PASANG SURUT PERAN POLITIK MASYUMI DALAM PEMERINTAHAN (1945-1960) Insan Fahmi Siregar -XUXVDQ6HMDUDK),6811(6
Abstract 0DV\XPL3DUW\3DUWDL0DMHOLV6\XUR0XVOLPLQ,QGRQHVLD ZDVDPDMRU,VODPLFSROLWLFDOSDUW\LQ ,QGRQHVLD,WZDVRULJLQDOO\HVWDEOLVKHGE\WKHRFFXS\LQJ-DSDQHVHLQLQDQDWWHPSWWRFRQWURO,VODPLQ ,QGRQHVLD,Q1DKGODWXO8ODPDVHFHGHGIURP0DV\XPLDQGFUHDWHWKHQHZSDUW\EDVHGRQWUDGLWLRQDO VRFLHW\7KHSDUW\FDPHVHFRQGLQWKHHOHFWLRQZLWKRIWKHSRSXODUYRWH'XULQJWKHSHULRGRI liberal democracy era, Masyumi members had seats in parliament and the party supplied prime ministers VXFKDV0XKDPPDG1DWVLUDQG%XUKDQXGGLQ+DUDKDS7KHJURXS¶VOHDGHUVFDPSDLJQHGIRUDQ,VODPLF VWDWHLQWKH¶VQRWRXWRIDUHDOFRQYLFWLRQEXWPDLQO\IURPIHDURIEHLQJRXWÀDQNHGE\WKHODUJHU DQGPRUHDJJUHVVLYH0DV\XPL8QGHUWKHGLFWDWRUVKLSVWKHJURXSZLWKGUHZIURPSDUWLVDQSROLWLFVEXW ZLWKWKHUHVWRUDWLRQRIGHPRFUDF\LWIRUPHGDQHZSDUW\1DWLRQDO$ZDNHQLQJRSHQWRDOOUHOLJLRQVDQG FRPPLWWHGWRDVHFXODUVWDWH,QVRPH0DV\XPLPHPEHUVMRLQHGWKH355,UHEHOOLRQDJDLQVW6XNDUQR 7ZR\HDUVODWHULQ6XNDUQREDQQHG0DV\XPLDQG6RFLDOLVW3DUW\DQGVHQW0DV\XPLOHDGHUVWRMDLO Key words:0DV\XPL3DUW\RSSRVHVGHPRFUDF\JRYHUQPHQW
PENDAHULUAN Partai Masyumi merupakan salah satu partai politik yang lahir dari rahim proklamasi kemerdekaan Indonesia. Partai Masyumi GLGLULNDQ SDGD WDQJJDO 1RSHPEHU melalui Muktamar Umat Islam di Gedung Muallimin Yogyakarta. Masyumi merupakan satu-satunya partai yang berazaskan Islam yang lahir pada awal kemerdekaan. Partai Masyumi didukung oleh organisasi-organisasi keagamaan yang sudah ada sebelumnya VHSHUWL 1DKGDWXO 8ODPD 0XKDPPDGL\DK Persis dan lain-lain. Banyaknya dukungan dari berbagai organisasi tersebut yang mengantarkan Masyumi berkembang dengan cepat. Kehadiran Masyumi sebagai partai politik telah ikut mewarnai kehidupan Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 1 Juni 2008
politik di Indonesia. Bahkan peran politik Masyumi sangat besar pengaruhnya terhadap perpolitikan Indonesia. Hal itu tidak terlalu mengherankan karena Masyumi merupakan salah satu partai besar di Indonesia. Selain itu, Masyumi juga memiliki kader-kader yang cukup cerdas dan ahli dalam bidangnya, serta mempunyai pengaruh besar dalam masyarakat. Kondisi seperti itulah yang mengatarkan Masyumi selalu terlibat dalam kehidupan bernegara dan berbangsa. Dengan kata lain, setiap akan membicarakan politik Indonesia sejak awal kemerdekaan hingga demokrasi terpimpin tidak akan sempurna tanpa melihat peran politik Masyumi. Partai Masyumi telah memainkan perannya dalam setiap persoalan kebangsaan dan kenegaraan. Ketika Indonesia masih
dibawah bayang-bayang kembalinya penjajah untuk menguasai kembali Indonesia, Masyumi turut serta membendung dan melalukan perlawanan, baik melalui jalur perang sebagaimana yang diperjuangkan barisan Hizbullah sebagai underbouw Masyumi maupun melalui jalur diplomasi melalui WRNRKWRNRKQ\DVHSHUWL0RK5RHP%HJLWX juga halnya ketika masyarakat menuntut untuk mengembalikan bentuk negara Indonesia ke dalam negara kesatuan, Masyumi juga berperan aktif untuk memperjuangkannya, VHEDJDLPDQD \DQJ GLSHUDQNDQ 0 1DWVLU PHODOXL PRVLQ\D XQWXN PHQJJDQWL 1HJDUD 5,6 PHQMDGL 1HJDUD .HVDWXDQ 5HSXEOLN ,QGRQHVLDSDGDWDKXQ Disamping itu, Masyumi juga berperan aktif dalam parlemen dan konstituante, terutama pada masa demokrasi parlementer. 1DPXQGDODPWXOLVDQLQLSHPEDKDVDQSHUDQ politik Masyumi hanya difokuskan pada peranannya dalam pemerintahan, mulai dari masa awal kemerdekaan sampai pada masa demokrasi parlementer. MASYUMI SEBAGAI PARTAI KRITIS TERHADAP PEMERINTAH PADA MASA REVOLUSI Seminggu setelah Masyumi didirikan DWDXWHSDWQ\DSDGDWDQJJDO1RSHPEHU Kabinet Syahrir dilantik. Kabinet Syahrir merupakan kabinet pertama di Indonesia dalam sistem pemerintahan parlementer. Ketika Syahrir membentuk kabinetnya yang pertama, Partai Masyumi tidak diikutkan duduk dalam pemerintahan. Meskipun dalam NDELQHW 6\DKULU WHUGDSDW QDPD 0 5DV\LGL sebagai menteri negara, tetapi keberadaaanya
sebagai menteri atas nama pribadi, dan bukan mewakili Partai Masyumi. Sekalipun demikian, terbentuknya Departemen Agama SDGDWDQJJDO-DQXDULWLGDNOHSDVGDUL peran politik yang dijalankan Masyumi, dan \DQJPHQMDGLPHQWHULQ\DDGDODK05DV\LGL 1RHU Masyumi bersikap kritis terhadap Kabinet Syahrir, dan tidak jarang bertentangan dengan pemerintah, seperti dalam menyikapi permasalahan imperialis. Partai Masyumi tidak setuju dengan sikap pemerintah yang lebih mengedepankan perundingan dalam menghadapi Belanda. Sikap itulah yang membuat Masyumi bersikap oposisi. Bahkan Masyumi menuntut Syahrir untuk mengembalikan mandatnya kepada presiden, GDQ WXQWXWDQ LWXSXQ GLSHQXKLQ\D 1DPXQ Presiden Sukarno menujuk kembali Syahrir untuk membentuk kabinet baru. Kabinet yang dibentuk dalam Kabinet Syahrir II terdapat kader-kader Masyumi, seperti Arudji Kartawinata sebagai menteri PXGDSHUWDKDQDQ01DWVLUVHEDJDLPHQWHUL penerangan, Mr. Syafrudin Prawiranegara sebagai menteri muda keuangan, dan M. 5DV\LGLVHEDJDLPHQWHULDJDPD%HJLWXMXJD halnya dengan Kabinet Syahrir III, kaderkader Masyumi masih tetap menduduki beberapa jabatan menteri seperti Mr. Moh. 5RHP VHEDJDL PHQWHUL GDODP QHJHUL Harsono Tjokroaminoto sebagai menteri PXGDSHUWDKDQDQ01DWVLUVHEDJDLPHQWHUL penerangan, Mr. Syafrudin Prawiranegara VHEDJDL PHQWHUL NHXDQJDQ<XVXI:LELVRQR sebagai menteri muda kemakmuran, K.H. Faturahman sebagai menteri agama, dan .+:DKLG+DV\LPVHEDJDLPHQWHULQHJDUD Meskipun ada kader Masyumi yang duduk
Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 1 Juni 2008
dalam kabinet, Partai Masyumi tetap bersikap kritis terhadap pemerintah. Bahkan sikap Masyumi semakin keras, terutama setelah adanya Persetujuan Linggarjati.
Kabinet Amir Syarifuddin. Akibatnya Kabinet Amir Syarifuddin pun jatuh. Setelah kabinet Amir jatuh, Sukarno menunjuk M. Hatta sebagai perdana menteri.
Persetujuan Linggarjati ditandatangani SDGDWDQJJDO0DUHWROHK6XWDQ6\DKULU dari pihak Indonesia, dan Schermerhorn dari pihak Belanda. Persetujuan Linggarjati
Pada masa kabinet Hatta, beberapa kader Masyumi duduk kembali dalam pemerintahan. Diantaranya adalah Sukiman sebagai menteri dalam negeri, Mr. Syarifuddin Prawiranegara
tidak hanya ditentang oleh orang Belanda di Belanda, tetapi juga oleh sebagian PDV\DUDNDW ,QGRQHVLD /DSLDQ Partai Masyumi sendiri menolak Persetujuan
sebagai menteri penerangan, dan K.H. Masykur sebagai menteri agama. Ketika kabinet Hatta menjalankan pemerintahannya, meletus pemberontakan
Linggarjati karena merugikan kedaulatan 5HSXEOLN,QGRQHVLDGLPDQD%HODQGDKDQ\D mengakui kekuasaan de facto5,DWDV-DZD
3., GL 0DGLXQ SDGD 6HSWHPEHU Pemberontakan itu dapat ditumpas dengan mengirim pasukan Siliwangi dan dibantu oleh
Madura dan Sumatera. Padahal sikap politik Masyumi jelas, yakni menuntut Belanda harus mengakui kedaulatan Indonesia seratus persen. Meskipun menolak Linggarjati,
umat Islam. Belum lama menghadapi musuh dari dalam, tiba-tiba Belanda melakukan DJUHVL PLOLWHU NHGXD SDGD 'HVHPEHU $JUHVLLWXPHQJDNLEDWNDQGLWDZDQQ\D
Masyumi tidak akan berdiam diri, dan akan membantu pemerintah jika timbul akibat dari SHUVHWXMXDQLWX1DVXWLRQ
beberapa pemimpin Indonesia, seperti 3UHVLGHQ 6XNDUQR GDQ :DNLO 3UHVLGHQ 0 Hatta. Ketika pemimpin nasional ditawan
Sikap kritis Masyumi terhadap pemerintah terus berlanjut hingga masa Kabinet Amir Syarifuddin I. Pada masa kabinet Amir Syarifuddin, tidak ada satu pun kader Masyumi
Belanda, Syafrudin Prawiranegara membentuk 3HPHULQWDK 'DUXUDW 5HSXEOLN ,QGRQHVLD 3'5, GL%XNLW7LQJJJLSDGD'HVHPEHU 3HPEHQWXNDQ 3'5, PHQXQMXNNDQ
yang duduk dalam kabinet. Kader Masyumi baru duduk kembali dalam kabinet Amir 6\DULIXGGLQ,,1DPXQSDGDWDQJJDO-DQXDUL 3DUWDL0DV\XPLPHQDULNNDGHUQ\D\DQJ duduk dalam kabinet. Sikap itu diambil VHEDJDL UHDNVL WHUKDGDS 3HUMDQMLDQ 5HQYLOOH
kepada dunia internasional bahwa pemerintah Indonesia tetap ada. Adapun yang menjadi ketua adalah Syafrudin Prawiranegara 6RHUMRPLKDUMGMR 6\DIUXGLQDGDODK orang pertama dari Masyumi yang menduduki posisi puncak pemerintahan.
yang ditandatangani Perdana Menteri Amir Syarifuddin. Masyumi menolak perjanjian tersebut karena lebih menguntungkan
Ketika Syafrudin menjalankan roda S H P H U L Q W D K D Q 3 ' 5 , 0 U 0 5 R H P mengadakan perundingan dengan pihak
Belanda. Sikap Masyumi tidak hanya menarik kadernya dari kabinet, tetapi juga melakukan demonstrasi dengan tuntutan pembubaran
%HODQGD \DQJ GLZDNLOL ROHK 9DQ 5R\HQ Perundingan itu menghasilkan Van RoyenRoem Statements 3HUQ\DWDDQ 9DQ 5R\HQ
Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 1 Juni 2008
5RHP SDGDWDQJJDO0HLStatement
simpati dari berbagai kalangan, termasuk
LWXEHULVLSHQJHPEDOLDQSHPHULQWDK5HSXEOLN Indonesia di Yogyakarta. Selain itu akan GLDGDNDQ .RQIHUDQVL 0HMD %XQGDU .0% yang membahas proses penyerahan kedaulatan
dari Presiden Sukarno. Presiden Sukarno NHPXGLDQPHQXQMXN1DWVLUXQWXNPHPEHQWXN NDELQHW1DWVLUEHUKDVLOPHPEHQWXNNDELQHW
yang benar-benar dan tanpa syarat kepada 5HSXEOLN,QGRQHVLD6HULNDW5RHP Berdasarkan pernyataan itu maka diadakanlah KMB di Denhaag. Konferensi itu menghasilkan keputusan untuk memberikan NHGDXODWDQ NHSDGD 5,6$NKLUQ\D %HODQGD mengakui kedaulatan Indonesia pada tanggal 'HVHPEHU 5RHP Seiring dengan pengakuan itu, berakhirlah SHULRGH UHYROXVL GDODP VHMDUDK ,QGRQHVLD Setelah adanya pengakuan tersebut, dan NHPEDOLQ\D ,QGRQHVLD VHEDJDL 1.5, SDGD WDQJJDO $JXVWXV 6HMDN VDDW LWX Indonesia memasuki masa Demokrasi parlementer. M A S Y U M I S E B A G A I PA R TA I P E M E R I N TA H PA D A M A S A DEMOKRASI PARLEMENTER Meskipun Belanda sudah mengakui kedaulatan Indonesia, namun bagi sebagian PDV\DUDNDW EHOXP SXDV NDUHQD 1HJDUD Indonesia masih bersifat serikat. Melihat NHQ\DWDDQLWX01DWVLUVHEDJDLNHWXD)UDNVL Masyumi di parlemen mengajukan mosi WHQWDQJSHQGLULDQ1HJDUD.HVDWXDQ5,0RVL 1DWVLU GLWHULPD SDUOHPHQ VHFDUD DNODPDVL 'HQJDQGHPLNLDQ1HJDUD,QGRQHVLDPHQMDGL 1.5,\DQJGLSURNODPDVLNDQNHPEDOLVHFDUD UHVPLSDGDWDQJJDO$JXVWXV3XDU .HEHUKDVLODQ0RVL1DWVLULWXPHQDPEDK
WDQSD PHQJLNXWVHUWDNDQ 31, GDQ 3., .DELQHW1DWVLUWHUGLULGDUL3HUGDQD0HQWHUL 0 1DWVLU GDQ GLEDQWX :DNLO 30 6XOWDQ Hamengkubuwono IX serta beberapa PHQWHUL GDUL 0DV\XPL VHSHUWL 0 5RHP sebagai menteri luar negeri, Mr. Syafrudin Prawiranegara sebagai menteri keuangan, dan .+:DKLG+DV\LPVHEDJDLPHQWHULDJDPD .DELQHW1DWVLUGLODQWLNSDGD6HSWHPEHU )HLWK .DELQHW1DWVLUPHUXSDNDQ kabinet pertama setelah Indonesia kembali PHQMDGL1.5,-DGLSHUDQDQ0DV\XPLGDODP pemerintahan sangat besar pada masa awal Demokrasi parlementer. .DELQHW 1DWVLU WLGDN EHUWDKDQ ODPD karena adanya tekanan dari kalangan oposisi. 0HQXUXW <XVXI :LELVRQR DGD GXD DODVDQ PHQJDSD1DWVLUPHQJHPEDOLNDQPDQGDWQ\D Pertama, mosi Hadikusumo. Kedua, NHJDJDODQ NRQIHUHQVL ,ULDQ %DUDW 1RHU .HJDJDODQNRQIHUHQVL,ULDQ%DUDW berakibat kurang baiknya hubungan antara 3HUGDQD0HQWHUL01DWVLUGHQJDQ3UHVLGHQ Sukarno. .HWLGDNKDUPRQLVDQ 0 1DWVLU GHQJDQ Presiden Sukarno terjadi karena adanya perbedaan pendapat dalam menyikapi ,ULDQ %DUDW 0 1DWVLU PHQJKHQGDNL penyelesaian masalah tersebut melalui jalur diplomasi, sementara Sukarno mendesak agar mengambil tindakan terhadap Belanda, bahkan dengan mengatakan akan memulai WLQGDNDQLWXPHODOXLSLGDWRSLGDWRQ\D1DWVLU menanggapi pernyataan Sukarno tersebut
Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 1 Juni 2008
dengan mengatakan bahwa kabinetlah yang merancang dan melaksanakan kebijaksanaan SHPHULQWDK 6HODLQ LWX 1DWVLU MXJD mengingatkan presiden bahwa beliau adalah hanya kepala negara dalam sistem parlementer. Pernyataan itu merupakan pukulan telak terhadap Sukarno. Pukulan itu semakin terasa ketika dalam sidang kabinet diadakan pemungutan suara, mayoritas anggota NDELQHW PHQGXNXQJ SHQGDSDWQ\D 1DWVLU )DLWK 3HULVWLZDLWXPHUXSDNDQ catatan tersendiri bagi Sukarno, sehingga tidak salah kalau dikatakan bahwa peristiwa itu menumbuhkan benih-benih kebencian 6XNDUQR WHUKDGDS 1DWVLU 'DPSDN GDUL perseteruan itu yang kemudian menyebabkan 1DWVLU PHQJHPEDOLNDQ PDQGDWQ\D NHSDGD SUHVLGHQSDGD0DUHW 6HWHODK1DWVLUPHQJHPEDOLNDQPDQGDWQ\D kedudukan perdana menteri kemudian dijabat oleh Sukiman dari Masyumi. Jadi, Sukiman merupakan orang kedua dari Masyumi yang duduk di puncak pemerintahan pada masa demokarasi parlementer. Kabinet Sukiman merupakan kabinet koalisi, terutama antara 0DV\XPLGHQJDQ31,.DGHU0DV\XPL\DQJ duduk dalam kabinet adalah Mr. Achmad Subarjo sebagai menteri luar negeri, Mr. <XVXI:LELVRQR VHEDJDL PHQWHUL NHXDQJDQ Dr. Syamsudin sebagai menteri sosial, dan .+:DKLG+DV\LPVHEDJDLPHQWHULDJDPD .DELQHW 6XNLPDQ GLODQWLN SDGD WDQJJDO $SULO)HLWK Program kabinet Sukiman tidak jauh EHUEHGD GHQJDQ .DELQHW 1DWVLU 0HVNLSXQ demikian, ada dua hal yang perlu diperhatikan pada masa Kabinet Sukiman. Pertama, melakukan razia dan pengisolasian terhadap
Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 1 Juni 2008
PKI. Kedua, menerima bantuan militer dari Amerika melalui Mutual Security Act06$ Sebagian kalangan melihat kebijakan tersebut keluar dari politik luar negeri yang bebas aktif. Kebijaksanaan yang terakhir inilah yang menjadi salah satu sebab jatuhnya kabinet Sukiman. Akhirnya Sukiman menyerahkan PDQGDWQ\DNHSDGDSUHVLGHQSDGD)HEUXDUL 1RHU .DELQHW6XNLPDQ GLJDQWLNDQROHKNDELQHW:LORSR .DELQHW :LORSR GLXPXPNDQ SDGD 0DUHW 3DGD NDELQHW :LORSR PDVLK juga terdapat kader-kader Masyumi seperti Prawoto Mangkusasmito sebagai wakil SHUGDQD PHQWHUL 0U 0 5RHP VHEDJDL menteri luar negeri, Moh. Sarjan sebagai menteri pertanian, dan K.H. Faqih Usman VHEDJDL PHQWHUL DJDPD )HLWK 3DGD PDVD .DELQHW :LORSR WHUMDGL 3HULVWLZD 2NWREHU 0XQFXOQ\D SHULVWLZD LWX EHUDZDO GDUL NRQÀLN LQHUQDO 71,$'.RQÀLNLWXEHUHPEHVNHSDUOHPHQ Parlemen membahas masalah itu yang kemudian melahirkan mosi Manai Sophian. Manai Sophian mengusulkan supaya diadakan reorganisasi dan mutasi di lingkungan Angkatan Perang dan kementerian pertahanan. Mosi itu diterima parlemen. Tentara menilai parlemen terlampau jauh mencampuri intern tentara. Tentara menolak mosi itu dengan melakukan tekanan kepada presiden untuk membubarkan parlemen. Tuntutan itu ditolak SUHVLGHQ 0HQXUXW$+ 1DVXWLRQ SHULVWLZD 2NWREHUPHUXSDNDQVHWHQJDKcoup, karena hanya ditujukan kepada parlemen, dan tidak kepada pemerintah atau presiden 1DVXWLRQ 6RSKLDQ
Peristiwa itu semakin menambah kesemrawutan politik Indonesia, karena sebagian politisi merasa tidak puas terhadap
merupakan kabinet koalisi antara Masyumi GHQJDQ36,,1836,GDQ3DUNLQGR.DGHU Masyumi yang duduk dalam kabinet adalah Burhanuddin Harahap sebagai perdana
pemerintah dalam menyelesaikan persoalan itu secara tuntas. Terlepas dari masalah WHUVHEXWPHQXUXW:LORSREDKZDNDELQHWQ\D jatuh karena adanya perbedaan sikap antara
menteri dan sekaligus menteri pertahanan, Moh. Sarjan sebagai menteri pertanian, dan Abdul Halim sebagai menteri negara. Meskipun kabinet ini tidak bertahan lama,
0DV\XPL GDQ 31, PHQJHQDL SHPEXNDDQ KXEXQJDQGLSORPDWLNGHQJDQ8QL6RYLHWGDQ SHULVWLZD7DQMXQJ0RUDZD$NKLUQ\D:LORSR PHQ\HUDKNDQNHPEDOLPDQGDWQ\DSDGD-XQL
tetapi pemerintah berhasil melaksanakan pemilu pertama di Indonesia. 3HPLOX GLODNVDQDNDQ GDUL WDQJJDO September sampai dengan 15 Desember
:LORSR 6HWHODK NDELQHW :LORSR EHUDNKLU DGD keinginan sebagian politisi untuk membentuk
3HPLOX GLODNVDQDNDQ XQWXN PHPLOLK ZDNLO UDN\DW \DQJ GXGXN GDODP '35 GDQ .RQVWLWXDQWH3HPLOXPHODKLUNDQHPSDW
NDELQHW SUHVLGHQVLDO 1DPXQ VHEDJLDQ ODLQ menolak karena bertentangan dengan UUDS 0HVNLSXQ DGD SUR NRQWUD WHUKDGDS sistem pemerintahan yang berlaku saat itu,
SDUWDL EHVDU \DNQL 31, 0DV\XPL 18 GDQ PKI. Partai Masyumi menjadi partai kedua WHUEHVDU VHWHODK 31, GHQJDQ SRVLVL 31, dan Masyumi masing-masing memperoleh
Presiden Sukarno tetap melanjutkan tradisi GHQJDQPHQXQMXN05RHP0DV\XPL GDQ S. Mangunsarkoro sebagai formatur kabinet.
NXUVL '35 GDQ GDODP NRQWLWXDQWH 31, PHPSHUROHK NXUVL GDQ 0DV\XPL NXUVL%XV\DLUL .HGXGXNDQ
1DPXQ IRUPDWXU LQL JDJDO PHPEHQWXN kebinet. Begitu juga halnya dengan Mukarto 1RWRZLGLJGR31, GDQ%XUKDQXGLQ+DUDKDS 0DV\XPL .DELQHW EDUX EHUKDVLO GLEHQWXN
Masyumi seperti itu yang mengantarkan Masyumi menjadi partai yang sangat berperan penting dalam setiap pembicaraan yang PXQFXOGL'35GDQ.RQVWLWXDQWH
VHWHODK:RQJVRQHJRUR3,5 GLWXQMXNVHEDJDL IRUPDWXU:RQJVRQHJRUREHUKDVLOPHPEHQWXN NDELQHW$OL 6DVWURDPLMR\R 31, 'DODP kabinet Ali I, Masyumi tidak ikut dalam pemerintahan, sehingga Masyumi bertindak sebagai partai oposisi. Selama masa demokrasi
Setelah Pemilu usai dan berhasil memilih wakil rakyat yang duduk dalam '35 GDQ .RQVWLWXDQWH PDND %XUKDQXGGLQ PHQ\HUDKNDQNHPEDOLPDQGDWQ\DSDGD0DUHW 3DGD0DUHW3UHVLGHQ6XNDUQR menujuk Ali Sastroamijoyo untuk membentuk
parlementer, pada masa kabinet Ali I inilah Masyumi tidak ikut dalam pemerintahan. Kabinet Ali tidak bertahan lama, yang
kabinet. Setelah melakukan hearing dengan partai-partai lain, kemudian Ali berhasil membentuk kabinet koalisi, terutama antara
kemudian digantikan oleh Kabinet Burhanudin Harahap. Kabinet Burhanuddin Harahap GLODQWLNSDGD$JXVWXV.DELQHWLQL
31,0DV\XPLGDQ183LPSLQDQNDELQHWQ\D DGDODK $OL 6DVWURDPLMR\R 31, VHEDJDL SHUGDQD PHQWHUL 0 5RHP 0DV\XPL
Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 1 Juni 2008
sebagai wakil perdana menteri I, dan K.H. ,GDKDP .KDOLG 18 VHEDJDL ZDSHUGDP ,, Adapun wakil Masyumi dalam kabinet Ali II DGDODK0U<XVXI:LELVRQRVHEDJDLPHQWHUL
menarik menterinya dari kabinet karena Masyumi tidak mau bertanggungjawab atas politik penyelesaian peristiwa-peristiwa di Sumatera. Hal ini disampaikan Sukiman di
keuangan, Prof. Dr. Mulyatmo sebagai menteri kehakiman, Suchyar Tejakusuma sebagai menteri perhubungan, dan Ir. Pangeran 0RFK1RHUVHEDJDLPHQWHULSHNHUMDDQXPXP
3DUOHPHQSDGD-DQXDUL6DVWURDPLGMRMR 6HWHODK0DV\XPLNHOXDUGDUL kabinet, maka berakhirlah peranan Masyumi dalam pemerintahan. Sejak saat itu, Masyumi
dan tenaga. Susunan kabinet itu dilaporkan kepada Presiden Sukarno. Ketika Sukarno melihat susunan kabinet itu, beliau kecewa karena tidak
tidak pernah lagi terlibat langsung dalam pemerintahan sampai pada masa demokrasi terpimpin.
mengikutsertakan PKI dalam kabinet. Bahkan Sukarno marah dengan menyatakan ini tidak adil. Meskipun demikian, setelah
MASYUMI SEBAGAI PARTAI OPOSISI PADA MASA TRANSISI MENUJU DEMOKRASI TERPIMPIN
seminggu susunan kabinet itu ada di tangan Sukarno, akhirnya dengan berat hati Sukarno menyetujui susunan kabinet tersebut. Kabinet Ali II pun GLODQWLN SDGD 0DUHW
Setelah Masyumi keluar dari kabinet Ali II, Masyumi mulai memposisikan diri sebagai partai oposisi terhadap pemerintah.
6DVWURDPLGMRMR Kabinet Ali II menghadapi persoalan yang FXNXSUXPLWWHUXWDPDGHQJDQDGDQ\DNRQÀLN
Sebagai partai oposisi tentunya Masyumi mengawasi jalannya pemerintahan. Masyumi mengkritik kebijakan pemerintah dalam menyikapi peristiwa-peristiwa militer di
LQWHUQDO GDODP WHQWDUD .RQÀLN LWX VHPDNLQ keras dengan munculnya dewan-dewan daerah yang pada gilirannya menimbulkan pergolakan-pergolakan di daerah. PM Ali
Sumatera. Adanya tekanan dari berbagai pihak kepada pemerintah, membawa dampak bagi kabinet, sehingga posisi pemerintah pun semakin lemah. Hal itu terbukti dalam jangka
tidak cukup berhasil mengatasi keadaan. Ketidakberhasilan itu tidak lepas dari peran Sukarno yang mulai mencampuri urusan pemerintah. Atau paling tidak Presiden Sukarno justru semakin memperkeruh keadaan, sehingga suhu politik semakin
dua bulan setelah keluarnya Masyumi dari kabinet, kabinet Ali II berakhir. Jatuhnya kabinet Ali II menandakan berakhirnya sistem parlementer, dan memasuki masa transisi yakni dari masa demokrasi parlementer ke
memanas. Melihat kondisi seperti itu, dalam 0XNWDPDU 0DV\XPL SDGD 'HVHPEHU PHQJDPELO NHSXWXVDQ XQWXN PHQDULN para menterinya dari kabinet. Keputusan itu kemudian diumumkan pimpinan Masyumi SDGDWDQJJDO-DQXDUL$ODVDQ0DV\XPL Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 1 Juni 2008
demokrasi terpimpin. Sikap oposisi Masyumi semakin menguat setelah Sukarno menunjuk dirinya sendiri VHEDJDL IRUPDWXU NDELQHW SDGD $SULO )RUPDWXU NDELQHW EHUWXJDV XQWXN membentuk Zaken Kabinet Darurat Extra Parlementer GDQ 'HZDQ 1DVLRQDO Zaken
kabinet merupakan kabinet yang formasinya tidak menitikberatkan pada kekuatan politik pada parlemen, tetapi berdasarkan keahlian dan kecakapan menteri. Sukarno berhasil membentuk Kabinet Karya yang dipimpin oleh Perdana Menteri Juanda. Dalam kabinet karya terdapat dua menteri yang berasal dari 0DV\XPL \DNQL ,U 3DQJHUDQ 0 1RHU GDQ Mulyadi Joyomartono. Meskipun terdapat
berbagai instansi pelaksanaannya telah dan sedang simpang siur …”. Penilaian serupa juga disampaikan Ketua Fraksi Masyumi Burhanuddin Harahap dalam PHQLODLSHPEHQWXNDQ'HZDQ1DVLRQDO/HELK lanjut beliau mengatakan “adanya Dewan 1DVLRQDODGDODKEHUWHQWDQJDQGHQJDQ88' yang berlaku. Sebab adanya suatu lembaga negara telah diatur sedemikan rupa dalam
anggota Masyumi dalam kabinet, Partai Masyumi menolak kabinet dengan meminta para kadernya untuk mengundurkan diri dari NDELQHWNDU\D1DPXQNHGXDNDGHULWXWHWDS
UUD”. Oleh karena itu, Fraksi Masyumi menolak konsepsi presiden, baik materi dan pelaksanaannya maupun alasan-alasannya %XV\DLUL 6LNDSIUDNVLLQL
bertahan dalam kabinet, akibatnya mereka dikeluarkan dari keanggotaan Masyumi. Masyumi menentang pembentukan kebinet
menunjukkan bahwa Masyumi tidak mau berkompromi dengan kebijaksanaan Sukarno dalam pembentukan kabinet karya. Masyumi
karya disebabkan pembentukan zaken kabinet adalah suatu pelanggaran, karena melanggar UUDS yang masih berlaku, dan tata tertib
tidak hanya menolak konsepsi presiden, tetapi juga menolak demokrasi terpimpin. Partai Masyumi terus mencurigai pelaksanaan demokrasi terpimpin, mengingat
ketatanegaraan dan norma-norma demokrasi. Bahkan Masyumi menilai Sukarno sudah menganggap sepi kedaulatan rakyat dan sengaja mengaburkan pengertian demokrasi \DQJ VXGDK GLNHQDO VHODPD LQL %XV\DLUL Partai Masyumi tetap konsisten terhadap pendiriannya, yakni menolak konsepsi presiden yang menjadi landasan pembentukan kabinet karya. Ketika kabinet karya menyampaikan program kerjanya ke '35 PLVDOQ\D )UDNVL 0DV\XPL PHODOXL juru bicaranya Mr. Burhanuddin Harahap menilai prosedur pembentukan kabinet tidak proporsional dan masih simpang siur. Selanjutnya beliau mengatakan “ Bagaimanapun baiknya program dan niat pemerintah, ia tidaklah dapat dilaksanakan, apabila norma-norma yang dipakai oleh
sikap Sukarno yang membentuk kabinet karya yang jelas-jelas bertentangan dengan UUD yang masih berlaku. Memasuki masa demokrasi terpimpin, Partai Masyumi tetap bersikap oposisi terhadap pemerintah. Ketika SHPHULQWDK PHQJDMXNDQ 5$3%1 GL '35 )UDNVL0DV\XPLPHQRODNQ\DVHKLQJJD'35 MXJDPHQRODNQ\D3HQRODNDQ'35WHUKDGDS 5$3%1 WHUVHEXW \DQJ PHQ\HEDENDQ '35 dibubarkan Presiden Sukarno pada tahun 6HWHODK '35 GLEXEDUNDQ PDND SUDNWLV peran politik Masyumi secara legal formal sudah habis dalam rangka melakukan oposisi terhadap pemerintah. Sekali pun demikian, Masyumi tetap melakukan aksi oposisi terhadap pemerintah melalui ekstra parlementer dengan membentuk
Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 1 Juni 2008
/LJD 'HPRNUDVL 1DPXQ OHPEDJD LQL MXJD dibubarkan pemerintah, sehingga hampir tidak ada ruang lagi bagi Masyumi melakukan gerakan oposisi terhadap pemerintah.
wakil perdana menteri. Disamping itu, masih terdapat beberapa menteri yang duduk dalam pemerintahan. Peranan Masyumi dalam pemerintahan
Gerakan oposisi berakhir sudah setelah Partai Masyumi sendiri dipaksa dibubarkan 6XNDUQRSDGD$JXVWXV,WXODKVDWX konsekuensi logis yang sangat pahit yang
berkurang sama sekali ketika memasuki masa transisi. Akibatnya Masyumi pada periode ini menempatkan dirinya sebagai partai oposisi. Sikap oposisi itu terus berlanjut pada pada
harus ditelan oleh Partai Masyumi, karena terlalu istiqomah terhadap pendiriannya yang tidak mau berkompromi dengan sikap politik pemerintahan Sukarno pada masa demokrasi
masa demokrasi terpimpin. Konsekuensi dari sikap oposisi itu yang mengantarkan Partai Masyumi dibubarkan Presiden Sukarno SDGDEXODQ$JXVWXV6HLULQJGHQJDQLWX
terpimpin.
secara legal formal peran politik Masyumi berakhir.
PENUTUP Peranan Masyumi dalam pemerintahan mengalami pasang surut. Adakalanya Masyumi berada dalam pemerintahan, dan bahkan menjadi kepala pemerintahan. Secara XPXP 3DUWDL 0DV\XPL SDGD PDVD UHYROXVL menempatkan partainya sebagai partai kritis terhadap pemerintah, sekalipun para kadernya duduk dalam pemerintahan. Dengan kata lain, sekalipun kader Masyumi ada yang menjadi menteri, tetapi Partai Masyumi tetap melakukan pengawasan terhadap pemerintah,
DAFTAR RUJUKAN %XV\DLUL %DGUX]]DPDQ Catatan Perjuangan H.M. Yunan Nasution. Jakarta: Pustaka Panjimas. )HLWK +HUEHUW The Decline of Constitutional Democracy in Indonesia. Ithaca and London: &RUQHOO8QLYHUVLW\3UHVV /DSLDQ$% GDQ 3- 'URRJOHYHU SHQ\ Menelusuri Jalur Linggarjati. -DNDUWD*UD¿WL
dan bahkan sangat kritis terhadap pemerintah sehingga tidak heran kalau kabinet jatuh
1DVXWLRQ $+ Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia. Jilid 5. Bandung: Angkasa.
karena begitu besarnya peran politik yang GLPDLQNDQ0DV\XPLSDGDPDVDUHYROXVL Pada masa demokrasi parlementer,
BBBBBB Memenuhi Panggilan Tugas. Jilid 3. Jakarta; Gunung Agung.
Partai Masyumi menempatkan dirinya sebagai partai pemerintah. Bahkan berhasil menempatkan para kadernya pada puncuk SLPSLQDQ SHPHULQWDK VHSHUWL 0 1DWVLU Sukiman dan Burhanuddin Harahap sebagai perdana menteri. Sementara itu, Prawoto 0XQJXQNDVPLWR GDQ 0 5RHP VHEDJDL Forum Ilmu Sosial, Vol. 35 No. 1 Juni 2008