Proseding Seminar Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabtu, 19 November 2016 Bale Sawala Kampus Universitas Padjadjaran, Jatinangor
PENGEMBANGAN ASESMEN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS RISET USMELDI* Prodi Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang Jl. Hamka, Air Tawar, Padang 25131 Abstrak. Pembelajaran fisika di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Padang dilaksanakan secara teoretis dan praktikum yang bersifat verifikasi teori. Pembelajaran masih berpusat pada guru. Laboratorium fisika dan peralatannya belum dimanfaatkan secara optimum. Sebagian besar peserta didik belum tuntas belajar fisika. Pembelajaran berbasis riset merupakan salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan proses sains (KPS) peserta didik. Untuk mengetahui KPS peserta didik diperlukan asesmen. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan asesmen KPS pada pembelajaran fisika berbasis riset yang valid, praktis, dan efektif. Penelitian dan pengembangan menggunakan model 4D dari Thiagarajan. Instrumen pengumpulan data adalah lembar validasi asesmen KPS, lembar observasi, angket kepraktisan asesmen KPS, dan angket sikap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asesmen KPS yang dikembangkan sudah termasuk kategori valid, berdasarkan penilaian ahli. Kepraktisan asesmen KPS termasuk kategori praktis berdasarkan hasil observasi dan respon guru. Asesmen KPS dinyatakan efektif berdasarkan; pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik yang termasuk kategori tuntas. Kata kunci : KPS, pembelajaran berbasis riset Abstract. Teaching of physics in Senior High School (SMAN) 3 Padang conducted theoretical and practicum. Teaching is still centered on the teacher. Physics laboratory and the equipment have not been used optimally. Most of the students have not been mastery studied physics. Research based learning is one instructional model to improve science process skills of students. To know science process skills of students required assessment. This research aims to develop an assessment of science process skills on research-based physics learning that valid, practical, and effective. Research and development used the 4D models of Thiagarajan. Instrument of data collection was a validation sheet, observation sheets, practicality questionnaires, and attitude questionnaire. The results showed that the assessment of science process skills has been categorized as valid, based on expert judgment. Practicality assessment of science process skills including practical categories based on the observation and the teacher's response. Assessment of science process skills included effective based on knowledge, skills, and attitudes of the students that included the mastery category. Keywords: science process skills, purpose, principal results, no references, conclusions
1. Pendahuluan Pembelajaran dalam Kurikulum 2013 untuk semua jenjang pendidikan dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif *
email :
[email protected]
Kode Artikel: FP-05 ISSN: 2477-0477
Pengembangan Asesmen Keterampilan Proses Sains.......
237
mengonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui tahapan mengamati, menanya, mencoba, mengolah informasi, dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang diperoleh. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam menggunakan pendekatan ilmiah. Pembelajaran diharapkan dapat mendorong peserta didik aktif dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui diskusi, observasi, maupun kegiatan pratikum. Kegiatan praktikum merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dalam pembelajaran fisika. Peserta didik tidak hanya mempelajari teori dan perhitungan dengan menggunakan bermacam-macam rumus tetapi juga melaksanakan praktikum untuk memperdalam pemahaman atau menemukan konsep fisika. Kegiatan di laboratorium memberikan pengalaman langsung dalam belajar fisika dan meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik dalam menggunakan alat, memecahkan masalah, dan berpikir kritis. Kegiatan praktikum dalam pelajaran Fisika memiliki kelebihan, yaitu peserta didik memperoleh pengalaman langsung dan keterampilan dalam melakukan praktikum, mempertinggi partisipasi peserta didik baik secara individu maupun kelompok, peserta didik belajar berpikir melalui prinsip-prinsip metode ilmiah atau belajar mempratikkan prosedur kerja berdasarkan metode ilmiah (Djamarah, 2010). Menurut Rahayuningsih (2005) pembelajaran Fisika dengan kegiatan praktikum efektif untuk mencapai seluruh ranah kompetensi secara bersamaan, antara lain melatih agar teori dapat diterapkan pada permasalahan yang nyata (kognitif), melatih sikap ilmiah secara mandiri (afektif), dan melatih penggunaan instrumen (psikomotor). Salah satu kelebihan pembelajaran praktikum adalah peserta didik dapat berlatih secara berulang kegiatan atau tindakan yang sama sampai benarbenar menemukan hasil temuannya sendiri dan lebih lanjut dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Hasil survei awal di SMAN 3 Padang menunjukkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan bahan ajar yang dibuat oleh guru belum semuanya dapat menunjang ketercapaian semua kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD) yang terdapat pada pelajaran Fisika. Guru masih menggunakan lembar kerja peserta didik (LKPD) yang beredar di pasaran yang tidak dapat menunjang semua kegiatan praktikum peserta didik. Penilaian keterampilan proses sains belum dilaksanakan, karena belum ada instrumen penilaiannya. Penilaian kegiatan praktikum didasarkan pada laporan hasil praktikum. Laboratorium dan peralatannya cukup baik, walaupun belum terpenuhi untuk semua materi pelajaran Fisika. Kegiatan praktikum belum optimum dilaksanakan di sekolah ini. Hasil observasi terhadap peserta didik di SMAN 3 Padang kelas X MIA 1, menunjukkan bahwa karakteristik peserta didik pada pembelajaran Fisika sudah cukup terlihat, dengan perolehan nilai rata-rata 62,46%. Karakteristik peserta didik yang diamati mencakup lima indikator, yaitu; kemampuan berpikir kritis, gaya belajar kognitif, minat, motivasi belajar, dan sikap ilmiah peserta didik selama proses pembelajaran Fisika. Namun jika dilihat per sub indikator masih banyak sub indikator karakteristik peserta didik yang belum terlihat, seperti partisipasi aktif dalam suatu kegiatan 46,88%, sikap respek terhadap data 54,69%, sikap kritis 55,47%, sikap kreatif dalam penemuan 43,75%, adanya penghargaan 237
Usmeldi
dalam belajar 42,19%, menyimpulkan 44,53%, dan memberikan penjelasan lebih lanjut 53,12%. Karakteristik peserta didik selama proses pembelajaran berpengaruh terhadap ketercapaian tujuan pembelajaran Fisika. Hal ini ditunjukkan dengan kurang optimalnya hasil belajar peserta didik. Peserta didik yang mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) pada ulangan harian (UH) masih di bawah 50%. Nilai rata-rata UH peserta didik kelas XMIA1 adalah 76,31 dan peserta didik kelas XMIA2 adalah 69,28. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi peserta didik adalah pembelajaran berbasis riset. Model pembelajaran berbasis riset adalah model yang mengintegrasikan riset dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran berbasis riset, peserta didik dilatih agar mampu menyelesaikan masalah dengan mengamati fakta yang ditemuinya. Pembelajaran berbasis riset dapat dilaksanakan dengan berbagai macam metode pembelajaran, sehingga hasil belajar yang dimiliki oleh peserta didik berasal dari sebuah riset (penelitian) sederhana yang mereka lakukan, misalnya melalui eksperimen dan studi lapangan (Wardoyo, 2013). Pembelajaran Fisika berbasis riset lebih cenderung dilaksanakan dalam bentuk kegiatan praktikum (eksperimen). Dalam pembelajaran Fisika berbasis riset diharapkan peserta didik dapat memiliki keterampilan proses sains (KPS). KPS adalah kemampuan peserta didik untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan, dan menemukan ilmu pengetahuan (Dahar, 1996). KPS harus ditumbuhkan dalam diri peserta didik sesuai dengan taraf perkembangannya sehingga dalam aplikasi dalam kehidupan sehari-hari peserta didik terlatih untuk lebih berpikir kritis dan bertindak sesuai dengan ilmu yang diperoleh. KPS memberikan penguatan terhadap karakteristik peserta didik dalam pembelajaran Fisika, dengan memiliki KPS peserta didik mampu menganalisis dan membuat kesimpulan berdasarkan pengalaman langsung. Melalui penerapan pembelajaran berbasis riset dengan kegiatan praktikum diharapkan peserta didik memiliki KPS dan karakter seorang saintis (ilmuwan). Ketrampilan proses sains sebagai ketrampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum dan teori sains, baik berupa ketrampilan mental, ketrampilan fisik, maupun ketrampilan sosial. Ketrampilan proses sains melibatkan ketrampilan kognitif atau intelektual, fisik, dan sosial. Ketrampilan kognitif terlibat dengan melakukan ketrampilan proses sains peserta didik menggunakan pikirannya. Ketrampilan fisik jelas terlihat dalam ketrampilan proses karena melibatkan penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan dan perakitan alat. Interaksi dengan sesama peserta didik dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran misalnya mendiskusikan hasil pengamatan merupakan ketrampilan sosial (Semiawan, 1992). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan ketrampilan proses sains adalah proses pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitas dan kreativitas peserta didik dengan mengembangkan ketrampilan intelektual, mental, fisik, dan sosial sebagai penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta menumbuhkan sikap dan nilai pada diri peserta didik. Peserta didik diberikan kesempatan untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, belajar proses dan produk 238
Pengembangan Asesmen Keterampilan Proses Sains.......
239
ilmu, tidak sekedar menceritakan atau mendengar cerita tentang ilmu pengetahuan. Peserta didik berpeluang untuk memperoleh konsep-konsep baru yang diperlukan. Pendekatan ketrampilan proses sains bertujuan untuk: (1) memberikan motivasi belajar, karena dalam ketrampilan proses sains peserta didik dipacu untuk senantiasa berpartisipasi secara aktif dalam belajar. (2) lebih memperdalam konsep, pengertian, dan fakta yang dipelajari peserta didik karena hakikatnya mereka sendiri yang mencari dan menemukan konsep tersebut, (3) mengembangkan pengetahuan teori dengan kenyataan, (4) sebagai persiapan dan latihan dalam menghadapi kenyataan hidup dalam masyarakat sebab telah dilatih untuk berpikir logis dalam memecahkan masalah, (5) mengembangkan sikap percaya diri, bertanggung jawab dan rasa kesetiakawanan sosial dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan (Semiawan, 1992). Jenis keterampilan proses sains yang dikemukakan oleh Funk (dalam Dimyati dan Moedjiono, 2006) adalah ketrampilan dasar (basic skills) dan ketrampilan terintegrasi (integrated skills). Keterampilan dasar terdiri atas; mengamati, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, memprediksi, menyimpulkan, dan bereksperimen. Sedangkan keterampilan terintegrasi terdiri atas; mengidentifikasi variabel, membuat tabulasi data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan data dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian dan melakukan eksperimen. Menurut Ango (2002) KPS terdiri atas 11 keterampilan yaitu; observing, classifying, inferring, predicting, communicating, interpretting data, making operational definitions, posing questions, hypothesizing, experimenting, and formulating models. Kualitas pembelajaran yang baik harus diikuti dengan asesmen (penilaian) yang baik pula, karena informasi dari hasil asesmen bermanfaat untuk perbaikan kualitas pembelajaran. Wolf (dalam Badmus, 2007) dan Mardapi (2008) mengemukakan bahwa asesmen adalah bagian penting dalam pembelajaran dan pembelajaran yang baik tidak akan berhasil tanpa asesmen yang baik. Pendapat tersebut memberi isyarat bahwa setiap usaha peningkatan kualitas pembelajaran harus mencakup usaha untuk menyempurnakan sistem penilaian yang digunakan. Berdasarkan uraian di atas diperlukan asesmen yang tepat untuk menilai keterampilan proses sains peserta didik. Oleh karena itu dikembangkan asesmen keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika berbasis riset. Rumusan masalah penelitian adalah: Bagaimana proses dan hasil pengembangan asesmen keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika berbasis riset yang valid, reliabel, dan praktis digunakan? 2. Metode Penelitian Desain penelitian menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang mengacu pada model 4D (four D model). Menurut Thiagarajan (Trianto, 2009) tahap model 4D adalah pendefinisian (define), perancangan (design), pengembangan (development), dan penyebaran 239
Usmeldi
(dessiminate). Penelitian dilakukan terhadap asesmen pembelajaran fisika untuk peserta didik SMA. Subyek penelitian adalah asesmen keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika berbasis riset untuk peserta didik SMA. Responden penelitian adalah peserta didik dan guru fisika di SMAN 3 Padang. Instrumen pengumpulan data adalah lembar validasi asesmen, lembar observasi dan angket respon guru. Berdasarkan jenis data yang dikumpulkan maka analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data validasi model asesmen pembelajaran dianalisis dengan persentase dan dibandingkan dengan kriteria kevalidan. Analisis reliabilitas instrumen dilakukan untuk mengetahui layak atau tidak layak digunakannya asesmen keterampilan proses sains. Reliabilitas instrumen diperlukan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan asesmen. Uji reliabilitas dengan menggunakan analisis Cohen Kappa. Data angket dianalisis secara kuantitatif untuk mengetahui kemudahan penggunaan asesmen keterampilan proses sains. Data pelaksanaan asesmen keterampilan proses sains dianalisis secara kualitatif dengan merevisi prosedur dan item asesmen. Revisi dilakukan berdasarkan catatan peneliti, hasil observasi yang dilakukan oleh observer terhadap pelaksanaan asesmen keterampilan proses sains, pendapat dari penimbang ahli dan teman sejawat. 3. Hasil dan Pembahasan Pada tahap pendefinisian diperoleh bahwa sebagian besar guru belum menggunakan asesmen keterampilan proses sains. Guru pada umumnya sudah memahami konsep penilaian (asesmen). Sebagian besar guru sudah melaksanakan asesmen keterampilan (kinerja) dalam kegiatan praktikum. Karakteristik peserta didik dalam pembelajaran Fisika sudah cukup terlihat, dengan perolehan nilai rata-rata 62,46%. Karakteristik peserta didik yang diamati mencakup lima indikator, yaitu; kemampuan berpikir kritis, gaya belajar kognitif, minat, motivasi belajar, dan sikap ilmiah peserta didik selama proses pembelajaran Fisika. Berdasarkan hasil tahap pendefinisian yang telah dilakukan, maka pada tahap perancangan disusun draf asesmen keterampilan proses sains dan rubriknya. Kegiatan pada tahap ini adalah: (1) Menyusun kisi asemen keterampilan proses sains dan indikatornya yang mencakup keterampilan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, melakukan eksperimen, menganalisis data, memprediksi, menyimpulkan, dan berkomunikasi. (2) Menjabarkan indikator keterampilan ke dalam sejumlah item yang menggambarkan keterampilan proses sains. (3) Menyusun rubrik untuk setiap item asesmen. (4) Menentukan skala yang digunakan dalam lembar asesmen, yaitu: sangat baik = 5, baik = 4, cukup = 3, kurang baik = 2, dan tidak baik = 1. Penggunaan rubrik asesmen dikomunikasikan kepada peserta didik agar diketahui kriteria apa saja yang akan dinilai supaya mereka dapat memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya. Penggunaan rubrik penilaian dapat membantu guru untuk menilai KPS peserta didik dengan lebih akurat dan obyektif.
240
Pengembangan Asesmen Keterampilan Proses Sains.......
241
a. Hasil Validasi Asesmen Keterampilan Proses Sains dan Rubriknya Sebelum melakukan kegiatan uji coba draf asesmen keterampilan proses sains dan rubriknya serta instrumen penelitian terlebih dahulu dilakukan validasi secara konseptual oleh tiga orang pakar pendidikan, dengan maksud untuk mengetahui apakah draf asesmen KPS, rubrik, dan instrumen penelitian memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Validasi dalam pengembangan asesmen KPS adalah penelaahan terhadap asesmen keterampilan proses sains dan rubriknya. Validasi dilakukan untuk mengetahui ketepatan asesmen KPS dan rubriknya dari aspek materi, konstruksi, dan bahasa yang digunakan sehingga asesmen dan rubriknya layak digunakan dalam penilaian. Hasil yang diperoleh dari validasi ahli dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil Validitas dan Reliabilitas Asesmen KPS dan Instrumen Pendukung Reliabilitas Validitas No Komponen yang divalidasi Indeks Simpulan Indeks Simpulan 0,67 Reliabel 1 Asesmen KPS 3,72 Valid 0,61 Reliabel 2 Rubrik asesmen 3,74 Valid 3 Lembar validasi asesmen 3,80 Valid lembar observasi 4 Lembar observasi 3,85 Valid 5 Angket respons guru 3,68 Valid
Berdasarkan informasi yang disajikan pada Tabel 1, diketahui bahwa asesmen dan instrumen pendukungnya memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Penilaian ahli tersebut didasarkan pada pengetahuan teori dan pengalaman (keahlian) mereka. b. Hasil Uji Coba Model Asesmen Pembelajaran Kegiatan uji coba asesmen keterampilan proses sains (KPS) dilakukan secara terbatas. Uji coba terbatas dimaksudkan untuk mengidentifikasi masalah yang dapat menghambat keterlaksanaan asesmen keterampilan proses sains, seperti keterbacaan, penggunaan bahasa, dan waktu yang diperlukan oleh guru, sehingga dapat dilakukan revisi sampai diperoleh asesmen keterampilan proses sains yang memenuhi kriteria praktis. Kegiatan yang dilakukan pada uji coba terbatas adalah: (1) Melaksanakan pembelajaran pada materi listrik dinamis dengan model pembelajaran berbasis riset. (2) Menilai keterampilan proses sains peserta didik menggunakan rubrik penilaian keterampilan proses sains yang dikembangkan. (3) Penilaian dilakukan pada saat peserta didik melakukan praktikum. Analisis hasil uji coba terbatas berupa analisis kemudahan pelaksanaannya. Berdasarkan hasil uji coba tersebut dilakukan revisi terhadap draf asesmen KPS hingga diperoleh asesmen yang lebih baik. Dari hasil penilaian praktikalitas asesmen KPS oleh guru diperoleh respon guru terhadap asesmen KPS berada pada kategori sangat baik dengan presentase rata-rata nilai adalah 86,38%. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa asesmen KPS yang dikembangkan termasuk kategori sangat praktis.
241
Usmeldi
No 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 2. Hasil Penilaian KPS Peserta didik Indikator KPS Rata-rata Kategori Merumuskan masalah Merumuskan hipotesis Melakukan eksperimen Menganalisis data Memprediksi Menyimpulkan Berkomunikasi Rata-rata
80 75 78 82 75 85 85 80
baik baik baik baik baik sangat baik sangat baik baik
Hasil penilaian keterampilan proses sains peserta didik dengan rubrik penilaian keterampilan proses sains yang dikembangkan pada pembelajaran fisika diperoleh bahwa sebagian besar peserta didik telah menunjukkan keterampilan proses sains yang baik. Ini berarti sebagian besar peserta didik sudah mencapai kompetensi pada ranah kognitif, psikomotor, dan afektif dalam pembelajaran fisika. Widyaningsih (2013) dan Sukarno (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa penggunaan rubrik penilaian keterampilan proses sains dapat mengubah prilaku peserta didik menjadi lebih rajin, aktif, dan bersungguh-sungguh dalam belajar sehingga tercapai kompetensi yang diharapkan. Penilaian keterampilan proses sains
dalam kegiatan praktikum dapat menunjukkan kinerja peserta didik. Wulan (2010) dan Mahmud (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa penilaian dengan performance assessment dapat memotivasi belajar peserta didik dan dapat menjadi pedoman dalam belajar. Menurut Zainul (2001) penilaian kinerja mengharuskan peserta didik menunjukkan kinerja, bukan memilih salah satu jawaban dari pilihan yang tersedia, sehingga penilaian kinerja dapat membantu guru untuk menilai keterampilan proses sains peserta didik secara lebih adil. Implementasi dari penilaian keterampilan proses sains kepada peserta didik dimulai dengan pemberian informasi kepada peserta didik sebelum melaksanakan kegiatan praktikum tentang apa yang diharapkan dan kinerja apa yang harus dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kemampuannya (Slater, 1993, Mutisya, 2013). Hal ini dikarenakan peserta didik berhak mengetahui kriteria yang digunakan untuk mengukur dan menilai proses pembelajaran, agar peserta didik bisa lebih aktif untuk mendapatkan hasil penilaian yang sesuai (Zainul, 2001). Kegiatan praktikum ini dipilih karena bisa menjadi cara guru untuk dapat mengetahui keterampilan proses sains yang dimiliki oleh peserta didik. Kondisi ini sesuai dengan pendapat Abungu (2014), Jack (2013), dan Ongo (2013) bahwa kegiatan praktikum memungkinkan peserta didik untuk menerapkan keterampilan proses sains. Wulan (2010) menyatakan bahwa kemampuan peserta didik saat melakukan prosedur praktikum, menggunakan alat-alat praktikum dan hasil kerja dari praktikum perlu mendapatkan penilaian, penilaian yang dimaksud adalah penilaian kinerja.
242
Pengembangan Asesmen Keterampilan Proses Sains.......
243
4. Kesimpulan Berdasarkan pengembangan dan uji coba yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Asesmen keterampilan proses sains digunakan untuk menilai kompetensi fisika peserta didik dalam pembelajaran fisika berbasis riset di laboratorium. 2. Asesmen keterampilan proses sains dilengkapi dengan rubrik penilaian. Penggunaan rubrik penilaian dapat membantu guru unruk menilai keterampilan proses sains peserta didik dengan lebih akurat dan obyektif. 3. Asesmen keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika berbasis riset dan rubriknya sudah valid dan reliabel berdasarkan penilaian ahli. 4. Asesmen keterampilan proses sains dalam pembelajaran fisika berbasis riset dan rubriknya termasuk kategori sangat praktis berdasarkan respon guru.
Daftar Pustaka 1.
Abungu, H,E., Okere, M.I.O., & Wachanga, S.M. (2014). “The Effect of Science Process Skills Teaching Approach on Secondary School Students’ Achievement in Chemistry in Nyando District, Kenya”. Journal of Educational and Social Research, 4(6). p. 359-372. 2. Ango L, Mary (2002). “Mastery of Science Process Skills and Their Effective Use in the Teaching of Science: An Educology of Science Education in the Nigerian Context”. International Journal of Educology. Vol 16(1). 3. Badmus, G., A. (2007). Changing nature of technical and vocational education and students’ assessment methods. Nigeria: Department of Educational Psychology and Curriculum Studies University of Benin, Benin City. www.iaea.info/abstract_files. 4. Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. 5. Dimyati dan Mudjiono (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta 6. Djamarah, Syaiful (2010). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. 7. Jack, G.U. (2013). “The Influence of Identified Student and School Variables on Student Science Process Skill Acquisition”. Journal of Education and Practice. 4(5). p.16-22. 8. Mahmud, Rifah. 2013. “Evaluasi Penilaian 2: Unjuk Kerja”. Artikel Pendidikan. http://rifahmahmud.staff.stainsalatiga.ac.id/2013/01/29/evaluasidan-penilaian-2-unjuk-kerja/. 9. Mardapi, Djemari. (2008). Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press. 10. Mutisya, S.M., Rotich, S. & Rotich, P.K. (2013). “Conceptual Understanding Of Science Process Skills and Gender Stereotyping: A Critical Component For Inquiry Teaching Of Science In Kenya’s Primary Schools”. Journal of Social Science & Humanities, 2(3). p.359-369.
243
Usmeldi
11. Ongowo, R.O & Indoshi, F.C. (2013). “Science Process Skill in Kenya Certificate of Secondary Education Biology Practical Examination”. Journal of Scientific research, 4(11). p.713-717. 12. Semiawan, Conny, dkk. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Peserta didik dalam Belajar. Jakarta: Gramedia. 13. Slater, T.F. (1993). Performance Assessment The Physics Teacher. 31(5), 306-309. http//solar. physics. montana.edu/Slater. 14. Sukarno., Permanasari, A., & Hamidah, I. (2013).” The Profile of Science Process Skill (SPS) Student at Secondary High School (Case Study in Jambi)”. International Journal of Scientific Enginering and Research. 1(1). p. 79-83. 15. Trianto (2009). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group 16. Wardoyo, S.M. (2013). Pembelajaran Berbasis Riset. Jakarta: Akademika. 17. Widyaningsih, Vera (2013). Pengembangan Rubrik Penilaian Portofolio Proses Sains pada Materi Ekosistem di SMP Negeri 1 Wedarijaksa Kabupaten Pati. Semarang: Universitas Negeri Semarang. 18. Wulan, A. R. (2010). Penilaian Kinerja dan Portopolio Pada Pembelajaran Biologi. http//upi.edu/fpmipa/anaratnawulan. 19. Zainul, A. (2001). Alternatif Assesment. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka.
244