HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PELATIHAN TENTANG KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG PENDENGARAN (STUDI PADA BAGIAN METAL FORMING PT.DIRGANTARA INDONESIA, INDONESIA AEROSPACE (IAe) BANDUNG ) Mega Erdianni Yuldan Faturahman Sri maywati Mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarat Peminatan K3 Universitas Siliwangi (
[email protected]) Dosen Pembimbing bagian k3 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi
ABSTRAK Alat pelindung pendengaran perlu di perhatikan apabila tingkat kebisingan di tempat kerja sudah mencapai 85 dB diatas 8 jam/hari. Alat pelindung pendengaran berfungsi untuk melindungi pendengran (telinga) akibat kebisingan, melindungi telinga dari percikan api atau logam-logam yang panas yang ada di tempat kerja mereka bekerja dan mencegah terjadinya penyakit akibat kerja agar tercapainya tenaga kerja yang produktif (Depnaker RI,2004). Pemakaian alat pelindung pendengaran di katagorikan dalam 2 cara dispossible Ear Plug (Satu kali pakai dan langsung di buang) dan non Dispossible Ear Plug (Bisa beberapa kali pakai) biasanya yang terbuat dari karet yang dipakai untuk waktu yang lama (Depnaker RI, 2004). Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui hubungan pengetahuan dan pelatihan tentang kesehatan keselamatan kerja terhadap penggunaan APP pada bagian metal forming PT. Dirgantara Indonesia Indonesian Aerospace (IAe), diantaranya faktor predisposisi yaitu pengetahuan, pendukung yaitu pelatihan, ketersedian sarana dan pendorong yaitu pengawasan keluarga dan teman. Jenis penelitian ini adalah survei dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel sebanyak 53 orang dengan menggunakan total sampling dari populasi 53 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan
kuesioner. Berdasarkan uji Chi-square menunjukan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara variabel pengetahuan dengan penggunaan APP (p=0,576), pelatihan dengan penggunaan APP tidak ada hubungan (p=0,800) Disarankan kepada pihak manajemen meningkatkan pengetahuan pekerja dalam hal penggunaan APP, pihak manajemen melakukan pelatihan dan bimbingan teknis baik secara berkala maupun secara rutin. Kepada pihak manajemen departemen K3LH dapat selalu memberi pengarahan dan pengawasan terhadap pekerja agar selalu patuh menggunakan APP pada saat bekerja.
Kata Kunci : Predisposisi, Pendukung, Pendorong, penggunaan APP Kepustakaa : 14 (1999-2008)
PENDAHULUAN Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas (Kusuma, 2007). Penggunaan teknologi disamping memberikan dampak positif, tidak jarang mengakibatkan pengaruh buruk terutama apabila tidak dikelola dengan baik. Berbagai sumber bahaya di tempat kerja baik dari faktor fisik, kimia, biologi, mesin, peralatan kerja dan perilaku manusia merupakan faktor risiko yang tidak dapat diabaikan begitu saja. Penerapan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) mengupayakan agar risiko kecelakaan kerja dapat diminimalisasi melalui teknologi pengendalian terhadap lingkungan atau tempat kerja serta upaya mencegah dan melindungi tenaga kerja agar terhindar dari dampak negatif dalam melaksanakan pekerjaan (Budiono, 2005). Kecelakaan kerja dapat terjadi karena disebabkan beberapa faktor antara lain adanya faktor teknologi, manajemen dan manusia. Faktor teknologi terkait dengan kemampuan dari suatu peralatan atau mesin. Faktor manajemen yaitu berupa komitmen, kebijakan, pengawasan dan prosedur kerja mengenai pelaksanaan K3. Faktor manusia yaitu perilaku atau kebiasaan kerja yang tidak aman. Menurut teori Lawrence Green (1980) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behaviorcauses) dan faktor di luar perilaku (non behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu :
a. Faktor predisposisi (predisposing factors), yang mencakup pengetahuan, sikap, pendidikan, masa kerja dan sebagainya. b. Faktor pendukung (enabling factors), yang mencakup lingkungan fisik,pelatihan tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana keselamatan kerja, misalnya ketersediaan alat pelindung pendengaran (APP), pelatihan, dan sebagainya. c. Faktor pendorong (reinforcing factors), faktor-faktor ini meliputi pengawasan, keluarga, teman dan sebagainya. PT. Dirgantara Indonesia adalah perusahaan satu-satunya yang bergerak di industri pesawat terbang dan merupakan industri pesawat terbang pertama yang ada di Asia Tenggara. Industri pembuatan pesawat terbang sangat identik dengan penggunaan alat berat dan mesin-mesin. Terlepas dari pengerjaan dengan tangan, untuk mendapat bentuk yang pas dan sesuai. Salah satu yang dikerjakan oleh tangan adalah penyesuaian ukuran bentuk logam dan pembentukan bahan lainnya. Pekerjaan ini tidak lepas dari pekerjaan yang menggunakan alat dan mengakibatkan kecelakaan akibat kerja, diantaranya: pemukulan menggunakan palu, pemotongan menggunakan gergaji, penggunaan gurinda, penggantian alat mesin. Metal forming adalah bagian pembuatan komponen pesawat dengan bahan baku lembaran logam atau pipa menggunakan proses rubber press, folding, bonding stretch forming. Kebisingan yang melebihi ambang pendengaran dan berlangsung pada waktu yang cukup lama dan berulang ulang dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang menetap.Gangguan pendengaran yang terjadi akibat terpapar bising di kenal sebagai gangguan pendengaran akibat bising. Hasil survey awal di bagian Metal forming yang dilakukan peneliti pada 20 orang karyawan bahwa penggunaan APP, karyawan yang menggunakan alat pelindung diri sebesar 30% dan karyawan yang tidak memakai alat pelindung diri sebesar 70%,
menurut data tahun 2011 PT. Dirgantara Indonesia terdapat 6 orang yang telinganya berdengung setelah keluar dari area produksi metal forming. Keadaan inilah yang menjadi latar belakang peneliti dalam mengambil topik mengenai hubungan pengetahuan dan pelatihan tentang Kesehatan dan keselamatan kerja terhadap penggunaan alat pelindung pendengaran (APP) pada bagian metal forming PT. Dirgantara Indonesia Indonesian Aerosoace (IAe)?”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan pelatihan tentang Kesehatan dan keselamatan kerja terhadap penggunaan alat pelindung pendengaran (APP) pada bagian metal forming PT. Dirgantara Indonesia Indonesian Aerosoace (IAe)?”
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu desain Cross Sectional, dengan melakukan wawancara dan melihat secara langsung dilapangan. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah semua pekerja di bagian metal forming PT. Dirgantara dengan menggunakan teknik total sampling sebanyak 53 orang. Hasil pengumpulan data melalui wawancara dan observasi dengan responden menggunakan lembar kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan 0,05.
HASIL DAN PEMBAHASAN a. Gambaran Umum Hasil Penelitian PT Dirgantara Indonesia (persero) atau dalam bahasa Inggris Indonesian Aerospace (IAe). PT Dirgantara Indonesia berdiri pada tanggal 28 April 1976, berdasarkan akta notaris no 15 di Jakarta. PT Dirgantara Indonesia yang sebelumnya bernama PT IPTN (Industri Pesawat Terbang Negara), pada saat itu Prof.Dr.Ing.B.J Habibie dipercaya untuk menghimpun segala potensi yang ada dan memanfaatkan segala fasilitas yang tersedia guna mengembangkan industri pesawat terbang Indonesia. Program pertama PT IPTN adalah memproduksi helikopter NBO-105 dibawah lisensi dari Messersmith Bolkow Blohm (MBB) Jerman Barat dan pesawat sayap tetap NC-212 dibawah lisensi Constructionses Aeronauticas SA (CASA) Spanyol. Kontrak perjanjian untuk memproduksi pesawat helikopter Super Puma, pada tanggal 30
September 1983 meresmikan pemunculan perdana pesawat sayap tetap CN-235 dan kini sudah diproduksi di PT Dirgantara Indonesia dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. b. Gambaran Khusus Hasil Penelitian 1) Pengetahuan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Alat Pelindung Pendengaran di Bagian Metal Forming PT. Dirgantara Indonesia Bandung 2015 Frekuensi No
Kategori Pengetahuan
1 2
N
%
Baik
49
92,5
Kurang Baik
4
7,5
Total
53
100
Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa pengetahuan responden tentang penggunaan alat pelindung pendengaran baik sebanyak 49 responden (92,5%), sedangkan kurang baik 4 responden (7,5%). 2) Pelatihan Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kategori Pelatihan Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran di Bagian Metal Forming PT. Dirgantara Indonesia Bandung 2015 Frekuensi No
Kategori Pelatihan
1 2
N
%
Pernah
41
77,5
Tidak Pernah
12
22,6
Total
53
100
tabel 4.6 diketahui bahwa kategori pelatihan penggunaan alat pelindung pendengaran dengan kategori pernah sebanyak 41 responden (77.5%), kategori tidak pernah sebanyak 12 responden (22,6%). 3) Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kategori Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran di Bagian Metal Forming PT. Dirgantara Indonesia Bandung 2015 Frekuensi No
Kategori Penggunaan APP
N
%
1
Tidak Pernah
5
9,4
2
Kadang-kadang
21
39,6
3
Selalu
27
50,9
53
100
Total
Berdasarkan tabel 4.7 diketahui bahwa praktik penggunaan alat pelindung pendengaran dengan kategori Tidak Pernah sebanyak 5 responden (9,4%), kategori Kadang-kadang sebanyak 21 responden (39,6%) sedangkan kategori Selalu sebanyak 27 responden (50,9%).
C. Analisi Bivariat 1) Hubungan
Pengetahuan
dengan
Penggunaan
Alat
Pelindung
Pendengaran (APP) Tabel 4.8 Hubungan Pengetahuan dengan Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran (APP) pada Pekerja di Bagian Metal Forming PT. Dirgantara Indonesia Bandung 2015 P Penggunaan APP Total Value Kategori Selalu Pengetahuan Kadangkadang N % N % N % 0,576 Kurang Baik 3 75,0 1 25,0 4 100 Baik 23 46,9 26 53,1 49 100 Total 26 49,1 27 50,9 53 100
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukan hasil penelitian bahwa responden dengan kategori pengetahuan kurang baik dengan penggunaan APP yang kadang-kadang sebanyak 3 orang (75.0%), kategori pengetahuan baik dengan penggunaan kadang-kadang sebanyak 23 orang (46,9%), kategori pengetahuan kurang baik dengan penggunaan selalu sebanyak 1 orang (25,0%), kategori pengetahuan baik dengan penggunaan selalu sebanyak 26 orang (53,1%) . Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,576 (p value lebih dari 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan penggunaan APP.
2) Hubungan Pelatihan dengan Praktek Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran (APP) Tabel 4.9 Hubungan Pelatihan dengan Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran (APP) pada Pekerja di Bagian Metal Forming PT. Dirgantara Indonesia Bandung 2015
Penggunaan APD Kategori Pelatihan
Tidak pernah Pernah Total
Kadang kadang N % 5
41,7
21 26
51,2 49,1
Selalu N 7
% 58,3
20 27
48,8 50,9
Total
N 12 41 53
P Value
% 100
0,800
100 100
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan hasil penelitian bahwa kategori pelatihan tidak pernah dengan penggunaan APP kadang-kadang sebanyak 5 orang (41,7%), kategori pelatihan yang pernah dengan penggunaan APP kadang-kadang sebanyak 21 orang (51,2%) sedangkan yang berkatagori pelatihan tidak pernah dengan penggunaan APP selalu sebanyak 7 orang (58,3%), katagori pelatihan pernah dengan penggunaan APP selalu sebanyak 20 orang (48,8%). Berdasarkan uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,800 (p value lebih dari 0.05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara pelatihan dengan penggunaan APP.
PENUTUP A. Simpulan 1. Pengetahuan responden tentang K3 yang baik sebanyak 49 responden (92,5%). 2. 77,5% responden yang pernah ikut pelatihan K3. 3. Praktek penggunaan APP kategori Kadang-kadang sebanyak 26 responden (49,1%) sedangkan kategori selalu sebanyak 27 responden (50,9%). 4. Tidak ada hubungan pengetahuan dengan penggunaan APP ( p=0,576) 5.
Tidak ada hubungan pengetahuan dengan pelatihan APP ( p= 0,800)
B. Saran 1. Meningkatkan pengetahuan pekerja dalam hal penggunaan APP, pihak manajemen melakukan pelatihan dan bimbingan teknis baik secara berkala maupun secara rutin. 2. Kepada pihak manajemen departemen K3LH/ S.H.E dapat selalu memberi pengarahan dan pengawasan terhadap pekerja agar selalu patuh menggunakan APP pada saat bekerja. 3. Sebaiknya sesama pekerja dibagian metal forming, harus saling mengingatkan kepada temannya untuk menggunakan APP pada saat bekerja berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. 2009. K3 : Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, http://www.Jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dankeselamatan-kerja-k3.html. (diakses pada tangal 15 juli 2014). Arianto., Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri di Areal Pertambangan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten BogorTahun, 2010, skripsi, Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta. Asih, Astining., Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian Alat Pelindung Telinga (Ear Flug) pada Tenaga Kerja bagian Produksi Divisi PM 6 PT. PURA Barutama Kudus, 2005, skripsi, Universitas Negeri Semarang, http://www.digilib,unnes.ac.id/gdsl/collect/skripsi/archives/HASH011c/a1b05e54.dir/ doc.pdf, akses 15 Juli 2014. Budiono, S., Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Edisi revisi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2003. Notoatmodjo, Soekidjo., Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni, Rineka Cipta, Jakarta, 2007. Notoatmodjo, Soekidjo., Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta, 2003. Suma’mur, Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja, Penerbit PT. Gunung Agung, Jakarta, 1996. Notoatmodjo, Soekidjo,Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2007
Admin. 2009. K3 : Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, http://www.Jurnal-sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dankeselamatan-kerja-k3.html. (diakses pada tangal 15 Agustus 2014). Arianto., Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri di Areal Pertambangan PT. ANTAM Tbk, Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkor Kabupaten BogorTahun, 2010, skripsi, Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta. (diakses pada tanggal 8 Mei 2014) Efrianis, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tenaga Kerja Dalam Pemakaian Alat Pelindung Pendengaran Di PT. PERKEBUNAN NUSANTARA VI (Persero) Kebun Ophir Pasaman Provinsi Sumatra Barat Tahun 2007, Skripsi Universitas Sumatra Utara Medan. (diakses pada tanggal 18 April 2014) Budiono, S., Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja Edisi revisi, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2003.
Kusuma, Hendra., Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Praktik Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) pada Radiografer di Instalasi Radiololi 4 Rumah Sakit di Kota Semarang, 2004, skripsi, universitas Muhammadiyah Semarang. Linggasari, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku terhadap Penggunaan Alat Pelindung Pendengaran di Departmen Engineering PT. Indah Kiat Plup dan Paper Tbk Tangerang, 2008, skripsi Universitas Indonseia, http://www.digilib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detailes.jsp?id=122941&lokasi=lokal, (akses pada tanggal 16 juli 2014)
Purwanto, Eko., Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Perawat dalam Penggunaan APD dasar (handscoon dan masker) di RS. GRHA Husada Gresik, 2011, skripsi, (diakses pada tanggal 1 Mei 2014)