Pelaksanaan Pasal 5 (1) Charter Of The Association Of Southeast Asian Nation Bidang Jasa Angkutan Udara Di Indonesia Adi Kusumaningrum, Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya Malang
[email protected] Abstract: ASEAN Framework Agreement for The Integration of Priority Sectors (AFAIPS) yang disepakati pada KTT ASEAN ke-10 tanggal 29 November 2004 di Vientine, Laos mengintegrasikan beberapa sektor yang diprioritaskan atau dianggap penting di ASEAN yang salah satunya adalah Air Travel Integration. Indonesia sendiri telah mengesahkan AFAIPS melalui Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2009. Penelitian ini akan fokus pada langkah-langkah legislasi domestik apa saja yang sudah dilakukan oleh Indonesia dalam rangka melaksanakan Pasal 5 (2) ASEAN Charter khususnya bidang jasa angkutan udara di Indonesia. Pelaksanaan Pasal 5 (2) Charter of The Association of Southeast Asian Nation Bidang Jasa Angkutan Udara di Indonesia, diantaranya dengan dilakukannya perubahan terhadap UURI Nomor 15 Tahun 1992 tentang Penerbangan dengan UURI Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Lebih lanjut, pemerintah telah menerbitkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 480 Tahun 2012 tentang Roadmap Hubungan Udara Indonesia yang menetapkan roadmap yang digunakan sebagai pedoman bagi setiap pejabat dalam melakukan perundingan hubungan udara dengan negara mitra, khususnya terkait hard right (market access). Indonesia, sampai dengan saat ini, mempunyai perjanjian hubungan udara dengan 73 negara, sedangkan untuk perjanjian ASEAN Indonesia telah meratifikasi ASEAN Multilateral Agreement on Air Services beserta Protocol 1 dan Protocol 2-nya. Kata Kunci: pelaksanaan, ASEAN Charter, angkutan udara Abstract: ASEAN Framework Agreement for the Integration of Priority Sectors ( AFAIPS ) agreed at the 10th ASEAN Summit on 29 November 2004 in Vientiane, Laos integrating several priority sectors or considered important in ASEAN, one of which is Air Travel Integration. Indonesia itself has enacted AFAIPS through Presidential Decree No. 25 of 2009. This study will focus on the domestic legislative measures what has been done by Indonesia in implementing Article 5 (2) ASEAN Charter, particularly the field of air transport services in Indonesia. Implementation of Article 5 (2) Charter of the Association of Southeast Asian Nation Air Freight Sector in Indonesia, including the amendment of Law Number 15 Year 1992 with Law Number 1 of 2009 on Aviation. Furthermore, the government has issued a decision of the Director General of Civil Aviation Number: KP 480 of 2012 on the Indonesian Air 38
39
Adi Kusumaningrum: Pelaksanaan Pasal 5 (1) Charter
Relationship Roadmap which sets the roadmap is used as a guideline for every officer in negotiating air links with partner countries, particularly related to the hard right (market access). Indonesia, until now, have air services agreements with 73 countries, while Indonesia has ratified the Multilateral Agreement on Air Services and its Protocol 1 and Protocol 2. Key Word: Implementation, ASEAN Charter, Air Transport Latar Belakang
takan, "Member States shall take all necessary measures, including
Dikawasan ASEAN, negara-negara
the enactment of appropriate domes-
anggota sepakat untuk melahirkan
tic legislation, to effectively imple-
Piagam ASEAN (Charter of The
ment the provisions of this Charter
Association
Asian
and to comply with all obligations of
Nation) pada tahun 2007. Indone-
membership" (Negara-Negara Ang-
sia telah meratifikasi piagam terse-
gota wajib mengambil langkah-
but melalui Undang-Undang Repu-
langkah yang diperlukan, termasuk
blik Indonesia Nomor 38 Tahun
pembuatan legislasi dalam negeri
2008 tentang Pengesahan Charter of
yang sesuai, guna melaksanakan
The Association of Southeast Asian
ketentuan-ketentuan dalam Piagam
Nation. Pasal 1 angka 5 ASEAN
ini secara efektif, dan mematuhi
Charter pada pokoknya bermaksud
kewajiban-kewajiban keanggotaan.
menjadikan wilayah negara anggota
Ketentuan tersebut, terbentuknya
ASEAN sebagai suatu kawasan per-
kawasan
dagangan bebas yang meliputi arus
bergantung pada negara anggota
barang, jasa dan investasi, memfasi-
ASEAN dalam melaksanakan keten-
litasi
bisnis,
tuan Pasal 5 ayat (2) ASEAN
profesional, ahli, tenaga kerja, dan
Charter. Pada tanggal 26 Pebruari
arus
bebas.
2013, Mahkamah Konstitusi me-
ASEAN Charter ini tidak berlaku
ngeluarkan Putusan Perkara No-
secara serta merta dengan disahkan-
mor 33/PUU-IX/2011 tentang per-
nya UU 38/2008 pada tanggal 6
mohonan pengujian (judicial review)
November 2008. Hal tersebut ter-
ASEAN Charter. Dalam putusannya
bukti dengan adanya Pasal 5 ayat (2)
Mahkamah Konstitusi menegaskan
of
Southeast
pergerakan modal
ASEAN
yang
Charter
pelaku lebih
yang
menya-
perdagangan
ASEAN
ketentuan Pasal 5 (2) ASEAN Char-
40
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1, Juni 2014
ter ini dalam pertimbangan putusan.
negara ASEAN untuk menginte-
Dibidang air transport servi-
grasikan beberapa sektor yang dipri-
ces Indonesia bersama-sama dengan
oritaskan atau dianggap penting.
anggota negara ASEAN lainnya
Dan jasa angkutan udara merupa-
membuat kesepakatan Multilateral
kan salah satu dari 11 sektor-sek-
ASEAN di Bidang Pelayanan Udara
tor prioritas yang ada. Sektor-sektor
berlandaskan Deklarasi ASEAN Bali
prioritas yang akan diintegrasikan
Concord II pada KTT ASEAN ke-9
adalah produk berbasis agro, angku-
bulan Oktober tahun 2003 di Bali,
tan udara, otomotif, e-ASEAN, elek-
Indonesia.(Ratna, 2010) Deklarasi
tronik, perikanan, kesehatan, produk
tersebut menghasilkan suatu sasaran
berbasis karet, tekstil dan pakaian,
ekonomi regional dengan memben-
pariwisata, dan produk berbasis
tuk Komunitas ASEAN 2015 yang
kayu. Indonesia sendiri telah menge-
berlandaskan 3 pilar yakni Komuni-
sahkan AFAIPS melalui Peraturan
tas Keamanan ASEAN (ASEAN Se-
Presiden Nomor 25 Tahun 2009.
curity Community), Komunitas Eko-
Isi
kesepakatan
dalam
nomi ASEAN (ASEAN Economic
ASEAN MAAS tersebut secara
Community), dan Komunitas Sosial-
umum adalah mengatur mengenai
Budaya ASEAN (ASEAN Socio-Cul-
liberalisasi di bidang jasa angkutan
tural Community).
udara khususnya jasa angkutan uda-
Salah satu tujuan Komunitas
ra penumpang yang diwujudkan
Ekonomi ASEAN adalah Air Travel
dalam bentuk ASEAN Open Sky
Integration atau integrasi dalam
Policy pada tahun 2015. Implemen-
bidang pelayanan udara. Kemudian
tasi ASEAN open sky ini dilakukan
hal tersebut juga ditegaskan dalam
secara bertahap yang tahapan-taha-
ASEAN Framework Agreement for
pannya ditentukan dalam proto-
The Integration of Priority Sectors
kol-protokol yang terdapat dalam
(AFAIPS) yang juga telah disepaka-
ASEAN MAAS. Sehingga diharap-
ti pada KTT ASEAN ke-10 tang-
kan pada 2015, seluruh negara di
gal 29 November 2004 di Vientine,
kawasan ASEAN ditargetkan wajib
Laos yang merupakan suatu kese-
menerapkannya. Kebijakan open sky
pakatan kerangka kerja Negara-
memungkinkan penerbangan lang-
41
Adi Kusumaningrum: Pelaksanaan Pasal 5 (1) Charter
sung ke bandara tujuan, misalnya
Penelitian ini akan fokus
Singapore Airlines bisa terbang rute
pada langkah-langkah legislasi do-
Jakarta-Bangkok
dan
mestik apa saja yang sudah dilaku-
Garuda bisa terbang Kuala Lumpur –
kan oleh Indonesia dalam rangka
Singapura. Open sky ASEAN
melaksanakan Pasal 5 (2) ASEAN
langsung,
ini
adalah pengembangan lebih lanjut
Charter
kerjasama
Ekonomi,
angkutan udara di Indonesia. Bagai-
Sosial Budaya di antara negara-
mana langkah-langkah pemerintah
negara ASEAN, terutama dalam
Indonesia dalam memberikan per-
industri penerbangan. Hal ini berarti
lindungan
akan terjadi persaingan bebas antar
nasional sebagaimana hukum Indo-
maskapai
nesia
Keamanan,
masing-masing
negara
khususnya
dan
terhadap
bidang
jasa
kepentingan
kesepakatan ASEAN
dalam menggarap pasar penerba-
bidang jasa angkutan udara yakni
ngan di kawasan ASEAN. Undang-
ASEAN Multilateral Agreement on
Undang nomor 1 Tahun 2009 ten-
Air Services.
tang penerbangan juga terdapat
Penelitian hukum ini meru-
ketentuan mengenai open sky yakni
pakan penelitian hukum normatif
terdapat dalam pasal 90 yang menen-
(normative legal research). Titik
tukan
pasar
tolak penelitian ini adalah analisis
angkutan udara menuju ruang udara
terhadap kebijakan jasa angkutan
terbuka tanpa batasan hak angkut
udara di ASEAN, khususnya pelak-
udara (open sky) dari dan ke Indone-
sanaan pasal 5 (2) Asean Charter.
sia untuk perusahaan angkutan udara
Penelitian kepustakaan dilakukan
niaga asing dilaksanakan secara
terhadap bahan-bahan dan aturan
bertahap
perjanjian
perundang-undangan dan kebijakan-
bilateral atau multilateral serta harus
kebijakan lain khususnya yang ber-
dibuat sesuai dengan ketentuan pera-
kaitan dengan liberalisasi (pembu-
turan
dan
kaan pasar secara penuh) perdaga-
mempertimbangkan kepentingan na-
ngan jasa angkutan udara di Indone-
sional berdasarkan prinsip keadilan
sia, dan masukan-masukan dari
(fairness) dan timbal balik (resipro-
stakeholders yang diperoleh dari
city).
hasil
bahwa
pembukaan
berdasarkan
perundang-undangan
penelitian. Adapun
bahan
42
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1, Juni 2014
hukum yang diperoleh dalam studi
jasa-jasa dan investasi yang bebas;
kepustakaan ini, penulis uraikan dan
terfasilitasinya pergerakan pelaku
hubungkan sedemikian rupa, sehing-
usaha, pekerja profesional, pekerja
ga disajikan dalam penulisan yang
berbakat dan buruh dan arus modal
lebih sistematis guna mencapai tar-
yang lebih
get yang diinginkan berupa upaya-
ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf n
upaya hukum yang dapat dilakukan
yang menyatakan “Kepatuhan ter-
oleh Indonesia dalam menyikapi
hadap aturan-aturan perdagangan
ketentuan Asean Charter, khususnya
multilateral dan peraturan pelaksa-
bagi perdagangan jasa angkutan
naan yang berbasis rezim ASEAN
udara. Setelah mendapatkan respon
sebagai implementasi yang efektif
balik. dari stakeholders, pengolahan
dari komitmen ekonomi dan pengu-
bahan
secara
rangan secara progresif terhadap
deduktif yakni menarik kesimpulan
penghapusan semua hambatan bagi
dari suatu permasalahan yang bersi-
integrasi ekonomi regional, dalam
fat umum terhadap permasalahan
aturan ekonomi pasar." Kedua Pasal
konkret yang dihadapi.
dalam piagam ASEAN ini merupa-
hukum
dilakukan
bebas.”
Selanjutnya
kan konsepsi penyatuan pasar di atas A. Pelaksanaan Pasal 5 (2) Char-
landasan
neoliberalisme
dengan
ter of The Association of South-
cakupan yang sangat luas meliputi
east Asian Nation Bidang Jasa
seluruh isu ekonomi, investasi, per-
Angkutan Udara di Indonesia
dagangan, keuangan dan perburu-
Dalam artikel 1 poin 5
han. Pasal 1 angka 5 ASEAN Char-
ASEAN Charter menyatakan bahwa
ter pada pokoknya bermaksud men-
“Tujuan kerja sama ASEAN adalah
jadikan wilayah
menciptakan pasar tunggal dan
ASEAN
basis produksi yang stabil, makmur,
perdagangan
sangat
arus barang, jasa dan investasi,
kompetitif,
dan
secara
sebagai
negara
anggota
suatu kawasan
bebas yang meliputi
ekonomi terintegrasi dengan fasili-
memfasilitasi
tas yang efektif untuk perdagangan
bisnis, profesional, ahli, tenaga
dan investasi, yang di dalamnya
kerja, dan arus modal yang lebih
terdapat arus lalu lintas barang,
bebas. Sebagaimana Pasal 5 ayat (2),
pergerakan
pelaku
43
Adi Kusumaningrum: Pelaksanaan Pasal 5 (1) Charter
ASEAN Charter ini tidak berlaku
the ASEAN Framework (Amend-
secara serta merta dengan disahkan-
ment) Agreement for the Integration
nya UU
of Priority Sectors (Protokol untuk
38/2008 pada tanggal 6
November 2008.
Mengubah Pasal 3 (Perubahan) Per-
ASEAN Framework Agree-
setujuan Kerangka Kerja ASEAN
ment for the Integration of Priority
untuk Integrasi Sektor-sektor Priori-
Sectors (AFAIPS) merupakan kese-
tas), yang ditandatangani di Makati
pakatan yang Mendasari Open Sky
City, Filipina, pada tanggal 24 Agus-
Policy atau Liberalisasi Angkutan
tus 2007, beserta 12 (dua belas)
Udara Di Kawasan ASEAN. Peme-
Protokol Sektor Prioritasnya.
rintah Republik Indonesia telah
Kesepakatan ASEAN Frame-
menandatangani AFAIPS pada tang-
work Agreement for the Integration
gal 29 November 2004 di Vientiane,
of Priority Sectors lebih lanjut disah-
Laos. Kesepakatan ini sebagai hasil
kan melalui Peraturan Presiden
keputusan Para Kepala Pemerin-
Nomor 25 Tahun 2009 tentang
tah/Kepala Negara ASEAN pada
Pengesahan
Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN
Agreement for the Integration of
ASEAN
Framework
Priority Sectors (Persetujuan Ke-
(Amendment) Agreement for the
rangka Kerja ASEAN untuk Integra-
Integration of Priority Sectors ((Pe-
si Sektor-Sektor Prioritas). Pada
rubahan)
Kerangka
pasal 2 perjanjian tersebut mengatur
Integrasi
tentang sektor-sektor prioritas yang
Sektor-sektor Prioritas), yang ditan-
akan dilaksanakan liberalisasi yang
datangani di Cebu, Filipina, pada
salah satunya adalah sektor perjala-
tanggal 8 Desember 2006, ASEAN
nan udara (air travel). Dan penjelas-
Sectoral Integration (Amendment)
an mengenai liberalisasi perjalanan
Protocol for Priority Sectors ((Peru-
udara tersebut dijelaskan melalui
bahan) Protokol Integrasi Sektoral
Appendix I Roadmap for Integration
ASEAN untuk Sektor-sektor Priori-
of Air Travel Sector dari ASEAN
tas), yang ditandatangani di Cebu,
Framework Agreement for The Inte-
Filipina, pada tanggal 8 Desember
gration of Priority Sectors.
2006, Protocol to Amend Article 3 of
Pembukaan
ke-10,
dan
Persetujuan
Kerja ASEAN
untuk
ASEAN
Framework
akses
pasar
44
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1, Juni 2014
transportasi udara menuju open sky
tapkan roadmap yang digunakan
diatur dalam Pasal 90 Undang-Un-
sebagai pedoman bagi setiap pejabat
dang Nomor 1 Tahun 2009 tentang
dalam melakukan perundingan hu-
Penerbangan. Pelaksanaan pembu-
bungan udara dengan negara mitra,
kaan akses tanpa batas dari dan ke
khususnya terkait hard right (market
Indonesia untuk perusahaan angku-
access). Tujuan dari penyusunan
tan udara niaga asing dilaksanakan
Roadmap
secara bertahap berdasarkan perjan-
adalah tersusunnya suatu kebijakan
jian bilateral atau multilateral yang
angkutan udara nasional yang lebih
pelaksanaannya melalui mekanisme
terarah dan berhasil guna dalam
yang mengikat para pihak. Perjanji-
melakukan perundingan hubungan
an bilateral maupun multilateral
udara dengan negara lain. Dengan
tersebut dibuat sesuai dengan keten-
ditetapkannya roadmap
tuan peraturan perundang-undangan
Badan
Usaha Angkutan
Udara
dan mempertimbangkan kepenti-
Niaga
Tidak
Badan
ngan nasional berdasarkan prinsip
Usaha Angkutan Udara Bukan Niaga
keadilan (fairness) dan timbal balik
serta
(reciprocity).
melakukan langkah-langkah penye-
Hubungan
Udara
Berjadwal,
Pengelola
Bandara
ini
tersebut
wajib
Keputusan Direktur Jenderal
suaian. Berikut Tabel Roadmap
Perhubungan Udara Nomor: KP 480
Hubungan Udara Indonesia Dalam
Tahun
Kerangka ASEAN:
2012
tentang
Roadmap
Hubungan Udara Indonesia mene-
Adi Kusumaningrum: Pelaksanaan Pasal 5 (1) Charter
45
Tabel 1 Roadmap Hubungan Udara Indonesia Dalam Kerangka ASEAN Materi Posisi Saat ini 2013 2014 2015 2016-2020 (2011-2012) Ratifikasi ASEAN Ratifikasi ASEAN Ratifikasi Protocol 5 Ratifikasi ASEAN Multilateral Agreement Multilateral Agreement On MAAS (Unlimited Multilateral Agreement On Third and Fourth The Full Liberalization On Air Services (Body The Full Liberalization of Agreement/MAAS) Freedom Traffic Of PassengerAir Services Air Freight Services (Body Rights Between (MAFLPAS/Body Agreement/MAFLAFS) ASEAN Capital Agreement) Ratifikasi Protocol 1 Ratifikai Protocol 1 Ratifikasi Protocol 5 Ratifikasi Protocol 1 Cities) MAAS (Unlimited MAFLAPS (Unlimited MAAS (Unlimited MAFLPAS (Unlimited Third And Fourth Freedom Third and Fourth Third, Fourth And Fifth Third and Fourth Review Traffic Rights Between Any Freedom Traffic Freedom Of Traffic Right Freedom Traffic Pelaksanaan ASEAN Cities) Rights Withein The Among Designated Points In Rights Between MAAS, ASEAN Sub region) ASEAN) ASEAN Capital MAFLAFS Ratifikai Protocol 2 Ratifikasi Protocol 2 Ratifikasi Ratifikasi Protocol 2 Cities) dan MAFLAPS (Unlimited MAFLPAS (Unlimited Perjanjia MAAS (Unlimited MAFLPAS Fifth Freedom Third, Fourth And Fifth Third, Fourth And Fifth n dan diskusi Freedom Traffic Rights Angkutan Traffic Rights Within Freedom Of Traffic Among internal The ASEAN Sub All Points With Between Any ASEAN Udara kemungkina International Airports Cities) ASEAN region) n Ratifikasi Protocol 3 In ASEAN) peningkatan MAAS (Unlimited liberalisasi Third And Fourth akses pasar Freedom Traffic Rights between The ASEAN Sub regions) Ratifikasi Protocol 4 MAAS (Unlimited Fifth Freedom Traffic Rights betweenThe ASEAN Sub regions) Sumber: Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 480 Tahun 2012 tentang Roadmap Hubungan Udara Indonesia
46
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1, Juni 2014
Kebijakan hubungan udara luar ne-
bertahap
geri Indonesia di tingkat ASEAN
3. Perjanjian multilateral dibuat se-
akan difokuskan pada upaya Indone-
suai dengan ketentuan peraturan
ASEAN
perundang-undangan dan mem-
2015 de-
pertimbangkan kepentingan nasi-
sia
dalam
menghadapi
Single Aviation Market
ngan pendekatan sebagai berikut:
onal berdasarkan prinsip keadilan
1. Tetap mempertahankan prinsip
(fairness) dan timbal bailk (reci-
cabotage. Kebijakan hubungan
procity)
udara luar negeri Indonesia terse-
4. Apabila Indonesia melakukan
but sesuai dengan UU RI Nomor
perjanjian plurilateral mengenai
1 Tahun 2009 tentang Penerba-
angkutan udara dengan suatu
ngan, khususnya tentang penga-
organisasi komunitas negara lain,
turan prinsip cabotage dalam
pelaksanaan perjanjian dilakukan
Pasal 84 yang menetapkan bahwa
berdasarkan ketentuan yang dise-
Angkutan udara niaga dalam
pakati dalam perjanjian tersebut.
negeri hanya dapat dilakukan oleh udara
badan
usaha
nasional
angkutan
yang
5. Pertukaran hak angkut dan pembukaan point ditingkat sub-region
telah
(IMT-GT) dan (BIMP-EAGA)
mendapat izin usaha angkutan
dapat dilakukan lebih liberal di-
udara niaga. Lebih lanjut prinsip
bandingkan ASEAN guna men-
ini ditegaskan dalam Pasal 85
dorong pertumbuhan sub kawa-
yang mengatur bahwa angkutan
san.
udara niaga berjadwal dalam
Berdasarkan Tabel 1 Road-
negeri hanya dapat dilakukan
map Hubungan Udara Indonesia Da-
oleh badan usaha angkutan udara
lam Kerangka ASEAN diatas terda-
niaga nasional baik milik BUMN,
pat tiga kesepakatan multilateral ter-
BUMD maupun BUMS berben-
kait pelaksanaan kebijakan angkutan
tuk perseroan terbatas (PT) yang
udara di ASEAN yang diikuti oleh
telah mendapat ijin usaha angku-
Indonesia. Kepala Negara ASEAN
tan udara niaga berjadwal
telah menandatangani tiga Multila-
2. Melakukan ratifikasi perjanjian
teral Agreement yaitu: ASEAN Mul-
angkutan udara ASEAN secara
tilateral Agreement on the Full Libe-
47
Adi Kusumaningrum: Pelaksanaan Pasal 5 (1) Charter
ralization of Air Freight Services
telah meratifikasi ASEAN Multila-
(MAFLAFS) di Manila (20 May
teral Agreement on Air Services be-
2009); ASEAN Multilateral Agree-
serta Protocol 1 dan Protocol 2-nya
ment on Air Services--MAAS 6
.38
protocol (Manila, 20 May 2009);
MALFPAS Indonesia masih melaku-
ASEAN Multilateral Agreement on
kan penundaan penandatanganan.
Sedangkan
untuk ASEAN
the Full Liberalization of Passenger
ASEAN MALPAS dapat di-
Air Services– MAFLPAS 2 protocol ,
katakan juga merupakan lanjutan
(Brunei, 12 November 2010).
dari ASEAN MAAS terkait dengan
MAAS protocol 1: Unlimited
liberalisasi angkutan udara penum-
3rd and 4th Freedom Traffic Rights
pang. Perbedaannya adalah dalam
Within ASEAN Sub-Region, berlaku
ASEAN MAAS masih mengatur li-
bila diratifikasi, namun sudah terlak-
beralisasi angkutan Udara dalam ka-
sana dengan MoU subregional. Be-
wasan ASEAN namun dengan point-
gitu pula dengan protocol 2: Unli-
point (kota-kota tujuan) yang terba-
mited 5th Freedom Traffic Rights
tas sedangkan dalam ASEAN MAL-
within ASEAN Sub Region, berlaku
PAS akan mengatur Open Sky atau
bila diratifikasi, namun sudah terlak-
liberalisasi angkutan udara penum-
sana dengan MoU subregional.
pang secara penuh dengan point-
MAFLPAS merupakan pintu
point semua bandara internasional
terakhir menuju cita-cita ASEAN
yang ada di setiap negara. Namun
Single Aviation Marke (ASAM),
dengan berbagai pertimbangan ke-
yang ditargetkan tahun 2015. MA-
pentingan
FLPAS protocol 1 : Unlimited 3rd &
ini masih menunda untuk menan-
4th Freedom Traffic Rights Between
datangani ASEAN MALFPAS terse-
Any ASEAN Cities. Protocol 2: Un-
but meskipun final draft sudah
limited 3rd, 4th & 5th Freedom Traf-
dibuat. Draft kesepakatan tersebut
fic Rights Between Any ASEAN Ci-
terdiri 19 pasal (article) dan 2
ties. Indonesia, sampai dengan saat
tambahan (annex) serta terdapat 2
ini, mempunyai perjanjian hubungan
protokol tambahan yang mengatur
udara dengan 73 negara, sedangkan
petahapan pelaksanaan liberalisasi
untuk perjanjian ASEAN Indonesia
angkutan udara penumpang yakni :
nasional, Indonesia saat
48
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1, Juni 2014
a. Protokol 1 : Unlimited Third and Fourth Freedom Traffic Rights Between Any ASEAN
ASEAN Open Sky.40 Upaya yang telah dilakukan
Cities.
Peme- rintah Indonesia saat ini
(Kebebasan hak angkut ke-3 dan
dalam rangka implementasi ASEAN
ke-4 di antara setiap kota di
Open Sky sebagaimana tertuang
ASEAN).
dalam ASEAN Multilateral Agree-
b. Protokol 2 : Unlimited Fifth Free-
ment on the Full Liberalisation of
dom Traffic Rights Between Any
Passanger Air Services (MAFLPAS)
ASEAN Cities. (Kebebasan hak
adalah hanya akan membuka 5
angkut ke-5 di antara setiap kota
(lima) bandar udara Internasional
di ASEAN). Suatu langkah yang
dari 27 (dua puluh tujuh) bandara
bijaksana, jika benar pemerin-
internasional yang ada di Indonesia.
tah telah menunda
Upaya pemerintah Indonesia yang
pembahasan kebijakan liberalisasi
hanya akan membuka 5 (lima) ban-
penerbangan di kawasan ASEAN
dara internasional untuk liberalisasi
(ASEAN Open Sky) secara penuh
angkutan udara secara penuh terse-
pada tahun 2013. Hal tersebut pasti-
but sesuai dengan amanah yang
lah mendasarkan pada realitas, be-
diberikan Undang-Undang Nomor 1
lum siapnya seluruh pelaku pener-
Tahun 2009 Pasal 86 ayat (3) yang
bangan Nasional menghadapi persa-
menentukan bahwa dalam membuat
ingan global. Momentum penundaan
perjanjian multilateral harus dise-
ini hendaknya dapat dimanfaatkan
suaikan dengan peraturan perundang
oleh seluruh komponen penerbangan
serta mempertimbangkan kepentin-
sebagai kesempatan untuk berbenah
gan nasional berdasarkan prinsip
diri. Harapan pemerintah tentunya
keadilan (fairness) dan timbal balik
agar segenap pelaku penerbangan
(reciprocity). Sehingga rute pener-
Nasional segera melakukan konsoli-
bangan domestik Indonesia dapat
dasi dan pembenahan di berbagai
dijalankan dan dimaksimalkan de-
aspek terkait, sehingga diharapkan
ngan baik oleh maskapai penerba-
akan menjadi lebih solid, makin
ngan nasional dengan suatu model
berkembang dan lebih siap dalam
jaringan yang disebut dengan hub
menghadapi
and spoke. Dalam hal ini banda-
persaingan
diera
49
Adi Kusumaningrum: Pelaksanaan Pasal 5 (1) Charter
ra-bandara
yang
dibuka
untuk
sebagai bandara hub (pengumpul)
ketentuan yang berlaku di Indonesia, juga harus lebih dahulu melakukan ekspose dan hearing dengan Komite Slot Nasional.
sedangkan bandara-bandara yang
B. Rekomendasi kebijakan yang
lainnya dapat digunakan sebagai
dapat mendukung Indonesia
ASEAN Open Sky dapat dijadikan
5
bandara spoke (pengumpan). Baik
dalam pelaksanaan Pasal 5 (1)
pula
bagaimana
Charter of The Association of
sikap INACA mengenai pelaksanaan
Southeast Asian Nation Bidang
ASEAN Open Skies, yang menya-
Jasa Angkutan Udara
memperhatikan
takan pendapat agar Indonesia me-
Secara geografis letak Indo-
lakukan penundaan bahkan bila
nesia memang sangat menguntung-
perlu tidak meratifikasi Perjanjian
kan karena terletak di antara 2 (dua)
ASEAN Open Sky (MAFLAFS),
benua (Benua Asia dengan Benua
(MAAS) dan (MAFLPAS). Dan
Australia) dan 2 (dua) samudera
dinyatakan pula untuk membatasi
(Samudera Pasifik dan Samudera
akses terhadap lima kota utama saja
Hindia).
yakni Jakarta, Surabaya, Medan,
Asean open policy harus dipertim-
Denpasar dan Ujung Pandang. Sehu-
bangkan oleh Indonesia dalam rang-
bungan itu ideanya ialah Jakarta agar
ka perlindungan terhadap kepenti-
terbuka mulai tahun 2015, sedang-
ngan nasional khususnya dalam
kan empat bandara utama lainnya itu
pengelolaan wilayah udara. Kepen-
dinyatakan terbuka mulai tahun
tingan Nasional Indonesia di bidang
2025. Oleh karena itu dianjurkan
jasa angkutan udara adalah dapat
membuat National Regulations baik
menyelenggarakan
untuk angkutan penumpang maupun
yang memenuhi faktor keselamatan
kargo untuk berlaku mulai tahun
dan kemananan serta dapat terjang-
2012, dengan pengaturan sbb: a. Pemberian Slot (time) agar dilakukan oleh Komite Slot Nasional yang juga beranggotakan Airline nasional anggota INACA. b. Airline asing yang akan melakukan operasi penerbangan ke Indonesia baik reguler maupun nonreguler, selain harus memenuhi
kau oleh seluruh lapisan masyarakat
Peluang
dan
ancaman
penerbangan
dan selain itu juga melindungi maskapai penerbangan nasional serta meningkatkan perekonomian Indonesia. Untuk itu perlu dilakukan beberapa upaya antara lain :
50
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1, Juni 2014
1. Penyelenggaraan
transportasi
faatkan sebesar-besarnya bagi
udara berdasarkan Undang-Un-
kepentingan rakyat, bangsa, dan
dang Nomor 1 Tahun
negara.
2009
Tentang
Penerbangan
sebagai
2. Penerapan Konsep ASEAN Open
Hukum
Nasional
Bidang
Sky Secara Terbatas (Limited
di
Angkutan Udara.
Open Sky).
Di dalam Pasal 5 undang-undang
Makna kata “terbatas” merupa-
tersebut
mengenai
kan tipe liberalisasi jasa pener-
Indonesia
bangan udara yang dikenal oleh
ditegaskan
Kedaulatan
Negara
atas wilayah udaranya yang me-
negara-negara
nyebutkan bahwa : Negara Kesa-
pertemuan
tuan Republik Indonesia berdau-
Makna “terbatas” (limited) arti-
lat penuh dan eksklusif atas
nya negara memberikan “point”
wilayah
Indonesia.
dalam pertukaran hak angkut
Selanjutnya, Pasal 6 juga mene-
(traffic right) secara timbale balik
gaskan bahwa : Dalam rangka
(reciprocal) seperti halnya yang
penyelenggaraan kedaulatan ne-
sering kali terjadi pada perjanjian
gara atas wilayah udara Nega-
bilateral (bilateral air service
ra Kesatuan Republik Indonesia,
agreement). Kemudian tipe kedua
pemerintah melaksanakan wewe-
adalah “tidak terbatas” (liberal)
nang dan tanggungjawab penga-
yang tidak mengenal pembatasan
turan ruang udara untuk kepenti-
dalam hal hak pertukaran hak
ngan penerbangan, perekonomi-
angkut (traffic right), kapasitas
an nasional, pertahanan dan
(capacity), dan frekuensi (fre-
keamanan negara, sosial buda-
quency).
Republik
ya, serta lingkungan udara. Hal tersebut
berarti
ASEAN
Bali
sejak
Concord
II.
2. Peningkatan Fasilitas Jasa Angku-
menegaskan
tan Udara, Daya Saing serta Ki-
bahwa wilayah udara yang be-
nerja Maskapai Penerbangan Na-
rupa ruang udara di atas wilayah
sional Dan Pemerintah.
daratan dan perairan Republik
Hal ini terkait dengan beberapa
Indonesia merupakan kekayaan
kewajiban yang wajib diperhati-
nasional sehingga harus diman-
kan dalam suatu kegiatan angku-
1. Penyelenggaraan
transportasi
faatkan sebesar-besarnya bagi
udara berdasarkan Undang-Un-
kepentingan rakyat, bangsa, dan
dang Nomor 1 Tahun
negara.
2009
Tentang
Penerbangan
sebagai
2. Penerapan Konsep ASEAN Open
Hukum
Nasional
Bidang
Sky Secara Terbatas (Limited
di
Angkutan Udara.
Open Sky).
Di dalam Pasal 5 undang-undang
Makna kata “terbatas” merupa-
tersebut
mengenai
kan tipe liberalisasi jasa pener-
Indonesia
bangan udara yang dikenal oleh
ditegaskan
Kedaulatan
Negara
atas wilayah udaranya yang me-
negara-negara
nyebutkan bahwa : Negara Kesa-
pertemuan
tuan Republik Indonesia berdau-
Makna “terbatas” (limited) arti-
lat penuh dan eksklusif atas
nya negara memberikan “point”
wilayah
Indonesia.
dalam pertukaran hak angkut
Selanjutnya, Pasal 6 juga mene-
(traffic right) secara timbale balik
gaskan bahwa : Dalam rangka
(reciprocal) seperti halnya yang
penyelenggaraan kedaulatan ne-
sering kali terjadi pada perjanjian
gara atas wilayah udara Nega-
bilateral (bilateral air service
ra Kesatuan Republik Indonesia,
agreement). Kemudian tipe kedua
pemerintah melaksanakan wewe-
adalah “tidak terbatas” (liberal)
nang dan tanggungjawab penga-
yang tidak mengenal pembatasan
turan ruang udara untuk kepenti-
dalam hal hak pertukaran hak
ngan penerbangan, perekonomi-
angkut (traffic right), kapasitas
an nasional, pertahanan dan
(capacity), dan frekuensi (fre-
keamanan negara, sosial buda-
quency).
Republik
ya, serta lingkungan udara. Hal
ASEAN
Bali
sejak
Concord
II.
2. Peningkatan Fasilitas Jasa Angku-
menegaskan
tan Udara, Daya Saing serta Ki-
bahwa wilayah udara yang be-
nerja Maskapai Penerbangan Na-
rupa ruang udara di atas wilayah
sional Dan Pemerintah.
daratan dan perairan Republik
Hal ini terkait dengan beberapa
Indonesia merupakan kekayaan
kewajiban yang wajib diperhati-
nasional sehingga harus diman-
kan dalam suatu kegiatan angku-
tersebut
berarti
51
Adi Kusumaningrum: Pelaksanaan Pasal 5 (1) Charter
tan udara melalui penerbangan
dalam hal ini Indonesia harus jeli
komersial, diantaranya: 1). yang
dalam menentukan tarif yang
berhubungan dengan Maskapai
akan
Penerbangan;
Perbaikan
kemampuan daya beli masyarakat
Kualitas Bandar Udara; 3). Tata
serta nilai komersial yang akan
Cara Penanggulangan Tanggung-
dihasilkan oleh maskapai pener-
jawab Hukum.
bangan nasional agar terus dapat
2).
diberlakukan
mengingat
4. Penentuan Tarif Angkutan Udara
beroperasional dan berkembang.
yang dapat meningkatkan daya
Sehingga akan dapat bersaing
saing
dengan maskapai penerbangan
maskapai penerbangan
Indonesia.
asing khusunya maskapai nega-
ASEAN Open Sky Policy meng-
ra-negara ASEAN yang kuat.
gunakan sistem penetapan tarif
5. Optimalisasi Jaringan Bandara
Double Disapproval sebagaima-
Hub dan Bandara Spoke terkait
na open sky pada umumnya yang
dengan Rute dan Jaringan Pener-
artinya bahwa tarif angkutan
bangan
udara tidak dapat diberlakukan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun
apabila kedua belah pihak tidak
2009 tentang Penerbangan men-
setuju atas tarif yang ditetapkan
definisikan Bandara Hub dan
oleh masing-masing perusahaan
Bandara Spoke yakni dengan me-
angkutan udara, namun demikian
nyebutnya sebagai Bandar Udara
apabila salah satu pihak setuju
Pengumpul (Hub) dan Bandar
maka tarif dapat diberlakukan.
Udara Pengumpan (Spoke). Pasal
Sehingga persaingan harga akan
1 angka 38 menyebutkan : Ban-
mutlak terjadi sehingga setiap
dar Udara Pengumpul (hub)
maskapai
harus
adalah Bandar udara yang mem-
berani bersaing dalam menentu-
punyai cakupan pelayanan yang
kan harga namun hal tersebut
luas dari berbagai Bandar udara
harus tanpa mengesampingkan
yang melayani penumpang dan/
faktor lain yang lebih penting
atau kargo dalam jumlah besar
yakni keselamatan dan kemanan
dan mempengaruhi perkemba-
penerbangan. Oleh karena itu
ngan ekonomi secara nasional
penerbangan
52
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1, Juni 2014
atau berbagai provinsi. Dan
naan Asas Cabotage di Indonesia
masih dalam pasal tersebut angka
Secara normatif peraturan perun-
39 memberikan pengertian dari
dang-undangan di Indonesia telah
bandara pengumpan (spoke) se-
mengatur prinsip cabotage, baik
bagai berikut : Bandar Udara
dalam UU RI Nomor 1 Tahun
Pengumpan (spoke) adalah Ban-
2009 tentang Penerbangan mau-
dar
pun
udara
mempunyai
dalam
Undang-Undang
cakupan pelayanan dan mempe-
Nomor 25 Tahun 2007 tentang
ngaruhi perkembangan ekonomi
Penanaman
terbatas. Indonesia menetapkan
undang-undang tersebut menga-
beberapa bandara internasional
tur adanya kewajiban single
yang akan dibuka secara penuh
majority atas kepemilikan modal
dalam rangka ASEAN Open Sky
oleh badan hukum atau warga
Policy
dioptimalkannya
Negara Indonesia, termasuk da-
model jaringan hub and spoke
lam industry penerbangan. Mes-
diharapkan mendorong pertum-
kipun
buhan ekonomi daerah cakupan.
dalam penerapan hukumnya ha-
Medan
untuk pengembangan
rus dilakukan secara ketat, jangan
sektor pertanian dan perdagangan
sampai status badan hukum Indo-
wilayah Sumatera, Bali untuk
nesia hanya merupakan suatu
pengembangan pariwisata wila-
kepentingan terselubung saja se-
yah Nusa Tenggara, Makassar
dangkan seluruh kebijakan diam-
untuk pengembangan sektor peri-
bil oleh bangsa asing yang me-
kanan
dan
nguasai perusahaan tersebut. Pe-
Papua, dan Jakarta dan Surabaya
negakkan hukum investasi juga
untuk
industri
diperlukan agar status badan
perdagangan
hukum Indonesia tidak hanya di-
lainnya di wilayah Jawa dan Kali-
gunakan untuk mengambil pang-
mantan.
diharapkan
sa pasar industri angkutan udara
pula akan dapat meningkatkan
Indonesia yang sangat potensial.
nilai perekonomian Indonesia.
Dalam memberikan perlindungan
serta
wilayah Ambon pengembangan
manufaktur
6.
yang
dan
Sehingga
Pengawasan terhadap Pelaksa-
Modal.
demikian,
Kedua
pengawasan
terhadap kepentingan nasional
53
Adi Kusumaningrum: Pelaksanaan Pasal 5 (1) Charter
Indonesia terhadap dunia pener-
sia menetapkan roadmap yang digu-
bangan/angkutan udara, utama-
nakan sebagai pedoman bagi setiap
nya penegakkan prinsip cabo-
pejabat dalam melakukan perundi-
tage, hendaknya pemerintah da-
ngan hubungan udara dengan negara
lam memberikan ijin harus benar-
mitra, khususnya terkait hard right
benar sesuai dengan ketentuan
(market
yang berlaku. Pemberian ijin
perjanjian ASEAN Indonesia telah
suatu
meratifikasi
maskapai
penerbangan
access). Adapun ASEAN
untuk
Multilateral
tersebut yang juga berhubungan
Agreement on Air Services (ASEAN
dengan
penetapan
MAAS) beserta Protocol 1 dan
layanan rute penerbangan antar
Protocol 2-nya, sedangkan untuk
wilayah dari satu daerah ke
ASEAN MALFPAS Indonesia ma-
daerah lain dalam wilayah negara
sih melakukan penundaan penan-
Indonesia harus didasarkan pada
datanganan. Pelaksanaan Pasal 5 (2)
kesejahteraan bagi masyarakat
Charter of The Association of South-
Indonesia pada umumnya
east Asian Nation Bidang Jasa Ang-
kebijakan
kutan Udara tersebut harus memperKesimpulan dan Saran
timbangkan kepentingan nasional Indonesia khususnya dalam pengelo-
Pelaksanaan Pasal 5 (2) Charter of
laan wilayah udara dan kebutuhan
The Association of Southeast Asian
penerbangan nasional (domestic).
Nation Bidang Jasa Angkutan Udara
Asean open sky menuntut
di Indonesia, diantaranya dengan
kesiapan regulasi nasional yang
dilakukannya perubahan terhadap
mengatur
UURI Nomor 15 Tahun 1992
Indonesia sehingga tumbuh persai-
tentang Penerbangan dengan UURI
ngan sehat dengan maskapai-mas-
Nomor 1 Tahun 2009 tentang Pener-
kapai penerbangan dari negara-naga-
bangan. Lebih lanjut, pemerintah
ra anggota ASEAN lainnya. Penga-
telah menerbitkan Keputusan Direk-
turan di bidang pengangkutan udara
tur Jenderal Perhubungan Udara
domestik supaya diproyeksikan un-
Nomor: KP 480 Tahun 2012 tentang
tuk memperkuat penerbangan do-
Roadmap Hubungan Udara Indone-
mestik dalam rangka pembangunan
maskapai
penerbangan
54
Rechtidee Jurnal Hukum, Vol. 9. No. 1, Juni 2014
ekonomi nasional. Diperlukan pem-
ka dengan meningkatkan status
bentukan peraturan perundang-un-
bandara domestik menjadi bandara
dangan yang disesuaikan dengan
internasional. Utamanya di Wilayah
ASEAN Open Sky Policy, khusus-
Indonesia Bagian Timur dan Tengah,
nya dalam mengatur jalur-jalur pe-
berupa
nerbangan domestik yang sesuai
udara, dengan meningkakan pelabu-
dengan kesepakatan ASEAN, te-
han udara domestik menjadi interna-
tapi tidak mengorbankan kepen-
sional, sekaligus menambah pelabu-
tingan nasioanal Indonesia.
han udara yang berfungsi sebagai
Pemerintah Indonesia harus menyiapkan
infrastruktur
peningkatan
pelabuhan
hub, karena di wilayah tengah dan
berupa
timur Indonesia jumlah pelabuhan
perangkat lunak yaitu seperangkat
berstaus pengumpan (spoke) dan
perturan perundang-undangan, dari
pengunpul (hub) tidak seimbang.
undangundang, peraturan pemerin-
Kebijakan tersebut untuk mengarah-
tah, Keputusan Menteri, Instruksi
kan kebijakan ASEAN Open Sky ke
Mentri dan juklak untuk mengatur
Wilayah Indonesia Bagian Timur
pelaksanaan ruang udara terbuka
dan Tengah, agar mobilitas orang
sebagai sarana pembangunan ma-
dan
syarakat
ASEAN dapat memicu pertumbuhan
Indonesia.
Memperkuat
landasan peraturan perundang-un-
barang
dari
negara-negara
ekonomi kedua wilayah tersebut.
dangan yang mengatur tentang ruang udara dan segala kegiatan serta
Daftar Rujukan
sebagai landasan fungsi hukum
Perundang-undangan
udara Indonesia sebagai sarana pembangunan nasional, maka harus
UUD 1945 dan amandemennya
diatur secara eksplisit dalam UUD
UU Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
1945, bahwa ruang udara di atas wilayah daratan dan perairan Indonesia sebagai wilayah Republik Indonesia. Pemerintah harus membangun sarana penerbangan, dalam rangka kebijakan ruang udara terbu-
UU Nomor 17 Tahun 1985 tentang Perairan Indonesia UU Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
Adi Kusumaningrum: Pelaksanaan Pasal 5 (1) Charter
55
UU Nomor 38 Tahun 2008 tentang Pengesahan Charter of the Association of Southeast Asian Nations
ASEAN Multilateral Agreement on the Full Liberalization of Air Freight Services (MAFLAFS) 2009
Putusan MK Nomor 33/PUU-IX/
ASEAN Multilateral Agreement on Air Services--MAAS 2009
2011 tentang Permohonan Pengujian Charter of the Association of Southeast Asian Nations Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1995 tentang Angkutan Udara
ASEAN Multilateral Agreement on the Full Liberalization of Passenger Air Services– MAFLPAS 2010 Internet
Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas PP No. 40 Tahun 1995
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan RI, Kebijakan
Peraturan Presiden Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pengesahan ASEAN Framework
Angkutan Udara, (online), http://hubud.dephub.go.id, diakses tanggal 1 Juli 2010.
Keputusan Menteri Perhubungan (Kenmenhub) Nomor 81 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara
Ratna Ningtyastuti, Menilik Kebijakan Open Sky ASEAN, 2010, (online), http://www.ratnaningtyastuti.wordpress.com, diakses tanggal 10 April 2010.
Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Nomor: KP 480 Tahun 2012 tentang Roadmap Hubungan Udara Indonesia Kesepakan ASEAN ASEAN Framework Agreement for The Integration of Priority Sectors (AFAIPS)
http://www.asean.org/21829.htm. diakses tanggal 23 Pebruari 2013.