46
PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu dilakukan suatu pemeriksaan pucuk. Kegiatan analisis hasil petikan ini merupakan kegiatan awal dalam pengujian mutu tanaman teh. Kondisi pucuk mulai dari dipetik sampai ke pabrik harus dalam keadaan utuh, agar potensi produksi tetap tinggi. Kualitas teh selain dipengaruhi oleh cara pengolahan dan alat-alat yang dipergunakan, juga dipengaruhi oleh keadaan bahan dasar pengolahan yaitu pucuk hasil pemetikan. Pabrik pengolahan tidak dapat meningkatkan mutu teh apabila bahan dasar pembentuk teh dalam keadaan kasar dan rusak akibat pemetikan yang tidak tepat. Sistem petikan mempengaruhi jumlah daun muda dan daun tua serta ranting pucuk yang didapat (Pusat Penelitian Teh dan Kina, 1996). Tujuan dari proses analisis hasil petikan adalah mengetahui kesehatan tanaman di kebun, jenis petikan yang dilakukan serta untuk mengetahui pucuk yang akan diolah sudah memenuhi syarat atau belum sehingga dapat diperkirakan hasil dari olahan pucuk teh tersebut. Analisis hasil petikan terdiri atas analisis petik dan analisis pucuk.
Analisis Petik Analisis petik merupakan suatu kegiatan pemisahan pucuk hasil pemetikan yang didasarkan pada jenis pucuk atau rumus petik dan dinyatakan dalam persen. Tujuannya adalah menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan baik sistem pemetikan yang dilakukan, siklus petiknya, keterampilan pemetik serta untuk menilai kondisi kesehatan tanaman. Pelaksanaan analisis petik dilakukan di kebun, dengan tujuan untuk mengetahui apakah siklus petik, kesehatan tanaman dan standar pemetikan telah
47 sesuai dengan yang telah ditetapkan. Analisis petik di Unit Perkebunan Bedakah tidak ada standarnya, namun selalu diharapkan hasil analisis petik dapat mencapai lebih dari 50 %. Analisis petik di Unit Perkebunan Bedakah dilakukan hanya sesekali saja, guna mengontrol kondisi kesehatan tanaman. Penulis melakukan pengamatan analisis petik disemua blok dari bulan April hingga Mei. Hasil komposisi pucuk dari analisis petik dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Komposisi Pucuk Hasil Analisis Petik di UP Bedakah Blok Rinjani Bismo Argopuro Kembang Mandala Muria Rata-rata
Pucuk Halus 3.53 4.04 4.04 4.56 4.56 4.06 4.13
Komposisi Pucuk (%) Pucuk Medium Pucuk Kasar 56.06 30.80 55.55 30.80 51.01 35.35 48.73 36.04 47.71 37.05 46.70 39.08 50.96 34.85
Pucuk Rusak 6.06 7.07 5.55 6.59 7.61 7.10 6.66
Sumber: Data Primer Pengamatan Penulis Bulan April – Mei, 2010
Komposisi pucuk berdasarkan Tabel 9 di atas diambil dari klon Gambung pada ketinggian tempat yang berbeda. Dari data analisis petik di atas untuk persentase pucuk halus rata-rata sebanyak 4.13 % sedangkan toleransi pucuk halus sebesar 5 %, sehingga petikan yang dilakukan masih tergolong benar. Persentase pucuk halus apabila lebih dari 5 % maka pemetikan yang dilakukan oleh pemetik tergolong salah, sebab pucuk teh yang seharusnya belum saatnya untuk dipetik justru ikut terpetik. Rata-rata persentase pucuk medium masih lebih tinggi dari pada rata-rata persentase pucuk kasarnya, sehingga masih lebih banyak pucuk pekonya dari pada pucuk burungnya. Kondisi kesehatan tanaman di masing-masing blok tergolong sehat, sebab persentase pucuk mediumnya masih lebih tinggi dari pada pucuk kasarnya serta persentase terserang penyakit cacar daun teh masih rendah, yakni tidak melebihi 10 %. Data komposisi pucuk hasil analisis petik dapat dilihat pada Lampiran 10.
48 Faktor-faktor yang mempengaruhi analisis petik antara lain gilir petik, cara pemetikan serta tahun pangkas. Gilir petik. Analisis petik juga dipengaruhi oleh gilir petik. Gilir petik yang semakin pendek akan menghasilkan pucuk yang semakin halus. Berikut adalah analisis petik berdasarkan gilir petik untuk masing – masing blok sesuai dengan ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Analisis Petik Berdasarkan Gilir Petik Ketinggian Tempat (m dpl)
Blok Rinjani Bismo Argopuro Kembang Mandala Muria
1227 – 1300 1325 – 1353 1306 – 1420 1353 – 1472 1445 – 1743 1743 – 1950
Gilir Petik (hari) Rencana Realisasi 10 12 10 12 12 14 12 16 12 16 12 17
Analisis Petik (%) 56.81 54.54 50.25 47.71 47.20 46.95
Sumber: Data Primer Pengamatan Penulis Bulan April – Mei, 2010
Pada Tabel. 10 terlihat bahwa realisasi gilir petik di Unit Perkebunan Bedakah sangat bervariasi, yakni berkisar 12 – 17 hari. Semakin tinggi lokasi kebun dari permukaan laut, maka intensitas cahaya matahari semakin berkurang serta suhu akan cenderung rendah, sehingga akan berpengaruh pada kecepatan pertumbuhan pucuk. Kecepatan pertumbuhan pucuk ini dipengaruhi oleh pucukpucuk yang tertinggal pada pemetikan sebelumnya. Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa dengan gilir petik yang pendek, maka akan dihasilkan pucuk yang semakin halus. Blok Rinjani dengan gilir petik ratarata 12 hari menghasilkan analisis yang cukup tinggi, yakni 56.81%, sedangkan blok Muria dengan gilir petik rata-rata 17 hari menghasilkan analisis petik sebesar 46.95 %. Data yang diambil pada Tabel 10 berdasarkan blok yang memiliki klon yang sama yaitu klon Gambung serta pemetikan secara manual. Hal ini dilakukan, agar lebih memperlihatkan hubungan gilir petik dengan analisis petik tanpa pengaruh faktor lainnya. Data analisis petik berdasarkan gilir petik dapat dilihat pada Lampiran 11.
49 Cara pemetikan. Mutu pucuk yang baik dapat dihasilkan bila pemetikan dilakukan secara benar. Walaupun menggunakan alat bantu untuk meningkatkan kapasitas pemetik, tetapi standar mutu pucuk harus tetap dipertahankan, sehingga mutu pucuk yang dihasilkan akan tetap baik (Dalimoenthe dan Johan, 1999). Pengamatan analisis petik berdasarkan cara pemetikan dilakukan di blok Bismo pada bulan Maret – Mei 2010. Analisis petik berdasarkan cara pemetikan secara mekanis dan secara manual dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Analisis Petik berdasarkan Cara Pemetikan Cara Pemetikan Manual Gunting Sumber Keterangan
Bobot sampel (g) 200 200
(n) 3 3
Pucuk Halus 2.55 tn 1.87 tn
Analisis Petik (%) Pucuk Pucuk Medium Kasar tn 56.79 24.19 tn 49.05 tn 27.94 tn
Pucuk Rusak 16.49 * 20.94 *
: Data Primer Pengamatan Penulis Bulan Maret - Mei, 2010 : tn pengaruh cara pemetikan tidak berbeda nyata terhadap analisis petik pada uji t dengan taraf 5 %, n jumlah contoh
Pada Tabel 11 terlihat bahwa pemetikan dengan menggunakan gunting petik tidak menyebabkan perbedaan hasil analisis petik untuk pucuk halus, pucuk medium dan pucuk kasar. Pemetikan dengan menggunakan gunting memberikan pengaruh yaitu persentase kerusakan pada pucuk teh lebih tinggi dari pada pemetikan secara manual. Data analisis petik berdasarkan cara pemetikan pada Bulan Maret – Mei dapat dilihat pada Lampiran 12. Tobroni dan Suwardi (1983) menyatakan bahwa pelaksanaan pemetikan yang dilakukan secara manual (menggunakan tangan) sangat dipengaruhi oleh keterampilan pemetik dan kondisi kebun yang dipetik. Mutu pucuk hasil petikan secara mekanis (menggunakan gunting) akan lebih besar persentase kerusakan pucuknya dari pada pucuk hasil petikan tangan. Pelaksananan pemetikan secara mekanis apabila dilakukan secara benar sehingga tidak terambil bagian ranting dan bagian tidak layak olah, tidak akan menyebabkan terjadinya penurunan kesehatan perdu tanaman. Dalimoenthe dan Johan (1999) memaparkan bahwa bila pemetikan secara mekanis (gunting) ingin dipertahankan maka pelaksanaan pemetikan harus dilatih sehingga benar-benar
50 terampil agar dapat menghasilkan pucuk yang tidak berbeda mutunya dengan pemetikan manual. Unit Perkebunan Bedakah menerapkan rotasi untuk cara pemetikan, yakni dalam pelaksanaan pemetikan dilakukan menggunakan gunting petik kemudian manual atau sebaliknya setiap satu sampai dua kali gilir petik. Hal ini dilakukan guna menjaga kesehatan perdu tanaman serta menjaga agar produksi pucuk tetap stabil. Tahun pangkas. Pelaksanaan pemangkasan pada tanaman teh merupakan tindakan yang rutin pada pengelolaan kebun teh. Kecepatan tumbuh, jumlah maupun bobot pucuk pada setiap stadia umur pangkasan tidaklah sama (Tobroni dan Suwardi 1983). Pengamatan analisis petik berdasarkan tahun pangkas dilakukan ditiga blok yaitu, blok Bismo, Mandala dan Argopuro (Tabel 12). Berdasarkan data Tabel 12 dapat dilihat bahwa analisis petik untuk pucuk medium blok Bismo merupakan yang tertinggi diantara blok Argopuro dan blok Mandala, yakni 68.52 % untuk tahun pangkas pertama, 51.26 % untuk tahun pangkas kedua dan 50.76 % untuk tahun pangkas ketiga serta 47.71 % untuk tahun pangkas keempat. Tabel 12. Analisis Petik Berdasarkan Tahun Pangkas Tahun Pangkas
Bismo Halus
Medium
Mandala Kasar
Halus
Medium
Argopuro Kasar
Halus
Medium
Kasar
.....................................................................................(%)................................................................... I
0.00
68.52
31.47
0.00
54.82
38.57
0.00
60.91
38.07
II
5.07
51.26
28.42
1.52
50.25
38.57
2.53
53.29
29.44
III
1.01
50.76
37.07
3.04
46.19
34.51
3.04
45.17
25.38
IV
2.53
47.71
41.62
0.00
42.63
39.59
5.07
42.13
28.42
Sumber: Data Primer Pengamatan Penulis Bulan Maret – Mei, 2010
Hasil dari analisis untuk tahun pangkas pertama dan kedua untuk setiap bloknya masih tergolong tinggi, sebab pertumbuhan pucuk peko masih tergolong cepat dan banyak. Berbeda dengan pertumbuhan pucuk peko untuk tahun pangkas ketiga dan keempat yang cenderung lebih lama, sebab kondisi tanaman sudah menurun produksi pucuk pekonya. Pertumbuhan pucuk burungnya banyak pada
51 tahun pangkas keempat, sebab terjadi persaingan nutrisi dalam satu tanaman akibat semakin banyaknya percabanangan yang tumbuh. Setyamidjaja (2000) menyatakan bahwa, semakin lama umur pangkas maka semakin sedikit pertumbuhan pucuk pekonya, namun akan semakin banyak pertumbuhan pucuk burungnya. Data analisis petik berdasarkan tahun pangkas dapat dilihat pada Lampiran 13.
Analisis Pucuk Mutu teh jadi sangat dipengaruhi oleh potensi mutu pucuknya sendiri, serta teknik dan teknologi pengolahannya. Tobroni dan Suwardi (1983) memaparkan bahwa, potensi mutu pucuk dipengaruhi oleh: jenis klon, ketinggian tempat, teknis pengelolaan kebun, umur tanaman setelah pangkas, pengelolaan pemetikan serta perawatan pucuk. Dalimoenthe dan Johan (1999) menambahkan, mutu pucuk itu sendiri ditentukan oleh: kualitas daun, ukuran, jenis petikan serta gilir petik. Analisis yang digunakan di Unit Perkebunan Bedakah adalah analisis pucuk yang dilaksanakan di pabrik. Pelaksanaan analisis pucuk bermanfaat yaitu dapat menilai pucuk yang akan diolah, dapat digunakan untuk menentukan harga pucuk bagi pemetik, serta untuk mengetahui kisaran sebaran mutu teh jadi hasil dari pengolahan. Analisis pucuk di UP Bedakah dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Analisis Pucuk di Unit Perkebunan Bedakah Maret April Mei Standar Blok MS TMS MS TMS MS TMS pucuk MS ...................................................................(%)....................................................... Bismo 49.23 50.76 53.33 46.67 62.90 37.10 55 Mandala 47.22 52.77 52.43 47.57 51.30 48.70 55 Argopuro 46.96 53.03 50.81 49.19 61.00 38.00 55 Sumber: Data Primer Pengamatan Penulis Bulan Maret – Mei, 2010
Standar analisis pucuk di Unit Perkebunan Bedakah 55 %. Kualitas teh yang baik didapat dari hasil analisis pucuk MS yang tinggi. Tabel 13 menunjukkan bahwa hasil analisis pucuk untuk tiga blok masih bervariasi setiap bulannya.
52 Analisis pucuk tertinggi dicapai pada bulan Mei, untuk blok Bismo 62.90 %, blok Mandala 51.30 % dan blok Argopuro sebesar 61.00 %. Dari analisis pucuk dari ketiga blok terlihat bahwa hanya blok Bismo dan Argopuro pada bulan Mei saja yang memenuhi syarat pengolahan untuk teh hitam yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan masih sering terjadi kesalahan dalam pemetikan yang dilakukan, sehingga mempengaruhi kondisi pucuk. Data analisis pucuk dapat dilihat pada Lampiran 14.
Hanca Petik Pembagian hanca petik yang tepat akan menjamin kelancaran pengelolaan pemetikan. Pada Tabel 5 di depan dapat dilihat bahwa hanca petik untuk setiap bloknya berbeda-beda. Hal ini tergantung pada luas areal serta tenaga pemetik yang tersedia untuk setiap bloknya. Hanca petik akan semakin sedikit, apabila semakin besar luas areal dan semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tersedia. Luas areal petik di Unit Perkebunan Bedakah adalah 25.34 ha/hari, sehingga hanca petiknya secara umum adalah 2.69 patok/orang/hari. Artinya setiap harinya pemetik harus menyelesailkan 2.69 patok, tujuannya adalah agar gilir petik di Unit Perkebunan Bedakah dapat stabil yakni 12 hari.
Kebutuhan Tenaga Pemetik Tenaga pemetik di suatu perkebunan sangat dibutuhkan dalam usaha mengumpulkan hasil petikan secara maksimal. Unit Perkebunan bedakah memiliki 14 pembimbing petik, umumnya terdiri dari 30 – 55 orang tenaga pemetik. Perhitungan terhadap kebutuhan jumah tenaga pemetik dapat dihitung dengan rumus berikut: Tenaga Pemetik (TP)=
Keterangan:
Produksi pucuk basah/ha/tahun x (100+A)% Kapasitas pemetik /HKxHKE/tahun
Luas TM
= 304.12 ha
Produksi pucuk basah/ha/tahun
= 3 386 000 kg : 304.12 = 11133.76 kg/ha/th
53 Kapasitas petik/HK
= 45 kg
HKE/tahun
= 293 hari
Absensi Pemetik (A)
= 10 %
(TP)=
11173.76/ha/tahun x (100+10)% = 0.93 HK/ha 45 kg /HK x 293 hari/tahun
Kebutuhan tenaga pemetik untuk areal tanaman menghasilkan seluas 304.12 ha TP
= 0.93 HK/ha x 304.12 ha = 282 orang Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat diketahui kebutuhan tenaga
pemetik di Unit Perkebunan Bedakah tahun 2010 adalah 0.93 HK/ha, sehingga kebutuhan tenaga pemetik yang dibutuhkan Unit Perkebunan Bedakah dengan luasan 304.12 ha adalah sebanyak 282 orang. Kebutuhan tenaga pemetik untuk setiap blok dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Kebutuhan Tenaga Pemetik Setiap Blok di UP Bedakah Blok
Luas TM
Rinjani Bismo Argopuro Kembang Mandala Muria Total
39.87 60.91 53.95 40.98 55.16 53.25 304.12
Produksi Pucuk Basah (kg) 457 000 745 000 563 000 426 000 580 000 615 000 3 386 000
TP Standar
TP Riil
38 62 47 36 48 51 282
33 55 44 31 35 37 235
Sumber: Kantor Bagian Kebun Unit Perkebunan Bedakah (2010)
Kebutuhan tenaga pemetik berdasarkan tabel 14 untuk setiap blok masih belum memenuhi standar, rata-rata masih berada dibawah standar. Tenaga pemetik standar yang dibutuhkan oleh Unit Perkebunan Bedakah seharusnya 282 orang, namun kenyataanya di lapang hanya 235 orang. Keadaan seperti ini menyebabkan hanca petik yang seharusnya diselesaikan dalam sehari mampu diselesaikan oleh pemetik namun tidak mampu terselesaikan, sehingga
54 menyebabkan siklus petik menjadi tidak stabil dan kondisi kebun menjadi kaboler dan kapasitas pemetik bisa lebih tinggi daripada basic yield yang telah ditetapkan.
Sarana Panen dan Transportasi Bahan dasar yang digunakan dalam pengolahan teh hitam adalah pucuk daun teh. Bahan dasar ini mempunyai peranan yang penting karena mutu teh hitam sangat dipengaruhi oleh kondisi pucuk daun teh, oleh karena itu pucuk harus diusahakan dan dipertahankan dengan sebaik – baiknya, sejak dari pemetikan, penyimpanan, maupun pengangkutan sampai ke pabrik. Pucuk teh yang telah dipetik sementara dimasukkan ke dalam keranjang petik dengan kapasitas rata-rata 5 - 6 kg, kemudian setelah penuh dipindahkan ke waring persegi dengan kapasitas ± 25 kg. Pada saat penimbangan pucuk di pindahkan dari waring persegi ke waring kantong. Kapasitas waring kantong adalah ± 30 kg, disini juga masih banyak dijumpai pemetik masih menjejal pucuk hingga banyak yang mengalami kerusakan. Unit Perkebunan Bedakah menyediakan tiga truk untuk sarana transportasi pucuk. Setiap satu truk untuk mengangkut dua blok yang berdekatan. Waring yang telah selesai ditimbang akan disusun di truk kurang lebih tiga sampai lima tumpukan waring. Tumpukan yang terlalu banyak akan menyebabkan terjadinya kerusakan pucuk, sehingga diharapkan tidak melakukan penumpukan waring yang terlalu banyak. Pucuk yang rusak, terlipat atau sobek akan mempengaruhi hasil analisisi petik dan analisis pucuknya, sebab apabila peko dari pucuknya hilang ataupun rusak maka pucuk tersebut akan termasuk sebagai pucuk rusak, sehingga akan mengurangi hasil perhitungan analisis petik maupun analisis pucuknya. Ghani (2002) menyatakan, penyusunan di bak truk harus longgar agar aerasi udara terjaga. Pucuk merupakan benda hidup yang melakukan aktivitas transpirasi, apabila terlalu padat penyusunannya dapat menyebabkan terjadinya panas, yang mengakibatkan pucuk longsong (pucuk yang berwarna coklat kemerahan). Pemadatan juga dapat merusak fisik daun yang mengakibatkan terjadinya fermentasi sehingga mutu teh turun.
55 Produktivitas Berdasarkan Umur Setelah Pangkas Produktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh kesehatan tanaman. Kondisi pucuk di lapangan dapat digambarkan dari produktivitasnya, kondisi tanaman teh yang sehat ehat akan dapat menghasilkan produktivitas yang tinggi. Spillane (1992) mengemukanan bahwa, faktor-faktor faktor faktor yang mempengaruhi produktivitas tanaman teh antara lain: ketinggian tempat, bahan tanam, populasi tanaman, curah hujan, umur pangkas, serta kondisi tanaman. tanaman. Produktivitas pucuk suatu hamparan ditentukan oleh jumlah pucuk dan berat pucuk serta perdu per luas lahan. Bidang petik yang luas diperoleh dari tunas atau pucuk yang tumbuh ke samping dibiarkan untuk tidak dipetik (Dalimoenthe dan Johan, 1999). P Produktivitas berdasarkan umur pangkas pada tanaman seedling dan klonal di Un Unit Perkebunan
Produktivitas (kg/ha/tahun)
Bedakah tahun 2009 dapat dilihat pada Gambar 9.
3500 3000
2414
2500 2000 1500
3034
2899 2050 1312
1773
2054
1389
1000 500 0 I
II
III
IV
Umur Setelah Pangkas (Tahun) Produktivitas kg/ha/tahun Seedling
Produktivitas kg/ha/tahun Klonal
Gambar 9.. Produktivitas Berdasarkan Umur Setelah Pangkas Pada Gambar 9 ditunukkan bahwa produktivitas di Unit Perkebunan Bedakah dari umur pangkas 1 - 4 semakin meningkat. Produktivitas optimal seharusnya dicapai pada umur pangkas ketiga, namun pada Gambar 9 justru
56 produktivitas optimal dicapai pada umur pangkas ke-4 baik untuk jenis tanaman asal biji maupun dari klonal. Data produktivitas berdasarkan umur setelah pangkas dapat dilihat pada Lampiran 15. Setyamidjaja (2000) mengemukakan bahwa produksi pucuk peko pada umur pangkas kedua dan ketiga adalah yang terbanyak, pada umur pangkas keempat justru produksi pucuk burungnya yang banyak, sebab terjadi persaingan hasil fotosintat dari akar yang menyebabkan tumbuh banyak percabangan dan daun. Unit Perkebunan Bedakah termasuk perkebunan daerah dataran tinggi (> 1 200 m dpl), pertumbuhan pucuk lambat karena intensitas cahaya matahari yang sedikit, serta perdu tanaman teh juga tidak terlalu tinggi, sehingga menyebabkan pada umur pangkas ke-4 produktivitasnya masih tinggi. Faktor lain adalah untuk umur pangkas ke-4 jenis tanaman asal stek yang digunakan adalah klon gambung, sehingga potensi produksi dan produktivitasnya tergolong tinggi dibandingkan jenis tanaman asal stek yang lainnya.