PELESTARIAN BATIK SEBAGAI PERWUJUDAN NASIONALISME DAN ALAT BERDIPLOMASI DALAM MENGHADAPI KOMUNITAS SOSIAL BUDAYA ASEAN Setyasih Harini Staf Pengajar Jurusan Hubungan Internasional ABSTRAK Sepuluh negara yang tergabung dalam Komunitas Sosial-Budaya ASEAN seharusnya dapat saling berbagi dan meningkatkan promosi mengenai kebudayaan nasional agar dapat lebih berkembang. Saat ini batik yang awalnya merupakan wujud budaya lokal telah menjadi sebuah identitas nasional. Sebagai identitas nasional, batik dapat digunakan sebagai perwujudan nasionalisme dan alat melakukan diplomasi kebudayaan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelestarian batik sebagai perwujudan nasionalisme dan alat diplomasi Indonesia dalam menghadapi Komunitas Sosial-Budaya ASEAN. Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan bahwa pelestarian batik dapat menjadi perwujudan nasionalisme dan alat diplomasi Indonesia dalam menghadapi Komunitas Sosial-Budaya ASEAN. Nasionalisme dan diplomasi budaya digunakan sebagai teori dalam penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan data primer dan sekunder. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa identitas nasional yang bersumber pada budaya lokal seperti batik dapat menjadi perwujudan nasionalisme dan menjadi alat diplomasi khususnya diplomasi kebudayaan Indonesia dalam menghadapi Komunitas Sosial-Budaya ASEAN. Kesimpulannya adalah pelestarian batik sangatlah penting. Kata kunci: Nasionalisme, Batik, Diplomasi Kebudayaan ABSTRACT Ten countries in ASEAN Socio-Culture Community could shared and promoted national culture in order to further developed. Now batik as a local culture has been national identity. As a national identity, batik could be a tool of cultural diplomacy and embodiment of nationalism. Question research: how did preservation of batik as nationalism embodiment and diplomacy tool toward ASEAN Socio-Culture Community? Purpose of this research to explain that preservation of batik could be nationalism embodiment and diplomacy tool toward ASEAN Socio-Culture Community. Nationalism and cultural diplomacy as theory of this research. This was qualitative research and it used primary and secondary data. Collecting data technique used observation, in depth interview, and study documentary. Analysis data technique used data reduction, display data, and verification. Result of this research showed that national identity based on local culture like batik could be nationaisml embodiment and diplomacy tool especially in cultural diplomacy of Indonesia toward ASEAN Socio-Culture Community. The conclusion that preservation of batik was very important. Key words: nationalism, batik, cultural diplomacy PENDAHULUAN Unsur-unsur kebudayaan dengan berbagai kekhasan yang dimiliki seperti Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
bahasa, kesenian, upacara, tata pakaian serta jenis-jenis budaya lain baik yang terwujud
maupun
tidak
telah 358
mengintegrasikan aneka suku bangsa dan
dan media sosial. Padahal tidak semua
etnis menjadi Bangsa Indonesia. Semua
budaya tersebut sesuai dengan kepribadian
hasil karya setiap anak bangsa dari suku
bangsa.
mana pun yang memiliki kekhasan dan
Pada
pihak
lain
pemerintah
berkualitas serta bisa digunakan oleh
terlambat dalam memberikan dorongan
banyak
dan motivasi kepada para pelaku budaya
orang
Indonesia
memunculkan
rasa
dikategorikan
sebagai
sehingga
bangga
dapat
kebudayaan
untuk
menyosialisasikan
hasil-hasil
karyanya kepada masyarakat baik tingkat
nasional. Sehingga terdapat kemungkinan
nasional
dan kesempatan yang luas bagi semua
internasional.
warganegara
dan
kebijakan untuk mematenkan batik sebagai
mengembangkan potensi lokalnya guna
hasil budaya Indonesia ke UNIESCO.
membina kebudayaan nasional. Karya
Kebijakan tersebut baru berhasil setelah
pilihan tersebut dapat berwujud pakaian,
terjadi pengklaiman Malaysia terhadap
music, gamelan, film, karya ilmiah, karya
kesenian
teknologi,
diuraikan
untuk
berkarya
arsitektur,
dan
sebagainya
(Haryati Subadio, 1991). Seiring dengan semakin gencarnya
maupun
dalam
Salah
daerah
pergaulan
satunya
seperti
sebelumnya.
adalah
yang
telah
Dari
kemudian
menimbulkan
permasalahan
bagaimana
sinilah suatu
batik
bisa
pengaruh asing sebagai dampak dari
menjadi perwujudan dari nasionalisme dan
globalisasi ternyata bisa mengarah pada
alat untuk melakukan diplomasi dalam
dua hal yang bisa dipertentangkan. Di satu
menghadapi
sisi dengan aneka kemudahan dalam
ASEAN? Sebagai tujuan dari penelitian ini
berkomunikasi telah membuka jalan untuk
adalah
melebarkan jejaring sosial atau relasi
perwujudan nasionalisme dan alat untuk
antarbangsa yang beranekara ragam latar
melakukan diplomasi dalam menghadapi
belakangnya. Di sisi lain, kemudahan
Komunitas Sosial-Budaya ASEAN.
teknologi dan komunikasi tersebut justru melahirkan
sebuah
pelestarian
Sosial-Budaya
batik
sebagai
Untuk membahas lebih lanjut dari
baru
penelitian ini, peneliti menggunakan teori
dengan mencintai budaya asing. Hal ini
nasionalisme dan diplomasi kebudayaan.
terlihat
Nasionalisme
jelas
nasionalisme
Komunitas
dalam
kehidupan
dalam
pandangan
Ita
bermasyarakat khususnya generasi muda
Mutiara Dewi yang berjudul Nasionalisme
yang lebih tertarik dan perhatian terhadap
dan Kebangkitannya Dalam Teropong
budaya-budaya serapan dari manca Negara
(Jurnal Mozaik, Vol.3, No. 3 Juni 2008)
yang dapat dinikmati melalui media massa
menjelaskan perlunya adanya pemahaman
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
359
terlebih
dahulu
antara
unsur
nation,
memiliki
fungsi
psikologi
yang
di
nasional, dan isme. Menurutnya, nation
dalamnya tercakup rasa memiliki terhadap
yang dimaksud di sini merujuk pada
asal-usul atau masa lalu hingga masa
sekumpulan penduduk yang berada dalam
depan, 4) nasionalisme dapat menjadi
suatu wilayah tertentu seperti daerah,
sumber
propinsi, negeri atau kerajaan. Hampir
warga yang diwujudkan dalam berbagai
sama dengan penjelasan dari Michael
bentuk yang bisa dinikmati keindahannya
Hechter bahwa nation mengacu pada
oleh orang lain. Sebuah bangsa pasti
badan politik dari suatu negara. Badan
memiliki aneka budaya sebagai penunjang
politik atau negara ini mengakui adanya
kehidupannya sehingga bisa dikatakan
pusat pemerintahan bersama dan juga
bahwa nasionalisme berakar pada rasa
mengakui wilayah yang didiami penduduk
memiliki terhadap sejarah dan kehidupan
dengan sebutan bangsa. Nasionalisme juga
mendatang.
kreativitas
dari
keberagaman
dapat dianggap sebagai sebuah paham
Sementara untuk teori yang kedua
karena dari katanya berakhiran -isme.
tentang diplomasi kebudayaan terlebih
Sehingga nasionalisme menjadi bentuk
dahulu akan diuraikan tentang konsep
pemikiran dan cara pandang bahwa bangsa
diplomasi. Panikkar dalam bukunya The
merupakan organisasi politik yang ideal.
Principal and Practice of Diplomacy
Dalam
studi
internasional, identitas
nasionalisme
murni
dari
hubungan
seperti dikutip oleh Roy menyatakan
merupakan
bahwa diplomasi merupakan seni yang
yang
mengedepankan kepentingan suatu negara
diklasifikasikan menjadi aktor, kekuatan
dalam hubungannya dengan negara lain.
dan
sebagai
Diplomasi kemudian berkembang menjadi
identitas bangsa sebab terdapat kesatuan
negosiasi meskipun tidak selalu diartikan
dari
sehingga
sebagai usaha yang dilakukan oleh dua
muncul suatu kharakteristik yang bisa
pihak atau lebih yang bersengketa untuk
menjadi pembeda denga bangsa lainnya.
mencapai kesepakatan satu sama lain
Selain itu nasionalisme memiliki nilai-nilai
(Roy, 1991). Dari pengertian tersebut
keutamaan
maka
kepentingan.
banyaknya
bangsa
Dikatakan
perbedaan
adalah
1)
nasionalisme
dalam
pelaksanaannya
berkembang sebagai prinsip legitimasi
diplomasi
lebih
bagi
untuk
meningkatkan
sebuah
negara
modern,
2)
nasionalisme merupakan realisasi dari asas
memperluas
demokrasi
kesalahpahaman,
yang
terbuka
dan
berani
menerima perbedaan, 3) nasionalisme Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
banyak
kegiatan
dipergunakan kerjasama,
pengaruh,
mengatasi
sampai
menghindari
perrtentangan (konflik) dalam masalah 360
tujuan dan kepentingan suatu negara
sepenuhnya
(Teuku May Rudy, 2005). Lebih lanjut
Negeri. Diplomasi kebudayaan juga harus
Holsti pernah menjelaskan bahwa unsur
didukung
utama diplomasi adalah negosiasi dengan
kewibawaan ekonomi, politik, dan militer.
tujuan untuk mengedepankan kepentingan
(Tulus Warsito, 2007).
Negara serta menjaga dan memajukan
Dalam
kepentingan
nasional.
Usaha
tersebut
oleh
Kementerian
dengan
kekuatan
prakteknya
Luar
dan
diplomasi
kebudayaan memiliki dua versi. Versi
dilakukan semaksimal mungkin dengan
yang
cara damai (K.J Holsti, 1992). Cara yang
hanya
ditempuh adalah dengan mencari jalan
kebudayaan
tengah yang saling menguntungkan bagi
pelaksanaan politik luar negeri. Dalam
pihak-pihak yang terlibat atau mencapai
garis itu diplomasi kebudayaan harus
win-win solution (Sukawarsini Djelantik,
dibedakan dari pemanfaatan kebudayaan
2007).
di luar kerangka politik luar negeri, Dalam
diplomasi
kebudayaan
menyangkut
pemanfaatan
untuk
mendukung
Internasional
misalnya untuk kepentingan pariwisata.
diplomasi
Versi kedua, diplomasi kebudayaan untuk
kebudayaan. Istilah ini biasanya dipakai
menyebut pemanfaatan kebudayaan baik
oleh suatu negara yang ingin mencapai
dalam rangka praktik politik luar negeri
kepentingan nasionalnya di luar bidang
maupun untuk kepentingan pariwisata;
politik. Diplomasi Kebudayaan merupakan
atau dengan dengan kata lain pariwisata
usaha suatu negara untuk memperjuangkan
merupakan
kepentingan nasionalnya melalui dimensi
kebudayaan. Dari kedua versi tersebut
kebudayaan, seperti olahraga dan karya
secara tidak langsung menunjukkan bahwa
seni, atau sesuai dengan ciri-ciri khas yang
dalam
utama yang dimiliki negara tersebut
dilaksanakan oleh negara manapun tanpa
terutama hasil karya masyarakatnya serta
memandang
propaganda lainnya yang memiliki arti
kekuatannya
tersendiri dan bukan sebagai ranah politik,
internasional. Sehingga bagi negara maju
ekonomi,
ataupun
dikenal
Hubungan
pertama,
dengan
istilah
ataupun
militer.
Diplomasi
bagian
diplomasi
menggunakan
kegiatan
sebagai
di
bidang
budaya
yang
sarana
diplomasi
kebudayaan
seberapa dalam
negara
kebudayaan menunjuk pada kegiatan-
dari
besar
tingkat pergaulan
berkembang
diplomasi untuk
bisa
dapat
kebudayaan mewujudkan
diintegrasikan ke dalam kebijakan politik
kepentingan nasionalnya dalam lingkup
luar
dan
internasional. Oleh karena itu, dalam
dikoordinasikan
perkembangannya diplomasi kebudayaan
negeri
pelaksanaannya
suatu
negara
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
361
dilakukan oleh pemerintah maupu swasta.
Sebagai konsekuensinya, peneliti harus
Akhir-akhir ini semua pihak yang hendak
melakukan
membawa hasil karya benda atau tak
mendapatkan data. Hal ini dilakukan
benda sebagai kebudayaan nasional ke
mengingat penyelenggaraan pameran batik
ranah
pada
internasional
harus
senantiasa
studi
skala
dokumentasi
internasional
semuanya
berkoordinasi dengan Kementerian Luar
dikoordinasi
Negeri.
Negeri. Selain studi dokumentasi, langkah Sehingga bisa dikatakan bahwa
untuk
oleh
untuk
melakukan
Kementerian
pengumpulan
Luar
data
eksibisi kebudayaan sering lebih berguna
diawali dengan pengamatan mengenai
daripada pameran kekuatan militer (Roy,
kondisi batik nusantara sebelum mendapat
1991).
pengakuan
Selain itu melalui diplomasi
dari
badan
internasional
kebudayaan dapat meningkatkan citra
(UNESCO) hingga terjadi pengklaiman
suatu negara di luar negeri khususnya dan
dari negara tetangga, Malaysia. Kemudian,
untuk
tujuan
mengingat
peneliti
kepentingan luar negeri pada umumnya.
penelitian
maka
Menjalankan diplomasi kebudayaan berarti
pengrajin
batik
berusaha
Kementerian
mencapai
sasaran
untuk
dan
menanamkan,
sebagai
instrumen
wawancara
terhadap
dan
Luar
perwakilan
Negeri
dari
diperlukan
mengembangkan dan memelihara citra
untuk mendapatkan data yang akurat.
negara di luar negeri.
Untuk melakukan analisis terhadap data yang telah diperoleh, melalui tiga langkah
METODE PENELITIAN Penelitian
ini
yakni reduksi data, penyajian data, dan
termasuk
dalam sebuah
penelitian
kualitatif.
Sebagai
penelitian
deskriptif
kualitatif
maka
penelitian ini menjadikan peneliti sebagai instrumen
penelitian.
PEMBAHASAN Association of Southeast Asian
dalamnya
Nations atau yang dikenal dengan ASEAN
mengharuskan peneliti sendiri yang aktif
menjadi sebuah organisasi kawasan Asia
selama proses penelitian dengan mengacu
Tenggara dengan kekhasan tersendiri.
pada data yang telah didapat (Jane Ritchie
Pertama,
dan Jane Lewis, 2003). Obyek yang dipilih
memiliki kesamaan sejarah. Kedua, ada
dalam penelitian ini adalah pengenalan
beberapa
batik
pameran-pameran
ideologi. Ketiga, domain kerjasama dalam
internasional. Data-data yang digunakan
kawasan ini tidak hanya high politics
dalam penelitian ini primer dan sekunder.
seperti isu keamanan dan politik tapi juga
dalam
Di
verifikasi.
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
ada
beberapa
negara
negara
dengan
yang
persamaan
362
merambah pada bidang lainnya seperti
pengaruh asing asalkan mampu mem-
perdagangan, ilmu pengetahuan, dan sosial
perkuat identitas nasional. Penguatan ini
budaya. Semua bidang tersebut menjadi
telah diawali dengan berkumandangnya
fokus dalam pengintegrasian negara agar
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 yang
tercapai tujuan mulianya terutama dalam
menjadi tonggak bersama atas penyatuan
meningkatkan kesejahteraan. Pengenalan
sebuah bangsa dari tanah air, bangsa dan
kembali identitas nasional yang bersumber
bahasa. Seperti yang diperjelas oleh A.
pada budaya lokal bisa menjadi sarana
Safril Mubah melalui Revitalisasi Identitas
untuk
pengaruh
Kultural Indonesia di Tengah Upaya
homogenisasi global. Sebab pengaruh
Homogenisasi Global yang dimuat dalam
yang sangat kuat tersebut akan begitu
Jurnal Global dan Strategis, edisi khusus
terasa pada generasi muda terutama saat
Desember 2011 bahwa pertama sebagai
ini ketika Indonesia telah masuk dalam
tanah air, Indonesia menjadi sebuah
sebuah era baru Komunitas ASEAN. Ada
wilayah yang menyatu sebagai tempat
tiga pilar yang diusung dalam Komunitas
hidup untuk berkembangnya aneka ragam
ASEAN yakni Komunitas Keamanan,
suku, bahasa, agama, dan kebudayaan
Komunitas ekonomi dan Komunitas Sosial
lokal.
Budaya. Ketiga pilar tersebut tidak dapat
kebangsaannya
dipisahkan antara satu dengan yang lain
sebuah kesatuan dari beragamnya suku
sebab saling terkait dan saling memperkuat
bangsa dengan segala aneka budaya lokal
guna mencapai tujuan bersama. Tujuan
yang ada di dalamnya. Yang ketiga adalah
bersama yang hendak diraih melalui ketiga
sebagai
komunitas
ini
menempatkan
perdamaian,
stabilitas
mengurangi
kuatnya
adalah
tercapainya
Indonesia
dilihat
dari
telah tumbuh menjadi
bahasa,
Indonesia
telah
sebagai
media
dirinya
serta
komunikasi yang mampu menyatukan
kemakmuran diantara negara-negara Asia
aneka ragam suku, agama, budaya lokal
Tenggara. Ketiga pilar tersebut sekaligus
atau adat istiadatnya.
sebagai
motor
kawasan
tanpa
kawasan,
Kedua,
penggerak
kerjasama
membedakan
latar
Pengenalan
kembali
identitas
nasional yang bersumber pada budaya
belakang sejarah dan ideologi serta sistem
lokal
bisa
menjadi
politik yang dianut oleh masing-masing
mengurangi
negara-negara anggota.
homogenisasi global. Sebab pengaruh
kuatnya
sarana
untuk
pengaruh
Indonesia sebagai bangsa yang
yang sangat kuat tersebut akan begitu
dianugerahi heterogenitas mestinya tidak
terasa pada generasi muda terutama saat
perlu mengkhawatirkan terhadap kuatnya
ini ketika Indonesia telah masuk dalam
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
363
sebuah era baru Komunitas ASEAN.
mempunyai unsur-unsur universal. Artinya
Kuatnya penetrasi global seakan-akan
unsur-unsur tersebut ada kemungkinan
menjadikan identitas asli menjadi usang
terdapat juga dalam semua kebudayaan
karena tidak sejalan dengan sesuatu yang
lain bangsa-bangsa di dunia. Unsur-unsur
baru dari globalisasi (Nuraeni dkk, 2010).
tersebut terlihat dari nilai-nilai utama atau
Kondisi seperti ini jika terus berkelanjutan
filosofi yang ada dalam karya batik
tanpa disadari menjadikan sebuah bangsa
misalnya batik wahyu tumurun. Batik jenis
mengalami
Realita
ini berpola mahkota terbang dengan
menunjukkan bahwa selama ini negara-
tambahan motif sepasang burung atau
negara yang berlokasi di Asia Tenggara
ayam yang saling berhadapan di bawah
sebagian besar masih menjadi penikmat,
mahkota tersebut memiliki filosofi sebuah
obyek dari globalisasi. Kecilnya peran
harapan bagi para penggunanya akan
yang
keberadaannya
adanya rahmat atau anugerah dari Tuhan.
sebagai pasar dari apa pun, ala Barat
Batik ini juga bia dipakai dalam acara
menjadikan posisinya semakin lemah jika
pernikahan sebab dalam acara tersebut,
tidak ada penguatan dari internal yang
pemakainya
dimulai dari masing-masing negara. Di sisi
kehidupannya yang akan dibangun lebih
lain, masih ada negara-negara ASEAN
harmonis, bahagia, dan sejahtera. Batik
khususnya
mampu
wahyu tumurun ini semula berawal dari
berbuat banyak untuk mempertahankan
Kerajaan Mataram (Yogyakarta) namun
kekhasannya. Nasionalisme seakan-akan
kemudian menyebar
baru muncul ketika ada ancaman dari
sehingga mengalami modifikasi motifnya.
negara lain. Untuk itu pelestarian terhadap
Selain itu batik bukan hanya menjadi milik
suatu
krisis
ditandai
identitas.
dengan
Indonesia
kebudayaan
belum
mengharapkan
dan
akan
berkembang
menjadi
sebuah
dari suatu komunitas tertentu dalam satu
potensi
konflik
wilayah Indonesia sebab di banyak daerah
yang
selain Surakarta juga ditemukan hasil
berawal dari kurangnya pemahaman akan
karya ini meskipun tidak diberi nama
heterogenitas dan mudahnya terpengaruh
batik.
keharusan
mengingat
antaranak
bangsa
bisa
muncul
pada budaya asing.
Pada dasarnya kebudayaan juga
Batik sebagai hasil karya seni
bersifat komunikatif. Komunikatif di sini
masyarakat dan bentuk budaya lokal akan
merujuk pada hasil karya ini dapat
menjadi sebuah alat diplomasi yang cukup
dipahami
efektif. Hal ini dilatarbelakangi dari
(masyarakat yang memiliki kebudayaan
keberadaan
itu) maupun masyarakat yang mempunyai
kebudayaan
sendiri
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
oleh
masyarakat
induk
364
latar belakang budaya berbeda. Batik
memperbaiki citra tersebut. Salah satunya
secara tidak langsung dapat mewakili
dengan
komunikasi dan relasi yang berlangsung
diplomasi kebudayaan. Saat ini pemerintah
antara satu daerah dengan daerah lain
Indonesia telah gencar memperkenalkan
meskipun tidak mengerti dan mengetahui
batik sebagai hasil budaya khas milik
makna dari goresan yang ada dalam batik.
Negara
ke
Seni dan budaya merupakan perangkat dari
melalui
pameran-pameran
soft power diplomacy sehingga dapat
yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar
menjadi penghubung relasi masyarakat
RI yang ada di negara setempat. Dalam
antarnegara
pertemuan
universal
serta
memiliki
yang dapat
bahasa
masyarakat
tingkat
pendekatan
internasional kebudayaan
internasional
pun
oleh
pemerintah yang menjadi utusan di luar
seluruh manusia walaupun beragam latar
negeri telihat mengenakan batik bahkan
belakang. Sebagai perangkat dari soft
beberapa tamu asing yang berkunjung ke
power diplomacy maka kebudayaan dapat
Indonesia melakukan hal yang sama. Hal
masuk dan meresap ke seluruh elemen
ini mengindikasikan bahwa dengan adanya
bangsa tanpa mencampuri urusan politik
pengklaiman
dan keamanan namun dengan cara yang
Malaysia semakin menyadarkan negara
sangat halus. Kebudayaan juga bersifat
Indonesia
manusiawi sehingga dapat mendekatkan
masyarakatnya
akan
bangsa yang satu dengan bangsa lainnya.
memelihara
melestarikan
Kebudayaan
bangsa.
dapat
dipahami
menggunakan
dijadikan
sebagai
identitas sosial dari suatu kelompok atau masyarakat.
Sifat-sifat
positif
dari
beberapa
baik
budaya
pemerintah
dan
oleh
maupun pentingnya budaya
Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari penggunaan batik sebagai
kebudayaan inilah yang bisa membuka
perwujudan
jalan bagi tercapainya tujuan diplomasi
Pertama,
kebudayaan. Jika dikaitkan dengan Negara
mengembangkan kembali citra Indonesia
Indonesia, penggunaan diplomasi selain
di mata internasional sebagai negara yang
politik
kaya akan budaya dan bermartabat. Dari
dan
militer
sangat
berguna.
diplomasi
kebudayaan.
menanamkan
Mengingat beberapa kali citra Indonesia di
sini
luar negeri tercoreng oleh isu lingkungan
merupakan negara besar dan tidak identik
hidup, demokrasi, dan terorisme. Maka
dengan Bali. Kedua, memelihara citra baru
kini sudah saatnya Indonesia sebagai
yang
bangsa yang memiliki kebudayaan yang
Indonesia. Artinya citra negatif tentang
tinggi, menggunakan terobosan baru untuk
Indonesia tidak selamanya benar, masih
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
akan
baik
terlihat
bahwa
dan
mengenai
Indonesia
kebudayaan
365
ada banyak hal yang dapat dikedepankan
hendaknya bekerjasama dengan instansi
dalam pergaulan internasional. Ketiga,
lainnya baik tingkat pusat maupun daerah.
dengan semakin meluasnya penggunaan batik dalam berbagai pertemuan dan
SARAN
kegiatan dalam dan luar negeri dapat
Hendaknya ada hubungan timbal balik dan
menyelamatkan aset bangsa.
komunikasi yang lebih ditingkatkan antara pemerintah
KESIMPULAN Di
era
dengan
masyarakat
untuk
melestarikan budaya lokal. Budaya lokal sangatlah
tersebut hendaknya sesegera mungkin
penting mengembangkan, menjaga, dan
untuk didaftarkan pada badan internasional
melestarikan aset bangsa dalam berbagai
untuk mendapatkan legalitas kepemilikan
kebudayaan yang ada. Diharapkan supaya
atas
budaya yang dimiliki oleh tanah air tidak
selanjutnya
tergerus oleh pengaruh globalisasi. Batik
peneliti lainnya misalnya dalam proses
sebagai
pelegalan kepemilikan budaya nasional
hasil
modern
karya
ini
masyarakat
dari
berbagai daerah di Indonesia dapat di-
nama
negara.
Penelitian
ini
dapat dikembangkan oleh
dalam badan internasional.
jadikan sebagai bentuk dari diplomasi kebudayaan. Diplomasi kebudayaan perlu dikembangkan
selain
jenis
diplomasi
lainnya mengingat dengan cara inilah Indonesia
dapat memperkenalkan diri
sebagai bangsa besar yang berbudaya dan bermartabat.
Langkah
tersebut
perlu
DAFTAR PUSTAKA Atiqa Sabardila, 2007. Laporan Penelitian: Keterampilan Membatik Sebagai Model Pembelajaran Ekstrakurikuler di SMP Muhammadiyah Surakarta, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
diambil mengingat citra Indonesia sempat beberapa kali terpuruk sebagai akibat dari masalah lingkungan hidup, keamanan yang kurang kondusif sebagai akibat terorisme, dan krisis keuangan. Belum lagi masalah klaim kebudayaan yang beberapa kali dilakukan
oleh
melaksanakan
Malaysia.
diplomasi
Dalam
kebudayaan,
Djelantik, Sukawarsini, 2007. Diplomasi Antara Teori dan Praktik, Graha Ilmu, Yogyakarta. Holsti, K.J, 1992. International Politics, A Framework for Analysis, Prentice Hall, New Jersey. Liliweri, Alo, 2003. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya, Galang Press, Yogyakarta.
pemerintah pusat yang diwakili oleh Kementerian
Luar
Negeri
(Kemenlu)
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
366
Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat, 2003. Komunikasi Antarbudaya, Panduan Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya, Remaja Rosdakarya, Bandung. Nuraeni, dkk, 2010. Regionalisme Dalam Studi Hubungan Internasional, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ritchie, Jane dan Jane Lewis, 2003. Qualitative Research Practice, A Guide for Social Science Students and Researchers, New Delhi: SAGE Publications.
Volume XXVIII No.2 Februari Tahun 2016
Rudy, Teuku May, 2005. Komunikasi dan Humas Internasional, Refika Aditama, Bandung. Subadio, Haryati, 1991. Mencari Akar Kebudayaan Nasional, Majalah Kebudayaan No. 01 th. 1, Depdikbud, Jakarta Warsito, Tulus dan Wahyuni Kartikasari, 2007. Diplomasi Kebudayaan: Konsep dan Relevansi bagi Negara Berkembang, Studi Kasus Indonesia, Ombak, Yogyakarta.
367