18
PELAKSANAAN MAGANG
Pengadaan Bahan Tanam Kelapa Sawit Proses kegiatan di PPKS Marihat dimulai dari Divisi Breeding Research and Development (BRD), yaitu penentuan populasi dasar tanaman kelapa sawit. Populasi dasar tersebut kemudian dilakukan rekombinasi dan evaluasi. Seleksi dilakukan terhadap pohon kelapa sawit yang akan digunakan sebagai pohon induk dan pohon bapak. Terhadap pohon induk dan pohon bapak yang terpilih kemudian dilakukan penyerbukan oleh polinator. Tandan yang sudah matang fisiologis (umur 4.5-5 bulan) dipanen dan tandan diangkut ke bagian persiapan benih. Proses dari penyerbukan hingga pengangkutan tandan merupakan bagian kegiatan Divisi Pohon Induk. Tandan yang telah diangkut ke persiapan benih kemudian diproses hingga menjadi benih yang siap untuk dikecambahkan. Benih yang telah berkecambah sesuai dengan standar mutu kemudian siap disalurkan kepada konsumen. Proses dari persiapan benih hingga pengecambahan merupakan bagian dari kegiatan produksi benih, sedangkan penyaluran benih kepada konsumen merupakan kegiatan dari pemasaran. Perlu waktu sekitar 9 bulan untuk memperoleh benih mulai dari awal penyerbukan. Divisi Breeding Research Development (BRD) Divisi BRD merupakan salah satu bagian dari Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman (SUS BHT) di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) yang berada di Marihat. Divisi BRD memiliki peranan penting dalam kegiatan pemuliaan kelapa sawit, karena memiliki tujuan untuk meningkatkan produksi dan rendemen minyak. Divisi BRD memiliki beberapa sub divisi, diantaranya Crossing Plan, Pembibitan, Vegetatif, Penimbangan Produksi, dan Analisis Tandan. Kegiatan dari setiap sub divisi tersebut diharapkan dapat mempertahankan Standard Nasional Indonesia (SNI) yang telah ditetapkan, yaitu mengenai kualitas genetik dan fisik benih, dan kebenaran cara pengujian.
19
Sub divisi crossing plan. Crossing Plan merupakan sub divisi yang kegiatannya menjadi tahapan awal sebelum melakukan kegiatan pemuliaan. Crossing Plan berperan dalam merealisasikan matting design yang telah dirancang oleh pemulia dari divisi BRD. Kegiatan yang dilakukan Crossing Plan yaitu penyeleksian tanaman yang akan digunakan sebagai tanaman betina dan tetua jantan. Crossing Plan juga melakukan kegiatan pengamatan, pengawasan pohon-pohon rencana seleksi terpilih untuk disilangkan dengan pohon-pohon yang telah ditentukan dalam matting design yang memuat program-program seleksi. Kegiatan yang dilakukan di Crossing Plan meliputi inspeksi bunga jantan dan betina, pembungkusan bunga jantan dan betina, penyerbukan bunga betina, pemanenan bunga jantan dan pemanenan tandan. Jika terjadi kegagalan dalam program maka harus diulang kembali, kegagalan dapat disebabkan oleh pohon tersebut terserang penyakit atau mati. Hasil dari kegiatan sub divisi Crossing Plan kemudian ditanam pada pembibitan. Sub divisi pembibitan. Pembibitan merupakan bagian dari Divisi BRD yang digunakan untuk menampung hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh Divisi Pemuliaan. Selain itu, pembibitan juga merupakan tempat untuk menanam benih yang dihasilkan dari Sub Divisi Crossing Plan. Pada pembibitan dilakukan dua kali seleksi bibit kelapa sawit, yaitu seleksi awal saat tanaman berumur 1.5 bulan untuk seleksi bibit yang mati, dan seleksi sebelum penanaman di main nursery (MN). Pada saat seleksi, tanaman yang abnormal di afkir. Seleksi yang kurang ketat akan menyebabkan beberapa bibit abnormal akan tertanam di lapangan. Sub divisi vegetatif. Kegiatan yang dilakukan pada Sub Divisi Vegetatif berupa telling, segregasi, sex ratio, dan pengamatan pertumbuhan vegetatif. Telling merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa kondisi pohon yang ada di lapangan. Kegiatan telling dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai pohon yang siap untuk dijadikan pohon induk atau tujuan kegiatan pemuliaan lainnya. Sex ratio dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui jumlah bunga betina dan jumlah bunga jantan/bunga banci. Setiap melakukan kegiatan sex ratio,
20
juga dilakukan pengamatan produksi daun. Pada saat pengamatan, daun tombak (daun ke-1) diberi tanda cat merah, pada pengamatan berikutnya dihitung pertambahan daun dan dicatat. Segregasi pohon merupakan salah satu kegiatan Sub Divisi Vegetatif untuk mempelajari keragaman pohon kelapa sawit. Hasil pengamatan digunakan untuk mengenal pohon jenis dura, pisifera, atau tenera. Segregasi dilakukan setiap satu tahun sekali. Pengamatan segregasi selesai dilakukan setelah 3 kali pengamatan. Segregasi dilakukan dengan membelah buah pada tandan dengan menggunakan alat tajam. Hasil pengamatan kemudian ditulis dalam buku pengamatan segregasi. Pengukuran pertumbuhan vegetatif memiliki tujuan untuk memperoleh data tentang perkembangan pertumbuhan tanaman kelapa sawit sejak pembibitan hingga tanaman dewasa untuk mempelajari hubungannya dengan produksi dan daya penurunan sifatnya. Pengamatan yang dilakukan di lapangan antara lain adalah baris, nomor pokok, tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun fronds, panjang rachis, lebar dan tebal petiola, panjang dan lebar anak daun, dan jumlah anak daun satu sisi. Pengukuran pertumbuhan vegetatif di pembibitan dilakukan dengan mengambil sampel ± 30 % pada tiap persilangan dan dipilih secara acak. Pengukuran dilakukan setiap 3 bulan sampai saat akan dipindah ke lapangan. Pengamatan pertumbuhan vegetatif untuk Rencana Seleksi (RS) dilakukan secara acak. Kegiatan pengukuran pertumbuhan vegetatif dilakukan di kebun uji yang merupakan kebun percobaan PPKS. Kebun uji PPKS ada enam lokasi, yaitu Sei Silau, Sei Dadap, Tanah Raja, Bah Jambi, Marihat, dan Rambutan. Pengukuran pertumbuhan vegetatif tanaman di lapangan dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak ± 30 % dan pengukuran dilakukan setahun sekali sampai pertumbuhan tinggi pohon konstan. Pengukuran vegetatif pada pohon yang akan dijadikan pohon induk dilakukan pada seluruh pohon persilangan. Pengukuran pertumbuhan vegetatif juga dilakukan pada pohon yang akan dijadikan pohon bapak. Sub divisi penimbangan produksi. Sub divisi penimbangan produksi melakukan kegiatan penimbangan tandan di kebun-kebun seleksi/kebun uji yang menjadi penelitian pemulia PPKS. Penimbangan tandan bertujuan untuk
21
mempertinggi ketelitian dan keseragaman. Petugas yang menimbang terdiri atas seorang kerani yang mencatat pada buku pengamatan dan seorang penimbang. Penimbangan dilakukan dengan menimbang tandan dan semua berondolan yang berada di sekitar pokok dengan menggunakan timbangan. Jika pada satu pokok terdapat lebih dari dua tandan, maka tandan tersebut ditimbang sekaligus jika memungkinkan. Berat tandan adalah berat goni ditambah tandan dikurangi dengan berat goni kosong. Tandan yang telah dipanen harus diletakkan dan ditimbang pada piringan dari tiap-tiap pokok. Pada tiap stalk harus ditulis nomor pokok dan berat tandan menggunakan pensil kopi. Sub divisi analisis tandan. Kegiatan yang dilakukan di Sub Divisi Analisis Tandan adalah pengujian tandan dari berbagai jenis percobaan yang dilakukan oleh pemuliaan tanaman. Tandan yang diterima dari lapangan dilakukan analisis minyak dan bijinya. Adapun hasil analisis tandan adalah berupa informasi mengenai bobot tandan, persentase buah/tandan, persentase daging/buah, persentase inti/buah, persentase minyak/daging, dan persentase minyak/tandan. Proses penerimaan tandan sampai pemilihan buah untuk contoh dapat dilihat pada Gambar 2.
Divisi Pohon Induk Divisi Pohon Induk memiliki tujuan memproduksi tandan untuk bahan baku kelapa sawit unggul yang baik dan benar. Ruang lingkup dari Divisi Pohon Induk antara lain: 1) inspeksi pohon sampai pemanenan dan pengangkutan tandan benih, 2) inspeksi pohon sampai pemanenan bunga jantan serta pengelolaannya di laboratorium tepung sari. Pohon kelapa sawit yang berada di PPKS Marihat dibagi menjadi dua, yaitu pohon induk dan pohon bapak. Pohon induk merupakan pohon kelapa sawit yang dijadikan sebagai tetua betina dalam persilangan. Tetua betina merupakan kelapa sawit varietas Dura terpilih. Pohon bapak merupakan pohon kelapa sawit yang dijadikan sebagai sumber tepung sari yang akan digunakan untuk menyerbuki pohon induk. Tetua jantan merupakan varietas Pisifera terpilih. Pohon induk yang terdapat di dimiliki PPKS Marihat berjumlah 2 781 pohon yang terdapat pada kebun Bah Jambi, Balimbingan, dan Marihat. Kegiatan pada Divisi Pohon Induk meliputi: inspeksi bunga betina, pembungkusan bunga
22
betina, penyerbukan tandan, inspeksi bunga jantan, pembungkusan bunga jantan, pemanenan bunga jantan, dan laboratorium tepung sari.
Tandan dari Kebun Dura Diterminasi, Afkir
Pisifera Tenera
Ditimbang
< 15 Kg
≥ 15 Kg
Dibagi Dua
Dipreteli
Buah Ditimbang, Spikelet Dibuang
A
B
Ditimbang
Stalk Ditimbang Stalk Dibuang
Buah Luar Partitor
Contoh A = 30 Buah Contoh B = 30 Buah
Buah Tengah Buah Dalam
Contoh A dan B Ditimbang, Contoh B Kemudian di Buang
Gambar 2. Proses Penerimaan Tandan hingga Penentuan Buah Contoh
23
Inspeksi bunga betina. Pohon induk yang telah terpilih dilakukan inspeksi, yaitu pemeriksaan bunga yang ada dalam pohon tersebut. Pengamatan dilakukan untuk mengontrol bunga yang akan dibungkus dan bunga yang akan diserbuki. Jika pada pohon induk terdapat bunga jantan, maka bunga jantan tersebut harus segera dibuang. Pembuangan tersebut dimaksudkan agar tepung sari yang diserbukkan polinator ke pohon induk tidak tercampur dengan tepung sari dari pohon itu sendiri. Pembersihan tandan betina pada pohon induk dilakukan untuk menjaga kebersihan, menghindari serangga, dan agar penyerbukan merata sehingga memudahkan dalam penyerbukan. Pengamatan atau inspeksi bunga yang dilakukan diamati berdasarkan posisi bunga yang terdapat pada pohon tersebut. Pembedaan berbagai posisi tersebut memudahkan untuk melakukan pengamatan. Penentuan arah muka dan belakang berpatokan pada jalan pasar atau pos yang ada di blok tersebut. Posisi bunga pada pohon yang diamati dapat dilihat pada Gambar 3.
BKI BKN MKI MKN
Jalan Pasar
Gambar 3. Posisi Bunga untuk Pengamatan Keterangan: BKI : belakang kiri MKI : muka kiri
BKN MKN
: belakang kanan : muka kanan
Pembungkusan bunga betina. Pembungkusan dilakukan setelah seludang pecah sekitar 25 % atau sekitar 10 hari sebelum bunga anthesis. Alat dan bahan yang digunakan dalam pembungkusan bunga antara lain: 1) arit, 2) kapas, 3) insektisida cair dan tepung, 4) pembungkus (bagging), 5) tali karet ban, 6) kawat kasa, dan 7) racun tikus/klerat. Pada pembungkusan tandan, pengikatan dilakukan pada pangkal tandan dengan tali. Pangkal tandan diikat dengan tali sebanyak 7 kali putaran menyesuaikan dengan kondisi tandan. Pengikatan diusahakan tidak
24
terlalu kuat agar scapel (tangkai tandan) tidak patah. Jika terjadi gangguan pada scapel maka suplai makanan akan terganggu sehingga bunga yang nanti akan diserbuki tidak akan menjadi biji atau hanya sebagian kecil yang menjadi buah. Pengikatan yang terlalu kendur akan menyebabkan serangga dapat masuk ke dalam bungkusan sehingga mengganggu kemurnian tandan. Pohon induk yang telah memproduksi tandan, tetapi terkena penyakit maka perlu diambil tindakan sebagai berikut: a. Apabila tandan baru dibungkus maka tandan tersebut diafkir di lapangan. b. Apabila tandan < 3 bulan maka tandan diafkir di lapangan. c. Apabila tandan 3-4.5 bulan tandan dipanen kemudian diafkir. d. Apabila tandan berumur 4.5 bulan maka tandan masih dapat dipanen. Tandan yang telah dibungkus disebar klerat untuk menekan serangan tikus yang akan menyerang tandan. Polinator, mandor dan kerani memasukkan semua kegiatan dan data di buku harian setelah selesai melakukan pembungkusan. Pengamatan dilakukan secara rutin terhadap tandan untuk mengetahui perkembangan bunga dan waktu penyerbukan yang tepat. Penyerbukan tandan. Penyerbukan dilakukan setelah anthesis yaitu ketika bunga sudah mekar dan berwarna keunguan. Penyerbukan biasanya dilakukan 10 15 hari setelah bunga dibungkus. Kondisi bunga yang perlu diperhatikan dalam penyerbukan adalah bunga sudah pecah minimal 75 persen. Alat dan bahan yang digunakan dalam penyerbukan yaitu: 1) satu botol pulper tepung sari, 2) plester plastik dan gunting, 3) kapas, 4) insektisida cair, 5) alkohol, 6) hand sprayer, dan 7) label. Penyerbukan yang dilakukan pada pohon induk kadang kala mengalami gangguan sehingga diperlukan penyerbukan ulang. Penyerbukan ulang dilakukan jika bunga betina yang mekar baru sebagian sehingga tidak dapat seluruhnya diserbuki. Penyerbukan dilakukan keesokan harinya dengan menggunakan polen yang sama. Penyerbukan tunda terjadi pada bunga betina yang siap diserbuk esok hari, tetapi ternyata belum siap sehingga tidak ada penyerbukan. Penyerbukan dilakukan sehari setelahnya. Beberapa faktor yang mempengaruhi bunga untuk diserbuki adalah iklim dan kondisi bunga. Iklim yang kondusif penyerbukan dapat dilakukan dengan
25
baik, tetapi jika kondisi hujan maka penyerbukan tidak dapat dilakukan. Penyerbukan yang dilakukan dapat gagal karena bunga betina yang diserbuki tidak dapat menjadi tandan. Kegagalan tersebut dapat terjadi karena faktor kondisi tandan yang belum reseptif, iklim/lingkungan, dan sumber daya manusia. Kesalahan dari sumber daya manusia dapat dikenakan denda oleh pihak perusahaan. Pembukaan bungkusan dan panen buah untuk benih. Pembukaan bunga dilakukan 15 hari setelah penyerbukan. Penempelan label dilakukan pada tandan yang telah dilakukan penyerbukan. Label yang digunakan dalam penyerbukan berisi beberapa informasi mengenai pohon yang akan dihasilkan. Pada label terdapat warna yang mencirikan karakter pohon tersebut. Karakter pertumbuhan tinggi tanaman tersebut disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Karakter Pertumbuhan Tinggi Tanaman Berdasarkan Warna Label Warna Label Hijau Kuning Merah Putih
Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm/tahun) > 80 70-80 60-70 < 60
Sumber: PPKS Marihat
Panen tandan buah dilakukan setelah masak fisiologis, yaitu 4-5 bulan. Berbeda dengan perusahaan komersil lainnya, yang memanen tandan buah setelah jatuh berondolan. Hal ini disebabkan oleh tujuan pemanenan yang berbeda. Perusahaan komersil buah tandan digunakan untuk diambil minyaknya, sedangkan di PPKS tandan diambil untuk benih. Inspeksi bunga jantan. Kegiatan rutin yang dilakukan pada pohon bapak hampir sama dengan yang dilakukan pada pohon induk. Pohon bapak yang terpilih juga dilakukan inspeksi bunga. Pemeriksaan bunga dilakukan untuk mengetahui bunga jantan yang telah siap untuk dipanen. Pada pohon bapak, bunga yang diharapkan muncul adalah bungan jantan yang akan digunakan untuk menyerbuki tandan betina pada pohon induk. Jika terdapat bunga betina pada pohon bapak, maka bunga betina tersebut harus segera dibuang.
26
Pembungkusan bunga jantan. Setelah dilakukan inspeksi bunga, maka kegiatan
selanjutnya
adalah
pengamatan.
Pengamatan
dilakukan
secara
menyeluruh untuk mengetahui kondisi bunga yang siap untuk dibungkus atau siap panen. Pembungkusan bunga dilakukan 10 hari sebelum bunga anthesis atau saat seludang telah membuka 25 persen. Bungkus yang digunakan untuk membungkus bunga betina berbeda dengan digunakan pada pohon induk. Bungkus yang digunakan pada bunga jantan memiliki struktur yang sedemikian rupa, sehingga polen yang telah masak tidak berhamburan keluar. Pembungkus bunga jantan (stelkolar) ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Stelkolar untuk Membungkus Bunga Jantan Pemanenan bunga jantan. Pemanenan bunga jantan dilakukan secara manual dengan memanjat pohon bapak. Bunga jantan dipotong dengan hati-hati agar tidak merusak bunga tersebut. Bunga jantan yang telah dipotong kemudian diturunkan dengan menggunakan tali yang dikerek dari atas. Pemanenan bunga jantan dilakukan 10 hari setelah pembungkusan. Pemanenan sebaiknya dilakukan di bawah jam 11.00 untuk efisiensi waktu. Hal ini dilakukan karena lokasi pohon bapak yang cukup jauh dari PPKS Marihat. Bunga jantan yang telah dipanen dimasukkan ke dalam ruang pendingin selama 3 jam dengan suhu < 24 0C. Tujuan dari pendinginan tersebut adalah untuk pengeringan dan pengurangan kadar air.
27
Laboratorium tepung sari. Bunga jantan yang telah dipanen langsung dibawa ke laboratorium tepung sari. Bunga jantan dimasukkan ke dalam ruang pendingin selama ± 3 - 4 jam pada suhu 22 - 23 0C. Polen dapat diambil dengan memukul-mukul bunga jantan tersebut sehingga polen masuk wadah khusus pada bungkus bunga jantan. Polen yang telah diambil kemudian disaring dengan ukuran 80 mess untuk memisahkan antara polen dengan kotoran-kotoran yang mungkin terbawa. Polen diayak di boks manipulasi, kemudian dimasukkan ke dalam talam. Talam ini terdiri atas tiga bagian, bagian atas sebagai tutup, bagian tengah sebagai tepung sari, dan bagian bawah sebagai tempat silica gel. Hasil ayakan pada talam bagian tengah kemudian diletakkan pada talam bawah yang berisi silica gel kemudian ditutup. Talam tersebut didiamkan selama ± 2 × 24 jam. Tujuannya adalah untuk mengurangi kadar air yang masih ada pada polen dan untuk menjaga agar polen tetap kering. Tahap selanjutnya polen dimasukkan ke dalam botol kecil (vial) sebanyak 0.25 gram melalui boks manipulasi setelah sebelumnya disterilkan dengan alkohol 96 % dan dipanaskan dengan suhu 105 0C. Vial kemudian dimasukkan ke dalam botol unit kemudian disimpan pada ruang pendingin dengan suhu -18 ⁰C. Satu botol unit dapat menampung 3 - 5 vial. Sebelum disimpan, vial dihampakan dengan alat vacuum hingga tekanan 76 cmHg, lalu disegel dengan tutup aluminium. Polen yang sudah disimpan dalam ruang pendingin memiliki viabilitas yang berbeda sebelum polen tersebut disimpan. Uji viabilitas polen perlu dilakukan sebelum dan sesudah simpan. Uji viabilitas dilakukan dengan menumbuhkan pada media menggunakan larutan borax. Alat dan bahan yang digunakan adalah mikroskop, gelas ukur, pipet, aquades, borax (Na2B4O7) dan sukrosa. Larutan borax + sukrosa diambila menggunakan pipet dan diletakkan ke permukaan preparat. Setelah itu polen diletakkan pada media tersebut. Polen diusahakan merata dan tidak bertumpuk-tumpuk untuk memudahkan pengamatan dibawah mikroskop. Preparat kemudian di oven selama 3 jam pada suhu 40 0C. setelan itu preparat diamati di bawah mikroskop dengan menghitung polen yang masih hidup dan yang mati.
28
Persentase viabilitas dihitung dengan rumus: %
100 %
Keterangan: H = Jumlah tepung sari yang hidup M = Jumlah tepung sari yang mati
Tepung sari yang masih hidup dicirikan dengan bentuk yang memanjang seperti ekor dan bagian kepalanya tidak berwarna hitam. Polen yang sudah mati tidak memiliki ekor dan bagian kepalanya berwarna hitam. Polen yang masih bisa digunakan untuk menyerbuki bunga betina memiliki viabilitas tinggi, yaitu ≥ 70 persen. Viabilitas polen yang < 70 % dilakukan uji viabilitas diulangi sebanyak 2 kali. Jika masih viabilitas masih dibawah 70 %, maka polen tersebut tidak digunakan lagi. Tepung sari yang akan digunakan dalam penyerbukan dilakukan pencampuran. Pencampuran dilakukan pada boks manipulasi. Satu botol penicillin dengan berat 0.25 gram dicampur dengan talcum sebanyak 4 gram pada botol pulper. Tepung sari yang telah dicampur kemudian diberi label laminating yang merupakan identitas dari tepung sari tersebut. Label juga memberikan informasi kepada pollinator pada tandan pohon mana tepung sari tersebut digunakan.
Divisi Produksi Persiapan benih. Persiapan benih pada Divisi Produksi Benih memiliki fungsi sebagai tempat pengolahan tandan kelapa sawit menjadi benih yang siap untuk diproses (dikecambahkan). Banyaknya jumlah varietas PPKS menyebabkan terbatasnya varietas tertentu karena pemesanan benih varietas tertentu. (1) Penerimaan tandan Pengambilan tandan yang akan diproses di persiapan benih dilakukan pada pohon induk yang telah memiliki tandan siap panen. Tandan siap panen merupakan tandan yang telah matang fisiologis, yaitu umur 4 - 5 bulan. Tandan selalu disertai dengan label dan selalu dibawa dari proses awal hingga akhir. Tandan yang diterima dari lapangan diperiksa kebenaran jumlahnya dan identitas label harus sesuai dengan advis panen, yaitu nomor penyerbukan, tanggal
29
pembungkusan, tanggal penyerbukan, kode pohon induk, nomor registrasi dan inisial polinator. Label harus menancap kokoh di antara spikelet dan tidak melukai buah. Tandan harus berkualitas baik/tidak busuk. Pada beberapa pohon dapat ditemui gagal tandan. Gagal tandan ini bisa disebabkan penyerbukan tidak tepat waktu, sehingga fruitset atau buah sempurna yang terbentuk sedikit. Fruitset < 20 % (± 300 berondolan) dimusnahkan dengan cara dibakar. Tandan afkir dihitung jumlahnya dan dimusnahkan dengan cara dibakar serta dilengkapi berita acara (BA) pemusnahan. (2) Pencincangan Tandan
dari
lapangan
ditimbang
dan
dilakukan
penyincangan.
Penyincangan dilakukan untuk memisahkan spikelet dari stalk/bonggol tandan. Label dari lapangan selalu dilampirkan pada tandan yang akan diproses. Tandan dengan kelas E harus diafkir. Kelas fruitset atau buah sempurna yang terbentuk pada tandan buah disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Kelas Fruitset pada Tandan Kelas Fruitset Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D Kelas E
Persentase Buah (%) 80-90 60-79 40-59 20-39 < 20
Sumber: PPKS Marihat
(3) Fermentasi dan pemipilan Spikelet yang telah terpisah dari stalk dikumpulkan pada peti yang berukuran 60 cm × 60 cm × 40 cm untuk dilakukan fermentasi. Fermentasi dilakukan selama 4 - 7 hari. Tujuan fermentasi adalah untuk mempermudah pemisahan buah dari spikelet dan mempercepat pelunakan daging buah (mesokarp). Proses fermentasi dilakukan per tandan dan sesuai identitas tandan tersebut. Setelah fermentasi, dilakukan pemipilan untuk memisahkan buah dari spikeletnya. Pemipilan dilakukan secara manual dengan alat bantu sekop besi. Seluruh buah berondolan dipastikan sudah terpisah dari spikelet. Buah berondolan hasil pipilan dimasukkan ke dalam karung goni disertai label identitas tandan.
30
(4) Pengupasan Berondolan/buah dimasukkan ke dalam mesin pengupas biji. Mesin yang digunakan ada dua macam, yaitu mesin depericarper berbentuk hexagonal horizontal dan mesin turbo vertikal berbentuk silinder vertikal. Mesin depericarper mampu mengupas 2 tandan dalam waktu 45 menit. Mesin turbo vertikal mampu mengupas satu tandan dalam waktu 5 - 10 menit. Biji hasil pengupasan direndam dalam larutan Dithane 0.01 - 0.02 % selama 24 jam kemudian ditimbang dan dituang ke kawat penirisan. (5) Pemilahan benih Pemilahan benih yang dilakukan memiliki kriteria tertentu. Benih baik dan biji afkir dihitung. Benih baik ditimbang dan dicatat jumlahnya. Biji afkir di hitung, di timbang serta dimusnahkan dengan cara dibakar dan dilengkapi Berita Acara (BA). Kriteria pemilahan benih yang digunakan untuk memilih benih baik dan benih afkir terdapat pada Tabel 5. Tabel 5. Kriteria Pemilahan Benih Kelapa Sawit Benih Baik 1. Biji tidak lolos dari kotak kawat seleksi atau bobot biji ≥ 0.8 gram.
Benih Afkir 1. Biji lolos dari kotak seleksi/berat biji < 0.8 gram.
2. Biji tidak cacat/terluka.
2. Biji cacat/terluka hingga melukai bagian inti.
3. Biji berwarna hitam.
3. Biji berwarna putih.
4. Biji - biji terseleksi atau benihbenih baik ditimbang dan dihitung jumlahnya.
4. Biji - biji afkir ditimbang dan dihitung jumlahnya, serta dimusnahkan dengan cara dibakar dan dilengkapi berita acara pemusnahan.
5. Pelabelan atau label kertas kuning persiapan benih pada setiap kantong benih sesuai dengan data label laminating dari lapangan. Sumber: Divisi Produksi PPKS Marihat
(6) Penyimpanan Benih yang telah diseleksi dipisahkan berdasarkan varietas dan dimasukkan ke dalam ruang stok. Benih yang masuk ruang stok dimasukkan dalam data stok. Benih dari ruang stok kemudian dikecambahkan sesuai dengan permintaan. Jika
31
ada permintaan maka benih dikeluarkan dari ruang stok untuk dilakukan pengecapan dan pengecambahan. Pematahan dormansi. Benih yang dipesan oleh konsumen sebelum dikecambahkan terlebih dahulu dilakukan pematahan dormansi. Pematahan dormansi dilakukan di ruang pemecahan dormansi. Benih diterima dari bagian persiapan benih, kemudian ditimbang. Benih direndam selama 7 hari dalam bak khusus yang menggunakan air mengalir. Gelembung oksigen digunakan untuk sirkulasi udara dan penyediaan oksigen bagi benih. Benih yang telah dilakukan perendaman selama 7 hari kemudian ditiriskan setelah sebelumnya dicelupkan dalam larutan Dithane M-45 0.2 persen. Benih kemudian ditiriskan selama 5 - 24 jam. Benih yang telah ditiriskan diambil sampel untuk diuji kadar airnya. Kadar air yang sesuai adalah 19 persen. Benih dimasukkan ke dalam ruang pemanas menggunakan tray (baki). Satu tray dapat menampung 750 - 1 000 benih. Ruang pemanas diatur suhunya antara 38 - 40 0C selama 60 hari. Setiap 7 hari tray dibuka selama 3 - 5 menit untuk mengganti oksigen. Benih yang telah dilakukan pemanasan kemudian direndam kembali selama 3 hari dalam bak mengalir untuk menghindari kontaminan. Benih kemudian dicelupkan dalam larutan Dithane M-45 0.2 % selama 2 - 3 menit dan dikeringanginkan selama ± 8 jam. Perkecambahan. Benih yang telah mengalami proses penganginan dari ruang penganginan dibawa ke ruang perkecambahan dengan suhu 28 - 30 0C. Kecambah disusun dengan menggunakan tray. Penggunaan tray memiliki beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan plastik, di antaranya adalah estetika, persentase tumbuh kecambah lebih tinggi sehingga kecambah siap salur tray lebih tinggi, dan lebih menguntungkan dari segi biaya. Benih berada di ruang perkecambahan selama 14 hari dan disemprot air setiap 3 hari sekali sesuai kondisi benih. Setelah itu dilakukan pemilihan benih yang pertama, yaitu pengambilan benih yang sudah tumbuh normal. Pemilihan benih yang pertama dilakukan setelah 2 minggu sejak masuk ruang perkecambahan. Jika masih ada benih yang belum tumbuh, maka dilakukan pemilihan benih yang kedua, yang dilakukan seminggu sekali dan seterusnya hingga pemilihan ke-6. Pemilihan benih > 7 kali maka benih tersebut diafkir.
32
Pemilihan benih harus memperhatikan mutu fisik dari benih tersebut. Adapun beberapa kriteria yang dilihat adalah: a. Keseragaman ukuran benih. Benih yang baik memiliki berat > 0.8 gram dan tidak lolos dari ayakan ukuran 1.3 cm. b. Plumula dan radikula. Plumula dan radikula dapat dibedakan dengan jelas, baik warna maupun bentuk, tumbuh berlawanan arah, memiliki warna putih kekuningan, tidak cacat, dan panjang radikula hingga plumula tidak melebihi 2 cm. c. Tidak tampak ada serangan cendawan pada biji. Pemasaran. Benih yang telah terpilih dikemas dan benih yang tidak sesuai dengan kriteria (abnormal) diafkir dan dimusnahkan. Benih dikemas dalam kantong plastik dengan jumlah 150 butir/kantong. Plastik yang digunakan berukuran 26 cm × 30 cm dengan tebal 0.05 cm. Kantong kemasan kecambah digembungkan agar tersedia oksigen yang cukup bagi kecambah. Kantong berisi kecambah tersebut disatukan berdasarkan kelompoknya. Kantong-kantong tersebut kemudian dimasukkan ke dalam boks plastik berisi strerofoam yang berfungsi untuk menahan guncangan dan mengurangi kerusakan pada saat kecambah dikirim ke Medan. Kultur Jaringan Kultur jaringan merupakan salah satu divisi di Satuan Usaha Strategis Bahan
Tanaman
(SUS-BHT).
Laboratorium
kultur
jaringan
berupaya
menghasilkan bibit unggul dari proses kultur jaringan. Kultur jaringan mengembangkan Tenera elit yang diuji keunggulannya dibandingkan dengan varietas yang lain. Kultur in vitro tersebut mengambil pucuk (pupus) untuk ditumbuhkan pada media kultur. Pucuk tersebut disebut dengan ortet. Pengambilan atau pemotongan ortet dilakukan di atas titik tumbuh, yaitu > 7 cm dari titik tumbuh. Ortet dipotong kecil-kecil untuk eksplan, kemudian ditumbuhkan menjadi kalus hingga menjadi embrio. Embrio kemudian tumbuh menjadi tanaman kelapa sawit baru. Bibit kecil tersebut kemudian diaklimatisasi dengan tujuan untuk adaptasi tanaman pada lingkungan yang sesungguhnya. Selama satu bulan bibit ditanam pada media pasir dan kompos, setelah itu
33
dipindahkan pada media tanah selama ½ bulan. Bibit yang tumbuh baik kemudian dipindahkan ke Pre Nursery (PN) selama 3 bulan dan seterusnya hingga siap ditanam di lapangan. Quality Control (QC) dan Quality Assurance (QA) Quality Control (QC) merupakan salah satu divisi yang bertugas dalam melakukan verifikasi, yaitu kesesuaian proses dari divisi yang diawasi. Quality Assurance (QA) memberikan jaminan bahwa seluruh produk benih diproses sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. QC ada di semua divisi, kecuali BRD dan Kultur Jaringan. Hal tersebut disebabkan keterbatasan sumber daya manusia. QC pertama kali dibentuk pada tahun 2002 dengan jumlah anggota 28 orang. QC bertugas secara independent, confident, dan honest. Perekrutan tenaga kerja untuk QC/QA dilakukan secara khusus melalui tes tertulis, praktik, interview dan tes kesehatan. Training awal untuk menjadi pembantu teknisi setelah lulus semua tes.
Kelompok Peneliti Agronomi Agronomi merupakan salah satu bagian dari Kelompok Peneliti (Kelti) yang berada di PPKS Marihat. Kelti Agronomi banyak melakukan kegiatan penelitian di lapangan. Kelti Agronomi melakukan kegiatan penelitian dengan melakukan pengamatan dan pengukuran iklim, fisiologi tanaman, produksi kelapa sawit, Legume Cover Crop (LCC), aspek lingkungan, dan pelayanan agronomi.
Proteksi Tanaman Proteksi tanaman merupakan salah satu bagian dari Kelompok Peneliti (Kelti) yang berada di PPKS Marihat. Proteksi tanaman melakukan penelitian yang berhubungan dengan hama dan penyakit yang menyerang kelapa sawit. Selain itu, proteksi tanaman juga menyediakan berbagai solusi dalam mengatasi serangan hama dan penyakit tertentu.
34
Hama penting yang terdapat pada pembibitan di antaranya adalah kumbang Adoretus dan Apogonia (kumbang malam) serta belalang yang memakan daun kelapa sawit. Pada tanaman belum menghasilkan hama yang sering menyerang adalah kumbang Oryctes rhinoceros (kumbang tanduk). Kumbang tersebut hinggap pada pelepah daun yang agak muda, kemudian mulai menggerek ke arah kuncup tanaman. Jika gerekan sampai ke titik tumbuh, maka tanaman akan mati atau tumbuh tunas baru satu dan dapat juga lebih (Harahap et al, 2003). Tikus paling sering muncul di banyak perkebunan kelapa sawit. Tikus menyerang tanaman belum menghasilkan (TBM), tanaman menghasilkan (TM), bunga dan buah. TBM diserang tikus dengan mengerat pangkal pelepah dan memakan umbut sehingga dapat mematikan tanaman. Tikus juga memakan bunga dan buah sehingga dapat mengakibatkan penurunan produksi pada TM (Jamin, 1989). Pengendalian tikus tersebut dapat dilakukan menggunakan predator dari tikus tersebut. Burung hantu merupakan predator tikus yang mampu menanggulangi serangan tikus tersebut. Burung hantu ditempatkan pada kandang khusus yang disebut gupon. Satu ekor burung hantu dapat menangani 20 - 25 hektar. Penyakit yang sering menyerang tanaman saat pembibitan adalah bercak daun (Curvularia), dan Antraknose (jamur). Penyakit yang sering muncul pada TBM dan TM adalah busuk tandan buah yang disebabkan oleh cendawan Marasmius sp. dan biasanya timbul jika keadaan lembab. Cendawan tersebut menyerang pangkal pelepah atau buah yang tidak sempurna penyerbukannya. Pencegahan atau pemberantasannya dapat dilakukan dengan pelaksanaan penyerbukan bantuan buatan, kastrasi, dan penunasan. Buah yang telah terserang dapat diberantas dengan menggunakan fungisida Difolatan 0.2 % (2 ml/liter air) (Lubis, 2008). Serangan yang paling merugikan adalah serangan ganoderma atau busuk pangkal batang yang disebabkan oleh jamur. Ganoderma dapat diatasi dengan penggunaan biofungisida Marfu yang diproduksi oleh PPKS. Biofungisida tidak dapat mematikan ganoderma, tatapi lebih bersifat mencegah serangan ganoderma. Aplikasi Marfu dilakukan sebelum penanaman di lapangan.
35
Kegiatan Vegetatif dan Analisis Tandan Penomoran Pohon Penomoran pohon merupakan salah satu sasaran kegiatan yang dilakukan di kebun uji Sei Dadap. Kegiatan tersebut dilakukan untuk memastikan identitas tanaman kelapa sawit yang berada di kawasan kebun uji tersebut. Penomoran pohon diawali dengan kegiatan pembersihan pohon dan pangkal pelepah yang akan digunakan sebagai tempat penomoran, kemudian dilanjutkan dengan pengecatan. Pengecatan dilakukan setelah pangkal pelepah bersih dengan menggunakan cat dasar warna putih. Cat dasar yang telah mengering kemudian ditulis nomor yang telah disesuaikan peta persilangan varietas. Penomoran pada pohon kelapa sawit berisi informasi tentang nomor baris, nomor pohon, dan jenis persilangan. Penomoran tersebut penting dalam kegiatan pemuliaan kelapa sawit, karena akan menentukan kejelasan identitas dari kelapa sawit tersebut. Penomoran juga bermanfaat untuk kegiatan selanjutnya, jika dalam penomoran terjadi kesalahan, maka akan terjadi kesalahan berupa ketidaksesuaian identitas dan mempengaruhi hasil kegiatan selanjutnya seperti analisis tandan dan pengamatan vegetatif. Kegiatan penomoran ditunjukkan pada Gambar 5.
(a)
(b)
(c)
Gambar 5. Kegiatan Penomoran Pohon: (a) Pembersihan, (b) Pelepah yang Telah Dibersihkan, (c) Penomoran Pengamatan Vegetatif di Sei Dadap Pengamatan vegetatif dilakukan pada pohon uji yang berada di Sei Dadap, Kabupaten Asahan. Pohon uji ini tersebut merupakan pohon yang digunakan untuk pengujian berbagai percobaan dan perlakuan. Pengamatan vegetatif yang dilakukan meliputi tinggi tanaman, lingkar batang, jumlah daun fronds, panjang
36
rachis, lebar dan tebal rachis, jumlah anak daun satu sisi, panjang dan lebar anak daun. Tinggi tanaman diukur dari duri rudimenter pada daun ke-17 hingga ke permukaan tanah. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan meteran atau alat lain yang sudah disesuaikan. Diameter batang diukur 0.5 meter dari tanah menggunakan meteran. Jumlah daun fronds dihitung dari banyaknya pelepah yang belum kering atau masih melakukan fotosintesis. Panjang rachis diukur dari duri rudimenter hingga ujung daun. Lebar dan tebal rachis diukur tepat pada duri rudimenter menggunakan jangka sorong. Jumlah anak daun satu sisi dihitung dari pangkal rachis hingga daun paling ujung. Panjang dan lebar anak daun diukur dengan menggunakan meteran. Lebar anak daun dihitung pada bagian tengah anak daun. Kegiatan pengukuran vegetatif di lapangan dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7.
Gambar 6. Pengukuran Lingkar Batang
(a)
(b)
(c)
Gambar 7. Pengukuran Lebar Petiole (a), Tebal Petiole (b), dan Lebar Anak Daun (c)
37
Pengamatan Vegetatif di Pembibitan Pengukuran vegetatif di pembibitan dilakukan pada bibit kelapa sawit asal Kamerun. Pengukuran dilakukan satu bulan sekali sampai dengan tiga kali pengamatan. Pengukuran tinggi bibit dilakukan dengan mengukur dari pangkal akar hingga ujung daun termuda. Diameter batang diukur dari rata-rata pengukuran
pada
pangkal
batang
menggunakan
caliper/jangka
sorong.
Pengukuran dilakukan pada dua tempat dan dilakukan pada posisi tegak lurus (Gambar 8). Jumlah daun dihitung dari semua pelepah daun yang ada dan masih aktif berfotosintesis. Daun muda yang sudah bisa dihitung yaitu daun yang telah membuka > 70 % (Gambar 9).
(a)
(b)
Gambar 8. Pengukuran Diameter Batang (a) dan Tinggi Tanaman (b)
(a)
(b)
Gambar 9. Penghitungan Pelepah Daun (a), Contoh Daun Membuka 70 % (b)
38
Segregasi Pohon di Tanah Raja Segregasi merupakan salah satu kegiatan Sub Divisi Vegetatif untuk menentukan jenis pohon kelapa sawit. Segregasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari keragaman buah kelapa sawit dengan membelah buah pada tandan dengan menggunakan alat tajam. Hasil pengamatan digunakan untuk mengenal pohon jenis Dura, Pisifera, atau Tenera. Segregasi dilakukan satu tahun sekali. Pengamatan segregasi selesai setelah 3 kali pengamatan. Hasil pengamatan kemudian ditulis dalam buku pengamatan segregasi. Hasil segregasi buah jenis tenera diperlihatkan pada Gambar 10.
Gambar 10. Buah Tenera Hasil Segregasi Telling di Afdeling II Blok 2005 Telling adalah kegiatan inspeksi pohon kelapa sawit untuk mendapatkan data keadaan tanaman di lapangan. Telling merupakan salah satu kegiatan pengamatan pertumbuhan vegetatif yang dilakukan setiap 6 bulan sekali. Pengamatan telling pohon yang sering dilakukan adalah pengamatan gejala serangan berbagai hama dan penyakit pada pohon, seperti crown disease, tanaman mati, serangan Oryctes, ganoderma, gejala kekurangan Boron, tanaman doyong. Kegiatan telling dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai pohon yang siap untuk dijadikan pohon induk atau tujuan kegiatan pemuliaan lainnya. Hasil kegiatan telling dari Blok 2005 Afdeling II ditunjukkan pada Tabel 6.
39
Tabel 6. Data Hasil Telling di Blok 2005 Afdeling II Lokasi
Serangan (pohon) O
Dy
PB
K
BR
CD
GD
M
AB
MA 18 S
4
5
32
0
0
0
0
1
0
MA 19 S
3
13
0
0
1
8
3
4
0
MA 20 S
0
3
1
0
1
0
0
2
1
Keterangan:
O = Oryctes Dy = Doyong PB = Fronds Berputar
Br = Boron CD = Crown Disease GD = Ganoderma
M = Mati AB = Abnormal K = Kerdil
Berdasarkan Tabel 6 tampak bahwa MA 18 S banyak terjadi gejala fronds berputar dan diikuti serangan pohon doyong dan Oryctes. Gejala pohon doyong banyak terjadi pada MA 19 S. Selain itu juga terdapat serangan penyakit tajuk (crown disease) dan ganoderma. Tanaman doyong juga terdapat pada MA 20 S tetapi dalam jumlah yang sedikit. Pada MA 20 S juga ditemukan gejala kekurangan Boron dan tanaman abnormal di lapangan. Serangan Oryctes terjadi pada daun yang masih muda. Kumbang tersebut hinggap pada pelepah daun yang agak muda, kemudian mulai menggerek ke arah kuncup tanaman. Jika gerekan sampai ke titik tumbuh, maka tanaman akan mati atau tumbuh tunas baru satu dan dapat juga lebih (Harahap et al., 2003). Gejala serangan Oryctes dapat dilihat pada Gambar 11.
(a)
(b)
Gambar 11. Serangan Oryctes pada Daun Muda (a) dan pada Pangkal Pelepah (b) Tanaman doyong pada tanaman kelapa sawit di lapangan disebabkan oleh penanaman yang tidak tepat. Tanah pada sekitar tanaman tidak dipadatkan
40
sehingga masih terdapat rongga udara. Keadaan tersebut menyebabkan tanah turun pada saat hujan dan tanaman menjadi doyong. Gejala tanaman doyong diperlihatkan pada Gambar 12.
Gambar 12. Tanaman Kelapa Sawit yang Doyong Fronds berputar merupakan gejala yang sering terjadi pada tanaman yang ditanam di lapangan. Fronds berputar dapat menyebabkan penurunan produksi tandan. Hal tersebut disebabkan tandan tidak dapat terbentuk secara sempurna karena terhimpit oleh pelepah daun yang rapat. Gejala tersebut dapat sembuh dengan sendirinya. Perbedaan antara pohon yang masih terkena fronds berputar dan yang sudah sembuh dapat dilihat pada Gambar 13. Gejala kekurangan Boron dapat dilihat pada Gambar 14.
(a)
(b)
Gambar 13. Gejala Fronds Berputar: (a) Pohon yang Sakit (b) Pohon yang Sudah Pulih
41
(a)
(b)
Gambar 14. Gejala Kekurangan Boron (a) dan Serangan Oryctes (b)
Crown disease merupakan penyakit yang diturunkan secara genetik dari tetuanya. Panyakit tajuk tersebut sering dijumpai pada stadia bibit maupun pada masa tanaman belum menghasilkan (TBM) dan kadang-kadang juga dijumpai pada saat tanaman telah menghasilkan (TM). Crown disease menyebabkan keragaan tanaman yang kurang baik serta kemungkinan turunnya produksi akibat abnormalitas pertumbuhan tanaman. Tanaman yang telah terkena crown disease tidak dapat digunakan sebagai pohon induk untuk benih. Gejala serangan crown disease dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Gejala Serangan Penyakit Tajuk
Definisi tanaman abnormal yang terjadi di lapangan adalah tanaman yang semula ditanam satu bibit kemudian tumbuh menjadi dua tanaman. Tanaman
42
abnormal dapat disebabkan oleh serangan Oryctes pada daerah di sekitar titik tumbuh. Serangan tersebut mengakibatkan titik tumbuh tidak dapat berkembang secara sempurna sehingga mengalami abnormal (tunas menjadi dua). Tanaman abnormal ditunjukkan pada Gambar 16.
Gambar 16. Tanaman Abnormal
Karakterisasi Tandan Pada karakterisasi tandan, kegiatan yang dilakukan adalah pengukuran panjang dan lebar tandan, penimbangan stalk, panjang dan lebar stalk, panjang duri, lebar duri, tebal duri, panjang dan lebar biji, panjang dan lebar buah. Karakterisasi tandan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai karakter fisik dari suatu tandan dari varietas atau persilangan tertentu. Karakterisasi tandan juga dilakukan dalam proses pelepasan varietas. Berbagai kegiatan pengukuran tandan dan buah dalam karakterisasi tandan dapat dilihat pada Gambar 17 dan Gambar 18.
43
(a)
(b)
(c)
Gambar 17. Pengukuran Duri Spikelet (a) Panjang, (b) Lebar, dan (c) Tebal Pengukuran duri spikelet dilakukan dengan menggunakan jangka sorong agar memiliki ketelitian tinggi. Pengukuran buah dan biji juga menggunakan jangka sorong. Buah dan spikelet yang akan diukur berasal dari tandan yang telah dipilih.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 18. Pengukuran (a) Panjang Buah, (b) Lebar Buah, (c) Panjang Biji, dan (d) Lebar Biji