BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki pertumbuhan tertinggi dalam beberapa tahun terakhir dengan tingkat pertumbuhandi atas 6% dalam pada tahun 2010 – 2012 (BPS) .Salah satu hal yang mendasari keberhasilan ini adalah keberhasilan Indonesia dalam menjaga kondisi makroekonominya. Beberapa indikator utama antara lain kurs mata uang USD yang terkendali berkisar pada 8.500 – 9,500 pada 2011-2012, suku bunga BI Rate yang terkendali antara 6.5% hingga 5.75% selama 2011-2012 serta tingkat inflasi yang single digit dan terkendali pada level 7% hingga 4.5% dari 2011-2012.
PDB Indonesia 2004 - 2011 90.93%
9.07%
2004
91.69%
8.31%
2005
92.74%
92.22%
7.78%
2006
93.48%
93.14%
7.26%
2007 PDB Non Migas
6.86%
2008
6.52%
2009
93.83%
6.17%
2010
94.26%
5.74%
2011
PDB Migas
Gambar 1.1 PDB Indonesia 2004 -2011 (Sumber: BPS)
Salah satu industri yang memiliki pertumbuhan yang menonjol adalah industri telekomunikasi dimana pada tahun 2004 memiliki kontribusi 2.3% pada PDB non Migas menjadi 6.4% pada tahun 2011. Peningkatan ini dikarenakan sektor telekomunikasi merupakan salah satu jasa yang menjadi konsumsi warga Indonesia dimana saat ini penduduk Indonesia rela 1
mengalokasikan 11% dari pendapatannya untuk kebutuhan ini (sesuai dengan hasil penelitian MarkPlus yang diapaparkan dalam acara The Borderless World of Communication, 2011). Ini menyebabkan industry telekomunikasi tumbuh rata-rata sebesar 23% secara rata-rata per tahunnya dari 2004 hingga 2011.
Gambar 1.2 PDB Indonesia 2004 -2011 per Lapangan Usaha (Sumber: BPS)
Untuk menjaga pertumbuhan tersebut, setiap perusahaan didalamnya ingin memberikan yang terbaik bagi pelanggannya dengan memberikan produk paling inovatif dan sesuai dengan kebutuhan pelanggannya. Namun demikian dalam prakteknya hal ini lebih rumit dari yang disebutkan sebelumnya. Menurut Kasali (2011), peningkataan peneterasi internet serta peningkatan pendapatan per kapita penduduk Indonesia menyebabkan timbulnya generasi C di Indonesia. Generasi ini memiliki beberapa ciri-ciri antara lain mudah berubah, sangat mengenal teknologi informasi (pintar), danmandiri. Hal ini juga tercermin dari peningkatan kedinamisan terhadap keinginan pelanggan. Untuk menghadapi permintaan yang dinamis di masyarakat ini maka perusahaan-perusahaan harus dapat melakukan perubahan sewaktu-waktu pada saat yang
2
diperlukan. Fenomena ini menyebabkan proses perencanaan dan penganggaran menjadi sangat rumit. Hal ini senada dengan analisis periset dari Price Waterhouse Cooper (2011), perkembangan industri telekomunikasi yang sangat tinggi di beberapa tahun terakhir menyisakan suatu masalah yaitu terjadinya kesalahan alokasi anggaran investasi modal (capital expenditure) serta adanya penurunan pertumbuhan dari anggaran investasi modal. Hal ini terlihat dari menurunnya produktivitas aset tetap (fixed asset turnover) dalam menghasilkan keuntungan operasi di perusahaan Telekomunikasi terbesar (Telkom, Indosat, Excellcomindo, Smartfren dan Bakrie Telecom) yang tercatat di BEI pada periode 2009 sampai dengan 2011.
Gambar 1.3 Tren Produktivitas aset tetap Perusahaan Telekomunikasi di BEI (Sumber: Bloomberg)
Melihat tren di atas, operator telekomunikasi indonesia harus khawatir bahwa industri ini akan mengalami penurunan akibat dari pengalokasian sumber daya perusahaan khususnya investasi modal yang tidak menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Untuk melihat efektifitas kebijkan investasi modal dalam suatu perusahaan, beberapa penelitian sebelumnya melihat bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan investasi modal perusahaan antara lain: kinerja operasi, kebijakan dividen, aktivitas pendanaan, dan future 3
investment opportunity signal dari pasar saham (Beatty et. al., 1997; Bolbol et. al., 2005; Morcket. al., 1990; Penman, 1996; Welch et. al., 2000). Berdasarkan penelitian sebelumnya disimpulkan bahwa pendapatan, pendapatan operasi, pendapatan bersih dan aliran kas operasi merefleksikan permintaan masa kini (presumably future) dari produk perusahaan dan merupakan ukuran profitabilitas pengeluaran modal yang telah dilakukan (Morcket. al., 1990). Di lain pihak, Bolbol et al. (2005) dengan menggunakan sampel pada beberapa perusahaan yang terdaftar di lima pasar saham Arab membuktikan secara empiris bahwa tidak terdapat pengaruh dari aliran kas operasi terhadap pengeluaran modal perusahaan. Penelitian tersebutmengasumsikan kemungkinan telah terjadi trade-off dari manajer perusahaan antara mengeluarkan dividen dan mengeluarkan investasi (pengeluaran modal) yang perlu diteliti lebih lanjut. Terdapat beberapa pandangan yang berseberangan berkenaan pola hubungan antara dividen dan investasi (pengeluaran modal). Modigliani dan Miller (1961) beranggapan bahwa pengeluaran modal perusahaan tidak dipengaruhi oleh kebijakan dividen perusahaan dikarenakan keputusan pengeluaran modal perusahaan adalah keputusan alokasi sumber daya ekonomi terlepas dari sumber pendanaan pengeluaran modal tersebut. Sumber pendanaan akan menentukan struktur modal dan kebijakan dividen perusahaan (Ross et. al., 2010). Pandangan lain berasumsi bahwa terdapat dua pola hubungan antara dividen dan pengeluaran modal perusahaan yang antara lain dividen bersifat komplementari dan dividen bersifat subtitusi atas pengeluaran modal (Beatty et. al., 1997; Welch et. al., 2000). Pandangan subtitusi berasumsi bahwa perusahaan memiliki cash yang terbatas dari transaksi internalnya maka perusahaan tersebut harus memilih antara membayar dividen atau berinvestasi. Pada pandangan ini, manajer akan memilih untuk berinvestasi dibandingkan dengan memberikannya kepada pemegang 4
saham. Sedangkan pandangan komplementari berasumsi bahwa perusahaan memiliki kelebihan cash dari transaksi internalnya sehingga manajer dapat melakukan keduanya dengan mendahulukan investasi. Pada pandangan ini, manajer akan memilih ivestasi yang sesuai dengan imbal hasil yang diinginkan (meet the requirement) dan jika tidak ada lagi investasi yang sesuai maka excess resource yang ada akan diberikan ke pemegang saham sebagai dividen (Beatty et. al., 1997; Morcket. al., 1990; Welch et. al., 2000). Faktor lain yang digunakan oleh manajer perusahaan dalam pengambilan keputusan pengeluaran
modal
perusahaan
adalah
aktivitas
pendanaan
dan
future
investment
opportunitysignal (Bolbol et. al., 2005; Morcket. al., 1990). Penelitian tersebut mengungkapkan peran dari pasar saham sebagai pemberi sinyal kepada manajer perusahaan atas kesempatan investasi masa depan yang ada (future investment opportunity signal) dan peran eksternal perusahaan dalam memfasilitasi pendanaan melalui biaya pendanaan perusahaan. Modigliami dan Miller (1958, 1963) berpandangan bahwa keputusan pengeluaran modal yang optimal tidak dipengaruhi oleh pendanaan dari pengeluaran modal tersebut dikarenakan manajer memilih suatu pengeluaran modal berdasarkan potensi keuntungan pengeluaran modal tersebut dimasa depan. Namun demikian, aktivitas pendanaan akan mempengaruhi biaya modal perusahaan dan hal tersebut adalah salah satu faktor dalam proses evaluasi suatu pengeluaran modal dalam penganggaran modal. Jika hasil evaluasi proyek pengeluaran modal memberikan nilai NPV (Net Present Value) yang positif atau negatif maka pada tingkatdiscount rate (biaya modal) tertentu, suatu proyek dapat diterima atau ditolak (Kohet. al., 2014). Lebih jauh lagi, pengambilan keputusan pengeluaran modal perusahaan juga dipengaruhi oleh future investment opportunity signal. Pasar saham diekspektasikan mengirimkan informasi
5
kepada manajer (agent) perusahaan atas semua potensi investasi yang dihadapi perusahaan (Bolbol et. al., 2005; Morcket. al., 1990). Nilai suatu perusahaan akan ditentukan oleh investor di pasar saham melalui kemampuan menghasilkan laba perusahaan baik dimasa lalu, sekarang, dan masa depan (Ross et. al., 2010). Future investment opportunity signaldiukur menggunakanprice to earning ratio (PER) yang menggambarkan besaran dari ekspektasi masa depan perubahan suatu perusahaan (corporate growth) yang diduga menjadi informasi bagi manajer perusahaan dalam pengambilan keputusan investasi (Penman, 1996). Untuk menanggulangi kemungkinan inkonsistensi perlakuan akuntansi dari denumerator price to earning ratio (PER) yaitu laba bersih, penelitian ini menggunakan price to aliran kas operasi sebagai alternatif pengukuran (CFA Program Curriculum vol.3, 2009). Uraian teori di atas menggambarkan bahwa kebijakan investasi merupakan suatu yang kompleks karena dipengaruhi oleh banyak hal. Namun demikian kebijakan investasi menjadi suatu hal yang sangat penting untuk memenangkan persaingan dan memberikan competitive advantage perusahaan khususnya pada industri padat modal seperti industri telekomunikasi. Berdasarkan data 2004 – 2012 industri telekomunikasi indonesia mengalami pertumbuhan yang sangat tinggi namun tidak dibarengi dengan kebijakan investasinya. Hal ini terlihat pada grafik tren tahun 2004 -2012 antara pengeluaran capex dan pendapatan bersih arus kas operasi (cashflow operation (CFO)) dibawah ini.
6
Gambar 1.4. Grafik Tren Pengeluaran Investasi (Capex) dan Arus Kas Operasi (CFO) Perusahaan Telekomunikasi di BEI periode 2004 – 2012 (Sumber: Datastream Reuters) Grafik di atas menunjukkan bahwa pada periode 2004 – 2007 terdapat hubungan berbanding lurus antara pertumbuhan investasi dengan pendapatan perusahaan telekomunikasi Indonesia. Ini menunjukkan bahwa semakin besar investasi yang dikeluarkan semakin baik kinerja perusahaan. Pertumbuhan investasi disebabkan adanya tren penggunaan teknologi CDMA dengan harga yang jauh lebih murah dari teknologi GSM yang telah dikeluarkan lebih dulu. Pada periode tahun 2008 – 2012 terjadi perubahan tren dimana pertumbuhan investasi tidak lagi berbanding lurus terhadap pertumbuhan pendapatan perusahaan. Hal ini terjadi karena perusahaan-perusahaan yang menggunakan CDMA (Bakrie Telecom, Fren) sulit bersaing dengan perusahaan berbasis teknologi GSM (Telkom, Indosat & XL) yang menurunkan harga jasanya. Fenomena ini merupakan kelanjutan dari adanya peningkatan kompetisi khususnya persaingan harga di perusahaan berbasis teknologi GSM dengan kualitas layanan yang lebih baik dan jangkauan yang lebih besar. Berdasarkan uraianteori dan fenomena industri telekomunikasi Indonesia tersebut peneliti ingin menguji faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan investasi modal perusahaan di industri telekomunikasi di Indonesia. Hal ini menarik bagi peneliti mengingat manajemen investasi modal yang efektif dan efisien dapat menjadicompetitive advantage bagi perusahaan 7
untuk medukung pertumbuhan perusahaan pada saat pertumbuhan industri mengalami penurunan akibat adanya peningkatan persaingan dikarenakan perang harga dan masuknya pesaing baru. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan di atas maka penelitian ini merumuskan masalah penelitan yaitu faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kebijakan manajemen investasi modal yang dilakukan oleh perusahaan telekomunikasi di Indonesia. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang digunakan oleh manajer perusahaan dalam pengambilan keputusaninvestasi modal perusahaan telekomunikasi di Indonesia. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi penelitian selanjutnya menjadi referensi penelitian atas proses manajemen investasi modal di perusahaan dan faktor-faktor yang digunakan manajer dalam pengambilan keputusan investasi modal di perusahaan Telekomunikasi. 2. Bagi perusahaan menjadi informasi berkenaan analisis dan rekomendasifaktor-faktor yang perlu diperhatikan oleh manajer perusahaan telekomunikasi dalam alokasi investasi modal perusahaan.
8
1.5 Batasan Penelitian Batasan penelitian dalam penelitian ini :
Variabel independen yang digunakan adalah Perubahan aliran kas operasi (∆CFO), Perubahan rasio total hutang terhadap total ekuitas (∆ LEVERAGE), Perubahan Dividen Payout Ratio tahun sebelumnya (∆ DPRt-1), Perubahan price to cash flow operation ratiotahun sebelumnya (∆ PCRt-1)
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang bergerak pada industri telekomunikasi di Indonesia yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia periode 2004 sampai 2012
Data yang digunakan merupakan data sekunder yang didapat dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Bloomberg, Datastream Reuters
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini adalah: BAB 1
: PENDAHULUAN Bagian ini membahas latar belakang, pertanyaan dan tujuan penelitian serta manfaat penelitian. Latar belakang penelitian ini membahasmengenai industri telekomunikasi dan fenomena kenaikan dari investasi modal perusahaan yang tidak dibarengi dengan peningkatan produktivitas penggunaan aset (fixed asset turnover) pada industri Telekomunikasi. Pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian ini mempelajari dan menganalisis faktor-faktor yang diduga memiliki
9
hubungan dengan investasi modal perusahaan pada industri Telekomunikasi. Bagian akhir bab ini akan menyertakan manfaat penelitian bagi perusahaan dan peneliti selanjutnya. BAB 2
: LANDASAN TEORI Bagian landasan teori ini membahas berbagai landasan teoretis yang digunakan dalam penelitian. Landasan teoretis akan memaparkan definisi dan kategori investasi modal, proses manajemen investasi modal perusahaan serta beberapa faktor yang diduga sebagai penentu keputusan investasi modal perusahaan yaitu kinerja operasi, kebijakan dividen, aktivitas pendanaan, dan future investment opportunity signal dari beberapa sumber relevan yaitu Beatty et al. (1997); Penman (1996); Morck et al., (1990); Welch et al. (2000); Bolbol et al. (2005), Henderson et al. (1987), dan Tendelin (2001).
BAB 3
: METODE PENELITIAN Bagian ini membahas uraian metodepenelitian berupa populasi, sample, data, populasi variable, model pengujian dan alat uji statistik untuk menjawab pertanyaan
penelitian melalui analisis regresi yang digunakan yaitu analisis
regresi Uji Signifikansi BAB 4
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bagian ini memaparkan temuan penelitian dari hasil uji statistik untuk mengidentifikasikan faktor-faktor yang digunakan manajer perusahaan di industri Telekomunikasi dalam pengambilan keputusan investasi modal perusahaan.
10
BAB 5
:SIMPULAN DAN SARAN Bagian ini memaparkansimpulan atas pertanyaan penelitian yaitu analisis atas faktor-faktor yang digunakan manajer perusahaan di industri telekomunikasi dalam pengambilan keputusan investasi modal perusahaan (CAPEX determinan). Selain itu, bagian ini akan memberikan beberapa rekomendasi dan saran penelitian serta keterbatasan penelitian yang relevan bagi penelitian selanjutnya dan bagi perusahaan merujuk kepada hasil penelitian.
11