PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR SISWA PADA MATERI ASAM BASA ARRHENIUS
Skripsi
Oleh ANNISHA NOOR DIENNA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
ABSTRAK PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR SISWA PADA MATERI ASAM BASA ARRHENIUS
Oleh ANNISHA NOOR DIENNA
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kepraktisan, keefektifan, dan ukuran pengaruh model problem solving dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa Arrhenius. Penelitian ini menggunakan one group pretest posttest design dengan menggunakan teknik cluster random sampling diperoleh sampel kelas XI IPA5. Aspek kepraktisan ditentukan dari keterlaksanaan RPP berdasarkan observasi guru dan kemenarikan model berdasarkan respon siswa. Aspek keefektifan ditentukan dari rata-rata n-Gain hasil penguasaan konsep di awal dan akhir pembelajaran dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Ukuran pengaruh(r) ditentukan dari rata-rata nilai pretes dan postes dengan nilai r dihitung menggunakan rumus cohen. Hasil penelitian menunjukan bahwa model problem solving memiliki kepraktisan dan keefektivan sangat tinggi serta memiliki ukuran pengaruh besar dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa.
Kata kunci :kepraktisan, keefektivitasan, problem solving, ukuran pengaruh
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR LANCAR SISWA PADA MATERI ASAM BASA ARRHENIUS
Oleh ANNISHA NOOR DIENNA
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN Pada Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Dilli pada tanggal 23 November 1994 sebagai putri pertama dari dua bersaudara buah hati Ayah Muhammad Arifin dan Ibu Dwi Mawarni.
Penulis mengawali pendidikan formalnya di TK Aisiyah diselesaikan tahun 2000, SD Negeri 02 Rama Gunawan tahun 2006, SMP Negeri 1 Seputih Raman tahun 2009, SMA Negeri 1 Kotagajah tahun 2012.
Tahun 2012 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui jalur Tes SNMPTN. Semasa kuliah penulis mendapat Beasiswa Bantuan Biaya Pendidikan Peningkatan Prestasi Akademik. Tahun 2015 penulis mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintergrasi dengan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di SMP Negeri 1 Bulok, Kec. Banjarmasin, Kab. Tanggamus.
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati terucap syukur alhamdulillah untuk segala nikmat yang telah diberikan Robb sang pencipta alam semesta, dengan ini Kupersembahkan karya kecilku Kepada Ayahanda dan Ibunda Tersayang, Perjuangan kalian..... Usaha kalian untuk memberikan segala yang terbaik dalam hidupku Terimakasih atas Doa serta dukungannya.. Almameter Tercinta ku...
MOTTO
“Apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (Asy-Syuura:30)
“ Apa saja bencana yang menimpamu maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (an-Nisaa:79)
“Wahai orang-orang yang beriman mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh, Allah berserta orang-orang sabar.” (Al-Baqarah ayat 153)
Bermimpilah.. maka Tuhan akan memeluk mimpi-mimpimu camkanlah yang terpenting adalah bukan seberapa besar mimpi kita tetapi seberapa besar kita untuk mimpi itu (andrea hirata) dan jika kita mampu untuk memimpikannya yakinlah kita pasti sanggup untuk mewujudkannya (walt disney)
x
SANWACANA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi “Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Lancar Siswa Pada Materi asam Basa Arrhenius” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan.
Ucapan terima kasih pun tak lupa penulis sampaikan kepada: 1.
Bapak Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
2.
Bapak Dr. Caswita, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3.
Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia, terima kasih atas kesediaannya memberi bantuan yang telah diberikan di selasela kesibukannya.
4.
Ibu Ratu Beta Rudbiyani selaku Pembimbing I, terima kasih atas kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi, menjadi tempat berbagi cerita, dan meminjami banyak buku
5.
Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S. selaku Pembimbing 2, terima kasih atas kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi
xi
6.
Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si. selaku Pembahas, terima kasih atas kritik dan saran untuk perbaikan skripsi, kesediaannya memberi bimbingan dan motivasi, meminjami segala fasilitas, sudi menjadi tempat berbagi.
7.
Bapak Stepanus Wasito, S.Pd.,M.Pd. selaku Kepala SMAN 1 Seputih Raman, atas izin yang diberikan untuk melaksanakan penelitian. Terima kasih juga atas bimbingan dan masukkannya, ibu Charisma Ganda Megasari,S.Si. sebagai Guru Mitra terima kasih atas waktu yang diberikan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. , dan bapak serta ibu dewan guru, staf TU SMAN 1 Seputih Raman yang sudi menerima keberadaan penulis selama penelitian.
8.
Sahabat terbaik ku Diah, bubur Rizki, kak Ferdi, kak chan Izza,akashi Iqbal, miss telat Izu, mamah meli, abang ari, kakek didi, keluarga dan saudari ku di D22 mak irma, yendol yeni, singa siti, adek puput, ubay puji, grecong grace terima kasih sering makan dan nonton bersamanya
9.
Murid-murid kebanggaanku XI IPA 5 SMAN 1 Seputih Raman, “ Tetap Semangat Belajarnya, Nak”
10. Kakak dan adik tingkatku angkatan, 2013, 2014, 2015.
Setiap karya pasti memiliki kekurangan, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.
Bandar lampung, 13 Juli 2016 Penulis,
Annisha Noor Dienna
xiii
DAFTAR ISI
Halaman Cover Luar ........................................................................................................ i Lembar Pernyataan.............................................................................................
ii
Abstrak ...............................................................................................................
iii
Cover Dalam ......................................................................................................
iv
Lembar Peersetujuan..........................................................................................
v
Lembar Pengesahan ...........................................................................................
vi
Riwayat Hidup ................................................................................................... vii Persembahan ...................................................................................................... viii Motto ..................................................................................................................
ix
Sanwancana........................................................................................................
x
Daftar Isi............................................................................................................. xii Daftar Tabel .......................................................................................................
xx
Daftar Gambar.................................................................................................... xxi I.
PENDAHULUAN .....................................................................................
1
A. Latar Belakang ....................................................................................
1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ..............................................................................
7
E. Ruang Lingkup ....................................................................................
8
xiv
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
10
A. Teori Belajar Konstruktivisme ............................................................
10
B. Pembelajaran Problem Solving ............................................................
13
C. Keterampilan Berpikir Kreatif .............................................................
15
D. Kepraktisan ..........................................................................................
17
E. Efektivitas ............................................................................................
18
F. Kerangka pemikiran.............................................................................
19
G. Hipotesis .............................................................................................
21
III. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................
22
A. Subyek penelitian ................................................................................
22
B. Jenis dan Sumber Data ........................................................................
22
C. Metode dan Desain Penelitian ............................................................
22
D. Pelaksanaan Penelitian ........................................................................
23
E. Instrumen Penelitian ...........................................................................
25
F. Analisis Data .......................................................................................
27
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... ......... 37 A. Hasil Penelitian........... ..............................................................................37 B. Pembahasan............................................................................................
47
V. SIMPULAN DAN SARAN .........................................................................
66
A. Simpulan ................................................................................................
66
B. Saran.......................................................................................................
66
xv
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................
67
LAMPIRAN....................................................................................................... 1. Silabus Pembelajaran .............................................................................
72
2. RPP.........................................................................................................
79
3. LKS Arrhenius .......................................................................................
95
4. LKS pH, pOH, pKw ...................................................................................................................... 101 5. Lembar Penilaian Keterlaksanaan.......................................................... 114 6. Angket Respon Siswa ............................................................................ 116 7. Lembar Penilaian Kemampuan Guru..................................................... 118 8. Lembar Pengamatan Aktivitas Siswa .................................................... 121 9. Uji Validitas dan Reliabilitas SPSS ....................................................... 122 10. Uji Validitas dan Reliabilitas Excel ....................................................... 124 11. Kisi-Kisi Pretes/Postes ........................................................................... 128 12. Soal Pretes/Postes .................................................................................. 146 13. Kunci Jawaban Soal Postes.................................................................... 151 14. Hasil Pretes/Postes ................................................................................. 156 15. Uji Normalitas dan Homogenitas........................................................... 158 16. Uji t-pair dan Effect Size ........................................................................ 160
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1
Ciri Keterampilan Berpikir Kreatif ................................................
19
Tabel 2
Desain penelitian ............................................................................
23
Tabel 3
Kriteria Tingkat Keterlaksanaan .....................................................
29
Tabel 4
Pengolahan Jumlah Skor.................................................................
30
Tabel 5
Kriteria n-Gain Siswa .....................................................................
33
Tabel 6
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Soal ........................................
38
Tabel 7
Hasil Persen Besarnya Perubahan Setiap Aspek dan Pertemuan.... 42
Tabel 8
Hasil Analisis Penguasaan Konsep.................................................
45
xxi
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1
Alur Penelitian ..........................................................................
25
Gambar 2
Keterlaksanaan RPP ...................................................................
39
Gambar 3
Kemenarikan model dari respon siswa ......................................
40
Gambar 4
Hasil analisis data aktivitas siswa...............................................
41
Gambar 5
Hasil analisis data kemampuan guru .........................................
43
Gambar 6
Rata-rata nilai kemampuan berpikir lancar siswa.......................
44
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Concise Dictionary of Science & Computers mendefinisikan kimia sebagai cabang dari ilmu pengetahuan alam (sains), yang berkenaan dengan kajian-kajian tentang struktur dan komposisi materi, perubahan yang dapat dialami materi, dan fenomena lain yang menyertai perubahan materi. Konten ilmu kimia yang berupa konsep, hukum, teori, pada dasarnya merupakan produk dari rangkaian proses menggunakan sikap ilmiah. Ketiga aspek kimia ini perlu dipandang sama pentingnya, sebab tidak ada pengetahuan kimia tanpa proses yang menggunakan pikiran dan sikap ilmiah yang dilakukan kimiawan (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, 2007).
Fenomena kimia yang terjadi di kehidupan sehari-hari banyak yang dapat kita amati, misalnya pemanfaatan kapur untuk menetralkan tanah pertanian yang asam, pemanfaatan senyawa basa (antasida) dalam mengobati sakit maag, dan lain sebagainya. Pemberian fenomena alam akan melatih siswa untuk memiliki keterampilan dalam hal mengamati. Pemberian fenomena ini diharapkan dapat menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga siswa berani dan lancar untuk mengajukan pertanyaan serta lancar mengungkapkan gagasan kepada orang lain.
2
Faktanya pembelajaran kimia di beberapa sekolah hanya terpusat pada guru atau yang sering disebut dengan teacher centered learning. Guru menyampaikan materi dengan metode ceramah kemudian siswa dituntut untuk mencatat semua penjelasan yang telah diberikan. Siswa dituntut untuk menghafal rumus, teori, dan semua konsep yang ada di buku paket tanpa diberi pemahaman yang mendalam mengenai materi yang diajarkan. Guru tidak pernah meminta siswa untuk mengamati fenomena di sekitar kehidupan sehari-hari kemudian mengkaitkannya dengan materi yang akan dibahas.
Berdasarkan hasil observasi di dua SMA Negeri dan satu SMA Swasta di Lampung Tengah, penulis menemukan bahwa guru-guru dalam mengajarkan materi kimia menggunakan metode ceramah. Guru hanya meminta siswa untuk mendengarkan materi yang disampaikan kemudian mencatat semua materi yang telah diberikan. Siswa diminta untuk mengerjakan latihan-latihan soal dari LKS dan buku paket. Cara belajar siswa sebelum ulangan hanya menghafal materi yang telah disampaikan. Presentasi siswa hanya sesekali saja dilakukan dan itu pun hanya satu kelompok yang mempresentasikannya. Kegiatan presentasi yang dilakukan tidak menampilkan hasil diskusi berupa pemecahan suatu masalah melainkan mencatat materi yang semuanya sudah tersedia di buku paket. Kegiatan demonstrasi atau eksperimen dilakukan hanya sesekali saja pada materi tertentu seperti larutan elektrolit dan non elektrolit. Guru hanya menilai siswa memahami konsep kimia atau tidak dari hasil ujian tertulis.
Duron, dkk. (2006) mengatakan bahwa pembelajaran kimia yang dibahas dengan cara metode ceramah akan menempatkan siswa kedalam posisi yang pasif, maka
3
sebagian besar pemikiran berasal dari guru dan tidak mengajak siswa untuk ikut aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan metode ceramah mengakibatkan siswa kurang dapat membangun dan menumbuhkan konsep itu sendiri.
Dari fakta tersebut, sudah seharusnya seorang guru melakukan inovasi dalam proses pembelajaran dimana siswa dapat diikutsertakan secara aktif saat pembelajaran. Inovasi tersebut dapat dilakukan dengan mengubah cara pembelajaran dari metode ceramah ke model pembelajaran yang mencakup ilmu kimia sebagai proses, produk dan sikap. Salah satu model pembelajaran yang mengikutsertakan siswa secara aktif adalah model pembelajaran problem solving. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang mampu meningkatkan keaktifan siswa karena siswa didorong untuk mengutarakan gagasan-gagasan yang bervariasi dalam hal memecahkan masalah.
Model pembelajaran problem solving sangat diperlukan dalam proses pembelajaran di kelas karena dapat merangsang kemampuan berpikir siswa secara kreatif (Djamarah dan Zain, 2002). Model pembelajaran problem solving dimulai dengan adanya pemberian masalah. Melalui pemberian masalah, siswa akan terlatih untuk memiliki sikap ulet, kritis, kreatif, dan rasa ingin tahu yang tinggi dalam memecahkan masalah. Kegiatan pemecahan masalah ini dapat dilakukan dengan berdiskusi dan bekerja sama dengan teman-temanya. Kemudian siswa akan mencari data atau informasi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah. Siswa dilatih berpikir kreatif dalam membuat suatu hipoteis atau jawaban sementara yang kemudian akan dibuktikan kebenarannya melalui observasi, eksperimen, tugas, diskusi. Model pembelajaran melatih siswa untuk membuat
4
suatu kesimpulan dari suatu konsep, hukum, dalil maupun teori dari hasil penemuan mereka.
Kemampuan berpikir kreatif selalu berhubungan dengan kegiatan mengevaluasi dan mengeksplorasi yang memerlukan suatu stimulus (berupa masalah), respon (langkah dari kegiatan probem solving), dan mental (Ackoff & Vergara, 1981). Proses pembelajaran melalui pemecahan masalah dapat membiasakan siswa untuk dapat memecahkan suatu masalah secara terampil. Pembelajaran sains yang berupa penjelasan terjadinya fenomena alam disekitar kehidupan sehari-hari sangat memerlukan kemampuan berpikir kreatif (Shaheen, 2010).
Mumford (2012) mengatakan bahwa berpikir divergen (disebut berpikir kreatif) ialah memberikan bermacam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang telah diberikan, melalui penekanan pada keragaman kesesuaian dan ketepatan (Beaty & Silvilia, 2012). Keterampilan berpikir kreatif merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir kreatif dibangun dari beberapa faktor, yaitu kemampuan berpikir lancar, luwes, dan orisinil (Nusbaum & Silvilia, 2010). Pengembangan kreativitas dapat dilakukan guru dengan cara melatihkan kemampuan yang terdapat pada keterampilan berpikir kreatif. Salah satu indikator kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan berpikir lancar. Kemampuan berpikir lancar yaitu mempunyai ciri-ciri yaitu: mengajukan banyak pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah, lancar mengungkapkan gagasan-gagasannya, bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain, serta dengan
5
cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi (Munandar, 2008).
Beberapa penelitian terdahulu mengemukakan bahwa model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif. Penelitian Rusda dan Azizah (2012) pada proses pembelajaran materi kelarutan dan hasil kali kelarutan yang melatih siswa untuk memecahkan masalah (problem solving) dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa, penelitian Husin (2014) pada efektivitas model pembelajaran problem solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir evaluatif siswa pada materi asam-basa, dan penelitian Arfiyani dkk, (2014) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran problem solving yang dilengkapi macromedia flash dapat meningkatkan kreativitas siswa pada materi hidrokarbon
Materi teori asam basa merupakan salah satu materi kimia kelas XI SMA dengan kompetensi dasar 3.10 yaitu menganalisis sifat larutan berdasarkan konsep asam basa dan/atau pH larutan. Kata “menganalisis” di sini menunjukan perlunya suatu pemikiran yang lancar dalam mengajukan dan menjawab banyak pertanyaan untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Berdasarkan uraian diatas, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa khususnya pada materi pokok teori asam basa Arrhenius yaitu dengan dilaksanakannya penelitian yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Lancar Siswa pada Materi Asam Basa Arrhenius”.
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah pada penilitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah kepraktisan penerapan model pembelajaran problem solving dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa Arrhenius? 2. Bagaimana keefektivan penerapan model pembelajaran problem solving dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa Arrhenius? 3. Bagaimana ukuran pengaruh penerapan model pembelajaran problem solving dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa Arrhenius?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Mendeskripsikan kepraktisan penerapan model pembelajaran problem solving dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa Arrhenius . 2. Mendeskripsikan keefektivitasan penerapan model pembelajaran problem solving dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa Arrhenius .
7
3. Mendeskripsikan ukuran pengaruh penerapan model pembelajaran problem solving dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa Arrhenius.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi siswa Melalui penerapan model pembelajaran problem solving dapat memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam memecahkan masalah kimia, sehingga siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan mudah khususnya pada materi larutan Asam Basa Arrhenius.
2. Bagi Guru dan calon Guru Guru dan calon guru memperoleh pengalaman model pembelajaran yang efektif pada materi kimia khususnya materi asam-basa.
3. Sekolah Penerapan model pembelajaran problem solving dalam pembelajaran merupakan alternatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
8
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Model pembelajaran problem solving dalam penelitian ini merupakan model pembelajaran yang melatih siswa untuk memecahkan suatu masalah. Langkah-langkah model pembelajaran problem solving (Djamarah dan Zain, 2002) yaitu: (1) Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan; (2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut; (3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut; (4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut; (5) Menarik kesimpulan. 2. Kepraktisan suatu model pembelajaran diukur berdasarkan keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lembar observasi) dan kemenarikan model pembelajaran berdasarkan angket respon siswa (Nieveen, 1999). 3. Keefektifan model pembelajaran problem solving diukur berdasarkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran (lembar observasi), aktivitas siswa (lembar observasi), dan hasil penguasaan konsep di akhir pembelajaran (nGain rata-rata) (Nieveen, 2007:94). 4. Kemampuan berpikir lancar mempunyai ciri-ciri yaitu: mengajukan banyak pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada, mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah, lancar mengungkapan gagasan-gagaannya, bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain, serta dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi (Munandar, 2008).
9
5. Materi yang dibahas dalam penelitian ini adalah teori asam-basa Arrhenius, konsep pH dan pOH 6. Effect size merupakan ukuran besarnya pengaruh model pembelajaran problem solving terhadap peningkatan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa Arrhenius dengan mengunakan rumus indeks Cohen`s.
10
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah suatu falsafah ilmu yang mengajarkan mengenai pembelajaran bermakna, yaitu menjelaskan sifat dasar dari suatu pengetahuan dan bagaimana proses seseorang mempelajari suatu pengetahuan. Dalam teori ini seorang guru hanya sebagai fasilisator yang mendukung siswa untuk merumuskan suatu ide, mengemukakan pendapat, memberi kesemapatan siswa untuk bertanya, dan membuat kesimpulan (Ciot, 2009). Dasar dari kontruktivisme adalah siswa aktif untuk mengkontruksi pengetahuan mereka baik secara individu maupun bersama teman kelompoknya. Siswa tidak hanya merekam informasi tetapi membangun struktur pengetahuan. Tugas seorang guru adalah membantu untuk memulai diskusi, memberi kesempatan siswa untuk mengekspos pengetahuannya, menyampaikan ide atau gagasan mereka, dan menilai pemahaman mereka (Lunenburg, 2011:4).
Menurut Jacquline Brooks dan Martin Brooks (2005) terdapat 5 asas ilmu dari kontruktivisme yaitu : 1. Menghadapakan siswa kepada problem yang saling berkaitan 2. Membuat struktur pembelajaran lewat konsep pokok 3. Mendorong dan menghargai muculnya pandangan/ide dalam diri siswa 4. Kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan dan kemauan siswa 5. Selalu menilai kemajuan peserta didik melalui konteks pembelajaran
11
Proses pembelajaran yang terjadi menurut pandangan konstruktivisme yaitu menekankan pada kualitas dari keaktifan pembelajar dalam menginterpretasikan dan membangun pengetahuannya. Setiap individu menyusun pengalamannya dengan jalan menciptakan struktur mental dan menerapkannya dalam pembelajaran. Suatu proses aktif terjadi dimana individu berinteraksi dengan lingkungaanya dan mentransformasinya ke dalam pikiran dengan bantuan struktur kognitif yang telah ada didalam pikirannya tersebut. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pembelajaran konstruktivis yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman (Cobb, 1994:15)
Menurut Naylor dan Keogh (Ultanir, 2012:196) proses pembelajaran bermakna yaitu pembelajaran yang dalam prosesnya pelajar dapat mengkontruksi pemahaman dan ide dari pengetahuan yang ada. Selanjutnya Bodner (1986:15) mengatakan bahwa pengetahuan yang dibangun dalam pikiran pembelajar didasarkan atas struktur-struktur kognitif atau skema yang telah ada sebelumnya, memberi basis teoritis untuk membedakan antara belajar bermakna dan belajar hafalan. Belajar secara bermakna, individu-individu harus memilih untuk menghubungkan pengetahuan baru dengan konsep-konsep yang relevan dan proporsi-proporsi yang telah merkea ketahui. Dalam belajar hafalan, pengetahuan baru mungkin dapat dikuasai secara lebih sederhana dengan jalan mengingat kata demi kata secara harfiah dan arbitrer untuk digabungkan ke dalam struktur pengetahuan yang berinteraksi dengan apa yang sudah ada sebelumnya.
12
Davis dan Maher (Ultanir, 2012:196) mengatakan bahwa seorang pelajar harus mempunyai seperangkat konsep dan pengetahuan sehingga mereka dapat mengkonstruksi pengetahuaannya sendiri secara individu maupun kolektif untuk menyelesaikan masalah yang ada di kehidupan sehari-hari Menurut John Dewey (Ultanir, 2012:200) pengetahuan bukanlah gambaran dari kenyataan yang ada. Hubungan pengetahuan dan kenyataan merupakan hasil dari suatu kontruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Dalam Kolb dan Kolb (2008), John Dewey mengatakan bahwa pembelajaran terbaik itu dilihat dari prosesnya bukan hanya dari hasilnya.
Teori konstruktivisme lahir dari ide Glaserfeld, Piaget dan Vygotsky. Ketiga tokoh ini dikenal sebagai pendiri trial kontruktivisme. Kontruktivisme Ernst Von Glaserfeld dikenal sebagai kontruktivisme radikal, konstruktivisme Jean Piaget dikenal sebagai kontruktivisme personal yang menekankan pada perkembangan kognitif anak sedangkan konstruktivisme Vygotsky dikenal sebagai teori pembelajaran sosial yang menekankan pada perkembangan sosial anak (Lieu & Chen, 2010:63)
Shaffer (1996: 274-275) mengatakan bahwa konstruktivisme Vygotskian memandang bahwa pengetahuan dikontruksi secara kolaboratif antar individual dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap indivdu. Dua prinsip penting yang diturunkan dari teori Vygotsky adalah: (1) mengenai fungsi dan pentingnya bahasa dalam komunikasi sosial yang dimulai pada proses pencanderaan terhadap tanda sampai kepada tukar menukar informasi dan pengetahuan, (2) zone of proximal development merupakan daerah antar tingkat perkembangan atau
13
kemampuan memecahkan masalah secara mandiri dam tingkat perkem-bangan potensial atau kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa. Menurut Vygostsky (Sunyono, 2012) menyatakan bahwa suatu konsep tidak bisa dibangun tanpa melakukan suatu interaksi sosial. Vygotsky (Kolb dan Kolb 2008:47) dalam teori pembelajaran sosial, pembelajaran merupakan interaksi antara manusia dengan lingkungan sosial yang dikontruksi dari pengalaman masing-masing individu di lingkungan sosialnya.
Selanjutnya Zinchenko (Lieu & Chen, 2010:64) mengatakan bahwa “Pada proses pembe-lajaran, Vygotsky menekankan praktik, berbicara, dan fokus pada proses berpikir siswa. Pembelajaran harus mengkontruksi siswa untuk aktif berinteraksi dengan masing-masing individu dan aktif berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.
Menurut Von Glasselferd (Ultanir, 2012) pengetahuan tidak diterima secara pasif melainkan dibangun dari akar pengetahuannya. Kontruktivisme fokus pada pengetahuan sebagai produk dan proses. Dan tugas seorang guru yaitu memberikan kesempatan kepada pelajar untuk mengkontruksi pengetahuannya. Von Glasselferd (Ernest, 2010:40) mengatakan bahwa pembangunan struktur kognitif siswa bertujuan agar siswa dapat memecahkan suatu masalah.
B. Pembelajaran Problem Solving
Salah satu pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran yang menggunakan model problem solving. Pehkonen, dkk. (2013) problem adalah suatu keadaan ketika seorang siswa harus mengkombinasikan informasi atau pengetahuan baru
14
yang diterimanya dengan informasi yang telah dimiliki sebelumnya untuk menemukan suatu cara baru dalam menyelesaikan suatu masalah. Problem solving adalah pembelajaran yang menuntut siswa belajar untuk memecahkan masalah baik secara individu maupun kelompok. Oleh karena itu dalam pembelajaran siswa harus aktif agar dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.
Model pembelajaran problem solving sangat diperlukan dalam proses pembelajaran di kelas karena dapat merangsang kemampuan berpikir siswa secara kreatif (Djamarah dan Zain, 2002). Menurut Montessori (Bunang,2000) pembelajaran problem solving akan membuat individu lebih kreatif. Selain itu, Problem solving akan meningkatkan daya intelektual dalam memecahkan permasalahan yang sulit karena siswa diberi kesempatan untuk berekspolarasi dengan mengkombinasikan pengetahuan yang telah dimilikinya (declarative, procedural, conditional) (Capriora, 2015:1860). Langkah-langkah model pembelajaran problem solving (Djamarah dan Zain, 2002) yaitu: (1) Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan; (2) Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut; (3) Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut; (4) Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut; (5) Menarik kesimpulan.
Kelebihan dan kekurangan pembelajaran problem solving menurut Djamarah dan Zain (2002:91) adalah sebagai berikut: 1. Kelebihan pembelajaran problem solving a. Pembelajaran ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan. b. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil. c. Pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berfikir siswa secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa
15
banyak melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam rangka mencari pemecahannya. 2. Kekurangan pembelajaran problem solving a. Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat berfikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru b. Proses belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran ini sering memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain c. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berfikir memecahkan permasalah sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
C. Keterampilan Berpikir Kreatif
Kemampuan berpikir kreatif selalu berhubungan dengan kegiatan mengevaluasi dan mengeksplorasi yang memerlukan suatu stimulus (berupa masalah), respon (langkah dari kegiatan probem solving), dan mental (Ackoff & Vergara, 1981). Proses pembelajaran melalui pemecahan masalah dapat membiasakan siswa untuk dapat memecahkan suatu masalah secara terampil. Pembelajaran sains yang berupa penjelasan terjadinya fenomena alam disekitar kehidupan sehari-hari sangat memerlukan kemampuan berpikir kreatif (Shaheen, 2010).
Berpikir divergen (disebut berpikir kreatif) ialah memberikan bermacam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang telah diberikan, melalui penekanan pada keragaman kesesuaian dan ketepatan. Makin banyak kemungkinan jawaban yang dapat diberikan terhadap suatu masalah makin kreatiflah seseorang. Tentu saja jawaban-jawaban tersebut harus sesuai dengan masalahnya (Beaty & Silvilia, 2012).
16
Willliams (Munandar, 2008) memberikan uraian tentang ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai dasar untuk mengukur kreativitas siswa seperti terlihat dalam Tabel 1 di bawah ini. Pengertian Berpikir Lancar (Fluency) 1.
2.
3.
Mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau jawaban. Memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
Berpikir Luwes (Flexibility) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi. 2. Dapat melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda. 3. Mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda. 4. Mampu mengubah cara pendekatan atau pemikiran. Berpikir Orisinil (Originality)
a. b. c. d. e. f.
a.
1.
1.
Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik. 2. Memikirkan cara-cara yang tak lazim untuk mengungkapkan diri. 3. Mampu membuat kombinasikombinasi yang tak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Berpikir Elaboratif (Elaboration) 1.
2.
Mampu memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk. Menambah atau merinci detaildetail dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga menjadi lebih menarik.
Berpikir Evaluatif (Evaluation) 1. Menentukan kebenaran suatu pertanyaan atau kebenaran suatu penyelesaian masalah
b. c.
a. b. c.
a.
b. c.
a.
Perilaku Mengajukan banyak pertanyaan. Menjawab dengan sejumlah jawaban jika ada. Mempunyai banyak gagasan mengenai suatu masalah. Lancar mengungkapkan gagasangagasannya. Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih banyak dari orang lain. Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan kelemahan dari suatu objek atau situasi. Memberikan bermacam-macam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita atau masalah. Menerapkan suatu konsep atau asas dengan cara yang berbeda-beda. Jika diberikan suatu masalah biasanya memikirkan bermacam-macam cara untuk menyelesaikannya.
Memikirkan masalah-masalah atau hal yang tidak terpikirkan orang lain. Mempertanyakan cara-cara yang lama dan berusaha memikirkan cara-cara yang baru. Memilih cara berpikir lain dari pada yang lain. Mencari arti yang lebih mendalam terhadap jawaban atau pemecahan masalah dengan melakukan langkahlangkah yang terperinci. Mengembangkan atau memperkaya gagasan orang lain. Menambah garis-garis, warna-warna, dan detail-detail (bagian-bagian) terhadap gambaranya sendiri atau gambar orang lain. Memberi pertimbangan atas dasar sudut pandang sendiri.
17
Pengertian Perilaku Lanjutan indikator keterampilan berpikir lancar Pengertian Perilaku 2. Mampu mengambil keputusan terhadap b. Mencetuskan pandangan sendiri situasi terbuka. mengenai suatu hal. 3. Tidak hanya mencetuskan gagasan c. Mempunyai alasan yang dapat tetapi juga melaksana-kannya. dipertanggung jawabkan. d. Menentukan pendapat dan berta-han terhadapnya.
D. Kepraktisan
Nieveen (Sunyono, 2012) menyatakan bahwa kepraktisan suatu model pembelajaran merupakan salah satu kriteria kualitas model yang ditinjau dari hasil penelitian pengamat berdasarkan pengamatannya selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung. Suatu model pembelajaran dikatakan memiliki suatu kepraktisan tinggi, bila pengamat berdasarkan pengamatannya menyatakan bahwa tingkat keterlaksanaan penerapan model dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas termasuk ke dalam kategori tinggi. Keterlaksanaan model dalam pelaksanaan pembelajaran dapat ditinjau dari keterlaksanaan sintak, keterlaksanaan sistem sosial, dan keterlaksanaan prinsip reaksi pengelolaan dengan sistem pendukung yang tersedia. Pengukurannya melalui pengamatan (observasi). Keterlaksanaan model pembelajaran diukur dengan menggunakan instrumen berupa lembar pengamatan (observasi) dengan sistem penskoran yang terdiri dari 5 (lima) kriteria penilaian, yaitu rendah sekali, rendah, cukup, tinggi, dan sangat tinggi. Tingkat keterlaksanaan ini akan diujikan pada saat penerapan pembelajaran di kelas.
18
E. Efektivitas
Nieveen (Sunyono, 2012) menyatakan bahwa keefektifan model pembelajaran sangat terkait dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Model pembelajaran dikatakan efektif bila proses pembelajaran melibatkan siswa secara aktif dalam mengorganisasi dan menemukan hubungan dan informasi–informasi yang diberikan, dan tidak hanya secara pasif menerima pengetahuan dari guru atau dosen. Indikator keefektivan meliputi: 1. Pencapaian tujuan pembelajaran dan ketuntasan belajar pembelajar. 2. Pencapaian aktivitas pembelajar dan guru atau dosen. 3. Pencapaian kemampuan dosen dalam mengelola pembelajaran. 4. Pembelajar memberi respon positif dan minat yang tinggi terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada: 1. Ketuntasan belajar, pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabila seku-rangkurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar. 2. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan). 3. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan. Eggen dan Kauchak (dalam Warsita, 2008) menyatakan bahwa suatu pembelajaran akan efektif bila siswa secara aktif dilibatkan dalam pengorganisasian dan
19
penemuan informasi (pengetahuan). Hasil pembelajaran tidak saja meningkatkan pengetahuan, melainkan meningkatkan keterampilan berpikir. Oleh karena itu, dalam pembelajaran perlu diperhatikan aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran. Semakin siswa aktif, pembelajaran akan semakin efektif. Minat juga akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Jika tidak berminat untuk mempelajari sesuatu maka tidak dapat diharapkan siswa akan belajar dengan baik dalam mempelajari hal tersebut. Jika siswa belajar sesuatu dengan minatnya maka dapat diharapkan hasilnya akan lebih baik. Ada beberapa ciri pembelajaran efektif yang dirumuskan oleh Eggen & Kauchak (dalam Warsita, 2008) adalah: 1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasar-kan kesamaan-kesamaan yang ditemukan. 2. Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran. 3. Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian. 4. Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada peserta didik dalam menganalisis informasi. 5. Orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir. 6. Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya pembelajaran guru.
F. Kerangka Pemikiran
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keefektivan, kepraktisan, besarnya ukuran pengaruh penerapan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi teori asam basa Arrhenius. Tahap awal model pembelajaran problem solving adalah ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Pada tahap ini, siswa diberikan masalah berupa penentuan larutan yang bersifat asam dan basa. Siswa akan menemukan permasalahan, se-
20
hingga dalam diri siswa muncul rasa ingin tahu dan gagasan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.
Tahap selanjutnya ialah mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan tesebut. Siswa dituntut aktif mencari informasi dalam proses penyelesaian masalah. Langkah selanjutnya ialah siswa menetapkan jawaban sementara dari permasalahan. Siswa diarahkan untuk mengemukakan jawaban sementara dari permasalahan yang diberikan dengan bimbingan guru. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan jawaban sementara. Siswa memberikan penjelasan secara bebas menurut pandangan sendiri berdasarkan pengetahuan awal dan informasi yang dikumpulkan sebelumnya. Tahap selanjutnya adalah menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Pada tahap ini, siswa diminta merancang dan melakukan percobaan tentang asam-basa. Dalam merancang percobaan, siswa diminta menyusun prosedur percobaan dan menentukan alat serta bahan yang digunakan dalam percobaan. Pada tahap ini, siswa dapat mencetuskan gagasan penyelesaian suatu masalah dan dapat melaksanakannya dengan benar. Setelah itu, siswa melakukan percobaan dan mencatat hasil percobaan dengan cara mereka masing-masing. Siswa dapat menggali dan mengumpulkan informasi melalui merancang dan melakukan percobaan untuk menguji kebenaran jawaban sementara,. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi yang menjadi dasar untuki kegiatan berikutnya yaitu menarik kesimpulan. Langkah terakhir dalam pembelajaran ini adalah menarik kesimpulan. Pada tahap ini melatihkan indikator keterampilan berpikir lancar, yaitu dapat mengkomuni-
21
kasikan hasil percobaan dengan gagasan mereka secara lancar. Ketika mengkomunikasikan hasil percobaan, siswa diminta memberikan tanggapan dengan sopan terhadap data-data yang dikumpulkan temannya. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan untuk mengembangkan berbagai kemampuan siswa, diantaranya menentukan kebenaran suatu pertanyaan atau penyelesaian masalah, mampu mengambil keputusan terhadap situasi terbuka, dan tidak hanya mencetuskan gagasan. Kemampuan-kemampuan ini merupakan aspek-aspek yang ada dalam kemampuan berpikir lancar. Dengan kata lain, pembelajaran ini sekaligus mampu meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa . G. Hipotesis Hipotesis umum dalam penelitian ini adalah: 1. Model pembelajaran Problem Solving praktis dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa Arrhenius 2. Model pembelajaran Problem Solving efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa Arrhenius 3. Model pembelajaran Problem Solving memiliki ukuran pengaruh yang besar dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa Arrhenius
22
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Subyek Penelitian Populasi penelitian ini seluruh kelas XI yang ada di SMAN 1 Seputih Raman. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 5 dengan jumlah siswa yaitu 30 siswa yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Sampel diambil secara acak dengan teknik cluster random sampling, sehingga mendapatkan satu kelas penelitian sebagai sampel.
B. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang berupa data hasil tes sebelum penerapan pembelajaran (pretes) dan hasil tes setelah penerapan pembelajaran (postes).
C. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah One Group Pretest-Posttest Design (Fraenkel, 2012). Pada desain penelitian ini melihat perbedaan pretes maupun postes pada kelas yang diteliti. Penelitian ini dilakukan dengan memberi suatu perlakuan pada subyek penelitian dari satu kelas untuk diobservasi.
23
Tabel 2 Desain penelitian Kelas X IPA
Pretes O1
Perlakuan X
Postes O2
Keterangan: O1: Kelas yang diberi penerapan diberi pretes X : Pembelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran problem solving O2 : Kelas yang diberi penerapan diberi postes Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis deskriptif. Menurut Sugiyono (2012), analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.
D. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Langkah-langkah yang digunakan penelitian ini adalah: 1. Tahap Pra penelitian Prosedur pra penelitian sebagai berikut a. Membuat surat izin penelitian ke sekolah, b. Mengadakan observasi dan ke sekolah untuk mendapatkan informasi tentang keadaan sekolah, data siswa, data nilai, jadwal, dan sarana prasarana di sekolah. c. Menentukan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian, d. Menyiapkan dan membuat perangkat pembelajaran (Silabus, LKS, dan RPP) serta instrumen soal pretes, soal postes, lembar observasi penilaian, dan
24
lembar pengamatan aktivitas yang digunakan selama proses pembelajaran di kelas e. Validasi instrumen
2. Tahap Penelitian Pada tahap pelaksanaannya, penelitian dilakukan pada satu kelas sebagai sampel yang diambil secara acak. Pembelajaran dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran Problem Solving. Prosedur pelaksanaannya sebagai berikut: a. Melakukan pretes b. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi teori asam basa Arrhenius dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan. c. Melakukan postes
3. Tahap akhir a. Analisis data. b. Penulisan pembahasan dan simpulan.
Prosedur pelaksanaan penelitian tersebut dapat digambarkan dalam bentuk Gambar di bawah ini:
25
Surat izin penelitian
Observasi Pendahuluan
Penentuan kelas sebagai sampel
Tahap Pra Penelitian
Pembuatan perangkat dan instrumen
Validasi Instrumen
Pretes pada kelas penerapan Kelas dengan pembelajaran menggunakan model problem solving
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas yang menggunakan model problem solving
Tahap Penelitian
Postes pada kelas penerapan Kelas dengan pembelajaran menggunakan model problem solving
Analisis Data
Tahap Akhir Pembahasan dan Kesimpulan
Gambar 1. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
E. Instrumen Penelitian Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen tes dan instrumen nontes. Instrumen tes terdiri atas tes kemampuan berpikir lancar. Instrumen
26
nontes terdiri atas angket respon siswa, lembar observasi keterlaksanaan RPP, Lembar observasi penilaian kemampuan guru, dan lembar pengmaatan aktivitas siswa. Berikut merupakan uraian dari masing-masing instrumen yang digunakan. 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) yang menggunakan penerapan model pembelajaran Problem Solving pada materi teori asam basa Arrhenius berjumlah 1 buah LKS teori asam basa Arrhenius dan 1 buah LKS konsep pH dan pOH 2. Tes tertulis yang digunakan yaitu soal pretes dan postes yang masing-masing terdiri atas soal penguasaan konsep yang berupa pilihan jamak dan dalam bentuk uraian. Soal pretes pada penelitian ini adalah materi teori asam basa Arrhenius yang terdiri dari 13 butir soal pilihan jamak, dan 8 butir soal uraian. Soal postes pada penelitian ini hampir sama dengan soal pretes terdiri dari 13 butir soal pilihan jamak, dan 8 butir soal uraian. 3. Lembar observasi keterlakasanaan penerapan model pembelajaran Problem Solving disusun dengan memodifikasi instrumen yang dikembangkan oleh Sunyono (2014a). 4. Angket respon siswa yang bertujuan untuk mengumpulkan data respon siswa terhadap kemenarikan model pembelajaran problem solving (kegiatan dan komponen pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran kimia). 5. Lembar observasi penilaian kemampuan guru yang bertujuan untuk mengukur kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran kimia di kelas dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Problem Solving. Melalui lembar observasi ini, peneliti akan mendapatkan informasi tambahan tentang kekurangan-kekurangan apa saja yang telah dilakukan oleh peneliti selama proses
27
pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Solving. Pengamatan terhadap aktivitas guru dilakukan oleh observer guru kimia di sekolah tersebut. Lembar observer ini di susun dengan memodifikasi angket yang dikembangkan oleh Sunyono (2014a). 6. Lembar pengamatan aktivitas siswa yang bertujuan untuk mengamati aktivitas siswa dalam kelompok selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Lembar observasi ini disusun dengan memodifikasi instrumen yang dikembangkan oleh Sunyono (2014a).
F. Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kepraktisan, analisis data keefektivan penguasaan konsep, dan analisis ukuran pengaruh. 1.
Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen Tes
Teknik pengolahan data digunakan untuk mengetahui kualitas instrument yang digunakan dalam penelitian. Uji coba instrumen dilakukan untuk mengetahui dan mengukur apakah instrumen yang digunakan telah memenuhi syarat dan layak digunakan sebagai pengumpul data. Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 2006). Berdasarkan hasil uji coba tersebut maka akan diketahui validitas dan reliabilitas instrument tes. a.
Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen tes (Arikunto, 2006). Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Uji validitas dilakukan dengan menggunakan rumus product moment dengan angka kasar yang di-
28
kemukakan oleh Pearson, dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistic 17.0 dan software Microsofft Office Excel.
b.
Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kepercayaan instrumen penelitian yang digunakan sebagai alat pengumpul data. Suatu alat evaluasi dikatakan reliable jika alat tersebut mampu memberikan hasil yang dapat dipercaya dan konsisten. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach yang kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan derajat reliabilitas alat evaluasi menurut Guilford (Suherman, 2003), dalam hal ini analisis dilakukan dengan menggunakan SPSS Statistic 17.0. Kriteria derajat reliabilitas (r11) alat evaluasi menurut Guilford: 0,80 < r11 ≤ 1,00; derajat reliabilitas sangat tinggi 0,60 < r11 ≤ 0,80; derajat reliabilitas tinggi 0,40< r11≤ 0,60; derajat reliabilitas sedang 0,20< r11≤ 0,40; derajat reliabilitas rendah 0,00 < r11 ≤ 0,20; tidak reliabel
2. Analisis data kepraktisan Analisis data kepraktisan meliputi analisis data keterlaksanaan model dan analisis data kemenarikan model. a. Analisis data keterlaksanaan model Analisis data keterlaksanaan model (melalui keterlaksanaan RPP) dilakukan secara deskriptif dengan mengolah data hasil pengamatan terhadap keterlaksanaan model Problem Solving (lembar observasi yang dinilai observer). Analisis data
29
keterlaksanaan model diukur melalui penilaian terhadap keterlaksanaan RPP yang memuat unsur-unsur model pembelajaran yang meliputi sintak pembelajaran, sistem sosial, dan prinsip reaksi. Langkah-langkah dalam menganalisis data keterlaksanaan model sebagai berikut: 1) Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek pengamatan, kemudian dihitung persentase ketercapaian dengan rumus: % Ji = (∑Ji / N) x 100%
(Sudjana, 2005)
Keterangan : %Ji = Persentase ketercapaian dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada pertemuan ke-i ∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat pada pertemuan ke-i N = Skor maksimal (skor ideal) 2) Menghitung rata-rata persentase ketercapaian untuk setiap aspek pengamatan dari dua orang pengamat 3) Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase ketercapaian pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagaimana Tabel 2 (Ratumanan dalam Sunyono, 2012a).
Tabel 3. Kritera Tingkat Keterlaksanaan (Sunyono, 2012 a) Persentase 80,1% - 100,0 % 60,1% - 80,0% 40,1% - 60,0% 20,1% - 40,0% 0,0% - 20,0%
Kriteria Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
30
b. Analisis data kemenarikan model pembelajaran Analisis data kemenarikan model pembelajaran ditinjau dari respon siswa terhadap pelaksanaan penerapan model pembelajaran Problem Solving dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Mengolah jumlah skor jawaban responden Angket respon siswa yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 13 pernyataan positif dan 13 pernyataan negatif. Komponen sikap dalam pernyataan ini mencakup kognisi (berkenaan dengan pengetahuam seseorang tentang objek atau stimulus yang dihadapinya), afeksi (berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut), konasi berkenaan dengan kecenderuungan berbuat terhadap objek tersebut). Pernyataan di angket ini mencakup mengenai pembelajaran menggunakan model Problem Solving, cara guru mengajar, cara guru merespon jawaban, isi LKS, materi kimia, dan minat siswa mengikuti pembelajaran.
Tabel 4 Pengolahan jumlah skor Respon Setuju (S) Tidak setuju (TS)
Skor Pernyataan Positif 1 x jumlah responden 0 x jumlah responden
Skor Pernyataan Negatif 0 x jumlah responden 1 x jumlah responden
2). Menghitung persentase jawaban angket pada setiap item dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
%Xin =
∑
X 100%
(Sudjana, 2004)
Keterangan : %Xin = Persentase jawaban respon siswa pada kemanarikan model Problem Solving ∑S = Jumlah Skor jawaban Smaks = Skor maksimum yang diharapkan
31
3). Menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase sebagaimana Tabel 3 di atas. 3. Analisis data keefektifan model pembelajaran Problem Solving Ukuran keefektifan model pembelajaran dalam penelitian ini ditentukan dari aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, dan kemampuan penguasaan konsep.
a. Analisis deskriptif aktivitas siswa Aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung diukur dengan menggunakan lembar observasi oleh dua orang observer. Analisis deskriptif terhadap aktivitas siswa dalam pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Menghitung persentase aktivitas siswa untuk setiap pertemuan dengan rumus: % Pa =
x100%
Keterangan: Pa = Persentase aktivitas siswa dalam belajar di kelas Fa = Frekuensi total aktivitas siswa yang muncul setiap aspek Fb = Frekuensi total maksimum aktivitas siswa setiap aspek 2) Menghitung jumlah persentase aktivitas siswa yang relevan dan yang tidak relevan dengan pembelajaran untuk setiap pertemuan dan menghitung rataratanya, kemudian menafsirkan data dengan menggunakan tafsiran harga persentase sebagaimana Tabel 3. 3) Mengurutkan aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran berdasarkan persentase setiap aspek aktivitas yang diamati.
32
b. Analisis data kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran Analisis data tentang kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dilakukan dengan cara sama dengan data keterlaksanaan RPP yaitu: 1) Menghitung jumlah skor yang diberikan oleh pengamat untuk setiap aspek pengamatan, kemudian dihitung persentase kemampuan guru dengan rumus: % Ji = (∑ Ji / N) x 100%
(Sudjana, 2004)
Keterangan : %Ji = Persentase dari skor ideal untuk setiap aspek pengamatan pada pertemuan ke-i ∑Ji = Jumlah skor setiap aspek pengamatan yang diberikan oleh pengamat pada pertemuan ke-i N = Skor maksimal (skor ideal) 2) Menghitung rata-rata persentase kemampuan guru untuk setiap aspek pengamatan dari dua orang pengamat. 3) Menafsirkan data dengan tafsiran harga persentase kemampuan guru sebagaimana Tabel 3.
c. Analisis data penguasaan konsep Penguasaan konsep kimia merupakan kemampuan siswa dalam menggunakan konsep, prinsip, dan teori kimia ke dalam situasi yang konkrit pada pemecahan masalah dan ditunjukkan oleh skor yang diperoleh siswa dalam tes penguasaan konsep (pretes dan postes). Peningkatan penguasaan konsep ditunjukkan melalui skor n-Gain tiap siswa yang dihitung dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Hake (Sunyono 2014,a)
33
−
=
% postes − %pretes 100 − % pretes
Kriteria n-Gainnya ditampilkan dalam Tabel 5, sebagai berikut: Nilai n-Gain
Kriteria
> 0,7
Tinggi
0,3 < gain < 0,7
Sedang
< 0,3
Rendah
4) Analisis Ukuran Pengaruh (effect size) Untuk menganalisis besarnya ukuran pengaruh pembelajaran dengan model Problem Solving sebelumnya perlu dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t-student. Uji effect size dilakukan dengan menggunakan rumus Cohen`s. a. Uji Normalitas Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis untuk uji normalitas: H0 : kedua sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal Untuk menguji normalitas data sampel dapat digunakan uji Chi-Kuadrat. Langkah-langkah uji normalitas adalah sebagai berikut: 1) Menyusun data dan mencari nilai tertinggi dan terendah. 2) Membuat interval kelas dan menentukan batas kelas. 3) Menghitung rata-rata dan simpangan baku. 4) Membuat tabulasi data kedalam interval kelas. 5) Menghitung nilai z dari setiap batas kelas dalam Sudjana (2005) dengan
34
rumus: Z=
dimana S adalah simpangan baku dan
adalah rata-rata
sampel kemudian mengubah harga Z menjadi luas daerah kurva normal dengan menggunakantabel. 6) Menghitung frekuensi harapan berdasarkan kurva dalam Sudjana (fo-fe)2 χ =∑ fo 2
Keterangan :
= uji Chi- kuadrat fo = frekuensi observasi
fe = frekuensi harapan 7) Kriteria pengujian terima Ho jika χ2 hitung ≤ χ 2 tabel dengan taraf signifikan 5% dan derajat kebebasan dk = k – 3 (Sudjana, 2005)
b. Uji Homogenitas Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dibandingkan memiliki nilai rata-rata dan varians identik. Hipotesis untuk uji homogenitas : Ho : data penelitian mempunyai varians yang tidak homogen H1 : data penelitian mempunyai varians yang homogen. Untuk uji homogenitas digunakan rumus yang terdapat dalam Sudjana (2005) : F
Varians terbesar Varian terkecil
Keterangan : F = Kesamaan dua varians dengan Kriteria : Pada taraf 0,05, tolak Ho hanya jika F hitung F ½ (1,2) c. Uji t Uji-t dilakukan terhadap perbedaan rerata n-gain antara postest dan pretes pada model pembelajaran problem solving. Pada penelitian ini menggunakan uji
35
paired t – test atau uji t observasi berpasangan karena menggunakan skala data interval dan merupakan data statistika parametrik. sLangkah-langkah mengujinya sebagai berikut
thitung =
B sB √ n
s2B = dan
B=
∑ Bi n
n ∑Bi2 -(∑Bi)2 n(n-1) (Sudjana,2005 : 242)
Keterangan: Bi = Selisih nilai postest dengan nilai pretest pada masing-masing siswa/individu n = Jumlah siswa yang mengikuti model pembelajaran problem solving SB = Simpangan baku
Uji hipotesisnya pada taraf kepercayaan (α) 5% dan dk = (n-1) dengan kriteria Jika –t1-1/2α tabel < t < + t1-1/2α maka H0 diterima dan H1 ditolak, Dengan H0 = nilai pretest tidak sama dengan nilai postes (ada perubahan) H1 = nilai pretes sama dengan nilai postes (tidak ada perubahan)
d. Effect size Pada penelitian ini menggunakan uji Paired t – test atau uji t observasi berpasangan , maka untuk menentukan besarnya ukuran pengaruh model pembelajaran problem solving pada materi Asam Basa Arhenius menggunakan rumus Cohen`s: d=
M1 −M2
dan
2 s2 1 −s2 2
Keterangan
d = Indeks Cohen`s
r=
d d2 +4
36
M1 = Mean Postes M2 = Mean Pretes S1 = Simpangan baku postes S2 = Simpangan baku pretes r = Effect Size- coeffiecent (Cohens, 1962) Kriteria: r ≤ 0,15; efek diabaikan (sangat kecil) 0,15 < r ≤ 0,40; efek kecil 0,40 < r ≤ 0,75; efek sedang 0,75 < r ≤ 1,10; efek besar r > 1,10; efek sangat besar (Dincer, 2015)
66
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dalam penelitian mengenai penerapan model pembelajaran problem solving pada materi asam basa Arrhenius, dapat disimpulkan: 1. Model pembelajaran problem solving memiliki kepraktisan yang sangat tinggi dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa Arrhenius 2. Model pembelajaran problem solving memiliki keefektivan yang sangat tinggi dalam meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa Arrhenius 3. Ukuran pengaruh (effect size) model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir lancar siswa pada materi asam basa Arrhenius memiliki efek besar.
B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa: 1. Bagi calon peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan penerapan model pembelajaran problem solving perlu memperhatikan pengelolan waktu
67
pembelajaran dan suasana belajar di kelas agar proses pembelajaran yang dilaksanakan maksimal.
68
DAFTAR PUSTAKA
Ackoff, R., & Vergara, E., 1981. Creativity in Problem Solvingand Planning : a Review. Journal of Operational Research North-Holland Publishing Company European, 7(1): 1-13. Arfiyani, A. Y., Haryono, H., Mulyani, B. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Dilengkapi Macromedia Flash Untuk Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar pada Materi Hidrokarbon Siswa Kelas X-5 SMA Negeri 3 Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia. FKIP UNS. Surakarta Arikunto, S. 2005. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta. Jakarta. Beaty R. E and Silvilia, P. J. 2012. Why Do Ideas Get More Creative Across Time? An Executive Interpretation of the Serial Order Effect in Divergent Thinking Task. American Journal of Psychological Association University of Nort Carolina at Greensboro, 6(4), 309-319. Brooks, J.G., & Brooks, M. 2005. In search of understanding : The case for constructivist clasrooms. Association for Supervision and Curiculum Development. Alexandaria. Bunnag, D. 2000. Clasroom Adaptation : A Case of study of a Montessori School. Journal Issue in Early Childhood Educationn : Curiculum, Teacher Education & Dissemination of Information. Bodner, G.J. 1986. Contructivism : A Theory of Knowledge. Journal of Chemical Education. 63, 788-873. Caprioara, D. 2015. Problem Solving- Purpose a Means of Learning Mathematics in School .Romania Journal of Social and Behavioral Science University of Ovidius Constanta, 191, 1859-1864. Ciot, M. G. 2009. A Constructivist Approach to Educational Action`s Structure. Bulletin UASVM Horticulture, 66(2). Electronic ISSN 1843-5394. Romania: University of Agricultural Science and Veterinary Medicine Cohen, J. 1962. The Satatistical Power ofAbnormal-Social Psychological Research. Journal of Abnormal and Social Psychology. 65(3), 145-153. Djamarah, S.B, dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
69
Dincer, S. 2015. Effect of Computer Assisted Learning on Students’ Achievement in Turkey: a Meta-Analysis. Journal of Turkish Science Education, 12 (1): 99-118. Duron, R., Limbach, B., & Waugh,W. 2006. Critical Thinking Framework for any Discipline. International Journal of Teaching and Learning Higher Education, 17(2): 160-166 Ernest, P. 2010. Reflections on Theories of Learning. Journal Theories of Mathematics Education University of Exeter UK. Fraenkel, J. R, dkk. 2012. How To Design And Evaluate Research In Education. Mc Graw Hiil. Amerika Serikat. Husin, A. U.2014. Efektivitas Model Pembelajaran Problem Solving Dalam Meningkatkan Kemampuan Berpikir Evaluatif Siswa Pada Materi Asambasa. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Ibrahim, M dan Nur, M. 2005. Pengajaran Berdasarkan Masalah Edisi 2. Jakarta : University Press Mumford, M. D., Medeiros, K. E., & Partlow, P. J. 2012. Creative Thinking: Processes, Strategies an Knowledge. Journal of Creative Behaviour, 46 (1): 30-47. Kolb, A. Y & Kolb, D. A. 2008. Experiental Learning Theory: A Dynamic, Holistic Approach to Management Learning education and Development. Paper of Armstrong Mangement Learning Education and Development, 4268. Liu, C. C & Chen I. J. 2010. Evolution of Constructivism. Journal of Contemporary Issue In Education Research Journal In Taiwan University, 3 (4), 63-66. Lunenburg, F. C. 2011. Critical Thinking and Constructivism Techniques for Improving Student Achievement. Journal National Forum of Teacher Education Journal in Sam Houston State University, 21(3), 1-9. Munandar, S. C. U. 2008. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Rineka Cipta. Jakarta. Nieveen, N. 1999. Prototyping to Reach Product Quality, In Alker, Jan Vander, “Design Approaches and Tools in Education and Training”. Kluwer Academic Publisher. Dordrect. Nieveen, N. 2007. Formative Evaluation in Educational Design Research. Dalam Plomp T & Nieveen, N (Eds.). An Intruction to Educational. Natherland: SLO.
70
Nusbaum, E. C &Silvia, P. J. 2010. Are Intelligence and Creativity Really so Different? Fluid Intelligence, Executive Processes, and Strategy Use in Divergent Thinking. Journal Intelligence a Multidisclipinary by Depertements Psychology University North Carolina at Greensboro United States, 39 (2011), 36-45. Pehkonen, E., Naveri, L., & Laine, A. 2013. On Teaching Problem Solving in School Matematics. Journal of Centre for Educational Policy Studies, 3(4): 9-23. Rusda, Q.L.L., Azizah, U. 2012. Implementation of Problem Solving Model To Train Students Creative Thinking Skill. Unesa Jurnal of Chemical Education. FMIPA Unesa. Surabaya. Shaffer, D. R & Kipp, K. 2007. Developmental Psychology Childhood and Adolesence. USA : Thomson Higher Education. Shaheen, R. 2010. Creativity an Education. Journal of School Education University of Birmingham UK, 1(3): 166-169. Sudjana. 2005. Metode Statistika. Tarsito. Bandung. Sudjana, N. 2004. Penilaian HAsil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung. Suherman, E. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. JICA UPI. Bandung Sugiyono, 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R& D. Alfabeta. Bandung. Sunyono, 2012a. Analisis Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi dalam Membangun Model Mental Stoikiometri Mahasiswa. Laporan Hasil Penelitian Hibah Disertasi Doktor_2012. Lembaga Penelitian Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. Sunyono. 2012. Buku Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi (Model SiMaYang). Aura Printing & Publishing. Bandar Lampung. __________ , 2014a. Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi dalam Membangun Model Mental dan Penguasaan Konsep Kimia Dasar Mahasiswa. (Disertasi). Pascasarjana Universitas Negeri Surabaya. Surabaya Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III : Pendidikan Disiplin Ilmu. Penerbit Imtima. Bandung. Ultanir, E. 2012. An Epistemological Glance at The Constructivist Approach: Constructivist Learning In Dewey, Piaget, And Montessori. International Journal Of Instruction In Mersin University, Volume 5 No 2, 195-212.
71
Warsita, B. 2008. Teknologi Pembelajaran, Landasan, dan Aplikasinya. Rineka Karya. Jakarta. Wicaksono, A. 2008. Efektivitas Pembelajaran. http://agungprudent.wordpress. com/2009/06/18/efektivitas-pembelajaran/.diakses pada 25 maret 2016.