perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI BERSTANDAR NASIONAL DI KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI
Oleh : NITA NUR`AINI K1208107
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Mei 2012 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI BERSTANDAR NASIONAL DI KABUPATEN KARANGANYAR
Oleh : NITA NUR`AINI K1208107
Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Mei 2012 commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Tiada yang memiliki kebanggaan kecuali orang yang berilmu, mereka selalu memberikan petunjuk kepada orang yang membutuhkan. (Ali Bin Abi Thalib)
Berikan pada dunia milikmu yang terbaik dan mungkin itu tak kan pernah cukup Biar begitu, tetaplah berikan pada dunia milikmu yang terbaik Orang kerap kali tak bernalar, tak logis, dan egois Biar begitu, maafkanlah mereka Bila engkau mendapat sukses, engkau bakal pula mendapat teman-teman palsu dan musuh-musuh sejati Biar begitu, tetaplah meraih sukses (Ibu Teresa)
Berpegang pada kepercayaan dan keyakinan. (Penulis)
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Ya Rabb, dengan segala rasa syukurku pada-Mu... Kupersembahkan karya ini sebagai salah satu wujud cinta dan terima kasihku untuk:
Ibunda dan Ayahanda tercinta Doamu tiada pernah putus, tiada lelah memberikan pengorbanan demi yang terbaik untukku, tiada terbatas cinta dan kasih yang tercurah, terima kasihku untukmu, Ibu, Ayah...
Ken Ndari Adikku tersayang yang selalu membawa kejutan dalam setiap lakunya.
Dosen-dosenku di Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Segala bekal yang penuh dengan kemuliaan menjadi motivasi dalam perjalanan menuju diriku selanjutnya.
Sahabat-
Nur Endah, Taufik, Rina, Nadin, Winda,
Siwi, Wiwit, Ndaru, Erma, Wulan, dan semua teman-temanku tersayang) Bersama kalian aku mengukir indahnya dunia baru.
ABSTRAK
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Nita Nur`aini, K1208107. PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI BERSTANDAR NASIONAL DI KABUPATEN KARANGANYAR. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.Mei2012. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar yang meliputi: (1) persepsi guru mengenai pembelajaran menulis argumentasi; (2) pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan guru pada siswa; (3) kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis argumentasi; dan (4) upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis argumentasi. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang mengambil sampel di SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif yang meliputi empat komponen, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, persepsi guru mengenai pembelajaran menulis argumentasi terbagi menjadi dua, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada praktik dan teori secara berimbang, dan pembelajaran yang berorientasi pada praktik. Kedua, pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi berlangsung secara kooperatif dengan diskusi kelompok, kooperatif dengan media surat kabar, dan kooperatif dengan debat. Ketiga, kendalakendala yang ditemukan dalam pembelajaran menulis argumentasi meliputi siswa belum dapat membuat paragraf argumentasi sesuai dengan tema, pengungkapan gagasan belum dilakukan secara runtut, siswa kurang paham membedakan jenis paragraf argumentasi dengan jenis paragraf lain, siswa enggan bertanya apabila mengalami kesulitan, siswa kurang memerhatikan penjelasan guru, sumber materi yang dimiliki siswa hanya LKS, siswa kurang aktif saat diskusi, alokasi waktu pembelajaran terbatas, dan belum ada laboratorium Bahasa Indonesiadan LCD di setiap kelas.Keempat, upaya untuk mengatasi kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis argumentasi, yaitu siswa melakukan koreksi silang dengan teman semeja, guru menjelaskan materi dengan menunjukkan perbedaan tulisan argumentasi dengan jenis tulisan yang lain, guru berkeliling untuk memeriksa kinerja siswa sekaligus memberikan arahan jika ada siswa yang mengalami kesulitan, siswa berusaha untuk fokus, siswa yang tidak mau aktif saat diskusi ditegur oleh teman satu kelompok, siswa meminjam buku teks di perpustakaan dan mencari sumber materi dari internet maupun televisi, guru mengambil jam materi pembelajaran selanjutnya, dan belum tersedianya laboratorium Bahasa Indonesia dan LCD di setiap kelas bukan menjadi kendala yang berarti, siswa dapat belajar dengan strategi dan pembelajaran yang menarik. Kata kunci: pembelajaran menulis argumentasi, pelaksanaan, kendala, upaya. KATA PENGANTAR
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Atas kehendak-Nya pulalah peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Karanganyar ini dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Muhammad Rohmadi, S.S.,M.Hum.,selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni yang telah memberikan persetujuan dalam skripsi ini. 3. Dr. Kundharu Saddhono, S.S., M.Hum.,selakuKetua Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang juga memberikan persetujuan dalam skripsi ini. 4. Dr. Andayani, M.Pd.,selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi sejak penyusunan, penelitian, hingga skripsi ini selesai. 5. Dr.
Kundharu
Saddhono,
S.S.,
M.Hum.,selaku
pembimbing
II
yang
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasisejak penyusunan, penelitian, hingga skripsi ini selesai. 6. Dra. Sumarwati, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang selama ini turut memantau, dan menyemangati peneliti. 7. Drs. Bambang Sugeng Maladi, M.M., selaku kepala SMA Negeri 2 Karanganyar yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti. 8. Drs. Amin Suryadi, M.Pd., selaku kepala SMA Negeri Karangpandan yang telah memberikan izin penelitian kepada peneliti.
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
9. Sanusi, S.Pd.,selaku guru Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar yang telah memberi bimbingan dan bantuan dalam penelitian. 10. Rohmani, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar yang telah memberikan informasi dan bantuan dalam penelitian. 11. Sri Muryati, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri Karangpandan yeng telah memberikan informasi dan bantuan dalam penelitian. 12. Lusia Indah Wulandari, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia kelas X SMA Negeri Karangpandan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam penelitian. 13. Para siswa kelas X SMA Negeri 2Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini. 14. Keluarga tercinta yang telah membiayai dan menyediakan sarana prasarana selama kuliah dan selalu memberidoa serta semangat setiap saat. Semoga kebaikan dan bantuan dari semua pihak tersebut mendapat pahala dan imbalan dari Allah SWT. Peneliti berharap semoga karya ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan menambah khasanah keilmuan dan pengajaranBahasa Indonesia.
Surakarta, April2012
Penulis
DAFTAR ISI
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN .........................................................................
ii
HALAMAN PENGAJUAN .............................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
v
HALAMAN MOTTO ....................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................
vii
ABSTRAK ......................................................................................................
viii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xiv
DAFTAR TABEL ...........................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Perumusan Masalah ......................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian teori dan Hasil Penelitian yang Relevan ............................
8
1. Hakikat Menulis .......................................................................
8
a. Pengertian Menulis ..............................................................
8
b. Tahap-tahap Penulisan .........................................................
9
c. Jenis-jenis Tulisan ..............................................................
11
2. Hakikat Tulisan Argumentasi ..................................................
16
a. Pengertian .............................................................................
16
b. Ciri dan Dasar Penulisan Argumentasi ........................................
17
3. Pembelajaran Menulis Argumentasi Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ......................
19
a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)....................
19
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
b. Pembelajaran Menulis Argumentasidi Kelas X SMA .........
21
c. Perencanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi...............
23
d. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi ...............
28
e. Penilaian Pembelajaran Menulis Argumentasi ....................
32
B. Kerangka Berpikir...........................................................................
37
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
38
B. Bentuk Penelitian ..........................................................................
39
C. Sumber Data ............................................................... ...................
39
D. Teknik Sampling ........................................................ ...................
40
E. Pengumpulan Data ........................................................... .............
40
F. Uji Validitas Data ..........................................................................
41
G. Analisis Data .................................................................................
42
H. Prosedur Penelitian.........................................................................
44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. ..
45
A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian .........................................
45
B. Deskripsi Hasil Penelitian ............................................................
46
1.Persepsi Guru terhadap Pembelajaran Menulis Argumentasi ....
46
2.Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar ................................................................................
49
3.Kendala dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar..... ...........................................................................
58
4.Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Kendala dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Karanganyar............................................
C. Pembahasan ....................................................................................
commit to user xii
61
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Orientasi Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional Di Kabupaten Karanganyar..... ........................................................................
65
2. Perencanaan, Pelaksanaan, dan Penilaian Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar.......................
66
3. Kendala yang Ditemui dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar.........................................
71
4. Upaya untuk Mengatasi Kendala yang Ditemui dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar.......... 72 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..................................... ..
75
A. Simpulan .......................................................................................
75
B. Implikasi ........................................................................................
76
C. Saran .............................................................................................
77
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
79
LAMPIRAN ..................................................................................................
82
DAFTAR GAMBAR
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar
Halaman
1.
Kerangka Berpikir...................................................................
37
2.
Model Analisis Interaktif ........................................................
44
DAFTAR TABEL
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel
Halaman
1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Keterampilan Menulis di SMA (Semester Genap) .......... .........21 2. Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval............
36
3. Rincian Waktu dan Jenis Penelitian..........................................38 4. Nilai Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X.......
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user xv
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran
Halaman
1. Silabus Pembelajaran....................................... .......... ............ 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ........................ ............
82 84
3.Daftar Nilai Siswa ..................................................... ............ 93 4. Catatan Lapangan Hasil Observasi. ....................... ............
95
5. Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia. ........... ............
103
6.Wawancara dengan Siswa ......................................... ............
117
7. Lampiran Tulisan Argumentasi Siswa ..................... ............
123
8.Surat Izin Menyusun Skripsi. .................................... ............
129
9. Surat Izin Research I. ............................................... ............
130
10. Surat Izin Research II. ............................................ ............
131 132
12. Surat Keterangan P
133
13. Surat Keterangan Pe
134
14.Lampiran Foto. ........................................................ ............
135
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik serta sebagai penunjang keberhasilan peserta didik dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenali dirinya, budayanya dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, dan berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Selain itu, peserta didik juga diharapkan dapat menemukan serta menggunakan kemampuan analisis dan imajinatif yang ada dalam dirinya. Bahasa adalah sistem lambang bunyi oral yang arbitrer yang digunakan oleh sekelompok manusia (masyarakat) sebagai alat komunikasi atau berinteraksi (Oka dan Suparno, 1994). Nasr (1978) mengartikan bahasa sebagai bagian kebudayaan. Sebagai bagian dari kebudayaan, bahasa merupakan kebiasaan aktivitas bunyi yang berasal dari dari pengalaman manusia (Oka dan Suparno, 1994: 5). Bahasa memiliki fungsi sebagai alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan. Ada empat aspek keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam pengajaran bahasa di sekolah, yaitu: (1) keterampilan menyimak; (2) keterampilan berbicara; (3) keterampilan membaca; dan (4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Dalam standar isi, pembelajaran bahasa dan sastra diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, secara lisan maupun tertulis. Standar kompetensi bahasa dan sastra Indonesia juga dijadikan sebagai pengukur kemampuan minimal peserta didik yang mengambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia diarahkan agar siswa terampil berkomunikasi baik lisan maupun tulisan.
commit to user 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan menulis. Keterampilan ini adalah ketrampilan yang paling sulit jika dibandingkan dengan ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Menulis merupakan keterampilan yang sangat memerlukan latihan-latihan yang berkelanjutan dan terus menerus. Khususnya pada tingkat sekolah menengah atas (SMA), pembelajaran keterampilan menulis merupakan peningkatan dari jenjang-jenjang sebelumnya. Dalam hal ini siswa diharapkan dapat menyerap aspek-aspek dasar dari keterampilan menulis untuk dijadikan bekal pada jenjang yang lebih tinggi. Tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran menulis adalah agar siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis. Secara umum tujuan pembelajaran keterampilan menulis yaitu siswa dapat mengomunikasikan ide atau gagasan secara tertulis maupun sebagai kegiatan mengekspresikan ilmu pengetahuan, pengalaman hidup, imaji, aspirasi, dan lain sebagainya. Menurut Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan (1999) menulis mendatangkan banyak keuntungan yang dapat dipetik. Pertama, dengan menulis kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita. Kedua, dengan kegiatan menulis kita mengembangkan berbagai gagasan. Ketiga, kegiatan menulis memaksa kita lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis. Keempat, menulis berarti mengorganisasikan gagasan secara sistematik serta mengungkapkannya secara tersurat. Kelima, melalui kegiatan menulis kita akan dapat meninjau serta menilai gagasan kita sendiri, secara lebih objektif. Keenam, dengan menuliskan di atas kertas kita akan lebih mudah memecahkan permasalahan. Ketujuh, tugas menulis mengenai suatu topik mendorong kita belajar secara aktif. Kedelapan, kegiatan menulis yang terencana akan membiasakan kita berpikir serta berbahasa secara tertib. Berbagai tulisan dalam surat kabar menunjukkan bahwa kemampuan menulis para pelajar sangat lemah (Tarigan, 1987). Secara khusus, Iskandarwassid dan Sunendar (2008) menyatakan bahwa kemampuan menulis lebih sulit dikuasai jika dibandingkan kemampuan berbahasa yang lain (mendengarkan, berbicara, dan membaca). Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
Dalam proses pembelajaran di sekolah, kegiatan menulis sangat penting untuk kelancaran pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menyampaikan berbagai informasi dan ide melalui kegiatan menulis, salah satunya adalah dengan pembelajaran menulis argumentasi. Melalui pembelajaran menulis argumentasi, siswa diharapkan tidak hanya dapat mengembangkan kemampuan membuat karangan, tetapi juga cermat untuk membuat argumen dan menuangkan ide dengan cara membuat karangan yang menarik untuk dibaca. Siswa juga harus dapat menyusun dan menghubungkan antarkalimat yang satu dengan yang lain sehingga menjadi suatu karangan yang utuh. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hartanto (2011), diperoleh kesimpulan bahwa kegiatan menulis argumentasi siswa masih rendah. Rendahnya keterampilan menulis argumentasi siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, siswa kurang tertarik dengan pembelajaran menulis argumentasi; kedua, siswa masih kesulitan dalam menentukan tema atau topik dalam menulis; ketiga siswa kesulitan dalam mencari argumen yang mendukung untuk dikembangkan dalam tulisan argumentasi; keempat siswa merasa kesulitan dalam menetukan langkahlangkah yang tepat untuk menulis argumentasi yang praktis dan mudah; dan kelima guru merasa kesulitan dalam menentukan strategi yang tepat untuk menyampaikan materi menulis argumentasi. Sebagai pengendali pelaksanaan pembelajaran di sekolah, kurikulum merupakan komponen penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya pembangunan pendidikan nasional sehingga selalu berubah untuk dikembangkan agar mampu mejawab tantangan perkembangan zaman. Akibat dari kurikulum yang selalu berkembang, sekolah terutama guru dituntut untuk cepat beradaptasi dengan perubahan pengembangan tersebut. Dalam pasal 1 ayat 19 Undang-undang No. 20 Tahun 2003, kurikulum diartikan sebagai seperangkat rencana atau pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Akibat dari berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kurikulum diartikan secara luas sebagai keseluruhan proses pembelajaran yang direncanakan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
dan dibimbing di sekolah atau lembaga pelatihan, dilaksanakan secara individu atau kelompok di dalam atau di luar sekolah. Pengertian tersebut tercakup di dalamnya sejumlah aktivitas pembelajaran antara subjek didik (pembelajar) di dalam melakukan
transformasi
pengetahuan,
keterampilan
dengan
menggunakan
pendekatan proses pembelajaran atau menggunakan metode mengajar dan memanfaatkan segala teknologi pembelajaran. Dengan demikian guru ataupun pendidik harus memahami kurikulum untuk dapat mengajar dengan baik. Gurudalam proses pembelajaran memiliki peran yang sangat penting. Peran guru antara lain sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, motivator, dan evaluator (Sanjaya, 2008). Begitu kompleksnya peran guru maka mau tidak mau guru harus mampu memenuhinya. Menurut Sagala (2007) guru harus ditempatkan ada posisi utama bukan sekedar pelaksana kurikulum, tetapi harus dilibatkan dalam perancangan kurikulum itu sendiri, hal ini senada dengan konsep kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Selain faktor pendidik, dukungan sarana dan prasarana juga menjadi salah satu penentu keberhasilan pembelajaran. Sekolah yang mempunyai sarana dan prasarana yang
baik akan memudahkan guru dan siswa dalam proses belajar
mengajar. Terbatasnya sarana dan prasarana dari sekolah pun tentunya akan memberikan hambatan pengembangan kreativitas dan inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Namun demikian, hal ini bukan berarti dijadikan sebagai alasan untuk tidak mengembangkan inovasi dan kreasi dalam pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah dapat disesuaikan dengan situasi yang ada. Guru seharusnya mempunyai strategi untuk menyesuaikan pembelajaran dengan materi yang disampaikan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Di kabupaten Karanganyar terdapat beberapa SMA, baik yang berstatus negeri maupun swasta. SMA negeri yang ada di Karanganyar memiliki kriteria sebagai sekolah dengan status Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan Sekolah Standar Nasional (SSN). Kementerian pendidikan nasional menetapkan landasan pembelajaran di sekolah RSBI diperkaya dengan model proses
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
pembelajaran di negara maju. Proses pembelajaran yang dilaksanakan menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi, aktif, kreatif, efektif, menyenangkan, dan kontekstual. Berbagai fasilitas yang tersedia tentu sangat memengaruhi proses pembelajaran. Sementara itu, SSN merupakan sekolah yang hampir atau sudah memenuhi standar nasional pendidikan (SNP). Sedangkan SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan seluruh wilayah hukum NKRI. Sekolah yang berstatus SSN diharapkan memenuhi kriteria SNP yang terdiri dari standar isi, standar proses, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah yang berstatus RSBI tentu saja berbeda dengan SSN. Salah satu perbedaannya adalah penggunaan bahasa. Sekolah yang berstatus RSBI menggunakan dua bahasa dalam pembelajaran, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Sedangkan sekolah yang berstatus SSN hanya menggunakan bahasa Indonesia dalam pembelajaran. Penggunaan bahasa tentu juga berpengaruh pada tulisan siswa. Tulisan siswa dari sekolah RSBI dinilai lebih banyak mengandung campur kode jika dibandingkan dengan siswa SSN. Berdasarkan hal tersebut, peneliti terdorong melakukan penelitian mengenai proses pembelajaran di sekolah berstandar nasional. Proses pembelajaran yang diteliti yaitu pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X karena pembelajaran menulis argumentasi terdapat pada kompetensi dasar kelas X. Penelitian ini
KELAS X SMA NEGERI BERSTANDAR NASIONAL DI KABUPATEN
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1.
Bagaimanakah persepsi guru kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar mengenai pembelajaran menulis argumentasi?
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
2.
Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan guru pada siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar?
3.
Apa sajakah kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar?
4.
Bagaimanakah upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut. 1. Persepsi guru kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar mengenai pembelajaran menulis argumentasi. 2. Pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan oleh guru pada siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar. 3. Kendala yang yang timbul dalam pembelajaran menulis argumentasi pada siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar. 4. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah pustaka keilmuan dan pengetahuan mengenai pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi di sekolah menengah atas (SMA) negeri berstandar nasional di kabupaten karanganyar . 2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Mengetahui kualitas pembelajaran dan kendala-kendala yang timbul dalam pembelajaran keterampilan menulis argumentasi sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
diharapkan kendala-kendala tersebut dapat segera diatasi oleh guru dan sekolah. Dengan demikian, kualitas pembelajaran keterampilan menulis argumentasi dapat meningkat. b. Bagi Guru Memberikan gambaran mengenai pembelajaran keterampilan menulis argumentasi yang sesuai dengan kurikulum sehingga dapat dijadikan sebagai referensi peningkatan kualitas proses dan hasil dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis argumentasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
c. Bagi Siswa Siswa dapat mengetahui kemampuannya dalam
menerima dan
memahami materi pembelajaran keterampilan menulis argumentasi sehingga diharapkan mampu meningkatkan motivasi untuk berprestasi terkait hal-hal yang didukung dengan keterampilan menulis argumentasi . d. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian lain yang lebih lanjut dengan kajian yang sama sehingga bermanfaat bagi perkembangan dan kemajuan di bidang pendidikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Hakikat Menulis a.
Pengertian Menulis Menulis merupakan salah satu keterampilan dalam berbahasa.Nurudin (2010) mengungkapkan bahwa menulis adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang dalam rangka mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada orang lain agar mudah dipahami.Kemampuan menulis mengandalkan kemampuan berbasa yang bersifat aktif dan produktif (Iskandarwasiid & Sunendar, 2008). Lebih mendalam, Iskandarwassid dan Sunendar (2008) menyatakan bahwa dengan mengungkapkan perasaan atau pikiran secara tertulis, seorang pemakai bahasa akan lebih banyak memiliki kesempatan untuk mengatur dan mempersiapkan apa yang akan disampaikan. Sesuatu yang akan disampaikan jika diungkapkan dalam bentuk tulisan akan dapat mudah dipahami karena pada saat tulisan itu dibuat, dilakukan juga seleksi-seleksi tentang apa yang hendak diungkapkan. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara bertatap muka dengan orang lain (Tarigan, 1993). Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan
ekspresif
karena
menulis
merupakan
kegiatan
yang
bersifat
mengungkapkan, dengan maksud mengungkapkan gagasan, buah pikiran, dan atau perasaan kepada pihak atau orang lain. Menulis adalah proses penuangan gagasan dan pemikiran dengan sistem tertentu dalam bentuk tulisan (Lasa, 2005). Dalam mengungkapkan gagasan secara tertulis, seorang pemakai bahasa mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mempersiapkan dan mengatur diri, baik hal apa yang diungkapkan maupun bagaimana cara mengungkapkannya. Pesan yang perlu diungkapkan dapat dipilih secara cermat dan disusun secara sistematis. Apabila diungkapkan secara tertulis, pesan tersebut mudah dipahami
oleh
pembaca.
Demikian
pula,
commit to user 9
pemilihan
kata-kata
dan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
penyusunannya dalam bentuk wacana dapat dilakukan sesuai dengan kaidahkaidah bahasa yang baik dan benar. Dalam sebuah tulisan, terkandung ide atau gagasan penulis untuk disampaikan kepada pembaca atau orang lain. Dalam penyampaian ide, penulis harus mampu mencari kata yang dapat dimengerti oleh pembaca atau orang lain, baik dari segi urutan kata-kata maupun bentuk kalimat. Dengan begitu pengetahuan penulis (dalam hal ini siswa) haruslah luas supaya ide yang akan disampaikan dapat dipahami oleh orang lain atau pembaca. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, seorang penulis hendaknya memiliki keterampilan dasar yang meliputi: (1) keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukan kata, pemilihan kata serta penggunaan kalimat yang efektif; (2) keterampilan penyajian, yaitu keterampilan pembentukan dan pengembangan paragraf, keterampilan merinci pokok bahasan menjadi subpokok bahasan dan subpokok bahasan ke dalam susunan sistematis; dan (3) keterampilan pewajahan, yaitu keterampilan mengatur tipografi dan memanfaatkan sarana tulis secara efektif dan efisien, tipe huruf, penjilidan, penyusunan tabel dan lain-lain. Ketiga keterampilan tersebut saling menunjang dalam kegiatan menulis tentunya didukung oleh keterampilan menyimak, membaca, serta berbicara yang baik (Semi, 1990). Berdasarkan hakikat menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah sebuah proses untuk menuangkan segenap ide yang dituangkan ke dalam bahasa tulis, yang dapat digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung sehinggga pesan yang disampiakan oleh penulis dapat diterima dan dipahami oleh pembaca. b.
Tahap-tahap Penulisan Menulis merupakan suatu proses, yaitu proses penulisan yang di dalamnyaterdapat beberapa tahap penulisan. Lebih jelasnya Akhadiah, Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan (1999) berpendapat bahwa tahap penulisan meliputi tahap prapenulisan, tahappenulisan, dan tahap revisi. Ketiga tahap penulisan itu menunjukkan kegiatanutama yang berbeda. Dalam tahap prapenulisan ditentukan hal-hal pokok yangmengarahkan penulis dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
seluruh kegiatan penulisan itu. Dalam tahappenulisan, dilakukan apa yang telah ditentukan itu, yaitu mengembangkan gagasandalam kalimat-kalimat, satuan paragraf, bab atau bagian. Dalam tahap revisi yangdilakukan adalah membaca dan menilai kembali yang ditulis, memperbaiki,mengubah, bahkan jika perlu memperluas tulisan tadi. Tahap prapenulisan merupakan tahap perencanaan atau persiapan menulis yang di dalamnya mencakup beberapa langkah jika menulis karangan. Langkah pertama, yaitu menentukan topik. Hal ini berarti penulis menentukan apa yang akan dibahas di dalam tulisan. Topik ini dapat diperoleh dari berbagai sumber ilmu, pengalaman, dan pengamatan. Seorang penulis dapat menulis tentang pendapat, sikap, atau tanggapan sendiri atau orang lain atau tentang khalayan atau imajinasi yang dimilikinya. Dalam menentukan topik karangan harus selalu berkenaan dengan fakta. Membatasi topik adalah langkah kedua yang dilakukan dalam tahap prapenulisan.Setelah topik ditentukan, topik perlu dibatasi. Membatasi topik tulisan berarti mempersempit atau memperkecil ruang lingkup pembicaraan dalam penulisan. Langkah ketiga yang dilakukan dalam tahap prapenulisan adalah menentukan tujuan penulisan. Hal ini penting dilakukan sebelum memulai menulis, tujuan menulis berpengaruh dalam menentukan bentuk, panjang, sifat, dan cara penyajian tulisan. Dengan menentukan tujuan penulisan, penulia akan tahu apa yang akan dilakukan dalam tahap penulisan. Jika tulisan tanpa dilandasi oleh tujuan yang jelas dan tegas dapat menyebabkan tulisan itu tanpa arah yang jelas dan besar kemungkinan tidak dipahami pembaca. Langkah selanjutnya adalah menentukan bahan penulisan. Bahan penulisan adalah semua informasi atau data yangdipergunakan untuk mencapai data penulisan. Pengumpulan informasi dan data ini perlu dilakukan agar tulisan tersebut menjadi tulisan yang berbobot dan meyakinkan pembaca. Bahan yang digunakan dalam penulisan harus sesuai dengan tujuan penulisan. Langkah terakhir dalam tahap prapenulisan adalah membuat kerangka karangan. Kerangka karangan adalah sebuah topik kerangka yang memuat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
rencana karangan yang berisi pokok-pokok permasalahan pembicaraan yang tersusun secara sistematis dan dapat dikembangkan menuju bentuk yang lebih sempurna. Penyusunan kerangka karangan ini merupakan kegiatan terakhir yang dilakukan pada tahap persiapan atau prapenulisan. Tahap selanjutnya adalah tahap penulisan yangmembahas setiap butir pokok yang ada di dalam kerangka
yang disusun. Dalam gagasan
mengembangkan gagasan menjadi suatu kerangka yang utuh, diperlukan bahasa. Dalam hal ini penulis harus menguasai kata-kata yang mendukung gagasan atau ide. Penulis harus mampu memilih kata dan istilah yang tepat sehingga gagasan dapat dipahami pembaca dengan tepat pula. Kata-kata itu harus dirangkaikan menjadi kalimat efektif yang selanjutnya kalimat-kalimat tersebut harus disusun menjadi paragraf dan ditulis dengan ejaan yang berlaku disertai tanda baca yang digunakan secara tepat. Tahap terakhir dalam menulis adalah revisi.Sebuah tulisan perlu dibaca kembali pada tahap ini. Pada tahap ini biasanya penulis meneliti secara menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca, pilihan kata, kalimat, paragraf, daftar pustaka, dan sebagainya. Jika tidak ada lagi yang kurang memenuhi syarat maka selesailah tulisan yang dibuat. c.
Jenis-jenis Tulisan Terdapat banyak cara yang dipilih seseorang untuk mengemukakan gagasannya dalam sebuah tulisan. Cara yang dipilih tentu akan menghasilkan berbagai bentuk tulisan. Gagasan sebagai substansi dalam karangan dapat disampaikan dan dikembangkan dalam beberapa bentuk yang nanti dapat menjadi penentu jenis sebuah tulisan. Lebih jelasnya Semi (1990) mengemukakan terdapat empat bentuk atau jenis tulisan, yaitu: (1) narasi; (2) deskripsi; (3) eksposisi; dan (4) argumentasi. Sementara itu, Keraf (2007) membagi karangan atau wacana menjadi lima jenis berdasarkan tujuan umum yang tersirat di balik wacana tersebut, yaitu: (1) eksposisi; (2) persuasi; (3) deskripsi; (4) narasi; dan (5) argumentasi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
Jenis tulisan yang pertama adalah eksposisi. Eksposisi menurut Semi (1990) adalah tulisan yang bertujuan menjelaskan atau memberikan informasi tentang sesuatu. Dalam tulisan ini dipaparkan suatu kejadian atau masalah analitis dan kronologis supaya pembaca dapat memahami informasi tersebut. Wacana ini digunakan untuk menjelaskan wujud dan hakikat suatu objek. Selain itu, juga digunakan untuk menjelaskan bagaimana pertalian suatu objek dengan objek lain. Senada dengan pendapat di atas, Djuharie dan Suherli (2001) menjelaskan bahwa eksposisi adalah karangan yang menjelaskan, menerangkan, memberitahukan suatu peristiwa atau objek dengan tujuan agar orang lain mengetahuinya. Eksposisi merupakan
tulisan yang tujuan utamanya adalah
untukmengklarifikasi, menjelaskan, mendidik, atau mengevaluasi sebuah persoalan (Alwasilah, 2007). Orang yang membaca tulisan eksposisi diharapkan menjadi tahu akan sebuah informasi. Penulis mempunyai sejumlah data dan bukti untuk menjelaskan persoalan dan kejadian natau masalah dengan jelas agar pembaca dapat dengan mudah memahaminya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wiyanto (2006) bahwa tulisan eksposisi bertujuan memaparkan, menjelaskan, menyampaikan informasi, mengajarkan, dan menerangkan sesuatu tanpa disertai ajakan agar pembaca menerima atau mengikuti apa yang dibacanya (Rohmadi, dkk., 2008: 113) Eksposisi sering digunakan dalam menyampaikan uraian-uraian ilmiah, ilmiah populer, dan uraian ilmiah lainnya yang pada prinsipnya tidak berusaha memengaruhi pendapat orang lain. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disintesiskan bahwa tulisan eksposisi merupakan tulisan yang menginformasikan dan menjelaskan sesuatu yang dapat menambah pengetahuan seseorang atau pembaca. Jenis tulisan yang kedua adalah persuasi. Persuasi berasal dari kata to persuade yang artinya membujuk atau menyaraknkan. Persuasi menurut pernyataan Rohmadi, dkk (mengutip pendapat Wiyanto, 2006) merupakan gagasan yang disertai dengan alasan, bukti, atau contoh untuk meyakinkan pembaca kemudian didikuti dengan ajakan, bujukan, atau rayuan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
bertujuan agar pembaca mengikuti kehendak pembaca (2008: 114). Persuasi adalahsuatu seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang (Keraf, 2007). Dijelaskan lebih lanjut, karena tujuan terakhir dari sebuah persuasi adalah agar pembaca atau pendengar melakukan sesuatu maka persuasi dapat dimasukkan pula ke dalam cara untuk mengambil keputusan. Senada dengan pendapat tersebut, Djuharie dan Suherli (2001) menyatakan bahwa persuasi adalah karangan yang memengaruhi, mengajak, menganjurkan sesuatu pada orang lain untuk berbuat atau bertindak sesuai dengan yang diharapkan. Keraf (2007) menyatakan bahwa sebuah tulisan persuasi harus bisa menimbulkan kepercayaan pembaca karena kepercayaan pembaca adalah unsur utama dalam persuasi. Tulisan persuasi selalu bertujuan untuk mengubah pikiran orang lain. Persuasi adalah suatu usaha untuk menciptakan kesesuaian atau kesepakatan melalui kepercayaan. Dari beberapa pendapat mengenai persuasi, dapat disimpulkan bahwa tulisan persuasi adalah tulisan yang bertujuan untuk memengaruhi pembaca agar pembaca percaya pada tulisan yang telah dibacanya. Jenis tulisan yang ketiga adalah desripsi. Deskripsi berasal dari kata to describe yang artinya menguraikan, memerikan, atau melukiskan. Deskripsi adalah karangan yang melukiskan, menggambarkan, memerikan suatu peristiwa atau objek hasil pengindraan dengan menyertakan buktibukti kuat sehingga pembaca seolah-olah terlibat di dalamnya secara langsung (Djuharie & Suherli, 2001). Menurut Parera (1993) deskripsi adalah satu bentuk karangan yang hidup dan berpengaruh. Karangan deskripsi berhubungan dengan pengalaman pancaindra seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan. Deskripsi memberikan satu gambaran tentang peristiwa atau kejadian dan masalah. Hal tersebut senada dengan pendapat Wiyanto (2006) bahwa deskripsi bertujuan untuk memberikan kesan kepada pembaca terhadap objek, gagasan, tempat, dan peristiwa sehingga pembaca seolah melihat, mendengar, merasakan, atau
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
terlibat dalam peristiwa yang diuraikan oleh penulis (Rohmadi, dkk., 2008: 113). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disintesis bahwa tulisan deskripsi adalah tulisan yang berusaha menyajikan suatu objek agar seolaholah berada di depan pandangan pembaca berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya. Jenis tulisan yang keempat adalah narasi. Narasi berasal dari kata to narrate, yaitu bercerita. Cerita adalah rangkaian peristiwa atau kejadian secara kronologis, baik fakta maupun rekaan atau fiksi (Alwasilah, 2007). Narasi mengungkakan peristiwa yang diceritakan dan disusun secara kronologis, terdapat tokoh-tokoh di dalamnya, dan dapat memperluas pengalaman seseorang. Hal tersebut selaras dengan pernyataan Rohmadi, dkk., (mengutip simpulan Wiyanto, 2006) bahwa narasi mementingkan urutan dan biasanya ada tokoh yang diceritakan (2008: 112). Narasi merupakan wacana yang mengisahkan suatu kejadian. Keraf (2007) membatasi narasi sebagai bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu. Pernyataan itu diperjelas dengan menyebutkan bahwa narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Parera (1993) mengungkapkan narasi merupakan pengembangan karangan dan tulisan yang bersifat menyejarahkan sesuatu berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis suatu peristiwa, kejadian, dan masalah. Daya guna sebuah tulisan narasi adalah apabila pembaca berantusias kepada hal-hal lama yang kemungkinan telah dilupakan. Berdasarkan beberapa pendapat tentang narasi dapat disintesis bahwa tulisan narasi merupakan tulisan yang mengisahkan suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu sehingga dapat menambah pengalaman pembaca. Jenis tulisan yang kelima adalah argumentasi. Istilah argumentasi berasal dari kata to argue yang memiliki arti
commit to user
membuktikan atau
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
menyampaikan alasan. Argumentasi adalah karangan yang membuktikan kebenaran atau ketidakbenaran dari sebuah pernyataan (Alwasilah, 2007). Penulis argumentasi menggunakan berbagai strategi untuk meyakinkan pembaca tentang kebenaran atau ketidakbenaran itu. Pendapat yang diungkapkan di dalam argumentasi kadang-kadang dapat mengubah perilaku seseorang. Tulisan argumentasi biasanya bertujuan untuk meyakinkan pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau pendirian dirinya. Bisa juga untuk membujuk pembaca agar pendapat penulis dapat diterima (Nurudin, 2010). Lebih lanjut Podis (1996) menjelaskan bahwa argumen mengacu pada tulisan yang dibuat oleh seseorang dengan tujuan untuk meyakinkan pembaca dengan mencantumkan bukti sebagai pendukung tulisannya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Wiyanto (2006) bahwa tujuan dari argumentasi adalah menyampaikan pendapat atau opini yang disertai dengan bukti, contoh, atau alasan yang sulit untuk dibantah (Rohmadi, dkk., 2008: 114). Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disintesis bahwa tulisan argumentasi adalah tulisan yang berusaha meyakinkan pembaca yang diikuti dengan bukti sebagai pendukung tulisan itu sehingga pembaca dapat menerima argumen dari penulis. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan perbedaan kelima jenis tulisan tersebut. Eksposisi menjelaskan suatu pengetahuan atau informasi, persuasi memengaruhi pembaca secara emosi, deskripsi memberikan gambaran tentang objek tulisan dan berusaha menjadikan pembaca ikut merasakan penggambaran tersebut, narasi menekankan peristiwa dari urutan waktu ke waktu, sedangkan
argumentasi meyakinkan pembaca tentang
kebenaran suatu hal secara logis. 2. Hakikat Tulisan Argumentasi a.
Pengertian Istilah argumentasi berasal dari kata argumen. Kata argumen berarti alasan atau bantahan. Dalam konteks ini kata argumen diartikan sebagai suatu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
proses belajar yang di dalamnya terdapat rangkaian fakta, pendapat, pertimbangan untuk membangun suatu kesimpulan. Argumentasi adalah memberikan alasan untuk mendukung sebuah kebenaran dari sesuatu yang
Menurut Podis (1996), argumen mengacu pada tulisan yang dibuat oleh seseorang dengan tujuan untuk meyakinkan pembaca dengan mencantumkan bukti sebagai pendukung tulisannya. Tulisan argumentasi biasanya bertujuan untuk
meyakinkan
pembaca,
termasuk
membuktikan
pendapat
atau
pendiriannya (Nurudin, 2010). Berkaitan dengan pengertian argumentasi, Keraf (2007) mendefinisikan argumentasi sebagai suatu bentuk retorika yang berusaha untuk memengaruhi sikap dan pendapat orang lain agar mereka itu percaya dan bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan penulis. Lebih lanjut Parera (1993) menyatakan bahwa argumentasi merupakan satu bentuk karangan eksposisi yang khusus. Seorang penulis argumentasi berusaha meyakinkan pembaca untuk percaya dan menerima apa yang ditulisnya. Selain itu, penulis argumentasi juga memberikan pembuktian yang objektif. Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan karena dalam setiap ilmu pengetahuan mempunyai kebenarankebenaran yang tertuang dalam data-data. Sejalan dengan pendapat tersebut, Semi (1990) menerangkan bahwa argumentasi adalah tulisan yang bertujuan untuk meyakinkan atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau pernyataan penulis.Tulisan argumentasi biasanya bertujuan untuk meyakinkan pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau pendirian dirinya. Bisa juga untuk membujuk pembaca agar pendapat penulis dapat diterima (Nurudin, 2010). Dalam berkomunikasi, argumentasi merupakan suatu cara yang sangat berguna, baik bagi perorangan maupun bagi anggota-anggota masyarakat secara keseluruha. Argumentasi merupakan alat pertukaran informasi yang tidak dipengaruhi oleh pandangan-pandangan yang subjektif (Keraf, 2007). Pendapat dalam sebuah tulisan argumentasi disampaikan secara teratur dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
kritis. Dengan demikian, seseorang yang akan menyampaikan argumentasinya harus berusaha menyelidiki dengan serius tentang apa yang akan ditulisnya. Melalui argumentasi, penulis dapat merangkaikan berbagai fakta sehingga mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau hal itu benar atau tidak. Ia harus berusaha agar hubungan antara berbagai fakta dengan gagasan yang akan dikemukakannya itu logis dan kritis. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tulisan argumentasi adalah tulisan yang berusaha meyakinkan pembaca yang diikuti dengan fakta dan bukti yang rasional sebagai pendukung tulisan itu sehingga pembaca dapat menerima dan meyakini argumen dari penulis. b.
Ciri dan Dasar Penulisan Argumentasi Dalam tulisan argumentasi biasanya ditemukan beberapa ciri yang mudah dikenali. Ciri-ciri tersebut antara lain: (1) ada pernyataan, ide atau pendapat yang dikemukakan penulisnya; (2) alasan, data, atau fakta yang mendukung; dan (3) pembenaran berdasarkan data dan fakta yang disampaikan. Data dan fakta yang digunakan untuk menyusun tulisan argumentasi diperoleh melalui wawancara, angket, observasi, penelitian lapangan, dan penelitian kepustakaan. Ciri-ciri penulisan argumentasi menurut Semi (1990) antara lain: (1) bertujuan untuk meyakinkan orang lain; (2) berusaha untuk membuktikan kebenaran suatu pernyataan; mengubah pendapat pembaca; dan (4) fakta yang ditampilkan merupakan bahan pembuktian. Metode manapun yang akan digunakan dalam tulisan argumentasi menurut Keraf (2007) harus sesuai dengan prinsip umum sebuah komposisi, yaitu: (1) pendahuluan; (2) tubuh argumen; dan (3) kesimpulan dan ringkasan. Pendahuluan bertujuan untuk menarik perhatian pembaca, memusatkan perhatian pembaca, dan menunjukkan dasar-dasar mengapa argumentasi itu harus dikemukakan. Secara ideal pendahuluan harus mengandung cukup banyak bahan untuk menarik perhatian pembaca dan memperkenalkan kepada pembaca tentang fakta-fakta yang digunakan untuk untuk memahami argumentasinya. Untuk menetapkan apa dan berapa banyak bahan yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
diperlukan
di
dalam
bagian
pendahuluan,
penulis
hendaknya
mempertimbangkan; (1) penegasan tentang mengapa persoalan itu dibicarakan pada saat ini, (2) penjelasan tentang latar belakang historis yang mempunyai hubungan langsung dengan persoalan yang akan diargumentasikan sehingga pembaca dapat memperoleh pengertian dasar mengenai hal tersebut, dan (3) pembedaan hal-hal yang berhubungan dengan selera dan hal-hal yang bertalian dengan fakta (Keraf, 2007). Prinsip yang kedua adalah tubuh argumen. Seluruh proses penyusunan argumen terletak pada kemahiran dan keahlian penulisnya, apakah ia sanggup meyakinkan pembaca bahwa hal yang dikemukakannya itu benar sehingga konklusi yang disimpulkannya juga benar. Hakikat kebenaran dalam argumentasi mencakup persoalan menyediakan jalan pikiran yang benar bagi pembaca sehingga dapat menerima bahwa kesimpulan yang diturunkan juga benar (Keraf, 2007:). Prinsip
ketiga
adalah
kesimpulan dan
ringkasan.
Meski tidak
mempersoalkan topik apa yang dikemukakan dalam tulisan argumentasi, penulis harus menjaga agar apa yang disimpulkan tetap memelihara tujuan dan menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang apa yang telah dicapai dan mengapa konklusi itu diterima sebagai sesuatu yang logis. Dalam tulisantulisan lain yang tidak dapat dibuat kesimpulan, maka dapat dibuat suatu ringkasan dari pokok-pokok permasalahan yang penting sesuai dengan urutan argumen dalam bentuk tulisan (Keraf, 2007). 3. Pembelajaran Menulis Argumentasi Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) a.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggara kegiatan pembelejarana (Hadi, 2003). Dalam standar nasional pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
masing satuan pendidikan (Mulyasa, 2007: 20). Peyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memerhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 36 ayat (2) menyebutkan bahwa kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan dengan prinsip diiversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik (Mulyasa, 2007). Berkenaan dengan hal itu, Susilo (2007) mengemukakan dalam pasal 38 ayat (2) juga disebutkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi Dinas Pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/ Kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah. Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006, KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada standar kompetensi lulusan (SKL) dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat oleh BSNP dengan memerhatikan beberapa prinsip pengembangan KTSP. Prinsip-prinsip tersebut diantaranya: (1) berpusat pada potensi, perkembangan, serta kebutuhan peserta didik dan lingkungannya, (2) beragam dan terpadu, (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) relevan dengan kebutuhan, (5) menyeluruh dan berkesinambungan, (6) belajar sepanjang hayat, dan (7) seimbang antara kepentingan global, nasional, dan lokal. KTSP ditujukan untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam mengemban identitas budaya dan bangsanya. Sesuai dengan hakikatnya, KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan maka tiap jenjang dan jenis pendidikan memiliki otonomi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
didik.
Penelitian yang dilakukan oleh Wilkins (2002) menghasilkan data
temuan yang senada. Otonomi pendidikan yang dilakukan oleh masing-masing satuan pendidikan seimbang dan dapat dipertanggungjawabkan kepada sesuai dengan peraturan nasional. Menurut Susilo (2007) otonomi pada tiap satuan pendidikan bertujuan untuk menentukan kebijakan sekolah dalam rangka meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan agar dapat memodifikasikan keinginan masyarakat setempat serta menjalin kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat, industri, dan pemerintah dalam membentuk pribadi siswa. Dalam KTSP dijelaskan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Adapun standar kompetensi dan kompetensi dasar di SMA untuk pembelajaran keterampilan menulis di semester genap sebagai berikut.
Tabel 2.1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Keterampilan Menulis di SMA (Semester Genap) Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
Menulis 1. Mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato
12.1 Menulis gagasan untuk mendukung suatu
pendapat
dalam
paragraf argumentatif
commit to user
bentuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
b.Pembelajaran Menulis Argumentasi di Kelas X SMA Pembelajaran menurut Sagala (2007) adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran disebutkan pula sebagai proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik. Pernyataan Sagala (mengutip pendapat Dimyati dan Mudjiono, 1999) menyatakan bahwa pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional untuk membuat siswa belajar secara aktif, kegiatan itu menekankan pada penyediaan sumber belajar (2007: 62). Berbeda dengan pendapat tersebut, di dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkaran belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir
siswa
dan
mengkonstruksi
pengetahuan
baru
sebagai
upaya
meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran. Hal tersebut senada dengan pendapat Knirk dan Gustafson (1986) bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang sitematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi (Sagala, 2007). Pembelajaran tidak terjadi seketika, tetapi melalui tahapan perancangan pembelajaran. Proses pembelajaran menurut Sagala (mengutip pendapat Dunkin & Biddle, 1974) mengandung empat komponen, yaitu (1) pendidik, (2) peserta didik, sekolah, dan masyarakat, (3) interaksi peserta didik dengan pendidik, dan (4) perkembangan peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang (2007: 63). Lebih lanjut lagi, Dunkin dan Biddle (1974) mengemukakan proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila pendidik mempunyai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
kompetensi
penguasaan
materi
pelajaran
dan
kompetensi
metodologi
pembelajaran (Sagala, 2007:63). Proses pembelajaran tidak akan lepas dari tugas serta peran pengajar dan pembelajar. Pengajar dalam hal ini adalah guru, sedangkan pembelajar adalah siswa. Isskandarwassid dan Sunendar (2008) menyatakan bahwa tugas seorang pengajar dalam pembelajaran adalah sebagai direktur belajar, fasilitator, dan motivator belajar. Sedangkan tugas pembelajar yang utama adalah belajar dengan didampingi pengajar. Menulis merupakan salah satu materi pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia kelas X SMA. Berdasarkan KTSP di SMA, mata pelajaran menulis diberikan pada semester 1 dan semester 2. Pada semester 1 dengan standar kompetensi, yakni mengungkapkan informasi dalam berbagai bentuk paragraf (naratif, deskriptif, ekspositif). Adapun kompetensi dasarnya, yaitu: (a) menulis gagasan dengan menggunakan pola urutan waktu dan tempat dalam bentuk paragraf naratif, (b) menulis hasil observasi dalam bentuk paragraf deskriptif, dan (c) menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk ragam paragraf ekspositif. Pada semester 2 terdapat standar kompetensi, yakni mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf dan teks pidato. Adapun kompetensi dasarnya, yaitu: (a) menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentatif, (b) menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasif, (c) menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan ejaan yang tepat, dan (d) menyusun teks pidato. Berdasarkan paparan di atas maka mata pelajaran menulis yang diberikan di SMA khususnya pada kelas X SMA salah satunya adalah pembelajaran menulis paragraf argumentasi yang sesuai dengan kompetensi dasar dalam KTSP. Sebagai salah satu materi pembelajaran maka pembelajaran menulis argumentasi perlu disampaikan dengan metode yang tepat sehingga mencapai
standar
kompetensi
yang
diharapkan,
mengungkapkan informasi melalui penulisan paragraf.
commit to user
yaitu
siswa
mampu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
c. Perencanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi Dalam sebuah pembelajaran, guru harus menyusun perencanaan pembelajaran secara matang dengan penuh pertimbangan agar sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Perencanaan tersebut meliputi pembuatan silabus dan RPP. Silabus merupakan penjabaran dari standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Sanjaya, 2009). Berkaitan dengan pendapat tersebut, Mulyasa (2007) menyatakan bahwa silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Silabus dalam KTSP harus memerhatikan prinsipprinsip pengembangan silabus. Prinsip yang pertama adalah pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan dengan prinsip ilmiah, artinya keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi
muatan
dalam
silabus
harus
benar,
logis,
dan
dapat
dipertanggungjawabkan secara keilmuan. Prinsip kedua dalam pengembangan silabus berbasis KTSP adalah relevan yang mengandung arti bahwa ruang lingkup, kedalaman, tingkat kesukaran, dan urutan penyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik. Prinsip ketiga adalah fleksibel sebagai pemikiran pendidikan dan sebagai kaidah dalam penerapan kurikulum. Fleksibel sebagai suatu pemikiran pendidikan berkaitan dengan dimensi peserta didik dan lulusan, sedangkan fleksibel sebagai suatu kaidah dalam penerapan kurikulum berkaitan dengan pelaksanaan silabus. Prinsip keempat adalah kontinuitas atau kesinambungan yang mengandung arti bahwa setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan pribadi peserta didik. Prinsip kelima, yaitu pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan secara konsisten, maksudnya adalah antara standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengelaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memeiliki hubungan yang konsisten (ajeg) dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
membentuk kompetensi peserta didik. Prinsip keenam adalah memadai. Prinsip memadai dalam silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup indikator, materi standar, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Prinsip ketujuh, yaitu aktual dan kontekstual yang berarti bahwa ruang lingkup kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dikembangkan memerhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata dan peristiwa yang sedang terjadi di masyarakat. Prinsip selanjutnya adalah pengembangan silabus berbasis KTSP harus dilakukan secara efektif. Efektif berarti memerhatikan keterlaksanaan silabus tersebut dalam proses pembelajaran dan tingkat pembentukan kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan. Prinsip teakhir dalam pengembangan silabus berbasis KTSP harus efisien dalam silbus berkaitan dengan upaya untuk memperkecil atau menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi standar yang ditetapkan. Meskipun guru diberi kebebasan untuk menyusun dan mengembangkan KTSP dan silabus. BSNP menyiapkan kurikulum untuk setiap satuan pendidikan. Selain itu, BSNP juga menyiapkan silabus untuk berbagai mata pelajaran sehingga guru bisa menjabarkan, menganalisis, dan menyesuaikan kurikulum dan silabus tersebut dengan situasi dan kondisi sekolah (Mulyasa, 2007). BSNP telah menetapkan langkah-langkah dalam pengembangan silabus. Langkah pertama, yaitu mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar matapelajaran sebagaimana tercantum pada standar isi dengan memerhatikan hal-hal berikut:(1) urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atautingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutanyang ada di standar isi; (2) keterkaitan antara standar kompetensi dan kompetensi dasardalam mata pelajaran;(3)
keterkaitan
antara
standar
dasarantarmata pelajaran.
commit to user
kompetensi
dan
kompetensi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
Langkah kedua adalah mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan mempertimbangkan: (1) potensi peserta didik; (2) relevansi dengan karakteristik daerah; (3) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, dan spiritual peserta didik; (4) kebermanfaatan bagi peserta didik; (5) struktur keilmuan; (6) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran, (7) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan (8) alokasi waktu. Ketiga,
yaitu
mengembangkan
kegiatan
pembelajaran.
Kegiatan
pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Ha-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran antara lain: (1) kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada peserta didik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan
proses
pembelajaran
secara
profesional,
(2)
kegiatan
pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar, (3) penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep pembelajaran, (4) rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi. Langkah keempat adalah merumuskan indikator pencapaian kompetensi. Indikator merupakan penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam mata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. Langkah kelima, yaitu penentuan jenis penilaian. Penilaian pencapaian dasar peserta didik dilakukan berdasar indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian antara lain: (1) penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi; (2) penilaian menggunakan acuaan kriteria; (3) sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang berkelanjutan; (4) hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut; dan (5) sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuhdalam proses pembelajran. Langkah keenam, yaitu menentukan alokasi waktu. Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik. Langkah ketujuh adalah menentukan sumber belajar. Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran,
kegiatan
pembelajaran,
dan
indikator
pencapaian
kompetensi. Selain silabus, dalam perencanaan pembelajaran juga memerlukan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen yang satu sama lain saling berkaitan. Dengan demikian, merencanakan pelaksanaan pembelajaran adalah merencanakan setiap komponen yang saling berkaitan. RPP adalah program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran untuk setiap proses pembelajaran (Sanjaya, 2009). RPP merupakan upaya untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Penyusunannya harus sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditentukan agar RPP pada akhirnya mencapai tujuan yang diharapkan. Berikut langkah-langkah penyusunan RPP sesuai dengan panduan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2006. Langkah pertama adalah mencantumkan identitas yang meliputi nama sekolah, mata pelajaran, kelas/semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan alokasi waktu. Kedua, yaitu mencantumkan tujuan pembelajaran yang ditumuskan dalam bentuk kompetensi yang harus dicapai atau dikuasai oleh siswa (Sanjaya, 2009). Tujuan pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang ditargetkan dalam RPP. Ketiga, yaitu mencantumkan materi pembelajaran. Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Materi pembelajaran harus digali dari berbagai sumber sesuai dengan kompetensi yang harus dicapai. Dalam KTSP materi pembelajaran yang harus dikuasai siswa bisa berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Hal ini dikarenakan setiap daerah tidak memiliki karakteristik yang sama. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok yang ada pada silabus. Keempat, mencantumkan strategi dan metode pembelajaran. Strategi adalah rancangan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu, sedangkan metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan strategi. Strategi dan metode yang digunakan dalam pembelajaran adalah strategi dan metode yang dapat mendrong siswa untuk beraktivitas sesuai dengan gaya belajarnya. Langkah kelima adalah mencantumkan langkah-langkah pembelajaran. Untuk mencapai kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan pembelajaran memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Keenam, mencantumkan sumber belajar. Sumber belajar adalah segala
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
sesuatu yang mengandung pesan yang harus dipelajari sesuai dengan materi pelajaran. Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan oleh satuan pendidikan dan harus sesuai dengan karakteristik peserta didik dan karakteristik daerah. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan. Langkah
terakhir
dalam
penyusunan
RPPadalah
mencantumkan
penilaian. Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai untuk mengumpulkan data. Dalam sajiannya dapat dituangkan dalam bentuk matrik horisontal dan vertikal. Penilaian menggunakan teknik tes dapat berupa tes tertulis atau uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus disertai rubrik penilaian. d. Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi Pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi didasarkan atas RPP yang sudah dibuat sebelumnya. Hal ini sesuai dengan hakikat RPP, yaitu suatu perkiraan atau proyeksi guru mengenai seluruh kegiatan yang akan dilakukan baik oleh guru maupun peserta didik, terutama kaitannya dengan pembentukan kompetensi (Mulyasa, 2007). Dengan demikian, pada saat guru membuat RPP, guru harus sudah memiliki gambaran mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan. Silabus dan RPP dibuat sendiri oleh guru. Hal ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilaningsih (2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa silabus dan RPP dibuat sendiri oleh guru sesuai dengan prosedur pembelajaran, pemilihan sumber belajar, media, dan metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Kelengkapan dan keberhasilan prosedur pembelajaran, sumber belajar, media, dan metode akan berdampak pada keberhasilan pembelajaran. Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi kegiatan proses pembelajaran. Menurut Sanjaya (2009) faktor yang memengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran di antaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Faktor guru sangat memengaruhi kegiatan proses pembelajaran karena guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin dapat diaplikasikan. Setiap guru memiliki pengalaman, pengetahuan, kemampuan, gaya, dan pandangan yang berbeda
dalam
mengajar.
Masing-masing
perbedaan
tersebut
dapat
memengaruhi baik dalam penyusunan strategi atau implimentasi pembelajaran. Dalam proses pembelajaran guru memegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya, melainkan juga sebagai pengelola pembelajaran. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Ada sejumlah aspek yang dapat memengaruhi kualitas proses pembelajaran dilihat dari faktor guru, yaitu tempat asal kelahiran guru, suku, latar budaya dan adat istiadat, keadaan keluarga dari mana guru itu berasal, misalkan apakah guru itu berasal dari keluarga yang tergolong mampu atau tidak; apakah guru itu berasal dari keluarga harmonis atau bukan. Aspek lain yang melingkupi faktor guru adalah pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru (pengalaman latihan profesional, tingkatan pendidikan, pengalaman jabatan, dan lain sebagianya). Selain itu, segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru, misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap siswa, kemampuan atau intelegensi guru, motivasi dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran juga menjadi bagian dari aspek yang dapat memengaruhi proses pembelajaran. Relevan dengan pendapat di atas, hasil penelitian yang dilakukan oleh Arnon dan Reichel (2007) menyebutkan bahwa seorang guru yang baik memiliki rasa empati dan perhatian kepada siswanya, mencintai dan mendengarkan setiap keluhan dari siswa, bersikap fleksibel, tidak membeda-bedakan siswa, bersikap seperti halnya orang tua siswa, memiliki kepekaan terhadap siswa, serta bersikap terbuka dan mudah memaafkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
Faktor lain yang dapat memengaruhi proses pembelajaran adalah faktor siswa. Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran ditinjau dari aspek siswa adalah faktor latar belakang serta faktor sifat yang dimiliki siswa. Faktor latar belakang siswa meliputi jenis kelamin siswa, tempat kelahiran dan tempat tinggal siswa, tingkat sosial ekonomi siswa, dan dari keluarga yang bagaimana siswa berasal. Faktor sifat yang dimiliki siswa meliputi kemampuan dasar, pengetahuan, dan sikap. Siswa yang termasuk berkemampuan tinggi biasanya ditunjukkan oleh motivasi belajar yang tinggi serta
perhatian dan keseriusan dalam mengikuti proses
pembelajaran. Sedangkan siswa yang tergolong pada kemampuan rendah ditandai dengan kurangnya motivasi belajar, tidak adanya keseriusan dalam mengikuti proses pembelajaran, serta kurang maksimal dalam menyelesaikan tugas. Kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila terdapat sarana dan prasana yang memadai. Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengakapan sekolah, dan lain sebagainya. Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebaginya. Kelengakapan sarana dan prasarana dapat menumbuhkan motivasi guru mengajar. Dengan sarana dan prasarana yang lengkap, sangat memungkinkan bagi guru untuk memiliki berbagai pilihan yang dapat digunakan untuk melaksanakan tugasnya. Sarana dan prasarana yang lengkap juga dapat memberikan pilihan pada siswa untuk belajar sehingga memudahkan siswa untuk menentukan pilihan untuk belajar dengan cara yang dirasa paling mudah dipahami. Lingkungan dapat menjadi faktor yang memengaruhi pembelajaran. Relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tarmin (2007), disebutkan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
bahwa lingkungan dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran. Dilihat dari dimensi lingkungan, ada dua faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor sosial-psikologis. Faktor oraganisasi kelas yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang memengaruhi proses pembelajara. Organisasi kelas yang terlalu besar kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kelompok
yang
terlalu
besar
dalam
satu
kelas
akan
mengakibatkan beberapa keadaan, yaitu (1) membuat waktu yang tersedia untuk pembelajaran semakin sempit karena sumber daya kelompok bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa, (2) kelompok belajar akan kurang mampu memafaatkan dan menggunakan sumber daya yang ada sehingga sumbangan pikiran akan sulit didapatkan dari setiap siswa, (3) kepuasan belajar setiap siswa akan menurun, hal ini dikarenakan pelayanan serta perhatian guru terbatas dan terpecah, (4) perbedaan individu antara anggota kelompok semakin tampak sehingga semakin sukar mencapai kesepakatan, (5) semakin banyak siswa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama maju ke materi pembelajaran yang baru, dan (6) semakin banyak siswa yang enggan berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompok. Penelitian yang dilakukan oleh Isnaniah (2009) menghasilkan temuan yaitu jumlah siswa yang terlalu banyak untuk satu kelas juga membuat pengondisian menjadi sulit. Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat memengaruhi proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial-psikologis yang merupakan keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapata terjadi secara internal maupun eksternal. Iklim sosial-psikologis secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial anatara siswa dengan siswa; antara siswa dengan guru; antara guru dengan guru atau antara guru dengan pimpinan sekolah. Sedangkan iklim sosial-psikologis eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan lembagalembaga masyarakat, dan lain sebaginya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
e. Penilaian Pembelajaran Menulis Argumentasi Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang harus dilakukan guru dan siswa dari serangkaian kegiatan pembelajaran yang mereka lakukan. Menurut Suwandi (2011) penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan. Senada dengan hal tersebur, Nurgiyantoro (2011) mengemukakan penilaian adalah suatu proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan. Pengertian tersebut sesuai dengan apa yang dikemukaan oleh Nurgiyantoro (mengutip pendapat Tuckman, 1975) yang mengartikan penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui (menguji) apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditentukan (2001: 5). Penilaian merupakan bagian tak terpisahkan dari aktivitas pembelajaran. Baxter (1997) mengungkapkan sejumlah alasan mengenai pentingnya penilaian dalm pembelajaran. Pertama, untuk membandingkan siswa satu dengan siswa lainnya. Kedua, untuk mengetahui apakah para siswa memenuhi standar tertentu. Ketiga, untuk membantu kegiatan pembelajaran siswa. Keempat, untuk mengetahui
atau
mengontrol
apakah
program
pembelajaran
berjalan
sebagaimana mestinya (Suwandi, 2001: 11). KTSP merupakan penjabaran dari standar isi dan standar kompetensi lulusan. Di dalamnya memuat kompetensi secara utuh yang merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai karakteristik masing-masing mata pelajaran. Satu standar kompetensi terdiri dari beberapa kompetensi dasar, dan setiap kompetensi dasar dijabarkan ke dalam indikator-indikator pencapaian hasil belajar yang dirumuskan atau dikembangkan oleh guru dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi sekolah masing-masing. Menurut Suwandi (2011) teknik penilaian yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik indikator, standar kompetensi, dan kompetensi dasar. Satu indikator dapat diukur dengan beberapa teknik penilaian, hal ini karena memuat domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru sebagai
bagian
dari
sistem
pengajaran
yang
direncanakan
dan
diimplementasikan di kelas. Dalam penilaian terdapat beberapa komponen pokok yang harus diperhatikan, meliputi: pengumpulan informasi, interpretasi terhadap informasi yang telah dikumpulkan, dan pengambilan keputusan (Suwandi, 2011). Penilaian yang dilakukan perlu memberikan perhatian yang cukup terhadap aspek pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor) secara seimbang. Keluaran belajar menurut Bloom (1976) meliputi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah afektif. Ranah kognitif berkaitan dengan aspek pengetahuan dan kemampuan intelektual seseorang. Tujuan dari penilaian ranah kognitif adalah untuk melibatkan siswa ke dalam proses berpikir, seperti mengingat, memahami, menganalisis, menghubungkan, dan memecahkan masalah. Ranah kognitif mencakup enam bagian yang disusun dari tingkatan yang sederhana ke yang lebih kompleks. Keenam tingkatan yang dimaksud adalah ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Penilaian aspek kognitif dilakukan setelah siswa mempelajari suatu kompetensi dasar yang harus dicapai pada tiap semester dan pada jenjang satuan pendidikan tertentu (Suwandi, 2011). Penguasaan ranah kognitif diukur dengan menggunakan tes lisan di kelas atau berupa tes tulis. Menurut Suwandi (2011) tes lisan dapat berupa pertanyaan lisan yang digunakan untuk mengetahui daya serap siswa yang berkaitan dengan kognitif. Tes tertulis benruknya dapat berupa isian singkat, menjodohkan, pilihan ganda, pilihan berganda, uraian objektif, uraian non-objektif, hubungan sebab akibat, hubungan konteks, klasifikasi, atau kombinasinya. Ranah kognitif juga dapat diukur dengan menggunakan portofolio, yaitu suatu metode pengukuran dengan melibatkan siswa untuk menilai kemajuannya berkaitan dengan mata pelajaran terkait. Prinsip penilaian portofolio adalah siswa dapat melakukan penilaian sendiri, kemudian hasilnya dibahas. Karya yang dinilai meliputi: hasil ujian, tugas mengarang, atau mengerjakan soal. Ranah afektif berkaitan dengan sikap dan minat seseorang. Penilaian terhadap
aspek
afektif
merupakan
penilaian
commit to user
yang
dilakukan
selama
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
berlangsungnya kegiatan belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas (Suwandi, 2011). Penyataan Nurgiyantoro (mengutip pendapat Bloom, 1976) yang termasuk dalam ranah afektif adalah perasaan, feeling, nada, emosi, dan variasi tingkatan penerima dan penolakan terhadap sesuatu (2001: 24). Keluaran belajar afektif adalah hal-hal yang menyangkut perubahan sikap atau pandangan. Komponen afektif yang penting untuk diukur, yaitu sikap dan minat terhadap suatu pembelajaran. Ranah psikomotor berkaitan dengan keluaran belajar yang menyangkut gerakan-gerakan otot psikomotor. Penilaian terhadap aspek psikomotor dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung (Suwandi, 2011). Sebagai petunjuk bahwa telah memeroleh keterampilan psikomotor, siswa dapat melakukan keterampilan-keterampilan tertentu yang disarankan oleh tujuan. Dalam pembelajaran, penilaian ranah psikomotor dilakukan melalui ujian praktik. Misalnya, siswa dapat melakukan aktifitas tulis-menulis. Menulis merupakan kegiatan yang memiliki nilai luar biasa dalam kehidupan. Menulis memiliki banyak makna dan manfaat. Ide dan pemikiran seseorang akan lebih awet, menyebar luas, dan dapat dipelajari lagi jika dituangkan ke dalam bentuk tulisan (Lasa, 2005). Kegiatan menulis menekankan pada unsur bahasa dan gagasan. Kedua unsur tersebut terdapat dalam tugas-tugas menulis. Artinya, walaupun tugas itu diberikan dalam rangka mengukur kemampuan berbahasa, penilaian yang dilakukan sebaiknya mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya konteks dan isi. Dengan kata lain, penilaian ditekankan pada kemampuan siswa mengorganisasikan dan mengemukakan gagasn dalam bentuk bahasa secara tepat. Nurgiyantoro (mengutip pendapat Machmoed, 1983) menyatakan bahwa penilaian yang bersifat holistik memang perlu dilakukan. Akan tetapi, agar guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi yang lebih terinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnistik-edukatif, penilaian hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang bersifat analitis. Perincian ke
dalam
aspek-aspek
atau
kategori-kategori
tertentu
tersebut
antara
karanganyang satu dengan yang lain dapat berbeda tergantung jenis karangan itu
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
sendiri. Walaupun pengkatagorian itu dapat bervariasi, kategori-kategori yang pokok hendaknya meliputi: (1) kualitas dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk bahasa, (4) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca, kerapian tulisan, dan kebersihan, dan (5) respon afektif guru terhadap karya tulis (2001, 305). Guru sebagai pelaksana pengajaran perlu memiliki kemampuan yang memadai tentang hal-hal yang berkaitan dengan penilaian, seperti kemampuan menyusun dan menguji tes, menganalisis tes, dan mengolah atau menafsirkan hasil tes. Ketepatan dan kecermatan guru dalam melakukan penilaian akan berdampak pada peningkatan pembelajaran. Dalam menulis, siswa selalu diberi kebebasan untuk mengemukakan gagasannya. Penilaian hasil karangan harus menggunakan teknik yang memungkinkan penilai untuk memperkecil kadar subjektivitas dirinya karena unsur subjektivitas penilai sangat berpengaruh terhadap nilai siswa. Lebih lanjut Hartfield (1985) mengemukakan model penilaian yang lebih rinci, teliti, dan lebih dapat dipertanggungjawabkan dalam memberikan
skor
(Nurgiyantoro,
2001:
307).
Model
penilaian
itu
mempergunakan model skala interval untuk setiap tingkat tertentu pada setiap aspek yang dinilai, seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 2.2. Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval Aspek
Skor
Kriteria
27-30
padat informasi * subtansif * pengembangan tesis tuntas * relevan dengan permasalahan dan tuntas
I
22-26
: informasi cukup * substansi cukup *
S
pengembangan tesis terbatas * relevan dengan masalah tetapi tak
I
lengkap 17-21
: informasi terbatas * substansi kurang * pengembangan tesis tak cukup * permasalahan tak cukup
13-16
: tak berisi * tak ada substansi * tak ada pengembanagn tesis * tak ada permasalahan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
O
18-20
ekspresi lancar * gagasan
R
diungkapkan dengan jelas * padat * tertata dengan baik * urutan
G
logis * kohesif
A
14-17
: kurang lancar * krang terorganisir tetapi ide
N
utama terlihat * bahan pendukung terbatas * urutan logis tetapi
I
tak lengkap
S
10-13
: tak lancar * gagasan kacau * terpotong-
A
potong * urutan dan pengembangan tak logis
S
SANGAT KURANG: tak komunikatif * tak terorganisir * tak
I
layak nilai
K
18-20
: pemanfaatan potensi kata
O
canggih * pilihan kata dan ungkapan tepat * menguasai
S
pembentukan kata
A
14-17
: pemanfaatan potensi kata agak canggih *
K
pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tak
A
mengganggu
T
10-13
: pemanfaatan potensi kata terbatas * sering terjadi kesalahan penggunaan kosakata dan dapat merusak
A
makna SANGAT KURANG: pemanfaatan potensi kata asal-asalan * pengetahuan tentang kosakata rendah * tak layak nilai P
22-25
: konstruksi kompleks tetapi
E
efektif * hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk
N
kebahasaan
G
18-21
:
konstruksi
sederhana
tetapi
efektif
*
kesalahan kecil pada konstruksi kompleks * terjadi sejumlah B A
kesalahan tetapi makna tak kabur 11-17
H A
: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat * makna membingungkan atau kabur
5-10
SANGAT KURANG: tak menguasai aturan sintaksis * terdapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
banyak kesalahan * tak komunikatif * tak layak nilai
S A 5
: menguasai aturan penulisan *
M E
hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan 4
CUKUP BAIK: kadang-kadangterjadi kesalahan ejaan tetapi tak
K A
mengaburkan makna 3
: sering terjadi kesalahan ejaan * makna
N I
membingungkan atau kabur 2
SANGAT KURANG: tak menguasai aturan penulisan *
K
terdapat banyak kesalahan ejaan * tulisan tak terbaca * tak layak nilai (Diadopsi dari Nurgiyanto, 2001: 307-308) B. Kerangka Berpikir Berdasarkan pendahuluan dan kajian teori tentang pembelajaran menulis
argumentasi dapat disusun kerangka berpikir bahwa pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional meliputi perencanaan pembelajaran yang dibuat oleh guru (RPP dan silabus), pelaksanaan pembelajaran, kendala yang timbul saat pembelajaran, dan upaya untuk mengatasi kendala yang timbul. Strategi pembelajaran menjadi syarat untuk mendapatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis argumentasi. Strategi pembelajaran menulis argumentasi di
SMA tentunya ditopang dengan pemahaman guru tentang
kurikulum yang diterapkan. Terlebih dalam pembelajaran menulis argumentasi, guru dituntut pula memiliki penguasaan teori menulis argumentasi, penguasaan pembelajaran menulis argumentasi, penguasaan metode pembelajaran, dan penguasaan
tentang penilaian atau evaluasi dalam
menulis
argumentasi.
Penguasaan tiap-tiap unsur tersebut sangat menentukan kualitas proses dan hasil pelaksanaan pembelajaran berbicara yang dilakukan. Secara singkat alur pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional
Perencanaan
Pelaksanaan
Kendala
Upaya
Siswa
RPP
Materi
Silabus
Waktu Fasilitas Simpulan
Gambar 2.1. Kerangka Berpikir BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan. Masing-masing sekolah tersebut adalah sekolah berstandar nasional yang terletak di kawasan kecamatan yang merupakan kecamatan kota dan kecamatan yang bukan kecamatan kota. Daftar alamat SMA negeri berstandar nasional di kabupaten Karanganyar yang diteliti sebagai berikut. 1. SMA N 2 Karanganyar Jl. Ronggowarsito, Bejen, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar 57716 telp. (0271) 6499453 2. SMA N Karangpandan Jl. Bloro Karangpandan, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar 57791 telp. (0271) 662880
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Penelitian ini dilaksanakan di kelas X karena pembelajaran menulis argumentasi terdapat pada materi yang disampaikan di kelas X. Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama lima bulan dari bulan Desember 2011-April 2012 sesuai dengan tebel kegiatan di bawah ini. Tabel 3.1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian No
Waktu Jenis
Desember 1
Januari
Februari
Maret
April
2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penelitian 1.
Pembuatan proposal
2.
Pengajuan proposal
3.
Revisi proposal dan
X X X X X X X X
persiapan instrumen 4.
Pengumpulan data
5.
Analisis data
6.
Penyusunan laporan
X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X
B. Bentuk 38 Penelitian Bentuk penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, yaitu penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan keadaan yang ada berdasarkan konsep, kategori, dan tidak berdasarkan angka. Lebih lanjut Sutopo (2006) menjelaskan data yang dikumpulkan berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih bermakna dan mampu memacu timbulnya pemahaman yang lebih nyata daripada sekedar sajian angka atau frekuensi. Penelitian menekankan catatan dengan deskripsi kalimat yang rinci, lengkap, dan mendalam. Hal tersebut bertujuan guna mendukung penyajian data. Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran secara detail tentang proses pembelajaran keterampilan menulis argumentasi di SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan.
C. Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2006). Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat berupa manusia
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
dengan tingkah lakunya, peristiwa dan tempat atau lokasi, benda, serta dokumen atau arsip (Sutopo, 2006). Sumber data dalam penelitian ini adalah peristiwa, informan, dan dokumen. Peristiwa yang dijadikan sumber data dalam penelitian ini adalah peristiwa yang berkaitan dengan aktivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru yang terfokuskan pada pola interaksi guru dengan siswa dan siswa dengan siswa yang lainya untuk menspesifikasikan penelitian dan memudahkan dalam pengambilan data, karena peristiwa mudah diamati. Peristiwa pembelajaran menulis argumentasi yang terjadi di kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan merupakan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini. Informan dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran Bahasa Indonesia serta beberapa siswa kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan. Sedangkan dokumen yang digunakan sebagai sember data dalam penelitian ini adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), karangan siswa (menulis argumentasi), dan hasil tes menulis argumentasi.
D. Teknik Sampling Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Teknik pengambilan sampel semacam ini dilakukan untuk memusatkan penelitian. Purposive sampling dipandang lebih mampu menangkap kelengkapan dan kedalaman data dalam menghadapi realitas (Sutopo, 2006). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah satu kelas dari masing-masing sekolah, yaitu siswa dan guru kelas X di SMA Negeri 2 Karanganyar SMA Negeri Karangpandan.
Kelas
inilah
yang
diamati
tentang
proses
pembelajaran
pembelajaran keterampilan menulis argumentasi. Kelas yang dipilih adalah kelas yang mewakili karakteristik siswa kelas X seluruhnya di masing-masing sekolah. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang menjadi informan untuk sampel penelitian adalah Sanusi, S. Pd., Lusia Indah Wulandari, S. Pd., Rohmani S. Pd., dan Sri Muryati, S. Pd. Sedangkan siswa yang menjadi sampel informan adalah Meylana Yunita Ariyady, Fuad Dwi Atmaja, Inggil Muktihasmari, Abdullah Mustofa, dan Rachmasari Melati.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
E. Pengumpulan Data Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan sumber data yang dimanfaatkan, maka dalam penelitian ini digunakakan teknik pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi, dan analisis dokumen. 1.
Wawancara Mendalam Wawancara mendalam dilakukan secara tidak formal terstruktur, hal ini bertujuan untuk menggali pandangan mengenai subjek yang diteliti. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan.
2.
Observasi Observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, aktivitas, perilaku, tempat atau lokasi, dan benda, serta rekaman gambar (Sutopo, 2006). Dalam penelitian ini dilakukan pengamatan secara langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi di SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan. Peneliti berperan sebagai partisipan pasif, dimana kehadiran peneliti diketahui tetapi tidak memengaruhi pembelajaran. Observasi dilakukan di dalam kelas saat pembelajaran keterampilan menulis argumentasi berlangsung.
3.
Analisis dokumen Dokumen yang dianalisis dalam penelitian ini adalah silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajarn (RPP), karangan siswa (menulis argumentasi), dan nilai siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis argumentasi.
F. Uji Validitas Data Validitas data adalah jaminan bagi kemantapan kesimpulan dan tafsir makna penelitian untuk mendapatkan data secara valid, maka dalam penelitian ini untuk memvaliditaskan data peneliti menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu (Moleong, 1991). Teknik uji validitas data yabg digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Triangulasi Data Triangulasi
data
merupakan
teknik
uji
validitas
data
yang
memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis (Sutopo, 2006). Peneliti menggunakan beberapa sumber untuk mendapatkan data. Untuk mendapatkan sumber data tersebut, digunakan beberapa sumber, yaitu dokumen, peristiwa, dan informan. 2.
Triangulasi Metode Peneliti menggunakan metode yang berbeda untuk mendapatkan data yang sama. Peneliti menggunakan metode pengumpulan data yang berupa analisis dokumen, observasi, dan wawancara.
3.
Review Informan Laporan penelitian di-review oleh informan. Hal tersebut berfungsi untuk mengecek kembali kebenaran data yang diperoleh dari informan. Review juga bertujuan untuk mengetahui apakah data-data yang ditulis telah sesuai dan disetujui oleh informan.
G. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (interactive model of analysis). Analisis model interaktif ini merupakan interaksi dari empat komponen, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data (display data), dan penarikan simpulan (verifikasi). Pada saaat melakukan tahap pengumpulan data sekaligus sesuai dengan kemunculan data yang diperlukan. Adapun langkah-langkah analisis interaktif adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan cara analisis dokumen, observasi, dan wawancara. peneliti mengumpulkan data
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
sebanyak-banyaknya yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran keterampilan menulis argumentasi di kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan. 2. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Miles & Huberman, 1992). Teknik ini mengambil langkah yang berupa pencatatan data yang diperoleh dari hasil observasi. Dalam pencatatan tersebut dilakukan seleksi, pemfokusan dan penyederhanaan data. Hal tersebut bertujuan untuk lebih memudahkan dalam mengambil data-data yang dianggap penting, yakni tentang pembelajaran menulis argumentasi di kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan. Proses reduksi terus berlangsung sampai laporan akhir penelitian selesai ditulis.
3. Penyajian Data Penyajian data merupakan suatu rangkaian organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi lengkap yang memungkinkan peneliti untuk dapat menarik kesimpulan (Sutopo, 2006). Melalui sajian data, data yang telah terkumpul dikelompokkan dalam bagian dengan jenis permasalahannya supaya mudah dilihat dan dimengerti sehingga mudah untuk dianalisis. Penyajian data penelitian yang diperoleh melalui analisis dokumen ataupun pada saat proses pembelajaran berlangsung di kelas maupun diperoleh melalui wawancara dengan informan. Penyajian data mengenai pembelajaran menulis argumentasi adalah sebagai berikut. a. Persepsi guru kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan mengenai pembelajaran menulis argumentasi. b. Pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan guru pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
c. Kendala yang dihadapi dalam pembelajaran menulis argumentasi pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan. d. Upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran menulis argumentasi pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan. 4. Penarikan Simpulan Berdasar dari hasil analisis terhadap proses pembelajaran dan pada saat diwawancarai,
kemudian
ditarik
simpulan.
Simpulan-simpulan
tersebut
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Pada penelitian ini data yang diverifikasi argumentasi,
meliputi:
perencanaan
pelaksanaan
pembelajaran
pembelajaran,
kendala
keterampilan yang
timbul
menulis dalam
pembelajaran menulis argumentasi, serta upaya guru bahasa Indonesia.
Visualisasi proses analisis tersebut sebagai berikut. Pengumpulan Data Penyajian data
Reduksi Data
Kesimpulan-kesimpulan: Penarikan/Verifikasi
Gambar 3.2. Model Analisis Interaktif (Miles & Huberman, 1994:20)
H. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian merupakan serangkaian tahap yang dilakukan selama penelitian. Tahap-tahap itu adalah sebagai berikut. a. Prapenelitian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Pada tahap ini, peneliti merumuskan masalah yang hendak dipecahkan dalam penelitian secara jelas. b. Pelaksanaan Penelitian Pada tahap ini, penelitian dilaksanakan dengan cara pengambilan data, analisis data, dan kesimpulan hasil analisis. c. Penyusunan Laporan Penelitian Pada tahap ini, peneliti berkonsultasi dengan pembimbing, revisi laporan, hingga menggandakan laporan penelitian sesuai yang diperlukan. Prosedur penelitian dari awal hingga akhi dapat digambarkan sebagai berikut.
Prapenelitian
Pelaksanaan
Penyusunan Laporan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan. Kedua Sekolah Menengah Atas (SMA) berstandar nasional ini terletak di kabupaten Karanganyar. SMA Negeri 2 Karanganyar dan SMA Negeri Karangpandan merupakan sekolah yang terletak cukup strategis, tidak jauh dari jalan utama sehingga mudah dijangkau. Lokasi penelitian yang pertama yaitu SMA Negeri 2 Karanganyar. SMA yang beralamat di Jalan Ronggowarsito, Bejen, Karanganyar ini terletak sejauh lebih kurang 3 km dari pusat kota Karanganyar. Letak SMA tersebut berdampingan dengan sebuah yayasan pendidikan yaitu Sanggar Kegiatan Belajar (SKB). Selain itu, letaknya juga berdekatan dengan perumahan penduduk dan area persawahan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Letak yang jauh dari keramaian kota membuat situasi pembelajaran di SMA tersebut cukup kondusif. SMA Negeri 2 Karanganyar yang terakreditasi A ini memiliki status sekolah negeri dan diklasifikasikan sekolah mandiri, pada tahun 2000 hingga sekarang sudah berstandar nasional (SSN). Selain kelas reguler, di SMA ini juga terdapat program kelas khusus yaitu kelas imersi. Subjek penelitian yang digunakan adalah kelas X-2 yang berjumlah 36 siswa. Mayoritas siswa berasal dari wilayah kabupaten Karanganyar baik dari Karanganyar kota maupun dari kecamatan lain. Lokasi penelitian yang kedua yaitu SMA Negeri Karangpandan. SMA tersebut beralamat di Jalan Bloro, Karangpandan, Karanganyar dan sudah terakreditasi A. Sekolah yang terletak lebih kurang 15 km dari pusat kota Karanganyar itu berdekatan dengan perkampungan penduduk yaitu Dusun Bloro dan bersebelahan dengan area persawahan. Walaupun jauh dari keramaian kota, sekolah ini mudah dijangkau karena letaknya dekat dengan jalan raya. SMA Negeri Karangpandan memiliki program kelas reguler dan imersi. Subjek penelitian yang digunakan kelas X reguler. Adapun kelas yang dipilih sebagai subjek penelitian adalah kelas dengan tingkat kooperatif baik yaitu kelas X45 2 yang berjumlah 36 siswa. Siswa yang belajar di sekolah ini mayoritas masih berasal dari kabupaten Karanganyar baik wilayah Karanganyar kota maupun sekitarnya.
B. Deskripsi Hasil Penelitian 1.
Persepsi
Guru
terhadap
Pembelajaran
Keterampilan
Menulis
Argumentasi Berhasil atau tidaknya suatu kegiatan dipengaruhi oleh pemahaman yang ada pada seseorang terhadap kegiatan itu. Tidak terkecuali dalam proses pembelajaran. Pemahaman yang baik dari seorang guru menjadi modal utama dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang selanjutnya dilaksanakan secara nyata dalam proses pembelajaran. Demikian halnya
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
dengan pemahaman guru terhadap pembelajaran keterampilan menulis argumentasi yang sangat memengaruhi berhasil atau tidaknya proses pembelajaran. Semakin baik pemahaman yang dimiliki oleh guru terhadap pembelajaran keterampilan menulis argumentasi maka akan semakin baik pula hasil pembelajaran yang dilakukan guru, begitu juga sebaliknya. Hasil wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mengajar di kelas X SMA negeri di kabupaten Karanganyar mengenai pemahaman
terhadap
pembelajaran
keterampilan
menulis
argumentasi
ditemukan dua macam persepsi, yaitu guru beranggapan bahwa teori perlu disampaikan secara rinci sebelum praktik menulis dilaksanakan dan sebagian lagi menyatakan praktik menulis lebih diutamakan daripada menyampaikan teori. a. Guru Beranggapan Teori Perlu Disampaikan secara Rinci sebelum Praktik Menulis Dilaksanakan Sebagian
guru
berpendapat
argumentasi merupakan pembelajaran
bahwa
keterampilan
menulis
yang sulit bagi siswa jika
dibandingkan dengan keterampilan menulis yang lain. Keterampilan menulis argumentasi merupakan pembelajaran yang sulit karena siswa dituntut untuk dapat berargumen. Ada kalanya siswa terjebak dalam menentukan jenis tulisannya termasuk ke dalam kategori tulisan apa. Setelah ditulis, barulah mereka sadar bahwa yang ditulisnya bukan tulisan argumentasi melainkan jenis tulisan yang lain. Guru perlu menyampaikan teori tentang tulisan argumentasi secara lebih rinci sebelum melakukan praktik menulis argumentasi. Teori disampaikan secara rinci kepada siswa karena dianggap lebih penting agar mereka terlebih dahulu memahami teori tentang tulisan argumentasi. Guru menganggap siswa akan mengalami kesulitan saat praktik menulis paragraf argumentasi jika siswa terlebih dahulu tidak paham mengenai tulisan argumentasi. Guru menjelaskan secara rinci tentang pengertian tulisan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
argumentasi, perbedaan dengan jenis tulisan yang lain, unsur-unsur yang terdapat dalam tulisan argumentasi, ciri-ciri tulisan argumentasi, dan ketentuan penulisan sebagai teknik menulis. Penyampaian teori secara rinci ini diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami tulisan argumentasi. Jika siswa sudah memahami teori yang disampaikan guru, baru kemudian siswa diminta untuk menulis paragraf argumentasi dengan tema yang telah ditentukan. Guru menjadi pusat
pembelajaran
karena
guru
memakai
metode
ceramah
saat
menjelaskan. Siswa menjadi kurang antusias dan terkadang bosan saat mengikuti pembelajaran. Pembelajaran tidak langsung dimulai dengan penyampaian materi. Guru merangsang pemahaman siswa dengan mengajak siswa untuk berdebat maupun diskusi mengenai kejadian yang sedang hangat diperbincangkan. Dari kegiatan tersebut kemudian akan muncul pendapat yang beragam. Setelah kegiatan itu berakhir barulah guru menjelaskan bahwa yang mereka sampaikan adalah argumen atau pendapat. Waktu yang dimiliki siswa untuk berlatih menulis di kelas seimbang dengan penyampaian materi. Materi yang disampaikan pada awal pembelajaran dirasa kurang setelah mengetahui hasil praktik menulis siswa belum memenuhi kriteria yang diharapkan. Oleh karena itu, guru kembali menjelaskan materi. Penjelasan materi secara berulang ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada siswa. Jika waktu pembelajaran di sekolah dirasa kurang cukup memberikan kesempatan siswa untuk berlatih, guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk menyempurnakan tulisan argumentasinya.
b. Guru
Beranggapan
Praktik
Menulis
Menyampaikan Teori
commit to user
lebih
Penting
daripada
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Sebagian guru menyatakan bahwa dalam pembelajaran menulis argumentasi tidak perlu terlalu banyak teori. Guru lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih menulis paragraf argumentasi.
Teori
tentang
argumentasi
disampaikan
seperlunya,
selebihnya siswa akan dapat memahami sendiri mengenai paragraf argumentasi dari praktik menulis. Guru memandu siswa untuk diskusi dan tanya jawab dengan harapan siswa dapat belajar secara mandiri. Guru dapat membantu siswa pada saat kegiatan diskusi, apabila ada kesulitan dari siswa guru akan membantu memecahkannya. Dalam pembelajaran menulis pargraf argumentasi guru mengikuti aturan yang ada, yaitu 70% untuk praktik dan 30% untuk teori atau materi. Kualitas menulis siswa akan lebih bagus apabila lebih banyak berlatih yang bisa dimulai saat apersepsi. Materi disampaikan setelah siswa berpendapat mengenai topik yang disajikan. Apersepsi yang dilakukan oleh guru adalah memberikan stimulus kepada siswa dengan pertanyaan mengenai kejadian yang sedang hangat diperbincangkan. Dari kegiatan itu siswa diharapkan dapat mengemukakan pendapatnya secar lisan walaupun masih berupa kalimat sederhana. Setelah apersepsi dilaksanakan
guru kemudian
menyampaikan materi dengan ceramah. Pada dasarnya, ceramah dalam pembelajaran harus
dilakukan.
Guru
beranggapan bahwa ceramah
merupakan salah satu cara yang baik untuk menyampaikan materi. Guru harus berupaya mengarahkan siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Selain dengan apersepsi di atas, kegiatan pembelajaran pun juga lebih banyak dilakukan dengan praktik. Setelah guru menyampaikan materi guru meminta siswa untuk membentuk kelompok diskusi. Guru memberikan satu tema pada setiap kelompok. Tema tersebut kemudian didiskusikan untuk dikembangkan menjadi sebuah paragraf argumentasi. Guru juga meminta siswa untuk membuat paragraf argumentasi dengan melihat contoh di surat kabar atau majalah. Hal itu dimaksudkan agar siswa dapat menemukan contoh paragraf argumentasi dari sumber lain selain yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
ada di buku pegangan siswa dan contoh yang diberikan guru. Cara seperti yang dilakukan oleh guru tersebut mandorong siswa untuk aktif berlatih membuat paragraf argumentasi sehingga dengan sendirinya siswa akan memahami konsep-konsep tentang tulisan argumentasi. Guru menyadari bahwa hasil yang diharapkan dari pembelajaran menulis paragraf argumentasi adalah siswa dapat menulis argumentasi. Pemahaman yang baik dari siswa mengenai paragraf argumentasi dianggap percuma jika tidak direalisasikan ke dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu, siswa lebih banyak diberikan kesempatan untuk berlatih membuat paragraf argumentasi. 2.
Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar Sebelum melaksanakan pembelajaran, guru membuat silabus dan RPP terlebih dahulu. Pelaksanaan pembelajaran akan berjalan baik apabila perencanaan
dan
persiapan
yang
dilakukan
juga
baik.
Perencanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru adalah membuat RPP sesuai dengan silabus dari garis-garis besar program pengajaran (GBPP). Hal-hal yang dicantumkan dalam RPP antara lain: (1) standar kompetensi; (2) kompetensi dasar; (3) langkah-langkah pembelajaran; (4) metode pembelajaran; (5) media pembelajaran; (6) materi pembelajaran; dan (7) evaluasi pembelajaran. Penyusunan RPP yang dibuat satu tahun sekali pada awal semester atau tahun ajaran baru ini terlebih dahulu dirundingkan di forum musyawarah guru mata pelajaran (MGMP) Bahasa Indonesia kabupaten Karanganyar. Di forum ini guru dapat mengemukakan kesulitan-kesulitannya dalam penyusunan RPP. Kesulitan-kesulitan itu kemudian dirundingkan bersama untuk menemukan pemecahannya. Selain itu, forum MGMP dapat dijadikan sarana bagi guru untuk bertukar pendapat mengenai inovasi-inovasi dalam pembelajaran. Walaupun dibahas di forum MGMP, penyusunan RPP tidak sama antara sekolah yang satu dengan yang lain karena RPP disesuaikan dengan visi dan misi masing-masing sekolah. Guru dapat mengembangkan RPP dengan inovasi dan strateginya sendiri. Selain itu, skenario pembelajaran yang dibuat guru
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
disesuaikan dengan keadaan siswa dan sekolah agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Hal ini sesuai dengan konsep kurikulum yang berlaku saat ini yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). KTSP yang dijalankan di sekolah untuk memberikan otonomi pembelajaran yang dilakukan. Persiapan pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru saja melainkan juga oleh siswa. Guru menugasi siswa untuk belajar terlebih dahulu dan mempersiapkan materi. Pada pembelajaran sebelumnya guru meminta siswa untuk mencari bahan belajar berkaitan dengan tulisan argumentasi dari berbagai sumber. Hal ini dimaksudkan agar siswa sudah siap sebelumnya dari rumah. Namun, pada kenyataannya beberapa siswa belum melaksanakan tugasnya dengan baik. Kunci dari sebuah pembelajaran adalah materi. Tidak ada pembelajaran jika tidak ada materi yang disampaikan dan dipelajari. Materi sebagai bahan ajar dalam pembelajaran menulis paragraf argumentasi adalah lembar kerja siswa (LKS), buku sekolah elektronik (BSE), dan buku penunjang lainnya. LKS menjadi pegangan wajib bagi siswa, sedangkan BSE dan buku penunjang lain digunakan oleh guru. Penggunaan bahan ajar berupa LKS dirasa masih belum mencukupi. Meskipun demikian, guru tidak menjadikan LKS sebagai satu-satunya referensi materi pembelajaran menulis argumentasi. Guru juga menggunakan BSE, buku penunjang yang lain, dan sumber dari internet. Untuk siswa, mereka dapat memperoleh sumber materi lain dengan meminjam BSE dan buku teks lain di perpustakaan. Selain itu, guru juga menugasi siswa untuk secara mandiri mencari materi menulis argumentasi dari internet. Guru membebaskan siswa untuk mengakses informasi dari mana saja untuk menambah pengetahuan siswa berkaitan dengan tulisan argumentasi. Berhasil atau tidaknya pembelajaran dapat ditinjau dari hasil belajar siswa. Penilaian sebagai evaluasi yang dilakukan oleh guru ditekankan pada aspek kebahasaan. Tulisan siswa dievaluasi berdasarkan ketepatan tema dengan isi, pilihan kata, koherensi, dan penggunaan EYD. Keaktifan siswa juga masuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
dalam penilaian, ada nilai tersendiri bagi siswa yang aktif. Nilai tambah diharapkan memberikan motivasi kepada siswa untuk lebih aktif dalam pembelajaran. Selain berupa nilai, guru juga memberikan motivasi kepada siswa dengan pernyataan bagus atau kurang bagus terhadap kinerja mereka. Siswa yang kinerjanya dinyatakan bagus akan berlatih lebih giat lagi agar tulisannya semakin bagus. Bagi siswa yang kinerjanya dinyatakan kurang bagus akan berusaha untuk dapat membuat tulisan yang bagus. Hasil tulisan siswa melalui ulangan khusus menulis argumentasi merupakan cara untuk melakukan penilaian. Harapan akhir dari sebuah pembelajaran adalah siswa dapat memahami materi yang telah dipelajari. Hal itu ditunjukkan dengan tercapainya nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Namun, apabila ternyata masih ada siswa yang nilainya belum mencapai KKM, tindakan yang dilakukan oleh guru adalah melakukan remidi. Kegiatan remidi dilaksanakan secara bersama-sama dalam waktu tertentu apabila jumlah siswa yang remidi lebih dari 50%. Apabila jumlah siswa yang remidi kurang dari 50% maka siswa diberikan tugas untuk dikerjakan di rumah. Tujuan dari kegiatan remidi ini adalah untuk membantu siswa agar dapat menuntaskan nilai KKM. Pembelajaran menulis argumentasi dilaksanakan dengan tiga tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Berikut deskripsi pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi di SMA Negeri berstandar nasional di Karanganyar. a. Pembelajaran secara Kooperatif dengan Diskusi Kelompok dan Media Surat Kabar Pembelajaran kooperatif dengan diskusi kelompok bertujuan untuk melatih siswa membahas sebuah permasalahan dengan diskusi. Sebelum pembelajaran dimulai, salah seorang siswa memimpin untuk berdoa, setelah itu guru memberikan salam lalu dijawab oleh siswa. Guru kemudian menanyakan
kepada
siswa
sebuah
kejadian
yang
sedang
hangat
diperbincangkan, yaitu tragedi tugu tani dan tentang Papua yang daerahnya seperti itu bisa dilanda banjir bandang. Beberapa siswa dengan antusias
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
menyampaikan pendapatnya. Hal ini dideskripsikan dalam catatan lapangan berikut. Pada saat apersepsi guru menanyakan sebuah kejadian, kebetulan saat itu di televisi sedang hangat-hangatnya pemberitaan tragedi tugu tani. Sebagian besar siswa mulai mengeluarkan suara, terdengar berbagai pendapat dari siswa. Kemudian guru menyajikan topik lain, yaitu tentang banjir di Papua. Guru menanyakan mengapa di Papua bisa banjir padahal keadaan alamnya seperti itu. Siswa lalu mulai berpendapat, karena hutan gundul, pembalakan liar, dan lain sebagainya. (CL4) Guru kemudian meminta siswa untuk membaca materi tentang paragraf
argumentasi
yang
terdapat
pada
LKS.
Kemudian
guru
menyampaikan teori berkenaan dengan tulisan argumentasi. Setelah materi disampaikan, guru kemudian membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan memberikan satu kertas kepada
masing-masing kelompok. Kertas
tersebut telah tertulis tema dan poin-poin yang dapat dikembangkan menjadi paragraf argumentasi. Siswa mulai berdiskusi, guru memantau kinerja siswa dengan berkeliling. Pada saat berkeliling beberapa siswa bertanya perihal kesulitannya, guru secara langsung memberikan arahan. Hal ini senada dengan catatan lapangan berikut. Setelah menyampaikan teori tentang argumentasi, guru kemudian membagi siswa ke dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok diberi satu kertas yang telah tertulis tema dan poinpoin yang dapat dikembangkan menjadi paragraf argumentasi. Sebelum menulis, siswa melakukan diskusi terlebih dahulu. Hasil diskusi itu kemudian ditulis sebagai pekerjaan individu. Walaupun satu kelompok diskusi, hasil tulisan tidak boleh sama antara siswa satu dengan yang lain. Selama siswa membuat tulisan argumentasi, guru memantau siswa dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
berkeliling sambil memberi arahan kepada siswa yang belum paham. (CL4) Poin-poin yang telah tersedia kemudian dikembangkan menjadi sebuah paragraf yang lebih lengkap. Hasil diskusi ditulis kemudian ditulis sebagai pekerjaan individu dengan ketentuan di dalam satu kelompok tidak ada yang boleh membuat paragraf yang sama persis dengan temannya. Setelah selesai, salah satu siswa membacakan tulisannya di depan kelas. Siswa
lain
mendengarkan
kemudian
memberikan
tanggapan
dan
kesimpulan. Setelah mendapatkan arahan dan pembenaran dari guru, pekerjaan dikumpulkan. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan refleksi dan memberikan kesempatan bertanya kepada siswa. Siswa tidak ada yang bertanya dan menyatakan sudah paham terhadap materi yang baru saja mereka pelajari. Guru kemudian menugasi siswa untuk mencari tulisan argumentasi yang terdapat di surat kabar atau majalah. Pada pertemuan selanjutnya, kegiatan pembelajaran diawali dengan berdoa lalu mengucapkan salam. Guru kemudian menanyakan beberapa pertanyaan berkaitan dengan materi yang dipelajari sebelumnya. Sebagian besar siswa dapat menjawab pertanyaan dengan tepat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa telah memahami tentang tulisan argumentasi. Seteleh itu guru menanyakan tugas rumah yang sudah diberikan pada pertemuan sebelumnya.
Ternyata sebagian siswa tidak melaksanakan
tugasnya dengan baik, untuk mengatasinya, guru meminta siswa untuk meminjam koran atau majalah di perpustakaan. Hal ini senada dengan petikan catatan lapangan berikut.
Guru lalu menanyakan kembali tentang materi sebelumnya, yaitu tentang tulisan argumentasi. Sebagian besar siswa menjawab dengan tepat. Kemudian guru menanyakan tugas siswa (membawa koran atau majalah). Sebagian siswa ternyata
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
tidak melaksanakan tugasnya. Guru kemudian menyuruh siswa yang tidak membawa koran atau majalah untuk meminjam di perpustakaan. Setelah semua siswa mendapatkan koran, guru kemudian menugasi siswa untuk mencari tulisan argumentasi yang terdapat di koran. (CL5) Setelah semua siswa memegang surat kabar, guru meminta siswa untuk mencari tulisan terdapat di dalamnya. Tulisan tersebut dapat berupa berita, artikel, atau gagasan. Siswa kemudian membuat tulisan argumentasi berdasarkan tulisan yang ditemukannya. Setelah selesai, siswa menukarkan pekerjaannya untuk disunting. Penyuntingan ini bertujuan agar siswa tahu letak kesalahan mereka, baik dari segi pilihan kata, penggunaan EYD, kesesuaian isi dengan tema, dan kesesuaian tulisan dengan kriteria argumentasi. Guru kemudian menunjukkan contoh tulisan argumentasi di surat kabar. Tulisan argumentasi tersebut dimuat dalam sebuah rubrik. Guru menutup pembelajaran dengan memberikan penguatan materi dan berpesan kepada siswa untuk lebih giat belajar dan berlatih menulis argumentasi. b. Pembelajaran Kooperatif dengan Debat Pembelajaran kooperatif dengan debat dimaksudkan agar siswa mampu mengasah kemampuannya dalam berpendapat. Pembelajaran dimulai dengan ucapan salam dari guru, kemudian guru memeriksa kehadiran siswa. Guru kemudian menanyakan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya. Guru berkeliling untuk memeriksa tugas siswa. Sebagian siswa belum melaksanakan tugasnya. Berbagai alasan muncul ketika guru menanyakan kepada siswa mengapa tidak melaksanakan tugasnya. Hal ini sesuai dengan catatan lapangan berikut.
Guru kemudian menanyakan tugas yang diberikan pada pertemuan sebelumnya, yaitu mencari dan membawa materi tentang
argumentasi.
Ternyata
sebagian
siswa
melaksanakan tugasnya dengan berbagai alasan. (CL1)
commit to user
belum
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Kegiatan pembelajaran selanjutnya dilakukan dengan debat. Guru membagi siswa ke dalam dua kelompok besar. Topik yang mereka bahas adalah tentang pacaran di kalangan remaja. Kelompok pertama adalah kelompok yang setuju dengan pacaran yang dilakukan oleh remaja, sedangkan kelompok kedua adalah yang tidak setuju dengan pacaran di kalangan remaja. Kegiatan selanjutnya adalah debat. Debat dibagi menjadi 2 kelompok. Topik yang disajikan adalah mengenai pacaran di kalangan remaja. Satu kelompok adalah yang pro dengan pacaran, dan kelompok yang lain adalah yang kontra dengan adanya pacaran di kalangan remaja. (CL1) Setelah berdiskusi selama berbeapa menit, satu siswa dari masingmasing kelompok menyampaikan pendapatnya di depan kelas. Siswa yang lain mendengarkan dan bertugas untuk memberikan pendapat. Muncul berbagai pendapat dari masing-masing kubu yang berlawanan. Guru mengondisikan siswa kemudian memberikan penguatan terhadap pendapat yang baru saja mereka sampaikan. Pembelajaran
dilanjutkan
dengan
materi
mengenai
tulisan
argumentasi. Materi disampaikan oleh guru. Sebelumnya, siswa membaca materi yang ada di LKS. Guru menjelaskan secara rinci perihal tulisan argumentasi, mulai dari pengertian, ciri-ciri, ketentuan penulisan, bagianbagiannya, hingga
masalah EYD. Guru menulisakan poin-poin yang
dijelaskan di papan tulis. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila ada bagian yang kurang jelas atau belum dimengerti siswa, namun tidak ada siswa yang bertanya. Kondisi menjadi sedikit gaduh karena beberapa siswa bercerita sendiri dengan temannya. Keadaan kelas mulai membuat siswa mengantuk karena beberapa siswa meletakkan kepalanya di
erupakan cara untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
mengembalikan perhatian siswa ke pelajaran. Hal ini sesuai dengan catatan lapangan berikut. Saat guru menerangkan, beberapa siswa di meja deretan belakang meletakkan kepalanya di meja. Beberapa siswa yang lain
bercerita sendiri dengan temannya. Guru mengambil
pada pelajaran. Tidak ada siswa yang bertanya saat materi disampaikan. (CL1) Guru kembali memberikan tugas kepada siswa untuk membuat paragraf argumentasi dengan tema sekolah RSBI dan pacaran di kalangan remaja. Waktu yang tersisa digunakan oleh siswa untuk mengerjakan tugas tersebut. Guru berkeliling memeriksa kinerja siswa. Siswa yang mengalami kesulitan dapat langsung bertanya dan mendapatkan arahan dari guru perihal kesulitannya. Setelah sebagian besar siswa selesai melaksanakan tugasnya, kembali guru meminta seorang siswa untuk membacakan tulisannya di depan kelas, siswa lain diminta untuk memerhatikan dan memberikan tanggapan. Siswa lain tidak ada yang berani berkomentar secara individu, siswa berkomentar dengan bersama-sama. Akhirnya guru memberikan kesimpulan dan komentar terhadap paragraf argumentasi yang baru saja disampaikan tersebut. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian tugas dari guru. Siswa diminta untuk menyempunakan tugasnya di rumah untuk dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya. Pada pertemuan berikutnya, guru menanyakan tugas rumah yang diberikan
pada
pertemuan
sebelumnya.
Sebagian
siswa
belum
menyelesaikan tugasnya karena masih belum begitu paham mengenai paragraf argumentasi. Guru berkeliling memeriksa pekerjaan siswa. Guru menerangkan kembali materi mengenai paragraf argumentasi. Setelah kembali menyampaikan materi, guru menanyakan apakah masih ada yang belum jelas, siswa menjawab telah paham dan semua sudah jelas. Kemudian
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
guru meminta salah satu siswa untuk membacakan pekerjaannya si depan kelas. Setelah selesai, guru menemukan kekurangan dalam tulisan siswa tersebut. Kekurangan itu terletak pada pilihan kata dan kesimpulan. Pada dasarnya, tulisan argumentasi perlu menyertakan kesimpulan untuk memantapkan pendapat yang ada di dalamnya, namun terkadang kesimpulan yang dibuat masih mengarah pada jenis paragraf persuasi. Hal ini senada dengan catatan lapangan berikut. Guru
menyuruh
seorang
siswa
untuk
menyampaikan
tulisannya di depan kelas. Pada kenyataannya, tulisan siswa tersebut masih kurang pada bagian pilihan kata dan bagian kesimpulan yang belum menunjukkan bahwa tulisan itu merupakan tulisan argumentasi. Tulisan siswa tersebut masih mengarah pada tulisan persuasi. (CL2) Hasil tulisan siswa tersebut kemudian menjadi pertimbangan untuk kembali memeriksa tulisan siswa yang lain. Guru meminta siswa kembali memeriksa tulisannya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang belum
selesai mengerjakan untuk melengkapi pekerjaannya. Guru
memantau kinerja siswa dengan berkeliling. Hingga jam pelajaran usai, masih ada siswa yang belum menyelesaikan pekerjaannya. Akhirnya guru kembali menugasi siswa untuk menyempurnakan pekerjaannya di rumah. Guru juga menegaskan bahwa tidak ada alasan untuk siswa tidak mengumpulkan tugasnya pada pertemuan selanjutnya. Pertemuan ketiga, guru meminta siswa untuk mempelajari materi tentang paragraf argumentasi dari BSE yang baru saja dibagikan. Guru mengecek pemahaman siswa tentang paragraf argumentasi dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan paragraf argumentasi. Sebagian besar siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut. Guru kemudian berkeliling untuk memeriksa tugas siswa. Siswa telah menyelesaikan tugasnya, hasil pekerjaan siswa dikumpulkan berdasarkan kelompok tema. Guru mengambil salah satu pekerjaan siswa masing-masing dari tema RSBI
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
dan pacaran di kalangan remaja. Siswa sebagai pemilik tulisan itu membacakannya di depan kelas. Siswa telah mampu membuat paragraf argumentasi dengan baik, hal itu ditunjukkan dengan tulisan yang dibacakan oleh siswa. Pelajaran kemudian dilanjutkan ke materi selanjutnya. Kegiatan di atas sesuai dengan catatan lapangan berikut. Guru berkeliling untuk memeriksa tugas siswa. Ternyata semua siswa telah menyelesaikan tuganya dengan baik. Pekerjaan siswa dikumpulkan. Guru mengambil salah satu pekerjaan siswa dan menyuruh membacakannya di depan kelas. Tulisan pertama dengan topik RSBI dibacakan di depan kelas. Kemudian tulisan kedua dan ketiga tentang pro dan kontra pacaran di kalangan remaja. Dari pembacaan masingmasing tulisan tersebut, guru berkesimpulan bahwa siswa telah mampu menulis paragraf argumentasi dengan baik. Guru kemudian melanjutkan pembelajaran ke materi selanjutnya, yaitu materi hikayat. (CL3)
3.
Kendala dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar Segala macam kegiatan pasti tidak luput dari sebuah kendala, begitu juga dengan sebuah pembelajaran. Kendala-kendala yang timbul tentu saja akan mengahambat proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi mengenai kendala-kendala yang menghambat pembelajaran. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di SMA negeri berstandar nasional di kabupaten Karanganyar ditemukan kendala sebagai berikut. a. Siswa belum bisa membuat paragraf sesuai dengan tema yang ditentukan Siswa masih merasa bingung untuk bisa membuat paragraf argumentasi yang sesuai denga tema. Contoh-contoh yang ada di buku belum memberikan pemahaman kepada siswa untuk membuat paragraf sesuai dengan tema yang ditentukan guru.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
b. Gagasan belum diungkapkan secara runtut Pengorganisasian tulisan siswa belum memenuhi kriteria penulisan. Rata-rata siswa belum memahami bagaimana membuat paragraf yang runtut. Hal ini dikarenakan siswa belum memahami adanya kohesi dan koherensi dalam paragraf.
c. Siswa kesulitan menentukan jenis tulisan Praktik dalam pembelajaran menulis argumentasi tentu saja adalah membuat paragraf jenis argumentasi. Namun, beberapa siswa masih bingung menentukan jenis tulisannya. Hasil tulisan yang dibuat oleh siswa rata-rata melenceng ke jenis tulisan persuaif. Hal semacam ini terjadi karena ada kemiripan antara jenis tulisan argumentasi dan persuasif, yaitu sama-sama mengemukakan sesuatu disertai dengan alasan yang kuat. d. Siswa enggan bertanya apabila mengalami kesulitan Materi yang disampaikan oleh guru atau yang dibaca oleh siswa masih menimbulkan pertanyaan dalam diri siswa. Namun, sebagian besar siswa
tidak
mau
bertanya
apabila
mengalami
kesulitan
dalam
pembelajaran. Siswa merasa malu apabila bertanya secara langsung kepada guru pada saat guru menyampaikan materi. Saat guru menyampaikan materi hampir seluruh siswa tidak ada yang mau bertanya. Siswa baru mau bertanya apabila guru berkeliling di kelas saat praktik membuat paragraf argumentasi berlangsung. e. Perhatian dan minat siswa terhadap pembelajaran kurang maksimal Mata pelajaran Bahasa Indonesia oleh sebagian siswa dianggap pelajaran yang mudah. Segala materi yang terkandung di dalamnya dianggap mudah untuk dikuasai. Khususnya dalam pembelajaran menulis argumentasi, siswa kurang memerhatikan saat guru menyampaikan materi. Beberapa siswa sesekali menguap sehingga konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran tidak maksimal. Selain itu, beberapa siswa justru bercerita sendiri dengan temannya. Pada saat diskusi kelompok, terdapat siswa yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
tidak mau berpartisipasi secara aktif. Siswa tersebut hanya diam atau justru mengganggu kelompoknya saat diskusi. f. Kurang memadainya bahan ajar Sumber atau materi ajar yang digunakan dalam pembelajaran menulis argumentasi adalah LKS dan buku teks berupa BSE dan buku teks lainnya. Siswa hanya wajib memiliki LKS saja, buku teks tidak diwajibkan untuk dimiliki siswa. Hal ini mengakibatkan hanya sedikit materi yang dapat dipelajari siswa karena yang terdapat pada LKS hanya sebagian materi saja. Teori dan contoh paragraf argumentasi yang ada di LKS kurang menambah pengetahuan siswa. g. Kurangnya alokasi waktu pembelajaran Waktu 2 kali 45 menit atau 2 kali pertemuan belum cukup untuk menuntaskan materi argumentasi. Materi argumentasi merupakan materi yang sulit, oleh karena itu perlu penjelasan dan latihan secara mendalam. Terkadang waktu 2 kali pertemuan terasa sangat singkat, tetapi siswa belum benar-benar memahai materi menulis argumentasi. h. Minimnya alat peraga Alat peraga merupakan salah satu aspek penting yang dapat menunjang kualitas pembelajaran menjadi lebih baik. Meskipun alat peraga bukanlah satu-satunya aspek penentu keberhasilan pembelajaran di sekolah, ketersediaan
alat
peraga
yang
memadai
akan
berdampak
pada
berlangsungnya pembelajaran yang baik pula. Kendala yang berkaitan dengan minimnya alat peraga adalah di setiap ruang kelas khususnya program reguler belum terdapat LCD. Pihak sekolah sebenarnya sudah menyiapkan beberapa LCD yang dapat dibawa ke ruang kelas dan digunakan dalam pembelajaran. Namun, untuk bisa menggunakan LCD guru harus bergantian dengan guru yang lain. Akibatnya penyampaian materi dengan menggunakan LCD tidak selalu dijanjikan. Menurut siswa, penggunaan LCD untuk menyampaikan materi lebih menarik jika dibandingkan dengan ceramah dari guru. Dengan LCD siswa dapat melihat materi yang tidak ada di LKS. Selain itu, siswa juga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
dapat dengan mudah melihat contoh paragraf argumentasi jika ditayangkan dengan LCD. i. Suasana kelas yang monoton Suasana kelas yang monoton menimbulkan kejenuhan tersendiri bagi siswa. Berbeda dengan mata pelajaran lain seperti IPA dan olahraga yang selalu menyenangkan dengan adanya praktik di luar kelas, mata pelajaran Bahasa Indonesia dinilai sangat membosankan apabila hanya belajar di dalam kelas. Menurut pendapat guru, suasana pembelajaran akan lebih menarik apabila siswa diajak keluar kelas. Pembelajaran menulis argumentasi dapat dilaksanakan di ruang lain, misalnya di laboratorium bahasa. Adanya laboratorium bahasa akan memberikan suasana berbeda bagi siswa sehingga siswa tidak merasa jenuh. Sebenarnya telah ada ruangan khusus untuk digunakan sebagai laboratorium bahasa, tetapi hingga saat ini fungsinya difokuskan kepada mata pelajaran Bahasa Inggris. j. Kendala teknis Kendala
teknis
yang
ditemui
dalam
pembelajaran
menulis
argumentasi adalah terputusnya aliran listrik karena adanya pembangunan gedung. Walaupun belum ada LCD di setiap kelas, guru biasanya dapat menyampaikan materi dengan menggunakana alat tersebut. LCD yang disediakan sekolah dapat dengan mudah dipinjam dan dibawa ke ruang kelas
untuk
menyampaikan
materi
pembelajaran.
Namun,
saat
pembelajaran menulis argumentasi penggunaan LCD tidak dapat dilakukan seperti biasa karena sedang berlangsung pembangunan gedung di sebelah ruang kelas. Suara bising dari pembangunan gedung juga berdampak pada siswa saat mengikuti pembelajaran yaitu kurang berkonsentrasi mengikuti pembelajaran. 4.
Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Kendala dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
Kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis argumentasi perlu diupayakan solusinya. Upaya untuk mengatasi kendala yang timbul dalam
pembelajaran
menulis
argumentasi
perlu
dilakukan
untuk
memaksimalkan kualitas pembelajaran. Dengan ditemukannya solusi untuk mengatasi kendala yang menghambat pembelajaran menulis argumentasi, diharapkan pembelajaran menulis argumentasi lebih baik dari sebelumnya. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru dan siswa, upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang timbul dalam pembelajaran menulis argumentasi diuraikan sebagai berikut. a. Guru memberikan poin-poin pada tema untuk dikembangkan menjadi paragraf Kesulitan siswa dalam menyesuaikan tulisan dengan tema diatasi oleh guru dengan cara pemberian poin-poin dari tema yang disajikan. Dari poin-poin tersebut, siswa dapat mengembangkannya ke dalam paragraf argumentasi. Hal ini dianggap bisa meningkatkan kualitas tulisan siswa. Siswa dapat membuat paragraf argumentasi sesuai dengan tema yang disajikan. b. Siswa melakukan koreksi silang Kekeliruan dalam membuat paragraf argumentasi baik dari segi teknik penulisan, pengorganisasian, maupun isi merupakan kendala dalam proses pembelajaran menulis argumentasi. Hal semacam itu diatasi dengan koreksi silang. Siswa kembali diminta untuk membuat paragraf argumentasi kemudian hasilnya ditukarkan dengan teman semeja untuk dikoreksi. Guru berpendapat bahwa koreksi silang dapat melatih siswa untuk lebih cermat dan teliti dalam membuat paragraf argumentasi. Langkah ini juga diharapkan dapat membantu siswa untuk mengetahui letak kekeliruan dan kekurangannya dalam membuat paragraf argumentasi sehingga tulisan siswa dapat lebih disempurnakan. c. Guru mengajak siswa belajar di luar kelas Minat siswa terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia khususnya pada pembelajaran menulis paragraf argumentasi dinilai masih kurang.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
Suasana pembelajaran yang monoton di dalam kelas membuat siswa cepat bosan, akibatnya beberapa siswa tidak memerhatikan materi yang disampaikan guru. Keadaan ini disiasati oleh guru dengan mengajak siswa belajar di luar kelas. Menurut pendapat guru, dengan diajak belajar di luar kelas siswa dapat merasakan suasana pembelajaran yang berbeda. Siswa dapat mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar kelas. Dari hasil pengamatan
itulah
siswa
diharapkan
dapat
menuangkan
ide
dan
pendapatnya dalam paragraf argumentasi. d. Guru menunjukkan perbedaan paragraf argumentasi dengan jenis paragraf yang lain Adanya kemiripan konsep paragraf argumentasi dengan jenis paragraf yang lain, khususnya persuasif merupakan kesulitan tersendiri yang dialami siswa. Guru melakukan upaya dengan menjelaskan materi secara lebih mendalam. Guru menjelaskan masing-masing konsep jenis paragraf yang ada. Selain itu guru juga menunjukkan letak perbedaan paragraf argumentasi dengan jenis paragraf yang lain dengan pemberian contoh pada masing-masing jenis paragraf. e. Guru memberikan arahan kepada siswa saat berkeliling di kelas Siswa yang enggan bertanya apabila mengalami kesulitan menjadi kendala yang perlu mendapat perhatian khusus dari guru karena apabila siswa tidak mengemukakan kesulitannya maka akan berpengaruh pada pemahaman siswa terhadap pembelajaran. Guru mengatasi kendala tersebut dengan berkeliling di kelas saat siswa praktik membuat paragraf argumentasi. Biasanya siswa akan bertanya saat guru mendekati mereka. Saat memeriksa kinerja siswa itulah guru sekaligus memberikan arahan pada siswa yang mengalami kesulitan. f. Siswa berusaha untuk lebih fokus Mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dianggap mudah oleh siswa membuat siswa kurang memerhatikan pembelajaran. Khususnya pada pembelajaran menulis paragraf argumentasi, siswa mengatasi kendala tersebut dengan berusaha untuk lebih fokus dan aktif dalam kegiatan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
diskusi. Siswa yang mengantuk di dalam kelas meminta izin kepada guru untuk mencuci muka sehingga dapat kembali berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran. g. Guru meminta siswa untuk mencari materi dari berbagai sumber Keterbatasan bahan ajar tidak langsung membuat guru dan siswa patah
semangat
dalam
pembelajaran
menulis
argumentasi.
Guru
berpendapat bahwa materi sebagai bahan ajar dapat diperoleh dari berbagai sumber. Selain LKS yang dimiliki siswa, guru menyarankan agar siswa mencari materi dari internet dan contoh-contoh tulisan argumentasi di surat kabar. Di sampan itu, dari media elektronik audio visual siswa dapat menyaksikan tayangan diskusi di televisi. Walaupun tayangan tersebut disampaikan secara lisan, siswa diharapkan dapat menemukan konsep argumentasi yang terkandung di dalamnya. Pengadaan buku teks dan BSE dari pihak sekolah yang belum memenuhi kuota siswa juga menjadi sebuah kendala yang perlu diatasi dengan cermat. Guru menyatakan bahwa siswa dapat meminjam buku tersebut di perpustakaan sekolah. Guru juga membawa BSE yang dipinjam dari perpustakaan untuk dibawa ke kelas.
Biasanya setiap meja
mendapatkan satu buah buku sebagai penunjang materi selain dari LKS. h. Guru mengurangi alokasi waktu pembelajaran pada materi yang dianggap mudah Masih kurangnya alokasi waktu dalam pembelajaran menulis argumentasi dikarenakan menulis paragraf argumentasi merupakan salah satu materi yang dianggap sulit sehingga penyampaian materi dan praktik perlu dilakukan lebih mendalam. Hal tersebut diatasi dengan cara mengambil jam materi lain yang dianggap mudah. Walaupun begitu, guru harus bisa mengefektifkan waktu dengan baik agar tidak mengganggu pelaksanaan pembelajaran pada materi selanjutnya. i. Guru mengusulkan penambahan sarana dan prasarana pada pihak sekolah Belum tersedianya laboratorium Bahasa Indonesia bukan menjadi kendala yang berarti. Siswa dapat belajar dengan suasana yang baru di luar
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
kelas. Pengadaan laboratorium Bahasa Indonesia telah diusulkan kepada pihak sekolah untuk direalisasikan. Siswa sudah menyadari bahwa pengadaan fasilitas berupa LCD itu perlu, tapi siswa tidak terlalu banyak menuntut karena tidak ada LCD pun mereka masih dapat belajar dengan baik.
C. Pembahasan 1.
Orientasi Pembelajaran Keterampilan Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar Persepsi guru terhadap pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di kabupaten Karanganyar terbagi menjadi dua, yakni materi perlu disampaikan secara rinci sebelum praktik menulis argumentasi dilaksanakan dan praktik lebih penting dilakukan daripada penyampaian materi. Dari persepsi itulah orientasi pembelajaran menulis argumentasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada teori dan praktik secara berimbang dan pembelajaran yang berorientasi pada praktik. Pembelajaran yang berorientasi pada teori dan praktik secara berimbang dilakukan untuk memberikan materi secara rinci kepada siswa. Teori yang disampaikan secara rinci bermanfaat untuk membantu siswa memahami lebih dalam mengenai tulisan argumentasi mulai dari pengertian, perbedaan dengan jenis tulisan yang lain, ciri-cirinya, unsur-unsur harus terkandung di dalamnya, dan teknik penulisan. Waktu yang dipergunakan guru untuk menyampaikan materi diupayakan seimbang dengan waktu yang diberikan kepada siswa untuk praktik menulis. Dengan demikian, diharapkan pemahaman yang dimiliki siswa dapat bermanfaat sebagai acuan untuk dapat menulis argumentasi. Keterampilan menulis tidak akan didapatkan oleh siswa jika hanya dengan teori. Praktik menulis merupakan tolok ukur apakah siswa sudah mampu menulis
atau
belum,
termasuk dalam pembelajaran menulis
argumentasi. Pembelajaran yang berorientasi pada praktik dilakukan agar siswa mempunyai banyak kesempatan untuk membuat tulisan argumentasi. Praktik
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
yang dilakukan berulang-ulang ini bertujuan untuk melatih siswa membuat tulisan argumentasi yang lebih baik dari praktik sebelumnya sehingga siswa dapat membuat tulisan argumentasi dengan tepat. Pemberian teori yang lebih banyak daripada teori dianggap kurang tepat untuk membina keterampilan siswa dalam menulis argumentasi karena dalam keterampilan menulis yang menjadi hasil akhir adalah tulisan itu sendiri. Guru tidak perlu memberikan teori terlalu banyak mengenai menulis argumentasi karena dengan praktik siswa akan dengan sendirinya belajar dan mengetahui konsep jenis tulisan argumentasi yang sebenarnya. 2.
Perencanaan,
Pelaksanaan,
dan
Penilaian
Pembelajaran
Menulis
Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar Perencanaan,
pelaksanaan,
dan
penilaian
pembelajaran
menulis
argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di kabupaten Karanganyar dapat diuraikan sebagai berikut. a. Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dibuat sendiri oleh guru Rencana
pelaksanaan
pembelajaran
(RPP)
yang
akan
diimplementasikan pada proses pembelajaran dibuat sendiri oleh guru sesuai dengan visi dan misi sekolah. Sesuai dengan konsep kurikulum yang saat ini dilaksanakan, yakni kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), RPP yang dibuat oleh guru menyesuaikan karakteristik siswa di masingmasing sekolah. Dengan demikian, RPP yang dibuat oleh guru di tiap-tiap sekolah tentu memiliki perbedaan. RPP yang disusun oleh guru sebelumnya dibahas di forum MGMP Bahasa Indonesia SMA kabupaten Karanganyar kemudian dikembangkan berdasarkan silabus yang juga dibuat sendiri oleh guru. Di forum MGMP, segala kesulitan yang dialami guru dalam menyusun RPP dan masukan-masukan untuk kesempurnaan isi RPP dibahas bersama sehingga dapat memberikan pengetahuan bagi guru, termasuk penyertaan nilai budaya dan karakter bangsa dalam RPP untuk selanjutnya diharapkan muncul dari dalam diri siswa.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
Silabus yang digunakan untuk mengembangkan RPP memuat beberapa komponen, antara lain: (1) kompetenasi dasar (KD); (2) standar kompetenasi (SK); (3) materi pembelajaran; (4) nilai budaya dan karakter bangsa; (5) kegiatan pembelajaran, (6) indikator pencapaian kompetensi; (7) penilaian; (8) alokasi waktu; dan (9) sumber belajar. Silabus tersebut kemudian dikembangkan dalam bentuk RPP yang memuat beberapa hal, yaitu: (1) standar kompetensi (SK); (2) kompetensi dasar (KD); (3) indikator pembelajaran; (4) tujuan pembelajaran; (5) materi pembelajaran; (6) metode dan model pembelajaran; (7) langkah-langkah pembelajaran; (8) sumber belajar; dan (9) evaluasi pembelajaran. Penyusunan RPP membuat pembelajaran yang akan dilaksanakan menjadi lebih tersruktur, walaupun tidak jarang pelaksanaannya tidak sesuai dengan apa yang dituliskan dalam RPP. b. Persiapan pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan oleh guru dan siswa Persiapan pembelajaran menulis argumentasi dilakukan oleh guru dan siswa agar pembelajaran dapat berjalan dengan maksimal dan sesuai dengan
tujuan
yang
diharapkan.
Persiapan
pembelajaran
menulis
argumentasi yang dilaksanakan oleh guru yaitu menyusun RPP berdasarkan silabus yang juga dibuat sendiri oleh guru. Selain RPP, guru juga melakukan persiapan berupa penyiapan materi. Materi yang dipersiapkan oleh guru untuk melaksanakan pembelajaran menulis argumentasi adalah materi yang ada di buku teks BSE dan buku teks dari penerbit lain, LKS, dan materi yang didapat dari internet. Persiapan dalam pembelajaran tidak hanya dilakukan oleh guru saja, melainkan juga dilakukan oleh siswa. Sebelum pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi, guru meminta siswa untuk belajar di rumah. Instruksi tersebut disampaikan pada akhir pembelajaran sebelumnya. Persiapan yang diharapkan dapat dilakukan oleh siswa berupa mencari materi menulis argumentasi serta contoh tulisan argumentasi. Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar siswa sudah siap dari rumah sebelum mengikuti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
pembalajaran menulis argumentasi di sekolah. Karena sumber materi yang dimiliki oleh siswa hanya LKS, siswa dapat mencari materi dan contoh tulisan argumentasi dari berbagai sumber, seperti buku teks yang dapat dipinjam di perpustakaan dan dari internet. c. Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pemimpin kelompok belajar Sebagai seorang fasilitator guru memiliki tugas untuk memberikan fasilitas kepada siswa dalam belajar menulis paragraf argumentasi. Fasilitas ini berupa penyampaian materi dan pemberian penjelasan apabila siswa mengalami kesulitan dalam belajar. Sedangkan peran guru sebagai motivator adalah memberikan motivasi belajar kepada siswa agar siswa bersemangat dalam belajar. Dalam hal ini siswa dituntut untuk lebih aktif dalam pembelajaran, guru hanya memberikan arahan dan bantuan ketika siswa menglami kesulitan. Tidak jarang dalam pembelajaran siswa tidak bersemangat dan enggan bertanya ketika mengalami kesulitan, disini peran guru sebagai fasilitasor dan motivator ditunjukkan. Guru harus mampu memberikan arahan, penyampaian dengan lebih jelas mengenai materi yang dianggap sulit oleh siswa, serta memberikan dorongan dan motivasi kepada siswa untuk bersemangat mengikuti pembelajaran menulis argumentasi. Guru juga berperan sebagai pemimpin kelompok belajar atau pengatur organisasi belajar saat siswa berdiskusi. Organisasi yang dimaksud adalah kelompok-kelompok yang terdiri dari beberapa siswa dalam satu kelas. Pembentukan kelompok dan berlangsungnya diskusi menjadi tanggung jawab guru saat kegiatan diskusi dilaksanakan. Sebelum kegiatan diskusi dimulai, guru terlebih dahulu membagi siswa dalam beberapa kelompok. Pembagian kelompok berdasarkan tempat duduk siswa. Siswa yang berdekatan dijadikan satu kelompok diskusi. Ketika diskusi berlangsung, guru mengawasi siswa. Guru berkeliling untuk memeriksa tugas dan keaktifan siswa, apabila terdapat siswa yang tidak berperan aktif atau justru mengobrol sendiri dalam diskusi, guru memberikan teguran kepada siswa tersebut. Apabila siswa mengalami
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
kesulitan saat diskusi, siswa menanyakannya kepada guru ketika guru berkeliling mengawasi kinerja mereka. Secara langsung guru memberikan jawaban dan masukan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Guru memegang peranan penuh saat diskusi berlangsung agar diskusi dapat berlajan dengan baik. d. Guru menerapkan metode ceramah, kooperatif, dan inkuiri Metode yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi pembelajaran adalah metode ceramah yang sudah dikombinasikan dengan metode kooperatif dan inkuiri. Hal semacam ini dilakukan untuk membantu keberhasilan pembelajaran. Metode ceramah merupakan metode yang harus dilakukan oleh guru karena dengan cermah siswa dapat menerima materi langsung dari guru. Walaupun metode ceramah dianggap konvensional, namun penerapannya masih sangat dibutuhkan. Metode ceramah tidak mungkin digunakan secara terus-menerus selama waktu pembelajaran karena siswa akan merasa cepat jenuh dalam mengikuti pembelajaran. Kegiatan diskusi kelompok merupakan salah satu cara untuk menciptakan suasana belajar yang lebih menarik. Dengan diskusi kelompok siswa dapat mengerahkan kemampuannya untuk menemukan permasalahan yang menjadi topik untuk dibahas. Penggabungan metode ini sangat baik dilakukan agar pembelajaran tidak berjalan secara monoton. Mengajak siswa untuk berdiskusi merupakan langkah awal yang dilakukan untuk merangsang pemahaman siswa mengenai tulisan argumentasi. Hal tersebut kiranya menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi siswa sebelum sebelum materi disampaikan dengan ceramah. Pemilihan topik yang tepat dan relevan dengan apa yang dialami dan diketahui siswa akan menarik perhatian siswa sehingga mereka aktif melakukan kegiatan diskusi. Selain diskusi dengan memberikan topik yang menarik, guru juga melakukan pembelajaran dengan menggunakan media berupa surat kabar. Siswa diajak untuk mencari tulisan yang terdapat di surat
kabar untuk
kemudian
dijadikan
bahan
membuat paragraf
argumentasi. Surat kabar juga digunakan sebagai contoh karena di surat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 72
kabar terdapat pula rubrik-rubrik yang secara khusus memuat tulisan argumentasi. Dengan demikian siswa dapat mengetahui tulisan argumentasi yang secara nyata ada di sekitar mereka, bukan hanya contoh-contoh yang mereka baca di LKS atau buku teks. e. Sumber belajar dari buku teks dan lembar kerja siswa (LKS) Sumber belajar yang digunakan dalam pembelajaran menulis argumentasi adalah buku teks yang berupa BSE dan LKS. BSE dipilih dan direkomendasikan sebagai buku acuan karena kedalaman materi yang ada di BSE sudah dinilai pemerintah sehingga guru tidak meragukan lagi relevansinya dengan kebutuhan siswa. Walaupun begitu, tidak berari buku teks yang lain tidak dapat digunakan dalam pembelajaran menulis argumentasi. Buku teks lain yang diterbitkan oleh pihak swasta juga digunakan untuk menambah materi dan contoh-contoh. LKS merupakan pegangan wajib bagi siswa. LKS memuat materi dan latihan-latihan yang dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap materi. Materi dan soal-soal latihan yang ada di LKS dapat dipelajari siswa di rumah sebelum pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, siswa diharapkan sudah belajar dan mempersiapkan diri sebelumnya. f. Penilaian mengacu pada penilaian produk Penilaian pembelajaran menulis argumentasi yang dilakukan oleh guru mengacu pada penilaian produk. Guru menilai siswa berdasarkan hasil karya berupa tulisan argumentasi yang dibuat siswa. Walaupun sebenarnya penilaian yang baik seharusnya juga memerhatikan proses, hal ini belum sepenuhnya dilakukan oleh guru. Nilai keaktifan siswa tersebut digunakan oleh guru untuk menambah nilai apabila nilai yang diperoleh siswa dari menulis argumentasi masih kurang. Penilaian yang dilakukan guru untuk menilai hasil tulisan argumentasi yang dibuat oleh siswa didasarkan pada enam aspek, yakni (1) kesesuaian tulisan dengan ciri-cirinya, (2) daya tarik tema, (3) ketepatan struktur, (4) kesesuaian pemilihan kata, (5) penggunaan bahasa yang komunikatif, dan (6) penggunaan ejaan dan tanda baca. Keenam aspek
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 73
penilaian tersebut telah sesuai dengan kompetensi dasar yang hendak
standar kompetensi tersebut telah dicantumkan pada RPP yang dibuat guru sebelum pembelajaran menulis argumentasi dilaksanakan. Berikut ini rincian nilai dari 70 siswa SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar yang menjadi sampel penelitian. Tabel 4.1. Nilai pembelajaran menulis paragraf argumentasi siswa kelas X
3.
No.
Rentang Nilai
Jumlah Siswa
1.
60-64
3
2.
65-69
2
3.
70-74
19
4.
75-79
35
5.
80-84
11
Jumlah Siswa
70
Nilai Rata-rata
74,8
Kendala yang Ditemui dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar Pelaksanaan pembelajaran menulis argumentsi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar baik di SMA Negeri 2 Karanganyar maupun SMA Negeri Karangpandan pada dasarnya berjalan lancar. Walau demikian, dalam pembelajaran menulis argumentasi yang dilaksanakan masih ditemukan beberapa kendala. Kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis argumentasi adalah sebagai berikut. a. Dari segi siswa Kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis argumentasi dari segi siswa antara lain: (1) siswa belum dapat membuat paragraf argumentasi sesuai dengan tema; (2) pengungkapan gagasan belum dilakukan secara runtut; (3) siswa belum terlalu paham membedakan jenis paragraf argumentasi dengan jenis paragraf yang lain; (4) siswa enggan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 74
bertanya apabila mengalami kesulitan; (5) siswa kurang memahami materi karena kurang memerhatikan penjelasan yang disampaikan guru; dan (6) siswa kurang aktif saat kegiatan diskusi. b. Dari segi bahan dan materi ajar Materi
ajar
yang
digunakan
dalam
pembelajaran
menulis
argumentasi adalah LKS dan buku teks baik BSE terbitan diknas maupun buku penunjang dari penerbit lain. Meski demikian, yang dimiliki oleh siswa hanyalah LKS. LKS yang memuat materi dan latihan soal masih kurang menambah pengetahuan siswa. Hampir seluruh siswa tidak memiliki buku teks sebagai bahan untuk belajar. Buku teks hanya menjadi pegangan guru, siswa tidak diwajibkan untuk memilikinya. c. Dari segi waktu Materi menulis paragraf argumentasi merupakan salah satu materi yang sulit dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan penjelasann dan latihan secara mendalam. Waktu 2 kali 45 menit atau 2 kali pertemuan belum mencukupi untuk menuntaskan pembelajaran. Masih terdapat siswa yang belum benar-benar memahami materi. d. Dari segi fasilitas Kendala dari segi fasilitas adalah belum adanya LCD di setiap kelas. Selain itu, belum tersedianya laboratorium Bahasa Indonesia juga menjadi kendala
dalam
pembelajaran
menulis
argumentasi.
Keberadaan
laboratorium Bahasa Indonesia diharapkan dapat memberikan suasanan belajar yang berbeda dalam pembelajaran.
4.
Upaya untuk Mengatasi Kendala yang Ditemui dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri Berstandar Nasional di Kabupaten Karanganyar Kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis argumentasi seperti yang diuraikan sebelumnya merupakan sesuatu yang harus diupayakan untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 75
bisa diatasi. Upaya untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran menulis argumentasi adalah sebagai berikut.
a. Dari segi siswa Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang berasal dari siswa antara lain: (1) siswa siminta untuk membuat paragraf argumentasi kemudian dilakukan koreksi silang dengan teman semeja; (2) guru menggunakan metode yang menarik perhatian siswa; (3) guru menjelaskan materi secara lebih mendetail dengan menunjukkan perbedaan tulisan argumentasi dengan jenis tulisan yang lain; (4) guru berkeliling untuk memeriksa kinerja siswa sekaligus memberikan arahan jika ada siswa yang mengalami kesulitan; (5) siswa yang kurang memerhatikan saat guru menyampaikan materi berusaha untuk fokus; dan (6) siswa yang tidak mau aktif saat diskusi ditegur oleh teman satu kelompok dan diadukan kepada guru agar diberi teguran langsung oleh guru. b. Dari segi bahan dan materi ajar Untuk mengatasi kendala terbatasnya bahan ajar yang dimiliki siswa adalah dengan cara belajar dari sumber lain. BSE terbitan diknas dan buku teks dari penerbit lain yang tidak dimiliki siswa dapat dipinjam di perpustakaan. Selain itu, siswa dan guru dapat menjadikan internet untuk menambah materi. Siswa juga dapat menemukan contoh-contoh tulisan argumentasi di surat kabar dan contoh penyampaian argumen secara lisan di televisi dalam program acara jajak pendapat atau debat. c. Dari segi waktu Untuk megatasi kekurangan waktu dalam pembelajaran menulis argumentasi, guru mengambil jam materi selanjutnya. Penambahan waktu dengan mengambil jam materi selanjutanya ini dilakukan dengan pertimbangan materi selanjutnya merupakan materi yang mudah. d. Dari segi fasilitas
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 76
Belum tersedianya laboratorium Bahasa Indonesia bukan menjadi kendala yang berarti. Pengadaan laboratorium Bahasa Indonesia telah diusulkan kepada pihak sekolah untuk direalisasikan. Solusi untuk mengatasi kendala yang bersifat teknis (listrik tidak menyala karena sedang ada pembangunan gedung), pembelajaran dilakukan dengan strategi lain, yaitu dimulai dengan kegiatan debat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 77
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan mengenai pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar diperoleh simpulan sebagai berikut. 1. Persepsi guru mengenai pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar terbagi menjadi dua, yakni pembelajaran yang berorientasi pada praktik dan teori secara berimbang dan pembelajaran yang berorientasi pada praktik. 2. Pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar berlangsung secara kooperatif dengan diskusi kelompok, kooperatif dengan media surat kabar, dan kooperatif dengan debat. 3. Kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar meliputi (a) siswa belum dapat membuat paragraf argumentasi sesuai dengan tema, (b) pengungkapan gagasan belum dilakukan secara runtut, (c) siswa belum terlalu paham membedakan jenis paragraf argumentasi dengan jenis paragraf yang lain, (d) siswa enggan bertanya apabila mengalami kesulitan, (e) siswa kurang memahami materi karena kurang memerhatikan penjelasan yang disampaikan guru, (f) siswa kurang aktif saat kegiatan diskusi, (g) sumber materi yang dimiliki siswa hanya LKS yang kandungan materinya kurang mendukung dalam pembelajaran menulis argumentasi, (h) alokasi waktu pembelajaran terbatas, dan (i) belum ada LCD di setiap kelas dan laboratorium Bahasa Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 78
4. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang ditemui dalam pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri di Karanganyar antara lain (a) siswa diminta untuk membuat paragraf argumentasi kemudian dilakukan koreksi silang dengan teman semeja, (b) guru menggunakan metode yang menarik perhatian siswa, (c) guru menjelaskan materi secara lebih 75 mendetail dengan menunjukkan perbedaan tulisan argumentasi dengan jenis tulisan yang lain, (d) guru berkeliling untuk memeriksa kinerja siswa sekaligus memberikan arahan jika ada siswa yang mengalami kesulitan, (e) siswa yang kurang memerhatikan saat guru menyampaikan materi berusaha untuk fokus, dan (f) siswa yang tidak mau aktif saat diskusi ditegur oleh teman satu kelompok dan diadukan kepada guru agar diberi teguran langsung oleh guru, (g) siswa meminjam buku teks di perpustakaan dan mencari sumber materi dari internet maupun televisi, (h) guru mengambil jam materi pembelajaran selanjutnya, dan (i) belum tersedianya laboratorium Bahasa Indonesia dan LCD di setiap kelas bukan menjadi kendala yang berarti, siswa dapat belajar dengan strategi dan pembelajaran yang menarik.
B. Implikasi Penelitian ini memberikan suatu gambaran bahwa keberhasilan suatu pembelajaran tidak hanya menjadi tanggung jawab guru tetapi juga dari siswa. Guru bertanggung jawab untuk mengembangkan materi, menyampaikan materi, mengelola kelas, memilih media dan sumber belajar, menerapkan metode pembelajaran yang sesuai, serta melakukan evaluasi. Sedangkan siswa juga harus aktif dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, sekolah juga perlu memerhatikan kebutuhan sarana dan prasarana untuk menunjang pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA negeri berstandar nasional di Karanganyar dipersiapkan oleh guru dengan membuat RPP yang disesuaikan dengan visi dan misi sekolah. RPP dibuat sendiri oleh guru dan disusun satu tahun sekali yaitu pada awal tahun ajaran baru. Prosedur pembelajaran, pemilihan sumber belajar, media, dan metode yang sesuai dengan kebutuhan siswa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 79
akan berdampak pada keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mempersiapkannya dengan baik. Pemilihan materi dan bahan ajar juga harus menyesuaikan kondisi siswa. Penggunaan materi yang bersumber dari buku cetak dan sumber elektronik perlu dimaksimalkan agar kualitas pembelajaran juga lebih maksimal. Apabila bahan ajar sudah diusahakan dengan maksimal, untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran perlu diterapkan strategi dan metode pembelajaran yang tepat. Pemilihan strategi dan metode pembelajaran secara tepat juga berpengaruh terhadap kualitas pembelajaran. Alokasi waktu pembelajaran yang terbatas menuntut guru untuk lebih kreatif dalam melakukan strategi pembelajaran. Hampir dalam setiap pembelajaran ditemukan kendala. Kendala-kendala tersebut berasal dari siswa, guru, dan sarana prasarana yang digunakan dalam pembelajaran. Guru telah berupaya secara maksimal untuk menjaga kualitas pembelajarannya. Dalam hal ini guru telah memerhatikan materi, metode, dan strategi pembelajaran. Siswa juga telah diberikan motivasi dan arahan oleh guru. Dari kendala-kendala yang muncul perlu dilakukan pencarian solusi yang tepat agar tujuan pembelajaran tercapai secara maksimal. Di luar implikasi yang telah diuraikan di atas, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut. Penelitian lebih lanjut dapat difokuskan pada bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA, bagaimana hubungan antara karakter mengajar guru dengan keberhasilan pembelajaran menulis argumentasi siswa kelas X SMA, dan problematika pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya pembelajaran menulis argumentasi. Selain itu, studi mengenai pengembangan instrumen yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis argumentasi juga perlu dilakukan.
C. Saran Berdasarkan hasil pembahasan dan simpulan di atas, saran-saran yang dapat peneliti tawarkan sebagai berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 80
1. Saran untuk siswa Guna memperlancar pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa hendaknya melakukan hal berikut. a. Aktif mencari sumber yang dapat digunakan sebagai penunjang materi untuk belajar. b. Fokus dalam mengikuti pembelajaran agar apa yang disampaikan guru dapat diterima dengan baik. c. Mengikuti pembelajaran dengan serius tetapi santai dengan tidak meremehkan guru. d. Bagi siswa yang mengalami kesulitan hendaknya tidak segan bertanya kepada guru agar lebih jelas dan paham. e. Lebih banyak berlatih membuat tulisan argumentasi agar pemahaman siswa dapat maksimal. 2. Saran untuk guru Agar pembelajaran menulis dapat berhasil sesuai tujuan yang diharapkan, guru dapat melakukan hal berikut. a. Menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang tepat dan menarik sehingga siswa tidak lekas bosan mengikuti pembelajaran. b. Kreatif dalam memilih materi sebagai bahan ajar. c. Menyampaikan materi dengan menyampaikan langkah-langkah menulis argumentasi secara jelas. d. Guru harus lebih tegas menghadapi siswa yang kurang memerhatikan pembelajaran. Siswa yang tidur saat pembelajaran, siswa yang bercerita sendiri, dan siswa yang tidak mau aktif dalam kegiatan diskusi perlu diberi tindakan
khusus.
Apabila
dengan
teguran
siswa
tersebut
belum
menunjukkan sikap yang semestinya, guru perlu memberikan tugas khusus kepada siswa yang bersangkutan. 3. Saran untuk sekolah Demi memperlancar keberhasilan pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis, pihak sekolah hendaknya dapat melakukan tindakan berikut.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 81
a. Memerhatikan dan meningkatkan media pembelajaran. b. Memerhatikan sarana dan prasarana yang dapat mendukung dan meningkatkan kualitas pembelajaran. c. Memberikan himbauan dan pelatihan pada guru yang belum menggunakan media pembelajaran elektronik.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, S., Arsjad, M.G., & Ridwan, S.H. (1999). Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Alwasilah, A. C. & Alwasilah, S. S. (2007). Pokoknya Menulis. Bandung: Kiblat Buku Utama.
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arnon, S. & Reichel, N. (2007). Who is the Ideal Teacher? Am I? Similarity and Difference in Perception of Students of Education Regarding the Qualities of a Good Teacher and of Their Own Qualities as Teacher. Teachers and Teaching: theory and practice, 13 (5), 441-464.
Process and Thought in Composition. Cambridge: Winthrop Publishers Inc. Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang. Djuhrie, O. S. & Suherli. (2001). Panduan Membuat Karya Tulis. Bandung: Yrama Widya.
commit to user