PEMBELAJARAN MENDALAM UNTUK MEMAHAMI SISWA SEBAGAI PEMBELAJAR PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Moh Khoerul Anwar, S. Pd/
[email protected] / 085759761464 Mahasiswa Pascasarjana Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta
ABSTRAK
Setiap siswa memiliki kombinasi yang unik dari kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Generasi saat ini (para siswa) adalah pemimpin masa depan. Pemimpin masa depan mampu berfikir secara berbeda, bekerja dengan cara berbeda dan
berbagi kekuatan dengan cara masing-masing. Keragaman yang
bersinergi akan membantu bangsa indonesia dalam memenuhi ekonomi global dan tenaga kerja dimasa yang akan datang. Dengan adanya pemahaman kelebihan dan kelemahan siswa diharapkan mampu menjadi pemimipin yang dapat bersinergi dengan keanekaragaman yang ada di bangsa indonesia. Dari hal tersebut, indonesia membutuhkan sebuah inovasi pembelajaran yang mampu mengarahkan siswa dalam memahamai dirinya sendiri. Hal ini tampak dari Badan dunia tentang program pembangunan (UNDP) dalam Sadono (2010) menempatkan indonesia pada urutan ke 111 dari 182 negara dalam perkembangan indeks pembangunan manusia (human development index/HDI). Oleh karenanya butuh sebuah metode pembelajaran yang inovatif dan menarik untuk mengembangkan kemampuan yang siswa miliki dan pentingnya mengembangkan sebuah pembelajaran mendalam untuk memahami siswa sebagai pembelajar. Fullan dan Langworthy mengatakan
bahwa
pembelajaran
mendalam
merupakan
(2014)
pembelajaran
memanfaatkan kekuatan kemitraan baru untuk melibatkan para siswa dalam mempraktekkan
proses
pembelajaran
melalui
menemukan
dan
menguasai
pengetahuan yang ada dan kemudian menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru di dunia. Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah study dokumen dan kualitatif. Study dokumen sebagai bahan rujukan dalam melaksanakannya sedangkan data kualitatif sebagai data pendukung dilapangan. Data kualitatif ini
1
berupa hasil wawancara dengan siswa dan guru dilapangan mengenai proses pembelajaran yang dilaksanakan selama ini. Hasil dari pembelajaran mendalam untuk memahami siswa sebagai pembelajar ini berupaya meningkatkan pemahaman siswa tentang kelebihan dan kelemahannya,
pengumpulan
data
mengenai
informasi
profil
siswa
dan
pembangunan nilai kepercayaan diantara anggota kelompok belajar siswa.
Keyword
: Pembelajaran Mendalam, Siswa Sebagai Pembelajar
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan investasi masa depan bagi bangsa dan negara. Negara memiliki kewajiban untuk mendidik generasi penerus bangsa. Seperti tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, Pemerintah Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Hal ini jelas menunjukan bahwa negara ini memiliki kewajiban dalam mengembangkan potensipotensi yang dimiliki oleh generasi penerus bangsa yakni para siswa baik di jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Pendidikan merupakan konsep yang terintegrasi dan dapat berjalan dengan baik bilamana antar pihak mampu bersinergi misalnya pengambil kebijakan mampu berkolaborasi dengan guru, kepala sekolah, staff dan masyarakat. Pendidikan juga perlu menyertakan konsep budaya lokal atau norma lokal pada masing-masing daerah. Hal ini diupayakan untuk menjaga kelestarian budaya yang telah ada pada masing-masing daerah. Dengan demikian bahwa pendidikan merupakan sebuah hal yang sangat luas cakupannya dan perlu adanya kerjasama atau sinergitas berbagai pihak untuk membangun dan mengembangkan potensi yang ada pada setiap siswa. Sependapat dengan ini Pohl (2015) mengatakan bahwa pendidikan bertujuan untuk mengubah kemiskinan dan ekonomi global. Oleh karena itu, pendidikan adalah hal yang penting dan perlu didukung penuh oleh pemerintah dan semua pihak yang ingin memajukan bangsa Indonesia. 2
Undang-undang No 20
tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dan pembelajaran merupakan satu paket yang tak terpisahkan. Dimana pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan. Untuk memiliki kualitas pendidikan yang baik maka perlu konsep pembelajaran yang baik pula. Dalam hal ini penulis menggagas sebuah model pembelajaran mendalam untuk memahami siswa sebagai pembelajar. pembelajaran
Fullan dan
mendalam
Langworthy
merupakan
(2014) mengatakan bahwa
pembelajaran
memanfaatkan
kekuatan
kemitraan baru untuk melibatkan para siswa dalam mempraktekkan proses pembelajaran melalui menemukan dan menguasai pengetahuan yang ada dan kemudian menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru di dunia.Dengan pembelajaran mendalam diharapkan siswa mampu memahami kebutuhan belajar untuk dirinya dimasa yang akan datang. Selain itu, model ini diharapkan memecahkan beberapa masalah yang sedang terjadi pada saat ini di lingkungan pendidikan seperti moralitas, karakter dan lainnya. Hal ini didukung dari temuan Agustian (2008) berdasarkan analisis ESQ, ditengarai ada tujuh krisis moral di tengah-tengah masyarakat Indonesia, yaitu: krisis kejujuran, krisis tanggung jawab, tidak berpikir jauh ke depan, krisis disiplin, krisis kebersamaan, krisis keadilan, krisis kepedulian. Badan dunia untuk program pembangunan (United Nations Development Programme atau selanjutnya disingkat UNDP) dalam Sadono (2010) menempatkan indonesia pada urutan ke 111 dari 182 negara dalam perkembangan indeks pembangunan manusia (human development index/HDI). Faktor pembangunan manusia ditentukan dari hasil pendidikan yang baik. Oleh karenanya, pendidikan merupakan faktor penting dalam proses pembangunan manusia. Pusat penelitian Pew (2014) menemukan bahwa indonesia 28 %, India 38 %, Jerman 49%, Inggris 60 % dan Amerika Serikat 73% dalam bekerja keras untuk maju dalam hidup. Data tersebut menunjukan bahwa Indonesia memiliki etos kerja atau kerja keras yang cukup rendah dibandingkan negara-negara tersebut. Selain itu, pusat penelitian Pew (2014) menemukan bahwa persentase yang tidak setuju mengenai keberhasilan hidup banyak ditentukan oleh kekuatan atau faktor luar. Persentase tersebut adalah 3
sebagai berikut India 27%, Jerman 31%, Indonesia 38%, Inggris 55% dan Amerika Serikat 53 %. Data tersebut menunjukan bahwa tingkat individualis bangsa indonesia dikatakan rendah. Dengan demikian, sukses hidup menurut orang Indonesia adalah sukses secara bersama-sama. Tak ada kesuksesan individu melainkan kesuksesan individu dipengaruhi oleh berbagai faktor. Artinya bahwa kesuksesan itu didapatkan karena berbagai hal baik karena sistem pembelajaran, kebijakan sekolah, lingkungan, pola asuh keluarga dan lain sebagainya. Selain itu, salah satu faktor dalam hal kesuksesan adalah pendidikan dan pembelajaran. Pembelajaran adalah proses aktivitas kegiatan yang dilakukan secara terstruktur dan terpogram dalam desain instruksional yang menciptakan interaraksi antara sesama siswa, guru dengan siswa dan dengan sumber belajar. Maknun (2012) mengatakan bahwa konsep belajar menunjukan pada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu. Karakter dari perilaku belajar meliputi adanya perubahan intensional (pengalaman), yang bersifat positif, dan efektif. Dengan demikian, pembelajaran dapat menuntun menuju pada beberapa perubahan baik dalam pengembangan sumber
daya
manusisa,
penguasaan
keterampilan,
kebiasaan,
persepsi,
kesenangan, kompetensi, penyesuaian sosial, dan lain sebagainya. Salah satu pembelajaran yang akan diterapkan adalah pembelajaran mendalam. Fullan dan Langworthy (2014) mengatakan bahwa pembelajaran mendalam merupakan pembelajaran memanfaatkan kekuatan kemitraan baru untuk melibatkan para siswa dalam mempraktekkan proses pembelajaran melalui menemukan dan menguasai pengetahuan yang ada dan kemudian menciptakan dan menggunakan pengetahuan baru di dunia. Artinya bahwa pembelajaran mendalam itu berkaitan dengan kolaborasi dengan berbagai pihak baik siswa dengan siswa, siswa dengan guru mampun siswa dengan bahan ajar. Dengan demikian sinergitas memiliki peranan yang penting dalam membangun bangsa. Selain itu, Fullan dan Langworthy (2014) mengatakan bahwa pembelajaran mendalam meliputi proses pembelajaran praktik, penciptaan pengetahuan baru dan penggunaan pengetahuan baru, kunci keterampilan masa depan dan disposisi proaktif. Diperlukan pendekatan tertentu untuk dapat memahami siswa sebagai pembelajar. Barringer, dkk (2010) menjelaskan bahwa diperlukan sejumlah kunci untuk mengetahui siswa sebagai pembelajar yakni mengumpulkan data dari berbagai sumber (menilik pembelajaran, menilai pembelajaran) dan data kualitatif yang dikumpulkan dari berbagai sumber 4
memungkinkan kita untuk melihat berbagai kekuatan, kelemahan, dan kesempatan serta mengidentifikasi pola-pola yang membantu membuat deskripsi kaya siswa sebagai pelajar. Dengan demikian tampak jelas bahwa bangsa indonesia mengalami beberapa permasalahan baik dilihat dari indek pembangunan manusia, moralitas, pembelajaran dan pendidikan. Penulis berupaya menggagas penting pembelajaran mendalam guna mengatasi hal tersebut. Pembelajaran mendalam bersifat membangun manusia semakin memahami dirinya baik kelebihan maupun kelemahannya dengan berkolaborasi berbagai pihak. Selain itu, pembelajaran mendalam
berupaya
membangun
aspek
kreativitas,
keterampilan
dan
kepemimpinan dalam pembelajaran. Oleh karenanya, pembelajaran mendalam amat penting bagi siswa, khususnya siswa menengah pertama dalam mengembangkan potensi dan kemampuan yang dimilikinya.
METODE
Sukmadinata, N S (2012) menjelaskan bahwa pendekatan kualitatif merupakan pendekatan yang difokuskan pada sebuah fenomena yang dipilih dan dipahami secara mendalam. Yang dimaksud fenomena dalam penulisan ini adalah fenomena pembelajaran pada sekolah dan difokuskan pada pembelajaran mendalam untuk memahami siswa sebagai pembelajar. Pembelajaran mendalam menurut Ramsden dalam Laird, TF (2005) adalah penggunaan pendekatan yang berbeda oleh siswa untuk belajar, dengan hasil pembelajaran terkait erat dengan pendekatan yang dipilih dan sejauh mana siswa memilih pendekatan yang digunakannya dalam belajar. Hal ini sangat erat kaitannya dengan konsep bimbingan dan konseling belajar (academic) yang menjelaskan bahwa mengenali potensi diri untuk belajar, memiliki sikap dan keterampilan belajar, terampil merencanakan pendidikan, memiliki kesiapan menghadapi ujian, memiliki kebiasaan belajar teratur dan mencapai hasil belajar secara optimal sehingga dapat mencapai kesuksesan, kesejahteraan, dan kebahagiaan dalam kehidupannya. Data yang dikumpulkan untuk dianalisis berdasarakan pada penulisan ini diambil dari buku-buku (tercantum dalam daftar pustaka dan lampiran), jurnal, penelitian, prosiding dan internet. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dimana pendekatan ini menfokuskan pada beberapa literatur 5
baik buku, prosiding, jurnal, penelitian maupun lainnya kemudian di analisis sehingga menjadi narasi yang menjelaskan tentang hasil dan kesimpulan dari isi paper ini. Oleh karenanya, penulisan ini berupa gagasan atau ide terkait pembelajaran mendalam untuk memahami siswa sebagai pembelajar atau artikel berbasis non penelitian.
PEMBAHASAN
Fullan dan Langworthy
(2014) menjelaskan bahwa ada tiga aspek untuk
mencapai pembelajaran mendalam yakni sistem ekonomi terbaru, kepemimpian terbaru dan pedagogis terbaru. Hal ini berarti bahwa adanya kesinerginas antara ketiganya. Sistem ekonomi terbaru dapat memberikan penghasilan yang memadai untuk bangsa Indonesia; kepemimpinan terbaru artinya seorang pemimpin yang mampu mentransformasi keadaan dengan cepat dan tepat: sedangkan pedagogis terbaru berupa adanya interaksi atau hubungan yang baik antara siswa sebagai pembelajar
dan
guru
sebagai
orang
yang
membelajarkan
serta
mampu
menggunakan teknologi dalam proses pembelajaran. Dengan adanya ketiga aspek ini, pembelajaran mendalam dapat dilaksanakan dengan baik dan dapat berjalan dengan lancar. Untuk mencapai pembelajaran mendalam, Fullan dan Langworthy (2014) diperlukan adanya kemitraan pembelajaran antara siswa dan guru, restrukturisasi proses belajar terhadap penciptaan pengetahuan dan penggunaan tujuan dan alat digital dan sumber daya yang memungkinkan dan mempercepat proses
pembelajaran
mendalam.
Langkah-langkah
ini
dapat
menunjang
keberhasilan pembelajaran mendalam untuk memahami siswa sebagai pembelajar dan akan membantu siswa untuk memahami dirinya baik kelebihan maupun kelemahannya. Prosedur dan strategi yang dilakukan dalam memberikan layanan terkait pembelajaran mendalam dalam lingkup bimbingan dan konseling meliputi identifikasi kasus, identifikasi masalah, diagnosis, prognosis, tindakan remedial atau referal dan evaluasi serta tindak lanjut (Maknun, 2012). Prosedur tersebut harus dilakukan secara berurutan guna mencapai hasil yang maksimal, untuk memahami siswa, mengembangkan potensi siswa dan mengarahkan potensi yang siswa miliki. Strategi yang digunakan dalam proses layanan menurut Maknun (2012) didasarkan pada kasus dan sifat masalahnya (layanan bimbingan kelompok dan individual) dan ruang 6
lingkup permasalahan dan pengorganisasiannya (strategi bimbingan melalui kegiatan kelas, layanan khusus yang bersifat suplementer dan proses yang komprehensif melalui kegiatan keseluruhan kurikulum dan masyarakat). Dengan adanya prosedur dan strategi layanan yang jelas maka proses pelaksanaan pembelajaran mendalam untuk memahami siswa sebagai pembelajar menjadi semakin efektif dan efisien. Setiap siswa sebagai pembelajar memiliki keunikan dan afinitas (satu bidang yang ingin dicapai dengan semangat) masing-masing dalam mengarahkan dirinya sendiri dan guru memiliki kewenangan untuk mengarahkan dan membelajarkan pada siswa. Untuk memahami siswa sebagai belajar berarti memahami profil belajar yang unik dan melukis potret dari apa yang memungkinkan setiap siswa menjadi sukses, apresiasi dan keinginan untuk lebih memahami beragam pelajaran sangat penting dan menciptakan lingkungan belajar yang terpusat pada pelajar. Artinya bahwa guru perlu memahami profil atau karakter, ketertarikan dan minat belajar siswa sehingga proses pembelajaran akan berjalan denga baik dan sesuai dengan harapan siswa. Upaya lain yang diperlukan adalah mengembangkan strategi yang diperlukan untuk mendukung mereka sukses dalam mencapai harapan, memanfaatkan kedekatan siswa dapat menguatkan hubungan antara konten dan ketertarikan, membuat pembelajaran lebih relevan dan meningkatkan motivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan ilmiah. Hal ini menjelaskan bahwa guru memiliki peranan penting dalam membangun hubungan yang baik dengan siswa untuk dapat mengarahkan, memotivasi dan memberikan pelajaran yang relevan bagi siswa. Upaya tersebut bertujuan untuk memahami siswa sebagai pembelajar dan mengetahui sejauhmana guru siswa dapat belajar secara mandiri tanpa ada unsur paksaan. Hal ini penting untuk menumbuhkan rasa ingin tahu siswa saat belajar. Pembelajaran adalah proses interaksi antara guru dengan siswa untuk mengembangkan potensi yang dimiliki agar mampu bertahan hidup dan mampu berkontribusi untuk bangsa, negara dan dunia. Pembelajaran akan menjadi kebutuhan bagi siswa ketika menyadari pentingnya ilmu dan belajar. Dengan siswa memahami bahwa belajar adalah kebutuhan maka pembelajaran mendalam akan meciptakan pengetahuan baru dan diarahlkan untuk menggunakan pengetahuan baru tersebut. Proses pembelajaran mendalam untuk memahami siswa sebagai pembelajar pada siswa Sekolah Menengah Pertama dapat terlihat pada gambar 1. 7
Pada gambar tersebut tampak jelas proses pembelajaran mendalam untuk memamahi siswa sebagai pembelajar yakni langkah-langkah yang digunakan guna memilah masalah yang dihadapi siswa, selanjutnya strategi yang digunakan sebagai upaya untuk mencapai keberhasilan belajar dan menerapkan strategi berdasarkan analisis dari masalahnya. Aspek-aspek yang dituju adalah aspek pembelajaran mendalam.
Yang
mana
meliputi
proses
pembelajaran
paktik,
penciptaan
pengetahuan baru, penggunaan pengetahuan baru, keterampilan masa depan dan disposisi proaktif. Kelima aspek yang akan menjadi fokus dari konsep pembelajaran mendalam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ilmu dan belajar merupakan sebuah kebutuhan bagi siswa sebagai pembelajar.
KESIMPULAN
Pembelajaran merupakan hal yang saling berkaitan dengan lainnya baik ekonomi dan pemimpin. Seperti yang telah ditegaskan bahwa ada tiga aspek untuk mencapai pembelajaran mendalam yakni aspek sistem ekonomi, pemimpin dan pedagogisnya. Pembelajaran mendalam meliputi proses pembelajaranpraktik, penciptaan pengetahuan baru, penggunaan pengetahuan baru, keterampilan masa depan dan disposisi proaktif. Kelima hal ini yang dilakukan dalam pembelajaran mendalam. Pembelajaran mendalam merupakan sebauah metode atau cara untuk memahami siswa sebagai pembelajar. Guru
memerlukan
kunci
untuk
mengetahui
siswa
sebagai
sebagai
pembelajar. Kunci untuk memahaminya meliputi mengumpulkan data dari berbagai sumber untuk meniliki dan menilai proses pembelajaran dan data kualitatif untuk melihat kelebihan, kelemahan, kesempatan dan afinitas siswa sebagai pembelajar. Tujuan utama pembelajaran mendalam untuk memahami siswa sebagai pembelajar adalah membantu siswa memahami dirinya sebagai pembelajar untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang kelebihan, kelemahan dan afinitasnya; membangun nilai kepercayaan diantara kelompok belajar siswa; dan mampu bersinergi belajar dengan siswa lainnya.
8
Gambar 1. Proses Pembelajaran Mendalam untuk Memahami Siswa sebagai Pembelajar
Langkah-langkah
Identifikasi Kasus
Identifikasi Masalah
Diagnosis
Prognosis
Remidial
Evaluasi dan tindak Lanjut
Startegi Layanan Bimbingan
Bimbingan
Kegiatan
Individu
Kelompok
Kelas
Layanan Khusus bersifat Suplementer
Kegiatan Keseluruhan Kurikulum dan Masyarakat
Pembelajaran Mendalam
Proses Pembelajaran Praktik
Penciptaan Pengetahuan Baru
Penggunaan Pengetahuan Baru
Siswa sebagai Pembelajar 9
Keterampilan Masa Depan
Disposisi Proaktif
REFERENSI
Agustian, Ary Ginandjar. (2008). Pembentukan Habit Menerapkan Nilai-nilaiReligius, Sosial dan Akademik. Proceeding Seminar dan Lokakarya Nasional Restrukturisasi
Pendidikan
Karakter.
Yogyakarta:
Universitas
Negeri
Yogyakarta. Barringer, Mary Dean, dkk. (2010). Schools forAll Kinds of Minds. US of America: Jossey Bass. Fullan, Michael dan Langworthy, Maria. (2014). A Rich Seam How New Pedagogies Find Deep Learning. London : Pearson. Laird, Thomas F Nelson. (2005). Measuring Deep Approaches to Learning Using the National Survey of Student Engagement. Paper presented at the Annual Meeting of the Association for Institutional Research,May 14 – May 18, 2005 Chicago, IL. Maknun, A S (2012). Psikologi Kependidikan : Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung : Rosda Karya. Mendikbud. (2003). Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pohl, Florian. (2015). Proverty, Technology and Policy : Threats and Opportunities of Character Education. Proceedings International Conference on Education. 9 May 2015. Pusat penelitian Pew .(2014). Emerging and Developing Economies Much More Optimistic than Rich Countryies about the Future. Sadono, Bambang. (2010). “Problem Kependudukan”. Warta KB dan KS BKKBN Sumatera Barat Nomor 06 Tahun 2010. Sukmadinata, Nana Syaodih. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Rosda Karya. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
10
Lampiran TUGAS PEMBELAJARAN MENDALAM 1. Restruktirisasi pembelajaran siswa dari konten kurikuler (seperti tujuan atau standar kurikulum nasional) lebih menantang dan menarik. 2. Memberikan
pengalaman
nyata
dalam
menciptakan
dan
menggunakan
pengetahuan baru di dunia di luar kelas siswa. 3. Mengembangkan dan menilai kunci kemampuan masa depan, Seperti ;
Pendidikan karakter - kejujuran, pengaturan diri dan tanggung jawab, kerja keras, ketekunan, empati untuk berkontribusi terhadap keselamatan dan kepentingan
orang
lain,
rasa
percaya
diri,
kesehatan
pribadi
dan
kesejahteraan, karir dan keterampilan hidup.
Kewarganegaraan - pengetahuan global, kepekaan dan menghormati terhadap
budaya
lain,
keterlibatan
aktif
dalam
menangani
isu-isu
keberlanjutan manusia dan lingkungan.
Komunikasi - berkomunikasi secara efektif secara lisan, secara tertulis dan dengan berbagai alat digital; keterampilan mendengarkan.
Berpikir dan pemecahan masalah kritis - berpikir kritis untuk merancang dan mengelola proyek, memecahkan masalah, membuat keputusan yang efektif menggunakan berbagai alat digital dan sumber daya lainnya.
Kolaborasi - bekerja dalam tim, belajar dan berkontribusi pada pembelajaran orang lain, keterampilan jejaring sosial, empati dalam bekerja dengan beragam orang lain.
Kreativitas dan imajinasi - ekonomi kewirausahaan dan sosial, mengingat dan mengejar ide-ide baru, dan kepemimpinan untuk tindakan.
Fullan, Michael dan Langworthy, Maria. (2014). A Rich Seam How New Pedagogies Find Deep Learning. London : Pearson.
11
SISWA SEBAGAI PEMBELAJAR No 1.
Apa yang dilakukan Apa yang kita lihat ?
Apa yang kita lakukan
Bukti kekuatan, kedekatan, dan kelemahan dalam menghindari asumsi dan interpretasi awal.
Pengamatan di sekolah (di berbagai kelas, waktu yang berbeda hari, dan dari beberapa guru).
2
Apa yang kita pikirkan?
-
Wawasan dari orang tua atau pengasuh
-
Wawasan dari siswa
Mengidentifikasi pola/ tema yang muncul yang menghubungkan pola fungsi perkembangan saraf terkait. Pembentukan hipotesis tentang profil belajar siswa.
3
Apa yang kita lakukan ?
Strategi yang akan diterapkan di sekolah atau dirumah (mengenai pembahasan permasalahan belajar dengan orang tua atau pengasuh siswa )
4
Apa yang akan kitan
Mengidentifikasi/ pengecekan hasil apa yang akan
rencanakan selanjutnya
terjadi setelah kita menerapkan berbagai langkah
?
tersebut?
Barringer, Mary Dean, dkk. (2010). Schools forAll Kinds of Minds. US of America: Jossey Bass.
12