SUMMARY GAMBARAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DAN GANGGUAN KESEHATAN PEKERJA INDUSTRI MEUBEL DI KECAMATAN TOLANGOHULA KABUPATEN GORONTALO ASRINI Program Studi Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo Email :
[email protected] ABSTRAK Asrini, 811409154, Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri Dan Gangguan Kesehatan Pekerja Industri Meubel Di Kecamatan Tolangohula Kabupaten Gorontalo. Skripsi, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan Dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo. Industri meubel merupakan salah satu industri yang berisiko terpapar bahaya. Banyak pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja sehingga banyak pula pekerja yang mengalami gangguan kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan penggunaan alat pelindung diri dan gangguan kesehatan pekerja industri meubel di kecamatan tolangohula kabupaten gorontalo. Penelitian ini merupakan jenis penelitian Deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah pekerja industri meubel dengan jumlah 51 pekerja. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling sebanyak 51 pekerja. Untuk analisa data menggunakan presentase berupa tabel dibantu dengan program Excel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan 41.17 % menggunakan alat pelindung kepala dengan jenis topi kain, 15.68 % menggunakan kaca mata, 45.1% menggunakan alat pelindung pernapasan dengan jenis masker kain, 0 % menggunakan pakaian pelindung dan alat pelindung kaki, dan 15.68 % menggunakan sarung tangan. Untuk gangguan kesehatan 74.51 % sering mengalami mata merah dan perih saat bekerja. 49.02 % mata terasa berpasir. 43,14 % batuk-batuk, 21.57 % Sesak napas, 64.71 % Bersin-bersin, 62.75 % hidung berlendir atau beringus. 76.47 % Gatal-gatal dan 0% kulit pecah-pecah dan kering. Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri lebih banyak sering mengalami gangguan kesehatan baik gangguan mata, pernapasan, maupun kulit. Sebaiknya pekerja industri meubel yang terdapat di kecamatan Tolangohula melakukan berbagai tindakan pencegahan untuk mengurangi terjadinya gangguan kesehatan yakni dengan menggunakan alat pelindung dari pada saat bekerja. Kata kunci : Alat Pelindung Diri, Gangguan Kesehatan, Pekerja Meubel
ABSTRACT Asrini, 811409154, Illustration of Protecting Tool Self And Industrial Meubel Employ health Trouble At Tolangohula's district Gorontalo's Regency. Skripsi, study Program Environment, Society Health department, Hygiene faculty And sports, Gorontalo's Country university. The aim of this research to ilustrate the use of protecting tool self and industrial meubel employ health trouble at Tolangohula's district Gorontalo's regency. This research constitutes Descriptive research type. Population in , observation, it is meubel's industrial employ by totals 51 employs. Sample take is done with samplings totaled technical as much 51 employs. For data analysis, use presentase as table helped by Excel's program. The result of this research points out 41.17 % use utilize head protecting tool, 15. 68 % utilize eye protecting tool, 54,9 % utilize respiration protecting tools, 0 % utilize protective clothing and foot protecting tool, and 15.68 % utilize glove. For health trouble 74.51 % frequent experience red-eyed and poignant while work. 49. 02 % eye feel sandy. 43,14 % coughs, 21. 57 % asphyxias, 64. 71 % sneezes, 62.75 % nose get mucuses or snotty. 76.47 % itches and 0% break and dry skin. The conclusion of this research is employ that doesn't utilize protecting tool self more a lot of frequent experience invasive good health trouble eye, respiration, and also skin. Better meubel's industry employ that exists at Tolangohula's district do various precaution to reduce its invasive happening health namely by use of protecting tool of at the moment working.
Key word: Protecting tool Self, Health trouble, Meubel's employ
I. PENDAHULUAN Industri meubel merupakan salah satu industri sector informal yang mengolah bahan baku kayu menjadi bahan jadi. Akan tetapi Proses fisik pengolahan bahan baku untuk dijadikan meubel cenderung menghasilkan polusi seperti partikel debu kayu. Industri meubel tersebut berpotensi menimbulkan polusi udara. Karena sekitar 10 sampai 13% dari kayu yang di gergaji akan berbentuk debu kayu. Sehingga Dampak negatif dari industri pengolahan kayu adalah timbulnya pencemaran udara oleh debu yang timbul pada proses pengolahan atau hasil industri meubel tersebut Tenaga kerja sebagai sumber daya manusia, perlu mendapat perhatian khusus baik kemampuan, keselamatan, maupun kesehatan kerjanya. Dalam suatu aktivitas industri, paparan atau risiko bahaya yang ada di tempat kerja tidak selalu dapat dihindari. Oleh karena itu langkah yang paling aman adalah memakai APD. APD adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan kerja. Bahaya di tempat kerja adalah segala sesuatu di tempat kerja yang dapat melukai pekerja, baik secara fisik maupun mental Undang-Undang No 1 Th 1970 tentang keselamatan kerja khususnya pasal 9, 12 dan 14 yang mengatur penyediaan dan penggunaan alat pelindung diri di tempat kerja baik pengusaha maupun tenaga kerja. Dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri. Dalam tahapan produksi yang paling banyak menghasilkan debu adalah pada tahapan pengamplasan. Yang dalam hal ini dapat menyebabkan gangguangangguan kesehatan. Antara lain gangguan kesehatan pada mata, gangguan kesehatan pada pernapasan dan gangguan kesehatan pada bagian kulit. Berdasarkan uraian latar belakang, maka peneliti terdorong untuk melakukan
penelitian tentang : “gambaran penggunaan alat pelindung diri dan gangguan kesehatan pekerja industri meubel dikecamatan tolangohula kabupaten gorontalo”. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penggunaan alat pelindung diri dan gangguan kesehatan pekerja industri meubel di kecamatan Tolangohula kabupaten Gorontalo. II. TINJAUAN PUSTAKA Alat pelindung diri untuk pekerja adalah alat pelindung untuk pekerja agar aman dari bahaya atau kecelakaan akibat melakukan suatu pekerjaannya. Alat pelindung diri untuk pekerja di Indonesia sangat banyak sekali permasalahannya dan masih dirasakan banyak kekurangannya. (Yeung dalam Khumaidah, 2009) Alat pelindung diri terdiri dari alat pelindung kepala (topi pelindung), alat pelindung mata (kaca mata), alat pelindung pernapasan (masker pelindung), alat pelindung tangan (sarung tangan), pakaian pelindung, dan alat pelindung kaki (sepatu). Bahan baku yang dipergunakan dalam pembuatan meubel kayu adalah kayu mahoni dan kayu jati. Jenis kayu keras yang dipergunakan untuk meubel pada umumnya diawetkan secara alamiah melalui bentuk pengeringan. Kayu balok biasanya terdiri kayu keras semata dan digunakan sebagai rangka utama suatu meubel, sedangkan kayu papan sering merupakan kayu gubal atau kayu keras dan dipakai sebagai dinding dan alas suatu meubel (Khumaidah, 2006) Dalam proses produksi banyak menghasilkan debu kayu. Debu kayu adalah partikel-partikel zat padat (kayu) yang dihasilkan oleh kekuatan-kekuatan alami atau mekanik seperti pada pengolahan, penghancuran, pelembutan, pengepakan yang cepat, peledakan dan lain-lain dari bahan-bahan organik maupun anorganik misalnya kayu, biji logam dan arang batu (Yunus. dalam Khumaidah, 2009).
Banyaknya debu yang di timbulkan dari proses produksi akan mempengaruhi kesehatan pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat bekerja, antara lain menyebabkan gangguan pada mata, gangguan pernapasan dan gangguan kulit. Menurut Wahyuningsih, 2003 perilaku penggunaan APD dan posisi kerja pada proses penggergajian, penyiapan bahan baku, penyerutan dan pengamplasan, perakitan serta pengecatan yaitu pemakaian zat kimia seperti H2O2, thenner, sanding sealer, melanic clear, word stain, serta jenis cat lainnya yang dapat mengakibatkan radang saluran nafas dengan gejala batuk, pilek, sesak nafas dan demam, juga dapat terjadi iritasi pada mata dengan gejala mata pedih, kemerahan dan berair. III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di industri meubel yang terdapat di kecamatan tolangohula kab. Gorontalo. 3.1.2 Waktu penelitian Penelitian dilakukan pada bulan April, tepatnya pada tanggal 15-30 april 2013. 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survey yang bersifat deskriptif, karena peneliti bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat tentang kebiasaan penggunaan Alat pelindung diri dan gangguan kesehatan terhadap pekrja industri meubel. 3.3 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja industri meubel di kecamatan tolangohula kab. Gorontalo. 3.4 Sampel Sampel yang akan di teliti adalah sebanyak 51 pekerja yang merupakan total populasi pekerja industri mabel yang terdapat di kecamatan Tolangohula. 3.5 Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini akan di sajikan dalam bentuk tabel dan
akan di narasikan berdasarkan data dan hasil penelitian yang di peroleh. IV. HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan di industri meubel di kecamatan tolangohula kabupaten gorontalo maka diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: 4.1 Penggunaan Alat Pelindung Diri Tabel 4.1 Distribusi pekerja yang menggunakan Alat Pelindung kepala Penggunaan topi pelindung Menggunakan APD Tidak menggunakan APD Total
n
%
21 30 51
41.17 58.83 100
Jenis-jenis pelindung kepala yang digunakan pekerja Topi kain Helmet 21 0 Sumber : data primer Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerja menggunakan pelindung kepala dengan jenis topi kain sebanyak 21 pekerja atau 41.17%, dan tidak menggunakan pelindung sebanyak 30 pekerja atau 58.83%. Tabel 4.2 Distribusi pekerja yang menggunakan alat pelindung mata Penggunaan kaca mata pelindung Menggunakan APD Tidak menggunakan APD Total
n
%
8
15.8
43 51
84.32 100
Sumber : data primer Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerja kaca ata pelindung sebanyak 8 pekerja aau 15.68% sedangkan pekerja yang tidak menggunakan kacamata pelindung sebanyak 43 atau 84.32%.
Tabel 4.3 Distribusi pekerja yang menggunakan alat pelindung pernapasan Penggunaan masker Menggunakan masker Tidak menggunakan masker Total
n 23 28 51
% 45.1 54.9 100
Jenis-jenis masker yang digunakan pekerja Masker kain Masker khusus 23 0 Sumber : data primer Dari data di atas dapat dilihat bahwa pekerja menggunakan pelindu ng pernapasan dengan jenis masker kain sebanyak 23 pekerja atau 45.1%, dan terdapat 28 pekerja atau 54.9% tidak menggunakan masker. Tabel 4.4 distribusi pekerja menggunakan sarung tangan Penggunaan sarung tangan Menggunakan sarung tangan berjari dengan kain tebal Tidak menggunakan sarung tangan Total
yang
n
%
8
15.68
43
84.32
51
100
Sumber : data primer Berdasarkan data pada tabel di atas dapat dilihat bahwa pekerja menggunkan sarung tangan berjari dengan kain tebal sebanyak 8 pekerja, sedangkan pekerja tidak menggunakan sarung tangan sebanyak 43 pekerja atau 84.32%. Tabel 4.5 Distribusi pekerja menggunakan pakaian pelindung Paka ian pelindung yang di gunakan pekerja Menggunakan pakaian pelindung Tidak menggunakan pakaian pelindung Total
yang
n
%
33
64.70
18
35.3
51
100
Jenis-jenis pakaian pelindung yang digunakan pekerja Kaos atau kemeja Pakaian pelindung panjang/pendek khusus 33 0 Sumber : data primer Dari data di atas dapat diketahui bahwa pekerja menggunakan kaos panjang/pendek sebagai pakaian pelindung sebanyak 33 pekerja atau 64.70%. dan tanpa pakaian pelindung sebanyak 18 pekerja atau 35.3%. Tabel 4.6 Distribusi pekerja yang menggunakan pelindung kaki Penggunaan Pelindung kaki Menggunakan pelindung kaki Tidak menggunakan pelindung kaki Total
n
%
17
33.33
34
66.67
51
100
Jenis-jenis pelindung kaki yang digunakan pekerja Sepatu kulit Sepatu kain 0 6 Sumber : data primer Dari data di atas dapat diketahui bahwa pekerja menggunakan sandal sebagai pelindung kaki sebanyak 17 pekerja atau 33.33%, 6 pekerja menggunakan sepatu, dan pekerja tanpa menggunakan alas kaki sebanyak 28 pekerja atau 54.9%. 4.2 gangguan kesehatan A. gangguan mata Distribusi pekerja yang mengalami gangguan kesehatan pada bagian mata(Mata merah dan perih) dapat di lihat pada table di bawah ini. Table 4.8 Distribusi pekerja yang sering mengalami gangguan mata
Gangguan Mata
Mata merah dan perih n %
Mata terasa berpasir n %
Mengalami 38 74.51 25 49.02 gangguan Tidak mengalami 13 25.49 26 50.98 gangguan 51 100 51 100 Total Sumber : data primer Berdasarkan data pada tabel 4.10 di atas dapat di ketahui bahwa pekerja yang sering mengalami gangguan mata merah dan perih sebanyak 38 atau 74.51 %. Dan 13 pekerja atau 25.49 % tidak mengalami gangguan. Sedangkan pekerja yang sering mengalami gangguan mata terasa berpasir pada saat bekerja sebanyak 25 atau sebesar 49.02 %. Sedangkan pekerja yang tidak mengalami gangguan sebanyak 26 pekerja atau 50.98 %. B. Gangguan Pernapasan Distribusi pekerja yang mengalami gangguan kesehatan pernapasan pada saat bekerja. Table 4.9 Distribusi pekerja yang sering mengalami gangguan pernapasan Batukbatuk
Gangguan pernapasan Mengalami gangguan Tidak mengalami gangguan Total
Sesak napas
Bersinbersin
Hidung berlendir/b eringus
n
%
n
%
n
%
n
%
22
43.14
11
21.57
33
64.71
32
62.7 5
29
56.86
40
78.43
18
35.29
19
37.2 5
51
100
51
100
51
100
51
100
Sumber : data primer Berdasarkan data pada tabel di atas dapat di ketahui bahwa pekerja yang sering mengalami batuk-batu pada saat bekerja sebanyak 22 pekerja atau sebesar 43,14 %. Dan pekerja yang tidak mengalami gangguan sebanyak 29 pekerja atau 56.86 %. . Pekerja yang sering mengalami sesak napas pada saat bekerja sebanyak 11 pekerja atau sebesar 21.57 %. Dan pekerja yang tidak mengalami gangguan sebanyak
40 pekerja atau 78.43 %. Pekerja yang sering mengalami bersin-bersin pada saat bekerja sebanyak 33 pekerja atau sebesar 64.71 %. Dan pekerja yang tidak mengalami gangguan sebanyak 18 pekerja atau 35.29 %. Pekerja yang sering mengalami hidung berlendir/beringus pada saat bekerja sebanyak 32 pekerja atau sebesar 62.75 % dan 19 pekerja atau 37.25 % tidak mengalami gangguan. C. Gangguan kulit Distribusi pekerja yang mengalami gangguan pada bagian kulit dapat di lihat pada table di bawah ini. Table 4.10 Distribusi pekerja yang sering mengalami gangguan kulit Kulit pecahGatal-gatal pecah dan Gangguan kering pernapasan n % n % Mengalami 39 76.47 0 0 gangguan Tidak mengalami 12 23.53 51 100 gangguan 51 100 51 100 Total Sumber : data primer Berdasarkan data pada tabel di atas dapat di ketahui bahwa pekerja yang sering mengalami gatal-gatal pada saat bekerja sebanyak 39 pekerja atau dengan persentase sebesar 76.47 %. Sedangkan pekerja yang tidak mengalami gangguan sebanyak 12 pekerja atau 23.53 %. Kemudian dapat dilihat pula bahwa secara keseluruhan pekerja tidak mengalami pecah-pecah dan kering pada saat bekerja dengan total sebanyak 51 pekerja. V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pekerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri lebih banyak sering mengalami gangguan kesehatan baik dari gangguan mata, gangguan pernapasan, maupun gangguan kulit.
A. Alat Pelindung Diri 1) 21 pekerja atau 41.17 % menggunakan alat pelindung kepala 2) 8 pekerja atau 15.68 %, mengguanakan alat pelindung mata 3) 23 pekerja atau45.1 %, menggunakan alat pelindung pernapasan 4) Tidak terdapat pekerja yang menggunakan pakaian pelindung saat bekerja 5) 8 pekerja atau 15.68 % mengguanakan sarung tangan 6) Tidak terdapat pekerja yang menggunakan pelindung kaki pada saat bekerja. B. Ganggguan Kesehatan 1) 38 pekerja atau 74.51 % sering mengalami mata merah dan perih saat bekerja. 25 pekerja atau 49.02 % sering mengalami mata terasa berpasir sebanyak. 2) 22 pekerja atau 43,14 % sering mengalami batuk-batuk. Sesak napas sebanyak 11 pekerja atau 21.57 %. Bersin-bersin sebanyak 33 pekerja atau sebesar 64.71 %. Hidung berlendir atau beringus 32 pekerja atau 62.75 %. 3) 39 pekerja atau 35.29 % sering mengalami gatal-gatal. Dan tidak terdapat pekerja yang mengalami kulit pecah-pecah dan kering pada saat bekerja. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan di atas, maka terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan anatara lain sebagai berikut : 1. Bagi pekerja atau pengrajin di industri meubel yang terdapat di Kecamatan Tolangohula di harapkan dapat menggunakan alat pelindung diri yang lengkap baik alat pelindung kepala, mata, pernapasan, pakaian pelindung , sarung tangan dan juga alat pelindung kaki setiap saat bekerja, untuk dapat melindungi diri dari adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. 2. Meningkatkan pemahaman bagi pekerja untuk menggunakan alat
pelindung diri yang sesuai dan memenuhi syarat. 3. Diharapkan kepada pekerja industri meubel agar dapat lebih memperhatikan gangguan kesehatan yang ditimbulkan dari aktivitas kerja permeubelan, khususnya partikel debu kayu daan zat kimia yang dapat mengakibatkan berbagai macam gangguan kesehatan baik dari mata, pernapasan maupun kulit. VI. DAFTAR PUSTAKA Anizar. 2009. Teknik Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Industri. Yogyakarta : Graha Ilmu Dinkes Sulsel. Pedoman Upaya Yankes Perajin (Kulit, Mebel, Aki Bekas, Tahu & Tempe, Batik). Diakses pada tanggal 9 april 2013 dapt di akses di alamat http://dinkes.sulsel.go.id/new/ images/ pdf/ pedoman/ yankes/perajin.pdf Dimas, S.A., Sri, M., dan Yuldan F. 2011. Dampak Paparan Debu Kayu Terhadap Keluhan Kesehatan Pekerja Mebel Sektor Informal Di Sindang Galih Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang Kota Tasikmalaya Tahun 2012. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Siliwangi. Ilyas, S. 2010. Ilmu Penyakit Mata. Ed. Ke-3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Khumaidah. 2009. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada Pekerja Mebel Pt Kota Jati Furnindo Desa Suwawal Kecamatan Mlonggo Kabupaten Jepara. Tesis. Universitas diponegoro Semarang Kumendong, D., Rattu, J., dan Kawatu, P. 2011. Hubungan Antara Lama Paparan dengan Kapasitas Paru Tenaga Kerja Industri Mebel di CV. Sinar Mandiri Kota Bitung : 6
Mausulli, A. 2010. Gambaran Pelaksanaan Kesehatan Dan Keselamatan Kerja di PT. Sanyo Jaya Components Indonesia Divisi – Disi. Laporan Magang Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas islam negeri syarif hidayatullah Jakarta
Suhadri. 2008. Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Industri. Jakarta : Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
Mengkidi, D. 2006. Gangguan Fungsi
Suryani, F. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Bagian Processing Dan Filling PT. Cosmar Indonesia Tangerang Selatan Tahun 2011. Skripsi Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Unifersitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Paru Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Pada Karyawan PT. Semen Tonasa Pangkep Sulawesi Selatan. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang Notoatmodjo,S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipata Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor PER.08/MEN/VII/2010 Tentang Alat Pelindung Diri. Rieza, D.A. 2012. Gambaran Keluhan Subjektif Pekerja Sektor Informal Mebel X Di Surabaya. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat. Rijanto, B. 2010. Pedoman Praktis Keselamatan, Kesehatan Kerja Dan Lingkungan (K3L). Jakarta : Mitra Wacana Media. Ristiani, Y. 2011. Gambaran Alat Pelindung Diri (Apd) Berdasarkan Hasil Identifikasi Bahaya Di Bagian Pest Control Divisi Bogasari Flour Mills Pt.Indofood Sukses Makmur, Tbk Tahun 2011. Laporan magang. Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan RDR. Bandung : ALFABETA
Sumakmur. 2009. Higiene Perusahaan Dan Keselamat Kerja (HIPERKES). Jakarta : Sagung Seto
Tim Penyusun. 2013. Panduan Penulisan Skripsi Jurusan Kesehatan Masyarakat FIKK UNG. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo Undang-undang Repoblik Indonesia No.1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Ketentuan Alat Pelindung Diri
Wibowo, R. 2010. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri Di Areal Pertambangan PT. ANTAM Tbk Unit Bisnis Pertambangan Emas Pongkorkabupaten Bogor. Skripsi Fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan Universitas islam negeri syarif hidayatullah Jakarta