Edisi 109 – 25 November 2010
PATHFINDER BASIC STAFF TRAINING COURSE DAERAH KONFERENS MINAHASA GMAHK PIONEER TONDANO, 6 – 7 NOVEMBER 2010
Oleh : Jimmy Pinangkaan BAIT , Tondano Pada tanggal 6 – 7 November yang lalu telah dilaksanakan Kursus Pelatihan Dasar Staf yang dilaksanakan di Gereja MAHK. Pioneer Tondano, kegiatan ini diikuti oleh utusan dari Klub Pathfinder yang ada di Daerah Konferens Minahasa sebanyak 138 Orang, Pathfinder Basic Staff Training Course ini dilaksanakan selama 10 jam dengan berbagai materi diantaranya Sejarah, Filsafat dan Tujuan Klub Pathfinder, Memahami Anggota Klub Pathfinder, Kepemimpinan Klub, Organisasi Klub, Penyusunan dan Perencanaan Klub, Mengajar Kurikulum Pathfinder, Berkemah dan Pendidikan alam terbuka baris berbaris dan Upacara dengan Instruktur Direktur Pemuda Advent Daerah Konferens Minahasa MG. Gerald Korengkeng, MG. Djunaidy Muntu dan MG. Jimi Pinangkaan.
Terbit Mingguan oleh BAIT Ministry
Utusan Kabupaten Minahasa Selatan Para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan ini apalagi banyak anggota staf Klub Pathfinder yang baru terpilih untuk bertugas dalam klubnya masing-masing
19
Edisi 109 – 25 November 2010 sehingga mereka berupaya untuk menyelesaikan kursus ini dengan baik dan menerima penganugerahan sertifikat tanda telah menyelesaikan kursus ini. Para peserta dalam kursus ini setelahmengikuti menjadi sangat terbiasa dengan tata cara, peraturan dan berbagai hal yang diperlukan dalam kegiatan Klub Pathfinder nanti di jemaat masing-masing.
Utusan Kabupaten Minahasa Tenggara
Walaupun cuaca kurang bersahabat namun tercatat ada 80 tamu yang hadir dari gereja lain dan beberapa pendeta dari gereja non advent yang hadir untuk mendengarkan seminar pada saat itu. Dengan berhati-hati terlihat Pdt Fabyo mengawali seminar tersebut dengan diselingi humor2 yang ringan untuk membuat suasana bersahabat kemudian Pdt jhon Medellu jr melanjutkannya dengan mantap dan semangat dan dapat dirasakan bagaimana kuasa Roh kudus menuntun jalanya pembawaan materi pdt J. Medellu yang baru saja menamatkan program masternya di AIIAS membawakan seminar ini dengan jelas dan tegas bahkan suasana gedung yang dingin tidak membuat orang terdidur akibar begitu penasaranya para hadirin untuk mengetahui siapakah yang di maksud dalam bilangan 666 itu, acara hampir memakan waktu 4 jam namun semua terlihat betah dan serius mendengar dan mencatat semua materi yang dibagikan.
Utusan Kota Tomohon
Medellu dan Rumagit Ungkap Identitas Bilangan 666 di Kota Jombang Oleh : Fabyo Rumagit BAIT- Jombang Jombang Advent Chinese Ministry yang sejak juni 2010 sudah berganti nama menjadi CMC Jombang setelah pada bulan Oktober kemarin menghadirkan topik mengenai Hukum Taurat yang dibawakan oleh Pdt J. Havellar. MPH , Kini pada bulan November 19 Jumat jam 18:30 ini hadir dengan sebuah topic mengemparkan yaitu “Menggungkap Identisas bilangan 666 dalam kitab wahyu” dan dua pembicara sekaligus yaitu pdt J. Medellu Jr M.div dan Pdt. Fabyo Rumagit.
Terbit Mingguan oleh BAIT Ministry
Menurut pdt Fabyo yang adalah gembala Jemaat Jombang sekaligus Pendeta CMC Jombang bahwa topic ini memang
20
Edisi 109 – 25 November 2010 sudah lama dinanti-nantikan oleh masyarakat Kristen Jombang namun baru kali ini terwujud. Puji Tuhan dengan adanya ini maka banyak jiwa yang mulai mencari kebenaran sejati kata Rumagit, sebagai bukti kedepan Pdt Fabyo telah di buking oleh beberapa pendeta gereja pantekosta dan GKJW gereja Kristen jawi wetan untuk berkotbah dan membawakan seminar kepada mereka. Ternyata pekabaran advent selalu dinantikan oleh orang-orang dewasa ini hal ini membuat kami semua jemaat tamba semangat dalam menginjil kata bapak Setiawan yang adalah ketua CMC Jombang sekaligus pemilik Gedung Pertemuan tempat seminar diadakan. Mari menginjil….Yesus pasti datang sgera…….!
kesaksian para ibu-ibu bahwa digereja mereka jarang diadakan seminar seperti ini. Tak lupa juga dalam acara tersebut Pdt Fabyo membagikan buku-buku gereja advent dan traktat kepada para hadirin yang ada untuk maksud agar mereka dapat mempelajari dan menemukan kebenaran didalamnya.
TV,SMS,KPA,KKR kemudian Dibaptis! Oleh : Fabyo Rumagit BAIT - Jombang
Seminar Rumah Tangga untuk IbuIbu Kristen se Kota Jombang Oleh : Fabyo Rumagit BAIT - Jombang
Pdt Fabyo pada Senin 22 november 2010 kembali diberikan kesempatan untuk membawakan Seminar Rumah Tanggah di acara pertemuan Rutin bulanan Badan Kerjasama Antar Gereja untuk kaum ibu dikota Jombang. Hal ini adalah kesempatan emas untuk menginjil bagi mereka dan memperkenalkan bagaimana indahnya menjadi keluarga advent karna acaara ini dihadiri oleh utusan-utusan bahkan para pendeta wanita yang ada di kota Jombang dan melihat hal ini Rumagit tidak menyianyiakannya. Kurang lebih 90 orang memadati ruagan untuk mengikuti seminar yang dimulaikan senin sore pukul 4 dan berakhir pada pukul 6 sore. Dapat dilihat bahwa para peserta yang adalah mayoritas ibu – ibu menikmati pelajaran RT yang diberikan oleh Pdt Fabyo dengan humor dan semangat terlihat semua ibu2 yang hadir mencatatkan apa yang dibawakan maklum menurut
Terbit Mingguan oleh BAIT Ministry
Janji Dalam matius 28 : 18-20 ternyata pasti dan tidak beerobah. Bugktinya dalam KKR yang dilaksanakan oleh Pdt Leo Mamentu di Jombang dari empat jiwa yang di baptis satu diantaranya adalah jiwa yang mengenal pekabaran Advent lewat pelayan di TV. Ya Ibu Lulu Teresia hari itu menyetel TVnya dan secara kebetulan diasaat dia lagi membutukan jamahan kasih maka dia melihat ada siaran rohani yang ditayangkan di TVRI pada hari rabu itu. Menurut kesaksian ibu lulu langusung terjamah saat Pdt Kuntaraf membawakan firman dan mendoakan seluruh pemirsa, langsung ibu lulu mengambil hpnya dan kemudian bersms ke pelayanan tersebut. Tak lama kemudian gembala jemaat Jombang pdt Fabyo Rumagit menerima sms dari pimpinan konferens yang diberikan oleh pdt Joko dir Penatalayanan Uni ke pdt Hengki dan Krist yang bunyinya agar ibu lulu dapat di kunjungi dan didoakan dengan pertolongan Tuhan pdt Fabyo langsung pergi mengunjungi dan kemudian pembelajaran alkitab trus dilaksanakan. Selama kurang lebih satu bulan ibu lulu belajar dan akhirnya pada KKR yang dilaksanakan oleh pdt Leo Mamentu Dir PA KJKT 1-6 november kemarin ibu lulu dan ketiga jiwa lain nya menyerakan diri untuk dibaptiskan. “Puji
21
Edisi 109 – 25 November 2010 Tuhan oleh karna pertolongnNya saja maka saya bisa kenal pekabaran advent “begitu kata ibu Lulu dalam kesaksiannya. Namun tak kalah menarik juga ketiga jiwa yang lainnya datang dari latar belakang berbeda yang satu adalah guru agama Kristen lain, yang satu adalah seorang nenek yang berlatar belakang muslim namun semua nya menjadi satu pengharapan dalam Kristus. Mari kita doakan jiwa-jiwa ini untuk bisa pulang bersama-sama kita dalam kerajaan surga.
Tuhan Sedang Mengangkat SMP dan SMA Advent Ratahan
karena mereka terlambat datang. Akhrnya mereka hanya main persahabatan. Tanggal 23 November, lagi-lagi Tuhan beracara. Saya sudah berbisik pada sdr Jon J. Poneke selaku kepala SMP yang selalu mendampingi saya kala anak-anak bertanding, bahwa kita siap-siap untuk kalah, karena lawan kita SMAN1 Tenga baru saja mengalahkan SMAN1 Touluaan dengan skor 3-0. Tapi ternyata SMA Advent Ratahan bisa mengalahkan SMAN1 Tenga dengan skore 21.... aaaaahhhhh Tuhan, apa gerangan maksudmu? Padahal menahan imbang saja SMKN1 Ratahan pada putaran sebelumnya buat saya itu satu prestasi besar, mengingat jumlah siswa kita sangat tak berimbang yakni 1 banding 10.
Oleh : Freddy Losung - BAIT Ratahan Sebenarnya ikut sertanya SMP dan SMA Advent Ratahan dalam kegiatan olahraga prestasi bukan karena berambisi untuk menang, tapi sekedar berpartisipasi dalam kegiatan yang diselenggarakan pemerintah kabupaten Minahasa Tenggara. Kegiatan tersebut selalu diwanti-wanti oleh Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga kabupaten, agar semua sekolah harus berpartisipasi. Fokus kami yg utama hanyalah berpartisipasi, sportifitas, dan mengambil simpati.... alias MAIN CANTIK. Kata-kata itu yang selalu saya ulangulang ingatkan pada mereka. Ada dua pertandingan yang diikuti oleh SMA dan satu pertandingan diikuti oleh SMP. Kalau SMA mengikut turnamen Volly piala KNPI Kabupaten Mitra dan Turnamen perebutan piala GFL cup. Jadi SMP dan SMA mengikuti turnamen GFL Cup. Jumlah pserta GFL Cup: SMP 16 klub se-Sulut sedangkan SMA 20 klub se-Sulut. Diluar dugaan SMA dalam pertandingan Volly mengalahkan beberapa sekolah besar di Kab Mitra sampai akhirnya masuk perempat final. Jumat tangga 19 Nopember 2010, perebutan juara 3 dan 4 antara SMKN1 Ratahan dan SMA Advent Ratahan yang dimenangkan oleh SMA Advent Ratahan dengan skore 3-1. Padahal dari segi jumlah siswa, pemain SMA Advent dipilih dari 45 siswa laki-laki saja sementara SMKN1 dipilih dari 450 siswa laki-laki. Kemudian tempat main juga dilakukan di SMKN1 Ratahan..... Tapi.... saya berpikir Tuhan sedang beracara, menunjukkan bahwa SMA Advent Ratahan sedang menuju yang terbaik. Setiap kali mau main.... saya selalu ingatkan mereka bahwa kekuatan yg kita miliki bukan karena kita kuat, tapi karena Tuhan. Saya selalu berdoa : Tuhan berikan kami kekuatan untuk tidak menangis dan kecewa jika kami harus kalah.... dan berikan kami rasa menyadari bahwa kami bukan apa-apa jika kami menang. Kepada anak-anak selalu saya ingatkan akan hal tersebut saat acara chapel. Hari Senin tgl 22 November SMP Advent Ratahan berhadapan dengan SMP Negeri1 Belang dan menang WO
Terbit Mingguan oleh BAIT Ministry
Hari jumat nanti, 26 November 2010 ada satu kejadian menarik yang akan terjadi. SMP dan SMA terjadwal main bareng. SMP lebih dulu dan sesudah itu SMA.... Tapi asal tahu aja bahwa kostum yang dipake selama ini adalah kostum yang sama cuma karena hari berbeda maka sesudah dipakae langsung cuci hehehehe.... tapi itu tak mengurangi semangat anak-anak untuk bermain sportif dan cantik. Cara mereka main mengundang simpati para pemain dan penggemar sepak bola di Ratahan. Memang waktu lalu saat mau main dengan SMKN1 Ratahan, sempat diprotes sama panitia karena warna kostum SMA Advent sama dengan SMKN1. Tapi saya bermohon dengan sungguh-sungguh kalau boleh SMKN1 aja yang ganti kostum (udah tau kan?), dan akhirnya panitia mengijinkan, karena saya langsung katakan bahwa kalau panitia bersikeras meminta kami ganti kostum, maka kami memilih pulang saja..... Kostum aja dipinjam apalagi sepatunya.... untung ada teman-teman mereka yang berbaik hati meminjamkan sepatu. Karena sewaktu mau main ada anak-anak yang berencana gunakan sepatu kets, tapi ada yang melarang karena sepatu kets bisa licin dan berbahaya.
Join Conference on ICT for Development and Sustainability Oleh : Lucky Mangkey, BAIT - Manado BAIT, Kuta- Bali tempat dilaksanakan Join Conference on ICT for Development and Sustainability yang rangkaikan dengan IPKIN Symposium The2th Internasional WOSOC, The 6th National Seminar on KOMMIT pada tanggal 24-26 November 2010. Acara dilaksanakan oleh IPKIN dan Universitas Ganadarma dan disponsori oleh Axio, RISTEK, DEPKOMINFO, Telkom Indonesia,BALI in, DETIKCOM, Info LINUX dan Bank DKI. Acara yang bertaraf internasional ini telah dibuka oleh Rektor Universitas Gunadarma Prof. E.S. Margianti, SE, MM. Setelah membawakan sambutannya ibu rektor mengundang
22
Edisi 109 – 25 November 2010 semua pembicara untuk bersama-sama mebunyikan gong tanda acara ini dimulai. Pembicara utama yang didaulat membawakan sambutan pendahuluan adalah Prof.C.K. Sarker dari India dengan judul Nano-Electronic Divices Based on Silicon MOS Structure dan Dr. Campbell Webb dengan judul Biodiversity and Informatics. Menurut informasi dari panitia bahwa rencannya panitia hanya menyiapkan peserta hanya untuk 80 orang namun sampai acara ini dibuka sudah ada seratus lebih peserta yang terdaftar. Demikian papar Prof. Dr. I Wayan Simri Wicaksana, S.Si, M.Eng. Peserta yang hadir datang dari berbagai provinsi Indonesia. Peserta dari Sulawesi Utara sebanyak dua orang yakni Lucky Mangkey, M.Kom dari Universitas Nusantara dan Rosdiana Simbolon, M.Si dari AMIK/STIMIK Parna Raya Manado. Kedua PTS (Perguruan Tinggi Swasta) tersebut milik dari anggota GMAHK yakni Yayasan Bakti Nusantara dengan Ketua Yayasan Bpk. Hendrik Manueke (Ketua Jemaat GAMHK Universitas Nusantara) dan Yayasan Parna Raya dengan Ketua Bpk. Tonny Laloan (Ketua Jemaat GAMHK D.I.Ponegoro Manado). Kedua utusan dari Sulawesi Utara dipilih menjadi Anggota IPKIN (Ikatan Profesi Komputer dan Informatika Indonesia) Indonesia sebagi perwakilan dari institusi yang berhubungan dengan telematika dan sekaligus menjadi peserta dalam Konferensi ICT Internasional. Dalam acara ini kedua peserta merasa bangga karena bisa mewakili anggota advent dibidang telematika di Indonesia sekaligus mendapat kesempatan banyak untuk memperkenalkan misi advent kepada sesama peserta.
Kisah Perjalanan Keluarga Tur Manado-Toraja (Bagian 3) Dikisahkan oleh Lucky dan Ellen Mangkey Kerusuhan Poso telah usai. Pilkada 2010 yang kembali memilih putera Minahasa, Piet Inkiriwang sebagai bupati Kabupaten Poso juga berakhir aman. Hal ini menjadi pertimbangan utama dalam memilih Poso sebagai jalur trans selain karena jaraknya lebih dekat ke Tana Toraja. Namun demikian, jika ada informasi dan panduan tentang jalur Majene, mungkin jalur inilah yang akan kami pilih. Beberapa bus Manado-Makassar yang diharapkan dapat menjadi penunjuk arah bagi kami dan sempat dua kali baku lewat, sejak Kamis subuh (21/10) tidak lagi terlihat. Apa boleh buat, waktu yang dipakai untuk tidur semalam telah menyebabkan kami kehilangan ’teman se-perjalanan’. Kamipun harus melewati jalur trans Poso-Tentena sendirian.
Terbit Mingguan oleh BAIT Ministry
15.00 Selama melewati ’hutan’ cokelat di pinggiran Parigi menuju kabupaten Poso, bayangan tentang kerusuhan yang pernah diberitakan media mulai muncul dalam ingatan. Kerusuhan yang pecah pertama kali pada 28 Desember 2008 diikuti dengan berbagai aksi saling balas, sempat reda di tahun 2001 karena perundingan Malino. Namun, kejadian yang lebih parah pecah lagi di tahun 2003. Bahkan, hingga 2008-pun media masih memberitakan adanya teror bom di Poso. Ya, kerusuhan Poso yang ditengarai bernuansa etnik dan konflik sosial itu berhasil membawa-bawa agama dan menimbulkan rasa saling curiga antar pemeluk agama. Keingin-tahuan tentang kondisi Poso masih menyita pikiran saat untuk pertama kali, kami menemui belokan jalan raya ditutup dan mobil harus menelusuri ke jalan kecil, tanpa tahu arah ke mana. Kami juga tidak tahu alasan jalan ditutup dan tidak melihat apa yang sedang terjadi. Mengatasi rasa kaget, kami berdua berkelakar, bahwa jangan-jangan kami tembus Ampana (dekat Luwuk Banggai). Meski belakangan kami dapati bahwa belokan ditutup karena ada perbaikan jembatan, namun perjalanan di ’jalan kecil’ telah menuntun kami berpikir, ”jangan–jangan di depan terjadi kekacauan”. 15.27. Di tengah rasa keingin-tahuan yang mendalam tentang Poso, mobilpun memasuki kabupaten Poso, kecamatan Poso Pesisir. Matahari masih bersinar terik meski hari telah sore. Jalanan terlihat sunyi, sama seperti desa-desa sebelumnya. Sesekali terlihat pengendara motor melintas. Perkebunan cokelat masih menghiasi kiri-kanan jalan raya Poso yang lebar dan licin. Tidak jauh dari jalan raya, di sisi kanan terlihat bukit-bukit dan pegunungan yang hijau lebat. Beberapa bangunan gereja, selain rumah penduduk juga terlihat.
23
Edisi 109 – 25 November 2010 16.43 Di desa Lape, kami melihat dua bangunan gereja yang cukup besar di samping sejumlah tempat ibadah umat lain. Perkebunan cokelat masih mengisi pemandangan di samping Hijaunya areal sawah. Pukul 16.50 mobil memasuki desa Kasiguncu di mana terdapat gereja Bethesda yang cukup besar.
16.20 Merasa penat, kamipun berhenti sejenak untuk menikmati udara Poso yang segar di antara perkebunan cokelat yang terlihat menguning di desa Kilo. Anak-anak senang berfoto di bawah pohon cokelat yang tengah berbuah. Melihat mereka riang, penat kamipun terasa hilang dan kami lebih tenang melanjutkan perjalanan. Beberapa menit kemudian, kembali kami terpana melihat pemandangan luar biasa, sebuah bangunan baru berwarna biru laksana kota satelit di tengah hutan, sebuah pesantren yang megah dan luas di desa Tokorondo, masih di kecamatan Poso Pesisir. Waktu menunjukkan pukul 16.43, hampir senja. Kami teringat media memberitakan pembakaran kampus serupa. Mungkinkah yang ini? Jika benar, alangkah mengerikan situasi di tempat kami berada pada 7 tahun yang lalu.
Terbit Mingguan oleh BAIT Ministry
17.05 Setelah menyusuri beberapa belokan lereng gunung, akhirnya kami tiba di Kota Poso, tepat di kilometer 985. Harapan kami bahwa jalan trans tidak masuk kota sehingga kami bisa hemat waktu, ternyata meleset. Mobil telah memasuki terminal kota Poso sehingga kami banting setir, mencari jalan terus, karena tidak ingin terjebak macet. Tidak adanya penanda arah ke Tentena meyebabkan kami harus berputar dua kali mengintari terminal. Secepatnya kami ingin meninggalkan kota Poso karena hari hampir malam. Kamipun memberanikan diri bertanya kepada salah seorang pengendara sepeda motor di terminal Poso. ”.. jalan terus lalu belok.. lalu ..., ” jawabnya. Melihat kami masih ragu, iapun mengajak kami mengikutinya karena dirinyapun hendak menuju ke arah yang sama. Syukur Tuhan, kami tiba di persimpangan jalan ke Tentena menjelang matahari terbenam. 17.30 Gelap telah menutupi lereng gunung, saat mobil memulai ’pendakian’ ke arah danau terbesar di Sulteng, Danau Poso. Deru air terjun terdengar samar-samar di balik senandung MP3 yang berkumandang di mobil. Di kiri gunung, di kanan jurang. Udara terasa lebih dingin, meski suhu AC mobil tidak diturunkan. Selama mengintari jalan, sangat sedikit kendaraan yang berpapasan dengan kami. Namun kesunyian tidak berlangsung lama, karena tak lama berselang, kami melewati desa Tambaro tempat berdirinya banyak gedung gereja dari berbagai denominasi.
24
Edisi 109 – 25 November 2010 18.36 Kami tiba di Tentena pada hari Kamis malam, tepatnya di kilometer 1034. Perjalanan terasa sangat panjang sejak kami makan siang di Kasimbar jam 12. Medan yang berliku dan suasana yang sangat cepat berubah membuat kami merasa letih. Kami juga kelaparan. Pusat kota Tentenapun kami ’sisir’ guna mendapatkan makan malam sayuran segar, karena bekal telah habis. Sebuah peristiwa menarik terjadi saat kami memesan menu di sebuah restoran di tepi danau Tentena. Pemiliknya heran karena kami tidak memesan ikan -kami sekeluarga saat ini memilih menjadi vegetarian. Pelayannya juga terheran-heran melihat kami menghabiskan hanya nasi, sayur dan cabe ’dabudabu’ mentah. Namun demikian, kami merasa kembali kuat dan segar. Apalagi anak-anak merasa senang setelah dibelikan pisang molen yang tersedia di jalanan depan. 07.45 Hari Jumat pagi (22/10), setelah dijamu dengan makan pagi yang istimewa, kami pamit. Senang melihat anak-anak bersukaria bermain bersama monyet di pekarangan rumah. Istirahat yang cukup dan suasana yang menyenangkan mampu menyegarkan tubuh, pikiran dan rohani. Bayangan tentang konflik Poso hilang sama sekali. Kini, kami siap lahir batin mengintari pegunungan menuju Tana Toraja yang menurut peta, ketinggiannya mencapai 1500 meter dari atas permukaan laut.
Setelah bertanya kepada beberapa orang dan mengetahui bahwa jarak ke Pendolo bisa ditempuh sekitar 2 jam, maka kamipun memutuskan untuk membatalkan ide beristirahat di tepi danau. Memang, atas saran kakak kami, Bobby, rencana untuk mampir di Pendolo yang masih berada di jalur trans, sudah matang; tergantung kondisi dan situasi terakhir. Saat tubuh terasa segar dan kembali kuat, kami tidak mau buang waktu. Pukul 20.23 mobil meluncur ke Pendolo. Keletihan dan kegelapan malam membuat tiga penghuni di mobil tertidur. Tinggallah sopir seorang diri menyusuri kegelapan malam. Hampir tengah malam, tepatnya di kilometer ke-1113, Pendolo akhirnya bisa kami pijak. Meski sempat ditahan petugas di pinggiran desa, tapi kami segera dilepas begitu tahu tempat tujuan kami. Ternyata pos polisi tersebut berjarak sangat dekat dengan klinik Dr. Moula. Rasa senang bertemu kenalan lama, Dr. Djanie Moula di tempat yang asing, setelah seharian menempuh perjalanan berliku, ternyata sangat melegakan hati. Setelah bercakap-cakap, kamipun tertidur pulas di kamar yang sudah disediakan.
Terbit Mingguan oleh BAIT Ministry
Setelah mengisi bensin sebanyak Rp. 30.000,- kamipun meninggalkan Pendolo. Sungguh, perjalanan dari Pendolo sangat mengesankan karena kami susuri di pagi hari. Jalan menanjak dan terus menanjak. Semakin tinggi, hawa semakin dingin. Dua puluh empat kilometer dari Pendolo, selain hawa sejuk, kami bisa nikmati pula pemandangan danau Poso dari ketinggian. Hijau kebiruan. Belum lagi di sisi jalan tersedia mata air jernih untuk umum, sangat sejuk dan melegakan. Daerah ketinggian ini merupakan perbatasan Sulawesi Tengah (Sulteng) dan Sulawesi Selatan (Sulsel). Sebuah gapura tua terbuat dari papan terlihat menjadi penanda batas. Di bagian kiri gapura terdapat papan nama Cagar Alam Faruhumpenai. Seratus meter dari situ, berdiri tugu ABRI Masuk Desa (AMD), juga sebagai tapal batas. Kami sempat turun dan mengambil gambar. Tak rasa asing kami di tempat itu karena sebelumnya sudah melihat foto-fotonya lewat Google Map. (Bersambung)
25
Edisi 109 – 25 November 2010
KAMI
Banyak orang berniat untuk menikmati indahnya hidup nanti setelah berada di puncak karir atau memiliki jabatan terhormat. Banyak kali pikiran disita pada hal-hal materi lebih dari apa yang dimiliki saat ini. Bukan berarti hidup harus cepat puas, tapi sayang sekali jika kita menunda untuk menikmati hidup saat ini karena dambaan tentang masa depan. Banyak kali 'masa lalu' kemudian disyukuri nanti ketika seorang telah terbaring di rumah sakit atau sedang ditimpa kemalangan. Sungguh, setiap hari adalah berkat yang baru. Tidak ada hari esok untuk bersyukur tentang ada yang kita nikmati hari ini. Mazmur 3: 22, 23 "Tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!" Selamat menikmati berkat Tuhan hari ini melalui bacaan bermutu Buletin Bait. Ellen Mangkey Redaksi
Terbit Mingguan oleh BAIT Ministry
26