Agroindustri Kelapa Sawit (AGROSAWIT), yang meliputi kegiatan perkebunan kelapa sawit (perkebunan yang menghasilkan tandan buah segar atau TBS) dan industri pengolahan (pabrik PKS yang mengolah TBS menjadi CPO dan PK) dapat dianalisis sebagai suatu sistem.
Sistem AGROSAWIT
bertujuan terutama untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, perekonomian daerah dan perekonomian nasional. Berdasarkan defmisi Sistem AGROSAWIT tersebut, maka kegiatan penyedia sarana produksi pertanian (bibit, pupuk, alatlmesin pertanian, dan teknologi), industri pengguna CPO dan PK (industri minyak goreng, oleokimia, dan industri hilir lainnya), masyarakat luas sebagai sumber tenaga keja dan konsumen produk olahan sawit, komoditas minyak nabati lain sebagai substitusi (kelapa dan kedelai),
pemerintah pusat dan
daerah, serta frtktor makro dalam dan luar negeri (ekonomi, moneter, politik, sosial/budaya, perdqangan eksporlimpor) diposisikan sebagai lingkungan ekstemal yang mempengaruhi Sistem AGROSAWIT (Gambar 7). Untuk mencapai tujuan Sistem AGROSAWIT, sub sistem perkebunan saling berinteraksi dengan sub sistem pabrik PKS. lnteraksi utama kedua sub sistem tersebut adalah bahwa hasil perkebunan berupa TBS menjadi masukan bahan baku bagi pabrik PKS.
Psrkebunan menjuai TBS dengan jumlah dan
harga yang didasarkan atas pertimbangan harga input antara lain berupa pupuk dan upahlgaji tenaga keja, sedangkan pabrik PKS membeli TBS atas dasar pert~mbanganharga jual CPO dan PK sebagai pertimbangan utama.
Hal-ha1
yang dipertimbangkan oleh perkebunan dan pabrik PKS tersebut merupakan input bagi masing-masing subsistem, yang dipenga~hijuga deh faktor-faktor lingkungan.
Input sub sistem perkebunan terutama dipengaruhi oleh industri
penyedia sarana produksi pertanian, sedangkan input pabrik PKS terutama dipengaruhi oleh permintaan pasar atau industri pengguna CPO dan PK baik di dalam maupun luar negeri. Selain itu, perkebunan maupun pabrik PKS samasama
dipengaruhi
secara
langsung
ataupun
tidak
langsung
oleh
perbankanfkreditor, pemerintah, masyarakat sekitar lokasi usaha, konsumen
.----- C --__-
----
Kondisi Ekonmi %
\ \ \
\
SISTEM AGROSAWIT
v
. Budaya
Gambar 7. Lingkungan Ekstemal yang Mempengaruhi Sistem AGROSAWIT produk olahan sawit, komoditas substitusi, serta kondisi lingkungan makro ekonomi, moneter, poliik, dan sosiallbudaya. Kemampuan Sistem AGROSAWIT untuk mencapai tujuan sangat tergantung pada tiga hal, yaitu: (1) kinerja masing-masing subsistem dalam mengelola sumberdaya dan faktor input, (2) interaksi sinergis antar subsistem, dan (3) kemampuan beradaptasi dan mengantisipasi pengaruh faktor lingkungan. Kinerja perkebunan dapat dilihat dari efisiensi dan efektiitas setiap tahapan aktivitas yang terdiri dari aktivitas pembukaan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman dan pemanenan, sedangkan kinerja pabrik PKS dapat dilihat dari aktivitas investasi pabrik dan proses pengolahan TBS rnenjadi CPO dan PK (Gambar 8).
I
B U Y A PRODUKSI TBS
.
Inn.porbs1
MELIHARAAN TANAMI MENGHASILKAN (TM)
.
.P.m."."."
ck1I.n
bung. 6 ubna
.
SAMPING
bhn baku
:.arang g:R% aktlf b,,
Gambar 8. Bagan Analisis Sistern AGROSAWlT Setiap aktivitas memerlukan biaya baik untuk investasi rnaupun operasional yang harus dikelola efisien, dan rnenghasilkan ouput yang tinggi. Dalam ha1 ini lndeks Produktiiitas Kebun (IPK) dan lndeks Produktiviis Pabrik PKS (IPP)
merupakan salah satu indikator untuk melihat kinerja perkebunan dan pabrik PKS. Berdasarkan penelitian PPKS-Medan (Pusat Penelitian Kelapa Sawit) IPK dan IPP AGROSAWIT Indonesia tergolong sedang dan rnasih berada di bawah AGROSAWIT Malaysia. Karena itu diperlukan upaya peningkatan kinerja kebun dan pabrik PKS agar agar tujuan Sistim AGROSAWIT dapat dioptimumkan. Upaya tersebut sangat beragam sehingga rnemerlukan metode pemecahan rnasalah yang tepat dan efektif. lnteraksi sinergis antar perkebunan dan pabrik PKS (Garnbar 8) dapat berjalan baik biia masing-masing subsistem telah dapat rnandiri (independence) dan dapat melakukan kerjasarna dengan baik (interdependence). kenyataannya
perkebunan,
khususnya
rakyat
pekebun
rnemiliki
Dalarn tingkat
ketergantungan yang ttnggi (dependence) kepada pabrik PKS karena lemahnya posisi tawar Rakyat dalarn menentukan kualitas dan harga TBS.
Untuk itu diperlukan upaya
pernberdayaan Rakyat Pekebun dan upaya penyelarasan interaksi kedua belah pihak agar kedua subsistern tersebut dapat berjalan serasi dan hormonis. Faktor lingkungan biasanya tidak dapat dipengaruhi oleh perkebunan dan
pabrik
PKS,
mereka
hanya
dapat
beradaptasi dan
mengantis~pasi
perubahan lingkungan tersebut. Namun beberapa faktor lingkungan berubah dengan cepat, seperti perubahan harga GPO dan PK di pasaran internasional yang tidak stabil yang disebabkan oleh perubahan suplai dan perrnintaan CPO dan rn~nyaknabati substitusi.
Garnbaran perkembangan fluktuasi harga CPO
sejak tahun 1972 terlihat pada Lampiran 8. Sejak krisis ekonorni tahun 1997, perubahan nilai tukar rupiah rnenjadi faktor yang berpengaruh besar karena nilainya sangat fluktuatif yang disebabkan oleh ketidakstabilan rnoneter, ekonomi, politik dan ekonomi nasional.
Faktor
nilai tukar rupiah terhadap US $ dipengaruhi oleh berbagai faktor sehingga sulit diproyeksikan, terutarna sejak terjadinya krisis ekonorni di Indonesia. Garnbaran fluktuasi nilai tukar rupiah terdadap US $ tertihat pada Larnpiran 9.
Faktor AGROSAWIT,
lingkungan dan
secara
tersebut khusus
berpengaruh akan
nyata
kepada
Sistern
menyebabkan
fluktuasi
tingkat
keuntungan yang diperoleh oleh pelaku usaha perkebunan dan pabrik PKS. Faktor
lingkungan
dapat
rnenyebabkan
kerugian
pelaku
usaha
dan
rnenyebabkan tirnbulnya pergeseran interaksi antar subsistern kearah tirnbulnya konflik.
Konflik akan semakin besar bila masing-masing subsistern hanya
mementingkan dirinya sendiri. Ini rnenunjukkan bahwa pengaruh lingkungan bersifat
dinarnis
dan
probabilistik
pada
Sistern
AGROSAWIT
sehingga
diperlukan upaya antisipatif dengan cepat dan tepat agar kinerja dan interaksi subsistem dapat berjalan dengan baik. Bila ditelusuri lebih lanjut. terdapat pihak-pihak yang berkepentingan dengan Sistern AGROSAWIT yang rnenyebabkan Sistern AGROSAWIT menjadi sernakin kompleks, terutarna pemerintah pusat, pernerintah daerah, tenaga kerja, dan rnasyarakat umurn.
Bagi pemerintah pusat. Sistern AGROSAWIT
merupakan salah satu kontributor perofehan pajak negara berupa pajak pertarnbahan nilai (PPN), pajak penghasiian (Pph), pajak ekspor, dan pajak penghasilan perorangan dari tenaga kerja.
Bagi pemerintah daerah, Sistem
AGROSAWiT merupakan surnber perolehan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) dan
restribusi serta
rnendapatkan kontribusi
perimbangan keuangan daerah dan pusat.
dari
pajak
negara
rnefalui
Pemberlakuan pajak ekspor yang
rnencapai puncaknya pada tahun 1998 telah rnenyebabkan perbedaan harga CPO CIF Rottterdarn dengan harga FOB Medan yang diterirna oleh pabrik sebesar US $ 330 per ton CPO, sedangkan tahun sebelumnya hanya sebesar US $ 52.
Dengan diturunkannya pajak ekspor pada tahun 1999 perbedaan
harga rnenjadi US $ 98 per ton CPO (Larnpiran 10). Bagi tenaga kerja, Sistem AGROSAWIT rnerupakan surnber lapangan kerja untuk rnernperoleh gajilupah atau bonus hasil usaha. Bagi rnasyarakat sekitar lokasi, AGROSAWIT dapat rnenjadi sumber lapangan kerja, penyedia sarana
dan
prasarana, sedangkan
bagi
rnasyarakat
luas
AGROSAWIT
merupakan sumber bahan baku untuk produk olahan seperti minyak goreng yang dibutuhkan masyarakat sebagai bahan pokok. yang
berkepentingan
menunjukkan bahwa
Banyaknya pihak-pihak
Sistern AGROSAWIT
strategis dan rnerniliki tingkat kompleksitas yang tinggi.
bersifat
Oleh karena itu
diperlukan upaya pengkajian secara holistik dalam upaya pengembangan AGROSAWIT. Berdasarkan karakteristik Sistem AGROSAWIT yang kornpleks, dinamis dan
probabilistik seperti diuraikan di
atas,
maka
upaya pengembangan
AGROSAWIT memerlukan pendekatan kesisteman, yaitu suatu metodofogi pemecahan masalah yang kompleks untuk menghasilkan keputusan yang efektif dengan rnemandang sistem secara utuh dan menyeluruh. Pendekatan kesisteman tersebut mengacu kepada prosedur riset yang dikernukakan oleh Eriyatno (1998), yaitu melalui tahapan yang meliputi: analisis kebutuhan. formulasi permasalahan, identifikasi sistem, permodelan sistem, verifikasi model dan implementasi.
Pada bab ini dibahas hingga identifikasi
sistern, sementara tentang permodelan akan dibahas pada bab berikutnya.
5.1. Analisis Kebutuhan Seperti diuraikan sebelurnnya bahwa selain pelaku usaha perkebunan dan pelaku usaha PKS, terdapat pihak-pihak yang berkepentingan terhadap Sistem AGROSAWIT yaitu : pernerintah pusat, pemerintah daerah, tenaga kerja, dan masyarakat luas.
Keseluruhan pihak-pihak yang terlibat tersebut disebut
sebagai aktor dari Sistern AGROSAWIT, dengan penjelasan berikut ini: 1. Rakyat pekebun (RP). Petani yang rnemiliki lahan perkebunan kelapa sawit yang relatif kecil (umumnya 2 ha) baik berupa petani bebas atau terikat dengan inti dalarn pola PIR atau kemitraan dengan pihak swasta.
2. Pelaku usaha perkebunan besar (USABUN). Terdiri dari Perkebunan Besar Swasta
(PBS)
dan
Perkebunan
Besar
Perkebunan Besar Swasta Asing (PBSA).
Negara
(PBN.
PTPN),
dan
Perkebunan besar ini memiliki
luas lahan relatif besar yang umumnya dalam ribuan hektar. Hampir semua PKS memiliki kebun sendiri.
3. Pelaku usaha agroindustri (UAGRO).
Merupakan pelaku usaha yang
rnengolah TBS (tandan buah segar) menjadi CPO inti sawit.
UAGRO lebih
dikenal dengan nama pabrik kelapa sawit (PKS) dan umumnya memiliki pabrik dengan kapasitas 30, 40, 60, dan 120 ton TBS/jarn. 4. Tenaga kerja perkebunan (TKBUN).
kebun
seperti
pekerja
untuk
Tenaga kerja yang dipekerjakan di
pemupukan,
pembersihan
gulrna,
dan
pernanenan. 5. Tenaga kerja agroindustri (TKPAB). Tenaga kerja yang bekerja pada pabr~k CPOlPKO atau PKS. 6. Pemerintah pusat (PUSAT). Terd~ridari Departemen, Menteri Negara, serta Badan dan
Lembaga pusat yang membuat kebijakan, peraturan dan
memberikan fasilitas dalam pengembangan agroindustri kelapa sawit serta lernbaga yang mendapatkan manfaat berupa pajak
7
Pernerintah
daerah
(PEMDA).
Dibedakan
atas
Propinsi,
serta
KabupatenlKota.
8. Masyarakat luas (MASYA).
Terutama masyarakat yang berada disekitar
perkebunan dan PKS. Setelah dilakukan analisis kebutuhan terhadap aktor di atas diperoleh hasil bahwa masing-masing aktor menginginkan pendapatan yang tinggj, dimana RP, USABUN, UAGRO menginginkan tingkat keuntungan yang tingg~, dan tenaga kerja menginginkan gajilupah yang layak. menginginkan rnasyarakat, rnenginginkan
perolehan dan
pajak
kelestarian
dampak
positif
yang
tinggi,
lingkungan,
Sernentara pemerintah
terwujudnya
sedangkan
pengembangan
kesejahteraan
masyarakat
AGROSAWIT
luas
terhadap
peningkatan kesejahteraan, pemerataan dan lingkungan yang lestari. Tabel 6 rnengungkapkan rincian kebutuhan aktor AGROSAWIT, terlihat adanya pertentangan kebutuhan antar aktor.
Petani dan pelaku perkebunan
menginginkan harga TBS yang tinggi, namun sebaliknya
Pelaku usaha
agroindustri menginginkan harga TBS yang rendah. Tabel 6 . lnventarisaisi Kebutuhan Aktor dalam Sistem AGROSAWIT Aktor
1
I P R
I1
2. USABUN
Kebutuhan
I
Pendapatan yang tinggi
Keuntungan rnaksimum
Rincian K e b u t u h a n
I .
--
Harga TBS tinggi Eiiaya produksi (lahan. sagrotan kredit,'alsin, dan gaji/upah) rendah Harga TBS tinggi Biaya produksi (lahan, saprotan, kredit, alsin. dan gajilupah) rendah Pajak rendah Biaya penanganan lirnbah rendah
k-
Keuntungan rnaksimurn
Harga TBS rendah Harga CPO Tinggi Biaya produksi (energi, sarana produksi, kredit, alsin, dan gajilupah) rendah Pajak rendah Biaya pengolahan lirnbah rendah Teknologi pengolahan efisien dan produktif -
j
Pendapatan maksimum
GajilUpah tinggi KHM minimum tercukupi
Pendapatan rnaksimurn
GajilUpah tinggi KHM minimum tercukupl
3.
UAGRO
4 . TKBUN
b
/
5. TKAGRO
-
-
6. PUSAT
1
I
7 . PEMDA
/
Pendapatan negara rnaksimum Kesempatan kerja meningkat Lingkungan hidup lestari
Penerimaan Pajak Tinggl Proporsi pajak untuk pusat tinggi Pelestarian lingkungan hidup Terwujudkan Penyerapan tenaga kerja
Pendapatan daerah rnaksirnum Lingkungan hldup lestari Kesempatan kerja daerah rneningkat
Penerimaan Fajak tinggj Proporsi pajak untuk daerah tinggi Pelestarian tingkungan hidup terwuiud >~ Penyerapan tenaga kerja
Kesejahteraan Pemerataan
Pemerintah menginginkan
-
~
4
Sarana dan prasarana tersedia Perluasan kesernpatan kerja
penerimaan pajak yang tinggi n a m u n s e b a l i k n y a
pelaku u s a h a p e r k e b u n a n d a n agroindustri menginginkan p a j a k yang r e n d a h . M a s y a r a k a t luas dan pernerintah m e n g i n g i n k a n l i n g k u n g a n hidup yang lestari
1i
1I I
i
1 \
tetapi pelaku usaha enggan rnengeluarkan biaya untuk penanganan lirnbah. Tenaga kerja rnenginginkan gaji/upah yang tinggi tetapi ha1 ini rnenjadi beban bagi pelaku usaha perkebunan dan pabrik PKS. Pertentangan kebutuhan aktor tersebut dapat menyebabkan timbulnya konflik sehingga tujuan utama pengembangan Sistem AGROSAWIT untuk peningkatan pendapatan rnasyarakat, perekonornian daerah dan perkonornian nasional dikhawatirkan akan sulit diwujudkan secara optimum.
Untuk itu
diperlukan upaya pemenuhan kebutuhan aktor yang didasari pada prinsip win win solution.
5.2. F o r m u l a s i permasalahan Selain rnengetahui kebutuhan aktor yang rnenjadi langkah awal dalarn pendekatan sistem, maka disini secara spesifik diuraikan perrnasalahan yang sedang dihadapi oleh Sistern AGROSAWIT sebagai dasar untuk mencari sotusi pernecahan
masalah
Sistern
AGROSAWIT.
Permasalahan
utarna
pada
pengernbangan agroindustri kelapa sawit saat ini adalah belurn dipenuhinya kebutuhan pihak-pihak yang terlibat di dalam agroindustri ketapa sawit secara optimum, seperti diuraikan berikut ini: 1
Harga TBS
Rurnus penentuan harga tandan buah segar (TBS) yang digunakan Pemerintah sejak tahun 1985 berprinsip pada sistirn "titip olah jual" dengan menggunakan persarnaan sebagai berikut :
HTBS = K (HCPO x Rend CPO) + (HPK x Rend PK) dimana: HTBS
: harga TBS di petani (Rplkg)
K
: indeks proporsi yang diterima oleh petani (%)
HCPO
: harga CPO (Rp/kg)
Rend CPO
: Rendernen CPO (%)
HPK
: harga inti sawit (Rplkg)
Rend PK
: rendemen inti sawit
Penentuan
harga
TBS
(Oh)
berdasarkan
persamaan
tersebut
setelah
dianalisis terbukti rnengandung berbagai kelemahan, yaitu : a) Distribusi Keuntungan dan Risiko. Petani menghadapi tiga sumber resiko,
yaitu : (1) penurunan harga GPO, (2) kenaikan harga input produksi TBS, dan (3)
kenaikan
biaya
pengolahan di
pabrik.
Sementara
Pabrik
PKS
mendapatkan margin yang stabil. b) Transparansi Biaya. Terdapat berbagai kornponen biaya yang tidak dapat
dikontrol
oleh pemilik TBS (petani), sernentara biaya tersebut harus
ditanggung oleh petani, yaitu: biaya pernasaran, biaya pengangkutan ke pelabuhan, biaya pengolahan, dan biaya penyusutan.
Ketidakmampuan
petani dalarn mengontrol biaya pengeluaran pabrik tersebut rnenjadikan pabrik PKS sangat bebas menentukan besarnya biaya-biaya tersebut. c) Rendernen. Penentuan rendemen pabrik dalam penentuan nilai K sulit
diketahui oleh petani. Rendemen yang rendah akan ditanggung oleh petani. padahal kemungkinan besar adalah kesalahan pabrik. d) Penentuan Nilai K .
Penentuan nilai K fproporsi yang diterima petani) ofeh
suatu Tim di daerah yang didasarkan pada rendernen riil pabrik kenyataanya harga TBS yang berlaku rnasih lebih rendah dari yang seharusnya diterima oleh petani. 2) Pajak. Pajak yang dibebankan kepada pabrik (terrnasuk PE) sesungguhnya di bayar oleh petani, seperti halnya semua pengeluaran pabrik PKS.
Maka
seharusnya pemungutan PE dikembalikan kepada petani karena pemungutan
PE adalah rnengambil hak petani.
Selain itu, besarnya pernungutan pajak yang
menjadi wewenang pemerintah pusat dan pernerintah daerah merupakan ha1 yang rnenjadi perrnasalahan selama ini.
3) Sarana Produksi Pertanian (saprotan) Pupuk merupakan kornponen biaya variabel terbesar bagi petani dan pelaku usaha perkebunan. Dengan rnenggunakan sistern penentuan harga TBS yang berlaku saat ini, kenaikan harga pupuk tidak dapat diakomodir oleh persamaan yang ada sehjngga bila terjadi kena~kansaprotan (pupuk) akan rnenyebabkan pendapatan bersih yang diterima petani menurun. 4) Teknologi
Penerapan teknologi dalarn AGROSAWIT rnemerlukan analisis yang mendalam sebelum rnengambil keputusan karena selain investasinya besar juga berdarnpak pada tingkat keuntungan yang diperoleh.
Dari segi rendemen,
Teknologi proses yang ada pada pabrik PKS saat ini sudah rnemadai, narnun biaya produksi pabrik PKS Indonesia rnasih tinggi bila dibandingkan dengan
biaya pabrik PKS Malaysia. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk peningkatan efisiensi agar biaya yang dibebankan kepada petani untuk "titip oiah jual" rnenjadi rendah. 5) Pemanfaatan dan penanganan limbah
Hampir sernua teknologi lirnbah yang ada belum dilaksanakan secara komersial walaupun sebagian teknologi telah layak secara finansial, karena pengusaha tidak berani rnelakukan investasi untuk teknologi yang relatif baru dan belum ada contoh pabrik yang berjalan.
Teknologi tersebut seharusnya
dapat diterapkan agar dapat rneningkatkan pendapatan pelaku usaha yang selanjutnya dapat rneningkatkan harga TBS sekaligus mengurangi pencemaran lingkungan. 6) Kelembagaan dan Kewenangan
Proses
desentralisasi
kewenangan pemerintah
akan
menghadapi
berbagai perrnasalahan dan konflik kepentingan antara PUSAT dan PEMDA. Penataan kelernbagaan diperlukan agar dapat rnendorong pengernbangan AGROSAWIT untuk perekonomian daerah.
Untuk
memenuhi
kebutuhan
masing
aktor
diperlukan
adanya
pemecahan permasalahan terhadap variabel yang berpotensi sebagai sumber konflik kepentingan antara satu aktor dengan aktor lainnya.
Sumber konflik
tersebut terutama adalah Harga TBS, harga pupuk, besaran pajak, pendapatan tenaga kerja, teknotogi peningkatan efisiensi, dan penanganan lingkungan dengan konsep zerowaste.
Konflik kepentingan masing-masing aktor hanya
dapat diselesaikan jika diperoleh kebijakan yang dapat diterima dan mampu memberikan kepuasan pada masing-masing aktor sesuai kebutuhannya. Artinya kebijakan tersebut memberikan nilat Win-Win Solution (wws). Suatu
kebijakan yang
kesetaraan aktor.
telah
memenuhi kondisi
wws
memerlukan
Harga jual TBS (produk petani) selain ditentukan dari
besarnya biaya produksi juga dipengaruhi oleh posisi tawar mereka~
5.3.
ldentifikasi sistem ldentifikasi sistern merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan
kebutuhan dan
pernyataan khusus dari rnasalah yang
mencukupi kebutuhan tersebut.
dipecahkan untuk
Menurut Eriyatno (1996). ha1 ini dapat
digambarkan dalam bentuk diagram sebab akibat dan diagram Input Output. Diagram lingkar sebab akibat Sistem AGROSAWIT dapat dilihat pada Gambar 9. yang menunjukkan hubungan antar objek di dalam maupun di luar Sistem AGROSAWIT yang dilihat dari segi dampak positif atau negatif satu objek terhadap objek-objek lainnya. Diagram tersebut menunjukkan bahwa perkebunan sawit dan pabrik PKS secara langsung ataupun tidak langsung berpengaruh positif antara lain kepada pendapatan masyarakat. pendapatan negara. pengembangan wilayah. dan stabiiitas monter.
Sebaliknya rnajunya perkebunan dan pabrik PKS
didorong antara lain oleh ketersedian modal, teknologi, dan infrastruktur. Diagram tersebut juga menunjukkan bahwa perkebunan dan pabrik PKS memiki hubungan timbal balik yang luas dan beragam dengan berbagai obyek lainnya sebagai pertanda bahwa Sistem AGROSAWIT bersifat kompleks.
Gambar 9. Diagram Lingkar Sebab Akibat Sistem AGROSAWIT ldentifikasi sistem juga dapat diiambarkan dengan konsep kotak h i m (Mak box), dimana tidak diketahui apa yang teijadi di dalamnya tetapi hanya diketahui input yang masuk dan output yang keluar dari kotak h i m tersebut,
seperti dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar tersebut secara khusus
menunjukkan Sitem Kebijakan AGROSAWIT untuk mendapatkan kebijakan
wws, yang terdiri dari input internal sistem yang terkendali dan tiiak terkendali,
serta input lingkungan. Sedangkan output terdiri dari wput yang dikehendaki yaitu output yang b d i wws dan output yang tidak dikehendaki yang memerlukan proses justifikasi melalui manajemen pengelolaan. Output yang dikehendaki dari Sistem AGROSAWIT berupa : (1) harga TBS yang adil, (2)
gajiiupah yang dapat rneningkatkan kesejahteraan, (3) jenis dan jumlah pajak yang layak, (4) aplikasi teknologi yang tepat, (5) teknologi zerowaste, dan (6) kebijakan wws.
Garnbar 10. Diagram Iput-Output Sistern AGROSAWIT
I
-4
BAB VI RANCANG BANGUN SISTEM