Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI PENGEMBANGAN LKS BERBASIS PROBLEM SOLVING PADA SUBMATERI REAKSI OKSIDASI REDUKSI SCIENCE PROCESS SKILL THROUGH WORKSHEET DEVELOPMENT ORIENTED BY PROBLEM SOLVING IN THE OXIDATION AND REDUCTION REACTIONS SUBTOPIC Nur Qomariyah, Dian Novita Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya Jl. Ketintang Surabaya (60231), Telp. 031-8298761 Email :
[email protected] Abstrak.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa melalui pengembangan lembar kerja siswa (LKS) berbasis problem solving pada submateri reaksi oksidasi reduksi sebelum dan setelah dilatih menggunakan LKS yang dikembangkan. LKS yang dikembangkan sebelum digunakan secara massal diuji coba secara empiris kepada siswa SMA 2 Negeri Bangkalan. Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah tes keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains yang dilatihkan ada 7 komponen yaitu keterampilan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengontrol variabel, merancang eksperimen, membuat tabel data, menginterpretasi data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan keterampilan proses sains pada submateri reaksi oksidasi reduksi dapat dilatihkan melalui LKS berbasis problem solving yang dikembangkan setelah dilakukan uji coba terbatas dan ditunjukkan dengan meningkatnya ketuntasan klasikal dari 0% menjadi 91,67%. Kata kunci: keterampilan proses sains, problem solving, reaksi oksidasi reduksi Abstract. The study is aimed to know science process skill of students through worksheet development
oriented by problem solving in the oxidation and reduction reactions subtopic before and after practising with the worksheet. The worksheet that developed, before used generally must be tested in a small group. It tested to students of SMA Negeri 2 Bangkalan. The reseacrh instrument is science process skill test. Science process skills’ that practiced are seven, they are formulating problem, formulating hypotheses, controlling variables, designing an experiment, making an table, interpreting data and formulating conclusion. This study result is showed that the science process skills’ students in oxidation and reduction reactions can be practiced with worksheet oriented by problem solving that developed after doing a product trial step and showed by increasing the classical mastery learning from 0% to 91,67%. Keywords: science process skill, problem solving, oxidation and reduction reactions
melalui pembelajaran yang mengandung kegiatan praktikum [2]. Kegiatan praktikum dapat memberikan pengalaman yang melibatkan seluruh indera sehingga siswa akan memperoleh kesan yang utuh dan bermakna mengenai informasi yang ada dalam pengalaman tersebut [3]. Keterampilan proses merupakan adaptasi dari keterampilan yang digunakan
PENDAHULUAN Sasaran pembelajaran menurut Kurikulum 2013 mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan dan keterampilan [1]. Keterampilan dapat diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta. Aktivitas-aktivitas tersebut merupakan integrasi dari keterampilan proses sains dan dapat diajarkan kepada siswa
B - 281
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
ilmuwan untuk menyusun pengetahuan, memikirkan masalah dan membuat keputusan [4]. Keterampilan proses sains meliputi pengamatan, penginfersian, pemrediksian, pengklasifikasian, pembuatan model, pengkomunikasian, pengukuran, perhitungan, perancangan eksperimen, mengajukan pertanyaan, pengembangan hipotesis, pengontrolan variabel, perumusan definisi operasional, penginterpretasian data, penarikan kesimpulan, pembuatan tabel data dan pembuatan grafik [5]. Ilmu kimia merupakan salah satu ilmu yang menuntut siswa memiliki keterampilan proses sains dalam mempelajarinya. Hal ini dikarenakan ilmu kimia diperoleh dan dikembangkan melalui hasil eksperimen untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana gejala-gejala alam yang khususnya berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, transformasi, dinamika dan energitika zat. Melalui keterampilan proses sains, siswa dapat memecahkan masalah yang dapat memberikan keterampilan memproses perolehan, sehingga siswa dapat menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep serta menumbuhkan atau mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut [6]. Salah satu materi kimia yang mengandung konsep untuk menyelesaikan fenomena dalam kehidupan sehari-hari adalah reaksi oksidasi reduksi. Berdasarkan angket prapenelitian yang dilakukan di SMAN 2 Bangkalan, sebanyak 48% siswa menyatakan materi reaksi oksidasi reduksi merupakan materi yang dianggap sulit dan kurang menarik karena dalam praktiknya jarang ada pemberian contoh nyata dan siswa tidak pernah melakukan praktikum. Akibatnya, keterampilan proses sains siswa rendah. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk melatih keterampilan proses sains adalah problem solving, hal ini dikarenakan siswa diarahkan untuk lebih aktif dan mampu
menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis, yaitu dengan menyajikan suatu permasalahan yang bersifat nyata dengan dunia realita siswa yang dapat dipecahkan melalui aktivitas di laboratorium [7]. Untuk melatihkan keterampilan proses sains selain dibutuhkan metode juga dibutuhkan bahan ajar yang dapat memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Salah satu bahan ajar yang dapat melatih keterampilan proses sains adalah lembar kegiatan siswa (LKS). LKS yang dikembangkan harus dilakukan uji coba terhadap suatu kelompok sebelum digunakan secara massal, proses ini termasuk dalam uji kelayakan LKS secara empiris [8]. Secara empiris, LKS dikatakan layak jika LKS memperoleh respon positif dari siswa uji coba yang dibuktikan dengan keaktifan siswa selama proses pembelajaran dan ketuntasan siswa setelah menggunakan LKS. Ketuntasan siswa dapat diperoleh dengan membandingkan hasil pre-tes dan post-test keterampilan proses.
METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan sasaran penelitian LKS berbasis problem solving untuk melatih keterampilan proses sains pada submateri reaksi oksidasi reduksi. Desain penelitian mengacu pada metode Research and Development (R&D). yang disajikan pada Gambar 1 [8]. Tahap Studi Pendahuluan Studi Literatur
Potensi dan Masalah
Pengumpulan data Tahap Studi Revisi draft I LKS
Validasi Draft II LKS
B - 282
Telaah draft I LKS
Uji coba LKS
Desain LKS
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
Gambar 1. Tahap-tahap desain penelitian Research and Development (R&D)
3,51 – 3,84 3,18 – 3, 50 2,85 – 3,17 2,51 – 2,84 2,18 – 2,59 1,85 – 2,17 1,51 – 1,84 1,18 – 1,50 1,00 – 1,17
Uji coba LKS selain digunakan untuk mengetahui kelayakan LKS secara empiris juga untuk mengetahui keterampilan proses sains siswa sebelum dan setelah menggunakan LKS berbasis problem solving yang dikembangkan. Siswa diberikan tes keterampilan proses sains sebelum dan setelah menggunakan LKS.
Analisis dilakukan pada setiap komponen keterampilan proses yang dilatihkan. Penilaian keterampilan proses sains berdasarkan pada skala Likert yang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Skala Nilai Tes Keterampilan Proses Sains Nilai Keterangan 0 Tidak tepat 1 Kurang tepat 2 Cukup tepat 3 Tepat (adaptasi dari [9])
AB+ B BC+ C CD+ D Sumber: [10]
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data yang diperoleh dari hasil pre-test dan post-test keterampilan proses sains dengan menggunakan LKS selama proses uji coba untuk mengetahui kelayakan secara empiris disajikan pada Tabel 3 dan 4 berikut ini. Tabel 3. Hasil Pre-test dan Post-test Keterampilan Proses Sains Pre-test Post-test Nama kriteria kriteria Siswa Nilai Nilai T TT T TT 1 ALN 1,52 √ 2,28 √ 2 AM 1,71 √ 3,62 √ 3 EA 1,52 √ 4,00 √ 4 FA 1,14 √ 3,61 √ 5 FM 1,33 √ 3,05 √ 6 MD 1,71 √ 3,05 √ 7 MF 1,33 √ 3,24 √ 8 NL 1,90 √ 3,61 √ 9 RB 2,09 √ 3,62 √ 10 SM 1,33 √ 3,43 √ 11 UH 1,52 √ 3,43 √ 12 YA 1,33 √ 3,04 √ No
Selanjutnya data yang diperoleh diolah dengan menggunakan rumus:
Skor yang diperoleh selanjutnya diinterpretasikan pada Tabel 2 untuk mengetahui ketuntasan keterampilan proses sains siswa. Siswa dinyatakan tuntas jika memperoleh nilai ≥2,67. sedangkan untuk ketuntasan klasikal jika mencapai ≥75%. LKS yang dikembangkan dapat melatih keterampilan proses sains siswa jika ketuntasan klasikal post-test lebih besar dibandingkan ketuntasan klasikal pre-test.
Tabel 2. Nilai Ketuntasan Keterampilan Proses Sains Rentang Angka Huruf 3,85 – 4,00 A
B - 283
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
Tabel 4. Persentase rata-rata keterampilan proses tiap komponen. Pre-test Post-test N Komponen Rata krite Rata krite o KPS -rata ria -rata ria 1 Merumuskan 1,33 TT 3,33 T masalah 2 Merumuskan 1,11 TT 3,33 T hipotesis 3 Mengontrol 2,44 TT 3,67 T variabel 4 Merancang 2,11 TT 3,55 T eksperimen 5 Membuat tabel 1,56 TT 2,89 T data 6 Menginterpret 1,22 TT 2,78 T asi data 7 Menarik 0,77 TT 3,78 T kesimpulan Keterangan: TT : Tidak Tuntas T : Tuntas Soal pre-test dan post-test keterampilan proses berupa soal esai yang berisi fenomena dan penyelesaian masalah dari fenomena tersebut. Siswa diminta menjawab soal dengan menganalisis permasalahan yang disajikan. Soal pre-test diberikan sebelum siswa menggunakan LKS, sedangkan soal post-test diberikan setelah siswa diberikan perlakuan dengan menggunakan LKS. Siswa diminta untuk merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengontrol variabel, merancang percobaan, membuat tabel data, menginterpretasi data dan menarik kesimpulan dalam soal pre-test dan post-test. Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa 12 orang siswa yang mengikuti uji coba terbatas saat diberikan soal pre-test keterampilan proses sains tidak tuntas. Hal ini dikarenakan, siswa memperoleh nilai kurang dari 2,67. Akibatnya, ketuntasan klasikal keterampilan proses sains saat pre-test yaitu 0%. Selain itu ratarata setiap komponen keterampilan proses sains sebelum dilakukan uji coba masih sangat rendah.
Rendahnya hasil pre-test dan ketidaktuntasan semua siswa disebabkan karena siswa belum pernah mengerjakan jenis soal tipe tersebut, akibatnya siswa merasa kesulitan menentukan rumusan masalah, rumusan hipotesis dan menjawab soal keterampilan proses lainnya. Saat diberikan soal pre-test, siswa belum mampu membuat rumusan masalah dengan menghubungkan antara variabel manipulasi dengan variabel respon, siswa cenderung membuat rumusan masalah seperti membuat pertanyaan biasa. Beberapa siswa tidak menggunakan kata tanya “Bagaimana” melainkan menggunakan kata tanya ”Apakah” dan “mengapa”. Salah satu contoh rumusan masalah yang dituliskan siswa tentang penghilangan noda perak dengan menggunakan aluminium foil adalah “Mengapa noda hitam pada perak dapat hilang dengan menggunakan aluminium foil?”. Hal ini terjadi karena siswa belum mampu membuat rumusan masalah secara tepat dengan menghubungkan variabel manipulasi dan variabel respon. Setelah siswa diberikan perlakuan dengan menggunakan LKS selama proses uji coba, siswa dapat merumuskan rumusan masalah dengan tepat. Hal ini dibuktikan dengan hasil post-test yang hasilnya cukup memuaskan. Siswa telah mampu menggunakan kata tanya “Bagaimana” dan dapat menghubungkan variabel manipulasi dan variabel respon dalam merumuskan rumusan masalah. Contoh rumusan masalah yang dituliskan siswa yaitu “Bagaimana pengaruh penggunaan aluminium foil terhadap hilangnya noda perak?”.
Selain itu, saat pre-test siswa belum mampu menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki untuk menginterpretasi data yang diperoleh setelah melakukan percobaan untuk menemukan jawaban dan kesimpulan dari fenomena yang terjadi. Siswa cenderung hanya menjelaskan ulang dari fenomena dan menjelaskan secara sederhana dari pertanyaan yang diberikan. Selain itu, siswa hanya sebatas menerjemahkan hasil yang diperoleh tanpa dijelaskan secara mendalam faktor-faktor yang mempengaruhi hasil tersebut.Siswa tidak menjelaskan mengapa adanya aluminium foil dapat menghilangkan noda dan bagaimana
B - 284
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
prosesnya. Hal ini kurang sesuai dengan metode problem solving yang digunakan dalam pengembangan LKS untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa, seharusnya melalui problem solving siswa dapat memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang tidak rutin [7].
Sementara itu, berdasarkan Tabel 4 terkait hasil persentase rata-rata keterampilan proses masing-masing komponen saat pre-test dan post-test disajikan pada grafik berikut ini.
Setelah dilakukan uji coba LKS, siswa diberikan post-test untuk mengetahui kemampuannya. Siswa cukup mampu dalam menginterpretasi data dengan menjelaskan secara rinci bagaimana pengaruh variabel manipulasi terhadap variabel respon. Siswa mampu menjelaskan bagaimana dan mengapa adalanya aluminium foil dapat menghilangkan noda perak. Hal ini menunjukkan dengan menggunakan LKS yang dikembangkan keterampilan proses sains siswa dapat terlatih dengan menerapkan pengetahuan yang telah dimiliki untuk digunakan dalam memecahkan permasalahan atau fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga akan meningkatkan ketertarikan siswa dalam mempelajari materi kimia, khususnya submateri reaksi oksidasi-reduksi. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pre-test dan post-test keterampilan proses sains pada Tabel 3, berikut disajikan grafik batang hasil pre-test keterampilan proses sains 12 orang siswa kelas XI MIA 7.
Gambar 3. Grafik Hasil Pre-test dan Post-test Masing-masing Komponen Keterampilan Proses Sains Secara keseluruhan, setelah dilakukan uji coba terbatas dan diberikan soal pre-test dan post-test, dari ketujuh keterampilan proses sains yang dilatihkan, semua memperoleh nilai di atas 2,67 yang menunjukkan bahwa LKS berbasis problem solving yang dikembangkan dapat melatihkan keterampilan proses sains siswa. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa LKS berbasis problem solving dapat melatih keterampilan proses sains dengan ketuntasan klasikal setelah dilatih dengan menggunakan LKS sebesar 91,67%.
Gambar 2. Grafik Hasil Pre-test dan Post-test Keterampilan Proses Sains
B - 285
Prosiding Seminar Nasional Kimia dan Pembelajarannya, , ISBN : 978-602-0951-12-6 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 17 September 2016
DAFTAR PUSTAKA 1. Kemendikbud. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: kemendikbud. 2. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rhineka Cipta. 3. Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. 4. Karsli, Fethiye dan Sahin, Cigdem. 2009. “Developing Worksheet Based on Science Process Skills: Factors affecting Solubility. Journal Asia-Pacific Forum on Science Learning and Teaching. Vol 10. P.1. 5. Nur, Mohamad. 2011. Modul KeterampilanKeterampilan Proses Sains. Surabaya: PSMS Universitas Negeri Surabaya. 6. Jelita.2013.” Keefektifan Diagram Alir (Flow Diagram) Dalam Pembelajaran Kimia”. Prosiding SNYuBe. Hal. 231-240. 7. Hamiyah, Nur dan Jauhar, Muhammad. 2014. Strategi Belajar Mengajar di Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka. 8.
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.
9.
Riduwan. 2013. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.
10. Kemendikbud. 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta: kemendikbud.
B - 286