1
PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL REMAJA DI YAYASAN IRTIQO KEBAJIKAN JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan komunikasi untuk Memenuhi Syarat-Syarat mencapai Gelar Sarjana Sosial Islam
Oleh: ARIE MUTYA WULAN SARI NIM : 0052019823
Dibawah bimbingan :
Dra.Hj.Musfirah Nurlaily.M.A NIP : 150 299 324
JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2007 M / 1428 H
2
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul Pelaksanaan Bimbingan Islam dalam mengembangkan Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa Diyayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang telah di ujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakrta pada tanggal 20 oktober 2008. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana social Islam ( S.SOS.I ) pada jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam. Jakarta,20 Oktober 2008
Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota
Sekretaris Merangkap Anggota
Dr.Arief Subhan,MA Nip:150 262 442
Wati Nilam Sari,M.Si Nip:150 293 223 Anggota
Penguji I
Penguji II
Drs.M.Lutfi,M.Ag Nip:150 628 782
Nasichah,MA. Nip:150 276 298 Pembimbing
Dra.Hj.Musfirah Nurlaily.M.A Nip:150 299 324
3
ABSTRAKSI
ARIE MUTYA WULAN SARI Pelaksana Bimbingan Islam Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di ayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang Saat ini fenomena yang terjadi di masyarakat bukanlah sesuatu hal yang baru yaitu adanya kemiskinan Intelektual dan material di kalangan masyarakat, di dalam bahasa agama mereka di sebut kaum dhuafa yang didalamnya terdapat anak tidak atau kurang mampu baik secara moril maupun materil, anak yatim fakir miskin, kaum manula. Secara umum kaum dhuafa biasanya lemah dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial dan agama, informasi, kesehatan dan lain-lain, oleh karena itu mengembangkan kualitas kaum dhuafa, yaitu salah satunya kecerdasan spiritual, melalui bimbingan Islam berarti memberdayakan mereka agar merka menjadi manusia seutuhnya ( hant ) dan memiliki pola pemikiran tauhidi serta berperinsip hanya karena Allah. Penelitian ini dilakukan dalam mengembangkan kecerdasan spiritual terhadap kaum dhuafa agar menjadi insane bertakwa dan untuk menjelaskan factor pendukung dan penghambat pelaksanaan bimbingan Islam terhadap kaum dhuafa. Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah metode diskritif dengan penelitian skripsi ini adalah metode diskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian diskriptif bertujuan untuk mendekripsikan apa-apa yang saat ini berlaku didalamnya, mencatat analisis dan dan menginterpretasikan kondisikondisi yang sekarang ini terjadi. Melalui wawancara dan observasi diketahui bahwa proses bimbingan Islam terjadi dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan secara kekeluargaan dan pendekatan melalui pemahaman Islam. Dengan dua tahap ini kaum dhuafa diarahkan untuk mempermudah proses bimbingan Islam dan selanjutnya diharapkan adanya hasil terbaik untuk kaum dhuafa setelah mengikuti proses bimbingan Islam.
4
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar stara 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 20 Oktober 2008
Arie Mutya Wulan Sari
5
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin Segala puji dan syukur penulis panjatkan kaharibaan Allah SWT yang senantiasa melindungi, memberi kekuatan, kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhamad SAW, sebagai panutan dalam menjalani hidup ini. Penulis menyadari selama pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini tidak jauh dari kendala dan kesulitan yang terjadi, namun berkat bantuan dari semua pihak serta rahmat Allah SWT, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yahg sebesar-besarnya kepada : 1. Dekan Fakultas dakwah dan komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Dr. Murodi, MA. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Drs. M. Luthfi, M.Ag. dan Dra. Nasichah, M.Ag., terima kasih atas bimbingan dan arahannya dalam menghadapi penulis.
6
3. Pembimbing skripsi ibu Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. Terima kasih atas bimbingan, arahan dan kesabaran dalam menghadapi penulis. 4. Bapak dan
Ibu Dosen Fakultas
Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta, terima kasih atas sumbangan ilmunya. 5. Ayah dan ibunda tercinta M. Ridwan dan Chalimah, yang telah begitu banyak memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 6. Pimpinan dan staff perpustakaan UIN, perpustakaan Fakultas Dakwah
dan
Komunikasi,
terima
kasih
telah
membantu
mempermudah penulisan dalam mendapatkan referensi dan inspirasi. 7. Pimpinan, Staff Yayasan Irtiqo Kebajikan dan Pembina serta guru yang mau menyediakan waktu disela-sela kesibukannya membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan skripsi. 8. Keluarga besar BPI A dan B 2000, teman-teman baik penulis dan special : Mitri, Diana, Umi, Linda, Sri, Nur, Eva, Kokom, Azka, Elli, Uun, Neni, Ais, Mimi, Yanti, Winda, Indah, dan Muthmainnah terima kasih atas semua ketulusannya.
7
9. Keluarga besar Bapak Musonif, Keluarga besar Bapak Satiri dan keluarga besar Bapak Makudi, terima kasih atas do’a dan dukungannya. Akhir kata, semoga kepada semua pihak yang telah membantu penulis, diberikan pahala yang selayaknya oleh Allah SWT. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pihak.
Jakarta, 20 Oktober 2008
Penulis
8
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN...............................................................................
i
ABSTRAKSI ....................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................
iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ........................................
3
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................
4
D. Metologi Penelitian .......................................................................
5
E. Sistematika Penelitian...................................................................
7
BAB II. KERANGKA TEORI A. Bimbingan Islam 1. Pengertian Bimbingan Islam .....................................................
9
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam........................................
11
3. Metode bimbingan Islam ...........................................................
16
V
B. Kaum Dhuafa
9
1. Pengertian Kaum Dhuafa..........................................................
18
2. Faktor-faktor yang Menyebabkan Adanya Mustadhafin ........
20
3. Tanggung Jawab Sosial terhadap Dhuafa ................................
21
C. Kecerdasan Spiritual
BAB III.
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual ..............................................
24
2. Unsur-unsur kecerdasan Spiritual ............................................
26
3. Cara Mengingkatkan Kecerdasan Spiritual ............................
29
GAMBARAN UMUM YAYASAN IRTIQO KEBAJIKAN A. Sejarah Berdirinya ……………………………………………….
31 B. Struktur Yayasan Irtiqo Kebajikan.............................................
32
C. Visi dan Misi ……………………………………………………… 33 D. Sarana dan Prasarana ..................................................................
33
E. Keadaan Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan ................
34
F. Program Kegiatan ........................................................................
37
VI
10
BAB IV. PELAKSANAAN BIMBINGAN ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL KAUM DHUAFA A. Pelaksanaan Bimbingan Islam terhadap Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan ..........................................................
42
B. Metode Bimbingan Islam .............................................................
44
C. Faktor Penghambat dan Pendukung Bimbingan Islam di yayasan Irtiqo Kebajikan ............................................................
46
D. Tujuan Analisa Pelaksanaan Bimbingan Islam dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan ...........................................................
48
BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................
53
B. Saran ............................................................................................
54
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
VII
BAB I
11
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Secara umum kondisi rakyat Indonesia sedang dihadapkan pada berbagai macam persoalan yang berantai, seolah tidak diketahui pangkal dan kapan akan berujung. Salah satu dari banyak persoalan yang sedang dihadapi bangsa Indonesia adalah masalah kemiskinan. Kondisi ini diperparah dengan banyak terjadi berbagai macam bencana semakin manambah berat beban masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan. Pemutusan hubungan kerja (PHK) banyak terjadi, melambungnya harga-harga pangan yang kian hari kian meningkat
mengakibatkan
masyarakat
tidak
dapat
memenuhi
kebutuhan hidupnya secara layak. Dalam kehidupan tatanan social, manusia banyak memiliki keanekaragaman. Ada masyarakat atau individu yang hidup dengan perekonomian yang cukup atau bahkan lebih, tetapi ada juga masyarakat atau individu yang serba kekurangan dalarn rnaterinya (masyarakat miskin).1 Kaum Dhuafa adalah orang-orang yang benar-benar tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dengan harta dan tenaga yang dimiliki atau orang yang tidak mampu mencukupi kehidupannya. Kondisi ini pun memaksa kaum dhuafa untuk menghadapinya,
1
M. Arifin Noor, Ilmu Sosial Dasar, (Bandung : Pustaka Setia, 1997), h. 228. 1
12
kaum dhuafa dituntut untuk bisa lebih mandiri bertahan di tengah himpitan hidup. Melihat fenomena di atas, diperlukan adanya sesuatu pembinaan Islam secara intensif yang dapat mengarahkan dan mengembangkan potensi-potensi dan fitrah kaum dhuafa, salah satunya kecerdasan spiritual. Kecerdasan
spiritual
merupakan
sebuah
konsep
yang
berhubungan dengan bagaimana seseorang cerdas dalam mengelola dan mendayagunakan nilai-nilai dan kualitas-kualitas kehidupan spirituainya. Kehidupan spiritual di sini meliputi hasrat untuk hidup bermakna (the will to meaning) yang memotivasi kehidupan manusia untuk senantiasa mencari makna hidup (the meaning of life) dan mendambakan hidup bermakna (the meaning of life).2 Dengan adanya pengembangan kecerdasan spiritual melalui bimbingan Islam secara intensif terhadap kaum dhuafa, diharapkan pengembangan kecerdasan spiritual melalui bimbingan Islam secara intensif ini mampu mendidik kaum dhuafa menjadi manusia yang tentram, damai, tabah, tawakal dan percaya pada diri sendiri serta dapat membentuk manusia menjadi berani berjuang. Dhuafa pun mampu memberdayakan kemampuannya secara maksimal untuk mencapai kesejahteraannya secara mandiri. Bimbingan-bimbigan secara intensif ini pun dapat terbentuk dalam lembaga formal maupun non formal. Lembaga pembinaan 2
Danah, Zohar dan Marshall, lan, kecerdasan spiritual (spiritual Intelegensi : the ultimate Intelegence), terjemahan Rahmati Astuti, Ahmad Wajib, Burhani dan Ahmad baiquni, Bandung : Mizan, 2001, h.56
13
formal ini seperti lembaga pendidikan atau sekolah, sedangkan non formal adalah pembinaan
yang
dilaksanakan alas
kesadaran
masyarakat, baik terbentuk secara lembaga maupun dengan adanya berbagai macam yayasan atau pesantren. Yayasan Irtiqo kebajikan adalah salah satu dari sekian banyak yayasan yang ada dan bergerak dalam bidang sosial dan agama. Penulis merasa tertarik untuk mengkaji pembinaan agama yang dilakukan oleh Yayasan Irtido Kebajikan, sehingga didasari latar belakang tersebut penulis menyusun karya ilmiyah ini dengan judul "Pelaksanaan
Bimbingan
Islam
Dalam
Mengembangkan
Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang".
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah Penulis membatasi masalah sebagai berikut : a. Bimbingan Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa di yayasan lrtiqo Kebajikan. b. Kecerdasan spiritual kaum dhuafa pada usia remaja usia 16 tahun sampai 18 tahun. 2. Perumusan masalah Dari pembatasan masalah di atas dapat dirumuskan sebagai berikut :
14
a. Bagaimana
pelaksanaan
bimbingan
Islam
dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa yang diterapkan di yayasan Irtiqo Kebajikan ? b. Apa sajakah metode yang digunakan dalam pelaksanaan bimbingan Islam di Yayasan Irtqo Kebajikan ? c. Apa faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan di Yayasan Irtiqo Kebajikan ?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan later belakang dan gambaran masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa terhadap anak asuh agar menjadi insan yang bertakwa, b. Untuk menjelaskan faktor dan pendukung dan penghambat pelaksanaan bimbingan Islam terhadap kaum dhuafa. 2. Manfaat Penelitian a. Teoritis 1) Dapat dijadikan pengembangan teori-teori keilmuan dakwah khususnya dalam bimbingan Islam. 2) Sebagai bahan rujukan bagi perpustakaan UIN atau fakultas sebagai acuan bagi penelitian selanjutnya yang berkenaan
15
dengan konseling.
b. Praktis 1 ) Sebagai
input
bagi
yayasan
dalam
mengembangkan
pelaksanaan pembinaan terhadap anak asuhnya. 2 ) Bagi
penulis
untuk
melengkapi
persyaratan
dalam
memperoleh gelar Sarjana Sosial Islam pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Subjek dan Objek Penelitian Yang menjadi subjek pada penelitian ini adalah mereka yang terlibat dalam pelaksanaan bimbingan Islam Yayasan Irtiqa Kebajikan yang terdiri dari pembimbing Islam Yayasan Irtiqa Kebajikan dan 4 orang kaum dhuafa yang berada di Yayasan Irtiqa Kebajikan.
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat tentang suatu keadaan tertentu yang ada kaitannya dengan masalah yang dibahas. Kemudian penulis akan menganalisis, mengembangkan
konsep
dan
fakta
yang
relevan
serta
memaparkan secara mendalam sehingga diperoleh gambaran
16
yang menyeluruh. Penelitian ini dilakukan di Yayasan Irtiqo Kebajikan Ciputat Tangerang. Pemilihan lokasi ini dengan pertimbangan bahwa yayasan ini telah cukup lama dikelola secara professional yang menggunakan tenaga ahli dibidangnya dan di Yayasan Irtiko Kebajikan ini telah diberikan kegiatan bimbingan Islam. 2. Teknik Pengumpulan Data Ada heberapa teknik pengumpulan data dalam penyusunan penelitian ini, yaitu : a. Wawancara Wawancara dilakukan secara langsung dengan orangorang yang dianggap perlu dan mewakili dalam penelitian ini. Wawancara ini dimaksud untuk fokus mendapatkan data tentang pelaksanaan bimbingan Islam. Data ini diambil dari pembimbing yang berjumlah 2 orang, serta untuk mengetahui hasil bimbingan Islam dan data ini di ambil dari kaum dhuafa pada usia remaja, usia 16 th -18 th yang berjumlah 4 orang. b. Observasi (Pengamatan) Peneliti rnelakukan pengamatan langsung kelapangan tanpa ada partisipasi alat standar lain terhadap proses penelitian.
c. Telaah Kepustakaan
17
Dimaksudkan
untuk
mendapatkan
data-data
yang
berkaitan dengan penelitian ini, selain itu telaah kepustakaan juga bertujuan untuk mernperjeias teori yang digunakan. Telaah Kepustakaan didapat dari sumber informasi seperti buku-buku, jurnal, Surat kabar dan internet. 3. Metode Analisa Data Dalam melakukan analisa deskriptif kualitatif yaitu penulis berusaha memaparkan data yang telah tersusun sebagaimana adanya, dengan melakukan kajian dan tafsiran data-data tersebut. sehingga dapat menggambarkan permasalahan secara sistematis dan
representatif
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
fenomena yang diteliti.
E. Sistematika Penulisan Dalam
penyusunan
skripsi
ini,
penulis
menggunakan
sistematika penulisan yaitu dengan membagi lima bab. Tiap-tiap bab terbagi sub-sub bab yaitu : BAB I
: Pendahuluan, pada bab ini dibagi menjadi lima sub bab,
yaitu mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodelogi penelitian dan sistematika penulisan.
18
BAB II
: Kerangka teori, dalam hal
ini meliputi pengertian
bimbingan Islam, tujuan dan fungsi bimbingan Islam, metodologi bimbingan Islam, pengertian
kaum dhuafa, faktor-faktor
yang menyebabkan kemiskinan, tanggung jawab sosial terhadap dhuafa, pengertian kecerdasan spiritual, unsurunsur
kecerdasan
spiritual
dan
cara
meningkatkan
kecerdasan spiritual. BAB III
: Meliputi
gambaran
umum Yayasan Irtido Kebajikan,
sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur, sarana dan prasarana dan keadaan remaja Yayasan Irtiqo Kebajikan. BAB IV
: Meliputi pelaksanaan bimbingan Islam, metode bimbingan Islam terhadap kaum dhuafa, faktor pendukung dan penghambat bimbingan Islam di Yayasan Irtido Kebajikan dan tinjauan analisis pelaksanaan bimbingan Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan.
BAB V
:
Penutup,
berisi
kesimpulan
dan
saran
kemudian
selengkapnya diawali dengan kata pengantar dan daftar isi serta diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran.
19
BAB II KERANGKA TEORI
A. Bimbingan Islam 1. Pengertian Bimbingan Islam Secara harfiah kata bimbingan yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “to guide” ini mempunyai arti "menunjukan" atau lebih lenqkapnya adalah memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah tujuan yang lebih baik dan bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan di masa mendatang.3 Menurut I. Djumhur dan Muhammad Surya bimbingan adalah suatu proses pemberi bantuan yang terus menerus dan sistematis kepada individu dalarn memecahkan masalah yang dihadapinya agar tercapai
kemampuan
understanding),
untuk
kemampuan
dapat
memahami
menerima
dirinya
dirinya (self
(self
direction),
kemampuan untuk merealisasikan dirinya (self realization), sesuai dengan potensi atau kernampuannya dalam mencapai menyesuian diri dengan lingkungan, baik sekolah, keluarga ataupun masyarakat, dan bantuan pun diberikan oleh orang-oranq yang memiliki pengalaman khusus dibidang tersebut.4
3
H.M. Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT. Golden Trayen Press, 1994), h. 1. 4 Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan dan Penyuluhan Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), h. 28.
20
Secara terminologi, Rahman Natawijaya mengemukakan
bahwa bimbingan adalah suatu proses penberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinamb,ingan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia sanggup mengarahkan 10 dirinya dan dapat bertindak secara walar, sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah. Dengan demikian la dapat menqecap kebahagian hidupnya dan dapat memberikan sumbangan yang berarti kepada kehidupan masyarakat. Bimbingan membantu individu mencapai perkembangan diri secara optimal sebagai mahluk sosial.5 Islam dalarn kamus besar bahasa Indonesia diartikan sebagai wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat perantara, malaikat Jibril dengan mukjizat terbesarnya yaitu al-Quran al-Karim yang dijadikan sebagai pedoman utama ajaran Islam untuk kebaikan seluruh umat manusia, baik di dunia maupun akhirat.6 Sedangkan Islam secara lughowi (etimologi) adalah berasal dari kata aslamu-yuslimu-assalam, yang artinya selamat. Namun secara doktinair (terminologi) mempunyai arti bahwa Islam adalah agama yang membirnbing umat manusia rnenuju jalan yang diridhai Allah SWT. Siapa
5
Rahman Natawijaya, Peranan Guru dalam Bimbingan di Sekolah, (Bandung: CV. Arbarqir, 1998), hal. 7 6 Poerwanto, makalah, Bimbingan dan Konselor di Perguruan Tinggi, (Jakarta: fakultas Ekonomi UI), h. 8-9
21
saja mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, rnaka ia akan selamat dunia dan akhirat karena kata Islam itu sendiri mempunyai arti "selamat".7 Dan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Islam adalah agama Tuhan (Allah) yang diwahyukan kepada nabi Muhammad SAW dengan dua pokok ajarannya yakni Alquran dan Assunnah untuk membawa manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.8 Bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dari petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup dunia dan akhirat. Dengan demikian bimbingan Islam merupakan proses bimbingan lain, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam, artinya berdasarkan al-Quran dan Sunnah Rasul. Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan Islam merupakan proses pemberian bantuan yang tidak menentukan atau rnengharuskan, melainkan sekedar mernbantu individu dan dibimbing agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah.
2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Islam (1)
Tujuan Bimbingan Islam Pada dasarnva tujuan dari bimbingan Islam sama halnya
7 8
h. 4.
M. Yunus, Kamus Arab Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), h. 186 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta : UII Press, 2000),
22
dengan tujuan bimbingan secara umum. Dalam hal ini penulis akan kemukakan tujuan-tujuan bimbingan antara lain sebagai berikut : 1.1.
1.2.
1.3.
1.4.
1.5.
Menyediakan fasilitas untuk perubahan perilaku. Para ahii psikologi sepakat bahwa bimbingan bertujuan untuk rnengadakan perubahan pads kelakuan individu, agar klien hidup lebih produktif dan menikmati kepuasan hidup dengan menghilangkan kelernahan dan ketidak puasannya dengan cara menggunakan semua kemungkinannya. Meningkatkan keterampilan untuk menghadapi sesuatu realita. Kehidupan manusia membuktikan bahwa hampir sernua orang mengalami kesulitan, untuk itu diperlukannya kemampuan, keterampilan dan juga kemauan serta kesanggupan untuk menghadapi masalah tersebut. Hal itu tergantung dari kemampuan dan keterampilan dasar yang dimiliki, apakah ia bisa mengatasi atau tidak. Meningkatkan kemampuan dalam menentukan keputusankeputusan akhir dari masalah klien harus rnerupakan keputusan yang ditentukan oleh klien itu sendiri dengan bantuan konselor. Membuat suatu keputusan sering kali harus mempertimbangkan berbaqai faktor berpengaruh dan memperhatikan cara-cara dalam meiakukan penilaian. Namun sering kali cara peninjauan terhadap faktor-faktor yang berpengaruh dan sistematika berpikir, rrasih sering perlu diiatih dan ditunjukan oleh orang lain dalam hal ini konselor atau pembimbing. Padahal dalam kehidupan ini kita harus mengambil keputusan, tentunya dari yang paling ringan dan sederhana, sampai yang berat dan rumit dan beresike besar. Meningkatkan dalam hubungan antar perorangan. Sebagai mahluk sosial, seseorang diharapkan mampu membina hubungan yang harmonis dengan lingkungan sosialnya mulai dari ketika kecil di sekolah dengan teman sebayanya, rekan seprofesi dan dalam keluarga. Kegagalan dalam hubungan antar perorangan adalah kegagalan dalam penyesuaian diri yang antara lain disebabkan oleh kurang tepatnya memandang atau menilai diri sendiri atau kurangnya keterampilan untuk menyesuaikan diri.
Menyediakan fasilitas untuk pengembangan kemampuan klien.
23
Setiap orang pada hakikatnya memiliki kemampuan namun terkadang kemampuan tersebut kurang berfungsi atau berfungsi tapi tidak maksimal sebagaimana keadaan yang sebenarnya yang mungkin dicapai, disinilah tugas konselor atau pembimbing untuk membantu memfungsikan kemampuan klien agar dapat berfungsi secara maksimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.9 Dari beberapa tujuan bimbingan di atas secara singkat dapat dikaitkan bahwa tujuan bimbingan adalah suatu usaha yang diberikan seseorang kepada orang lain dengan maksud agar ia memiliki kemampuan untuk : 1. Mengenal dan memahami dirinya secara pribadi dengan lebih bijaksana, termasuk di dalamnya kelebihan dan kekurangannya. 2. Mengenal dan menerima lingkungannya dengan baik. 3. Menyesuaikan diri secara sehat terhadap lingkungannya 4. Berusaha sebaik mungkin dengan kekuatan yang ada pada dirinya untuk mengatasi masalahnya. 5. Mencapai serta meningkatkan kesejahteraan mentalnya.10 Mengacu pada tujuan bimbingan secara, umum, maka dapat diketahui kemampuan dan kernatangan individu baik secara sosial, emosional, intelektual dan spiritual untuk menjadi diri yang terbaik (insan kamil) dan mengusahakan yang terbaik (ikhtiar)
sesuai
dengan potensi yang dimilikinya berdasarkan
9 10
Singgih D. Gunarsa, koseling dan Psikoterapi, (Jakarta : PT. Bpk Gunung Mulya, 1992), h.10 Ibid., h. 15.
24
ajaran-ajaran Islam. Hal ini juga merupakan suatu proses untuk meneliti dan lebih mengenal diri sendiri dalam upaya nya meraih kunci rahasia kesuksesan untuk lebih mengenal (ma'rifat) Allah SWT.11
2. Fungsi Bimbingan Islam Dalam rangka mennsukseskan tugas dan fungsi bimbingan Islam maka, seseorang pembimbing perlu memahami dan mengenal sasaran kegiatan yang diprograrnkan rnencakup bagaimana watak klien, kehidupan keluarganya dan situasi serta kondisi yang dialaminya. Maka fungsi dari bimbingan Islam adalah : 2.1.
2.2. 2.3.
2.4.
2.5. 2.6.
11
2001),h.4
Mengusahakan agar klien terhindar dari gangguan dan hambatan yang mengancam kelanjutan proses perkembangan dan pertumbuhan. Mengarahkan klien agar dapat mengenali dan memahami masalah yang sedang dihadapi. Mengungkapkan kenyataan tentang psikologis dari klien yang bersangkutan menyangkut kemampuan diri sendiri, minat dan bakat yang dimiliki serta berhubungan dengan cita-cita yang ingin dicapai. Membantu individu dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan agar berani dalam memikul tanggung jawab sendiri dalam mengatasi kesukarannya sehingga menghasilkan berupa kemajuan dari keseluruhan orang yang bersangkutan. Bimbingan Islam juga dapat memberikan psikoterapi dari sudut keagamaan melalui tuntunan al-Quran dan al-Hadits. Bimbingan Islam dalam fungsinya juga lebih bersifat protektif (melindungi) dan pencegahan dalam bentuk terapi. Bimbingan Islam sangat signifikan sebagai upaya
Aunur rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, ( Yogyakarta : UII Press,
25
praktis selain psikoterapi psikiatrik karena bimbingan Islam mengandung kekuatan spiritual yang membangkitkan rasa percaya diri dan sikap optimis untuk memperoleh kesembuhan rohaninya.12 Menurut Yusak Burhanuddin dalam bukunya kesehatan mental, menyatakan bahwa bimbingan Islam juga berfungsi sebagai pendamai diri dan pengendali moral. Disebut pendamai diri karena seseorang yang merasa bersalah dan berdosa dapat mencapai kedamaian batin melalui bimbingan Islam yang diberikan. Disebut pengendali moral, karena moral adalah kelakuan yang disesuaikan dengan nilai-nilai masyarakat yang timbul dari hati dan disertai oleh rasa tanggung jawab atas kelakuan tersebut, sehingga dengan bimbingan Islam orang dapat mengatur dan mengendalikan tingkah laku dan sikap yang diridhai Allah SWT.13 Aunur Rahim pun meriambahkan. secara 'ingkas fungi dan birribingan Islam adalah sebagai berikut :
1. Fungsi preventif atau pencegahan kepada seseorang agar terhindar dari masalah. atau korektif yakni membantu seseorang memecahkan masalah yang dihadapi atau dialaminya. 3. Fungsi preservatif yakni membantu seseorang menjaga situasi dan kondisi agar yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama. 4. Fungsi developmental atau pengembangan yakni membantu seseorang mernelihara dan rnengembangkan situasi dan
2. Fungsi kuratif
kondisi yang telah baik atau menjadi lebih baik.14 12
Jalaludin dan Rahmayus, pengantar Ilmu Jiwa Agama, Jakarta, (Jakarta : Kalam Mulia, 1993),cet Yusak Burhanudin, kesehatan mental, (bandung : pusataka mulia, 1999), cet.1, hal.37 14 Ainur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (yogyakarta : UII Press, 2004),h.4. 13
26
3. Metode Bimbingan Islam. Dalam hal ini metode akan diklasifikasikan berdasarkan segi komunikasi, pengelompokan menjadi : (1) Metode komunikasi langsung atau metode langsung. (2) Metode komunikasi tidak langsung atau metode tidak langsung. 1. Metode Langsung Adalah metode dimana pembimbing melakukan komunikasi lansung (bertatap muka) dengan orang yang membimbingnya, metode ini dapat dirinci menjadi : a. Metode Individual Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi langsung secara individual dengan pihak yang dibimbingnya. Hal ini dapat dapat diilakukan dengan mempergunakan teknik : 1. Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog langsung tatap muka dengan pihak yang dibimbingnya. 2. Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing mengadakan dialog dengan kliennya tetapi dilaksanakan dirumah klien sekaligus untuk mengamati keadaaan rumah klien dan lingkungannya. 3. Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing atau konseling jabatan melakukan percakapan individual sekaligus mengamati kerja klien dan lingkungannya. b. Metode Kelompok Pembimbing
melakukan
komunikasi
langsung
dengan klien dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik : 1. Diskusi kelompok, yakni pembimbing melaksanakan
bimbingan dengan cara mengadakan diskusi dengan atau
27
bersama kelompok klien yang mempunyai masalah yang sama. 2. Karyawisata, yakni bimbingan kelompok yang dilakukan secara langsung daengan mempergunakan karya wisata sebagai forumnya. 3. Sosiodrama,
yakni
bimbingan
atau
konseling yang
dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah tirnbulnya masalah (psikologis). 4. Psikodrama,
yakni
bimbingan
atau
konseling
yang
dilakukan dengan cara bermain peran untuk memecahkan atau mencegah timbulnya masalah (psikologis). 5. Group Teaching, yakni memberikan bimbingan konseling dengan memberikan rnataeri bimbingan atau konseling tertentu
(ceramah)
kepada
kelompok
yang
telah
komunikasi
tidak
disiapkan.15 2. Metode Tidak Langsung Metode
tidak langsung
(metode
langsung ) adalah metode bimbingan atau konseling yang dilakukan melalui media komunikasi massa. Hal ini dapat
dilakukan secara individual maiipun kelompok, bahkan massal.
15
Ibid.,h.54.
28
a. Metode Individual 1)
Melalui surat menyurat;
2)
Melalui telepon dsb;
b. Metode Kelompok atau massal 1)
Melalui papan bimbingan;
2)
Melalui surat kabar atau majalah;
3)
Melalui brosur;
4)
Melalui radio (media audio);
5)
Melalui televisi;16
Metode dan teknik yang dipergunakan dalam melaksanakan bimbingan atau konseling tergsantung pada : a. Masalah/problem yang sedang dihadapi/digarap b. Tujuan penggarapan masalah c. Keadaan yang dibirnbing/klien d. Kemampuan pembimbing/konselor menggunakan rnetode atau teknik e. Sarana dan prasana tersedia f. Kondisi dan situasi lingkungan sekitar g. Organisasi dan administrasi layanan dan bimbingan konseiing h. Biaya yang tersedia17 B. Kaum Dhuafa 1. Pengertian Kaum Dhuafa Dhuafa adalah bentuk jama' dari kata dha'if, artinya “orang-
16 17
Faqih,Bimbingan dan Konseling dalam Islam,h.54. Ibid.,h.55
29
orang lemah"18 Dalam literatur hukum Islam istilah dhuafa dibedakan dengan fakir, dari telaah kitab fiqih, Ali Yafie membuat rumusan definisi miskin, ialah "yang memiliki harta benda atau mata pencaharian, kedua-duanya hanya menutupi seperdua atau lebih dari kebutuhan pokok19. Sedangkan yang disebut fakir adalah "mereka yang tidak memiliki sesuatu harta benda atau tidak mempunyai mata pencaharian tetap atau mernpunyai harta benda tetapi hanya menutupi kurang dari seperdua kebutuhan pokok20. Ada dua golongan orang-orang yang lemah ekonominya yaitu : a.
Orang fakir adalah "orang yang amat sengsara hidupnya, tidak mempunyai
harta
dan
tenaga
untuk
memenuhi
kebutuhan
hidupnya". b.
Orang miskin adalah "orang yang tidak cukup penghidupannya dan dalam keadaan kekurangan"21.
Konsep Lewis (1966) tentang budaya kemiskinan bahwa"golongan miskin itu menjadi miskin karena memang mereka miskin, anak-anak rnakan tidak layak, menerima pendidikan yang minim dan menerima anggapan keluarga atau Leman sejawat bahwa kemiskinan sobagai
18
.Ahmad Zuhdi Muhdlor “Kamus konteporer Arab-Indonesia”,(Jakarta,Multi Karya Grafik,2003),h.233. 19 .Ibid,.h.235. 20 .Ahmad Sanusi,Agama ditengah kemiskinan, (Jakarta : Logos, 1999),h.12-13 21 .Hamka, Tafsir Al-azhar Juz 10, (Jakarta, PT.Pustaka Panjimas),h.148-249.
30
suatu keniscayaan"22.
2 . Faktor-faktor Yang Menyebabkan Timbulnya Mustadh’afin Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya Mustadh’afin yaitu : a. Pendidikan yang rendah. Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan yang dimiliki menyebabkan keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja. b. Malas bekerja Sikap malas bekerja merupakan suatu masalah yang cukup memprihatinkan, karena masalah ini menyangkut mentalitas dan keprihadian seseorang. c. Keterbatasan lapangan kerja. Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi Kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal banyak orang yang mengatakan bahwa seseorang atau masyarakat harus mampu menciptakan lapangan kerja barn, tetapi secara faktual hal ini kecil kernungkinannya, karena adanya keterbatasan kemampuan sesorang baik yang berupa skill maupun modal. Sedangkan menurut Ginandjar Kartasasmita, kondisi kemiskinan dapat disebabkan sekurang-kurangnya karena empat faktor, sebagai berikut : a. Rendahnya taraf pendidikan. Rendahnya taraf pendidikan mengakibatkan kemampuan pengembangan diri terbatas dan menyebabkan sampitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki. b. Rendahnya taraf kesehatan Rendahnya taraf kesehatan yang ditandai dengan gizi yang rendah menyebabkan rendahnya daya tahan fisik,daya tahan fikir dan prakarsa. c. Terbatasnya Lapangan Kerja Terbatasnya lapangan kerja inipun disebabkan rendahnya taraf pendidikan dan adanya keterbatasan keterampilan dan modal 23. 22
23
.Parsudi, Suparlan, Kemiskinan di perkotaan, (Jakarta, yayasan Obor Indonesia, 1993),h.5. .Arnikum Aziz, Hartono, Ilmu Sosial Dasar,(Jakarta : Bumi Aksana, 1993),h. 33
31
d. Kondisi Keterisolasian. Kondisi keterisolasian mengakibatkan banyak penduduk miskin secara ekonomi tidak berdaya karena terpencil dan terisolasi. Mereka hidup terisolasi sehingga sulit
atau tidak terjangkau oleh pelayanan pendidikan, kesehatan dan daya gerak kemajuan yang dinikmati masyarakat lain24. 3 . Tanggung Jawab Sosial Terhadap Dhuafa Perhatian Islam yang besar terhadap penanggulangan problema kemiskinan/sosial dan orang-orang miskin dapat dilihat dari kenyataan khususnya bahwa agama Islam semenjak baru muncul di kota mekkah masih banyak orang yang hidup dalam keadaan ekonomi yang sulit dan belum mempunyai pemerintahan. Juga organisasi politik tetapi Islam sudah memiliki konsep yang jelas yaitu kitab suci al-Quran yang memberikan perhatian penuh dan kontinyu untuk semua aspek kehidupan termasuk aspek sosial dan kaum dhuafa. Al-Quran merumuskannya dengan kata-kata member makan orang-orang miskin, mengeluarkan sebagian rezeki yang diberikan oleh Allah SWT, memberikan hak-hak orang-orang yang meminta-minta, membayar zakata dan lain-lain. Dalam al-Quran surat al-Fajr, Allah SWT membentuk orangorang jahiliyah yang menelantarkan anak yatim dan orang-orang 24
.Ginanjar Kartasasmita, Pembangunan untuk Rakyat : Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan, (Jakarta : ades, 1996), h. 240-241
32
miskin.
Artinya
:
“sekali-kali
tidak
(demikian),
sebenarnya
kamu
tidak
memuliakan anak yatim, dan kamu tidak saling mengajak memberi Makan orang miskin” (QS. 89 : 17 – 18)
Kata
tahaadh
“saling
menolong”
dalam
ayat
tersebut
mengandung arti “bahu membahu”25. Dengan demikian ayat ini merupakan
ayat
seruan
agar
masyarakat
bertanggung
jawab
sepenuhnya dalam menangani kemiskinan. Masyarakat dan bangsa perlu meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa mencintai kaum dhuafa dengan memberikan perhatian kepada mereka, baik dalam bidang ekonomi, social maupun dalam pendidikan merupakan suatu keharusan. Membiarkan mereka hidup terlantar dengan terlunta-lunta adalah sama dengan mendustakan agama. Kemiskinan menimbulkan banyaknya pengangguran. Hal ini merupakan salah satu masalah social. Menurut Daldjuni (1985) masalah social adalah suatu kesulitan atau ketimpangan yang bersumber dalam masyarakat sendiri dan membutuhkan pemecahan segera, sementara itu orang-orang masih percaya akan masih dapatnya masalah itu 25
Ahmad Zuhdi Muhdlor, kamus Kontemporer Arab Indonesia, ( Jakarta : Multi karya grafik, 2003), h.233.
33
dipecahkan.
Ukuran-ukuran
masalah social
menyangkut
dengan
masalah kejahatan, perceraian dan kemiskinan. Kaum dhuafa’ disebut oleh Nabi Muhammad sebagi orang-orang yang sangat dekat dengan Nabi kelak di akhirat. Hidup mereka lebih berharga dari mereka yang memakan uang rakyat.
Doa orang-orang Mustadh’afin (orang yang terlemahkan) akan cepat dikabulkan oleh Allah SWT. Bahkan Nabi Muhammad bersabda, bahwa kelak Nabi akan bersama kaum dhuafa’ di akhirat. Maka sudah selayaknya, sebagai umat Nabi Muhammad SAW untuk membela kepentingan para dhuafa’, berjuang memperoleh hak hidup yang layak dan hak hidup yang adil dalam memperoleh makan dan minum serta lapangan pekerjaan. Apabila kaum dhuafa’ dibiarkanmenderita maka bangsa ini akan mendapatkan generasi-generasi lemah dan tidak berdaya. Dengan memberdayakan kaum dhuafa’ maka mereka akan bangkit dengan sendirinya untuk mengubah hidupnya26. Salah satu langkah konkret yang seyogyanya dilakukan secara bersama-sama adalah membangun lembaga pendidikan bagi kaum dhuafa yang berkualitas tetap terjangkau oleh kemampuan mereka atau lebih baik lagi jika diberikan secara gratis, yang tersebar di berbagai daerah terutama di kantong-kantong kemiskinan, baik dilakukan secara
26
.Najlah Naqiyah 2:26 Am.http://najlah.blogspot.com/2005/10/dhuafa-korban-kekerasan-negara,html.
34
formal maupun nonformal. Hal yang sama juga dilakukan dalam bidang kesehatan, dengan mendirikan klinik-klinik atau layanan kesehatan Cuma-Cuma27.
C. Kecerdasan Spiritual 1. Pengertian Kecerdasan Spiritual. Dalam kamus besar bahasa Indonesia bahwa kecerdasan ialah perihal cerdas, kesempurnaan perkembangan akal budi (seperti kepandaian, ketajaman pikiran) dan spiritual adalah kejiwaan, rohani, batin, mental dan moral. Sedangkan menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, seperti yang dikutip oleh Ary Ginanjar bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa. la adalah kecerdasan yang membantu kita menyempurnakan dan membangun diri kita secara utuh. Yang dimaksud di sini ialah kecerdasan yang berasala dari energi jiwa yang sangat besar, yang mampu menggerakan potensi dari pusat diri menuju permukaan atau lapisan ego. Bila kita mengalami penyakit spiritual, maka kecerdasan spiritual adalah sarana yang dapat kita gunakan untuk bergerak dari suatu yang satu ke yang lain, sarana yang dapat menyembuhkan diri
27
,Sumber : republika.co.id
35
kita sendiri28. Dalam bentuk kata jadian bahasa inggris
kuno,
“health”
(kesehatan), “wholeness” (keutuhan), dan “healing” (penyembuhan), semuanya berasal dari akar yang sama, dan “recollection” (ingatan), kendaraan kecerdasan spiritual secara harfiah berarti “recollect” (mengambil), atau “gather” (mengumpulkan) kepingan-kepingan diri kita yang terbelah29.
Salah satu usaha untuk menyembuhkan diri dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya dengan kasih sayang dari orang-orang yang kita cintai, oleh penasehat, dengan mendekatkan diri dengan alam dan dengan mengambil simbol spiritual yang member makna pada kita. Sedangkan menurut Ary Ginanjar Agustian, Quetion Spiritual adalah “kemampuan untuk makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia yang seutuhnya (hanif) dan memiliki pola pemikiran tauhid (integralistik) serta berprinsip hanya karena Allah30. Begitu pula menurut pak MU (Muhammad Zuhri), seperti yang dikutip oleh Ir. Agus Nggermanto memberikan definisi yang menarik “Quetion Spiritual adalah kecerdasan manusia yang
28
.Ahmad Sanusi,Agama ditengah kemiskinan, (Jakarta : Logos, 1999),h.12-13 .Hamka, Tafsir Al-azhar Juz 10, (Jakarta, PT.Pustaka Panjimas),hal.148-249 30 .Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi Spiritual (ESQ) : Berdasarkan 6 Rukun Iman 5 Rukun Islam,(Jakarta : Arga,2002),h.4 29
36
digunakan untuk berhubungan dengan tuhan”31. Potensi Quetion Spiritual setiap orang sangat besar dan tidak dibatasi oleh faktor keturunan, lingkungan atau matari lainnya. Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kecerdasan spiritual adalah kemampuan manusia yang tidak terbatas untuk dapat memaknai setiap aspek kehidupan dengan makna ibadah dan bersifat fitrah,
agar
menjadi
manusia
seutuhnya
(hanif)
dan
memiliki
"pola
pemikiran tauhidi (integralistik) serta berprinsip hanya karena Allah". Dimana dalam setiap aspek kehidupan itu sendiri, manusia terus mela kukan aktivitasnya yang bermacam-macarn dan secara kreatif
mampu
menentukan
nilai-nilai
baru,
baik
dala m
berhubungan atau ketika menjalani hubungan dengan tuhannya.
2. Unsur - unsur Kecerdasan Spiritual a. Zero Mind Proccess (Penjernihan Emosi) Pa da masa Ras ullallah diceritakan, ad a seseo rang ha mba sahaya bernarna bilal, yang dipaksa agar meninggalkan agamanya c lan disiksa secara fis ik oleh kau m quraisy. Namun Bilal tetap bertahan dan hanya berucap 31
ahad...
Agus Nggermanto, Konseling Agama, Teori dan Kasus (Jakarta : PT.Bina Rena Pariwara,2002),h.18.
37
ahad ... ahad32. Meski Bilal adalah budaknya yang tidak merdeka secara fisik t e t ap i Bila l te t ap me me g a n g t e gu h p rins ip, me mp e rt ah a n ka n keyakinan,apapun resiko yang akan dihadapinya, termasuk nyawa sekalipun. Bilal melalui kekuatan prinsipnya, mampu mengeluarkan d a n me mis a h ka n a n t a ra f is ik (t u b u h n ya ) ya n g t er b a ta s d a n terbelenggu, dengan hatinya yang bebas merdeka. Tetapi
batu itu tidak
ma mpu
mene ka n
jiwanya
yang
bebas.
Ba hkan Bilal tidak pernah mengizinkan pikirannya sendiri untuk merasa tertekan. Bilal adalah raja atas pikiran dan hatinya sendiri. la telah mengetahui menguasai batinnya, ia mampu keluar dari dirinya sendiri melihat jasadnya yang dihimpit batu. Inilah makna "ahad", satu prinsip, tidak ada lain, bahkan tidak pula untuk jasadnya sendiri. Langkah-langka h di da lam penjernihan emosi agar mampu mengambii tindakan secara tepat adalah : 1. Hindari selalu berprasangka buruk, upayakan berprasangka
balk kepada orang lain. 2. Berprinsiplah selalu kepada Allah yang Maha Abadi. 3. Bebaskan diri dari pengalaman-pengalaman 32
.Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses ESQ (Jakarta : Arga,2002),h.6
yang
38
membelenggu pikiran. hati, peganglah prinsip "karena Allah ", berpikirlah melingkar sebelum menentukan kepentingan dan prioritas. 5. Lihatlah semua sudut pandang secara bijaksana berdasarkan suara-suara hati yang bersumber dari asmaul husna (99 thinking hats). 6. Menilai sesuatu dengan obyektif dan apa adanya. 7. Ingatlah bahwa segala sesuatu ilmu pengetahuan adalah sumber dari Allah SWT33. 4. Dengarlah suara
b. Membangun Mental Dalam membangun mental dibutuhkan prinsip-prinsip : 1. Suara hati manusia itu pads dasarnya bersifat universal. 2. Keteladanan malaikat. Keteladanan yang bisa diambil dari
sifat malaikat secara umum adalah kepercayaan
yang
dimiliki,
loyalitas
dan
integritasnya
yang
sangat
mengagumkan 3. Kepemimpinan
semua orang adalah pemimpin minimal
terhadap dirinya
sendiri. Diharapkan pemimpin
dapat
menjadi pemimpin yang dicintai, dipercaya, membimbing, mempunyai kepribadian baik dan pemimpin abadi yang dikenang sepanjang masa. 4. Pembelajaran. Diharapkan untuk tidak berhenti belajar. 5. Memiliki visi yang jelas.
33
.ibid,h.28
39
34
6. Mengerjakan segala sesuatu dengan manajemem yang baik .
c. Ketangguhan Pribadi Untuk mengikuti pribadi yang tangguh diperlukan prinsipprinsip : 1. Menetapkan misi secara benar 2. Membangun afirmasi
karakter
(u ntu k
lewat shalat
me n ye lar as ka n
sebagai
nilai-n ila i
kekuatan ke ima na n
d en gan re alitas kehidupan) 3. Melatih pengendalian diri dengan puasa d. Ketangguhan Sosial Ketangguhan sosial dapat dibangun dengan prinsip zakat. Prinsip zakat
adalah "memberi" member kepada
lingkungan
sosial
membentuk
suatu
adalah sinergi
salah
satu
dalam
modal
rangka
awal
untuk
me mbangun
"ketangguhan sos ial" za kat a dalah bentuk pelatihan dan aplikasi konkrit dari "prinsip dan keseimbangan bismillah" 35. 3. Cara Meningkatkan Kecerdasan Spiritual Perubahan Spiritual Quetion dari yang rendah ke yang lebih tinggi melalui beberapa iangkah utama sebagai berikut : 1. Sebaiknya setiap individu hares menyadari dimana dirinya 34 35
.ibid,h.45 .ibid,h.73
40
sekarang. Misalnya, bagaimana situasi dirinya saat ini? apakah konsekuensi dan reaksi yang ditimbulkannya? apakah setiap individu dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain? Langkah ini menuntut setiap individu untuk menggali kesadaran diri, yang pada gilirannya menuntut dirinya untuk menggali kebiasaan merenungkan pengalaman. 2. Jika
renungan
dapat
mendorong
setiap
individu
untuk
merasakan bahwa perilaku, hubunga n, kehid upan, atau hasil kerja dapat menjadi adi lebih baik, maka sebaiknya setiap individu itu pun harus memiliki keinginan untuk berubah. Berjanji dalam hati untuk berubah. Iri akan menuntut setiap individu untuk memikirkan secara jujur apa yang harus dilakukan demi peruabhan itu dalam bentuk energi dan pengorbanan. Apakah setiap individu siap berhenti
untuk minum-minum atau merokok? Memberikan perhatian lebih bestir untuk mendengarkan diri sendiri atau orang lain? menjalankan disiplin sehari-hari, seperti membaca atau olah raga atau merawat seekor hewan? 3. Kini dibutuhkan tingkat perenungan yang lebih dalam. Setiap individu harus dapat mengenali diri sendiri, letak pusat dan
41
motivasi yang paling dalam. Jika setiap individu berpikir akan mati minggu depan, apa yang ingin individu tersebut bisa katakan mengenai apa yang bisa dicapai atau disumbangkan dalam kehidupan? Jika individu diberi waktu setahun lagi, apa yang akan dilakuka n oleh setiap individu dengan waktu tersebut. 4. Apakah penghalang yang merintangi setiap individu? apa yang mencegah setiap individu sehingga menjalani kehidupan diluar pusat diri mereka? kemarahan? kerakusan? rasa bersalah? sekedar kemalasan? kebodohan? Kemanjaan diri? Kini setiap individu sebaiknya
membuat
daftar
hat
yang
menghambat
dan
mengembangkan pemahaman tentang bagaimana diri mereka dapat menyingkirkan penghalang-penghalang ini. Mungkin itu berupa tindakan sederhana, seperti kesadaran untuk ketetapan hati, atau perasaan memuncak seperti yang disebut dengan kaum buddhis. "Perubahan perasaan-perasaan", muak terhadap diri sendiri. Akan tetapi, mungkin juga suatu proses
yang panjang dan lambat serta akan membutuhkan pembimbing, ahli terapi, sahabat dan penasehat spiritual. Langkah ini sering diabaikan, namun sangat penting dan membutuhkan perhatian terus menerus.
42
5. Praktek atau disiplin apa yang seharusnya setiap individu ambil? jalan apa yang seharusnya diikuti? komitmen apa yang akan bermanfaat? pada tahap ini, setiap individu perlu menyadari berbagai kemungkinan untuk bergerak maju. Curahkan usaha mental clan spiritual untuk menggali berbagai kemungkinan ini, dan membiarkan setiap individu bermain dalam imajinasi, dan mereka dapat menemukan tuntutan praktis yang dibutuhkan dan diputuskan kelayakan setiap tuntutan tersebut bagi setiap individu. 6. Setiap individu harus menetapkan hati pada satu jalan dalam kehidupan dan berusaha menuju pusat, sementara individu tersebut pun melangkah di jalan itu. Diperlukan adanya perenungan setiap hari. Apakah diri setiap individu telah berusaha sebaik-baiknya demi diri sendiri dan orang lain? apakah telah mengambil manfaat sebanyak mungkin dari setiap situasi? apakah setiap individu merasa damai dan puas dengan keadaan sekarang? apakah ada makna bagi setiap individu disini? menjalani hidup dijalan menuju ibadah terns menerus, memunculkan kesucian alamiyah yang ada dalam setiap situasi
yang bermakna. 7. Dan akhirnya, sementara setiap diri individu rnelangkah di jalan yang dilpiiih sendiri, diharapkan kesadaran akan masih ada jalan-jalan
43
yang lain, seharusnya tetap ada. Menghormati mereka yang melangkah di jalan-jalan tersebut karena ada kemungkinan setiap diri individu tersebut dapat mengambil jalan-jalan tersebut 36.
36
.Danah Zohar dan Ian Marshall,Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intelegensi : The Ultimate Intelegence),h.195.
44
BAB III GAMBARAN UMUM YAYASAN IRTIQO KEBAJIKAN
A. SEJARAH BERDIRINYA. Banyak fenomena
di mas yarakat
yang harus
menjadi
p erh atian serta menuntut kepedulian kita, orang-orang yang diuntungkan oleh nasib untuk mengantisipasi dan mengatasi secara transparan dan operasional, yaitu tuntutan sebuah peran yang lebih nyata dan menyentuh langsung terhadap fenomena yang ada tersebut. Fenomena tersebut yaitu adanya kemiskinan intelektual di kalangan umat Islam. Di dalam bahasa agama, mereka yang mengalami fenomena tersebut iaiah kaum dhuafa yang didalamnya terdapat anak yatim piatu, fakir miskin, kaum manula, anak tidak atau kurang mampu baik secara materil maupun akibat keretakan keluarga. Melihat kenyataan tersebut di atas, para pendiri Yayasan lrtiqo Kebajikan berusaha berperan aktif untuk "memberdayakan" dan menempatkan mereka ditempat yang seharusnya mereka berada, hal tersebut pun didorong oleh sebab lain yang tak kalah penting yakni, "lebih balk memberi kail dari pada ikan". Berawal dari keprihatinan para pendiri Yayasan Irtiqo Kebajikan dan bantuan dari seorang muallaf, maka Yayasan R. Tiko Hidayah dibentuk pada tanggal 24
33
45
Oktober 1997. Namun dengan adanya kritis moneter, muallaf tersebut mengundurkan diri, sebagai gantinya pada tanggal 31 Desember 1997 terjadi perubanan Hama Yayasan R. Tiko Hidayah menjadi Yayasan Irtiqo Kebajikan, dan secara resmi disyahkan di depan notaris Ny. Lanny Ratna Ekowati Soebnoto, S.H. dengan nomor akte notaris 14837. Dan seiring perjalanan waktu Yayasan Irtiqo Kebajikan berkembang sehingga memiliki beberapa divisi dan bertambahnya jumlah
pembina,
walau
jumlahnya
masih
terbilang
sedikit
dan
mengakibatkan posisi pembina dan guru masih dirangkap oleh semua pengurus. Namun hal tersebut di atas tidak menyurutkan semangat Yayasan Irtiqo Kebajikan untuk memenuhi kebutuhan primer anak asuh baik sandang, pangan maupun pendidikan. B. Struktur Organisasi Yayasan Irtiqo Kebajikan 1. Dewan Pendiri
a. M. Gozali, A.Md b. Tri Esti Rahmaningsih, S.Pd c. Komaruddin, S.Ag d. Tubagus Yamin, S.Ag e. Maskuroh, S.Ag
37
.Wawancara pribadi dengan Tri Esti Rahmaningsih, Jakarta,14 Februari 2007
46
2. Penasehat
a. Hj. Soeharto Djokojahjono b. Mosyanif Munir 3. Badan Pengurus Harian
Ketua
: Komaruddin, S.Ag
Wakil Ketua & Bendahara
: Tri Esti Rahmaningsih
Sekretaris & Kabid Pembinaan
: Muslim
Kabid Pendidikan
: Neneng Khaerunnisa
Kabid Rurnah Tangga
: Sri Inawati
Kabid Usaha
: Sholeh 38
C. Visi Dan Misi Yayasan Irtiqo Kebajikan mempunyai visi untuk meningkatkan kualitas kaum dhuafa yakni kualitas intelektual, moral dan spiritual. Sedangkan misinya ialah membina kaum dhuafabaik jasmani maupun rohani dalam bentuk pendidikan yang diharapkan menjadi pribadi yang memiliki integritas tinggi, beriman dan berakhlakul karimah. D. Sarana dan Prasarana Realitas
yang dimiliki berdasarkan data dokumentasi dan
observasi terdiri dari atas 2 ruang belajar, 1 ruang kantor, 2 ruang
38
Yayasan Irtiqo Kebajikan, Profil yayasan dan kegiatan tahunan 2007,h.67
47
asrama putra, 4 ruang asrama puteri, 1 ruang perpustakaan, 1
gedung aula, 7 kamar mandi, 1 ruang makan, tempat foto copy dan dapur. Tabel 1 Sarana dan Prasarana No
Jenis
Jumlah
1
Ruang Belajar
2
2
Ruang Kantor Yayasan
1
3
Kamar Asrama Putri
4
4
Kamar Asrama Putra
2
5
Perpustakaan
1
6
Aula
1
7
Gudang
1
8
Kamar Mandi
7
9
Ruang Makan
1
10
Tempat Foto Copy
1
11
Dapur
1
Sumber :AD/ART Yayasan Irtiqo Kebajikan
E. Keadaan Kaum Dhuafa Di Yayasan Irtiqo Kebajikan
48
An a k
a d a la h
in v es t as i
t e rb es a r
ya n g
h a r us
d ija g a
s e be ra p a b es a r perhatian orang tua pada anaknya sejumlah itulah investasi ditanam, semakin kecil perhatian berarti semakin
kecil jumlah investasi. Kaum dhuafa pada usia remaja di Yayasan Irtiqo Kebajikan terdiri dari laki-laki dengan jumlah 12 orang dan wanita yang b erjumlah
15
orang.
Mereka
sangat
memperhatikan
rasa
kebersamaan, kekeluargaan dan rasa keperdulian antar sesama tinggi sekali, sehingga terciptalah suasana yang damai dan tentram di Yayasan lrtiqo Kebajikan 39. Ana k as uh di Ya yasa n Irtiqo Ke bajika n ini mere ka dididik d engan pengetahuan agama, pengetahuan sosial dan pengetahuan umum yang mereka dapat di bangku sekolah dan yayasan, agar mereka menjadi anak-anak yang saleh dan berguna bagi kedua orangtuanya dan masyarakat pada umumnya, agar mereka tidak tertinggal dengan teman-temannya. Yakni anak yang mampu hidup beribadah dengan cara yang benar, mampu memperlihatkan kebenaran sekaligus mendakwahkannya. Di bawah ini adalah table tentang kaum dhuafa pada usia remaja di Yayasan Irtiqo Kebajikan.
39
.ibid,h.85.
49
Tabel 1 Keadaan Kaum Dhuafa Di Yayasan Irtiqo Kebajikan No
Nama
L/P
Tanggal Lahir
1
Ali Murtado
L
Tegal, 16 April 1989
2
Atin Supriyatin
P
Cirebon, 17 Juli 1991
3
Bahriyah
P
Serang, 10 Oktober 1992
4
Bayu Sugana
P
Tasik, 3 Februari 1990
5
Budi Wahyudi
L
Serang, 12 Februari 1990
6
Eko Purnomo HS
L
Tegal, 12 Januari 1992
7
Ermiswaris
L
Bekasi, 5 Juni 1993
8
Esilia
P
Tjg. Ka†Ê__, 8 September 1989
9
Hendri Nuryasin
L
Brebes, 27 September 1989
10
Heni Susilawati
P
Tegal, 2 Maret 1989
11
Iwan Septiawan
L
Tangerang, 15 November 1993
12
Lamini
P
Bogor, 24 Juni 1993
13
Mastini
P
Bogor, 10 April 1990
14
Misbahusudur
L
Bogor, 20 Februari 1992
Status Tidak Mampu Yatim Yatim Tidak Mampu Yatim Tidak Mampu Tidak Mampu Yatim Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu
50
15
Muhaimin
L
Brebes, 3 Juli 1990
Yatim
16
Murifah
P
Tegal, 15 Agustus 1989
Yatim
17
Nefi Afriani
P
Serang, 27 Mei 1987
Piatu
18
Nukhin
L
Tegal, 3 Januari 1991
Piatu
19
Nuryeni
P
Bogor, 3 September 1988
Yatim
20
Saman
L
Bekasi, 12 Juli 1986
21
Siti Juaikha
P
Brebes, 16 Nopember 1990
22
Siti Maryam
P
Pemalang, 26 Januari 1994
23
Siti Ropiah
P
Jakarta, 22 Februari 1992
Yatim Piatu Tidak Mampu Tidak Mampu Yatim
24
Sri Widyawati
P
Tegal, 24 Desember 1987
Yatim
25
Sobur
L
Tegal, 24 Desember 1987
Yatim
26
Susilawati
P
Bogor, 14 Juli 1988
27
Saiful Hidayat
L
Bogor, 13 September 1991
Tidak Mampu Tidak Mampu
F. Program Kegiatan Pr o g r a m Ya ya s a n Irt iq o Ke b a ji ka n d a la m me n g a mb i l anak asuh
h a rus
me me n u h i
p e rs ya ra t a n
te r le b ih
d a h u lu ,
m u la i d a ri ke le n g ka p a n c lo ku me n , tentang anak yang akan dididik, keberadaa n orang tuanya, letak tempat tinggal sampai tujuan apa yang di harapkan untuk diasuh di Yayasan Irtiqo kebajikan, hal ini dilakukan karena yayasan tidak menginginkan suatu saat ada tuntutan dari pihak keluarga. Dalam menjalankan aktifitasnya agar lebih terarah Yayasan Irtiqo Kebajikan mempunyai program kegiatan yang terdapat di Yayasan Irtiqo
51
Kebajikan yaitu : 1. Mengadakan shalat fardhu dan sunnah berjamaah, yaitu : shalat fardhu lima waktu, shalat tahajjud dan dhuha berjamaah. Pada hari senin sampai dengan minggu. Shalat fardhu berjamaah ini lebih diharuskan atau diwajibkan dilaksanakan pada waktu shalat Maghrib, Isya, dan Subuh karena anak-anak asuh mulai melakukan aktifitas diyayasan setelah mereka pulang dari sekolah. 2. Mengadakan hafalan al-Qur’an dan do’a Qur’ani 3. Mengadakan Tadarus intifiradi dan jama’i
Kegiatan ini dilaksanakan setelah melaksanakan shalat fardhu dan sunnah berjamaah. 4. Mengadakan Tausiah dan Dzikir Kegiatan ini dilaksanakan setelah shalat fardhu clan sunnah. 5. Mengadakan Program wajib belajar disekolah formal, yaitu : tidak semua anak asuh mengikuti wajib belajar formal disekolah yang sama. 6. Mengadakan latihan bahasa Indonesia-Arab-Inggris, Pendidikan agama Islam, Pendidikan Sosial dan Eksakta, keterampilan dan kursuskursus dan perpustakaan serta mading sebagai bentuk kreatifitas dari anak-anak asuh. 7. Mengadakan atau penerapan adab.-adab Islami yaitu menerapkan peraturanperaturan sehari-hari untuk anak-anak asuh.
52
8. Mengadakan program sharing. Materi program sharing ini berkaitan dengan mata pelajaran yang dipelajari disekolah, materi umum yang diberikan oleh yayasan dan permasalahan yang biasa dihadapi oleh anak asuh. Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan jiwa, kcerdasan dimana adanya kemampuan manusia yang terbatas untuk dapat memaknai setiap aspek kehidupan dengan makna ibadah dan bersifat agar menjadi manusia seutuhnya ( hanif ) dan memiliki “pola pemikiran tauhid
( Integralistik ) serta
berprinsip hanya karena Allah”.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa pentingnya kecerdasan spiritual bagi kehidupan manusia, oleh karenanya yayasan irtiqo kebajikan berusaha menerapkan unsur-unsur kecerdasan spiritual di setiap program kegiatan yaitu : 1. Mengadakan shalat fardhu dan sunnah berjama’ah, yaitu : shalat fardhu lima waktu, shalat tahajjud dan dhuha berjama’ah. Unsur kecerdasan spiritual yang diterapkan disinilah ialah penjernihan emosi. Dengan melaksanakan shalat fardhu dan sholat sunnah. Artinya kaum dhuafa dapat melatih secara berulang-ulang baik hati, pikiran dan tindakan yang bertujuan untuk mensucikan fitrah ketika melakukan shalat akan memberikan suatu peringatan dini dan kesadaran diri akan arti kejernihan hati dan pikiran. Kejernihan pikiran ini, akan menjadi
53
landasan penting bagi pembangunan kecerdasan emosi dan spiritual seseorang. Beberapa hal dalam sholat yang bisa melatih serta menjaga ke jernihan hati dan pikiran adalah sebagian berikut : a. Wudhu “Sukakah anda tunjukan suatu amal yang dapat menghapus segala dosa dan sekaligus mengangkat derajat ?” Jawab mereka, “Tentu ya Rasullah” Sabda Beliau, “menyempurnakan wudhu disaat-saat segan, membanyakan langkah ke masjid, dan menunggu waktu shalat, itulah cara yang menguasai diri yang baik.”
Membasuh wajah melambangkan penjernihan –H.R. Muslim no. 197 Dan pensucian hati serta pikiran. Membasuh tangan melambangkan penyucian segala kegiatan. Membasuh kepala melambangkan pikiran yang suci dan membasuh kaki adalah melambangkan langkah lurus dan bersih. b. Do’a Iftitah Doa iftitah ini diucapkan setiap kali sholat, memuji Allah yang selalu suci sepanjang pagi dan petang. Ini adalah pujian dan pengakuan kepada tuhan, Rabb yang selalu suci dalam berpikir dan suci dalam bertindak. Allah-lah teladan dari segalanya kesucian.
54
Menyatakan secara berulang-ulang tentang kesucian Allah, hal ini akan mendoktrin jiwa seseorang untuk selalu mengikuti teladannya yaitu Allah Yang Maha Suci. Secara sadar atau melalui pikiran bawah sadar, dokterin ini akan mengubah atau menjaga sikap dan karakter seseorang agar selalu suci dan bersih. Inilah dasar dan landasan sebuah kecerdasan emosi dan spiritual ( ESQ ) yaitu kemampuan untuk bebas dan mereka dari berbagai belenggu hati dan pikiran, dimana hasil akhir yang diharapkan adalah sebuah fitrah atau yang sangat cerdas. c. Rukun dan Sujud Pujian adalah sebuah pengakuan dan keinginan. Didalam ruku’ dan sujud, dilafdzkan pujian dan keinginan. Memuji kepada Allah Yang
Maha Suci dan Maha Agung bisa diartikan bahwa seseorang yang melakukan sholat sangat menjunjung tinggi sifat suci dan jernih yang pada akhirnya menghasilkan keagungan. Memuji artinya menjunjung dan orang yang menjunjung akan menempatkan sesuatu hal pada tempat yang tinggi. Ini akan menghasilkan pemikiran yang juga selalu menjunjung tinggi kesucian atau kejernihan hati, pikiran dan tindakan yang bebas dari berbagai belenggu. Lapun akan menyakini bahwa kejernihan hati dan tindakan akan membimbing seseorang kepada
55
keagungan tindakan dan langkah ini dilakukan 17 kali dalam sehari atau 6.250 kali dalam setahun. Bisa di bayangkan, betapa suatu maha dokterin yang telah di berikan oleh
sang
pencipta
jiwa
manusia.
Ini
seharusnya
akan
bisa
menghasilkan suatu fitrah yang cerdas, sekaligus membentengi God Spot tersebut. Hal ini sangat bermanfaat bgi orang yang memahami arti dan tujuan sholat.
56
BAB IV PELAKSANAAN BIMBINGAN ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL KAUM DHUAFA
A. Pelaksanaan Bimbingan Islam Terhadap Kaum Dhuafa Petatalaksanaan bimbingan Islam yang dilaksanakan di Yayasan Irtigo Kebajikan meliputi : 1. Pembimbing Pembimbing merupakan orang yang memberikan bimbingan kepada orang lain, dalam hal ini adalah anak asuh, dalam upaya memecahkan permasalahan, serta memberikan motivasi agar anak asuh tidak merasa asing (beda) dengan anak yang lain. Nama-nama Pembina dan Profesinya 1. Komaruddin, S.Ag. usianya 40 tahun. Profesinya sebagai pembina di yayasan irtiqo kebajikan dan tenaga pengayar di Al-azhar 2. Tri Esti Rahmaningsih. Usianya 32 tahun. Profesinya sebagai pembina di yayasan irtiqo kebajikan. 3. Muslim . usianya 27 tahun. Profesinya sebagai pembina di yayasan irtiqo kebajikan dan mahasiswa fakultas tarbiyah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
57
4. Sri Inawati. Usianya 35 tahun. Profesinya sebagai Pembina di yayasan Irtiqo kebajikan dan mahasiswi Akademi Bahasa Asing ( ABA ) 5. Sholeh. Usianya 35 tahun. Profesi sebagai pembina di yayasan Irtiqo kebajikan
44
6. Wati. Usianya 30 tahun. Profesi sebagai pembina di yayasan Irtiqo kebajikan dan asisten dosen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Materi Bimbingan Islam Materi yang disampaikan pembirnbing adalah hal-hal yang berkaitan dengan kecerdasan spiritual seperti : membaca I-qur'an, Dzikir, kegiatan berjamaah seperti shalat berjamaah, aqidah, fiqih, akhlak clan pengetahuan umum lainnya. Pokok-pokok materi yang disampaikan oleh para pembimbing bersumber dari I-qur'an clan Al-hadits Nabi karena kedua sumber ini merupakan pedoman hidup bagi manusia. 3. Media Bimbingan Islam Media yang digunakan dalam proses bimbingan ini adalah ayatayat Al-qur'an Hadits Nabi dan pengetahuan umum yang borkaitan dengan kecerdasar. spiritual. M e d ia la i n ya n g wrin g 44
d ig u n a ka n p e mb i mb in g a d a la h me d ia elektronik, yaitu melalui kaset-kaset yang berisi tentang kekuasaan Allah SWT. Pembimbing juga biasanya menggunakan selebaran atau foto
58
copy tentang
materi yang akan disampaikan, biasanya
selebaran itu pemb imbing peroleh dari bu ku-buku, majala hmajalah d an situs internet, selanjutnya selebaran itu diberikan kepada anak asuh untuk dipelajari dan jika ada sesuatu yang tidak dipahami maka anak asuh bisa menanyakannya kepada pembimbing. 4. Waktu Bimbingan Islam Pela ksana an
bimbin gan
Isla m
di
Ya yasan
lrtiqo
Kebajikan dilaksanakan setiap hari diwaktu sore hari pada pukul 15.00 WIB atau me njelang ashar s ampai dengan pukul 21.00 W IB dengan me tode d an la ma kegiata n yang berbe dabeda ses uai de ngan jadwal yang telah ditentukan. 5. Tempat Bimbingan Islam Tempat merupakan komponen yang paling mendasar dari suatu aktivitas atau kegiatan bimbingan dan pembinaan. Adapun tempat yang digunakan untuk melaksanakan program pembinaan Islam di Yayasan lrtlqo Kebajikan biasanya berpusat pada 2 tempat, yaitu aula dan ruang belajar. Aula digunakan sebagai pusat pembinaan dalam aspek ibadah dan ceramah, sedangkan belajar digunakan untuk kegiatan pembinaan yang bersifat kelompok.
59
B. Metode Bimbingan Islam 1. Metode Individual Pembimbing
mempunyai
peranan
penuh
dalam
mengarahkan sesuai dengan rnasalah yang dihadapi anak asuh pada usia remaja clan ini biasanya dilakukan secara personal. Pembimbing dengan remaja duduk berdua bertatap muka setelah itu remaja tersebut b , ,3)( langsung menceritakan masalah yang sedang dihadapi. Dalam biasanya
me t o d e
indiv idu
ini
juga
pe mb i mb i n g
melakukan me to de wawancara atau percakapan
pribadi dengan remaja. Menanyakan bagaimana ia bisa berada diyayasan tersebut, tujuan dan keinginannya sekarang. Menan yakan pe ndapatnya tentang dirinya dan kondisi yayasan
serta
pengertiannya
tentang
kecerdasan
spiritual
biasanya pada awal bimbingan remaja tidak langsung menjawab dengan jujur, ia akan menjawab seadanya. Padahal jika kita liha t di usia remaja tersebut banyak hal yang perlu remaja konsultasikan. Sebelum
melakukan
bimbingan
individu,
terlebih
dahulu
para
pembimbing mengadakan pengamatan terhadap perilaku kaum dhuafa pada usia remaja ini. Pengamatan ini dilakukan dengan cara mengadakan pendekatan-pendekatan persuasif.
60
2. Metode Kelompok Metode yang digunakan oleh pembimbing, selain metode individual adalah metode kelompok, dimana pembimbing berperan serta
dalam
bimbingan
ini, sehingga
para
pemb imbing bisa mengetahui sejauh mana kaum dhuafa pada usia remaja tersebut mampu mengembangkan kecerdasan spiritual. Metode kelompok ini diadakan pada kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan oleh anak asuh ata u re maja Yayasan Irtiqo Kebajikan, seperti program wajib belajar disekolah yang dimulai dari pagi hari sampai siang hari, program keterampilan dan kursus-kursus, diskusi atau tanya jawab yaitu penyampaian materi oleh para pembimbing dengan cara mendorong memotivasi para remaja sehinga mereka mampu mencurahkan dan menanyakan masalah yang dirasakan belum mengerti, baik masalah kehidupan maupun masalah belajar dan metode ceramah, metode ini salah satu yang digunakan oleh Rasulullah SAW dalam menyampaikan dakwahnya dan materi yang disampaikan oleh para pembimbing sesuai dengan tingkat pendidikan yang sedang ditempuh oleh remaja 40.
C. Faktor Penghambat dan Pendukung Bimbingan Islam Di Yayasan
40
.Wawancara Pribadi dengan Komaruddin,Jakarta,17 Februari 2007
61
Irtiqo Kebajikan K e b e r a d a a n Ya y a s a n l r t iq o K e b a j i ka n s a n g a t p a n t i n g d a n me mbantu mas yarakat, khususnya ana k-anak yang ma mpu
secara
fin ansial,
kurang
menda patkan
b imbingan d an pengarahan berupa kesempatan untuk belajar. Dalam setiap proses bimbingan baik yang bersifat pendidikan atau pengajaran yang mengarah kepada perbaikan dan keberhasilan akan selalu men galami hambatan yang se lalu mengiringi setiap rencana y a n g
akan
dijaiani
seperti
yang
dipapar kan
o l e h u s t a d z Komaruddin, S.Ag selaku ketua badan pengurus harian Yayasan Irtiqo Kebajikan, sebagai berikut : 1 . Se k a l i g u s y a ya s a n
teman irtiqo
ka u m d h u a f a ,
kebajikan
kar ena per ta ma
l a ku k a n
adalah
ya n g
men er ap kan
p r o g r a m - p r o g r a m k e g ia t a n a t a u b i m b i n g a n I s l a m u n t u k kegiatan sehari- hari sebagai sarana pelatihan diri untuk dapat dhuafa.
meng e mba ng kan Kurangnya
kec erda s an
disiplin
kaum
spiritual
dhuafa
pada
kaum usia
r e m a j a d a l a m pelaksanaan bimbingan Islam Hal ini disebabkan kurangnya pemahaman dan kesadaran tentang pentingnya disiplin bagi
62
kehidupan mereka. Serta kurangnya pemahaman tentang kecerdasan spiritual. 2 . Kurangnya sumber da ya manusia yang berkualitas dan bersedia menjadi pembina dan guru Kurangnya SDM disebabkan karena pembina dan guru mempunyai profesi dan kesibukan lain, selain di YIK. Serta kurangnya publikasi mengenai diperlukan pembina dan guru yang berkualitas untuk menjadi pembina dan guru di yayasan irtiqo. 3 . Adanya double job pembina dan guru. disebabkan karena kurangnya SDM, sehingga 1 guru bisa menerapkan 1 guru bisa merangkap sebagai pengurus, sehingga hal tersebut mampu menghambat kelancaran proses belajar mengajar. Sedangkan dalam setiap proses bimbingan ini pun terdapat faktor-
faktor pendukungnya. 1. Kuatnya nilai kebe rs amaan antara para p embimb ing d an p ara kaum dhuafa Hal ini disebabkan karena para pembimbing lebih terbuka kepada anak asuh sehingga anak asuh pun tidak merasa canggung untuk bekerja sama dengan para pembimbing.
2. Adanya program-program kegiatan yang variatif sehingga kaum dhuafa tidak merasa jenuh untuk mengikutinya Para pembimbing dan pengurus mencoba menerapkan program-program kegiatan yang tidak
63
fokus hanya dalam satu bidang. Tapi program-program kegiatan ini diterapkan sesuai dengan kebetulan para anak asuh.
3. Lingkungan yang baik sehingga keberadaan dan perkembangan tingkah laku kaum dhuafa clapat terpantau setiap waktu Adanya lingkungan yang baik seperti adanya pengurus dan pembina yang seperti adanya pengurus dan pembina yang dapat dijadikan sebagai orang tua dan kakak, tersedianya fasilitas dan adanya program-program kegiatan yang variatif.
4. Adanya pelayanan yang baik dalam memperlakukan kaum dhuafa sehingga menumbuhkan kesadaran kaum dhuafa untuk menjadi baik. adanya pelayanan yang baik mampu menumbuhkan kesadaran untuk menjadi baik, seperti : peran sebagai pembina dan guru bukan hanya bertujuan untuk mengajarkan tapi juga membimbing dan mengasihi kaum dhuafa sehingga merasa di akui keberadaannya maka akan timbul kebersamaan antara pembina dan kaum dhuafa41.
D. Analisis Pelaksanaan Bimbingan Islam
dalam
Mengembangkan
Kecerdasan Spiritual Kaum Dhuafa
41
.M. Yunus, kamus Arab Indonesia, (Jakarta : PT. Hidakanya Agung, 1990),h.186
64
Berdasarkan hasil obserfasi dan wawancara yang penulis lakukan, yayasan Irtiqo kebajikan secara organisasi dan personal memiliki kualitas yang kreatif baik pelaksananya dalam mengembangkan kecerdasan kau dhuafa. Dalam proses pelaksana bimbingan Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual ini, yayasan Irtiqo
kebajikan
berusaha
bertindak
sebagai orang tua
Pertama-tama yang Pembina lakukan adalah mendekatkan diri secara personal dengan melakukan wawancara atau percakapan pribadi agar dapat mengetahui dan mendapatkan informasi yang tepat mengenai permasalahan kaum dhuafa, unsure kecerdasan spritualnya adalah penjernihan emosi.. Para pembina pun melakukan bimbingan dengan metode kelompok ini pun bisa dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan, Seperti yang ada dalam program kegiatan, misalkan program wajib belajar disekolah yang di mulai dari pagi hari sampai siang hari, program keterampilan dan kursus-kursus, diskusi atau sharing dan tanya jawab yaitu penyampaian materi oleh
pembimbing dengan cara memotifasi para
kaum dhuafa sehingga mereka mampu mencurahkan dan menanyakan masalah yang dirasakan belum mengerti, baik masalah kehidupan maupun
65
masalah belajar. Sedangkan unsur
kecerdasan spiritual dari program-
program kegiatan diatas adalah ketangguhan pribadi dengan melatih prinsip keteraturan. Dengan metode personal, diharapkan pembina mendapat Informasi tentang permasalahan kaum dhuafa. Sehingga pembina dapat memberikan solusi atau penanganan yang tepat. Seperti memberikan solusi untuk melaksanakan shalat wajib dan sunnah yang secara
Individu
spiritual dari
atau berjama’ah,
baik,
sedangkan
baik
dilaksanakan
unsur
kecerdasan
shalat
adalah penjernihan emosi. Mengenai materi bimbingan Islam yang di berikan pembina cukup bervariasi dan disesuaikan dengan keadaan
kaum
dhuafa. Seperti,
membaca Al-qur’an, dzikir, kegiatan berjamaah seperti berjamaah seperti shalat berjamaah, aqiqah, fiqih, akhlak dan pengetahuan umum sedangkan materi pokok yang diberikan pembimbing bersumber dari Al-qur’an dan hadits. Dengan metode personal dan kelompok ini, yayasan Irtiqo kebajikan menggunakan dua pendekatan yaitu berupa kekeluargaan dan pemahaman terhadap Islam. Kekeluargaan dalam arti agar lebih lntens dalam mendengar,
mengarahkan
dan
mengembang kecerdasan spiritual.
membimbing
kaum
dhuafa
dalam
66
Pemahan Islam dimaksudkan agar pemahaman dan sikap kaum dhuafa dapat di kontrol dan didisiplinkan dengan nilai-nilai Islam sehingga perilakunya dapat lebih santun dan bermartabat. Selama ini, kedua pendekatan ini relative cukup berhasil dalam mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa di yayasan Irtiqo kebajikan.
Maka dapat disimpulkan dari penjelasan diatas tentang bimbingan Islam dalam kecerdasan spiritual kaum dhuafa, yaitu : 1. Relaksi diri. Dari sini terdapat pengaturan rohani alam diri para kaum dhuafa untuk melakukan penyegaran disetiap masalah yang dihadapi agar bisa menyikapi masalah itu dan tidak menjadikan beban dan menetapkan pikiran kepada Allah sebagai tempat melabuhkan setiap permasalahan hidup. 2. Selalu mengingat Allah disetiap aktivitas 3. Yakin terhadap doa 4. Yakin terhadap takdir 5. Taat beribadah ketika mendengar adzan 6. Mengerjakan ibadah shalat 7. Ketenangan beribadah di yayasan Irtiqo kebajikan 8. Gemar beribadah 9. Al-qur’an sebagai obat hati
67
Melihat
faktor
penghambat,seperti
berkurangnya
sumber
para
pembinapun melakukan bimbingan dengan metode kelompok. Metode kelompok ini pun bisa dilakukan. Seperti yang ada dalam program kegiatan,misalkan program wajib belajar disekolah yang dimulai dari pagi hari sampai siang hari, program keterampilan dan kursus-kursus , diskusi atau sharing dan tanya jawab yaitu penyampaian materi oleh pembimbing dengan cara memotivasi para kaum dhuafa sehingga mereka mampu mencurahkan dan menanyakan masalah kehidupan maupun masalah belajar. Sedangkan unsur kecerdasan spiritual dari program-program kegiatan tersebut diatas adalah ketangguhan pribadi dengan melatih prinsip keteraturan.
Dengan metede personal, diharapkan pembina mendapat informasi tentang permasalahan kaum dhuafa. Sehingga pembina dapat memberikan solusi atau penanganan yang tepat. Seperti memberikan solusi untuk melaksanakan sholat wajib dan sunah dengan baik, baik dilaksankan secara individu atau berjamaah, sedangkan unsur kecerdasan spiritual dan shalat adalah penjernihan emosi. Mengenai materi bimbingan Islam yang diberikan pembina cukup bervariasi dan disesuaikan dengan keadaan kaum dhuafa, seperti membaca
68
Al-quran, dzikir, kegiatan berjamaah seperti shalat berjamaah, aqiqah, fiqih, akhlak dan pengetahuan umum sedangkan materi pokok yang diberikan pembimbing bersumber dari Al-quran dan Al-hadits. Dengan metode personal dan kelompok ini, yayasan Irtiqo Kebajikan menggunakan dua pendekatan yaitu berupa kekeluargaan dan pemahaman terhadap Islam. Kekeluargaan dalam arti agar lebih intens
dalam
mendengar,
dalam
mengarahkan
dan
membimbing
kaum
dhuafa
mengembangkan kecerdasan spiritual. Pehaman Islam dimaksudkan agar pemahaman dan sikap kaum dhuafa dapat dikontrol dan didisiplinkan dengan nilai-nilai Islam sehingga perilaku dapat lebih santun dan bermartabat. Selama ini, kedua pendekatan ini relatif cukup berhasil dalam mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa di yayasan Irtiqo Kebajikan.
Para pembina berupaya menanamkan kedisiplinan terhadap kaum dhuafa agar mereka dapat menjadi manusia yang berkualitas sehingga memaksa mereka untuk mengorbankan waktu sepenuhnya untuk anak didik. Dalam hal ini Yayasan Irtiqo Kebajikan sama sekali tidak keberatan dengan adanya (double job), karena mereka harus merangkap tugas sebagai tenaga pengajar sekaligus pengurus yayasan, bahkan mereka rela meninggalkan kepentingan pribadi demi terlaksananya program kegiatan diyayasan.
69
Secara operasional program ini tidak mengganggu kegiatan kaum dhuafa, karena keikhlasan dan pengabdian para pembina dan guru justru dapat menutupi hambatan yang ada, sehingga kegiatan bimbingan baik di sekolah mapun diyayasan dapat berjalan dengan lancar. Jadi dalam pelaksanaanya kegiatan bimbingan agama Islam dalam mengembangkan spiritual kaum dhuafa, selengkapnya apaun faktor pendukung dan penghambat yang ada tidak berpengaruh besar bagi jalannya progra kegiatan di Yayasan Irtiqo Kebajikan. Hal ini dikarenakan banyaknya dukungan dari pihak-pihak bersangkutan terutama dari para pembina dan guru yang memiliki etos kerja dan keikhlasan dalam mengemban amanah dan mengasuh anak didik dan apapun yang terjadi faktor pendukung itu dijadikan pegangan oleh Yayasan Irtiqo Kebajikan dalam menjalankansemua program kegiatan. Sedangkan adanya faktor penghambat tersebut dijadikan contoh untuk berupaya keluar dari hambatan tersebut walaupun tidak mudah. Harapan Yayasan Irtiqo Kebajikan menjadi yayasan sosial ini agar pemerintah dan LSM-LSM lain dapat mengcloning yayasan ini sebagai solusi pengembangan dan peningkatan kecerdasan kaum dhuafa, terutama yang berhubungan pembinaan (akhlak, pribadi, sosial dan mental) kaum dhuafa agar terciptanya pribadi yang memiliki integritas tinggi, beriman dan berakhlak karimah.
70
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan basil penelitian mengenai pelaksanaan bimbingan Islam dnlam rnengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa di Yayasan Irtiqo Kebajikan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. pelaksanaan bimbingan Islam cukup signifikan. Para pembimbing yang bertugas dalam bimbingan ini berkewajiban memberikan bimbingan dalam upaya memecahkan masalah. Materi yang disampaikan bersumber dari Alqur'an, Al-hadits dan pengetahuan umum lainnya. Seperti membaca Alqur'an, dzikir dan shalat berjamaah. Adapun media yang digunakan dalam bimbingan ini adalah sumber ajaran Islam yaitu Al-qur'an dan Hadits, selain itu digunakan juga media elektronik berupa radio dan kaset atau melalui selebaran foto copy, sedangkan waktu yang digunakan dalam bimbingan ini yaitu setiap hari, mulai menjelang Ashar atau pukul 15.00 WIB s.d pukul 21.00 WIB. 2. Metode yang digunakan dalam bimbingan ini adalah metode bimbingan individual yakni melalui wawancara dengan kaum dhuafa pada usia remaja. Selain metode bimbingan individual, bimbingan ini pun menggunakan 53
metode bimbingan kelompok dimana pembimbing melakukan bimbingan secara kelompok melalui program wajib belajar disekolah, program keterampilan atau kursus-kursus, diskusi atau tanya jawab dan ceramah.
71
3. Faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan bimbingan Islam dalam mengembangkan kecerdasan spiritual kaum dhuafa pada usia remaja di Yayasan Irtiqo Kebajikan : a. Faktor-faktor pendukung pelaksanaan bimbingan Islam : 1.
Kuatnya nilai kebersamaan antar pembimbing dan kaum dhuafa pada usia remaja.
2.
Adanya program-program kegiatan yang variatif sehingga anak didik tidak merasa jenuh untuk mengikutinya
3.
Lingkungan yang baik sehingga keberadaan dan perkembangan tingkah laku kaum dhuafa pada usia remaja dapat terpantau setiap waktu
4.
Adanya pelayanan yang baik dalam memperlakukan kaum dhuafa pada usia remaja sehingga menumbuhkan kesadaran mereka untuk menjadi baik
b. Faktor-faktor penghambat pelaksanaan bimbingan Islam : 1. Kurangnya disiplin kaum dhuafa pada usia remaja dalam pelaksanaan bimbingan islam. 2. Kurangnya somber daya manusia yang berkualitas dan bersedia menjadi pembina dan guru 3. Adanya double job tugas pembina dan guru
72
B. Saran 1. Adanya penambahan tenaga pengajar dan Pembina
2. Materi yang diberikan lebih banyak tentang pengembangan kecerdasan
spiritual kaum dhuafa 3. Diharapkan kepada kaum dhuafa pada usia remaja untuk menambah
dan melatih diri dengan memanfaatkan program pembinaan yang disediakan 4. Agar pelaksanaan bimbingan dapat berjalan denga baik maka sarana
dan prasarana lebih dilengkapi lagi 5. Sikap terbuka kaum dhuafa usia remaja akan mempermudah
jalannya bimbingan, untuk itu diharapkan para pembimbing dapat memberikan kesan bahwa remaja seolah-olah tidak sedang berhadapan dengan pembimbing.
73
DAFTAR PUSTAKA Azra, Azyurnardi, Prof, Dr., dkk, Pedornan Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi, Jakarta: PT UIN Jakarta Press, 2002, cet. A, Hallen, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press, 2002, Arifin, H.M., M.Ed, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, Jakarta: PT Golden Trayon Press, 1994 Danah, Zohar dan Marshall, Ian, Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intelegensi: The Ultimate lntelegence), Terjemahan Rahmati Astuti, Ahmad Najib Burhani clan Ahmad Baiquni, Bandung: Mizan, 2001. Ginanjar Agustian, Ari, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi -IbVW,4 -Spiritual (ESQ): Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, Jakarta: Arga, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, Depdiknas, 1998. Ketut Sukardi, Dewa, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Bina Aksara,1998. Nggermanto, Agus, Ir., M.A., Konseling Agama, Teori, dan Kasus, Jakarta: PT Bina Rena Pariwara, 2002. Faqih, Aunur Rahim, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, Yogyakar. Ull Press, 2001. Burhanudin, Yusak, Kesehatan Mental, Bandung: CV Pusaka Mulia, 1999. Muhdlor, Zuhdi, Achmad, Kamus Kontemporer Arab-Indonesia, Jakarta: Multi Karya Grafika, 2003. Sanusi, Achmad, Agama di Tcvgah Kemiskinan, Jakarta: Logos, 1999. Hamka, TafsirA]-azharJuz 10, Jakarta: PT Pustaka Panjimas 2000 Suparlan, Parsudi, Kemiskinan di Perkotaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1993. Arnikum Aziz, Hartono, 11mu Sosial Dasar, Jakarta: Bumi Aksara, 1993.
74
Kartasasmita, Giranjar, Pembangunan Untuk Rakyat; Memadukan Petfivnbuhan dan Pemerataan, Jakarta: Cider, 1996 Noor Arifin, M., Ilmu Sosial Dasar, Bandung: Pustaka Setia, 1997 Syavi, Abdul, Drs., Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial, Jakarta: CV Fajar Agung, 1987