Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
PELUANG APLIKASI MEKANISASI PENGANGKUTAN TBS KELAPA SAWIT PADA BLOK KEBUN PETANI THE OPPORTUNITY OF MECHANIZED FFB TRANSPORTATION APPLICATION IN FARMER’S OIL PALM PLANTATION Tri Endar Suswatiningsih* dan Dimas Deworo Puruhito Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian INSTIPER Yogyakarta Jl. Nangka II Maguwoharjo Depok Sleman DIY Email :
[email protected] ABSTRAK Perkebunan kelapa sawit merupakan sistem industri yang mempunyai tingkat keterlibatan rakyat cukup tinggi. Keterbatasan sumber daya modal, akses, manajemen, dan pengetahuan, mengakibatkan kinerja perkebunan rakyat pada umumnya lebih rendah daripada perkebunan swasta. Salah satu kegiatan penting yang mempengaruhi produktivitas adalah panen dan angkut TBS, dimana salah satu tahapannya adalah pengangkutan TBS dari blok kebun ke tempat pemungutan hasil (TPH).Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisa teknis dan ekonomis, penggunaan traktor tangan sebagai alat angkut TBS di perkebunan kelapa sawit milik rakyat. Parameter yang diteliti adalah kapasitas kerja, biaya operasional, kuantitas TBS yang diangkut, dan pendapatan petani.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran data primer, didukung dengan beberapa data sekunder.Sampel diambil secara acak dari sistem pengangkutan kebun milik petani dan kebun milik perusahaan swasta sebagai acuan. Hasil penelitian akan memberikan rekomendasi aplikasi mekanisasi angkutan di blok kebun petani, termasuk prasyarat dan langkah-langkah efisiensinya. Kelayakan ekonomis investasi traktor dihitung menggunakan NPV dan IRR.Hasil peneletian diperoleh bahwa penggunaan traktor tangan yang digandeng dengan gerobag (trailer) secara teknis maupun ekonomis layak diaplikasikan di kebun kelapa sawit milik petani. Secara teknis dari jumlah TBS, waktu dan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk mengangkut lebih efisien dibandingkan penggunaan angkong seperti yang saat ini dilakukan petani. Secara ekonomis investasi traktor tangan dan trailer dan akan kembali dalam jangka waktu 1 tahun dengan nilai NPV sebesar Rp 20.744.828 dan IRR 77% pada tingkat bunga 12 %. Kata kunci: analisa teknis dan ekonomi, sistem angkutan, TBS kelapa sawit. ABSTRACT Oil palm plantationsis anindustrial systemthat hasa fairly highdegree ofpeople's involvement. Limitations ofcapital resources, access, management, andknowledge at smallholder plantationsresulting inlower performance compare to private estates plantation. One of the important factor that affect the productivity is harvesting and transportation of FFB. One step of transportation is transporting FFB from the tree to the Fruit Collecting Point (FCP). This study aimed to carry out technical and economic analysis of application of hand tracto rin conveyance FFB .Parameters studied were working capacity, operational costs, the quantity of FFB transported, and the farmers income. The method used in this study is collecing primary data, supported by some secondary data. Samples were randomly taken from in block transport system using rick shaw owned by the farmer. The data was compared to a private company performance as a reference. Results of the study provide recommendations of in block mechanized transportation, including prerequisites and step sefficiency .The economic feasibility of tractor investment was calculated using NPV and IRR. The result showed thatthe
228
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
application ofa trailer to wedhand tractor in farmer plantaion was technically and economically feasible. Using hand tractor in FFB transportation was technically feasible in term of number of FFB, time and labor required to transport. It was more efficient than the useof rick shaws as is currently done by farmers. Economically,investment of hand tractors and trailers will be returned within 1years. The NPV of investment was Rp20.744.828andthe IRR was 77% at an interest rate of 12%. Keywords: technical and economic analysis, transport systems, oil palm FFB
PENDAHULUAN Produksi minyak kelapa sawit Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 sudah mencapai 17,3 juta ton, dan terus meningkat hingga tahun 2011 produksi munyak kelapa sawit sudah lebih dari 20 juta ton (Sunarko, 2012). Produksi ini sudah melampai negara Malaysia. Kenaikan produksi ini antara lain dipengaruhi oleh bertambahnya luas areal perkebunan kelapa saawit, serta peningkatan produktivitas tanaman.Luasan perkebunan ini termasuk perkebunan rakyat 2.565.172 ha.Pada tahun 2012, luas perkebunan kelapa sawit Indonesia sudah menjadi 23.521.071 ha. Luas areal sawit kebun rakyat berkembang pesat dari 28% menjadi 42% dalam satu dekade terakhir (Dirjenbun, 2012) Rist, dkk (2010) mengukur dampak perkebunan kelapa sawit terhadap kesejahteraan petani pedesaan, dan mendapatkan bahwa petani kelapa sawit mendapatkan keuntungan besar dari lahan dan tenaga, meskipun terdapat beberapa konflik. Jika pengelolaan dan kebijakan pemerintah lebih berdampak baik secara sosial, maka akan lebih banyak petani kecil mengalami peningkatan kesejahteraan.Oleh karena keterbatasan sumber daya modal, akses, manajemen, dan pengetahuan, kinerja perkebunan rakyat pada umumnya lebih rendah daripada perkebunan swasta. Hasnah, dkk.(2004) dalam penelitiannya dengan mengukur efisiensi teknis pengelolaan kebun di Sumatera Barat mendapatkan bahwa kinerja perkebunan petani kecil kelapa sawit hanya 66%, Di sisi lain, kebun petani turut berkontribusi pada persaingan produktivitas dengan negara produsen lain, oleh karena luasan dihitung secara total baik kebun swasta, rakyat maupun kebun milik negara. Tuntutan efisiensi produksi tidak bisa dihindari, termasuk pada kebun rakyat. Salah satu permasalahan pada manajemen perkebunan kelapa sawit adalah ketersediaan tenaga kerja dan kecepatan pengangkutan TBS dari blok ke tempat pemungutan hasil (TPH).Pengangkutan TBS terdiri atas dua tahap, yaitu pengangkutan dari bawah pohon yang dipanen ke tempat pengumpulan hasil (TPH) dan dari TPH ke loading ramp pabrik kelapa sawit. Pengangkutan tahap pertama menjadi tanggung jawab tim pemanen, sedang tahap kedua menjadi tanggung jawab petugas angkutan (Semangun dkk, 2005). Keterlambatan pengeluaran TBS dari blok panen akan mengganggu keharmonisan jadwal produksi pabrik minyak kelapa sawit (MPKS), dan menurunkan kualitas TBS yang dikirim ke pabrik, sehingga harga bisa lebih rendah. Ofuoku dan Chukwuji (2012) dari penelitiannya di perkebunan kelapa sawit di Nigeria sudah melihat bahwa terdapat kecenderungan kurangnya tenaga kerja karena migrasi, sehingga menyatakan penggunaan alat mesin pertanian di perkebunan tidak bisa dihindari. Pada perusahaan swasta kelapa sawit, berdasarkan penelitian Mesrawati (2013) permasalahan tersebut diatasi dengan aplikasi mesin pertanian, yakni traktor tangan atau mini traktor. Pada lahan-lahan datar, aplikasi tersebut memberikan efektivitas yang baik.
229
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Tuntutan produktivitas dan efisiensi juga dialami petani, termasuk di dalam proses panen-angkut. Aplikasi mekanisasi untuk mengatasi permasalahan angkutan di blok kebun sudah dilaksanakan oleh perusahaan swasta, namun memerlukan kajian mendalam agar dapat diterapkan di perkebunan rakyat. Penelitian ini bertujuan untukmempelajari tingkat kinerja teknis dan ekonomis pengangkutan TBS dengan taktor tangan dan melakukan analisa peluang aplikasi mekanisasi angkutan TBS di blok kebun petani, dan memberikan rekomendasi sistem penerapannya.
METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di kebun petani kelapa sawit mandiri yang berlokasi di Pekanbaru Riau. Sampel petani diambil secara simple random sampling sebanyak 25 petani, untuk mengamati perilaku dalam kegiatan pengangkutan TBS dan memperoleh data yang berkaitan dengan uji kinerja teknis maupun ekonomis penggunaan angkong dan traktor tangan dalam kegiatan panen. 1. Kinerja Teknik (Puruhito, dkk, 2014) Kinerja teknis dari alat angkut kelapa sawit, yaitu traktor tangan dengan gerobak, dapat dijabarkan ke dalam: a. Kapasitas kerja/angkut, merupakan kemampuan alat angkut mengangkut TBS setiap jam (kw/jam) dan setiap hari (ton/hari). b. Tingkat kerusakantraktor tangan dan kebutuhan perbaikan (frekuensi perbaikan per tahun) c. Umur pakai, dalam satuan jam kerja traktor (jkt) atau hari kerja (hkt). 2. Kinerja Ekonomi Kinerja ekonomis traktor merupakan selisih pendapatan dengan penjumlahan dari biaya sebagai berikut (Hunt, 1980): a. Biaya tetap (fixed cost) 1. Biaya penyusutan traktor tangan + gerobak , dengan umur ekonomi didekati menggunakan metode garis lurus (straight line method) P- S Bs = ----- (Rp/jam) n dengan: P = harga traktor tangan S = nilai akhir traktor tangan n = umur ekonomi (jam) 2. Bunga modal Pxi Bs = --------- (Rp/jam) n Dengan : P = harga traktor tangan i = bunga modal (%/ th) n = jam operasional traktor tangan (jam/th) 3. Biaya pemeliharaan 6% x P Bp = --------- (Rp/jam) n dengan: P = harga traktor tangan
230
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
6% = perkiraan % biaya perawatan n = jam operasitraktor tangan (jam/th) b. Biaya tidak tetap (variable cost), adalah biaya yang harus dikeluarkan jika traktor tangan dioperasikan, sedang bila traktor tidak beroperasi biaya ini tidak diperlukan. Biaya tidak tetap meliputi: 1) Biaya bahan bakar: Bb = Vb (lt) x Hb (Rp/lt) 2) Biaya tukang muat: Bt = Utm + (Md x Rp 7/kg) 3) Biaya operator traktor tangan: Bs = Uts + (Md x Rp 7/kg) Vb = volume bahan bakar yang digunakan selama angkut Hb = harga bahan bakar Utm = upah tetap tukang muat (rp/hr, jika ada) Uts = upah tetap operator (rp/hr) Md = jumlah muatan bak traktor tangan (kw) Kemampuan pengembalian modal petani dalam pembelian alat dan mesin pertanian dapat dihitung dengan konsep NPV, IRR dan Payback period (Yacob I., 1998). 1. NPV (Net Present Value) n
Net Present Value (NPV) =
Bt Ct
(1 i )
t
t 1
Bt = benefit / pendapatan kotor (Rp) Ct = cost / biaya yang dikeluarkan (Rp) t = jangka waktu (tahun) i = tingkat bunga yang berlaku (%) Suatu usaha/investasi dikatakan layak jika nilai NPV > 0 atau bernilai positif. 2. IRR (Internal Rate of Return) NPV1 IRR = i1 + ---------------------- . (i2 - i1) NPV1 - NPV2 Di mana : IRR = tingkat pengembalian internal NPV1 = nilai sekarang bersih pada discount rate i1 NPV2 = nilai sekarang bersih pada discount rate i2 i1 = discount rate percobaan pertama i2 = discount rate percobaan kedua HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil utama pohon kelapa sawit adalah buah sawit, yang tersusun dalam tandan buah segar (TBS). TBS kelapa sawit dipanen dengan cara potong buah. Pada tanaman berumur kurang dari 7 tahun, digunakan dodos, sedang pada tanaman berumur lebih dari 7 tahun, atau dengan ketinggian lebih dari 4 meter digunakan egrek. Metode panen yang tepat ikut menentukan kuantitas produksi (rendemen), sedang ketepatan waktu panen terkait dengan kualitas TBS (kandungan asam lemak bebas) (Pahan, 2010).Oleh sebab itu pemanenan, pengangkutan, dan pengolahan menjadi minyak menjadi rangkaian kegiatan yang saling mempengaruhi. Koordinasi tenaga kerja panen dan angkut serta alat angkut, sangat berpengaruh kepada penyediaan bahan baku pabrik minyak kelapa sawit. Setelah panen, pengangkutan menjadi kegiatan yang penting mendapatkan perhatian, karena sebagai bahan pertanian, TBS harus masuk ke pabrik pada hari itu juga untuk menjaga kondisi kualitasnya. Pada pemanenan kelapa sawit, setiap pemanen melakukan pekerjaan potong buah sendiri, mengutip brondolan sendiri serta mengangkut buah sendiri. Hal ini mengakibatkan pekerjaan pemanen menjadi berat.Jika ada bantuan alat mekanis akan membantu pemanen sehingga tidak perlu melakukan pengangkutan tandan buah segar (TBS) berulang-ulang ke
231
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
tempat pemungutan hasil (TPH). Alat angkut pada perusahaan kelapa sawit memiliki 2 cara yaitu secara manual dan mekanis. Pada penelitian ini dilakukan perbandingan cara manual dengan angkong dan mekanis dengan menggunakan traktor tangan untuk menarik trailer yang berisi TBS. Tabel 1. Spesifikasi traktor tangan yang digunakan Merk /Model
QUICK / G 6000
Kecepatan
1 Kecepatan Kerja
System Transmisi
Full Gear
Gear Case
Casting Dual Part System
System Penggerak(kopling kemudi)
V-Belt(2 buah) dan Tensioner
System Pembelok (kopling kemudi)
Dog Clutch
Isi Minyak Pelumas
3.5
Dimensi
Tracktor dengan Roda Besi / Roda Karet Kapasitas ( Bajak Singkal Tuggal )
Panjang (mm)
2300/2300
Lebar (mm)
1060/790
Tinggi (mm) Berat Tanpa Diesel (kg) Berat Dengan Diesel (kg) Lahan Sawah
1360/1320 149/129 221/201 ± 13.61 Jam/Ha
Lahan Kering
± 13.61 Jam/Ha
Sumber : Analisis Data Sekunder, 2015 Angkong atau dikenal dengan gerobak dorong terbuat dari plat baja berkualiatas tinggi dan sangat berguna untuk mengangkut Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit dan berbagai jenis material di kebun. Sedangkan traktor tangan yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai spesifikasi seperti tercantum pada Tabel 1. Traktor tangan yang diuji coba penggunaannya adlah model Quick G 6000, dengan asumsi mudah diperoleh petani. Dalam kegiatan panen kelapa sawit, TBS dikeluarkan dari dalam kebun dengan route seperti pada Gambar 1.Pengangkutan menggunakan angkong, pengambilan buah dimulai dari pokok yang terakhir (pokok 17 atau 18), kemudian pokok di depannya dan seterusnya sampai ke tempat pengumpulan hasil (TPH).Berdasarkan pengambilan data, setiap kali angkutdengan angkongdiisi rata-rata 4 janjang dengan berat janjang rata-rata 19 kgsehingga kapasitas angkut angkong seberat 78 kg. Untuk menyelesaikan pekerjaan angkut TBS ke TPH menggunakan angkong, pemanen perlu berulang-ulang melakukannya.
232
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Gambar 1. Route pengangkutan TBS ke TPH menggunakan angkong Penggunaan traktor tangan dimaksudkan untuk efisiensi waktu, tenaga tentu saja biaya. Penggunaan traktor tangan yang digandeng dengan trailer (gerobag) sebagai tempat TBS, ternyata cukup dengan sekali angkut semua TBS sudah dapat diangkut ke TPH. Kapasitas angkut gerobak yang digandeng dengan traktor tangan seberat 1.450 kg atau kalau dalam janjang sebanyak 76 janjang (Tabel 2). Kapasitas ini 18,5 kalinya kapasitas angkut angkong. Artinya jika menggunakan angkong, pemanen harus mengangkut 18 kali, sedangkan dengan traktor tangan dan trailer cukup sekali angkut. Tabel 2. Perbandingan beban maksimum dan biaya angkut penggunaan angkong dan traktortangan + trailer No Uraian Angkong Traktor + trailer 1 Beban maksimum sekali angkut 78 kg 1.450 kg 2 Jumlah janjang sekali angkut (BJR= 19 kg) 4 janjang 76 janjang 3 Kecepatan (Km/jam) 3,07 6,0 4 Biaya tetap (Rp/jam) 3.375 3.318 5 Biaya variabel (Rp/jam) 7.718 13.229 6 Total biaya operasional (Rp/jam) 11.093 16.800 7 Biaya operasional/km 2.998 2.800 Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Keterangan : BJR = Berat Janjang Rata-rata Biaya tetap yang meliputi biaya penyusutan alat dan biaya bunga modal per jam angkong lebih besar bila dibandingkan biaya tetap penggunaan traktor tangan dan trailer. Sebaliknya biaya tidak tetap angkong lebih kecil dibandingkan biaya tidak tetap traktor tangan dan trailer. Hal ini karena penggunaan angkong hanya mengeluarkan biaya tenaga kerja (operator) saja, sedangkan pada traktor tangan selain tenaga operator masih ditambah biaya bahan bakar dan biaya minyak pelumas. Total biaya operasional angkong lebih kecil dibandingkan total biaya penggunaan traktor tangan, tetapi dengan kecepatan angkong hanya 3,07 km/jam maka biaya operasional angkong perkilometer ternyata menjadi lebih besar yaitu Rp 2.998/km. Kecepatan traktor tangan 6 km/jam, sehingga biaya operasional perkilometer lebih kecil yaitu Rp 2.800/km. Berdasarkan perbandingan biaya operasional penggunaan angkong perkilometer lebih mahal dibandingkan operasional traktor tangan. Traktor tangan juga bisa dipakai bersama oleh beberapa petani, jika sekali angkut sudah bisa mengangkut 1.450 kg, maka jika luas lahan petani 2 hektar, satu traktor bisa dipakai bersama oleh 6-7 orang petani.
233
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
Jika rotasi panen kelapa sawit semua petani sama yaitu 6/7 atau setelah 6 hari, blok yang sama akan kembali dipanen (Pahan, I,2010), maka satu traktor cukup ideal dipakai bersama 6-7 petani. Luas kebun kelapa sawit yang dimiliki petani rata-rata adalah 2,36 hektar, dengan rata-rata produksi TBS sebanyak 4.063 kg/bulan. Rata-rata usia tanaman kelapa sawit 19 tahun, menurut Sunarko (2012) produktivitasnya bisa mencapai 20-24 ton/hektar/tahun, sedangkan produktivitas kebun petani sudah mencapai 20 ton/hektar/tahun. Harga TBS saat penelitian berkisar Rp 1.100/kg hingga Rp 1.200/kg jika dijual ke pengepul. Rerata pendapatan bersih dari kebun kelapa sawit sebesar Rp 4.489.987/bulan. Dari pendapatan bersih tersebut, petani dapat melakukan investasi untuk membeli traktor tangan dan trailer. Analisis sensitivitas kelayakan investasi traktor dan trailer selengkapnya disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Analisis sensitivitas kelayakan investasi alat angkut TBS (traktor dan trailer) Tingkat pendapatan
Tingkat Bunga
Rata-rata pendapatan Rp 4.469.987/bulan
12 % 10 %
Jika pendapatan Rp 3.500.000/bulan
12 % 10 %
Kriteria Kelayakan NPV = Rp 20.744.828 IRR = 77 % NPV = Rp 21.755.513 IRR = 88 % NPV = Rp 1.072.898 IRR = 4 % NPV = Rp 3.081.203 IRR = 54 %
Sumber : Analisis Data Primer, 2015 Hasil perhitungan analisis investasi traktor dan trailer diperoleh nilai NPV sebesar Rp 20.744.828 dan IRR 77 % pada tingkat bunga 12 % dan investasi sudah kembali pada tahun pertama. Hal ini menunjukkan petani mempunyai kemampuan untuk membeli traktor tangan dan trailer (gerobag). KESIMPULAN Kegiatan panen dan pengangkutan TBS di kebun kelapa sawit merupakan kegiatan yang penting, karena pada hari yang sama TBS harus masuk ke pabrik kelapa sawit agar tidak menurunkan kualitas TBS. Pengangkutan di blok kebun petani dengan menggunakan traktor tangan secara teknis lebih efisien, karena kapasitas angkut lebih banyak dan waktu tempuh juga lebih cepat. Secara ekonomi penggunaan traktor tangan dan trailer membutuhkan biaya operasional perkilometer yang lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan angkong, Penggunaan traktor tangan disarankan pada lahan datar dan dapat digunakan bersama dengan petani lain. Dengan rata-rata pendapatan petani kelapa sawit sebesar Rp 4.469.987/bulan, investasi traktor tangan dan trailer akan kembali dalam jangka waktu satu tahun dengan NPV sebesar Rp 20.744.828 dan IRR 77 % pada tingkat bunga 12 % pertahun.
UCAPAN TERIMAKASIH Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terimakasih kepada Dirjen Dikti yang telah mendanai penelitian ini. Terimaksih juga pada Debi dan Sari atas bantuannya dalam pengambilan data di kebun kelapa sawit Pekanbaru.
234
Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Sabtu, 26 September 2015 ISBN : 978-602-14930-3-8
DAFTAR PUSTAKA Direktorat Jendral Perkebunan, 2012. Indonesia Produsen Sawit Terbesar.Dirjenbun. Jakarta. Hasnah, Euan Fleming, dan Tim Coelli. 2004. Assessing The Performance Of A Nucleus Estate And Smallholder Scheme For Oil Palm Production In West Sumatra: A Stochastic Frontier Analysis. Journal Agricultural Systems 79 (2004) 17–30. Hunt, Donnel. 1980. Farm Power and Machinery Management. Iowa State University Press. Iowa Mesrawati, 2013.Kajian Variasi Pengangkutan Panen Kelapa Sawit Menggunakan Hand Tractor dari Pokok ke Pabrik Kelapa Sawit. Instiper. Yogyakarta. Ofuoku, A. U. dan Chukwuji, C.O. 2012. The Impact Of Rural-Urban Migration On Plantation Agriculture in the Niger Delta Region, Nigeria. Journal of Rural Social Sciences, 27(1), 2012, pp. 137–151. Pahan, Iyung. 2010. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya: Jakarta. Puruhito, D.D., Andreas W. K. Dan Fitri K, 2014. Sistem Angkutan TBS Kelapa Sawit, dalam Pengelolaan Koperasi Dan Perkebunan Swasta. Instiper. Yogyakarta Rist, L, Feintrenie Laure`ne, Levang, P. 2010. The Livelihood Impacts of Oil Palm: Smallholdersin Indonesia. Journal: Biodivers Conserv (2010) 19:1009–1024 Semangun, Haryono, Mangoensoekarjo, dan Soepadiyo. 2005. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Gadjah Mada University Press, Anggota IKAPI.Yogyakarta. Sunarko, 2012. Membangun Kebun Mini Kelapa Sawit di Lahan 2 Hektar. PT AgroMedia Pustaka. Jakarta Yacob I.,1998. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta.
235