BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia berdasarkan kesepakatan para pemimpin negara anggota ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) menyadari bahwa cara terbaik untuk bekerjasama antar negara adalah dengan saling membuka perekonomian guna menciptakan integrasi ekonomi kawasan. Pendirian AFTA (ASEAN Free Trade Area) merupakan hasil KTT ke-5 ASEAN tahun 1992 yang memberikan implikasi dalam bentuk pengurangan dan eliminasi tarif, penghapusan hambatan non tarif dan perbaikan kebijakan fasilitas perdagangan jasa dan investasi. AFTA adalah wujud dari kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduknya1. Pada KTT ke-9 tahun 2003, disepakati pembentukan komunitas ASEAN yang salah satu pilarnya adalah Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC). AEC bertujuan menciptakan pasar tunggal dan basis produksi yang ditandai dengan bebasnya aliran barang, jasa, investasi, tenaga kerja yang terampil dan perpindahan barang modal secara bebas. AEC Blue print yang merupakan master plan bagi ASEAN akan resmi diberlakukan pada tahun 2015 terhadap semua negara anggota ASEAN.
1
ASEAN Free Trade Area, DepKeu [on-line], Diakses pada tanggal 7 Juli 2014 dari http://www.tarif.depkeu.go.id/Others/?hi=AFTA
1
2
Setiap perusahaan dalam negeri tidak akan hanya dihadapkan pada kompetisi dengan sesama perusahaan domestik melainkan akan bersaing dengan perusahaan asing yang akan masuk bebas ke Indonesia. Jika sebuah perusahaan tidak cukup kompeten maka akan dengan mudah gugur dalam tingkat kompetisi yang tinggi. Ekonomi pasar bebas tidak hanya persaingan mutu dan kualitas produk setiap perusahaan untuk diterima internasional, salah satu penekanan pada Masyarakat Ekonomi Pasar Bebas adalah pada kualitas sumber daya manusia perusahaannya, yaitu produktivitas kerja yang dihasilkan setiap karyawan. Produktivitas kerja menurut Yuniarsih dan Suwatno adalah hasil konkrit individu atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja2. Malayu S.P Hasibuan memberikan batasan produktivitas sebagai “Perbandingan antara output (hasil) dengan input (masukan). Jika produktivitas ini naik hanya dimungkinkan oleh adanya peningkatan efisiensi (waktu,bahan,tenaga), sistem kerja, teknik produksi dan adanya peningkatan keterampilan dari tenaga kerjanya”3. Menurut Sinungan4, pengukuran produktivitas dapat dibedakan dalam tiga jenis, antara lain perbandingan antara pelaksanaan sekarang dan historis yang hanya mengetengahkan apakah meningkat atau berkurang serta tingkatannya, perbandingan pelaksanaan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses) dengan lainnya, dan perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya.
2
Tjutju Yuniarsih, Suwatno.,Manajemen Sumber Daya Manusia, Bandung : Alfabeta, 2008 hal 156 3 Malayu SP Hasibuan., Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : Bumi Aksara, 2003 hal 126 4 Muchdrasah Sinungan., Produktivitas, Apa Dan Bagaimana, Jakarta : Bumi Aksara, 2000 hal 23
3
Untuk dapat meningkatkan produktivitas kerja, sebuah tim kerja yang bermutu tidak hanya dihasilkan oleh seorang pemimpin yang berkualitas ataupun kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh perusahaan bagi karyawannya, namun juga kemampuan berkomunikasi yang baik dalam internal perusahaan sehingga koordinasi tugas, penyampaian informasi, maupun sharing pengalaman yang dilakukan dapat memunculkan rasa kebersamaan dan kekompakan tim kerja. Komunikasi internal diketahui memiliki pengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan5. Komunikasi internal secara umum adalah komunikasi yang dilakukan di dalam ruang lingkup organisasi atau perusahaan, dimana terjadi komunikasi vertikal maupun horizontal. Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang dilakukan dari pimpinan kepada bawahan berupa pendelegasian tugas, pengarahan dan pengontrolan sedangkan dari bawahan kepada atasan biasanya berupa saran, ide ataupun keluhan. Komunikasi horizontal adalah komunikasi yang melibatkan antar individu atau kelompok pada level yang sama. Contoh arah komunikasi ini adalah diskusi antar divisi akuntan, diskusi antar manajer, diskusi direktur dengan kolega. Konteks dari komunikasi ini bersifat koordinasi sehingga satu dengan yang lain saling memberikan informasi. Komunikasi internal penting dilakukan karena sebuah perusahaan akan kehilangan sebagian besar potensi sumber daya manusianya jika tidak memprioritaskan komunikasi dua arah, yang merupakan landasan untuk hubungan manajemen - karyawan dan pencapaian produktivitas kerja yang maksimal. 5
Silih Agung Wasesa., Strategi Public Relations: Bagaimana Strategi Public Relations dari 36 Merek Global dan Lokal Membangun Citra, Mengendalikan Krisis, dan Merebut Hati Konsumen, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2005, hal 72
4
Penelitian terhadap komunikasi internal akan dilakukan pada PT Panji Putra Kreasi. PT Panji Putra Kreasi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konsultan desain interior dan konstruksi yang berkantor pusat di Senayan, Jakarta dan memiliki satu buah Workshop di Meruya Jakarta. Perusahaan jasa konsultan ini telah berdiri sejak tahun 1993 dan telah menangani berbagai proyek desain interior baik dalam negeri maupun internasional seperti Debenhams, Hush Puppies, L’occitane, Adidas, dan Delami Wood. PT Panji Putra Kreasi memiliki karyawan di kantor pusat berjumlah 11 orang karyawan dan workshop sejumlah 20 orang karyawan, total 31 karyawan dengan struktur organisasi formal yang terbagi menjadi tiga divisi utama yaitu Divisi Arsitek, Divisi Keuangan, serta Divisi Konstruksi yang dikepalai empat orang Mandor dengan empat sub bagian. Alasan peneliti memilih PT Panji Putra Kreasi sebagai objek penelitian dikarenakan Pertama, PT Panji Putra Kreasi merupakan perusahaan yang telah go international karena proyek outlet toko yang dikerjakan tidak hanya dalam negeri namun juga luar negeri. Dengan banyak berkembangkan perusahaan-perusahaan sejenis yang sama-sama bergerak di bidang arsitektur dan interior desain, dan diresmikannya MEA 2015, maka PT Panji Putra Kreasi juga akan dihadapkan pada persaingan dengan perusahaan-perusahaan asing yang bergerak di bidang interior desain, pekerja asing dengan kualitas SDM yang tinggi. Jika PT Panji Putra Kreasi tidak cukup kompeten maka akan mudah gugur dalam persaingan yang tinggi.
5
Kedua, hasil observasi dan wawancara pra-penelitian yang dilakukan peneliti pada bulan Maret – Juni 2014. Hasil observasi menunjukkan perbedaan latar belakang pendidikan antara karyawan kantor pusat dan workshop yang cukup jauh6. Dimana karyawan di kantor pusat mayoritas merupakan lulusan perguruan tinggi, sedangkan karyawan di workshop adalah pekerja dengan lulusan sekolah dasar hinggah menengah. Karyawan PT Panji Putra Kreasi memiliki keragaman latar belakang asal daerah yang berbeda7. Observasi yang dilakukan peneliti menunjukkan karyawan kantor pusat cenderung menggunakan Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi, sedangkan karyawan workshop cenderung menggunakan Bahasa Indonesia campur daerah dalam kesehariannya di tempat kerja. Bahkan dalam penyebutan nama, karyawan workshop mayoritas memiliki dua hingga tiga nama inisial berbeda yang dibawanya dari kampung halaman dan dicantumkan dalam laporan kerja yang mereka buat. Turn over lebih sering terjadi pada karyawan kantor pusat dibandingkan karyawan workshop8. Observasi yang peneliti lakukan menunjukkan karyawan workshop mayoritas telah bekerja bagi perusahaan diatas 5-10 tahun bahkan ada yang telah bekerja diatas 15 tahun. Sedangkan karyawan kantor pusat rata-rata merupakan pekerja 1-4 tahun pertama yang kemudian berganti karyawan baru kembali.
6
ArsipData Pegawai PT Panji Putra Kreasi tahun 2014 Ibid. 8 Ibid. 7
6
Dikutip dari percakapan dengan atasan PT Panji Putra Kreasi bahwa “Komunikasi internal yang terjalin di dalam perusahaan menggunakan sistem kaku yang terstruktural dari atas ke bawah sesuai divisinya masing-masing9”, Artinya atasan hanya menyampaikan informasi dan mendelegasikan tugas lewat kepala divisi untuk disampaikan kepada karyawan lain di masing-masing divisi. Tujuan dari sistem komunikasi yang terstruktural ini memudahkan atasan tidak perlu kesulitan mengumpulkan semua karyawan saat perlu menyampaikan infomasi dan meminimalisir pesan tidak sampai kepada penerimanya. Atasan PT Panji Putra Kreasi melihat bahwa dengan komunikasi internal yang sudah dibuat terstruktural namun produktivitas kerja yang dihasilkan karyawan masih seringkali tidak maksimal. “Hasil pekerjaan tidak tepat waktu dan tidak sesuai yang diinstruksikan sehingga harus memeriksa ulang yang artinya dua kali kerja. Pekerja seringkali tidang menangkap apa yang saya maksudkan, kurangnya inisiatif sehingga semua hal harus menunggu perintah dulu”10. Menurut Atasan PT Panji Putra Kreasi, produktivitas kerja yang optimal adalah “Pekerjaan proyek dapat diselesaikan tepat waktu sesuai kesepakatan dengan klien, hasil pengerjaan disukai dan sesuai keinginan klien, serta rekapan pembiayaan proyek dapat dilaporkan saat proyek dirampungkan11”. Selain mewawancarai Atasan PT Panji Putra Kreasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa karyawan dari divisi yang berbeda. Karyawan Divisi Keuangan
9
berpendapat
“Komunikasi
Transkrip Wawancara Pra-Penelitian Juni 2014 Ibid. 11 Ibid. 10
dengan
atasan
banyak
mengalami
7
kendala”12. Atasan menciptakan suasana kerja yang kurang kondusif. Pendapat karyawan kurang didengarkan dan atasan cenderung lebih perhatian terhadap kesalahan daripada memberikan apresiasi terhadap pekerjaan yang telah benar dilakukan. Divisi Keuangan juga berpendapat “Selain dengan atasan, komunikasi dengan karyawan workshop seringkali terkendala bahasa dan waktu”13. Divisi Keuangan mengaku kesulitan menghubungi karyawan workshop. Selain itu, kendala bahasa yang campur-campur dan latar belakang pendidikan yang rendah pada karyawan workshop membuat laporan yang disampaikan tidak jelas dan berantakan. Karyawan Divisi Arsitek, setuju dengan pendapat karyawan keuangan mengenai hambatan komunikasi internal di PT Panji Putra Kreasi berasal dari atasan maupun karyawan workshop. Menurut divisi arsitek, produktivitas kerja dapat ditingkatkan, jika aktivitas seperti gathering ataupun training karyawan yang dapat melancarkan proses komunikasi internal dilakukan. Akibat karyawan pusat dan workshop kurang mengenal satu sama lain sehingga justru timbul masalah “senioritas” dimana karyawan workshop yang mayoritas telah bekerja diatas 10 tahun, kurang senang diperintah karyawan pusat yang dianggapnya masih awam14. Kepala Mandor yang peneliti wawancara berpendapat jika tanggung jawab karyawan workshop cukup besar karena karyawan workshop cenderung bekerja multitasking alias serba bisa, sehingga waktu yang tersedia untuk membuat
12
Transkrip Wawancara Pra-Penelitian., op.cit. Ibid. 14 Ibid. 13
8
laporan ke kantor pusat menjadi terhambat. Akibatnya produktivitas kerja yang dihasilkan menjadi tidak maksimal15. Berdasarkan hasil observasi maupun wawancara pra-penelitian yang peneliti jabarkan diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa hambatan komunikasi internal yang terjadi di PT Panji Putra Kreasi disebabkan suasana kerja yang otoriter yang diciptakan atasan sehingga karyawan kesulitan untuk menyampaikan pendapatnya, perbedaan latar belakang pendidikan dan keragaman budaya pada antara karyawan pusat dan workshop sehingga menyebabkan salah persepsi dalam pendelegasian tugas, kendala bahasa dalam penyampaian informasi. Selain itu beban pekerjaan yang banyak pada karyawan workshop menyebabkan terbatasnya waktu untuk berkomunikasi dengan karyawan kantor pusat. Adapun hambatan yang menyulitkan dalam peningkatan produktivitas kerja karyawan di PT Panji Putra Kreasi disebabkan atasan kurang memberikan apresiasi terhadap hasil kerja karyawan. Akibatnya karyawan bekerja hanya tunggu perintah karena merasa tidak perlu berbuat lebih untuk sesuatu yang tidak dihargai dengan baik. Selain itu aktivitas gathering yang dapat meningkatkan hubungan antar karyawan tidak dilakukan rutin hingga timbul jarak antar karyawan pusat dan workshop. Sama halnya dengan pelatihan kerja yang sebenarnya sangat diperlukan mengingat data pekerja menunjukkan mayoritas karyawan memiliki latar belakang pendidikan dibawah standard pekerja, akibatnya produktivitas kerja karyawan tidak dapat meningkat karena mengajarkan karyawan secara manual
15
Transkrip Wawancara Pra-Penelitian., op.cit.
9
dan memberikan instruksi berulang-ulang menyebabkan pekerjaan menjadi tidak efisien dan tidak efektif. Menurut teori komunikasi organisasi, semakin kecil jumlah karyawan dalam perusahaan seharusnya komunikasi yang terjalin lebih efektif dan mudah. Tetapi kenyataannya, jumlah karyawan PT Panji Putra Kreasi yang tergolong kecil karena di bawah 50 orang karyawan justru memiliki banyak hambatan komunikasi.
Peneliti
melihat
besar-kecilnya
ukuran
perusahaan
tidak
mempengaruhi kemampuan internal perusahaan dalam berkomunikasi. Faktor-faktor yang melatarbelakangi kemampuan berkomunikasi yang terjadi di PT Panji Putra Kreasi justru berasal dari ketersediaan waktu dan media yang digunakan untuk
kelancaran
berkomunikasi,
latar
belakang pendidikan,
keanekaragaman budaya karyawan dan suasana kerja yang tercipta di internal PT Panji Putra Kreasi sehingga mempengaruhi produktivitas kerja yang dihasilkan oleh karyawannya. Peneliti merasa sangat penting dan perlu dilakukannya penelitian terhadap komunikasi internal PT Panji Putra Kreasi karena hambatan komunikasi yang terjadi di PT Panji Putra Kreasi sudah terjadi bertahun-tahun. Hambatan komunikasi internal menyebabkan kualitas hasil pekerjaan karyawan menjadi tidak maksimal. Atasan menjadi tidak puas dengan hasil pekerjaan karyawan, karyawan juga tidak puas karena sering berbeda persepsi dan kesulitan berkomunikasi untuk memperoleh hasil laporan yang on-time dan akurat. Akibat terburuknya adalah turn over karyawan sebagai jalan keluar terakhir.
10
Jika permasalahan ini terus dibiarkan tidak hanya akan mempengaruhi mental pekerja tetapi juga akan mempengaruhi keberlangsungan perusahaan untuk mampu bertahan menghadapi perusahaan-perusahaan sejenis lainnya yang telah melakukan antisipasi terhadap persoalan komunikasi internal yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawannya. Lalu apakah semakin baik komunikasi internal dapat meningkatkan produktivitas kerja? Apakah komunikasi internal yang kurang baik dapat menurunkan produktivitas kerja? Berdasarkan deskripsi latar belakang yang ada di atas, peneliti menyimpulkan judul penelitian ini menjadi “Pengaruh Komunikasi Internal terhadap Peningkatan Produktivitas Kerja Karyawan pada PT Panji Putra Kreasi”
1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Sejauhmana pengaruh komunikasi internal terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan pada PT Panji Putra Kreasi di Jakarta ?”
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh komunikasi internal terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan pada PT Panji Putra Kreasi di Jakarta.
11
1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka peneliti dapat menentukan manfaat penelitian sebagai berikut: a. Manfaat Teoritis/Akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkuat teori Komunikasi Organisasi khususnya pengaruh variabel komunikasi internal terhadap produktivitas kerja karyawan. b. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan pemikiran untuk memperbaiki pola komunikasi internal pada karyawan PT Panji Putra Kreasi dalam usaha peningkatan produktivitas kerja.