EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN LKS BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKLASIFIKASI PADA MATERI ASAM BASA
(Skripsi)
Oleh Neny Sherliani
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDARLAMPUNG 2017
ABSTRAK
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN LKS BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKLASIFIKASI PADA MATERI ASAM BASA
Oleh NENY SHERLIANI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving dalam meningkatkan keterampilan mengklasifikasi pada materi asam basa. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling dan diperoleh kelas XI IPA 4 dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol. Metode pada penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan Non Equivalent (Pretest-Posttest) Control Group Design. Kelas eksperimen diberi perlakuan menggunakan LKS berbasis problem solving sedangkan pada kelas kontrol menggunakan LKS konvensional. Aspek keefektifan ditentukan dari rata-rata n-Gain siswa dalam mengklasifikasi, yang didukung oleh aktivitas siswa selama proses pembelajaran, dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sedangkan aspek kepraktisan ditentukan dari keterlaksanaan pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving dan respon siswa terhadap pembelajaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai
Neny Sherliani rata-rata n-Gain kelas kontrol dan kelas eksperimen berbeda secara signifikan, yaitu 0,6 dan 0,71. Hal ini didukung aktivitas siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang memiliki penilaian dengan kriteria sangat tinggi. Penilaian kepraktisan dalam keterlaksanaan pembelajaran dan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving memiliki kriteria sangat tinggi. Berdasarkan deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving efektif dalam meningkatkan keterampilan mengklasifikasi pada materi asam basa.
Kata kunci: asam-basa, keterampilan mengklasifikasi, problem solving.
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN LKS BERBASIS PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKLASIFIKASI PADA MATERI ASAM BASA
Oleh NENY SHERLIANI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 13 November 1995 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan bahagia Bapak Khairullah dan Ibu Solena.
Pendidikan formal diawali pada tahun 1999 di TK Taruna Jaya dan lulus pada tahun 2000, kemudian dilanjutkan ke jenjang SD diterima di SD Negeri 3 Perumnas Way Halim pada tahun 2000 dan lulus pada tahun 2006, setelah itu dilanjutkan ke jenjang sekolah di SMP Negeri 19 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2010, selanjutnya diterima di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2013.
Tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia di Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Pada akhir semester lima, penulis mengikuti kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Darul Arafah yang teritegrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sukajawa, Kecamatan Bumi Ratu Nuban, Kabupaten Lampung Tengah. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten praktikum Kimia Organik II. Penulis juga aktif dalam kegiatan organisasi kampus yaitu Himasakta. Beasiswa Bidikmisi didapatkan penulis selama kuliah dan juga dana hibah Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Kewirausahaan (PKM-K) Tahun 2017.
PERSEMBAHAN
Teruntuk Ayah, Bunda, Kakak , dan Adiku Tersayang Almamater yang saya banggakan Universitas Lampung
MOTTO
Berusahalah untuk menggapai mimpi - mimpimu Yakinlah kita mampu mewujudkannya (Neny Sherliani)
SANWACANA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehinga skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Menggunakan LKS Berbasis Problem Solving Dalam Meningkatkan Keterampilan Mengklasifikasi Pada Materi Pokok Asam Basa” dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan. Tak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada nabi Muhammad SAW. Pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dr. Ratu Beta Rudibyani, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia. 4. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku PA dan Pembimbing I atas keikhlasan, motivasi, dan kesediaannya dalam memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan kepada penulis selama proses perkuliahan dan penyusunan skripsi. 5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.Si., selaku pembimbing II atas motivasi dan kesediaanya dalam memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi. 6. Ibu Dr. Sunyono, M.Si selaku dosen pembahas yang senantiasa memberikan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan skripsi menjadi lebih baik.
7.
Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Kimia dan seluruh staf di Jurusan Pendidikan MIPA, terima kasih atas ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan.
8.
Bapak Triyatmo, S.Pd., M.Pd. selaku Kepala Sekolah, atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian, Ibu Dra. Umiyati Murni sebagai Guru Mitra atas waktu yang diberikan kepada penuli untuk melaksanakan penelitian dan seluruh Siswa, Guru dan staf SMA Negeri 13 Bandar Lampung atas kerjasama dan bantuannya selama penelitian.
9.
Ayah, Bunda, Wo Maya Sherliani, Odo Mardiansyah, dan Adikku Renny Wulandari yang selalu mendoakan, memberi dukungan, nasihat, dan kasih sayang yang tiada terhingga.
10. Skripsweet Team (Istiqomah dan Yusi), “JK” (Yuke, Dela, Hanni, Riri, Tika, Tiwi, dan Dian), sahabat KAC (Lizza, Maya, Ika, Tania, Nia, Erike, Mevici, Dian, Reni, dan Ledy), rekan-rekan Reaction’13, Sukajawa Squad (Monica, Atika, Nova, Juwita, Asep, Hady, Juleha, Sayu, Berty, dan Dian)
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan berupa rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Bandar Lampung, Penulis,
Neny Sherliani
Juli 2017
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...........................................................................................1 B. Rumusan Masalah ......................................................................................5 C. Tujuan Penelitian .......................................................................................6 D. Manfaat Penelitian .....................................................................................6 E. Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Kontruktivisme .....................................................................8 B. Model Pembelajaran Problem Solving ........................................................9 C. Lembar Kerja Siswa ..................................................................................11 D. Keterampilan Proses Sains ........................................................................15 E. Kerangka Pemikiran ..................................................................................18 F. Anggapan Dasar ........................................................................................21 G. Hipotesis Penelitian ..................................................................................21
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ..................................................................................22
B. Jenis dan Sumber Data ...............................................................................23 C. Metode dan Desain Penelitian....................................................................23 D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ................................................................24 E. Variabel Penelitian .....................................................................................26 F. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ....................................26 G. Analisis Data ..............................................................................................28 1. Analisis validitas dan reliabilitas instrumen ..........................................28 2. Analisis data kemampuan mengklasifikasi ............................................29 H. Pengujian Hipotesis ....................................................................................33 1. Uji Normalitas .......................................................................................33 2. Uji Homogenitas ....................................................................................34 3. Perbedaan Dua Rata-Rata ......................................................................35 IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan Analisi Data .............................................................37 B. Pembahasan ...............................................................................................47 V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan .................................................................................................58 B. Saran ........................................................................................................58 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Keterampilan Proses Sains ..............................................................................17 2. Jenis-jenis Indikator Keterampilan Proses Sains dan Sub indikatornya .........17 3. Desain penelitian .............................................................................................23 4. Kriteria Validitas Instrumen Tes .....................................................................28 5. Kriteria tingkat keterlaksanaan ........................................................................30 6. Validitas instrumen tes kemampuan mengklasifikasi .....................................37 7.
Presentase hasil observasi pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving .............................................................................................................40
8.
Presentase respon siswa terhadapa pelaksanaan pembelajaran.......................42
9.
Presentase penilaian afektif siswa dalam kegiatan pembelajaran ...................43
10. Presentase penilaian psikomotor siswa dalam kegiatan pembelajaran ...........44 11. Presentase kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran ........................45 12. Nilai Lhitung, Ltabel, kriteria uji dan pengambilan keputusan uji normalitas.....46
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Alur Penelitian.............................................................................................. 25 2. Rata-rata nilai pretes dan postes keterampilan mengklasifikasi di kelas kontrol dan kelas eksperimen ....................................................................... 38 3. Rata-rata n-Gain keterampilan mengklasifikasi di kelas kontrol dan kelas eksperimen ................................................................................................... 39
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan IPA merupakan bagian dari pendidikan yang memiliki peranan penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya (Widiyatmoko dan Pamelasari, 2012). IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Listyawati, 2012). Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di kehidupan sehari-hari (BSNP, 2006).
Menurut BSNP (2006) kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yaitu kimia sebagai produk yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori; kimia sebagai proses atau kerja ilmiah. Oleh sebab itu pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia sebagai proses dan produk.
2
Fakta yang diperoleh pada Sekolah Menengah Atas (SMA) sekarang ini, selama proses pembelajaran, siswa menyerap dan menerima informasi yang diberikan oleh guru (Machin, 2014; Asabe dan Yusuf, 2016). Siswa hanya menjadi pendengar dalam pembelajaran dan hanya menerima produk tanpa mengalami proses dalam pembelajaran (Karsli dkk., 2010).
Hal ini diperkuat berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan di kelas XI IPA SMA Negeri 13 Bandarlampung yang masih menggunakan pembelajaran konvensional, dimana pembelajaran yang dilakukan masih berpusat pada guru (teacher centered learning). Pada pembelajaran konvensional, siswa cenderung hanya bertindak sesuai dengan apa yang diinstruksikan oleh guru, tanpa berusaha sendiri memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Hal ini menyebabkan interaksi yang terjadi hanya satu arah yaitu interaksi guru ke siswa sedangkan interaksi siswa ke siswa jarang terjadi sehingga tidak tumbuh sikap ilmiah dari dalam diri siswa. Pembelajaran konvensional ini kurang efektif, karena tidak sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang menghendaki siswa memiliki keterampilan proses sains.
Keterampilan proses sains yaitu keterampilan fisik, mental, dan kompetensi yang dibutuhkan untuk keefektifan pembelajaran sains seperti memecahkan masalah, perkembangan individu dan sosial (Akinbobola dan Afolabi, 2010). Keterampilan proses sains dibedakan menjadi dua yaitu keterampilan proses sains dasar dan keterampilan proses sains terintegrasi (Dimyati dan Mudjiono, 2002). Keterampilan proses sains dasar meliputi mengamati, berkomunikasi, mengukur, memprediksi, menyimpulkan, dan mengklasifikasi (Hirea, 2013). Keterampilan proses sains
3
siswa perlu dilatih karena dapat membuat siswa lebih aktif dalam pembelajaran, membantu berpikir logis, serta memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari (Ergul dkk., 2011). Keterampilan proses dasar terdiri dari enam keterampilan, yakni: mengamati (observasi), mengelompokkan (klasifikasi), melakukan pengukuran, menarik kesimpulan (inferring), meramalkan (prediksi), berkomunikasi (Hartono dan Sunarto, 2002). Salah satu keterampilan proses sains yang dapat dilatih, diantaranya yaitu keterampilan mengklasifikasi. Keterampilan mengklasifikasi merupakan keterampilan proses sains yang dilatih untuk dapat memilah berbagai objek peristiwa yang didasarkan pada sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan kelompok sejenis dari objek yang dimaksud (Dimyati dan Mudjiono, 2002). Keterampilan proses sains sangat penting untuk memperoleh pengetahuan dalam proses pembelajaran dan menjadi tujuan utama dalam pembelajaran sains (Shahali dan Halim, 2010). Keterampilan proses sains memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar kimia siswa (Abungu, dkk., 2014).
Salah satu materi kimia yang dapat mengembangkan keterampilan proses sains siswa adalah materi asam basa, dengan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa yaitu mendeskripsikan teori-teori asam-basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan (BSNP, 2006). Materi asam-basa dipilih karena banyak fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi ini, misalnya rasa asam pada buah-buahan, pemanfaatan tumbuhan dengan warna mencolok sebagai indikator alami, pemanfaatan senyawa basa dalam mengobati sakit maag, pemanfaatan senyawa basa dalam produk sabun dan deterjen, pencemaran air dan lain sebagainya.
4
Pada materi asam-basa, dalam pembelajaran kimia di SMA lebih dikondisikan untuk dihafal oleh siswa, akibatnya siswa mengalami kesulitan menghubungkannya dengan lingkungan sekitar, dan tidak merasakan manfaat dari pembelajaran (Aisah, dkk., 2013). Berdasarkan hal tersebut, maka perlu adanya model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dan mandiri serta mengaitkannya dengan konsep yang telah didapat. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah problem solving. Problem solving akan meningkatkan daya intelektual dalam memecahkan permasalahan yang sulit karena siswa diberi kesempatan untuk bereksplorasi dengan mengkombinasikan pengetahuan yang telah dimilikinya (declarative, procedural, conditional) (Capriora, 2015).
Model pembelajaran problem solving mengarahkan siswa untuk mengkombinasikan informasi atau pengetahuan baru yang diterimanya dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya untuk menyelesaikan suatu permasalah (Pehkonen, dkk., 2013). Model pembelajaran problem solving sangat diperlukan dalam proses pembelajaran dikelas karena dapat merangsang kemampuan dan kreativitas siswa dalam kegiatan pembelajaran (Djamarah dan Zain, 2006). Kreativitas diperlukan untuk membangun dan menumbuhkan konsep atau suatu cara alternatif dalam suatu pemecahan masalah (Awang dan Ramly, 2008). Oleh karena itu, pembelajaran kimia harus diarahkan pada proses pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan memberikan pengalaman belajar secara langsung, salah satunya yaitu pembelajaran yang menggunakan media LKS. LKS merupakan sumber belajar penunjang yang dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi kimia yang harus mereka kuasai (Senam, dkk., 2008). Penyajian menggunakan LKS dapat membimbing siswa secara terstruktur sehingga siswa dapat memecahkan masalah yang diberikan dan
5
dapat meningkatkan keterampilan proses sains. Pada pelaksanaannya, siswa diarahkan untuk mengamati perbedaan dan persamaan ciri-ciri berdasarkan perubahan warna kertas lakmus dan indikator universal, mengidentifikasi perbedaan serta persamaan larutan-larutan yang diamati, lalu mengelompokan atau menggolongkan larutan-larutan tersebut kedalam asam, basa, dan netral.
Beberapa hasil penelitian terdahulu, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Saputra, dkk (2012) pada siswa kelas XI IPA di SMAN 7 Bandarlampung menunjukkan bahwa model problem solving dapat meningkatkan keterampilan bertanya dan menjawab pertanyaan pada materi laju reaksi. Kemudian, penelitian yang dilakukan oleh Yuliza, dkk (2013) pada siswa kelas XI SMA Al-Azhar 3 Bandarlampung, menggunakan model pembelajaran problem solving pada materi koloid menunjukkan bahwa sangat baik dalam meningkatkan keterampilan mengelompokkan dan penguasaan konsep. Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan Marthandila, dkk (2012) pada siswa kelas XI IPA 1 SMA Batanghari menunjukkan bahwa model pembelajaran problem solving efektif untuk meningkatkan keterampilan dalam menjawab pertanyaan pada materi hasil kali kelarutan. Berdasarkan uraian diatas, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Menggunakan LKS Berbasis Problem Solving dalam Meningkatkan Keterampilan Mengklasifikasi pada Materi Asam Basa”.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana efektivitas pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving dalam meningkatkan keterampilan mengklasifikasi pada materi asam-basa?
6
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving dalam meningkatkan keterampilan mengklasifikasi pada materi asam-basa.
D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1.
Bagi siswa Penggunaan LKS berbasis problem solving selama pembelajaran diharapkan mampu memudahkan siswa dalam memahami konsep pada materi asam basa, dan dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung, mempermudah dalam meningkatkan keterampilan proses sains yaitu keterampilan mengklasifikasi.
2.
Bagi guru Menambah media pembelajaran baru yang diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif pada materi asam basa yang dapat digunakan untuk melatih siswa dalam meningkatkan keterampilan mengklasifikasi.
3.
Bagi sekolah Sumbangan pemikiran dan informasi dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah:
7
1. Pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan KPS apabila menunjukkan adanya perbedaan rata-rata n-Gain yang signifikan antara kelas kontrol dan eksperimen dan siswa terlibat aktif dalam pembelajaran (Eggen dan Kauchak dalam Warsita, 2008; Nuraeni, dkk., 2010). 2. Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah identifikasi larutan asam basa, derajat keasaman (pH), indikator asam basa, teori asam basa BronstedLowry dan Lewis , dan pencemaran air. 3. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Problem Solving. Model problem solving terdiri dari 5 tahapan. Tahap 1 yaitu mengorientasikan siswa pada masalah, tahap 2 yaitu mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah, tahap 3 yaitu menetapkan jawaban sementara dari masalah, tahap 4 yaitu menguji kebenaran jawaban sementara, dan tahap 5 yaitu menarik kesimpulan (Depdiknas, 2008). 4. Keterampilan proses sains yang diamati dalam penelitian ini adalah keterampilan mengklasifikasi dengan indikator mencari kesamaan, mencari perbedaan, membandingkan ciri-ciri, dan mencari dasar penggolongan.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Belajar Konstruktivisme
Teori belajar pada dasarnya merupakan penjelasan mengenai bagaimana terjadinya belajar atau bagaimana informasi diproses dalam pikiran siswa. Berdasarkan suatu teori belajar, diharapkan suatu pembelajaran dapat meningkatkan perolehan siswa terhadap hasil belajar. Menurut Gagne (Dahar, 1989) belajar merupakan sejenis perubahan yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan suatu tindakan. Piaget atau yang dikenal sebagai konstrukvis pertama (Dahar, 1989) menegaskan bahwa peran guru dalam pembelajaran menurut konstruktivisme yaitu sebagai fasilitator atau moderator, dan siswa yang menjadi pusat kegiatan. Tugas seorang guru adalah membantu untuk memulai diskusi, memberi kesempatan siswa untuk mengekspos pengetahuannya, menyampaikan ide atau gagasan mereka, dan menilai pemahaman mereka (Lunenburg, 2011). Menurut Budiningsih (2005) pembelajaran secara konstruktivisme adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru berperan membantu agar proses pengkonstruksian pengetahuan oleh siswa berjalan lancar, guru tidak mentransfer pengetahuan yang telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk pengetahuan sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat ditransfer dari orang yang mempunyai pengetahuan kepada
9
orang yang belum mempunyai pengetahuan. Bahkan, bila seorang guru bermaksud mentransfer konsep, ide, atau pengertiannya kepada siswa, harus diinterpretasikan dan dikonstruksikan oleh siswa itu lewat pengalamannya (Trianto, 2009). Menurut Von Glaserfeld (Budingisih, 2005) menyatakan bahwa ada beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses mengkonstruksi pengetahuan, yaitu: 1) kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali pengalaman, 2) kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan kesamaan dan perbedaan, 3) kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu dari pada lainnya. Proses belajar jika dipandang dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya. Menurut Naylor dan Keogh (dalam Ultanir, 2012:196) proses pembelajaran bermakna yaitu pembelajaran yang dalam prosesnya pelajar dapat mengkontruksi pemahaman dan ide dari pengetahuan yang ada. Prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), antara lain: 1. Pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; 2. Tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. Mengajar adalah membantu siswa belajar; 4. Tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5. Kurikulum menekankan partisipasi siswa; 6. Guru adalah fasilitator.
B. Model Pembelajaran Problem Solving Salah satu pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran dengan menggunakan model problem solving. Model problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan suatu masalah dan memecahkannya berdasarkan
10
data atau informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang tepat dan cermat (Hidayati, 2006). Pada pemecahan masalah prosesnya terutama terletak dalam diri pelajar, pelajar harus berfikir, mencobakan hipotesis dan bila berhasil memecahkan masalah itu ia mempelajari sesuatu yang baru (Suryobroto, 2009). Model problem solving dapat menstimulasi peserta didik dalam berfikir yang dimulai dari mencari data sampai merumuskan kesimpulan sehingga peserta didik dapat mengambil makna dari kegiatan pembelajaran (Shoimin, 2016). Menurut Djamarah dan Zain (2006) langkah-langkah model pembelajaran problem solving yaitu: (1) Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan; (2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut; (3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut; (4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut; dan (5) Menarik kesimpulan. Adapun kelebihan pembelajaran problem solving menurut Djamarah dan Zain (2006) adalah sebagai berikut: a. Membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan. b. Membiasakan siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. c. Model pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya siswa banyak menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya
Lebih lanjut lagi Muliawan (2016) kelebihan pembelajaran problem solving, yaitu: 1. 2. 3. 4.
Melatih siswa untuk belajar mandiri. Ilmu dan pengetahuan yang diperoleh siswa bersifat nyata dan aplikatif. Meningkatkan kemampuan analisis siswa. Menumbuhkan kebanggan dalam diri siswa ketika ia berhasil memecahkan masalah yang dihadapi. 5. Ilmu dan pengetahuan yang diperoleh cendrung bersifat permanen dalam arti melekat dalam ingatan siswa.
11
Kekurangan pembelajaran problem solving menurut Djamarah dan Zain (2006), yaitu: a. Memerlukan keterampilan dan kemampuan guru. Hal ini sangat penting karena tanpa keterampilan dan kemampuan guru dalam mengelola kelas pada saat strategi ini digunakan maka tujuan pengajaran tidak akan tercapai karena siswa menjadi tidak teratur dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan dalam pembelajaran. b. Memerlukan banyak waktu. Penggunaan model pembelajaran problem solving untuk suatu topik permasalahan tidak akan maksimal jika waktunya sedikit, karena bagaimanapun juga akan banyak langkah-langkah yang harus diterapkan terlebih dahulu dimana masing-masing langkah membutuhkan kecekatan siswa dalam berpikir untuk menyelesaikan topik permasalahan yang diberikan dan semua itu berhubungan dengan kemampuan kognitif dan daya nalar masing-masing siswa. c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari mendengarkan dan menerima informasi yang disampaikan guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan masalah sendiri dan kelompok memerlukan banyak sumber belajar sehingga menjadi kesulitan tersendiri bagi siswa. Sumber-sumber belajar ini bisa di dapat dari berbagai media dan buku-buku lain.
C. Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah salah satu bentuk program yang berlandaskan atas tugas yang harus diselesaikan dan berfungsi sebagai alat untuk mengalihkan pengetahuan dan keterampilan sehingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran (Sriyono, 1992). Menurut Trianto (2009) Lembar Kerja Siswa (LKS) digunakan oleh guru untuk mempermudah siswa untuk mengetahui lebih banyak dan memahami materi atau informasi yang disampaikan oleh guru atau pendidik. Penggunaan media LKS memberikan manfaat dalam proses pembelajaran, hal ini dikemukakan oleh Arsyad (2005) antara lain yaitu; 1) Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga proses belajar semakin lancar dan meningkatkan hasil belajar; 2) Meningkatkan motivasi siswa dengan mengarahkan perhatian siswa sehingga memungkinkan siswa belajar
12
sendiri-sendiri sesuai kemampuan dan minatnya; 3) Penggunaan media dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; 4) Siswa akan mendapatkan pengalaman yang sama mengenai suatu peristiwa dan memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan lingkungan sekitar.
Menurut Widjajanti (2010) Lembar Kerja Siswa selain sebagai media pembelajaran juga mempunyai fungsi, sebagai berikut : 1) Merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan belajar mengajar. 2) Dapat digunakan untuk mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu penyajian suatu topik. 3) Dapat untuk mengetahui seberapa jauh materi yang telah dikuasai siswa. 4) Dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas. 5) Membantu siswa dapat lebih aktif dlam proses belajar mengajar. 6) Dapat membangkitkan minat siswa jika lks disusun secara rapi, sistematis mudah dipahami oleh siswa sehingga mudah menarik perhatian siswa. 7) Dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri siswa dan meningkatkan motivasi belajar dan rasa ingin tahu. 8) Dapat mempermudah penyelesaian tugas perorangan, kelompok atau klasikal karena siswa dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan kecepatan belajarnya. 9) Dapat digunakan untuk melatih siswa menggunakan waktu seefektif mungkin 10) Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Terdapat beberapa jenis LKS menurut fungsinya, diantaranya yaitu: (a) LKS yang membantu siswa menemukan suatu konsep, (b) LKS yang membantu siswa menerapkan dan mengintegrasikan suatu konsep yang telah ditemukan, (c) LKS yang berfungsi sebagai penuntun belajar, (d) LKS yang berfungsi sebagai penguatan, (e) LKS yang berfungsi sebagai petunjuk praktikum (Rohman dan Sofyan, 2013). Secara rinci aspek-aspek yang harus dipenuhi oleh suatu LKS agar dapat dikategorikan menjadi LKS yang baik menurut Widjajanti (2010) adalah :
13
a. Pendekatan penulisan b. Kebenaran konsep c. Kedalaman konsep d. Keluasan Konsep e. Kejelasan kalimat
f. Kebahasaan g. Evaluasi belajar h.Kegiatan siswa / percobaan kimia i. Keterlaksanaan j Penampilan Fisik
Menurut Siddiq (2009), penyusunan LKS harus memenuhi syarat- syarat sebagai berikut : 1. Syarat didaktik, Lembar Kerja Siswa (LKS) sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungya proses belajar mengajar haruslah memenuhi persyaratan didaktik, artinya suatu LKS harus mengikuti asas belajar-mengajar yang efektif, yaitu: memperhatikan adanya perbedaan individual, sehingga LKS yang baik adalah yang dapat digunakan baik oleh siswa yang lamban, yang sedang, maupun yang pandai, menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKS dapat berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu, memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa, dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri sendiri, pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa (intelektual, emosional, dan sebagainya), bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran. 2. Syarat konstruksi, yang dimaksud dengan syarat konstruksi adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh peserta didik. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta didik, menggunakan struktur kalimat yang jelas, memiliki taat aturan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik
14
menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka, tidak mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan keterbacaan, peserta didik menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keluasaan pada peserta didik untuk menulis maupun menggambar pada LKS, menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek, lebih banyak menggunakan ilustrasi daripada kata- kata, sehingga akan mempermudah peserta didik dalam menangkap apa yang diisyaratkan LKS, memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari pelajaran itu sebagai sumber motivasi, maupun identitas untuk memudahkan administrasinya. 3. Syarat teknis, dari segi teknis memiliki beberapa pembahasan yaitu: a. Tulisan, menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi, menggunakan huruf tebal agak besar, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah, menggunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris, menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban peserta didik, mengusahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi. b. Gambar yang baik untuk LKS adalah yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS, dan yang lebih penting adalah kejelasan isi atau pesan dari gambar itu secara keseluruhan. c. Penampilan, apabila suatu LKS ditampilkan dengan penuh kata- kata, lalu ada sederatan pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik, hal ini akan menimbulkan kesan jenuh sehingga membosankan dan tidak menarik. Apabila ditampilkan dengan gambarnya saja, itu tidak mungkin karena pesannya atau isinya tidak akan sampai. Jadi yang baik adalah LKS yang memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan.
15
D. Keterampilan Proses Sains (KPS) Keterampilan proses merupakan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang pada dasarnya telah ada dalam diri setiap siswa, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang anak didik dalam kegiatan belajar mengajar, memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta keterampilan (Dimyati dan Moedjiono, 2006). Menurut Zubaidah (2014) keterampilan proses sains adalah keterampilan yang digunakan peserta didik untuk menyelidiki dunia di sekitar mereka dan untuk membangun konsep ilmu pengetahuan. Hartono (2007) mengemukakan bahwa: Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam pembelajaran IPA, aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya proses sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada penekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan. Dimyati dan Mudjiono (2006) membagi keterampilan proses menjadi dua kelompok besar yaitu keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Keterampilan dasar (basic skill) terdiri dari enam keterampilan, yakni: mengamati, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, mengkomunikasikan, dan menyimpulkan. Keterampilan terintegrasi (integrated skill ) terdiri dari sepuluh keterampilan, yakni: mengidentifikasi variabel, membuat tabel data, menyajikan data dalam bentuk grafik, menggambarkan hubungan antar variabel, mengumpulkan dan mengolah data, menganalisis penelitian, menyusun hipotesis, mendefinisikan variabel secara operasional, merancang penelitian, dan melaksanakan eksperimen.
16
Lebih lanjut lagi Esler dan Esler (1996) mengelompokkan keterampilan proses sebagai berikut: Tabel 1. Keterampilan proses sains Keterampilan Proses Dasar Mengamati (observasi) Inferensi Mengelompokkan (klasifikasi) Menafsirkan (interpretasi) Meramalkan (prediksi) Berkomunikasi
Keterampilan Proses Terpadu Mengajukan pertanyaan Berhipotesis Penyelidikan Menggunakan alat/bahan Menerapkan Konsep Melaksanakan percobaan
Berikut adalah jenis-jenis indikator keterampilan proses sains beserta sub indikator, yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Jenis-Jenis Indikator Keterampilan Proses Sains dan Sub indikatornya. No 1
2
3
4
5
6
7
Indikator
Sub Indikator Keterampilan Proses Sains - Menggunakan sebanyak mungkin alat indera Mengamati - Mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan - Mencatat setiap pengamatan secara terpisah Mengelompokkan/ - Mencari perbedaan, persamaan; Mengontraskan Klasifikasi ciri-ciri; Membandingkan - Mencari dasar pengelompokkan atau penggolongan - Menghubungkan hasil-hasil pengamatan Menafsirkan - Menemukan pola dalam suatu seri pengamatan; Menyimpulkan - Menggunakan pola-pola hasil pengamatan Meramalkan - Mengungkapkan apa yang mungkin terjadi pada keadaan sebelum diamati - Bertanya apa, mengapa, dan bagaimana. Mengajukan - Bertanya untuk meminta penjelasan; Mengajukan Pertanyaan pertanyaan yang berlatar belakang hipotesis. -Mengetahui bahwa ada lebih dari satu kemungkinan penjelasan dari suatu kejadian. Merumuskan -Menyadari bahwa suatu penjelasan perlu diuji kebenaran Hipotesis nya dengan memperoleh bukti lebih banyak atau melakukan cara pemecahan masalah. - Menentukan alat/bahan/sumber yang akan digunakan Merencanakan - Mentukan variabel/ faktor penentu; Percobaan - Menetukan apa yang akan diukur, diamati, dicatat; - Menentukan apa yang akan dilaksanakan
17
Lanjutan Tabel 2. Jenis-Jenis Indikator Keterampilan Proses Sains dan Sub indikatornya.
8
Menggunakan alat/bahan
9
Menerapkan Konsep
10
Berkomunikasi
- Memakai alat/bahan - Mengetahui alasan mengapa menggunakan alat/bahan - Mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan. - Menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru - Menggunakan konsep pada pengalaman baru untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi - Menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik, tabel atau diagram - Menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis - Menjelaskan hasil percobaan atau penelitian - Membaca grafik atau tabel atau diagram - Mendiskusikan hasil kegiatan mengenai suatu masalah atau suatu peristiwa. (Permendikbud, 2014)
Tahapan-tahapan pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains menurut Dimyati dan Mudjiono (2009): Pendekatan keterampilan proses lebih cocok diterapkan pada pembelajaran sains. Pendekatan pembelajaran ini dirancang dengan tahapan: (1) penampilan fenomena, (2) apersepsi, (3) menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa, (4) demonstrasi atau eksperimen, (5) siswa mengisi lembar kerja, (6) guru memberikan penguatan materi dan penanaman konsep dengan tetap mengacu kepada teori permasalahan.
Penerapan pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains memungkinkan siswa untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang pada dasarnya sudah dimiliki oleh siswa. Hal ini didukung oleh pendapat Arikunto (2004): “Pendekataan berbasis keterampilan proses sains adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya keterampilanketerampilan intelektual tersebut telah ada pada diri siswa.”
18
Adapun keterampilan proses sains yang ingin diteliti pada penelitian ini adalah mengklasifikasi. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002) mengklasifikasi adalah keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga di dapatkan golongan/ kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Contoh kegiatan yang menampakkan keterampilan mengklasifikasi antara lain: mengklasifikasikan cat berdasarkan warna, mengklasifikasikan binatang menjadi binatang beranak dan bertelur dan kegiatan lain yang sejenis.
Lebih lanjut lagi Dimyati dan Mudjiono (2002) indikator keterampilan klasifikasi adalah mampu menentukan perbedaan, mengontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan menentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek. Pengelompokkan obyek adalah cara memilah obyek berdasarkan kesamaan, perbedaan, dan hubungan. Keterampilan mengklasifikasi dapat dikuasai apabila siswa dapat melakukan dua keterampilan berikut ini: a. Mengidentifikasi dan memberi nama sifat-sifat yang dapat diamati dari sekelompok obyek yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasi. b. Menyusun klasifikasi dalam tingkat-tingkat tertentu sesuai dengan sifat-sifat obyek E. Kerangka Pemikiran Problem solving merupakan pembelajaran yang menghadapkan siswa kepada masalah. Pada pembelajaran problem solving siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran dalam artian siswa lebih mendominasi daripada guru sehingga siswa dapat mengembangkan ide-ide atau daya pikir yang mereka miliki untuk memecahkan suatu masalah. Selain itu pembelajaran akan lebih bermakna karena dilakukan
19
secara bertahap. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa dikelompokkan secara heterogen. Pengelompokan ini didasarkan pada kemampuan kognitif siswa, dimana satu kelompok terdiri dari siswa yang berkemampuan kognitif tinggi, sedang, dan rendah. Tahap pertama, yaitu mengorientasikan siswa pada masalah. Pada tahap ini, guru memulai pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, mengajukan fakta untuk memunculkan masalah, dan memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam memecahan masalah. Guru mengajukan fenomena untuk memunculkan masalah yaitu seperti pada pertemuan pertama, mengenai air jeruk yang memiliki rasa asam dan merupakan sampel yang bersifat asam, serta air kapur yang memiliki rasa pahit dan merupakan sampel yang bersifat basa. Tidak semua sampel yang bersifat asam maupun basa dapat ditentukan sifatnya dengan mencicipi, karena ada sebagian yang bersifat racun. Fenomena ini menimbulkan rasa ingin tahu siswa, bagaimana menentukan suatu sampel bersifat asam atau basa tanpa harus mencicipinya dan apa-kah yang menyebabkan larutan bersifat asam dan basa. Pada tahap ini, diharapkan siswa dapat menentukan atau menemukan permasalahan dari orientasi masalah yang disampaikan oleh guru. Tahap kedua siswa diminta mencari data atau keterangan yang digunakan untuk memecahkan masalah. Pada tahap ini, siswa mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah yang sedang dihadapi. Tahap ketiga yakni menetapkan jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan, siswa dilatih untuk dapat mengemukakan hipotesis. Pada tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan ide atau pendapat sebagai hipotesis awal terhadap jawaban atas permasalahan yang dikemukakan secara bebas berdasarkan pengetahuan awal mereka.
20
Tahap keempat yakni menguji kebenaran dari jawaban sementara. Pada tahap ini siswa melakukan percobaan untuk menguji jawaban sementara yang bertujuan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati fenomena-fenomena yang terjadi dengan memanfaatkan panca indera semaksimal mungkin. Selain itu pada tahap ini, siswa juga memungkinkan untuk memasukkan perhitungan matematis sebagai salah satu langkah dalam membuat penyelesaian masalah, dan setelah melakukan praktikum, siswa diharapkan dapat mengidentifikasi persamaan atau perbedaan larutan-larutan asam-basa yang diamati, membandingkan ciri-ciri berdasarkan perubahan kertas lakmus, serta mengelompokkan atau menggolongkan larutan yang bersifat asam, basa, atau netral sehingga diharapkan siswa dapat meningkatkan keterampilan proses sains siswa yaitu keterampilan mengklasifikasi. Pada proses selanjutnya siswa melakukan diskusi untuk membahas hasil percobaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat di LKS. Sehingga terjadi proses menuju kesetimbangan antara konsep-konsep yang telah dimiliki siswa dengan konsep-konsep yang baru dipelajari. Pada tahap ini, siswa yang berkemampuan kognitif rendah, dapat terbantu dalam memahami materi asam-basa dengan baik. Kemudian melalui diskusi kelompok, kegiatan praktikum, dan pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving, siswa yang berkemampuan kognitif tinggi dapat membantu siswa yang berkemampuan kognitif sedang dan rendah untuk dapat memahami materi asam-basa dengan baik. Tahap kelima, yakni siswa diminta untuk menarik kesimpulan yang diperoleh melalui tahapan pembelajaran. Pada tahap ini terlihat apakah siswa sudah memahami pembelajaran yang diberikan atau belum.
21
F. Anggapan Dasar Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah: 1.
Siswa-siswa kelas XI IPA semester genap SMAN 13 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2017/2018 yang menjadi subjek penelitian memiliki tingkat kedalaman dan keluasan materi yang dibelajarkan sama.
2.
Perbedaan n-Gain keterampilan mengklasifikasi pada materi asam basa kelas XI IPA semester genap SMAN 13 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2017/2018 semata-mata karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.
3.
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan keterampilan mengklasifikasi pada materi asam basa siswa kelas XI IPA semester genap SMAN 13 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2017/2018 diabaikan.
G. Hipotesis Penelitian Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving efektif dalam meningkatkan keterampilan mengklasifikasi pada materi asam basa.
22
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Negeri 13 Bandarlampung Tahun Ajaran 2016/2017 yang berjumlah 153 siswa dan tersebar dalam empat kelas yaitu kelas IPA 1, IPA 2, IPA 3, dan IPA 4 yang masing-masing terdiri atas 37 siswa, 40 siswa, 37 siswa, dan 39 siswa. Selanjutnya dari populasi tersebut diambil sebanyak dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol.
Oleh karena peneliti ingin mendapatkan kelas dengan tingkat kemampuan kognitif yang sama, peneliti memilih teknik purposive sampling dalam pengambilan sampel. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri (Fraenkel, 2012). Pertimbangan yang dilakukan adalah guru bidang studi kimia di SMA Negri 13 Bandarlampung hanya mengizinkan menggunakan dua kelas dari empat kelas yang ada sebagai sampel penelitian, yaitu kelas XI IPA 1 dan XI IPA 4. Menetapkan kelas eksperimen dan kelas kontrol peneliti melakukan pengundian, dan terpilih kelas eksperimen yaitu XI IPA 4 sedangkan kelas kontrol XI IPA 1.
23
B. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer berupa skor tes keterampilan mengklasifikasi sebelum penerapan pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis problem solving (pretes), skor tes keterampilan mengklasifikasi setelah penerapan pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis problem solving (postes). Adapun sumber data dibagi menjadi dua kelompok yaitu: 1. Seluruh siswa kelas eksperimen; dan 2. Seluruh siswa kelas kontrol. C. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan menggunakan Non Eqiuvalent (Pretest-Posttest) Control Group Design (Creswell, 2014) dengan urutan kegiatan seperti yang terlihat pada di bawah ini: Tabel 3. Desain penelitian O1
X
O2
---------------O1
X
O2 (Creswell, 2014)
Keterangan: O1 : Pretest kelas eksperimen dan kontrol O2 : Postest kelas eksperimen dan kontrol X : Perlakuan dengan LKS berbasis problem solving pada kelas eksperimen
24
D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Dalam memperoleh informasi, langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Observasi Pendahuluan a. Peneliti meminta izin kepada Kepala SMA Negeri 13 Bandarlampung untuk melaksanakan penelitian. b. Peneliti menentukan populasi kemudian menentukan sampel penelitian sebanyak 2 kelas. 2. Pelaksanaan penelitian Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari beberapa tahap, yaitu: a. Tahap persiapan Penyusun silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan instrumen tes. b. Tahap pelaksanaan proses pembelajaran. (1) Memberikan pretes dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. (2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran pada materi asam basa dengan pembelajaran yang telah ditetapkan pada masing-masing kelas, pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis problem solving diterapkan di kelas eksperimen sedangkan pembelajaran menggunakan LKS konvensional diterapkan di kelas kontrol. (3) Memberikan postest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. (4) Melakukan tabulasi dan analisis data. (5) Penulisan pembahasan dan simpulan.
25
Alur prosedur penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk bagan berikut:
Tahap Penelitian
Izin Penelitian
Pendahuluan Menentukan sampel penelitian
Tahap
Mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Validasi instrumen penelitian
Tes keterampilan mengklasifikasi awal
a. LKS berbasis problem a. LKS berbasis problem solving solving (Eksperimen) (Eksperimen) b. LKS konvensioanal b. LKS konvensional (Kontrol) (kontrol)(Kontrol)
Analisis Data Tahap Penelitian Akhir
Pembahasan
Kesimpulan
Gambar 1. Prosedur pelaksanaan penelitian
Tes keterampilan mengklasifikasi akhir
26
E. Variabel penelitian Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran problem solving dan media pembelajaran yang digunakan, yaitu LKS berbasis problem solving dan LKS konvensional sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan siswa dalam mengklasifikasi pada materi pokok asam basa.
F. Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian
1. Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Analisis konsep adopsi Nurdiana (2015) b. Silabus modifikasi dari Kandari (2012) c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) modifikasi dari Kandari (2012) d. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang digunakan sebanyak 5 LKS kelompok yaitu LKS-1 mengenai identifikasi larutan asam basa, LKS-2 mengenai derajat keasaman, LKS-3 indikator asam basa, LKS-4 teori asam basa Bronsted-Lowry dan Lewis, LKS-5 pencemaran air adopsi dari Kandari (2012)
2. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Adapun instrumen penelitian yang digunakan adalah : a. Soal pretes dan postes yang berupa soal keterampilan mengklasifikasi bentuk uraian, dimodifikasi dari Aisah (2013) b. Lembar penilain afektif (lembar penilaian sikap), lembar penilaian psikomotor
27
(lembar aktivitas siswa), lembar penilaian kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, modifikasi dari Nopita (2013) c. Lembar observasi keterlaksanaan lks berbasis problem solving, modifikasi dari Dienna (2016) d. Angket respon siswa terhadap penggunaan lks berbasis problem solving, dimodifikasi dari Putra (2016).
G. Analisis Data
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Sebelum melaksanakan penelitian, analisis data yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: 1.
Analisis validitas dan reliabilitas instrumen
Analisis validitas dan reabilitas instrumen tes digunakan untuk mengetahui kualitas instrument yang digunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui dan mengukur apakah instrumen yang digunakan telah memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai pengumpul data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan pentingyaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2010). Berdasarkan hasil uji coba tersebut maka akan diketahui validitas dan reliabilitas instrumen tes. a. Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen tes (Arikunto, 2010). Sebuah instrumen dikatakan
28
valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar yang dikemukakan oleh Pearson, dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Untuk menginterpretasikan tingkat validitas, maka koefisien korelasi dikategorikan pada kriteris sebagai berikut: Tabel 4. Kriteria Validitas Instrumen Tes (Arikunto, 2010) Nilai r 0,81 – 1,00 0,61 – 0,80 0,41 – 0,60 0,21 – 0,40 0,00 – 0,20
Interpretasi Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah
b. Reliabilitas Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kepercayaan instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Suatu alat evaluasi disebut reliabel jika alat tersebut mampu memberikan hasilyangdapat dipercaya dan konsisten. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach yang kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan derajat reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford (Suherman, 2003), dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 17.0. Kriteria derajat reliabilitas (r11) alat evaluasi menurut Guilford: 0,80 < r11≤ 1,00; derajat reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r11≤ 0,80; derajat reliabilitas tinggi 0,40 < r11≤ 0,60; derajat reliabilitas sedang 0,20 < r11≤ 0,40; derajat reliabilitas rendah 0,00 < r11≤ 0,20; tidak reliabel
29
2.
Analisis data keterampilan mengklasifikasi
a.
Perhitungan Nilai Siswa
Nilai pretes dan postes pada penilaian keterampilan mengklasifikasi sebagai berikut:
Nilai Siswa =
x 100%
............ (1)
Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan menghitung n-Gain, yang selanjutnya digunakan pengujian hipotesis. Nilai n-Gain digunakan untuk mengetahui efektivitas penggunaan LKS berbasis problem solving dalam meningkatkan keterampilan mengklasifikasi siswa pada materi asam basa. Nilai n-Gain tiap siswa dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Hake (2002) sebagai berikut: ……………. (2)
n-Gain
Selanjutnya menghitung rata-rata n-Gain dari n-Gain masing-masing siswa dengan rumus sebagai berikut: rata-rata n-Gain =
∑
……………. (3)
Hasil perhitungan rata-rata n-Gain (g) kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan kriteria dari Hake (2002) sebagai berikut: 1. Jika g 0,7 maka n-Gain yang dihasilkan termasuk kategori tinggi. 2. Jika 0,7 > g 0,3 maka n-Gain yang dihasilkan termasuk kategori sedang. 3. Jika g < 0,3 maka n-Gain yang dihasilkan termasuk kategori rendah. Analisis data kepraktisan dan keefektifan pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving dilakukan untuk menyakinkan penggunaan LKS berbasis problem solving dalam meningkatkan keterampilan mengklasifikasi siswa. Analisis data
30
kepraktisan ditentukan dari keterlaksanaan pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving dan respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran. a) Analisis data keterlaksanaan pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving Keterlaksanaan pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving diukur melalui penilaian terhadap keterlaksanaan RPP yang memuat unsur-unsur model pembelajaran yang meliputi sintak pembelajaran, sistem sosial, dan perilaku guru. Analisis dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek pengamatan, kemudian dihitung persentase ketercapaian dengan rumus % Ji = (Σji / N) x 100% …………………………(4)
Keterangan :
2.
%Ji = Persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada pertemuan ke-i ∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat pada pertemuan ke-i N = Skor maksimal (skor ideal)
Menghitung rata-rata presentase ketercapaian untuk setiap aspek pengamatan dari dua orang pengamat.
3.
Menafsirkan data dengan tafsiran harga presentase ketercapaian pelaksanaan RPP sebagaimana pada tabel berikut.
Tabel 5. Kriteria tingkat keterlaksanaan (Ratumanan dalam Sunyono, 2012) Persentase
Kriteria
80,1% - 100,0%
Sangat tinggi
60,1% - 80,0%
Tinggi
40,1% - 60,0%
Sedang
20,1% - 40,0%
Rendah
0,0% - 20,0%
Sangat rendah
31
b) Analisis data respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran
Analisis data respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving, dilakukan langkah-langkah berikut: 1.
Menghitung jumlah siswayang memberikan respon positif dan negatif terhadap pelaksanaan pembelajaran.
2.
Menghitung persentase jumlah siswa yang memberikan respon positif dan negatif.
3.
Menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase sebagaimana Tabel 5.
Ukuran keefektifan pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving dalam penelitian ini ditentukan dari ketercapaian dalam meningkatkan keterampilan mengklasifikasi siswa, dan didukung aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, serta kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. c) Analisis data aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diukur dengan menggunakan lembar observasi oleh dua orang observer. Analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek pengamatan, kemudian dihitung persentase ketercapaian dengan rumus % Ji = (Σji / N) x 100% …………………………(5) Keterangan : %Ji = Persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada pertemuan ke-i
32
∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat pada pertemuan ke-i N = Skor maksimal (skor ideal) 2. Menghitung rata-rata presentase ketercapaian untuk setiap aspek pengamatan dari dua orang pengamat. 3. Menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase sebagaimana Tabel 5.
d) Analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran Untuk analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan LKS berbasis problem solving, dilakukan langkah-langkah berikut: 1) Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek pengamatan, kemudian dihitung persentase kemampuan guru dengan menggunakan rumus: % Ji = (ΣJi / N) x 100% ....................................... (6) Keterangan : %Ji = Persentase dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada pertemuan ke-i ΣJi = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat pada pertemuan ke-i N = Skor maksimal (skor ideal) 2) Menghitung rata-rata persentase kemampuan guru untuk setiap aspek pengamatandari dua orang pengamat. 3) Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase kemampuan guru sebagaimana Tabel 5.
33
H. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji perbedaan dua rata-rata yang dilakukan pada n-Gain, sebelum dilakukan uji perbedaan dua ratarata terdapat uji prasyarat yang harus dilakukan, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. 1. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok terdistribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah memakai statistik parametrik atau non parametrik. Hipotesis untuk uji normalitas: Ho = data penelitian berdistribusi normal H1 = data penelitian berdistribusi tidak normal Untuk uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Lilliefors, menurut Sudjana (2005) langkah-langkah uji Lilliefors sebagai berikut:
1.
dijadikan bilangan baku z1,z2,…,zn dengan menggunakan rumus zi=
̅
( ̅ dan s masing-masing rata-rata dan simpangan baku sampel). 2.
Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi baku normal, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z ≤ zi ).
3.
Selanjtunya dihitung proporsi z1,z2,…,zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. Jika proporsi ini dinytakan sebagai S(zi) maka banyaknya z1,z2,…,znyang ≤ zi S(zi) = n
……………. (7)
34
4.
Hitung selisih F(zi)- S(zi), kemudian tentukan harga mutlaknya.
5.
Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah hargaterbesar ini Lhitung. Dengan kriteria uji, Terima H0 jika Lhitung < Ltabel.
2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dua varians digunakan untuk mengetahui apakah dua kelompok sampel mempunyai varians yang homogen atau tidak. Rumusan hipotesis pada uji ini adalah sebagai berikut: = sampel mempunyai variansi yang homogen = sampel mempunyai variansi yang tidak homogen Keterangan : = variansi nilai kelompok 1 = variansi nilai kelompok 2 Rumus statistik yang digunakan adalah : ……………………….. (7) Keterangan : = varians terbesar = varians terkecil Kriteria uji, terima H0 hanya jika Fhitung < Ftabel, dan tolak H0 jika memiliki harga lain (Sudjana, 2005)
35
3. Uji Perbedaan Dua Rata- Rata Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji parametrik (Sudjana, 2005). Teknik pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik yaitu uji perbedaan dua rata-rata, uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk menentukan rata-rata nilai n-Gain keterampilan mengklasifikasi pada materi asam basa yang berbeda secara signifikan antara pembelajaran yang menggunakan LKS berbasis problem solving dengan pembelajaran yang menggunakan LKS konvensional sehingga dapat diketahui perbedaan antara pembelajaran yang menggunakan LKS berbasis problem solving dengan pembelajaran menggunakan LKS konvensional dalam meningkatkan keterampilan mengklasifikasi siswa. Adapun rumus hipotesis pada uji ini adalah: H0 : µ1x
µ2x : Rata-rata n-Gain keterampilan mengklasifikasi siswa pada materi asam basa yang menggunakan LKS berbasis problem solving berbeda dengan rata-rata n-Gain keterampilan mengklasifikasi yang menggunakan LKS konvensional.
H1 : µ1x =µ2x: Rata-rata n-Gain keterampilan mengklasifikasi siswa pada materi asam basa yang menggunakan LKS berbasis problem solving sama atau tidak berbeda dengan rata-rata n-Gain keterampilan mengklasifikasi yang menggunakan LKS konvensional.. Keterangan: µ1 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi asam-basa yang menggunakan LKS berbasis problem solving.
36
µ2 : Rata-rata n-Gain (x) pada materi asam-basa ang menggunakan LKS konvensional. x : Keterampilan mengklasifikasi Uji statistik ini bergantung terhadap homogenitas kedua varians data, jika kedua varians kelas sampel homogen (
=
) maka menggunakan rumus berikut:
̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅
...................................(8)
√
dengan =
(
)
(
)
..................................(9)
Keterangan: ̅̅̅ = Rata-rata n-Gain keterampilan mengklasifikasi pada materi asam-basa yang diberi pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving ̅̅̅ = Rata-rata n-Gain keterampilan mengklasifikasi pada materi asam-basa yang diberi pembelajaran menggunakan LKS konvensional. = Simpangan baku gabungan. n1 = Jumlah siswa yang pembelajarann menggunakan LKS berbasis problem solving. n2 = Jumlah siswa yang pembelajarannya menggunakan LKS konvensional S1 = Simpangan baku siswa yang menggunakan LKS berbasis problem solving. S2 = Simpangan baku siswa yang menggunakan LKS konvensional Dalam hal ini, kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thitung > ttabel (Sudjana, 2005).
58
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan analisis data, pengujian hipotesis pada hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini diperoleh rata-rata nilai n-Gain pada kelas eksperimen sebesar 0,71 dan kelas kontrol sebesar 0,6. Kategori rata-rata nilai n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah tinggi dan sedang. Berdasarkan deskripsi tersebut terdapat peningkatan keterampilan mengklasifikasi siswa setelah diterapkan pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving efektif dalam meningkatkan keterampilan mengklasifikasi pada materi asam-basa.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa: 1. Pembelajaran menggunakan LKS berbasis problem solving hendaknya diterapkan dalam pembelajaran kimia, terutama pada materi asam-basa karena terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan mengklasifikasi siswa. 2. Bagi calon peneliti lain yang akan melakukan penelitian agar lebih memperhatikan pengelolaan waktu dan pengkondisian kelas dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran lebih maksimal.
59
DAFTAR PUSTAKA
Abungu, H. E., Okere, M. I. O., & Wachanga, S. W. 2014. The Effect of Science Process Skill Teaching Approach on Secondary School Students’ Achievement in Chemistry in Nyando District, Kenya. Journal of Education and Social Research, 4 (6): 359-372. Aisah, S. 2013. Analisis Keterampilan Prediksi dan Mengkomunikasikan Pada Materi Asam Basa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Siswa Kelas XI IPA 4. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung. Aisah, S., Rosilawati, I., Efkar, T., & Roliawati, I. 2013. Analisis Keterampilan Prediksi dan Mengkomunikasi Melalui Penerapan Model Problem Solving. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, 2 (1): 1-14. Akinbobola, A.O, & Afolabi, F. 2010. Analysis of Science Process Skill in West African Senior Secondary School Certicate Physics Practical Examination in Nigeria. American-Eruasian Journal of Scientific Research, 5 (4): 234240. Arikunto, S. 2004. Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. . 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyad, A. 2005. Media pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Asabe, M.B., & S. D. Yusuf. 2016. Effects Of Science Process Skills Approach And Lecture Method On Academic Achievement Of Pre-Service Chemistry Teachers In Kaduna State Nigeria. Journal of Science Technology & Education, 4 (2): 68-72. Awang, H., & Ramly, I. 2008. Creative Thinking Skill Approach Thourgh Problem-Based-Learning: Pedagogy and Practice in The Engineering Classroom. Journal of Human and Social Science, 3 (1): 18-23. Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP
60
Basori, H. 2011. Model Kegiatan Berbasis Problem Solving Pada Pembelajaran Konsep Cahaya untuk Mengembangkan Keterampilan Proses Sains. Skripsi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Asdi Mahasatya. Caprioara, D. 2015. Problem Solving-Purpose a Means of Learning Mathematics in School. Romania Journal of Social and Behavioral Science University of Ovidius Constanta, 191: 1859-1864. Craswell, J. W. 2014. Research Design Qualitative & Quantitative Approaches. Thousand Oaks-London-New. New Delhi: Sage Publications. Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Depdiknas. 2008. Rambu-Rambu Pengakuan Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB). Jakarta: Depdiknas. Dienna, A. N. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Lancar Siswa Pada Materi Asam Basa Arrhenius. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. . 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. . 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, S.B. dan Zain, A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ergul, R., Simsekli, Y., Calis, S., Ozdil, Z., Gocmencelebi, S., & Sanli, M. 2011. The Effects of Inquiry Based Science Teaching on Elementary School Students Science Process Skills and Science Attitudes. Bulgarian Journal of Science and Education Policy, 5 (1): 48-68. Esler, W.K. & Esler, M.K. 1996. Teaching Elementary science. California: Wadsworth. Fraenkel, J. R., N. E. Wallen, & H. H. Hyun. 2012. How to Design and Evaluate Research in Education. New York: McGrow-Hill. Hake, R. R. 2002. Reliatonship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanis with Gender, High School Physics, and Pretest Scoreon Mathematics and Spatial Visualization. [Online]. http://www.physics.indiana.edu/~hake/PERC2002hHake.pdf (diakses 27 Januari 2017).
61
Hartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program Pendidikan Jarak Jauh S1 PGSD Universitas Sriwijaya. Proceeding of The First International Seminar on Science Education. ISBN: 979-25-0599-7. Hartono, A., dan Sunarto. 2002. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. Haryanti. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Sebagai Upaya Untuk Meningkatkan Keaktifan Dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VII Mata Pelajaran IPS Terpadu Smp Negeri 2 Jatiyoso Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Surakarta: FKIP Universitas Sebelas Maret. Hidayati. 2006. Pengembangan Pendidikan IPS di SD. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Hirea, N. 2013. The Influence of Hands on Physics Experiments of Scientific Process Skill According to Experiemes. European. Journal of Phisics Education, 4 (1): 1-9. Kandari, J.N. 2012. Pengembangan LKS Kimia Berbasis Problem Solving Pada Materi Pokok Asam Basa Kelas XI IPA. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung. Karsli, F., Yaman, F., & Ayas, A. 2010. Prospective Chemistry Teachers’ Competency of Evaluation of Chemical Experiments in Terms of Science Process Skills. Procedia Social and Behavioral Sciences, 2: 778-781. Listiyawati, M. 2012. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Ipa Terpadu di SMP. Journal of Innovative Science Education, 1 (1): 1-9. Lunenburg, F. C. 2011. Critical Thinking and Constructivism Techniques for Improving Student Achievement. Journal National Forum of Teacher Education Journal in Sam Houston State University, 21 (3): 1-9. Machin, A. 2014. Implementasi Pendekatan Saintifik, Penanaman Karakter dan Konservasi Pada Pembelajaran Materi Pertumbuhan. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 3 (1): 28-35. Marthandila, R., Fadiawati, N., Diawati, C., & Rosilawati, I. 2012. The Improvement of Answering Questions Skills in Solubility and Solubility Product Concept by Problem Solving Learning Model. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, 1 (1): 1-11. Mergendoller, J R., Maxwell, N.L., & Bellisimo, Y. 2006. The Effectiveness of Problem - Based-Intruction : A Comparative Study of Instructional Methods and Student Characteristics. The Interdiscriplinary Journal of Problem Based Learning. 1 (2): 49-69.
62
Muliawan, J.U. 2016. 45 Model Pembelajaran Spektakuler. Yogyakarta: Ar-Ruzz Madia. Nopita, E. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving dalam Meningkatkan Keterampilan Mengelompokkan dan Mengkomunikasikan pada Materi Pokok Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit serta Redoks. Skripsi. Bandarlampung : Universitas Lampung. Nuraeni, N., E. Fitrajaya., W. Setiawan. 2010. Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Generatif Untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mata Pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Makalah. Bandung: FMIPA UPI Nurdiana. 2015. Efektivitas Pendekatan Ilmiah Pada Materi Asam Basa dalam Meningkatkan Generating Skill. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung. Pehkonen, E., Naveri, L., & Laine, A. 2013. On Teaching Problem Solving in School Matematics. Journal of Centre for Educational Policy Studies, 3(4): 9-23. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Permendikbud. Putra, R. A. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran POE Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Orisinil Siswa Pada Materi Elektrolit dan NonElektrolit. Skripsi. Bandarlampung: Universitas Lampung. Rohman, M. dan A. Sofyan. 2013. Strategi dan Desain. Pengembangan Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Saputra, R., Diawati, C., Rudibyani, R., & Fadiawati, N. 2012. Peningkatan Keterampilan Bertanya dan Menjawab Pertanyaan Melalui Model Pembelajaran Problem Solving. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, 2 (2): 1-15. Senam, A., L. Permanasari., & Suharto. 2008. Efektivitas Pembelajaran Kimia untuk Siswa SMA Kelas XI dengan Menggunakan LKS Kimia Berbasis Life Skill. Jurnal Pendidikan Didaktika, 9 (3): 280-290. Shahali, E.H.M., & Halim, L. 2010. Development and Validation of a Test of Integrated Science Process Skills. Procedia Social and Behavioral Sciencesced, 9 (5): 142-146. Shoimin, A. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurilulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Madia.
63
Siddiq, M. Djauhar, dkk. 2009. Pengembangan Bahan Pembalajaran SD. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Sriyono. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA UPI. Sunyono. 2012. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi (Model SiMaYang). Bandar Lampung: Aura Printing & Publishing. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jakarta: Kanisius. Suryobroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. 2009. Mandesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif (Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Group. Ultanir, E. 2012. An Epistemological Glance at The Constructivist Approach: Constructivist Learning In Dewey, Piaget, And Montessori. International Journal of Instruction in Mersin University, 5 (2): 195-212. Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Widiyatmoko dan Pamelasari. 2012. Pembelajaran Berbasis Proyek Untuk Mengembangkan Alat Peraga Ipa Dengan Memanfaatkan Bahan Bekas Pakai. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 1 (1), 51-56. Widjajanti, E. 2010. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat di Ruang Sidang Kimia FMIPA UNY pada tanggal 22 Agustus 2008. [Online]. http://staff.uny.ac.id/system/files/pengabdian/endang-widjajanti-lfx-msdr/kualitas-lks.pdf (diakses 2 Desember 2016). Yuliza, F., Rudibyani, R., Efkar, T., & Rosilawati, I. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving dalam Menganalisis Keterampilan Mengelompokkan dan Penguasaan Konsep Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Kimia, 2 (2): 1-8. Zubaidah, S. 2014. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.