GRAVITY Vol. 2 No. 1 (2016) http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/Gravity ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENGATASI KESULITAN SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DALAM MEMAHAMI KONSEP KINEMATIKA 1
Rudi Haryadi1 Pendidikan Fisika, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Email:
[email protected]
Abstract Learning Jigsaw is one of cooperative learning strategies and flexible. Learning jigsaw, students are divided into groups whose members have heterogeneous characteristics. Each student is responsible for studying the assigned topic and teaching the group members, so that they can interact and help each other. Kinematics is a branch of physics that studies the basic concepts of mechanics to understand the physics concepts further. There are three steps involved in overcoming the difficulties students understand kinematics, namely: (1) improve the misconceptions on the concept of the prerequisites of students with constructivism model, (2) solve problems of physics with methods of cooperative learning of Jigsaw, (3) maximize the mathematical ability of students solve problems of kinematics systematically, and improve the mathematical language that used to be simpler. Such measures, subdivided into several sequence of steps that must be done, starting from the preparation, implementation and evaluation. Keywords: jigsaw, students, kinematics Abstrak Pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu strategi pembelajaran yang kooperatif dan fleksibel. Dalam pembelajaran Jigsaw, siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang anggotanya mempunyai karakteristik heterogen. Masing-masing siswa bertanggung jawab untuk mempelajari topik yang ditugaskan dan mengajarkan pada anggota kelompoknya, sehingga mereka dapat saling berinteraksi dan saling bantu. Kinematika merupakan cabang ilmu fisika yang mempelajari konsep dasar mekanika untuk memahami konsep-konsep fisika lebih lanjut. Terdapat tiga langkah yang harus dilakukan dalam mengatasi kesulitan siswa memahami kinematika, yaitu: (1) memperbaiki miskonsepsi pada konsep prasyarat siswa dengan model konstruktivisme, (2) menyelesaikan persoalan fisika dengan metode pembelajaran koperatif Jigsaw, (3) memaksimalkan kemampuan matematis siswa menyelesaikan persoalan kinematika dengan sistematis, dan memperbaiki bahasa matematika yang digunakan menjadi lebih sederhana. Langkah-langkah tersebut, dibagi lagi menjadi beberapa urutan tahapan yang harus dilakukan, mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga evaluasi. Kata kunci: jigsaw, siswa, kinematika
87 Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
Rudi Haryadi / jigsaw 2 (2016), 87 - 98
tujuan pengajaran, penguasaan prasyarat
PENDAHULUAN Kinematika
88
merupakan
cabang
pengetahuan, pengetahuan terstruktur,
ilmu fisika yang mempelajari konsep
dan
dasar
(Yunita, 2006).
mekanika
untuk
memahami
masih
mengalami
miskonsepsi
konsep-konsep fisika lebih lanjut. Selain
Dari hasil penelitian yang pernah
itu, menurut penelitian yang dilakukan
dilakukan mengungkapkan penyebab
David Hestenes dan Malcolm Wells
kesulitan-kesulitan yang dialami siswa
bahwa kinematika merupakan materi
ketika mempelajari konsep kinematika
yang sulit pada mekanika dasar. (David
secara umum, tapi belum ditentukan
dan Malcolm:1992). Oleh sebab itu
teori dan konsep yang tepat untuk
pokok bahasan fisika kami batasi untuk
mengatasi kesulitan tersebut. Penelitian
kinematika.
sebelumnya
Di
tingkat
Sekolah
belum
bisa
menjawab
Menengah Atas konsep kinematika
solusi apa yang diperlukan agar siswa
dipelajari pada kelas X semester 1 dan
tidak
kelas XI Program Ilmu Alam semester I.
mempelajari konsep Kinematika. Oleh
Dari
penelitian
pernah
karena itu, tujuan penulisan ini adalah
dilakukan dapat disimpulkan, bahwa
adalah mencari teori dan konsep yang
kesulitan siswa dalam menyelesaikan
tepat dalam mengatasi persoalan siswa
persoalan
Sekolah
fisika
yang
mengalami kesulitan dalam
disebabkan
oleh
Menengah
Atas
yang
kesulitan
pada
pokok
rendahnya pemahaman konsep siswa,
mengalami
keterbatasan kemampuan matematika
bahasan Kinematika dengan mencari
dasar untuk menyelesaikan soal-soal
solusi
perhitungan, dan faktor dari luar diri
prasyarat dan miskonsepsi, menentukan
siswa itu sendiri, seperti pemilihan dan
model yang dapat diterapkan pada
penerapan strategi pembelajaran yang
proses
diterapkan guru dalam mengajarkan
memecahkan persoalan kinematika, dan
konsep-konsep fisika (Supartin:2006 ).
memaksimalkan kemampuan matematis
Begitu juga dari hasil penelitian tentang
siswa dalam menyelesaikan persoalan
Penyusunan
memperbaiki
pembelajaran
konsep
dalam
Diagnostik
Fisika
kinematika. Metode penulisan yang
Kinematika
Gerak
akan kita gunakan adalah teoritis dengan
Lurus diperoleh secara umum siswa
mengambil dari sumber penelitian yang
memiliki kelemahan pada pencapaian
pernah dilakukan oleh para peneliti, dan
Pokok
Tes
untuk
Bahasan
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Rudi Haryadi / jigsaw 2 (2016), 87 - 98
menghubungkannya
dengan
permasalahan-permasalahan
kesulitan
yang dihadapi siswa.
89
pemahaman
konsep,
interaksi kelompok dan kerjasama, dan latihan
memecahkan
masalah,
pilihan
dalam
merupakan METODE
menyelesaikan
Materi
pelajaran
fisika
membutuhkan daya intelektual relatif tinggi, oleh karena itu bagi sebagian siswa dianggap pelajaran yang sulit. Kesulitan belajar fisika tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah, tetapi juga oleh faktor lainnya. Dalam proses pembelajaran fisika diperlukan metode dan model pembelajaran yang tepat agar konsep fisika
dapat
dipahami
siswa
dan
persoalan fisika dapat dianalisis dan
memahami Endang,
menyelesaikan permasalahan kesulitan siswa ini adalah dengan cara: (1) memperbaiki miskonsepsi pada konsep prasyarat persoalan
siswa, fisika
(2)
menyelesaikan
dengan
Metode
Pembelajaran Koperatif tipe Jigsaw, (3) memaksimalkan kemampuan matematis siswa.
kinematika.
model
pengajaran
Menurut
pembelajaran
learning)
koperatif yang
yang
(cooperative
dipadukan
dengan
pemecahan masalah (problem solving) secara
sistematis
(Endang:
2010).
Metode ini pun sesuai dengan model konstruktivisme
karena
pada
pelaksanaannya siswa berperan aktif mengkonstruksi
pengetahuan
dalam
menyelesaikan persoalan fisika. Menurut Hertiavi, pembelajaran tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe strategi pembelajaran yang kooperatif dan fleksibel (Hertiavi, dkk.:2010). Dalam pembelajaran tipe Jigsaw, siswa dibagi
menjadi
yang
kelompok-kelompok
anggotanya
mempunyai
karakteristik heterogen. Masing-masing siswa
bertanggung
mengajarkan
berfokus
siswa
jawab
untuk
mempelajari topik yang ditugaskan dan
Menyelesaikan Persoalan Fisika dengan Metode Pembelajaran Koperatif tipe Jigsaw Metode
kesulitan
memenuhi kriteria ini adalah model
diselesaikan siswa dengan baik. Adapun langkah yang akan dilakukan dalam
pengembangan
pembelajaran pada
yang
pengembangan
pada
anggota
kelompoknya, sehingga mereka dapat saling berinteraksi dan saling bantu. Langkah-langkah yang dilakukan dalam Metode Pembelajaran Koperatif
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
tipe
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Rudi Haryadi / jigsaw 2 (2016), 87 - 98
Jigsaw menurut Hertiavi, dkk, antara
90
7. Setelah diskusi pada kelompok ahli
lain:
selesai, kemudian siswa kembali ke
1. Sebelum dimulai siswa diberi tugas
kelompok
asal
dan
untuk membaca materi yang akan
mempresentasikan hasil diskusi pada
dibahas.
kelompok ahli. Selain itu siswa juga
2. Siswa juga diberi tugas mengerjakan soal yang jawabannya terdapat pada
melakukan tanya jawab tentang soalsoal tadi.
materi bacaan tersebut. 3. Saat
pembelajaran
Bila berlangsung,
metode
pembelajaran
kooperatif ini dilakukan terus menerus,
siswa dibagi menjadi kelompok-
diharapkan
kelompok
dengan soal, siswa dengan cepat dapat
kecil
dengan
jumlah
ketika siswa berhadapan
anggota sesuai dengan jumlah lembar
mengidentifikasi
ahli. Pembagian kelompok tersebut
dibutuhkan untuk menyelesaikan soal-
berdasarkan pada: kemampuan, asal,
soal dan rumus mana yang terkait
dan latar belakang yang beragam.
dengan konsep tersebut (Endang: 2010).
Kelompok
ini
disebut
4. Masing-masing anggota kelompok
Matematika merupakan alat dalam
berbeda. Lembar ahli tersebut berisi
memahami
soal-soal
persoalan
meningkatkan
yang
Memaksimalkan Kemampuan Matematis Siswa
akan mendapat satu lembar ahli yang
bertujuan
apa
dengan
kelompok asal.
yang
konsep
untuk
kemampuan
pemecahan masalah siswa. 5. Langkah selanjutnya adalah siswa
dan fisika.
menyelesaikan Kesulitan
dalam
mengubah konsep fisika menjadi notasi matematik menjadikan salah satu alasan siswa bahwa fisika itu sulit. Dari tips
yang memperoleh lembar ahli yang
memaksimalkan
sama dari masing-masing kelompok
matematika anak oleh Imam (Imam:
asal akan bergabung membentuk
2010), ada beberapa langkah pendekatan
kelompok ahli.
yang
6. Di dalam kelompok ahli, siswa berdiskusi untuk memecahkan soal-
bisa
kemampuan
digunakan
dalam
menyelesaikan persoalan fisika dari sisi matematis:
soal pada lembar ahli.
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Rudi Haryadi / jigsaw 2 (2016), 87 - 98
1. Mengetahui
konsep
dasar
matematika, bukan hanya berupa
2. Memvisualisasikan masalah fisika akan
diselesaikan,
dengan
menyertakan fakta-fakta. 3. Menuliskan teliti,
Memperbaiki Miskonsepsi Konsep Prasyarat Siswa
pada
“Sifat mata pelajaran Fisika salah
hafalan.
yang
91
dapat
pemahaman
atas
konsep
dengan
sebelumnya” (Ani: 2006). Jadi bila
pada
siswa belum memahami lebih dulu
mempersulit
konsep prasyarat maka siswa akan
kesalahan
ketidaktelitian
konsep baru ada kalanya menuntut prasyarat
angka-angka
karena
satunya adalah bersyarat, artinya setiap
perhitungan.
mengalami kesulitan memahami konsep
4. Memperbanyak latihan-latihan soal, mulai dari persoalan fisika sederhana
yang akan dipelajari. Konsep
prasyarat
merupakan
hingga ke persoalan yang lebih
pengetahuan dasar yang telah dimiliki
kompleks.
oleh siswa sebelum proses pembelajaran
5. Menghindari angka
penggunaan
yang
menyebabkan
angka-
berlangsung. Konsep ini dapat diperoleh
yang
dari pengalaman belajar siswa sehari-
harus
hari, dan dapat juga merupakan konsep
untuk
yang pernah diterima siswa di jenjang
rumit, siswa
membutuhkan
alat
bantu
menghitung.
pendidikan sebelumnya. Jika konsep
Selain itu penyelesaian soal fisika perlu
dilakukan
secara
tersebut tidak sama dengan pengertian
sistematis
ilmiah atau pengertian para pakar di
dengan tahapan mulai dari: visualisasi
bidang tersebut, maka dikatakan konsep
masalah, mendeskripsikan masalah ke
tersebut
dalam deskripsi fisika, merencanakan
Menurut Prof. Wilantara: ”hendaknya
solusi,
menggunakan pengetahuan awal dan
menyelesaikan
mencek dilatihkan.
solusi,
solusi,
sangat
Sehingga
dan
mengalami
miskonsepsi.
penting
miskonsepsi
siswa
sebagai
dengan
pertimbangan dalam merancang dan
penyelesaian persoalan fisika secara
mengimplementasikan
sistematis diharapkan kemampuan siswa
pembelajaran, serta menyiapkan strategi
dapat maksimal, dan hasil belajar siswa
pengubahan
sesuai dengan yang diharapkan.
mengubah miskonsepsi siswa menuju
konsepsi
program
dalam
upaya
konsepsi ilmiah.” (Wilantara: 2003).
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Rudi Haryadi / jigsaw 2 (2016), 87 - 98
92
Jadi konsep prasyarat siswa merupakan
prestasi belajar fisika siswa (Endar:
tinjauan
2010). Tahapan-tahapan pengembangan
untuk
merancang
strategi
pembelajaran yang tepat. Selanjutnya
model konstruktivis tersebut mengikuti
Prof.
Wilantara
mengatakan bahwa, “Model belajar konstruktivis sebagai
perlu
salah
dikembangkan
satu
inovasi
dalam
pembelajaran fisika”. (Wilantara:2003). Menurut
“konstruktivisme
Surianto,
langkah-langkah sebagai berikut. 1. Identifikasi untuk
tujuan
memberi
pembelajaran arahan
dalam
merancang program, implementasi program dan evaluasi. 2. Menetapkan
konsep-konsep
dan
merupakan landasan berfikir (filosofi)
prinsip-prinsip fisika yang harus
pembelajaran konstektual yaitu bahwa
dikuasai siswa.
pengetahuan dibangun oleh manusia
3. Identifikasi dan klarifikasi konsep
sedikit demi sedikit, yang hasilnya
prasyarat siswa, melalui tes awal dan
diperluas melalui konteks yang terbatas
interview.
dan
tidak
sekonyong-konyong.
Pengetahuan
dan
klarifikasi
seperangkat
miskonsepsi siswa, mana yang sudah
fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang
sesuai dengan konsepsi ilmiah, dan
siap untuk diambil dan diingat. Manusia
mana
harus mengkontruksi pengetahuan itu
miskonsepsi.
dan
bukanlah
4. Identifikasi
memberi
pengalaman Dalam
makna
nyata”. model
yang
masih
mengalami
melalui
5. Perencanaan program pembelajaran
(Surianto:2009).
dalam bentuk Satuan Pelajaran (SP)
konstruktivisme,
dan
pengetahuan tidak dapat dipindahkan
strategi
pengubahan
konsep
dalam bentuk modul.
begitu saja dari pikiran guru ke pikiran
6. Implementasi program pembelajaran
siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif
dan strategi pengubahan konsep,
membangun struktur pengetahuannya.
berupa kegiatan aktual di kelas yang
Tahapan-tahapan pengembangan konstruktivis
model dengan
diimplementasikan
oleh
dalam
terdiri dari tiga langkah yaitu: (a)
belajar
orientasi dan penyajian pengalaman
rinci
belajar, (b) menggali ide-ide siswa,
lebih Sadia,
dan
(c) restrukturisasi ide-ide.
menurut Endar, secara signifikan model konstruktivis ini mampu meningkatkan
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Rudi Haryadi / jigsaw 2 (2016), 87 - 98
7. Evaluasi terhadap efektivitas model
93
prasyarat
siswa.
Pada guru
saat
awal
pembelajaran, untuk melihat mana
pembelajaran,
memberikan
yang masih mengalami miskonsepsi.
pertanyaan prasyarat pada siswa, baik
8. Klarifikasi dan analisis miskonsepsi
berupa tes awal tertulis atau wawancara
siswa dari hasil evaluasi untuk
langsung seperti menanyakan, “apa
miskonsepsi yang bersifat resisten.
yang
dimaksud
dengan
benda
memperbaiki
bergerak?”. “Sebutkan macam-macam
miskonsepsi untuk miskonsepsi yang
contoh benda yang bergerak?”. “Apakah
resisten, dalam bentuk modul.
orang yang diam di pinggir jalan dapat
9. Revisi
strategi
dikatakan bergerak?”. Pertanyaan ini gunanya
HASIL DAN PEMBAHASAN
untuk
mengetahui
apakah
Dari metodologi di atas, ada tiga
siswa memahami konsep tentang gerak.
langkah yang harus dilakukan dalam
Kemudian, pemahaman siswa tentang
mengatasi kesulitan siswa memahami
benda diam dan bergerak dijadikan
kinematika, yaitu: (1) memperbaiki
sebagai parameter untuk menyusun
miskonsepsi pada konsep prasyarat
program pembelajaran dalam bentuk
siswa dengan model konstruktivisme,
RPP
(2)
fisika
Pembelajaran). Jika siswa belum bisa
dengan Metode Pembelajaran Koperatif
membedakan benda bergerak dan diam,
tipe
berarti siswa mengalami miskonsepsi.
menyelesaikan
Jigsaw,
kemampuan
(3)
persoalan
memaksimalkan
matematis
menyelesaikan
persoalan
siswa
(Rancangan
Strategi
Pelaksanaan
perbaikan
miskonsepsi
kinematika
diwujudkan dalam bentuk modul, yang
memperbaiki
terdiri dari uraian materi yang memuat
bahasa matematika yang digunakan
konsep-konsep esensial, serta mengacu
menjadi
pada konsepsi prasyarat siswa yang
dengan sistematis, dan
lebih sederhana.
Langkah-
langkah tersebut, dibagi lagi menjadi
telah
beberapa urutan tahapan yang harus
kegiatan
dilakukan,
langsung dirangkai dengan kegiatan inti
mulai
dari
persiapan,
pelaksanaan, hingga evaluasi. Tahapan
pertama
yang
di
dijaring
kelas,
sebelumnya.
identifikasi
maka
awal
guru
Karena biasanya
harus
bisa
perlu
memprediksi bahwa akan ada siswa
dilakukan untuk mengatasi kesulitan
yang mengalami miskonsepsi, dengan
siswa adalah identifikasi awal konsep
mempersiapkan RPP dan modul yang
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Rudi Haryadi / jigsaw 2 (2016), 87 - 98
94
dapat memperbaiki miskonsepsi siswa.
“Mungkinkah
RPP dan Modul yang dibuat harus
perpindahan
mengacu pada model konstruktivisme.
berikan contohnya!”. “Dapatkah benda
Tahap kedua yang perlu dilakukan
yang
besar sama?.
menempuh
jarak
dan
Jelaskan
dan
jarak
tertentu
adalah penggalian gagasan dan ide
mempunyai
siswa. Tahap ini berlangsung pada
Jelaskan!”.
kegiatan inti pembelajaran. Pada tahap
bergerak dengan kecepatan tetap dapat
ini, guru harus mampu menuntun siswa
dikatakan tidak mengalami percepatan
agar mau mengemukakan gagasan dan
(percepatannya
ide sebanyak mungkin tentang gejala-
Jelaskan jawaban Anda dengan analisa
gejala fisika yang mereka amati dalam
vektor!”. Untuk pokok bahasan GLBB
lingkungan
(Gerak
hidup
sehari-hari.
perpindahan “Apakah
Lurus
sama
benda
dengan
Berubah
nol? yang
nol)?
Beraturan),
Pengungkapan gagasan tersebut dapat
misalnya
melalui
diskusi,
ilustrasi
proses perubahan kecepatan dengan
gambar,
dan
Gagasan-
mobil-mobilan. Kemudian siswa diberi
kemudian
pertanyaan
gagasan
menulis,
sebagainya. tersebut
dipertimbangkan
bersama.
Suasana
pembelajaran dibuat santai dan tidak
guru bisa menunjukkan
penuntun,
“perhatikan
bagaimana pergerakan mobil-mobilan itu, ceritakan!”.
menegangkan, agar siswa tidak khawatir
Tahap ketiga yang perlu dilakukan
merasa dikucilkan dan ditertawakan bila
adalah strukturisasi ide dan gagasan.
gagasan-gagasannya salah. Guru harus
Pada tahap ini, berbagai miskonsepsi
menahan diri untuk tidak menghakimi
yang dijaring pada tahap pertama dan
gagasan siswa yang salah. Kebenaran
kedua,
akan gagasan siswa akan terjawab dan
tingkat kesalahan, untuk memudahkan
terungkap dengan sendirinya melalui
pada
penalarannya
konflik
miskonsepsi pada konsep gerak, guru
kognitif. Pertanyaan-pertanyaan yang
dapat menuntun siswa memunculkan
bisa digunakan guru untuk menuntun
konflik kognitifnya, misalnya dengan
siswa
memberikan
pada
mengemukakan
tahap
gagasan
dan
dikelompokkan
saat
berdasarkan
memperbaikinya.
pertanyaan,
Untuk
”pernahkan
idenya, misalnya: “Apa yang dimaksud
kalian melihat pohon dari jendela
dengan jarak dan perpindahan? Jelaskan
sebuah kereta api yang berjalan, apa
dengan
yang kalian lihat?”, “ketika berada di
memakai
ilustrasi!”.
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Rudi Haryadi / jigsaw 2 (2016), 87 - 98
95
atas bis, pernahkah kalian melihat motor
Usaha untuk mencari penjelasan ini
yang melaju searah dengan mobil
dilakukan proses diskusi dengan teman
kalian, apa yang kalian lihat”. Guru
di kelas. (3) Siswa dituntun untuk
terus
membangun
menemukan sendiri bahwa konsep-
struktur pengetahuannya, hingga siswa
konsep yang baru, dan menunjukkan
dapat menyimpulkan, “benda dikatakan
bahwa konsep ilmiah yang baru itu
bergerak jika benda tersebut mengalami
memiliki keunggulan dari gagasan yang
perubahan posisi dari titik acuan”. Jika
lama.
menuntun
konsep
yang
siswa
memerlukan
Tahap keempat yaitu evaluasi.
praktikum atau demonstrasi, misalnya
Pada tahap ini, guru mengajak siswa
pada pokok bahasan GLB (Gerak Lurus
meninjau kembali konsep-konsep yang
Beraturan) dan GLBB (Gerak Lurus
telah
Berubah Beraturan), maka tiga langkah
keberhasilan strategi pembelajaran yang
yang
telah
dapat
dibahas
dilakukan.
diberikan
(1)
Siswa
pertanyaan-pertanyaan
dipelajarinya,
berlangsung.
meyakinkan konsepsi
dari
atau
konsepi
ilmiah,
dalam
praktikum.
Mereka diminta untuk meramalkan hasil
siswa
percobaan
ilmiahnya
dan
memberikan
alasan
untuk
melihat
Kemudian
siswa
tentang gejala yang dapat diperagakan diselidiki
untuk
guru
untuk
beralih
miskonsepsi
menuju
dan
menganjurkan
menerapkan
tersebut
dalam
berbagai
untuk mendukung ramalannya itu. (2)
macam
Pada saat praktikum, siswa melihat
miskonsepsi
sendiri apakah ramalan mereka benar
bersifat resisten, misalnya: siswa masih
atau salah. Mereka didorong untuk
belum memahami tentang perubahan
menguji keyakinan dengan melakukan
kecepatan
percobaan di laboratorium. Bila ramalan
membedakan jarak dengan perpindahan,
mereka
akan
kecepatan dengan kelajuan, maka perlu
mengalami konflik kognitif dan mulai
dilakukan revisi. Revisi ini penting
tidak puas dengan gagasan mereka.
dilakukan
Kemudian
resisten
meleset,
mereka
mereka
didorong
untuk
persoalan
konsep
muncul
pada
agar tersebut
fisika.
Jika
kembali
dan
kerangka
miskonsepsi tidak
acuan,
yang
selamanya
memikirkan penjelasan paling sederhana
menghinggapi struktur kognitif siswa,
yang
yang pada akhirnya akan bermuara pada
dapat
menerangkan
sebanyak
mungkin gejala yang telah mereka lihat.
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Rudi Haryadi / jigsaw 2 (2016), 87 - 98
96
kesulitan belajar dan rendahnya prestasi
kemudian siswa kembali ke kelompok
yang dicapai siswa bersangkutan.
asal dan mempresentasikan hasil diskusi
Tahap kelima yaitu pemecahan
pada kelompok ahli. Selain itu siswa
masalah. Pada tahap ini, kemampuan
juga melakukan tanya jawab tentang
dan kemauan siswa diuji. Siswa yang
soal-soal tadi. Peran guru pada saat
telah memiliki konsep kinematika yang
proses pembelajaran berlangsung yaitu
benar,
sebagai
akan
diberikan
soal-soal
fasilitator
yang
mengatur
kinematika. Metode pembelajaran yang
terselenggaranya kegiatan kelompok,
digunakan
pada
tahap
pemecahan
dan memberikan solusi jika ada soal
masalah
ini
adalah
Metode
yang tidak dapat dijawab pada saat
Pembelajaran Koperatif tipe Jigsaw.
diskusi kelompok.
Pertama, siswa diberi soal yang konsep
Guru
dan rumusnya, ada pada bahan bacaan.
pengarahan
Kedua, siswa dibagi menjadi kelompok
dikerjakan secara sistematis, misalnya
kecil, dengan jumlah kelompok sesuai
mulai
dengan jumlah sub pokok bahasan.
mengilustrasikan
Untuk sub pokok bahasan kinematika
soal, (2) menentukan variabel yang
ada
perpindahan,
ditanyakan, (3) menentukan persamaan
kecepatan dan percepatan, (2) Gerak
yang dapat digunakan, (4) memasukkan
lurus beraturan dan berubah beraturan,
variabel
(3) Gerak jatuh bebas dan gerak ke atas,
persamaan.
maka kelompok kecil juga dibagi
kinematika yang dibuat harus memenuhi
menjadi tiga. Ketiga, masing-masing
poin-poin,
kelompok mendapatkan lembar soal
menuntut siswa menemukan langkah
yang berbeda. Keempat, siswa yang
penyelesaian
memperoleh lembar soal yang sama dari
kinematika, bukan hanya hafalan, (2)
masing-masing kelompok asal, akan
jika memungkinkan, sertakan gambar
bergabung membentuk kelompok ahli.
atau ilustrasi di setiap soal agar siswa
Kelima, di dalam kelompok ahli, siswa
dapat memahami permasalahan yang
berdiskusi untuk memecahkan soal-soal
ditanyakan. Kesalahan memahami soal
pada lembar soal. Keenam, setelah
bukan hanya berakibat pada kesulitan
diskusi pada kelompok ahli selesai,
pada saat mengerjakan soal, tetapi juga
tiga,
(1)
Laju,
juga pada
dari,
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
harus
(1)
yang
memberikan
siswa
agar
memahami
atau
permasalahan
pada
diketahui Adapun
(1)
soal
buatlah
dalam soal-soal
soal
berdasarkan
yang
konsep
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Rudi Haryadi / jigsaw 2 (2016), 87 - 98
kesalahan
pada
menentukan
Langkah-langkah tersebut, dibagi
langkah dan jawabannya, (3) urutkan
lagi menjadi beberapa lima urutan
soal dari yang sederhana hingga ke
tahapan: (1) identifikasi awal, (2)
persoalan yang lebih kompleks, (4)
penggalian
hindari penggunaan angka-angka yang
strukturisasi
rumit, yang menyebabkan siswa harus
evaluasi, (5) pemecahan masalah.
membutuhkan
saat
97
alat
bantu
untuk
ide ide
Soal-soal
dan
gagasan,
(3)
dan
gagasan,
(4)
kinematika
yang
menghitung, karena persoalan yang
ditanyakan pada siswa harus memenuhi
diberikan
poin-poin,
adalah
untuk
mengukur
(1)
buatlah
soal
yang
kemampuan konsep fisika siswa, bukan
menuntut siswa menemukan langkah
untuk mengukur kemampuan matematis
penyelesaian
siswa. Setelah dilaksanakan tahap-tahap
kinematika,
ini,
hafalan,
diharapkan
kesulitan
siswa
berdasarkan bukan
(2)
konsep
hanya
jika
berupa
memungkinkan,
memahami konsep kinematika dapat
sertakan gambar atau ilustrasi di setiap
teratasi.
soal
agar
siswa
permasalahan SIMPULAN DAN SARAN
dapat
yang
memahami
ditanyakan,
(3)
urutkan soal dari yang sederhana hingga
Simpulan
ke persoalan yang lebih kompleks, (4)
Ada tiga langkah yang harus dilakukan dalam mengatasi kesulitan siswa memahami kinematika, yaitu: (1) memperbaiki miskonsepsi pada konsep prasyarat
siswa
konstruktivisme, persoalan
dengan (2)
fisika
model
menyelesaikan
dengan
Metode
hindari penggunaan angka-angka yang rumit, yang menyebabkan siswa harus membutuhkan
alat
bantu
untuk
menghitung. Saran Adapun saran yang dapat diberikan adalah perlu kajian teori yang berbeda.
Pembelajaran Koperatif tipe Jigsaw, (3) memaksimalkan kemampuan matematis siswa
menyelesaikan
kinematika
dengan
persoalan
sistematis,
dan
memperbaiki bahasa matematika yang digunakan menjadi lebih sederhana.
UCAPAN TERIMA KASIH Kepada Dr. Heni Pujiastuti yang selama ini menjadi teman diskusi dan banyak memberikan motivasi selama penulisan.
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976
Rudi Haryadi / jigsaw 2 (2016), 87 - 98
DAFTAR PUSTAKA
Endang.2010, http://pendidikansains.blogspot.co m/2009/03/upaya-meningkatkankemampuan.html [14 Oktober 2011]. Hertiavi, dkk. 2010, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa SMP. J. Pend. Fis. Ind., Vol. 6, No. 1, Januari 2010. http://www.bimbelwww.com/ index.php/info/mana-yang-lebihsulit-fisika-kimia-ataubiologi.html [15 September 2011].
98
Wilantara, I Putu Eka. 2003, Implementasi Model Belajar Konstruktivis dalamPembelajaran Fisika untuk Mengubah Miskonsepsi Ditinjau dari Penalaran Formal Siswa. Tesis, Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, PPS IKIP Negeri Singaraja. Yunita Kurnia Sholfiani. 2006, Penyusunan Tes Diagnostik Fisika Pokok Bahasan Kinematika Gerak Lurus Untuk Siswa Kelas X SMA di Kota Semarang Tahun Pelajaran 2005/2006. Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.
Hestenes, D and Malcolm Wells. 1992, A Mechanic Baseline Test. Published in: The Physics Teacher. Imam. 2010, http://imamkerenblogs.blogspot.co m/2010/08/tips-memaksimalkan kemampuan-matematika.html [21 Oktober 2011]. Surianto. 2009, Teori Pembelajaran Konstruktivisme. http://surianto200477. wordpress.com/2009/09/17/teoripembelajaran-konstruktivisme/[14 Oktober 2011]. Supartin. 2006, Studi Deskriptif Hasil Belajar Fisika. Jurnal Pendidikan Fisika UNG MSVol3No2.
Gravity: Jurnal Ilmiah Penelitian dan Pembelajaran Fisika
ISSN 2442-515x, e-ISSN 2528-1976