Pelindung:
Semester kedua tahun 2011 telah terlalui. Tim redaksi kali ini menghadirkan buletin sinar edisi semester II tahun 2011dihadapan pembaca sebagai jendela informasi tentang lembaga kita tercinta. Semoga kehadiran buletin ini tidak mengecewakan. Tim redaksi selalu berupaya menyajikannya tepat waktu dan dengan berbagai tampilan dan substansi yang berbeda.
GRM. Soerjo Dharsono
Pada Edisi ini Tim Redaksi baik isi maupun tampilan semakin berkualitas. Itu sejalan dengan semangat lembaga kita yang senantiasa berkomitmen mewujudkan pelayanan prima dengan menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001; 2008 yang dengan susah payah dapat kita raih dengan harapan dapat menggerakkan seluruh komponen untuk bersinergi mewujudkan pelayanan berkualitas. Kepada rekan-rekan yang telah berpartisipasi menyumbangkan informasi, Tim Redaksi mengucapkan terima kasih. Di masa mendatang, mari manfaatkan buletin kita sebagai wahana untuk mengekspresikan diri sekaligus menyampaikan berbagai informasi yang berguna bagi kemajuan lembaga. Kami tunggu partisipasi Anda! Daftar Isi Berita Rehabilitasi Catatan Kecil dari Sigedong...............1 Namaku Nuri...............4 Group Dancer Penerima Manfaat BBRSBG Kartini Juara Favourit I Lomba Kreasi Dance................5 Sepenggal Ceruta ODK dari Desa Krebet Ponorogo................6 Kemeriahan Ulang Tahun Penerima Manfaat BBRSBG Kartini Temanggung...............9
Telepon: (0293)491138
Lensa Kepegawaian Catatan dan Peristiwa (Informasi Kepegawaian)............10
Fax: (0293)491138
Email: info.bbrsbgkartini@org
Homepage: bbrsbgkartini@org
Surat Ijin Terbit: SK. Menpen No. 802/SK/Ditjen/STT/1980
Artikel Pemahaman Konsep Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus..............11 Perencanaan dan Anggaran Berbasis Puasa Serta Implementasinya.............14 Pentingnya Aksesibilitas Terhadap Pelayanan Sosial Orang dengan Kecacatan Grahita.............17 Lain-lain Widya Wisata Penerima Manfaat,
Redaksi menerima partisipasi dari semua pihak dalam bentuk berita, artikel, foto, kartun dan lain-lain. Silahkan anda menulis, Tim Redaksi siap membantu. Tunjukkan bahwa Anda mampu berekspresi sekaligus memberikan ide-ide, gagasan yang mungkin berguna bagi banyak orang.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 1
PENDATAAN DAN ASESMEN ORANG DENGAN KECACATAN GRAHITA UNTUK PROGRAM RSBK DI PONOROGO Oleh : Basuki Suharsono
alam tiga bulan terakhir Tahun 2011 ini, BBRSBG Kartini Temanggung disibukkan oleh kegiatan layanan penjangkauan/outreaching di Kabupaten Ponorogo sebagai tindak lanjut dari kebijakan Kementerian Sosial dan diresmikannya Rumah Kasih Sayang di desa Krebet Kecamatan Jambon Ponorogo oleh Menteri Sosial RI pada tanggal 11 Juli 2011 lalu. Salah satu tahapan dari layanan outreaching adalah pendataan dan asesmen ODK grahita. Kegiatan pendataan dan asesmen kali ini dimaksudkan untuk menjaring 100 ODK Grahita yang akan dilayani dalam program Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga (RSBK). Pada kegiatan TRC bulan Juni lalu, diperoleh data by name, by address sebanyak 104 orang ODK dari berbagai kecacatan di Krebet Kec. Jambon, Ponorogo, 34 orang di antaranya adalah ODK Grahita. Namun setelah diseleksi sesuaiu persyaratan, hanya ada 16 orang ODK Grahita yang bisa terlayani program RSBK. Oleh karena itu, kegiatan pemetaan dan asesmen ini dilakukan ke desa-desa lain di sekitar Krebet .
untuk membahas kegiatan ini. Pertemuan dilakukan di Rumah Kasih Sayang, dihadiri Tim BBRSBG Kartini Temanggung, Kepala Dinas Sosnakertrans Ponorogo dan kepala Bidang Rehabsos, Camat Jambon, Camat Balong dan Camat Badegan serta para Kepala Desa dari 5 desa yang menurut data memiliki penduduk ODK yang sangat banyak.
Rapat persiapan Pendataan dan Asesmen bersama Kepala
Tim pendataan dan asesmen sebanyak 8 orang Dinas Sosnakertrans Ponorogo, Para Camat dan Kepala meluncur ke Ponorogo pertengahan Nopember Desa DI Rumah Kasih Sayang 2011 lalu. Pada hari pertama dilakukan pertemuan SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 2
BERITA REHABILITASI
Akhir dari pertemuan, diputuskan bahwa 100 orang ODK Grahita calon PM Program RSBK berasal dari lima desa, yaitu Krebet dan Sidoharjo (Jambon), Pandak dan Karang Patihan (Balong) dan desa Dayakan kec. Badegan, semuanya harus bisa didata dan di asesmen selama 2 hari kedepan.
Menyusuri Bukit dan Lembah Hari Pertama. Tim melakukan pendataan
adalah Pandak dan Karang Patihan, yang populasi ODK grahita banyak. Tim dibagi dua kelompok untuk setiap desa. Kondisi di Pandak tidak berbeda dengan Jurang Sempu dan Watuagung, yaitu berbukit bukit dan tidak mudah dijangkau, sehingga memerlukan waktu untuk mengunjungi satu persatu sasaran. Sedangkan di Karang Patihan yang relatif datar, kepala desa bisa mengumpulkan para ODK Grahita beserta orang tuanya di rumah untuk didata dan diseleksi. Sejumlah 29 orang ODK didampingi keluarganya ikut hadir di sana. Hasil seleksi, 20 orang direkomendasikan program RSBK, 3 orang masuk Penerima Manfaat regular BBRSBG Kartini Temanggung. Sedangkan di Pandak, diperoleh 27 orang calon penerima manfaat, namun setelah diseleksi lagi, yang memenuhi persyaratan sebanyak 17 orang.
dan asesmen di Desa Dayakan kec. Badegan. Desa ini terdiri dari empat dukuh, dua dukuh diantaranya terletak di sepanjang bukit dan lembah, yatu Jurangsempu dan Watuagung. Tim disebar ke setiap dukuh. Ternyata kegiatan in tidak semudah yang dibayangkan, karena selain geografisnya menantang, juga data awal by name by address yang telah dibuat oleh desa sebagai Hari Ketiga. Tim melaksanakan tugas ke panduan kami kurang valid, sehingga harus mencari lagi diluar yang telah tercatat. Untunglah desa Sidoharjo kec. Jambon. Menurut data dari semua kepala dusun atau kamitua setia mendampingi. Di Jurangsempu dan Watuagung, tim menyusuri tanjakan dan turunan tajam, bahkan kendaraan kesulitan bergerak. Selain itu jarak antar rumah warga cukup jauh, sehingga setiap calon PM perlu didatangi satu persatu melewati jalan setapak karena tidak terjangkau meski dengan kendaraan roda dua. Jam 9 malam tim menyelesaikan tugas di desa Dayakan. Tim berkumpul kembali di Pendataan dan asesmen terpaksa dilaksanakan di pinggir jalan karena sulitnya lokasi. rumah kepala desa untuk memadukan hasil Dinas Sosnakertrans Ponorogo, ODK di sini kegiatan ini, kemudia bersama sama kembali ke terbanyak dibandingkan daerah lain, yaitu 310 bascame. Target hari pertama telah tercapai, yaitu orang, 133 orang di antaranya ODK grahita. Tidak berbeda dengan daerah lain, tim harus mendatangi mendapatkan calon PM sebanyak 20 orang. satu persatu para calon ODK, karena rumah Hari Kedua. Sasaran kali ini adalah di mereka sangat berjauhan, dan banyak di antaranya Kecamatan Balong. Di desa yang menjadi sasaran ditempuh dengan jalan kaki, melewati ladang, SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 3
BERITA REHABILITASI
turun sungai, naik bukit baru sampai ke satu sasaran. Di desa Sidoharjo, tim memperoleh calom PM sebanyak 27 orang dan direkomendasikan untuk program RSBK.
Pendampingan Oleh Calon Kader Selama tim melakukan kegiatan pendataan dan asesmen ini, masing-masing kepala desa menyediakan lima sampai tujuh orang relawan untuk memberikan pendampingan dan sekaligus sebagai pemandu. Dengan pendampingan ini, maka pelaksanaan kegiatan sangat terbantu sehingga bisa tepat sasaran. Relawan tersebut terdiri dari perangkat desa, LSM dan karang taruna desa setempat. Dengan merekalah tim melakukan diskusi setiap berhasil mendata calon PM dan menentukan bersama layak dan tidaknya direkrut untuk program selanjutnya. Di samping itu, tim juga bisa melihat dan menilai kinerja, motivasi serta kepedulian mereka terhadap permasalahan sosial, khususnya ODK Grahita. Dengan demikian tim bisa memberikan rekomendasi menjadi kader pendamping program RSBK dan bertugas selama tahun 2012.
dari dukuh Sidowayah, Desa Sidoharjo. Misno adalah ODK berusia 38 Tahun, grahita ringan, kegiatan sehari-hari adalah mencarti kayu bakar dan air untuk masak dan mandi keluarganya. Semua tim, kesulitan untuk mencari tahu siapa nama anak ini. Sewaktu ditanya siapa namanya, dia menjawab „namaku No‟, berulangkali dia menyebut kata itu setiap ditanya namanya. Ibunya berusia 70 Tahun, sewaktu ditanya jawabnya juga sama: dia namanya No. sewaktu dia lahir, bapaknya memberi nama dia No‟. Ayah Misno yang duduk di samping isteri mengiyakan. Beberapa saat tim kebingungan, datanglah adik Misno, seorang perempuan, dia normal, ikut dalam pertemuan itu. Dia mengatakan bahwa nama kakaknya adalah Misno, tapi sejak dini memang semua orang memanggil dengan nama No.
Orang Tuanya Tuna Grahita Selama tiga hari melakukan kegiatan ke empat desa di tiga kecamatan, tim bisa memperoleh calon PM RSBK sesuai target, yaitu 84 orang ODK Grahita. Desa Krebet kec Jambon telah dilakukan kegiatan yang sama lima bulan yang lalu, diperoleh 16 orang ODK, sehingga keseluruhan 100 orang. Banyak sekali kondisi memprihatinkan yang ditemui oleh tim. Seluruh ODK kondisi sosial ekonominya kurang sekali. Sedangkan tetangga kiri kanannya juga memiliki kondisi yang sama. Rumah mereka rata-rata “tidak lebih baik” dari kandang kambingnya. Rata-rata mereka mempunyai pekerjaan memelihara ternak kambing, tapi bukan miliknya. Mereka „nggaduh‟ kambing orang lain, kemudian jika sudah beranak, maka bagi hasil dengan pemiliknya.
Namaku : No.
ODK Grahita Misno (kiri), didampingi orang tuanya yang tidak tahu nama lengkap anaknya
Tidak jauh dari rumah „No‟, juga ada orang tua yang tuna grahita. Dua anaknya masih belum dewasa, tapi untungnya semuanya normal, sehingga bisa sekolah selayaknya anak lain. Suaminya seorang buruh petani yang kerjanya ke ladang orang lain. Kedua anaknya menyebut : „ibu saya bodoh‟.
Korban Kekerasan.
Masih dalam desa yang sama, tim Ada beberapa ODK calon program RSBK, menjumpai calon PM berusia 35 tahun. Dia orangtuanya juga terindikasi memiliki kecerdasan mempunyai dua anak, hasil kekerasan seksual dari di bawah rata-rata. Salah satunya adalah Misno, SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 4
BERITA REHABILITASI
lelaki yang tidak bertanggung jawab. Sehingga dia sekarang terpaksa menghidupi kedua anak tanpa suami. Untunglah ada kakaknya (juga tuna grahita ringan), yang bisa membantu menghidupi mereka. Keduanya (kakak beradik) direkomendasikan program RSBK.
Kegiatan di Ponorogo ini, selain pendataan dan rekruitmen ODK Grahita sejumlah 100 orang, juga perekrutan kader pendamping dari desa-desa setempat. Para kader inilah yang kelak diperdayakan dalam memberikan pendampingan langsung kepada keluarga PM, memberi bimbingan dan pelayanan dari aspek fisik, kesehatan, mental psikologis dan keterampilannya. Kader yang direkrut sejumlah 30 orang dari lima desa, diprioritaskan pada relawan yang sejak awal membantu kegiatan tim BBRSBG Kartini Temanggung. Melalui diskusi dengan masingmasing kepala desa dan calon kader, bisa ditetapkan sejumlah kader dengan rincian : desa Krebet 5 orang, Sidoharjo 7 orang, Pandak, Karang Patihan dan Dayakan masing-masing 6 kader. Para calon
kader pendamping RSBK BBRSBG Kartini
Ngadirin dan Istrinya yang juga ODK grahita tinggal Temanggung tahun 2011-2012 di rumah yang terpisah dari masyarakat. Selanjutnya para kader dibekali Bimbingan Teknis untuk meningkatkan pengetahuan tentang Dua kakak Beradik sakit jiwa. pelayanan dan rehabilitasi sosial Tuna Grahita Di suatu rumah tidak layak huni, terletak di sehingga kelak bisa melaksanakan tugas sebagai lereng bukit yang jauh dari tetangga, terdapat satu pendamping keluarga PM RSBK. keluarga beranak dua, semuanya sakit jiwa. Satu di antaranya juga pernah mengalami kekerasan oleh Dirujuk Ke BBRSBG Kartini Temanggung. lelaki tak bertanggung jawab. Ibu yang sudah tua Dalam kegiatan pendataan dan asesmen ini, menjadi satu satunya tulang punggung kleluarga, karena suaminya juga sakit. Namun si ibu selalu menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh kepasrahan dan keikhlasan. Namun karena bukan ODK Grahita, mereka tidak direkomendasikan ke program RSBK.
Pen Dilengan Tangan. Di Kecamatan Badegan, tim menemui seorang ODK grahita, Jamitun, 40 tahun, dari dusun Kliyur, ds. Dayakan, mempunyai suami dan dua orang anak yang belum dewasa. Saat ini dia sedang hamil anak ketiganya, beberapa waktu lalu pernah jatuh dan tangannya patah, sehingga dipasang pen di lengannya. Tetapi akhir-akhir ini pen mencuat keluar, sehingga sangat mengganggu aktifitas sehari-hari, karena bila tersentuh terasa sangat sakit. Oleh tim direkomendasikan menjadi PM Program RSBK 2012 ini, dan dalam rencana pelayan juga dirujuk ke rumah sakit untuk penanganan pen tersebut.
juga direkomendasikan 4 ODK Grahita yang memenuhi persyaratan masuk ke BBRSBG Kartini Temanggung program reguler. Mereka adalah: Langgeng Widodo ( 16 tahun), Bambang Setiawan (18 tahun), Sofyan (16 tahun) dan Sriyani (16 tahun).
Rekruitmen Kader Pendamping SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 5
BERITA REHABILITASI
PENERIMA PELAYANAN TRC BBRSBG KARTINI TEMANGGUNG BERDIALOG DENGAN MENTERI SOSIAL RI Oleh : Djunaidi pertaniannnya karena sebagian besar sudah tidak Indonesia dapat di tanani.
Menteri Sosial Republik melakukan dialog dengan kelompok warga binaan Kementerian Sosial se Solo Raya, satu diantaranya adalah kelompok pengrajin keset pengungsi erupsi Merapi desa Jumoyo dan kelompok Cerebral Palsy Kecamatan Salam Kabupaten Magelang hasil penjangkauan TRC Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita Kartini Temanggung. Bencana erupsi merapi dan banjir lahar dingin yang terjadi mengakibatkan warga Gempol desa Jumoyo kecamatan Salam Kabupaten Magelang tidak dapat kembali ke rumahnya. Para petani dan buruh juga tidak dapat lagi mengarap tanah
Hingga saat ini warga Gempol yang berjumah berjumlah 162 Kepala Keluarga dan sekitar 500 jiwa masih mengungsi di Hunian Sementara (HUNTARA) yang berlokasi di lapangan dekat kantor desa Jumoyo. Mereka kehilangan pekerjaan dan sebagian beralih mata pencaharian sebagai buruh pasir dan tukang parkir. Pada tanggal 26 Mei 2011 Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita Kartini Temanggung dengan Tim TRC-nya memberikan bantuan berupa pelatihan pembuatan Keset perca dan kerajinan tangan dari koran bekas. Kepada mereka diberikan pula bantuan enam set alat dan
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 6
BERITA REHABILITASI
500 kg bahan (kain perca ) yang diserahkan oleh yang ada di Balai Besar RSBG Kartini Temanggung kepala Balai Besar RSBG Kartini Temanggung dan hingga bulan Desember 2011 dengan pelayanan diterima oleh Kepala Desa Jumoyo. setiap sabtu kedua dan keempat Dalam memberikan bimbingan keterampilan ini, TRC BBRSBG Kartini Temanggung bekerjasama dengan seorang pengusaha keset Dian Perca Boja Kendal Semarang. Selain sebagai instruktur untuk melatih pembuatan keset perca, Dian Perca juga siap menampung jika keset yang sudah jadi mengalami kesulitan dalam pemasarannya.
Kepala Balai dan Pak kepala Desa sedang menandatangani berita acara penyerahan peralatan dan bahan pembuatan keset disaksikan koordinator penggungsi desa Jumoyo kec. Salam
Dari hasil penjangkauan TRC Balai Besar RSBG Kartini Temanggung (pengrajin keset warga pengungsi lahar dingin merapi di desa Jumoyo dan paguyuban Orang Tua dan Anak Ibu-Ibu sangat trampil dalam membuat keset setelah Cerebral Palcy Kec. Salam) maka pada tanggal 11 menerima pelatihan keterampilan keset . Agustus 2011 diikutsertakan dalam acara dialog dengan Menteri Sosial RI dengan warga binaan Dari kerja keras ibu-ibu yang terus berlatih Kementerian Sosial RI lainnya. dalam membuat keset, pada awal bulan Mei 2011 Dalam dialog tersebut Ibu Marsiyem (ketua mereka dapat menjual keset tersebut di desa Kelompok Pengrajin keset pengungsi erupsi Jumoyo dan kesekitarnya baik secara eceran kepada pemakai dan kepada pedagang yang akan merapi desa Jumoyo) dengan kepolosannya dijual kembali atau kepada para tamu yang dating. menyampaikan kepada Menteri Sosial RI, sebagai berikut: “Bapak Menteri saya Marsiyem. Sewaktu Para ibu pengungsi di HUNTARA mengungsi tidak ada kegiatan, saya hanya membentuk kelompok pengrajin keset dengan melamun, juga ibu-ibu lainnya. Sewaktu datang nama Kelompok pengrajin keset Tunas Kartini bapak-bapak TRC Temanggung saya diajarkan Mandiri diketuai Ibu Marsiyem ( 41 tahun ) dengan cara membuat keset. Sekarang bisa membuat dan jumlah anggota yang semula berjumlah 17 orang menjual sebanyak 200 keset, harga rata-rata Rp. hingga saat ini sudah menjadi 31 orang. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah), untuk itu saya Selain memberi pelatihan membuat keset, mohon bantuan peralatan dan agar ibu-ibu lainnya TRC Balai Besar RSBG Kartini Temanggung juga bisa ikut kegiatan, terima kasih”. Setelah itu, menyerahkan keset hasil karya membentuk kelompok orang tua dan anak Marsiyem kelompok kepada Menteri Sosial sebagai Ceberial Palcy di Kecamatan Salam yang dikoordinatori oleh TKSK Kecamatan Salam. cinderamata dan disambut tepuk tangan dari Penderita CP berjumlah 14 orang , mereka sangat peserta warga binaan dan undangan lainnya. membutuhkan bantuan tenaga terapi, oleh karena itu mereka memperoleh bantuan Tenaga Terapi SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 7
Sragen , anggota DPRD Surakarta, beberapa pejabat kementerian sosial RI, kepala-kepala UPT Kementerian Sosial RI se Jawa tengah. (Djunaidi/Penyuluh Sosial).
SEMUA PM BBRSBG DI ASURANSIKAN Menteri Sosial berdialog dan menerima cideramata dari marsiyem (baju hijau) ketua pengrajin keset Tunas Kartini Mandiri warga pegungsi erupsi Merapi desa Jumoyo kec. Salam Kab. Magelang hasil pejangkauan TRC BBRSBG Kartini Temanggung.
“Alhamdulillah, hebat, terima kasih ,terus semangat yang penting dalam pemasarannya perlu dibantu dan ibu silahkan membuat dan mengajukan proposal melalui dinas sosial kabupaten dan propinsi” ,jawab bapak Menteri Sosial sambil menerima cidramata tersebut Sementara kelompok cerebral Palsy yang berlokasi di Kec. Salam kab. Magelang berjumlah 14 orang anak Cerebral Palcy , orang tua yang diwakili ibu Ira mengharapkan bantuan tenaga fisioterafi untuk datang dan memberikan pelayanan terapi dua kali dalam satu bulan bertempat di aula Kec. Salam kab. Magelang, hanya permohonan tidak dapat disampaikan langsung kepada Menteri Sosial karena banyaknya peserta yang bertanya sehingga waktu yang BERITA REHABILITASI tersedia tidak cukup. Dalam kesempatan itu hadir beberapa pejabat pemerintah kabupaten/kota (Surakarta, Boyolali,
BBRSBG”Kartini” Temanggung melalui Seksi Advokasi secara intensif dan berkelanjutan melaksanakan upaya perlindungan terhadap Penerima Manfaat melalui penyertaan Asuransi bagi semua PM di BBRSBG baik PM Reguler (225 PM) maupun Day Care (20 PM). Penyertaan Asuransi bagi PM dipandang perlu mengingat bahwa mereka merupakan ODK Grahita dengan segala keterbatasan kemampuannya, sangat rentan dan rawan terhadap resiko. Selama kurun waktu tiga tahun 2009 s/d 2011 PT Asuransi Umum Bumiputera Purwokerto sebagai mitra dalam penyertaan Asuransi bagi PM di BBRSBG, untuk pembayaran premi asuransi dilakukan setiap bulan Juni dengan jangka waktu pertanggungan selama satu tahun. Selama kurun waktu tiga tahun telah dapat merasakan manfaat dari keikutsertaan Asuransi Jiwa yakni, pada saat PM kita atas nama Leni Marliani, Novan Warminto dan Hanggara Kusuma mengalami kecelakaan pada tahun 2010 dan tahun 2011 kita telah mendapatkan klaim asuransi, meskipun nilainya tidak besar namun dapat membantu dalam proses pengobatan bagi ketiganya (Retno Handayani)
Tim TRC mendata Para Orang tua yang telah bergabung dalam paguyuban .
Salatiga, Wonogiri, Sukoharjo , karanganyar, dan SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 8
BERITA REHABILITASI
PENYANDANG KECACATAN/ DISABILITAS GRAHITA MERIAHKAN HARI INTERNASIONAL PENYANDANG CACAT DI BBRSBG KARTINI TEMANGGUNG
Dalam rangka memperingati Hari Internasional Penyandang Cacat (HIPENCA) tahun 2011, BBRSBG Kartini Temanggung Menyelenggarakan Temu Olah raga dan Seni ODK Grahita serta Pameran Hasil Karya Penerima Manfaat Balai Besar RSBG Kartini Temanggung selama tiga hari tanggal 26 s/d 28 Nopember 2011.
Penyandang Disabilitas Dalam Pembangunan : Wujudkan Dunia yang Lebih Baik Bagi Semua” Kegiatan Temu olahraga dan seni yang diikuti oleh 23 kontingen bertujuan :
a. Sebagai wahana unjuk kemampuan ODK grahita dalam bidang olah raga dan seni, guna menumbuhkembangkan rasa percaya diri, sportifitas dan solidaritas diantara Peserta Temu Olah raga dan Seni ODK mereka. Grahita berasal dari SLB/ Panti/Balai b. Sebagai wahana sosialisasi kepada Rehabilitasi yang menangani ODK grahita masyarakat tentang potensi dari ODK grahita untuk wilayah Jawa Tengah, Daerah Istimewa dalam bidang olah raga dan seni. Yogjakarta dan Jawa Barat. Tema dalam Selain itu, melalui hipenca diharapkan peringatan hipenca 2011mengikuti tema internasional: “Bersama Penyandang Cacat/ terwujudnya kesejahteraan yang bermartabat SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 9
melalui pemberdayaan penyandang disabilitas serta menumbuh kembangkan kesadaran dan keberpihakan berbagai pihak terhadap permasalahan dan hak-hak penyandang
b. Lari 100M putra dan putri Hight Ability (divisi I , divisi II dan Devisi III) c. Lari 50 M pa/pi Low Ability atau C1 (divisi I ,divisi II dan Devisi III) d. Bola Bocce ganda pa/pi Low Ability atau C1.
Drs. GRM Soerjo Darsono, MH memberikan sambutan dan membuka kegiatan HIPENCA di Balai Besar RSBG Kartini Temanggung
Atlet bocce Putra dan Putri sedang menunjukan keahilannnya melempar bola
disabilitas.
Dalam sambutannya pada saat pembukaan acara, Kepala BBRSBG Kartini Temanggung Lomba seni tari dan lagu (Drs. GRM Soerjo Darsono, MH) menyatakan: Bidang Seni yang dipertandingkan berupa “saya ucapkan selamat memperingati gerak tari dan lagu serta bakat lainnya HIPENCA dan kepada Seluruh peserta temu Pameran Hasil Karya Pemerima Manfaat olah raga dan seni saya mengucapkan selamat Kegiatan HIPENCA juga diisi dengan bertanding, junjung tinggi kejujuran dan sportifitas serta capailah prestasi yang seoptimal mungkin. Semoga, prestasi yang akan kalian raih nanti menjadi awal untuk mencapai prestasi ditingkat nasional maupun internasional” Pembukaan kegiatan HIPENCA BBRSBG Kartini Temanggung tahun 2011 ditandai dengan pelebasan balon ke udara oleh kepala Balai Besar RSBG Kartini Temanggung dan penyerahan Piala Bergirlir Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI kepada Ketua Panitia. Acara pembukaan dimeriahkan Drum Band Grahita Penerima Manfaat Balai Besar Rehabilitasi Kartini Temanggung. Jenis pertandingan yang adalah sebagai berikut yaitu :
dilaksanakan
Peserta lomba seni tari dari BBRSBG Kartini Temanggung belumdan salah satu peserta melakukan penampilannnya diatas pentas
1. Olahraga
pameran hasil karya penerima manfaat dengan a. Lari 200 M putra dan Putri Hight Ability maksud agar para peserta dari berbagai daerah (devisi I, devisi II, devisi III dan Devisi IV) mengenal dan mengetahui hasil karya dan bentuk keterampilan yang diberikan selama SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 10
mereka mengiuti pelayanan di Baai Besar RSBG Pada acara puncak ini juga dilakukan kartini Temanggung. penyerahan Sertifikat ISO 9001:2008 dari PT Global Indonesia kepada BBRSBG Kartini Hasil karya yang dipamerkan antara lain: Temanggung yang telah berhasil meningkatkan hasil kerajinan tangan (kerajian hiasan kramik manajemen pelayanan yang berorientasi pada dari cangkang telur, membuat baki dan tempat kepuasan pelanggan. Sertifikat ini merupakan tisu dari koran bekas, kaca hias, lampion dan wujud pengakuan bahwa pelayanan di BBRSBG kursi bambu), hasil sulaman , hasil keterampilan Kartini telah memenuhi standar internasional. menjahit , keterampilan pembuatan paving blok, boga seperti (kerupuk dari jagung, minuman tradisional yang siap untuk diseduh kapan saja) serta foto kegiatan rehabilitasi sosial di BBRSBG Kartini Temanggung
Setditjen Rehabsos Drs. Samsudi, MM menyerahkan sertifikat ISO 9001:2008 kepada Drs. GRM Soerjo Darsono MH. Drs. GRM Soerjo Darsono, MH mendampingi tamu melihat-lihat dan tertarik dengan hasil karya khususnya Krajinan menghias kramik dan pemanfaatan Koran bekas diantara kasil karya PM yang disukai pengunjung
Puncak Peringatan Hipenca 2011
Peringatan Hipenca BBRSBG Kartini Temanggung yang dimeriahkan oleh berbagai traksi tarian ODK grahita ditutup oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial, Makmur Sunusi, PhD.
Acara Puncak Peringatan HIPENCA dihadiri Dirjen Rebalilitasi Sosial RI, Sekretaris Ditjen Rehabilitasi Sosial RI, Kepala Dinas Sosial Kabupaten Temanngung, Ketua SOINa Jawa Tengah dan Kepala UPT Kementerian Sosial RI Wilayah Jawa Tengah, undangan lainnya dan penerima manfaat Baresos Penganthi Temanggung serta BBRSBG Kartini Temanggung . Dalam acara puncak peringatan diserahkan Dirjen Rehabilitasi Sosial Kemensos RI memberikan medali dan piala bagi para juara olahraga dan sambutan serta menutup secara resmi kegiatan HIPENCA seni (tari dan suara). Juara Umum tahun ini BBRSBG Kartini Temanggung tahun 2011. masih diraih oleh BBRSBG Kartini Temanggung. Bagi BBRSBG Kartini Temanggung, ini adalah kali kedua memperoleh piala bergilir Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial. yang diserahkan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial kepada Kepala Balai RSBG Kartini Temanggung. SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 11
Artikel
Oleh: Wiwit Setyawati, AKS, MA “Bu aku bulan Desember mau nikah” kata BG PM BBRSBG Kartini Temanggung disaat bertemu dengan pembimbing (WS). Dan ada beberapa lagi yang juga menyatakan hal yang sama bahwa mereka ingin menikah”. Meskipun demikian kita tidak boleh percaya begitu saja pada mereka, karena mereka anak-anak ODK grahita. Saat ini menikah telah menjadi impian dan angan-angan anak-anak tunagrahita. Mereka berfikir setelah lulus akan menikah dengan pasangan “witing tresno jalaran soko kulino” yang di temukan pada saat bersama-sama mengikuti proses rehabilitasi sosial di BBRSBG Kartini Temanggung. Tak sedikit anak-anak yang telah selesai rehabilitasi sosial kemudian menikah dengan sesama anak eks PM BBRSBG Kartini Temanggung. Menikah adalah saat yang penting dalam siklus kehidupan setiap manusia. Agama pun juga menganjurkan seseorang yang telah mencapai baliq untuk menikah. Bagi penduduk Indonesia umumnya, pernikahan merupakan hal yang sacral. Menurut Poerwadarminta (1983), kata nikah adalah sebagai perjanjian antara pria dan wanita untuk bersuami isteri, sinonim dengan kata perkawinan. Berkaitan dengan perkawinan sesama ODK grahita, kita harus mengetahui dan memahami tentang tunagrahita. American Association on Mental Deficiency/AAMD (dalam Somantri, 2006) menyatakan bahwa tunagrahita menunjuk pada keadaan fungsi intelektual umum individu dibawah rata-rata (Sub-Average) secara jelas dengan disertai ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa perkembangan, merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasan anak mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Ahuja dkk (2005), menjelaskan keterbelakangan mental bisa mengikuti setiap peristiwa biologis, lingkungan dan psikologis yang mampu menghasilkan defisit dalam fungsi kognitif, ditandai dengan fungsi intelektual jauh dibawah rata-rata bersamaan dengan keterbatasan terkait dengan gangguan dua atau lebih. Bidang keterampilan yang berlaku adaptif, komunikasi, keterampilan sosial, perawatan diri, rumah tinggal, menggunakan komunitas, arah diri, kesehatan dan keselamatan, fungsional akademisi, bekerja dan waktu luang terlihat pada sebelum usia 18 tahun. Istilah keterbelakangan mental mengacu pada keadaan klinis pada perkembangan asal mempengaruhi fungsi intelektual dan sosial. Dari definisi dan penjelasan di atas tampak bahwa ODK grahita banyak menjalani kehidupannya dengan berbagai keterbatasan. Penulis telah banyak menemukan pasangan ODK grahita baik melalui observasi dilapangan (saat di Ponorogo), keluhan beberapa orangtua yang memiliki anak telah menikah dengan sesama ODK grahita, serta eks PM BBRSBG Kartini yang telah menikah. Ratarata dari mereka kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam menjalani perkawinannya. Dibawah ini disajikan rekaman SMS dari penerima manfaat yang menunjukkan perlunya penyesuaian diri dalam pernihakan sesama ODK grahita.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 12
Artikel
NO
Waktu
Verbatim
1.
16/09/2011, 19:05:49
Bu semenjak W nikah sama E mau apa aja diatur nggak seperti kemarin dulu.
2.
19:33:15
Bu boleh nggak W bertanya ? apa benar kalau udah nikah nggk boleh nerima mantan cwk nya, pdhl mantan nya W udah nikah masak mau ngobrol nggak boleh sama E
3.
20/09/2011 19:39:25
Bu apa bnr kalau punya anak ter batas cukup 3 aja emang nya nggak bisa 4 anak sekaligus
4.
19:41:00
Bu kalu rawat anak kecil susah apa nggak W ingin tau aja
5.
19:46:22
Punya anak cowok dulu, terus kalau udah besar baru bikin anak cewek cukup 4 aja biar ramai di rumah
6.
20:00:35
Bu apa bnr kalau nkh sama2 cct mental nnt anak nya jg ikut cacat mental trs gimana cr nya ngatasi anak itu biar nggak cacat mental
7.
20:21:51
Bu msl ny penting skl W nggk ingin anak nya ikut cct mental seperti ibu nya
8.
23/09/2011 18.31.19
Bu boleh nggak brtanya ? kalau istri mintak aneh 2 tanda nya apa
9.
23/09/2011 18,38.29
Bu katanya ? Esemalam udah merasakan mutah2 dan merasakan lemaz, W jg kalau mkn nggak nafsu makan di T
10.
23/09/2011 18.41.43
Bu mungkin E udah hamil
11.
23/09/2011 18.45.49
Bu katanya ? Enggak msk angin tapi benar mutah 2 di kamar mandi srng
12.
23/09/2011 18.50.37
Bu katanya ? nunggu W plg k erumah dl padahal mbk ku di rumah juga ada. Tp knapa W jg merasakan seperti Edi rumah
13.
23/09/2011 18.57.49
Bu semalam E udh ngsih tau kalu sering mutah 2 di kamar mandi dan udah ngasih nama buat calon beby nya
14.
23/09/2011 19.02.06
Bu kalau E udah hml W ingin anak nya cowok dulu bisa jg ibunya di rumah kalu W krja jauh dari rumah
15.
23/09/2011 19.32.02
Bu emang nya mau jadi ayah harus belajar yang lain nya
16.
23/09/3011 20.08.45
Bu sekali lagi W ingin Tanya ? di jwb yg jujur nanti anak nya cct mental nggak W tkt kalau terjadi pada anakku nanti
17.
27/09/2011 129.24.21
Bu kalu bisa E di ajari menjadi ibu rumah tangga yang baik seperti ibu
18.
27/09/2011 19.32.12
Bu selama W nikah sama Edi suruh bikin kan minuman slalu terlambat apapalgi kalau ada tamu nggak pernah mau
19.
27/09/2011 19.37.29
Bu juju raja E kurang beranggung jawab sama W tolong ajarkan agar cepat berubah menjadi ibu2 yang lain nya
20.
27/09/2011 20.36.57
Bu juju raja setiap W ngajari E jawabnya bisa tapi ternyata belum bisa disuruh bikinkan minuman slalu terlambat tolong utnung dibantu
21.
27/09/2011 21.02.23
Bu apa benar kalau anak cacat mental anaknya nanti juga cacat mental dan katanya lebih parah
22.
28/09/2011 19.02.35
23.
28/09/2011 20.09.11
Bu kakau bisa di bantu gimana caranya agar E bisa kerja jujur Q kasihan sama E selama ini belum pernah kerja
24.
30/09/2011
Bu kalo bisa E dibantu caranya agar menjadi ibu rumah tangga seperti ibu karena
Bu tolong bojoku di didik lagi agar bisa perhatian sama W tambah sayang dan semakin cinta dan cepat di beri anak
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 13
Artikel NO
Waktu
Verbatim
14.44.46
selama W nikah sama E belum bisa
25.
01/120/2011 10.37.42
Bu masak E cemburu gara2 W masih nyimpan kaset kenangan dari cewek nya W dulu
26.
01/10/2011 11.40.32
Bu kenapa yak ok endanga masih cemburu gara 2 W masih nyimpan kaset dari cweknya W dulu, tolon W di bantu agar Etidak cemburu lagi
27.
01/10/2011 11.43.31
Bu apa salah dulunya untug di kasih kaset sama cewk nya W dulu tapi kan cewek itu udah punya suami juga udah punya anak masak E masih cemburu terus
28.
01/10/20112 11.46.12
Bu juju raja W masih menyimpan kaset itu tapi E tau sendiri dari lemari
29.
01/10/2011 11.49.50
Tapi gimana lagi W di T masak bisa ngasih sama orang lain. Bu tolong W di bantu agar Enggak cemburu sama kaset itu
30.
02/10/2011 18.42.30
Bu knapa yak ok Emudah cemburu padahal W di T nggak cari cewek lagi bawanya curiga terus sampai kapan E mengerti W. Tlg ibu W dibantu rumah tangganya W agar saling percaya hubungan kami berdua
31.
06/10/2011 18.30.17
Mz qm gk c!vm q lg mz q pny kbr gmbr3 bwt qm ??4kn jd 4yh mz. Bu sekarang E udah hamil tolong besok dibantu cari nama yang bagus buat anak pertama
32.
06/10/2011 18.38.00
Bu tapi yang bagus namanya selama ini yang ku tunggu
33.
06/10/2011 18.41.38
Bu juju raja W belum bisa rawat anak nanti kalau W butuh ibu tolong bantu gimana caranya rawat anak nanti
34.
07/10/2011 05.26.58
Bu apa benar kalu ibu hamil minumnya susu khusus ibu hamil. Nanti W mau ngantarkan E ke bidan sekalian ingin tau hamilnya udah berapa bulan
35.
12/10/2011 05.40.23
Bu sekarang E udah berani ngtr W msk lihat gadiz aja nggak blh
36.
05.44.24
Bu knapa yak ok endg masih aja cemburu sama suami pdhal W nggak pernah cari cewek di tmgg
37.
11/11/2011 08.27.45
Pulang kerumah di dalam biz W kenalan sm cewek nya itu cantik sekali udah kerja
38.
11/11/2011 08.29.24
Bu tapi jangan bilang sama E kl W punya kenalan cewek di dalam biz ok
39.
11/11/2011 08.30.37
Bu janji hlo jangan bilang endg nanti ndak nagiz di rumah seperti kemaren itu ok
40.
11/11/2011 08:35:02
Bu ingat pesan nya W tadi jangan blg Ekl W pny kenalan cwk di dalam biz, malah ingin ngajak pergi berdua
41.
11/11/2011 20:37:02
Bu misalnya W diam2 cari cewek lagi kira2 E nanti nangis nggak ya
42.
11/11/2011 20:42:49
Bu gimana caranya biar W punya cewek lagi tapi diam-diam aja jangan smp E tau, tolong dibantu
43.
12/12/2011 14:55:37
Bu kenapa yasemenjak W nikah sama E kok masih ada masalah yang baru gimana cara bya ngatasi masalah agar cepat selesai
Dari beberapa cerita tentang kehamilan dari penggalan rekaman diatas, setelah penulis berkunjung ternyata hal itu tidak dialami oleh E. W berangan-angan seperti orang lain bahwa jika telah menikah pasti akan hamil dan menirukan perilaku kebanyakan pegantin baru lain dengan pasangan sesama orang yang normal. Masih banyak lagi hal-hal yang menarik tentang cerita pasangan sesama ODK tunagrahita. Hal ini menjadikan penulis tergelitik untuk mengetahui lebih jauh terutama tentang penyesuaian diri dalam pernikahan sesama ODK tunagrahita.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 14
Artikel Penyesuain diri menurut Scheineders (1964) adalah sebagai suatu respon mental dan perilaku yang ditunjukkan oleh individu guna mengatasi kebutuhan internal, ketegangan konflik dan frustasi yang dialaminya. Calhoun & Acocella (1990) menyatakan penyesuaian diri adalah merupakan interaksi antara individu dengan dirinya (self), individu dengan orang lain (others) serta individu dengan dunianya (world) dimana ketiganya memiliki hubungan yang timbal balik. Dalam penyesuaian diri ini dipengaruhi oleh banyak faktor (Lazarus , 1969) yakni a. Faktor kondisi fisik, yang meliputi kelenjar sistem syaraf dan sistem otot, kesehatan tubuh dan riwayat penyakit serta faktor keturunan yang berpengaruh pada sifat dan temperamen b. Faktor pekembangan dan kematangan, hal ini dilihat dari perkembangan dan kematangan secara intelektual, emosi, sosial dan moral. Pola-pola penyesuaian diri ini akan mengalami perubahan seiring dengan tahap perkembangan dan kematangan masing-masing individu. c. Faktor psikologis, lebih banyak dipengaruhi oleh pengalaman, pendidikan, proses belajar dan konflik dari individu itu sendiri d. Faktor lingkungan. Lingkungan keluarga, pertemanan dn masyarakat akan membawa pengaruh bagi proses penyesuaian diri e. Faktor budaya. Dalam hal ini berkaitan erat dengan aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat untuk bertingkah laku. Adat, agama adalah merupakan budaya yang akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri individu. Dari berbagai pengertian diatas tentang penyesuaian diri, kita melihat pentingnya penyesuaian diri bagi masing-masing individu. Hal ini akan berpengaruh pada siklus perkawinan antar sesama pasangan, karena tahap-tahap yang harus dilalui adalah penyesuaian diri dalam perkawinan yang telah dijalaninya. Penyesuaian diri dalam perkawinan (marital adjustment) menurut Atwater (1983) adalah bagaimana seseorang belajar peran dalam perkawinannya atau untuk mengetahui perilaku yang diharapkan dari dirinya untuk mensukseskan perkawinannya. Sabatelli (dalam Buehler 1990) berkaitan dengan relasi perkawinan mendefinisikan adjustment sebagai proses yang dianggap penting untuk mencapai harmonisasi dan keberfungsian hubungan perkawinan. Clayton (1975), penyesuaian diri dalam perkawinan adalah penilaian terhadap penyesuaian diri sendiri dan terhadap pasangannya. Penyesuain diri merupakan proses dinamis, masing-masing atau secara bersama-sama sebagai pasangan berusaha mencapai apa yang mereka pertimbangkan sebagai bentuk yang adekuat dalam sejumlah tugas-tugas penyesuaian diri yang harus diselesaikan dalam perkawinan. Perkawinan memiliki rentang maksimal sepanjang hidup pasangan suami isteri, dimana didalamnya antara suami dan isteri akan secara otomatis terlibat dalam tugas-tugas dan tanggungjawab yang harus mereka lewati dan secara umum mencakup kumpulan tugas-tugas penyesuaian diri. Tugas-tugas penyesuaian diri dalam perkawinan menurut Clayton (1975) a. Pergaulan suami isteri (marriage socialibility), berkaitan dengan derajat atau tipe kehidupan sosial yang dimiliki suami isteri, misal mengunjungi teman, mengudang teman ke rumah, datang ke peristiwa-peristiwa sosial dan tamasya bersama
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 15
Artikel b. Persahabatan dalam perkawinan (marriage companionship), pasangan suami isteri senantiasa harus membicarakan kebutuhan ikatan persahabatan terhadap pasangannya dan bagaimana mereka dapat saling menyenangkan, misalnya berbincang-bincang intim, berbagi kegembiraan, jalan-jalan untuk menyenangkan diri, melakukan hal-hal yang menyenangkan pasangan c. Urusan keuangan (economic affair) yaitu, bagaimana keluarga membelanjakan atau mengeluarkan uang penghasilan mereka, misalnya penggunaan uang untuk rekreasi, untuk pengeluaran rumah tangga dan kegiatan, kebutuhan pribadi dan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan yang mencakup pekerjaan sauami isteri serta tugas isteri sebagai ibu rumah tangga. d. Kekuasaan dalam perkawinan (marital power) yaitu proses negosiasi untuk menentukan siapa yang akan mengambil keputusan, kapan dan bagaimana keputusan itu diambil serta argumentasi posisi suami dan isteri dalam tiap persoalan. Contohnya perasaaan respek satu sama lain, kekuatan dominasi atau mengalah e. Hubungan ekstra keluarga (extra family relationship). Setiap pasutri harus melakukan tawar menawar dalam hal tanggungjawab suami isteri berkaitan dengan pekerjaannya. Tanggung jawab suami isteri dalam komunitas atau kehidupan sosialnya dan hubungan dengan relasi keluarga f. Kesesuaian ideologis (ideological congruence) misal agama, filosofi hidup moral dan nilai-nilai yang dianut serta pewarisannya pada keturunan g. Intimasi perkawinan (marital intimacy), misalnya ekpresi kasih sayang dan hubungan seksual h. Taktik berinteraksi (interaction tactics) misalnya kerjasama akomodasi, diferensiasi dan konflik Dengan melihat beberapa pendapat ahli tentang penesuaian diri dalam perkawinan serta hasil fenomena di lapangan (curahan hati) dari anak-anak tunagrahita yang telah menikah dengan sesama anak tunagrahita, apakah kita pernah berfikir bagaimana penyesuaian diri mereka setelah menikah. Hal ini mungkin kita anggap sebagai hal yang biasa atau sepele. Namun dibalik semua itu tentulah orang lain (orangtua, keluarga besar kedua psangan) yang akan lebih merasa repot seumur hidupnya dan harus menanggung beban yang bertambah. Seharusnya mereka mengawali saat-saat untuk pensiun dari segala aktivitas yang membeni. 26 September 2011, penulis mendengarkan keluhan seorang ibu “nyuuwun arahane bu…..anak kulo kados ngaten, nggih noponopo kulo. Paling kulo cemaske mangke menawi kulo mpun boten wonten bade kados pripun anak kulo.” Selain penyesuaian diri dalam perkawian kita juga perlu mengetahui dalam perkawinan itu melalui berbagai tahapan siklus dalam perkawinan. Duvall (1977), membagi siklus kehidupan keluarga menjadi 8 tahapan, dimana dalam tiap tahap mengandung potensi kritis yang harus disiapkan supaya tugas perkembangan dapat dilaksanakan individu atau keluarga dengan baik. Siklus perkembangan hidup berkeluarga dari Duvall (1977), yaitu:
No 1.
Tahapan siklus perkembangan berkeluarga Pengantin baru
Posisi dalam keluarga Suami / isteri
Tahap kritis tugas perkembangan keluarga Membangun perkawinan yang memuaskan Penyesuaian masa kehamilan dan membualatkan tekad untuk menjadi
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 16
Artikel
No
2.
3.
Tahapan siklus perkembangan berkeluarga Pengasuhan anak
Usia pra sekolah
4.
Usia SD
5.
Anak remaja
6.
7.
Usia pelepasan
Posisi dalam keluarga
Suami – ayah Isteri – ibu Anak perempuan/laki-laki Saudara perempuan/laki-laki Suami – ayah Isteri – ibu Anak perempuan/laki-laki Saudara perempuan/laki-laki Suami – ayah Isteri – ibu Anak perempuan/laki-laki Saudara perempuan/laki-laki Suami – ayah Isteri – ibu Anak perempuan/laki-laki Saudara perempuan/laki-laki Suami – ayah - kakek Isteri – ibu - nenek Anak perempuan/laki-laki Bibi/paman Saudara perempuan/laki-laki
Usia tengah baya
Suami – ayah Isteri - ibu
Tahap kritis tugas perkembangan keluarga orangtua Menjadi orangtua baru Menghidupkan suasana rumah nyaman untuk orangtua dan bayi
Lansia
Janda/duda Ayah – kakek Ibu – nenek
Stimulasi dan rangsangan pada kebutuhan dan minat kritis anak Coping terhadap tumpukan kerja dan berkurangnya privacy sebagai orangtua
o Menetapkan sekolah yang cocok o Mengembangkan prestasi akademik anak o Berkomunikasi dengan guru, sekolah dan orangtua murid yang lain
8.
yang
-
Menyeimbangkan kebebsan dengan tanggungjawab sebagai bagian dari kematangan anak remaja Memantapkan posisi pasca orangtua dan kebutuhan karir yang menanjak Melepas dan meberikan bimbingan pada anak untuk bekerja, sekolah, menikah dengan upacara adat yang sesuai Menjadikan rumah sebagai basis dukungan moril Menjalin hubungan dengan cucu Membangun kembali hubungan perkawinan Mempertahankan kekerabatan dengan generasi tua – muda Coping dengan masa pensiun Coping terhadap dukacita, kematian dan sendiri Hidup sendiri/ikut anak atau tinggal di rumah jompo dan menyesuaikan diri dengan masa pengunduran.
Pada masing-masing tahap terjadi masa kritis akibat perubahan posisi anggota keluarga dan menumbuhkembangkan suatu tanggung jawab baru yang menuntut penyesuaian diri baik secara individual maupun bersama dalam keluarga. Dengan melihat hal itu tentulah kita akan berfkir apakah bisa anak-anak kita yang meyandang kecacatan grahita melalui tahap-tahap perkembangan dalam perkawinan, apakah mereka dapat menyesuaikan diri atau melaksanakan tugas-tugas peryensuaian dengan baik? Mungkin saat ini yang sering kita lihat dan kita dengar adalah peran orangtua sangat besar dalam mengarahkan bahkan mengatur kehidupan rumah tangga mereka, campur tangan orang tua dan keluarga tak pernah lepas karena mereka juga harus ikut bertanggung jawab dengan komitmen dan kesepakatan yang mereka buat untuk menikahkan mereka. Dengan melihat fakta tentang kemampuan dan kematangan baik sosial, emosional ODK grahita meskipun dengan derjat kecacatan yang ringan, sudah barang tentu mereka akan mengalami SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 17
Artikel kesulitan dalam menjalankan kehidupan perkawinannya. Lebih lanjut perlu dilakukan penelitian secara studi kasus tentang fenomena perkawinan sesama ODK garhita. Hal ini dimaksudkan agar orangtua lebih memahami tentang kesulitan-kesulitan yang akan dialami oleh anak-anak mereka saat menjalani kehidupan perkawinannya.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Ahuja, A. S., Thapar, A., & Owen, M. J. (2005). Genetics of Mental Retardation. Indian Journal Medicine Science, Vol. 59, No. 9. nd
2.
Atwater, E. 1983 Psychology of Adjustment Personal Growth in A ChangingWorld (2 ed) Prentice Hall Inc New Jersey 3. Bernard, Jessie. 1964. Models of Marrital Adjustment. Dalam Family Relations, Concepts and Theories. Pengedit : Raymond, J. R. King. 1969. California: The Blendensary Press. 4. Buehler, Cheryl. 1990. Adjustment. Dalam Handbook of Family Measurement Techniques. Editor: Touliatos J., Permutter, B.F., Strauss, Murray A. California: Sage Publication. 5. Calhoun, J.F. & Acocella. (1990). PSikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Terjemaahan Ny. R.S. Satmoko. Semarang : IKIP Press 6. Clayton, R. Richard. 1975. The Family, Marriage and Social Change. Massachuusetts : D.C. Heath and Company 7. Duvall, Evelyn M. 1977. Marriage and Family Development. Philadelphia : J.B. Lippincott Company 8. Lazarus. (1969). Patern of Adjustment. Tokyo:McGraw Hill Kogasuka 9. Poerwadarminta. 1983. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. 10. Schneiders. A.A. (1964). Personal Adjustment & Mental Health. New York: Holt, Rinehart & Winston. 11. Smart, A. (2010). Anak Cacat Buan Kiamat (Metode Pembelajaran dan Terapi Untuk anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Katahati 12. Somantri, S. (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 18
Artikel
Oleh : Herlina Ekawati Pada dasarnya remaja tuna grahita secara fisik dan hormonal berkembang sebagaimana anak pada umumnya. Mereka akan mengalami masa puber, menstruasi bagi anak perempuan dan mimpi basah bagi anak laki-laki. Seperti remaja pada umumnya, masa pubertas juga memberikan pengaruh kepada remaja tuna grahita. Meskipun pada perkembangan fisik tidak ada masalah, tetapi pada perkembangan mental dan kepribadiannya, memiliki keterbatasan. Mereka mempunyai kesulitan dalam bergaul, berhubungan dengan lawan jenis, mengendalikan emosi dan mengikuti aturanaturan. Selain itu dorongan seksual tidak bisa dialihkan atau diredam secara wajar sehingga muncul perilaku seksual yang mencolok.
Pengertian Pubertas Kata Pubertas berasal dari kata latin yang berarti “usia kedewasaan”. Kata ini lebih menunjuk pada perubahan fisik daripada perubahan perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu memberikan keturunan. Menurut pendapat Root (Hurlock, 1996) masa puber adalah suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kemampuan reproduksi. Menurut chaplin (kamus psikologi, 2002), yang dimaksud pubertas adalah periode dalam kehidupan dimana terjadi kematangan organ-organ seks mencapai tahap fungsional, dan pada umumnya usia bagi akhir periode ini untuk anak perempuan adalah 13 tahun dan pada anak laki-laki 14 tahun. Masa puber adalah periode yang unik dan khusus yang ditandai oleh perubahan-perubahan perkembangan tertentu yang tidak terjadi dalam tahap-tahap lain. Diantaranya ciri-ciri yang penting adalah sebagai berikut: 1. Masa puber adalah periode tumpang tindih Disebut demikian karena mencakup tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Sampai anak matang secara seksual ia dikenal sebagai “anak puber”. Setelah matang secara seksual anak dikenal sebagai remaja. 2. Masa puber adalah periode yang singkat Masa puber merupakan masa yang relatif singkat sekitar 2-4 tahun. Anak yang mengalami masa puber selama 2 tahun atau kurang dianggap sebagai anak yang cepat “matang”, sedangkan yang memerlukan 3-4 tahun untuk menyelesaikan peralihan menjadi dewasa dianggap anak yang “lambat matang”. Rata-rata anak perempuan matang secara seksual pada umur 13 tahun dan anak laki-laki pada umur 14 tahun. 3. Masa puber dibagi dalam tahap-tahap Walaupun relatif singkat, masa puber terjadi secara bertahap dalam rentang kehidupan. Tahaptahap masa puber menurut Hurlock (1994,185) sebagai berikut: SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 19
Artikel a. Tahap pra puber Tahap ini disebut juga tahap pematangan yang bertumpang tindih dengan 1 atau 2 tahun terakhir masa kanak-kanak pada saat anak dianggap sebagai “pra puber” yaitu bukan lagi seorang anak, tetapi belum juga seorang remaja. Dalam tahap ini, ciri-ciri seks sekunder mulai tampak tetapi organ-organ reproduksi belum sepenuhnya berkembang. b. Tahap puber Tahap ini disebut juga tahap „matang‟ yang terjadi pada garis pembagi antara masa kanakkanak dan masa remaja. Pada tahap ini, kriteria kematangan seksual muncul. Pada anak perempuan mengalami haid pertama dan pada anak laki-laki terjadi mimpi basah pertama kali. Pada tahap ini ciri-ciri seks sekunder terus berkembang dan sesl-sel diproduksi dalam organ-organ seks c. Tahap pasca puber Tahap ini bertumpang tindih dengan tahun pertama atau kedua masa remaja. Selama tahap ini, ciri-ciri seks sekunder telah berkembang baik dan organ-organ seks mulai berfungsi secara matang. 4. Masa puber merupakan masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat Masa puber merupakan pesatnya pertumbuhan dan perubahan yang mencolok dalam proporsi tubuh. Perubahan pesat yang terjadi selama masa puber menimbulkan keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman, dan dalam banyak kasus mengakibatkan perilaku yang kurang baik. Dunbar (Harlock, 1996) menyatakan bahwa selama periode ini anak yang sedang berkembang mengalami berbagai perubahan dalam tubuh, perubahan dalam status termasuk penampilan, pakaian, jangkauan pilihan, dan perubahan dalam sikap terhadap seks dan lawan jenis. 5. Masa puber merupakan fase negatif Istilah fase menunjukkan periode yang berlangsung singkat, negative berarti individu mengambil sikap “anti” terhadap kehidupan atau seperti kehilangan sifat-sifat baik yang sebelumnya sudah berkembang.
Perubahan Tubuh Pada Masa Puber Selama pertumbuhan pesat masa puber, terjadi empat perubahan fisik penting : 1. Perubahan ukuran tubuh Perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubahan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. 2. Perubahan proporsi tubuh Daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya terlampau kecil, sekarang menjadi terlampau besar karena kematangan tercapai lebih cepat dari daerah – daerah tubuh yang lain. Missal: badan yang kurus dan panjang mulai melebar di bagian pinggul dan bahu, dan ukuran pinggang berkembang. 3. Perkembangan Ciri-ciri seks primer Berkaitan dengan organ seks . pada pria, testes yang terletak dalam scrotum, di luar tubuh, pada usia 14 tahun baru sekitar 10% dari ukuran matang. Kemudian terjadi pertumbuhan pesat selama 1 atau 2 tahun, setelah itu pertumbuhan menurun. Ketika organ reproduksi laki-laki matang, ia akan mengalami mimpi basah yang artinya bermimpi tentang seksual yang menggairahkan. Yang ditandai dengan keluarnya sperma yang membasahi celananya. 4. Perkembangan ciri-ciri seks sekunder. Ciri-ciri seks sekunder pada wanita antara lain: SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 20
Artikel a. Pinggul melebar dan membulat akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit. b. Payudara berkembang c. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori bertambah besar. d. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. e. Otot semakin besar dan kuat sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan, dan tungkai kaki. f. Suara menjadi lebih merdu. Ciri-ciri seks sekunder pada laki-laki antara lain: a. Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-pori meluas. b. Kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak dalam kulit semakin membesar dan aktif sehingga dapat menimbulkan jerawat. c. Otot berrtambah besar dan kuat sehingga member bentuk bagi lengan, tungkai kaki dan bahu. d. Terjadi perubahan suara
Pubertas Pada Anak Tuna Grahita Ringan Retardasi Mental atau disebut juga Tuna grahita menurut Gerald, dkk dalam bukunya Psikologi abnormal didefinisikan sebagai : fungsi intelektual yang sangat dibawah rata-rata bersama dengan kurangnya perilaku adaptif dan terjadi sebelum usia 18 tahun. Ketidakberfungsian pada kapasitas intelegensinya, menyebabkan anak tuna grahita tidak bisa mengolah berbagai norma atau standar kehidupan yang pada akhirnya tidak dapat membedakan perilaku yang baik dan yang buruk. Namun hal ini tidak berpengaruh terhadap perkembangan fungsi seksual anak tuna grahita ringan, hanya saja tidak diimbangi dengan kemampuan nalar untuk menempatkan arti perkembangan seks bagi kehidupannya. Pada anak remaja biasa (normal), dorongan-dorongan seksual dapat diredam karena masih memperhatikan etika atau norma – norma yang berlaku umum. Pada anak tuna grahita ringan dimana kemampuan sosial emosinya terhambat, dorongan-dorongan seksual tidak bisa dialihkan atau diredam secara wajar sehingga muncul perilaku seperti: 1. Masturbasi yang dilakukan di sembarang tempat. Mereka tidak memahami kalau perilaku yang dimaksud tidak sesuai dengan tuntutan norma. 2. Membicarakan perasaan cintanya pada orang yang baru dikenal atau mereka tanpa rasa malu menyatakan cinta pada seseorang dihadapan orang lain 3. Menggaruk-garuk kelaminya sendiri dihadapan orang lain. Bagi remaja biasanya hal ini tidak mungkin dilakukan karena hal tersebut tidak sesuai dengan norma dan perbuatan tesebut sangat memalukan. 4. Berpelukan antara pria dan wanita di depan orang banyak. Perilaku tersebut mungkin dilakukan remaja biasa tetapi secara sembunyi-sembunyi karena perilaku tersebut tidak sesuai dengan norma masyarakat.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 21
Artikel 5. Mengucapkan kata-kata yang tidak sepantasnya sering mereka ucapkan di dalam kelas maupun di luar kelas, misalnya dengan mengucapkan nama jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan. Selain di kelas kata-kata itu sering mereka lontarkan saat mereka bermain-main. Beberapa hal yang dapat dilakukan pada anak tuna grahita ringan apabila anak: 1. Melakukan masturbasi dengan tidak tepat Apabila anak melakukan masturbasi hendaknya mereka melakukan di tempat-tempat tertentu misalnya di kamar mandi. Kita tidak bisa melarang mereka melakukannya, karena masturbasi merupakan satu kompensasi kebutuhan biologis. Bila mereka melakukannya dimana saja, hal ini tidak sesuai dengan etika dan moral. 2. Masturbasi berlebihan Bila anak melakukan masturbasi secara berlebihan, baik secara kuantitas maupun tempat, maka harus diajarkan dua hal, yaitu tempat dan waktu. Secara intensif diajarkan dimana dia boleh melakukannya (misalnya ia hanya boleh melakukan di kamar mandi). Hal yang mungkin bisa dikurangi dari perilaku masturbasi ini adalah dengan menjauhkan objekobjek yang mudah menimbulkan dorongan seksual bagi anak tersebut. Objek ini bersifat khusus artinya gambar tertentu yang bisa menimbulkan dorongan seks sedapat mungkin diminimalkan. Misalnya ada anak yang mudah terangsang bila melihat warna merah, maka hindarkan warna tersebut yang ada di sekitarnya. Hindarkan pula kecemasan yang berlebihan bila melihat anak sedang melakukan masturbasi. Apalagi bila kemudian melarang dengan memarahinya, ini akan mengakibatkan ia menjadi ketakutan, dan justru bisa berakibat kurang baik pada perkembangannya. 3. Mimpi basah Mimpi basah dijadikan tanda bahwa seorang laki-laki telah memasuki usia balig. Mimpi basah ditandai adanya mimpi sewaktu tidur, berpacaran atau berhubungan seksual dengan perempuan. Pada saat mimp basah terjadi, remaja merasa cemas seolah kebingungan mengetahui celananya basah sewaktu tidur, sehingga diperlukan penjelasan secara keagaaman atau secara medis dengan pendekatan yang terarah dan mudah dipahami. 4. Menstruasi Remaja putri tuna grahita yang berumur 11 tahun ke atas sudah mengalami menstruasi, tetapi banyak yang tidak mengerti cara-cara memelihara kebersihan. Diantaranya tidak memakai pembalut wanita atau ada yang memakai pembalut tetapi membuang bekas pembalut di sembarang tempat. Oleh karena itu dibutuhkan keterampilan melakukan “vulva higine” bagi remaja putri tuna grahita ringan. 5. Pacaran Pada dasarnya remaja tuna grahita ringan baik putra maupun putri ternyata sudah mulai berpacaran diantaranya suka berciuman di dalam kelas, kadangkala berpelukan. Hal ini terjadi karena adanya dorongan nafsu seksual yang tak terkendali. Kita tidak dapat membiarkan perilaku diatas terjadi begitu saja, tetapi harus memberikan bimbingan dengan bahasa yang mudah dimengerti oleh anak.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 22
Artikel Disamping yang tersebut diatas, hal lain yang perlu diperhatikan untuk anak tuna grahita ringan adalah: 1. Penanaman pendidikan moral sedini mungkin, baik di sekolah maupun di rumah. Dengan melalui pendidikan agama sejak dini. Misalnya diajarkan bagaimana cara menutup aurat laki-laki dan perempuan, bagaimana cara menghormati kawan yang berlainan jenis. 2. Cara merawat dan mengenali diri sendiri, misalnya mengajarkan tentang seluk beluk mestruasi yaitu dari mulai cara memasang pembalut, membersihkannya dan sebagainya. 3. Memperkenalkan anak pada dunia luar, maksudnya anak dibawa mengenal apa yang ada di lingkungan masyarakat sehingga anak dapat menjadi waspada bila ada seseorang yang berniat tidak baik pada dirinya. Daftar pustaka Hurlock, E. B. 1996. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan : Istiwidayanti) Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga Chaplin, J.P. 2002. Kamus Psikologi . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Anidah, Yayan. Pendidikan Seks bagi Anak Tuna Grahita Ringan Pada Masa Pubertas. Diperoleh dari http://repository.upi.edu/operator/upload/s_plb_0610334_chapter2.pdf Sari, Tripurnama. Bimbingan Seks Dalam Mata Pelajaran Bina Diri Bagi Remaja Tuna Grahita Ringan. Diperoleh dari
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_plb_044796_chapter2.pdf Gerald C Davidson, John M Neale, Ann M Kring.2004.Psikologi Abnormal, edisi ke-9. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 23
Artikel
RUMAH KASIH SAYANG (RKS) DESA KREBET KABUPATEN PONOROGO (Sebuah Awal Solusi Lanjutan dan Harapan) Oleh: Waluyo Beberapa waktu lalu, tepatnya tgl 11 Juli 2011 di Dukuh Pakis, Desa Krebet, Kecamatan Jambon, sekitar 20 km dari kota Ponorogo, telah diresmikan selesainya bangunan sebuah gedung berukuran 7,5 x 12,5 meter oleh Menteri Sosial RI, Bp. Salim Segaf Al Jufri. Bangunan tersebut kemudian dinamakan Rumah Kasih Sayang (RKS). RKS ini dibangun sebagai salah satu bentuk respons atas kebutuhan masyarakat setempat. Seperti diketahui desa Krebet (dan sekitarnya) dijumpai salah satu jenis penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) yaitu ODK Grahita atau tuna grahita, di mana populasi tuna grahita yang relatip cukup tinggi yang dimunculkan diberbagai media. Berita ini mendorong permasalahan tersebut menguat kembali dan mengundang gagasan solusi lanjutan sesegera mungkin. Disebut “salah satu bentuk respons” karena ada hal-hal lain yang dilakukan. Misalnya, BBRSBG Kartini Termanggung (UPT dari Ditjen Rehabilitasi Sosial, Kementerian Sosial ) segera menangani 100 tuna grahita melalui program rehabilitasi sosial berbasis keluarga, untuk th 2011/2012. Tentu kegiatan ini dapat berkembang sesuai keadaan. Sederet sub kegiatan dalam rangka itu telah dimulai. Dinamakan “Rumah Kasih Sayang”, karena barangkali, pemberi nama ingin agar rumah itu menjadi ekspresi atau cerminan kasih sayang kita semua, siapapun kita, kepada saudara dan sanak kadang kita para penyandang masalah kesejahteraan sosial, termasuk ODK grahita. Demikian juga mengisyaratkan bahwa dalam kehidupan bersama di masyarakat, ada sesuatu yang perlu kita tumbuhsuburkan, yaitu “kasih sayang” sesama.
Permasalahan Umum ODK Grahita. Sekedar menyegarkan kembali ingatan pembaca tentang ketunagrahitaan, ingin disampaikan kembali bahwa keadaan itu menimbulkan serangkaian permasalahan yang cukup luas: bagi dirinya, keluarga, dan juga lingkungan/masyarakat. Merambah masalah kesehatan, pendidikan, sosial, ketenagakerjaan, ekonomi dsb. Tuna grahita yang berpangkal dari perkembangan fungsi intelektual yang dibawah rerata (umumnya disebut sebagai dengan IQ kurang dari 70), disertai dengan kemasakan sosial yang kurang selaras degan usia nyatanya, bukan saja berkaitan dengan masalah tumbuh kembang tetapi juga : belajar, bersosialisasi, penguasaan tugas pekerjaan, dsb. Belum lagi persoalan bagaimana respons lingkungan terhadapnya. Sehingga secara ringkas dapat dibayangkan bahwa dalam perihal solusi pasti memerlukan kesertaan multi disiplin dan keterpaduan multi sektor. Seorang expert dari Jepang yang pernah diperbantukan di Kementerian Sosial ( dh. Depsos ) beberapa tahun lalu, Taniguci, pernah memberikan ilustrasi bahwa cacat kecerdasan ( tuna grahita, pen) adalah keterbatasan nyata dengan fungsi yang dimiliki : kecerdasan dibawah rata-rata, secara simultan mengalami lebih dari 2 ( dua ) hambatan dalam : (1) mengurus diri (2) komunikasi (3) kehidupan di lingkungan keluarga (4) kemampuan sosial (5) melatih diri (6) urusan kesehatan dan keselamatan (7) membaca, menulis, berhitung (8) memanfaatkan waktu luang (9) pemanfaatan sumberdaya yang ada di masyarakat dan (10) melakukan pekerjaan. Demikian uraian itu semua menggambarkan masalah yang dapat muncul atau dialami oleh diri yang bersangkutan. Tentu saja pada sisi lain perlu difikirkan bagaimana upaya prevensinya : baik SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 24
Artikel prevensi primer, sekunder dan tersier. Juga pembimbingan sosial untuk orangtua/keluarga dan masyarakat. Mengingat umumnya tunagrahita memerlukan lingkungan yang “promotif” guna mengembangkan potensi & kesanggupannya. Juga realisasi secara intensip dari solusi yang diamanatkan oleh UU no. 4 Th 1997 tentang Penyandang Cacat dan PP no. 43 Th 1998 tentang upaya peningkatan kesejahteraan sosial penyandang cacat. Dimana antara lain menyebut 4 tindakan besar : persamaan kesempatan, rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharan taraf kesejahteraan sosial. Pembangunan RKS dan Peruntukannya. Seperti telah disampaikan pada bagian awal, pembanguan RKS merupakan salah satu respons terhadap kebutuhan masyarakat. Sehingga tentu saja ada hal-hal lain yang dikerjakan. Dan, kalau dibuat kilas balik, pembangunan gedung tersebut menempatkan sederet kegiatan penting yang berkaitan : (a) dirancang (b) dibangun (c) diterimakan (d) digunakan dengan tepat dan (e) dirawat/dipelihara dengan baik. Pada kali ini pembicaraan fokus pada sub (d), digunakan dengan sebaik-baiknya. Penggunaan yang sebaik-baiknya juga berarti bagaimana agar RKS dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk masyarakat. Sehingga gedung itu akan memberi nilai tambah, nilai ekstrinksik yang berlipat-lipat dibanding nilai instrinksik bangunan secara fisik. Penanganan secara menyeluruh permasalahan sosial di kawasan ini sebagaimana yang lain akan memerlukan sederet perangkat kerja. Perangkat keras, perangkat lunak, SDM, jejaring kemitraan, dan data yang akurat. Dengan adanya RKS maka setidaknya akan mengisi sebagian dari kebutuhan perangkat keras. Memang secara fisik sebuah gedung hanya menyumbang : ketersediaan ruang dan tempat. Namun pada demensi non fisik dapat menyumbang lebih : kepastian dan kemanfaatan, yang sangat tergantung dari bagaimana penggunaannya. Peruntukan yang terarah sama maknanya dengan adanya kejelasan dalam penggunaannya, atau setidaknya ada rambu-rambu acuan. Pada hemat penulis, rambu yang dimaksud dapat berupa sebagai berikut. 1. Secara umum digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang langsung dan atau tidak langsung, menggugah dan mendukung usaha-usaha kesejahteraan sosial (UKS) di kawasan ini. 2. Secara spesifik : a. Fasilitasi bagi kegiatan-kegiatan penguatan Potensi/Sumber Kesejahteraan Sosial atau PSKS (terutama SDM) dan pilar-pilar partisipan masyarakat. b. Fasilitasi bagi kegiatan-kegiatan penanganan PMKS, terlebih dengan pelayanan model diluar institusi dan layanan berbasis masyarakat. c. Fasilitasi bagi kegiatan-kegiatan penumbuhsuburan dan pembinaan modal sosial ( antara lain berupa sikap,perilaku, kebiasaan positip ) yang hidup di masyarakat, yang secara langsung dan atau tidak langsung berkaitan dengan usaha kesejahteraan sosial. Selanjutnya, tolok ukur dari penggunaan yang baik atas gedung tersebut, RKS, mungkin dapat diajukan sebagai berikut. 1. Frekuensi penggunaan gedung : sering digunakan ( kira-kira minimal 8 kegiatan/12 bln ). 2. Semakin berkembang kegiatan layanan sosial dari tahun ketahun berikutnya. 3. Gedung masih dapat difungsikan dengan baik sejalan dengan “umur teknis” bangunan.
Diskusi.
Dalam kesempatan yang baik ini diajukan diskusi sebagai berikut. SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 25
Artikel 1. Bahwa, bisa jadi pada lokasi lain di Indonesia terjadi konsentrasi PMKS (khususnya jenis ODK Grahita) yang memerlukan tindakan segera dengan keterlibatan multi sektor. Mulai dari survey, asesmen, rumusan rencana penanganan, realisasi solusi, serta follow up. Untuk ini, kesiapan kerja UPT dari Kemensos akan menjadi andalan. Diperlukan teamwork yang selalu “segar” : solid, energik, gesit, andal, dan responsip aktif. 2. Pada beberapa daerah/tempat telah banyak dibangun fasilitas khusus seperti: gedung pemuda, gelanggang olah raga, gedung kesenian dll. Untuk mendukung kegiatan di bidangnya. Mungkinkah dibangun gedung serupa, yang mungkin disebut Balai Sosial sebagai upaya dukungan aktifasi UKS. Terlebih pada daerah-daerah dimana terkonsentrasi beberapa jenis PMKS. 3. Belajar dari permasalahan sosial di Ponorogo ini dan aktifitas solusinya, mungkinkah diagendakan semacam badan kerjasama antar UPT atau setidaknya Forum Komunikasi UPT sejenis ? 4. Penanganan problem besar umumnya tentu memerlukan energi besar pula. Untuk ini rasanya perlu penggalangan mitra kolaborasi lintas sektor sejak awal kegiatan.
Penutup Sebagai catatan penutup, ingin disampaikan bahwa kalau saja boleh pinjam istilah dalam management yang merinci unsur-unsur ; man, money, material, methode. Maka, RKS adalah setitik dari banyak titik komponen material yang diperlukan. Tentu RKS secara langsung akan memberi arti di dalamnya. Lebih dari itu, harapannya, juga dapat memberi manfaat untuk upaya penguatan unsur man, memperlancar upaya penguatan unsur money, dan mendukung upaya pengembangan sisi methode. Sejauhmana harapan tersebut akan dapat mewujud, rasanya sangat tergantung dari semangat kita bersama. Untuk menggagas sesuatu yang lebih baik dan lebih baik lagi. Menggunakan RKS sebagai salah satu sarana berbagai kegiatan positip yang bermuara kepada berkembangnya UKS (usaha kesejahteraan sosial ) di daerah ini. Semoga demikian. Dan rasanya tidak tertutup kemungkinan, adanya pemikiran membangun serupa di tempat lain yang memang memerlukan. Terimakasih, semoga wacana ini dapat bermanfaat.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 26
Artikel
Menggagas Sebuah Kemungkinan :
PLAY THERAPY UNTUK PARA DISABILITAS GRAHITA DI BBRSBG KARTINI – TEMANGGUNG. Oleh: Walujo Sebenarnya, kalau disebut menggagas kemungkinan baru, judul ini tidaklah sepenuhnya benar. Karena dalam praktek layanan di lapangan, secara lepas-lepas, sebagian-sebagian, apa yang dinamakan “play therapy “ telah dilakukan oleh pembimbing/terapist di BBRSBG Kartini Temanggung. Yang belum adalah : dicantumkannya Play Therapy sebagai salah satu bagian dari struktur program di Instalasi Therapy serta dilaksanakan seutuhnya dengan segala konsekuensi operasionalnya. Dengan demikian, narasi ini, ingin mendorong dipertimbangkannya kembali urgensi play therapy dalam layanan rehabilitasi sosial tuna grahita dan kemudian dijadikan sebagai salah satu program mapan, dan diselenggarakan secara intensip.
Reasoning Kalau kita menengok ke beberapa tempat pelayanan untuk anak-anak ( pada umumnya ) dapat kita temukan aktifitas Play Therapy. Sesuai namanya, aktifitas ini menggunakan “bermain” sebagai batang pohon kegiatannya. Mengapa bermain ? Karena dikaji dari beberapa sisi, fisik dan fungsional, sesuai untuk anak-anak. Bahkan tersiar luas ungkapan “ dunia bermain, dunia anak-anak”. Hanya saja yang menjadi esensi persoalannya, terlebih bila dikaitkan untuk tujuan terapi, pastilah dipilih “jenis” permainan yang berisi efek-efek terapeutis sesuai kebutuhannya. Atau, para terapist itu haruslah “membuat hidup” agar „aktifitas‟ bermain saat itu dapat menghasilkan sumbangan terapeutik yang sebesar-besarnya bagi anak. Secara umum, bermain akan menyenangkan. Karenanya, akan lebih banyak “diterima” oleh anak-anak. Aturan bermain juga tidak “ruwet”, mudah dimengerti. Mengaktifkan fungsi-fungsi sensoris dan motoris. Prosesnya dinamis. Dapat dikembangkan sebagai kegiatan individu, kelompok kecil, dan atau kelompok yang lebih besar. Indoor dan atau outdoor. Ada fleksibilitas di dalamnya. Itu beberapa ikhtisar keunggulan bermain. Menurut Muhaimin al Qudsy dan Ulfah Nurhidayah (2010), bermain merupakan proses alamiah dan naluriah yang berfungsi sebagai nutrisi dan gizi bagi kesehatan fisik dan psikis anak. Aktifitas bergerak (moving), bersuara (noice) menjadi sarana belajar yang efektif bagi anak. Lebih rinci, Andi Yudha dalam Muhaimin al Qudsy & Ulfah Nurhidayah (2010, dalam buku Mendidik Anak lewat Dongeng), bermain memberi manfaat sebagai berikut : 1.
Menimbulkan kegembiraan
2.
Memicu kreatifitas
3.
Meningkatkan daya respon anak atas hal-hal baru SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 27
Artikel 4.
Melatih anak dalam menyelesaikan masalah, konflik.
5.
Sarana bersosialisasi, melatih fungsi mental seperti berfikir, berkhayal, mengingat dsb.
6.
Melatih kepekaan dan empati
7.
Sarana expresi perasaan
8.
Membentuk kepribadian
9.
Mengembangkan rasa percaya diri
10. Melatih perkembangan fisik, emosi & sosial 11. Merangsang imajinasi 12. Sarana hiburan 13. Menyalurkan energi berlebih. Persoalan berikutnya, setelah kita memahami betapa “bermain” dapat memberi banyak manfaat, adalah bagaimana kita mengemasnya dalam “paket terapi” sesuai kebutuhan . Perihal lain yang mendasari pemikiran ini adalah keadaan dan kebutuhan para penerima manfat (: tuna grahita itu sendiri). Seperti diketahui, umumnya , play therapy dikembangkan sebagai layanan kepada anak-anak dengan „perkembangan normal‟ yang memiliki beberapa masalah psikologis dan sosial. Juga dapat untuk anak dengan “learning disorders” atau kesulitan belajar. Sementara itu, para tuna grahita, mereka dinyatakan sebagai individu dengan persoalan tumbuh kembang, Keadaan berat-ringannya disabilitas mempengaruhi bagaimana potensi dan aktualisasinya. IQ dibawah rerata ( seputar 70 kebawah), kemasakan mental yang tidak selaras dengan usianya, hambatan dalam bersosialisasi dan perilaku adaptip lain, adalah yang umum terjadi. Aspek mental lain seperti: daya duga, ketelitian, pertimbangan, ingatan, juga memerlukan perhatian bimbingan tersendiri. Pada kesempatan yang terbuka, sering nampak ia senang bergaul dengan anak-anak usia dibawahnya. Kadang juga disertai dengan persoalan fisik seperti hambatan koordinasi senso-motorik, kecekatan gerak yang kurang prima, atau hambatan perkembangan fisik lain. Keadaan ini akan semakin terobservasi pada grade sedang dan berat. Pada grade ringan, hambatan fisik jarang nampak sebagai gejala yang menonjol. Secara lebih rinci, pada cakupan yang lebih besar, ada beberapa permasalahan yang dapat disebut. Tuna grahita secara simultan diduga mengalami 2 atau lebih permasalahan berikut : (1) mengurus diri (2) komunikasi (3) kehidupan di lingkungan keluarga (4) sosialisasi (5) melatih diri (6) urusan kesehatan & keselamatan (7) membaca, menulis, berhitung (8) memanfaatkan waktu luang (9) pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat dan (10) dalam melakukan pekerjaan. Titik berikutnya yang mendasari adalah tujuan rehabilitasi sosial. Secara naratif tujuan rehabilitasi sosial untuk tuna grahita sering diungkapkan dengan berbagai kalimat-kalimat yang sedikit berbeda tetapi bermakna sama. Seperti : membangun kemandirian, meningkatkan keberfungsian sosial. Atau sebutan lain yang senada. Namun yang pasti, untuk menuju muara tujuan tersebut, ada upaya : pemeliharaan dan pengembangan kemampuan baik fisik, mental, sosial, dan vokasional, dalam derajad sesuai dengan hasil-hasil identifikasi dan asesmen sebelumnya.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 28
Artikel Demikian, ketiga titik dasar itulah (tujuan rehabilitasi sosial, keadaan tuna grahita, kontribusi aktivasi bermain ) yang ingin dipertemukan dalam membangun “paket layanan play therapy”.
Beberapa Sisi Play Therapy Dari sisi psikoterapi, play therapy tergolong yang lebih bersifat “ non directive “. Umumnya diterapkan untuk anak-anak (pada umumnya) usia sekitar 3 – 13 thn. Tetapi juga dapat diterapkan untuk anak-anak dengan kesulitan “belajar”. Karena sifatnya yang “non directive” maka dalam realisasi aktifitasnya, diperlukan syarat salah satunya adalah “daya partisipatif” dari anak-anak yang menjadi sasaran terapi itu terhadap program terapi. Oleh karenanya (sementara) dapat diduga bahwa untuk tuna grahita, akan mungkin diterapkan bagi kategori sedang dan ringan. Sejalan dengan manfaat bermain yang sedemikian “kaya” dikaitkan dengan dinamika tumbuh kembang anak, playtherapy dapat memberi sumbangan positip untuk membaiknya anak dari permasalahan yang ada, baik fisik, psikologis, maupun sosial. Di sinilah daya pikat utama playtherapy untuk dicoba dikembangkan di BBRSBG. Dari sisi “proses pembelajaran”, suasana selama proses berlangsung akan lebih menyenangkan, atau “happy” bagi anak. Suasana batiniah semacam ini akan dapat menjadi pintu masuk bagi perkembangan: keinginan, minat-minat, dan kemauan belajar lebih lanjut. Sesuatu yang sangat penting diperhatikan. Juga, terjadinya kombinasi ekspresi motorik kasar (: seperti berlari, melompat) dengan motorik halus (; seperti menulis, menggambar, mengambil benda kecil) demikian juga berpadunya fungsi-fungsi sensoris (: seperti mendengar, melihat, merasakan) dengan fungsi-fungsi motoris (; seperti gerakan-gerakan), akan memberikan pembelajaran yang sangat berguna.
Perangkat Kerja yang Perlu Kalau saja kemudian direalisir, sebagaimana sebuah kegiatan yang lain, Play Therapy juga memerlukan sederet perangkat kerja. Hardware, Software, SDM, Netware, dan data kerja. Pada perangkat keras (hard ware) antara lain perlunya fasilitas : perlengkapan kerja, ruang yang memadai untuk aktifitas indoor, lapangan bermain yang tertata (play ground) untuk aktifitas outdoor , dan sarana transportasi bila area kegiatannya diluar lembaga. Tidak kalah urgentnya adalah sarana/alat permainan yang bervariasi dan dalam jumlah yang cukup. Pada perangkat lunak, seperti: manual/modul terapi, instrument identifikasi & asesmen, instrumen evaluasi, form catatan dan pelaporan , pemberkasan (filing) dsb. Untuk SDM terapist, memerlukan tenaga-tenaga terdidik dan atau terlatih. Penguatanpenguatan aplikatip lanjutan juga perlu seperti: training singkat, seminar, studi banding dsb. Jejaring kemitraan menjadi perangkat kerja berikutnya yang juga diperlukan. Kemitraan bagi terapist dalam lingkup internal lembaga maupun kemitraan ekternal dalam kemudahan untuk mengakses keahlian lain yang diperlukan, referral bila perlu, pengembangan layanan, ataupun pengembangan model. Data kerja yang dimaksud di antaranya adalah: hasil identifikasi dan asesmen yang mempertegas bahwa subyek yang bersangkutan memerlukan layanan play therapy, data SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 29
Artikel pemeriksaan lanjutan, data personal lain dari penerima manfaat sebagai data pendukung, juga data spesifikasi mitra kerja. Berkenaan dengan ketersediaan perangkat kerja ini, rasanya BBRSBG telah memiliki kesiapan. Setidaknya, segera dapat dimulai sembari melengkapi dalam perjalanan.
Catatan Penutup Sebagai penutup ingin disampaikan catatan bahwa, pertama, untuk memulai program ini tidak perlu menunggu semuanya lengkap tersedia sepenuhnya terlebih dahulu. Kita petakan, apa saja kebutuhan dasar dan kebutuhan pendukung. Kedua, SDM terapist akan menjadi tumpuan sentral. Dalam arti sekalipun sarana lain belum terpenuhi sepenuhnya, dengan motivasi dan kreatifitas terapist yang handal, semuanya akan dapat dilalui dengan baik. Semangat untuk bekerja dan mengembangkan diri perlu kuat. Profesional, kesungguhan, disiplin, adalah manifestasinya. Perlu juga diingat di sini bahwa salah satu tupoksi lembaga (BBRSBG Kartini Temanggung) adalah sebagai “rujukan nasional”. Tersirat di dalamnya, selayaknyalah menjadi tempat pencarian jawaban atas kebutuhan-kebutuhan layanan untuk para tuna grahita selengkap mungkin, terlebih yang sulit dijumpai pada unit-unit pelayanan yang lain. Dan ini sebuah tantangan. Catatan berikutnya yang ingin disampaikan adalah, meskipun play therapy dikaitkan untuk anak dengan “normal development” sekitar usia-usia 3 – 13 thn, bukan berarti kurang bermanfaat bagi tuna grahita. Hambatan-hambatan fisik, hambatan belajar komunikasi, dan dalam bersosialisasi sangat mungkin untuk dibantu dengan play therapy. Belum lagi hambatan yang seputar mental psikologis seperti: toleransi, tenggangrasa, keaktifan diri, mengembangkan suasana hati yang ceria dan tidak pasip, dapat menerima atau menjadi bagian dari “kebersamaan” dalam aktifitas kelompok dsb. Terimakasih. Semoga demikian.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 30
Artikel
SEKILAS TENTANG FISIOTERAPI PADA CIDERA OLAH RAGA DAN OKUPASI TERAPI Oleh Evi dan Yuyun
A. Fisioterapi Muafik : ”bu evie..kaki saya sakit bu..!!” , Bu Evie : “kenapa dengan kakimu..??”, Muafik : ”tadi gaprakan waktu sepak bola bu..!!” Sekelumit obrolan di atas pernah dijumpai oleh fisioterapis pada anak-anak kita yang notabene mereka gemar sekali berolah raga, tidak jarang mereka mengalami cidera waktu mereka melakukan aktifitas berolah raga tersebut. Nah apa sebenarnya cidera olah raga itu dan bagaiman penanganannya? Cidera olah raga dapat terjadi akibat trauma akut atau trauma yang berualangulang dalam jangka waktu yang lama
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko cidera olah raga : 1. Factor atlit: umur, karakteristik atlit, pengalaman, tahap latihan, teknik pemanasan 2. Fasilitas latihan dan peralatan, meliputi perlengkapan latihan dan pelindung/pengaman 3. Karakteristik dari olah raga
Pembagian cidera 1.
Cidera akibat pengaruh dari luar (factor ekstrinsik)
2.
Contoh : trackling atau tabrakan, pukulan atau benturan, lapangan yang jelek Cidera akibat pengaruh dari dalam (factor intrinsic)
Contoh : postur tubuh yang kurang baik, gerakan latihan yang salah, kelemahan otot, fisik yang tidak fit 3. Pemakaian yang berlebihan (overuse)
Pencegahan cidera 1.
Menentukan kondisi kesehatan secara umum
2. 3.
Mendeteksi keadaan postur tubuh yang mungkin dapat menyebabkan cidera Mendeteksi keadaan-keadaan yang membahayakan bila yang bersangkutan melakukan olah raga
Proses penyembuhan 1.
Hemostasis, terjadinya proses perdarahan dan bekuan darah terjadi 6-8 jam
2.
Inflamasi, terjadinya proses peradangan, terdapat tanda-tanda radang, yaitu : bengkak, kemerahan, nyeri, panas local, terganggunya fungsi, dan terjadi 2x24 jam setelah cidera, cidera berat sampai 1 minggu
3.
Proliferasi, mulai terjadi proses penyembuhan, terjadi 7-21 hari
4.
Remodeling, terjadinya proses pemulihan kembali dan terjadi sampai 18 bulan
Secara prinsip program yang sangat terkenal untuk penyembuhan cedera yaitu : 1. Berikan RICE SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 31
Artikel R : I : C : E :
REST, jaringan yang terkena cidera harus diistirahatkan dalam kurun waktu tertentu agar mendapat kesempatan untuk sembuh ICE, yaitu diberikannya pengobatan dengan es dengan tujuan untuk menahan vasodilatasi dan agar terjadi vasokonstriksi COMPRESSION, yaitu pemberian tekanan yang rata dengan tujuan untuk mencegah pembengkakan yang berlebihan ELEVATION, yaitu menaikkan anggota tubuh yang cidera agar dapat membantu pengembalian darah ke jantung
2. Hindari HARM
H : HEAT, pemberian panas justru akan meningkatkan perdarahan A : R : M:
ALCOHOL, akan meningkatkan pembengkakan RUNNING, atau exercise terlalu dini akan memperburuk cidera MASSAGE, tidak boleh diberikan pada masa akut karena akan merusak jaringan
B. Okupasi Terapi Okupasi Terapi merupakan salah satu profesi kesehatan yang membantu individu / seseorang yang mengalami masalah pada fisik, mental dan sosial melalui aktifitas yang bermakna dan bertujuan untuk mengarahkan individu atau seseorang tersebut menjadi lebih mandiri. Ada tiga area aktifitas yang ada didalam okupasi terapi, antara lain adalah : 1. ADL ( activity daily living ) / aktifitas kegiatan sehari-hari 2. Produktifitas / aktifitas yang bersifat produktif, dan 3. Leissure / aktifitas yang bersifat menyenangkan dan untuk mengisi waktu luang Untuk mendukung individu / seseorang bisa melakukan aktifitas tersebut diatas maka faktor fisik, mental dan sosial merupakan modal dasar untuk dapat melakukan aktifitas yang bermakna dan bertujuan dengan baik Kelainan yang dapat ditangani oleh Terapis Okupasi menurut American Occupational Therapy Association 1986 antara lain Stroke, Autisme, Nyeri sendi, ADHD (attention deficit hiperaktif disorder), ADD (attention defisit disorder), SCI (Spinal Cord Injury), Mental Retardasi, Down Syndrome, Development Delay (terlambat perkembangan), Hand Injuries (luka tangan), Head Injuries (luka kepala), CP (Cerebral Palsy), Burn injuries (luka bakar), Fractures (patah tulang), Diabetes Melitus dll. Pada prakteknya, yang dilakukan seorang Terapis Okupasi adalah memberikan aktifitas kepada individu atau seseorang sesuai dengan tingkat kecacatan atau kelainan yang ada. Dengan harapan aktifitas yang diberikan terebut bermakna dan bertujuan untuk mengarahkan individu atau seseorang tersebut menjadi lebih mandiri meskipun dengan kondisi yang mengalami keterbatasan, baik itu keterbatasan Fisisk, keterbatasan Mental dan atau keterbatasan Sosial. Beberapa hal yang diperhatikan oleh seorang Terapis Okupasi terhadap Individu atau seseorang yang mengalami kelainan, antara lain : 1. Diagnosa, baik diagnosa medis maupun Diagnosa OT 2. Tingkat kecacatan SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 32
Artikel 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Keterbatasan yang dialami Bagaimana fungsi Sensori motornya Bagaimana fungsi kognitif persepsinya atau kemampuan akademis dan pemahamannya Bagaimana kemandiriannya terutama dalam hal bina diri Bagaimana kemampuan sosialisasinya Hal – hal lain yang mendukung individu atau seseorang tersebut mengalami keterbatasan dalam melakukan aktifitas.
Aktifitas yang diberikan kepada individu atau seseorang yang mengalami kelainan disesuaikan dengan tingkat kecacatannya kemudian aktifitas yang diberikan tersebut dianalisa apakah purposefull dalam arti mempunyai makna dan tujuan bagi tingkat kecacatannya dan membantu undividu untuk lebih mandiri dan berguna terutama bagi diri sendiri. TIPS Tujuh Ciri Utama AUTISME 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Apakah anak anda memiliki rasa tertarik dengan anak lain ? Apakah anak anda pernah menggunakan telunjuk untuk menunjuk rasa tertariknya pada sesuatu ? Apakah anak anda menatap mata anda lebih dari satu atau dua detik ? Apakah anak anda meniru anda ? msalkan jika anda membuat raut wajah tertentu, anak anda akan menirukannya Apakah anak anda member reaksi bila namanya dipanggil ? Bila anda menunjuk pada sebuah mainan / apapun disisi ruangan, apakah anak anda melihat pada mainan / benda tersebut ? Apakah anak anda pernah bermain “sandiwara” misalnya berpura-pura menyuapi boneka, berbicara di telepon, dan sebagainya ?
Seorang anak berpeluang menyandang AUTIS, jika 2 dari 7 pertanyaan diatas dijawab “TIDAK”. Segera lakukan pemeriksaan ke Dokter untuk mengetahui diagnosa lebih lanjut. Lebih cepat terdeteksi, lebih mudah penanganannya. Terapi Autis tidak ada yang INSTAN. Pengobatan dan terapi membutuhkan penanganan dan waktu yang tidak sebentar.
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 33
Artikel
BBRSBG KARTINI BERHASIL MEMPEROLEH SERTIFIKAT ISO 9001.2008 SEBAGAI WUJUD PENGAKUAN MUTU DAN KINERJA PELAYANAN BERSTANDAR INTERNASIONAL Komitmen BBRSBG Kartini Temanggung untuk senantiasa meningkatkan mutu dan kinerja pelayanan memperoleh pengakuan dari lembaga internasional. UKAS sebagai lembaga sertifikasi Sistem Manajemen Mutu Internasional yang berpusat di Inggris memberikan sertifikat ISO 9001:2008 sebagai wujud pengakuan bahwa mutu dan kinerja manajemen pelayanan di BBRSBG Kartini Temanggung memenuhi standar internasional. Untuk dapat memperoleh sertifikat ISO 9001:2008, tahapan yang telah dilalui oleh BBRSBG Kartini Temanggung adalah: 1. Menyediakan panduan kerja yang terstandar untuk menjamin konsistensi dan proses pelayanan yang sistematis, meliputi: a. Manual Mutu (MM), termasuk didalamnya mencakup kebijakan mutu, sasaran mutu, mapping process, job description dan rencana mutu. b. Prosedur Mutu Sistem (PMS) c. Prosedur Mutu Operasional (PMO) d. Standar Operasional Prosedur (SOP) e. Penyediaan Form-form dan Rekaman Mutu 2. Audit internal, meliputi audit seluruh prosedur serta rekaman mutu untuk memastikan bahwa Sistem Manajemen Mutu diterapkan secara konsisten oleh seluruh jajaran BBRSBG Kartini Temanggung sesuai persyaratan ISO 9001:2008 3. Survey Kepuasan Pelanggan untuk mengetahui tingkat pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan sesuai dengan harapan mereka serta sebagai manifestasi dari komitmen lembaga untuk memberikan pelayanan terbaik
bagi penerima pelayanan. Dari survey ini, Indeks Kepuasan Pelanggan BBRSBG Kartini Temanggung Tahun 2011 sebesar 84,01 yang intepretasinya adalah penerima pelayanan merasa sangat puas dan penilaian mereka terhadap mutu dan kinerja BBRSBG Kartini Temanggung dalam menyelenggarakan rehabilitasi sosial orang dengan kecacatan grahita sangat baik. 4. Audit eksternal, meliputi audit seluruh prosedur serta rekaman mutu oleh Lembaga Sertifikasi yang dilakukan oleh PT Global Sertification Indonesia sebagai lembaga yang memperoleh lisensi dari UKAS untuk memastikan bahwa Sistem Manajemen Mutu diterapkan secara konsisten oleh BBRSBG Kartini Temanggung sesuai persyaratan ISO 9001:2008. 5. Rapat Tinjauan Manajemen (RTM) untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan seluruh bagian, bidang, seksi, sub bagian, kelompok jabatan fungsional dan instalasi dalam menerapkan sistem manajemen mutu, sehingga menjadi bahan refleksi untuk perbaikan, peningkatan dan pencegahan di waktu yang akan datang Setelah melalui berbagai tahapan, akhirnya BBRSBG Kartini Temanggung dinilai layak memperoleh sertfikat ISO 9001:2008 sebagai pengakuan bahwa pelayanan yang dilaksanakan telah memenuhi sistem manajemen mutu internasional. Penyerahan sertifikat dilakukan oleh Direktur PT Global Sertification Indonesia mewakili UKAS kepada Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 34
Artikel Kementerian Sosial yang selanjutnya diserahkan kepada Kepala BBRSBG Kartini Temanggung pada tanggal 28 Nopember 2011. ********* BBRSBG KARTINI TEMANGGUNG MEMPERLUAS JANGKAUAN PELAYANAN PENYANDANG KECACATAN GRAHITA DI MASYARAKAT Sejalan dengan Kebijakan Kementerian Sosial RI tentang pelayanan penjangkauan (outreaching) guna meningkatkan jumlah orang dengan kecacatan yang berhasil dilayani, BBRSBG Kartini memperluas jangkauan pelayanan melalui pelayanan reguler dan non reguler di luar balai. Ada tiga model pelayanan yang dilaksanakan oleh BBRSBG Kartini Temanggung untuk penjangkauan, yaitu Daycare services, Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga dan Asistensi Kelembagaan Masyakat. Pada tahun 2011, jumlah ODK grahita yang berhasil dilayani melalui program reguler 225 orang, daycare 20 orang, RSBK 200 orang dan Asistensi Rumah Kasih Sayang 104 orang, sehingga jumlah penerima manfaat atau ODK grahita yang terlayani BBRSBG Kartini Temanggung sebanyak 549 orang. Disamping penjangkaun dengan tiga model tersebut, juga masih ada bentuk penjangkauan lainnya, yaitu pendampingan panti swasta sebanyak 4 panti, pendampingan korban bencana erupsi merapi melalui pengembangan kelompok pengrajin di Desa Jumoya dan pendampingan kelompok Cerebral Palsy. ******
THE 4Th INTERNATIONAL KSN EXPO AND AWARDS 2011 Dalam rangka hari Kesetiakawanan Sosial Nasional tiap tanggal 20 Desember, Kementerian Sosial menyelenggarakan KSN Expo dan Awards pada tanggal 27 – 30 Oktober 2011 yang keempat kalinya. Penyelenggaraan The 4th Internasional KSN Expo dan awards 2011 digelar untuk menginformasikan pada masyarakat berbagai kegiatan corporate sosial responsibility (CSR), program kemitraan dan social responsibility (SR) pemerintah/ lembaga terkait dan pemberdayaan masyarakat nasional maupun internasional. Pada kegiatan The 4th Internasional KSN Expo dan awards 2011 tersebut, BBRSBG Kartini berpartisipasi secara mandiri untuk mempromosikan hasil ketrampilan yang diberikan penerima manfaat (PM) antara lain hasil ketrampilan boga, ketrampilan pembuatan kursi bambu, ketrampilan yang memanfaatkan kulit telur, pembuatan bunga plastik dan ketrampilan dari limbah kertas koran. Disamping itu BBRSBG Kartini Temanggung juga menampilkan kesenian tari kuda lumping dan tari gambang semarang yang merupakan kesenian tradisional. Pada even The 4th Internasional KSN Expo dan awards 2011 ini, BBRSBG Kartini Temanggung menyabet penghargaan/award kategori Kesesuaian Tema Stand. Penghargaan ini memberikan motivasi tersendiri bagi tim pelaksana dan sebagai penghapus rasa penat dan letih.
BBRSBG KARTINI TEMANGGUNG MEMPEROLEH AWARD DALAM SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 35
Artikel TROPHY BERGILIR HIPENCA MASIH BERTENGGER DI TEMANGGUNG Dalam rangka memperingati Hari Internasional Penyandang Cacat (HIPENCA) tahun 2011 BBRSBG Kartini Temanggung menyelenggarakan kegiatan pertandingan olahraga dan pentas seni yang diikuti oleh kontingen dari SLB se Jawa Tengah & D.I. Yogyakarta serta 2 Lembaga Kementerian Sosial penanganan ODK Grahita yaitu BBRSBG Kartini Temanggung dan Panti Sosial Bina Grahita “Ciung Wanara” Bogor, secara keseluruhan ada 23 Kontingen dan berjumlah 228 personil terdiri atas offisial dan atlet. Cabang olahraga yang dipertandingkan terdiri dari : Bocce (olahraga khusus bagi tunagrahita) ; Atletik (Lari 50 M , 100 M , 200 M) ; Lompat jauh tanpa awalan. Untuk keseimbangan dalam pertandingan maka masing-masing cabang dibagi menurut divisi dengan wasit dari Pasi Temanggung ; Pengda SOINa Jateng ; BBRSBG Kartini, serta lomba pentas seni untuk ODK Grahita. Pertandingan dilaksanakan di komplek BBRSBG dan di Stadion Bumi Phala Temanggung dengan hasil Juara Umum masih dipertahankan oleh Kontingen BBRSBG Kartini Temanggung dengan perolehan medali 8 emas ; 11 perak ; 5 perunggu , Juara II SLB Bagaskara Sragen dengan 3 emas ; 4 Perunggu dan Juara III PSBG Raharjo Sragen memperoleh 2 emas ; 2 Perak dan 1 Perunggu.
PM BBRSBG KARTINI MEWAKILI KONTINGEN KABUPATEN TEMANGGUNG DALAM PERINGATAN HIPENCA JAWA TENGAH Dalam rangka memperingati HIPENCA ke XIX tahun 2011, Pemerintah Propinsi Jawa Tengah mengadakan serangkaian kegiatan yang dikhususkan bagi para ODK.
Pemerintah Kabupaten Temanggung melalui Dinas Sosial menunjuk dan mempercayakan Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita Kartini Temanggung sebagai wakil sekaligus kontingen dalam ajang perlombaan yang diselenggarakan pada 12 Desember 2011 di Semarang. Lima PM yaitu Wrinanda, Nuri, Atik R, Jesica, Reni didampingi oleh pembimbing yaitu Purwanto, Dwi Wiji Estu Broto, Edi Teguh Waskito Aji, Edi Kuncoro, Ponijan, Purwanto, Sudardi, Eni Dwi Endang Lestari, Aprilina Suijiatmi, Indah, Suharno serta pendamping dari Dinas Sosial Kabupaten Temanggung yang dengan antusiasme dan percaya diri menunjukkan kebolehannya di hadapan kontingen lain yang juga memiliki motivasi yang sama yaitu tampil sebaikbaiknya dan berprestasi. BBRSBG menampilkan kesenian tari kuda lumping dan pameran yang semuanya memperoleh penghargaan juara III. Piala diserahkan oleh Kepala Seksi Bimbingan Sosial kepada Kepala BBRSBG Kartini Temanggung DRS. GRM. Soerjo Darsono, MH. (Wiwit Setiyowati, AKS, MA). ********* BBRSBG KARTINI TEMANGGUNG MENGADAKAN BHAKTI SOSIAL DI RUMAH KASIH SAYANG DESA KREBET, KECAMATAN JAMBON, KABUPATEN PONOROGO Dalam rangka memperoleh dukungan berbagai pihak sekaligus mensosialisasikan program rehabilitasi sosial ODK grahita di Kabupaten Ponorogo, BBRSBG Kartini Temanggung pada tanggal 21 Desember 2011 menyelenggarakan bhakti sosial. Bhakti sosial yang acara puncaknya dihadiri oleh Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial dan Direktur Orang
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 36
Artikel dengan Kecacatan Ditjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI, Bupati dan jajaran Pemda Ponorogo serta masyarakat diisi dengan kegiatan sunatan masal, penyerahan bantuan kebutuhan pokok dan pakaian ODK 100 orang, penyerahan bantuan pohon buah-buahan untuk penghijauan, penyerahan bantuan sumur dan pengurukan halaman rumah kasih sayang serta pentas seni ODK grahita. Acara ini memperoleh apresiasi masyarakat. Dari jumlah 300 kursi yang disediakan terisi penuh, bahkan masyarakat sekitar rela mengikuti acara dengan berdiri di sekitar panggung. Bhakti sosial ini merupakan serangkaian kegiatan outreaching untuk memperluas jangkauan pelayanan BBRSBG Kartini Temanggung di dalam masyarakat khususnya di Kabupaten Ponorogo yang memiliki populasi ODK grahita cukup banyak. Dalam acara sambutan yang disampaikan oleh Dirjen Rehabilitasi Sosial masyarakat diberikan penjelasan tentang orang dengan kecacatan grahita dan programprogram untuk membantu mereka mencapai kualitas hidup lebih baik. Selama ini masyarakat bahkan pemerintah Kabupaten Ponorogo menganggap ODK grahita sebagai orang idiot yang tidak bisa dikembangkan, bahkan beberapa desa di Kabupaten Ponorogo disebutnya sebagai kampung idiot. Namun dengan penjelasan dari Dirjen Rehabilitasi Sosial serta tampilan pentas seni dari PM BBRSBG Kartini Temanggung yang memukau cukup mampu merubah citra ODK grahita. Banyak masyarakat yang tidak percaya ternyata ODK grahita bisa dilatih dan dididik untuk menari, menyanyi dan melakukan berbagai aktivitas produktif sebagaimana ditampilkan oleh anak-anak BBRSBG Kartini Temanggung. *********
KEGIATAN PENDEKATAN AWAL, DISAMBUT ANTUSIAS KELUARGA ODK GRAHITA Keluarga ODK Grahita di wilayah Propinsi Jawa tengah sangat antusias saat menyambut kunjungan Tim Pendekatan Awal Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Grahita (BBRSBG) “Kartini” Temanggung di kediaman masing-masing. Mereka mengharapkan anak/saudara mereka dapat mengikuti program rehabilitasi sosial di BBRSBG “Kartini” Temanggung sehingga dapat belajar dan meraih kemandirian di masa depan. Pendekatan awal yang dilaksanakan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi Orientasi, konsultasi, dan motivasi, yang bertujuan untuk mengklarifikasi data hasil Unit Pelayanan Sosial Keliling (UPSK) Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah maupun Propinsi DIY. Hal ini untuk mendapatkan data yang valid dari sistem sumber (orang tua/keluarga dan dari masyarakat sekitar) serta tercapainya target dan sasaran penerima pelayanan rehabilitasi sosial bagi Penerima Manfaat dari Jawa Tengah. Kegiatan Pendekatan awal yang berlangsung pada bulan Oktober sampai dengan November 2011 dilaksanakan di beberapa kota antara lain Sleman, Kulonprogo, Jepara, Kudus, Banyumas, Wonosobo, Purworejo, Pekalongan, Pemalang. Disamping itu, juga dilaksanakan di wilayah Kabupaten Temanggung untuk calon PM program Day Care. Kepala Seksi Identifikasi BBRSBG “Kartini” Temanggung menjelaskan bahwa penunjukan lokasi tersebut berdasarkan hasil dari kegiatan UPSK yang diselenggarakan oleh Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah dan Dinas Sosial Propinsi DIY dimana di kota tersebut tedapat ODK grahita yang akan dirujuk
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 37
Artikel ke BBRSBG “Kartini” Temanggung. (Herlina Ekawati, Staf Sie identifikasi). ****** MENGHARAP PENGAKUAN MASYARAKAT TERHADAP PENYANDANG DISABILITAS GRAHITA BPOC yang sekarang menjadi National Paralympic Comitee (NPC) Kabupaten Temanggung mengadakan pembinaan kepada para atlit yang telah berprestasi terutama para ODK baik garhita, ODK netra, ODK rungu wicara di Kabupten Temanggung yang mempunyai kemampuan. Berdasar surat Nomor 29/NPC.TMG/ XII/2011 Tanggal 13 Desember 2011, NPC mengundang para atlit BBRSBG, sejumlah 9 PM (Nuri Indriyani, Novan Warminto, Jesica, Ragil, Mu‟afik, Supriyono, M. Dewari, Sigit Nugroho, Ramdan Fitrianto), SLB Negeri Temanggung, SMPLB Melati Temanggung, Penganthi untuk mengikuti serangkaian kegiatan latihan rutin.
PEMBENTUKAN KADER PENDAMPING DI PONOROGO BBRSBG Kartini merekrut dan membentuk Kader Pendamping Program Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga di Kabupaten Ponorogo sebanyak 30 orang setelah pertengahan tahun 2011 membentuk Kader Pendamping Rumah Kasih Sayang yang berjumlah 19 orang, sehingga jumlah seluruh kader pendamping di Kabupaten Ponorogo 49 orang. Mereka berasal dari lima desa di kecamatan Krebet, Balong dan Badegan Kabupaten Ponorogo diharapkan nantinya dapat memberikan pendampingan kepada 100 ODK Grahita di wilayahnya dan 104 ODK di Rumah Kasih Sayang (RKS). Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka, BBRSBG Kartini Temanggung mengadakan Bimbingan Teknis selama 3 hari yang diselenggarakan di Kantor Balai Desa Krebet. ********
Bertempat di gedung grahita resto BBRSBG Kartini Temanggung Jalan Kartini No. 1-2 Temanggung, tanggal 16 Desember 2011, acara pembukaan latihan dilaksanakan. Rangkaian kegiatan lanjutan dilakukan di lapangan atletik yang diikuti para atlit yang telah terpilih. Harapan kedepan, pembinaan dan latihan dapat dilaksanakan secara rutin tiap bulannya, dengan maksud dan tujuan agar lebih memantapkan dan meningkatkan kemampuan para atlit, menjalin kebersamaan dan kerjasama para atlit dari berbagai instansi. Lebih utama lagi mengenalkan kepada masyarakat luas dan diperolehnya pengakuan bahwa penyandang disabilitas juga dapat berprestasi. ******** SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 38
PM BBRSBG “Kartini” Temanggung tampil memukau dalam acara Bhakti Sosial Di Rumah Kasih Sayang, Desa Krebet, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo
Dirjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI sedang memberikan penjelasan tentang tuna grahita kepada Bupati Ponorogo sebelum Bupati memberikan sambutan dalam acara bhakti sosoial
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 39
Bimbingan keterampilan ODK grahita di Rumah Kasih Sayang Kabupaten Ponorogo oleh Kader Pendamping yang telah menerima pelatihan dari BBRSBG “Kartini” Temanggung
SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 40
Dengan kebersamaan walaupun beban berat terasa ringan. Seketrais Ditjen Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial RI menyerahkan tropi bergilir Dirjen Rehabilitasi Sosial kepada Kepala BBRSBG “Kartini” Temanggung sebagai juara umum lomba olah raga dan seni ODK grahita dalam rangka HIPENCA tahun 2011
Indahnya bergandeng tangan. Tidak ada lagi skat yang menghambat kebersamaan dan hanya ada satu keluarga: BBRSBG “Kartini” Temanggung. SINAR EDISI SEMESTER 2 TH 2011
Hal 41