38 Bab IV
Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan
Analisis dilakukan untuk membuktikan hubungan antar variabel bebas dan terikat serta antar variabel bebas. Mekanisme pembuktian hipotesis mengikuti kaidah yang telah dipaparkan dalam sub bab II.11. Analisis data dilakukan berdasarkan data yang diolah dari kuesioner yang dikembalikan oleh responden.
Dalam analisis data digunakan analisis korelasi dan regresi ganda, yang terlebih dahulu data perlu dilakukan uji persyaratan analisis antara lain dilakukan pengujian persyaratan analisis terhadap asumsi-asumsi bahwa data harus homogenitas, normalitas, dan linieritas.
IV.1. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
Pengujian validitas dilakukan dalam dua tahap yaitu analisis faktor dan analisis item. Analisis faktor dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor masing-masing indikator dengan skor total variabel. Analisis item dilakukan dengan mengkorelasikan skor masing-masing item dengan skor total variabel. Korelasi menggunakan korelasi pearson product moment.
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan teknik internal consistency teknik belah dua yang dianalisis dengan menggunakan rumus Spearman Brown, sebagai berikut :
r11 =
2rb 1 + rb
Dimana : r11 = reliabilitas rb = korelasi product moment
(IV.1)
39 Uji coba instrumen sebaiknya dilakukan di luar jangkauan daerah yang akan diteliti agar mendapatkan hasil yang valid dan reliabel. Hasil uji coba dilakukan pada 10 responden pada Dinas Pendidikan, disebar secara acak. Hasil uji coba sebagai berikut: (1) Jumlah item uji coba variabel kesiapan Internet (ketersediaan infrastruktur TIK) (X1) adalah 14 buah. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka tidak terdapat item yang gugur, karena semua item valid dan reliabel. Dengan demikian, jumlah item yang akan disebar pada responden adalah tetap 14 buah. (2) Jumlah item uji coba variabel pemanfaatan TIK (X2) adalah 16 buah. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka terdapat item yang gugur yaitu item no : A10d, A10e, A10f, dan A10g. Dengan demikian, jumlah item yang akan disebar pada responden adalah 12 buah. (3) Jumlah item uji coba variabel usaha pencapaian kecakapan TIK (X3) adalah 7 buah. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka tidak terdapat item yang gugur. Dengan demikian, jumlah item yang akan disebar pada responden adalah tetap 7 buah. (4) Jumlah item uji coba variabel usaha tingkat kecakapan TIK (X4) adalah 7 buah. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka tidak terdapat item yang gugur. Dengan demikian, jumlah item yang akan disebar pada responden adalah tetap 7 buah. (5) Jumlah item uji coba variabel kesenjangan digital (Y) adalah 4 buah. Setelah dianalisis dengan uji validitas dan reliabilitas, maka tidak terdapat item yang gugur. Dengan demikian, jumlah item yang akan disebar pada responden adalah tetap 4 buah. Perhitungan uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran C.
IV.2. Uji Persyaratan Analisis
Uji persyaratan analisis ini adalah untuk menguji apakah data memenuhi persyaratan kondisi analisis korelasi dan regresi atau tidak, yaitu bahwa data harus homogenitas, normalitas, dan lineritas.
40 IV.2.1. Uji Homogenitas dan Normalitas Distribusi
Pengujian homogenitas dapat dilihat pada tabel hasil perhitungan di bawah ini. Tabel IV.1 Tabel hasil uji homogenitas
X1
X2
X3
X4
Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean Based on Mean Based on Median Based on Median and with adjusted df Based on trimmed mean
Levene Statistic .339 .276 .276 .312 .239 .160 .160 .245 1.369 1.229 1.229 1.428 .158 .125 .125 .152
df1
df2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
95 95 91.145 95 95 95 92.484 95 95 95 89.083 95 95 95 93.034 95
Sig. .851 .893 .893 .869 .916 .958 .958 .912 .251 .304 .304 .231 .959 .973 .973 .962
Hasil yang ditunjukkan oleh Tabel IV.1 di atas adalah untuk menguji apakah sampel yang diambil mempunyai varians yang sama (homogen). Pedoman mengambil keputusan adalah : (1) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05, data berasal dari populasi yang memiliki varians tidak sama. (2) Nilai Sig. atau signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05, data berasal dari populasi yang memiliki varians sama. Pada hasil di atas, terlihat bahwa signifikansi mean (rata-rata) seluruh variabel (X1, X2, X3 dan X4) berada di atas 0,05 (misal Sig. mean X1= 0,851). Demikian pula jika dasar pengukuran dari median data, angka Sig. keempat variabel bebas berada di atas 0,05 (misal sig median X1 = 0,893). Maka bisa dikatakan bahwa data berasal dari populasi yang memiliki varians sama atau disebut homogen.
Sedangkan pengujian normalitas distribusi dengan menggunakan Plot (Q-Q Plot) dapat dilihat pada gambar di lampiran E. Pada lampiran D, gambar Q-Q Plot dibuat untuk seluruh variabel bebas X1, X2, X3 dan X4. Pada gambar Q-Q Plot menunjukkan bahwa jika suatu distribusi data normal, data akan tersebar di
41 sekeliling garis. Garis itu berasal dari nilai skor z. Dari gambar, terlihat bahwa seluruh data pada variabel bebas tersebar di sekeliling garis. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa distribusi adalah normal. Kesimpulan dari uji analisis ini adalah analisis korelasi maupun regresi dapat dilanjutkan.
IV.2.2. Uji Linieritas Regresi
Pada bagian ini akan dilakukan pengujian linieritas regresi. Berikut adalah hasil pengujian linieritas regresi seperti yang ditunjukkan pada Tabel IV.2 di bawah ini. Tabel IV.2 Tabel ANOVA untuk regresi linier Model 1
4
Mean Square 4.287
65.840
95
.693
82.990 a Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1 b Dependent Variable: Y
99
Regression Residual Total
Sum of Squares 17.150
df
F 6.186
Sig. .000(a)
Analisis dari uji Anava atau F test yang ditunjukkan pada Tabel IV.2 di atas, didapat F hitung adalah 6,186 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi variabel terikat Y atau variabel pengurangan kesenjangan digital.
IV.3. Analisis Data
Pada bagian ini akan dilakukan serangkaian pengujian terhadap hipotesis dengan menggunakan teknik analisis statistik yang sudah ditentukan semula, yaitu analisis korelasi, regresi baik sederhana maupun ganda akan diuraikan pada bagian selanjutnya.
42 IV.3.1. Analisis
Korelasi
untuk
Kesiapan
Internet
(X1)
terhadap
Pengurangan Kesenjangan Digital (Y)
Pengaruh variabel kesiapan internet (X1) terhadap variabel pengurangan kesenjangan digital (Y) dengan menggunakan uji T, sedangkan besarnya pengaruh diketahui berdasarkan angka Beta atau Standadized Coefficients. seperti yang digambarkan dalam Tabel IV.3 di bawah ini. Tabel IV.3 Hasil analisis korelasi X1 terhadap Y Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model
1
(Constant) X1
B 1.648
Std. Error 1.681
.231
.089
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta .254
.980
.329
2.599
.011
a Dependent Variable: Y
Hubungan linier antara kesiapan internet (X1) terhadap pengurangan kesenjangan digital (Y) dapat ditentukan sebagai berikut: (1) Penentuan hipotesis H0
= tidak ada hubungan linier antara kesiapan internet (X1) terhadap
pengurangan kesenjangan digital. H1
= ada hubungan linier antara kesiapan internet (X1) terhadap
pengurangan kesenjangan digital. (2) Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan cara membandingkan nilai angka t penelitian dengan angka t tabel. Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis SPSS (Tabel IV.3) maka angka t penelitian sebesar 2,599, sedangkan angka t tabel sebesar 1,98 (nilai derajat kebebasan 100-2 = 98, taraf signifikansi 0,05). (3) Maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima artinya terdapat hubungan
linier
antara
kesiapan
internet
terhadap
kesenjangan digital. Besar pengaruhnya adalah 25,4%.
pengurangan
43 IV.3.2. Analisis
Korelasi
untuk
Pemanfaatan
TIK
(X2)
terhadap
Pengurangan Kesenjangan Digital (Y)
Pengaruh variabel pemanfaatan TIK (X2) terhadap variabel pengurangan kesenjangan digital (Y) dengan menggunakan uji T, sedangkan besarnya pengaruh diketahui berdasarkan angka Beta atau Standadized Coefficients. seperti yang digambarkan dalam Tabel IV.4di bawah ini. Tabel IV.4 Hasil analisis korelasi X2 terhadap Y Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model
1
(Constant) X2
Standardized Coefficients
B 2.795
Std. Error 1.145
.185
.066
t
Sig.
Beta .274
2.441
.016
2.816
.006
a Dependent Variable: Y
Hubungan linier antara pemanfaatan TIK (X2) terhadap kesenjangan digital (Y) dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan cara di atas. (1) Penentuan hipotesis H0
= tidak ada hubungan linier antara pemanfaatan TIK (X2) terhadap
pengurangan kesenjangan digital. H1
= ada hubungan linier antara pemanfaatan TIK (X2) terhadap
pengurangan kesenjangan digital. (2) Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan cara membandingkan nilai angka t penelitian dengan angka t tabel. Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis SPSS (Tabel IV.4) maka angka t penelitian sebesar 2,816, sedangkan angka t tabel sebesar 1,98 (nilai derajat kebebasan 100-2 = 98, taraf signifikansi 0,05). (3) Maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima artinya terdapat hubungan
linier
antara
pemanfaatan
TIK
terhadap
kesenjangan digital. Besar pengaruhnya adalah 27,4%.
pengurangan
44 IV.3.3. Analisis Korelasi Upaya Pencapaian Kecakapan TIK (X3) terhadap Pengurangan Kesenjangan Digital (Y)
Pengaruh variabel usaha pencapaian kecakapan TIK (X3) terhadap variabel pengurangan kesenjangan digital (Y) dengan menggunakan uji T, sedangkan besarnya pengaruh diketahui berdasarkan angka Beta atau Standadized Coefficients. seperti yang digambarkan dalam Tabel IV.5 di bawah ini. Tabel IV.5 Hasil analisis korelasi antara X3 terhadap Y Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model
1
(Constant) X3
Standardized Coefficients
B 3.477
Std. Error .846
.233
.077
t
Sig.
Beta .291
4.109
.000
3.009
.003
a Dependent Variable: Y
Hubungan linier antara usaha pencapaian kecakapan TIK (X3) terhadap pengurangan kesenjangan digital (Y) dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan cara di atas. (1) Penentuan hipotesis H0
= tidak ada hubungan linier antara usaha pencapaian kecakapan
TIK (X3) terhadap pengurangan kesenjangan digital. H1
= ada hubungan linier antara usaha pencapaian kecakapan TIK
(X3) terhadap pengurangan kesenjangan digital. (2) Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan cara membandingkan nilai angka t penelitian dengan angka t tabel. Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis SPSS (Tabel IV.5 maka angka t penelitian sebesar 3,009, sedangkan angka t tabel sebesar 1,98 (nilai derajat kebebasan 100-2 = 98, taraf signifikansi 0,05). (3) Maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima artinya terdapat hubungan linier antara usaha pencapaian kecakapan TIK terhadap pengurangan kesenjangan digital. Besar pengaruhnya adalah 29,1%.
45 IV.3.4. Analisis
Korelasi
Tingkat
Kecakapan
TIK
(X4)
terhadap
Pengurangan Kesenjangan Digital (Y)
Pengaruh variabel tingkat kecakapan TIK (X4) terhadap variabel pengurangan kesenjangan digital (Y) dengan menggunakan uji T, sedangkan besarnya pengaruh diketahui berdasarkan angka Beta atau Standadized Coefficients. seperti yang digambarkan dalam Tabel IV.6 di bawah ini. Tabel IV.6 Hasil analisis korelasi antara X4 terhadap Y Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model
1
(Constant) X4
Standardized Coefficients
B 2.413
Std. Error .921
.401
.102
t
Sig.
Beta .368
2.619
.010
3.922
.000
a Dependent Variable: Y
Hubungan linier antara tingkat kecakapan TIK (X4) terhadap kesenjangan digital (Y) dapat ditentukan dengan cara yang sama dengan cara di atas. (1) Penentuan hipotesis H0
= tidak ada hubungan linier antara tingkat kecakapan TIK (X4)
terhadap pengurangan kesenjangan digital. H1
= ada hubungan linier antara tingkat kecakapan TIK (X4) terhadap
pengurangan kesenjangan digital. (2) Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan cara membandingkan nilai angka t penelitian dengan angka t tabel. Jika t penelitian > t tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya. Berdasarkan hasil analisis SPSS (Tabel IV.6 maka angka t penelitian sebesar 3,922, sedangkan angka t tabel sebesar 1,98 (nilai derajat kebebasan 100-2 = 98, taraf signifikansi 0,05). (3) Maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1 diterima artinya terdapat hubungan linier antara tingkat kecakapan TIK terhadap pengurangan kesenjangan digital. Besar pengaruhnya adalah 36,8%.
46 IV.3.5. Analisis Korelasi antar Variabel X1 terhadap X2, X3, X4
Korelasi antar variabel bebas dapat dilihat dalam Tabel IV.7 Tabel IV.7 Hasil analisis korelasi bivariate antar variabel Correlations X1 X1
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X3
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X4
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
X2
X3
X4
1
.626(**)
.547(**)
.436(**)
.
.000
.000
.000
100
100
100
100
.626(**)
1
.340(**)
.156
.000
.
.001
.122
100
100
100
100
.547(**)
.340(**)
1
.247(*)
.000
.001
.
.013
100
100
100
100
.436(**)
.156
.247(*)
1
.000
.122
.013
.
100
100
100
100 ** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). * Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Berdasarkan Tabel IV.7 relasi X1 dengan X2, X3 adalah sebesar 0,626, 0,547, Hal ini menunjukkan korelasi yang cukup kuat (karena di atas 0,5) dan signifikan. Sedangkan korelasi X1 dengan X4 (0,436), korelasi X2 dengan X3, X4 (0,340, 0,156) dan korelasi X3 dan X4 (0,247) menunjukkan korelasi yang lemah (karena di bawah 0,5).
IV.3.6. Analisis Korelasi dan Regresi Ganda X1, X2, X3X4 secara Gabungan dengan Pengurangan Kesenjangan Digital (Y)
Analisis data pada bagian ini adalah pengolahan nilai besar pengaruh variabelvariabel bebas (X1, X2, X3, dan X4) secara bersama-sama terhadap pengurangan kesenjangan digital. Hasil pengolahan ditunjukkan pada tabel-tabel di bawah ini.
47 Tabel IV.8 Hasil analisis korelasi X1, X2, X3, X4 terhadap Y Correlations
Pearson Correlation
Y 1.000 .254 .274 .291 .368 . .001 .003 .002 .000 100 100 100 100 100
Y X1 X2 X3 X4 Y X1 X2 X3 X4 Y X1 X2 X3 X4
Sig. (1-tailed)
N
X1
X2
.254 1.000 .626 .547 .436 .001 . .000 .000 .000 100 100 100 100 100
X3
.274 .626 1.000 .340 .156 .003 .000 . .000 .061 100 100 100 100 100
X4
.291 .547 .340 1.000 .247 .002 .000 .000 . .007 100 100 100 100 100
.368 .436 .156 .247 1.000 .000 .000 .061 .007 . 100 100 100 100 100
Tabel IV.9 Hasil analisis korelasi ganda X1, X2, X3, X4 terhadap Y Model Summary(b)
Model 1
R .466(a)
Adjusted R Square .184
R Square .217
Std. Error of the Estimate .827
a Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1 b Dependent Variable: Y
Tabel IV.10 Hasil ringkasan Anova untuk uji signifikan ANOVA(b)
Model 1
Sum of Squares 18.041
4
Mean Square 4.510
64.949
95
.684
82.990 a Predictors: (Constant), X4, X2, X3, X1 b Dependent Variable: Y
99
Regression Residual
df
Total
F 6.597
Sig. .000(a)
Tabel IV.11 Hasil analisis regresi ganda X1, X2, X3, X4 terhadap Y Coefficients(a) Unstandardized Coefficients
Model
B 1
Standardized Coefficients
t
Sig.
(Constant)
.734
Std. Error 1.588
.462
.645
X1
.162
.130
.178
1.250
.214
X2
.174
.080
.258
2.181
.032
X3
.171
.087
.213
1.969
.052
X4
.385
.112
.353
3.451
.001
a Dependent Variable: Y
Beta
48 IV.4. Interpretasi Data
Membahas hasil penelitian yaitu melakukan penafsiran terhadap pengujian hipotesis. Walaupun hasil analisis statistik itu sendiri sudah merupakan suatu kesimpulan, tetapi belum memadai tanpa ada pembahasan yang dikaitkan dengan rumusan masalah. Pembahasan pengujian hipotesis diuraikan sebagai berikut.
Berdasarkan nilai R square yang menunjukkan besarnya pengaruh secara gabungan variabel korelasi kesiapan internet (X1), pemanfaatan TIK (X2), upaya pencapaian kecakapan TIK (X3), dan tingkat kecakapan TIK(X4) (lihat tabel IV.9), maka dapat dihitung nilai koefisien determinasi dengan rumus sebagai berikut : KD
= R square (r2) x 100%
(IV.2)
= 21,7% Angka tersebut berarti bahwa variabel kesiapan internet (X1), pemanfaatan TIK (X2), upaya pencapaian kecakapan TIK (X3), dan tingkat kecakapan TIK (X4) mempengaruhi pengurangan kesenjangan digital sebesar 21,7%. Sisanya sebesar 78,3% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model yang dikembangkan.
Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan kebenaran pengaruh variabel X1, X2, X3, dan X4 terhadap Y. Uji hipotesis menggunakan uji angka F dengan menggunakan hasil pengolahan data dalam tabel IV.10. Hipotesis dirumuskan sebagai berikut : H0
= tidak ada hubungan linier antara variabel X1, X2, X3, dan X4 terhadap Y
H1
= ada hubungan linier antara variabel X1, X2, X3, dan X4 terhadap Y
Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan nilai F penelitian dengan nilai F tabel. Berdasarkan perhitungan SPSS maka didapatkan nilai F penelitian adalah 6,186. Nilai F tabel dengan taraf signifikansi sebesar 0,05 dan derajat kebebasan dengan ketentuan numerator : jumlah variabel – 1 atau 4 dan denumerator sebesar
49 sampel-4 atau 96, maka didapatkan nilai F tabel sebesar 2,46. Berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima atau terdapat hubungan linier antara kesiapan internet (X1), pemanfaatan TIK (X2), usaha pencapaian kecakapan TIK (X3), dan tingkat kecakapan TIK (X4) terhadap pengurangan kesenjangan digital (Y).
Persamaan regresi ganda dari rumus II.4 adalah Y
= a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4
(IV.1)
= 0,734 + 0,178 X1 + 0,258X2 + 0,213X3 + 0,353X4 Dimana : X1
= kesiapan internet
X2
= pemanfaatan TIK
X3
= upaya pencapaian kecakapan TIK
X4
= tingkat kecakapan TIK
Y
= pengurangan kesenjangan digital
Konstanta sebesar 0,734 menyatakan bahwa jika tidak ada kenaikan nilai dari variabel kesiapan internet (X1), pemanfaatan TIK (X2), upaya pencapaian kecakapan TIK (X3), dan tingkat kecakapan TIK (X4), maka nilai pengurangan kesenjangan digital (Y) adalah sebesar 0,734. Koefisien regresi dari nilai kesiapan internet sebesar 0,178 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu skor akan memberikan peningkatan skor sebesar 0,178, dan begitu seterusnya untuk variabel-variabel lainnya.
Berdasarkan Tabel IV.10 dari uji anova atau Ftes, ternyata didapat Fhitung adalah 6,597 dengan tingkat signifikan 0,000 karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05 sehingga model regresi dapat dipakai untuk memprediksi pengurangan kesenjangan digital. Untuk menguji signifikansi kesiapan internet, pemanfaatan TIK, upaya pencapaian kecakapan TIK, dan tingkat kecakapan TIK secara simultan terhadap pengurangan kesenjangan digital sebagai berikut :
50 Kaidah pengujian signifikansi regresi berganda : Jika Fhitung > Ftabel, maka signifikan Jika Fhitung < Ftabel, maka tidak signifikan Ternyata Fhitung > Ftabel atau 6,597 > 2,46 maka signifikan.
IV.5. Pengukuran Pengurangan Kesenjangan Digital
Konsep pengukuran pengurangan kesenjangan digital yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu pada konsep yang dijelaskan oleh Prof. Dr. Sugiyono (23). Pada konsep tersebut dijelaskan bahwa pengukuran nilai pengurangan kesenjangan digital dapat dilakukan dengan cara: (1) Menentukan nilai atau skor ideal; skor ideal adalah skor dimana responden memberikan nilai maksimal. (2) Menentukan skor hasil penelitian. (3) Membandingkan skor hasil penelitian dengan skor ideal.
Untuk keperluan tersebut maka terdapat empat variabel yang akan dihitung yaitu kesiapan internet, pemanfaatan TIK, upaya pencapaian kecakapan TIK, dan tingkat kecakapan TIK sebagai berikut : (1) Skor ideal untuk penelitian pengurangan kesenjangan digital
:
100 x 2 x 44 = 8800 (2) Skor hasil penelitian untuk pengurangan kesenjangan digital
: 601
(3) Perbandingan skor hasil penelitian dengan skor ideal adalah
:
601/8800 = 0,7
Berdasarkan model tahapan pengurangan kesenjangan digital yang sudah dirancang pada sub bab III.4 maka pengurangan kesenjangan digital pada guruguru SMU Negeri Kotamadya Bandung telah mencapai tahap 3, dengan skor 0,7. Hal ini berarti guru-guru SMU Negeri Kotamadya Bandung telah mencapai kondisi pengurangan kesenjangan digital sebagai berikut :
51 (1) Sudah ada upaya untuk kesiapan internet dalam hal ketersediaan akses TIK di rumah dan di tempat kerja. (2) Dari sisi pemanfaatan TIK, sudah pada tahap pernah berinternet, dapat memanfaatkan internet untuk mendapatkan informasi, serta sudah bisa menggunakan email. (3) Dari sisi upaya pencapaian TIK, sudah melakukan upaya pelatihan TIK dan pembelajaran sendiri demi keperluan pekerjaan sekarang dan masa datang. (4) Dari sisi tingkat kecakapan TIK, sudah berada pada tahap percaya diri dalam mencari informasi di internet, menggunakan search engine, email, dan dapat membaca web berbahasa inggris. Tetapi masih belum percaya diri untuk menggunakan internet chat-room, membuat web/halaman internet personal, mendownload serta menginstalasi perangkat lunak ke perangkat TIK.
IV.6. Analisis Kondisi Responden
Pada bagian ini akan dilakukan analisis mengenai kondisi responden dalam rangka pengurangan kesenjangan digital. Dari hasil survei, analisis kondisi para responden dibagi dalam beberapa analisis berikut ini : (1) Analisis antara upaya yang dilakukan responden dalam hal pencapaian kecakapan TIK terhadap ketersediaan akses TIK. (2) Analisis antara tingkat kecakapan TIK responden terhadap ketersediaan akses TIK. (3) Analisis antara pemanfaatan TIK oleh responden terhadap ketersediaan akses TIK. (4) Analisis pendapat responden mengenai internet Masing-masing analisis dijelaskan pada bagian selanjutnya.
52 IV.6.1.
Analisis dalam Hal Upaya Pencapaian Kecakapan TIK dengan Ketersediaan Akses TIK
Analisis dalam hal motivasi responden melakukan upaya pencapaian kecakapan TIK dengan ketersediaan akses TIK dilakukan untuk mendapatkan kejelasan sejauh mana responden sudah melakukan upaya pencapaian kecakapan TIK baik ketika akses TIK sudah tersedia maupun belum tersedia. Analisis akan dibuat dalam bentuk kuadran I hingga IV agar mempermudah pembacaan hasil analisis, seperti yang tampak pada Gambar IV.1. Akses TIK Tersedia
Tidak Tersedia
Tinggi Kuadran I
Kuadran II
Kuadran III
Kuadran IV
Upaya Responden Rendah
Gambar IV.1 Kuadran upaya responden dan ketersediaan akses TIK Penjelasan setiap kuadran adalah sebagai berikut : (1) Kuadran I
: Responden dalam kuadran I adalah responden yang
memiliki upaya tinggi dalam upaya pencapaian kecakapan TIK dan akses TIK sudah tersedia. Pada kuadran I ini adalah kondisi ideal. (2) Kuadran II
: Responden yang termasuk dalam kuadran II adalah
responden yang memiliki upaya tinggi dalam upaya pencapaian kecakapan TIK dan akses TIK tidak tersedia. (3) Kuadran III : Responden yang sesuai dengan kuadran III adalah responden yang memiliki upaya rendah dalam upaya pencapaian kecakapan TIK padahal akses TIK sudah tersedia. (4) Kuadran IV: Kriteria kuadran IV adalah responden yang memiliki upaya rendah dalam upaya pencapaian kecakapan TIK dan akses TIK tidak tersedia. Dalam kuadran ini, responden berada dalam kondisi yang terburuk.
53 Penjelasan kriteria responden dalam setiap kuadran seperti yang digambarkan dalam Tabel IV.12 berikut ini. Tabel IV.12 Kriteria responden kuadran upaya responden dan akses TIK No.
Kriteria Responden I
Upaya Pencapaian Kecakapan TIK 1. Responden sudah melakukan upaya pembelajaran sendiri yang berkaitan dengan pekerjaan sekarang No.
Minimal Salah satu C3 dan C4 = Ya
Kriteria Responden I
Responden sudah melakukan upaya pembelajaran sendiri yang berkaitan dengan pekerjaan masa datang Ketersediaan akses TIK
Jawaban Item untuk Kuadran : II III IV
C4 dan C3 = Tidak
Jawaban Item untuk Kuadran : II III IV
2.
3.
Minimal Salah satu C3 dan C4 = Ya
C4 dan C3 = Tidak
Terdapat jaringan komputer di tempat responden bekerja Terdapat fasilitas on-line di tempat responden bekerja
jaringan = Ya on-line = Ya
jaringan = Tidak on-line = Tidak
jaringan = Ya on-line = Ya
Jaringan = Tidak on-line = Tidak
5.
Responden memiliki fasilitas komputer di rumah atau di tempat bekerja
A1 dan A4 = Ya
A1 dan A4 = Ya
6.
Responden memiliki akses internet di tempat bekerja
A8b =ya
Salah satu A1 atau A4 = tidak A8b = tidak
Salah satu A1 atau A4 = tidak A8b = Tidak
4.
A8b = Ya
Berikut hasil analisis ditampilkan dalam Gambar IV.2. Akses TIK Tersedia Tinggi Upaya Responden Rendah
Tidak Tersedia
Kuadran I
Kuadran II
3 orang
89 orang
Kuadran III
Kuadran IV
Tidak ada
8 orang
Gambar IV.2 Hasil analisis antara upaya dan ketersediaan akses TIK Dari hasil analisis pada Gambar IV.2 di atas, terlihat bahwa hampir seluruh responden (89%) sudah memiliki upaya yang tinggi untuk berusaha belajar sendiri kecakapan TIK yang mendukung pekerjaan sekarang maupun yang akan datang,
54 walaupun akses TIK tidak tersedia. Dan tidak ada responden yang memiliki upaya rendah padahal akses TIK tersedia.
IV.6.2. Analisis dalam Hal Tingkat Kecakapan TIK dengan Ketersediaan Akses TIK
Analisis antara tingkat kecakapan TIK dengan akses TIK ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi tingkat kecakapan TIK dengan akses TIK yang tersedia atau tidak tersedia. Hasil analisis digambarkan dalam bentuk kuadran I hingga IV seperti gambar berikut ini. Tersedia Percaya diri sepenuhnya Tingkat Kecakapan TIK
Percaya diri sebagian
Akses TIK Tidak Tersedia
Kuadran I
Kuadran II
Kuadran III
Kuadran IV
Gambar IV.3 Kuadran tingkat kecakapan TIK dan ketersediaan akses TIK Setiap kuadran memiliki penjelasan sebagai berikut : (1) Kuadran I
: Responden dalam kuadran I adalah responden yang
percaya diri sepenuhnya untuk tingkat kecakapan TIK tinggi dan akses TIK sudah tersedia. Pada kuadran I ini adalah kondisi ideal. (2) Kuadran II
: Responden yang termasuk dalam kuadran II adalah
responden yang percaya diri sepenuhnya untuk tingkat kecakapan TIK dan akses TIK tidak tersedia. (3) Kuadran III : Responden yang sesuai dengan kuadran III adalah responden yang percaya diri sebagian untuk tingkat kecakapan TIK padahal akses TIK sudah tersedia. (4) Kuadran IV: Kriteria kuadran IV adalah responden yang percaya diri sebagian untuk tingkat kecakapan TIK dan akses TIK tidak tersedia. Dalam kuadran ini, responden berada dalam kondisi yang terburuk. Terdapat 5 kriteria responden untuk setiap kuadran tingkat kecakapan TIK dan akses TIK, yang dijelaskan pada tabel di bawah ini.
55
Tabel IV.13 Kriteria kuadran tingkat kecakapan TIK dan akses TIK No.
Kriteria Responden I
Tingkat Kecakapan TIK 1. Tingkat kecakapan TIK
Seluruh B1 a – B1 g = percaya diri
Ketersediaan Akses TIK 2. Terdapat jaringan komputer di tempat responden bekerja 3. Terdapat fasilitas on-line di tempat responden bekerja No. Kriteria Responden 4. 5.
Jawaban Item untuk Kuadran : II III IV
Responden memiliki fasilitas komputer di rumah atau di tempat bekerja Responden memiliki akses internet di tempat bekerja
Sebagian B1 a – B1 g = Tidak percaya diri
jaringan = Ya on-line = Ya
jaringan = jaringan jaringan = Tidak = Ya Tidak on-line = on-line = on-line = Tidak Ya Tidak Jawaban Item untuk Kuadran : I II III IV A1 dan Salah satu A1 dan Salah satu A4 = Ya A1 atau A4 A4 = Ya A1 atau A4 = tidak = tidak A8b =ya A8b = tidak A8b = A8b = Ya Tidak
Analisis kondisi responden antara tingkat kecakapan TIK dengan ketersediaan akses TIK dapat dilihat pada gambar berikut ini. Tersedia Percaya diri seluruhnya Tingkat Kecakapan TIK Percaya diri sebagian
Akses TIK Tidak Tersedia
Kuadran I
Kuadran II
Tidak ada
Tidak ada
Kuadran III
Kuadran IV
3 orang
97 orang
Gambar IV.4 Hasil analisis tingkat kecakapan TIK dengan akses TIK Berdasarkan analisis yang dijelaskan pada Gambar IV.4, menunjukkan bahwa tidak ada responden yang percaya diri seluruhnya dalam tingkat kecakapan TIK, baik ketika akses TIK tersedia maupun tidak tersedia. Dan baru 3 responden yang percaya diri sebagian padahal akses TIK sudah tersedia, sisanya 97% responden sudah memiliki tingkat percaya diri sebagian untuk tingkat kecakapan TIK, walaupun akses TIK tidak tersedia. Seluruh responden merasa percaya diri sebagian karena rata-rata responden menjawab belum percaya diri dalam hal menggunakan : (1) Menggunakan e-mail untuk berkomunikasi dengan yang lain. (2) Menggunakan internet chat-rooms untuk kontak dengan orang lain. (3) Membuat web/halaman internet personal.
56 (4) Mendownload dan menginstall perangkat lunak ke komputer.
IV.6.3. Analisis dalam Hal Pemanfaatan TIK dengan Ketersediaan Akses TIK
Analisis antara hal pemanfaatan TIK oleh responden dengan ketersediaan akses TIK dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran mengenai sejauh mana responden sudah memanfaatkan TIK dalam kehidupan sehari-harinya baik untuk mendukung pekerjaan maupun kepentingan pribadinya. Analisis akan dibuat dalam bentuk kuadran I hingga IV, seperti pada Gambar IV.5. Akses TIK Tersedia Memanfaatkan seluruhnya
Tidak Tersedia
Kuadran I
Kuadran II
Kuadran III
Kuadran IV
Pemanfaatan TIK Memanfaatkan sebagian
Gambar IV.5 Kuadran pemanfaatan TIK dan ketersediaan akses TIK Kuadran pemanfaatan TIK dan ketersediaan akses TIK dijelaskan sebagai berikut: (1) Kuadran I
: Responden dalam kuadran I adalah responden yang sudah
memanfaatkan TIK sepenuhnya dan akses TIK sudah tersedia. Pada kuadran I ini adalah kondisi ideal. (2) Kuadran II
: Responden yang termasuk dalam kuadran II adalah
responden yang sudah memanfaatkan TIK sepenuhnya walaupun akses TIK tidak tersedia. (3) Kuadran III : Responden yang sesuai dengan kuadran III adalah responden yang memanfaatkan TIK sebagian padahal akses TIK sudah tersedia. (4) Kuadran IV: Kriteria kuadran IV adalah responden yang baru memanfaatkan TIK sebagian walaupun akses TIK sudah tersedia. Dalam kuadran pemanfaatan TIK dan akses TIK memiliki 7 kriteria yang dijelaskan dalam tabel berikut.
57 Tabel IV.14 Kriteria pemanfaatan TIK dan akses TIK setiap kuadran No.
Kriteria Responden I
Pemanfaatan TIK 1. Responden sudah mengirim atau menerima e-mail 2. Responden sudah pernah menggunakan internet 3. Responden sudah pernah memanfaatkan internet No.
Jawaban Item untuk Kuadran : II III IV A2 = Ya
A2 = Tidak
A9 = Ya
A9 = Tidak
A10 a – A10 c = sudah seluruhnya
A10 a – A10 c = baru sebagian
Kriteria Responden I
Jawaban Item untuk Kuadran : II III IV
Ketersediaan Akses TIK 4. Terdapat jaringan komputer di tempat responden bekerja 5. Terdapat fasilitas on-line di tempat responden bekerja 6. Responden memiliki fasilitas komputer di rumah atau di tempat bekerja
jaringan = Ya on-line = Ya A1 dan A4 = Ya
7.
A8b =ya
Responden memiliki akses internet di tempat bekerja
jaringan = Tidak on-line = Tidak Salah satu A1 atau A4 = tidak A8b = tidak
jaringan = Ya on-line = Ya A1 dan A4 = Ya A8b = Ya
jaringan = Tidak on-line = Tidak Salah satu A1 atau A4 = tidak A8b = Tidak
Hasil analisis responden dalam hal pemanfaatan TIK dan ketersediaan akses TIK seperti yang digambarkan berikut ini. Tersedia Memanfaatkan seluruhnya Pemanfaatan TIK Memanfaatkan sebagian
Akses TIK Tidak Tersedia
Kuadran I
Kuadran II
Tidak ada
Tidak ada
Kuadran III
Kuadran IV
3 orang
97 orang
Gambar IV.6 Hasil analisis antara pemanfaatan TIK dan akses TIK Berdasarkan hasil analisis dari Gambar IV.6, ternyata tidak ada responden yang sudah memanfaatkan TIK seluruhnya untuk keperluan pekerjaan
maupun
kebutuhan kehidupan sehari-harinya. Baru 3 responden yang sudah tersedia akses TIK tetapi masih memanfaatkan TIK sebagian. Dan sisanya, sebesar 97% dari responden walaupun akses TIK tidak tersedia, tetapi sudah mencoba untuk memanfaatkan TIK. 100% responden baru memanfaatkan TIK sebagian, karena
58 rata-rata responden belum pernah menggunakan internet dalam hal sebagai berikut: (1) untuk chatting dengan teman/relasi (2) untuk menemukan informasi mengenai produk atau jasa (3) untuk memesan produk atau jasa (4) untuk melakukan online-banking atau membeli produk finansial (5) untuk mencari beberapa informasi kesehatan (6) untuk mencari pekerjaan
IV.6.4. Analisis Pendapat Responden Mengenai Internet
Analisis dilakukan terhadap jawaban dari kuesioner nomor A13, yang menyatakan pendapat mengenai internet adalah : a. memerlukan kemampuan komputer tingkat tinggi b. tidak cukup mudah untuk mendapatkan aksesnya c. terlalu banyak memerlukan waktu d. terlalu mahal untuk menggunakannya e. kurang berguna atau informasi kurang menarik f. tidak ada sesuatu untuk saya Hasil survei menyatakan yang berpendapat setuju sebanyak 39 orang, hal ini berarti masih sekitar 40% (hampir setengah) guru menyatakan internet memerlukan kemampuan komputer tingkat tinggi dan hampir 50% menyatakan terlalu mahal untuk menggunakannya. Hasil survei dapat dilihat pada Gambar IV.7.
59
Pendapat Internet 50 45
terlalu banyak memerlukan w aktu, 32
40 Responden
35 30 25 20 15 10
komputer tingkat tinggi tidak mudah 39 akses 25
terlalu mahal, 47 informasi kurang menarik, 11 tidak ada sesuatu 12
5 0 internet
Gambar IV.7 Hasil survei pendapat internet Hasil ini menunjukkan bahwa sekitar setengah dari jumlah guru yang disurvei memang belum terbiasa menggunakan internet sehingga masih berpendapat setuju membutuhkan kemampuan komputer tingkat tinggi. Hal ini perlu menjadi perhatian pihak sekolah dan pemerintah.
IV.7. Permasalahan dan Penyebab Kesenjangan Digital
Dari hasil analisis pada sub bab IV.6, dapat diambil kesimpulan analisis kondisi responden seperti yang dijelaskan dalam tabel berikut. Tabel IV.15 Kesimpulan hasil analisis Aspek Upaya pencapaian kecakapan TIK Pemanfaatan TIK
Tingkat kecakapan TIK
Tingkat Tinggi Rendah Memanfaatkan seluruhnya Memanfaatkan sebagian Percaya diri sepenuhnya Percaya diri sebagian
Ketersediaan Akses TIK Tersedia Tidak tersedia 3 orang 89 orang 8 orang -
-
3 orang
97 orang
-
-
3 orang
97 orang
Dari Tabel IV.15 didapat kesimpulan bahwa responden berada pada kondisi terburuk (berada dalam kuadran IV) pada kondisi akses TIK tidak tersedia dengan
60 pemanfaatan TIK para responden belum memanfaatkan seluruhnya dan tingkat kecakapan TIK yang belum percaya diri sepenuhnya. Sementara dalam hal upaya pencapaian kecakapan TIK, 89% responden sudah memiliki upaya tinggi walaupun akses TIK masih terbatas. Dan kesimpulan lainnya, hampir setengah dari jumlah guru masih berpendapat bahwa internet memerlukan kemampuan komputer tingkat tinggi.
Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat terlihat bahwa permasalahan utama yang menyebabkan masih terjadinya kesenjangan digital adalah : (1) Ketersediaan akses TIK yang masih terbatas. (2) Tingkat kecakapan TIK; belum ada yang percaya diri sepenuhnya untuk melakukan pemanfaatan pada akses internet dan sebagian masih setuju bahwa internet membutuhkan kemampuan komputer tingkat tinggi. (3) Dari sisi pemanfaatan TIK, belum ada yang sudah memanfaatkan akses TIK sepenuhnya sebagai kebutuhan dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari. Sementara itu, dalam hal upaya pencapaian kecakapan TIK sebagian besar sudah memiliki upaya yang tinggi walaupun dengan segala akses TIK yang terbatas, misal seorang guru tidak diberi satu komputer personal. Padahal dengan tersedianya fasilitas akses TIK, selain dapat mengurangi kesenjangan digital, seorang guru dapat meraih beberapa kesempatan seperti berikut : (1) Pengembangan Profesional, diantaranya : (a) Meningkatkan pengetahuan (b) Berbagi sumber diantara rekan sejawat/sedepartemen (c) Bekerjasama dengan guru-guru dari luar negeri (d) Kesempatan untuk menerbitkan /mengumumkan secara langsung (e) Mengatur komunikasi secara teratur (f) Berpatisipasi dalam forum dengan rekan sejawat baik lokal maupun internasional. (2) Sumber bahan mengajar , diantaranya : (a) Mengakses rencana belajar mengajar dan metodologi baru (b) Bahan baku dan bahan jadi cocok untuk segala bidang pelajaran
61 (c) Mengumumkan
dan
berbagi
sumber.
Sangat
tingginya
popularitas/sangat tingginya minat untuk meningkatkan siswa lebih terfokus belajar. Adapun penyebab permasalahan-permasalahan di atas, dari hasil wawancara dengan beberapa responden yang berasal dari SMU yang berbeda, memiliki jawaban yang hampir sama, yaitu di antaranya : (1) Tidak memiliki dana untuk memenuhi kebutuhan akses dan perangkat TIK, yang salah satunya menyebabkan guru tidak terbiasa menggunakan TIK dalam pekerjaan/kebutuhan hidup sehari-harinya. (2) Belum memiliki prioritas dalam hal penggunaan TIK dalam pekerjaannya. (3) Sebagian besar guru masih kurang memiliki kompetensi TIK dan belum terbiasa menggunakannya, sehingga tidak memiliki kepercayaan diri untuk menggunakannya,
apalagi
dapat
mengeksplorasi
lebih
jauh
pemanfaatannya baik untuk mendukung pekerjaan maupun keperluan hidup sehari-harinya. (4) Kurangnya media/sumber-sumber pembelajaran TIK untuk para guru. (5) Tidak ada SDM teknis yang khusus mengelola dan memelihara ketersediaan akses dan perangkat TIK. Karena sebenarnya, sebagai contoh, seluruh SMU sudah pernah memiliki akses internet, tetapi karena tidak ada yang khusus mengelola dan memelihara ketersediaan akses dan perangkat TIK tersebut, maka pada akhirnya rusak, tidak berjalan, kena virus, atau berhenti berlangganan internet.
IV.8. Strategi untuk Mengurangi Kesenjangan Digital
Berdasarkan hasil analisis kondisi permasalahan dan penyebab-penyebabnya yang disebutkan pada sub bab IV.6 dan IV.7, maka diusulkan beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi tersebut dalam rangka mengurangi kesenjangan digital sebagai berikut : (1) Penanaman motivasi dan pembiasaan memanfaatkan TIK kepada tiap individu; Hal ini bertujuan untuk bersama-sama berupaya mewujudkan
62 pola kerja/kehidupan baru dengan menggunakan TIK, karena terjadi pola komunikasi yang berbeda, pola kerja yang berbeda, dan sebagainya. Sehingga diharapkan para guru dapat beradaptasi dan membiasakan diri untuk memanfaatkan ketersediaan akses TIK yang ada dengan optimal untuk keperluan pekerjaan maupun kepentingan kehidupan sehari-hari sehingga akan mengurangi kesenjangan digital. Bila masih terdapat keterbatasan akses TIK (seperti kondisi responden saat ini) misal satu komputer disediakan untuk beberapa orang guru, maka permasalahan ini dapat diatasi dengan pembuatan jadwal pemakaian secara bergiliran. Dengan pembuatan jadwal, diharapkan dapat membantu pembiasaan terhadap pola kerja/kehidupan yang baru menggunakan TIK. (2) Penyiapan SDM (guru); Sehingga SDM (guru) mampu mengembangkan literasi TIK dan kompetensi guru dalam mengintegrasikan TIK ke dalam pembelajaran. Bila perlu guru mengadopsi atau mengadaptasi strategi pembelajaran yang telah terbukti efektif dan mengkomunikasikannya dengan kolega. (3) Penyediaan perangkat lunak untuk pembelajaran TIK internal sekolah; Seperti buku, modul, LKS, program kaset audio, VCD/DVD, CD-ROM interaktif, dan lain-lain, dapat dilakukan dengan cara membeli produk yang telah ada di pasar atau memproduksi sendiri. (4) Penyiapan fasilitas infrastruktur TIK yang memadai; Tidak dapat dipungkiri, saat ini biaya untuk ketersediaan fasilitas infrastruktur TIK masih tinggi, khususnya untuk pengadaan dan pemeliharaan TIK, seperti komputer, internet, dan lain-lain. Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pihak pemerintah maupun pihak sekolah, di antaranya sebagai berikut : (a) Bekerjasama dengan para vendor penyedia TIK, seperti dengan penyedia jasa internet, penyedia perangkat TIK, dan sebagainya. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kemudahan dalam hal ketersediaan infrastruktur TIK misal dalam sistem kerja sama sewa perangkat, kredit pembayaran dalam periode tertentu, jasa langganan dengan biaya khusus/spesial dengan pembentukan kerja sama yang saling
63 menguntungkan kedua belah pihak, dan sebagainya. Strategi ini mungkin dilakukan karena pihak sekolah memiliki banyak sumber daya manusia (sebagai pelanggan tetap dari sisi perusahaan/bisnis) yang akan tetap/rutin memanfaatkan (atau berlangganan) terhadap fasilitas (atau jasa) yang disediakan oleh para vendor tersebut. (b) Menggunakan perangkat lunak open source untuk mengurangi biaya pengadaan dan pemeliharaan perangkat lunak. (5) Penyiapan tenaga teknis; fasilitas TIK yang ada di sekolah hendaknya didukung oleh beberapa tenaga teknis yang memiliki keahlian atau keterampilan dalam mengelola dan memelihara peralatan tersebut untuk mengatasi permasalahan operasional sehari-hari. (6) Pengupayaan rencana program-program pembelajaran TIK untuk jarak jauh; Seperti e-learning, telecenter, distance learning, tv pendidikan, dan sebagainya, khususnya untuk meningkatkan fasilitas pembelajaran TIK secara umum. Hal ini bertujuan untuk menyediakan bahan pembelajaran TIK terutama untuk para guru Indonesia yang terletak jauh di daerah yang sulit atau bahkan tidak mungkin dijangkau. (7) Kepemimpinan; Kepala sekolah dan atau beberapa guru panutan di sekolah menyadari penuh pentingnya peran TIK untuk pembelajaran dan berupaya untuk terus mempelajari dan menerapkannya di sekolah. (8) Dukungan
kebijakan;
Baik
pemerintah
maupun
pihak
sekolah
mengeluarkan kebijakan untuk memprioritaskan pengintegrasian TIK.