PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA JAWA DI SD MUHAMMADIYAH 09 “PANGLIMA SUDIRMAN” MALANG
SKRIPSI
Oleh: Emy Junaidah 12140082
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Oktober 2016
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BAHASA JAWA DI SD MUHAMMADIYAH 09 “PANGLIMA SUDIRMAN” MALANG
SKRIPSI
DiajukankepadaFakultasTarbiyahdanKeguruan Universitas Islam NegeriMaulana Malik Ibrahim Malang untukmemenuhipersyaratandalammemperolehgelar SarjanaPendidikan(S.Pd) Oleh: EMY JUNAIDAH 12140082
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Oktober, 2016
i
ii
iii
PERSEMBAHAN Dengan senantiasa memanjatkan puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT. shalawat serta salam kehadirat Rosulullah SAW. penulis mempersembahkan karya berupa skripsi ini untuk Ibunda tercinta Sri Hartini Yang dengan penuh kasih sayang, keikhlasan dan kesabaran mendidik dan membimbingku dari kecil hingga dewasa. Terimakasih atas doa-doa, cinta, dan segala fasilitas serta limpahan materi untukku. Dan kepada beliau semoga Allah SWT. meridhoi segala amal ibadah dan dilipat gandakan. Kakak-kakakku tersayang Nita Yulis Tiwi Ningsih, Ida Masruriah, dan Kamilin Nasihah Terimakasih karena dengan sabar mendukung dan selalu memotivasi serta memberikan nasihat-nasihat yang berguna bagiku. Seplan Carlos Seseorang yang begitu istimewa telah mendampingi dan memberi dorongan dan motivasi dalam menuliskan skripsi, bersedia menerima keluh kesah dalam setiap permasalahan. Kalianlah yang terus membuatku semangat yang telah menjadi motivator demi selesainya penyusunan skripsi ini.
iv
MOTTO
ْ َعل ِِِوا ْلعُد َْوان َ ِاونُوا َ ِاونُوا َ ىِاْلثْم َ ىِو َلِِت َ َع َ ِِوالت َّ ْق َو َ علَىِا ْلبر َ َوت َ َع “Dan tolong-menolonglahkamudalam (mengerjakan) kebajikandantakwadanjangantolongmenolongdalamberbuatdosadanpelan ggaran” (Al-Qur’an Surah Al-Maidahayat 2)
v
vi
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan rahmat, taufiq dan ridho-Nya lah skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Terhadap Motivasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Bahasa Jawa di SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang” dapat terselesaikan dengan baik sesuai rencana. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW. Yang telah membimbing manusia dari gelapnya kejahilan menuju terangnya cahaya ilmu. Dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari peran serta bantuan pihak lain, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis sampaikan beribu ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. 2. 3. 4. 5.
Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si, selaku Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Dr. H. Nur Ali, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Dr. Muhammad Walid, M.A, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Bapak H. Ahmad Sholeh, M.Ag, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan bimbingan. Bapak Sony Darmawan, M.Pd, selaku Kepala SD Muhammadiyah 09 Malang yang telah menerima dan memberikan izin kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6.
Bapak Ibu guru masing-masing kelas yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam melakukan penelitian.
7.
Orang tua saya Ibu Sri Hartini (almh) yang senantiasaberjuangkeras demi tercapainyacita-citadanpendidikansayahinggadetikini, sertasenantiasamendoakansaya di setiapsholatnya.
viii
8.
Fitrika Lailatul Asrofah, Nurma Mega Selvia, Alfi Ida Aulia, Noka Syafila Fauzia, Oneng Uswah Hasanah, Heny Agung Wibowo yang telah memberi semangat dan dukungan selama menyelesaikan penyusunan skripsi.
9.
Teman-teman saya tercinta mahasiswa jurusan PGMI angkatan 2012 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
10. Terakhir kalinya pada semua pihak yang selalu mendukung dan memotivasiku untuk selalu giat dalam belajar dan optimis mengejar cita-cita.
Selanjutnya penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak sekali kekurangan-kekurangan yang sudah sepatutnya diperbaiki, oleh karena itu adanya saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan demi kebaikan kami dalam menuju masa depan. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya, Amin.
Malang, 05Oktober 2016
(Emy Junaidah)
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut: A. Huruf =اa
=زz
= قq
=بb
=سs
ك
=k
=تt
=شsy
ل
=l
=ثts
=صsh
م
=m
=جj
=ضdl
ن
=n
=حh
ط
و
=w
=خkh
=ظzh
ھ
=h
=دd
ء ‘ =ع
=,
=ذdz
=غgh
= يy
=رr
=فf
= th
B. Vocal Panjang
C.
VokalDiftong
Vokal (a) panjang= â
ْٲَو
= aw
Vokal (i) panjang= î
ْٲَي
= ay
Vokal (u) panjang= û
ْ =اُوû ْاِي
x
=î
DAFTAR TABEL A. Tabel 1.1. Orisinalitas Penelitian .............................................................. 14 B. Tabel 2.1. Fase-fase Pembelajaran STAD ................................................ 29 C. Tabel 2.2. Langkah-langkah Metode Tim Pendengar ............................... 40 D. Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Angket Cooperative Learning ................... 61 E. Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Angket Motivasi Belajar ........................... 62 F. Tabel 3.3 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha .......................... 66 G. Tabel 3.4 Hasil Validitas dan Reliabilitas Angket Cooperative................ 67 H. Tabel 3.5 Hasil Validitas dan Reliabilitas Variabel Motivasi Belajar ..... 68 I. Tabel 4.1 Karakter Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .................... 82 J. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pembelajaran Cooperative Learning ...... 84 K. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa ........................... 86 L. Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Responden Asli ............... 88
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 4.1 Frekuensi Karakteristik Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin ................... 83
xii
DAFTAR LAMPIRAN A. B. C. D. E. F. G. H. I. J.
Lampiran I Lampiran II Lampiran III Lampiran IV Lampiran V Learning Lampiran VI Belajar Lampiran VII Lampiran VIII Lampiran IX Lampiran X
: Daftar Nama Siswa Sebagai Responden : Angket Cooperative Learning Responden Uji Coba : Angket Motivasi Siswa Responden Uji Coba : Angket Variabel X dan Y Responden Asli : Data Mentah Angket Uji Coba Variabel Cooperative : Data Mentah Angket Uji Coba Variabel Motivasi : Surat Izin Penelitian : Surat Bukti Telah Melaksanakan Penelitian : Bukti Konsultasi : Foto-foto Dokumentasi
xiii
DAFTAR ISI Halaman Sampul Halaman Judul ............................................................................................. i Halaman Persetujuan .................................................................................. ii Halaman Pengesahan ................................................................................... iii Halaman Persembahan ................................................................................ iv Halaman Motto ............................................................................................ v Nota Dinas Pembimbing .............................................................................. vi SuratPernyataan .......................................................................................... vii Kata Pengantar ............................................................................................ viii Pedoman Transliterasi ................................................................................. x Daftar Tabel.................................................................................................. xi Daftar Gambar ............................................................................................. xii Daftar Lampiran........................................................................................... xiii Daftar Isi....................................................................................................... xiv Abstrak .......................................................................................................... x BAB I: PENDAHULUAN............................................................................ 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................... 1 B. Rumusan Masalah ............................................................ 7 C. Tujuan Penelitian.............................................................. 8 D. ManfaatPenelitian............................................................. 8
xiv
E. Hipotesis Penelitian ..........................................................10 F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 11 G. Originalitas Penelitian ...................................................... 11 H. Definisi Operasional..........................................................16 I. SistematikaPembahasan ................................................... 17 BAB II: KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... ...19 A. Model Pembelajaran Cooperative Learning........................................ 19 1. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning. 19 2. Model-model Pembelajaran Cooperative....................... 25 3. Pengertian Student Teams Achievement Division........... 26 4. Langkah-langkah Pembelajaran Tipe STAD.................. 28 5. Metode-metode dalam Pembelajaran Cooperative......... 25 B. Motivasi Belajar ................................................................................. 41 1. Pengertian Motivasi Belajar .......................................... 41 2. Macam-macam Motivasi Belajar .................................. 44 C. Bahasa Jawa........................................................................ 49 D. Pengaruh Pembelajaran Cooperative terhadap Motivasi ... 52 BAB III: METODE PENELITIAN ............................................................ 54 A. Lokasi Penelitian ............................................................... 54 B. Pendekatan dan Jenis Peneliti ............................................ 54 C. Variabel Penelitian............................................................. 55
xv
D. Populasi dan Sampel .......................................................... 57 E. Data dan Sumber Data ...................................................... 59 F. Instrumen Penelitian .......................................................... 59 G. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 63 H. Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................. 64 I. Analisis Data....................................................................... 69 J. Prosedur Penelitian............................................................. 73 BAB IV: PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN ....................... 76 A. Paparan Data ...................................................................... 76 B. Hasil Penelitian .................................................................. 82 BAB V: PEMBAHASAN ............................................................................. 95 A. Model Pembelajaran Cooperative SD Muhammadiyah 09 95 B. Motivasi Belajar Siswa di SD Muhammadiyah 09............. 97 C. Pengaruh Cooperative Terhadap Motivasi.......................... 99 BAB VI: PENUTUP ..................................................................................... 103 A. Kesimpulan ........................................................................ 103 B. Saran .................................................................................. 104 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 105 LAMPIRAN
xvi
ABSTRAK Junaidah, Emy. 2016. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Basa Jawa Di SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, Pembimbing Skripsi : H. Ahmad Sholeh, M.Ag Coopertivelearning adalah pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Motivasi adalah perubahan energy dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Cooperative Learning, mengetahui motivasi belajar siswa, dan pengaruh model pembelajaran Cooperative Learningterhadap motivasi belajar bahasa jawa siswa SD Muhammadiyah 09 Malang pada tahun ajaran 2016/2017. Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan pendekatan kuantitatif. Jumlahpopulasi penelitian ini sebanyak 720 siswadengan jumlah sampel sebanyak 72 siswa. Data dikumpulkandenganmenggunakanmetodeangketdandokumentasi.Metodeanalisis yang digunakanadalahanalisisregresi sederhana, analisis signifikansi, dan koefisien determinasi. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: diperoleh hasil angket model pembelajarancooperative learningsiswa berada pada criteria baik sekali (66,66%), Motivasibelajarbasajawasiswadikatakanbaiksekalikarenadiperolehdistribusifrekuensi sebesar (83,33%), Terdapatpengaruh yang signifikanantaravariabel model pembelajaran cooperative learning terhadapmotivasibelajarbasajawasiswayaituthitungsebesar 0,822 (8,22%) dengantarafsignifikansisebesar 5%. Disimpulkanbahwathitung ≥ ttabelatau 8,22% ≥ 5% maka H0ditolakartinyasignifikan. Kemudiandarikoefisienkorelasimenghasilkan 0,279 dengan R square sebesar 7,8%, yang artinyaadalahpengaruh model pembelajaran cooperative learning terhadapmotivasibelajarsiswapadamatapelajaranbasajawa di SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang sebesar 7,8%. Kata Kunci :Model Pembelajaran Cooperative Learning, MotivasiBelajarBasaJawa
xvii
ABSTRACT Junaidah, Emy. 2016. The Influence of Learning Model of Cooperative Learning Against Student Learning Motivation In the Java Language Lesson In SD Muhammadiyah 09 "PanglimaSudirman" Malang. Thesis, Department of Elementary School Teacher Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Science.The State Islamic University of Maulana Malik Ibrahim Malang. Supervisor: H. Ahmad Sholeh, M.Ag Cooperative learning is a learning model that is currently widely used to make teaching and learning activities that is centered on the student (student center). Cooperative learning means that learning systems that provide opportunities for learners to collaborate with each other in a structured tasks. The motivation is the energy change in a person that is characterized by the emergence of "feeling" and is preceded with the response to their destination. This study aimed to determine: (1) howis the application of learning models of Cooperative Learning in SD Muhammadiyah 09 "PanglimaSudirman" Malang. (2) Determine the motivation to learn the Java language of students in SD Muhammadiyah 09 "PanglimaSudirman" Malang. (3) determine the effect of learning model of Cooperative Learning to students learning motivationof Java in SD Muhammadiyah 09 "PanglimaSudirman" Malang in the academic year 2016/2017. This research was the quantitative approach. Total populations of this research were 720 students with a total sample of 72 students as respondents. The selection of the sample used techniques Probability Sampling types of cluster sampling. Data were collected using a questionnaire with Likert scale and documentation. Test requirements analysis used normality test and linearity test. The analytical method used simple regression analysis, analysis of significance, and the coefficient of determination. Results of research were as follows: (1) obtained the results of questionnaire of teaching model of cooperative learning of students that had an average value on a good criterion that was equal to 66.66% of 100%. (2) Good motivation to learn Java, because it was obtained frequency distribution that had been processed from the questionnaire data into a form that was equal to a percentage of 83.33%. (3) There was a significant relationship between the variables of learning model of cooperative learning on students learning motivation to learn java; it was t count equal to 0.822 which was converted into a percentage to 8.22% with a significance level of 5%. It was concluded that tcount ≥ t table or 8.22% ≥ 5% then H0was rejected that meant significant meaning. Then correlation coefficient generated 0.279 to R-square of 7.8%, which meant that the influence of learning model of cooperative learning on the students motivation on the subjects of Java in SD Muhammadiyah 09 xviii
"PanglimaSudirman" Malang was only by 7.8% while the 92, 2% the rest was influenced by other factors. Keywords: Learning Model of Cooperative Learning, Java Learning Motivation
مستخلصْالبحث جنيدة،إيميْ.2016ْ.تأثيرنموذجالتعلمالتعليمالتعاونيCooperative Learningعلىْالدافعْ التعليمالطالبفيالدرسلغةجافافيالمدرسةْاالبتدائيةمحمديةْ"ْ09بانغليماسوديرمان"ْماالنجْ. بحثْجامعى،قسمالتربيةْالمدرسالمدرسةْاالبتدائية،كليةالعلومالتربيةْ والتعليم،جامعةاإلسالميةالحكوميةْموالنامالكإبراهيمماالنجْ.المشرفْ:احمدْصالحْ،الحجْ الماجستير ْ التعلمالتعاونيهونموذجالتعلمالذييستخدمحالياعلىنطاقواسعلجعألنشطةالتعليموالتعلمالتيتركزعلىطْ الب(مركزالطالب).يعنيالتعلمالتعاونيأنأنظمةالتعليمالتيتوفرالفرصللمتعلمينللتعاونمعبعضهاالبعض فيمهاممنظمةْ.فيحينأنالدافعهوالتغيرفيالطاقةفيشخصيتميزبظهورْ"الشعور"ْ وسبقلالستجابةإلىهدفه ْ وتهدفهذهالدراسةلتحديدمايليْ)1(ْ:كيفيمكنتطبيقنماذجالتعلمالتعلمالتعاونيفيالمدرسةْ االبتدائيةمحمديةْ"ْ09بانغليماسوديرمان"ْماالنجْ)2(ْ.تحديدالدافعللتعلملغةجافاالطالبْ فيالمدرسةْاالبتدائيةمحمديةْ"ْ09بانغليماسوديرمان"ْماالنجْ)3(ْ. لتحديدتأثيرنموذجالتعلمالتعلمالتعاونيعلىْالدافعْالتعليمالغةجافاالطالبفيالمدرسةْاالبتدائيةمحمديةْ "ْ09بانغليماسوديرمان"ْماالنجفيالعامالدراسيْ.2017/2016هذهالدراسةهيالنهجالكميْ. بلغإجماليعددالسكانفيهذهالدراسةْهىْْ720طالبمععينةإجماليةقدرهاْْ72 طالبكماالمستجيبين.اختيارالعينةباستخدامتقنياتاحتماألنواعالعيناتمنالعينةالعنقودية.وقدتمجمعالبيانا تباستخداماالستبيانمعمقياسليكرتوالوثائق.تحليلمتطلباتاالختبارباستخداماختبارالحياةالطبيعيةواالخ تبارالخطي.المنهجالتحليليالمستخدمهوتحليلبسيطاالنحدار،تحليألهمية،ومعاماللتحديدْ . نتائجالبحثالتيأجريتالباحثهيكمايلي)1(:حصلتنتائجاستبياننموذجالتدريسالتعلمالتعاونيالطالبي كونلهاقيمةمتوسطعلىمعيارجيدتساويْْ٪66.66منْْ)2(ْ.٪100قيلْالدافعالتعلمْاللغةْجافاْ للطالبجيدةْجداألنهاْ توزيعالتردداتالتيتمتجهيزهامنبياناتاالستبيانإلىشكليمكنأنيكونمساويالنسبة)3(.٪83.33هناكعالقةذا تداللةإحصائيةبينمتغيراتالتعلمنموذجالتعلمالتعاونيعلىالدافعللتعلمجافاللطالبأنتحسابيساوي0.822و التييتمتحويلهاإلىنسبةمئويةإلىْْ٪8.22معمستوىالداللةْْ.٪5وخلصإلىأنتْحساب≥تْالجدوألوْ ٪5ْ≥ْ٪8.22ثمرفض H0معنهاكبيرْ.ثممعامالالرتباطتوليد0،279معرمربعمنْ ،٪7.8وهومايعنيأنتأثيرنموذجالتعلمالتعليمْالتعاونيعلىالدافعالطالبفيالدرسْالغةجافافيالمدرسةْ االبتدائيةمحمديةْ"ْ09بانغليماسوديرمان"ْماالنجيعنىبنسبةْْ٪7.8فيحينأنْْ٪2ْ،92 الباقيتتأثربعوامألخرى. كلماتالرئيسيةْ:نموذجْالتعلمالتعليمالتعاوني،الدافعْالتعلماللغةجافا
xix
xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang mempunyai kemampuan untuk beragama, dalam perkembangannya ia memerlukan bimbingan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Salah satu bantuan dan bimbingan yang dibutuhkan adalah melalui proses pendidikan. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses untuk membantu manusia
dalam
mengembangkan
kualitas
dirinya,
sehingga
mampu
menghadapi segala perubahan dan permasalahan yang dihadapi. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan rohani yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan juga sebuah kewajiban bagi manusia untuk menjadikan manusia agar lebih dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu. Selain itu, bertujuan agar peserta didik menjadi manusia yang cakap, kreatif, dan mandiri.1 Oleh karena itu, perkembangan dan kemajuan suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh mutu pendidikan di Negara tersebut.Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka memperbaiki peserta didik supaya mampu 1
Musthofa Rembangy, Pendidikan Transformatif: Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi. (Yogyakarta: Teras, 2010), hlm. 131
1
2
menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi dalam kehidupan bermasyarakat.2 Pendidikan merupakan bagian integral dalam proses pembangunan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, bagi peranannya dimasa yang akan datang.3 Tujuan pendidikan merupakan seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan.4 Tenaga kependidikan merupakan suatu komponen yang bertugas menyelenggarakan kegiatan belajar
mengajar,
bimbingan,
melatih,
mengelola,
meneliti
dan
mengembangkan serta memberikan pelayanan teknik. Melihat betapa pentingnya pendidikan bagi generasi penerus bangsa, guru sebagai tenaga kependidikan memegang peranan yang sangat penting untuk ketercapaian keberhasilan pendidikan di Indonesia. Guru hendaknya mampu membantu mengambangkan bakat dan potensi peserta didik agar menjadi insan yang bermanfaat. Disisi lain guru juga harus dapat menanamkan karakter yang baik pada siswa. Oleh karena itu sebagai guru yang profesional harus dapat meningkatkan mutu pendidikan agar bangsa ini menjadi lebih baik.
2
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:PT. Bumi Aksara, 2007), hlm. 3 Ibid., hlm. 14 4 Ibid 3
3
Dalam jenjang sekolah Dasar (SD) khususnya, guru mempunyai tugas yang berat. Pada jenjang ini, peserta didik harus ditanami karakter yang kuat agar dapat mengembangkan potensi dan bakatnya. Guru harus mempunyai cara agar potensi dan bakat peserta didik tidak semakin terpendam. Selain itu guru SD/MI juga harus mempunyai keterampilan khusus, karena peserta didik di SD/MI tidak seperti orang dewasa yang dapat berpikir abstrak.5 Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan kompetensi dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan sebagai berikut, yaitu satu kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran dan muatan lokal yaitu Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, Pendidikan Jasmani, Bahasa inggris (muatan lokal) dan Bahasa Jawa (terdapat di daerah-daerah tertentu seperti Jawa Timur). Guru SD/MI dituntut untuk dapat menjadi guru kelas dan menguasai semua pelajaran yang diajarkan termasuk pelajaran muatan lokal. Selain itu gurujuga harus kreatif dalam memilih dan menggunakan media atau metode pembelajaran. Dengan begitu pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif dan efisien. Bahasa Jawa
merupakan pelajaran muatan lokal yang sudah
ditetapkan oleh Dinas yang mempelajari tentang bahasa jawa halus (krama inggil), cerita-cerita jaman kerajaan, dan cara penulisan aksara jawa 5
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 63
4
kuno.6Bahasa jawa merupakan bahasa yang mengenal adanya tingkat tutur (speech levels) atau undha-usuk atau unggah ungguhing basa. Atas dasar inilah Poedjosoedarmo menyebutkan adanya tingkat tutur ngoko, madya, dan karma dalam bahasa jawa.7Di daerah Jawa Timur sendiri pelajaran Bahasa Jawa adalah suatu ilmu yang sangat penting karena mempelajari sejarahsejarah kerajaan Jawa kuno beserta peninggalan-peninggalannya. Bahasa Jawa merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib ditempuh oleh siswa pada jenjang SD/MI dan SMP/MTS khususnya di daerah Jawa Timur. Secara umum, tujuan diberikannya pendidikan Bahasa Jawa di sekolah adalah agar siswa dapat memahami dan mencintai kebudayaan daerahnya (kebudayaan Jawa), dengan semakin berkembangnya teknologi dan kebudayaan barat di Indonesia anak-anak masih mencintai kebudayaan Jawa sendiri. Model pembelajaran cooperative learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran cooperative learning yaitu suatu pembelajaran kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 orang dengan gagasan untuk saling memotivasi antar anggotanya.8 Pelaksanaan model Cooperative Learning membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok pembelajaran. Cooperative Learning dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, 6
http://www.emiartikel.blogspot.com, Dikutip pada hari kamis tanggal 24 maret 2016 jam
10.20 7
Mulyana, Bahasa dan Sastra Daerah Dalam Kerangka Budaya, (Yogyakarta: TIARA WACANA, 2008), hlm.62 8 https://dedi26.blogspot.com, dikutip pada hari kamis tanggal 24 maret 2016 jam 10.20
5
sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar Cooperative Learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Sedangkan belajar dan motivasi selalu mendapat perhatian khusus bagi pendidik dan peserta didik, karena motivasi kepada peserta didik merupakan hal yang perlu dan penting dalam proses pembelajaran. Belajar pada hakikatnya adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dengan sadar yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya, baik dalam bentuk pengetahuan dan keterampilan baru maupun dalam bentuk sikap dan nilai yang positif. Di sekolah, setiap anak memiliki sejumlah motivasi dan dorongan-dorongan yang berhubungan dengan kebutuhan, baik kebutuhan biologis maupun kebutuhan psikologis. Di samping itu anak juga memiliki sikap-sikap, minat-minat, penghargaan dan tujuan-tujuan tertentu. Oleh sebab itu, tugas guru adalah menimbulkan motivasi yang akan mendorong anak untuk berbuat sesuatu dalam mencapai belajarnya. Kompetensi guru dalam hal ini adalah tidak hanya berperan untuk mendorong meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi juga yang lebih jauh lagi untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dan bersemangat dalam belajar. Bila guru berhasil mengaktifkan dan meningkatkan semangat belajar siswa, maka guru telah berhasil
6
memotivasi siswa. Dalam makna yang demikian, maka antara hasil belajar dan motivasi terjadi hubungan sebab akibat. Hasil belajar siswa yang tinggi mendorong siswa untuk mempertahankannya.9 SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” adalah salah satu sekolah swasta yang berbasis islam di kota Malang. Sekolah ini memiliki banyak siswa sehingga secara otomatis akan menghasilkan output yang banyak pula, yang mengharuskan output dari sekolah ini bisa bersaing dengan dunia luar. Sekolah ini termasuk sekolah yang diminati oleh orang tua murid, karena sekolah ini menggunakan agama islam sebagai pegangan utama pendidikan agamanya. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan secara langsung oleh peneliti di sekolah tersebut peneliti melihat bahwa dalam kegiatan pembelajarannya guru menggunakan model pembelajaran yang dapat meningkatkan minat belajar siswa, guru menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD. STAD merupakan model pembelajaran yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Di tiap kelas siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 anak, hal ini dilakukan pada setiap mata pelajaran atau materi pembelajaran. Siswa dibiasakan untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya. Terkadang juga guru di kelas
9
Syaiful Bahri Djamarah, prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hlm.33
7
menggunakan permainan sederhana sebagai strategi untuk menyampaikan materi pembelajaran, guru juga sangat bersahabat dengan siswanya. Dengan hal tersebut siswa merasa senang dan aktif mengikuti kegiatan pembelajaran yang selanjutnya akan berpengaruh pada motivasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan kenyataan di SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang tersebut Maka, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui adakah pengaruh yang positif dan signifikan antara model pembelajaran Cooperative Learning dengan motivasi belajar siswa di SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang. Merujuk pada paparan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian yaitu“Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Jawa di SD Muhammadiyah 09 Panglima Sudirman Malang”. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas, maka penulis dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1.
Bagaimana penerapan model pembelajaran Cooperative Learningdi SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang?
2.
Bagaimana motivasi belajar bahasa jawa siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang?
8
3.
Seberapa besar pengaruh model pembelajaran Cooperative Learning terhadap motivasi belajar bahasa jawa siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Untuk
mengetahui
bagaimana
penerapan
model
pembelajaran
Cooperative Learningdi SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang. 2.
Untuk
mengetahui
motivasi
belajar
bahasa
jawa
siswa
SD
Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang. 3.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model pembelajaran Cooperative Learning terhadap motivasi belajar Bahasa Jawa siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang.
D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah semoga bisa memberikan kontribusi terhadap pihak-pihak yang bersangkutan. Pihak-pihak yang bersangkutan adalah sebagai berikut: 1.
Bagi Sekolah / Madrasah Bagi Sekolah Dasar Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang. Dengan mengetahui pengaruh model pembelajaran Cooperative Learning terhadap motivasi belajar siswa maka diharapkan dapat
9
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam rangka pembinaan dan pengembangan sekolah yang bersangkutan. 2.
Bagi Guru Menambah wawasan dan pengetahuan tentang model pembelajaran Cooperative Learning dalam kegiatan pembelajaran. Dan sebagai masukan dalam mengelola pembelajaran yang mengaktifkan serta meningkatkan motivasi belajar siswa.
3.
Bagi Siswa Dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning, siswa menjadi bersemangat dan tidak merasa bosan selama mengikuti proses pembelajaran di kelas, siswa juga termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Sehingga secara otomatis berpengaruh pada peningkatan prestasi belajarnya.
4.
Bagi Peneliti Dapat menambah pengalaman dan wawasan baru sebagai wadah dan wahana untuk mengembangkan pengetahuan peneliti sebagai calon pendidik mengenai penggunaan strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, serta mengetahui solusi dalam menghadapi problematika yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai pedoman kegiatan penelitian yang sejenis diwaktu mendatang.
10
E. Hipotesis Penelitian Wahidmurnimengemukakan bahwa “Hipotesis penelitian adalah rangkuman dari kesimpulan-kesimpulan teoritis yang diperoleh dari kajian pustaka. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya”.10Hipotesis terbagi atas dua jenis yakni hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada pengaruh atau tidak ada hubungan atau tidak ada perbedaan antara variabel X dan variabel Y. Hipotesis alternatif (Ha) yang menunjukkan ada pengaruh atau hubungan atau ada perbedaan antara variabel X dan variabel Y.11 Oleh karena itu,dalam penelitian ini akan digunakan hipotesis sebagai alat ukur untuk membuktikan tujuan yang hendak dicapai. Formula hipotesis dalam penelitian ini adalah hipotesis alternatif sebagai berikut: H0:
Tidak ada pengaruh antara model pembelajaran Cooperative Learning terhadap motivasi belajar siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima sudirman” malang.
Ha:
Adannya pengaruh antara model pembelajaran Cooperative Learning terhadap motivasi belajar siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima sudirman” malang.
10
Wahidmurni, Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan (Malang: UM Press, 2008), hlm. 20 11 Ibid., hlm. 21
11
F. Ruang Lingkup Penelitian Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Bahasa Jawa di SD Muhammadiyah 09 Panglima Sudirman Malang ini mempunyai jangkauan pembahasan yang sangat luas dan umum. Namun karena keterbatasan waktu, tenaga, dana, dan kemampuan yang dimiliki penulis, maka ruang lingkup penelitian di batasi pada masalah sebagai berikut: 1.
Fokus penelitian ini adalah model pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD.
2.
Dalam judul penelitian, mencakup dua variabel yaitu model pembelajaran Cooperative Learning sebagai variabel bebas dan motivasi belajar siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang sebagai variabel terikat.
3.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengungkapkan pengaruh model pembelajaran Cooperative Learning terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Jawa di SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang.
G. Originalitas Penelitian Penelitian tentang model pembelajaran Cooperative Learning bukan merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan. Penelitian yang saat ini akan peneliti lakukan berbeda dengan penelitian-penelitian yang sebelumnya. Berikut beberapa peneliti yang di dalamnya meneliti variabel yang sama dan
12
untuk mengetahui perbedaannya antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini adalah: 1.
Lina Natalia (2012), dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Cooperative Learning dengan Pembelajaran Reinforcement dalam Meningkatkan
Motivasi
Belajar
pada
Mata
Pelajaran
Sejarah
Kebudayaan Islam Siswa Kelas VA Madrasah Ibtidaiyah Sunan Kalijogo Karangbesuki Malang”.
Jenis penelitian ini merupakan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VA pada mata pelajaran sejarah kebudayaan islam. Penerapan
pembelajaran
cooperative
learning
dengan
pemberian
reinforcement dapat meningkatkan motivasi belajar mapel sejarah kebudayaan islam pada siswa kelas VA MI Sunankalijogo Karangbesuki Malang. Keberhasilan penerapan model pembelajaran ini dapat dilihat dari meningkatnya motivasi belajar yaitu pada pelaksaan siklus II siswa sangat antusias, aktif, dan semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Adanya perubahan tingkat laku siswa yang sebelumnya pasif menjadi aktif belajar. 2.
Anina Mutiarani (2013), dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Kreatifitas Guru dan Kelengapan Fasilitas Sekolah Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Ekonomi di MAN Kota Kediri 3”. Hasil dari penelitian dilakukan peneliti bahwa secara parsial kreativitas guru berpengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa,
13
diperoleh dari nilai thitung (4,666) > ttabel (1,984). Secara simultan kreativitas guru dan fasilitas sekolah berpengaruh secara signifikan terhadap motivasi belajar, dilihat dari menunjukkan Fhitung > Ftabel yakni 31,440 > 3,090 (Ftabel dengan n = 100 sebesar 3,090) dengan tingkat signifikan 0,000 < 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak atau Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-sama) hipotesis yang berbunyi “ada pengaruh antara kreatifitas guru dan fasilitas sekolah terhadap motivasi belajar siswa kelas X pada mata pelajaran ekonomi di MAN Kota kediri 3” diterima. 3.
Naili Husnayeni (2013), dalam skripsinya yang berjudul “Penerapan Strategi Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Keragaman Suku dan Budaya pada Siswa kelas V SDN Denanyar 1 Jombang”. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan secara kolaboratif antara kepala sekolah, guru dan peneliti dengan upaya meningkatkan pemahaman
sifat-sifat
bangun
datar
trapesium
melalui
metode
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan prestasi belajar matematika pada siswa kelas V MI Ar-Rahman Jabung Malang pada sub pokok bangun datar trapesium. Berdasarkan hasil tes individual pada sebelum penelitian, siklus I, dan siklus II terjadi peningkatan yang signifikan, mulai dari tingkat keberhasilan sebelum diadakannya penelitian sebesar 32.43 %,
14
setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TGT tingkat keberhasilan yang dicapai siswa pada siklus I meningkat menjadi 80%, kemudian pada siklus II meningkat lagi menjadi 97.14%. hal ini menunjukkan 97.14 % siswa berhasil mempelajari bangun datar trapesium pada mata pelajaran matematika dan terjadi peningkatan prestasi belajar. Tabel 1.1Orisinalitas Penelitian No . 1.
Judul Penelitian dan
Persamaan
Perbedaan
Orisinalitas Penelitian
Tahun Penelitian Naili Husnayeni (2013)
Sama-sama
Penelitian
Model pembelajaran
Penerapan Strategi
menggunakan
sebelumnya
cooperatif learning
Kooperatif Tipe Team
model
menggunakan
sebagai Independen
Games Tournament
pembelajaran
metode PTK,
variabel (variabel
(TGT) untuk
kooperatif
materi
bebas), motivasi
Meningkatkan Prestasi
learning.
keberagaman suku
belajar sebagai
Belajar Keragaman
dan budaya siswa
dependen variabel
Suku dan Budaya pada
kelas V SD, dan
(variabel bebas), objek
Siswa kelas V SDN
objek penelitiannya
kajian penelitian di
Denanyar 1 Jombang.
di SDN Denanyar 1 SD Muhammadiyah Jombang.
09 “Panglima Sudirman” Malang.
15
2.
Lina Natalia
Sama-sama
Penelitian
(2012)Penerapan
menggunakan
sebelumnya
Cooperative Learning
model
menggunakan
dengan Pembelajaran
pembelajaran
metode PTK, mata
Reinforcement dalam
kooperatif
pelajaran Sejarah
Meningkatkan Motivasi
learning dan
Kebudayaan Islam
Belajar pada Mata
motivasi
siswa kelas VA di
Pelajaran Sejarah
belajar siswa.
MI, objek
Kebudayaan Islam
penelitiannya di MI
Siswa Kelas VA
Sunan Kalijogo
Madrasah Ibtidaiyah
Karangbesuki
Sunan Kalijogo
Malang.
Karangbesuki Malang. 3.
Anina Mutiarani (2013)
Motivasi
Kreatifitas guru
Pengaruh Kreatifitas
belajar sebagai
sebagai Independen
Guru dan Kelengapan
Independen
variabel (variabel
Fasilitas Sekolah
variabel
bebas), motivasi
Terhadap Motivasi
(variabel
belajar sebagai
Belajar Siswa Kelas X
bebas)
Independen
pada Mata Pelajaran
variabel (variabel
Ekonomi di MAN Kota
terikat merupakan
Kediri 3.
variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas), mata pelajaran Ekonomi kelas X
16
di MAN, objek penelitiannya di MAN Kota Kediri 3.
H. Definisi Operasional Wahidmurni
mengemukakan
“definisi
operasional
merupakan
penjelasan atas konsep atau variabel penelitian yang ada dalam judul penelitian”.12 Hal ini dimaksudkan agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda tentang konsep atau tentang pemikiran dalam penelitian ini. Definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Model pembelajaran Cooperative learning adalah suatu pembelajaran dimana siswa diajak bekerja secara berkelompok dengan jumlah 4-6 orang di tiap kelompoknya. Siswa berdiskusi secara berkelompok untuk memecahkan suatu masalah ataupun menyelesaikan tugas kelokpok yang diberikan oleh guru. Dengan kata lain, pengertian pembelajaran kooperatif adalah cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang saling bekerja sama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
2.
Motivasi adalah suatu keadaan dimanasiswa senang mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan pujian
12
Ibid.,hal 26
17
ataupun nilai yang baik dari gurunya. Siswa yang termotivasi cenderung aktif mengikuti pembelajaran, memperhatikan penjelasan guru, serta aktif bertanya tentang hal yang belum ia mengerti dan menjawab pertanyaan yang ditanyakan oleh gurunya. Motivasi juga merupakan dorongan yang ada dalam diri siswa. 3.
Pengaruh model pembelajaran Cooperative Learning terhadap motivasi adalah hubungan antara Cooperative Learningdengan motivasi yang dilihat dari bagaimana perubahan tingkah laku siswa selama penggunaan model pembelajaran tersebut. Dalam kenyataaan pada objek penelitian ini,
siswa
termotivasi
selama
kegiatan
pembelajaran
dengan
menggunakan model Cooperative Learning, hal ini ditunjukkan dari siswa yang aktif mengikuti pembelajaran dengan senang hati dan mengerjakan tugas kelompok dari guru tepat waktu. I. Sistematika Pembahasan Pembahasan skripsi ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: 1.
Bagian Awal, terdiri dari: halaman sampul depan, halaman judul, halaman persembahan halaman motto, halaman nota dinas pembimbing, halaman pernyataan keaslian, kata pengantar (ucapan terimakasih), daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, lampiran, dan halaman abstrak.
2.
Bagian Inti, Bab I Pendahuluan, terdiri dari: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, (d) manfaat penelitian, (e) hipotesis
18
penelitian, (f) ruang lingkup penelitian, (g) originalitas penelitian, (h) definisi operasional, dan (i) sistematika pembahasan. Bab II Kajian Pustaka, terdiri dari: (a) landasan teori, dan (b) kerangka berfikir Bab III Metode Penelitian, terdiri dari: (a) lokasi penelitian, (b) pendekatan dan jenis penelitian, (c) variabel penelitian, (d) populasi dan sampel, (e) data dan sumber data, (f) instrumen penelitian, (g) teknik pengumpulan data, (h) uji validitas dan reliabilitas, (i) analisis data, (j) prosedur penelitian. Bab IV Paparan Data dan Hasil Penelitian, terdiri dari: (a) paparan data, dan (b) hasil penelitian. Bab V Pembahasan, terdiri dari: (a) menjawab masalah penelitian, dan (b) menafsirkan temuan penelitian. Bab IV Penutup, terdiri dari: (a) kesimpulan, dan (b) saran. 3.
Bagian Akhir Terdiri dari: daftar rujukan, lampiran-lampiran, surat pernyataan keaslian tulisan dan daftar riwayat hidup peneliti.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Cooperative Learning 1. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Ada beberapa istilah untuk menyebut pembelajaran berbasis sosial yaitu pembelajaraan kooperatif (cooperative learning) dan pembelajaran kolaboratif. Panitz membedakan kedua hal tersebut. Pembelajaran kolaboratif didefinisikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik bertanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dihadapkan pada mereka. Guru bertindak sebagai fasilitator, memberikan dukungan tetapi tidak mengarahkan kelompok ke arah hasil yang sudah disiapkan sebelumnya. Bentuk-bentuk assessment oleh sesama peserta didik digunakan untuk melihat hasil prosesnya. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaanpertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang
19
20
untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Guru biasanya menetapkan bentuk ujian tertentu pada akhir tugas.13 Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (1995) mengemukakan, “In cooperative learning methods, students work together in four member teams to master material initially presented by the teacher”. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Sedangkan
Johnson
(dalam
Hasan,
1994)
mengemukakan,
“cooperanon mean working together to accomplish shared goals. Within cooperative activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other groups members14. Cooperative learning is the instrucsional use of small groups that allows students to work together to maximize their own and each other is learning”. Berdasarkan uraian tersebut, cooperative learning mengandung arti bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh
13
Agus Suprijono, Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 54 14 Isjoni, Cooperative Learning (Efektifitas Pembelajaran Kelompok), (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 15
21
anggota kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok itu. Prosedur cooperative learning didesain untuk mengaktifkan siswa melalui inkuiri dan diskusi dalam kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 orang. Anita Lie (2000) menyebut cooperative learning dengan istilah pembelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang di dalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dari 4-6 orang saja. Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (studend oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.15 Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia.
15
Isjoni, Cooperative Learning (Efektifitas Pembelajaran Kelompok), (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 16
22
Slavin (1995) menyebutkan cooperative learning merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses belajar-mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka.16 Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benarbenar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.17 Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan.18 a.
Saling ketergantungan positif Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok
16
Isjoni, Cooperative Learning (Efektifitas Pembelajaran Kelompok), (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 17 17 Anita Lie, Cooperative Learning (mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas), (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), hlm. 29 18 Anita Lie, Cooperative Learning (mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas), (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), hlm. 31
23
harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metode jigsaw, Aronson menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau setiap anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.19 b.
Tanggung jawab perseorangan Berbeda dengan Nasarudin yang masuk ke kelas dan menugaskan siswanya untuk saling berbagi tanpa persiapan, pengajar yang efektif dalam model pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. Dalam teknik jigsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing siswa dapat membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok
19
Anita Lie, Cooperative Learning (mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas), (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), hlm. 32
24
akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainnya. c.
Tatap muka Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Hasil pemikiran beberapa kepala akan lebih kaya daripada hasil pemikiran dari satu kepala saja. Lebih jauh lagi, hasil kerja sama ini jauh lebih besar daripada jumlah hasil masing-masing anggota.20
d.
Komunikasi antaranggota Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.21
20
Anita Lie, Cooperative Learning (mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas), (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), hlm. 33 21 Anita Lie, Cooperative Learning (mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas), (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), hlm. 34
25
e.
Evaluasi proses kelompok Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajaran terlibat dalam kegiatan pembelajaran cooperative learning.22
2. Model-model Pembelajaran Cooperative Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran cooperative, walaupun prinsip dasar dari pembelajaran cooperative ini tidak berubah, jenis-jenis model tersebut adalah sebagai berikut: a. Student Teams Achievement Division (STAD) b. Tim Ahli (Jigsaw) c. Investigasi Kelompok (Group Investigation) d. Think Pair Share (TPS) e. Number Head Together (NHT) f. Teams Games Tournament (TGT) g. Model Struktural
22
Anita Lie, Cooperative Learning (mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas), (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), hlm. 35
26
3. Pengertian Student Teams Achievement Division (STAD) STAD merupakan salah satu metode pembelajaran cooperative yang paling sederhana, dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan cooperative. STAD terdiri atas 5 komponen utama yaitu, presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan indivdual, dan rekognisi tim.23 a. Presentasi kelas Materi dalam STAD pertama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan pengajaran langsung seperti yang seringkali dilakukan atau diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan presentasi audio-visual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukian skor tim mereka. b. Tim Tim terdiri dari 4 atau 5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota 23
Robert E. Slavin, Cooperative Learning (Bandung: Nusamedia 2008) hlm. 143
27
tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling saring terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan. Tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Pada setiap poinnya, yang ditentukan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan timpun harus melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Tim ini memberikan dukungan kelompok bagi kinerja akademik penting bagi pembelajarannya, dan itu adalah untuk memberikan perhatian dan respek yang mutual yang penting untuk akibat yang dihasilkan seoerti hubungan antar kelompok, rasa harga diri, penerimaan terhadap siswa-siswa mainstream. c. Kuis Setelah sekitar 1 atau 2 periode setelah guru memberikan presentasi dan sekitar 1 atau 2 periode praktek tim, para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.
28
d. Skor kemajuan individual Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan kepada tiap siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya dalam sistem skor ini, tetapi tak ada siswa yang dapat melakukannya tanpa memberikan usaha mereka yang terbaik. Tiap siswa diberikan skor “awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka. e. Rekognisi tim Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim siswa dapat juga digunakan untuk menentukan 20% dari peringkat mereka.24 4. Langkah-langkah Pembelajaran Tipe STAD Langkah-langkah pembelajaran cooperative tipe STAD ini didasarkan pada langkah-langkah cooperativeyang terdiri dari enam langkah atau fase. Fase-fase dalam pembelajaran ini seperti tersajikan dalam tabel: 24
Ibid., hlm.145
29
Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran STAD Fase
Kegiatan Guru
Fase-1
Menyampaikan semua tujuan
Menyampaikan tujuan dan
pelajaran yang ingin dicapai pada
memotivasi siswa
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi kepada siswa
Menyajikan/menyampaikan
dengan jalan mendemonstrasikan
informasi
atau lewat bahan bacaan.
Fase-3
Menjelaskan kepada siswa
Mengorganisasikan siswa dalam
bagaimana caranya membentuk
kelompok-kelompok belajar
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok-kelompok
Membimbing kelompok bekerja
belajar pada saat mereka
dan belajar
mengerjakan tugas mereka.
Fase-5
Mengevaluasi hasil belajar tentang
Evaluasi
materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
30
Fase-6
Mencari cara-cara untuk menghargai
Memberikan penghargaan
baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Menghitung skor individu Menurut Slavin, memberikan skor perkembangan individu dihitung dengan mengelompokkan dan menghitung seluruh hasil dari setiap kerja siswa. b. Menghitung skor kelompok Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlah semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah
anggota
kelompok.
Sesuai
dengan
rata-rata
skor
perkembangan kelompok, diperoleh kategori skor kelompok. c. Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok Setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan hadiah/penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya. Dari tinjauan tentang pembelajaran cooperative tipe STAD ini menunjukkan
bahwa
pembelajaran
cooperative
tipe
STAD
31
merupakan tipe pembelajaran cooperative yang cukup sederhana.25 Dikatakan demikian karena kegiatan pembelajaran yang dilakukan masih dekat kaitannya dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat pada fase-2 dari fase-fase pembelajaran cooperative tipe STAD, yaitu adanya penyajian informasi atau materi pelajaran. Perbedaan model ini dengan model konvensional terletak pada adanya pemberian penghargaan kelompok. 5. Metode-metode dalam Pembelajaran Cooperative Adapun metode-metode dalam pembelajaran kooperatif, antara lain: 1. Jigsaw Pembelajaran dengan metode jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru menanyakan kepada peserta didik apa yang mereka ketahui mengenai topik tersebut. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok lebih kecil. Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok. Setiap orang dalam setiap kelompok bertanggung jawab mempelajari materi tekstual yang diterimanya dari guru. Sesi berikutnya, membentuk kelompok ahli. Jumlah kelompok ahli tetap 4. Setiap kelompok ahli mempunyai 10 anggota yang berasal dari masing-masing kelompok asal. Setelah itu, berikan kesempatan
25
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), hlm. 72
32
kepada kelompok ahli untuk berdiskusi. Selanjutnya mereka kembali ke kelompok asal, setelah itu guru memberikan kesempatan untuk berdiskusi kembali dengan kelompok asalnya. Kegiatan ini merupakan refleksi terhadap pengetahuan yang telah mereka dapatkan dari hasil berdiskusi di kelompok ahli. Sebelum pembelajaran diakhiri, diskusi dengan seluruh kelas perlu dilakukan. Selanjutnya guru menutup pembelajaran dengan memberikan review terhadap topik yang telah dipelajari.26 2. Think-pair-share Pembelajaran ini diawali dengan dengan guru mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru
memberikan
kesempatan
kepada
mereka
memikirkan
jawabannya. Selanjutnya, guru meminta peserta didik berpasangpasangan. Beri kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Dalam kegiatan ini diharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengonstruksian pengetahuan secara integratif.27
26
Agus Suprijono, Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 89 27 Agus Suprijono, Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 91
33
3. Numbered heads together Pembelajaran dengan menggunakan metode numbered heads together diawali dengan numbering. Guru membagi kelas menjadi kelompokkelompok kecil. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap-tiap untuk menemukan jawaban. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok menyatukan kepalanya (heads together) berdiskusi memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru. Langkah berikutnya adalah guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal itu dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru.28 4. Group investigation Pembelajaran dengan metode group investigation dimulai dengan pembagian kelompok. Selanjutnya guru beserta siswa memilih topiktopik
tertentu
dikembangkan
dengan dari
permasalahan-permasalahan
topik-topik
itu.
Sesudah
yang topik
dapat beserta
permasalahannya disepakati, peserta didik beserta guru menentukan
28
Agus Suprijono, Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 92
34
metode penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah. Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah mereka rumuskan. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan sistemik keilmuan mulai dari mengumpulkan data, analisi data, sintesis, hingga menarik kesimpulan. Langkah berikutnya adalah presentasi hasil oleh masing-masing kelompok. 5. Two stay two stray Pembelajaran dengan metode ini diawali dengan pembagian kelompok. Setelah
kelompok
terbentuk
permasalahan-permasalahan
guru yang
memberikan harus
tugas
mereka
berupa
diskusikan
jawabannya.29 Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masingmasing. Setelah kembali ke kelompok asal, baik siswa yang bertugas
29
Agus Suprijono, Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 93
35
bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan. 6. Make a match Hal-hal yang perlu dipersiapkan jika pembelajaran dikembangkang dengan make a match adalah kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu berisi pertanyaan-pertanyaan dan kartu-kartu lainnya berisi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Langkah berikutnya adalah guru membagi komunitas kelas menjadi 3 kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu-kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. Kelompok kedua adalah kelompok pembawa kartu-kartu
berisi
jawaban-jawaban.
Kelompok
ketiga
adalah
kelompok penilai. Aturlah posisi kelompok-kelompok tersebut membentuk huruf U. upayakan kelompok pertama dan kedua berjajar saling berhadapan. Jika masing-masing kelompok sudah berada di posisi yang telah ditentukan, maka guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama maupun kelompok kedua saling bergerak mereka bertemu, mencari pasangan pertanyaan-jawaban yang cocok. Berikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi. Pasangan-pasangan
yang sudah
pertanyaan-jawaban
kepada
terbentuk
kelompok
wajib menunjukkan
penilai.
Kelompok
ini
kemudian membaca apakah pasangan pertanyaan-jawaban ini cocok.
36
Berikutnya adalah masing-masing pasangan pertanyaan-jawaban menunjukkan hasil kerjanya kepada penilai.30 7. Listening team Pembelajaran diawali dengan pemaparan materi pembelajaran oleh guru. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok. Setiap kelompok mempunyai peran masing-masing. Kelompok pertama merupakan kelompok penanya, kelompok kedua dan ketiga adalah kelompok penjawab. Kelompok kedua merupakan kumpulan orang yang menjawab berdasarkan perspektif tertentu, sementara kelompok ketiga adalah kumpulan orang yang menjawab dengan perspektif yang berbeda dengan kelompok kedua.31 Pembelajaran diakhiri dengan penyampaian berbagai kata kunci atau konsep yang telah dikembangkan oleh peserta didik dalam berdiskusi. 8. Inside-outside circle Pembelajaran dengan metode ini diawali dengan pembentukan kelompok. Aturlah sedemikian rupa pada masing-masing kelompok besar yaitu anggota kelompok lingkaran dalam berdiri melingkar menghadap keluar dan anggota kelompok lingkaran luar berdiri menghadap kedalam. Dengan demikian, antara anggota lingkaran
30
Agus Suprijono, Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 94 31 Agus Suprijono, Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 96
37
dalam dan luar saling berpasangan dan berhadap-hadapan. Berikan tugas pada tiap-tiap pasangan yang berhadap-hadapan itu. Kelompok ini disebut kelompok pasangan asal. Selanjutnya, berikan waktu secukupnya kepada tiap-tiap pasangan untuk berdiskusi. Setelah mereka berdiskusi, mintalah kepada anggota kelompok lingkaran dalam bergerak berlawanan arah dengan anggota kelompok lingkaran luar. Setiap pergerakan itu akan terbentuk pasangan-pasangan baru. Pasangan-pasangan ini wajib memberikan informasi berdasarkan hasil diskusi dengan pasangan asal, demikian seterusnya.32 Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar tersebut, kemudian dipaparkan sehingga terjadilah diskusi antar-kelompok besar. Dipenghujung pertemuan, untuk mengakhiri pelajaran dengan metode ini guru dapat memberikan ulasan maupun mengevaluasi hal-hal yang tekah didiskusikan. Perumusan kesimpulan dapat juga dibuat sebagai konstruksi terhadap pegetahuan yang diperoleh dari diskusi. 9. Bamboo dancing Pembelajaran diawali dengan pengenalan topic oleh guru. Selanjutnya guru membagi kelas menjadi 2 kelompok besar. Jika dalam satu kelas ada 40 orang, maka tiap kelompok besar terdiri dari 20 orang. Aturlah sedemikian rupa pada tiap-tiap kelompok besar yaitu 10 orang berdiri
32
Agus Suprijono, Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 97
38
berjajar saling berhadapan dengan 10 orang lainnya yang juga dalam posisi berdiri berjajar. Pasangan ini disebut sebagai pasangan awal. Bagikan tugas kepada setiap pasangan untuk dikerjakan atau dibahas. Usai diskusi, 20 orang dari tiap-tiap kelompok besar yang berdiri berjajar saling berhadapan itu bergeser mengikuti arah jarum jam. Dengan cara ini tiap-tiap peserta didik akan mendapat pasangan baru dan berbagi informasi, demikian seterusnya. Hasil diskusi di tiap-tiap kelompok besar kemudian dipresentasikan kepada seluruh kelas. Guru memfasilitasi terjadinya intersubjektif, dialog, interaktif, Tanya jawab dan sebagainya.33 10. Point-counter-point Metode pembelajaran ini dipergunakan untuk mendorong peserta didik berpikir dalam berbagai perspektif. Langkah pertama metode ini adalah membagi peserta didik ke dalam kelompok-kelompok. Aturlah posisi mereka sedemikian rupa sehingga mereka berhadap-hadapan. Berikan
kesempatan
kepada
argumentasi-argumentasi
tiap-tiap
sesuai
kelompok
dengan
merumuskan
perspektif
yang
dikembangkannya. Usai tiap-tiap kelompok berdiskusi secara internal, maka mulailah mereka berdebat. Setelah seorang peserta didik dari suatu kelompok menyampaikan argumentasi sesuai pandangan yang
33
Agus Suprijono, Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 99
39
dikembangkan kelompoknya, mintalah tanggapan, bantahan atau koreksi dari kelompok lain perihal isu yang sama. Lanjutkan proses ini sampai waktu yang memungkinkan. Di penghujung waktu pelajaran buatlah evaluasi sehingga peserta didik dapat mencari jawaban sebagai titik
temu
dari
argumentasi-argumentasi
yang
telah
mereka
munculkan.34 11. The power of two Pembelajaran the power of two diawali dengan mengajukan pertanyaan. Mintalah kepada peserta didik secara perorangan untuk menjawab pertanyaan yang diterimanya. Setelah semua menyelesaikan jawabannya, mintalah kepada peserta didik untuk mencari pasangan. Individu-individu yang berpasangan diwajibkan saling menjelaskan jawaban masing-masing, kemudia menyusun jawaban baru yang disepakati bersama. Setelah masing-masing pasangan menulis jawaban mereka, mintalah mereka membandingkan jawaban tersebut dengan pasangan lain, demikian seterusnya. Diakhir pelajaran buatlah rumusan-rumusan
rangkuman
sebagai
jawaban-jawaban
atas
pertanyaan yang telah diajukan.
34
Agus Suprijono, Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 100
40
12. Listening team Langkah-langkah metode tim pendengar adalah:35 a. Bagilah peserta didik menjadi 4 tim dan berilah tim-tim ini dengan tugas-tugas sebagai berikut: Tabel 2.2 Langkah-langkah Metode Tim Pendengar Tim
Peran
A
Penanya
B
Pendukung
Tugas Merumuskan pertanyaan Menjawab pertanyaan yang didasarkan pada poin-poin yang disepakati (membantu dan menjelaskannya, mengapa demikian )
C
Penentang
Mengutarakan poin-poin yang tidak disetujui atau tidak bermanfaat dan menjelaskan mengapa demikian.
D
Penarik kesimpulan
Menyimpulkan hasil
b. Penyaji memaparkan laporan hasil penelitiannya, setelah selesai berilah waktu kepada tiap kelompok untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan perannya masing-masing.36
35
Ibid., hlm. 101
41
B. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi Belajar Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan atau mendesak. Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung 3 elemen penting: 1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia.
36
Agus Suprijono, Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 101
42
2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia. 3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsure lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.37 Motivasi itu ialah merupakan suatu proses, proses yang dapat membimbing anak –anak didik kita ke arah pengalaman-pengalaman, dimana kegiatan belajar itu dapat berlangsung. Proses yang dapat memberikan kepada anak-anak didik kita itu kekuatan dan aktivitas serta memberikan kepadanya kewaspadaan yang memadai. Pada suatu saat mengarahkan perhatian mereka terhadap suatu tujuan.38 Motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam (inner component), dan komponen luar (outer component). Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen dalam ialah kebutuhan-kebutuhan
37
Sardiman A.M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1986), hlm. 73-74 38 Balnadi Sutadipura, Aneka Problema Keguruan, (Bandung: Angkasa, 1997), hlm. 114
43
yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai.39 Perlu ditegaskan bahwa motivasi bertalian dengan suatu tujuan. Seperti pada contoh yaitu para pemain sepak bola rajin berlatih tanpa mengenal lelah, karena mengharapkan akan mendapatkan kemenangan dalam pertandingan
yang
akan
dilakukannya.
Dengan
demikian,
motivasi
mempengaruhi adanya kegiatan. Sehubungan dengan hal tersebut ada tiga fungsi motivasi, yaitu: 1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. 2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. 3.
Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujan tersebut. Seseorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan
39
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hlm. 159
44
melakukan kegiatan belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain, sebab tidak serasi dengan tujuan.40 2. Macam-macam motivasi belajar Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya 1)
Motif-motif bawaan Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Motif-motif ini seringkali disebut motif-motif yang disyaratkan secara biologis. Relevan dengan ini, maka Arden N. Frandsen memberi istilah jenis motif physiological drives.
2)
Motif-motif yang dipelajari Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Motif-motif ini seringkali disebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara sosial. Sebab manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk.41
40
Sardiman A.M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1986), hlm.85 41 Sardiman A.M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1986), hlm.86
45
b. Jenis motivasi menurut pembagian dari woodworth dan marquis 1) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. 2) Motif-motif darurat. Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. 3) Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmani seperti misalnya: reflex, insting otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohaniah adalah kemauan. Soal kemauan itu pada setiap diri manusia terbentuk melalui empat momen. 1) Momen timbulnya alasan Sebagai contoh seorang pemuda yang sedang giat berlatih olahraga untuk menghadapi suatu porseni di sekolahnya, tetapi tiba-tiba disuruh ibunya untuk mengantarkan seseorang tamu membeli tiket karena tamu itu mau kembali ke Jakarta.42 Si pemuda itu kemudian mengantarkan tamu tersebut. Dalam hal ini si pemuda tadi timbul
42
Sardiman A.M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1986), hlm.88
46
alasan baru untuk melakukan sesuatu kegiatan (kegiatan mengantar). Alasan baru itu bisa karena untuk menghormati tamu atau mungkin keinginan untuk tidak mengecewakan ibunya. 2) Momen pilih Maksudnya dalam keadaan pada waktu ada alternatif-alternatif yang mengakibatkan persaingan diantara alternatif atau alasan-alasan itu. Kemudian seseorang menimbang-nimbang dari berbagai alternatif untuk kemudian menentukan pilihan alternatif yang akan dikerjakan. 3) Momen putusan Dalam persaingan antara berbagai alasan, sudah barang tentu akan berakhir dengan dipilihnya satu alternatif. Satu alternatif yang dipilih inilah yang menjadi putusan untuk dikerjakan. 4) Momen terbentuknya kemauan Kalau seseorang sudah menetapkan satu putusan untuk dikerjakan, timbullah
dorongan
pada
diri
seseorang
untuk
bertindak,
melaksanakan putuan itu. d. Motivasi instrinsik dan ekstrinsik 1) Motivasi instrinsik Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena
47
dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.43 2) Motivasi ekstrinsik Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok paginya akan ujian dengan harapan mendapatkan nilai yang baik, sehingga akan dipuji oleh temannya.44 Adapun prinsip-prinsip motivasi yang disusun atas dasar penelitian yang saksama dalam rangka mendorong motivasi belajar murid-murid di sekolah yang mengandung pandangan demokratis dan dalam rangka menciptakan self motivation dan self discipline di kalangan murid-murid. Kenneth H. Hover, mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut. 1. Pujian lebih efektif daripada hukuman Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Karena itu pujian lebih besar nilainya bagi motivasi belajar murid. 2. Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan.
43
Sardiman A.M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1986), hlm.89 44 Sardiman A.M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1986), hlm.91
48
3. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar. 4. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan. 5. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain. 6. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi. 7. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru. 8. Pujian-pujian yang datangnya dari luar kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. 9. Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk memelihara minat murid. 10. Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat ekonomis. 11. Kegiatan-kegiatan yang akan dapat merangsang minat murid-murid yang kurang mungkin tidak ada artinya (kurang berharga) bagi para siswa yang tergolong pandai. 12. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar. 13. Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar, dapat juga lebih baik. 14. Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka frustasi secara cepat menuju ke demoralisasi.
49
15. Setiap murid mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang berlainan. 16. Tekanan kelompok murid (per grup) kebanyakan lebih efektif dalam motivasi daripada tekanan atau paksaan dari orang dewasa. 17. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid. Dengan teknik mengajar yang tertentu motivasi murid-murid dapat ditujukan kepada kegiatan-kegiatan kreatif.45 C. Bahasa Jawa Secara geografis, bahasa jawa merupakan bahasa yang dipakai di daerah Provinsi Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur. Porwadarminta juga mengatakan bahwa bahasa jawa dipakai di Banten dan Cirebon Utara. Selain itu, bahasa jawa dipakai juga oleh para pendatang atau transmigran dari Jawa di kota-kota lain atau provinsi-provinsi lain di Indonesia, seperti DKI, daerah Lampung, Sumatera Selatan, Kalimantan, Sulawesi, Irian, dan sebagainya. Di luar negara Indonesia, negara Suriname adalah negara yang juga menggunakan bahasa jawa. Bahasa jawa merupakan bahasa yang mengenal adanya tingkat tutur (speech levels) atau undha-usuk atau unggah ungguhing basa. Atas dasar inilah Poedjosoedarmo menyebutkan adanya tingkat tutur ngoko, madya, dan karma dalam bahasa jawa.46
45
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hlm. 163-166 Mulyana, Bahasa dan Sastra Daerah Dalam Kerangka Budaya, (Yogyakarta: TIARA WACANA, 2008), hlm.62 46
50
Pembelajaran bahasa jawa masih berkaitan erat dengan aspek budaya. Karena di dalam budaya mencakup kebiasaan, adat istiadat, aturan-aturan yang umumnya tidak tertulis (misalnya tata krama, sopan santun, tata pergaulan dengan orang tua sendiri atau orang lain yang usianya lebih tua, pergaulan dengan tetangga dan teman sebaya).47 Dalam kehidupan masyarakat Jawa muncul kesadaran perlunya pembinaan dan pengembangan bahasa Jawa dengan usaha-usaha yang konkrit sehingga dapat menyentuh perilaku masyarakat sehari-hari baik melalui pendidikan formal, informal, maupun non formal. Seperti yang diputuskan dalam kongres bahasa Jawa IV di Jawa tengah, antara lain bahwa bahasa Jawa wajib diajarkan di sekolah-sekolah mulai SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA di tiga provinsi: Jawa tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan provinsi Jawa Timur. Pembelajaran tersebut harus bersifat kontekstual, memanfaatkan teknologi informasi, inovatif, kreatif dengan memperhatikan varian lokal sebagai pijakan pembelajaran bahasa Jawa baku. Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 dan 23 tahun 2000, kurikulum yang berlaku dipendidikan formal saat ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurna kurikulum KBK (kurikulum berbasis kompetensi). Amanat yang terkandung
47
Media Pembinaan Pendidikan Kakanwil Depdikbud Provinsi Jawa Timur, NO. 94. Februari 1998. Hlm. 62
51
dalam KTSP adalah bahwa peserta didik akan mendapat bekal berbagai kompetensi sesuai perubahan dan perkembangan aspirasi terhadap gejalagejala yang muncul di masyarakat. Terkait dengan hal itu maka ditetapkan Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa sebagai muatan lokal wajib di jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTS, SMA/SMK/MA. Penentuan kebijakan tersebut didasari oleh fungsi Bahasa Jawa. Sebagaimana diketahui bahwa fungsi utama Bahasa Jawa adalah sebagai sarana komunikasi dalam masyarakat Jawa, maka pembelajaran Bahasa, Sastra dan Budaya Jawa bertujuan agar siswa terampil berkomunikasi menggunakan Bahasa Jawa. Sementara itu fungsi lain mata pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa adalah sebagai berikut: (1) sarana pembinaan rasa bangga terhadap bahasa Jawa; (2) saran peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan bahasa Jawa; (3) sarana peningkatan pengetahuan
dan
keterampilan untuk
meraih mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni; (4) sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Jawa yang baik dan benar untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah; (5) sarana pemahaman budaya Jawa melalui kesusastraan Jawa (dinas pendidikan pemerintah provinsi daerah istimewa yogyakarta)48
48
Mulyana, Bahasa dan Sastra Daerah Dalam Kerangka Budaya, (Yogyakarta: TIARA WACANA, 2008), hlm.238
52
D. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning Terhadap Motivasi Belajar Bahasa Jawa Dalam pembelajaran kooperatif guru berperan sebagai fasilitator dan motivator.
Peran
fasilitator
dikembangkan
melalui
metode-metode
pembelajaran. Menurut Prastya Irawan dkk. Mengutip hasil penelitian Fyan dan Maehr bahwa dari tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah dan motivasi, maka faktor terakhir merupakan faktor yang paling baik. Walberg dkk menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36%, sedangkan McClelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai kontribusi sampai 64% terhadap prestasi belajar. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada korelasi signifikan antara motivasi dan belajar. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.49 Selanjutnya menurut Sharan (1990), siswa yang belajar menggunakan metode Cooperative Learning akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Cooperative Learning juga menghasilkan peningkatan kemampuan akademik, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, membentuk hubungan persahabatan, menimba berbagai
49
Agus Suprijono, Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 162
53
informasi, belajar menggunakan sopan-santun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain.50
50
Isjoni, Cooperative Learning (Efektifitas Pembelajaran Kelompok), (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 23-24
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitianinimengambillokasi di daerahkota Malang, JawaTimur. Penelitianinidilakukan di SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” terletak di kawasan tengah kota yang dilewati jalan propinsi yang membelah kota malang. Tepatnya di Jl. Raden Tumenggung Suryo (d/h. Bengawan Solo) no.5 Malang. B. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian
kuantitatif
merupakan
penelitian
yang
bertujuan
untuk
mengumpulkan data-data berupa angka dilapangan dengan metode skala, dokumentasi maupun instrumen penelitian. Peneliti memilih metode kuantitatif karena bertujuan untuk mendapatkan data yang relatif tetap, konkrit, teramati, dan terukur dan dianalisis menggunakan statistic. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis korelasional. Teknik analisis korelasional adalah teknik analisis statistik mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih.51 Peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung mencari pengaruh dan tingkat hubungan variabel yang ada. Sedangkan jenis penelitian ini merupakan 51
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 188
54
55
penelitian survei yaitu suatu penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian guna dalam proses pengumpulan data. Dalam penelitian ini mencakup kegiatan pengumpulan data guna menentukan adakah pengaruh antar variabel dalam subjek atau objek penelitian. Jika ada, seberapa jauh tingkat pengaruh yang ada diantara variabel yang diteliti. Penelitian ini diarahkan mengetahui pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu model pembelajaran Cooperative Learning terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Basa Jawa. C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan timbulnya variabel terikat. Variabel bebas biasanya disingkat X. Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat biasanya diberi lambang sebagai variabel Y. Dalam penelitian ini variabel penelitian yang didapat adalah sebagai berikut: Variabel terikat (Y)
: Motivasi belajar siswa
Variabel bebas (X)
: Model pembelajaran Cooperative Learning
Kemudia data yang telah diperoleh dari suatu penelitian yang masih berupa data acak yang dapat dibuat menjadi data berkelompok, yaitu data yang telah disusun ke dalam kelas-kelas tertentu. Daftar yang memuat data
56
berkelompok disebut distribusi frekuensi atau tabel frekuensi. Distribusi frekuensi adalah susunan data menurut kelas interval tertentu atau menurut kategori tertentu dalam sebuah daftar. Sebuah distribusi frekuensi akan memiliki bagian-bagian yang akan dipakai dalam membuat sebuah daftar distribusi frekuensi. Bagian-bagian tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Kelas-kelas adalah kelompok nilai data atau variabel dari suatu data acak. 2. Batas kelas adalah nilai-nilai yang membatasi kelas yang satu dengan yang lain. 3. Tepi kelas disebut juga batas nyata kelas, yaitu batas kelas yang tidak memiliki lubang untuk angka tertentu antara kelas yang satu dengan kelas yang lain. 4. Titik tengah kelas atau tanda kelas adalah angka atau nilai data yang terletak di tengah suatu kelas. 5. Interval kelas adalah selang yang memisahkan kelas yang satu denganm kelas yang lain. 6. Panjang interval kelas adalah jarak antara tepi atas kelas dan tepi bawah kelas. 7. Frekuensi kelas adalah banyaknya data yang termasuk ke dalam kelas tertentu dari data acak. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari panjang kelas interval adalah sebagai berikut:
57
Panjang Kelas Interval52= (Xmax – Xmin)+1 K D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi
dalam
penelitian
ini
adalah
seluruh
siswa
SD
Muhammadiyah 09 ”Panglima Sudirman” Malang. Menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.53 2. Sampel Bagian yang lebih kecil dari populasi dinamakan sampel. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. ini
54
adalah
Untuk metode pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian menggunakan
teknik
propability
sampling.
propability
samplingdibagi menjadi beberapa jenis, yaitu simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, dan cluster sampling.55 Pada penelitian ini peneliti menggunakan cluster sampling. Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber data luas, misal penduduk 52
Subana, dkk, Statistik Pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia, 2005), hlm. 38-40 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: CV alfabeta, 2002), hlm. 80 54 Ibid., hlm. 81 55 Ibid., hlm. 82 53
58
dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.
56
Dari uraian mengenai
cluster sampling, dapat disimpulkan bahwa seleksi anggota sampel dilakukan dalam kelompok dan bukan seleksi anggota sampel secara individu. Penelitian menggunakan cluster samplingini karena dapat memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Mengenai banyaknya jumlah jumlah sampel penelitian, peneliti menganut pendapat Suharsimi Arikunto. Menurut Suharsimi Arikunto, ada beberapa rumus yang dapat digunakan oleh peneliti untuk menentukan jumlah anggota sampel. Sebagai batasan, jika peneliti mempunyai beberapa ratus subjek dalam populasi, mereka dapat menentukan kurang lebih 10-15% atau 25-30% dari jumlah subjek tersebut. Jika jumlah anggota subjek dalam populasi hanya meliputi antara 100 hingga 150 orang, dan dalam pengumpulan data peneliti menggunakan angket, sebaiknya subjek sejumlah itu diambil seluruhnya. Akan tetapi
apabila peneliti menggunakan teknik wawancara atau
pengamatan, jumlah tersebut dapat dikurangi menurut teknik pengambilan sampel sesuai dengan kemampuan peneliti. Karena peneliti menganut pendapat Suharsimi Arikunto dalam pengambilan sampel maka dalam penelitian ini peneliti mengambil 10% dari jumlah keseluruhan subjek. Jumlah subjek dalam penelitian ini yaitu sebanyak 720 siswa, maka diambil 10% dari 56
Ibid., hlm. 81
59
720 menghasilkan 72 siswa yang diambil sebagai responden dalam penelitian ini.57 E. Data dan Sumber Data Berdasarkan sumbernya, data memiliki dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Sedangkan data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Jenis data dalam penelitian ini yaitu menggunakan data primer. Data primer diambil dari hasil kuesioner siswa. Data dalam penelitian ini diambil dengan menggunakan metode angket atau kuesioner dan wawancara. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat motivasi belajar Basa Jawa siswa dan tanggapan siswa tentang model pembelajaran Cooperative Learning, peneliti juga menggunakan angket atau kuesioner untuk mengumpulkan data. Selain itu, peneliti menggunakan teknik wawancara dengan salah satu guru sebagai responden untuk mengetahui pembelajaran Cooperative Learning dapat atau tidak dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa pada mata pelajaran Basa Jawa. F. Instrumen Penelitian Instrumen
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
kuesioner/angket, dimana kuesioner/angket ini merupakan instrument penelitian dalam bentuk pertanyaan/pernyataan yang biasanya dimaksudkan 57
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005), hlm. 95
60
untuk mendapatkan informasi berkaitan dengan pendapat, aspirasi, persepsi, keinginan, keyakinan, dan lain-lain secara tertulis. Penelitian ini menggunakan skala likert yaitu skala yang berisi lima tingkat jawaban, diantaranya adalah:58 a.
Nilai 5 : sangat setuju (SS)
b.
Nilai 4 : setuju (S)
c.
Nilai 3 : cukup setuju (CS)
d.
Nilai 2 : kurang setuju (KS)
e.
Nilai 1 : tidak setuju (TS) Respon yang akan dipilih oleh responden dimulai dari Sangat Setuju,
Setuju, Cukup Setuju, Tidak Setuju, sampai Sangat Tidak Setuju, bila pertanyaan/pernyataan itu sifatnya positif diberi skor 5, 4, 3, 2, 1. Dan apabila pertanyaan/pernyataan bersifat negatif maka diberi skor 1, 2, 3, 4, 5. Dan instrument penelitian ini adalah sebagai berikut:
58
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2001), hlm. 269
61
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Angket model pembelajaran Cooperative Learning No. 1.
Variabel Cooperative
Sub Variabel Student
Learning
Teams
(Anita Lie)
Achievement Division (STAD)
Indikator 1. Saling ketergantungan positif antara siswa satu dengan lainnya. 2. Adanya tanggung jawab perseorangan.
Item Soal 1,2,3
4,5,6
3. Kesempatan 7,8,9 bertatap muka dan berdiskusi. 4. Kemampuan berkomunikasi antaranggota. 5. Evaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama. Angket selengkapnya terdapat pada lampiran
10,11,12
13,14,15
Dari beberapa indikator-indikator tersebut akan dijadikan kedalam bentuk butir-butir soal yang nantinya berisi pernyataan-pernyataan yang akan di jawab oleh setiap responden, khususnya responden dalam penelitian ini adalah siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang yang menjadi sampel penelitian.
62
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrukmen Angket Motivasi Belajar Bahasa Jawa No. 1.
Variabel Motivasi
Sub Variabel Motivasi Intrinsik
Motivasi Ekstrinsik
Indikator
Positif
Negatif
Senang terhadap pelajaran karena ingin mendapat pengetahuan Kemauan siswa mengerjakan tugas untuk memperoleh nilai yang baik Kesadaran siswa untuk belajar Kesadaran siswa untuk tidak mencontek Dorongan belajar dari orang tua atau teman Dorongan untuk berprestasi
1
2
Jumlah Soal 2
3
4
2
5,6
7
3
8
9,10
3
11,12
13
3
14
15
2
Jumlah Butir
15
Angket selengkapnya terdapat pada lampiran Dari beberapa indikator-indikator tersebut akan dijadikan kedalam bentuk butir-butir soal yang nantinya berisi pernyataan-pernyataan yang akan di jawab oleh setiap responden, khususnya responden dalam penelitian ini adalah siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang yang menjadi sampel penelitian.
63
G. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan
untuk
menjawab
rumusan
masalah
penelitian.
Teknik
pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner/angket dan dokumen. 1. Kuesioner/Angket Merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan/pernyataan kepada responden. Kemudian daftar pertanyaan/pernyataan dapat bersifat terbuka, yaitu jika jawaban tidak ditentukan sebelumnya oleh peneliti dan dapat bersifat tertutup, yaitu alternative jawaban telah ditentukan sebelumnya oleh peneliti. 2. Dokumentasi Metode dokumentasi sendiri yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip nilai, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.59 Dalam penelitian ini dokumen yang diinginkan oleh peneliti sebagai pendukung hasil penelitian adalah daftar nama-nama siswa di setiap kelas yang dijadikan sebagai responden dan juga beberapa dokumen yang
Heny Agung Wibowo, “Analisis Status Sosial Ekonomi, Citra Perguruan Tinggi, dan Kesempatan Kerja Terhadap Keputusan Studi Lanjut ke Perguruan Tinggi pada Siswa-Siswi Kelas XII MAN Jombang Tahun Pelajaran 2015-2016”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Malang, 2016, hlm. 46 59
64
mendukung serta data yang berasal dari catatan guru atau arsip-arsip tersimpan yang terkait dalam penelitian ini. H. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen penelitian yang baik harus dapat memenuhi data penelitian dan dapat menjawab seluruh kebutuhan dari tujuan penelitian. Kebenaran atau ketepatan data akan menentukan kualitas dari suatu penelitian, sedangkan data yang tepat dan benar sangat tergantung dari instrumen yang digunakan. 1.
Validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana
ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran (test) dalam melakukan fungsi ukurnya.60 Suatu alat tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud yang dikenakan tersebut. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid memiliki validitas yang rendah. Uji validitas item yaitu pengujian terhadap kualitas item-itemnya yang bertujuan untuk memilih item-item yang benar-benar telah selaras dan sesuai dengan faktor yang ingin diselidiki. Cara perhitungan uji coba validitas item yaaitu dengan cara mengorelasikan skor tiap item dengan
60
Saifuddin Azwar. Reabilitas dan Validitas (Jogjakarta: Pustaka Belajar, 2008), hlm. 5
65
skor total item. Untuk menghitung validitas digunakan rumus koefisien korelasi product moment sebagai berikut:61 𝑟𝑥𝑦 =
𝑁.∑ 𝑋𝑌−(∑𝑋)(∑𝑌) √[𝑁 .∑ 𝑋 2 − (∑𝑋)2 ][𝑁.∑𝑌 2 − (∑𝑌)2
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N
= banyaknya responden
X2 = jumlah kuadrat skor item tiap nomor Y2 = jumlah kuadrat skor total ∑xy= jumlah perkalian x dan y ∑x = jumlah item ∑y = jumlah total Jika rhitung > rtabel maka item yang diujikan valid Untuk perhitungannya menggunakan program Office Microsoft Excel dan spss 16.00 for windows 2.
Reliabilitas Untuk menguji suatu instrumen, yakni sejauh mana suatu instrumen
dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang relatif tidak berubah walaupun 61
hlm. 82
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002),
66
diteskan pada situasi yang berbeda-beda maka peneliti menggunakan reliabilitas dengan rumus koefisien alpha. Hal ini dikarenakan koefisien alpha cocok untuk estimasi reliabilitas pengukuran variabel dengan skala interval atau rasio. Koefisien alpha dihitung dengan rumus berikut:62 𝑛 ∑𝜎𝑖2 ) (1 − ) 𝑛−1 𝜎𝑗2
𝑟11 = (
r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan n
= jumlah item
∑𝜎𝑖2 = jumlah varians responden untuk item 𝜎𝑗2 = jumlah varians skor total Untuk perhitungannya menggunakan aplikasi spss 16.00 for windows Tabel 3.3 Tingkat Reliabilitas Berdasarkan Nilai Alpha63 Alpha
Tingkat Reliabilitas
0,00 s/d 0,20
Kurang Reliabel
> 0,20 s/d 0,40
Agak Reliabel
> 0,40 s/d 0,60
Cukup Reliabel
> 0,60 s/d 0,80
Reliabel
> 0,80 s/d 1,00
Sangat Reliabel
Haryadi Sarjono dan Winda Julianita menyebutkan bahwa suatu kuesioner dikatakan reliabel jika nilai Croanbach’s Alpha > 0.60. 64 Dan perlu
Djunaidi Ghony, Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif…,, hlm.178 Triton, SPSS 13. 0, Terapan, (Riset Statistik Parameterik), (Yogyakarta: Andi Yogyakarta, 2006), hlm. 248 62
63
67
diketahui bersama bahwa instrument yang reliabel adalah instrument yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama.65 Sebelum angket cooperative dan motivasi disebarkan secara resmi, angket tersebut perlu diuji validitas dan reliabilitasnya dengan menyebar angket tersebut kepada 30 responden. Tujuannya adalah mengetahui apakah keseluruhan butir pertanyaan/pernyataan sudah valid dan reliabel untuk mengukur model pembelajaran cooperative dan motivasi belajar basa jawa. Berikut adalah hasil uji validitas dan reliabilitas angket menggunakan aplikasi spss 16.00 for windows: Tabel 3.4 Hasil Validitas dan Reliabilitas Angket Cooperative Learning
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pernyataan/ Pertanyaan X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10
Mean
R hasil
Validitas
4,70 4,77 4,70 4,60 4,70 4,67 4,60 4,60 4,60 4,60
0,661 0,745 0,692 0,811 0,809 0,699 0,773 0,802 0,673 0,649
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
64
Haryadi Sarjono dan Winda Julianita, SPSS Vs Liseral: Sebuah Pengantar, Aplikasi Untuk Riset (Jakarta: Salemba Empat, 2011), hlm. 45 65
Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Ciputat: GP Press, 2009),
hlm. 94
68
11 12 13 14 15
X11 4,57 X12 4,70 X13 4,73 X14 4,77 X15 4,73 Reliabilitas 0,946 Dari tabel tersebut dihasilkan
0,653 0,705 0,736 0,714 0,637
Valid Valid Valid Valid Valid Reliabel data yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya. Sebelum pengambilan keputusan data yang dikatakan valid perlu menentukan nilai r tabel yang diperoleh dari rumus n-1 yaitu 30-1= 29 jadi tingkat signifikansi 5% didapat 0,367. Selanjutnya untuk dasar pengambilan keputusan adalah: Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir soal tersebut valid Jika r hasil tidak positif, dan r hasil < r tabel, maka butir soal tersebut dikatakan tidak valid.66 Tabel 3.5 Hasil Validitas dan Reliabilitas Angket Motivasi Belajar
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 66
Pernyataan/ Pertanyaan X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9
Mean
R hasil
Validitas
4,40 4,40 4,30 4,47 4,43 4,57 4,43 4,60 4,40
0,211 0,290 0,429 0,502 0,702 0,234 0,604 0,359 0,568
Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2001), hlm. 277
69
10 11 12 13 14 15
X10 4,83 X11 4,40 X12 4,90 X13 4,60 X14 4,83 X15 4,73 Reliabilitas 0,812 Dari tabel tersebut dihasilkan
0,265 0,694 0,470 0,460 0,493 0,124
Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Reliabel data yang telah diuji validitas dan
reliabilitasnya. Sebelum pengambilan keputusan data yang dikatakan valid perlu menentukan nilai r tabel yang diperoleh dari rumus n-1 yaitu 30-1= 29 jadi tingkat signifikansi 5% didapat 0,367. Selanjutnya untuk dasar pengambilan keputusan adalah: Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir soal tersebut valid Jika r hasil tidak positif, dan r hasil < r tabel, maka butir soal tersebut dikatakan tidak valid. Jadi dari data yang diperoleh berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa 6 item butir soal dikatakan tidak valid yaitu nomor 1, 2, 6, 8, 10 dan 15 karena r hasil < dari r tabel. I. Analisis Data Analisis data digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara model pembelajaran Cooperative Learning terhadap motivasi belajar siswa pada mapel Bahasa Jawa. Dalam penelitian ini, kegiatan analisis data terbagi menjadi dua yakni kegiatan melakukan uji statistik (inferensi) dan
70
mendeskripsikan data. Untuk perhitungan statistik peneliti menggunakan aplikasi bantu yaitu statistic dengan program spss 16.00 for windows. Berikut ini langkah yang dilakukan dalam analisis data: 1. Uji asumsi klasik Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian adalah uji normalitas, uji homogenitas, dan uji linearitas. a. Uji normalitas Untuk menguji apakah sebaran data sampel mengikuti atau menyimpang dari sebaran normal dapat digunakan uji kolmogorovsmirnov atau uji chi kuadrat (X2). Akan tetapi dalam pembahasan ini hanya akan melakukan perhitungan untuk apakah sebaran sekelompok data mengikuti distribusi normal atau menyimpang dari distribusi normal. Rumus yang digunakan adalah rumus chi kuadrat yakni: X2=
∑(𝑓ℎ−𝑓𝑜)2 𝑓ℎ
Keterangan: X2
= nilai chi kuadrat
fh
= frekuensi harapan
fo
= frekuensi observasi (kenyataan)67
b. Uji linearitas
67
218
Triyono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hlm.
71
Uji linearitas adalah suatu teknik statistika yang digunakan untuk menguji apakah hubungan antara dua variabel (biasanya variabel bebas dengan variabel terikat) memiliki hubungan yang bersifat linier atau tidak linier. Uji linieritas diperlukan manakala seorang peneliti ingin melakukan regresi untuk mengetahui bagaimana bentuk hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat melalui persamaan regresi linier, baik regresi sederhana mauupun regresi ganda. Hal ini dikarenakan persamaan regresi yang diperoleh merupakan sebuah persamaan bentuk linier (variabel x berpangkat satu) yang grafiknya berupa garis lurus. Padahal bentuk hubungan antara dua variabel tidak selalu berupa persamaan linier, berupa garis lurus akan tetapi sangat mungkin berbentuk persamaan lainnya (nonlinier) seperti: persamaan kuadrat maupun bentuk lainnya seperti bentuk eksponen, logaritmik, dan
sebagainya.
Dengan
demikian
untuk
dapat
memberikan
interpretasi terhadap persamaan garis regresi (bentuk linier) yang diperoleh diperyaratkan dipenuhinya bahwa hubungan antara dua variabel secara nyata benar-benar berbentuk linier. 2. Uji regresi Regresi bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel satu dengan variabel lain. Variabel yang dipengaruhi disebut variabel terikat atau dependent, sedangkan variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau variabel independent. Regresi yang memiliki satu variabel dependent dan
72
satu variabel independent disebut regresi liniear sederhana. Model persamaan regresi liniear sederhana dengan rumus sebagai berikut: Y = a + bX a = intercept b = koefisien regresi X
= variabel bebas Y = variabel terikat
3. Uji signifikansi Hasil analisis regresi yang berupa persamaan regresi dengan masingmasing koefisien perlu diuji untuk menentukan signifikansi koefisien. Uji ini diperlukan untuk menentukan apakah variabel-variabel dalam persamaan regresi secara individu signifikan dalam memprediksi nilai variabel dependent. Uji ini dilakukan menggunakan uji T dengan taraf signifikansi 5%. Adapun rumus uji T adalah sebagai berikut: Kriteria pengujian: Jika t hitung ≥ t tabel maka H0 ditolak artinya signifikan Jika t hitung ≤ t tabel maka H0 diterima artinya tidak signifikan 4. Koefisien determinasi Untuk mengetahui lebih jelas hubungan antar variabel, salah satu analisis yang bisa digunakan adalah koefisien determinasi. Dengan keofisien
73
determinasi ini kita bisa mengetahui seberapa besar hubungan dari beberapa variabel dalam pengertian yang lebih jelas. Koefisien determinasi akan menjelaskan seberapa besar perubahan atau variasi suatu variabel bisa dijelaskan oleh perubahan atau variasi pada variabel yang lain. Rumus koefisien determinasi adalah sebagai berikut: Diketahui: KD = Koefisien determinasi r
= Koefisien korelasi
J. Prosedur Penelitian Tahapan penelitian terdiri atas tahap pralapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. a. Tahap Pra-Lapangan Tahap pertama sebelum peneliti memasuki lapangan yaitu tahap pralapangan. Tahap ini terdiri dari: 1) Menyusun rancangan penelitian Peneliti terlebih dahulu menyusun prosedur-prosedur dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Prosedur tersebut merupakan rancangan atau sistematika dalam penelitian. 2) Memilih lapangan penelitian Hal yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan suatu peneltian, peneliti harus menentukan lokasi yang akan digunakan dalam penelitia ini. Ini sangat penting ditentukan sebelumnya untuk mengetahui lokasi
74
tersebut apakah sesuai dengan obyek yang akan diteliti. Seorang peneliti akan mengetahui data melalui pemilihan lokasi penelitian. Disini peneliti memilih lokasi penelitian di SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang. 3) Mengurus perizinan Prosedur selanjutnya yaitu mengurus surat perizinan setelah lokasi penelitian ditemukan, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mendukung keresmian sebuah penelitian. Peneliti terlebih dahulu mencari pihak yang berwenang yang berperan serta pada lokasi penelitian tersebut. Peneliti mengurus surat perizinan dari instansi kampus untuk diserahkan kepada pihak sekolah. 4) Memilih dan memanfaatkan informan Setelah peneliti disetujui untuk melakukan penelitian pada tempat tersebut, peneliti memilih dan memanfaatkan informan untuk mendukung pengumpulan data yang dibutuhkan. Disini peneliti diarahkan pada pihak sekolah seperti humas dan pihak kurikulum pada sekolah tersebut. Peneliti dapat menggali dan menggunakan metode wawancara untuk mengetahui sampel yang akan diteliti. 5) Menyiapkan perlengkapan penelitian Untuk menunjang berlangsungnya sebuah penelitian hal yang perlu diperhatikan
adalah
menyiapkan
perlengkapan
penelitian.
Perlengkapan tersebut berupa alat tulis seperti kertas, bolpoint, buku
75
catatan, dll. Pada tahap analisis data perlengkapan yang dipersiapkan adalah alat hitung komputer, disini peneliti menggunakan alat hitung computer SPSS. b. Tahap Pekerjaan Lapangan Tahap pra-lapangan sudah ditentukan maka tahap selanjutnya adalah tahap pekerjaan lapangan. Pada tahap ini peneliti menggali informasi untuk mengetahui informasi yang mendukung penelitian. Disini peneliti diarahkan kepada bagian hubungan masyarakat dan bagian kurikulum. Peneliti melakukan wawancara kepada pihak tersebut untuk mengetahui keadaan tempat penelitian dan mengetahui jumlah subyek yang terkait pada variabel. Peneliti menanyakan jumlah keseluruhan siswa yang terdapat pada SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang. Peneliti juga akan menyebarkan sejumlah angket untuk mendukung ketercapaian penelitian. c. Tahap Analisis Data Selanjutnya masuk pada tahap analisis data, pada tahap ini peneliti melakukan analisis hasil angket yang telah disebar pada tahap pekerjaan lapangan dengan menggunakan bantuan komputer untuk mempermudah proses analisis. Data-data yang sudah didapat kemudian diubah menjadi bentuk angka-angka yang kemudian dilakukan pengujian guna ketercapaian hasil penelitian yang akurat.
BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN A. Paparan Data 1. Objek Penelitian PROFIL SEKOLAH a. Identitas sekolah Nama Sekolah
: SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman”
Malang Nomor Statistik
: 102056101057
Propinsi
: Jawa Timur
Otonomi Daerah
: Kota Malang
Kecamatan
: Klojen
Desa / Kelurahan
: Rampal Celaket
Jalan
: Raden Tumenggung Suryo
Kode Pos
: 65111
Telepon
: 0341-407696
Faxcimile/ Fax
: 0341-407696
Daerah
: Perkotaan
Status Sekolah
: Swasta
Akreditasi
:A
Tahun Berdiri
: 1969
76
77
Bangunan Sekolah
: MILIK SENDIRI
Lokasi Sekolah
: Kecamatan Klojen
Objek pada penelitian ini adalah SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang yang berlokasi di sekitaran Jalan Raden Tumenggung Suryo kota Malang. Sekolah ini adalah sekolah swasta di tengah perkotaan yang berbasis islam, meski demikian sekolah ini sudah terakreditasi A. SD Muhammadiyah 09 ini berdiri pada tahun 1969 yang mulanya adalah tanah wakaf dari bu Hj. Galuh di jl Bengawan solo, Saat menyerahkan beliau memberi amanah supaya tanah tersebut di pakai atau dibangun tempat ibadah, sarana pendidikan, perumahan guru, atau kesehatan. Dari amanah itulah selanjutnya dibangun masjid dan sekarang menjadi satu dengan bangunan sekolah. Bangunan sekolah ini adalah milik sendiri bukan milik suatu lembaga pendidikan tertentu, oleh karena itu baik kurikulum, struktur, maupun perangkat lainnya dikelola sendiri oleh sekolah ini.
77
78
b. Struktur Organisasi Sekolah
Majelis Dikdasmen POM Blimbing
Kepala Sekolah Sony Darmawan,M.Pd
Komite Sekolah
Bendahara Siti Nur Istikhorah,S.PI
Kaur Kurikulum Triana Cahyaning,S.Si
Kaur Kesiswaan dan Ismuba Arip Hidayat,M.Pdi
Guru atau Wali Kelas
Peserta 78 Didik
Kaur Sarana dan Prasana Abdur Rachman,S.Pd
Paguyuban Kelas
79
c. Visi Menjadi sekolah yang mampu menghasilkan lulusan unggul dalam prestasi, cakap dalam kreasi, dan berkepribadian islam. d. Misi 1. Mengembangkan sekolah berdedikasi tinggi guru tercapainya prestasi yang gemilang dan berkesinambungan. 2. Mendorong dan membantu siswa agar lebih terampil dan berkeahlian. 3. Menumbuhkan kesadaran pribadi terhadap penghayatan ajaran agama islam dalam segala aspek kehidupan. e. Tujuan 1. Tercapainya peserta didik. Yang memiliki prestasi akademik, teknologi dan seni budaya. 2. Menyalurkan dan mengembangkan kemampuan bakat dan potensi peserta didik sehingga memiliki keterampilan dan keahlian. 3. Membekali siswa memiliki iman dan takwa kepada Allah SWT. Sehingga memiliki kesadaran dalam menjalankan ajaran agama islam. f. Sejarah Sekolah Sejarah Berdirinya Sd Muhammadiyah 09 lingkup masjid (tanah kosong) tahun 1967 adalah merupakan tanah wakaf dari bu Hj. Galuh, di jl Bengawan solo. Saat menyerahkan beliau memberi
80
amanah supaya tanah tersebut di pakai atau di bangun (Tempat ibadah, sarana pendidikan, perumahan guru, kesehatan ). Pada tahun 1968 tanah wakaf ini mulai di bangun sarana dan prasana, dan yang membangun tanah wakaf ini diantaranya TNI AL/ Marinir dan pemborong, dan yang di bangun pada tahun 1968 diantaranya masjid, sarana pendidikan, perumahan guru. Mengapa namanya masjid panglima sudirman karena yang mempunyai tanah wakaf tersebut masih ada hubungannya dengan panglima sudirman. Pada waktu itu yang duduk menjabat sebagai panitia dan ditentukan dengan kepengurusan 1. Bapak Atma
5. Bapak Mukmin S
2. Bapak Bejo
6. Bapak Ibrahim
3. Bapak Afifudin
7. Bapak Inoch. Samsul H
4. Bapak Maksum
8. Bapak Jufri Rahtama
Karena banyaknya anak yang belajar di masjid tersebut akhirnya pada tahun 1970 di teruskan kejenjang pendidikan yaitu SD Muhammadiyah panglima Sudirman, yang menjadi tenaga pengajar adalah keluarga dari kepengurusan tersebut. Dan ibu kasuyati masuk dan menjadi tenaga pengasuh pada tahun 1975 dan pada waktu itu yang menjadi kepala sekolah adalah Bpk Drs Muhammad Samsul Hadi, Bapak Samsul. Ini sebetulnya bukan tenaga pengajar melainkan pegawai agraria. Kepengurusan serta paparan masuk ke wilayah
81
blimbing
karena
waktu
itu
Sd
Muhammadiyah
09
massih
mendompleng ke Sd muhammadiyah 03. Jadi segala sesuatu harus melalui Sd Muhammadiyah 03. Mendapat saran dari ibu roniyah suhardi (pengawas Sd) supaya pisah dengan Sd Muhammadiyah 03. Dan beberapa waktu kemudian manemui bapak Dwi yang pada waktu itu sebagai pengawas di klojen dan kantornya di Jl no 8 supratman, sebelum ke pak Dwi salah satu orang yaitu Bu Jolaikha sebagai kepala sekolah Sd Muhammadiyha 09. Saat itu Muhammadiyah 09 Masih memiliki murid kurang lebih sekitar 200. Akhirnya bu Julaikha dab Bu Yati memberanikan diri ke Pak Dwi ,dan akhirnya berhasil dan di teruskan ke dinas, berhasil dan oleh dinas. Sekolah juga di sarankan lapao ke PDM dan Sd Muhammadiyah 09 di resmikan berdiri. Sd Muhammadiyah 09 juga pernah menjadi tempat untuk PKL (Praktek Kerja Lapangan dari SPG Muh di malang. Sd Muhammadiyah 09 pernah mengalami kejayaan sampai kira-kira tahun 1997. Dengan berdirinya sekolah negei yang di bantu oleh presiden, maka banyak anak-anak yang masuk ke sekolah tersebut dan tidak mau lagi sekolah di Sd Muhammadiyah 09. Sampai sekolah yang waktu itu di pimpin oleg Bu Safijatin mengalami kemunduran, muridnya sedikit dari kelas 1 sampai kelas 6 tinggal 20 anak. Tahun 1999 sekolah mendapatkan subsidi atau bantuan yang tak terkira, di bangun Sd Muhammadiyah 09 di bangun oleh UMM,
82
yang semula terletak di sebelah selatan pindah ke utara sedangkan masjid tetap di tengah, TK berada di lantai dasar. Tahun 2000 Sd Muhammadiyah 09 resmi pindah ke utara. 2. Identitas Siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” ini memiliki jumlah keseluruhan kelas sebanyak 21 kelas yaitu kelas 1 terdapat 4 kelas (1A, 1B, 1C, 1D), kelas 2 terdapat 4 kelas (2A, 2B, 2C, 2D), kelas 3 terdapat 4 kelas (3A, 3B, 3C, 3D), kelas 4 juga terdapat 4 kelas (4A, 4B, 4C, 4D), kelas 5 terdapat 3 kelas (5A, 5B, 5C), dan kelas 6 terdapat 2 kelas (6A dan 6B). Penelitian ini mengambil secara acak dari masing-masing kelas untuk dijadikan responden penelitian. B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Data Variabel a. Karakteristik Responden Berikut adalah jabaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin. Tabel 4.1Karakter responden berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin
Frekuensi
Prosentase
Laki-laki
32
44,44%
Perempuan
40
55,55%
Jumlah
72
100%
Sumber: Data Primer diolah (2016)
83
Frekuensi Responden
44% Laki-laki Perempuan
56%
Gambar 4.1 Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dari hasil penelitian dalam penyebaran kuesioner berdasarkan jenis kelamin pada tabel dan piechart diatas adalah jumlah responden berjenis kelamin laki-laki ada 32 siswa atau sebesar 44,44% dan jumlah responden berjenis kelamin perempuan terdapat 40 siswa atau sebesar 55,55%. Kesimpulannya adalah jumlah responden berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan siswa berjenis kelamin laki-laki atau dalam kata lain adalah mayoritas perempuan. b. Variabel Cooperative Learning (X) Hasil penelitian yang diperoleh dari 72 responden yaitu menghasilkan skor terendah dengan nilai 15 dan skor tertinggi dengan nilai 75. Nilai tersebut diperoleh dari skor tiap jawaban, yakni untuk jawaban sangat setuju mempunyai skor 5, jawaban setuju mempunyai
84
skor 4, jawaban cukup setuju mempunyai skor 3, jawaban kurang setuju mempunyai skor 2, dan jawaban tidak setuju mempunyai skor 1. Dari skor-skor tersebut diakumulasikan sehingga jumlah skor akhir dapat diperoleh. Data yang diperoleh diolah dengan mengetahui panjang kelas interval terlebih dahulu. Kemudian dijabarkan pada tabel distribusi. Adapun data tersebut adalah sebagai berikut: Panjang kelas interval = (Xmax – Xmin)+1 K = (75-15)+1 5 = 61
= 12,2 = 12
5 Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Model Pembelajaran Cooperative Learning No.
Interval
Kriteria
Jumlah
Prosentase
Frekuensi 1.
15 – 27
Buruk Sekali
0
0
2.
28 – 40
Buruk
0
0
3.
41 – 53
Cukup
0
0
4.
54 – 66
Baik
24
33,33%
5.
67 – 79
Baik Sekali
48
66,66%
72
100%
Jumlah Sumber: Data Primer diolah (2016)
85
Berdasarkan tabel diatas, maka diperoleh hasil angket tentang Cooperative Learning adalah yang termasuk dalam kriteria baik sekali sebanyak 66,66% , dan kriteria baik sebanyak 33,33%. Maka dapat diperoleh respon siswa tentang Cooperative Learning memiliki ratarata pada kriteria baik sekali. c. Variabel Motivasi Belajar Siswa (Y) Hasil penelitian yang diperoleh dari jumlah responden sebanyak 72 siswa yaitu menghasilkan skor terendah dengan nilai 15 dan skor tertinggi dengan nilai 75, nilai tersebut diperoleh dari skor tiap jawaban. Untuk pernyataan positif yakni jawaban sangat setuju mempunyai skor 5, jawaban setuju mempunyai skor 4, jawaban cukup setuju mempunyai skor 3, jawaban kurang setuju mempunyai skor 2, dan jawaban tidak setuju mempunyai skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif yakni jawaban sangat setuju mempunyai skor 1, jawaban setuju mempunyai skor 2, jawaban cukup setuju mempunyai skor 3, jawaban kurang setuju mempunyai skor 4, dan jawaban tidak setuju mempunyai skor 5. Dari skor-skor tersebut diakumulasikan sehingga jumlah skor akhir dapat diperoleh. Data yang diperoleh diolah dengan mengetahui panjang kelas interval terlebih dahulu. Kemudian dijabarkan pada tabel distribusi. Adapun data tersebut adalah sebagai berikut:
86
Panjang Kelas Interval = (Xmax – Xmin)+1 K = (75-15)+1 5 = 61
= 12,2 = 12
5 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Motivasi Belajar Siswa No.
Interval
Kriteria
Jumlah
Prosentase
Frekuensi 1.
15 – 27
Buruk Sekali
0
0
2.
28 – 40
Buruk
0
0
3.
41 – 53
Cukup
1
1,38%
4.
54 – 66
Baik
11
15,27%
5.
67 – 79
Baik Sekali
60
83,33%
72
100%
Jumlah Sumber: Data Primer diolah (2016)
Berdasarkan tabel diatas, maka diperoleh hasil motivasi belajar siswa yakni yang termasuk dalam kriteria baik sekali sebanyak 83,33%, kriteria baik sebanyak 15,27%, dan kriteria cukup sebanyak 1,38%. Maka dapat diperoleh hasil angket motivasi belajar siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” ini memiliki rata-rata berada pada kriteria baik sekali.
87
2. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas Validitas mempunyai arti sejauh mana ketepatan dankecermatan suatu instrumen pengukuran (test) dalam melakukan fungsi ukurnya.68 Suatu alat tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat sesuai dengan maksud yang dikenakan tersebut. Dalam uji validitas suatu angket dikatakan valid (sah) apabila pernyataan/pertanyaan yang ada didalamnya mampu mengungkapkan apa yang akan diukur dalam angket tersebut. Kemudian angket dikatakan reliabel (andal) apabila jawaban setiap responden terhadap pernyataan-pertanyaan dalam angket bersifat konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Selanjutnya adalah pemaparan uji validitas dan reliabilitas pada responden asli yang disebarkan kepada 72 siswa sebagai responden. Uji responden asli ini dilaksanakan pada hari senin pada tanggal 15 agustus 2016 kepada 72 responden (siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang), hasilnya adalah sebagai berikut:
68
Saifuddin Azwar. Reabilitas dan Validitas (Jogjakarta: Pustaka Belajar, 2008), hlm.5
88
Tabel 4.4 Jabaran Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Responden Asli
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Pernyataan/ Koefisien Nilai Signifikansi 5% Pertanyaan Korelasi X1 0,339 0,004 X2 0,448 0,000 X3 0,541 0,000 X4 0,597 0,000 X5 0,535 0,000 X6 0,678 0,000 X7 0,572 0,000 X8 0,707 0,000 X9 0,652 0,000 X10 0,691 0,000 X11 0,562 0,000 X12 0,584 0,000 X13 0,597 0,000 X14 0,572 0,000 X15 0,633 0,000 X16 0,181 0,128 X17 0,071 0,554 X18 0,111 0,354 X19 0,347 0,003 X20 0,510 0,000 X21 -050 0,675 X22 0,480 0,000 X23 -020 0,870 X24 0,370 0,001 X25 0,354 0,002 X26 0,542 0,000 X27 0,518 0,000 X28 0,705 0,000 X29 0,489 0,000 X30 0,334 0,004 Reliabilitas 0,889 Berdasarkan tabel diatas didapatkan 5 item butir soal
Validasi Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Reliabel yang tidak
valid yaitu nomor 16, 17, 18, 21, dan 23. Dari 30 butir soal terdapat 25
89
butir yang tidak valid. Dari pengujian kepada responden asli tersebut 5 butir dikatakan tidak valid karena nilainya < 0,235 diantaranya adalah: nomor 16 (0,181 < 0,235), nomor 17 (0,071 < 0,235), nomor 18 (0,111 < 0,235), nomor 21 (-050 < 0,235), dan nomor 23 (-020 < 0,235). Sedangkan lainya dinyatakan valid karena > 0,235. Kemudian hasil uji reliabilitas dari dari keseluruhan variabel didapatkan hasilnya sebesar 0,889. Sehingga dinyatakan sangat reliabel karena > 0,6 atau 0,889 > 0,6. Dengan demikian
dari
hasil
ini
menunjukkan tidak ada
perubahandari uji validitas sebelumnya, dimana uji validitas pada uji coba angket terdapat 5 butir soal yang tidak valid dengan responden sebanyak 30 siswa dan begitu pula yang terjadi pada uji validitas kepada responden asli yaitu terdapat 5 butir soal yang tidak valid dengan jumlah responden sebanyak 72 siswa. b. Uji Korelasi Sederhana Uji korelasi sederhana bertujuan untuk membuktikan bahwa setiap faktor dalam instrument kuesioner tentang motivasi belajar siswa telah benar-benar mengungkap konstrak yang didefinisikan. Uji korelasi sederhana dalam penelitian ini menggunakan metode Pearson atau sering disebut Product Moment Pearson. Nilai korelasi (r) berkisar antara 1 sampai -1, nilai semakin mendekati 1 atau -1 berarti hubungan antara dua variabel semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 berarti hubungan antara
90
dua variabel semakin lemah. Nilai positif menunjukkan hubungan searah (X naik maka Y naik) dan nilai negatif menunjukkan hubungan terbalik (X naik maka Y turun). Menurut Sugiyono (2007) pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut: 0,00
- 0,199 = sangat rendah
0,20
- 0,399 = rendah
0,40
- 0,599 = sedang
0,60
- 0,799 = kuat
0,80
- 1,000 = sangat kuat69 Correlations cooperative learning
cooperative learning
Pearson Correlation
motivasi belajar
1
Sig. (2-tailed) N motivasi belajar
.435 15
10
Pearson Correlation
.279
1
Sig. (2-tailed)
.435
N
10
Dari hasil analisis korelasi sederhana (r) didapat korelasi antara cooperative learning dengan motivasi belajar siswa (r) adalah 0,279. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi hubungan yang rendah antara cooperative learning dengan motivasi belajar.
69
.279
Duwi Consultant, Analisis Korelasi Sederhana (http: www.duwiconsultant.blogspot.com, diakses 06 September 2016 jam 15.35 wib)
10
91
c. Uji Reliabilitas Analisis ini dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi 16.0. hasil uji reliabilitas ini dikatakan reliabel, apabila koefisien reliabilitas yang diperoleh yaitu 0,6. Apabila hasil uji kurang dari 0,6 maka item tersebut dinyatakan tidak reliabel.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items
.889
25
Dari hasil uji reliabilitas diperoleh 0,889 > 0,6 maka dinyatakan sangat reliabel karena jauh lebih besar dari 0,6. 3. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual yang telah distandarisasi pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa
Mean Std. Deviation MostUExtreme Absolute Differences Positive j Negative i Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. n Sig. (2-tailed)
10 .0000000 8.07313066 .149 .143 -.149 .472 .979
uji normalitas ini menggunakan perhitungan kolmogorovsmirnov yang menunjukkan bahwa asumsi dapat terpenuhi jika memiliki signifikansi > 0,05. Berdasarkan output diatas, diketahui
92
bahwa nilai signifikansi sebesar 0.979 > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diuji berdistribusi normal dan layak digunakan. b. Uji Linearitas ANOVA Table Sum of Squares motivasi Between Groups belajar * cooperati ve learning
(Combined) Linearity Deviation from Linearity
Within Groups Total
Mean Square
df
F
Sig.
610.100
6
101.683
11.733
.034
49.521
1
49.521
5.714
.097
560.579
5
112.116
12.936
.030
26.000
3
8.667
636.100
9
linearitas adalah suatu teknik statistika yang digunakan untuk menguji apakah hubungan antara dua variabel (biasanya variabel bebas dengan variabel terikat) memiliki hubungan yang bersifat linier atau tidak linier. Dari output tersebut diperoleh nilai signifikansi= 0,030 lebih besar dari 0,05, yang artinya terdapat hubungan linear secara signifikan antara variabel cooperative learning (X) dengan variabel motivasi belajar siswa (Y). 4. Uji Regresi Regresi bertujuan untuk menguji pengaruh antara variabel satu dengan variabel lain. Regresi yang memiliki satu variabel dependent dan satu variabel independent disebut regresi liniear sederhana.
93
Model Summary Model
R
R Square
Std. Error of the Estimate Adjusted R Square
.279a
1
.078
8.563
-.037
a. Predictors: (Constant), cooperative learning
Tabel diatas menjelaskan besarnya nilai korelasi/ hubungan (R) yaitu sebesar 0,279 dan dijelaskan besarnya prosentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang disebut koefisien determinasi (R2) sebesar 0,078, yang mengandung pengertian bahwa pengaruh variabel bebas (Trust) terhadap variabel terikat (Partisipasi) adalah sebesar 7,8%. Jadi cooperative learning hanya berpengaruh 7,8% terhadap motivasi belajar siswa, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. 5. Uji Signifikansi Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B
(Constant) cooperative learning
Std. Error
54.570
342.093
.851
1.035
Standardized Coefficients Beta
T
.279
Sig. .160
.877
.822
.435
a. Dependent Variable: motivasi belajar
Hasil analisis regresi yang berupa persamaan regresi dengan masing-masing koefisien perlu diuji untuk menentukan signifikansi koefisien. Uji ini diperlukan untuk menentukan apakah variabel-variabel dalam persamaan regresi secara individu signifikan dalam memprediksi nilai variabel dependent. Adapun rumus uji T adalah sebagai berikut:
94
Kriteria pengujian: Jika t hitung ≥ t tabel maka H0 ditolak artinya signifikan Jika t hitung ≤ t tabel maka H0 diterima artinya tidak signifikan Berdasarkan output diatas menghasilkan thitung sebesar 0,822 jika diubah ke dalam prosentase menjadi 8,22% dengan taraf signifikansi sebesar 5%. Dapat disimpulkan bahwa t
hitung
≥t
tabel
atau 8,22% 5%
maka H0 ditolak artinya signifikan. 6. Koefisien Determinasi Model Summary Model
R
1
.279a
R Square
Adjusted R Square
.078
-.037
Std. Error of the Estimate 8.563
Predictors: (Constant), cooperative learning
`Diketahui koefisien korelasi di atas sebesar 0,279 dengan R Square sebesar 7,8%. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh model pembelajaran Cooperative Learning terhadap motivasi belajar Basa Jawa hanya sebesar 7,8% sedangkan 92,2% selebihnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam peneitian ini.
BAB V PEMBAHASAN A. Model Pembelajaran Cooperative Learning di SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang Cooperative learningadalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (studend oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.70 Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan berbagai usia. Model pembelajaran cooperative learningtidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learningyang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.71 Model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative
70 Isjoni, Cooperative Learning (Efektifitas Pembelajaran Kelompok), (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 16 71 Anita Lie, Cooperative Learning (mempraktikkan Cooperative Learning di ruangruang kelas), (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), hlm. 29
95
96
learning dengan benar-benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.72 Dengan demikian dari hasil penelitian menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner yang disebarkan kepada responden sebanyak 72 siswa (siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang) yang kemudian diolah menjadi data primer, diperoleh hasil motivasi belajar siswa yakni yang termasuk kriteria buruk sekali sebanyak 0 siswa atau 0%, termasuk dalam kriteria buruk sebanyak 0 siswa atau 0%, termasuk dalam kriteria cukup sebanyak 0 siswa atau 0%, termasuk dalam kriteria baik sebanyak 24 siswa atau 33,33%, dan yang termasuk dalam kriteria baik sekali sebanyak 48 siswa atau 66,66%. Dari data yang telah dipaparkan diatas menunjukkan bahwa dalam kriteria baik sekali sebanyak 66,66%, kriteria baik sebanyak 33,33%. Maka dapat diperoleh hasil angket model pembelajaran Cooperative Learning siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” ini memiliki rata-rata berada pada kriteria baik sekali. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran cooperative learning telah diterapkan dengan baik di sekolah tersebut, yaitu dengan adanya sistem pembelajaran secara gotong-royong atau kerja sama team. Metode yang digunakan dalam penerapan cooperative learning juga beragam seperti metode jigsaw, make a match, listening team, dan lain sebagainya. Dimana dalam setiap metodenya siswa dituntut untuk saling 72
Anita Lie, Cooperative Learning (mempraktikkan Cooperative Learning di ruangruang kelas), (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), hlm. 29
97
bekerja sama dalam mengerjakan tugas agar mencapai hasil yang maksimal. B. Motivasi Belajar Basa Jawa Siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan Mc. Donald ini mengandung 3 elemen penting: 4. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. 5. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/”feeling”, afeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah-laku manusia. 6. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respons dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi
memang
muncul
dari
dalam
diri
manusia,
tetapi
kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsure lain,
98
dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut soal kebutuhan.73 Motivasi itu ialah merupakan suatu proses yang dapat membimbing anak –anak didik kita ke arah pengalaman-pengalaman, dimana kegiatan belajar itu dapat berlangsung. Proses yang dapat memberikan kepada anakanak didik kita itu kekuatan dan aktivitas serta memberikan kepadanya kewaspadaan yang memadai. Pada suatu saat mengarahkan perhatian mereka terhadap suatu tujuan.74 Motivasi memiliki dua komponen, yakni komponen dalam (inner component), dan komponen luar (outer component). Komponen dalam ialah perubahan dalam diri seseorang, keadaan merasa tidak puas, dan ketegangan psikologis. Komponen luar ialah apa yang diinginkan seseorang, tujuan yang menjadi arah kelakuannya. Jadi, komponen dalam ialah kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan, sedangkan komponen luar ialah tujuan yang hendak dicapai.75 Kemudian berdasarkan data yang telah diolah menjadi frekuensi, diperoleh hasil angket tentang motivasi belajar Basa Jawa adalah termasuk dalam kriteria buruk sekali sebanyak 0 siswa atau 0%, termasuk dalam kriteria buruk sebanyak 0 siswa atau 0%, termasuk dalam kriteria cukup sebanyak 1 siswa atau 1,38%, termasuk dalam kriteria baik sebanyak 11
73 Sardiman A.M., Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1986), hlm. 73-74 74 Balnadi Sutadipura, Aneka Problema Keguruan, (Bandung: Angkasa, 1997), hlm. 114 75 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hlm. 159
99
siswa atau 15,27%, dan yang termasuk dalam kriteria baik sekali sebanyak 60 siswa atau 83,33%. Dari data yang telah dipaparkan diatas menunjukkan motivasi belajar basa jawa dalam kriteria baik sekali sebanyak 83,33%, kriteria baik sebanyak 15,27%, dan kriteria cukup sebanyak 1,38%. Maka dapat diperoleh hasil motivasi belajar Basa Jawa siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” ini memiliki rata-rata berada pada kriteria baik sekali. Sehingga siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang dapat dikatakan memiliki motivasi belajar basa jawa yang baik, hal ini dibuktikan dari distribusi frekuensi yang telah diolah dari data angket ke dalam bentuk prosentase. Dalam kegiatan pembelajaran siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi baik itu motivasi yang berupa dorongan instrinsik (dari dalam) maupun ekstrinsik (dari luar). Untuk meningkatkan motivasi siswa guru juga menggunakan berbagai metode, strategi, dan teknik pembelajaran serta media pembelajaran yang menarik agar siswa tidak bosan selama kegiatan belajar mengajar. C. Pengaruh Model Pembelajaran Cooperative Learning terhadap Motivasi Belajar Basa Jawa Siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang Menurut Prastya Irawan dkk. Mengutip hasil penelitian Fyan dan Maehr bahwa dari tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah dan motivasi, maka
100
faktor terakhir merupakan faktor yang paling baik. Walberg dkk menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36%, sedangkan McClelland menunjukkan bahwa motivasi berprestasi mempunyai kontribusi sampai 64% terhadap prestasi belajar. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada korelasi signifikan antara motivasi dan belajar. Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi.76 Selanjutnya
menurut
Sharan
(1990),
siswa
yang
belajar
menggunakan metode Cooperative Learning akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Cooperative Learning
juga
meningkatkan
menghasilkan kemampuan
peningkatan
berpikir
kritis,
kemampuan
akademik,
membentuk
hubungan
persahabatan, menimba berbagai informasi, belajar menggunakan sopansantun, meningkatkan motivasi siswa, memperbaiki sikap terhadap sekolah dan belajar mengurangi tingkah laku yang kurang baik, serta membantu siswa dalam menghargai pokok pikiran orang lain (Johnson, 1993).77 Sehingga pada penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh signifikan dari
hasil
analisis
regresi
sederhana
yang dilakukan
menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara variabel model
76 Agus Suprijono, Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM), (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 162 77 Isjoni, Cooperative Learning (Efektifitas Pembelajaran Kelompok), (Bandung: Alfabeta, 2009), hlm. 23-24
101
pembelajaran Cooperative Learning terhadap motivasi belajar siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang. Berdasarkan output diatas menghasilkan thitung sebesar 0,822 jika diubah ke dalam prosentase menjadi 8,22% dengan taraf signifikansi sebesar 5%. Dapat disimpulkan bahwa t hitung ≥ t tabel atau 8,22% 5% maka H0 ditolak artinya signifikan, yang menunjukkan adanya pengaruh model pembelajaran Cooperative Learning terhadap motivasi belajar Basa Jawa siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang yang cukup signifikan. Namun diketahui dari koefisien korelasi yang dihitung dengan menggunakan program SPSS menghasilkan output sebesar 0,279 dengan R Square sebesar 7,8%. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh model pembelajaran Cooperative Learning terhadap motivasi belajar Basa Jawa hanya sebesar 7,8% sedangkan 92,2% selebihnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam peneitian ini. Hal ini bisa dikatakan sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sharan (1990), yaitu siswa yang belajar menggunakan metode Cooperative Learning akan memiliki motivasi yang tinggi karena didorong dan didukung dari rekan sebaya. Pernyataan tersebut dibuktikan dari uji signifikansi yang telah dilakukan menghasilkant hitung ≥ t tabel atau 8,22% 5% maka H0 ditolak artinya signifikan. Akan tetapi diketahui bahwa dari koefisien korelasi yang telah dihitung dengan menggunakan program SPSS menghasilkan output sebesar 0,279 dengan R Square sebesar 7,8%,
102
yang menunjukkan pengaruh cooperative learning terhadap motivasi belajar hanya sedikit yaitu 7,8% berpengaruh.
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh model pembelajaran Cooperative Learning terhadap motivasi belajar Basa Jawa siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang, maka dapt disimpulkan: 1.
Motivasi belajar Basa Jawa siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang dikategorikan sangat baik. Hal ini dibuktikan dari pengolahan hasil angket dengan menggunakan kelas interval berupa prosentase yaitu kategori baik sekali sebanyak 83,33% atau sebanyak 60 siswa.
2.
Model pembelajaran Cooperative Learning yang digunakan sekolah ini juga tergolong
di
sangat baik. Hal ini terbukti dari
pengolahan hasil angket dengan menggunakan kelas interval berupa prosentase yaitu kategori baik sekali sebanyak 66,66% atau sebanyak 48 siswa. 3.
Dari analisis uji regresi linier sederhana didapat besarnya nilai korelasi/ hubungan (R) yaitu sebesar 0,279 dan dijelaskan besarnya prosentase pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yang disebut koefisien determinasi (R2) sebesar 0,078, yang mengandung pengertian bahwa pengaruh variabel bebas (Trust) terhadap variabel terikat (Partisipasi) adalah sebesar 7,8%. Jadi cooperative learning
103
104
hanya berpengaruh 7,8% terhadap
motivasi belajar siswa, sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain. B. Saran Bagi lembaga pendidikan, temuan ini bisa menjadi koreksi apa saja kekurangan yang terdapat pada sistem pembelajaran di sekolah, bukan hanya itu lembaga pendidikan SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang juga bisa mengetahui pengaruh model pembelajaran Cooperative Learning terhadap motivasi belajar Basa Jawa yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Penggunaan model, metode, strategi, dan teknik pembelajaran sebaiknya lebih ditingkatkan lagi, karena jika hanya dengan menggunakan satu model pembelajaran saja maka yang terjadi adalah siswa menjadi bosan dan merasa tidak tertantang untuk mengikuti kegiatan pembelajaran. Sebaliknya jika model pembelajaran yang digunakan sudah sesuai maka akan memberikan dampak yang baik pula terhadap motivasi belajar siswa SD Muhammadiyah 09 “Panglima Sudirman” Malang.
105
DAFTAR PUSTAKA Anisahbasleman, Syamsumappa. 2011. Teori Belajar Orang Dewasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Arikunto, Suharsimi. 2005.Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta -------. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002 Azwar, Saifuddin. 2008. Reabilitas dan Validitas. Jogjakarta: Pustaka Belajar Djamarah,Syaiful Bahri. 2010.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta -------. 1994. prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.Surabaya: Usaha Nasional, 1994 Duwi Consultant. Analisis Korelasi Sederhana.(http: www.duwiconsultant.blogspot.com, diakses 06 September 2016 jam 15.35 wib) E.Slavin, Robert. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media Ghony, Djunaidi. 2008.Metodologi Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif… Hamalik, Oemar. 2007. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara -------. 2001.Proses Belajar Mengajar.Jakarta: PT. Bumi Aksara Haryadi Sarjono dan Winda Julianita. 2011. SPSS Vs Liseral: Sebuah Pengantar, Aplikasi Untuk Riset. Jakarta: Salemba Empat http://www.emiartikel.blogspot.com, Dikutip pada hari kamis tanggal 24 maret 2016 jam 10.20 https://dedi26.blogspot.com, dikutip pada hari kamis tanggal 24 maret 2016 jam 10.20 Isjoni. 2009. Cooperative Learning (Efektifitas Pembelajaran Kelompok). Bandung: Alfabeta Iskandar. 2009.Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial. Ciputat: GP Press Lie, Anita. 2002.Cooperative Learning (mempraktikkan Cooperative Learning di ruang-ruang kelas). Jakarta: PT. Grasindo Media Pembinaan Pendidikan Kakanwil Depdikbud Provinsi Jawa Timur, NO. 94. Februari 1998 Mulyana. 2008.Bahasa dan Sastra Daerah Dalam Kerangka Budaya. Yogyakarta: TIARA WACANA Rembangy, Mustofa. 2010. Pendidikan Transformatif: Pergulatan Kritis Merumuskan Pendidikan di Tengah Pusaran Arus Globalisasi. Yogyakarta: Teras Santoso, Singgih. 2001.Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Sardiman A.M. 1986.Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
106
Subana, dkk, 2005. Statistik Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia Sudijono, Anas. 2008.Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Sugiyono. 2002.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV alfabeta Suprijono, Agus. 2009.Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi PAIKEM). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sutadipura, Balnadi. 1997.Aneka Problema Keguruan. Bandung: Angkasa Triton, SPSS 13. . 2006. Terapan, (Riset Statistik Parameterik). Yogyakarta: Andi Yogyakarta Triyono. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Ombak Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Wahidmurni. 2008.Cara Mudah Menulis Proposal dan Laporan Penelitian Lapangan. Malang: UM Press Wibowo, Heny Agung. 2016. “Analisis Status Sosial Ekonomi, Citra Perguruan Tinggi, dan Kesempatan Kerja Terhadap Keputusan Studi Lanjut ke Perguruan Tinggi pada Siswa-Siswi Kelas XII MAN Jombang Tahun Pelajaran 2015-2016”, Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Lampiran I: Daftar Nama Siswa Sebagai Responden No.
Nama Siswa
Kelas
Jenis Kelamin
1.
Aulia Az Zahra
1A
P
2.
Bunga Nuraisyah
1A
P
3.
Bella Esvandari
1A
P
4.
Abil Nizar Kamil
1B
L
5.
Doni Syahputra
1B
L
6.
Rafi Az-Zaki
1B
L
7.
Atar
1C
L
8.
Carissa Puteri
1C
P
9.
Cholif
1C
L
10.
Aqila
1D
P
11.
Ardiansyah
1D
L
12.
Bayu Putra
1D
L
13.
Aufania
2A
P
14.
Daniyah A.
2A
P
15.
Lubnashina
2A
P
16.
Abdul Falah Eka Cahya
2B
L
17.
Dany Fayyadh Zhafar
2B
L
18.
Faris Hazmi
2B
L
19.
Afifah Qolbi
2C
P
20.
Anindya Fauziah
2C
P
21.
Zakariya
2C
L
22.
Ahwas Farid
2D
L
23.
Claresta Bela
2D
P
24.
Farzana Nur Khalifa
2D
P
25.
Abimanyu Wicaksono
3A
L
26.
Riski Ramadhana
3A
L
27.
Wahyu Gilang
3A
L
28.
Beryl
3B
L
29.
Editya Apriliani
3B
P
30.
Zaskia Putri
3B
P
31.
Almira Kayyisah Anam
3C
P
32.
Imaningtyas
3C
P
33.
Muhammad Abi Rafdi
3C
L
34.
Andriana Dwi Yunita
3D
P
35.
Indri Kumala Wati
3D
P
36.
Yunara Cahya
3D
P
37.
Nadia Ernanda
4A
P
38.
Putri Asmaul Husna
4A
P
39.
Depri Satriawan
4A
L
40.
Muhammad Rifa’i
4B
L
41.
Mustofa Ahmad
4B
L
42.
Trisa Azanima
4B
P
43.
Putra Riawana
4C
L
44.
Risa Dwi Yanti
4C
P
45.
Sandrita
4C
P
46.
Ardhelya Vasthy
4D
P
47.
Jaduk Sadewa
4D
L
48.
Ruby Adawiyah
4D
P
49.
Afanin Nabilah
5A
P
50.
Anna Musyarofah
5A
P
51.
Teguh Wibowo
5A
L
52.
Adzkia Ulul Azmi
5B
L
53.
Muhammad Damario Alfath
5B
L
54.
Nofita Zuhrina
5B
P
55.
Devi Nurma
5C
P
56.
Febryan Nugraha
5C
L
57.
Husnul Khotimah
5C
P
58.
Abimanyu
6A
L
59.
Alifia Alamandha
6A
P
60.
Chusniah Sabilah
6A
P
61.
Kamila Wardi
6A
P
62.
Nur Hidayah Daud
6A
P
63.
Rani Rahmawati
6A
P
64.
Yana Maulida
6A
P
65.
Zulfikar
6A
L
66.
Amanda Pasya
6B
P
67.
Anindha Lazuardhi
6B
L
68.
Clara Oktaviani
6B
P
69.
Galang Refangga
6B
L
70.
M. Akbar Maulana
6B
L
71.
Rizki Ramadan Hari Putra
6B
L
72.
Sabrina Lunetta
6B
P
Lampiran II: Angket Model Pembelajaran Cooperative Learning Responden Uji Coba Nama
:
No. Absen
:
Kelas
:
Hari/tanggal
:
Aturan menjawab angket: 1. Pada angket ini terdapat 15 butir pernyataan. Berilah jawaban yang benarbenar cocok dengan pilihanmu. 2. Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban dari pernyataan lain maupun teman lain. 3. Catat tanggapan kamu pada lembar jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda check (√) sesuai ketrangan pilihan jawaban. Keterangan pilihan jawaban: SS
= Sangat Setuju
S
= Setuju
CS
= Cukup Setuju
KS
= Kurang Setuju
TS
= Tidak Setuju SKOR
NO
PERNYATAAN SS
1.
Saya selalu ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh guru
2.
Saya dan teman kelompok membagi tugas kepada masing-masing anggota kelompok agar tugas cepat selesai
3.
Saya bertukar pendapat dengan teman sekelompok untuk memecahkan suatu masalah
S
CS
KS
TS
4.
Ketika mengerjakan tugas secara berkelompok, saya menyelesaikannya dengan baik
5.
Saya mengerjakan tugas yang telah dibagi oleh kelompok dengan sungguh-sungguh agar tugas kelompok selanjutnya bisa dikerjakan
6.
Saya membantu teman kelompok yang belum selesai mengerjakan tugas yang telah dibagi agar selesai tepat waktu
7.
Ketika berdiskusi, saya dan teman kelompok berbicara membahas tugas yang diberikan guru
8.
Saya dan teman kelompok berdiskusi memecahkan masalah atau tugas dari guru
9.
Ketika berdiskusi, saya mengutarakan pendapat dan meminta pendapat dari teman kelompok saya yang lain
10.
Saya mendengarkan pendapat dari anggota kelompok yang lain
11.
Saya selalu berpartisipasi dalam kegiatan berkelompok
12.
Saya menyanggah pendapat teman jika saya rasa kurang benar
13.
Ketika tugas kelompok telah selesai, saya dan teman kelompok mengoreksi bersama hasil kerja kami
14.
Saya dan teman kelompok membahas kembali hasil dikusi yang telah dilakukan
15.
Saya dan seluruh anggota melakukan perbaikan kelompok agar berjalan lebih baik
untuk
Lampiran III: Angket Motivasi Siswa Responden Uji Coba Nama
:
No. Absen
:
Kelas
:
Hari/tanggal
:
Aturan menjawab angket: 4. Pada angket ini terdapat 15 butir pernyataan. Berilah jawaban yang benarbenar cocok dengan pilihanmu. 5. Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban dari pernyataan lain maupun teman lain. 6. Catat tanggapan kamu pada lembar jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda check (√) sesuai ketrangan pilihan jawaban. Keterangan pilihan jawaban: SS
= Sangat Setuju
S
= Setuju
CS
= Cukup Setuju
KS
= Kurang Setuju
TS
= Tidak Setuju SKOR
NO
PERNYATAAN SS
1.
Saya selalu aktif mengikuti pembelajaran basa jawa
2.
Saya bergurau dan bercerita dengan teman pada saat pembelajaran basa jawa
3.
Saya selalu mengerjakan tugas basa jawa yang diberikan oleh guru dengan sungguh-sungguh
4.
Jika ada soal yang sulit maka saya tidak akan mengerjakannya
S
CS
KS
TS
5.
Saya selalu memperhatikan guru ketika menjelaskan materi pelajaran basa jawa
6.
Saya aktif mengikuti pembelajaran basa jawa dengan senang hati
7.
Saya mengikuti pembelajaran basa jawa dengan terpaksa
8.
Saya mengerjakan tugas basa jawa yang diberikan guru secara mandiri
9.
Jika jawaban saya berbeda dengan teman maka saya akan mengganti jawaban saya sehingga sama dengan jawaban teman
10.
Dalam mengerjakan tugas maupun soal Basa Jawa saya mencontoh milik teman
11.
Orang tua membimbing dan membantu saya jika ada materi basa jawa yang belum saya mengerti
12.
Orang tua melengkapi fasilitas belajar saya dengan nyaman
13.
Orang tua melarang untuk belajar dan menyuruh saya untuk selalu mengerjakan pekerjaan rumah seperti: menyapu, mencuci, mengepel
14.
Saya selalu bertanya kepada guru tentang hal yang belum saya pahami agar saya dapat menyelesaikan tugas dari guru
15.
Saya hanya diam pada saat mata pelajaran basa jawa karena menurut saya basa jawa adalah pelajaran yang sulit
Lampiran IV: Angket Variabel X dan Y Responden Asli Cooperative Learning Nama
:
No. Absen
:
Kelas
:
Hari/tanggal
:
Aturan menjawab angket: 1. Pada angket ini terdapat 15 butir pernyataan. Berilah jawaban yang benarbenar cocok dengan pilihanmu. 2. Jawabanmu jangan dipengaruhi oleh jawaban dari pernyataan lain maupun teman lain. 3. Catat tanggapan kamu pada lembar jawaban yang tersedia dengan memberikan tanda check (√) sesuai ketrangan pilihan jawaban. Keterangan pilihan jawaban: SS
= Sangat Setuju
S
= Setuju
CS
= Cukup Setuju
KS
= Kurang Setuju
TS
= Tidak Setuju SKOR
NO
PERNYATAAN SS
1.
Saya selalu ikut serta dalam mengerjakan tugas kelompok yang diberikan oleh guru
2.
Saya dan teman kelompok membagi tugas kepada masing-masing anggota kelompok agar tugas cepat selesai
3.
Saya bertukar pendapat dengan teman sekelompok
S
CS
KS
TS
untuk memecahkan suatu masalah 4.
Ketika mengerjakan tugas secara berkelompok, saya menyelesaikannya dengan baik
5.
Saya mengerjakan tugas yang telah dibagi oleh kelompok dengan sungguh-sungguh agar tugas kelompok selanjutnya bisa dikerjakan
6.
Saya membantu teman kelompok yang belum selesai mengerjakan tugas yang telah dibagi agar selesai tepat waktu
7.
Ketika berdiskusi, saya dan teman kelompok berbicara membahas tugas yang diberikan guru
8.
Saya dan teman kelompok berdiskusi memecahkan masalah atau tugas dari guru
9.
Ketika berdiskusi, saya mengutarakan pendapat dan meminta pendapat dari teman kelompok saya yang lain
10.
Saya mendengarkan pendapat dari anggota kelompok yang lain
11.
Saya selalu berpartisipasi dalam kegiatan berkelompok
12.
Saya menyanggah pendapat teman jika saya rasa kurang benar
13.
Ketika tugas kelompok telah selesai, saya dan teman kelompok mengoreksi bersama hasil kerja kami
14.
Saya dan teman kelompok membahas kembali hasil dikusi yang telah dilakukan
15.
Saya dan seluruh anggota melakukan perbaikan kelompok agar berjalan lebih baik
untuk
Motivasi Belajar SKOR NO
PERNYATAAN SS
1.
Saya mengikuti pembelajaran basa jawa dengan bersungguh-sungguh
2.
Saya mengobrol dengan teman sebangku pada saat pembelajaran basa jawa
3.
Saya selalu mengerjakan tugas basa jawa yang diberikan oleh guru dengan sungguh-sungguh
4.
Jika ada soal yang sulit maka saya tidak akan mengerjakannya
5.
Saya selalu memperhatikan guru ketika menjelaskan materi pelajaran basa jawa
6.
Saya dengan senang hati mendengarkan penjelasan guru tentang materi basa jawa
7.
Saya mengikuti pembelajaran basa jawa dengan terpaksa
8.
Saya mengerjakan sendiri tugas basa jawa yang diberikan oleh guru
9.
Jika jawaban saya berbeda dengan teman maka saya akan mengganti jawaban saya sehingga sama dengan jawaban teman
10.
Dalam mengerjakan tugas basa jawa saya mencontoh milik teman
11.
Orang tua membimbing dan membantu saya jika ada materi basa jawa yang belum saya mengerti
12.
Orang tua melengkapi fasilitas belajar saya dengan nyaman
S
CS
KS
TS
13.
Orang tua melarang untuk belajar dan menyuruh saya untuk selalu mengerjakan pekerjaan rumah seperti: menyapu, mencuci, mengepel
14.
Saya selalu bertanya kepada guru tentang hal yang belum saya pahami agar saya dapat menyelesaikan tugas dari guru
15.
Saya selalu diam pada saat pembelajaran basa jawa karena saya tidak memahami tentang pelajaran basa jawa
Lampiran V: Data Mentah Angket Responden Uji Coba Variabel Cooperative Learning Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
X1 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5
X2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5
X3 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5
X4 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5
X5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5
X6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5
X7 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5
X8 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5
X9 4 5 5 5 5 5 5 3 5 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5
X10 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5
X11 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 4 5 5 4 4 5 4 4 5 5 5 5 5
X12 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5
X13 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5
X14 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5
X15 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 3 5 5 5 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5
25 26 27 28 29 30
4 5 4 5 4 5
4 5 4 5 4 5
3 5 4 5 4 5
3 5 4 5 4 5
5 5 4 5 4 5
3 5 4 5 4 4
4 5 4 5 4 5
4 5 4 4 4 4
5 5 4 4 4 5
5 5 4 4 4 4
5 5 4 4 4 4
5 5 4 4 4 5
5 5 4 5 4 5
5 5 4 5 4 5
5 5 4 5 4 5
Lampiran VI: Data Mentah Angket Responden Uji Coba Variabel Motivasi Belajar Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
X1 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 3 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5
X2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 3 1 5 5
X3 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 3 5
X4 5 5 5 4 5 2 5 5 4 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 1 5 5 5
X5 5 4 4 4 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 1 5 5 5
X6 5 5 5 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5
X7 5 5 3 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 3 5 2 5 5 5 3 5 4 5
X8 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 2 5
X9 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 4 3 5 5 5 1 5 4 5
X10 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5
X11 5 5 5 3 5 4 5 4 4 5 5 4 5 5 3 4 4 5 5 5 1 5 5 5
X12 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5
X13 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 5 4
X14 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 3 5 5 5 5 5 3 5 5 5
X15 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 3 4 5 5 5 5 5 5 5 4
25 26 27 28 29 30
4 4 5 5 5 5
4 5 4 5 5 5
3 4 4 5 5 5
5 5 5 5 1 5
4 5 4 5 2 5
5 5 5 5 4 5
4 5 4 5 2 5
5 5 5 5 5 5
4 4 4 4 4 5
4 5 5 5 4 5
5 4 4 4 4 5
5 5 5 5 4 5
4 4 4 5 4 5
5 5 5 4 5 5
5 4 4 5 5 5
Lampiran VII: Surat Izin Penelitian
Lampiran VIII : Surat Bukti Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran IX : Bukti Konsultasi
Lampiran X: Foto-foto Dokumentasi
Uji coba angket:
Penyebaran angket responden asli:
128
Daftar Riwayat hidup
Nama : Emy Junaidah NIM
: 12140082
TTL
: Kutai Kartanegara, 24 Mei 1994
Alamat: Jl. Ir. Soekarno 15 Muara Jawa Kukar Telp
: 082242298991
Nama Orang tua/wali Ayah : Sutrisno Ibu
: Sri Hartini
Riwayat Pendidikan: a. Pendidikan Formal 2001-2006
: Sekolah Dasar Negeri 008 Muara Jawa
2007-2009
: Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Muara Jawa
2010-2012
: Madrasah Aliyah Asy-Syifa Balikpapan
2012
: Masuk Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
b. Pendidikan Non Formal 1. TK/TPA Mujahidin Muara Jawa 2. Ma’had Sunan Ampel Al-Aly (MSAA) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang