Aspek Politik dan Ekonomi dalam Pasang Surut Koran Partisan L’Humanité
BERNADETA SARI UTAMI NIP 0706050114
PROGRAM STUDI PRANCIS FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2006
Aspek politik dan Ekonomi dalam Pasang Surut Koran Partisan Humanité1
Bab I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1.1.1 Perkembangan Koran di Prancis
Media massa cetak di Prancis sejak kelahirannya sekitar empat abad yang lalu terus tumbuh dan berkembang. Hingga kini, berbagai koran dan majalah mengalami pasang dan surut, bahkan banyak pula yang tidak mampu bertahan. Berbagai faktor mempengaruhi hidup mati dan pasang surut koran Prancis. Faktor ekonomi, politik, sosial adalah beberapa di antara faktor yang menentukan tumbuh kembangnya koran di Prancis. Koran periodik pertama yang muncul di Prancis terbit pada tahun 1631. Pada tahun 1777 koran harian pertama terbit di Paris dengan nama Journal de Paris. Setelah revolusi 1789 terjadi perkembangan pesat dalam jumlah judul koran. Sebagai hasilnya, politik dalam negeri mendapat liputan yang luas. Pada saat yang sama, koran partisan mulai bermunculan (Kuhn, 1995: 16). Pada perkembangan berikutnya, banyak surat kabar yang tidak mampu bertahan. Sempat menjamur lagi pada masa Revolusi 1848, akan tetapi kemudian banyak pula yang tidak terbit lagi pada masa antara Republik II (1848-1951) dan pemerintah Kekaisaran II (1851-1870). Peningkatan yang sangat tajam terjadi pada paruh pertama periode Republik III (1870-1914). Jumlah koran harian yang terbit di Paris (koran nasional) mencapai puncak tertinggi pada tahun 1914 dengan 80 judul surat kabar. Koran harian regional berjumlah 242 judul, sebuah angka yang fantasis dibandingkan pada tahun 1870 saat jatuhnya pemerintahan Kekaisaran II, yakni 36 surat kabar nasional, dan 100 regional 1
Makalah dipresentasikan dalam Seminar Hasil Penelitian Program Studi Prancis dalam rangka Program SP4, pada tanggal 6-7 Desember 2006 di Kampus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI Depok.
(Kuhn, 1995: 18). Pasca Perang Dunia I, jumlah itu mengalami penurunan. Pada tahun 2001, jumlah koran nasional hanya mencapai 12 judul (Mermet, 2002: 441). Pada tahun 2003, sebanyak 33% penduduk Prancis berusia 15 tahun ke atas membaca surat kabar, baik koran nasional maupun regional. Sejumlah16,8 % (atau sekitar 8 juta orang) di antaranya membaca koran nasional. Dua pertiga dari jumlah tersebut adalah populasi aktif (Mermet, 2004: 447). Sebaran jumlah pembaca setiap judul koran nasional dapat dilihat dalam tabel berikut:
L'Equipe
2500
Le Monde Le Figaro
2000
Liberation
1500
Les Echos Aujourd'huiLeParisien France Soir
1000 500 0
La Tribune La Croix
surat kabar
L'Humanite
(Mermet 2004: 448)
Dari sejarah perkembangan koran di Prancis tersebut kita mendapat gambaran tentang eksistensi koran harian di Prancis dulu dan masa kini. Gejolak politik, ekonomi, dan sosial memberi dampak bagi perkembangan surat kabar secara kuantitas. Perang, pergantian warna pemerintahan, kehadiran media massa
kompetitor, dan krisis ekonomi, adalah beberapa dari berbagai faktor yang mempengaruhinya.
1.1. 2 Karakter Koran Partisan
Keadaan pasang dan surut juga dialami oleh koran partisan. Bahkan, menjadi koran partisan sangatlah beresiko karena popularitasnya sangat terkait dengan situasi politik yang tengah berlangsung. Saling keterkaitan antara koran, politik, dan partai politik sudah lama terjalin. Berbagai hal tersebut memberikan karakter yang khas kepada koran partisan. Pasang surut koran partisan ini menarik untuk dikaji karena karakternya yang khas itu. Hubungan antara media massa dan partai politik, serta pengaruh hubungan tersebut terhadap isi media, adalah hal menarik untuk dikaji. Seymour-Ure (Kuhn, 1995: 69) terdapat beberapa alasan mengapa perkembangan koran partisan
penting
diperhatikan. Pertama, adanya hubungan sejarah yang kuat antara media massa dan sistem partai. Kedua, partai politik memberi peran kepada media massa dalam hubungan mereka yang eksplisit maupun implisit. Ketiga, fungsi-fungsi partai berjalan dengan dukungan media massa. Koran partisan diduga sangat rentan terhadap berbagai perubahan, terutama perubahan politik, nasional maupun internasional. Dari sisi ekonomi, koran partisan sangat selektif terhadap iklan yang hendak dimuat karena keterikatannya pada ideologi partai, padahal iklan pada sebagian besar media massa merupakan “jantung” kehidupan karena dukungan finansialnya 1.1.3 Mengapa L’Humanité ?
Dari berbagai koran partisan di Prancis, yang kelahirannya jelas-jelas dari partai politik adalah L’Humanité. Partai Komunis Prancis saat ini sedang tidak populer di Prancis, bahkan cenderung menurun popularitasnya, sehingga menarik untuk melihat nasib L’Humanité sebagai koran Partai Komunis. Dalam data terlihat
tiras L’Humanité terus menurun sejak tahun 1950-an. Saat ini partai/aliran politik yang tengah berkuasa adalah partai/aliran kanan sehingga menarik untuk melihat hubungannya dengan popularitas L’Humanité yang lahir sebagai koran kiri. Selain itu, secara ekonomi keadaan L’Humanité sedang tidak bagus saat ini. Kesulitan finansial tengah melanda L’Humanité. Pada tahun 2001 sebagian sahamnya dijual oleh PCF kepada pemilik TF1 dan Hachette.
1.1.4 Masalah penelitian
Penelitian ini akan menjawab beberapa masalah berikut : 1. Aspek politik dan ekonomi apa yang muncul dalam pasang surutya L’Humanité ? 2. Sebagai koran partisan, apakah faktor politik merupakan penyebab utama turunnya popularitas L’Humanité ? 3. Apa yang memungkinkan L’Humanité dapat tetap bertahan?
1.1.5 Tujuan penelitian 1. Menemukan berbagai aspek politik dan ekonomi yang mempengaruhi pasang surutnya koran L’Humanité 2. Menemukan faktor yang paling dominan yang berpengaruh pada popularitas L’Humanité sebagai koran partisan 3. Menemukan penyebab L’Humanité masih tetap bertahan
1.1.6 Signifikansi Penelitian
a. Untuk peminat studi Prancis 1. Memberi wawasan di bidang sejarah dan kebudayaan Prancis 2. Membuka kemungkinan untuk penelitian lebih lanjut tentang media massa di Prancis b. Untuk peminat studi media massa/komunikasi massa
1. Memberi wawasan tentang media massa di Prancis karena tulisan tentang ini di Indonesia masih jarang ditemui 2. Membuka kemungkinan penelitian lebih lanjut tentang media massa partisan/non partisan
1.1.7 Metode Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan metode studi kepustakaan dengan pendekatan (rapprochement) konsep-konsep ilmu sosial, dalam hal ini ilmu komunikasi massa dan ilmu politik. Kajian sejarah tidak lagi dilihat sebagai fenomena kesejarahan yang berdiri sendiri, tetapi mencakup totalitas kajian berbagai disiplin secara menyeluruh. Historiografi telah diperkaya dengan peralatan dari ilmu-ilmu sosial sehingga dapat disebut sebagai social scientific history (Agus Salim, 2001: 185). Pendekatan multidimensi ini cocok dipakai untuk penelitian kecil ini karena di dalamnya mencakup sejarah politik dan ekonomi yang membutuhkan teori-teori politik dan komunikasi massa untuk menemukan jembatan perkembangan yang menghubungkan l’Humanité di masa lalu dan masa kini, serta mengaitkannya dengan situasi politik dan ekonomi yang menyertai perjalanan l’Humanité sebagai koran partisan. Teori-teori politik tentang komunisme, kapitalisme, hubungan media massa dan politik, kekuatan media, dan kepemilikan media dapat membantu pemahaman sejarah perkembangan l’Humanité sebagai sebuah organisasi media baik dalam masa jaya maupun masa sulitnya.
BAB II KERANGKA KONSEP
2.1 Teori Hubungan Media Massa dan Partai Politik
(Seymour-Ure, 1995) mengatakan, dilihat dari hubungannya dengan ideologi dan partai politik, surat kabar dapat digolongkan menjadi surat kabar partisan dan non partisan. Tiga hal penting dalam melihat interaksi surat kabar dan partai politik adalah organisasi, tujuan, pendukungnya.
2.2 Kepemilikan dan Kontrol Media
Altschull (1984) mengatakan bahwa isi media selalu merefleksikan kepentingan orang yang mendanainya. Paling tidak ada 3 kategori kepemilikan media, yakni perusahaan komersial, badan swasta non profit, dan sektor publik.
2.3 Kekuatan media
Menurut McQuail (2000), media massa memiliki berbagai kekuatan, yakni : 1. Menarik & mengarahkan perhatian publik 2. Membujuk (opini & kepercayaan) 3. Mempengaruhi sikap 4. Membentuk pengertian realitas 5. Memberi status & legitimasi 6. Memberi informasi secara cepat & luas
2.4 Pengaruh ideologi pada isi media
Reese dan Shoemaker (1996: 223) membuat model hirarkis pengaruh ideologi pada isi media. Model tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut:
Pengaruh Ideologi pada Isi media (Shoemaker & Reese, 1996)
Ideological level Extramedia level Organizatio nal level Media routines level Individual level
2.5 Komunisme Komunisme adalah suatu sistem yang ditandai oleh kepemilikan alat-alat produksi dan perdagangan secara kolektif, dan hilangnya kelas-kelas dalam masyarakat (Bremond, 1981: 69). Komunisme menolak adanya golong-golongan dalam masyarakat, dan menolak dominasi negara-negara kapitalis (Budiardjo 1992: 86-87).
2.6. Kapitalisme
Menurut kaum marxist, kapitalisme ditandai oleh kepemilikan swasta terhadap alat-alat produksi. Kaum kapitalis memimpin proses produksi. Bagi kaum liberal, kebebasan melakukan dan memiliki usaha adalah bagian dari kebebasan yang dimiliki manusia. Keuntungan yang diperoleh adalah imbalan bagi para pemilik usaha (Bremond, 1981: 50-51).
BAB III PROFIL L’HUMANITÉ
3.1 Kelahiran dan Perkembangan L’Humanité L’Humanité didirikan oleh Jean Jaurès pada tahun 1904 dan merupakan bagian dari SFIO (Section française de l’internationale ouvrière), sebuah organ Partai Komunis. L’Humanité pernah dilarang terbit pada tahun 1939, dan terbit kembali secara sembunyi-sembunyi sampai tahun 1944. Pada tahun 1946 koran ini mencapai tiras tertinggi yakni 400.000 eksemplar (Albert, 1998: 123). Namun sejak itu, tirasnya terus menerus mengalami penurunan, hingga hanya 48.000 eksemplar pada tahun 2003 (Mermet 2004 : 448). Secara organisasi, koran ini berada di bawah kontrol Partai Komunis. Redaktur dan dewan redaksi dipilih oleh partai. Partai juga mengontrol isi surat kabar. Sebagian besar wartawannya adalah anggota Partai Komunis. Surat kabar ini mendukung partai pada saat pemilu dan membantu tercapainya tujuan ideologis partai. Pembaca L’Humanité pun sebagian besar adalah anggota atau pendukung Partai Komunis (Kuhn, 1995: 72). 3.2 Tampilan L’Humanité dari halaman ke halaman
L’Humanité memiliki 24 halaman dan berukuran tabloid. Koran yang dijual seharga 1,2 € per eksemplar ini tampil berwarna, lengkap dengan gambar atau foto. Berikut tampilan koran ini dari halaman ke halaman yang muncul dalam L’Humanité yang terbit hari Jum’at, 1 September 2006 :
Halaman
Rubrik
1 (à la une)
Berita utama, foto/gambar, judul-judul artikel unggulan, kutipan kalimat dari orang besar
2,3
Evénement, editorial
4,5
Politique
6
Social Economique
7,8
Société
9,10
Fête de l’Humanité
11,14
Monde
12, 13
Europe
15
Sports
16
Idées
17
Annonces légales
18
Médias
19
Médias télé
20
Service
21, 22
Culture
23
L’Humanité Rispostes
24
Publicité
Menurut Reese dan Shoemaker (1996: 223), salah satu faktor yang mempengaruhi isi media adalah rutinitas atau kebiasan media. Rutinitas L’Humanité dari tampilan di atas adalah :
1. Di halaman pertama selain terdapat judul berita atau gambar utama, biasanya juga terdapat judul artikel unggulan lainnya atau seruan yang sifatnya mobilisasi yang ditujukan kepada masyarakat pekerja. Contoh yang muncul dalam L’Humanité 1 September adalah :
« Les syndicats appellent les enseignants à la grève pour le 28 Septembre prochain »
« Serikat sekerja mengajak para guru untuk melalukan mogok pada tanggal 28 September mendatang »
Ajakan yang ditujukan kepada para guru untuk melakukan mogok kerja itu menunjukkan sikap L’Humanité yang terus memperjuangkan nasib kaum pekerja termasuk guru yang nasibnya menurut mereka kurang diperhatikan oleh pemerintah. Komunis dianggap masih populer di kalangan kaum buruh dan pekerja karena sikapnya itu.
2. Rubrik politik, sosial, dan kemasyarakatan mendapat porsi yang lebih banyak dibandingkan rubrik lain. Ini menunjukkan bahwa L’Humanité masih tampak sebagai koran dengan ketertarikan utama pada bidang politik dan kemasyarakatan. 3. Dalam koran ini jarang sekali terdapat iklan. Dalam L’Humanité terbitan 1 September 2006 tersebut iklan hanya terdapat di halaman terkahir (halaman 24) meski besarnya satu halaman penuh. Sebagai sebuah media, salah satu sumber pendanaan yang potensial adalah iklan. L’Humanité bisa digolongkan dalam pengecualian. Meski sekarang saham L’Humanité tidak lagi dikuasai
secara mayoritas oleh PCF, namun ternyata L’Humanité masih memilih untuk tidak memberikan porsi yang cukup besar kepada pemasang iklan. Ini sejalan dengan prinsip partai-partai kiri yang antikapitalis.
3.3 Tiras dan Jumlah Pembaca Berikut adalah tabel perkembangan tiras L’Humanité dari waktu ke waktu (dalam ribu)
400 350 300 250 200 150 100 50 0 1946
65
70
75
81
85
88
92
97
2003
(Sumber: Pierre, 1998 & Mermet, 2005) Pada tahun 2003 jumlah pembaca L’Humanité mencapai 320.000 orang. Angka ini menempatkan L’Humanité di peringkat ke-10 atau terakhir dari 10 koran besar di Prancis. Peringkat pertama diduduki oleh L’Equipe dengan 2.340.000 pembaca.
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS
4.1 Temuan Dari data yang telah didapat, terlihat bahwa L’Humanité terus mengalami penurunan tiras dan penurunan yang paling tajam adalah pada tahun 1965 & 1992. Sedangkan tiras tertinggi dicapai pada tahun 1946. Situasi politik dan ekonomi yang bagaimana yang tejadi pada tahun-tahun tersebut ? Bagaimana pengaruhnya terhadap pasang surut L’Humanité ? 4.2 Situasi Politik dan Pengaruhnya pada Pasang Surut L’Humanité Pasang surut koran L’Humanité pada pasca Perang Dunia II tidak dapat dilepaskan dari situasi politik di dunia dan Eropa pada masa itu. Perang Dingin antara dua kutub ideologi yakni Amerika Serikat dan Uni Soviet membuat Eropa terjepit di antara kedua negara adi daya tersebut. Rebutan pengaruh di Eropa, termasuk di Prancis, sangat terasa. Uni Soviet yang memiliki jaringan partai komunis dunia berusaha menanamkan pengaruh di Prancis lewat Parti communiste français (PCF). Koran L’Humanité sebagai corong PCF berperan penting dalam menumbuhkan popularitas komunis di Prancis. Seymour-Ure (Albert : 1995) menyebutkan bahwa interaksi antara surat kabar dan partai politik dapat dilihat dari tiga hal penting yakni organisasi, tujuan, pendukungnya. Organisasi dan tujuan L’Humanité ditetapkan oleh PCF yang adalah kepanjangan tangan dari komunis Soviet. Kehadiran koran ini dalam rangka propaganda komunis dan menghimpun pendukung di kalangan masyarakat buruh dan pekerja di Prancis. McQuail (2000) juga menyebutkan beberapa kekuatan media, antara lain bahwa media mempunyai kekuatan untuk menarik dan mengarahkan perhatian publik serta berkemampuan untuk membujuk opini dan kepercayaan publik. Peran L’Humanité sebagai media partisan sesuai dengan apa yang dikatakan oleh McQuail tersebut.
Dalam grafik perkembangan tiras L’Humanité dari masa ke masa, terlihat tiras yang tertinggi yakni 400.000 eksemplar dicapai pada tahun 1946, tahun awal masa perang dingin AS-Uni Soviet. Ini memperlihatkan gencarnya usaha komunis dalam menyebarluaskan ideologinya lewat media massa, menyadari kekuatan yang dimiliki oleh media dalam mempengaruhi opini publik. Bagaimana dengan popularitas Parti communiste français (PCF) pada masa yang sama ? PCF merupakan salah satu partai yang populer pada masa pasca Perang Dunia II (PD II) dan selama masa Republik IV. PCF memperoleh 25,9 % suara pada pemilu legislatif
pada bulan Juni 1946, 28,2% pada pemilu bulan
November 1946, 26,9% pemilu bulan Juni 1951, dan 25,9% pada pemilu bulan Januari 1956. Perolehan tersebut adalah yang paling tinggi di antara seluruh partai peserta pemilu legislatif (Hewlett, 1998 : 28). Pasca PD II dalam perpolitikan Prancis terjadi apa yang disebut dengan tripartism, yakni ketika aliran-aliran politik utama pendukung resistance pada masa pendudukan Jerman, bekerjasama untuk membangun kembali Prancis yang porak poranda pasca PD II. Tiga partai tersebut adalah Mouvement républicain populaire (MRP) yang beraliran Kristen Demokrat, Parti communiste française (PCF) yang komunis, dan Section française de l’Internationale ouvrière (SFIO) yang sosialis. Pada tahun 1947 PCF dikeluarkan dari pemerintahan Prancis karena kedekatannya yang sangat erat dengan komunis Soviet. Namun, PCF tetap merupakan partai yang paling diminati oleh masyarakat kelas buruh, sebagian masyarakat rural, dan mendapat simpati dari kaum intelektual dan seniman. Pada masa dekade 1940-an sampai 1950-an tersebut terlihat hubungan yang saling mendukung antara PCF dan L’Humanité. Popularitas PCF di kalangan masyarakat tertentu dan persebaran L’Humanité berjalan seiring. Tahun 1980-an, ketika PCF mengalami penurunan, L’Humanité pun demikian. Awal tahun 1990-an menjadi masa pahit bagi L’Humanité karena jatuhnya Uni Soviet yang makin memudarkan pengaruh PCF di Prancis. Selain itu, secara finansial L’Humanité tidak lagi dibantu oleh Uni Soviet sejak kejatuhan tersebut.
4.3 Situasi Ekonomi dan Pengaruhnya pada Pasang Surut L’Humanité Situasi ekonomi di Prancis juga mempengaruhi pasang surut l’Humanité. Dalam penerbitannya, L’Humanité sampai dengan tahun 1992 mendapat bantuan dari Uni Soviet. Bantuan itu berupa percetakan koran. Namun seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bantuan itu terhenti setelah kejatuhan Uni Soviet pada awal tahun 1990-an. Perkembangan media audio dan visual juga berperan dalam penurunan popularitas koran L’Humanité. Kehadiran dan kemajuan radio, televisi, dan internet menimbulkan kompetisi yang ketat yang kelihatannya hingga kini dimenangkan oleh media elektronik tersebut. Antara tahun 1970 – 1990, jumlah pembaca koran harian menurun lebih dari separuh. Penurunan ini terutama terjadi pada koran nasional (Mermet 2004: 446). Menurunnya tiras dan jumlah pembaca L’Humanité dipengaruhi pula oleh naiknya secara terus-menerus harga koran di Prancis. Berikut adalah tabel perkembangan index harga koran dari tahun ke tahun : Perkembangan index harga koran (Sumber: INSEE) index 100: 1970
1200 1020 924 835 759 648
1000 800 600
489
400
343 258 211 200 138 100 0
1970
1975
1979
1983
1990
1996
Peningkatan indeks harga koran yang hampir 10 kali lipat pada tahun 1990-an memperlihatkan kondisi ekonomi yang tidak mendukung perkembangan media cetak di Prancis. Peningkatan ini merupakan akibat dari krisi ekonomi 1974 yang menyentuh berbagai sektor industri di Prancis, termasuk industri media. Biaya operasional yang meningkat membuat harga koran semakin tinggi. Kenaikan harga ini berpengaruh pula pada keputusan publik untuk menkonsumsi koran, termasuk L’Humanité. Selain dihadapkan pada persaingan dengan media massa elektronik, L’Humanité sebagai koran nasional juga harus berkompetisi dengan koran regional yang kini peminatnya jauh lebih banyak dibandingkan peminat koran nasional. Cakupan isi media regional yang lebih banyak meliput wilayah yang dikenlai oleh publik menjadikan koran regional pilihan utama masyarakat Prancis. Jika koran nasional pada tahun 2003 dibaca oleh 20 % orang Prancis, maka koran regional dibaca oleh 40 % orang (Mermet 2004: 447-448). Salah satu masalah yang dihadapi oleh media massa cetak di Prancis termasuk L’Humanité adalah sulitnya mendapatkan iklan. Padahal, iklan adalah salah satu sumber pemasukan dana paling besar bagi sebuah media. Apalagi jika L’Humanité tetap memakai ideologinya untuk menyeleksi iklan yang tayang di korannya. Ini akan memperkecil peluang untuk memperoleh iklan. Tampaknya situasi kesulitan finansial sedang melilit L’Humanité. Dalam edisi koran ini tanggal 1 September 2006 yang lalu, pada halaman 23 redaksi L’Humanité menuliskan seruan bagi pembaca untuk ikut membantu pendanaan L’Humanité demi kelangsungan hidup koran ini. Isi himbauan itu adalah sebagai berikut: « URGENT ! Pour le pluralisme, pour donner à l’Humanité les moyens de faire face à ses besoins financiers immédiats, et pour la réussite de l’Humanité Dimanche. Agissez, souscrivez, devenez cofondatrices et cofondateurs de l’Humanité Dimanche. » « PENTING ! Demi pluralisme, untuk memberi l’Humanité jalan dalam menghadapi kebutuhan finansial yang mendesak, dan demi kesuksesan
l’Humanité Dimanche. Bertindaklah, pesanlah, jadilah pendiri l’Humanité Dimanche. »
Himbauan ini begitu lugas dan tanpa malu-malu. Ini makin memperlihatkan situasi sulit yang kini tengah dihadapi oleh L’Humanité. Padahal berbagai upaya telah dilakukan oleh L’Humanité agar kesulitan finansial ini teratasi. Pada tahun 2001, PCF menjual 20 % saham kepemilikan L’Humanité kepada investor swasta pemilik TF1 dan kelompok Hachette. Pendirian L’Humanité Dimanche juga diharap dapat mendongkrak popularitas L’Humanité. Sebenarnya pemerintah Prancis cukup memberi perhatian pada media massa dalam soal finansial. Pemerintah memberikan subsidi baik secara langsung maupun tidak langsung kepada pers Prancis. Pengeluaran pemerintah untuk subsidi pers ini rata-rata 55 juta dollar setahun. Sebuah terbitan baru, misalnya, akan disubsidi biaya produksinya oleh pemerintah sebesar 15 % dari total biaya. Pemerintah juga mengurangi pajak pendapatan pekerja media sebesar 30%. Selain itu, pemerintah juga mengontrol harga koran. Ini diperlukan agar tidak terjadi kesenjangan yang terlalu lebar antara harga koran besar dan kecil, nasional dan regional, serta umum dan khusus. Meskipun pemerintah Prancis melakukan berbagai upaya untuk membantu, tampaknya industri media di Prancis masih tetap berada dalam kondisi yang tidak sehat. Bahkan, biaya produksi dalam industri media di Prancis adalah yang paling tinggi di Eropa saat ini (Tebbel: 2003).
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari berbagai data, fakta, temuan, dan analisis tentang pasang surut koran partisan kiri L’Humanité, ada beberapa hal yang dapat ditarik sebagai kesimpulan, yakni :
1. Aspek politis a. Berlangsungnya awal Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet. L’Humanité sebagai koran komunis dipakai sebagai alat propaganda komunis Soviet untuk masuk dan mencari pendukung di Prancis. b. Kalah atau menangnya PCF dalam pemilu legislatif akan berpengaruh pada popularitas L’Humanité dan sebaliknya L’Humanité berkontribusi pula pada sukses atau tidaknya PCF. c.
Naiknya popularitas Partai Socialiste (PS) sebagai saingan PCF dari golongan kiri juga berpengaruh pada popularitas L’Humanité.
d. Jatuhnya Uni Soviet yang berarti kehancuran komunis di Eropa membuat L’Humanité semakin terpuruk.
2. Aspek ekonomi a. Peningkatan harga koran sebagai akibat dari naiknya ongkos produksi koran di Prancis terutama sejak krisis ekonomi 1974. b. Munculnya televisi dan internet sebagai « pemenang » dalam kompetisi di antara media massa. Media cetak seperti koran kalah bersaing dengan media elektronik yang jangkauannya lebih luas dan diuntungkan oleh perkembangan teknologi informasi mutakhir. c. Putusnya bantuan dari Soviet untuk L’Humanité pasca kejatuhan komunis di Eropa. Kenyataan ini membuat L’Humanité semakin jatuh dalam kesulitan finansial
3. Sebagai koran partisan yang membawa bendera aliran politik tertentu, ternyata nasib L’Humanité tidak hanya dipengaruhi oleh faktor politis saja. Dari temuan tentang faktor politis dan ekonomi di atas, tidak satupun yang dominan. Semuanya secara perlahan, baik bersamaan maupun bergantian, telah ikut menentukan nasib L’Humanité hingga yang tengah berlangsung saat ini. 4. Yang membuat l’Humanité masih dapat bertahan hingga kini meski tengah dihadapkan pada berbagai kesulitan, adalah suntikan dana dari investor yang notabene adalah kapitalis. Ini adalah sebuah kenyataan yang ironis. Di satu sisi l’Humanité lahir sebagai koran komunis yang antikapitalis. Di sisi lain, demi kelanjutan hidupnya, l’Humanité menerima kehadiran kapitalis di dalam kepemilikannya dan ini dapat berpengaruh pada organisasi, tujuan, isi, dan pendukung media. Bukan tidak mungkin perubahan sebagian kepemilikan ini membuat warna komunisme l’Humanité semakin pudar.
5.2 Implikasi
Di dalam penelitian kecil ini terdapat temuan-temuan yang menarik, yang masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Perubahan sebagian kepemilikan l’Humanité diduga dapat mengubah warna politik koran tersebut yang pada awalnya terlahir sebagai koran komunis. Melalui penelitian lanjutan, diharapkan akan dapat ditemukan bagaimana perubahannya, ke arah manakah ? Apakah warna komunisnya berkurang? Atau, apakah l’Humanité tidak lagi menjadi koran partisan ? Apakah sebenarnya sebelum sebagian sahamnya dijual, sudah adakah perubahan yang signifikan di dalam tubuh l’Humanité ? untuk dicarikan jawabannya.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut menarik
DAFTAR PUSTAKA
Albert, Pierre. 1998. La Presse française. Paris: La Documentation Française Bremond, Janine dan Alian Geledan. 1981. Dictionnaire économique et social. Paris: Hatier. Hewlett, Nick. 1998. Modern French Politics. Malden: Polity Press. Kuhn, Raymond. 1995. The Media in France. New York: Routledge. MCQuail, Denis. 2000. McQuail’s Mass Communication Theory. London: Sage Publications. Mermet, Gérard. 2004. Francoscopie 2005. Paris: Larousse. Platone, François. 1995. Les Partis politiques en France. Toulouse : Les Essentiels Milan Shoemaker, Pamela & Stephen D. Reese. 1996. Mediating the Message. New York: Longman. Tebbel, John. Print Media-Newspaper, Magazines. New York University. http://fr.wikipedia.org www.humanite.fr