PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI S-1 GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DEPARTEMEN AGAMA TAHUN 2009
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
i
_____________________________________________________KATA PENGANTAR Kehadiran Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang diikuti lahirnya PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, selain menjadi tantangan bagi para pemangku pendidikan, telah memberi peluang kepada PTAI, khususnya Fakultas Tarbiyah, untuk memaksimalkan perannya sebagai perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga kependidikan atau LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) dalam pengembangan program peningkatan kualifikasi akademik S-1 dan program sertifikasi Guru MI dan PAI. Konsekuensi dari peraturan perundangan di atas, guru MI dan PAI dituntut untuk segera meningkatkan kualifikasinya menjadi paling rendah sampai Sarjana (S-1). Untuk memberikan layanan peningkatan kualifikasi bagi guru MI dan PAI yang belum memenuhi kualifikasi akademik tersebut dengan tidak mengganggu pelaksanaan tugastugas keseharian di madrasah dan sekolah diperlukan prakarsa yang inovatif dan efisien. Direktorat Pendidikan Tinggi Islam Ditjen Pendis Depag mengembangkan suatu alternatif sistem pembelajaran yang dianggap sesuai dengan kondisi guru-guru tersebut adalah dengan dual – modes instructional system atau disingkat dual modes system. Buku ini memuat rambu-rambu penyelenggaraan program peningkatan kualifikasi akademik S-1 bagi guru MI dan PAI, dapat dijadikan acuan / pedoman dan mekanisme dalam memberikan layanan pembelajaran bagi para peserta program peningkatan kualifikasi akademik S1 dengan dual modes system. Kepada taskforce pengembang buku pedoman ini, kami sampaikan banyak terima kasih atas segala upaya keras sehingga buku ini dapat diselesaikan tepat waktu. Jakarta, Januari 2009 Direktur Pendidikan Tinggi Islam, Ditjen Pendidikan Islam Depag
Prof. Dr. H. Machasin, M.A. NIP. 150240107
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
ii
A. PENDAHULUAN 1. Rasional Salah satu upaya yang diamanatkan oleh PP No. 19/2005 dan UU No. 14/2005 dalam menjadikan jabatan guru sebagai jabatan profesional untuk meningkatkan citra guru adalah pendidikan profesi yang memungkinkan guru menguasai kompetensi utuh sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada peningkatan kualitas pendidikan. Kepemilikan kompetensi ini akan ditandai dengan pemerolehan Sertifikat Pendidik yang selanjutnya akan diikuti oleh penghargaan berupa tunjangan profesi. Ketentuan ini berlaku bagi semua guru, termasuk bagi guru MI dan guru PAI di sekolah. Menurut PP No. 19/2005, pasal 29, ayat (2), seorang guru (MI atau PAI) minimal harus mempunyai kualifikasi akademik sarjana (S-1) atau D-IV, serta sertifikat profesi untuk guru MI atau PAI. Sehubungan dengan persyaratan ini, perlu segera dirancang program pendidikan seperti yang diamanatkan oleh UU No. 14 Tahun 2005 dalam bentuk yang dapat dipertanggungjawabkan baik dari sisi akademik maupun pengelolaan. Jumlah dan persebaran serta heterogenitas latar belakang guru di lingkungan Depag yang bertugas di MI, MTS, MA yang berjumlah 524.543 orang, maka keadaan guru pada MI adalah yang paling kompleks di antara guruguru yang ada itu, sehingga memerlukan penanganan ekstra. Data perkembangan jumlah guru tahun 2007 menunjukkan bahwa guru MI dan PAI yang masih berpendidikan SLTA, D-1, D-2, dan D-3 berjumlah 449.041 orang. Jumlah guru ini tersebar di seluruh pelosok tanah air, mulai dari kota besar, sampai ke daerah yang paling terpencil, dengan latar belakang yang sangat bervariasi, mengindikasikan betapa kompleksnya pekerjaan yang harus digarap untuk memenuhi amanat undang-undang dimana dalam waktu 10 tahun menargetkan semua pendidik harus sudah memenuhi kualifikasi akademik minimal S1. Guru Madrasah Ibtidaiyah dan PAI dituntut untuk segera meningkatkan kualifikasinya agar mampu berkarya secara profesional. Berkaitan dengan masih banyaknya guru MI dan PAI yang belum memiliki kualifikasi seperti yang dituntut oleh peraturan perundang-undangan diperlukan prakarsa yang inovatif dan efisien untuk memberikan layanan pendidikan yang memungkinkan tidak mengganggu pelaksanaan tugas-tugas keseharian masing-masing guru. Untuk memberikan layanan peningkatan kualifikasi guru MI dan PAI, Direktorat Diktis Depag mulai tahun akademik 2009/2010 menyelenggarakan Program Peningkatan Kualifikasi Akademik S1 bagi Guru MI dan Guru PAI pada Sekolah dengan menggunakan pendekatan dual-modes system . 2. Tujuan Penyelenggarakan Program Peningkatan Kualifikasi S1 bagi Guru MI dan PAI Sekolah dengan menggunakan dual-modes system bertujuan untuk: a. Menghasilkan lulusan yang berkualifikasi akademik sarjana pendidikan untuk guru MI dan guru PAI pada sekolah. PEDOMAN PENYELENGGARAAN
1
b. Memberikan layanan peningkatan kualifikasi S1 guru MI dan guru PAI pada sekolah yang lulusan PGA (SLTA) dan D-2 sesuai tuntutan perundangundangan. 3. Pengertian Program peningkatan kualifikasi S-1 guru Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Pendidikan Agama Islam (PAI) pada sekolah adalah suatu program penyelenggaraan pendidikan yang secara khusus diperuntukkan bagi guru dalam jabatan di lingkungan Departemen Agama RI. Program ini dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI), yang dalam proses perkuliahannya menggunakan pendekatan dual mode melalui pengintegrasian sistem pembelajaran konvensional (tatap muka di kampus) dan sistem pembelajaran mandiri.
B. KURIKULUM 1. Kompetensi Lulusan Program Peningkatan Kualifikasi Akademik S1 bagi Guru MI dan Guru PAI pada Sekolah dengan menggunakan pendekatan dual-modes mengarahkan lulusannya untuk memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. 2. Struktur Kurikulum dan Sebaran Mata Kuliah Struktur kurikulum Program Strata 1 (S-1) PGMI dan guru PAI di sekolah dengan menggunakan pendekatan dual-modes terdiri atas kelompok Mata Kuliah Dasar, Mata Kuliah Utama, dan Mata Kuliah lainnya, dengan jumlah keseluruhan SKS yang harus ditempuh antara 144 – 150 SKS. Struktur kurikulum dan sebaran mata kuliah untuk program ini yaitu sebagai mana terlampir. 3. Beban Studi dan Lama Program Berkaitan dengan beban studi (satuan kredit semester) dan lama program yang harus ditempuh oleh mahasiswa disesuaikan dengan latar belakang pendidikan calon mahasiswa dengan mengacu pada Surat Keputusan Mendiknas Republik Indonesia Nomor 234/U/2000, seperti digambarkan pada tabel 1. Tabel 1 Beban Studi dan Lama Program Peningkatan Kualifikasi Guru MI dan PAIS Latar Belakang Pendidikan 1. SLTA 2. D-1 Kependidikan
Beban Studi (sks) 144-160
Lama Program 8 – 10 semester
110-120
6 – 8 semester
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
2
3. D-2 Kependidikan
70-80
4 – 6 semester
4. D-3 Kependidikan
40-50
2 – 4 semester
C. SISTEM PEMBELAJARAN Perkuliahan dilakukan dengan menggunakan pendekatan dual-modes yang melalui perpaduan antara sistem pembelajaran tatap muka biasa dengan sistem pembelajaran mandiri (self-instruction). 1. Pembelajaran Tatap Muka Kegiatan pembelajaran tatap muka diadakan untuk memantapkan penguasaan mahasiswa terhadap materi yang disajikan dalam bahan belajar mandiri (BBM) melalui serangkaian pertemuan langsung antara mahasiswa dengan dosen secara terjadwal. Bahan belajar yang dikaji dalam kegiatan pembelajaran tatap muka meliputi: a. Konsep-konsep dalam bahan belajar mandiri yang sulit dan masih belum dipahami oleh mahasiswa setelah mempelajarinya secara mandiri; b. Aplikasi dan pemecahan masalah yang diangkat dari materi yang terkandung dalam bahan belajar mandiri. c. Masukan bagi penyelesaian tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa dalam kapasitas individu dan kelompok d. Masukan bagi pelaksanaan pratikum yang harus dikerjakan oleh mahasiswa baik secara individual maupun kelompok. Pembelajaran tatap muka ini dilakukan oleh dosen yang ditetapkan oleh Dekan Fakultas terkait pada PTAIN yang memperoleh penugasan dari Depag. Dosen yang diberi tugas dalam kegiatan ini terdiri atas: a. Dosen pengampu mata kuliah pada program studi S-1 PGMI dan PAI Fakultas Tarbiyah PTAIN dan PT mitra. b. Dosen mitra yang direkrut dari perguruan tinggi lain yang memiliki kualifikasi minimal S-2 sesuai dengan bidang keahliannya. Kegiatan pembelajaran tatap muka ini meliputi: a. Ceramah dan tanya jawab b. Diskusi kelas atau kelompok c. Bimbingan kegiatan praktik dan pratikum d. Bimbingan penyelesaian tugas-tugas Kegiatan pembelajaran tatap muka dilakukan dengan dukungan bahan dan sarana seperti: a. Hand out yang disiapkan oleh dosen. b. Sumber belajar berupa buku, jurnal, dll. c. Bahan-bahan sajian yang disiapkan oleh mahasiswa Pembelajaran tatap muka dilaksanakan sebanyak 4 kali dalam satu semester. Bila diperlukan mahasiswa dapat mengusulkan jumlah pertemuan tatap muka PEDOMAN PENYELENGGARAAN
3
lebih dari 4 kali dengan kesepakatan bersama dosen pengampu mata kuliah. Lama pertemuan pembelajaran tatap muka disesuaikan dengan bobot SKS mata kuliah yang bersangkutan (1 SKS = 50 menit). Untuk memantapkan penguasaan mahasiswa terhadap materi yang disajikan dalam bahan belajar mandiri, proses pembelajaran tatap muka menerapkan pola komunikasi dua arah (interaktif). Hal ini dimaksudkan untuk memperdalam penguasaan materi baik melalui perkuliahan langsung ataupun melalui bahan belajar mandiri (BBM). Pembelajaran tatap muka dilaksanakan di kampus PTAIN dan PT Mitra daerah yang terdekat dengan tempat tinggal mahasiswa. 2. Pembelajaran Mandiri Pembelajaran mandiri adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan menggunakan bahan belajar mandiri yang disebut modul. Pada awal perkuliahan, dosen pengampu mata kuliah menjelaskan tentang cara belajar dengan menggunakan modul. Dalam modul tersebut juga diuraikan penjelasanpenjelasan mengenai cara mempelajarinya secara lebih terperinci sesuai dengan karakteristik masing-masing mata kuliah. Dalam proses pembelajaran mandiri, mahasiswa dapat mempelajari modul, baik secara perseorangan dan atau dalam kelompok belajar. Pembelajaran mandiri dapat disertai dengan kegiatan tutorial, dalam hal ini dosen bertindak sebagai tutornya. Kegiatan tutorial dilaksanakan minimal 3 kali untuk setiap mata kuliah sebagai layanan belajar yang dilaksanakan oleh PTAI Penyelenggara, yaitu: di awal perkuliahan, pertengahan semester, dan menjelang UAS. Jumlah pertemuan kegiatan tutorial dapat ditambah atas inisiatif mahasiswa dan pengelolaannya diatur oleh PTAI penyelenggara. Tempat kegiatan tutorial dapat dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan antara PTAI Penyelenggara dengan pihak-pihak terkait. Jika memungkinkan, untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran mandiri dengan tutorial dapat menggunakan pembelajaran termediasi (mediated instruction) atau tutorial on-line dengan memanfaatkan perangkat keras komputer. 3. Praktik/Praktikum dan Tugas Akhir. Pada mata kuliah tertentu, mahasiswa diharuskan melakukan kegiatan praktik atau praktikum, dimana frekuensi dan durasinya sesuai dengan yang tercantum dalam pedoman ini. Praktik dan praktikum merupakan bentuk pembelajaran yang memadukan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam rangka pencapaian kompetensi yang bersifat multi dimensi. Praktik adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mengaplikasikan teori, konsep, atau prosedur dengan pengawasan langsung dosen/pembimbing, seperti praktik menggambar, olahraga, dsb. Praktikum adalah kegiatan pembelajaran melalui tugas yang terkendali yang berhubungan dengan validasi fakta atau hubungan antar fakta, sesuai yang disyaratkan dalam kurikulum, seperti praktikum fisika, kimia, biologi, dsb. Kegiatan Praktik dan praktikum merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan dalam perkuliahan tatap muka dan dilaksanakan dengan PEDOMAN PENYELENGGARAAN
4
menggunakan berbagai peralatan pendukung, antara lain: peralatan praktik dan laboratorium. Dosen pengampu mata kuliah praktik dan praktikum melakukan bimbingan untuk: a. Membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam merencanakan praktik atau praktikum b. Mengawasi pelaksanaan kegiatan praktik/praktikum c. Memberikan arahan, saran dan bantuan untuk mengatasi kesulitan / masalah yang d. muncul dalam kegiatan praktik/praktikum. e. Membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam membuat laporan kegiatan praktik/praktikum. Dalam menyelesaikan mata kuliah, mahasiswa diharuskan melaksanakan tugastugas, baik yang tercantum dalam bahan belajar mandiri maupun dalam pedoman penilaian. Dosen pengampu mata kuliah melakukan bimbingan untuk: a. Membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan topik dan lingkup permasalahan yang akan diselesaikan b. Membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menghimpun, menganalisa dan mensintesis informasi yang sudah diperoleh. c. Membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan penyelesaian tugas akhir d. Membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menyusun hasil karya tulis e. Membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menyusun laporan tugas akhir. 4. Program Pemantapan Kemampuan Profesional Program Pemantapan Kemampuan Profesional (P2KP) adalah bentuk kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk mendukung ketercapaian kompetensi profesional sebagai guru. P2KP dilaksanakan di sekolah/madrasah sesuai dengan program studi yang ditempuh. Penyelenggaraan P2KP diatur dan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di PTAI Penyelenggara. 5. Bahan Belajar Proses pembelajaran dalam program ini mengintegrasikan antara sistem pembelajaran tatap muka di kampus dan sistem pembelajaran mandiri. Pada kegiatan sistem tatap muka di kampus pengembangan bahan ajar diserahkan sepenuhnya kepada dosen pengampu mata kuliah, sedangkan dalam sistem pembelajaran mandiri dengan menggunakan modul. Modul dirancang secara khusus agar dapat dipelajari secara mandiri oleh mahasiswa. PTAI penyelenggara dapat memanfaatkan modul-modul yang telah dikembangkan, selanjutnya dapat mengembangkan sendiri modul berdasarkan pedoman penulisan modul yang telah dikembangkan, dengan catatan: (1) modul ditulis sendiri oleh dosen pengampu mata kuliah, (2) nama calon penulis PEDOMAN PENYELENGGARAAN
5
diusulkan oleh PTAI penyelenggara kepada Direktur DIKTIS, (3) calon penulis yang telah ditetapkan selanjutnya mengikuti pelatihan tentang teknik penulisan modul yang diselenggarakan oleh Direktorat DIKTIS. 6. Penilaian Hasil Belajar a. Penilaian Keberhasilan Studi Setiap Mata Kuliah Penilaian terhadap keberhasilan studi mahasiswa untuk setiap mata kuliah didasarkan kepada Penilaian Acuan Patokan (PAP), yaitu dengan cara menentukan batas kelulusan berdasarkan tingkat ketercapaian mahasiswa atas tujuan mata kuliah yang diikutinya (penguasaan materi). Nilai keberhasilan studi untuk setiap mata kuliah merupakan hasil kumulatif dari komponen tugas, ujian tengah semester, ujian akhir semester, serta komponen penilaian lainnya. b. Alaternatif Penyelesaian Akhir Studi Penyelesaian akhir studi mahasiswa diberikan alternatif untuk memilih jalur skripsi atau non skripsi. Jalur skripsi yang dipilih mahasiswa berupa hasil penelitian (penelitian lapangan, penelitian tindakan atau studi pustaka). Sedangkan jalur non skripsi, mahasiswa harus membuat tugas akhir yang memiliki bobot setara skripsi; 1) Penyelesaian Studi dengan Skripsi Penulisan skripsi dapat dipilih oleh mahasiswa yang pada semester akhir dengan IPK minimal 2,5 dan mendapat rekomendasi tentang kemampuan menyusun skripsi dari Dosen Penasehat Akademis. Dengan demikian program studi mahasiswa tersebut seluruhnya akan mencapai minimum 144 sks maksimum 150 sks termasuk 6 sks skripsi. 2) Penyelesaian Studi tanpa Skripsi Penyelesaian studi tanpa skripsi dapat dipilih oleh mahasiswa dengan diharuskan menempuh mata kuliah pengganti skripsi yang diambil dari mata kuliah yang disediakan khusus oleh program studi sesuai kurikulum yang berlaku. Dosen pembimbing melakukan bimbingan untuk: a. Membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menentukan fokus masalah penelitian b. Membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menyusun proposal penelitian c. Membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menyusun instrumen penelitian d. Membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam mengolah data e. Membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menyusun laporan naskah skripsi
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
6
f. Membantu mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menghadapi ujian sidang skripsi
D. SISTEM KONVERSI SKS 1. Rasional Mengingat kondisi mahasiswa yang mengikuti program ini adalah para guru dalam jabatan dengan latar pendidikan PGA dan D-2 dengan sejumlah pengalaman mengajar dan struktur kepangkatan yang beragam, usia yang tidak muda lagi, ragam diklat yang telah diikuti, maka perlu adanya pengakuan terhadap entry behavior setiap mahasiswa melalui sistem konversi. Sistem konversi dalam penyelenggaraan program ini dimaksudkan untuk memperhitungkan dan memberikan penghargaan terhadap entry behaviour setiap mahasiswa secara wajar menurut kaedah akademik, maka latar belakang pendidikan, penilaian hasil-hasil belajar melalui pengalaman sebagai guru, pelatihan profesional yang diikuti, prestasi akademik dan lainnya, masa pengabdian, seyogyanya dapat diperhitungkan sebagai perolehan satuan kredit semester (sks) setelah dilakukan penyetaraan dengan beberapa mata kuliah dengan sks tertentu. Proses peningkatan kualifikasi akademik guru MI/PAI dalam jabatan perlu mengahargai pengalaman kerja dan pelatihan-pelatihan yang telah diperoleh untuk dikonversikan ke dalam sks yang wajib diikuti dalam Progam S-1 PGMI/PAI, sehingga dapat menjadikan pengalaman kerja guru sebagai ”credit earning” dalam penyelesaian S-1 PGMI/PAI. PTAIN sebagai lembaga penyelenggara program S-1 PGMI/PAI perlu menetapkan pola konversi pengalaman kerja guru menjadi ”credit earning” sebagai rambu-rambu dalam menetapkan jumlah dan distribusi sks yang harus ditempuh guru dalam jabatan untuk menyelesaikan program S-1 PGMI/PAI-nya. Berkaitan dengan beban studi (satuan kredit semester) dan lama program yang harus ditempuh disesuaikan dengan latar belakang pendidikan calon mahasiswa dengan mengacu pada Surat Keputusan Mendiknas Republik Indonesia Nomor 234/U/2000 (lihat tabel 1), maka PTAIN (LPTK) penyelenggara seyogyanya dapat melakukan konversi beban studi (sks) yang harus ditempuh yang harus ditempuh mahasiswa misalnya dengan aspek-aspek kinerja dan prestasi mengajar guru, pelatihan profesional, dan masa kerja yang dimiliki sebelum mengikuti Program S-1 Pendidikan Khusus bagi Guru dalam Jabatan. Hal tersebut dilaksanakan sebagai bentuk penghargaan terhadap kinerja guru yang bisa menjadi ”credit earning” dalam penyelesaian program peningkatan kualifikasi guru (S-1). Sehingga jumlah sks hasil konversi ini merupakan pengurangan beban studi yang harus ditempuh calon mahasiswa dalam menyelesaikan program S-1. 2. Pengertian PEDOMAN PENYELENGGARAAN
7
Konversi SKS adalah jumlah satuan kredit semester yang diperoleh mahasiswa berupa penghargaan terhadap aspek-aspek kinerja dan prestasi mengajar guru, pelatihan profesional masa kerja yang dimiliki mahasiswa. Sebelum program kualifikasi akademik S-1 PGMI/PAI. SKS hasil konversi ini merupakan pengurangan beban sks yang harus ditempuh mahasiswa dalam menyelesaikan program S-1 PGMI/PAI, misalnya: a. Jumlah sks yang harus ditempuh oleh mahasiswa lulus D-II adalah 70 sks. b. Hasil konversi sks dari pengalaman kerja mahasiswa yang bersangkutan adalah 20 sks. c. Mahasiswa yang bersangkutan hanya diwajibkan menempuh 50 sks dalam Program S-1 PGMI/PAI yaitu ( 70 sks – 20 sks = 50 sks) 3. Tujuan Konversi SKS a. Memberi penghargaan kepada pengalaman kerja guru SD dalam jabatan yang diperoleh melalui pengalaman kerja yang terkait dalam pembelajaran setelah menyelesaikan program D-II PGMI/PAI. b. Mengurangi beban sks yang harus ditempuh guru SD dalam jabatan untuk menyelesaikan program kualifikasi akademik S-1 PGMI/PAI yang harus ditempuh. 4. Bentuk dan Fungsi Konversi Pengalaman kerja guru MI/PAI yang dapat dikonversi ke dalam sks meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Aspek kinerja dan atau prestasi kerja mencakup: 1) Karya cipta atau karya tulis ilmiah/seni/teknologi dalam bidang pembelajaran yang dipublikasikan dalam jurnal, surat kabar atau media informasi lainnya . 2) Menjadi tutor pada kegiatan KKG, Pelatihan di tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten atau tingkat yang lebih tinggi. 3) Menjadi panitia UN /US ditingkat sekolah atau yang lebih tinggi. 4) Menjadi guru berprestasi di tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten atau tingkat yang lebih tinggi. 5) Menjadi tim penyususn soal atau silabus di tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten atau tingkat yang lebih tinggi. Catatan: Semua aspek tersebut dibuktikan dengan dokumen /SK dari yang berwenang. b. Aspek Pelatihan Profesional meliputi: 1) Pelatihan/penataran yang terkait dengan inovasi kepada pembelajaran di tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten atau tingkat yang lebih tinggi. 2) Pelatihan/penataran yang terkait dengan pengembangan kurikulum atas bahan ajar di tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten atau tingkat yang lebih tinggi.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
8
3) Pelatihan penataran yang terkait dengan penggunaan media/sumber belajar/teknologi pembelajaran di tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten atau tingkat yang lebih tinggi. 4) Pelatihan/penataran yang terkait dengan sistem penilaian pembelajaran di tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten atau tingkat yang lebih tinggi. Catatan: Semua pelatihan tersebut di atas dibuktikan dengan dokumen/sertifikat dari pihak yang berwenang. c. Aspek Masa Kerja Masa kerja dihitung sejak guru yang bersangkutan ditetapkan sebagai guru dan melaksanakan tugas terus menerus sebagai guru di wilayah negara kesatuan Republik Indonesia. 5. Perhitungan Konversi Perhitungan konversi masing-masing aspek dan komponen yang dikonversikan ditetapkan oleh Tim pakar berdasarkan pedoman ini dan pedoman akademik pada PTAIN . E. SISTEM REKRUTMEN MAHASISWA Mengingat tujuan penyelenggaraan Program peningkatan kualifikasi akademik S-1 bagi Guru dalam Jabatan adalah untuk mendukung upaya percepatan peningkatan kualifikasi akademik, maka proses penerimaan mahasiswa baru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru Sistem penerimaan calon mahasiswa dilakukan melalui prosedur seleksi yang kredibel sesuai dengan persyaratan akademik dan persyaratan administratif yang berlaku pada masing-masing PTAIN penyelenggara. PTAIN penyelenggara dapat melakukan proses rekrutmen mahasiswa sebanyakbanyaknya 2 (dua) kali dalam satu tahun akademik yaitu semester ganjil dan genap. 2. Kriteria Calon Mahasiswa Sesuai dengan tujuannya, calon peserta program ini adalah guru kelas di Madrasah Ibtidaiyah dan guru PAI pada sekolah, berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun Non-PNS. Yang dimaksud PNS dalam hal ini adalah guru yang status kepegawaiannya berada dalam unit kerja Departemen Agama (atau diperbantukan pada madrasah), atau guru PAI di sekolah meskipun tidak berNIP 15. Adapun kriteria peserta adalah: a. Belum memiliki kualifikasi akademik S.1/D.IV; b. Bagi guru yang berstatus PNS, mendapatkan rekomendasi/izin dari Kepala Madrasah/Sekolah dan/atau Kepala Kantor Departemen Agama/Kepala Dinas
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
9
Pendidikan Kabupaten/Kota setempat; Bagi guru yang berstatus non-PNS, mendapatkan rekomendasi/izin dari Kepala Madrasah/Sekolah c. Berusia maksimal 58 tahun pada tahun 2015; d. Sehat jasmani dan rohani; e. Prioritas diberikan kepada guru yang memiliki masa kerja/pengabdian lebih lama dan/atau memiliki prestasi. 3. Prosedur Seleksi Penyelenggaran seleksi masuk dilaksanakan secara terbuka sehingga dapat diketahui oleh calon mahasiswa, baik melalui surat selebaran (pamflet, leaflet, brosur), iklan dalam surat kabar, maupun media elektronik. Penetapan peserta Program S-1 Pendidikan Khusus bagi Guru dalam Jabatan dilaksanakan melalui seleksi administratif terutama yang berkaitan dengan status guru dalam jabatan dan pengalaman mengajar atau masa kerja. Pelaksanaan seleksi administratif dan akademik tersebut dilaksanakan oleh perguruan tinggi penyelenggara, setelah menerima daftar nominator dari setiap sekolah melalui kantor depag kabupaten/kota, kanwil dan kantor pusat. Cara penyampaian hasil seleksi mengikuti mekanisme yang berlaku di masing-masing LPTK Penyelenggara. Namun demikian untuk menjaga kontinuitas proses belajar mengajar di sekolah dimana guru bertugas, maka mekanisme pendaftaran calon mahasiswa digambar dalam alur diagram berikut. DITJEN PENDIDIKAN ISLAM Pelaksana Program PT Penyelenggara Program LPTK Induk LPTK Mitra
Dinas pendidikan Kab/Kota
Kanwil Depag
Kandepag
Madrasah/Sekolah
Melakukan monitoring dan evaluasi program Melakukan koordinasi pelaksanaan program Menetapkan PT Penyelenggara Program (induk dan mitra) Menetapkan kuota peserta Mengirimkan rekapitulasi peserta dari Kandepag di wilayahnya ke pusat Mengirimkan laporan pelaksanaan
Mengirimkan hasil rekapitulasi ke Kanwil Memeriksa kelengkapan berkas Melakukan rekapitulasi peserta dari madrasah/sekolah di wilayahnya Melakukan seleksi berkas Melakukan pemberkasan peserta Memberikan rekomendasi bagi peserta yang berstatus PNS Mengirimkan rekapitulasi peserta ke Kandepag Memberikan rekomendasi Mengusulkan calon peserta
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
10
F. REKRUTMEN DAN PELATIHAN DOSEN 1. Persyaratan Dosen a. Dosen berlatar belakang pendidikan minimal S-2 dalam program studi/mata kuliah yang sama atau sejenis dibidang yang diajarnya; b. Dosen diutamakan yang berprofesi sebagai dosen pada Perguruan Tinggi Negeri dan swasta yang terakreditasi minimal dengan peringkat B; c. Mempunyai waktu minimal 1 x 3 jam untuk melakukan pengajaran tatap; d. Kesediaan dinyatakan secara tertulis yang diajukan kepada Dekan Fakultas . 2. Proses Rekrutmen, Seleksi dan Pengangkatan Dosen a. Pengembang Progran S-1 PGMI/PAI membuat pengumuman tentang kebutuhan tenaga dosen di semua kampus PTAIN dan PT mitra; b. Pengembang program S-1 PGMI/PAI melakukan pendaftaran calon dosen secara langsung, melalui fax atau e-mail dengan melampirkan ijazah, biodata, kesediaan menjadi dosen dan memperoleh izin dari pimpinan lembaganya; c. Pengembang program melakukan seleksi berdasarkan ketetuan-ketentuan yang berlaku; d. Mereka yang memenuhi semua persyaratan administratif dan menyatakan kesediaan secara tertulis untuk menjadi dosen pada program ini akan dipanggil untuk menerima tugas sebagai dosen pengampu mata kuliah. 3. Pelatihan Tenaga Dosen a. Sebelum melaksanakan tugas pengajaran, para dosen mengikuti pelatihan. Pelatihan dilakukan dalam bentuk tatap muka atau workshop; b. Bahan pelatihan disiapkan secara tertulis meliputi: 1) Gambaran umum tentang sistem belajar dual modes sistem pada program S-1 PGMI/PAI. 2) Pedoman Pengajaran 3) Hal-hal yang terkait dengan tugas dosen 4) Panduan Belajar Mandiri bagi calon dosen. c. Pelaksanaan Pelatihan 1) Setiap orang yang sudah diangkat sebagai dosen pada program S-1 PGMI/PAI PTAIN mendapatkan seperangkat bahan pelatihan dosen. 2) Para dosen melakukan kegiatan belajar mandiri dengan menggunakan Panduan Belajar Mandiri (BBM) sebagai Pengajar. 3) Pelatihan pemantapan tatap muka diadakan pada kampus daerah dengan berada dibawah kordinasi kampus pusat. 4) Para dosen yang sudah mengikuti pelatihan mendapatkan piagam atau sertifikat sebagai dosen program S1 PGMI/PTAI STAIN yang layak dan memenuhi kualifikasi sebagai pengampu mata kuliah yang sesuai dengan bidang keahliannya.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
11
G. PENDAYAGUNAAN, PENGENDALIAN DAN PENILAIAN DOSEN 1. Pendayagunaan Dosen a. Fungsi dan Peran Dosen Pengajar yang ditetapkan oleh Pengembang Program S-1 PGMI/PTAI baik pengajar dari kampus induk maupun dosen dari kampus daerah berfungsi membantu dan memotivasi mahasiswa untuk memantapkan penguasaan materi yang telah dipelajarai melalui bahan belajar mandiri, dalam rangka mencapai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan fungsi tersebut, dosen berperan melaksanakan interaksi komunikasi melalui kegiatan tatap muka. b. Tugas-Tugas yang Dilaksanakan 1) Dosen yang direkrut dari kampus induk dan daerah bertugas melaksanakan pengajaran tatap muka sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. 2) Tugas-tugas yang harus dilaksanakan dosen untuk membantu dan memotivasi mahasiswa adalah memantapkan penguasaan materi yang dipelajari melalui bahan belajar mandiri (BBM) antara lain meliputi: a) Penyusunan jadwal kegiatan pembelajaran dengan mahasiswa untuk setiap semester b) Mengadakan pertemuan awal dengan mahasiswa untuk mengkomunikasikan jadwal dan tata tertib kegiatan pembelajaran. 3) Mempersiapkan dan melaksanakan diskusi kelas atau kelompok untuk membahas materi-materi tertentu yang masih belum dipahami mahasiswa setelah mempelajarinya secara mandiri. 4) Memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang memerlukan bantuan dalam melakukan kegiatan praktik dan praktikum. 5) Memberikan bimbingan kepada mahasiswa yang memerlukan bantuan dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dalam rangka: 6) Penyelesaian materi yang terkandung dalam bahan belajar mandiri. 7) Penilaian mahasiswa dalam mata kuliah yang bersangkutan. 8) Mengadakan seminar terbatas untuk mengulang tugas-tugas yang telah dikerjakan oleh mahasiswa, terutama tugas-tugas yang diberikan dalam rangka penilaian atas kemampuan yang telah dicapai. 9) Menyiapkan materi tertulis yang akan disampaikan melalui kegiatan pembelajaran 10) Melakukan hubungan dengan mahasiswa untuk menyampaikan materi yang telah disiapkan dan memperjelas hal-hal yang masih belum dipahami oleh mahasiswa. 11) Melakukan komunikasi edukasi dengan mahasiswa secara berkala sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. 12) Membuat dan menyampaikan laporan secara berkala tentang kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
12
2. Pengendalian Dosen a. Dosen kampus pusat maupun daerah harus menyampaikan laporan tentang kegiatan pembelajaran yang dilakukannya kepada pengembang program setelah pertengahan dan akhir semester. b. Isi Laporan meliputi: 1) Jumlah pertemuan dan lama pertemuan kegiatan pembelajaran tatap muka, jumlah mahasiswa peserta pembelajaran setiap pertemuan, masalah atau isu yang dibahas dalam setiap pertemuan. 2) Dosen yang tidak menyampaikan laporan dan bekerjanya tidak produktif dapat diberi peringatan, sangsi sampai dengan penghentian tugas sebagai dosen. 3. Penilaian Kinerja Dosen a. Penilaian dosen dilakukan dua kali dalam satu semester, pada tengah semester dan pada akhir semester. b. Komponen penilaian bersifat komprehensif, mencakup penilaian terhadap mutu proses, media/sarana yang digunakan dan hasil yang dicapai. c. Untuk memperoleh data yang memadai digunakan berbagai cara seperti pengamatan langsung, kuesioner/wawancara dan analisis hasil kerja mahasiswa d. Dari hasil penilaian, diharapkan dapat diperoleh jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan berikut: 1) Bagaimana kualitas kinerja dosen? 2) Bagaimana kelancaran proses pembelajaran ditinjau dari kegiatan mahasiswa dan dosen? 3) Seberapa jauh media/sarana yang diperlukan tersedia dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran? 4) Seberapa besar kualitas hasil kerja mahasiswa telah memenuhi harapan yang diinginkan? 5) Aspek-aspek apa yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan kinerja pembelajaran diwaktu yang akan datang? 6) Penilaian dilakukan oleh penanggung jawab program S-1 PGMI/PAI dibantu oleh tim pengembang program.
PEDOMAN PENYELENGGARAAN
13