PEMANFAATAN HASIL PENELITIAN PERTANIAN LEMBAGA PEMERINTAH NONDEPARTEMEN OLEH PENELITI DAN PENYULUH Maksum, Etty Andriaty, Eka Kusmayadi, dan Tuti Sri Sundari Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Jalan Ir. H. Juanda No. 20, Bogor 16122, Telp. (0251) 8321746, Faks. (0251) 8326561 E-mail:
[email protected] Diajukan: 4 Januari 2010; Diterima: 11 Februari 2010
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Penelitian bidang pertanian dilakukan tidak saja oleh Badan Litbang Pertanian, namun juga oleh lembaga lain seperti LIPI, Batan, BPPT, dan kementerian lainnya. Perpustakaan merupakan salah satu sumber informasi hasil penelitian pertanian, termasuk hasil penelitian pertanian lingkup Lembaga Pemerintah NonDepartemen (LPND). Penelitian ini bertujuan mengetahui aksesibilitas peneliti dan penyuluh terhadap informasi, pemanfaatan hasil penelitian pertanian yang dihasilkan LPND oleh peneliti dan penyuluh, serta hubungan antara karakteristik peneliti dan penyuluh, serta aksesibilitas informasi dengan pemanfaatan hasil penelitian pertanian. Hasil penelitian menunjukkan tiga peringkat utama manfaat hasil penelitian pertanian lingkup LPND bagi peneliti dan penyuluh yaitu: (1) sebagai acuan untuk penelitian lanjutan, (2) transfer ilmu pengetahuan, dan (3) sebagai referensi atau rujukan dalam menyusun karya tulis ilmiah. Karakteristik individu peneliti dan penyuluh tidak menunjukkan hubungan yang nyata dengan aksesibilitas terhadap informasi dan pemanfaatan hasil penelitian pertanian LPND. Terdapat hubungan nyata antara aksesibilitas terhadap informasi dengan pemanfaatan hasil penelitian pertanian oleh peneliti dan penyuluh.
Penelitian adalah penyelidikan yang dilakukan secara sistematis dan metodologis untuk menguji kebenaran atau ketidakbenaran hipotesis sehingga ditemukan suatu konsep atau inovasi baru, baik berupa teknologi maupun cara kerja baru yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan profesi masing-masing (Abbas 1995). Di tingkat nasional, penelitian pertanian dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian), Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND), perguruan tinggi, organisasi profesi, dan swasta. Hasilnya cukup banyak, namun pemanfaatannya oleh masyarakat belum optimal. Hal tersebut diduga karena masyarakat belum atau tidak mengetahui adanya hasil penelitian yang mereka butuhkan, atau meskipun mengetahui, mereka tidak memanfaatkan hasil penelitian bukan karena faktor bahasa, tetapi informasi hasil penelitian yang mereka terima secara ekonomis kurang menguntungkan, secara teknis kurang kompatibel dengan teknologi yang sudah ada dan diterapkan, serta secara sosial tidak sesuai dengan budaya dan kearifan lokal (Rogers and Shoemaker 2003).
ABSTRACT The Use of Agricultural Research Results of Non-Departmental Government Institute by Researchers and Extension Workers The study aimed at finding out the information accessibility of researchers and extension workers, the utilization of agricultural research results of Non-Departmental Government Institute (NDGI) by researchers and extension workers, and correlation between the variables. The results showed that three major utilization of agricultural research results by researchers and extension workers were: (1) as reference for further research, (2) transfer of knowledge, and (3) reference sources for preparing scientific paper. The individual characteristic was not significantly correlated with information accessibility and utilization of agricultural research results by researchers and extension workers. There was significant correlation between information accessibility and the utilization of agricultural research results by researchers and extension workers. Keywords: Agricultural research, NDGI, information, accessibility, uses
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 19, Nomor 1, 2010
Penelitian bidang pertanian di tingkat nasional tidak hanya dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian, tetapi juga oleh lembaga-lembaga pemerintah seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal), Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek), dan perguruan tinggi. Untuk memperkuat rencana penelitian pertanian tersebut, lembaga penelitian yang berkompeten dengan tugas penelitian dan pengembangan memerlukan dukungan perpustakaan. Perpustakaan mempunyai peran penting dalam mendukung lembaga induknya, utamanya dalam penyediaan informasi ilmiah baik yang bersumber dari hasil penelitian nasional maupun internasional.
9
Dalam konteks penyebaran hasil penelitian pertanian, peran perpustakaan menjadi strategis karena perpustakaan mempunyai fungsi mencari, menghimpun, dan mengolah sumber-sumber informasi hasil penelitian dalam bentuk tercetak dan elektronis, kemudian menyebarkannya kepada masyarakat pengguna melalui sistem layanan perpustakaan baik manual maupun digital. Perpustakaan lembaga penelitian dan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang dibangun untuk mendukung kegiatan intelektual dalam hal penelitian dan pengembangan. Dukungan yang dilakukan perpustakaan di antaranya adalah penyediaan publikasi ilmiah baik dalam bentuk tercetak maupun elektronis. Pengguna informasi hasil penelitian pertanian di tingkat nasional yang bersumber dari perpustakaan, di antaranya adalah pengambil kebijakan, peneliti, penyuluh, perekayasa, widyaiswara, dosen, mahasiswa, pelajar, kalangan swasta, dan petani. Salah satu layanan perpustakaan yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi adalah layanan penelusuran. Layanan penelusuran mampu memberikan jawaban atas permintaan pengguna dari berbagai sumber informasi, seperti buku dan jurnal. Penelusuran informasi sebagai salah satu layanan perpustakaan sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan informasi para pengambil kebijakan atau pengguna lain untuk dapat melihat informasi yang sudah ada atau yang akan datang (Atherton 1986). Salah satu perubahan perilaku masyarakat saat ini adalah mencari informasi melalui internet dengan menggunakan fasilitas web search engine. Sebagian besar masyarakat tidak lagi mencari informasi di perpustakaan ataupun pusat informasi karena kurang efektif apabila harus datang ke perpustakaan untuk mencari buku. Koleksi perpustakaan terkadang juga sangat terbatas sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan pengguna (Kristina 2010). Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah kebiasaan pengguna perpustakaan, sehingga dikenal dengan istilah generasi Google. Menurut Irma (2010), dari hasil survei yang dilakukan oleh Online Computer Library Center (OCLC), ciri khas generasi Google adalah sebagai berikut: 1. Sebanyak 89% mahasiswa perguruan tinggi menggunakan mesin pencari sebagai langkah awal pencarian informasi, sedangkan hanya 2% yang mulai dari suatu situs web perpustakaan.
10
2. Sebanyak 93% menyatakan puas atau sangat puas dengan pengalaman mereka menggunakan mesin pencari, dan 84% menyatakan puas melakukan penelusuran dengan bantuan pustakawan. 3. Mesin pencari lebih cocok dengan gaya hidup mahasiswa daripada perpustakaan fisik atau online dan kecocokan itu ‘hampir sempurna’. 4. Mahasiswa masih menggunakan perpustakaan, tetapi semakin sedikit (dan membaca makin sedikit) sejak mereka mulai menggunakan sarana penelusuran internet. 5. Bagi mahasiswa, perpustakaan masih tetap diasosiasikan dengan buku, meskipun perpustakaan telah melakukan investasi besar-besaran untuk menambah sumber-sumber informasi digital. Perubahan perilaku pencarian informasi akibat pilihan-pilihan digital, akses tanpa batas waktu, disintermediasi (hilangnya perantara), dan mesin pencari yang akurat terjadi pada hampir semua pengguna perpustakaan riset dan semuanya menunjukkan perilaku yang sama. Hal ini tidak saja terlihat pada mahasiswa, namun juga pada guru besar, dosen, dan praktisi. Secara umum, bentuk perilaku pencarian informasi yang baru tersebut mempunyai ciri horisontal, meloncat-loncat, mengecek cepat, melihat, pengguna tidak setia, beraneka ragam dan sulit diprediksi, serta bisa berganti secara mendadak. Perilaku semacam ini menjadi tantangan besar bagi perpustakaan yang masih berpegang pada paradigma hardcopy (buku, bahan tercetak lain, berbagai informasi rekam berwujud fisik). Perpustakaan harus lebih aktif memantau perilaku pencarian informasi para pengguna dengan cara yang lebih tepat agar dapat menyusun respons yang sesuai. Kebiasaan pengguna dalam mencari informasi selayaknya mendapat perhatian serius dari para pengelola perpustakaan. Tantangan yang dihadapi pada perpustakaan riset (research libraries) dalam lingkungan digital menjadi semakin besar. Perubahan paradigma pengelolaan koleksi dari bahan tercetak ke materi digital harus dilakukan. Pemanfaatan koleksi buku tercetak tampaknya mulai semakin berkurang ketika pengguna berpaling dari perpustakaan sebagai suatu ruang fisik. Perpustakaan riset harus menyesuaikan diri dengan realitas baru, yaitu keharusan berkompetisi untuk mendapatkan perhatian dari kelompok-kelompok pengguna, khususnya pengguna muda, yang menghendaki content yang dinamis, interaktif dan bisa diberi sentuhan pribadi, serta dapat bersaing dengan situs lain.
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 19, Nomor 1, 2010
Untuk memahami peran perpustakaan dan pemanfaatan hasil penelitian pertanian lingkup LPND oleh para peneliti dan penyuluh, maka dilakukan pengkajian dengan tujuan mengetahui aksesibilitas peneliti dan penyuluh terhadap informasi, pemanfaatan hasil penelitian pertanian LPND oleh para peneliti dan penyuluh, serta mengetahui hubungan di antara variabel yang diamati.
deskriptif dan menggunakan tabel silang untuk analisis korelasional. Untuk melihat hubungan antarvariabel digunakan uji statistik Rank Spearman (rs).
METODE
Berdasarkan salah satu ciri khalayak yaitu heterogen maka karakteristik individu dapat dimasukkan ke dalam variabel yang diduga akan memengaruhi pemanfaatan informasi. Sifat heterogen khalayak kemungkinan akan menimbulkan perbedaan antarorang yang berbeda keragamannya, seperti perbedaan usia, jenis kelamin, jenjang jabatan fungsional, pendidikan, profesi, dan pengalaman.
Pengkajian pemanfaatan hasil penelitian pertanian lingkup LPND oleh peneliti dan penyuluh dirancang dengan survei deskriptif korelasional. Populasi penelitian adalah peneliti LPND serta peneliti dan penyuluh Badan Litbang Pertanian. Sampel penelitian ditetapkan secara proporsional sebanyak 90 orang, terdiri atas 30 orang peneliti LPND, 30 peneliti Badan Litbang Pertanian, dan 30 penyuluh Badan Litbang Pertanian. Penelitian dilaksanakan di unit kerja LPND dan Badan Litbang Pertanian yang tersebar di Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Variabel yang diteliti terdiri atas variabel pengaruh (independent variable) dan variabel terpengaruh (dependent variable). Variabel pengaruh terdiri atas karakteristik individu dan aksesibilitas informasi. Variabel karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, pendidikan formal, profesi, dan pengalaman dalam profesi, sedangkan variabel aksesibilitas informasi meliputi frekuensi kunjungan ke perpustakaan, alat penelusuran yang digunakan, cara melakukan penelusuran, tempat akses internet, frekuensi akses internet, lama setiap kali akses internet, dan jumlah artikel yang diterbitkan. Variabel terpengaruh adalah pemanfaatan hasil penelitian pertanian LPND oleh peneliti dan penyuluh, meliputi transfer ilmu pengetahuan, acuan untuk penelitian lanjutan, rujukan (referensi) karya tulis ilmiah, media komunikasi dan kolaborasi, bahan penyusunan program penelitian dan penyuluhan, materi penyuluhan, penerbitan publikasi teknis, dan peningkatan produksi usaha tani. Penentuan indikator pada setiap variabel dilakukan melalui studi kepustakaan, diskusi dengan pakar, dan pengamatan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner yang berupa daftar pertanyaan dan pernyataan yang disusun dari tiga variabel yang akan dikaji. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan AgustusSeptember 2009. Data yang telah dikumpulkan kemudian ditabulasi dengan tabel persentil untuk analisis data
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 19, Nomor 1, 2010
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, profesi, dan pengalaman dalam profesi. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa kisaran usia responden adalah 25-56 tahun dengan usia rata-rata 44 tahun. Usia rata-rata responden tersebut tergolong pada kategori usia produktif, di mana pada usia tersebut kemampuan daya cipta dan karsa seseorang sedang pada puncaknya, kondisi fisik prima, secara psikis memiliki kemampuan berfikir dan bertindak matang, energik, dan memiliki daya nalar yang kuat untuk menggali permasalahan dan memecahkannya. Lebih dari separuh responden (62,22%) berusia di atas atau sama dengan usia rata-rata, dan sebanyak 37,78% berusia di bawah usia rata-rata. Hal ini menunjukkan bahwa responden dalam pengkajian ini cenderung lebih banyak para peneliti dan penyuluh senior, paling tidak mereka sudah memiliki pengalaman di atas 10 tahun. Perbedaan kelompok usia tersebut memungkinkan adanya perbedaan dalam aksesibilitas terhadap informasi dan pemanfaatan hasil penelitian, dan berpengaruh terhadap keeratan hubungan antara variabel karakteristik responden dan pemanfaatan hasil penelitian. Klausmier dan Gwin dalam Setiawan (2007) menjelaskan bahwa umur merupakan salah satu faktor utama yang memengaruhi efisiensi dan motivasi belajar. Secara praktis dapat dikemukakan bahwa kinerja yang lemah berdampak terhadap kuantitas dan kualitas penelitian atau penyuluhan, karena kualitas dan kuantitas penelitian dan penyuluhan sangat ditentukan oleh kemampuan para peneliti atau penyuluh dalam memanfaatkan sumber-sumber informasi yang tersedia di perpustakaan.
11
Sebagian besar responden (57,78%) adalah laki-laki dan 42,22% perempuan. Keadaan ini menunjukkan bahwa profesi peneliti dan penyuluh masih didominasi oleh kaum laki-laki. Jenis kelamin responden juga diduga berpengaruh terhadap pemanfaatan informasi hasil penelitian. Dugaan tersebut disebabkan oleh perbedaan pandangan antara laki-laki dan perempuan terhadap hal-hal yang menyangkut kehidupan, seperti penilaian terhadap suatu objek, menentukan sesuatu yang harus lebih didahulukan, tindakan yang tidak disadari, dan pembawaan naluri. Laki-laki melihat dunia luar dari pijakan yang konsentratif (pemusatan), sementara perempuan melihat dunia dari pijakan yang ekspansif (meluas). Meskipun dua pijakan tersebut sangat berbeda, keduanya dianggap benar. Oleh karena itu, strategi dan teknik pencarian informasi serta pemanfaatannya antara laki-laki dan perempuan akan berbeda (Nasruni 2008). Berdasarkan tingkat pendidikan formal, sebagian besar responden memiliki jenjang pendidikan S2 dan S1, masing-masing 45,60% dan 43,30%. Hal tersebut menunjukkan bahwa para peneliti dan penyuluh memiliki kompetensi yang cukup baik dan berpeluang untuk dikembangkan. Kompetensi yang baik diharapkan berdampak terhadap kemampuan memberdayakan informasi untuk berbagai pemanfaatan, terutama untuk kegiatan penelitian dan pengembangan. Kompetensi tersebut selain dari pendidikan formal yang dimiliki, juga diperoleh dari pengalaman dalam profesi responden. Sebanyak 40% responden mempunyai pengalaman 10-20 tahun, dan 24,44% memiliki pengalaman dalam profesi lebih dari 20 tahun (Tabel 1).
Aksesibilitas terhadap Informasi Perubahan paradigma pengelolaan perpustakaan dari konvensional ke digital telah berdampak terhadap sikap dan perilaku pengguna untuk lebih responsif terhadap sumber-sumber informasi yang tersedia di perpustakaan. Namun demikian, pengguna perpustakaan masih banyak yang menggunakan sistem layanan konvensional. Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa frekuensi responden mengunjungi perpustakaan rata-rata 5,27 kali per bulan, 54,44% di antaranya mencari informasi dari sumber digital dan 45,56% dari sumber manual. Demikian halnya dengan cara melakukan penelusuran, sebanyak 41,11% responden memanfaatkan teknologi informasi dalam penelusuran informasi tanpa meminta bantuan petugas, sedangkan 58,89% responden
12
Tabel 1. Karakteristik individu responden. Karakteristik individu Usia Jenis kelamin Pendidikan
Profesi Pengalaman
Kategori
Persentase
< 44 tahun > 44 tahun Laki-laki Perempuan S3 S2 S1 Diploma Peneliti Penyuluh <10 tahun 10-20 tahun >20 tahun
37,78 62,22 57,78 42,22 7,78 45,60 43,30 3,33 66,67 33,33 35,56 40,00 24,44
masih memerlukan bantuan petugas. Hal ini menunjukkan bahwa para peneliti dan penyuluh pertanian sudah mampu memanfaatkan teknologi informasi untuk penelusuran data dan informasi digital (Tabel 2). Pemanfaatan internet untuk penelusuran informasi memerlukan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, lokasi atau tempat sangat memengaruhi seseorang dalam melakukan akses informasi. Sebagian besar responden (78,89%) melakukan akses informasi di tempat kerjanya
Tabel 2. Aksesibilitas responden terhadap informasi. Indikator aksesibilitas
Kategori
Persentase
Frekuensi kunjungan ke perpustakaan
< 5 kali· 5-10 kali > 10 kali
55,56 33,33 11,11
Alat penelusuran yang digunakan
Manual Digital
45,56 54,44
Cara melakukan penelusuran
Minta bantuan petugas Mencari sendiri
58,89 41,11
Tempat akses internet
Ruang kerja Warnet Perpustakaan Rumah
78,89 5,56 36,67 33,33
Frekuensi akses internet
< 3 kali/minggu 3-5 kali/minggu > 5 kali/minggu
31,11 46,67 22,22
Lamanya setiap kali menelusur di internet
< 1 jam 1-2 jam > 2 jam
68,89 27,78 3,33
Jumlah artikel yang diterbitkan
1-2 judul 3-4 judul > 4 judul
27,78 20,00 52,22
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 19, Nomor 1, 2010
atau di kantor dengan frekuensi akses internet 3-5 kali/ minggu (46,67%) dan waktu yang diperlukan setiap menelusur informasi di internet kurang dari 1 jam (68,89%). Kondisi tersebut dapat dipahami jika dilihat dari faktor waktu. Pada umumnya pegawai melaksanakan tugas dan fungsinya di dalam jam kerja, sehingga secara otomatis akses terhadap informasi yang dibutuhkan untuk mendukung pekerjaannya dilakukan pada saat berada di kantor atau dalam jam kerja. Akses informasi yang dilakukan responden di tempat kerja maupun di perpustakaan cenderung ke sumber yang sama, yaitu dari pangkalan data yang dihimpun oleh perpustakaan di mana responden berada. Perpustakaan lingkup Badan Litbang Pertanian dan LPND umumnya sudah dipasang jaringan lokal atau local area network (LAN) dan jaringan global (internet). Pemanfaatan internet di ruang kerja juga tidak memerlukan biaya karena sudah disediakan institusi tempat kerja responden. Aktivitas responden dalam memanfaatkan perpustakaan digital juga dapat dilihat dari jumlah artikel ilmiah yang ditulis dan dipublikasikan. Sebanyak 52,22% responden berhasil menerbitkan karya tulis ilmiah lebih dari empat judul per tahun. Namun demikian, jika dibandingkan dengan jumlah rata-rata responden menerbitkan karya tulis ilmiah sebesar 2,28 judul per penulis per tahun, kondisi ini dianggap masih rendah. Jumlah tersebut masih setara dengan rasio rata-rata tulisan ilmiah yang diterbitkan peneliti Badan Litbang Pertanian tahun 2007-2008 sebesar 2,68 per peneliti per tahun (PUSTAKA 2008).
Pemanfaatan Hasil Penelitian Terdapat delapan komponen atau unsur pemanfaatan hasil penelitian pertanian LPND oleh peneliti dan penyuluh, yaitu transfer ilmu pengetahuan, acuan penelitian lanjutan, rujukan (referensi) karya tulis ilmiah, media komunikasi dan kolaborasi, bahan penyusunan program penelitian dan penyuluhan, materi penyuluhan, penerbitan publikasi teknis, dan peningkatan produksi usaha tani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari delapan pemanfaatan hasil penelitian yang dikaji, tiga pemanfaatan memiliki skor tertinggi, yaitu acuan penelitian lanjutan, transfer ilmu pengetahuan, dan bahan rujukan karya tulis ilmiah (Tabel 3). Hal tersebut dapat dipahami karena informasi hasil penelitian pertanian LPND yang disebarkan melalui berbagai media sebagian besar masih bersifat ilmiah, sehingga peneliti dan penyuluh lebih banyak memanfaatkannya untuk kepentingan ilmiah, baik
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 19, Nomor 1, 2010
Tabel 3. Pemanfaatan hasil penelitian pertanian LPND oleh reponden. Pemanfaatan
Skor
Transfer ilmu pengetahuan Acuan penelitian lanjutan Rujukan (referensi) karya tulis ilmiah Media komunikasi dan kolaborasi Bahan penyusunan program penelitian dan penyuluhan Materi penyuluhan Penerbitan publikasi teknis Peningkatan produksi usaha tani
4,24440 4,29163 4,14718 4,08883 4,05920 4,08880 4,04995 3,81110
untuk penyusunan proposal penelitian, referensi karya tulis ilmiah, maupun sebagai transfer ilmu pengetahuan. Pemanfaatan yang paling rendah adalah peningkatan produksi usaha tani dan penerbitan publikasi teknis. Hal tersebut dikarenakan informasi hasil penelitian yang diterbitkan untuk kepentingan petani harus dikemas dalam bentuk atau bahasa yang lebih teknis, bukan dalam bentuk ilmiah. Bayu (2010) menyatakan bahwa informasi yang disebarluaskan kepada masyarakat sebaiknya sudah terolah secara sistematis sehingga masyarakat dapat memahami dan juga dengan mudah mendapatkannya sesuai dengan informasi yang dibutuhkan. Dilihat dari faktor media komunikasi dan kolaborasi antarpeneliti dalam penelitian, penulisan ilmiah, dan diseminasi hasil penelitian, hasilnya masih rendah, walaupun posisinya berada pada peringkat keempat. Namun, peneliti dan penyuluh menyatakan bahwa kolaborasi antarpeneliti dalam kegiatan penelitian, penulisan artikel ilmiah, dan diseminasi hasil penelitian memiliki peluang cukup besar. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan adanya tata hubungan penelitian dan penyuluhan antara Badan Litbang Pertanian dengan LPND dalam kerja sama penelitian, penulisan artikel ilmiah, dan diseminasi hasil penelitian. Hubungan Antarvariabel Berdasarkan hasil analisis, terdapat hubungan yang kuat antara aksesibilitas terhadap informasi dengan pemanfaatan hasil penelitian pertanian LPND oleh peneliti dan penyuluh, yaitu hubungan antara jumlah artikel yang diterbitkan dengan pemanfaatan hasil penelitian pertanian LPND untuk referensi karya tulis ilmiah. Dengan demikian ada kecenderungan bahwa semakin banyak karya tulis ilmiah para peneliti/penyuluh dipublikasikan maka tingkat
13
pemanfaatan hasil penelitian sebagai referensi karya tulis ilmiah akan semakin luas dan tinggi. Hubungan antara karakteristik individu dengan pemanfaatan hasil penelitian tidak menunjukkan hubungan yang nyata. Demikian halnya dengan hubungan antara karakteristik individu dengan aksesibilitas terhadap informasi. Hal tersebut menunjukkan bahwa karakteristik responden tidak menentukan pemanfaatan hasil penelitian pertanian bagi profesinya, namun penentuan pemanfaatan lebih banyak dipengaruhi oleh aktivitas responden terhadap pencarian informasi. Data penelitian menunjukkan adanya kecenderungan bahwa tingginya akses terhadap informasi berdampak terhadap tingginya produktivitas responden dalam menghasilkan penelitian dan karya tulis ilmiah. Hal yang sama juga terlihat dari hubungan yang sangat nyata antara variabel profesi dengan variabel jumlah karya tulis yang dipublikasikan, serta antara variabel pengalaman dalam profesi dengan variabel jumlah karya tulis yang dipublikasikan.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Karakteristik individu peneliti dan penyuluh sangat potensial untuk mengembangkan kemampuan dan profesi sebagai peneliti maupun penyuluh yang handal karena didukung dengan usia produktif, memiliki intelektualitas dan kompetensi pendidikan formal serta pengalaman dalam profesi. Sebagian besar peneliti dan penyuluh telah memanfaatkan teknologi informasi (internet) sebagai alat pencari data dan informasi yang bersumber dari perpustakaan. Hal tersebut ditunjukkan dengan tingginya frekuensi kunjungan ke perpustakaan, tingginya frekuensi akses internet, kemampuan menggunakan teknologi informasi, dan karya tulis ilmiah yang dipublikasikan. Informasi hasil penelitian pertanian LPND dimanfaatkan peneliti/penyuluh sebagai acuan untuk penelitian lanjutan, tranfer ilmu pengetahuan, sebagai rujukan (referensi) dalam menyusun karya tulis ilmiah, dan sebagai materi penyuluhan bagi penyuluh. Terdapat hubungan yang nyata antara aksesibilitas terhadap informasi dengan pemanfaatan hasil penelitian pertanian lingkup LPND oleh peneliti dan penyuluh. Karakteristik individu tidak menunjukkan
14
hubungan yang nyata dengan aksesibilitas terhadap informasi dan pemanfaatan hasil penelitian pertanian oleh peneliti dan penyuluh.
Saran Penyediaan informasi hasil penelitian pertanian dan informasi lain yang terkait dengan bidang pertanian dalam bentuk digital mendorong peneliti/penyuluh untuk melakukan penelusuran dengan cara digital. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya informasi dalam format digital, termasuk penyediaan infrastruktur perpustakaan digital perlu ditingkatkan. Kolaborasi antara peneliti Badan Litbang Pertanian dengan peneliti LPND dalam kegiatan penelitian, penerbitan artikel ilmiah, dan diseminasi hasil penelitian pertanian perlu ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA Abbas, S. 1995. 90 Tahun Penyuluhan Pertanian di Indonesia. Jakarta: Badan Pendidikan dan Penyuluhan Pertanian, Departemen Pertanian. Atherton, P. 1986. Sistem dan Pelayanan Informasi. Edisi Bahasa Indonesia. Diterjemahkan oleh Bambang Hartono. Jakarta: Arga Kencana Abadi. Bayu, H.D. 2010. Pemutakhiran Kemasan Informasi Hasil Penelitian (Digital) dalam Upaya Penyebarluasan Informasi Hasil Litbang Geologi Kelautan. http://www.mgi.esdm.go.id/ content/. [15 Juni 2010]. Irma. 2010. Perilaku Informasi Peneliti Masa Depan. http:// pustakawan2009.wordpress.com/2009/03/09/perilakuinformasi-peneliti-masa-depan-1/. [9 Juni 2010]. Kristina, H. 2010. Perubahan Perpustakaan dan Perilaku Pemustaka dalam Mencari Infomasi. http://hanakristina.wordpress.com/ 2010/03/31/perubahan-perpustakaan-perilaku-pemustakadalam-mencari-informasi/. [7 Juni 2010]. Nasruni. 2008. Perbedaan Pandangan Laki-laki dan Perempuan. Psikologi Suami Istri. Dr.Thariq Kamal An-Nu’ami. nAsruniblog.http://nasruni.wordpress.com/2008/02/29/ perbedaan-pandangan-laki-laki-dan-perempuan/. [12 Juni 2009]. PUSTAKA (Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian). 2008. Laporan Tahunan. Bogor: Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Rogers, E.M. and F.F. Shoemaker. 2003. Diffusion of Innovations. 5th edition. New York: Free Press. Setiawan, I. 2007. Tingkat Keberdayaan Komunikasi Petani dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 19, Nomor 1, 2010