PENGARUH KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DI MADRASAH ALIYAH AL-MAWADDAH JAKARTA SELATAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh : Husnawati NIM. 109011000161
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014 M
ABSTRAK Husnawati (NIM : 109011000161). Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Hasil Belajar Siswa di Madrasah Aliyah Al Mawaddah Jakarta Selatan. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sudah ada pada setiap manusia sejak lahir serta mampu mengaktualisasikan nilai-nilai Ilahiah sebagai makhluk yang memiliki ketergantungan terhadap kekuatan Sang Maha Pencipta. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Untuk mengetahui kecerdasan spiritual siswa MA di lingkungan ponpes Al-Mawaddah Jakarta Selatan, (2) Untuk mengetahui prestasi belajar siswa MA di lingkungan ponpes Al-Mawaddah Jakarta Selatan. (3) Untuk menganalisa pengaruh kecerdasan spiritual terhadap hasil belajar siswa di Madrasah Aliyah Al-Mawaddah Jakarta Selatan. Metode yang digunakan dalam metode ini adalah menggunakan metode penelitian deskriptif korelasional (Descriptive Correlation Research). Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 25 siswa berasal dari kelas XI dan 5 siswa berasal dari kelas XII. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket kecerdasan spiritual dengan bentuk alternatif jawaban SL (selalu) SR (sering) KD (kadangkadang) TP (tidak pernah) jumlah quesioner sebanyak 60 soal. Sedangkan teknik korelasi yang digunakan adalah product moment. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kecerdasan spiritual terhadap hasil belajar siswa di Madrasah Aliyah Al Mawaddah Jakarta Selatan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual mempunyai pengaruh yang sangat kuat (tinggi) terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari perolehan perhitungan korelasional antara kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar yaitu sebesar 0,979 dan setelah dikonsultasikan pada tabel nilai “r” Product Moment berada diposisi 0,90-1,00 yang berarti antara kecerdasan spiritual dan hasil belajar terdapat korelasi yang signifikan. Dari pengujian hipotesis, menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual juga memberikan kontribusi dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini menunjukkan kecerdasan spiritual merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa di Madrasah Aliyah Al Mawaddah Jakarta Selatan.
i
ABSTRACT Husnawati (NIM: 109 011 000 161). Influence of Spiritual Intelligence Against Student Results in Madrasah Aliyah Al Mawaddah South Jakarta. Spiritual intelligence is intelligence that already exists in every human being from birth and are able to actualize the divine values as being dependent on the power of the Creator. The purpose of this study is: (1) To determine the spiritual intelligence MA students in the boarding school Al-Mawaddah South Jakarta, (2) To determine student achievement in environmental MA Al-Mawaddah boarding school in South Jakarta. (3) To analyze the influence of spiritual intelligence on student achievement in environmental MA Al-Mawaddah boarding school in South Jakarta. The method used in this research is descriptive correlational research method (Descriptive Correlation Research). Sampling was done using purposive sampling technique. Sample was derived from 25 students of class XI and class 5 students coming from XII. The instrument used was a questionnaire study of spiritual intelligence to shape alternative answers SL (always) SR (often) KD (sometimes) TP (never) number questioner about 60. While the correlation technique used is the product moment. The results found in this study that a significant difference between spiritual intelligence on learning outcomes of students in Madrasah Aliyah Al Mawaddah South Jakarta. The results also suggest that spiritual intelligence has a very strong influence (high) on student learning outcomes. It can be seen from the calculation of correlation between the acquisition of spiritual intelligence with learning achievement that is equal to 0.979 and after consultation on the table of values "r" Product Moment is positioned between 0.90 to 1.00 which means spiritual intelligence and learning achievement, there is a significant correlation. Of testing the hypothesis suggests that spiritual intelligence also contributed in improving student achievement. This suggests spiritual intelligence is one of the factors that may affect student achievement in Madrasah Aliyah Al Mawaddah South Jakarta.
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena dengan inayah, rahmat dan karunia Allah SWT, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad saw sebagai revolusioner dunia dan pembawa risalah serta kepada keluarga, dan para sahabatnya, mudah-mudahan kita semua akan mendapatkan syafa’atul ‘udzma di yaumil kiamat kelak Amin. Pada dasarnya dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapati kesulitan. Akan tetapi, dengan adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak Alhamdulillah penulisan skripsi ini masih banyak sekali kekurangan sehingga saran serta kritik dengan kerendahan hati penulis terima dengan sehingga skripsi dapat lebih sempurna lagi. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkanbanyak terima kasih kepada berbagai pihak dan instansi lainnya yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini antara lain kepada : 1. Dr. Hj. Nurlena Rifa’i. M.A. Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Abdul Majid Khon, M.Ag selaku ketua Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 3. Marhamah Saleh, Lc., M.A selaku Sekretaris Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 4. Dr. Sururin, M.A selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah sabar membimbing, memberikan saran, arahan, motivasi dan telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran di sela-sela kesibukannya. 5. Yayasan Baitul Rahim khususnya Ibu Neneng Hasanah, S.Ag, MM, Selaku Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Al Mawaddah Jakarta Selatan. Serta seluruh dewan guru, staf karyawan dan siswa siswi Al Mawaddah kelas XI dan XII yang telah berpartisipasi dan memberikan kontribusinya
iii
dalam memperoleh informasi, dan telah meluangkan waktunya kepada penulis hingga terselesainya skripsi ini. 6. Ayahanda Drs Ahmad dan Ibunda Musyarrofah yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dan motivasi hingga terselesainya skripsi ini. Ananda mungkin tidak mampu membalasnya. Serta kakakku Mawaddah, adikadikku Sayyidah Muflihah dan Lailaturrahmah. 7. Teman-teman seperjuangan jurusan PAI kelas D angkatan 2009 dan jurusan PAI peminatan TH (Tafsir Hadis) angkatan 2009 yang tidak dapat penulis sebutkan. Yang telah menemani perjalanan dalam menyelesaikan setiap mata kuliah, selalu memberikan motivasi, hingga selesainya skripsi ini. Mudah-mudahan tali silaturrahim selalu terjaga diantara kita. Akhirnya penulis menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Mudahmudahan mendapat balasan yang lebih baik. Harapan penulis mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa saja yang membacanya untuk menambah ilmu pengetahuan. Amin ya Robbal ‘alamin.
Jakarta, 01 April 2014
Husnawati
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR UJI REFERENSI LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Identifikasi Masalah
6
C. Pembatasan Masalah
6
D. Perumusan Masalah
6
E. Tujuan Penelitian
7
F. Kegunaan Penelitian
7
KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoretik 1. Kecerdasan Spiritual a. Pengertian Kecerdasan Spiritual
8
1. Kecerdasan Spiritual Perspektif Psikologi
12
2. Kecerdasan Spiritual Perspektif Islam
15
b. Karakteristik dan Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual
24
c. Fungsi Kecerdasan Spiritual
26
d. Perkembangan Jiwa Agama (Spiritual) Anak Usia Remaja 30 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar
33
b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
34
3. Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Prestasi Belajar
36
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
37
C. Kerangka Berfikir
38
D. Hipotesis Penelitian
39
iv
BAB III
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
40
B. Metode Penelitian
40
C. Variabel Penelitian
41
D. Populasi dan Sampel
41
E. Teknik Pengumpulan Data
42
F. Teknik Analisis Data
44
G. Hipotesis Statistik
49
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
BAB V
1. Profil Sekolah
50
2. Sejarah Berdirinya Madrasah Aliyah Al Mawaddah
50
3. Visi dan Misi
51
4. Waktu Belajar dan Aktivitas Siswa
52
5. Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Al Mawaddah
54
6. Struktur Kurikulum
54
7. Keadaan Guru Madrasah Aliyah Al Mawaddah
59
8. Keadaan Siswa Madrasah Aliyah Al Mawaddah
59
9. Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Al Mawaddah
59
B. Deskripsi Data
60
C. Analisa Data
70
D. Interpretasi Data
75
E. Pembahasan Hasil Penelitian
77
F. Keterbatasan Penelitian
78
PENUTUP A. Kesimpulan
79
B. Implikasi
80
C. Saran-saran
80
DAFTAR PUSTAKA
82
LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL 1. Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen penelitian
43
2. Tabel 3.2 Skor Angket Penelitian untuk jawaban yang positif
45
3. Tabel 3.3 Skor Angket Penelitian untuk jawaban yang negatif
45
4. Tabel 3.4 Skala kecerdasan spiritual
46
5. Tabel 3.5 Klasifikasi Prestasi Belajar Siswa
46
6. Tabel 3.6 Angka indeks korelasi “r” Product Moment
47
7. Tabel 3.7 Hipotesis Statistik
49
8. Tabel 4.1 Aktifitas Harian Siswa Al Mawaddah
53
9. Tabel 4.2 Aktivitas Mingguan Siswa Al Mawaddah
54
10. Tabel 4.3 Kurikulum Madrasah Aliyah Al Mawaddah
56
11. Tabel 4.4 Struktur Kurikulum Kelas X
57
12. Tabel 4.5 Struktur Kurikulum Kelas XI dan XII program IPS
58
13. Tabel 4.6 Keadaan siswa MA Al Mawaddah Tahun 2013/2014
60
14. Tabel 4.7 Kecerdasan Spiritual Berkaitan dengan Ibadah atau Keimanan
62
15. Tabel 4.8 Kecerdasan Spiritual Berkaitan dengan Ibadah atau Keimanan
62
16. Tabel 4.9 Kecerdasan Spiritual Berkaitan dengan Ibadah atau Keimanan
63
17. Tabel 4.10 Kecerdasan Spiritual Berkaitan dengan keilmuan
64
18. Tabel 4.11 Kecerdasan Spiritual Berkaitan dengan akhlak
65
19. Tabel 4.12 Kecerdasan Spiritual Berkaitan dengan akhlak
66
20. Tabel 4.13 Kecerdasan Spiritual Berkaitan dengan Pergaulan Sosial dalam Kehidupan Sehari-hari
67
21. Tabel 4.14 Kecerdasan Spiritual Berkaitan dengan Pergaulan Sosial dalam Kehidupan Sehari-hari
68
22. Tabel 4.15 Kecerdasan Spiritual Berkaitan dengan Belajar
68
23. Tabel 4.16 Kecerdasan Spiritual Berkaitan dengan Kejujuran
69
24. Tabel 4.17 Kecerdasas Spiritual Berkaitan dengan kebersihan
70
25. Tabel 4.18 Data hasil angket kecerdasan spiritual siswa MA Al Mawaddah
71
26. Tabel 4.19 Data Hasil belajar siswa kelas XI dan XII MA Al Mawaddah
73
27. Tabel 4.21 Analisis korelasi Variabel X dan Variabel Y
74
vi
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu Bangsa akan selalu membawa perubahan di segala
bidang kehidupan, terutama dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Dengan melalui pendidikan yang berkesinambungan dan peran serta aktif semua pihak akan memberikan dampak yang baik dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Dalam rangka melaksanakan pendidikan, Bangsa Indonesia melakukan usaha untuk mencapai Tujuan Nasional. Tujuan Pendidikan yang demikian mulianya oleh Pemerintah tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 mengenai fungsi dan tujuan pendidikan yaitu : “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”1
1
Depdiknas RI, Undang-Undang Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003), h. 8.
1
2
Selain terdapat dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, tujuan pendidikan nasional juga terdapat dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 mengenai tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Pasal 31 ayat 3 yaitu : “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang”.2 Dari
kutipan-kutipan
tersebut
jelas
bahwa
pendidikan
bertujuan
menciptakan manusia-manusia yang berkualitas baik lahiriah maupun bathiniah. Salah satu usaha pemerintah untuk merealisasikan tujuan pendidikan nasional agar bangsa Indonesia menjadi manusia yang cerdas, dan berkualitas secara lahiriah dan bathiniah, maka pemerintah menetapkan Pesantren sebagai sebuah lembaga pendidikan Islam, guna tercapainya realisasi tujuan akhir pendidikan Islam bagi bangsa Indonesia. Memahami tentang tujuan pendidikan Islam, mengutip dari Ibnu Khaldun, A. Fattah Yasin menyebutkan bahwa tujuan pendidikan menyangkut tiga aspek diantaranya untuk mencerdaskan manusia, menumbuhkan sikap sosial manusia, dan untuk meningkatkan jiwa keruhanian manusia. Begitupun mengenai tujuan pendidikan Islam sebenarnya tidak terlepas dari tujuan hidup manusia. Maka tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan diciptakannya manusia itu sendiri yaitu untuk beribadah kepada Allah SWT.3 Menurut
Samsul Nizar, “menurut hasil Kongres Pendidikan Islam
Sedunia Tahun 1980 di Islamabad, menyebutkan, bahwa pendidikan Islam haruslah bertujuan mencapai pertumbuhan kepribadian manusia yang menyeluruh, secara seimbang, melalui latihan jiwa, intelek, diri manusia yang rasional, perasaan indera”.4 Untuk itu harus dibina seluruh potensi yang dimiliki dalam
2
MPR RI, Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dan Ketetapan Majlis Permusyawaratan Rakyat Rapublik Indonesia, (Jakarta : Sekretariat Jenderal MPR RI, 2012), cet. ke-XI, h. 191. 3 A. Fattah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam, (Malang : UIN-Malang Press, 2008), cet. ke-1, h. 114. 4 Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan Islam, (Jakarta : Media Pratama, 2001), cet. ke-1, h. 106.
3
segala aspeknya seperti potensi spiritual, intelektual, perasaan, kepekaan, imajinatif, fisik, ilmiah dan sebagainya. Adapun,
secara khusus agar
pengembangan seluruh potensi manusia menjadi berkembang secara optimal dan bermanfaat bagi masyarakat dan pembangunan nasional, potensi manusia Indonesia dikembangkan melalui : 1) olah hati untuk memperteguh keimanan dan ketakwaan, meningkatkan akhlak mulia, budi pekerti, atau moral, membentuk kepribadian unggul, membangun ke-pemimpinan dan enterpreuneurship; 2) olah pikir untuk membangun kompetensi dan kemandirian ilmu pengetahuan dan teknologi; 3) olah rasa untuk meningkatkan sensitifitas, daya apresiasi, daya kreasi, serta daya ekspresi seni dan budaya; dan 4) olah raga untuk meningkatkan kesehatan, kebugaran, daya tahan, dan kesigapan fisik serta keterampilan kinestetis.5 Pendapat ini memberikan petunjuk dengan jelas bahwa dalam rangka mencapai pendidikan, Islam mengupayakan pembinaan seluruh potensi manusia secara serasi dan seimbang. Itulah manusia seutuhnya yang hendak dibentuk dan dituju oleh pendidikan Islam. Sementara itu, dengan adanya Madrasah Aliyah yang menjadi fokus penelitian ini diharapkan kecerdasan spiritual dapat terbentuk sehingga terdapat keselarasan antara manusia sebagai makhluk dengan Khaliq-Nya, antara manusia dengan manusia lainnya sebagai makhluk sosial dan bahkan manusia dengan alam. Hubungan manusia sebagai makhluk dengan Khalik-Nya, merupakan kebutuhan agama. Kebutuhan agama atau spiritual adalah kebutuhan manusia terhadap pedoman hidup yang dapat menunjukkan jalan ke arah kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Semenjak lahirnya manusia sudah membawa fitrah beragama seperti disebutkan dalam Al-Quran surat Ar-Rum ayat 30 yang berbunyi :
5
Muhammad M. Basyuni, Revitalisasi Spirit Pesantren : Gagasan, Kiprah, dan Refleksi, (Jakarta : Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2006), cet. ke-1, h. 73.
4
Artinya : “Hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah. Tetaplah pada fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah tersebut. Tidak ada perubahan bagi fitrah Allah; itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar-Rum :30). Di samping ayat tersebut, juga disebutkan dalam hadits Nabi :
ِِ ِّ َم ِامن مولُوٍد ي ولَ ُد اِلا َعلَى ال ِْفطْرةِ فَاَب واهُ ي ه ِّو َدانِِو اَو ي ن سانِِو َُ ََ َ ُ ْ ُْ ْ َْ ْ َ َ ص َرانو اَ ْويُ َم ِّج )(رواه مسلم
Artinya : “Tidaklah anak yang dilahirkan itu kecuali telah membawa fitrah (kecendrungan untuk percaya kepada Allah). Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut beragama Yahudi, Nasrani atau Majusi” (HR. Muslim).6 Dari ayat dan hadits di atas, jelaslah bahwa fitrah beragama pada manusia telah dibawa sejak lahir. Fitrah inilah yang merupakan intisari Kecerdasan Spiritual dalam perspektif Islam. Sedangkan menurut psikologi modern, intisari dari SQ adalah God – Spot (Titik Tuhan).7 Sehingga SQ dilihat dari perspektif psikologi tidak mesti berhubungan dengan agama. Selain kebutuhan agama (Spiritual) manusia juga memerlukan pendidikan. Pendidikan merupakan sarana atau alat untuk mendapatkan Ilmu Pengetahuan. Pada awal abad ke-20, IQ pernah menjadi isu besar dalam dunia pendidikan. Kecerdaan intelektual adalah kecerdasan yang digunakan untuk memecahkan masalah logika maupun strategis. Kecerdasan Intelektual (IQ) inilah yang umumnya menjadi ukuran kecerdasan seseorang. Menurut teori, semakin tinggi IQ seseorang, maka semakin tinggi pula kecerdasannya. 6
Zuhairini dkk, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), cet. ke-5, h.
96. 7
Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ : Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan, (Bandung : Mizan, 2001), cet. ke3, h. 82.
5
Ternyata, IQ tinggi tidak menjamin mempunyai prestasi dan kehidupan yang sukses. Hal itu terjadi pada pertengahan tahun 1990-an, ketika Daniel Goleman mempublikasikan faktor-faktor yang terkait mengapa orang yang ber IQ tinggi gagal, dan orang yang ber IQ sedang menjadi sangat sukses. Faktor-faktor ini mengacu pada suatu cara lain untuk menjadi cerdas, cara itu disebut Emotional Quotien (Kecerdasan Emosional) atau umumnya disebut dengan istilah EQ. Emotional Quotien (EQ) ini merupakan suatu keterampilan yang mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat, dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial. Penelitian-penelitian
yang
dilakukan
para
ilmuan
telah
berhasil
menemukan “Q” jenis ke-3 yang memberikan gambaran utuh kecerdasan manusia, yaitu kecerdsan spiritual (SQ). Spiritual Quotien (SQ) adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai. Kecerdasan yang dapat membuat kita mampu menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya. Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan, SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia.8 Spiritual Quotien (SQ) juga memberikan potensi bagi seseorang untuk tumbuh dan berubah, bersikap kreatif, luwes, berwawasan luas serta memungkinkan seseorang untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri dan orang lain.9 Dari penjelasan-penjelasan tersebut dapat disimpulkan, bahwa keberadaan kecerdasan spiritual akan memupuk sikap-sikap positif seperti kejujuran, semangat, motivasi, kepemimpinan, kecerdasan emosional dan sikap-sikap positif lainnya. Dalam proses belajar, kehadiran sikap positif tersebut diharapkan dapat memacu semangat peserta didik untuk lebih giat belajar sehingga nantinya diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar yang akan mereka peroleh. Apabila kecerdasan spiritual dimiliki oleh siswa, mereka akan lebih mampu memahami berbagai persoalan yang timbul selama proses belajar 8
Ibid, h. 3. Ibid, h.12.
9
6
mengajar berlangsung di sekolah. Tidak hanya itu, dengan kecerdasan spiritual ini para santri akan lebih mampu memotivasi diri utuk lebih giat belajar atau menuntut ilmu sehingga dapat menemukan makna (arti) dari pelajaran yang diberikan oleh guru. SQ juga mendorong untuk lebih kreatif yaitu memiliki daya cita (kreasi) yang tinggi sehingga prestasi belajar di sekolah meningkat. Untuk memahami pembahasan tersebut, penulis mencoba mengangkatnya menjadi bahan kajian dalam skripsi yang berjudul “Kecerdasan Spiritual dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa di Madrasah Aliyah Al-Mawaddah Jakarta Selatan ”. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah yang akan dimunculkan, diantaranya : 1. Tujuan pendidikan dalam undang-undang belum sepenuhnya dilaksanakan secara sempurna oleh lembaga pendidikan. 2. Perlu diupayakan tercapainya tujuan pendidikan Islam yaitu membina seluruh potensi yang dimiliki siswa secara seimbang terutama potensi spiritual. 3. Proses pembelajaran lebih banyak menekankan pada nilai-nilai kognitif. 4. Kecerdasan spiritual dapat mengoptimalkan IQ hal ini dapat diketahui siswa yang ber-SQ dapat meraih prestasi dalam belajarnya. 5. Orang yang mempuyai kecerdasan spiritual mempunyai kepribadian yang positif. 6. Meraih prestasi dalam belajar bisa dipengaruhi oleh kecerdasan spiritual. C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah di atas, penulis hanya membatasi masalah pada pengertian kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar berdasarkan hasil raport siswa Madrasah Aliyah di lingkungan ponpes Al-Mawaddah Jakarta Selatan.
7
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka dalam penulisan skripsi ini masalah yang dibahas dapat dirumuskan : 1. Bagaimana kecerdasan spiritual siswa MA di Madrasah Aliyah AlMawaddah Jakarta Selatan? 2. Bagaimana prestasi belajar siswa MA di Madrasah Aliyah Al-Mawaddah Jakarta Selatan? 3. Adakah pengaruh kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa MA di Madrasah Aliyah Jakarta Selatan? E.
Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kecerdasan spiritual siswa MA di Madrasah Aliyah AlMawaddah Jakarta Selatan. 2. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa MA di Madrasah Aliyah AlMawaddah Jakarta Selatan. 3. Untuk menganalisa pengaruh kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa MA di Madrasah Aliyah Al-Mawaddah Jakarta Selatan.
F. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah : 1. Dapat menambah wawasan bagi penulis untuk mengetahui mengetahui
pengertian kecerdasan spiritual dalam perspektif Islam dan pengaruhnya terhadap prestasi belajar santri 2. Dapat dijadikan pertimbangan dalam mengambil kebijakan mengenai
peningkatan hasil belajar siswa. 3. Dapat dijadikan acuan dan perbandingan untuk penelitian lebih lanjut
mengenai tema-tema yang berhubungan dengan nilai-nilai spiritualitas dalam pembelajaran.
8
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoretik 1. Kecerdasan Spiritual a. Pengertian Kecerdasan Spiritual Kata kecerdasan spiritual terdiri dari dua kata “kecerdasan” dan “spiritual”. Sebelum mengetahui arti kecerdasan spiritual secara integral terlebih dahulu mengetahui arti kecerdasan spiritual secara terpisah. Menurut
Kamus
Besar
Bahasa
Indonesia
kecerdasan
yaitu
kesempurnaan akal budi seperti; kepandaian, ketajaman pikiran.1 Sedangkan kata kecerdasan menurut kamus psikologi yaitu kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara tepat dan efektif`. 2 Kecerdasan (dalam bahasa Iggris disebut intelligence dan dalam bahasa Arab disebut alDzaka) menurut arti bahasa adalah pemahaman, kecepatan dan kesempurnaan sesuatu. Dalam arti, kemampuan (al-Qudrah) dalam memahami sesuatu secara cepat dan sempurna. Begitu cepat penangkapannya itu sehingga Ibnu Sina, seorang psikolog falasafi, menyebut kecerdasan sebagai kekuatan intuitif (al-Hads).3 Beberapa tokoh masing-masing memiliki pengertian yang berbeda tentang kecerdasan. Bischof dan HeidenRich mengemukakan definisi 1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi keempat, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008) , cet. Ke- IV, h. 262. 2 J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi terjemahan Kartini Kartono, (Jakarta : PT Raja Grafindo persada, 2008), h. 253. 3 Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2002), cet. ke-2, h. 317.
8
9
intelegensi dengan pengertian yang sama yaitu : “inttelligence refers to the ability to leam and to utilize what has been learned in adjuting to unfamiliar situations, or in the solving of problems.” (inteligensi menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalm usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal, atau dalam pemecahan masalah-masalah).4 Suparman menjelaskan kecerdasan (intelligence) adalah kemampuan manusia untuk memperoleh pengetahuan dan pandai melaksanakannya dalam praktik, hal ini berarti kemampuan berpikir dan menalar. Adapun potensi kecerdasan meliputi : kemampuan memahami, menganalisis, membuat keputusan, sampai pada kemampuan menjalankan (mngeksekusi).5 Dalam hal ini yang terlibat bukan hanya kecerdasan intelektual, melainkan juga kecedasan emosional dan juga kecerdaan spiritual. Feldam mendefinisikan kecerdasan sebagai kemampuan memahami dunia, berpikir secara rasional, dan menggunakan sumber-sumber secara efektif pada saat dihadapkan dengan tantangan. Dalam pengertian ini kecerdasan terkait dengan kemampuan memahami lingkungan atau alam sekitar, kemampuan penalaran atau berpikir logis, dan sikap bertahan hidup dengan menggunakan sarana dan sumber-sumber yang ada.6 Menurut tokoh psikologi David C. Edward seperti dikutip oleh Alisuf Sabri dalam buku “Psikologi Pendidikan” sebagai berikut : “Intelligence is a general capacity of behave in an adaptable and acceptable manner”. Bahwa kecerdasan adalah kemampuan umum mental individu yang tampak dalam cara bertindak atau berbuat atau dalam memecahkan masalah (problem solving).7
4
Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006), cet. ke-5, h. 141-142 5 Ririen Kusumawati, Artificial Intelligence Menyamai Kecerdasan Buatan Ilahi?, (Malang : UIN-Malang Press, 2007), cet. 1, h. 46. 6 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2006), cet. 1, h. 59. 7 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 2007), h. 116-117.
10
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kecerdasan adalah kemampuan yang dimiliki seseorang dalam memahami lingkungan atau alam sekitar serta berpikir rasional guna menghadapi tantangan hidup serta dapat memecahkan berbagai problem yang dihadapi. Sedangkan pengertian spiritual, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani, bathin).8 Dalam kamus psikologi spiritual yaitu pertama berkaitan dengan roh, semangat atau jiwa, kedua religius yang berhubungan dengan agama, keimanan, kesalehan, menyangkut nilai-nilai transendental, ketiga sifat mental bersifat lawan dari mental, fisikal atau jasmaniyah. 9 Menurut Aliah B. Purwakania Hasan, kata “spirit” berasal dari kata benda bahasa Latin “spiritus” yang berarti napas dan kata kerja “spirare” yang berarti untuk bernapas. Melihat asal katanya, untuk hidup adalah untuk bernapas, dan memiliki napas artinya memiliki spirit. Menjadi spiritual berarti memiliki ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material. 10 Ada juga yang mengartikan pengertian spiritual secara leksikal, “spiritual” berarti berkenaan dengan kualitas, atau makna di luar kualitas, makna fisik, material, dan temporal, seperti mengani keadaan akal atau jiwa manusia; tentang makhluk supera natural; dan tentang sesuatu yang bersifat ukhrawi dan hakiki. 11 Dapat disimpulkan bahwa spiritual adalah keadaan akal dan jiwa atau rohani manusia yang berhubungan dengan nilai-nilai ketuhanan. Setelah mengetahui arti dari masing-masing kata kecerdasan dan spiritual, maka dapat diketahui arti kecerdasan spiritual secara integral. Yaitu, kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang berkenaan dengan hati dan
8
Departemen Pendidikan Nasional, op. cit., h. 1335. J.P. Chaplin, op. cit., h. 480. 10 Aliah B. Purwakania Hasan, Psikologi Perkembangan Islami, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2008), h. 288. 11 M. Syamsul Hady, Islam Spiritual : Cetak-biru Keserasian Eksistensi, (Malang : UIN Malang Press, 2007), h. 12. 9
11
kepedulian antar sesama manusia, makhluk lain, dan alam sekitar berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa.12 Selama ini kecerdasan hanya diartikan dengan kemampuan yang digunakan untuk masalah logika maupun strategis, yang lebih dikenal dengan IQ. Kecerdasan intelektual inilah yang umumnya menjadi ukuran kecerdasan seseorang. Namun pada awal abad 1990 Daniel Goleman, mempopulerkan kecerdasan emosional atau EQ. Kecerdasan ini tak kalah pentingnya dengan kecerdasan intelektual. Sebuah kemampuan untuk menanggapi dan mengenali perasaan secara tepat. Kecerdasan ini merupakan prasyarat dasar untuk menggunakan kecerdasan intelektual secara efektif.13 Pada akhir abad kedua puluh
ini, dalam lapangan psikologi
dipopulerkan kecerdasan jenis ketiga dalam diri manusia, yakni kecerdasan spiritual, atau yang dikenal dengan spiritual quotient (SQ). Adapun, pengertian kecerdasan spiritual menurut tokoh-tokoh psikologi sebagaimana yang dikutip dari Danah Zohar dan Sudirman Tebba sebagai berikut : 1. Danah Zohar dan Ian Marshall Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita. Selain itu, secara literal kecerdasan spiritual menurut Danah Zohar dan Ian Marshall
adalah kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri
manusia yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar. 2. Marsha Sinetar Kecerdasan spiritual adalah pemikiran yang terilhami atau mendapat inspirasi. Kecerdasan ini diilhami oleh dorongan dan efektifitas yang
12 13
Departemen Pendidikan Nasional. loc. cit. Danah Zohar dan Ian Marshall. Op.cit., h. 3.
12
terinspirasi, keberadaan atau hidup keilahian atau penghayatan ketuhanan yang mempersatukan kita sebagai bagiannya.14 3. Khalil Khavari Kecerdasan spiritual adalah bagian dari dimensi non material-roh manusia.15 4. Howard Gardner Dalam multipe intelligence, Howard Gardner dari Harvard menyatakan bahwa sedikitnya ada 7 macam kecerdasan yang dimiliki manusia, termasuk kecerdasan musikal, spasial, kinenstetis, rasional, dan emosional. Tapi menurut Danah Zohar, bahwa semuajenis kecerdasan yang disebutkan Gardner pada hakikatnya adalah variandari ke-3 kecerdasan utama yaitu IQ, EQ, SQ, serta pengaturan saraf ketiganya.16 Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang sudah ada pada setiap manusia sejak lahir dan mampu mengaktualisasikan nilai-nilai Ilahiah sebagai makhluk yang memiliki ketergantungan terhadap kekuatan Sang Maha Pencipta.17 1.
Kecerdasan Spiritual Perspektif Psikologi (Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall) Secara umum dalam meningkatkan kecerdasan spiritual
menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, adalah dengan mengenali diri sendiri. Dan selalu bertanya mengapa? Untuk mencari keterkaitan antara segala sesuatu, untuk membawa ke permukaan asumsi-asumsi mengenai makna di balik atau di dalam sesuatu, menjadi lebih suka merenungi diri, lebih jujur terhadap diri sendiri, dan lebih pemberani.18
14
Sudirman Tebba, Kecerdasan Sufistik, (Jakarta : Kencana, 2004), cet. ke-1, h. 24. Danah Zohar dan Ian Marshall, op.cit., h. xxvii. 16 Ibid, h. 4. 17 Abd. Wahab dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan Spiritual, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2011), h. 52-53. 18 Danah Zohar dan Ian Marshall, op.cit., h. 14 15
13
Kecerdasan terhadap diri sendiri merupakan langkah awal dalam meningkatkan kecerdasan spiritual. Selain itu ada enam jalan untuk bisa cerdas secara spiritual, yaitu : Jalan 1 : Jalan tugas Jalan ini ditempuh oleh manusia yang konvensional. Yaitu manusia yang melaksanakan tugas atau kewajiban yang telah ditambahkan Tuhan secara optimal sesuai dengan kemampuannya. Jalan 2 : Jalan Pengasuhan Jalan ini ditempuh oleh manusia sebagai makhluk sosial. Pengabdiannya terhadap Tuhan diwujudkan dengan membantu sesama manusia atau memberikan pengabdian sosial kepada masyarakat. Jalan ini sangat cocok untuk orang-orang seperti : perawat, guru, dan setiap orang yang berjiwa sosial. Jalan 3 : Jalan pengetahuan Jalan yang ditempuh manusia dengan mengabdikan diri melalui jalur ilmu pengetahuan. Jalan ini sangat cocok bagi mereka yang berlatar belakang akademik, intelektual, atau yang berminat pada ilmu pengetahuan, sekecil apapun. Jalan 4 : Jalan perubahan pribadi Sebuah upaya untuk pengabdian diri lewat latihan-latihan mistik dan spiritual. Jalan ini sangat cocok bagi mereka yang berlatar belakang seni. Jalan 5 : Jalan persandaran Sebuah upaya untuk pengabdian kepada Tuhan lewat jalur pengorbanan akan kepentingan diri demi kepentingan manusia yang lebih banyak ini sangat cocok bagi orang yang berjiwa realistis. Jalan 6 : Jalan pemimpin yang penuh pengabdian Sebuah upaya pengabdian kepada Tuhan lewat jalan pengabdian kepada orang-orang yang berada di bawah kekuasaannya sedemikian sehingga pemimpin sebenarnya adalah pengabdian kepada umatnya.19 Keenam jalan ini
menuju ke pusat. Pusat adalah perasaan
kesucian dalam obyek dan peristiwa sehari-hari, rasa kesucian dalam tindakan
penuh kasih sayang, rasa gembira ketika seseorang
membawa sesuatu yang baru kedunia, rasa sangat puas ketika 19
Ibid., h. 200-231.
14
seseorang melihat keadilan ditegakkan, rasa damai ketika seseorang mengabdi kepada Tuhan.20 Namun menurut Danah Zohar dan Ian Marshall, meskipun dari masing-masing keenam jalan spiritual itu berbeda untuk mendapatkan kecerdasan spiritual lebih tinggi, karena untuk mendapatkan kemajuan, setiap jalan harus melalui langkah berikut : Langkah 1 : Menyadari situasi Pada tahap ini, dituntut upaya untuk menggali kesadaran diri, sehingga menjadi kebiasaan untuk merenungkan diri. Kecerdasan spiritual yang paling tinggi adalah menyelami diri hingga yang palng dalam, menilai diri sendiri dan perilaku dari waktu ke waktu. Langkah 2 : Ingin berubah Pada tahap ini kesadaran diri mendorong setiap kegiatan akan lebih baik sehingga bertekad untuk berubah dan rela menanggung segala resiko. Langkah 3 : Mengenali diri Pada tahap ini, dibutuhkan tingkat perenungan yang paling dalam, mengenal dirinya dan letak pusat diri, sehingga mengetahui motivasi diri yang paling dalam. Langkah 4 : Menyingkirkan hambatan Pada tahap ini, menyadari penghalang yang merintang, mengetahui posisi diri, seperti kemarahan, kerasukan, rasa bersalah, rasa takut, atau sekedar kemalasan. Langkah 5 : Disiplin Pada tahap ini, mengetahui disiplin atau jalan yang harus ditempuh sebagai kemungkinan untuk bergerak maju. Langkah 6 : Makna terus menerus Pada tahap ini, menjalani hidup menuju pusat berarti mengubah pikiran dan aktivitas sehari-hari menjadi ibadah terus menerus,
20
Ibid., h. 235.
15
memunculkan kesucian alamiah yang ada dalam setiap situasi yang bermakna. Langkah 7 : Hormati mereka Dan akhirnya setelah menetapkan jalan yang telah dipilih, tetaplah sadar bahwa masih ada jalan-jalan yang lain. Hormatilah mereka yang melangkah dijalan-jalan lain. Sikap ini menumbuhkan sikap hidup yang terbuka, inklusif dan lapang menghadapi keragaman dan perbedaan.21 2.
Kecerdasan Spiritual Perspektif Islam a) Menurut KH. Toto Tasmara Kecerdasan
ruhaniah
atau
kecerdasan
spiritual
adalah
kecerdasan yang berpusatkan pada rasa cinta yang mendalam kepada Allah Rabbul „Alamin dan seluruh ciptaanNya. Kecerdasan ruhaniah merupakan bentuk kesadaran tertinggi yang berangkat dari keimanan kepada Allah SWT.22 b) Menurut Dr. M. Utsman Najati Kecerdasan spiritual yaitu kemampuan seseorang dalam memperhatikan keseimbangan antara kesehatan mental dan fisik. Rasulullah selalu mendidik sahabat dalam meluruskan perilaku dan mental para sahabat yang mengalami keguncangan-keguncangan kejiwaan dan cenderung berperilaku menyimpang. Rasulullah mencerdaskan ruhani dengan : Iman. Tidak pelak lagi bahwa iman dapat memperkuat sisi ruhaniah manusia. Iman yang terdapat dalam hati manusia adalah sumber ketenangan batin dan keselamatan jiwa. dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim “Ketahuilah sesungguhnya di dalam tubuh
ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah
seluruh jasadnya. Jika ia rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah itu adalah hati.” 21
Ibid., h. 231-233. Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniah (Transcendental Intelligence), (Jakarta : Gema Insani Press, 2001). Cet. 1, h. viii. 22
16
Ibadah. Beribadah dapat menghapus kegelisahan yag timbul dari perasaan berdosa dan memberikan perasaan tenang. Beribadah juga mengajarkan banyak hal terpuji bagi manusia seperti sikap sabar, mampu menanggung kesulitan, melawan hawa nafsu, taat, teratur, mencintai dan berbuat baik kepada manusia, membantu orang-orang yang membutuhkan, saling tolong-menolong dan solodaritas sosial. Hal tersebut menjadi indikator penting dalam kesehatan jiwa. Shalat. meyembuhkan
Shalat manusia
memiliki dari
pengaruh dukacita
besar dan
dan
efektif
gelisah.
Allah
memerintahkan manusia untuk meminta pertolongan dengan shalat jika kesulitan dan duka cita menghadang, karena shalat memberikan ketenangan dan kedamaian dalam jiwa dan memberi energi ruhaniah yang luar biasa yang dapat membantu menyembuhkan penyakitpenyakit fisik dan jiwa. Energi ruhani shalat juga dapat membantu membangkitkan harapan, menguatkan tekad, meninggikan cita-cita dan menjadikan seseorang lebih siap menerima ilmu, pengetahuan dan hikmah. Puasa.
Manfaat
utama
puasa
adalah
menumbuhkan
kemampuan mengontrol syahwat dan hawa nafsu pada diri manusia, serta dapat meningkatkan solidaritas sosial dengan kecendrungan membantu manusia dan merasakan penderitaan fakir miskin.23 Selain itu, menurut Dr. Djamaludin Ancok Fuat Nashori Suroso dalam bukunya Psikologi Islam, mengemukakan bahwa : Ditinjau dari segi ilmiah puasa dapat memberikan kesehatan jasmani maupun rohani. Dua buku yang ditulis oleh Dr. Alan Cott, doktor ahli dari Amerika tentang manfaat puasa “Fasting as a Way of Life” dan “Fasting the Ultimate Diet”. Dari kedua buku tersebut dikemukakan antara lain bagaimana keterkaitan antara puasa dengan gangguan kejiwaan dan tingkat kecerdasan seseorang. Pertama, gangguan jiwa yang parah dapat disembuhkan dengan berpuasa. Dr. Nicolayev, seorang guru yang bekerja pada Lembaga 23
M. Utsman Najati, Belajar EQ dan IQ dari Sunah Nabi Diterjemahkan dari Al-Hadits Al-Nabawi wa „Ilmu Al-Nafs, (Jakarta :Penerbit Hikmah, 2002), cet. I, h. 100-110.
17
Psikiatri Moskow, mencoba menyembuhkan gangguan kejiwaan dengan berpuasa. Nicolayev mengadakan penelitian eksperimen dengan membagi subyek menjadi dua kelompok yang sama besar, baik usia maupun berat-ringannya penyakit yang diderita. Kelompok pertman diberi pengobatan dengan ramuan obat-obatan. Sementara kelompok kedua diperintahkan untuk berpuasa selama 30 hari. Dua kelompok tadi diikuti perkembangan fisik dan mentalnya dengan testes psikologis. Dari eksperimen itu diperoleh hasil sangat baik, yaitu banyak pasien-pasien yang tidak bisa disembuhkan dengan terapi medik ternyata bisa disembuhkan dengan puasa dan kemungkinan pasien untuk tidak kambuh kembali setelah 6 tahun kemudian, ternyata sangat tinggi. Lebih dari separuh pasien tetap sehat. Ditinjau dari segi penyembuhan kecemasan Alan Cott juga mengatakan bahwa penyakit seperti susah tidur, merasa rendah diri, juga dapat disembuhkan dengan puasa. Kedua, adanya percobaan Psikologi yang membuktikan bahwa berpuasa mempengaruhi tingkat kecerdasan seseorang. Hal ini berkaitan dengan prestasi belajarnya. Ternyata orang yang rajin berpuasa dalam tugas-tugas kolektif memperoleh sekor yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak puasa.24 Haji. Haji mengajarkan manusia untuk mampu menanggung kesulitan, melatih berjihad melawan nafsu dan megontril syahwat. Karena
orang yang melakukan haji dilarang bersenggama, tidak
menyakiti sesama, dan tidak melakukan hal yang dibenci Allah. Haji juga mendidik manusia untuk tidak takabur, ujub, dan tinggi hati. Karena semua makhluk di hadapan Allah adalah sama tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin, majikan dan pelayannya. Zikir dan Doa. Rasulullah menyatakan bahwa dengan zikrullah, dapat memberikan kedamaian dan ketenangan dalam jiwa. dan doa merupakan zikir dan ibadah. Dengan berdoa terdapat kelapangan jiwa dan penyembuhan kesulitan, duka cita dan gelisah, karena berdoa dapat meringankan beban kesulitan dengan cara berkeluh kesah kepada Allah. Membaca Al-Quran. Membaca Al-Quran adalah bentuk zikit yang paling utama karena dapat membersihkan hati, menyembuhkan dan menenangkan jiwa. jadi, Al-Quran menghilangkan penyakit24
Djamaludin Ancok dan Fuat Nashori Suroso, Psikologi Islam : Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995), cet. ke-2, h. 57-58.
18
penyakit yang menimbulkan keinginan-keinginan destruktif sehingga hati
menjadi sehat dan kembali pada fitrah aslinya sebagaimana
halnya badan kemali pada kondisi normal.25 c) Menurut Amr Hasan Ahmad Badran Ibadah mahdah seperti shalat, puasa, haji dan lain sebagainya sebenarnya adalah olah spiritual yang sering dilaksanakan. Hal itu termasuk prinsip olah spiritual diri seseorang untuk membentuk pola hidup yang baik agar menjadikan hidup ini bernilai ibadah. Usaha-usaha untuk meningkatkan daya kecerdasan baik fisik, mental maupun spiritual ternyata telah dilakukan oleh orang-orang saleh terdahulu dan berhasil seperti Abu Hurairah, Abdullah bin Abbas, dan Imam Syafi‟i. Adapun beberapa praktik olah spiritual yang juga harus diperhatikan adalah : Meninggalkan kemaksiatan. Melakukan kemaksiatan dapat membuat diri menjadi berat untuk menjalankan ketaatan, kebaikan, bahkan dalam mencari ilmu. Imam syafi‟i pernah mengeluh kepada gurunya Imam Waki‟ atas daya ingatnya yang buruk, lalu Imam Waki‟ menasihatinya agar meninggalkan kemaksiatan. Sebab, menurut Imam Waki‟ “Ilmu itu cahaya dan cahaya Allah tidak akan diberikan kepada orang-orang yang bermaksiat”. Bersyukur. Makna bersyukur adalah bahagia dengan apapun yang didapatkan pada hari ini. Dengan bersyukur maka seseorang akan mendapatkan kebahagiaan, sekaligus mendapatkan kekuatan daya kecerdasan baik fisik, mental maupun spiritual. Rasa bersyukur harus dilatih, tanpa latihan dalam kehidupn sehari-hari, bersyukur akan terasa sulit untuk dilakukan. Meminta didoakan oleh orang shaleh. Sahabat Abu Hurairah pernah mengeluhkan daya ingatnya kepada Rasulullah, lalu Rasulullah memerintahkan untuk membentangkan selendangnya lalau Rasulullah 25
M. Utsman Najati, op. cit., h. 112-119.
19
mendoakannya. Sejak saat itu Abu Hurairah tidak pernah lupa sedikitpun terhadap hadits yang diterimanya. Mendirikan shalat dengan rutin. Shalat melatih diri untuk sellu disiplin, mencegah diri dari kemaksiatan dan kemungkaran. Mencegah diri dari kemaksiatan dan kemungkaran merupakan pola hidup yang benar untuk mendapatkn kekuatan daya ingat atau kecerdasan fisik, mental dan spiritual yang maksimal, kekuatan daya tersebut yang akan membawa diri selalu dalam kebaikan. Oleh karena itu shalat lima waktu ditambah shalat-shalat sunnah menjadi kebutuhan harian seseorang terutama orang muslim.26 d) Menurut Ary Ginanjar Agustian Dalam buku ESQ berdasarkan 6 rukun Iman dan 5 rukun Islam, Ary Ginanjar memberikan sebuah definisi tentang kecerdasan, yaitu kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah, menuju manusia seutuhnya (Insan Kamil), dan memiliki pola pemikiran tauhidi (integralistik), serta prinsip “hanya kepada Allah swt”. Kecerdasan spiritual (SQ) dalam pandangan Khalil Khavari merupakan dimensi nonmaterial atau ruh manusia. Hal tersebut selaras dengan SQ perspekif Islam. Karena, ruh merupakan esensi kemanusiaan. Ruhlah yang membedakan manusia dengan makhluk lain. Ruh menjadi sumber segala kecerdasan manusia baik intelektual, emosional, dan spiritual. Hakikat ruh adalah kuasa Tuhan, tetapi ruh bisa dikenal melalui manifestasi elemen-elemennya berupa kesadaran, yaitu kesadaran ilmiyah dan intelektual, kesadaran akhlaqi, dan kesadaran ruhaniah (dzikrullah).
26
Amr Hasan Ahmad Badran, Rahasia Cerdas Otak Cara Islami, Terj. dari Kayfa Tuwaajihu An-nisyaana Wa Dho‟fu Adz-Dzaakirah ? oleh Abdurrahman Jufri, (Solo : Kafilah Publishing, 2011), cet. I, h. 65-70.
20
Spiritualitas tidak dapat dipisahkan dari kesadaran tauhid, keEsaan Allah, dan hidup berjalan sesuai kehendak-Nya salah satu bentuk kecerdasan spiritual model Islam terdapatdalam bukunya Ary Ginanjar Agustian yang berjudul ESQ (Emosional Spiritual Quotient). Berdasarkan 6 rukun Iman dan 5 rukun Islam, yaitu : Tahap 1 : Zero Mind Process (Penjernihan Emosi) Usaha mengungkapkan belenggu-belenggu pikiran dan mencoba mengidentifikasi paradigma itu. Sehingga dapat dikenali apakah paradigma tersebut telah mengkerangkeng pikiran. Tujuh belenggu itu : prasangka negatif, prinsip-prinsip hidup, pengalaman, kepentingan dan prioritas, sudut pandang, perbandingan dan literatur.27 Apabila manusia telah dapat mengendalikan belenggu yang dapat menutupi fitrah (God-Spot) maka terbentuklah hati dan pikiran yang jernih (suci). Tahap 2 : Mental Building (Membangun mental) Setelah melalui tahap 1, manusia diharapkan sudah dapat mengenali tujuh faktor yang membelenggu god-spot (fitrah),. Pada tahap 2, manusia akan mulai diisi dan dibangun melalui enam prinsip yang didasarkan atas 6 rukun Iman, yaitu : Prinsip Bintang (Star Principle) : Tuhan menciptakan manusia dengan sempurna dan dianugerahi sifat-sifat-Nya. Sehingga manusia dapat menjalankan tugas-tugasnya sebagai khalifah di Bumi. Apabila manusia telah menyadari bahwa dirinya memiliki sifat-sifat Tuhan, maka upayakan dan pupuklah terus hingga menghasilkan sebuah kekuatan dan motivasi yang maha dahsyat. Dengan sebuah keberanian dan kekuatan yang berlandaskan Iman kepada Tuhan. Akan tercipta sebuah jati diri (eksistensi) yang memiliki nilai tinggi.
27
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ, Emotional Spiritual Quotient, (Jakarta : Arga Wijaya Persada, 2007), h. 37.
21
Hasil prinsip bintang : kepemilikan rasa aman instrinsik, kepercayaan diri yang tinggi, integritas yang kuat, bersikap bijaksana, dan memiliki tingkat motivasi yang tinggi, semua dilandasi dan dibangun karena iman kepada Allah. Prinsip Malaikat (Angel Principle) : Malaikat adalah makhluk mulia, mereka sangat dipercaya oleh Allah untuk menjalankan segala perintah-Nya. Semua pekerjaan dilakukan dengan sebaik-baiknya. Seberat apapun pekerjaan yang diberikan kepada mereka, akan dilaksanakan dengan sepenuh hati karena Allah. Hasil prinsip Malaikat : seorang yang memiliki tingkat loyalitas yang tinggi, komitmen yang kuat, memiliki kebiasaan untuk mengawali dan memberi, suka menolong dan memiliki sikap saling percaya. Prinsip kepemimpinan (Leadership Principle) : hampir semua orang menjadi pemimpin dilingkungannya masing-masing terlepas dari besar kecilnya jumlah orang dalam kelompok tersebut. Meskipun hanya satu orang saja pengikutnya maka ia masih dikatakan sebagai seorang pemimpin. Bahkan manusia seorang diripun harus memimpin dirinya sendiri untuk mengarahkan hidupnya. Hasil prinsip kepemimpinan : pemimpin sejati yaitu seorang yang selalu mencintai dan memberi perhatian kepada orang lain, sehingga ia dicintai. Memiliki integritas yang kuat, sehingga ia dipercaya oleh pengikutnya. Selalu membimbing dan mengajari pengikutnya. Memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten. Dan yang terpenting adalah memimpin melandaskan suara hati yang fitrah. Prinsip pembelajaran (Learning Principle) : perintah untuk membaca adalah langsung diturunkan oleh Tuhan. Perintah ini terdapat dalam QS. Al-Alaq ayat 1-5 :
22
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (al-Alaq/29: 1-5). Membaca adalah awal mulanya suatu ilmu pengetahuan, karena dengan membaca seorang dapat mengetahui sesuatu. Hasil prinsip pembelajaran : memiliki kebiasaan membaca buku dan membaca situasi dengan cermat. Selalu mengevaluasi pemikirannya kembali.
Bersikap terbuka untuk mengadakan penyempurnaan.
Memiliki pedoman yang kuat dalam belajar, yaitu berpegang teguh hanya kepada Allah. Prinsip masa depan (mision principle) : pembangunan visi, tahap pembentukannya akan sangat tergantung pada kualitas kecerdasan hati yang terbentuk pada tahap sebelumnya. Visi yang dibangun sulit untuk berjalan dengan baik, sekiranya prinsip bintang yang dianut sudah salah sejak awal, maka prinsip malaikatnya tidak akan berhasil membangun suatu kepercayaan. Akibatnya pada tahap prinsip kepemimpinan, ia akan begitu rapuh dan sangat mudah terpengaruh, hingga akhirnya gagal menjadi pemimpin. Akibat dari semua kesalahan di atas maka pada tahap prinsip masa depan ini, ia akan membangun visi pada landasan yang goyah atau bahkan visi yang keliru. Hasil prinsip masa depan : selalu berorientasi pada tujuan akhir dalam setiap langkah yang dibuat. Melakukan setiap langkah secara optimal dan sungguh-sungguh memiliki kendali diri dan sosial, karena telah memiliki kesadaran akan adanya “hari kemudian”. Memiliki kepastian akan masa depan dan memiliki ketenangan
23
batiniah yang tinggi, tercipta oleh keyakinannya akan adanya “hari pembalasan”. Prinsip keteraturan (well organized principe) : prinsip ini menghasilkan manusia yang memiliki kesadaran, ketenangan dan keyakinan dalam berusaha, karena pengetahuan akan kepastian hukum alam dan hukum sosial dan sangat memahami akan arti penting sebuah proses yang harus dilalui dengan berorientasi pada pembentukan sisten (sinergi) , dan selalu berupaya menjaga sistem yang telah dibentuk.28 Tahap 3 : Personal Strength (ketangguhan pribadi) Ketika seseorang berada pada posisi atau
dalam keadaan telah
memiliki pegangan prinsip hidup yang kokoh dan jelas. Seseorang bisa dikatakan tangguh apabila ia telah memiliki prinsip yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh oleh lingkungannya yang terus berubah dengan cepat. Personal Strength terbagi menjadi : Mission Statement (syahadat) : syahadat akan membangun suatu keyakinan dalam berusaha. Syahdat akan menciptakan suatu dorongan
dalam
upaya
mencapai
tujuan.
Syahadat
akan
membangkitkan keberanian dan optimisme, sekaligus menciptakan ketenangan batiniah dalan menjalankan misi hidup. Character Building (Shalat) : shalat merupakan metode relaksasi untuk menjaga kesadaran diri agar tetap
memiliki cara
berfikir yang fitrah. Shalat merupakan metode yang dapat meningkatkan kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual secara terus menerus. Shalat merupakan teknik pembentukan pengalaman positif.29 Self Controling (puasa) : puasa adalah suatu metode pelatihan untk pengendalian diri. Puasa bertujuan untuk meraih kemerdekaan sejati, dan pembebasan dari belenggu nafsu yang tak 28 29
Ibid., 99-216 Ibid., h. 216
24
kendali.
Selain
itu,
puasa
dapat
melatih
manusia
untuk
mengendalikan suasana hati dan pelatihan untuk menjaga prinsipprinsip yang telah dianut berdasarkan rukun iman. 30 Tahap 4 : social strength (ketangguhan sosial) Ketika seseorang dapat memberikan sebagian hartanya kepada orang lain yang memerlukan, maka orang itu dapat dikatakan memiliki ketangguhan sosial. Social strength terdiri dari : Strategic Collaboration (zakat) : Zakat adalah lagkah nyata membangun
sebuah
sistem
atau
sinergi
yang
kuat,
yaitu
berlandaskan sikap empati, kepercayaan, sikap koperatif dan keterbukaan serta kredibilitas. Total Action (Haji) : Haji merupakan lambang dari puncak “ketangguhan pribadi” dan puncak “ketangguhan sosial”. Haji berupakan sublimasi dari shalat dan keseluruhan Rukun Iman. Dan merupakan lambang perwujudan akhir dari rukun Islam. Singkatnya, haji adalah suatu wujud keselarasan antara idealisme dan praktek, keselarasan antara rukun Iman dan rukun Islam.31 Pokok pikiran dalam Rukun Iman dan Rukun Islam memberikan manusia bimbingan untuk mengenal dan memahami perasaan kita sendiri, dan perasaan orang lain, motivasi diri, mengelola emosi dalam berhubungan dengan orang lain yang berdasarkan keyakinan kepada Tuhan. Sehingga Rukun Iman dan Rukun Islam bukan hanya sebuah ajaran ritual semata, tetapi memiliki makna yang penting dalam membangun kecerdasan emosi dan spiritual. b. Karakteristik atau ciri-ciri Kecerdasan Spiritual Anak-anak yang memiliki kecerdasan spiritual, memiliki karakterkarakter sebagai berikut : 1. Kemampuan untuk membedakan yang fisik dan material. 30 31
Ibid., h. 249-308. Ibid., h. 333-370.
25
2. Kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak yakni yakni merasakan kesejukan dalam diri ruhaniahnya. 3. Kemampuan untuk mengartikan makna pengalaman sehari-hari. 4. Kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual untuk menyelesaikan masalah. 5. Kemampuan untuk berbuat baik.32 Orang-orang yang bisa berfikir dan memiliki kecerdasan spiritual serta mengetahui sesuatu secara inspiratif, tidak hanya memahami dan memanfaatkan sebagaimana adanya, tetapi mengembalikannya pada asal ontologisnya, yakni Allah SWT. Menurut Jalaluddin Rahmat, kecerdasan spiritual ditandai dengan sejumlah ciri yaitu : 1. Mengenal motif kita yang paling dalam. Motif kreatif adalah motif yang menghubungkan seseorang dengan kecerdasan spiritual. Ia tidak bisa dikembangkan lewat IQ. IQ hanya menganalisis atau mencari pemecahan soal secara logis. Sedang EQ adalah kecerdasan yang membantu kita untuk bisa menyesuaikan diri dengan orang-orang di sekitar, berempati dengan orang-orang di sekitar, untuk bisa bersabar, menerima orang lain apa adanya serta mengendalikan diri. Tetapi, untuk bisa kreatif kita memerlukan suatu kecerdasan, yaitu kecerdasan spiritual. Jadi, motif kreatif adalah motif yang lebih dalam, dan salah satu ciri orang yang cerdas seara spiritual adalah orang yang mengetahui motifnya paling dalam. 2. Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi. Maksudnya adalah dia memiliki tingkat kesadaran bahwa dia tidak mengenal dirinya lebih, karenanya selalu berupaya untuk mengenal dirinya lebih dalam. 3. Bersikap responsif pada diri yang paling dalam.
32
Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak terjemahan Muhammad Muchson Anasy, (Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 2006), h. 182.
26
Bersikap responsif artinya, melakukan introspeksi diri, refleksi dan mau mendengarkan dirinya. 4. Mampu memanfaatkan dan mentransendenkan kesulitan. Mentransendenkan kesulitan maksudnya adalah orang yang cerdas secara spiritual tidak menyalahkan orang lain ketika menghadapi kesulitan, dan ini berarti orang yang cerdas spiritual bertanggung jawab atas hidupnya dan tidak mengalihkan tanggung jawab itu kepada orang lain. 5. Sanggup berdiri, menentang, dan berbeda dengan orang banyak. Maksud pernyataan tersebut adalah orang yang cerdas spiritual mempunyai pendirian dan pandangan sendiri walaupun harus berbeda dengan pendirian dan pandangan orang banyak. 6. Enggan mengganggu atau menyakiti orang dan makhluk lain. Dalam ciri ini orang yang cerdas spiritual merasa bahwa alam semesta adalah satu kesatuan, sehingga kalau mengganggu apa pun dan siap pun akan kembali kepada dirinya sendiri. 7. Memperlakukan agama cerdas secara spiritual. Yaitu orang yang cerdas spiritual mampu mengajarkan dimensi esosentris pada dirinya, seperti perbuatan hati, sabar, adil, ikhlas dan sederhana. 8. Memperlakukan kematian cerdas secara spiritual. Orang yang cerdas spiritual selalu menyiapkan diri untuk menghadapi kematian dengan selalu berbuat baik, beribadah dan beramal shaleh.33 Dengan demikian, kecerdasan spiritual dapat membuat kehidupan beragama seseorang mejadi lebih baik. Walaupun demikian tingkat kecerdasan spiritual seseorang dapat meningkat ataupun menurun. Oleh karena itu, harus terdapat self management agar kecerdasan spiritual yang memang telah dibangun di dalam diri setiap orang dapat terus dipertahankan agar tidak menurun. c. Fungsi kecerdasan spiritual 33
Sudirman Tebba, Tasawuf Positif, (Jakarta : Pustaka Irvan, 2008), cet. ke-2, h. 16-18.
27
Manusia yang memiliki spiritual yang baik akan memiliki hubungan yang kuat dengan Allah SWT, sehingga akan berdampak pula kepada kepandaian ia dalam berinteraksi dengan manusia, karena dibantu oleh Allah SWT yaitu hati manusia dijadikan cenderung kepada-Nya. Firman Allah dalam surat Fushilat ayat 33 :
“Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh, dan berkata : Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?” (Q.S. Fushilat/41:33).
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kondisi spiritual seseorang berpengaruh terhadap kemudahan dia dalam menjalani kehidupan ini. Jika spiritual baik, maka ia menjadi seorang yang cerdas
dalam
kehidupan. Untuk itu yang terbaik adalah memperbaiki hubungan dengan Allah SWT dengan cara meningkatkan takwa dan menyempurnakan tawakal serta memurnikan pengabdian kepadanya. Dan firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 93 :
“Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka Makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. Dari ayat tersebut juga, tampak dengan sangat jelas keterkaitan antara takwa, iman, prinsip, dan amal shaleh yang merupakan indikasi kecerdasan spiritual.
28
Dari uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa seseorang yang cerdas secara spiritual dalam Al Quran sangat jelas keterkaitannya antara takwa, iman, dan amal shaleh. Adapaun beberapa fungsi kecerdasan spiritual menurut KH. Toto Tasmara antara lain : 1. Mengarahkan Manusia untuk Memiliki visi Mereka yang cerdas secara ruhani, sangat menyadari bahwa hidup yang dijalaninya bukanlah “kebetulan” tetapi sebuah kesengajaan yang harus dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab (takwa). Orang yang memiliki kecerdasan spiritual merupakan orang yang mampu bersikap fleksibel, memiliki visi dan prinsip nilai, mempunyai komitmen dan tanggung jawab.34 2. Selalu Merasakan Kehadiran Allah Mereka yang cerdas secara ruhaniah, merasakan kehadiran Alah di mana saja mereka berada. Mereka meyakini bahwa salah satu produk dari keyakinannya beragama antara lain melahirkan kecerdasan spiritual yang menumbuhkan perasaan yang sangat mendalam bahwa dirinya senantiasa berada dalam pengawasan Allah. Mereka merasakan serta menyadari bahwa seluruh detak hatinya diketahui dan dicatat Allah. Orang yang cerdas secara ruhaniah merasakan pengawasan Allah. Allah SWT berfirman :
“sesungguhnya telah Kami ciptakan manusia, dan Kami mengetahui apa yang bisikkan hatinya. Kami lebih kepadanya daripada urat nadinya.” (Qaaf : 16).
3. Mengarahkan Manusia untuk selalu Berdzikir dan Berdoa Berdzikir dan berdoa merupakan sarana sekaligus motivasi diri untuk menampakkan wajah seorang yang bertanggung jawab. Zikir
34
Monty P. Satiadarma dan Fidelis E. Waruru, Mendidik Kecerdasan, (Jakarta : Pustaka Populer obir, 2003), h. 45.
29
mengingatkan perjalanan untuk pulang dan berjumpa dengan yang dikasihinya. Dan dengan berdoa, mereka memiliki sifat optimis. 4. Mengarahkan Manusia Untuk Selalu Meningkatkan Kualitas Sabar Dalam kandungan kualitas sabar, terdapat sikap yang istiqamah. Sabar berarti tidak bergeser dari jalan yang mereka tempuh. Sabar berkaitan pula dengan masa depan sebagaimana firman Allah SWT :
“Maka bersabarlah kamu, karena Sesungguhnya janji Allah itu benar, dan mohonlah ampunan untuk dosamu dan bertasbihlah seraya memuji Tuhanmu pada waktu petang dan pagi.” (Al-Mu‟min : 55).
Janji Allah memberikan nuansa “waktu dan masa depan”. Sehingga, sabar merupakan fungsi jiwa yang berkaitan sebanding dengan harapan waktu dan proses berikhtiar untuk menjadi nyata. Sabar berarti memiliki ketabahan dan daya yang sangat kuat untuk menrima beban, ujian, atau tantangan tanpa sedikitpun mengubah harapan untuk menuai hasil yang ditanamnya. 5. Mengarahkan Manusia Untuk Cenderung Pada Kebaikan Orang-orang yang bertakwa adalah mereka yang selalu cenderung kepada kebaikan dan kebenaran. Mereka merasakan kerugian yang dahsyat ketika waktu berlalu begitu saja tanpa ada satu pun kebaikan yang dilakukanya. 6. Memiliki Empati Orang yang cerdas secara ruhani mampu beradaptasi dengan merasakan kondisi batiniah orang lain. Seperti halnya yang dilakukan Umar Ibnu Khattab terhadap rakyatnya. 7. Berjiwa Besar Jiwa besar adalah keberanian untuk memaafkan
dan sekaligus
melupakan perbuatan yang pernah dilakukan oleh orang lain. Seorang yang cerdas secara ruhaniah, memiliki sikap pemaaf yang sangat besar
30
seakan lebur dalam cintanya yang sangat mendalam terhadap kebenaran dan sekaligus sangat besar kepeduliannya kepada kemanusiaan. 8. Bahagia Melayani Budaya melayani dan menolong merupakan bagian dari citra diri seorang muslim. Mereka sadar bahwa kehadiran dirinya tidaklah terlepas dari tanggung jawab terhadap lingkungannya dengan menunjukkan sikapnya untuk senantiasa terbuka hatinya terhadap keberadaan orang lain dan merasa terpanggil atau ada semacam ketukan yang sangat keras dari lubuk hatinya untuk melayani.35 Dari pembahasan tersebut, dapat dikemukakan bahwa Kecerdasan spiritual (SQ) merupakan landasan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif dan kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan tertinggi.36 Apabila SQ tidak ada maka IQ dan EQ tidak berjalan secara efektif. Dengan demikian jelaslah bahwa dalam kehidupan manusia SQ lah yang harus dimiliki. Orang yang cerdas keseluruhannya akan mampu menjaga interaksi sosialnya serta mampu memelihara ketenangan batinnya. Peran IQ memang penting dalam kehidupan manusia untuk memanfaatkan teknologi demi efisien dan efektifitas. Sedangkan EQ juga mempunyai peran penting dalam membangun hubungan baik antar manusia. Tetapi semua itu tanpa didasari dengan nilai-nilai SQ hanya akan melahirkan Fir‟aun di muka bumi. Jadi dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual itu selain dapat membawa seseorang pada puncak kesuksesan dan memperoleh ketentraman diri, juga dapat melahirkan pribadi-pribadi yang mulia dalam diri manusia. d. Perkembangan Jiwa Agama (spiritual) Anak Usia Remaja Sebelum membahas tentang perkembangan spiritual pada masa remaja, kiranya penulis akan memamparkan pengertian tentang remaja. 35 36
Toto Tasmara, op.cit., h. 6-38 Danah Zohar dan Ian Marshall, op.cit., h. 20.
31
Ada beberapa pandangan atau pendapat tentang pengertian remaja dari berbagai lingkungan dan profesi, yaitu tinjauan menurut psikologi dan pendidikan, masyarakat serta hukum dan perundang-undangan antara lain : Remaja dalam pengertian psikologi dan pendidikan. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah setelah masa kanak-kanak yakni setelah umur 12 tahun, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat. Pertumbuhan ini membawa pengaruh terhadap remaja dalam sikap, prilaku, kesehatan serta kepribadian remaja. Remaja dalam pengertian masyarakat. Penentuan seseorang telah remaja atau belum, tergantung kepada penerimaan masyarakat terhadap remaja. Misalnya, pada masyarakat desa yang masih tertutup, barangkali masa remaja itu tidak ada atau tidak mereka kenal. Sebab anak-anak belajar dan berlatih melakukan pekerjaan yang dilakukan oleh orang tuanya atau orang sekampungnya. Tidak ada batas yang jelas antara anak-anak dan dewasa. Begitu tubuh sianak tumbuh besar dan kuat, mereka dianggap mampu melakukan pekerjaan seperti yang dilakukan orang tuanya. Mereka dianggap mampu memberi hasil untuk kepentingan diri dan keluarganya. Maka saat itu mereka diterima dalam lingkungannya, pendapatnya didengar dan diperhatikan dan mereka juga sudah terlatih untuk memikul tanggung jawab keluarga. Lain halnya dengan masyarakat maju. Remaja belum dianggap sebagai anggota masyarakat yang perlu didengar dan dipertimbangkan pendapatnya serta dianggp belum sanggup bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dulu mereka perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kapasitas tertentu, serta mempunyai kemantapan emosi, sosial dan kepribadian. Remaja dalam pandangan hukum dan perundang-undangan. Umur remaja dalam pandangan hukum dapat kita ketahui dari posisinya dimata hukum. Seseorang dianggap sah sebagai calon pemilih dalam pemilu bila telah berumur 17 tahun, dan untuk memperoleh surat izin mengemudi
32
(SIM) minimal usia 18 tahun. dengan demikian dapat disimpulkan umur remaja dalam segi hukum adalah 13-17 / 18 tahun. Remaja dari segi ajaran Islam. Dalam Islam terdapat kata baligh yang biasa dikaitkan dengan mimpi. Kata balig dalam istilah hukum Islam digunakan untuk penentuan umur awal kewajiban melaksanakan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari. Atau dengan kata lain terhadap mereka yang telah balig dan berakal, berlakulah seluruh ketentuan hukum Islam. Dari sisni dapat diketahui bahwa ahli-ahli psikologi telah sepakat tentang berapa usia yang dapat ditentukan mengenai permulaan masa remaja, yaitu dengan dimulai datangnya haidh pertama pada wanita dan mimpi pada pria yakni sekitar umur 12-13 tahun dan masa remaja akhir sekitar umur 21 tahun. Dari penjelasan tersebut, Prof. Dr. Hj Zakiah Darajat, membagi fase remaja kepada dua tahap yaitu masa remaja pertama pada usia 1316 tahun dan masa remaja terakhir pada usia 17-21 tahun.37 Perkembangan pada masa remaja itu amatlah rumit, mereka mulai berfikir logis dan abstrak, mereka yang beranjak remaja tidak dapat melupakan Tuhan dari segala peristiwa yag dialaminya, sehingga segala apapun yang terjadi di alam, baik peristiwa alamiah maupun peristiwa sosial dilimpahkan kepada Tuhan. Pada masa remaja ini keyakinan kepada Tuhan amatlah rentang, kadang meningkat dan kadang menurun tergantung situasi yang mereka alami dan jiwa yang mereka rasakan. Ketika remaja itu melihat adanya kekacauan, kerusuhan, ketidakadilan dalam dirinya atau pun dalam masyarakat maka ia akan merasa kecewa kepada Tuhan. Akan tetapi sebaliknya ketika mereka melihat keindahan alam, keharmonisan dalam segala sesuatu maka mereka akan menjadi yakin kepada Tuhan bahwa Tuhan itu Maha Bijaksana. Kemudian dalam berfikir remaja sudah kritis terhadap ajaran agama, dengan cara menolak saran-saran yang tidak dapat dimengerti 37
Heny Narendrani Hidayati dan Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2007), cet. I, h. 102- 105.
33
olehnya atau mengkritik pendapat yang berlawanan oleh pendapat yang diambilnya. Merekapun bimbang dalam meyakinkan agama yang ia miliki, karena pada masa ini perasaan, fikiran itu sangatlah mudah untuk dipengaruhi oleh fikiran-fikiran yang menyimpang dengan ajaran yang mereka yakinkan selama ini. Dalam kehidupan keagamaannya mereka cenderung dihadapkan oleh konflik sehingga mereka bingung untuk menentukan pilihan. Kondisi ini menyebabkan remaja cenderung kepada pertimbangan lingkungan sosialnya. Jika remaja itu hidup di ligkungan yang lebih mementingkan duniawi maka remaja lebih cenderung jiwanya untuk menjadi materialistis dan jauh dari agama. Sebaliknya, jika remaja hidup dan dipengaruhi oleh lingkungan yang lebih mementingkan kehidupan yang religius, maka remaja lebih cenderung jiwanya untuk menjadi religius dan merasa dekat dengan Tuhan. 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Di dalam kata prestasi belajar terdapat dua kata yakni “prestasi” dan “belajar”. Dan penulis akan mamaparkan masing-masing kata tersebut sehingga dapat dipahami pengertian prestasi belajar tersebut. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, “prestasi” adalah hasil yang telah dicapai (dari yang telah dilakukan, dikerjakan dsb). Atau prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melaluimata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru.38 Sedangkan
“belajar”
terdapat
beberapa
pengertian
yaitu
pertamaberusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, kedua berlatih,ketiga berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.39 Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan 38 39
Departemen Pendidikan Nasional, op.cit., h. 1101. Ibid., h. 23.
34
dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.40 Menurut Slameto, “belajar
adalah usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”41 Dengan demikian, belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan. Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki/ meningkatkan perilaku yang ada. Setelah membahas definisi prestasi dan belajar di atas maka penulis akan membahas mengenai pengertian prestasi belajar. Definisi prestasi belajar menurut pakar pendidikan Sutartinah Tirtonegoro berpendapat bahwa prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk huruf, angka, maupun simbol, yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu, misalnya tiap semester, hasil prestasi belajar abak dinyatakan dalam buku raport.42 Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah hasil belajar yang diperoleh dari proses usaha belajar yang dilakukan siswa berupa penguasaan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibuktikan melalui tes hasil belajar dan dinyatakan dalam bentuk nilai atau skor yang telah dicapai. b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Adapun terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar selain kecerdasan spiritual, akan dikemukakan yaitu : Belajar sebagai proses perubahan tingkah laku subyek belajar yang baik, yang berkaitan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik, 40
W.S Winkel, Psikologi Pengajaran, (Yogyakarta : Penerbit Media Abadi, 2004), cet. Ke-6, h. 59. 41 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2010), h. 2. 42 Sutartinah, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), cet.ke-3, h. 43.
35
banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang secara global terdiri dari fator internal dan faktor eksternal. 1.
Faktor internal (yang berasal dari diri sendiri) a. Aspek fisiologis (jasmani) Kondisi umum jasmani dan tegang otot yang menandai tingkat kebugaran
organ-organ
tubuh
dan
sendi-sendinya
dapat
mempengaruhi semangat intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas ranah (kognitif) sehingga materi yang dipelajari pun kurang atau tidak berbekas. b. Aspek psikologis 1) Intelegensi dan bakat Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Jadi intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peranan otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada perean-peran organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan menara pengontrol hampir seluruh aktifitas manusia. 43 2) Minat dan motivasi Sebagaimana halnya dengan intelegensi dan bakat maka minat dan motivasi adalah dua aspek psikis yang juga besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar. Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga datang dari hati sanubari.
Dan
motivasi
adalah
daya
penggerak
atau
pendoronguntuk melakukan suatu pekerjaan.44
43
Muhibbin Syah,Psikologi pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002), cet. Ke-7, h. 132-143. 44 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT rineka cipta, 1997), cet. I, h. 56.
36
3) Sikap : sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecendrungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap merupakan faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Dalam hal ini sikap yang akan menunjang belajar seseorang ialah sikap positif (menerima) terhadap bahan atau pelajaran yang akan dipelajari, terhadap guru yang mengajar dan terhadap lingkungan tempat tinggal dimana dia belajar. 2.
Faktor Eksternal (faktor yang berasal dari diri sendiri) a) Faktor Lingkungan Sosial Seperti masarakat, tetangga, juga teman-teman, sepermainan di lingkungan sekitar. Kondisi masarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, misalnya akan sangat mempengruhi aktivitas belajar siswa. Paling tidak siswa tersebut akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskudi ataupun meminjam alat-alat belajar tertentu yang belum dimilikinya. b) Faktor Lingkungan fisik Seperti keadaan suhu, kelembaban udara, waktu, gedung sekolah, fasilitas belajar dan sebagainya. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat prestasi belajar siswa45 c) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. d) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan Dari pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi prestasi belajar ada dua macam, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
45
Muhibbin Syah, op.cit., h. 143.
37
Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas yang berpengaruh terhadap prestasi belajar, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor tersebut. 3. Pengaruh Kecerdasan Spiritual Terhadap Prestasi Belajar Kecerdasan spiritual mempunyai pengaruh terhadap kecerdasan intelektual. Hal ini telah dibuktikan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall. Menurut mereka, kecerdasan spiritual adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif, bahkan kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan tertinggi manusia. Karena kecerdasan spiritual memungkinkan manusia menjadi kreatif, mengubah aturan dan situasi. Menurut Ari Ginanjar Agustian, kecerdasan spiritual yang merupakan kecerdasan kecerdasan tertinggi manusia akan mengahsilkan ketenangan jiwa. Ketenangan yang dimiliki Sang Pemilik Kecerdasan Ruh akan terpancar pada wajahnya berupa kesejukan, pada sikapnya berupa ketawadhuan, pada keinginannya berupa membahagiakan orang lain, pada gerakannya berupa kebajikan, pada amalnya berupa keshalehan, dan pada budi pekertinya berupa akhlak yang mulia.46 Kecerdasan spiritual memberi manusia kemampuan membedakan. Kecerdasan
spiritual
memberi
manusia
rasa
moral,
kemampuan
menyesuaikan aturan yang kak dibarengi dengan pemahaman dan cinta. Dengan demikian kecerdasan spiritual dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. B. Hasil Penelitian Yang Relevan Adapun beberapa penelitian tentang kecerdasan spiritual sebelumnya adalah : 1. Jahyuni (205011000297, FITK, tahun 2010), meneliti dalam skripsinya dengan judul “hubungan antara kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar bidang studi akidah akhlak di Mts Nurul Iman Rajeg Tangerang”. Diantara persamaan dan perbedaan penelitian Jahyuni dengan penelitian yang penulis lakukan adalah :
46
Ary Ginanjar Agustian, op.cit., h. xiiv.
38
Persamaannya yaitu menggunakan pendekatan kuantitatif, instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner, dan hasil uji korelasi menggunakan product moment. Perbedaannya yaitu teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh Jahyuni menggunakan teknik random sampling sedangkan penulis menggunakan teknik purposive sampling, kemudian dokumentasi pada penelitian ini penulis mengambil nilai rata-rata raport siswa dari seluruh mata pelajaran pada semester ganjil sedangkan pada penelitian yang dilakukan Jahyuni dokumentasinya mengambil nilai hasil belajar pada bidang studi akidah akhlak saja dan pada judul skripsi yang ditulis oleh Jahyuni yang menjadi variabel Y dalam skripsinya adalah hasil belajar bidang studi akidah akhlak. Penelitian ini dilakukan di Mts Nurul Iman Rajeg Tangerang dengan populasi seluruh siswa Mts Nurul Iman yang berjumlah 309 siswa, dan diambil sampel 40 siswa. Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Jahyuni adalah diperoleh angka korelasi dari variabel x dan y
yaitu 0,347, hasil korelasi ini
menunjukkan bahwa antara variabel x dan y memiliki korelasi yang lemah. Dengan demikian kecerdasan spiritual mempengaruhi prestasi belajar tetapi tidak erat hubungnnya dan tidak selalu menghasilkan prestasi akidah akhlak yang baik. 2. Salafudin (106011000170, FITK, tahun 2010), meneliti skripsinya yang berjudul “kecerdasan spiritual dan hubungannya dengan penerapan nilainilai kejujuran siswa di Mts Daarul Hikmah Pamulang” Persamaannya
yaitu
menggunakan
pendekatan
kuantitatif,
teknik
pengumpulan data menggunakan angket, dan dan hasil uji korelasi menggunakan product moment. Perbedaannya yaitu teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh salafudin menggunakan teknik random sampling sedangkan penulis pada penelitian yang penulis lakukan pengambilan sampel menggunakan menggunakan teknik purposive sampling, pada penelitian ini yang menjadi
39
variabel Y adalah hasil belajar yang datanya diambil dari hasil rnilai ratarata raport siswa,
sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh
Salafudin yang menjadi varibel Y dalam penelitiannya adalah nilai-nilai kejujuran siswa. Penelitian ini dilakukan di Mts Darul Hikmah Pamulang, dengan pengambilan sampel pada kelas VIII sebanyak 45 siswa dari populasi sebanyak 305 siswa dari kelas VIII.A sampai kelas VIII.H. Adapun hasil dari penelitian yang dilakukan oleh salafudin adalah korelasi menunjukkan sedang atau cukup karena berada pada rentangan 0,40-0,70. Hal ini berarti adanya hubungan antara Kecerdasan Spiritual dengan Nilainilai Kejujuran Siswa MTs Darul Hikmah Pamulang. C. Kerangka Berpikir Kecerdasan intelektual besar peranannya dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang mempelajari sesuatu atau mengikuti suatu program pendidikan. Orang yang lebih cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar dari pada orang yang kurang cerdas. Namun kecerdasan intelektual tidak menjamin seseorang berhasil mempelajari sesuatu, tanpa adanya kecerdasan emosional. Karena, kecerdasan emosional ini merupakan suatu keterampilan yang mencakup kesadaran diri dan kendali dorongan hati, ketekunan, semangat, dan motivasi diri, empati dan kecakapan sosial. Landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif adalah kecerdasan spiritual (SQ), sebab SQ merupakan kecerdasan tertinggi manusia. SQ adalah kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan nilai dan makna. Apabila kecerdasan spiritual dimiliki oleh siswa-siswi, Mereka akan lebih mampu memahami berbagai masalah yang timbul selama proses belajar mengajar berlangsung di sekolah. Tidak hanya itu, dengan kecerdasan spiritual ini siswasiswi akan lebih mampu memotivasi diri untuk lebih giat belajar sehingga dapat menemukan makna atau arti dari pelajaran yang diberikan oleh guru. Kecerdasan
40
spiritual juga dapat mendorong siswa-siswi lebih kreatif yaitu memiliki daya cipta kreasi yang tinggi sehingga prestasi belajar di sekolah meningkat.47 D. Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka berfikir, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Ho
: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Kecerdasan Spiritual terhadap prestasi belajar
Ha
: Ada pengaruh yang signifikan antara Kecerdasan Spritual terhadap prestasi belajar siswa
47
Danah Zohar dan Ian Marshall, op.cit., h.12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penulis melaksanakan penelitian ini pada bulan Desember 2013 yang bertempat di Madrasah Aliyah Al-Mawaddah yang berlokasi di Jl. Sadar Raya No. 34 Ciganjur Jagakarsa Jakarta Selatan. Penulis mengadakan penelitian dimulai pada tanggal 20 Desember 2013 sampai tanggal 17 Januari 2014. B. Metode Penelitian Metode penelitian menurut Nana Syaodih Sukmadinata berarti “rancangan penelitian yaitu rancangan yang berisi rumusan tentng obek atau subjek yang akan diteliti, teknik-teknik pengumpulan data, prosedur pengumpulan dan analisis data berkenaan dengan fokus masalah tertentu”.1 Pendekatan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yang merupakan salah satu pendekatan dalam penelitian yang menekankan pada data yang bersifat kumulatif untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh. Untuk mendukung pemahaman yang lebih kuat, maka dilengkapi pula dengan metode kualitatif untuk melengkapi data-data yang belum terjelaskan melalui metode kuantitatif
1
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikani, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006) cet ke-2, h. 5.
40
41
Sehingga metode penelitian yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan metode deskriptif korelasional (Descriptive Correlation Research) Atau metode korelasi, yakni melihat bentuk hubungan antara variabel-variabel yang diteliti. Metode ini bertujuan untuk meneliti sejauh mana variabel pada suatu faktor berkaitan dengan variabel pada faktor lain berdasarkan koefisien korelasinya.2 Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa maka penulis menggunakan rumus korelasi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. C. Variabel Penelitian Dalam buku karangan Husein Umar, “Sugiyono menyatakan, bahwa variabel adalah suatu atribut dari sekelompok objek yang diteliti yang mempunyai variasi antara satu dengan yang lain dalam kelompok tersebut”.3 Variabel dalam penelitian ini terdapat dua macam variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas menurut Hadari Nawawi adalah sejumlah faktor yang mempengaruhi ada munculnya faktor lain, yang pada gilirannya timbul faktor yang kedua yang disebut variabel terikat. Sedangkan variabel terikat sejumlah faktor dipengaruhi oleh adanya variabel bebas.4 Adapun variabel dalam penelitian ini dikaji keberpengaruhan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud adalah kecerdasan spiritual (variabel X), sedangkan variabel terikat adalah prestasi belajar siswa (variabel Y). D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti. Jadi, populasi pada prinsipnya adalah 2
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2009) cet ke-2, h.5. 3 Husein Umar, Metodologi Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta : Rajawali pers, 2011), h 47. 4 Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, ( Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2007), h. 60.
42
semua anggota kelompok manusia atau makhluk hidup lain, benda-benda, sistem dan prosedur, fenomena dan lain-lain yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian.5 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh siswa Madrasah Aliyah Al Mawaddah yaitu kelas X, XI, dan XII yang seluruhnya berjumlah 133 siswa. 2. Sampel Sampel adalah sebagian anggota dari populasi yang diambil dengan menggunakan teknik tertentu yang disebut dengan teknik sampling.6 Berdasarkan populasi di atas yaitu seluruh siswa kelas XI dan XII Madrasah Aliyah Al Mawaddah, maka untuk menentukan sampel yang diambil peneliti menggunakan teknik purposive sampling (sampel bertujuan)7. Yaitu penulis hanya memilih sampel siswa kelas XI dan XII. Sampel yang diambil penulis pada penelitian ini penulis mengambil sampel 30 orang siswa. Dari kelas XI diambil sampel sebanyak 25 orang siswa dan dari kelas XII diambil sampel sebanyak 5 orang siswa dengan instrumen penelitian sebanyak 60 quesioner. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi merupakan proses dalam pengumpulan data dengan melakukan kegiatan pengamatan langsung oleh peneliti dan pencatatan sistematis terhadap penemuan-penemuan yang diselidiki di sekolah.8 Tujuan observasi ini adalah untuk mengetahui gambaran umum lokasi, keadaan gedung, sarana dan prasarana, jumlah siswa, struktur organisasi, kegiatan
5
proses
pembelajaran
dan
kegiatan-kegiatan
lain
yang
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003), cet. ke-1, h. 53. 6 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, op. cit., h. 43. 7 Ibid., h. 45. 8 Husein Umar, op. cit., h. 51
43
berlangsung di Madrasah Aliyah Al Mawaddah. Observasi ini dilakukan guna mencari data yang valid yang dilakukan oleh peneliti di lokasi penelitian. 2. Angket Angket merupakan daftar pernyataan atau pertanyaan yang diberikan kepada responden untuk diisi.9 Setelah itu hasilnya akan dianalisa oleh yang melakukan penelitian, angket ini bertujuan untuk menjaring tentang kecerdasan spiritual siswa/i terhadap prestasi belajar di sekolah. Adapun kisi-kisi instrumen pada penelitian yang penulis gunakan dalam pembuatan angket adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Kisi-kisi instrumen penelitian. No
1
Variabel
Indikator
Butir soal
Kecerdasan Spiritual
- Berkaitan dengan ibadah/keimanan - Berkaitan dengan keilmuan - Berkaitan dengan akhlak/etika
1,2,3,4,5,6,7,8,9,54,57,58. 10,11,12,13,14. 15,16,17,18,19,20, 21,22,23,24,25,26, 27,28,29.
9
- Berkaitan dengan pergaulan sosial dalam kehidupan sehari-hari
30,31,32,33,34,55,59,60.
- Berkaitan dengan belajar
35,36,37,38,39,40, 41,42,43,44.
- Berkaitan dengan kejujuran
45,46,47,48,49,50,56.
- Berkaitan dengan
51,52,53.
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, op. cit., h. 57
44
lingkungan
2
Prestasi
Skoring dari hasil
Belajar
nilai rata-rata raport
3. Dokumentasi Dokumentasi ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen.10 Teknik ini penulis gunakan untuk memperoleh data mengenai prestasi belajar yang dilihat dari nilai rata-rata mata pelajaran yang terdapat dalam raport siswa dan pengambilan gambar kegiatan-kegiatan proses pembelajaran. F. Teknik Analisis Data Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kecerdasan spiritual siswa terhadap
prestasi
belajar
Madrasah
Aliyah
Al-Mawaddah,
penulis
menggunakan teknik analisis data sebagai berikut : 1. Analisis deskriptif Analisa ini digunakan untuk memperoleh nilai frekuensi atas jawaban responden terhadap angket mengenai kecerdasan spiritual, dengan menggunakan rumus : P = F / N x 100% Ket : P = Angket persentase F = Frekuensi Jawaban N = Jumlah sampel responden 2. Skoring (pemberian skor angket kecerdasan spiritual dan prestasi belajar) Pertanyaan
angket
yang telah
dijawab
oleh
siswa
akan
ditabulasikan dengan skor nilai setiap itemnya, dengan cara jawaban dari setiap itemnya diubah menjadi nilai angka :
10
Ibid., h. 69
45
Tabel 3.2 Skor Angket Penelitian untuk jawaban yang positif No
Item
Skor
1
Selalu
4
2
Sering
3
3
Kadang-kadang
2
4
Tidak pernah
1
Tabel 3.3 Skor Angket Penelitian untuk jawaban yang negatif No
Item
Skor
1
Selalu
1
2
Sering
2
3
Kadang-kadang
3
4
Tidak pernah
4
3. Tabulating Yaitu mentabulating data jawaban yang telah diberikan ke dalam bentuk tabel, untuk kemudian diketahui hasil perhitungannya. Kemudian
menjumlah
skor
dari
tiap-tiap
responden
dan
menentukan nilai rata-rata dari jumlah skor seluruhnya dengan menggunakan rumus : Mx =
∑
Keterangan : Mx
: mean yang dicari
X
: jumlah skor
N
: jumlah frekuensi/ banyaknya individu My =
∑
Keterangan : My
: mean yang dicari
46
Y
: jumlah skor
N
: jumlah frekuensi/ banyaknya individu Selanjutnya dikonsultasikan dengan klasifikasi kecerdasan spiritual
dan klasifikasi prestasi belajar siswa. Tabel 3.4 Klasifikasi kategori kecerdasan spiritual No
Skor
Keterangan
1
80 – 120
Kurang
2
120 – 160
Cukup
3
160 – 200
Baik
4
200 – 240
Baik sekali Tabel 3.5
Klasifikasi kategori Prestasi Belajar Siswa No
Skor
Keterangan
1
60 – 69
Cukup
2
70 – 79
Baik
3
80 – 100
Baik sekali
4. Analisa korelasi Untuk langkah yang berikutnya agar lebih mengetahui ada tidaknya pengaruh kecerdasan spiritual siswa terhadap prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah, maka penulis menggunakan rumus korelasi karena adanya dua vriabel yang saling mempengaruhi, maka dari data tersebut diolah dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment (r) dari Carl Pearson, yaitu :
rxy = keterangan
∑ √
∑
: rxy N
∑
∑
∑ ∑
∑
= Angka indeks korelasi “r” Product Moment = Number of Cases
Ʃxy = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y Ʃx
= Jumlah seluruh skor x
47
Ʃy
= Jumlah seluruh skor y
Setelah diketahui hubungan dari dua variabel, langkah selanjutnya adalah diadakan interpretasi data dengan dua cara, yaitu : a.
Interpretasi sederhana dengan cara mencocokkan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” Product Moment seperti di bawah ini : Tabel 3.6 Angka indeks korelasi “r” Product Moment11 Besarnya “r” Product Moment
Interpretasi
(rxy) Antara varibel X dan Y memang terdapat korelasi akan tetapi, sangat lemah atau sangat 0,00-0,20
rendah
sehingga,
korelasi
itu
diabaikan
(dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan Variabel Y. 0,20-0,40
0,40-0,70
0,70-0,90
0,90-1,00
b.
Antara variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi. Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi.
Interpretasi terhadap “r” Product Moment, yaitu dengan terlebih dahulu merumuskan hipotesis kerja/alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho). Kemudian mencari derajat bebasnya (db) atau degress freedomnya (df) yang rumusnya : df = N-nr
11
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), h. 193.
48
Keterangan
: df
= Degress freedom
N
= Number of Cases
Nr
= Banyaknya variabel yang dikorelasikan
Setelah diperoleh hasil dari df, maka dapat dicari besarnya “r” yang tercantum dalam tabel Nilai “Product Moment”, baik pada taraf signifikansi 1%. Jika “r” observasi (ro) sama dengan atau lebih besar ( ) daripada “r” tabel (rt) maka Hipotesis alternatif (Ha) diterima atau terbukti kebenarannya. Berarti memang benar antara variabel X dan Variabel Y terdapat korelasi yang positif (korelasi negatif) yang signifikan. Sedangkan Ho tidak dapat diterima atau tidak terbukti kebenarannya. Ini berarti menunjukkan bahwa tidak adanya korelasi antara variabel X dan Variabel Y itu salah. Sebaliknya, jika “r” observasi (ro) sama dengan atau lebih kecil ( ) dari pada “r” tabel (rt) maka Hipotesis alternatif (Ha) tidak dapat diterima atau tidak terbukti kebenarannya.12 Untuk data prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah Jakarta Selatan penulis mengambil nilai dari hasil raport siswa semester ganjil (1) yang menjadi sampel dalam penelitian ini, jadi untuk data prestasi penulis tidak menggunakan angket untuk memperoleh datanya, karena penulis mendapatkan data prestasi siswa melalui data studi dokumentasi yang ada. Dengan melihat kembali perolehan nilai raport semester ganjil mereka yang menjadi sampel maka secara otomatis data tersebut telah diperoleh penulis. 5. Analisis Determinasi Untuk mengetahui seberapa besar persentase pengaruh (kontribusi) variabel X (kecerdasan spiritual) terhadap variabel Y (prestasi belajar siswa), maka selanjutnya dilakukan analisis determinasi dari angka indeks korelasi (rxy) product moment yang telah diperoleh. Koefisien determinasi dapat dicari dengan rumus : Kd = r2 x 100% 12
Ibid., h. 194-196.
49
Keterangan : Kd = koefisien determinasi r2 = Angka Indeks Korelasi Product Moment G. Hipotesis Statistik Hipotesis statistik mempunyai arti hipotesis yang pengujiannya dilakukan statistik selalu dirumuskan dalam bentuk hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Ekspresi Ha adalah hipotesis penelitian, sedangkan Ho adalah negasi atau ingkaran dari Ha yang akan diuji melalui data sampel secara statistik. Jadi dalam pengujian hipotesis yang diuji adalah Ho, sedangkan kesimpilan mengenai Ha adalah konsekuensi logis dari hasil pengujian Ho. Hal ini mengandung arti bahwa jika Ho ditolak maka Ha diterima dan sebaliknya.13 Adapun pengujian hipotesis statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Tabel 3.7 Hipotesis Statistik Hipotesis Statistik
Hipotesis Tak Langsung
(Dua Pihak)
Terdapat pengaruh antara kecerdasan spiritual H0 : dengan prestasi belajar
13
Ha :
0
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Pedoman Penulisan Skripsi , (Jakarta :Tp, 2013) h. 77.
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Profil Sekolah Nama
: MAS Al-Mawaddah
Alamat
: Jl. Sadar Raya No. 34 Ciganjur Jagakarsa Jakarta Selatan
No. Telp.
: (021) 78893179
Nama Yayasan (bagi swasta)
: Baitul Rahim
Alamat Yayasan & No. Telp.
: Jl. Sadar Raya No. 34 Ciganjur Jagakarsa Jakarta Selatan
Nama Kepala Sekolah
: Neneng Hasanah, S.Ag, MM
No. Telp/Hp
: 081318112334
Tahun Didirikan/Th. Beroperasi
: 2004/2004
Kepemilikan Tanah/Bangunan
: wakaf
Luas Tanah/Status
: 2000 m2/terakreditasi B
Luas Bangunan
: 1500 m2
2. Sejarah Berdirinya MA Al Mawaddah didirikan pada tahun 2004 yang beralamat di Jl. Sadar Raya No. 34 kelurahan Ciganjur kecamatan Jagakarsa Jakarta Selatan. Adalah sebuah pondok pesantren yang didirikan diatas tanah wakaf seluas 2000 m2.
50
51
Lingkungannya masih cukup asri jauh dari hiruk pikuk metropolitan. Budaya betawinya yang cukup kental walaupun beberapa penduduknya merupakan pendatang. Salah satu latar belakang didirikannya pondok pesantren Al Mawaddah adalah karena belum ada pesantren yang didirikan disekitar wilayah ini, MA Al Mawaddah lahir ditengah masyarakat yang agamis sehingga memiliki potensi yang lebih dibidang keagamaan. Dengan suatu tekad yang kuat dalam membangun anak bangsa, yang mampu menjawab permasalahan dimasa mendatang, didirikanlah Pondok Pesantren Al Mawaddah Tahun 2000, di bawah naungan YAYASAN BAITUL RAHIM CIGANJUR. Didirikannya pondok pesantren ini bertujuan menghidupkan generasi yang agamis kepribadian kecerdasan, memiliki potensi lebih dibidang keagamaan maupun umum, mencetak generasi yang berakhlakul karimah serta memiliki keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pesantren ini mengelola Pendidikan untuk tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) setingkat SMP dan Madrasah Aliyah (MA) sederajat dengan SMA. Kurikulum yang digunakan mengacu kepada kurikulum Kementrian Agama, Kementrian Pendidikan Nasional, Pondok Modern dan Pondok Salafiyah. 3. Visi dan Misi Visi “Membentuk generasi yang berakhlakul karimah dan cerdas dalam IMTAQ” Misi Untuk mewujudkan tercapainya visi dari MA Al Mawaddah tersebut maka misi yang dilakukan adalah : a. Menyelenggarakan Pendidikan berciri khas Islami yang berorientasi kepada nilai-nilai ajaran Islam dan budi pekerti yang luhur. b. Menumbuhkembangkan potensi prilaku islami melalui penerapan dan penegakkan ajaran Islam.
52
c. Mengembangkan mental spiritual dan sosial melalui kegiatan-kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan. d. Menyelenggarakan
dan
memanfaatkan
perkembangan
ilmu
pengetahuan dan teknologi dala proses pembelajaran. e. Menggunakan dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses pembelajaran. 4. Waktu Belajar dan Aktifitas Siswa Tabel 4.1 Aktifitas Harian Siswa Al Mawaddah Aktifitas Harian Waktu
Aktifitas
03.30 – 04.30
Bangun pagi, Shalat tahajjud dan Wirdul latif
04.30 – 06.00
Shalat subuh berjama’ah, Pengajian Salafiyah
06.00 – 07.00
Mandi dan Sarapan pagi
07.00 – 07.30
Percakapan Bahasa Arab dan Bahasa Inggris
07.30 – 13.00
Pendidikan Formal
13.00 – 13.30
Shalat Dzuhur berjama’ah
13.30 – 14.00
Makan siang
14.00 – 15.30
Pendalaman Bahasa Arab, Bahasa Inggris dan Diniyah
15.30 – 17.00
Shalat Ashar dan Penganjian Kitab Salafiyah
17.00 – 17.45
Mandi dan Makan Sore
17.45 – 19.30
Shalat Magrib dan Ratib Al Athas dan Pengajian Salafiah
19.30 – 20.00
Shalat Isya dan Ratib Al Haddad
20.00 – 21.30
Pengajian Kitab Salafiyah
21.30 – 22.30
Mudzakaroh Pelajaran Formal dan Salafiyah
22.30 – 03.30
Istirahat
53
Tabel 4.2 Aktivitas Mingguan Siswa Al Mawaddah Aktifitas Mingguan Hari
Waktu
Aktifitas
Kamis
18.30-21.00 Dzikir tahlil dan Maulid
Jum’at
14.00-17.00 Ekstrakurikuler
Sabtu
14.00-17.00 Pramuka
Sabtu
20.00-22.30 Muhadloroh (Pidato 3 Bahasa)
Ahad
05.00-06.00 Pengajian Al Qur’an
Ahad
06.00-08.00 Olah Raga
Senin-Kamis
14.00-17.30 Kursus Komputer
Sabtu&Selasa
22.00-24.00 Seni Beladiri
54
5.
Struktur Organisasi Madrasah Aliyah Al Mawaddah Strukur Organisasi Madrasah Aliyah Al Mawaddah Pengawas Sekolah Drs. Manshur elBaqi
Kepala Sekolah Neneng Hasanah, S. Ag.
Ketua Yayasan Drs. H. Abdillah Hasani MM
Komite Sekolah Aliyah Anwar
Wakil Kepala Sekolah Much. Ali Furqon, S.E
Bendahara Irwan Saibi
Tata Usaha Maman Demantik, S.S
Wali Kelas
Guru Piket
Guru
Pembina OSIS Sopian Hadi S, Pd.I
OSIS
Siswa
6.
Struktur Kurikulum Struktur kurikulum Al Mawaddah meliputi substansi pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas X sampai dengan kelas XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. Sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal ayat (1)
dan kurikulum yang ada di
pondok pesantren, maka kurikulum Madrasah Aliyah di Al Mawaddah terdiri atas :
55
1. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia 2. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian 3. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi 4. Kelompok mata pelajaran estetika 5. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan Adapun cakupan mata pelajaran masing-masing kelompok adalah : Tabel 4.3 Kurikulum Madrasah Aliyah Al Mawaddah NO
KELOMPOK
CAKUPAN
MATA AJAR
Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak
1
Agama dan Akhlak Mulia
mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan
2
Kewarganegaraan d Kepribadian
kepribadian
dimaksudkan
untuk
peningkatan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan
3
teknologi
Ilmu Pengetahuan dan
memperoleh
Teknologi
pengetahuan
dimaksudkan
kompetensi dan
lanjut
teknologi
untuk ilmu serta
membudayakan berfikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri. 4
Estetika
Kelompok dimaksudkan
mata
pelajaran
untuk
estetika
meningkatkan
56
sensitivitas, kemampuan mengekspresikan dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni. Sehingga mampu menikmati dan mensyukuri hidup. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga 5
Jasmani, Olahraga dan dan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan Kesehatan
potensi fisik serta membudayakan sikap sportif, disiplin, kerja sama, dan hidup sehat.
1. Kurikulum MA Al Mawaddah Kelas X a. Kurikulum MA Al Mawaddah Kelas X terdiri atas 20 mata pelajaran, 1 muatan lokal, dan pengembangan diri. b. Jam
pembelajaran
untuk
setiap mata
pelajaran dialokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. c. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit. d. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 3438 minggu. Tabel 4.4 Struktur Kurikulum Kelas X Komponen
Alokasi waktu Semester 1
Semester 2
a. Al-Qur’an-Hadits
2
2
b. Akidah-Akhlak
2
2
c. Fikih
2
2
d. Sejarah Kebudayaan Islam
-
-
2. Pendidikan Kewarganegaraan
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
4
4. Bahasa Arab
2
2
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama Islam
57
5. Bahasa Inggris
4
4
6. Matematika
4
4
7. Fisika
2
2
8. Biologi
2
2
9. Kimia
2
2
10. Sejarah
1
1
11. Geografi
1
1
12. Ekonomi
2
2
13. Sosiologi
2
2
14. Seni Budaya
2
2
15. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
2
2
16. Teknologi Informasi dan Komunikasi
2
2
17. Keterampilan/Bahasa Asing
2
2
B. Muatan Lokal
2
2
1. Tahfidz
2
2
2
2
46
46
C. Pengembangan Diri Jumlah
2. Kurikulum MA Al Mawaddah Kelas XI dan XII a. Kurikulum MA Al Mawaddah kelas XI dan XII Program IPS terdiri atas 16 mata pelajaran, 1 muatan lokal, dan pengembangan diri. b. Jam
pembelajaran
untuk
setiap
mata
pelajaran
dilokasikan
sebagaimana tertera dalam struktur kurikulum. c. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit. d. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 3438 minggu. Tabel 4.5 Struktur Kurikulum Kelas XI dan XII program IPS Komponen
Alokasi Waktu Kelas XI
Kelas XII
58
SMT 1
SMT 2
SMT 1
SMT 2
a. Al-Qur’an-Hadits
2
2
2
2
b. Akidah-Akhlak
2
2
-
-
c. Fikih
2
2
2
2
-
-
-
-
2
2
2
2
3. Bahasa Indonesia
4
4
4
4
4. Bahasa Arab
2
2
2
2
5. Bahasa Inggris
4
4
4
4
6. Matematika
4
4
4
4
7. Sejarah
3
3
3
3
8. Geografi
4
4
4
4
9. Ekonomi
4
4
4
4
10. Sosiologi
3
3
3
3
11. Seni Budaya
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
46
46
46
46
A. Mata Pelajaran 1. Pendidikan Agama Islam
d. Sejarah Kebudayaan Islam 2. Pendidikan Kewarganegaraan
12. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 13. Teknologi Informasi dan Komunikasi 14. Keterampilan/Bahasa Asing B. Muatan Lokal Tahfidz C. Pengembangan Diri Jumlah
59
7.
Keadaan guru MA Al Mawaddah Guru merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu lembaga pendidikan. Karena figur seorang guru baik dalam ruang geraknya maupun aktivitasnya selalu diperhatikan oleh siswa. Oleh sebab itu, guru adalah salah satu faktor yang menunjang keberhasilan program pendidikan. Adapun jumlah guru yang bertugas di MA Al Mawaddah pada tahun pembelajaran 2013/2014 ini berjumlah 24 orang, dengan jumlah guru lakilaki sebanyak 14 orang dan guru perempuan sebanyak 10 orang.
8.
Keadaan Siswa MA Al Mawaddah Jumlah siswa-siswi MA Al Mawaddah Ciganjur Jakarta Selatan pada tahun pembelajaran 2013/2014 ini adalah 133 orang, dengan jumlah siswa kelas X sebanyak 49 siswa, kelas XI 49 siswa, dan kelas XII sebanyak 35 siswa. Tabel 4.6 Keadaan siswa MA Al Mawaddah Tahun 2013/2014 Jenis Kelamin
9.
Kelas
Jumlah
X
XI
XII
keseluruhan
Laki-laki
22
26
18
66
Perempuan
27
23
17
67
Jumlah
49
49
35
133
Sarana dan Prasarana MA Al Mawaddah Sebagai syarat yang mutlak, maka MA Al Mawaddah menyediakan dan melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan untuk meningkatkan keaktifan dan kecerdasan siswa di sekolah. Sarana dan prasarana yang disediakan antara lain : 1.
Gedung sekolah yang terdiri dari 40 ruang yang digunakan sebagai : a. 5 ruang untuk belajar siswa b. 1 ruang untuk kepala sekolah c. 1 ruang untuk tata usaha dan kantor guru d. 1 ruang untuk laboratorium komputer e. 1 ruang untuk laboratorium IPA
60
f. 6 ruang asrama perempuan g. 5 ruang asrama laki-laki h. 2 ruang toilet untuk guru i. 5 ruang toilet untuk siswa j. 1 ruang untuk tamu k. 1 ruang perpustakaan l. 1 ruang media pendidikan m. 1 ruang bimbingan/penyuluhan n. 1 ruang OSIS o. 1 ruang keterampilan 2.
Mushola
3.
Kantin/koperasi sekolah
4.
Ruang UKS
5.
Gudang
6.
Ruang Ekstrakurikuler a. Pramuka b. Paskibra
B. Deskripsi Data Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelunya salah satu tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada siswa. Angket ini disebarkan kepada 30 responden yang terpilih secara cak sebagai sampel. Kemudian data yang diperoleh melalui angket tersebut diolah dalam bentuk tabeldistribusi frekuensi yang dilengkapi dengan prosentase dengan menggunakan rumus sebagai berikut : P = F / N x 100% Ket :
P = Angket persentase F = Frekuensi Jawaban N = Jumlah sampel responden
61
Hasil angket kemudian dimasukan ke dalam prosentase data-data instrumen pengumpulan data (angket) menjadi tabel angka-angka dalam prosentase yang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.7 Indikator Kecerdasan Spiritual Berkaitan dengan Ibadah atau Keimanan No
Frekuensi dan Persentase SL SR KD TP 15 12 3 0 50% 40% 10% 0% 27 2 1 0 90% 6,67% 3,33% 0% 21 5 2 2 70% 16,66% 6,67% 6,67%
Ibadah
Melaksanakan shalat fardhu tepat waktu Berdzikir dan berdoa setelah shalat Berpuasa pada bulan Ramadhan Melaksanakan puasa 5 sunnah senin/kamis dan 16,66% puasa sunnah lainnya Melaksanakan shalat 6 sunnah setelah 20% menunaikan shalat fardhu Membaca al Quran setiap 2 malam/setelah shalat 6,66% Mengikuti pengajian di 16 lingkungannya 53,33%
1 2 3 4
5 6 7
Jml 30 100% 30 100% 30 100%
11 36,67%
14 46,67%
0 0%
30 100%
18 60%
5 16,66%
1 0%
30 100%
11 36,66% 11 36,67%
14 46,66% 3 10%
3 10% 0 0%
30 100% 30 100%
Dari tabel tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa dalam kehidupan sehari-harinya telah melaksanakan ibadahnya dengan baik terutama ibadah-ibadah wajib. Meskipun pada ibadah-ibadah yang hukumnya sunnah dan membaca al-Quran sebagian besar siswa hanya kadangkadang melaksanakannya. Hal ini dapat diketahui dari besarnya presentase yang diperoleh pada tabel di atas.
No 8
9
Keimanan Bersikap sabar dan tidak mengeluh ketika mendapat cobaan Mengucapkan istigfar ketika melakukan kesalahan
Tabel 4.8 Frekuensi dan Persentase SL SR KD TP
Jml
8 26,66%
10 33,33%
12 40%
0 0%
30 100%
21 70%
7 23,33%
2 6,66%
0 0%
30 100%
62
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan siswa dapat menunjukkan keimanan dalam kesehariannya dengan selalu mengucap istigfar, hal ini dapat dilihat dari besarnya presentasi yang diperoleh pada tabel. Namun hanya sedikit siswa yang menunjukkan sikap sabar dalam kesehariannya, hal ini dapat dilihat dari perolehan presentasi yang terdapat pada tabel di atas. Sementara itu dalam indikator yang sama, diperoleh jawaban siswa dengan frekuensi dan presentase sebagai berikut : Tabel 4.9 SL SR 10
11
12
Tidak melaksanakan shalat fardhu ketika sedang sakit Merasa yakin setiap kejadian yang dialami pasti ada hikmahnya Menganggap setiap kejadian buruk yang dialami merupakan suatu ketidakberuntungan
KD
STS
JML
4 13,33%
2 6,67%
15 50%
9 30%
30 100%
23 76,67%
6 20%
0 0%
1 3,33%
30 100%
6 20%
16 53,33%
6 20%
2 6,67%
30 100%
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa tidak setuju jika tidak melaksanakan sholat ketika sedang sakit. Hal ini menunjukkan bahwa siswa sadar akan kewajibannya sebagai seorang muslim untuk selalu melaksanakan shalat walaupun dalam keadaan sakit dan sakit tidak menjadi alasan untuk meninggalkan shalat. Selanjutnya, keimanan seseorang juga dilihat dari cara menyikapi setiap kejadian dengan mengambil hikmah dari kejadian yang dialaminya, hal ini dapat dilihat dari tingginya presentasi yang diperoleh dari jawaban siswa yang dapat dilihat pada tabel. Pada jawaban tersebut dapat diketahui bahwa siswa telah menunjukkan keimanannya dengan merasa yakin bahwa setiap kejadian yang dialami pasti mengandung hikmah di didalamnya. Namun sebagian besar siswa dengan pernyataan setiap kejadian buruk yang dialami adalah suatu keadaan yang tidak beruntung. Hal ini menunjukkan
63
bahwa siswa belum memahami adanya hikmah yang terkandung dibalik kejadian buruk yang dialaminya, dan ini berarti siswa belum menunjukkan keimananya dengan sempurna. Tabel 4.10 Indikator Kecerdasan Spiritual Berkaitan dengan keilmuan No 13
14
15 16
17
Keilmuan
SL
Frekuensi dan Persentase SR KD TP
Gemar membaca bukubuku agama Islam yang 9 dapat menambah 30% pengetahuan agama Mengidolakan Nabi 27 Muhammad sebagai 90% panutan hidup Berpegang kepada ajaran 29 al-Quran dan Sunnah Nabi 29,66% Membaca tulisan 5 keagamaan di media 16,66% elektronik dan cetak Mengaplikasikan ilmu yang telah diajarkan dari 12 majlis ilmu ataupun 40% sekolah
Jml
10 33,33%
11 36,67%
0 0%
30 100%
3 10%
0 0%
0 0%
30 100%
1 3,33%
0 0%
0 0%
30 100%
8 26,66%
14 46,66%
3 10%
30 100%
12 40%
6 20%
0 0%
30 100%
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kecerdasan spiritual yang berkaitan dengan pengetahuan siswa, diperoleh persentasi dengan selisih yang tidak berbeda jauh dari masing-masing alternatif jawaban. Hal ini berarti adanya keseimbangan antara siswa yang selalu, sering, dan kadang-kadang membaca buku-buku agama Islam. Selanjutnya, besarnya presentasi yang diperoleh pada pernyataan siswa mengidolakan Nabi Muhammad sebagai panutan hidup. Hal ini berarti siswa telah mengetahui dan dapat mencontoh akhlak atau perilaku Nabi Muhammad walaupun tidak seluruhnya dapat ditiru. Selain itu juga kebanyakan siswa menjawab selalu berpegang pada ajaran al-Quran dan sunnah Nabi. Hal ini berarti siswa sudah menjalankan ajaran Islam yang sesuai al Quran dan Hadits Nabi. Tentunya, hal ini tidak terlepas dari peran bimbingan dan binaan yang diberikan di pesantren dengan selalu mengkaji al-Quran dan Hadits sebagai
64
pengetahuan serta pedoman siswa agar menjadi generasi muslim yang taat pada agama dan berakhlaqul karimah. Dari hasil presentasi pada pernyataan selanjutnya dapat diketahui bahwa siswa jarang menggunakan media elektronik sebagai media untuk membaca tulisan-tulisan keagamaan, hal ini bisa jadi karena siswa yang tinggal di asrama pesantren tidak selalu dapat menggunakan media elektronik dikerenakan perarturan yang telah ditetapkan pesantren, terkecuali penggunaan media elektronik hanya dapat digunakan dalam kegiatan belajar. Kemudian hasil presentasi dengan perolehan yang sama diperoleh pada pernyataan mengaplikasikan ilmu yang telah diajarkan di sekolah atau majlis ilmu, pada alternatif jawaban selalu dan sering. Hal ini berarti dari masingmasing hasil presentasi jika digabungkan sebanyak 80% siswa yang belajar sungguh-sungguh dan siswa yang belajarnya kurang sungguh-sungguh sebanyak 20%. Tabel 4.11 Indikator Kecerdasan Spiritual Berkaitan dengan akhlak No
Akhlak
18
Menjawab adzan saat adzan sedang berkumandang Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan Mengucap hamdalah ketika mendapatkan rezeki atau sesuatu yang lain Berperilaku sopan dan berbicara santun kepada orang tua, guru, teman dan orang lain Berkata “ah/tidak mau” jika disuruh oleh kedua orang tua Mendengarkan dan menuruti nasehat orang tua Merasa berdosa apabila
19
20
21
22
23 24
Frekuensi dan Persentase SL SR KD TP
JML
8 26,66%
15 50%
7 23,33%
0 0%
30 100%
8 26,66%
12 40%
10 33,33%
0 0%
30 100%
24 80%
6 20%
0 0%
0 0%
30 100%
18 60%
9 30%
3 10%
0 0%
30 100%
0 0%
4 13,33%
19 63,33%
14 46,66% 27
7 23,33% 1
9 30% 2
7 23,33 % 0 0% 0
30 100% 30 100% 30
65
berbohong kepada orang tua, guru, maupun teman.
90%
3,33%
6,67%
0%
100%
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa siswa telah mengetahui dan mengaplikasikan etika atau akhlaq dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dilihat dari besarnya presentasi yang diperoleh pada masing-masing pernyataan yang dapat dilihat pada tabel di atas. Tabel 4.12 25 26 27
28
29 30 31
32
Menjaga penglihatan dari hal yang tidak baik Menjaga pendengaran dari hal yang tidak baik Makan dan minum yang halal, baik dan tidak berlebihan Menepati janji untuk mengganti uang yang dipinjam dari teman sesuai waktu kesepakatan Berbusana rapi, sopan dan menutup aurat Bersalaman ketika bertemu dengan guru Memberi salam, ketika masuk rumah, kelas dan kantor/ruang guru mencium tangan kedua orang tua ketika hendak bepergian
8 26,66% 9 30%
11 36,67% 9 30%
11 36,67% 12 40%
0 0% 0 0%
30 100% 30 100%
23 76,67%
7 23,33%
0 0%
0 0%
30 100%
16 53,33%
9 30%
5 16,67%
0 0%
30 100%
26 86,67% 26 86,67%
4 13,33% 3 10%
0 0% 1 3,33%
0 0% 0 0%
30 100% 30 100%
22 73,33%
4 13,33
4 13,33
0 0%
30 100%
26 86,67%
3 10%
1 3,33%
0 0%
30 100%
Dari tabel tersebut juga dapat diketahui besarnya presentasi yang diperoleh dari jawaban siswa dapat diketahui bahwa siswa telah mengetahui etika dalam makan dan minum, menepati janji, berbusana sopan, menghormati guru dan orang tua, dan lain-lain. Tentunya hal ini telah menunjukkan kepada penulis bahwa siswa dalam kehidupan sehari-harinya memiliki perilaku yang sangat baik. Tabel 4.13 Indikator Kecerdasan Spiritual Berkaitan dengan Pergaulan Sosial dalam
66
Kehidupan Sehari-hari No
Pergaulan sosial
33
Menyisihkan uang saku untuk bersedekah yang akibatnya uang jajan berkurang Menjalankan amanah dengan baik jika dipilih sebagai pengurus organisasi Memaafkan orang yang berbuat salah Menjaga hubungan baik dengan sesama manusia dilingkungan saya Membiasakan langsung meminta maaf jika berbuat salah kepada orang lain
34
35 36
37
SL
Frekuensi dan Persentase SR KD TP
JML
4 13,33%
9 30%
17 56,67%
0 0%
30 100%
16 53,33%
11 36,67%
3 10%
0 0%
30 100%
17 56,66%
8 26,67%
5 16,67%
0 0%
30 100%
19 63,33%
8 26,67%
2 6,67%
1 3,33%
30 100%
12 40%
13 43,33%
5 16,67%
0 0%
30 100%
Tabel tersebut menunjukkan bahwa pergaulan sosial dalam kehidupan sehari-harinya sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari tingginya presentasi jawaban yang diperoleh. Namun dari tabel tersebut terlihat kurangnya jiwa sosial siswa terlihat pada pernyataan siswa menyisihkan uang untuk bersedekah. Hal ini dapat dilihat dari hasil presentasi yang diperoleh pada tabel. Kemudian dari tabel tersebut juga dengan indikator yang sama penulis menyimpulkan bahwa pergaulan sosial siswa baik interaksi dengan temannya maupun interaksi di luar cukup baik. Hal ini dapat terlihat dari hasil presentasi yang cukup tinggi pada tabel di atas. Selain pernyataan-pernyataan tersebut, pada indikator kecerdasan spiritual yang berkaitan dengan pergaulan sosial, diperoleh frekuensi dan presentase jawaban sebagai berikut : Tabel 4.14 38
Setiap keslahan yang dilakukan langsung melupakannya
SL
SR
KD
1 3,33%
3 10%
19 63,33
TP
JML
7 30 23,33% 100%
67
39
Jika melihat ada kecelakaan menunggu ada orang yang menolong setelah itu baru mendekat ikut menolong Senang berbagi kepada teman ketika mendapatkan rezeki
40
4 13,33%
3 10%
13 43,33%
18 60%
11 36,67%
1 3,33%
10 30 33,33% 100%
0 0%
30 100%
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa kebanyakan siswa tidak setuju apabila melupakan setiap kesalahan yang dilakukannya, sebagian besar siswa menjawab tidak setuju jika menolong orang hanya ikut-ikutan saja. Dan kebanyakan siswa menjawab sangat setuju dengan pernyataan senang berbagi kepada teman ketika mendapatkan rezeki. Dari masing-masing presentasi yang diperoleh dari pernyataanpernyataan tersebut,
penulis dapat menyimpulkan bahwa pergaulan sosial
siswa dengan interaksinya di luar cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari presentasi pada tabel tersebut. Tabel 4.15 Indikator Kecerdasan Spiritual Berkaitan dengan Belajar No 41 42
43 44 45
46
47
Belajar
Frekuensi dan Presentasi SL SR KD TP 5 5 17 3 16,67% 16,67% 56,66% 10%
Merasa iri jika temannya mempunyai kelebihan Menegur teman yang 4 berbuat gaduh ketika KBM 13,33% sedang berlangsung Memperhatikan guru yang 4 sedang mengajar 13,33% Mengulang pelajaran 0 setiap pulang sekolah 0% Belajar dengan sungguh13 sungguh agar nmendapat 43,33% nilai bagus Mengerjakan PR di 1 sekolah / pad hari akan 3,33% dikumpulkan saja Bertanya kepada guru 15 materi yang tidak 50% dimengerti
JML 30 100%
10 33,33%
16 53,33%
0 0%
30 100%
17 56,67% 8 26,67%
9 30% 16 53,33%
0 0% 6 20%
30 100% 30 100%
14 46,67
2 6,67%
1 3,33%
30 100%
5 16,67%
22 73,33%
2 6,67%
30 100%
11 36,67%
4 13,33%
0 0%
30 100%
68
48
Berdiskusi kepada teman tentang pelajaran yang tidak dimengerti Belajar pada waktu ulangan saja Jika ada PR langsung mengerjakannya
49 50
11 36,67%
14 46,66%
5 16,67%
0 0%
30 100%
0 0% 4 13,33%
6 20% 11 36,67%
21 70% 15 50%
3 10% 0 0%
30 100% 30 100%
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar antusisas atau semangat siswa dalam belajar hanya pada waktu di dalam kelas saja, hal ini dapat dilihat presentasi yang diperoleh sebanyak 50% siswa selalu bertanya ketika ada materi yang tidak dimengerti, sebanyak 56,67% siswa sering memperhatikan guru yang sedang mengajar. Namun, di luar kegiatan belajar mengajar di sekolah, kesadaran siswa dalam belajar dirasa sangat kurang. Hal ini juga dapat dilihat dari presentasi yang diperoleh rata-rata di atas 50% siswa yang menjawab kadang-kadang. Tabel 4.16 Indikator Kecerdasan Spiritual Berkaitan dengan Kejujuran No
Kejujuran
51
Melihat jawaban atau memberi jawaban kepada teman ketika sedang ujian Ketika ujian berlangsung mengerjakan soal ujian semampunya (tanpa bantuan orang lain) Membuat atau membawa catatan kecil ketika ujian Bangga dengan hasil ujian yang dikerjakan sendiri Menolak jika ada teman yang mengajak untuk mencontek Mencontek jika tidak ada yang mengawasi Apabila melihat teman sedang mencuri langsung melaporkannya
52
53 54 55
56 57
SL
Frekuensi dan presentasi SR KD TP
JML
2 6,67%
6 20%
19 63,33%
3 10%
30 100%
6 20%
13 43,33%
11 36,67%
0 0%
30 100%
3 10% 22 73,33%
3 10% 6 20%
15 50% 2 6,67%
9 30% 0 0%
30 100% 30 100%
2 6,67%
12 40%
14 46,66%
2 6,67%
30 100%
2 6,67%
6 20%
14 46,66%
8 30 26,67% 100%
19 63,33%
9 30%
2 6,67%
0 0%
30 100%
69
Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bhwa siswa berlaku cukup jujur terutama ketika ujian. Siswa sadar perbuatan mencontek atau memberi jawaban adalah perilau curang dan tidak terpuji. Namun siswa yang sadar akan hal ini hanya sebagian kecil saja, sebagian besar yang lain kadang-kadang masih melakukannya. Meskipun begitu banyak siswa yang menjawab menolak jika ada teman yang mengajak untuk mencontek. Kemudian sebagian besar siswa ketika ujian, mengerjakan soal ujian tanpa bantuan teman. Dengan begitu banyak siswa yang bangga dengan hasil yang siswa kerjakan sendiri. Hal ini dapat dilihat dari besarnya hasil presentasi yang diperoleh pada tabel. Tabel 4.17 Indikator Kecerdasan Spiritual Berkaitan dengan kebersihan No
Kebersihan
58
Apabila ruang kelas kotor dan berantakan siswa segera membersihkan dan merapikannya Memperhatikan kebersihan dan kerapihan diri sendiri Menjaga lingkungan yang bersih dengan membuang sampah pada tempatnya
59
60
SL
Frekuensi dan Presentase SR KD TP
JML
7 23,33%
11 36,67%
12 40%
0 0%
30 100%
15 50%
13 43,33%
2 6,67%
0 0%
30 100%
11 36,67%
10 33,33%
9 30%
0 0%
30%
Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar selalu memperhatikan kebersihan diri dan lingkungannya dengan selalu membuang sampah pada tempatnya. Siswa juga sering membersihkan ruangan kelas yang kotor hal ini dilakukan agar siswa belajar dengan nyaman. C. Analisa Data Setelah kedua variabel disajikan dalam bentuk tabel, maka selanjutnya dilakukan analisis melalui pengujian hipotesis. Dalam pengujian hipotesis menggunakan Teknik Korelasi Product Moment. Penggunaan rumus ini
70
untuk mengetahui apakah secara signifikan terdapat pengaruh anatara kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Al Mawaddah Jakarta. Berikut hasil perhitungan antara variabel X dan Y kemudian disubstitusikan pada rumus korelasi product moment. Tabel 4.18 Data hasil angket kecerdasan spiritual siswa MA Al Mawaddah Jakarta Selatan No
Nama siswa
Jenis kelamin
Kelas
Jumlah skor
1
Abdul Mursalin
L
XI
178
2
Aprianti
P
XI
182
3
Ayu Feby Aulia
P
XI
173
4
Dede Hasanah
P
XI
189
5
Dian Ayu Asih
P
XII
164
6
Eka Wati
P
XI
183
7
Ety Sumarnah
P
XI
163
8
Fitriah Magfiroh
P
XI
177
9
Ghina Audhiya
P
XI
198
10
Ikhsana Rizqia
P
XII
223
11
Juan Natasha
P
XI
190
12
Khotimatul Fauziah
P
XII
213
13
Lulu Annisa Rizki
P
XI
205
14
Lutfiah
P
XI
177
15
M. Syihabuddin
L
XI
191
16
Muhammad Amin
L
XI
198
17
Nabila Huda
P
XI
184
18
Nova Aprilia
P
XII
185
19
Nurjati Lang Jagat
L
XI
198
20
Nurul Mukhlisoh
P
XI
185
71
21
Restu Singgih
L
XI
195
22
Rika Nurhayati
P
XI
206
23
Riyani Syaekhu
L
XI
167
24
Siti Mahfudzoh
P
XI
208
25
Siti Mu’amiroh
P
XI
187
26
Tira Ananda
P
XI
200
27
Ulil Azmi
L
XI
203
28
Wulandari
P
XI
209
29
Zela Saputri
P
XI
177
30
Zia Ulfa
P
XII
196 ∑
N = 30
= 5704
Dari data tersebut dapat diketahui rata-rata tingkat kecerdasan spiritual siswa MA Al Mawaddah Jakarta Selatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut sebagai berikut : Mx =
∑
= 190,1
Jadi nilai rata-rata tabel yang didapat dari hasil data angket kecerdasan spiritual siswa adalah 190,1 dan jika dilihat pada tabel kecerdasan spiritual siswa yang terdapat dalam Bab III, skor rata-rata angket kecerdasan spiritual siswa berada rentang antara 160-200. Maka rata-rata tingkat kecerdasan spiritual siswa MA Al Mawaddah Jakarta Selatan dapat dikategorikan sedang (baik). Tabel 4.19 Data Hasil belajar siswa kelas XI dan XII Madrasah Aliyah Al Mawaddah Jakarta Selatan No
Nama Siswa
Jenis Kelamin
Kelas
Nilai Rata-rata raport
1
Abdul Mursalin
L
XI
74
2
Aprianti
P
XI
74
72
3
Ayu Feby Aulia
P
XI
73
4
Dede Hasanah
P
XI
75
5
Dian Ayu Asih
P
XII
72
6
Eka Wati
P
XI
74
7
Ety Sumarnah
P
XI
71
8
Fitriah Magfiroh
P
XI
73
9
Ghina Audhiya
P
XI
76
10
Ikhsana Rizqia
P
XII
80
11
Juan Natasha
P
XI
75
12
Khotimatul Fauziah
P
XII
79
13
Lulu Annisa Rizki
P
XI
77
14
Lutfiah
P
XI
73
15
M. Syihabuddin
L
XI
75
16
Muhammad Amin
L
XI
76
17
Nabila Huda
P
XI
74
18
Nova Aprilia
P
XII
74
19
Nurjati Lang Jagat
L
XI
76
20
Nurul Mukhlisoh
P
XI
74
21
Restu Singgih
L
XI
75
22
Rika Nurhayati
P
XI
77
23
Riyani Syaekhu
L
XI
72
24
Siti Mahfudzoh
P
XI
77
25
Siti Mu’amiroh
P
XI
74
26
Tira Ananda
P
XI
76
27
Ulil Azmi
L
XI
76
28
Wulandari
P
XI
77
29
Zela Saputri
P
XI
73
30
Zia Ulfa
P
XII
75
N = 30
∑
= 2247
73
Dari data pada tabel tersebut dapat diketahui rata-rata tingkat prestasi belajar siswa MA Al Mawaddah Jakarta Selatan dengan menggunakan rumus sebagai berikut: My =
∑
Jadi nilai rata-rata tabel yang didapat dari nilai keseluruhan hasil belajar siswa adalah 75 dan jika dilihat pada tabel klasifikasi prestasi belajar siswa yang terdapat dalam Bab III, nilai rata-rata hasil belajar siswa berada pada rentang antara 70-79. Maka tingkat prestasi belajar siswa MA Al Mawaddah Jakarta Selatan dapat dikategorikan baik (sedang). Tabel 4.21 Analisis korelasi variabel X (kecerdasan spiritual) dan Variabel Y (prestasi belajar) X 178
Y 74
X2
Y2
X.Y
(X.Y)2
31684
5476
13172
173501584
182
74
33124
5476
13468
181387024
173
73
29929
5329
12629
159491641
189
75
35721
5625
14175
200930625
164
72
26896
5184
11808
139428864
183
74
33489
5476
13542
183385764
163
71
26569
5041
11573
133934329
177
73
31329
5329
12921
166952241
198
76
39204
5776
15048
226442304
223
80
49729
6400
17840
318265600
190
75
36100
5625
14250
203062500
213
79
45369
6241
16827
283147929
205
77
42025
5929
15785
249166225
177
73
31329
5329
12921
166952241
191
75
36481
5625
14325
205205625
74
198
76
39204
5776
15048
226442304
184
74
33856
5476
13616
185395456
185
74
34225
5476
13690
187416100
198
76
39204
5776
15048
226442304
185
74
34225
5476
13690
187416100
195
75
38025
5625
14625
213890625
206
77
42436
5929
15862
251603044
167
72
27889
5184
12024
144576576
208
77
43264
5929
16016
256512256
187
74
34969
5476
13838
191490244
200
76
40000
5776
15200
231040000
203
76
41209
5776
15428
238023184
209
77
43681
5929
16093
258984649
177
73
31329
5329
12921
166952241
196 ƩX 5704
75 ƩY 2247
38416
5625
14700
216090000
2
2
ƩX
ƩY
ƩXY
Ʃ(XY)2
1090910
168419
428083
6173529579
Selanjutnya hasil perhitungan pada tabel akan diuji keabsahannya dengan menggunakan rumus product moment untuk mengetahui tingkat korelasi variabel yaitu :
rxy =
∑ √
= = = =
√ √ √ √
∑
∑
∑
∑ ∑
∑
75
= = 0,979 D. Interpretasi Data Setelah mendapatkan hasil rxy maka langkah selanjutnya penulis memberikan interpretasi terhadap rxy. Interpretasi yang dipakai yaitu secara kasar/sederhana dan dengan cara berkonsultasi pada tabel nilai “r” product moment. 1. Interpretasi secara sederhana Berdasarkan perhitungan di atas angka korelasi variabel X dan Y terdapat korelasi. Dengan memperhatikan besarnya “r” yang diperoleh yaitu : 0,979 ternyata terletak antara 0,90-1,00 yang berarti korelasi antara variabel X dan Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi. 2. Interpretasi dengan berkonsultasi pada tabel “r” product moment Setelah mendapatkan “r” sebesar 0,979, maka nilai “r” hitung tersebut dikonsultasikan dengan tabel “r” product moment. Pada tabel diketahui untuk nilai df=N-nr, yaitu df= 30-2 =28. Dengan “df” sebesar 28, dikonsultasikan dengan tabel nilai “r”, baik pada signifikn 5% atau pada taraf signifikan 1%. a. Pada taraf signifikan 5% = 0,361 b. Pada taraf signifikan 1% = 0,463 Ternyata “rxy” atau “ro” pada taraf signifikan 5% lebih besar dari “r” tabel ”rt” (0,979>0,361), maka pada taraf signifikan 5% hipotesa nol ditolak dan hipotesa alternatif diterima. Ini berarti ada pengaruh atau korelasi yang signifikan antara kecerdasan spiritual yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar siswa di Madrasah Aliyah Al Mawaddah Jakarta. Selanjutnya pada taraf signifikansi 1% “rxy” atau “ro” lebih besar dari “r” tabel atau “rt” (0,979 > 0,563), maka pada taraf signifikansi 1% hipotesa nol ditolak, sedangkan sedangkan hipotesa alternatif diterima. Ini berarti terdapat pengaruh atau korelasi yang signifikan antara
76
kecerdasan spiritual yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah Al Mawaddah Jakarta. Dengan demikian dapat disimpulkan terdapat korelasi positif yang signifikan antara kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa Madrasah Aliyah Al Mawaddah Jakarta Selatan. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi atau sumbangan yang diberikan variabel X terhadap variabel Y maka harus diketahui terlebih dahulu suatu koefisien yang disebut coefisien of determination atau koefisien penentuan dengan rumus sebagai berikut : KD
= r2 x 100% = 0,9792 x 100% = 0,958441 x 100% = 95,8441 (pembulatan) = 95%
Dari perhitungan coefisien of determination, diketahui bahwa koefisien determinasinya sebesar 95%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel X (kecerdasan spiritual) mempengaruhi atau memberikan kontribusi kepada variabel Y (prestasi belajar) sebesar 95%. Adapun sisanya adalah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dan tidak diteliti oleh penulis. E. Pembahasan Hasil Penelitian Dari hasil penelitian mengenai pengaruh kecerdasan spiritual terhadap prestasi belajar siswa, diperoleh hasil bahwa kecerdasan spiritual mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari perolehan perhitungan korelasional antara kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar yaitu sebesar 0,979 dan setelah dikonsultasikan pada tabel nilai “r” Product Moment” berada diposisi 0,90-1,00 yang berarti antara kecerdasan spiritual dan prestasi belajar terdapat korelasi yang sangat. Begitu juga terhadap pengujian hipotesis diperoleh hasil sebesar 95% prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh kecerdasan spiritual. Hal ini menunjukkan kecerdasan
77
spiritual merupakan salah satu faktor yang cukup mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dari hasil deskriptif adanya pengaruh yang sangat kuat antara kecerdasan spiritual dengan prestasi belajar siswa. Hasil angket siswa menggambarkan kepada penulis bagaimana variabel keduanya sangat mempengaruhi terhadap proses pembelajaran. F. Keterbatasan Penelitian Kita tidak memungkiri bahwa setiap penelitian pasti terdapat kekurangan atau keterbatasan. Penulis merasakan adanya keterbatasan tersebut diantaranya belum maksimalnya hasil penelitian yang penulis lakukan, begitupun dalam proses penelitian penulis menemukan beberapa hal yang menjadi kendala dalam penelitian ini. Akan tetapi kendala yang penulis temukan tidak menjadi hambatan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Adapun beberapa kendala yang penulis temukan antara lain : 1. Menentukan populasi dan sampel Dalam menentukan populasi dan sampel, penulis mengakui bahwa belum secara maksimal dilakukan. Dikarenakan pada waktu penulis menyebarkan angket, penulis ingin mengambil beberapa sampel dari kelas XI, akan tetapi karena tidak mencapai jumlah responden yang penulis inginkan maka penulis juga mengambil sampel dari kelas XII. 2. Proses pengisian angket Kendala yang penulis dapatkan pada penelitian ini adalah ketika mengumpulkan siswa untuk mengisi angket, sehingga proses pengisian angket berlangsung tidak berbarengan, akibatnya penulis harus mengulang dalam menjelaskan prosedur pengisian angket kepada siswa yang terlambat mengisi angket. Kemudian ketika mengisi angket terdapat beberapa siswa yang kurang tenang dan percaya diri dalam megisi angket. Akan tetapi penulis terus memperhatikan dan memperingati siswa agar mengisi angket sesuai dengan keadaan dirinya. 3. Menghitung data korelasi antara variabel X dan variabel Y.
78
Dalam proses penelitian ini penulis merasakan khawatir dengan hasil yang diperoleh, khawatir terjadi kesalahan dalam proses penelitian sehingga hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diharapkan sehingga perlu dilakukan penelitian kembali, akan tetapi hal itu tidak terjadi dalam proses penelitian yang penulis laksanakan. Oleh karena itu jika dalam skripsi ini terdapat kekurangan ataupun kesalahan, penulis dengan besar hati menerima saran dan kritik agar penulisan skripsi ini lebih baik dari sebelumnya meskipun tidak mencapai sempurna.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang penulis dapatkan di Madrasah Aliyah Al Mawaddah Jakarta, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan spiritual siswa di Madrasah Aliyah Al-Mawaddah termasuk dalam kategori baik (sedang). Hal ini dapat diketahui dari hasil rata-rata skor jawaban angket kecerdasan spiritual yaitu 190,1 yang terdapat pada tabel berada pada rentang klasifikasi skor antara 160-200. 2. Hasil prestasi belajar siswa menunjukkan bahwa, nilai rata-rata rapor hasil belajar siswa Madrasah Aliyah Al Mawaddah termasuk dalam kategori nilai prestasi belajar yang baik (sedang). Hal ini dapat diketahui dari hasil perhitungan rata-rata (mean) hasil belajar siswa yaitu dengan nilai rata-rata 75. Dan jika dilihat pada tabel klasifikai prestasi belajar, nilai rata-rata tersebut berada pada rentang nilai antara 70-79. 3. Berdasarkan hasil perhitungan korelasi antara variabel X (Kecerdasan Spiritual) dan variabel Y (Prestasi Belajar), dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi positif yang signifikan antara variabel X (kecerdasan spiritual) dengan variabel Y (prestasi belajar). Terbukti dengan hasil
79
80
perhitungan “r” product moment, didapat nilai rxy yaitu sebesar 0,979 jauh lebih besar dari nilai “r” pada tabel koefisien korelasi “r” product moment, baik pada taraf signifikan 5% (0,361), maupun pada taraf signifikan 1% (0,463). Menurut tabel interpretasi nilai “r”, diketahui korelasi antara kedua variabel berada pada rentang antara 0,90 sampai dengan 1,00, yang berarti tergolong sangat kuat. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima, yang artinya terdapat pengaruh yang positif antara kecerdasan spiritual yang dimiliki dengan prestasi belajar siswa. Sedangkan kontribusi kecerdasan spiritual yang dimiliki siswa terhadap prestasi belajar siswa sebesar 95%, dan sisanya 5% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini. Hal ini berarti kecerdasan spiritual juga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa. B. Implikasi 1. Pembelajaran tentang hal-hal yang dapat menumbuhkan kecerdasan spiritual harus mulai ditanamkan dalam diri siswa/i. 2. Memberikan arahan kepada siswa/i bahwa kepberhasilan itu bukan hanya bermula dari prestasi semata, tetapi juga memutuhkan kecerdasan spiritual yang baik. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis bermaksud mengemukakan saran sebagai berikut : 1. Guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik hendaknya tidak mengabaikan penanaman nilai-nilai spiritual dalam
proses belajar
mengajar upaya tersebut dapat ditempuh melalui langkah spiritualisasi pembelajaran yaitu dengan cara mengintegrasikan nilai-nilai spiritual ke dalam proses belajar mengajar yang akan dilakukan. 2. Kepala sekolah hendaknya lebih meningkatkan lagi iklim pembelajaran yang lebih bernuansa spiritual dengan cara mendukung dan mengaktifkan kegiatan-kegiatan keagamaan dan kebijakan-kebijakan aspek spiritual siswa.
81
3. Kepada siswa hendaknya agar memupuk dan menumbuhkan potensi spiritual yang ada dalam dirinya melalui peningkatan kesadaran terhadap agamanya serta peningkatan rasa kepedulian dan kepekaan terhadap realitas kehidupan dimasyarakat. Sebab keberhasilan siswa dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelejensi saja, melainkan ditentukan juga oleh faktor lain, diantaranya kecerdasan spiritual. 4. Kepada orang tua siswa agar lebih memupuk dan mengembangkan potensi spiritual yang ada pada putera-puterinya melalui pendekatan keagamaan yang relevan, seperti menciptakan kondisi lingkungan keluarga yang lebih agamis atau dengan cara keteladanan dalam melakukan praktik keagamaan. Sehingga kondisi seperti ini akan membuat siswa lebih nyaman dalam melakukan kegiatan belajarnya baik di rumah maupun di sekolah.
82
DAFTAR PUSTAKA Ancok, Djamaludin dan Suroso, Fuat Nashori. Psikologi Islam : Solusi Islam atas Problem-problem Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 1995 Badran, Amr Hasan Ahmad, . Rahasia Cerdas Otak Cara Islami. Solo : Kafilah Publishing. 2011. Basyuni, M. Muhammad. Revitalisasi Spirit Pesantren : Gagasan, Kiprah, dan Refleksi. Jakarta : Direktorat Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2006. Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi terjemahan Kartini Kartono. Jakarta : PT Raja Grafindo persada. 2008. Dalyono, M. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT rineka cipta. 1997. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa edisi keempat. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 2008. Depdiknas RI. Undang-Undang Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2003. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Pedoman Penulisan Skripsi. Jakarta :Tp. 2013. Hady, Syamsul M. Islam Spiritual : Cetak-biru Keserasian Eksistensi. Malang : UIN Malang Press. 2007. Hasan, Purwakania, B., Aliah. Psikologi Perkembangan Islami. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. 2008. Hidayati, Heny Narendrani dan Andri Yudiantoro. Psikologi Agama. Jakarta : UIN Jakarta Press. 2007). Kusumawati, Ririen. Artificial Intelligence Menyamai Kecerdasan Buatan Ilahi?. Malang : UIN-Malang Press. 2007. MPR RI. Panduan Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Dan Ketetapan Majlis Permusyawaratan Rakyat Rapublik Indonesia. Jakarta : Sekretariat Jenderal MPR RI, 2012. Mubayidh, Makmun. Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak terjemahan Muhammad Muchson Anasy. Jakarta : Jakarta : Pustaka Al-Kautsar. 2006.
83
Mujib, Abdul dan Mudzakir, Jusuf. Nuansa-nuansa Psikologi Islam. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2002. Najati, Utsman, M. Belajar EQ dan IQ dari Sunah Nabi Diterjemahkan dari AlHadits Al-Nabawi wa ‘Ilmu Al-Nafs. Jakarta : Penerbit Hikmah. 2002 Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2007. Nizar, Samsul. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan Islam. Jakarta Pratama, 2001.
: Media
Sabri, Alisuf. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya. 2007. Satiadarma, Monty P. dan Fidelis E. Waruru. Mendidik Kecerdasan. Jakarta : Pustaka Populer obir. 2003. Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta : PT. bina Aksara. 1988. Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan : Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan. Jakarta : PT. Rineka Cipta. 2006. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers. 2010. Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta : PT Bumi Aksara. 2003. Sukmadinata, Syaodih, Nana. Metode Penelitian Pendidikani. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 2006. Sutartinah. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya. Jakarta : PT. Bina Aksara. Syah, Muhibbin. Psikologi pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. 2002. Tebba, Sudirman. Kecerdasan Sufistik. Jakarta : Kencana. 2004. ----------. Tasawuf Positif. Jakarta : Kencana. 2003. Umar, Husein. Metodologi Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta : Rajawali pers. 2011. Uno, B., Hamzah. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara. 2006.
84
Usman, Husaini dan Akbar, Setiady Purnomo. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta : PT. Bumi Aksara. 2009. Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Penerbit Media Abadi. 2004. Yasin, A. Fattah. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang : UIN-Malang Press. 2008. Zohar, Danah., dan Marshall, Ian. SQ : Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual dalam Berpikir Integralistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan. Bandung : Mizan. 2001 Zuhairini dkk. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta : Bumi Aksara, 2009.
Pedoman Observasi Siswa Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup K = Kurang No 1
Kegiatan di Kelas Siswa masuk kelas tepat waktu Siswa
2
berdoa
SB
sebelum
melaksanakan Siswa memperhatikan guru ketika
3
menerangkan pelajaran Hasil belajar yang diperoleh siswa,
4
mereka jadikan umpan balik Siswa
5
memotivasi
diri
dalam
belajar Siswa mengerjakan semua tugas
6
yang diberikan oleh guru Siswa berakhlaqul karimah di
7
dalam kelas selama jam pelajaran Kegiatan di Luar Kelas Siswa menjalani semua kegiatan
8
di pesantren dengan semangat dan ikhlas Siswa disiplin dan tepat waktu
9
dalam menjalani semua kegiatan Siswa berakhlaqul karimah dalam berinteraksi
10
orang
dengan
dewasa
di
guru
dan
lingkungan
pesantren 11
Siswa berakhlaqul karimah dalam
B
C
K
berinteraksi dengan sesama teman Kegiatan di Luar Kelas Siswa mematuhi tata tertib dan 12
peratuaran pesantren Siswa melaksanakan shalat fardhu
13
berjama’ah Siswa mengikuti kegiatan wirid
14
istighosah Siswa
15
mengikuti
pembelajaran
kitab Kuning Siswa mengikuti kegiatan sholat
16
tahajud
SB
B
C
K
Hasil Observasi Siswa Keterangan : SB = Sangat Baik B = Baik C = Cukup K = Kurang No 1
Kegiatan di Kelas Siswa masuk kelas tepat waktu Siswa
2
berdoa
SB
B √
C
sebelum √
melaksanakan Siswa memperhatikan guru ketika
3
√
menerangkan pelajaran Hasil belajar yang diperoleh siswa,
4
Siswa 5
√
mereka jadikan umpan balik memotivasi
diri
dalam √
belajar Siswa mengerjakan semua tugas
6
√
yang diberikan oleh guru Siswa berakhlaqul karimah di
7
dalam kelas selama jam pelajaran
√
Kegiatan di Luar Kelas Siswa menjalani semua kegiatan 8
di pesantren dengan semangat dan
√
ikhlas Siswa disiplin dan tepat waktu 9
√
dalam menjalani semua kegiatan Siswa berakhlaqul karimah dalam berinteraksi
10
orang
dengan
dewasa
pesantren
di
guru
dan
lingkungan
√
K
Siswa berakhlaqul karimah dalam 11
berinteraksi dengan sesama teman Kegiatan di Luar Kelas
√ SB
B
C
Siswa mematuhi tata tertib dan 12
√
peratuaran pesantren Siswa melaksanakan shalat fardhu
13
√
berjama’ah Siswa mengikuti kegiatan wirid
14
Siswa 15
√
istighosah mengikuti
pembelajaran
kitab Kuning
√
Siswa mengikuti kegiatan sholat 16
tahajud
√
K
ANGKET KECERDASAN SPIRITUAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA MADRASAH ALIYAH AL MAWADDAH JAKARTA SELATAN Nama
: ___________________________
Kelas
: ___________________________
Jenis Kelamin
: ___________________________
Petunjuk : 1. Isilah angket pernyataan di bawah ini dengan jujur, benar, sungguh-sungguh dan tepat. 2. Berilah tanda ceklis ( ) pada salah satu jawaban yang sesuai dengan kehidupan anda sehari-hari. 3. Pertanyaan di bawah ini tidak mempengaruhi nilai anda dalam pembelajaran sehari-hari. Alternatif Jawaban : SL : Selalu SR : Sering KD : Kadang-Kadang TP : Tidak Pernah SS : Sangat Setuju S : Setuju TS : Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju No
Pertanyaan
1 2 3
Saya melaksanakan sholat fardhu tepat waktu Setiap selesai shalat saya berzikir dan berdo’a Pada bulan ramadhan saya berpuasa sebulan penuh Saya melaksanakan puasa sunnah senin dan kamis dan puasa sunnah lainnya Setelah menunaikan shalat fardu, saya melaksanakan sholat sunnah Setiap malam setelah sholat, saya wajib membaca AlQur’an/mengaji Saya mengikuti pengajian di lingkungan saya Saya bersabar dan tidak mengeluh ketika mendapat cobaan Saya mengucap istigfar ketika saya melakukan kesalahan Saya tidak melaksanakan sholat lima waktu jika saya sedang sakit Setiap kejadian yang saya alami, saya yakin pasti ada hikmahnya apabila ada kejadian buruk yang menimpa saya, saya berfikir bahwa pada hari itu adalah hari ketidakberuntungan saya Saya suka membaca buku-buku agama yang dapat
4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Alternatif Jawaban SL SR KD TP
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
menambah pengetahuan saya tenatang agama Saya mengidolakan Nabi Muhammad sebagai panutan hidup Saya berpegang pada ajaran al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saya membaca tulisan keagamaan di media elektronik dan cetak Saya menerapkan ilmu yang saya dapat dari pengajian ataupun dari sekolah Saya menjawab seruan adzan ketika adzan sedang berkumandang Saya berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan Saya mengucap hamdalah sebagai rasa syukur ketika mendapatkan sesuatu. Saya senantiasa berperilaku dan berbicara dengan sopan santun (menjaga ucapan dari perkataan-perkataan kotor) kepada orang tua, guru dan teman. Saya berkata “ah/tidak mau” apabila disuruh oleh orang tua saya. Apabila orang tua saya memberi nasehat, saya mendengar dan menuruti nasehatnya Saya merasa berdosa apabila saya berbohong kepada orang tua, guru, maupun teman Saya menjaga penglihatan dari hal-hal yang tidak baik Saya menjaga pendengaran dari hal-hal yang tidak baik Saya makan dan minum yang halal, baik dan tidak berlebihan Jika saya meminjam uang kepada teman, saya akan menepati janji untuk mengganti uangnya, sesuai dengan waktu kesepakatan Saya berbusana rapi, sopan dan menutup aurat ketika di sekolah, di rumah, ataupun ketika bepergian Saya bersalaman ketika bertemu dengan guru Saya memberi salam, ketika masuk kelas atau kantor/ruang guru Saya mencium tangan kedua orang tua saya ketika hendak bepergian Saya menyisihkan uang saku untuk bersedekah yang akibatya uang jajan saya berkurang Jika saya dipilih sebagai pengurus suatu organisasi maka saya menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya Saya memaafkan orang lain yang berbuat salah kepada saya Saya menjaga hubungan baik dengan sesama manusia terutama di lingkungan tempat saya tinggal Jika saya berbuat salah saya langsung meminta maaf setiap kesalahan yang saya lakukan, saya langsung melupakannya
53
jika saya melihat kecelakaan, saya menunggu ada orang yang menolong setelah itu baru saya mendekat untuk ikut menolongnya Saya senang berbagi kepada teman ketika saya mendapatkan rezki lebih Saya merasa iri jika teman saya mempunyai kelebihan Bila KBM sedang berlangsung saya menegur teman yang berbuat gaduh Saya memperhatikan dengan sungguh-sungguh setiap guru yang mengajar Setiap pulang dari sekolah, saya mengulang setiap pelajaran yang telah dipelajari Saya belajar dengan sungguh-sungguh agar nilai-nilai saya bagus Saya mengerjakan PR di sekolah/pada hari mau dikumpulkan saja Saya bertanya kepada guru apabila ada materi yang tidak dimengerti Saya berdiskusi/bertanya kepada teman tentang pelajaran yang saya tidak mengerti Saya belajar pada waktu ulangan saja Jika ada PR dari sekolah maka saya langsung mengerjakannya Ketika sedang ujian saya melihat jawaban teman atau memberi jawaban kepada teman Ketika ujian berlagsung saya mengerjakan sendiri semampu saya Saya membuat atau membawa catatan kecil ketika ujian
54
Saya bangga dengan hasil yang saya kerjakan sendiri
55 56
Saat teman mengajak mencontek, saya menolak
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52
57 58 59 60
Saya mencontek jika tidak ada yang mengawasi Apabila saya melihat teman yang mencuri saya langsung melaporkannya Saya segera membersihkan dan merapikan ruang kelas yang kotor dan berntakan Saya memperhatikan kebersihan dan kerapihan diri sendiri Saya menjaga lingkungan yang bersih dengan membuang sampah pada tempatnya
Data Hasil Angket Kecerdasan Spiritual No. RESP 1 1 4
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
3 4 3 3 4 3 4 3 2 2 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4
3 3 3 4 4 3 4 2 4
NOMOR ITEM 2 4
3 4
4 4
5 3
6 3
7 3
8 2
9 2
10 2
11 4
12 4
13 2
14 4
15 3
16 2
17 4
18 4
19 4
20 4
21 4
22 2
23 2
24 4
25 4
26 3
27 4
28 3
29 3
30 2
31 4
32 3
33 4
4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4
4 3 3 3 4 3 1 4 2 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 1 4 4
2 2 3 4 3 4 2 2 3 4 3 3 2 4 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 4 3 2 2 3
3 2 3 3 4 4 2 4 2 1 3 4 2 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3
2 1 2 3 3 2 1 2 2 3 3 3 1 3 2 2 4 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 4
4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 4 4 3 4 3 4 4 2 3 4 2 4
4 3 2 2 3 2 4 2 2 4 3 3 2 4 4 3 4 3 2 3 2 4 4 3 2 3 2 2 2
4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 2 3 3
4 4 2 4 3 3 2 2 3 4 4 3 2 3 3 3 4 4 2 2 2 3 2 3 4 3 3 2 2
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 2 1 4 2 4 1 2 3 3 3 3 2 2 3 4 2 3 2 2 2 3 4 2 4 3 2 2 1
4 3 4 3 3 4 2 4 3 3 4 3 2 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 2 3 3 2 2 2
3 3 3 3 3 3 2 4 2 4 4 3 2 4 4 3 4 3 2 4 2 3 2 3 4 3 3 3 2
2 4 2 3 4 2 2 4 3 4 4 3 2 3 3 3 4 3 2 4 3 2 3 4 3 3 3 2 2
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 3
4 2 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 2 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4
3 3 3 2 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3
4 2 2 4 4 3 2 4 4 4 3 4 4 4 4 2 4 4 2 2 2 3 3 3 2 4 2 3 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4
4 4 2 3 4 2 3 4 3 4 3 4 4 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 4 2
4 4 2 3 4 2 3 4 3 4 3 4 4 2 2 2 4 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 4 2
3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3
2 4 4 3 3 4 2 4 4 4 4 4 3 4 3 2 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 2 2 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4
4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4
4 3 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 2 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 3 4
2 2 2 3 3 2 2 2 3 4 2 3 2 4 3 3 4 4 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3
4 4 4 2 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 3
4 4 4 4 4 3 2 4 2 4 4 4 3 4 4 2 4 4 2 2 3 3 4 3 3 4 3 4 4
2 4 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 3 1 4 3
34 4 4 2 2 3 3 3
4 4 3 4 3 4 4 3 2 2 4 4 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4
35 2
36 3
37 2
38 3
39 4
40 4
41 4
42 4
43 4
44 4
45 4
46 4
47 4
48 4
49 3
50 51 52 4 3 3
53 4
54 2
55 1
56 4
57 3
58 2
59 2
1 3 3 3 1 3 1 4 3 2 4 3 3 2 3 3 3 2 1 3 4 3 1 3 3 3 2 3 3
2 2 2 2 3 2 2 2 3 4 2 3 2 4 3 2 3 3 4 3 2 2 3 4 2 2 3 2 2
4 3 2 3 3 2 4 2 3 3 3 3 4 3 3 2 4 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3
1 1 1 3 3 2 2 2 2 1 2 2 1 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3
4 4 3 3 3 4 2 4 3 4 3 4 4 4 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 1 3 3 3 4
2 1 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2
4 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 2 3 4 2 4 1 4 2 4 3 3 4 4 3 3 2 4
3 4 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 2 2 3 4 3 4 3 3 3 2 3
2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3
2 3 2 3 3 2 2 2 3 4 2 3 2 2 3 2 4 4 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3
2 3 1 3 3 3 1 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 3 2 2 3 3 2 2
2 4 2 2 3 2 4 2 3 4 1 3 3 4 3 2 4 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2
3 3 2 3 3 1 1 2 3 4 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 2 3 4 3 3 3
4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 2 4 3 3 4
2 3 2 2 3 3 1 3 2 3 2 3 2 4 1 2 4 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2
3 1 2 3 3 3 1 4 3 2 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 4 4 2 3 2 3 3 2 3
2 2 4 4 4 4 2 4 3 4 4 3 3 4 2 2 4 4 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3
1 1 3 4 3 4 3 4 4 1 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 1 3
3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4 2 4 2 3 4
4 4 3 4 4 4 3 4 4 2 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 2 3 4 3 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 1 3 4 3 4 4
1 1 3 2 2 3 2 2 2 1 2 4 2 3 2 2 3 2 4 1 2 4 3 3 2 1 2 1 3
1 1 3 4 4 3 2 3 4 1 3 2 3 3 3 4 4 4 3 2 3 4 4 3 3 4 3 1 4
4 2 4 3 3 3 2 4 2 4 3 3 3 2 2 2 4 3 2 2 3 2 4 3 3 2 3 2 2
4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 3 3 3
60
3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 2 3 4 3 3 3
SKOR
196 185 185 177 198 205 195 164 206 184 203 200 209 182 208 198 177 223 210 178 174 183 191 198 189 177 190 167 163 187
Proses pembelajaran di Kelas
Kegiatan zikir /wirid setelah shalat dan Pembelajaran kitab kuning
Asrama putra dan puteri
Ruang kelas dan kantor
Ruang perpustakaan