PEMBAHASAN M U M
Hubungan Anatomis-Fisiologis Sambungan Dari serangkaian percobaan yang telah dilakukan untuk mempelajari penyebab lambatnya pertumbuhan bibit sambung-pucuk, beberapa faktor penting yang menyebabkan terjadinya kondisi tersebut telah teridentifikasi. R a n w a n percobaan ini termasuk usaha untuk memperbaiki kondisi tersebut, sebagai kajian
awal untuk mendapatkan cara mengatasinya. Percobaan pertama mengenai simulasi pelukaan pada sernai manggis
memberi petunjuk Mwa sernakin muda umur tanaman, sernakin besar harapan
untuk bpat pulih seperti sediakda. Ini berarti bahwa penyambungan pada bibit manggis sebaiknya dilakukan pada umur sedini munglun. Narnun pada teknik
sambung-pucuk, hal ini baru &pat dilakukan bila diameter semai telah mencapai ukuran siap sambung yaitu pada urnur 24-36 bulan. Kondisi semai pada saat itu
telah r d a i berkayu dan menyebabkan penyembuhan lukanya berlangsung lambat, bahkan setelah sembuh seringkali meninggalkan k k a s luka atau cacat yang permanen. Karena itu usaha penyambungan pada urnur dini dilakukan pada
percobaan terpisah dengan memodifikasi teknik penyambungan.
Dari percobaan berikutnya mengenai perhutan j aringan pembuluh pada bibit sambung-pucuk manggis, diketahui beberapa faktor menjadi penyebab lambatnya pertumbuhan. Ketidaktepatan kontak kambium antara batang bawah dengan batang atas merupakan faktor utama yang dapat terdeteksi secara anatomis. Mismutch ini bahkan disebabkan oleh beberapa karakter tanaman manes sendiri seperti: bentuk penampang melintang entris dm batang bawah
yang krbeda, jaringan korteks yang tebal pada entris, posisi sumber entris pada
pohon induk, dan terpelintirnya jaringan pembuluh pada entris plngiotrop.
Teknik smbung-pucuk (wedge grafiing) juga mengahbatkan kontak kambium antara batang abs dengan batang bawah ti& optimal. Untuk memperkuat hasil pengamatan secara anatomis, analisis fisiologi dari beberapa senyawa penting yang ditranslokasikan melalui sambungan dilakukan selama proses pertautan sambungan berlangsung. Pada bibit-sambung berbatang tunggal, data kandungan auksin dm sitokinin menunjukkan pola turun-
naik yang seirama, sejalan dengan pembentukan kalus dm diferensiasi kalus menjadi kambium. Kandungan giberelin dan unsur hara pada bagian pucuk dan
helai daun relatif stabil selama proses pertautan sambungan berlangsung, tetapi kandungan gula terlarut pa& pemkamn mengalami peningkatan mencolok yang diduga terjadi karena perombakan cadangan karbohidrat pada batang bawah. Peningkatan kandungan fenol dan potensial air daun pada bibit sambung-pucuk berbatang tunggal menunjukkan bahwa tanaman mengalami cekarnan (stress)
akibat proses penyambungan yang dilakukan. Narnun pada bibit berkakiganda, kandungan fenol dan potensial air daun lebih rendah daripada bibit berbatang tunggal. Tampaknya pemmbahan batang penunjang pada bibit berkakiganda
relatif membantu memperkuat ketahanan bibit selarna masa penyambungan. Dari pengujian lanjutan kandungan fenol pada daetrth di sekitar sambungan, diketahui bahwa total fenol yang terdeteksi pada jaringan di atas sambungan (entris) jauh lebih tinggi daripada di daerah sambungannya sendiri dan jaringan di bawah sambungan yaitu baturut-turut sebesar 35,5%, 23,2% clan 10,3%. Hal ini
memberi konfmnasi bahwa jaringan batang atas mengalami cekaman lebih berat.
buhan htang p o k o h p Dalam percobaan dengan maggunakan beberapa anggota kerabat C l u s h , drperoleh hasil yang cukup mernberi harapan
Beberapa batmg-asuh kerabat Clusiaceae dapat mendorong pertumbuhan bataug
pokok manggis lebih cepat, walaupun pertautan keduanya bersifiit semi-kompa-
tibel. Namun dari hasil pengamatm bingga 20 bulan sctclah penyambungan, bebrapa bibit kombinasi [Garcinia mungostana
+ Clusiaceae] tampak
dapat
t u m W lebih baik danpada kombinasi [G. mangostam + G. mnrzgostn~sen&.
Selanjutnya bib dikehen*
bibit sambung-asuh ini dapat disambung-pucuk
dengan entris dewasa dari pohon yang sudah berbuah, sebjngga memmghkan
memperoleh b i b i t - d u n g yang cepat pertumbuhamya dan cepat berbuahnya.
Peagembangan Iiasil Temuan Prospek Bibit-sambung Selama ini calon pekebun manggis di'buat
bingung
dengan dikotomi bibit-
semai dan bibit-mbung. Kerancuan bemula dari brbagai pendapat rnengenai keunggdan dan kelemahan kedua jenis bibit ini, sehhgga timbd keberpibakan pa& salah satu jenis.
Hal hi akan menimbdkan masalah yang cukup serius
bilamana diperlukau suatu kebijakan penydaan bibit manggis dalam skala besar dm h. Bibit-sarnbung selama ini diketahui cepat berbuah tetapi sangat lambat pertumbuhannya, sehingga dinilai tidak cukup prospektif d a b jangka panjang.
Dalam tahun-tahun awal setelah penanaman di lapangan, bibit-sambung dapat 144
menghasilkan panen lebih cept daripda bibit-semai
Namun diiperkirakan
setelah 10 tahun, produksi bibit-sernai akan jauh melampaui bibit-sambung karena pertumbuhan fisik pohonnya yang lebih kuat. Pertunbagan ini yang mendasari keputusan negara jiran seperti Malaysia clan Thailand untuk menggunakan hi-semai dalam bakebun manggis secara komersid.
Berdasarkan has3 penelitian hi, kelemahan-kelemahan bibit-sambung sehamya dapat diatasi dengan ~elakukanpengenalan bahan tamman dan
palmkin teknik menyambung. Karena karakter tanaman manggis yang khas,
rnaka teknik penyambungan harus disesuaikan dengan kemkmnya tersebut.
Selain genggunaan bahan entris secara selektif, terbuka peluang untuk membuat bibit berkakigmda dengan mnggunakan hatang asuh dari kerabat Clusiaceae.
Batang asuh ini dapat bersifst sementara untuk mendorong pertumbuhan b a a manggis selama di pembibitan, tetapi ti&
tertutup kemungkhm untuk tetap
memperhha&amya hidup berdampingan di lapangan selarna tidak menyaingi batang pkoknya.
kdasarkan pola tumbuh bibit-sambung yang kompak clan ringkas, cara
budidaya di lapangan &pat mengadaptasi p l a jarak tanam rapat (high &nsiiy planring). Bila b t e r tajuk pohon pada umur delapan tahun hanya berkisar 2-3 meter, malca hingga umur 10-12 tahun dapat dianjurkan penmaman dengan jarak tanam awal 3 m x 4 m, lalu setelah 15 tahun Jarak tersebut dapat dijarangkan
menjadi 6 m x 4 m dengan cara membuang satu baris tamman Popuki awal800
tanaman per hektar secara bertahap akan dikurangi menjadi 400 tanaman per hektar. Hasil produksi per whoa yang relatif kecil (dibmdmgkan pohon a d biji) dapat dikornpensasi dengan populasi tanaman yang tinggi per satuan luas.
Modifikasi Teknik Penyambungan Seperti telah diulas s e k l m y a bahwa keunikan tanaman manggis
memerlukan teknik penyambungan khusus yang sesuai dengan karakternya. Cara d u n g - p u c u k yang lazim diterapkan S a r a sukses pada tanaman buah b y a , ternyata kurang sesuai untuk tamman yang tumbuh ladat seperti manggis.
Kontak karnbium yang opt* ti&
merupakan &tor utama agar perhmbuhmya
terhanbt. Karena itu model irisan haji (V) pada entris yang disisipkan
pada celah (T)pada btang bwah perlu dimodj£ikasi Beberapa model teoritis
yang m e m M a n kontak kambium optimal secara sepintas telah disinggung di
muka, narnun memerlukan uji c o b lebih h j u t karena pelakmmmya tidak
sederhana Bilamana cara dung-pucuk ini tetap dipergunakan, maka pengetahuan mengenai kmkter hahan tananaan manggis mnjadi sangat penting untuk diketahui. Pemilihan bahan entris menjadi suatu tinjauan tersendiri yang perlu
diperdalsm. Selain itu cara melakukan pengirisan entris, penyesuaian posisi dengan lingkaran jaringan pembuluh htang bawah, dan cara penyisipannya
memerlukan ketmmpilan khusus, melebihi cara penyarnbungan yang sama pada jenis buah-buahan lainnya
Perihal b a l m entris plagiofrop yang terpelintir pada pohon induknya, kemungkinan dapat diatasi dengan behapa cara. Biasanya bahan entris diambii sepanjang satu buku (apW)clan satu ruas, sedangh pelinthan jaringan
pembduh justru terjadi pada pangkal ruas pertam hi, yang lazimnya menjadi
posisi pembuatan bidang irisan baji untuk menyisipkan entris.
Kawm itu
Poerwanto R (2002, komunikasi pribdi) menyarankan cara menghjndari jaringan
yang terpelintir ini adalah dengan memotong bdxm errtris 1-2 cm di bawah buku
kedua yang memang relatif tidak terpelintir. Ini baarti bahwa entris terdiri dari dm buku (dengan dua pasang helai daun) dan irisan bidang bji & i t tepat di bawah buku kedua. Ahernatif lain yang disarankan oleh Widodo WD (2002, komunikasi pribadi) adalah dengan membuang helai dam atas (vertikal) pada saat tunas entris plagiotrop trubus, sehngga pada saat &un menjadi dewasa tidak
m e n g a k i i hatang entrisnya terpelintir oleh bmtambahnya bobot dam Alternatif yang lebih sesuai untuk mempercepat pertumbuhan bibit
manggis adahh model semai berkakiganda. Model ini merupakan kombinasi antara t
m semai (seedling) yang djladukan &%an penyambungan
(grafting) batang penunjang, sehingga menjadi grafted seedlings. Cara ini dapat
dhkukan pada semai yang masih sangat muda sekitar 3-6 bukur seyk menyemai
biji
Tujuannya adalah mempersiapkan permukrtan perakaran yang lebih luas
selagi semi masih menyusu pada keping bijinya Pada saat pemdiaan hbohidrat biji habis, diharapkan perakatan yang luas dapat rneningkatkan
serapan air clan unsur ham dari tanah. Dalam p e r c o b pendahuluan disertasi ini telah dicoba mernbuat semai berkaki-ganda 2, 3, 5, dan 7. Prosedur -yam
bungan semi berk&ganda dapat dilihat pada Lampiran 7. Dalam percobaan ini
Wrryadiuata et d.(2001) melaporkan bahwa pertumbuhan yang optimal dicapai oleh bibit berkaki-dua dilihat dari aspek kecepatan trubus dan pertumbuhan vegetatifhya, sedangkan bibit berkaki-lima dan berkaki-tujuh sudah ti&
efektif
karena behapa kakhya mengalmi kernatian sebgai akibat persaingan t m b h =-ya
Kendah-kendah yang Diholdslpi Kendala Pertumbuhan Bibit Sambung-pucuk di Lapangan Penampilan sosok tanaman mmggis sambungan yang telah kberapa tahun ditanam di lapangan sangat berbeda dengan sowk tanaman asal biji. Tajuk tanaman sambungan pada umurnnya
tumbuh d
u
k dan melebeu, tanpa ada
hatang tegak yang dominan (central leader), sernentara tanaman asal biji hampir seluruhnya tumbuh tegak dan simetris mmbentuk tajuk siliradris atau kewut. Beberapa penampilan tanaman sambungan di lapangan dapat ditihat pada
Gambar 43.
Kelainan bentuk pertumbuhan tajuk tanaman sambuugan diduga
erat hubungamya dengan pernilihan entris plagiotrop dan cars menyambung yang kurang tepat seperti telah dibahas dimuka.
Hambatan yang terjadi pada btas sambungan seringkali nmimbulkm
pembengkakan batang. Bila pertumhhan batang bawahnya lebih aktif, maka pembengkakan terjadi pada titik d u n g batang bawah.
Senyawa-senyawa
penting yang diperoleh dari akar seperti air, hara, giberelin dan sitokinin, akan
mnumpuk pada hatang hawah sebagaimana tehh diungkapkan oleh Andrews
dan Marquez (1993).
Sehdiknya bib entris lebih aktif tumbuh, maka terjadi
penumpukan senyawa-senyawa yang dihasilkan oleh hjuk seperti auksin dan
karbohidmt pada bagian pangkal entris. Senyawa-senyawa penting yang terhambat oleh pertautan SaMbungan yang tidak sempurna akan mncari jalan lain seperti tumbuhnya tunas-tunas air tepat di bawah batas sambungan (Gmbar 44). Turnbuhnya tunas air ini diduga & i t akmdasi air, ham dan sitokinin yang dibantu dengan energi dari p m -
bakan -an
karbohidrat pada bahcg b a d . Pada kondisi yang kondusif, 148
Bekmgan Gambm: (a) Bwrtulr hjuk m m m
(b) Bentwk Qjuk redah membdat
5-6 tunas air dapat tumbuh secara simultan pada saat yang sama. Apabila tidak
segera dl-,
pertumbukan tunas air ini akan lebih dominan daripada perturn-
buhan entris yang disambung. Di lapangan sering dijumpai seolah-olah bibitsambung tumbuh tegak l w . Padahal yang sebenarnya terjadi adalah tunas air
telah mengambil alib fungsi central leader dari entris yang tumbuh pasif (Gambar 45). Entris yang pertumbuhamya terhambat pada umumnya mengalami
pemndekan ruas.
Kada@ah ruas-ruas tersebut demikian pendek sehingga
dam-daunnya mengecil dan tumbuh bertumpuk (rosette), Bahkan seringkali dam-daun kecil ini berguguran dan meninggdkan bekas hdca tangkm daun (leaf
scm) yang berhiqitan. Pemndekan ruas ini kernungkmn disebabkan oleh terhmhtnya pasokan g i k h dari aka- ke entris, akibat pertautan sambungan
yang ti& s e m p w
Kendala dalam Pelaksanaan Penelitian Ketrampilan grafting merupakan suatu fhktor yang mne~~tukan
keberhasih penyambungan tanaman. Didalamnya terkandung suatu nilai seni (art), yang m p a k a n keunikan dari orang yang magerjahmya. Karen. itu pengerjaan penyarnbungan idealnya dikerjakan oleh satu tangan agar hilnya
relatif seragam Dalam pernotretan armtomi sambungan tanaman, individu tan-
hams
didestruksi untuk &hat menjadi preparat yang dapat diamati. Untuk pengamatan lanjutan pada bulan-bulan krikutnya digmidm individu tanaman yang berbeda
dari perlakuan yang sama. Metode pengamatan seperti ini menyebabkan tanaman
perlakuan harus t d i a dahm jumlah kinyak. Hal ini menjadi kendala karena 15 1
keseragaman pertumbuhan individu bibit mmg& di lapangan sulit dikontrol, terutama bh bahan tanaman terbatas jumhhnya. Selain itu pengamatan sekuen-
sial terhadap individu tanaman yang k k d a mernbuka peluang tejadinya bias data yang disehabkan oleh perkdaan individu tanaman. Idealnya adalah bila individu tanaman &pat diadsis secara berkesbmbungan tanpa harus mendest r u k s i i Untuk itu diperlukan suatu metode anahis non-destruktif, tetapi mampu mmperoleh data perkembangan i n t d tamman, khummya mengenai
proses pertautan sambungan.
Bekrapa teknologi mutakhir seperti Ultrasourad, CT-Scan, ataupun Magnetic Resonance Imaging (MRI) membuka peluang dilakukamya analisis
jaringan internal tanaman tanpa harus melakukan destruksi individu hmmannya Ketiga alat canggih tersebut digunakan dalam &nu kedokteran untuk rnendiagnosis jaringan di dalam tubuh musk
Teknologi U h u n d kbih dikenal
sebagai ulfrasonography (USG) yang sering digunakan untuk pemeriksaan janin
dalam kandungan.
Dalam proyek pemetaan anatomi manusia, Spitzer dan
Whitlock (1 998) mengemukakan bahwa CT-Scan dapat dioptimalkan untuk
memvisuaki bagian yang keras semi tulang, sedmgkan MRI digunakan untuk 'memotret' jaringan yang lunak. Dalam ha1 pengamatan secara mikroskopik, teknk pengambh gambar
haw diusahakan secara & e r h elisien, dm seteliti mungkin. Penggunaan
kamera konvensional dengan &n negatif untuk pengambh gambar secara mosaic, menjadi rumit dan tidak praktis. Pengaturan cahaya secara manual membuat potongan gambar pada obyek yang sama berbh-kda warnanya
Setelah jiltn dicuci dm dicetak, potongan-potongan gambar hams direkatkan
satu-persatu sehingga menjadi garnbar utuh, lalu dips dengan scanner agar dapat disimpan daIam memory komputer. Akan jauh lebih praktis jika tersedia
peralatau mikroskop yang dilengkapi dengan digital camera yang ti&
membutuhkan film. Gambar mosaic akan tersimpan dalam memory kamera, lalu dengan mudah di-downl~adke hurddisk komputer.
Selanjutnya potongan-
potongan gambar dapat disusun dengan cepat menggunakan program software
Photo Stitch. Analisis fiiologi yang menyangkut senyawa-senyawa dalam jumlah sangat kecil memer1uka-n k e t e b khuflls d a b pengerjaannya, muhi dari
penyiapan khan tanaman di lapangan hingga pelaksanaan mahis di laboratorium. Pemilihan metode mahis yang digunakan juga ditemtulran oleh
kemarnpuan alat dan ketersediaan bahan kimia. Beberapa data pengamatan menunjukkan inkonsistensi yang mungkin disebabkan rnetode pengambilan dan
waktu pengerjaan sampel yang tidak
~~
Analisis lab untuk seluruh
perlakuan seyogyanya dapat dihkukan pacia saat yang sama sehingga rnengurangi resiko perbdaan & i t
dari waktu pengerjaan analisis sampel yang b e r k h