Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 1-7
PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DISERTAI TUGAS PETA PIKIRAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA Silvia Yanirawati1), Nilawasti ZA2), Mirna3) 1)
2,3)
FMIPA UNP Staf Pengajar Matematika FMIPA UNP ABSTRACT
In learning process of mathematic many of students can’t makes connection in mathematics, so that it cause ability of students mathematical connection low. This problem estimated because method and approach not enough to make students understand connection in mathematics. For that we maked research with applying contextual approach with minp map assigment. This research have something as a purpose to description development ability of students mathematical connection after applyed contextual approach with minp map assigment. Based on result of research we can description that development of students mathematical connection better than previously. Keywords : contextual approach, mind map, mathematical connection. PENDAHULUAN Sebagai orang yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran di kelas, guru matematika mempunyai peran penting dalam tercapainya tujuan pembelajaran matematika. Upaya yang telah ditempuh guru matematika adalah merancang dan mempersiapkan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan siswa serta sesuai dengan materi yang diajarkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Usaha ini belum sepenuhnya berhasil. Hal ini terlihat dari masih rendahnya persentase ketuntasan siswa dalam pelajaran matematika. Matematika merupakan suatu pelajaran yang membahas konsep-konsep yang saling berkaitan. Dengan kata lain, untuk memahami konsep yang baru diperlukan pemahaman yang baik dari konsep prasyaratnya. Ketidakpahaman siswa terhadap suatu konsep akan menyebabkan sulitnya untuk memahami konsep selanjutnya. Akibat dari permasalahan ini, siswa akan sulit mengetahui keterkaitan antara konsep yang satu dengan yang lainnya sehingga menyebabkan kemampuan koneksi matematika siswa menjadi rendah.
Kemampuan koneksi matematika dapat diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki untuk melihat keterkaitan antara konsep-konsep matematika secara internal yaitu berhubungan dengan matematika itu sendiri ataupun keterkaitan secara eksternal, yaitu matematika dengan bidang lain baik bidang studi lain maupun dengan kehidupan sehari-hari. Dalam NCTM (2000: 64) dijelaskan bahwa dengan kemampuan koneksi matematika ini siswa diharapkan dapat mengenali dan menggunakan hubungan antara ide-ide matematika, memahami bagaimana ide-ide matematika saling berhubungan dan saling mendasari satu sama lain untuk menghasilkan satu kesatuan yang utuh, serta mengenali serta menerapkan matematika di luar konteks matematika. Indikator yang menunjukkan kemampuan koneksi matematika siswa tiga yaitu :aspek koneksi antar topik matematika, aspek koneksi dengan disiplin ilmu lain, dan aspek koneksi dengan dunia nyata siswa/ koneksi dengan kehidupan sehari-hari. Berdasarkan pernyataan di atas, terlihat bahwa pembelajaran matematika akan menjadi lebih bermakna jika siswa mampu menerapkan
1
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 1-7
matematika di dalam dan di luar konteks matematika. Siswa dapat memahami bagaimana ide-ide matematika saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Di samping itu, siswa mampu memahami bagaimana ide-ide saling berhubungan dan mengenali serta menggunakan koneksi di antara gagasan matematika. Kenyataan yang ditemukan di lapangan salah satu penyebab siswa kurang berhasil dalam pembelajaran matematika adalah kurangnya kemampuan koneksi siswa dalam menghubungkan ide atau gagasan yang ada dalam matematika serta kurangnya kemampuan siswa dalam menghubungkan gagasan matematika dengan kehidupan sehari-hari. Guru berperan penting dalam memunculkan koneksi sehingga siswa tidak mempelajari matematika secara terpisah-pisah. Konsep-konsep yang telah dipelajari tidak bisa bertahan lama dalam ingatan siswa, karena konsepkonsep tersebut jarang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari yang dekat dengan mereka dan rumusrumus yang ada dianggap sebagai sesuatu yang harus dihafal. Akibatnya, kemampuan koneksi siswa belum maksimal dan semua materi yang diberikan diterima begitu saja tanpa ada tindak lanjut. Untuk mengatasi masalah di atas diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang bisa membantu siswa lebih mudah memahami konsep matematika sehingga kemampuan koneksi matematika siswa lebih meningkat. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. Sagala (2009: 87) menyatakan bahwa “Pendekatan kontekstual adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari”. Trianto (2010: 108) mengatakan bahwa “Materi pelajaran akan tambah berarti jika siswa mempelajari materi yang disajikan melalui konteks kehidupan mereka, dan menemukan arti di dalam proses pembelajarannya, sehingga pembelajaran akan lebih berarti dan menyenangkan”. Jika siswa sudah memahami materi yang dipelajarinya,
mereka akan lebih mudah menerapkan konsepkonsep yang telah dipelajari terhadap masalahmasalah yang berkaitan baik dalam konteks bidang matematika, bidang nyata maupun dalam disiplin ilmu lainnya. Dalam pembelajaran dengan pendekatan kontekstual terdapat 7 komponen utama. Di antara ketujuh komponen pendekatan pembelajaran kontekstual terdapat refleksi (reflection). Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang dipelajari sebelumnya kemudian direnungkan apakah yang telah dipelajari selama ini benar dan jika salah perlu direvisi. Salah satunya dengan memberikan tugas peta pikiran di akhir pelajaran kepada siswa. Peta pikiran adalah skema atau bagan yang mempresentasikan kumpulan ide atau himpunan konsep-konsep yang dikaitkan menjadi satu kesatuan informasi yang disajikan dengan simbolsimbol grafis seperti gambar, tanda panah, garis penghubung, dan lain-lain. Pada peta pikiran siswa bisa membuat keterkaitan antar konsep matematika yang berhubungan satu sama lain sesuai dengan pemahaman yang telah dimilikinya. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual melibatkan tujuh komponen utama, yaitu: (1) Konstruktivisme (construktivism). Komponen konstruktivisme merupakan landasan filosofis (berpikir) pendekatan kontekstual (CTL). Pembelajaran yang berciri konstruktivisme menekankan terbangunnya pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif berdasarkan pengetahuan terdahulu dan dari pengalaman belajar yang bermakna. (2) Menemukan (Inquiry). Komponen menemukan merupakan kegiatan inti CTL. Kegiatan ini diawali dari pengamatan terhadap fenomena, dilanjutkan dengan kegiatankegiatan bermakna untuk menghasilkan temuan yang diperoleh sendiri oleh siswa. (3) Bertanya (Questioning). Komponen ini merupakan strategi pembelajaran CTL. Belajar dalam pembelajaran CTL dipandang sebagai upaya guru yang bisa mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan siswa untuk memperoleh informasi, sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa. (4) Masyarakat Belajar (Learning Community). Konsep ini menyarankan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti bahwa hasil belajar bisa
2
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 1-7
diperoleh dengan sharing antar teman, antar kelompok, dan antara yang tahu kepada yang tidak tahu, baik di dalam maupun di luar kelas. (5) Permodelan (Modeling). Komponen pendekatan CTL ini menyarankan bahwa pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu diikuti dengan model yang bisa ditiru siswa. (6) Refleksi (Reflection). Komponen yang merupakan bagian terpenting dari pembelajaran dengan pendekatan CTL adalah perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang dipelajari sebelumnya kemudian direnungkan apakah yang telah dipelajari selama ini benar dan jika salah perlu direvisi. (7) Penilaian yang Sebenarnya (Autentic Assesment). Komponen yang merupakan ciri khusus dari pendekatan kontekstual adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran atau informasi tentang perkembangan pengalaman belajar siswa. Adapun dari ketujuh komponen pendekatan kontekstual di dalam pengaplikasiannya, konstruktivisme merupakan komponen yang sangat penting dan sejalan dengan peningkatan kemampuan koneksi matematika. Hal ini dikarenakan, konstruktivisme itu sendiri adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Dengan demikian, di dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk berpikir mandiri dengan membangun pengetahuan yang baru melalui pengetahuan yang telah mereka dapatkan sebelumnya baik dari segi akademik maupun nonakademik (kehidupan sehari-hari). Hal ini tentunya bermuara pada kemampuan siswa tersebut dalam menghubungkan (mengkoneksikan) antara apa yang akan mereka pelajari dengan topik-topik sebelumnya atau bahkan di luar matematika sehingga pada akhirnya siswa bisa menemukan (inkuiri) sendiri konsep, prinsip, skill yang baru. Pembelajaran dengan pemberian tugas peta pikiran terhadap Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) merupakan metode yang membantu mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa. Dengan pembelajaran ini diharapkan siswa dapat memiliki kemampuan koneksi matematika yang lebih baik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran.
METODE PENELITIAN Untuk menjawab permasalahan di atas telah dilakukan penelitian deskriptif untuk melihat perkembangan kemampuan koneksi matematika siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas VII SMP Negeri 12 Padang yang terdaftar tahun pelajaran 2011/2012. Cara pengambilan sampel dengan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan kriteria dan pertimbangan tertentu. Jenis data dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kelas sampel melalui tes awal dan tes akhir serta tugas peta pikiran untuk melihat kemampuan koneksi matematika siswa. Data sekunder adalah data jumlah siswa yang menjadi populasi dan sampel serta data Ulangan Harian 1 Semester Genap pada Pelajaran Matematika Siswa Kelas VII SMPN 12 Padang. Data yang yang diperoleh dari tes awal dan tes akhir serta tugas peta pikiran kemudian dianalisis dan di deskripsikan untuk menjelaskan bagaimana perkembangan kemampuan koneksi matematika siswa. HASIL PENELITIAN Dalam penelitian ini yang menjadi perhatian adalah kemampuan koneksi matematika siswa. Data kemampuan koneksi matematika siswa diperoleh dari tes awal dan tes akhir. Data yang diperoleh dideskripsikan untuk mengetahui perkembangan kemampuan koneksi matematika siswa kelas VII2 setelah diterapkan pendekatan kontekstual disertai pemberian tugas peta pikiran. Gambaran hasil kemampuan koneksi matematika siswa dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini: Tabel 1. Deskripsi Skor Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Kelas VII2 SMPN 12 Padang Data s2 S N Nilai Maks Nilai Min
Tes Awal 44,35 194,88 13,96 36 71,43 14,29
Tes Akhir 73,81 149,42 12,22 36 96,43 50,00
Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat dilihat ada peningkatan nilai rata-rata siswa kelas VII2 dari
3
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 1-7
44,35 menjadi 73,81 yaitu sebanyak 29,46 poin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematika siswa lebih baik setelah diterapkan pendekatan kontekstual disertai pemberian tugas peta pikiran. Selanjutnya soal tes awal dan tes akhir dikelompokkan berdasarkan aspek kemampuan koneksi matematika yang dibahas yang dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Pada tes awal aspek koneksi antar topik matematika dilihat dari soal nomor 1. Pada umumnya kesalahan siswa terjadi dalam melakukan operasi hitung aljabar. Soal 1 : Luas sebuah belah ketupat adalah 120 cm2. Panjang salah satu diagonalnya adalah 24 cm dan panjang diagonal lain (x + 6) cm. Tentukan : a. Nilai x, b. Panjang diagonal yang kedua. Tabel 2. Skor Tiap Aspek Kemampuan Koneksi Berikut contoh jawaban siswa yang Matematika menjawab benar soal nomor 1 pada tes awal. Aspek koneksi
Awal Antar topik 41,94 matematika Dengan disiplin 37,15 ilmu lain Dengan dunia 56,39 nyata/kehidupaan sehari-hari
Akhir 68,06
Selisih 26,12
84,38
47,23
71,11
14,72
Berdasarkan Tabel 2 di atas dapat dilihat bahwa skor rata-rata tiap aspek kemampuan koneksi matematika siswa setelah diterapkan pendekatan kontekstual cenderung meningkat. Dari ketiga aspek kemampuan koneksi matematika terlihat yang paling signifikan peningkatannya adalah pada aspek kemampuan koneksi dengan disiplin ilmu lain. Data lain yang menunjukkan kemampuan koneksi siswa adalah pada saat siswa diberikan tugas membuat peta pikiran di akhir pertemuan. Nilai rata-rata tugas peta pikiran siswa yang telah dibuat dapat dilihat pada Tabel 3 di bawah ini. Tabel 3. Nilai Peta Pikiran Siswa
Pertemuan ke- Jumlah siswa 1 36 52,08 3 36 70,14 5 36 77,08 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai peta pikiran siswa selalu meningkat pada setiap pertemuan. Pada pertemuan pertama nilai peta pikiran siswa cukup rendah karena siswa masih belum terbiasa membuat peta pikiran dan siswa juga belum terlalu memahami cara membuat peta pikiran. Selanjutnya dengan arahan guru siswa sudah bisa membuat peta pikiran sendiri dengan lebih baik.
Gambar 1. Contoh Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 1 Pada Tes Awal
Berdasarkan Gambar 1 di atas terlihat bahwa langkah awal yang dilakukan siswa sudah benar. Namun pada langkah selanjutnya siswa keliru dalam menyelesaikan persamaan tersebut. Langkah yang seharusnya dilkakukan siswa adalah membagi 120 dengan 12 bukan mengurangkannya. Dalam jawaban ini terlihat siswa kurang memahami cara menyelesaikan opersai hitung aljabar. Aspek koneksi antar topik matematika siswa terlihat meningkat saat diberikan tes akhir. Dari jawaban yang diberikan siswa, terlihat siswa sudah bisa melakukan operasi hitung aljabar dengan baik dan langkah pengerjaannya juga sistematis. Berikut soal dan contoh jawaban siswa soal nomor 1 yang benar pada tes akhir.
Gambar 2. Contoh Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 1 Pada Tes Akhir
4
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 1-7
Pada tes awal aspek koneksi matematika dengan disiplin ilmu lain dapat dilihat dari soal nomor 3. Pada umumnya siswa sudah bisa menjawab dengan benar luas wilayah pada peta yang berbentuk trapesium. Siswa terlihat sudah memahami cara mencari luas trapesium jika diketahui ukurannya pada gambar. Data lain yang menunjukkan aspek koneksi antara matematika dengan disiplin ilmu lain pada tes awal adalah soal nomor 4. Soal ini menguji kemampuan siswa dalam mengungkapkan kaitan antar materi segi empat dengan disiplin ilmu lain seperti fisika dan geografi. Hal ini ternyata sulit bagi siswa, terbukti dengan hanya 2 orang siswa yang menjawab soal tersebut dan 34 orang siswa lainnya mengosongkan lembar jawabannya. Dari 2 orang yang menjawab mereka hanya bisa membuat sebagian kecil kaitan antar topik matematika. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat walaupun siswa mampu mengerjakan soal nomor 3 dengan benar namun siswa tidak bisa melihat bahwa soal tersebut adalah salah satu contoh kaitan antara matematika dengan disiplin ilmu lain. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa mempelajari matematika secara menyeluruh. Siswa belum terbiasa melihat keterkaitan yang ada pada matematika dengan disiplin ilmu lain. Aspek koneksi antara matematika dengan disiplin ilmu lain siswa terlihat meningkat saat diberikan tes akhir. Dari jawaban yang diberikan siswa, terlihat siswa sudah bisa mengungkapkan kaitan antara materi segiempat dengan disiplin ilmu lain. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa pada soal nomor 4. Pada tes akhir ada 12 orang siswa yang mampu membuat sebagian besar kaitan , 22 orang siswa mampu membuat setengah kaitan, dan 2 orang mengosongkan lembar jawabannya. Pada tes awal aspek koneksi matematika dengan dunia nyata/kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari soal nomor 5. Pada umumnya siswa sudah bisa menjawab dengan benar jawaban soal tersebut. Namun dalam pengerjaan yang dilakukan siswa masih kurang sistematis. Soal 5 : Seorang petani mempunyai sebidang tanah yang luasnya 432 m2. Jika tanah tersebut berukuran panjang 24 m, tentukan : a. Lebar tanah tersebut,
b. Harga tanah seluruhnya apabila akan di jual seharga Rp 150.000,00 per m2. Berikut contoh jawaban siswa yang menjawab benar soal nomor 5 pada tes awal.
Gambar 3. Contoh Jawaban Siswa Pada Soal Nomor 5 Pada Tes Awal
Data lain yang menunjukkan aspek koneksi antara matematika dengan dunia nyata/ kehidupan sehari-hari pada tes awal adalah soal nomor 6. Soal ini menguji kemampuan siswa dalam mengungkapkan kaitan antar materi segi empat dengan dunia nyata/ kehidupan sehari-hari siswa. Ternyata siswa sudah mulai bisa melihat aplikasi matematika dengan kehidupan sehari-harinya, terbukti dengan semua orang siswa yang menjawab soal tersebut walaupun masih ada jawabannya yang kurang tepat. Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat walaupun siswa mampu mengerjakan soal nomor 5 dengan benar namun siswa tidak bisa melihat bahwa soal tersebut adalah salah satu contoh kaitan antara matematika dengan kehidupan sehari. Hal ini disebabkan karena siswa belum terbiasa mempelajari matematika secara menyeluruh. Aspek koneksi antara matematika dengan dunia nyata/ kehidupan sehari-hari terlihat meningkat saat diberikan tes akhir. Pada soal nomor 5 langkah yang dilakukan siswa dalam menjawab soal lebih sistematis daripada tes awal. Berikut contoh jawaban siswa yang benar pada tes akhir.
Gambar 4. Contoh Jawaban Siswa Soal Nomor 5 Pada Tes Akhir
5
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 1-7
Data lain yang menunjukkan kemampuan koneksi pada aspek koneksi dengan dunia nyata/ kehidupan sehari-hari adalah pada soal tes akhir nomor 6. Dari jawaban yang diberikan siswa, terlihat siswa sudah bisa mengungkapkan kaitan antara materi segi empat dengan dunia nyata/ kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari jawaban siswa pada soal nomor 6. Pada tes akhir ada 13 orang siswa yang mampu membuatan sebagian besar kaitan, 14 orang siswa mampu membuat setengah kaitan, 4 orang siswa membuat sebagian kecil kaitan dan 5 orang mengosongkan lembar jawabannya. Berikut contoh jawaban siswa yang menjawab benar pada tes akhir. Berdasarkan deskripsi di atas dapat disimpulkan aspek koneksi dengan dunia nyata/ kehidupan sehari-hari siswa lebih meningkat setelah diterapkan pendekatan kontekstual disertai pemberian tugas peta pikiran.
siswa lebih mudah mengingat materi apa yang dipelajarinya. Pada aspek koneksi dengan disiplin ilmu lain terjadi peningkatan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena sebelumnya siswa belum terbiasa melihat matematika secara menyeluruh. Siswa biasanya mempelajari matematika tanpa melihat keterkaitannya dengan bidang lain seperti fisika, geografi dan lain sebagainya. Akan tetapi selama penelitian, siswa sudah mulai mengenal keterkaitan matematika itu dengan adanya contoh yang diberikan. Pada saat tes awal siswa merasa kesulitan mengungkapkan kaitan antara matematika dengan disiplin ilmu lain. Siswa tidak tahu bagaimana cara mengungkapkan kaitan yang ada. Dengan arahan dari guru siswa mulai mengetahui contoh kaitan antara matematika dengan disiplin ilmu lain. Setelah mengetahui kaitan tersebut siswa bisa mengenal matematika lebih luas lagi. Hal ini terlihat dari tes akhir yang sebagian besar siswa PEMBAHASAN Berdasarkan analisis dan deskripsi data yang sudah mampu membuat kaitan antara materi telah dilakukan, kemampuan koneksi matematika segiempat dengan disiplin ilmu lain dengan benar. siswa setelah diberikan perlakuan lebih baik dari Berdasarkan deskripsi dan analisis data sebelumnya dan perkembangan kemampuan untuk dapat dilihat bahwa kemampuan siswa pada aspek masing-masing aspek koneksi cenderung koneksi dengan dunia nyata/ kehidupan sehari-hari meningkat. cukup baik pada tes awal. Hal ini disebabkan Aspek koneksi antar topik matematika karena sudah bisa melihat aplikasi matematika merupakan kemampuan yang sering muncul dalam dalam kehidupannya. matematika. Aspek ini dapat dilihat dari soal nomor Selama pembelajaran dengan pendekatan 1 pada tes awal. Dalam penyelesaian soal tersebut kontekstual siswa lebih banyak lagi mengetahui siswa dituntut untuk mampu menguasai materi aplikasi matematika dalam kehidupannya. Sehingga aljabar dengan baik agar bisa menyelesaikannya pada tes akhir aspek koneksi dengan dunia nyata/ dengan benar. Hal ini menunjukkan siswa harus kehidupan sehari-hari juga mengalami peningkatan menguasai materi prasyarat terlebih dahulu. dari sebelumnya. Pada tes akhir dapat dilihat bahwa rata-rata skor kemampuan koneksi siswa pada aspek koneksi KESIMPULAN DAN SARAN antar topik matematika memiliki peningkatan Berdasarkan uraian di atas terlihat bahwa sebesar 26,12 poin. Hal ini terjadi karena selama kemampuan siswa dalam aspek koneksi antar topik pembelajaran dengan pendekatan kontekstual siswa matematika, dengan disiplin ilmu lain dan dengan dilatih untuk mampu menyelesaikan soal-soal dunia nyata/ kehidupan sehari-hari siswa selama latihan yang memiliki kaitan dengan topik diterapkan pendekatan kotekstual disertai matematika lainnya. pemberian tugas peta pikiran cenderung mengalami Dengan tugas peta pikiran yang diberikan peningkatan. kepada siswa mereka bisa melihat keterkaitan antar Berdasarkan kesimpulan tersebut, topik matematika. Siswa bisa melihat apa saja yang dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. perlu diketahui agar bisa menyelesaikan soal yang Pembelajaran menggunakan pendekatan diberikan dengan benar. Peta pikiran membantu kontekstual disertai pemberian tugas peta pikiran
6
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 3 : Hal. 1-7
dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif bagi guru untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa. Guru hendaknya mampu mengajarkan matematika kepada siswa secara menyeluruh dengan memperhatikan kaitan-kaitan yang ada pada matematika. Daftar Pustaka Depdiknas. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Departemen pendidikan nasional direktorat pendidikan dasar dan menengah DePorter, Bobbi. 2002. Quantum Learning (Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan). Bandung: Kaifa
Herdian. 2010. Kemampuan Koneksi Matematika Siswa. Tersedia: (http://herdy07. wordpress. com/2010/05/27/kemampuan-koneksi matematik-siswa/), diakses tanggal Desember 2011. Muslich. Masnur. 2008. KTSP pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara National Council of Teachers of Mathematics. 2000. Principles and Standars for School Mathematics. NCTM: Reston VA Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Trianto. 2010. Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta: Kencana
7