Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 2 : Hal. 83-87
KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN METODE PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING DENGAN PETA PIKIRAN Rendya Logina Linto 1), Sri Elniati2), dan Yusmet Rizal3) 1)FMIPA UNP, email:
[email protected] 2,3)Staf Pengajar Jurusan Matematika FMIPA UNP Abstract In learning process, students look hard to connect the material they are learning with the material prerequisites that they have captured. This is because teachers rarely facilitates students to relate the material they have learned to new material. This situation is related to the ability of the connection. Connection capability is one type of mathematical thinking is divided into three aspects of the relationship between mathematical topics, the relationship between mathematics to other disciplines, and the relationship of mathematics to the real world or dayly life. This paper will discuss the ability of the connection, and one way that can be done to develop these capabilities, namely quantum teaching learning methods with mind maps. Keyword :mathematics connection capabilities, quantum teaching learning methods with mind maps. PENDAHULUAN Dalam pembelajaran matematika, materi yang satu mungkin merupakan merupakan prasyarat bagi materi lainnya, atau konsep yang satu diperlukan untuk menjelaskan konsep yang lainnya. Sebagai ilmu yang saling berkaitan, dalam hal ini siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk memecahkan persoaalan – persoalan matematika yang memiliki kaitan terhadap materi yang dipelajari sebelumnya. Kemampuan ini disebut dengan kemampuan koneksi matematika. Menurut National Council of Teacher of Mathematics (NCTM) dalam Yulianti (2005), koneksi matematika merupakan bagian penting yang harus mendapatkan penekanan di setiap jenjang pendidikan. NCTM dalam Herdian (2010) menyatakan tujuan koneksi matematika diberikan pada siswa di sekolah menengah adalah agar siswa dapat: (1) Mengenali representasi yang ekuivalen dari suatu konsep yang sama, (2) Mengenali hubungan prosedur satu representasi ke prosedur representasi yang ekuivalen, (3) Menggunakan dan menilai koneksi beberapa topic matematika, (4) Menggunakan dan menilai koneksi antara matematika dan disiplin ilmu lain.
Berdasarkan tujuan dari koneksi matematika yang diberikan kepada siswa tersebut, maka NCTM mengindikasikan bahwa koneksi matematika terbagi ke dalam 3 aspek kelompok koneksi yang akan menjadi indikator kemampuan koneksi matematika siswa, yaitu: 1) Aspek koneksi antar topik matematika (K1), 2) Aspek koneksi dengan ilmu lain (K2), 3) Aspek koneksi dengan dunia nyata siswa/ koneksi dengan kehidupan sehari – hari (K3) Kemampuan koneksi penting dimiliki oleh siswa agar mereka mampu menghubungkan antara materi yang satu dengan materi yang lainnya. Siswa dapat memahami konsep matematika yang mereka pelajari karena mereka telah menguasai materi prasyarat yang berkaitan dengan kehidupan sehari – hari. selain itu, jika siswa mampu mengaitkan materi yang mereka pelajari dengan pokok bahasan sebelumnya atau dengan mata pelajaran lain, maka pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna. Namun pada kenyataannya, dalam pembelajaran terlihat siswa masih sulit menghubungkan materi yang mereka pelajari dengan materi prasyarat yang sudah mereka kuasai. Konsep – konsep yang telah dipelajari tidak bertahan lama dalam ingatan siswa,
83
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 2 : Hal. 83-87
akibatnya kemampuan koneksi mereka belum optimal. Untuk mencapai kemampuan koneksi matematika peserta didik, dapat dilakukan dengan menerapkan metode quantum teaching. Quantum teaching mengintegrasikan seluruh komponen kelas dan lingkungan sekolah yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Quantum teaching menekankan agar siswa mengetahui bentuk nyata dari pembelajaran yang berlangsung. Siswa juga diajak untuk memanfaatkan kemampuan prasyarat mereka. Hal ini tercakup dalam langkah – langkah pembelajaran quantum teaching yang diungkapkan oleh DePotter (2010: 127) dan dikenal dengan istilah TANDUR yang merupakan akronim dari Tumbuhkan (minat dan motivasi), Alami (pengalaman belajar), Namai (menunjukkan konsep), Demonstrasikan (kesempatan berlatih), Ulangi (menyimpulkan materi), Rayakan (pengakuan/penghargaan). Pada tahap Tumbuhkan, di awal pembelajaran guru menumbuhkan minat atau ketertarikan siswa untuk belajar matematika dengan menyampaikan manfaat yang mereka peroleh setelah pembelajarn tersebut. Selanjutmya siswa diberikan pengalaman belajar dengan memanfaatkan pengetahuan yang telah mereka miliki, sehingga terjadi kaitan antara materi prasyarat siswa dengan materi yang akan mereka pelajari. Pada tahap Namai siswa diajarkan dan dibimbing untuk menemukan konsep, keterampilan berpikir, dan strategi belajar. Selanjutnya tahap demonstrasikan, siswa diberikan kesempatan untuk menerapkan pengetahuan dalam bentuk pengerjaan latihan. Pada tahap ulangi, siswa merangkum kembali pelajaran yang telah mereka pelajari. Bisa dalam bentuk catatan, ataupun mengerjakan latihan, dll. Untuk menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan siswa, berikanlah mereka penguatan positif atau pengakuan atas usaha yang telah dilakukan. Pembelajaran dengan metode quantum teaching bisa lebih efektif apabila digabungkan dengan teknik mencatat peta pikiran atau mind mapping yang berguna untuk mencatat kreatif.
DePorter (2010) mengatakan bahwa peta pikiran memungkinkan siswa untuk mengingat perkataan dan bacaan, meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisai materi, dan memberikan wawasan baru. Dengan membuat catatan dengan teknik peta pikiran, catatan yang dibuat membentuk pola gagasan yang saling berkaitan, sehingga siswa dapat mengkonstruksi ide atau konsep sendiri dan kemampuan koneksi mereka juga dapat berkembang dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Buzan (2009: 12) yang menyatakan bahwa: Mind map adalah sistim penyimpanan, penarikan data, dan akses yang luar biasa untuk perpustakaan raksasa, yang sebenarnya ada dalam otak kita yang menakjubkan. Dengan mind map, setiap potong informasi baru yang kita masukkan ke perpustakaan kita otomatis “dikaitkan” ke semua informasi yang sudah ada di sana. Semakin banyak kaitan ingatan yang melekat pada setiap potong informasi dalam kepala kita, akan semakin mudah kita “mengait keluar” apapun informasi yang kita butuhkan. Dengan mind map, semakin banyak kita tahu dan belajar, akan semakin mudah belajar dan mengetahui lebih banyak. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan kemampuan koneksi matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan metode quantum teaching dengan peta pikiran. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini digunakan gabungan antara penelitian pra-eksperimen dan deskriptif. Penelitian pra-eksperimen dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan koneksi matematika siswa setelah pembelajaran matematika dengan metode quantum teaching dengan peta pikiran lebih baik dari pada sebelum pembelajaran dengan metode quantum teaching dengan peta pikiran. Penelitian deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan kemampuan
84
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 2 : Hal. 83-87
koneksi matematika siswa setelah menerapkan metode quantum teaching dengan peta pikiran. Penelitian dilakukan di SMPN 1 Lubuk Sikaping pada kelas VIII semester II Tahun Pelajaran 2011/ 2012. Cara pengambilan sampel dengan purpossive sampling. Kelas yang memenuhi pertimbangan yaitu kelas VIII.2.RSBI. Jenis data dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kemampuan koneksi siswa yang didapatkan melalui tes awal, tes akhir dan juga dari aspek – aspek kemampuan koneksi siswa yang didapatkan melalui tes awal, tes akhir, dan peta pikiran yang dibuat oleh siswa. Data sekunder yaitu nilai ulangan mid semester I dan data jumlah siswa kelas VIII SMPN 1 Lubuk Sikaping Tahun Pelajaran 2011/2012. Prosedur dalam penelitian ini adalah melakukan skenario pembelajaran yang telah dibuat pada kelas sampel. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal tes yang dibuat berdasarkan indikator kemampuan koneksi matematika dan tugas mencatat dengan teknik peta pikiran. Hasil tes awal, tes akhir, dan tugas mencatat dengan teknik peta pikiran yang diperoleh dianalisis menggunakan rubrik penskoran yang telah disediakan. HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh deskripsi statistik perkembangan kemampuan koneksi matematika siswa kelas sampel. Dari data tersebut dilakukan perhitungan rata – rata , simpangan baku (s), dan variansi . Gambaran hasil kemampuan koneksi dapat dilihat pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Deskripsi Penimgkatan Hasil Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Kelas VIII SMPN 1 Lubuk Sikaping. Pretest Postest Data (Tes awal) (Tes Akhir) 24,94 87,07 14,57 11,61 212,15 134,77 N 22 23 Nilai Maks 56,76 100,00 Nilai Min 2,71 62,16
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa nilai rata – rata matematika siswa kelas VIII.2 mengalami peningkatan sebanyak 62,13 poin yaitu dari 24,94 menjadi 87,07. Selain data pada Tabel 1, juga dilakukan uji hipotesis menggunakan uji-t. Bedasarkan perhitungan yang dilakukan, diperoleh thitung = 23,72 dan ttabel = 1,68. Karena thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak atau H1 diterima. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematika siswa lebih baik setelah diterpkan pembelajaran dengan metode quantum teaching dengan peta pikiran. Skor tes awal dan tes akhir selanjutnya dikelompokkan berdasarkan aspek koneksi. Dari skor tersebut dilakukan perhitungan rata – rata dan simpangan baku yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut: Tabel 2. Skor Tiap Aspek Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Aspek S X Koneksi Antar Topik Matematika (K1) Disiplin Ilmu Lain (K2) Kehidupan Sehari – hari (K3)
Awal
Akhir
Awal
Akhir
46,10
83,23
25,49
14,22
17,05
91,30
17,34
12,68
6,61
87,35
8,50
21,19
Data pada Tabel 2 menunjukkan peningkatan kemampuan koneksi siswa untuk setiap aspek yang diamati. Rata – rata skor aspek kemampuan koneksi matematika siswa yang paling tinggi sebelum diterapkan pembelajaran dengan metode quantum teaching dengan peta pikiran adalah pada aspek koneksi antar topik matematika (K1) yaitu 46,10 yang kemudian meningkat menjadi 83,23 setelah diterapkan pembelajaran dengan metode quantum teaching dengan peta pikiran. Simpangan baku untuk data K1 setelah pembelajaran dengan metode quantum teaching dengan peta pikikran menjadi lebih kecil. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan koneksi antar topik matematika dalam menyelesaikan permasalahan setelah
85
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 2 : Hal. 83-87
pembelajaran dengan metode quantum teaching dengan peta pikiran hampir sama. Peningkatan skor paling tinggi adalah pada aspek K3 yaitu sebesar 80,74. Hal ini menunjukkan bahwa pada awalnya siswa tidak terbiasa menghubungkan matematika dengan kehidupan sehari – hari mereka, tetapi metode quantum teaching dengan peta pikiran telah membantu mengatasi hal tersebut. peningkatan skor juga terjadi pada aspek koneksi antar topik matematika dengan disiplin ilmu lain yaitu sebesar 74,25. Data lain yang mendukung kemampuan koneksi siswa juga diperoleh melalui tugas mencatat dengan teknik peta pikiran yang dinilai dengan menggunakan rubrik penskoran. Dari empat kali siswa mencatat dengan peta pikiran, setiap siswa memiliki bentuk peta pikiran yang beranekaragam. Data nilai peta pikiran untuk tiap pertemuan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai Peta Pikiran Siswa Pertemuan Jumlah Ke Siswa 1 21 42,42 2 23 81,25 3 20 69,38 4 dan 5 23 83,33
18,35 6,68 15,43 8,33
Berdasarkan Tabel 11, rata – rata nilai peta pikiran siswa pada pertemuan pertama masih rendah yaitu 42,42 dan mulai meningkat untuk pertemuan kedua dan kelima. Hal ini disebabkan siswa sudah memahami cara membuat peta pikiran. Berikut adalah salah satu contoh peta pikiran yang dibuat oleh siswa.
Gambar 1. Peta Pikiran Unsur – unsur Limas
PEMBAHASAN Berdasarkan deskripsi dan analisis data yang dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa kemampuan koneksi matematika siswa setelah menerapkan pembelajaran quantum teaching dengan peta pikiran lebih baik daripada sebelum menerapkan pembelajaran metode quantum teaching dengan peta pikiran . Hal ini dapat dilihat dari nilai postest siswa yang mengalami peningkatan dari nilai pretest. Untuk aspek K1 mengalami peningkatan sebesar 37,12, untuk aspek K2 mengalami peningkatan sebesar 74,25, dan untuk aspek K3 mengalami peningkatan sebesar 80,74. Sebelum pembelajaran quantum teaching dengan peta pikiran siswa masih kesulitan untuk memahami dan menerapkan konsep matematika dalam mengerjakan soal latihan. Siswa lebih suka menyalin pekerjaan teman atau menunggu soal latihan tersebut dibahas secara bersama – sama di kelas. Siswa tidak bersemangat untuk mengerjakan latihan soal. Pembelajaran metode quantum teaching dengan peta pikiran memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat matematika secara menyeluruh. Pada awal pembelajaran, pada tahap Tumbuhkan siswa diajak untuk mengetahui apa manfaat yang mereka dapatkan dalam kehidupan mereka dari apa yang akan dipelajari. Hal ini menyebabkan siswa tertarik untuk memikirkan hubungan antara topik dalam matematika dengan kehidupan sehari – hari siswa atau bahkan hubungan antrar topik matematika dengan di luar matematiika. Pada tahap demonstrasi, siswa diberikan kesempatan untuk terlibat langsung dalam pembelajaran sehingga siswa lebih memahami tentang apa yang sedang mereka pelajari. Pada tahap ulangi, siswa merangkum apa yang mereka pelajari hari itu dalam catatan peta pikiran (mind mapping). Peta pikiran ini membantu siswa meningkatkan pemahaman terhadap suatu materi, membantu mengorganisir materi, dan memberikan gagasan baru. Setelah selesai, peta pikiran akan membentuk sebuah pola yang saling berkaitan. Hal ini membuat
86
Vol. 1 No. 1 (2012) : Jurnal Pendidikan Matematika, Part 2 : Hal. 83-87
siswa melihat keterkaitan antara topik yang satu dengan topik yang lainnya (aspek K1). Ditinjau dari aspek koneksi antar topik matematika (K1), kemampuan siswa mengalami peningkatan. Peningkatan ini tentu saja disebabkan oleh metode mencatat peta pikiran dan latihan – latihan soal yang dikerjakan oleh siswa selama pembelajaran. Peningkatan aspek koneksi dengan disiplin ilmu lain (K2) dan dunia nyata siswa (K3) terjadi karena cabang – cabang pada peta pikiran yang berkorelasi dengan dunia di luar matematika. Selain itu, peningkatan aspek K2 juga disebabkan oleh latihan – latihan soal yang dikerjakan oleh siswa, dan penekanan yang diberikan oleh guru tentang hubungan antara matematika dengan kehidupan sehari – hari dan disiplin ilmu lain pada tahap Tumbuhkan pembelajaran dengan metode quantum teaching sehingga siswa merasa dekat dengan kehidupan sehari – harinya. Walaupun awalnya keadaan tersebut merupakan hal baru bagi siswa, tapi lama kelamaan mereka mulai menyadari bahwa matematika merupakan satu kesatuan yang utuh. Hal ini sesuai dengan pendapat Buzan (2006: 40) bahwa : “Peta pikiran memungkinkan kita melihat gambaran keseluruhan pada setiap waktu, dan memungkinkan kita melihat hubungan – hubungan atau keterkaitan – keterkaitan yang ada.” KESIMPULAN Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan koneksi matematika siswa setelah pembelajaran dengan metode quantum teaching dengan peta pikiran lebih baik daripada sebelum penerapan metode quantum teaching dengan peta pikiran. Selain itu, kemampuan siswa dalam aspek koneksi antar topik matematika (K1), dengan disiplin ilmu lain (K2), dengan kehidupan sehari – hari siswa (K3) selama diterapkannya pembelajaran dengan metode quantum teaching dengan peta pikiran cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan simpulan di atas, maka disarankan kepada guru agar dapat menggunakan metode pembelajaran quantum teaching dengan peta pikiran sebagai salah satu
alternatif untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa. Sekain itu, untuk dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa menjadi lebih baik lagi, sebaiknya siswa dilatih secara rutin dalam mengerjakan soal – soal kemampuan koneksi matematika. DAFTAR PUSTAKA Arlianti, Nofyta. 2010. Makalah Evaluasi Kemampuan Koneksi. http://nofytaarlianti.wordpress.com/2010/1 2/15/makalah-evaluasi-kemampuankomunikasi/ (diakses tanggal 28 November 2011) Buzan, Tony. 2009. Buku Pintar Mind Map. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. DePorter, Bobbi dkk. 2010. Quantum Teaching “Mempraktikkan Quantum Teaching di Ruang – Ruang Kelas”. Bandung: Kaifa. Herdian. 2010. Model Pembelajaran Mind Mapping. http://herdy07.wordpress. com/2010/05/27/ kemampuan-koneksimatematik-siswa/ (diakses tanggal 21 November 2011). Sugiman. 2008. Koneksi Matematik dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Pertama. Yogyakarta: FPMIPA UNY. Yulianti, Kartika. 2005. Menghubungkan Ide – Ide matematik Melalui Kegiatan Pemecahan Masalah. Bandung. FMIPA UPI.
87