Menggunakan alat dan bahan 7. Observasi 8. Mengklasifikasikan 9. Interpretasi 10. Mengkomunikasikan
Tahapan Model Probem Solving 1. Identifikasi masalah 2. Mendefnisikan masalah 3. Mencari solusi 4. Melaksanakan strategi
5. Mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruh
Tahap awal pada pembelajaran model problem solving IDEAL menurut Bransford adalah tahap identifikasi masalah. Tahap ini bertujuan untuk membangkitkan
rasa
ingin tahu siswa dan meningkatkan
antusiasme siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Salah satu cara yang dapat digunakan pada tahap ini adalah dengan menyajikan fenomena alam yang terjadi disekitar siswa, yang dapat menimbulkan permasalahan yang menuntut siswa untuk mengetahui jawabannya. Ketika siswa ingin menemukan jawaban dari permasalahan tersebut maka siswa akan mengajukan pertanyaan guna mencari jawaban dari permasalahannya.
Ketika
siswa
mengajukan
pertanyaan
maka
menggunakan salah satu keterampilan dalam KPS, yaitu keterampilan mengajukan pertanyaan. Permasalahan yang ditemukan siswa pada tahap sebelumnya mungkin saja masih bersifat umum sehingga pada tahap identifikasi masalah, cakupan permasalahan tersebut dipersempit dengan melakukan pengkajian hubungan antar data dan melakukan pemetaan permasalahan sehingga siswa diharapkan dapat menemukan fokus permasalahan yang akan di bahas. Tujuan dari tahap ini adalah merumuskan suatu pertanyaan ilmiah. Pertanyaan ilmiah merupakan salah satu aspek dari KPS, yaitu keterampilan mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis.
Setelah
fokus
permasalahan
diketahui
maka
siswa
mengemukakan hipotesis atau dugaan-dugaan untuk menyelasaikan permasalahan. Membuat hipotesis ini merupakan salah satu dari aspek KPS, yaitu keterampilan menerapkan konsep untuk menjelaskan apa yang terjadi (berhipotesis). Tahap kedua pada pembelajaran ini adalah tahap mendefinisikan masalah yaitu bertujuan untuk mencari dan menelusuri berbagai informasi dari berbagai sumber. Setelah semua sumber terkumpul dan dilakukan penyaringan dari berbagai informasi yang terkumpul maka
langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah. Tahap ini sesuai dengan aspek KPS yaitu keterampilan mermalakan dan menerapkan konsep. Tahap ketiga dalam pembelajaran ini adalah tahap mencari solusi, yaitu bertujuan untuk membuat rancangan penelitian guna menguji kebenaran dari hipotesis yang dibuat dan melakukan pengkajian terhadap setiap alternatif pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang. Merancang penelitian ini merupakan bagian dari aspek KPS, yaitu keterampilan merencanakan percobaan. Pada tahap Keempat, siswa mengalami pengalaman langsung dalam menggunakan alat, mengamati, mencatat pengamatan, mengolah data ke dalam bentuk tabel, grafik, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan bagian dari KPS, yaitu keterampilan menggunakan alat dan bahan, observasi, interpretasi dan mengklasifikasikan. Pada tahap kelima yaitu mengkaji kembali dan mengevaluasi pengaruhnya, dibutuhkan KPS yaitu keterampilan mengkomunikasikan hasil penelitian dan keterampilan menafsirkan hasil pengamatan.
4.
Konsep Materi Laju Reaksi Laju reaksi merupakan besarnya perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi per satuan waktu. Laju reaksi adalah besaran yang menyatakan perubahan konsentrasi zat-zat dalam reaksi kimia, yakni berkurangnya reaktan atau bertambahnya produk tiap satuan waktu. 51 Perubahan ini bisa dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi akhir (hasil reaksi) terhadap konsentrasi awal (pereaksi) persatuan waktu. Satuan laju reaksi kimi dinyatakan dengan molaritas per detik (M/t). Molaritas didefinisikan sebagai jumlah mol zat yang terlarut dalam satu liter
51
Ucu Cahyana, dkk., KIMIA untuk SMA dan MA kelas XI, (Jakarta: Piranti Darma kalokatama, 2007), h. 68
larutan. Larutan sendiri adalah campuran homogen antara zat terlarut dan zat pelarut. Suatu reaksi kimia akan berlangsung apabila terjadi interaksi antara molekul pereaksi atau disebut dengan tumbukan antara molekulmolekul pereaksi. Namun, tidak semua tumbukan antar molekul pereaksi menghasilkan hasil reaksi, hanya tumbukan yang efektif yang akan menghasilkan hasil reaksi. Selain itu ada pula yang disebut dengan enegi aktivasi. Energi aktivasi adalah energi kinetik minimum yang dimilki oleh partikel sehingga menghasilkan tumbukan efektif.52 Teori tumbukan dan energi aktivasi dapat menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, yaitu faktor luas permukaan, faktor suhu, faktor konsentrasi, dan faktor katalis. Suatu zat padat akan lebih cepat bereaksi jika permukaanya diperluas dengan mengubah bentuk menjadi kepingan-kepingan kecil atau menjadi serbuk. Semakkin luas bidang sentuh maka akan semakin besar peluang terjadinya tumbukan. Kenaikan suhu menyebabkan gerak partikel atau bertambahnya energi kinetik molekul-molekul perekasi. Semakin cepat gerak partikel menyebabkan energi kinetik semakin besar dan melewati energi aktivasi sehingga laju reaksi semakin cepat. Semakin besar konsentrasi pereaksi maka akan semakin banyak jumlah partikel/ molekul pereaksinya. Hal ini menyebabkan banyaknya tumbukan yang terjadi sehingga laju reaksi semakin cepat. Katalis berfungsi untuk menurunkan energi aktivasi. Apabila energi aktivasi semakin kecil, maka energi yang dibutuhkan untuk melakukan reaksi pun menjadi kecil dan mempermudah zat untuk melakukan reaksi.
52
Das Salirawati, dkk., Belajar KIMIA Secara Menark Untuk SMA/MA kelas XI, (Jakarta: Grasindo, 2007)
B. Hasil Penelitian Yang Relevan Hasil penelitian Susiwi, dkk. dalam penelitian yang berjudul “Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada Model Pembelajaran Praktikum D-E-H”
menunjukan
bahwa
melalui
pembelajaran
MPP
D-E-H:
kemammpuan merumuskan hipotesis, mengendalikan variabel dan merancang percobaan dapat dicapai secara tuntas oleh masing-masing subjek penelitian hasil rancangan yang dibuat siswa, terutama percobaan tersebut aman dan efisien untuk dilaksanakan. 53 Dalam penelitian yang dilakukan oleh Gebi Dwiyanti dan Wiwi Siswaningsih pada salah satu SMU di Bandung dengan judul “Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas II Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum” ditemukan nilai yang baik untuk keterampilan observasi, nilai cukup untuk keterampilan menafsirkan hasil pengamatan dan untuk keterampilan berkomunikasi. Hal ini menunjukan metode praktikum dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa.54 C kampourakis dan G Tsaparlis melakukan penelitian yang berjudul “A study of the effect of a partical activity on problem solving in chemistry” menemukan
adanya
miskonsepsi
dan
kesalahan
penginterpretasian.
Kampourakis menyatakan konsep yang diajarkan di kelas dan di praktekan di dalam laboratorium sangat komplikatif. Oleh karena itu, keduanya harus diajarkan secara berkesinambungan dan saling menghubungkan satu sama lain.55 Berdasarkan yang dilakukan oleh Akinyemi Olufunminiyi Akinbobola dan Folashade Afolabi dengan judul “Analysis Of Science Process Skills In West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical 53
Susiwi, dkk., Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada Model Pembelajaran Praktikum D-E-H, Jurnal pengajaran MIPA Vol.14, 2009, p. 87-104 54 Gebi Dwiyanti, dan Wiwi Siswaningsih, Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas II Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum, 2005, p. 1-8 55 Constantions Kampourakis, Dan Georgios Tsaparlis, A Study O Of Practical Of The Effect Of Practical Activity On Problem Solving In Chemistry, Chemistry Education: Research And Practive Vol 4, 2003, p. 319-333
Examinations In Nigeria” menyimpulkan bahwa terdapat lima keterampilan proses sains yang muncul dalam penelitian selama sepuluh tahun, yaitu manipulasi, perhitungan, mencatat, observasi, dan komunikasi. Adapun hasil persentase tertinggi untuk keterampilan proses sains kategori basic terdapat pada kelas rendah, sedangkan hasil persentase tertinggi untuk keterampilan proses sains kategori integrasi terdapat pada kelas tinggi.56
56
Akinyemi O. A. dan Folashade Afolabi, “Analysis Of Science Process Skills In West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations In Nigeria”, 2010, h. 32-47
C. Kerangka Berfikir Pembelajaran merupakan serangkaian interaksi anatara guru dan siswa
dimana
nantinya
akan
muncul
proses
pembelajaran.
Dalam
pembelajaran ilmu IPA, khususnya ilmu kimia seorang guru harus memberikan suatu pengalaman tertentu agar para siswa dapat menemukan konsepnya sendiri. Pengalaman itulah yang akan mengantarkan siswa memiliki keterampilan-keterampilan proses sains guna menunjang aspek psikomotorik siswa dalam proses pembelajaran maupun praktikum. Pengetahuan matematis logis dibentuk dari abstraksi berdasarkan koordinasi, relasi maupun penggunaan objek yang didasarkan pemikiran logis dan tersusun secara sistematis. Hal ini merupakan bagian dari keterampilan proses sains yaitu merencanakan percobaan dan menerapkan konsep.. Pengetahuan sosial dibentuk melalui interaksi. Interaksi ini dapat diartikan dengan berkomunikasi yang merupakan keterampilan proses sains. Komunikasi antar individu dalam kegiatan praktikum akan mengembangkan dan mengkokohkan pengetahuan yang diterima oleh siswa. Selain itu komunikasi disini dapat digunakan untuk membandingkan data-data yang didapatkan dengan kelompok lain dan juga sebagai informasi pengetahuan bagi siswa lain yang tidak atau belum melakukan percobaan. keterampilan psikomotorik, kognitif, dan juga afektif. Pada kegiatan praktikum siswa dapat melakukan kegiatan mengamati, menafsirkan data, meramalkan,
menggunakan
merencanakan
percobaan,
alat
dan
bahan,
mengkomunikasikan
menerapkan hasil
konsep,
praktikum
dan
mengajukan pertanyaan secara langsung, sehingga ketrampilan proses sains dapat dibentuk/dikonstruk secara langsung.
Adapun kerangka fikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Proses pembelajaran
Keterampilan proses sains
Problem solving
Mengajukan pertanyaan
Identifikasi masalah
Menyusun hipotesis Mendefinisikan masalah Merencanakan percobaan Mencari solusi Menggunakan alat dan bahan, observasi, mengklasifikasikan, Melaksanakan strategi Memprediksi
Interpretasi
Mengkaji kembali dan mengevalusi pengaruh
Menerapkan konsep
Mengkomunikasikan
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Lokasi penelitian Penelitian dilakukan di SMA 8 Muhammadiyah kelas XI IPA 1. 2. Waktu penelitian Waktu penelitian dilakukan pada tanggal 27 Agustus – 10 September 2013 semester ganjil kelas XI bertepatan dengan pembahasan materi laju reaksi dalam sub pokok bahasan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
B. Metode dan Design Penelitian Metode yang dapat digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode
deskriptif
kuantitatif.
Penelitian
deskriptif
menuturkan
dan
menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta, keadaan, variabel dan fenomena yang terjadi pada saat penelitian berlangsung dan menyajikan apa adanya. 1 Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama yakni menggambarkan secara sistemik fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat, dalam penelitian ini aspek yang akan diteliti adalah keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini diarahkan untuk memperoleh gambaran atau informasi mengenai bagaimana keterampilan proses sains siswa pada praktikum konsep laju reaksi. Penelitian ini memiliki lima tahapan. Adapun uraian kegiatan pada setiap tahapan adalah sebagai berikut : a. Tahap pertama (sebelum melakukan penelitian) Pada praktikum. 1
tahap
pertama,
Dimana
pada
persiapan tahap
ini
untuk melakukan
kegiatan
mulai
kegiatan
melakukan
M. Subana, dkk., Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Pustaka Setia, 2001), h. 89
37
pembelajaran menggunakan model problem solving IDEAL. Pada tahap ini, siswa melakukan diskusi mengenai materi laju reaksi dengan sub bab yang telah diberikan oleh guru. Pembagian kelompok siswa dibagi ke dalam lima kelompok, setiap kelompok terdapat siswa laki-laki dan siswa perempuan, siswa dari kategori tinggi, sedang, dan rendah. Pada tahap ini guru menugaskan siswa untuk mencari dan mengumpulkan berbagai referensi seputar materi tentang pokok bahasan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Sebelum tahap kedua dimulai, para observer diberikan pengarahan tentang cara penilaian pada lembar observasi dan sudah memiliki lembar observasi serta mengetahui siswa yang akan di observasi. b. Tahap kedua Guru memberikan LKS kepada setiap kelompok siswa untuk kemudian dipelajari dan didiskusikan bersama anggota kelompoknya. Siswa ditugaskan untuk melengkapi LKS yang telah diberikan oleh guru. LKS yang telah dilengkapi akan dijadikan pedoman siswa untuk melakukan kegiatan praktikum pada tahap selanjutnya. Pada tahap ini mulai dilakukan observasi terhadap keterampilan proses sains siswa selama melakukan kegiatan diskusi. Setiap kelompk didampingi satu observer yang bertugas untuk mencatat kemunculan keterampilan proses sains siswa pada saat diskusi. Aspek keterampilan proses sains yang diamati observer pada bagian ini adalah aspek bertanya dan hipotesis. c. Tahap ketiga Pada tahap ketiga dilakukan kegiatan praktikum untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Pada tahap ketiga ini dilakukan pula observasi terhadap keterampilan proses sains siswa selama melakukan praktikum. Aspek keterampilan proses sains yang di amati yaitu aspek observasi, aspek investigasi, klasifikasi, dan aspek prediksi.
d. Tahap keempat Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan diskusi mengeni hasil praktikum yang telah mereka lakukan pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini pula dilakukan pula observasi terhadap keterampilan proses sains siswa. Aspek keterampilan proses yang diamati adalah aspek interpretasi dan komunikasi,. e. Tahap kelima Pada tahap ini dilakukan wawancara terhadap perwakilan siswa pada masing-masing kelompok, untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan model problem solving IDEAL.
C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi
adalah
wilayah
generalisasi
yang
terdiri
atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh
peneliti
untuk
kesimpulan. 2 Jadi, populasi
dipelajari
dan
adalah keseluruhan
kemudian
ditarik
subjek penelitian.
Mengingat luasnya populasi maka populasi dalam penelitian ini dibatasi untuk membantu mempermudah penarikan sampel. Dalam hal ini populasi targetnya kelas XI SMA 8 Muhammadiyah Ciputat. 2. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.3 Sampel dalam penelitian ini merupakan bagian dari populasi yang menjadi subjek penelitian. Dalam penelitian ini, sampel diambil dengan teknik purposive sampling
peneliti bisa
menentukan sampel berdasarkan tujuan teretntu.4 Sedangkan sampelnya 2
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet ke-15, h. 117 3 Ibid., h. 118 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet. XIV, h. 183
satu kelas yaitu kelas XI IPA 1 SMA 8 Muhammadiyah Ciputat. Dalam hal penentuan sampel, pihak sekolah atau guru bersangkutan terlibat dalam menentukan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kemampuan siswa dalam hal kognitif, afektif dan psikomotorik berbeda-beda. Siswa dalam penelitian ini dibagi menjadi lima kelompok, dimana dalam setiap anggota kelompok terdapat siswa laki-laki dan perempuan, siswa dari kategori tinggi, sedang dan rendah. Pengelompokan ini dilakukan agar setiap kelompok mempunyai kemampuan yang merata dalam hal diskusi dan praktikum.
D. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahapan, yaitu: 1. Tahapan persiapan a.
Menganalisis Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pada Standar Isi mata pelajaran kimia SMA kelas XI sesuai dengan Kurikulum Tingkat
Satuan
Pendidikan
(KTSP)
yang
dipergunakan,
serta
menganalisis materi pada buku teks atau paket untuk menentukan pokok bahasan yang pembelajarannya dapat menggunakan metode diskusi dan praktikum dengan menggunakan pembelajaran model problem solving IDEAL. pada penelitian ini pokok bahasan yang dipilih adalah laju reaksi dalam sub pokok bahasan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. b. Membuat Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). c. Membuat LKS (Lembar Kerja Siswa) d. Membuat instrumen penilaian sebagai alat pengumpulan data yaitu lembar observasi, lembar wawancara dan catatan lapangan. e.
Memvalidasi instrumen penelitian oleh para ahli, kemudian diperbaiki sesuai dengan sasaran para ahli. Apabila instrumen tersebut telah
disetujui oleh para ahli, maka instrumen tersebut akan langsung digunakan untuk penelitian f. Memperbanyak instrumen untuk digunakan dalam penelitian. 2. Tahap pelaksanaan Setelah dilakukan tahap awal, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan penelitian. Langkah awal pada tahap ini adalah melakukan proses pembelajaran menggunakan model problem solving IDEAL. Kemudian
siswa
melakukan
diskusi
mengenai
faktor-faktor
yang
mempengaruhi laju reaksi, dan setelah itu siswa melakukan praktikum. Pada saat proses pembelajaran dan pada saat praktikum dilakukan pengukuran ketereampilan proses sains pada siswa, lalu kemudian dilakukan wawancara. 3. Tahap penyelesaian Kegiatan pada tahap ini meliputi: a. Mengolah data hasil observasi dan LKS dengan menggunakan penilaian persentase. b. Menganalisis dan membahas hasil penelitian. c. Mengabilan kesimpulan dari hasil analisis.
E. Teknis Pengumpulan Data Adapun rincian pengumpulan data dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Data Lembar Observasi Data ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa. Sehingga dalam penelitian ini digunakan lembar observasi sebagai alat ukur pencapaian untuk mengetahui aspek keterampilan proses sains siswa yang muncul. Materi yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah menentukan faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Peneliti dengan dibantu observer, mengobservasi aktifitas pembelajaran dan praktikum siswa untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa yang muncul setiap kali pertemuan. Keterampilan proses sains siswa yang diamati adalah mengobservasi, interpretasi,
memprediksi,
mengajukan
mengklasifikasi,
pertanyaan,
berhipotesis,
merencanakan percobaan, menggunakan alat/bahan, menerapkan konsep, dan berkomunikasi. 2. Data Catatan Lapangan Peneliti tidak hanya mengisi lembar observasi mengenai keterampilan proses sains siswa. Namun, peneliti juga mengisi catatan lapangan yang telah disiapkan. Dimana catatan lapangan tersebut menggambarkan
situasi kondisi siswa dalam melakukan
kegiatan
praktikum, hubungan sosial/interaksi sosial ketika praktikum, serta mengenai kegiatan lain dari penelitian seperti kegiatan pembelajaran siswa dikelas. 3. Wawancara Pengumpulan data hasil wawancara dilakukan setelah kegiatan praktikum berakhir. Peneliti hanya mewawancarai satu orang siswa dari masing-masing
kelompok.
Peneliti
melakukan
wawancara
dengan
menggunakan pertanyaan yang ada pada lembar wawancara. Pertanyaanpertanyaan yang diajukan meliputi respon dan keterangan siswa mengenai kegiatan pembelajaran maupun praktikum yang dilakukan. Peneliti
mendokumentasikan
kegiatan
praktikum
dan
pembelajaran ini dengan video rekaman dan foto. Data ini digunakan sebagai pendukung atau bukti nyata dari proses penelitian yang telah dilakukan, dimana data tersebut dapat membantu dalam mendeskripsikan apa yang dicatat dalam catatan lapangan dan lembar observasi. Setelah data terkumpul dilakukan pengolahan terhadap datadata tersebut. Kemudian dideskripsikan berdasarkan data-data atau faktafakta yang muncul selama penelitian. Setiap data pada masing-masing
instrumen
dihubungkan
untuk
membuktikan
kebenaran
fakta
keterampilan proses sains yang muncul. Sehingga dibagian akhir peneliti dapat menyimpulkan sejauh mana keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa kelas XI IPA 1 SMA Muhammadiyah 8 Ciputat.
F. Instrumen Penelitian 1. Lembar Observasi Observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. 5 Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.6 Melalui pengamatan dapat diketahui
bagaimana
sikap
dan
perilaku
siswa,
kegiatan
yang
dilakukannya, tingkat partisipasi dalam suatu kegiatan, proses kegiatan yang dilakukannya, kemampuan, bahkan hasil yang diperoleh dari kegiatannya.
7
Observasi yang dilakukan disini adalah observasi langsung, yaitu mengumpulkan data berdasarkan pengamatan yang menggunakan mata atau telinga secara langsung. Dengan demikian melalui observasi dapat terlihat kemunculan keterampilan proses sains yang diamati dengan menggunakan panca indera secara langsung. Instrumen lembar observasi yang digunakan dalam penelitiam ini untuk menyaring data aspek keterampilan proses sains secara tertulis berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan adalah lembar observasi. 5
Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011), h. 76 6 Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. 14, h. 84 7 Ibid., h. 84-85
Untuk mengetahui urutan kemunculan keterampilan proses dan frekuensi, peneliti mengadopsi format penskoran yang digunakan oleh Ngalim Purwanto. Cara penilaian dengan menggunakan persen atau yang disebut percentages correction. Besarnya nilai yang diperoleh siswa merupakan persentase dari skor maksimum ideal yang seharusnya di capai jika tes tersebut di kerjakan dengan hasil 100 % betul.8 Format lembar obsevasi ini menggunakan lima kategori yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang, dan kurang sekali. Lembar observasi digunakan untuk menjaring aspek keterampilan proses sains secara tertulis berdasarkan kriteria-kriteria yang ada. Dalam penelitain ini, pencuplikan data melalui lembar observasi melibatkan lima orang observer yang mengobservasi terhadap lima kelompok. Setiap kelompok diobservasi oleh satu orang observer yang sebelumnya telah mendapatkan penjelasan tentang pelaksanaan observasi dari peneliti. Penjelasan yang diberikan berupa penggunaan lembar observasi pada saat mengamati kegiatan praktikum dan diskusi sebelum dan sesudah kegiatan praktikum serta pemberian kisi-kisi tiap poin pengamatan pada lembar observasi. Dengan langkah tersebut diharapkan persepsi setiap observer terhadap fenomena yang muncul pada saat pembelajaran menjadi sama. 2. Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan, dan petunjukpetunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai. 9 LKS adalah panduan siswa untuk melakukan kegiatan penyelidikan atau
8
Ngalim Purwanto, Prinsip – Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 102 - 103 9 Andi Prasetyo, Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 204
pemecahan
masalah.10
Dalam
hal
ini,
peneliti
merancang
dan
mengembangkan LKS sesuai dengan kompetensi keterampilan proses sains. 3. Catatan lapangan Catatan lapangan merupakan sumber informasi yang penting yang dibuat oleh peneliti dalam melakukan pengamatan atau observasi. Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan catatan terhadap fakta-fakta yang muncul selama kegiatan praktikum diluar pengamatan pada lembar observasi dan LKS khususnya terhadap keterampilan proses sains siswa yang diteliti. Catatan kegiatan pembelajaran di kelas memiliki bagian tersendiri dimana pada saat siswa melakukan kegiatan praktikum dengan kegiatan belajar mengajar di kelas. 4. Wawancara Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu”.11 Dengan demikian, wawancara merupakan cara menghimpun bahan-bahan keterangan, yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dengan arah serta tujuan yang telah ditetapkan. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan tanya jawab langsung kepada perwakilan siswa di tiap-tiap kelompok. Peneliti telah menyiapkan beberapa pertanyaan yang sudah disusun rapi sebagai panduan pada saat melakukan wawancara. Wawancara tersebut digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pelaksanaan praktikum dan pembelajaran berbasis problem solving IDEAL. Data hasil wawancara ini digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dari lembar observasi dan data catatan lapangan pada saat praktikum dan pembelajaran.
10 11
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), h. 111 Sugiono, op. cit h. 317
G. Kalibrasi Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian harus diuji apakah instrumen tersebut telah memiliki validitas atau daya ketepatan dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian validitas instrumen yang digunakan adalah validitas rasional. Validitas rasional adalah yang diperoleh dari dasar pemikiran yang logis. Validitas rasional dilakukan dengan menelusuri atau mengkaji instrumen penelitian dari dua segi, yaitu dari segi isinya (content) dan dari susunan atau kontruksinya (construct).12 1. Validitas isi Validitas isi dari suatu intrumen penelitian adalah validitas yang diperoleh setelah dilakukan penganalisaan, penelusuran atau pengujian terhadap isi yang terkandung dalam instrumen tersebut.13 Validitas isi ditilik dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat ukur hasil belajaran yaitu: sejauh mana hasil tes belajar peserta didik, isinya telah dapat mewakili secara representative terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diuijikan. Pengujian validitas ini dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Seorang peneliti yang memberikan tes diluar konteks yang telah ditetapkan, berarti instrumen tersebut tidak memiliki validitas
isi.
Untuk instrumen
yang
akan mengukur
efektifitas
pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang tekah ditetapkan. 2. Validitas kontruksi Validitas kontruksi adalah validitas yang ditilik dari segi susunan, kerangka, atau rekaannya. 14 Validitas kontruksi dari suatu instrumen dapat dilakukan penganalisaannnya dengan jalan melakukan pencocokan 12
Anas Sujiono, op. cit., h. 164. Ibid., h. 164 14 Anas Sujiono, op. cit., h. 166. 13
antara aspek-aspek berfikir yang terkandung dalam instrumen tersebut, dengan aspek-aspek berfikir yang dikehendaki untuk diungkap oleh tujuan intruksional khusus.15 Uji validitas isi dan konstruksi dalam akan dibantu dengan menggunakan kisi-kisi istrumen atau matrik pengembangan instrumen. Dalam kisi-kisi ini terdapat variabel yang akan diteliti yaitu aspek keterampilan proses sains siswa dimana akan terfokuskan pada mengobservasi, mengklasifikasi, interpretasi, memprediksi, mengajukan pertanyaan,
berhipotesis,
merencanakan
percobaan,
menggunakan
alat/bahan, menerapkan konsep, dan berkomunikasi. Kalibrasi instrumen penelitian dilakukan oleh seorang ahli untuk mendapatkan instrumen yang valid dan reliabel. Yang menjadi ahli untuk mengkalibrasi instrumen penelitian ini adalah orang yang sudah dianggap ahli dalam bidang pendidikan seperti dosen pendiidkan kimia atau guru kimia. Instrumen dikalibrasi berdasarkan struktur instrumen, gaya bahsa, hubungan dengan indikator materi dan tingkat kesukaran instrumen.
H. TEKNIK ANALISIS DATA Setelah data terkumpul, analisis yang dilakukan adalah deskriptif kuantitatif, dalam Suharsimi Arikunto dijelaskan bahwa “Analisis deskriptif kuantitatif adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mencari jumlah frekuensi dan mencari jumlah presentasenya”.16 Pada tahap ini, data yang berasal dari lembar observasi, lembar kerja siswa (LKS), wawancara, dokumentasi digabungkan dan dianalisa secara bersamaan untuk mengkonfirmasi dan saling menguatakan data hasil penelitian.
15
Ibid., h. 167. Suharisimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2007), Cet. Ke-9, h. 262 16
Adapun langkah-langkah teknik analisa dari data yang digunakan adalah sebagai berikut : a. Memberi di bagian mana tanda ceklis (√) dalam lembar observasi dibubuhkan, dalam Suharsimi Arikunto dijelaskan bahwa “Chek-List atau adalah deretan pertanyaan (yang biasanya singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (√) ditempat yang sudah disediakan”. 17 Tanda ceklis tersebut dimasukan kedalam lembar observasi sesuai dengan kriteria yang ada pada setiap aspek
keterampilan
proses
sains
siswa
yang
muncul
selama
berlangsungnya rangkaian kegiatan pembelajaran problem solving IDEAL. b. Menjumlah banyaknya ceklis pada setiap kolom yang terdapat pada lembar observasi tiap kelompok, banyaknya ceklis yang terdapat pada lembar observasi dari tiap-tiap aspek keterampilan proses sains yang muncul dengan masing-masing kriteria, yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang, dan kurang sekali. Jumlah frekuensi dan presentasi tersebut akan menunjukan secara kuantitatif kegiatan praktikum dan keterampilan proses sains yang telah dimiliki oleh siswa. Jumlah presentasi dapat dihiting dengan rumus :
Rata – rata =
௨ ௨ ௨ ௪ ௨ ௪
c. Memberikan skor terhadap lembar kerja siswa berdasarkan kriteria penilaian yang sudah dibuat d. Kemudian dicari persentase masing-masing kiteria berdasarkan rumus berikut: NP = ோ
ௌ ௌ
17
x 100
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. Ke-9 h. 29
Keterangan : NP = nilai persen yang di cari atau yang di harapkan R
= skor mentah yang di peroleh siswa
SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 = bilangan tetap e. Hasil persentase yang diperoleh di kategorikan dalam pedoman konverse persentase rata – rata keterampilan proses sains siswa. Tabel 3.1 Perhitungan skala pengukuran Skala 4 3 2 1 0 f. Menginterpretasi
Tingkat penguasaan 86 – 100 % 76 – 85 % 60 – 75 % 55 – 59 % ≤ 54 % secara
deskriptif
18
Kategori Sangat baik Baik Cukup Kurang Kurang sekali data
presentase
tiap-tiap
aspek
keterampilan proses sains siswa yang muncul selama berlangsungnya rangkaian kegiatan pembelajaran menggunakan model problem solving IDEAL. g. Format wawancara Data yang diperoleh dari hasil wawancara dibuat dalam bentuk transkripsi untuk kemudian diterjemahkan secara deskriptif dan diklasifikasikan berdasarkan keterampilan proses sains yang ditanyakan. Kemudian data tersebut dianalisa sehingga dapat diketahui respon siswa terhadap pembelajaran problem solving IDEAL.
18
Ngalim Purwanto, op. cit h. 102 - 103
I. Alur Penelitian Analisis Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA
Membuat Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Analisi Materi Pelajaran Membuat istrumen Tidak Validasi Instrumen
Ya Memperbanyak Instrumen Diskusi Praktikum
Observasi
Diskusi Menentukan Siswa yang akan Di wawancara
Wawancara
Temuan Penelitian
Analisis dan Pembahasan Kesimpulan dan saran
Gambar 3.1 Alur penelitian
BAB IV HASIL PENELIITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Sains Siswa Bersarakan Lembar Observasi Observasi yang dilakukan di SMA 8 Muhammadiyah Ciputat adalah menganalisis aspek-aspek keterampilan proses sains siswa yang muncul pada saat kegiatan pembelajaran menggunakan model Problem Solving IDEAL dan kegiatan praktikum pada konsep laju reaksi. Hasil ini merupakan data utama dan diperoleh melalui observasi yang di lakukan oleh lima observer pada saat pembelajaran berlangsung. Sebelum observasi dilakukan, observer diberikan pedoman teknis pengamatan dan cara mengisi lembar observasi yang akan digunakan. Proses pengamatan dengan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran yang berlangsung. Hasil analisis data lembar observasi keterampilan proses sains siswa dalam penelitian ini (Lampiran 2) disajikan dalam Tabel 4.1. Tabel 4.1 Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan Lembar Observasi Aspek Keterampilan Proses Sains
Persentase
Yang Di Amati
Rata-Rata (%)
No.
Kategori
1.
Mengajukan Pertanyaan
76,25
Baik
2.
Menyusun Hipotesis
67,75
Cukup
3.
Merencanakan Percobaan
80,50
Baik
4.
Menggunakan Alat dan Bahan
80,00
Baik
5.
Observasi
82,75
Baik
51
6.
Mengklasifikasikan
77,00
Baik
7.
Memprediksi
71,25
Cukup
8.
Interpretasi
75,00
Cukup
9.
Menerapkan Konsep
78,50
Baik
10.
Mengkomunikasikan
79,50
Baik
75,85
Baik
Jumlah
Berdasarkan Tabel 4.1, terdapat tujuh aspek KPS yang termasuk ke dalam kategori baik dan tiga aspek KPS termasuk kategori cukup. Adapun persentase rata-rata tertinggi terdapat pada aspek KPS observasi/ mengamati dengan persentase 82,75 %, sedangkan persentase rata-rata terendah terdapat pada aspek KPS berhipotesis dengan persentase rata-rata sebesar 67,75 %. keterampilan
proses
Nilai rata-rata hasil presentase dari seluruh aspek sains
siswa
adalah
75,85
%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kesepuluh keterampilan proses sains siswa tersebut muncul dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan lembar observasi dengan nilai rata-rata KPS diatas 60%. 2. Hasil Pengamatan Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan LKS Hasil analisis data keterampilan proses sains siswa pada lembar kerja siswa dalam penelitian ini (Lampiran 3) disajikan dalam Tabel 4.2. Tabel 4.2 Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan LKS No.
Aspek Keterampilan Proses Sains
Persentase
Yang Di Amati
Rata-Rata (%)
Kategori
1.
Mengajukan Pertanyaan
80,75
Baik
2.
Menyusun Hipotesis
67,50
Cukup
3.
Merencanakan Percobaan
81,75
Baik
4.
Menggunakan Alat dan Bahan
82,50
Baik
5.
Observasi
85,75
Baik
6.
Mengklasifikasikan
71,75
Cukup
7.
Memprediksi
68,25
Cukup
8.
Interpretasi
77,50
Baik
9.
Menerapkan Konsep
80,00
Baik
10.
Mengkomunikasikan
80,75
Baik
77,65
Baik
Jumlah
Berdasarkan Tabel 4.2, terdapat tujuh aspek KPS yang termasuk ke dalam kategori baik dan tiga aspek KPS kategori cukup. Adapun persentase rata-rata tertinggi terdapat pada aspek KPS observasi/ mengamati dengan persentase 85,75 %. Sedangkan persentase rata-rata terendah terdapat pada aspek KPS berhipotesis dengan persentase rata-rata sebesar 67,50 %. keterampilan
proses
Nilai rata-rata hasil presentase dari seluruh aspek sains siswa adalah
75,65
%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kesepuluh keterampilan proses sains siswa tersebut muncul dalam kegiatan pembelajaran berdasarkan LKS dengan rata-rata nilai KPS diatas 60%.
3. Hasil wawancara. Dalam penelitian ini, selain menggunakan data lembar observasi dan lembar kerja siswa, peneliti juga memperkuat data hasil penelitian dengan data wawancara. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan tertutup mengenai respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan problem solving IDEAL dan aspek keterampilan proses sains siswa yang muncul. Wawancara ini dilakukan dengan mewawancarai lima orang perwakilan masing-masing dari lima kelompok tersebut. Menurut kelima siswa yang diwawancara, kesepuluh indikator keterampilan
proses
sains
perlu
dikembangkan
dalam
kegiatan
pembelajaran dan praktikum. Hal ini menunjukkan bahwa dengan mengembangkan aspek tersebut, siswa bisa lebih kreatif mengembangkan ide-idenya dan proses memahami pembelajaran lebih cepat dari biasanya. Berdasarkan
pertanyaan
mengenai
respon siswa
terhadap
pembelajaran menggunakan problem solving IDEAL, kelima siswa tersebut menjawab senang mengikuti pembelajaran ini. Berikut uraian jawaban siswa: “…Ya, sangat senang. Karena belajar seperti ini sangat membantu kami mengetahui bentuk bahan-bahan kimia yang lain, seperti HCl, Na2SO4 (siswa 1,2) “...Ya, Senang. Dengan pembelajaran seperti ini kami mengetahui penggunaan alat-alat kimia seperti pipet dan lain-lain, dan larutan jika dicampurkan akan bereaksi (siswa 3) “ ...Ya, Senang. Kami dapat membedakan larutan kimia yang 1M, 2M dan 3M”(siswa 4,5) Selain pertanyaan diatas, peneliti juga menanyakan tentang kegiatan pembelajaran ini membantu mereka atau tidak dalam mengerti dan memahami materi laju reaksi. Empat siswa menyatakan bahwa pembelajaran ini sangat membantu untuk memahami secara jelas materi laju reaksi. Meskipun demikian, salah satu siswa menyatakan bahwa ada beberapa hal yang belum ia fahami, diantaranya adalah kesulitan dalam membuat grafik, “...Ya, sangat membantu kami memahami secara jelas materi laju reaksi. Bisa mencocokan teori dengan keadaan yang sebenarnya. Karena
setelah
pembelajaran
dilanjutkan
dengan
kegiatan
praktikum” ( siswa 4) “…ya, sangat membantu, tetapi saya sulit dalam membuat grafik laju reaksi” ( siswa 5) Berdasarkan pertanyaan diatas, menunjukkan bahwa adanya respon positif dari siswa dengan model pembelajaran Problem Solving
IDEAL. Hal ini yang membuat siswa aktif dan senang mengikuti pembelajaran, sekelompoknya
karena
setelah
pada
waktu
melakukan
diskusi
pembelajaran
di
dengan
kelas,
lalu
teman siswa
mengaplikasikan apa yang telah di dapatkan dalam diskusi dengan melakukan praktikum di laboratorium. Sehingga kegiatan yang mereka lakukan menjadi lebih bermakna dan mereka lebih memahami materi pelajaran. Para peserta didik harus dilatih tentang cara memecahkan masalah dengan mengembangkan kemampuan berfikir yang terarah untuk menghasilkan gagasan mengenai berbagai kemungkinan memecahkan masalah tersebut, dalam kaitannya dengan upaya mencapai tujuan.1 Pertanyaan kemungkinan
lain
kesulitan
yang
ditanyakan
yang dihadapi
peneliti
oleh
adalah
tentang
dalam
proses
siswa
pembelajaran. Dua responden menjawab tidak ada kesulitan. Salah satunya beralasan bahwa ia selalu bertanya kepada teman yang lebih tahu atau kepada guru ketika ia menemukan kejanggalan atau masalah. Tiga siswa yang lain menyatakan bahwa mereka kesulitan dalam melakukan praktikum. kesulitan itu diantaranya pada penimbangan, penggunaan pipet tets, membaca batas ukur, dan berdiskusi dengan teman kelompok. Berikut uraian jawaban siswa: “…ya,
saya
menemukan
kesulitan.
Kesulitan
saya
ketika
melakukan penimbangan yaitu dalam membaca skala, setelah tiga kali dalam menimbang hasilnya selalu berbeda”(siswa 3) “…ya,
saya
kesulitan
dalam
menggunakan
pipet tetes,dan
membaca batas ukur pada larutan”(siswa 4) “ya, kesulitan dalam berdiskusi dengan teman kelompok yang kurang kooperatif”(siswa 5) Berdasarkan jawaban siswa diatas mengenai kesulitan siswa, ada beberapa faktor yang mungkin terjadi, diantaranya faktor dari diri siswa
1
Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), h. 152
sendiri, faktor lingkungan dan faktor guru yang kurang memperhatikan semua siswa. Pada saat wawancara, peneliti menanyakan juga pertanyaan tentang aspek keterampilan proses sains siswa yang muncul pada saat kegiatan pembelajaran dikelas maupun pada saat praktikum. Fungsinya, peneliti ingin mengetahui sejauh mana aspek-aspek tersebut muncul dan aspek apa saja yang dominan muncul. Dalam kegiatan praktikum ini, ada beberapa keterampilan yang dinilai, diantaranya: mengajukan pertanyaan, menyusun hipotesis, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan,
observasi,
mengklasifikasikan,
memprediksi,
interpretasi,
menerapkan konsep, dan mengkomunikasikan, dari sekian keterampilan tersebut
menurutmu
keterampilan
apa yang
keterampilan apa yang dapat kamu kembangkan.
sangat
penting,
dan
Kelima siswa tersebut
menyatakan bahwa semua aspek keterampilan proses sains siswa penting untuk dimiliki dan diterapkan dalam diri siswa, dan keterampilan
yang
dapat dikembangkan menurut lima siswa tadi berbeda-beda. Uraian jawaban mereka adalah sebagai berikut: “…..keterampilan merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, observasi, memprediksi, menerapkan konsep, dan mengkomunikasikan”(siswa 1) “…..keterampilan
mengajukan
pertanyaan,
merencanakan
percobaan, menggunakan alat dan bahan, observasi, memprediksi, dan menerapkan konsep ”(siswa 2) “…..keterampilan merencanakan percobaan, menggunakan alat dan
bahan,
observasi,
menerapkan
konsep,
dan
mengkomunikasikan ”(siswa 5) Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan observer dari pertanyan
diatas,
bahwa
siswa
SMA
8
Muhammadiyah
Ciputat
kemampuannya heterogen. Hal inilah yang membuat siswa saling melengkapi diantara kelompoknya.
Selain
pertanyaan-pertanyaan
diatas,
siswa
juga
diminta
pendapatnya tentang motivasi mereka dalam meningkatkan kreatifitas melakukan pembelajaran model problem solving yang telah dilaksanakan. Kelima
siswa
menyatakan
bahwa
pembelajaran
problem
solving
memotivasi mereka untuk lebih kreatif. Beberapa alasan yang memotivasi mereka diantaranya kesukaan mereka terhadap praktikum dan diskusi. Uraian jawaban mereka adalah sebagai berikut: “….Pembelajaran problem solving sangat memotivasi saya lebih leluasa dalam berfikir dan mengembangkan ide-ide kreatif saya, karena saya menyukai praktikum”(siswa 2) “…..Pembelajaran problem solving sangat menarik, karena saya menyukai diskusi, jadi ketika kegiatan diskusi saya senang bertukar
informasi
dengan
teman-teman
kelompok
yang
lain”(siswa 1) “…..Pembelajaran problem solving sangat menggugah pemikiran saya untuk mengembangkan ide-ide dan pemikiran saya baik dalam
diskusi
mapupun
praktikum.
karena
saya
menyukai
pembelajaran dengan praktikum dan diskusi”(siswa 5)
B. Pembahasan 1. Aspek Observasi Berdasarkan analisis hasil pengamatan melalui lembar observasi aspek keterampilan mengamati atau mengobservasi memiliki persentase rata-rata tertinggi yaitu 82,75 % dengan kategori baik dan hasil pengamatan yang terdapat dalam LKS juga memiliki nilai persentase tertinggi yaitu 85,75% (baik). Hal ini didukung dengan hasil wawancara, menunjukkan bahwa siswa sangat antusias dilibatkan langsung dengan aktifitas pembelajaran yaitu siswa harus mengamati satu persatu hasil reaksi dari konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis. Siswa merasa senang untuk membuktikan teori yang telah dipelajari dan rasa ingin tahu
untuk mengetahui reaksi kimia yang terjadi selama proses pengamatan yang berlangsung. Melakukan observasi atau mengamati merupakan keterampilan dengam penggunaan secara optimal dan proporsional seluruh alat indera untuk menggambarkan objek dan hubungan ruang waktu atau mengukur karakteristik fisik benda-benda yang diamati.2 Pada lembar observasi, aspek keterampilan proses sains mengamati/observasi yang diteliti dalam penelitian ini terdiri dari empat sub aspek yaitu mengamati hasil reaksi pada faktor konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis menggunakan indera yang tepat. Dari hasil pengamatan observer, siswa dapat membedakan larutan yang belum ditambahkan zat terlarut dan hasil larutan yang sudah ditambahkan zat terlarut, siswa juga dapat mengetahui hasil reaksi faktor yang mempengaruhi laju reaksi dari faktor konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis. Hal ini didukung karena sebelum melakukan kegiatan praktikum siswa dituntut untuk mengumpulkan informasi dan membaca materi seputar laju reaksi. Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa belum mencapai nilai maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan analisis peneliti ketika praktikum yang
menunjukkan
bahwa
tidak
semua
siswa
dapat
melakukan
pengamatan secara betul menggunakan indera yang mereka gunakan. Sebagian siswa hanya menggunakan indera penglihatan saja dalam observasi zat-zat yang direaksikan, mereka tidak merasakan dengan kulit sehingga tidak tahu adanya perubahan suhu atau tidak. Selain itu, mereka tidak mencoba mencium bau zat yang direaksikan. Minimnya penggunaan indera dalam proses pengamatan dapat mengurangi data-data yang dibutuhkan dalam percobaan atau praktikum.
2
h. 53
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta : Lembaga Penelitian UIN, 2009),
2. Aspek Menggunakan Alat dan Bahan Keterampilan menggunakan alat dan bahan sangat krusial untuk diperhatikan pada saat siswa melakukan praktikum, bahkan bisa dikatakan bahwa keterampilan ini sangat mempengaruhi kualitas praktikum yang sedang dilakukan. Berdasarkan analisis hasil pengamatan pada lembar observasi aspek keterampilan menggunakan alat dan bahan memiliki persentase 80,00% (baik) dan hasil pengamatan pada LKS memiliki nilai persentase 82,50% (baik). Hasil ini didukung oleh hasil wawancara dengan lima orang perwakilan siswa menunjukkan bahwa siswa sudah memiliki pengetahuan dasar tentang fungsi alat-alat dan bahan-bahan kimia karena sebelumnya siswa pernah melakukan praktikum di laboratorium. sehingga siswa tidak kaku lagi untuk menggunakan alat tersebut. Tetapi, tidak semua siswa memahami cara penggunaan alat dan bahan dengan baik, bahkan ada beberapa siswa yang kesulitan menggunakan neraca terutama dalam pembacaan skala dan menimbang. Ketika penimbangan bongkahan CaCO3, kesalahan yang muncul adalah beberapa siswa tidak menggunakan wadah untuk menampung zat, padahal sudah disediakan kaca arloji untuk digunakan sebagai wadah. Dimana hal ini dapat menyebabkan piringan pada neraca akan mengalami pengkaratan karena terkena zat-zat yang ditimbang. Keberhasilan
praktikum
pun bisa
dilihat
dari cara
siswa
menggunakan alat dan bahan pada saat siswa melakukan praktikum. Jika siswa tidak mampu atau salah menggunakan alat atau bahan praktikum maka akan sangat mempengaruhi hasil yang akan di peroleh. Oleh karena itu perlu ada keterampilan khusus dalam menggunakan alat atau bahan praktikum khususnya alat atau bahan kimia. Berdasarkan pengamatan peneliti, faktor yang mempengaruhi nilai yang dicapai siswa kurang maksimal adalah keterampilan siswa dalam menggunakan alat dan bahan masih kurang menguasai. Dalam hal
ini, beberapa siswa dalam mengambil larutan tidak menggunakan pipet tetes maupun pipet volum, tetapi langsung menuangkan ke gelas ukur dan ada juga yang langsung menuang ke dalam gelas kimia. Hal tersebut mengkhawatirkan tingkat keakuratan derajat meniskus jumlah mL larutan tidak sesuai. Kekurangan lain adalah membaca meniscus atau menentukan batas ukur suatu zat yang diukur. Siswa menggunakan meniscus atas dalam pembacaan skala pada alat ukur yang digunakan, dimana seharusnya menggunakan meniscus bawah. 3. Aspek Merencanakan Percobaan Keterampilan menyiapakan alat dan bahan merupakan aspek keterampilan dasar karena siswa diminta merencanakan dengan cara menentukan alat dan bahan yang akan digunakan untuk penyelidikan 3
tersebut.
Hasil
analisis
dan
pengamatan
melalui
lembar
observasi
menunjukkan bahwa aspek merencanakan percobaan memiliki nilai persentase
rata-rata
80,50 (Baik), sedangkan
aspek merencanakan
percobaan yang dianalisis melalui pengamatan dalam LKS memiliki persentase 81,75% (Baik). Hasil data wawancara menunjukkan bahwa siswa mampu menentukan dan mengambil alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum karena mereka menpunyai pengetahuan dasar mengenai fungsi dan kegunaan alat dan bahan-bahan kimia, sehingga memudahkan mereka untuk melakukan praktikum dalam menguji teori yang telah dipelajari yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Pada lembar observasi, keterampilan merencanakan percobaan yang diteliti terdiri dari dua sub aspek. Sub aspek yang pertama adalah menentukan alat dan bahan dan sub aspek yang kedua adalah menentukan prosedur kerja dalam praktikum. Kedua sub aspek ini merupakan bahan dasar untuk melakukan praktikum. Aspek pertama tergolong baik 3
Nuryani Y. Rustaman, dkk., Strategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang : UM PRESS, 2005), Cet. I, h. 81
dilakukan oleh siswa karena dalam hal ini siswa mampu menentukan alat dan bahan apa saja yang akan di gunakan dalam praktikum. Namun pada aspek kedua, beberapa siswa mengalami kesulitan dalam
menentukan
prosedur kerja praktikum. Berdasarkan saran guru bidang studi, peneliti memberikan prosedur/ langkah kerja kepada siswa untuk menyamakan persepsi dalam menentukan prosedur kerja praktikum faktor-faktor yang akan mempengaruhi laju reaksi. 4. Aspek Mengkomunikasikan Hasil analisis dan hasil pengamatan pada lembar observasi, keterampilan proses sains siswa aspek mengkomunikasikan memiliki nilai dengan persentase 79,50% (baik), sedangkan pada lembar kerja siswa memperoleh nilai persentase 80,75% (baik). Hasil tersebut didukung dengan data wawancara menunjukkan bahwa siswa merasa senang untuk melakukan diskusi, karena siswa ingin bertukar fikiran dengan kelompok lain dan membandingkan hasil pengamatan yang ia peroleh dengan teman sekelompoknya maupun dengan kelompok lain Sebagaimana
menurut
Rustaman,
dkk.
keterampilan
berkomunikasi adalah menginformasikan hasil pengamatan, hasil prediksi, dan hasil percobaan kepada orang lain. Bentuk komunikasi ini bisa dalam bentuk lisan, tulisan, gambar, grafik, tabel dan diagram, jenis komunikasi dapat berupa paparn sistemik (laporan) atau transformasi parsial.4 Keterampilan mengkomunikaiskan dalam penelitian ini terdiri dari mendiskusikan hasil pengamatan, membuat tabel, grafik pengamatan dan membuat laporan praktikum. Adapun penjelasan mengenai sub aspek tersebut adalah sebagai berikut : a. Mendiskusikan Hasil Pengamatan Pada saat pembelajaran, tampak adanya kegiatan saling tukar menukar informasi dengan anggota sesama kelompok dan kelompok
4
Rustaman, op. cit., h. 53
lain. Hal ini menunjukkan adanya komunikasi yang bagus antara kelompok satu dengan kelompok yang lain. Setelah mendapatkan hasil praktikum, semua kelompok melakukan diskusi mengenai hasil praktikum dan olah data hasil praktikum. b. Membuat Tabel dan Grafik Hasil Pengamatan Setelah mendapatkan hasil praktikum, siswa merangkainya ke dalam bentuk tabel dan grafik hasil pengamatan. Dalam hal ini kemampuan siswa sudah cukup baik dalam membuat tabel dan grafik hasil pengamatan. Tabel tersebut menggambarkan hasil dari praktikum faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, diantaranya adalah faktor konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis. Tabel pengamatan praktikum laju reaksi berisikan nama larutan/zat, konsentrasi zat (M), suhu reaksi (T), waktu reaksi (t), dan laju reaksi (v). tabel pengamatan siswa pada praktikum laju reaksi memiliki komponen-komponen seperti yang telah disebutkan di atas. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada praktikum ini siswa sudah mampu mengkomunikasikan hasil praktikum dengan membuat tabel yang baik. Sedangkan pada grafik faktor laju reaksi pada kordinat (sumbu y) merupakan faktornya dan pada sumbu x merupakan waktu reaksinya. c. Membuat Laporan Praktikum Laporan ini dapat berupa tulisan atau rekaman praktikum. Dalam hal ini siswa menggunakan tulisan dalam membuat laporan hasil praktikum.
Pada
sub
aspek
ini
siswa
mengalami
penurunan,
dikarenakan ada beberapa siswa tidak melengkapi secara keseluruhan apa yang terdapat dalam lembar kerja siswa dan ada juga beberapa siswa yang kurang benar menjawab soal yang terdapat dalam LKS. Membuat laporan hasil praktikum merupakan hal yang sudah lazim dilakukan ketika telah menyelesaikan praktikum, penyusunan laporan merupakan hasil pemikiran dan hasil perbuatan ketika sebelum
dan sesudah melakukan praktikum, dan dipengaruhi oleh keterampilan proses sains siswa seperti mengamati, memprediksi, menerapkan konsep dan melakukan percobaan dan yang lainnya. Apabila data yang dihasilkan kurang relevan atau salah maka nilai-nilai dalam laporan praktikum akan berkurang dan salah fatal. Kecuali siswa menjelaskan kekurangan-kekuranagn kenapa hasil tersebut dapat terjadi. 5.
Aspek Menerapkan Konsep Pada lembar observasi yang diamati dalam penelitian ini, ada dua sub aspek keterampilan proses sains siswa, diantaranya adalah sub aspek menggunakan alat dan bahan dan sub aspek perhitungan. Konsep perhitungan yang dimaksud adalah menghitung laju reaksi faktor konsentrasi, faktor luas permukaan, faktor suhu dan faktor katalis. Pada faktor ini siswa diharuskan menerapkan atau mengaplikasikan konsepkonsep yang telah dipelajari pada kegiatan pembelajaran di kelas maupun praktikum di laboratorium. Dengan melihat kualitas keterampilan ini, seorang guru dapat menilai sejauh mana siswa memahami konsep yang telah diajarakan dan sejauh mana pengaplikasian konsep tersebut. Keterampilan ini menjadi penunjang dalam memantapkan dan mengembankan konsep atau prinsip yan telah dimiliki oleh siswa. Penjelasan mengenai kedua sub aspek tersebut adalah sebagai berikut : a. Konsep menggunakan alat Hasil observasi menunjukkan bahwa sub aspek menggunakan alat mengarah
pada
pemakaian
alat
seperti
menggunaan
neraca,
menggunakan termometer, mereaksikan zat dan lain-lain. Pada praktikum
ini,
siswa
menerapkan
konsep
yang
baik
dalam
menggunakan alat dan bahan praktikum. Siswa mensterilisasi alat yang akan dipakai dalam praktikum. Dan siswa juga mencuci kembali alat yang sudah digunakan. Selebihnya siswa sudah mengetahui cara menggunakan alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum.
b. Konsep perhitungan Berdasarkan data hasil observer, keterampilan proses sains siswa konsep perhitungan mengalami kenaikan. Konsep perhitungan yang dimaksud seperti perhitungan molaritas (M), pengenceran, dan hasil laju reaksi. Pada perhitungan laju reaksi faktor suhu dan katalis mengalami
penurunan,
hal
ini
disebabkan
karena
minimnya
pencatatan dan pengamatan mengenai hasil observasi yang mereka lakukan dalam praktikum. Berdasarkan
analisis dan hasil pengamatan
melalui lembar
observasi aspek keterampilan menerapkan konsep memiliki nilai dengan persentase yaitu 78,50 % (baik), sedangkan hasil pengamatan yang terdapat dalam LKS aspek keterampilan menerapkan konsep memiliki nilai persentase yaitu 80,00% (baik). Hasil tersebut didukung dengan data pada wawancara, siswa pada aspek ini sudah memahami secara teknis namun dalam aplikasinya ada beberapa siswa yang melakukannya kurang tepat dan benar, seperti penggunaan neraca untuk menimbang dan penggunaan termometer. siswa merasa kesulitan dalam penggunaan neraca,
membaca
skala
dan
pada
termometer
siswa
kelupaan
menggunakan benang untuk menjadi pegangan pada saat melakukan praktikum faktor laju reaksi suhu. Selain itu, dalam melakukan perhitungan ada beberapa siswa yang salah dalam menjumlahkan dikarenakan kurangnya ketelitian siswa dalam menghitung atau ketika menggunakan stopwatch. 6. Keterampilan Bertanya Berdasarkan analisis dan hasil pengamatan
melalui lembar
observasi aspek keterampilan bertanya memiliki nilai dengan
persentase
yaitu 76,25 % (baik), sedangkan hasil analisis dan pengamatan yang terdapat dalam LKS aspek keterampilan bertanya memiliki nilai dengan persentase yaitu 80,75% (baik).
Pada aspek ini, siswa cukup aktif bertanya jika ada hal-hal yang mereka kurang mengerti baik ketika diskusi maupun secara personal kepada guru yang bersangkutan. Disamping itu, ada beberapa siswa yang masih ragu dan malu untuk bertanya, dikarenakan siswa masih merasa canggung untuk bertanya kepada guru. Hal ini terjadi disebabkan ketika proses pembelajaran sehari-hari kurangnya melakukan diskusi. Jadi, beberapa siswa ada yang beranggapan cukup menerima pelajaran yang diberikan oleh guru. Oleh karena itu, sebelum pembelajaran dimulai siswa dituntut untuk memahami konsep dasar materi yang akan dibahas. Pada lembar observasi, yang diteliti dari penelitian ini terdiri dari dua sub aspek. Sub aspek yang pertama adalah bertanya untuk meminta penjelasan dan sub aspek yang kedua adalah mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. Pada sub aspek bertanya untuk meminta penjelasan memiliki nilai presentase yang paling tinggi dibandingkan dengan sub aspek mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. Bertanya untuk meminta penjelasan merupakan hal yang mudah dilakukan oleh siswa, karena siswa dapat bertanya apa saja yang belum mereka mengerti tentang materi yang sedang diajarkan. Sedangkan sub aspek mengajukan pertanyaan muncul dengan presentase yang rendah karena sub aspek ini membutuhkan pengetahuan yang lebih mendalam tentang materi yang sedang di kaji dikelas. Oleh karena itu, sebelum pembelajaran dimulai siswa dituntut untuk memahami konsep dasar materi yang akan dibahas, sehingga nantinya siswa akan mampu untuk membayangkan hal yang yang akan kemudian mereka pertanyakan. 7. Aspek Interpretasi Keterampilan aspek interpretasi meliputi keterampilan mencatat hasil pengamatan dengan bentuk angka-angka, menghubungkan hasil pengamatan, menemukan pola keterarutan dari satu pengamatan hingga
memperoleh kesimpulan.5 Sub aspek yang di teliti dalam penelitian ini adalah menggambarkan/ menterjemahkan data, membandingkan hasil pengamatan yang di dapatkan, dan menyimpulkan berdasarkan data percobaan yang di dapatkan. Ketiga aspek ini terdapat dalam lembar kerja siswa dan di analisis juga dalam lembar observasi. Siswa dituntut untuk melengkapi lembar kerja siswa yang telah disediakan. Aspek ini sangat penting untuk dilakukan, karena jika siswa tidak melakukannya hasil praktikum akan nihil. Aspek ini masih ada kesinambungan dengan aspek yang lain, diantaranya adalah aspek menerapkan konsep dan aspek mengkomunikasikan. Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan aspek interpretasi atau menafsirkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa data lembar observasi memiliki nilai persentase 75,00% (cukup), sedangkan hasil analisis dan pengamatan LKS menunjukkan bahwa aspek interpretasi memiliki nilai persentase 77,50% (cukup). Hasil ini juga didukung oleh data wawancara, beberapa siswa menyatakan bahwa mereka mengalami kesulitan pada sub aspek yang kedua yaitu membandingkan hasil pengamatan yang di dapatkan. Hal ini dikarenakan data yang mereka dapatkan belum lengkap sehingga untuk membandingkan data dengan praktikum dan kelompok yang lain menjadi kesulitan. Inilah yang membuat siswa belum bisa mengembangkan secara optimal aspek KPS interpretasi. 8. Aspek Mengklasifikasikan Berdasarkan
hasil
analisis
dan
pengamatan
aspek
mengklasifikasikan, menunjukkan bahwa hasil data lembar observasi memiliki nilai dengan persentase 77,00% (baik) dan hasil analisis dari pengamatan LKS menunjukkan bahwa aspek mengklasifikasikan memiliki nilai dengan persentase 71,75& (cukup). Dalam hal ini, siswa selalu mencatat hal-hal yang penting dalam setiap apa yang ia dapatkan selama
5
Nuryani Y. Rustaman, hal. 53
kegiatan pembelajaran maupun praktikum. Dalam sub aspek yang kedua, siswa juga membandingkan data hasil pengamatan antara praktikum faktor laju reaksi yang pertama, kedua, ketiga dan yang keempat. Hal tersebut dilakukan untuk menguji teori yang sudah dipelajari selama proses kegiatan pembelajaran. Kedua aspek tersebut merupakan bagian dari LKS, dan siswa pun dituntut untuk melengkapi LKS yang telah diberikan. Berdasarkan
pendapat beberapa siswa, mereka
mengalami
kesulitan dalam membandingkan data hasil pengamatan yang dilakukan dengan hasil pengamatan lain, karena sedikitnya informasi yang dimilki siswa tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 9. Aspek Memprediksi Aspek
keterampilan
memprediksi
mencakup
keterampilan
mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan 6
suatu kecenderungan atau pola data yang sudah ada. Pada aspek ini, sebagian besar siswa memprediksi atau mengusulkan kejadian berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi kelompok sehingga praktikum yang dilakukan dapat berjalan dengan lancar. Siswa memperkirakan waktu reaksi pada saat larutan diberikan kondisi terhadap konsentrasi, suhu, luas permukaan dan katalis. Siswa memperkirakan waktu reaksi yang terjadi berdasarkan teori yang ia pelajari, hal ini mempermudah siswa memahami dengan cepat praktikum yang ia lakukan. Pada tahap ini dibutuhkan ketelitian ketika observasi dan ketepatan dalam membedakan dan membandingkan
hasil praktikum yang dilakukan siswa pada saat
praktikum di laboratorium. Berdasarkan
hasil
analisis
dan
hasil
pengamatan
aspek
memprediksi, menunjukkan bahwa hasil data lembar observasi memiliki nilai dengan persentase 71,75% (cukup) dan hasil analisis dari pengamatan LKS menunjukkan bahwa aspek memprediksi memiliki nilai persenatse
6
Zulfani, dkk., op. cit., h. 53
68,25% (cukup). Hasil ini juga didukung dengan data wawancara, ada beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memprediksi waktu reaksi, karena praktikum ini baru sekali dilakukan dan siswa merasa kurang memiliki informasi yang mendalam tentang materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Berdasarkan
hasil
analisis
dan
hasil
pengamatan
aspek
memprediksi, menunjukkan bahwa hasil data lembar observasi dan lembar kerja siswa memiliki nilai persentase rata-rata 69,75% dengan kategori cukup. Dalam aspek ini, beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memprediksi waktu reaksi. Hal ini terjadi, karena praktikum jarang dilakukan dan siswa merasa kurang memiliki informasi yang mendalam tentang materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. 10. Aspek Menyusun Hipotesis Aspek menyusun hipotesis merupakan aspek yang paling sedikit muncul dalam penelitian ini dilihat dari nilai persenatsenya. Hal ini dikarenakan pembuatan hipotesis berada di awal kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis dan pengamatan aspek menyusun hipotesis, menunjukkan bahwa hasil data lembar observasi memiliki nilai dengan persenatse 67,75% (cukup) dan hasil analisis dari pengamatan LKS menunjukkan bahwa menyusun hipotesis memiliki nilai dengan persentase 67,50% (cukup). Hal ini menunjukkan bahwa menyusun hipotesis tidaklah mudah, karena dalam berhipotesis siswa membutuhkan pengetahuan dasar tentang hal yang akan di kaji, oleh sebab itu siswa harus memahami konsep dasar materi yang di bahas dan membaca materi yang akan diajarkan terlebih dahulu. Pada aspek ini, siswa mengalami kesulitan dalam menyusun hipotesis, hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa untuk menyusun hipotesis di awal pembelajaran. Selain itu, beberapa siswa lain menyatakan belum membaca materi yang ditugaskan oleh guru sehingga pengetahuan siswa kurang luas dan kurang peka dengan keadaan sekitar.
Hipotesis adalah untuk menjelaskan beberapa hasil observasi, kejadian, atau hubungan. Ada hal penting yang harus diketahui dalam mengembangkan keterampilan proses ini, yakni gagasan/ pendapat bahwa hipotesis itu benar.7 Pada dasarnya hipotesis di rumuskan berdasarkan pengetahuan tentang apa yang sedang terjadi. Mewujudkan siswa untuk memiliki keterampilan berhipotesis memang tidaklah mudah, namun yang terpenting adalah guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan pada kondisi spesifik berdasarkan gagasan yang ada pada diri siswa. Berdasarkan data analisis kemampuan aspek keterampilan proses sains siswa diatas, menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan model problem solving IDEAL pada sistem laju reaksi kelas XI telah memunculkan keterampilan proses sains siswa. Dengan pembelajaran tersebut siswa merasa senang, tidak hanya mampu mengembangkan aspek psikomotorik tetapi aspek kognitif dan afektif siswa pun muncul. Pada dasarnya belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya, yang meliputi perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotorik), serta nilai dan sikap (afektif). Dalam hal ini, Slameto menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
7
8
Nuryani Y. Rustaman., op, cit.,h. 84 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta : Rineka Cipta, 2010), Cet. V, h. 2 8
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifkasi kemampuan keterampilan proses sains yang dimiliki oleh siswa SMA Muhammadiyah 8 Ciputat dan mengetahui keterampilan proses yang lebih dominan muncul pada kegiatan pembelajaran menggunakan model problem solving dan kegiatan praktikum di laboratorium. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab IV, maka diperoleh kesimpulan, yaitu sebagai berikut : 1. Secara umum, kemampuan keterampilan proses sains siswa memperoleh nilai dengan rata-rata baik. Keterampilan mengamati, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengkomunikasikan, menerapkan konsep, dan mengklasifikasikan termasuk ke dalam kategori baik. Sedangkan mengajukan pertanyaan, memprediksi, interpretasi, dan menyusun hipotesis termasuk ke dalam kategori cukup. 2. Keterampilan proses sains yang paling dominan muncul adalah keterampilan mengobservasi/ mengamati memiliki persentase 82,75% dengan kategori baik.
B. SARAN 1. Keterampilan proses sains menyusun hipotesis perlu ditingkatkan dengan cara menanamkan pemahaman dasar ketika di awal pembelajaran. Upaya tersebut dilakukan agar siswa dapat mengembangkan ide-ide kreatif ketika diskusi dan praktikum di laboratorium.
70
71
2. Keterampilan proses sains menggunakan alat dan bahan merupakan hal yang paling krusial dalam praktikum. Oleh karena itu disarankan sebelum praktikum dimulai, siswa diberikan pengantar kegunaan dan fungsi alat dan bahan percobaan yang akan digunakan. Hal ini dilakukan karena keberhasilan praktikum terletak pada aspek KPS menggunakan alat dan bahan.
DAFTAR PUSTAKA
Akinyemi O. A. dan Folashade Afolabi. Analysis Of Science Process Skills In West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical Examinations In Nigeria, 2010 Ango, Mary L., Mastery Of Science Process Skills And Their Effective Use In The Teaching Of Scinec: An Educology Of Science In The Nigerian Context, Internasional Journal Of Educology, 2002. Arifin, Mulyati., dkk. Strategi Belajar Mengajar Kimia. Bandung: UPI. 2000 Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Jakarta: Rineka Cipta. 2010 BSNP. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas. 2006 Cahyana, Ucu., dkk. KIMIA untuk SMA dan MA kelas XI. Jakarta: Piranti Darma kalokatama. 2007. Cardellini, Liberato., Fostering Creative Problem Solving In Chemistry Through Group Work. 2006 Colin Wood. The development of creative problem solving in chemistry. 2006 Dahar, Ratna Wilis., Teori-Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga. 2011 Dimyati, Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. 2002 Djamarah, Syaiful Bahri. Stratgei Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Dwiyanti, Gebi dan Wiwi Siswaningsih. Keterampilan Proses Sains Siswa SMU Kelas II Pada Pembelajaran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum. 2005 Elvan, dkk. Effect Of Problem Solving Method On Science Process Skills And Academic Achievement. Journal Of Turkish Science Education. 2010 Hamalik, Oemar. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. 1999 Inherent Dikti, UUD RI No. 20 tahun 2003 tentang Sitem Pendidikan Nasional, dapat diakses di www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf.
72
Kampourakis, Constantions, dan Georgios Tsaparlis, A Study O Of Practical Of The Effect Of Practical Activity On Problem Solving In Chemistry, Chemistry Education : Research And Practive Vol 4, 2003 Kirkley, Jamie. Priciple For Teaching 2003.
Problem Solving. Plato Learning Inc.
Nitko, Anthony J. dan Susan M. B, “Educational Assessment Of Student”, Chapter Eleven. Prasetyo, Andi. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Jogjakarta: Diva Press. 2011. Purwanto, Ngalim. Prinsip – Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2010 Rosbiono, Momo. Teori Problem Solving Untuk Sains. Materi Diklat TOT Bidang Olimpiade Matematika Dan Sains. 2007. Rustaman, Y. Nuryani., dkk. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UNM Press. 2005 Salirawati, Das, dkk. Belajar KIMIA secara menarikuntuk SMA/MA kelas XI. Jakarta: Grasindo, 2007 Sanjaya, Wina. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Gruop. 2010. Sapriati, Amalia., dkk. Pembelajaran IPA di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. 2011 Semiawan, Conny., dkk. Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia. 1992 Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Subana, dkk. Dasar-dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia. 2001 Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009
Sudjiono, Anas. Pengantar Evaluasi pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2011 Sugiyono. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D. Bandung: Alfabeta, 2012 Susiwi, dkk. Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Pada Model Pembelajaran Praktikum D-E-H. Jurnal pengajaran MIPA Vol.14, 2009 Suyono, dkk. Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep Belajar. Bandung: Rosda. 2001 Trianto. Model pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara. 2010 Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2012 Wiriaatmadja, Rochiati. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 2009. Zulfiani, dkk. Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. 2009.
Lampiran 1 ( Perhitungan Ketrampilan Proses Sains Siswa) Data hasil observasi keterampilan proses sains siswa pada kegiatan praktikum dihitung nilai rata-rata dan persentase per keterampilan proses sains yang diamati menggunakan persamaan sebagai berikut: Rata-rata =
௨ ௨ ௨ ௪ ௨ ௪
Persentase (% ) =
௧ ିିି ௧ ௌ
x 100 %
ோ ௌ
Berdasarkan lampiran data observasi dan lembar kerja siswa, keterampilan proses sains maka didapatkan data sebagai berikut : KPS yang diamati (%) Praktikum 1.
1.
Rata-rata =
KPS 1
KPS 2
KPS 3
KPS 4
KPS 5
67,63
78,50
81,25
81,13
84,25
KPS 6
KPS 7
KPS 8
KPS 9
KPS 10
74,37
69,75
76,25
79,25
80,13
௨ " ௨ ௧ ௬ " ௨௨ ௪ ௨ ௪
= =
௨ ௌ ିିି ିି,ିି ିି
= 3,05 Persentase mengajukan pertanyaan = ோ =
௧ିିି௧ ௌ
ௌ
ି,ି ି
x 100 %
= 76,25 %
x 100 %
Lampiran 2
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
76
Nama Abi Elhariry M Ajeng Kartika A Alifa Indah S Arum P Bayu Dwi W Dewi Rafita N Dinda Inriani Dwi Nur R Eka Aprilia Erika Nurlinda Irma Uswah Juliana N M. Anwar M. Refky Nadesya T Nurhasanah B Nurlaila Nuryanti P Putri Sri H Restu Agung Sela Samsuri Shabrina Ch Siti Khunaefi Suhesti M Titi Ilma Tri Indah Try Aprilya uswatun H Via Yagi JUMLAH
Data Keterampilan Proses sains siwa Penilaian Lembar s asi SMA Muhammdiyah 8 tat Praktikum Laju si keterampilan proses sains yang diamati M' pertanyaan Menyusun hipotesis M' percobaan Menggunakan alat &bahan Rata2 Rata2 Rata2 1 2 1 2 3 1 2 1 2 3 4 3 3 3 2 2 3 2.33 3 3 3 2 3 4 3 4 3 3.5 3 3 2 2.67 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3.5 3 3 3 3 4 3 3.5 2 3 4 3 3 3 3 2 2 3 2.33 4 3 3.5 2 3 3 3 3 3 3 1 2 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3 2.67 3 4 2 2 3 3 3 4 3 3.5 3 3 3 3 4 3 3.5 2 4 4 4 3 2 2.5 3 2 3 2.67 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3.5 3 2 3 2.67 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 2.67 3 3 2 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 2 2.5 3 3 3 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 3.5 2 2 3 2.33 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 2 3 3 4 3 3.5 2 3 3 3 4 3 3.5 3 3 3 3 4 3 3.5 3 3 4 3 3 2 2.5 3 2 3 2.67 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3.5 2 2 3 2.33 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2.5 3 3 3 3 4 3 3.5 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3.33 4 4 4 3 3 4 4 3 2 2.5 2 2 3 2.33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2.33 3 3 3 2 4 3 3 4 3 3.5 4 3 3 3.33 4 3 3.5 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2.67 4 4 4 3 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3.5 3 2 3 2 4 3 3.5 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2.5 2 3 3 1.67 3 4 3.5 2 3 4 4 4 3 3.5 4 3 3 3.33 4 3 3.5 2 3 4 3 4 3 3.5 4 3 3 3 4 3 3.5 3 4 4 4 3.3667 2.8 3.05 2.9 2.567 2.9 2.71 3.5333 3.267 3.217 2.6 3.133 3.67 3.4
Rata2 3 3.5 3 2.75 3.5 2.75 3.5 3 3 3.5 3.5 3.25 2.75 3.5 2.75 3.25 3.25 3 3.25 3.5 3 3 3.5 3.5 3.5 3 3 3.25 3 3.75 3.2
Observasi Rata2 2 3 4 3.25 4 3 3 3 3.5 3 4 4 3 3.5 4 4 3 3 3.25 4 3 3 3 3.25 3 4 3 3 2.5 3 3 2 2 3.75 4 4 3 4 2.75 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3.75 4 3 4 4 3.75 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3.75 4 3 4 4 3.5 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3.5 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3.5 4 3 4 3 3.25 4 2 4 4 3.5 3 3 4 3 3.25 3 3 4 3 3.25 3 3 4 4 3.75 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3.25 3 3 4 3 3.5 4 3 3 3 2.75 3 2 4 4 3.5 3 3 3 4 3 3 2 4 4 3.75 4 3 3.63 3.4 3.3 2.87 3.3083 1
Lampiran 3
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Abi Elhariry M Ajeng Kartika A Alifa Indah S Arum P Bayu Dwi W Dewi Rafita N Dinda Inriani Dwi Nur R Eka Aprilia Erika Nurlinda Irma Uswah Juliana N M. Anwar M. Refky Nadesya T Nurhasanah B Nurlaila Nuryanti P Putri Sri H Restu Agung Sela Samsuri Shabrina Ch Siti Khunaefi Suhesti M Titi Ilma Tri Indah Try Aprilya uswatun H Via Yagi
JUMLAH
77
M'klasifikasikan Rata2 1 2 3 3 3 4 3 3.5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2.5 3 3 3 3 2 2.5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3.5 4 3 3.5 3 2 2.5 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2.5 4 3 3.5 3 3 3 3 3 3 4 3 3.5 3 3 3 3 3 3 4 3 3.5 4 3 3.5 3.267 2.871 3.083
Data Keterampilan Proses sains siwa Penilaian Lembar s asi SMA Muhammdiyah 8 tat Praktikum Laju si keterampilan proses sains yang diamati Menerapkan Konsep Memprediksi Interpretasi Rata2 Rata2 4 2 1 2 3 4 5 1 2 3 1 3 3 2 3 2 2.5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 4 4 2 3 3 2 2.5 2 2 3 2.333 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2.5 3 2 3 2.667 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 2.75 3 2 3 2.667 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3.5 3 3 4 3.333 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2.75 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 2.75 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2.25 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 2 3 3 2.75 2 3 3 2.667 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2.5 3 2 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2.5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 2.75 3 3 4 3.333 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3.25 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 2.5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2.75 3 2 3 2.667 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2.5 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3.5 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2.667 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2.5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3.5 4 3 4 3.667 3 4 4 3 4 3 3 3 2 2.75 4 3 4 3.667 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3.25 4 3 3 3.333 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2.667 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2.75 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3.25 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3.333 3 4 4 3 3 3.1 3 2.8 2.6 2.85 3.1 2.7 3.2 3 3.03 3.3 3.2 3.1 3.1
Rata2 3 3.8 3 3 3.2 2.8 3.6 3 3.2 3 3.6 3.2 2.8 3 3.4 3.4 3 3 2.8 3.4 3 3 3.6 2.8 3 3 3 3 3.2 3.4 3.14
Mengkomunikasikan 1 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 3 3 4 4
3.6
2
3
4
Rata2
3.25 3.5 3 2.75 3 2.75 3.25 3 3.25 3.25 2.75 3.25 3.5 3 3.75 3.5 3 3.25 2.75 3.5 2.75 3.5 3.75 3.25 3 3.25 2.75 3 3.25 3.5 3.2 3.1 2.8 3.175 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4
3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3
Lampiran 4
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Nama Abi Elhariry M Ajeng Kartika A Alifa Indah S Arum P Bayu Dwi W Dewi Rafita N Dinda Inriani Dwi Nur R Eka Aprilia Erika Nurlinda Irma Uswah Juliana N M. Anwar M. Refky Nadesya T Nurhasanah B Nurlaila Nuryanti P Putri Sri H Restu Agung Sela Samsuri Shabrina Ch Siti Khunaefi Suhesti M Titi Ilma Tri Indah Try Aprilya uswatun H Via Yagi JUMLAH
78 Data Keterampilan Proses sains siwa Penilaian L SMA Muhammdiyah 8 tat Praktikum Laju si keterampilan proses sains yang diamati Bertanya M' Hipotesis M' Percobaan M' Alat & Bahan Observasi M'klasifikasikan M'prediksi Interpretasi M' Konsep Berkomunikasi Rata2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2.8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3.3 3 2 3 3 4 3 2 3 3 3 2.9 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3.1 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3.3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3.4 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 3.1 3 2 3 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3.4 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2.6 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3.3 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3.1 3 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3.5 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2.8 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.1 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3.1 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2.8 4 3 3 4 4 2 3 3 4 3 3.3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2.7 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2.9 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3.6 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3.5 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2.9 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3.2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3.1 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3.4 3.233333 2.7 3.266666667 3.3 3.4333333 2.866666667 2.7333333 3.1 3.2 3.233333333 3.1067
Lampiran 5
REKAP HASIL WAWANCARA
Variabel Respon
siswa
Kisi-Kisi Pertanyaan
Kesimpulan jawaban siswa
1. Apakah
kamu
senang
1. Ya, sangat senang. Karena belajar
terhadap
belajar
kimia
disertai
seperti ini sangat membantu kami
pembelajaran
dengan
kegiatan
untuk mengetahui bentuk bahan-
dengan
praktikum?
Jelaskan
bahan kimia yang lain, seperti HCl,
model
problem solving
pendapatmu!
Na2SO4 dan lain-lain (siswa 1,2).
IDEAL
2. Ya, senang. Dengan pembelajaran seperti
ini
kami
mengetahui
penggunaan alat-alat kimia seperti pipet dan larutan jika dicampurkan akan bereaksi (siswa 3). 3. Ya,
Senang.
Kami
dapat
membedakan larutan kimia yang 1M, 2M dan 3M (siswa 4,5). 2. Bagaimana
kesanmu
1. Ya
sangat
senang,
karena
setelah mengikuti proses
pembelajaran ini sangat membantu
pembelajaran
kami lebih memahami materi laju
dengan
kimia
metode
yang
reaksi
telah saya ajarkan?
apalagi
contoh-contoh
disertai
dengan
nyata laju reaksi
dalam kehidupan (siswa 1,2,3,4) 2. Saya sangat senang, pembelajaran ini sangat membantu saya, apalagi pembelajaran
dengan
kelompok
bisa saling bertanya (siswa 5) 3. Apakah gurumu selalu mengadakan
1.
Ya, tapi tidak terlalu sering paling
kegiatan
hanya beberapa kali. Sebenarnya
praktikum pada proses
praktikum sangat membantu kami
pembelajaran?
memahami teori dalam materi kimia
tanggapanmu!
Apa
(siswa 1,2,3,4,5)
4.
Apakah pembelajaran ini menarik
menurutmu?
Jelaskan pendapatmu!
1. Ya, menarik. pembelajaran seperti ini
membantu
saya
memahami
materi laju reaksi dengan cepat karena
pembelajarannya
menghubungkan
dengan
kejadian
dalam kehidupan sehari-hari (siswa 2,3) 2. Ya,
menarik.
membantu
Pembelajaran
kami
mengenal
ini dan
belajar menggunakan alat-alat dan bahan kimia dengan benar (siswa 1,4,5) 5. Menurutmu, kegiatan ini
apakah pembelajaran
membantu
kamu
1. Ya,
sangat
memahami
membantu materi
kami
jelas
materi
secara laju reaksi. Bisa mencocokan
mengerti dan memahami
teori
materi laju reaksi?
sebenarnya,
dengan
pembelajaran
keadaan
yang
karena
setelah
dilanjutkan
dengan
kegiatan praktikum (siswa 1,2,3,4) 2. Ya, sangat membantu tapi saya sulit dalam membuat grafik laju reaksi (siswa 5) 6. Apakah menemukan selama
kamu
1. Ya,
menemukan
kesulitan.
kesulitan
Kesulitan saya ketika melakukan
praktikum
penimbangan yaitu dalam membaca
berlangsung? Jika “ya”
skala,
kesulitan apa yang kamu
menimbang hasilnya selalu berbeda
hadapi, jika “tidak” apa
(siswa 3)
alasanmu!
2. Ya,
setelah
saya
menggunakan
tiga
kali
kesulitan pipet
dalam
dalam
tetes
dan
membaca batas ukur pada larutan (siswa 4) 3. Ya,
kesulitan
dalam
berdiskusi
dengan
teman
kelompok
yang
kurang kooperatif (siswa 5) 4.
Sejauh ini tidak ada kesulitan yang sangat, paling hanya beberapa dan kami pun langsung bertanya jika ada kesulitan (siswa 1,2)
7. Menurutmu,
apakah
1. Ya, sangat efektif. Pembelajaran
pembelajaran seperti ini
seperti ini dapat membantu lebih
efektif untuk dilakukan?
memahami materi. Karena setelah
Berikan alasanmu!
pembelajaran dilakukan praktikum, jadi
kami
tidak
hanya
membayangkan tapi terjun langsung ke laboratorium (siswa 1,2,3,4, dan 5) Keterampilan proses
sains
yang muncul
1. Dalam
kegiatan
praktikum
ini,
beberapa yang
Semua keterampilan yang ibu sebutkan
ada
sangat penting, dan itu telah kami
keterampilan
dapatkan dari pembelajaran ibu ketika
saya
nilai,
diantaranya
:
dikelas
maupun
Adapun keterampilan yang dapat kami
mengajukan pertanyaan,
kembangkan adalah :
menyusun
1. Keterampilan
hipotesis,
dilaboratorium.
merencanakan
merencanakan
percobaan, menggunakan alat dan
percobaan,
bahan,
menggunakan alat dan
menerapkan
bahan,
mengkomunikasikan
observasi,
mengklasifikasikan,
observasi,
memprediksi,
konsep, (siswa
dan 1,3,
dan 4)
memprediksi,
2. Keterampilan
mengajukan
inrerpretasi, menerapkan
pertanyaan,
konsep,
percobaan, menggunakan alat dan
dan
merencanakan
mengkomunikasikan,
bahan, observasi, memprediksi, dan
dari sekian keterampilan
menerapkan konsep (siswa 2)
tersebut
menurutmu
keterampilan apa yang
3. Keterampilan
merencanakan
percobaan, menggunakan alat dan
sangat
penting?
keterampilan dapat
Dan
apa yang kamu
bahan,
observasi,
konsep,
dan
menerapkan
mengkomunikasikan
(siswa 5)
kembangkan? 2. Dengan
pembelajaran
1. Ya, dengan pembelajaran seperti
seperti ini, apakah kamu
ini, kami terangsang untuk bertanya
termotivasi
untuk
ketika kegiatan pembelajaran dan
membuat pertanyaan dan
praktikum dan kamipun ingin sekali
meningkatkan kreativitas
terus mencoba praktikum yang lain
kamu?
agar pengetahuan kami mengani
alasanmu!
Berikan
bahan, alat dan reaksi kimia lebih mendalam dan menguasai (siswa 1,2,3,4 dan 5)
Lampiran 6 Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa Praktikum Kimia Kelas X1 IPA Semester 1 2013/2014
Tujuan : Untuk memperoleh informasi mengenai keterampilan proses sains siswa dalam kegiatan praktikum
Petunjuk : Berilah chek list (√) pada kolom penilaian sesuai dengan hasil observasi Keterangan : 0 = kurang sekali, 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik, dan 5 = sangat baik.
Judul
: “Faktor Laju Reaksi”
Tanggal
:
Kelompok
:
Kelas
:
No.
Aspek KPS
Penilaian
Aspek KPS yang diamati 0
1.
Mengajukan pertanyaan
2.
Menyusun hipotesis
3.
Merencanakan
Bertanya untuk meminta penjelasan Mengajukan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis Membuat hipotesis/dugaan sederhana mengenai kegiatan praktikum yang dilakukan Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenarannya dengan memperoleh bukti Menentukan alat-alat dan
1
2
3
4
percobaan
4.
5.
6.
7.
bahan-bahan praktikum Mengambil alat-alat dan bahan-bahan praktikum Menggunakan alat Menggunakan neraca untuk dan bahan menimbang zat dengan baik dan benar Menggunakan alat ukur yang tepat dalam mengambil larutan volume tertentu Menggunakan termometer dengan baik dan benar Memasukan bahan ke dalam larutan dengan baik dan benar Observasi Mengamati hasil reaksi pada faktor konsentrasi dengan menggunakan indera yang tepat Mengamati hasil reaksi pada faktor luas permukaan dengan menggunakan indera yang tepat Mengamati hasil reaksi pada faktor suhu dengan menggunakan indera yang tepat Mengamati hasil reaksi pada faktor katalis dengan menggunakan indera yang tepat Mengklasifikasikan Mencatat setiap hasil pengamatan kedalam tabel Membandingkan data hasil pengamatan Memprediksi Memprediksi waktu reaksi jika diberikan kondisi terhadap konsentrasi Memprediksi waktu reaksi jika diberikan kondisi
8.
9.
10.
terhadap luas permukaan Memprediksi waktu reaksi jika diberikan kondisi terhadap suhu Memprediksi waktu reaksi jika diberikan kondisi terhadap katalis Interpretasi Menggambarkan/ menterjemahkan data Menghubungkan hasil pengamatan yang didapatkan Menyimpulkan berdasarkan data percobaan yang didapatkan Menerapkan konsep Mensterilisasi alat-alat praktikum Menghitung laju reaksi pada faktor konsentrasi Menghitung laju reaksi pada faktor luas permukaan Menghitung laju reaksi pada faktor suhu Menghitung laju reaksi pada faktor katalis Mengkomunikasikan Mendiskusikan hasil pengamatan Membuat tabel pengamatan Membuat grafik laju reaksi Membuat laporan Total hasil pengamatan
Ciputat,
Agustus 2013
Observer
Lampiran 7 LEMBAR KERJA SISWA Praktikum Kimia kelas X1 IPA Semester 1 2013/2014 “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI”
kelas
:
Kelompok
:
Tanggal
:
Anggota
:
FENOMENA “Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi”
Kamu tentu pernah mendengar kata laju bukan? Laju mempunyai padanan kata kecepatan, sering kamu dengar manakala seseorang mengoperasikan kendaraan. Misalnya motor Honda Spacy bergerak dengan kecepatan 60 km/jam, kecepatan rata-rata sepeda motor pembalap „Valentino Rosssi‟ pada pertandingan motor GP adalah 150 km/jam. Kecepatan/ laju yang dimaksud dalam kalimat ini tadi adalah jarak yang ditempuh tiap jam. Jadi motor Honda Spacy itu menempuh jarak 60 km dalam waktu 1 jam, dan sepeda motor Valentino Rossi menempuh jarak 150 km dalam waktu 1 jam. Wah... perbedaan jarak yang ditempuh sangat mencolok ya? Bukan hanya kendaraan saja yang mempunyai laju, ternyata reaksi kimia juga berjalan dengan laju yang berbeda-beda. Bila reaksi kimia ditinjau dari waktu terjadinya reaksi, maka ada reaksi yang berlangsung dengan cepat dan ada pula reaksi yang berlangsung dengan lambat, pernahkah kamu melarutkan garam kedalam air putih? garam akan lebih cepat larut (bereaksi) dalam air panas dibandingkan dengan garam yang dilarutkan dalam air dingin. Fenomena ini menunjukan bahwa ada perbedaan laju.
A. Berdasarkan Permasalahan diatas, tentukanlah rumusan masalahnya! Rumusan Masalah
B. Berdasarkan permasalahan dan rumusan masalah, tentukanlah! Hipotesis
C. D. E. F. G. H.
C. Buatlah
tujuan
praktikum
mempengaruhi laju reaksi!
A. B. C. D. E. F.
Tujuan
untuk
menentukan
faktor-faktor
yang
Alat-Alat
NAMA ALAT
JUMLAH
Tabung reaksi dan rak
5 buah
Stopwatch
1 buah
Ampelas
1 buah
Gelas kimia 100 mL
4 buah
Kertas putih yang diberi tanda X
1 lembar
Pembakar spiritus
1 buah
Kawat kasa
1 buah
Kaki tiga
1 buah
Termometer
1 buah
Neraca analisis
1 buah
Pipet tetes
5 buah
Botol semprot
1 buah
Pipet volume
1 buah
Gelas ukur
1 buah
Kaca arloji
1 buah
Tissue
Bahan-bahan
NAMA BAHAN
JUMLAH
Pita magnesium
3 potong ( 2 cm )
Larutan HCl 1 M, 2 M dan 3 M
@ 3 mL
Larutan HCl 0,1 M
25 mL
Larutan Na2S2O3 0,1 M
25 mL
Bongkahan pualam CaCo3 (bongkahan dan serbuk)
4 gram
Larutan Hidrogen peroksida ( H2O2 )
@ 25 mL
Larutan NaCl 0,1 M
Secukupnya
Larutan FeCl3 0,1 M
Secukupnya
D. Bagaimana
cara kalian melakukan
percobaan
untuk
mengetahui
konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis pada laju reaksi!
Langkah Percobaan Mengetahui pengaruh konsentrasi pada laju reaksi
Langkah Percobaan
Mengetahui pengaruh luas permukaan pada laju reaksi
pengaruh
Langkah Percobaan
Mengetahui pengaruh suhu pada laju reaksi
Langkah Percobaan Mengetahui pengaruh katalis pada laju reaksi
Data Hasil pengamatan
E. Isikanlah data hasil percobaan kalian pada tabel berikut.
Tabel 1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Tabel 2. Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
Tabel 3. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Tabel 4. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi
F. Evaluasi Jawablah pertanyaan di bawah ini! 1.
Buatlah grafik data hasil pengamatan dari pengaruh konsentrasi, suhu, luas permukaan dan katalis terhadap laju reaksi!
2.
Reaksi pada tabung manakah pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi yang paling cepat, jelaskan alasannya?
3. Apa yang berperan sebagai katalis pada percobaan ke empat?
0
4. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat jika temperatur dinaikkan 10 C, jika pada temperatur 30 0C reaksi berlangsung selama 4 menit, tentukan 0
lamanya reaksi pada temperatur 70 C.
5. Reaksi pada tabung manakah pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi yang paling cepat, jelaskan alasannya?
G. Kesimpulan Buatlah kesimpulan berdasarkan pengolahan data hasil pengamatan yang telah kalian ketahui!
Lampiran 7
Format Lembar wawancara WAWANCARA Variabel
Kisi-Kisi Pertanyaan
Respon siswa terhadap
1. Apakah kamu senang belajar kimia disertai dengan kegiatan
pembelajaran
dengan
model problem solving
praktikum? Jelaskan pendapatmu! 2. Bagaimana kesanmu setelah mengikuti proses pembelajaran
IDEAL
kimia dengan metode yang telah saya ajarkan? 3. Apakah gurumu selalu mengadakan kegiatan praktikum pada proses belajar? Apa tanggapanmu! 4. Apakah pembelajaran ini menarik menurutmu? Jelaskan pendapatmu! 5. Menurutmu, apakah kegiatan pembelajaran ini membantu kamu mengerti dan memahami materi laju reaksi? 6. Apakah kamu menemukan kesulitan selama praktikum berlangsung? Jika “ya” kesulitan apa yang kamu hadapi, jika “tidak” apa alasanmu! 7. Menurutmu, apakah pembelajaran seperti ini efektif untuk dilakukan? Berikan alasanmu!
Keterampilan
proses
1. Dalam kegiatan praktikum ini, ada beberapa keterampilan
sains yang muncul
yang saya nilai, diantaranya : mengajukan pertanyaan, menyusun menggunakan
hipotesis, alat
merencanakan dan
bahan,
percobaan, observasi,
mengklasifikasikan, memprediksi, inrerpretasi, menerapkan konsep, dan mengkomunikasikan, dari sekian keterampilan tersebut menurutmu keterampilan apa yang sangat penting? Dan keterampilan apa yang dapat kamu kembangkan? 2.
Dengan pembelajaran seperti ini, apakah kamu termotivasi untuk membuat pertanyaan dan meningkatkan kreativitas kamu? Berikan alasanmu!
Lampiran 9 Parameter/ Rubrik Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa Praktikum Kimia Kelas X1 IPA Semester 1 2013/2014
No. 1.
Mengajukan Pertanyaan Mengajukan pertanyaan
Aspek-Aspek Penilaian
Skala Penilaian
Bertanya mengenai hal-hal
0. Siswa tidak bertanya
yang berkaitan dengan
1. Siswa bertanya mengenai alat dan bahan
praktikum
2. Siswa bertanya mengenai alat dan bahan, serta prosedur 3. Siswa bertanya mengenai alat dan bahan, prosedur, hal-hal yang diamati 4. Siswa bertanya mengenai alat dan bahan, prosedur, hal-hal yang diamati dan analisa data
2.
Menyusun hipotesis
Membuat penjelasan atau
0. Siswa tidak menyusun hipotesis
kesimpulan sementara
1. Siswa tidak menyusun hipotesis namun menjelaskan apa yang
mengenai kegiatan praktikum yang dilakukan
akan di lakukan 2. Siswa menyusun hipotesis tanpa mampu untuk menjelaskan 3. Siswa menyusun hipotesis dengan penjelasan kurang tepat 4. Siswa menyusun hipotesis dengan penjelasan yang tepat
3.
Merencanakan percobaan
Menentukan dan mengambil alat dan bahan praktikum
0. Siswa tidak menentukan dan mengambil 2 alat dan 2 bahan yang diperlukan
1. Siswa tidak menentukan dan mengambil 4 alat dan 2 bahan yang diperlukan 2. Siswa tidak menentukan dan mengambil 8 alat dan 4 bahan yang diperlukan 3. Siswa menentukan dan mengambil 8 alat dan 4 bahan yang diperlukan 4. Siswa menentukan dan mengambil semua alat dan bahan yang diperlukan dengan tepat 4.
Menggunakan alat dan
Menggunakan alat ukur yang
0. Siswa langsung menuang larutan ke dalam gelas kimia
bahan
tepat dalam mengambil larutan
1. Siswa menggunakan gelas kimia untuk mengambil larutan dan
dengan volum tertentu
memindahkan larutan 2. Siswa menggunakan
gelas kimia dan pipet tetes untuk
mengambil larutan dan memindahkan larutan 3. Siswa menggunakan gelas ukur dan pipet tetes untuk mengambil larutan dan memindahkan larutan 4. Siswa menggunakan pipet volum dengam bulp untuk mengambil larutan dan memindahkan larutan Menggunakan neraca untuk
0. Siswa tidak mengkalibrasi neraca
menimbang zat dengan baik
1. Siswa mengkalibrasi neraca namun tidak menggunakan kaca
dan benar
arloji atau wadah untuk menimbang 2. Siswa mengkalibrasi neraca, menimbang kaca arloji, rapi dalam
menimbang tapi menggunakan tangan untuk mengeser tangan neraca 3. Siswa
mengkalibrasi
neraca,
menimbang
kaca
arloji,
menggunakan alat bantu tapi tidak rapi dalam menimbang zat 4. Siswa
mengkalibrasi
terlebih
dahulu,
menimbang
keca
arloji/wadah lain dan menggunakan alat bantu (spatula) untuk mengeser tangan neraca, rapi dalam menimbang zat Menggunakan termometer
0. Siswa tidak menggunakan termometer
dengan baik dan benar
1. Siswa memegang badan termometer dan ujungnya menyentuh dinding gelas kimia 2. Siswa memegang badan termometer 3. Siswa menggantung termometer dengan tali/karet 4. Siswa menggantung termometer dengan statif
5.
Observasi
Mengamati hasil reaksi pada
0. Siswa tidak melakukan pengamatan
faktor konsentrasi dengan
1.
menggunakan indera yang tepat
Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan naun tidak membandingkannya dengan tabung lain dan mencatatnya.
2. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba, namun tidak membandingkan dengan tabung lain dan mencatatnya. 3. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba,
membandingkan
dengan
tabung
lain
dan
tidak
mencatatnya. 0. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba, membandingkan dengan tabung lain dan mencatatnya. Mengamati hasil reaksi pada
4. Siswa tidak melakukan pengamatan
faktor luas permukaan dengan
5.
menggunakan indera yang tepat
Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan naun tidak membandingkannya dengan tabung lain dan mencatatnya.
6. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba, namun tidak membandingkan dengan tabung lain dan mencatatnya. 7. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba,
membandingkan
dengan
tabung
lain
dan
tidak
mencatatnya. 8. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba, membandingkan dengan tabung lain dan mencatatnya. Mengamati hasil reaksi pada
0. Siswa tidak melakukan pengamatan
faktor suhu dengan
1. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dan tanda x pada kertas
menggunakan indera yang
dengan penglihatan dan peraba, namun salah mengukur waktu
tepat
dan tidak mencatatnya. 2. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dan tanda x pada kertas dengan penglihatan dan peraba, mencatatnya namun salah menetukan waktu reaksi.
3. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dan tanda x pada kertas dengan penglihatan dan peraba, menentukan waktu dengan benar namun tidak mencatatnya. 4. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dan tanda x pada kertas dengan penglihatan dan peraba, menetukan waktu reaksi dengan tepat dan mencatatnya. Mengamati hasil reaksi pada
0. Siswa tidak melakukan pengamatan
faktor katalis dengan
1.
menggunakan indera yang tepat
Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan naun tidak membandingkannya dengan tabung lain dan mencatatnya.
2. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba, namun tidak membandingkan dengan tabung lain dan mencatatnya. 3. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba,
membandingkan
dengan
tabung
lain
dan
tidak
mencatatnya. 4. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba, membandingkan dengan tabung lain dan mencatatnya. 6.
Mengklasifikasikan
Mencatat setiap hasil
0. Siswa tidak mencatat
pengamatan
1. Siswa mencatat prkatikum yang pertama 2. Siswa mencatat praktikum yang pertama dan kedua 3. Siswa mencatat praktikum pertama, kedua dan ketiga
4. Siswa mencatat praktikum pertama, kedua, ketiga dan keempat. Membandingkan data hasil
0. Siswa tidak membandingkan data dengan kelompok lain
pengamatan
1. Siswa membandingkan data dengan 1 kelompok lain 2. Siswa membandingkan data dengan 2 kelompok lain 3. Siswa membandingkan data dengan 3 kelompok lain 4. Siswa membandingkan data dengan 4 kelompok lain
7.
Memprediksi
Memprediksi waktu reaksi jika
0. Siswa tidak mencatat seluruh hasil pengamatan
diberikan kondisi konsentrasi,
1. Siswa tidak mencatat waktu reaksi
luas permukaan, suhu dan
2. Siswa tidak mencatat pengamatan reaksi (awal dan akhir reaksi)
katalis yang berbeda
3. Siswa tidak membedakan hasil rekasi dengan tabung yang lain. 4. Siswa mencatat seluruh hasil pengamatan.
8.
interpretasi
Menghubungkan hasil
0. Siswa tidak menghubungkan hasil pengamatan
pengamatan yang didapatkan
1. Siswa menghubungkan hasil percobaan saja. 2. Siswa menghubungkan hasil percobaan dengan data kelompok lain 3. Siswa menghubungkan masing-masing hasil pengamatan saja 4. Siswa menghubungkan hasil pengamatan dengan konsep materi
Menyimpulkan berdasarkan
0. Siswa tidak menyimpulkan hasil percobaan
data percobaan yang
1. Siswa menyimpulkan namun kesimpulannya kurang tepat
didapatkan
2. Siswa menyimpulkan tanpa dengan alasan 3. Siswa menyimpulkan dengan alasan yang kurang jelas
4. Siswa menyimpulkan dengan hasil pengamatan 9.
Menerapkan konsep
Mensterilisasi alat-alat
0. Siswa tidak mensterilisasi alat
praktikum
1. Siswa mencuci alat tanpa sabun dan tanpa mengeringkannya 2. Siswa mencuci alat dengan sabun tanpa mengeringkannya 3. Siswa
mencuci
alat
tanpa
menggunakan
sabun
lalu
mengeringkannya 4. Siswa mencuci alat dengan sabun lalu mengeringkannya. Menghitung laju reaksi pada
0. Siswa tidak menghitung laju reaksi
faktor konsentrasi
1.
Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, namun siswa tidak menghitungnya.
2. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi dan menghitung dengan benar namun kurang tepat dalam menentukan waktu reaksi. 3. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, menentukan waktu reaksi dengan tepat namun salah dalam perhitungan. 4. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, menentukan waktu reaksi dengan tepat dan menghitung dengan benar Menghitung laju reaksi pada
0. Siswa tidak menghitung laju reaksi
faktor luas permukaan
1. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, namun siswa tidak menghitungnya. 2. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi dan menghitung
dengan benar namun kurang tepat dalam menentukan waktu reaksi. 3. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, menentukan waktu reaksi dengan tepat namun salah dalam perhitungan. 4. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, menentukan waktu reaksi dengan tepat dan menghitung dengan benar Menghitung laju reaksi pada
0. Siswa tidak menghitung laju reaksi
faktor suhu
1.
Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, namun siswa tidak menghitungnya.
2. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi dan menghitung dengan benar namun kurang tepat dalam menentukan waktu reaksi. 3. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, menentukan waktu reaksi dengan tepat namun salah dalam perhitungan. 4. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, menentukan waktu reaksi dengan tepat dan menghitung dengan benar Menghitung laju reaksi pada
0. Siswa tidak menghitung laju reaksi
faktor katalis
1. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, namun siswa tidak menghitungnya. 2. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi dan menghitung dengan benar namun kurang tepat dalam menentukan waktu
reaksi. 3. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, menentukan waktu reaksi dengan tepat namun salah dalam perhitungan. 4. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, menentukan waktu reaksi dengan tepat dan menghitung dengan benar 10.
Mengkomunikasikan
Membuat tabel pengamatan
0. Siswa tidak membuat tabel pengamatan 1. Siswa membuat tabel pengamatan tanpa menuliskan reaksi, waktu reaksi, dan komponen zat yang tidak lengkap. 2. Siswa membuat tabel pengamatan tanpa konsentrasi larutan dan luas permukaan 3. Siswa membuat tabel pengamatan tanpa menuliskan reaksi 4. Siswa membuat tabel pengamatan dengan lengkap (gelas kimia 1-4, komponen zat dengan konsentrasinya, reaksi dan waktu reaksi)
Membuat grafik laju reaksi
0. Siswa tidak membuat grafik percobaan 1. Siswa membuat grafik percobaan benar, namun tidak lengkap dan tidak rapih 2. Siswa membuat grafik percobaan benar, rapih namun tidak lengkap 3. Siswa membuat grafik percobaan lengkap dengan benar namun rapih.
4. Siswa membuat grafik percobaan dengan lengkap, benar dan rapi Membuat laporan
0. Siswa tidak membuat laporan sementara. 1. Siswa membuat laporan sementara namun tidak lengkap dan tidak sistematis. 2. Siswa membuat laporan sementara dengan lengkap namun tidak sistematis. 3. Siswa membuat laporan sementara dengan sistematis namun tidak lengkap. 4. Siswa memb.uat laporan sementara dengan lengkap dan sistematis
Ciputat,
Agustus 2013
Validator
3.
’
“ ” “
“
” “ ”
”
“
” “
“
”
“
“ ” ”
“ “
”
”
“ “ ” ”
“
“ ”
”
Hasil lembar observasi
Lampiran 7 LEMBAR KERJA SISWA Praktikum Kimia kelas X1 IPA Semester 1 2013/2014 “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI”
kelas
:
Kelompok
:
Tanggal
:
Anggota
:
FENOMENA “Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi”
Dalam kehidupan sehari-hari terdapat beberapa reaksi kimia. Reaksi-reaksi kimia dapat berlangsung dengan cepat ataupun lambat. Pernahkah kalian memakan sate? Perhatikan potongan sate yang dipotong-potong
kecil
dan tipis. Mengapa
demikian?
Sate
dipotong tipis untuk mendapatkan luas permukaan yang lebih luas dibanding
sate yang potongannya
besar, supaya sate
tersebut lebih cepat matangnya. Dengan kata lain reaksi pematangan pada sate cepat terjadi. Atau pernahkah kalian pergi ke pasar ikan atau melihat ikan segar yang di jual di supermarket? Ikan-ikan yang dijual selalu diletakkan dalam wadah yang diberi es supaya tahan lama dan tidak cepat busuk. Temperatur yang sangat rendah akan memperlambat proses pembusukan ikan atau memperlambat reaksi pembusukan yang disebabkan oleh bakteri-bakteri tertentu. Reaksi kimia tersebut adalah proses perubahan zat pereaksi menjadi produk. Seiring dengan bertambahnya waktu reaksi, maka jumlah zat pereaksi semakin sedikit, sedangkan produk semakin
banyak.
Laju
reaksi
dinyatakan
sebagai
berkurangnya pereaksi atau laju terbentuknya produk.
laju
A. Berdasarkan Permasalahan diatas, tentukanlah rumusan masalahnya! Rumusan Masalah
B. Berdasarkan permasalahan dan rumusan masalah, tentukanlah! Hipotesis
C. D. E. F. G. H.
C. Buatlah
tujuan
praktikum
mempengaruhi laju reaksi!
A. B. C. D. E. F.
Tujuan
untuk
menentukan
faktor-faktor
yang
Alat-Alat
NAMA ALAT
JUMLAH
Tabung reaksi dan rak
5 buah
Stopwatch
1 buah
Ampelas
1 buah
Gelas kimia 100 mL
4 buah
Kertas putih yang diberi tanda X
1 lembar
Pembakar spiritus
1 buah
Kawat kasa
1 buah
Kaki tiga
1 buah
Termometer
1 buah
Neraca analisis
1 buah
Pipet tetes
5 buah
Botol semprot
1 buah
Pipet volume
1 buah
Gelas ukur
1 buah
Kaca arloji
1 buah
Tissue
Bahan-bahan
NAMA BAHAN
JUMLAH
Pita magnesium
3 potong ( 2 cm )
Larutan HCl 1 M, 2 M dan 3 M
@ 3 mL
Larutan HCl 0,1 M
25 mL
Larutan Na2S2O3 0,1 M
25 mL
Bongkahan pualam CaCo3 (bongkahan dan serbuk)
4 gram
Larutan Hidrogen peroksida ( H2O2 )
@ 25 mL
Larutan NaCl 0,1 M
Secukupnya
Larutan FeCl3 0,1 M
Secukupnya
D. Bagaimana
cara kalian melakukan
percobaan
untuk
mengetahui
konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis pada laju reaksi!
Langkah Percobaan Mengetahui pengaruh konsentrasi pada laju reaksi
Langkah Percobaan
Mengetahui pengaruh luas permukaan pada laju reaksi
pengaruh
Langkah Percobaan
Mengetahui pengaruh suhu pada laju reaksi
Langkah Percobaan Mengetahui pengaruh katalis pada laju reaksi
Data Hasil pengamatan
E. Isikanlah data hasil percobaan kalian pada tabel berikut.
Tabel 1. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi
Tabel 2. Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi
Tabel 3. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi
Tabel 4. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi
F. Evaluasi Jawablah pertanyaan di bawah ini! 1.
Buatlah grafik data hasil pengamatan dari pengaruh konsentrasi, suhu, luas permukaan dan katalis terhadap laju reaksi!
2.
Reaksi pada tabung manakah pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi yang paling cepat, jelaskan alasannya?
3. Apa yang berperan sebagai katalis pada percobaan ke empat?
0
4. Suatu reaksi berlangsung dua kali lebih cepat jika temperatur dinaikkan 10 C, jika pada temperatur 30 0C reaksi berlangsung selama 4 menit, tentukan 0
lamanya reaksi pada temperatur 70 C.
5. Reaksi pada tabung manakah pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi yang paling cepat, jelaskan alasannya?
G. Kesimpulan Buatlah kesimpulan berdasarkan pengolahan data hasil pengamatan yang telah kalian ketahui!
Lampiran 9 Parameter/ Rubrik Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa Praktikum Kimia Kelas X1 IPA Semester 1 2013/2014
No. 1.
Mengajukan Pertanyaan Mengajukan pertanyaan
Aspek-Aspek Penilaian
Skala Penilaian
Bertanya mengenai hal-hal
0. Siswa tidak bertanya
yang berkaitan dengan
1. Siswa bertanya mengenai alat dan bahan
praktikum
2. Siswa bertanya mengenai alat dan bahan, serta prosedur 3. Siswa bertanya mengenai alat dan bahan, prosedur, hal-hal yang diamati 4. Siswa bertanya mengenai alat dan bahan, prosedur, hal-hal yang diamati dan analisa data
2.
Menyusun hipotesis
Membuat penjelasan atau
0. Siswa tidak menyusun hipotesis
kesimpulan sementara
1. Siswa tidak menyusun hipotesis namun menjelaskan apa yang
mengenai kegiatan praktikum yang dilakukan
akan di lakukan 2. Siswa menyusun hipotesis tanpa mampu untuk menjelaskan 3. Siswa menyusun hipotesis dengan penjelasan kurang tepat 4. Siswa menyusun hipotesis dengan penjelasan yang tepat
3.
Merencanakan percobaan
Menentukan dan mengambil alat dan bahan praktikum
0. Siswa tidak menentukan dan mengambil 2 alat dan 2 bahan yang diperlukan
1. Siswa tidak menentukan dan mengambil 4 alat dan 2 bahan yang diperlukan 2. Siswa tidak menentukan dan mengambil 8 alat dan 4 bahan yang diperlukan 3. Siswa menentukan dan mengambil 8 alat dan 4 bahan yang diperlukan 4. Siswa menentukan dan mengambil semua alat dan bahan yang diperlukan dengan tepat 4.
Menggunakan alat dan
Menggunakan alat ukur yang
0. Siswa langsung menuang larutan ke dalam gelas kimia
bahan
tepat dalam mengambil larutan
1. Siswa menggunakan gelas kimia untuk mengambil larutan dan
dengan volum tertentu
memindahkan larutan 2. Siswa menggunakan
gelas kimia dan pipet tetes untuk
mengambil larutan dan memindahkan larutan 3. Siswa menggunakan gelas ukur dan pipet tetes untuk mengambil larutan dan memindahkan larutan 4. Siswa menggunakan pipet volum dengam bulp untuk mengambil larutan dan memindahkan larutan Menggunakan neraca untuk
0. Siswa tidak mengkalibrasi neraca
menimbang zat dengan baik
1. Siswa mengkalibrasi neraca namun tidak menggunakan kaca
dan benar
arloji atau wadah untuk menimbang 2. Siswa mengkalibrasi neraca, menimbang kaca arloji, rapi dalam
menimbang tapi menggunakan tangan untuk mengeser tangan neraca 3. Siswa
mengkalibrasi
neraca,
menimbang
kaca
arloji,
menggunakan alat bantu tapi tidak rapi dalam menimbang zat 4. Siswa
mengkalibrasi
terlebih
dahulu,
menimbang
keca
arloji/wadah lain dan menggunakan alat bantu (spatula) untuk mengeser tangan neraca, rapi dalam menimbang zat Menggunakan termometer
0. Siswa tidak menggunakan termometer
dengan baik dan benar
1. Siswa memegang badan termometer dan ujungnya menyentuh dinding gelas kimia 2. Siswa memegang badan termometer 3. Siswa menggantung termometer dengan tali/karet 4. Siswa menggantung termometer dengan statif
5.
Observasi
Mengamati hasil reaksi pada
0. Siswa tidak melakukan pengamatan
faktor konsentrasi dengan
1.
menggunakan indera yang tepat
Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan naun tidak membandingkannya dengan tabung lain dan mencatatnya.
2. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba, namun tidak membandingkan dengan tabung lain dan mencatatnya. 3. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba,
membandingkan
dengan
tabung
lain
dan
tidak
mencatatnya. 0. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba, membandingkan dengan tabung lain dan mencatatnya. Mengamati hasil reaksi pada
4. Siswa tidak melakukan pengamatan
faktor luas permukaan dengan
5.
menggunakan indera yang tepat
Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan naun tidak membandingkannya dengan tabung lain dan mencatatnya.
6. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba, namun tidak membandingkan dengan tabung lain dan mencatatnya. 7. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba,
membandingkan
dengan
tabung
lain
dan
tidak
mencatatnya. 8. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba, membandingkan dengan tabung lain dan mencatatnya. Mengamati hasil reaksi pada
0. Siswa tidak melakukan pengamatan
faktor suhu dengan
1. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dan tanda x pada kertas
menggunakan indera yang
dengan penglihatan dan peraba, namun salah mengukur waktu
tepat
dan tidak mencatatnya. 2. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dan tanda x pada kertas dengan penglihatan dan peraba, mencatatnya namun salah menetukan waktu reaksi.
3. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dan tanda x pada kertas dengan penglihatan dan peraba, menentukan waktu dengan benar namun tidak mencatatnya. 4. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dan tanda x pada kertas dengan penglihatan dan peraba, menetukan waktu reaksi dengan tepat dan mencatatnya. Mengamati hasil reaksi pada
0. Siswa tidak melakukan pengamatan
faktor katalis dengan
1.
menggunakan indera yang tepat
Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan naun tidak membandingkannya dengan tabung lain dan mencatatnya.
2. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba, namun tidak membandingkan dengan tabung lain dan mencatatnya. 3. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba,
membandingkan
dengan
tabung
lain
dan
tidak
mencatatnya. 4. Siswa mengamati reaksi yang terjadi dengan penglihatan dan peraba, membandingkan dengan tabung lain dan mencatatnya. 6.
Mengklasifikasikan
Mencatat setiap hasil
0. Siswa tidak mencatat
pengamatan
1. Siswa mencatat prkatikum yang pertama 2. Siswa mencatat praktikum yang pertama dan kedua 3. Siswa mencatat praktikum pertama, kedua dan ketiga
4. Siswa mencatat praktikum pertama, kedua, ketiga dan keempat. Membandingkan data hasil
0. Siswa tidak membandingkan data dengan kelompok lain
pengamatan
1. Siswa membandingkan data dengan 1 kelompok lain 2. Siswa membandingkan data dengan 2 kelompok lain 3. Siswa membandingkan data dengan 3 kelompok lain 4. Siswa membandingkan data dengan 4 kelompok lain
7.
Memprediksi
Memprediksi waktu reaksi jika
0. Siswa tidak mencatat seluruh hasil pengamatan
diberikan kondisi konsentrasi,
1. Siswa tidak mencatat waktu reaksi
luas permukaan, suhu dan
2. Siswa tidak mencatat pengamatan reaksi (awal dan akhir reaksi)
katalis yang berbeda
3. Siswa tidak membedakan hasil rekasi dengan tabung yang lain. 4. Siswa mencatat seluruh hasil pengamatan.
8.
interpretasi
Menghubungkan hasil
0. Siswa tidak menghubungkan hasil pengamatan
pengamatan yang didapatkan
1. Siswa menghubungkan hasil percobaan saja. 2. Siswa menghubungkan hasil percobaan dengan data kelompok lain 3. Siswa menghubungkan masing-masing hasil pengamatan saja 4. Siswa menghubungkan hasil pengamatan dengan konsep materi
Menyimpulkan berdasarkan
0. Siswa tidak menyimpulkan hasil percobaan
data percobaan yang
1. Siswa menyimpulkan namun kesimpulannya kurang tepat
didapatkan
2. Siswa menyimpulkan tanpa dengan alasan 3. Siswa menyimpulkan dengan alasan yang kurang jelas
4. Siswa menyimpulkan dengan hasil pengamatan 9.
Menerapkan konsep
Mensterilisasi alat-alat
0. Siswa tidak mensterilisasi alat
praktikum
1. Siswa mencuci alat tanpa sabun dan tanpa mengeringkannya 2. Siswa mencuci alat dengan sabun tanpa mengeringkannya 3. Siswa
mencuci
alat
tanpa
menggunakan
sabun
lalu
mengeringkannya 4. Siswa mencuci alat dengan sabun lalu mengeringkannya. Menghitung laju reaksi pada
0. Siswa tidak menghitung laju reaksi
faktor konsentrasi
1.
Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, namun siswa tidak menghitungnya.
2. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi dan menghitung dengan benar namun kurang tepat dalam menentukan waktu reaksi. 3. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, menentukan waktu reaksi dengan tepat namun salah dalam perhitungan. 4. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, menentukan waktu reaksi dengan tepat dan menghitung dengan benar Menghitung laju reaksi pada
0. Siswa tidak menghitung laju reaksi
faktor luas permukaan
1. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, namun siswa tidak menghitungnya. 2. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi dan menghitung
dengan benar namun kurang tepat dalam menentukan waktu reaksi. 3. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, menentukan waktu reaksi dengan tepat namun salah dalam perhitungan. 4. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, menentukan waktu reaksi dengan tepat dan menghitung dengan benar Menghitung laju reaksi pada
0. Siswa tidak menghitung laju reaksi
faktor suhu
1.
Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, namun siswa tidak menghitungnya.
2. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi dan menghitung dengan benar namun kurang tepat dalam menentukan waktu reaksi. 3. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, menentukan waktu reaksi dengan tepat namun salah dalam perhitungan. 4. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, menentukan waktu reaksi dengan tepat dan menghitung dengan benar Menghitung laju reaksi pada
0. Siswa tidak menghitung laju reaksi
faktor katalis
1. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, namun siswa tidak menghitungnya. 2. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi dan menghitung dengan benar namun kurang tepat dalam menentukan waktu
reaksi. 3. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, menentukan waktu reaksi dengan tepat namun salah dalam perhitungan. 4. Siswa mengetahui konsep dan rumus laju reaksi, menentukan waktu reaksi dengan tepat dan menghitung dengan benar 10.
Mengkomunikasikan
Membuat tabel pengamatan
0. Siswa tidak membuat tabel pengamatan 1. Siswa membuat tabel pengamatan tanpa menuliskan reaksi, waktu reaksi, dan komponen zat yang tidak lengkap. 2. Siswa membuat tabel pengamatan tanpa konsentrasi larutan dan luas permukaan 3. Siswa membuat tabel pengamatan tanpa menuliskan reaksi 4. Siswa membuat tabel pengamatan dengan lengkap (gelas kimia 1-4, komponen zat dengan konsentrasinya, reaksi dan waktu reaksi)
Membuat grafik laju reaksi
0. Siswa tidak membuat grafik percobaan 1. Siswa membuat grafik percobaan benar, namun tidak lengkap dan tidak rapih 2. Siswa membuat grafik percobaan benar, rapih namun tidak lengkap 3. Siswa membuat grafik percobaan lengkap dengan benar namun rapih.
4. Siswa membuat grafik percobaan dengan lengkap, benar dan rapi Membuat laporan
0. Siswa tidak membuat laporan sementara. 1. Siswa membuat laporan sementara namun tidak lengkap dan tidak sistematis. 2. Siswa membuat laporan sementara dengan lengkap namun tidak sistematis. 3. Siswa membuat laporan sementara dengan sistematis namun tidak lengkap. 4. Siswa memb.uat laporan sementara dengan lengkap dan sistematis
Ciputat,
Agustus 2013
Validator
104 Lampiran 10 STANDAR PENILAIAN LKS No. 1.
Indikator
Indikator KPS
Pembelajaran Mengajukan pertanyaan terkait
Mengajukan
permasalahan pertanyaan
faktor-faktor mempengaruhi
yang
Pokok Uji LKS Buatlah empat pertanyaan mengenai
Standar Penilaian
Pertanyaan yang ingin di capai :
0 = tidak mengerjakan
fenomena 1. Apakah yang dimaksud dengan 1 = menuliskan hanya satu
identifikasi
laju
Jawaban Yang Diinginkan
faktor-faktor
laju reaksi?
pertanyaan
yang mempengaruhi laju 2. Mengapa reaksi kimia di alam 2
reaksi dalam kehidupan
reaksi
yang
sehari-hari
dalam LKS?
terdapat
=
menuliskan
dua
memiliki kecepatan reaksi yang pertanyaan berbeda-beda? 3. Mengapa
3
garam
lebih
=
menuliskan
tiga
cepat pertanyaan
bereaksi dalam air panas di 4 = menuliskan empat bandingkan dengan air dingin? 4. Bagaimana
cara
pertanyaan
mengukur
perbedaan laju? 2.
Membuat hipotesis dari permasalahan diajukan
yang
Menyusun hipotesis
Buatlah
jawaban 1. Laju reaksi adalah perubahan konsentrasi
0 = tidak mengerjakan
sementara/ hipotesis dari
besarnya
zat 1 = menuliskan hanya satu
pertanyaan yang diajukan
pereaksi (reaktan) atau zat hasil jawaban
pada nomor 1?
reaksi per satuan waktu.
2
=
menuliskan
dua
menuliskan
tiga
2. Karena tergantung dari sifat dan jawaban kondisi zat tersebut
3
=
3. Karena suhunya tinggi, reaksi jawaban akan berlangsung lebih cepat 4 = menuliskan empat pada suhu yang lebih tinggi 4. Laju reaksi dapat dipercepat
jawaban
105 dengan
cara
memperbesar
konsentrasi pereaksi, menaikan suhu, memperkecil ukuran zat padat, memperkecil ukuran zat padat, menggunakan katalis. 3.
Merancang
dan
melaksanakan percobaan faktor-faktor mempengaruhi reaksi
Merencanakan
Buatlah prosedur/ langkah 1. Mengetahui
percobaan
kerja
tentang
praktikum
akan di lakukan?
yang Sub indikator : laju Menetukan langkah praktikum
yang
pengaruh 0 = tidak mengerjakan
konsentrasi pada laju reaksi
1
=
a. Isilah tiga buah tabung reaksi hanya
siswa satu
menuliskan langkah
masing-masing dengan 10 ml percobaan denga tepat
prosedur/ kerja
HCL 1 M, 10 ml HCL, dan
2 = siswa menuliskan dua
10 ml HCL 3 M
langkah percobaan dengan
b. Masukan
2
cm
pita tepat
magnesium ke tabung 1 dan 3= siswa menuliskan tiga catat waktunya mulai dari langkah percobaan dengan pita magnesium dimasukkan tepat sampai
pita
Mg
habis 4
bereaksi
siswa
menuliskan
empat langkah percobaan
c. Catatlah
waktu dengan tepat
berlangsungnya
reaksi
dengan stopwatch. d. Ulangi langkah b dan c untuk tabung 2 dan 3. 2. Mengetahui
=
pengaruh
luas
permukaam pada laju reaksi a. Timbanglah CacO3 masing-
106 masing 1 gram (serbuk dan bongkahan) b. Isilah
2
tabung
reaksi
masing-masing dengan 10 ml HCL 2 M. c. Masukan
1
gram
serbuk
CaCO3 kedalam tabung dan catat waktunya mulai serbuk CaCO3
dimasukan
sampai
CaCO3 habis bereaksi dengan HCL. d. Masukan 1 gram bongkahan CaCO3 kedalam tabung dan catat
waktunya
mulai
bongkahan CaCO3 dimasukan sampai CaCO3 habis bereaksi dengan HCL. 3. Mengetahui pengaruh suhu pada laju reaksi a. Isilah 4 gelas kimia masingmasing dengan 50 ml larutan Na2SO4.
Ukurlah
suhunya
masing-masing. b. Letakan gelas 1 diatas kertas bertanda silang. Masukan 10
107 ml HCL 1 M dalam gelas kimia. Catat waktu saat HCl dimasukan
kedalam
gelas
kimia sampai tanda silang pada kertas tidak kelihatan dari atas gelas. c. Panaskan gelas 2, 3, dan 4 diatas pemanas sampai suhu larutan naik 100C (gelas 2), 200C (gelas 3), dan 300C (gelas 4). Turunkan gelas dari pemanas dan letakkan diatas kertas bertanda silang. Segera masukkan 10 ml HCL 1 M, kedalam waktu
gelas mulai
dimasukkan silang
pada
dan
catat
dari
HCl
sam[ai
tanda
kertas
tidak
kelihatan dari gelas. 4. Mengetahui
pengaruh
katalis
pada laju reaksi a. Isilah 3 buah gelas kimia masing-masing dengan 50 ml H2O2 b. Gelas 1 dibiarkan saja
108 c. ``Pada gelas 2 tambahkan 20 tetes NaCl d. Pada gelas 2 tambahkan 20 tetes FeCl3 e. Amati reaksi yang terjadi pada setiap gelas dan catat hasilnya.
4.
Mengetahui fungsi dan
Menggunakan alat dan Apa fungsi penggunaan dan
bahan
Tabung reaksi: menampung larutan
dalam dalam jumlah sedikit
0 = tidak mengerjakan
kegunaan alat dan bahan bahan
alat
1
yang akan di gunakan
percobaan
dalam praktikum
yang mempengaruhi laju reaksi
saja tetapi kurang tepat
reaksi?
2
faktor-faktor Rak tabung reaksi : tempat tabung
Stopwatch: Beker
gelas: mengukur
volume
=
penggunaan
=
penggunaan
menuliskan alat/
bahan
menuliskan alat/
bahan
larutan dalam jumlah banyak
saja dengan tepat
Pembakar spirtus: membakar zat
3
atau memanaskan larutan
penggunaan alat dan bahan
Kawat kasa: alat penyebaran panas
tetapi kurang tepat salah
Kaki
satunya
tiga:
penyanggah
larutan
ketika dipanaskan
4
=
=
menuliskan
menuliskan
Penjepit tabung reaksi: menjepit penggunaan alat dan bahan tabung reaksi selama melakukan dengan tepat proses pemanasan Termometer:
untuk
derajat suatu larutan
mengukur
109 Neraca: mengukur jumlah zat yang diperlukan Pipet tetes: memindahkan beberapa tetes zat cair Botol semprot: menyimpan aquades dan digunakan untuk mencuci atau membilas alat-alat dan bahan-bahan Gelas
ukur:
mengukur
volume
larutan Kaca arloji: tempat menimbang bahan Mengetahui bahan
alat
yang
digunakan
dan
Menggunakan alat dan Tentukanlah
akan bahan dalam
bahan
alat
yang
digunakan
praktikum
dan
Alat : tabung reaksi dan rak,
0 = tidak mengerjakan
akan stopwatch, gelas kimia 100 mL, 1 = menuliskan
alat/
dalam kertas putih bertanda X, pembakar bahan saja tetapi kurang
praktikum !
spirtus,
kawat
kasa,
kaki
tiga, tepat
thermometer, neraca analisis, pipet 2 = menuliskan alat/ bahan tetes, botol semprot, gelas ukur, dan saja dengan tepat kaca arloji
3 = menuliskan alat dan
Bahan : pita magnesium, larutan bahan tetapi kurang tepat HCl 1 M, 2 M, dan 3 M, laruran salah satunya Na2S2O3 0,1 M, bongkahan CaCo3, 4 = menuliskan alat dan larutan H2O2, larutan NaCl 0,1 M, bahan dengan tepat dan FeCl3 0,1 M. 5.
Mencatat
data
hasil
pengamatan berdasarkan
Observasi
Tulislah
data
hasil
pengamatan pada tabel
Pengaruh konsentrasi terhadap laju
0 = tidak mengerjakan
reaksi
1
=
siswa
menuliskan
110 percobaan
yang
dilakukan
yang terdapat dalam LKS
hanya satu hasil percobaan
berdasarkan
denga tepat
hasil
percobaan!
Tabung reaksi
Pita Mg
1 2 3
2 cm 2 cm 2 cm
Konsent rasi HCl 1M 2M 3M
Wakt
2 = siswa menuliskan dua hasil
70 s 56 s 36 s
percobaan
dengan
tepat 3= siswa menuliskan tiga hasil
percobaan
dengan
tepat 4
=
siswa
menuliskan
empat
hasil
percobaan
dengan tepat 6.
Membandingkan
data
Mengklasifikasikan
Bandingkanlah data hasil
LKS No. 2
hasil pengamatan dan
pengamatan pada setiap Penyelesaian
melengkapi LKS
percobaan lakukan,
yang dan
di konsentrasi
0 = tidak mengerjakan :
tabung
HCl
3
M.
ke-3 1 = siswa membandingkan karena hasil
pengamatan
dan
jawablah konsentrasi pereaksi besar maka menjawab satu pertanyaan
Evaluasi pada LKS no 2,
reaksi lebih cepat
LKS
3 dan 5!
LKS No. 3 :
2
Penyelesaian : FeCl3
membandingkan
LKS No. 5
pengamatan
Penyelesaian
:
serbuk
=
siswa
CaCO3, menjawab
tidak hasil dan kedua
karena kepingan yang lebih halus pertanyaan LKS akan bereaksi lebih cepat
3= siswa membandingkan hasil
pengamatan
menjawab pertanyaan LKS
dan kedua
111 4 = siswa membandingkan hasil
pengamatan
menjawab
dan ketiga
pertanyaan LKS 7.
Memprediksi rekasi
waktu
jika
diberikan
perlakuan
suhu
Berapakah waktu
perkiraan reaksi
yang Penyelesaian :
kondisi
dan
konsentrasi,
dari
yang
percobaan
Interpretasi
ି ି
dilakukan
Berdasarkan
percobaan
namun tidak tepat 2 = mengerjakan sebagian
luas 400C = ିx 4 ି permukaan, suhu dan ି 500C = ିx 2 katalis. jawablah ି 0 pertanyaan no. 4 dalam 60 C = ିx 1 LKS?
hasil
1 = mengerjakan sebagian
terhadap menit
luas
Menyimpulkan
0 = tidak mengerjakan
ditempuh jika diberikan Laju reaksi pada suhu : 30 C = 4
katalis
8.
LKS No. 4 0
terhadap
konsentrasi, permukaan,
Memprediksi
3 = mengerjakan semua
menit = 1 menit menit =
namun tidak tepat
ି
menit
4 = mengerjakan semua
ି ି
700C = ିx ି
menit =
Laju
menyatakan
reaksi
dengan tepat
menit = 2 menit
menit cepat
dengan tepat dan benar 0 = tidak mengerjakan
yang dilakukan, apa yang lambatnya suatu reaksi kimia. Laju 1 = mengerjakan namun dapat
kamu
simpulkan reaksi
dapat
dari percobaan yang kamu berkurangnya amati?
diartikan pereaksi
dengan tidak tepat atau 2 = menyimpulkan tanpa
bertambahnya reaktan. Laju reaksi dengan alasan dipengaruhi
oleh
konsentrasi 3 = menyimpulkan dengan
pereaksi, luas permukaan pereaksi, alasan yang kurang jelas suhu saat reaksi, dan ada tidaknya 4 = menyimpulkan sesuai katalis. 9.
Menghitung faktor laju Menerapkan konsep
Menghitung
reaksi
berdasarkan
pada faktor konsentrasi,
1
=
siswa
menuliskan
yang
luas permukaan, suhu dan
hanya
satu
perhitungan
percobaan
laju
reaksi
dengan hasil pengamatan 0 = tidak mengerjakan
112 dilakukan.
katalis
hasil
percobaan
dengan
tepat 2
=
kedua
siswa
menuliskan
perhitungan
hasil
percobaan dengan tepat 3=
siswa
ketiga
menuliskan
perhitungan
hasil
percobaan dengan tepat 4
=
siswa
menuliskan
perhitungan keempat hasil percobaan dengan tepat 10.
Membuat grafik percobaan dilakukan
tabel dari
dan
Mengkomunikasikan
Buatlah tabel dan grafik
hasil
dari
data
yang
pengamatan
yang
dilakukaan
dalam
percobaan tersebut!
Tabel
pengaruh
konsentrasi
hasil terhadap laju reaksi Tabung reaksi 1 2 3
Pita Mg 2 cm 2 cm 2 cm
0 = tidak mengerjakan 1 = menuliskan
Konsentr asi HCl 1M 2M 3M
(sr)afik Waktu g 70 s 56 s 36 s
tabel/
saja tetapi kurang
tepat 2 = menuliskan tabelt/ grafik saja dengan tepat 3 = menuliskan tabel dan grafik tetapi kurang tepat salah satunya 4 = menuliskan tabel dan grafik dengan tepat
113
Lampiran 11 Foto-Foto Kegiatan Selama Penelitian
3.
’
“ ” “
“
” “ ”
”
“
” “
“
”
“
“ ” ”
“ “
”
”
“ “ ” ”
“
“ ”
”
Hasil lembar observasi
3.
’
“
”
Hasil lembar Kerja Siswa (LKS) Hasil lembar obsrevasi
3.
’
“ ” “ ”
Hasil lembar Kerja Siswa (LKS) Hasil lembar observasi
12/07/2014
Penelitian skripsi SMA 8 Muhammadiyah Ciputat
LAJU REAKSI dan FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
By
FENOMENA • “Apakah kalian tahu, gula akan lebih cepat larut dalam air panas dibandingkan dilarutkan dengan air dingin? Dan buah yang ditaruh di dalam kulkas akan kelihatan lebih segar dibandingkan buah yang di taruh di ruangan terbuka, mengapa demikian??????
Husna Diatul Hasanah
[email protected]
Reaksi kimia
A
Laju Reaksi 1
Molaritas
2
Laju Reaksi
3
Persamaan Laju Reaksi
4
Grafik Orde Reaksi
B
Reaksi A : Perkaratan logam
~ reaksi lambat
Reaksi B : Ledakan
~ reaksi cepat
Main Menu
1
Pengenceran Larutan
Molaritas
Persamaan Reaksi : aA + bB cC + dD Keterangan : a, b, c, d = koefisien masing – masing zat A, B = zat reaktan C, D = zat produk Molaritas atau kemolaran adalah satuan kepekatan atau konsentrasi larutan yang menyatakan jumlah mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Dirumuskan sebagai berikut :
M
n g 1000 atau M x V Mr V
Yaitu memperkecil konsentrasi larutan dengan jalan menambahkan sejumlah tertentu pelarut. Pengenceran menyebabkan volum dan kemolaran larutan berubah, tetapi jumlah zat terlarut tidak berubah.
V1M1 = V2M2 Ex. Berapa mL air harus dicampurkan dengan 100 mL larutan NaOH 0,5 M sehingga menjadi 0,2 M????
1
12/07/2014
2
Grafik Laju Reaksi
3. Persamaan Laju Reaksi
Reaksi : aA + bB cC •
Grafik di samping menunjukan bahwa: a. Konsentrasi A dan B makin lama berkurang b. Konsentrasi zat C makin bertambah
M
C
Laju reaksi dipengaruhi oleh konsentrasi pereaksi bukan konsentrasi hasil reaksi. Menurut Gulberg dan Waage “Laju reaksi dalam suatu sistem pada suatu temperatur tertentu berbanding lurus dengan konsentrasi zat yang bereaksi, setelah tiap – tiap konsentrasi dipangkatkan dengan koefisien dalam persamaan reaksi yang bersangkutan”
A+B t
Jadi, laju reaksi adalah laju pengurangan konsentrasi pereaksi atau laju bertambahnya hasil reaksi. Satuan M/s
Misalnya pada reaksi : mA + nB pC + qD Laju reaksinya : v = k[A]m [B]n
Main Menu
Grafik Orde Reaksi
Orde reaksi (tingkat reaksi) Grafik ode reaksi adalah pangkat dari konsentrasi sehingga bentuk grafiknya merupakan grafik perpangkatan. a. Reaksi Orde Nol v Persamaan laju reaksi : v = k[X]o = k
Bilangan pangkat yang menyatakan bertambahnya laju reaksi akibat naiknya Konsentrasi (bilangan bulat positif)
[X] v
b. Reaksi Orde Satu Persamaan laju reaksi : v = k[X]1 = k [X]
[X] v c. Reaksi Orde Dua Persamaan laju reaksi : v = k[X]2
[X]
• Konsentrasi
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi Laju Reaksi Pada penentuan laju reaksi, ada beberapa variabel yang digunakan sebagai berikut : 1. Variabel tetap / kontrol, yaitu variabel yang tidak diubah – ubah atau dipertahankan 2. Variabel bebas / manipulasi, yaitu variabel yang sengaja diubah – ubah untuk memperoleh hubungan antara suatu besaran dengan besaran lain Faktor – faktor yang mempengaruhi laju reaksi antara lain : 1. Konsentrasi 2. Suhu. Dalam praktiknya, kenaikan laju reaksi yang dipengaruhi oleh kenaikan suhu untuk setiap zat berbeda. Pada umumnya, setiap kenaikan suhu 10oC, laju reaksi naik 2 kali lebih besar dari semula. Sehingga laju reaksinya dapat ΔT dirumuskan sebagai berikut :
vt
Jika konsentrasi suatu zat dinaikan a kali, ternyata laju reaksi bertambah b kali, maka orde reaksi terhadap zat itu adalah ax = b, dengan x adalah ax = b , dengan x adalah orde reaksi .
10
Konsentrasi mempengaruhi laju reaksi, karena banyaknya partikel memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka peluang semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan. Ilustrasi Mana yang lebih mungkin terjadi tabrakan, di jalan lenggang atau dijalanan padat?
?
o
3. Katalis 4. Luas permukaan
2
12/07/2014
Konsentrasi Hubungan kuantitatif perubahan konsentrasi dengan laju reaksi tidak dapat ditetapkan dari persamaan reaksi, tetapi harus melalui percobaan. Dalam penetapan laju reaksi ditetapkan yang menjadi patokan adalah laju perubahan konsentrasi reaktan. Ada reaktan yang perubahan konsentrasinya tidak mempengaruhi laju reaksi:
[reaktan] V [reaktan] x V 1 xn 1
Konsentrasi Untuk reaksi A+ B C Rumusan laju reaksi adalah : V =k.[A]m.[B]n Dimana : k = tetapan laju reaksi m = orde reaksi untuk A n = orde reaksi untuk B
Orde reakasi total = m + n
no
Suhu
Suhu Hubungan Kuntitatif perubahan suhu terhadap laju reaksi:
Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena dengan naiknya suhu energi kinetik partikel zat-zat meningkat sehingga memungkinkan semakn banyaknya tumbukan efektif yang menghasilkan perubahan
Dari data diperoleh hubungan: Setiap kenaikan suhu 10 oC, maka laju mengalami kenaikan 2 kali semula, maka secara matematis dapat dirumuskan
t t 0
Vt V0 .2 10
Dimana : Vt = laju reaksi pada suhu t Vo = laju reaksi pada suhu awal (to)
Katalis
Luas Permukaan
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat laju reaksi. Ada 2 jenis katalis : 1. Katalis aktif yaitu katalis yang ikut terlibat reaksi dan pada akhir rekasi terbentuk kembali. 2. Katalis pasif yaitu katalis yang tidak ikut bereaksi, hanya sebagai media reaksi saja. Bagaimana katalis bekerja akan dibahas pada teori tumbukan Pisahkan
Kembali
3
12/07/2014
Luas Permukaan
Luas Permukaan
Ulangi Lanjut
5. Teori Tumbukan dan Energi Aktivasi Dalam suatu tumbukan, ada yang menghasilkan reaksi, tetapi ada juga yang tidak menghasilkan reaksi. Tumbukan yang menghasilkan reaksi disebut tumbukan efektif. Kadang – kadang partikel zat yang bertabrakan tidak langsung berubah menjadi zat lain, melainkan membentuk suatu molekul kompleks yang dinamakan molekul kompleks teraktivasi. Tumbukan yg menghasilkan reaksi adalah tumbukan yang antarpartikelnya mempunyai energi lebih besar daripada energi minimum yang diperlukan untuk berlangsungnya suatu reaksi. Energi minimum yang diperlukan untuk berlangsungnya suatu reaksi atau menghasilkan tumbukan efektif disebut “energi pengaktifan” atau energi aktivasi (EA).
4
RIWAYAT HIDUP PENULIS
HUSNA DIATUL HASANAH, lahir di Lebak, 13 Maret 1990. Biasa dipanggil Husna (oleh orang-orang yang baru dikenal), atau Nha (oleh keluarga besar) atau juga Emak (oleh sahabat pramuka UIN). Alamat asal penulis adalah Jl. MalingpingBayah Kp. Gardu RT/RW 001/003 Situregen Panggarangan Lebak Banten 42392. Anak kedua dari empat bersaudara ini pernah menempuh pendidikan di SDN Situregen 1 dari tahun ajaran 1996-2002. Lalu melanjutkan pendidikannya ke MTs. MA Cisiih dan lulus tahun 2005 dan diteruskan ke jenjang Sekolah Menengah Atas di MAN Bayah lulus tahun 2008. Sembari menempuh pendidikan sekolah, atas dukungan dari kedua orangtua penulis menempuh pendidikan pesantren di Ponpes MA Cisiih selama 6 tahun. Penulis dan keluarga sangat mementingkan pendidikan. Atas dasar itulah penulis melanjutkan pendidikan untuk menempuh sarjana di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil jurusan Pendidikan Kimia tahun 2008. Berkat tekad, kemauan yang tinggi, dukungan dari keluarga, sahabat, akhirnya penulis menyelesaikan studi S1 pada tanggal 11 Maret 2014 bergeser dari rencana awal. Selama menempuh pendidikan, penulis sangat hobi berorganisasi. Dari sejak MTs.-MA penulis aktif dalam kepengurusan kelas, OSIS dan Pramuka. Ketika menempuh pendidikan Sarjana, penulispun melakukan hal yang sama. Aktif dalam berbagai organisasi kampus baik internal maupun eksternal, diantaranya adalah HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), Pramuka Racana UIN Jakarta, HIQMA (Himpunan Qori-Qori’ah Mahasiswa), HMB (Himpunan Mahasiswa Banten), dan IMALA (Ikatan Mahasiswa Lebak). Selain kegiatan organisasi, penulispun sering mengikuti pelatihanpelatihan seperti SAR (Search and Rescue) Brigade Penolong DKI Jakarta, Writer University, PBB dan TUB TNI AD Jakarta Selatan, Diklat SAR Salatiga Semarang IAIN Walisongo, LPK Dewan Kerja Daerah DKI Jakarta di Rindam jaya dan yang lainnya.
Selain kegiatan diatas, kegiatan partisipan Nasional untusan UIN Jakarta pernah diikutinya, seperti Perkemahan Wirakarya Nasional PTAI se-Indonesia Ke-X di Ambon dan Perkemahan Puteri Nasional ke-2 di Jambi. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT dan kedua orangtua. Bagi teman-teman yang mau berbagi pengalaman dan sharing tentang dunia pendidikan
dan
organisasi,
bisa
dilakukan
melalui
email
[email protected], facebook Husna Diatul Hasanah, atau twitter @aqilatulhusna.