PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPM-MP) (Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
Oleh: Karina Swedianti I34070115
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 ii
ABSTRACT KARINA SWEDIANTI The Community Participation in The Economic Rolling PNPM-MP Program. Supervised by NINUK PURNANINGSIH This research is focused on The Community Participation Level in The Economic Rolling PNPM-MP Program and the effectiveness of the program. This research use quantitative approach with survay method. The respondent is people who participate in the program are 45 persons. Respondent is chosen with simple random sampling method. The goal of this research is to know: 1) to identify the community participation level in Economic Rolling PNPM-MP Program, 2) to identify the factors that have relation with the participation level in the implementation of Economic Rolling PNPM-MP Program, and 3) to analyse the relation between participation community level with effectiveness of the program. Based the result of the research, from four individual characteristic in comunity (age, education level, income level, and motivation) the education level and level the income leve have relation with the participation level. From four management program, the leadership program and the perception program have relation with participation level. The Community Participation level in The Economic PNPMMP Program has a relation with the effectiveness of the program.
Key words: Economic Rolling PNPM-MP Program, effectiveness of the program, individual characteristic, management program, and community participation.
i
RINGKASAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPMMP) (Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor). (Di bawah bimbingan Ninuk Purnaningsih) Program
Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat
(PNPM)
Mandiri
merupakan salah satu program nasional yang berbasis pemberdayaan masyarakat dan berfungsi untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di tingkat pedesaan dan perkotaan yang diluncurkan oleh pemerintah pada tahun 2007. PNPM bersama-sama dengan masyarakat membuat program-program yang bertujuan untuk pengentasan kemiskinan dengan menggunakan dua belas prinsip PNPM. Salah satu prinsip dasar PNPM yang dibutuhkan mulai dari tahap perencanaan hingga tahap pengevaluasian program adalah partisipasi masyarakat sebagai pelaku utama dalam pelaksanaan program PNPM dan didukung oleh prinsip-prinsip dasar yang lain. Tujuan dari penelitian ini adalah: 1) Mengidentifikasi tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, 2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, 3) Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan efektivitas Program Ekonomi Bergulir. Penelitian
ini
dilaksanakan
di
Desa
Cimanggu
I,
Kecamatan
Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan program, sehingga responden dalam penelitian ini adalah peserta program Ekonomi Bergulir PNPM-MP. Program PEB PNPM-MP adalah program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat melalui PNPM Mandiri Perkotaan. Program PEB PNPM-MP menekankan pada pemberdayaan ekonomi yang dimulai sejak tahun 2008. Jumlah peserta program adalah 132 orang yang sebagian besar bermatapencaharian di bidang perdagangan. Dalam penelitian ini, resonden terdiri dari 45 orang. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik acak sederhana. ii
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar penerima program berusia produktif, tingkat pendidikannya sedang yaitu lulusan SMP atau MTs, bermata pencaharian sebagai pedagang, memiliki tingkat pendapatan sedang yaitu berkisar lebih besar dari satu juta dan kurang hingga dua juta dua ratus lima puluh ribu rupiah, dan memiliki motivasi utama terlibat dalam program adalah untuk mengembangkan modal usaha. Tingkat partisipasi peserta program PEB PNPMMP sedang pada tahap perencanaan, tergolong tinggi pada tahap pelaksanaan dan menikmati hasil, sedangkan pada tahap monitoring kegiatan tergolong rendah. Dengan menggunakan uji korelasi diperoleh bahwa tingkat pendidikan responden, tingkat pendapatan, persepsi dan kepemimpinan berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program PEB PNPM-MP. Usia, kesempatan berpartisipasi, serta tingkat keterdedahan informasi tidak berhubungan dengan partisipasi seseorang dalam program PEB PNPM-MP. Efektivitas program PEB PNPM-MP dapat diukur dengan melihat hubungan antara tingkat partisipasi dengan peningkatan pendapatan responden dan pengembangan modal sosial. Peningkatan pendapatan penerima program berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Masyarakat dengan tingkat partisipasi rendah memiliki peningkatan pendapatan yang rendah pula, sedangkan masyarakat dengan tingkat partisipasi yang tinggi memiliki peningkatan pendapatan yang tinggi. Sebanyak lima belas orang memiliki peningkatan pendapatan yang rendah dan sebanyak dua puluh dua orang memiliki peningkatan pendapatan yang tinggi. Modal sosial responden sedang, yaitu tingkat kepercayaan, jaringan, dan tingkat kerjasama. Modal sosial yang diukur adalah modal sosial vertikal yaitu antara penerima program PEB PNPM-MP dengan pihak PNPM, UPK, dan BKM selaku penyelenggara dan penanggungjawab program. Hasil analisis hubungan antara modal sosial vertikal masyarakat terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam program memberikan hasil bahwa modal sosial vertikal masyarakat berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program.
iii
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PERKOTAAN (PNPM-MP) (Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)
Oleh
Karina Swedianti I34070115
SKRIPSI Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor 2011 iv
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama
: Karina Swedianti
No. Pokok
: I34070115
Judul
: Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) (Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor).
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi NIP. 19690108 199303 2 001 Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1003
Tanggal Lulus Ujian : ______________ v
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “PARTISIPASI
MASYARAKAT
DALAM
PROGRAM
NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN (PNPMMP)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, Juli 2011
Karina Swedianti NRP. I34070115
vi
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 13 November 1989 di kota Stockholm, Swedia. Penulis adalah anak kedua dari pasangan Bapak Harnowo Permadi dan Ibu Lenawati Piliang. Pendidikan yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri Polisi IV Bogor tahun 2001, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Bogor tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Bogor tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan memilih Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat serta mata kuliah pendukung pada Supporting Course. Selain aktif dalam kegiatan perkuliahan, penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan besar dan organisasi kemahasiswaan, khususnya menjadi Manajer Divisi Public Relation pada Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu
Komunikasi
dan
Pengembangan
Masyarakat
(HIMASIERA),
Koordinator Hubungan Masyarakat (Humas) pada acara CSR Essential 2010, Divisi Acara pada acara IPB Art Contest 2010 sebagai penanggung jawab lomba teater. Penulis juga pernah bekerja sebagai Koordinator Asisten Praktikum Mata Kuliah Dasar-Dasar Komunikasi tahun 2010 dan Asistem Praktikum Mata Kuliah Komunikasi Massa tahun 2011.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena hanya dengan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) (Kasus Implementasi Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor).” Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP, faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program PEB PNPMMP dan sejauh mana hubungan efektivitas program dan tingkat partisipasi masyarakat dalam program. Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Bogor, Juli 2011
Penulis
xii
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan nikmat-Nya, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan Insya Allah memuaskan. Skripsi ini berjudul “Partisipasi Masyarakat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP)”. Skripsi ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman tertulis terhadap konsep partisipasi yang dilakukan oleh pihak PNPM selaku fasilitator dan masyarakat selaku pelaksana dan pemanfaat hasil dari program PNPM Mandiri. Penulisan skripsi ini merupakan syarat kelulusan bagi mahasiswa pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Ibunda Lenawati Piliang dan ayahanda Harnowo Permadi yang telah memberikan segenap kasih sayangnya, motivasi, dukungan moril dan materil. 2. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, MSi sebagai dosen pembimbing, atas segala bimbingan, motivasi, saran, pemikiran dan kesabarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 3. Prof. Dr. Ir. Soemardjo, MS sebagai dosen penguji utama atas kesediaannya untuk menguji dan memberikan saran yang bermanfaat. 4. Ratri Virianita, S.Sos, M.Si sebagai dosen penguji wakil Departemen Sains KPM atas kesediaannya untuk menguji dan memberikan saran yang bermanfaat. 5. Tim 5 PNPM Mandiri Perkotaan, Bapak Dik-Dik, Bapak Wiki, Ibu Reny, dan Bapak Edi. Terimakasih atas bantuan dan kerjasama selama ini. 6. Segenap aparat Desa Cimanggu I, Bapak Nurhasan, Bapak Yonde, dan Ibu Eka. Terimakasih atas bantuan dan kerjasama selama ini. 7. Kakak Harlendo Swedianto dan adik Rizky Harnowo yang senantiasa memberikan semangat kepada penulis. 8. Dinda Ayu Lokita teman seperjuangan satu bimbingan dalam menyusun skripsi, pemberi semangat, serta rekan diskusi dalam penulisan skripsi. 9. Yuvita Amalia Pohan, teman seperjuangan dalam penelitian yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis selama penelitian. 10. Staff sekret, Mba Dini, Mba Icha, Mba Maria, Pak Piet, dan Pak Haji. Terimakasih atas bantuannya selama ini mulai dari studi pustaka hingga skripsi.
xiii
11. Sahabat-sahabat setia, Nisa, Pia, Alin, Dinar, Awe, Yakub, Ikra, Vero, Fakhri, Rommy, Faiz, Aya, Icha, dan Mini. Terimakasih atas kebersamaan, doa, dukungan moril dan kisah-kisah unik selama persahabatan yang Insya Allah akan selalu diingat sampai nanti. 12. Sahabat-sahabat di KPM 44, Laras, Ochy, Chae, Wawa, Tya, Asri, Dimit, Wira, Ira, Anggi, Wina, Ma’rifat, Hendora, Haidar, Adji, Zaki, Arsyad, Nesia, Laila, Vivi, dan Gian. 13. Sahabat-sahabat tim basket FEMA putri, Yoshinta, Astri, Dewi Silvia, Uty, Tante Momond, Gege, Rizky Amelia, Denissa, Tami, Dini, Nina, Ziar, dan Vinka. 14. Teman-teman KPM 44, KPM 45 dan KPM 46 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 15. Teman-teman HIMASIERA, khususnya divisi Public Relation yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaan, doa, dan dukungannya. 16. Panitia IPB Art Contest 2010 dan Panitia Konser Amal HIMASIERA yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Bogor, Juli 2011
Penulis
xiv
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR ISI ............................................................................................................ XII DAFTAR TABEL .................................................................................................... XIV DAFTAR GAMBAR................................................................................................ XVIII DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ XIX BAB I.
PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 1.2 1.3 1.4
Latar Belakang......................................................................................... Perumusan Masalah ................................................................................. Tujuan Penelitian ..................................................................................... Kegunaan Penelitian ................................................................................
BAB II.
PENDEKATAN TEORITIS.................................................................. 5
2.1 2.1.1 2.1.1.1 2.1.1.2 2.1.1.2.1 2.1.1.2.2 2.1.2
Tinjauan Pustaka...................................................................................... 5 Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat.............................................. 5 Jenis-Jenis Partisipasi .............................................................................. 6 Faktor-Faktor yang berhubungan dengan partisipasi masyarakat ............................................................................................... 9 Motivasi ................................................................................................... 10 Persepsi .................................................................................................... 12 Modal Sosial ............................................................................................ 12
2.1.3
PNPM Mandiri......................................................................................... 13
2.1.3.1 2.1.3.2 2.1.3.2.1 2.2 2.3 2.4 2.4.1 2.4.2 2.4.3 2.4.4
Prinsip-Prinsip Dasar PNPM ................................................................... 14 PNPM Mandiri Perkotaan........................................................................ 15 Program Ekonomi Bergulir ...................................................................... 16 Kerangka Pemikiran ................................................................................. 17 Hipotesis Penelitian.................................................................................. 19 Definisi Operasional................................................................................. 20 Tingkat Partisipasi Masyarakat................................................................ 20 Karakteristik Individu .............................................................................. 22 Manajemen Program................................................................................ 23 Efektivitas Program Ekonomi Bergulir ................................................... 25
1 3 3 3
BAB III. METODE PENELITIAN ...................................................................... 28 3.1
Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................. 28 xv
3.2 3.3 3.4 3.4.1
Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 28 Pemilihan Responden Penelitian .............................................................. 29 Teknik Analisis Data ................................................................................ 29 Uji Korelasi Rank Spearman.................................................................... 30
BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH DESA .................................................. 32 4.1 Desa Cimanggu I ...................................................................................... 32 4.1.1
Letak Geografis dan Kondisi Fisik Dasar................................................. 32
4.1.2
Kependudukan .......................................................................................... 32
4.1.3
Kondisi Ekonomi ...................................................................................... 34
4.1.4
Pendidikan ................................................................................................ 35
4.1.5
Lembaga.................................................................................................... 35
4.1.5.1
Badan Keswadayaan Masyarakat ............................................................. 35
4.1.5.2
Unit Pengelola Keuangan ......................................................................... 36
4.2
Deskripsi Program .................................................................................... 36
BAB V.
KARAKTERISITIK INDIVIDU DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI DALAM PROGRAM EKONOMI BERGULIR PNPM-MP .................................................... 38
5.1
Karakteristik Individu ............................................................................... 38
5.1.1
Usia ........................................................................................................... 38
5.1.2
Tingkat Pendidikan Responden ................................................................ 38
5.1.3
Tingkat Pendapatan Responden................................................................ 39
5.1.4
Motivasi ................................................................................................... 40
5.2
Tingkat Partisipasi Responden dalam Program Ekonomi Bergulir .......... 41
5.2.1
Partisipasi Tahap Perencanaan.................................................................. 41
5.2.2
Partisipasi Tahap Pelaksanaan .................................................................. 43
5.2.3
Partisipasi Tahap Menikmati Hasil........................................................... 44
5.2.4
Partisipasi Tahap Monitoring/ Evaluasi.................................................... 45
5.3
Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir ...................... 46 Hubungan antara Usia dengan Tingkat Partisipasi ................................... 46
5.3.1 5.3.2
Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi .................................................................................................. 48
5.3.3
Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi ........... 49
5.3.4
Hubungan antara Motivasi dengan Tingkat Partisipasi............................. 51
5.4
Ikhtisar....................................................................................................... 53
xvi
BAB VI. MANAJEMEN PROGRAM DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM EKONOMI BERGULIR .................................. 54 6.1
Manajemen Program ................................................................................. 54
6.1.1
Kesempatan Berpartisipasi.......................................................................... 54
6.1.2
Tingkat Keterdedahan Informasi ................................................................ 55
6.1.3
Persepsi ....................................................................................................... 56
6.1.4
Kepemimpinan............................................................................................ 57
6.2
Hubungan antara Manajemen Progran dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir......................... 58 Hubungan antara Kesempatan Berpartisipasi dengan Tingkat Partisipasi.................................................................................................... 58
6.2.1 6.2.2
Hubungan antara Tingkat Keterdedahan Informasi dengan Tingkat Partisipasi ...................................................................................... 60
6.2.3
Hubungan antara Persepsi dengan Tingkat Partisipasi ............................... 61
6.2.4
Hubungan antara Kepemimpinan dengan Tingkat Partisipasi.................... 62
6.3
Ikhtisar ........................................................................................................ 63
BAB VII. EFEKTIVITAS PROGRAM DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM EKONOMI BERGULIR .................................. 64 7.1
Efektivitas Program .................................................................................... 64
7.1.1
Peningkatan Pendapatan ............................................................................. 64
7.1.2
Pengembangan Modal Sosial...................................................................... 64
7.1.2.1
Tingkat Kepercayaan .................................................................................. 65
7.1.2.2
Jaringan ....................................................................................................... 65
7.1.2.3
Kerjasama ................................................................................................... 66
7.2
Hubungan antara Efektivitas Program dengan Tingkat Partisipasi.................................................................................................... 67 Hubungan antara Peningkatan Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat ................................................................................ 67 Hubungan antara Tingkat Kepercayaan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat ................................................................................ 68 Hubungan antara Tingkat Jaringan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat.................................................................................................. 70 Hubungan antara Tingkat Kerjasama dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat.................................................................................................. 71 Ikhtisar ........................................................................................................ 72
7.2.1 7.2.2 7.2.3 7.2.4 7.3
BAB VIII. PENUTUP.............................................................................................. 73 xvii
8.1
Kesimpulan ................................................................................................. 73
8.2
Saran ........................................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 76 LAMPIRAN ............................................................................................................. 78 DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 5.1
Tabel 5.2
Tabel 5.3
Tabel 5.4
Tabel 5.5
Tabel 5.6
Tabel 5.7
Tabel 5.8
Sebaran Responden PEB PNPM-MP Menurut Lokasi Tempat Tinggal, Tahun 2010 .............................................................................. 30 Jumlah dan Persentase Penduduk di Desa Cimanggu 1 Tahun 2010 ........................................................................................................ 34 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Desa Cimanggu I Tahun 2010 ............................. 34 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian dan Jenis Kelamin di Desa Cimanggu I Tahun 2010 ............................. 35 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin di Desa Cimanggu I Tahun 2010 ............................. 36 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kelompok Usia di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010.................................................................................. 39 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan Formal yang Ditamatkan di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010 ................... 40 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendapatan di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010 ............................................................... 40 Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Perencanaan Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010.......................................43 Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Pelaksanaan Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010.......................................44 Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Pemanfaatan Hasil Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010.......................................45 Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Perencanaan Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010.......................................46 Persentase Responden menurut Usia dan Tingkat Partisipasi Responden pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di xviii
2
3
3
Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 ............................................................................................48
Tabel 5.9
Tabel 5.10
Tabel 5.11
Tabel 6.1
Tabel 6.2
Tabel 6.3
Tabel 6.4
Tabel 6.5
Tabel 6.6
Tabel 6.7
Tabel 6.8
Persentase Responden menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Partisipasi Responden pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 ................................................. 50 Persentase Responden menurut Tingkat Pendapatan dan Tingkat Partisipasi Responden pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 ................................................. 51 Persentase Responden menurut Motivasi dan Tingkat Partisipasi Responden pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010.......................................................................... 53 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kesempatan Berpartisipasi pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2011.................................................................................. 55 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Keterdedahan Informasi pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2011 ............................................................... 56 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Persepsi pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2011.................... 58 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemimpinan pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2011............................................................................................. 59 Persentase Responden menurut Kesempatan Berpartisipasi dan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor ........................................................... 60 Persentase Responden menurut Tingkat Keterdedahan Informasi dan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor ........................................ 61 Persentase Responden menurut Persepsi dan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.................................................................................... 62 Persentase Responden menurut Kepemimpinan dan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir xix
4
5
5
PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.................................................................................... 64 Tabel 7.1
Tabel 7.2
Tabel 7.3
Tabel 7.4
Tabel 7.5
Tabel 7.6
Tabel 7.7
Tabel 7.8
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Peningkatan Pendapatan dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010.................................................................................. 65 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Kepercayaan dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010.................................................................................. 66 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Jaringan dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010............................................................................................. 67 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Kerjasama dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010.................................................................................. 68 Persentase Responden menurut Tingkat Partisipasi dengan Peningkatan Pendapatan Responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 ................................................. 69 Persentase Responden menurut Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Kepercayaan Responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 ................................................. 70 Persentase Responden menurut Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Jaringan Responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 ................................................. 71 Persentase Responden menurut Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Kerjasama Responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 ................................................. 72
xx
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Gambar 2.2
Gambar 4.1 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 5.4
Model Hirarki Maslow.................................................................... 11 Bagan Kerangka Pemikiran Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan pada Implementasi Program Ekonomi Bergulir ............................. 18 Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Cimanggu I ............................................................................ 35 Motivasi Responden dalam Program Ekonomi Bergulir ........................................................................................... 42 Usia Responden .............................................................................. 47 Tingkat Pendidikan Responden ...................................................... 49 Tingkat Pendapatan Responden...................................................... 51
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3
Identitas Responden........................................................................ 79 Sketsa Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor ............................................................................ 81 Hasil Olah Data Statistik................................................................. 82
xxii
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Program
Nasional
Pemberdayaan
Masyarakat
(PNPM)
Mandiri
merupakan salah satu program pembangunan yang berfungsi untuk meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja di tingkat pedesaan dan perkotaan yang diluncurkan oleh pemerintah pada tahun 2007. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi.
PNPM Mandiri dilaksanakan
melalui proses pembangunan partisipatif, kesadaran kritis, dan kemandirian masyarakat, terutama masyarakat miskin, yang ditumbuhkembangkan sehingga mereka bukan lagi obyek melainkan sebagai subyek upaya penanggulangan kemiskinan (Depdagri, 2008). Pemerintah juga berupaya agar dengan disalurkannya program PNPM ini masyarakat lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Program PNPM bukan hanya berkisar pada individu yang miskin tapi program PNPM juga menganggarkan untuk infrastruktur seperti jalan desa dan program fisik lainnya agar akses masyarakat bisa lebih mudah dan dapat terjangkau dengan baik. Dengan adanya program PNPM, diharapkan individu miskin mempunyai kekuatan (power) dalam memberdayakan kehidupan mereka. Dalam hal pemberdayaan masyarakat melalui PNPM Mandiri, presiden mengharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena program itu langsung dari usulan masyarakat, sehingga lebih tepat, lebih baik dan tidak ada kebocoran (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010). Mengingat proses pemberdayaan pada umumnya membutuhkan waktu 5-6 tahun, maka PNPM Mandiri akan dilaksanakan sekurang-kurangnya hingga tahun 2015. Hal ini sejalan dengan target waktu pencapaian pembangunan millennium atau Millennium Development Goals (MDGs). Pelaksanaan PNPM Mandiri yang berdasar pada indikator-indikator keberhasilan yang terukur akan membantu Indonesia mewujudkan pencapaian target-target MDGs tersebut. Untuk itu,
2
melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri diharapkan dapat terjadi harmonisasi prinsip-prinsip dasar, pendekatan, strategi, serta berbagai mekanisme, dan prosedur pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat sehingga proses peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat berjalan lebih efektif dan efisien (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010). Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. Sedangkan PNPM Mandiri Perkotaan merupakan kegiatan lanjutan dari Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Penelitian ini difokuskan pada program PNPM Mandiri Perkotaan yaitu Program Ekonomi Bergulir (PEB). Melalui program PEB ini pemerintah berupaya menarik partisipasi masyarakat desa untuk bersama-sama merencanakan, melaksanakan program perekonomian ini yang secara prioritas dibutuhkan oleh masyarakat setempat,
serta
memelihara
kelangsungan
program
tersebut
sehingga
berkelanjutan. Partisipasi masyarakat dianggap penting karena diduga memiliki hubungan yang kuat dalam mencapai efektivitas program PNPM Mandiri Perkotaan, terutama Program Ekonomi Bergulir. Desa Cimanggu I merupakan salah satu desa di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor yang merupakan lokasi sasaran dari program PEB mulai dari tahun 2009. Pelaksanaan program-program PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Cimanggu I yang pada tahun 2010 telah memberikan hasil yang memuaskan. Dengan adanya program PEB ini diharapkan mampu menjadi pembelajaran bagi masyarakat desa dalam melaksanakan proses perencanaan dan pengembangan modal untuk usaha hingga berkelanjutan.
3
1.2
Perumusan Masalah Program PEB PNPM-MP yang telah dilaksanakan di Desa Cimanggu I,
Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor dapat dikatakan telah berhasil dilaksanakan karena program ini bersifat berkelanjutan. Salah satu faktor yang menyebabkan keberhasilan dari program PEB PNPM-MP di Desa Cimanggu I adalah partisipasi masyarakat sebagai peserta program. Berdasarkan kondisi tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Sejauhmana tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang? 2. Faktor-faktor apa yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam implementasi Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang? 3. Sejauhmana hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan efektivitas Program Ekonomi Bergulir.
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan yang telah dipaparkan di atas, maka tujuan dilaksanakannya penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang. 2. Mengidentifikasi
faktor-faktor
yang
berhubungan
dengan
tingkat
partisipasi masyarakat dalam implementasi Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang. 3. Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan efektivitas Program Ekonomi Bergulir.
1.4
Kegunaan Penelitian Mengacu kepada tujuan penelitian, maka kegunaan dilaksanakannya
penelitian ini terbagi menjadi kegunaan penelitian bagi pemerintah, masyarakat awam dan akademisi. Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut:
4
a. Kegunaan Penelitian bagi Pemerintah Penelitian ini dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran bagi pemerintah dalam melakukan program pemberdayaan masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dari partisipasi dalam program PNPM Mandiri Perkotaan pada program Ekonomi Bergulir, maka persentase peran serta masyarakat perlu ditingkatkan di dalam pelaksanaan program-program pemberdayaan masyarakat lainnya.
b. Kegunaan Penelitian bagi Masyarakat Bagi masyarakat, penelitian ini dapat menambah wawasan masyarakat mengenai program PNPM, terutama program Ekonomi Bergulir. Dan bagi masyarakat
sasaran
khususnya,
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memperlihatkan bagaimana hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan program PNPM Mandiri, khususnya pada program Ekonomi Bergulir dan dapat memperlihatkan peran nyata mereka terhadap pelaksanaan program tersebut.
c. Kegunaan Penelitian bagi Akademisi Bagi akademisi, khususnya yang mendalami bidang ini, diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangsih pemikiran, serta dapat dijadikan landasan bagi penelitian maupun kegiatan akademis lain yang berkaitan dengan penelitian ini.
5
BAB II PENDEKATAN TEORITIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1
Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri
merupakan faktor utama yang dapat menentukan keberhasilan program PNPM Mandiri tersebut. Namun, sebelum mengkaji lebih jauh mengenai partisipasi, sebaiknya diuraikan terlebih dahulu mengenai pengembangan masyarakat atau pemberdayaan masyarakat. Menurut Nasdian (2006), ’empowerment is road to participation’, yang artinya bahwa pemberdayaan merupakan jalan atau sarana menuju partisipasi. Suharto (2005) mendefinisikan pemberdayaan masyarakat sebagai suatu proses dimana masyarakat, terutama mereka yang miskin sumber daya, kaum perempuan,
dan
kelompok
terabaikan
lainnya,
didukung
agar
mampu
meningkatkan kesejahteraannya secara mandiri. Dalam proses ini, lembaga berperan sebagai fasilitator yang mendampingi proses pemberdayaan masyarakat. Pada prinsipnya masyarakatlah yang menjadi aktor dan penentu pembangunan. Usulan-usulan masyarakat merupakan dasar bagi program pembangunan lokal, regional, bahkan menjadi titik pijak bagi program nasional. Istilah partisipasi memiliki berbagai definisi. Tetapi secara umum partisipasi menurut Wahyuni dalam Pratiwi (2008) mempunyai arti keterlibatan seseorang secara aktif dalam suatu kegiatan , sedangkan Hubeis dalam Pratiwi (2008) mendefinisikan
partisipasi sebagai keikutsertaan masyarakat dalam
pernyataan maupun kegiatan, sedangkan menurut Kumar dalam Wicaksono (2010) partisipasi masyarakat adalah a voluntary contribution to national development, but the people are not expected to take part in shaping the programme or in the criticising its contents (Economic Commision for Latin America, 1973). Uphoff, Cohen, dan Goldsmith (1979) mendefinisikan partisipasi sebagai keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tentang apa
6
yang akan dilakukan dan bagaimana cara kerjanya, keterlibatan masyarakat dalam keterlibatan program dan pengambilan keputusan yang telah ditetapkan melalui sumbangan sumber daya atau bekerja sama dalam suatu organisasi, keterlibatan masyarakat menikmati hasil dari pembangunan, serta dalam evaluasi pada pelaksanaan program.
2.1.1.1 Jenis-Jenis Partisipasi Tidak semua partisipasi ada atas kesadaran dan inisiatif warga masyarakat tetapi juga bisa merupakan mobilisasi dari atas untuk mencapai tujuan pembangunan. Untuk hal yang terakhir tersebut dewasa ini tepatnya sejak perubahan sistem pemerintahan yang top down menjadi bottom up menjadi tidak berlaku lagi sepanjang perencanaan pembangunan desa. Kalaupun campur tangan dari pihak birokrat ada hanyalah sebatas pada program yang merupakan gerakan masyarakat untuk melaksanakan proyek pembangunan. Uphoff, Cohen, dan Goldsmith (1979) membagi partisipasi ke dalam beberapa jenis tahapan, yaitu: 1) Tahap perencanaan, ditandai dengan keterlibatan masyarakat dalam kegiatankegiatan yang merencanakan program pembangunan yang akan dilaksanakan di desa, serta menyusun rencana kerjanya. 2) Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek. 3) Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.
7
4) Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Uphoff, Cohen, dan Goldsmith (1979) juga mengemukakan tentang dimensi partisipasi sebagai berikut, pertama adalah What yang meliputi di dalamnya pembuatan keputusan, implementasi, pengambilan keuntungan, dan evaluasi. Kedua Who meliputi daerah tempat tinggal, pemerintah lokal atau pemerintahan setempat, dan pihak luar. Dan ketiga How yang didalamnya tercakup dasar dari partisipasi, exient of participation, serta efek dari partisipasi. Pengertian What yakni mengacu pada partisipasi yang meliputi tahaptahap yang diikuti masyarakat dalam pembangunan, yaitu : 1.
Tahap pengambilan keputusan.
2.
Tahap pelaksanaan.
3.
Tahap pemanfaatan.
4.
Tahap evaluasi. Dalam suatu pembangunan yang baik, masyarakat haruslah dapat terlibat
dalam keempat tahapan partisipasi tersebut. Masyarakat tidak hanya sebagai pelaksana pembangunan, tapi juga harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan, pemanfaatan hasil, serta dalam mengevaluasi hasil pembangunan yang sudah dicapai. Misalnya dalam pembangunan jalan, masyarakat tidak hanya sebagai pemanfaat saja tetapi mereka perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan untuk membangun jalan dan dalam pelaksanaan pembangunan jalan tersebut serta dalam mengevaluasinya, karena dalam pembangunan tersebut masyarakatlah yang lebih tahu tentang apa yang bermanfaat bagi kehidupan mereka sehingga mereka perlu dilibatkan dalam semua tahapan pembangunan. “Who” adalah dalam hal siapa yang berpartisipasi dalam pembangunan, tidak hanya aparat pemerintah saja tetapi juga melibatkan anggota masyarakat, tokoh-tokoh masyarakat, serta petugas asing yang memantau jalannya partisipasi. Dalam pembangunan agar dicapai hasil yang memuaskan, maka keempat pelaku tersebut haruslah bekerja sama dan saling mendukung agar pembangunan dapat berhasil dengan baik. Sedangkan untuk “How” mengacu pada pengertian bahwa
8
partisipasi dilakukan dengan melihat aspek dasar dari partisipasi, bentuk partisipasi, lingkup partisipasi, dan akibat yang ditimbulkan dari partisipasi tersebut. Dalam berpartisipasi tidak hanya melihat akibat apa ditimbulkan dari suati partisipasi, tapi juga harus melihat bagaimana dasar partisipasi tersebut dilakukan. Karena itu partisipasi yang baik tidak hanya melibatkan salah satu pelaku pembangunan, namun juga harus melibatkan semua pelaku pembangunan dalam semua tahap partisipasi serta harus memperhatikan empat aspek tentang bagaiman partisipasi harus dilakukan. Menurut Madrie (1986) dalam Ariyani (2007) partisipasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu : 1. Partisipasi dalam menerima hasil-hasil pembangunan : a. Mau menerima, bersikap menyetujui hasil-hasil pembangunan yang ada. b. Mau memelihara, menghargai hasil pembangunan yang ada. c. Mau memanfaatkan dan mengisi kesempatan pada hasil pembangunan. d. Mau mengembangkan hasil-hasil pembangunan. 2. Partisipasi dalam memikul beban pembangunan : a. Ikut menyumbang tenaga. b. Ikut menyumbang uang, bahan, serta fasilitas lainnya. c. Ikut menyumbang pemikiran, gagasan, dan keterampilan. d. Ikut menyumbang waktu, tanah, dan lain sebagainya. Pentingnya partisipasi dikemukakan oleh Conyers (1991: 154-155) dalam Firmansyah (2009) sebagai berikut: pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan lebih mengetahui seluk-beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap proyek tersebut; ketiga, bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri. Firmansyah (2009) menyatakan bahwa ada beberapa bentuk partisipasi yang dapat diberikan masyarakat dalam suatu program pembangunan, yaitu
9
partisipasi uang, partisipasi harta benda, partisipasi tenaga, partisipasi keterampilan, partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, partisipasi dalam proses pengambilan keputusan, dan partisipasi representatif. Dengan berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas, maka bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata (memiliki wujud) dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata (abstrak). Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda, tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan dan partisipasi representatif. Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usahausaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas. Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program. Sedangkan partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya.
2.1.1.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Masyarakat Perilaku seseorang terhadap suatu objek diwujudkan dengan kegiatan partisipasi, keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, menurut Pangestu dikutip oleh Santoso (1999) dalam Makmur (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang meliputi dua hal, yaitu: a. Faktor internal dari individu yang mencakup ciri-ciri atau karakteristik individu yang meliputi : umur, pendidikan formal, pendidikan non formal, luas lahan garapan, pendapatan, pengalaman berusaha dan kosmopolitan. b. Faktor eksternal yang merupakan faktor di luar karakteristik individu yang meliputi hubungan antara pengelola dengan petani penggarap, kebutuhan masyarakat, pelayanan pengelola dan kegiatan penyuluhan.
10
Menurut Sastropoetro dikutip oleh Santoso (1999) dalam Makmur (2005) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi seseorang menjadi tiga hal, yaitu : 1. Keadaan sosial masyarakat yang meliputi tingkat pendidikan, pendapatan, kebutuhan, kebiasaan dan kedudukan dalam sistem sosial. 2. Keadaan program pembangunan, kegiatan ini merupakan kegiatan yang dirumuskan dan dikendalikan oleh pemerintah. 3. Keadaan alam sekitar yang mencakup faktor fisik atau keadaan geografis daerah yang ada pada lingkungan tempat hidup masyarakat tersebut. Jadi seseorang dapat berpartisipasi terhadap suatu kegiatan pembangunan sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal masyarakat merupakan faktor yang terdapat dalam diri masyarakat yang terdiri dari pendidikan formal, pendidikan non formal. Jumlah anggota keluarga, pekerjaan, penghasilan, luas lahan garapan, modal dan umur. Faktor eksternal dari individu merupakan faktor yang berasal dari luar individu, terdiri dari faktor komunikasi yang terdiri dari gagasan, ide, kebijaksanaan yang dibuat oleh pemerintah, kebutuhan masyarakat, kegiatan penyuluhan dan faktor geografis daerah yang ada pada lingkungan tempat hidup masyarakat tersebut.
2.1.1.2.1
Motivasi
Menurut Sumarwan (2004) motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen. Kebutuhan sendiri muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan (state of tension) antara yang seharusnya dirasakan dan yang sesungguhnya dirasakan. Kebutuhan yang dirasakan tersebut mendorong seseorang untuk melakukan tindakan memenuhi kebutuhan tersebut. Inilah yang disebut Motivasi. Menurut teori Maslow dalam Sumarwan (2004), manusia memenuhi kebutuhan tingkat rendahnya terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi.Konsumen yang telah bisa memenuhi kebutuhan dasarnya, maka kebutuhan lainnya yang lebih tinggi biasanya muncul, dan begitulah seterusnya. Model hirarki kebutuhan Maslow tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.1.
11
Aktualisasi Diri Kebutuhan Ego Kebutuhan Sosial Kebutuhan Rasa Aman dan Keamanan Kebutuhan Fisiologis
Gambar 2.1 Model Hirarki Kebutuhan Maslow
1. Kebutuhan Fisiologis Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan dasar manusia, yaitu kebutuhan tubuh manusia untuk mempertahankan hidup. 2. Kebutuhan Rasa Aman dan Keamanan Kebutuhan rasa aman adalah kebutuhan tingkat kedua setelah kebutuhan dasar. Ini merupakan kebutuhan perlindungan bagi fisik manusia. 3. Kebutuhan Sosial Kebutuhan sosial merupakan tingkat ketiga dari hierarki Maslow. Kebutuhan tersebut berdasarkan kepada perlunya manusia berhubungan satu dengan yang lainnya. 4. Kebutuhan Ego Kebutuhan ego atau esteem adalah kebutuhan tingkat keempat, yaitu kebutuhan untuk berprestasi sehingga mencapai derajat yang lebih tinggi dari yang lainnya. 5. Aktualisasi Diri
12
Derajat tertinggi atau kelima dari kebutuhan adalah keinginan dari seorang individu untuk menjadikan dirinya sebagai orang yang terbaik sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimilikinya. Kebutuhan aktualisasi diri juga menggambarkan keinginan seseorang untuk mengetahui, memahami, dan membentuk suatu sistem nilai, sehingga ia bisa mempengaruhi orang lain.
2.1.1.2.2
Persepsi
Persepsi sangat penting kedudukan dan peranannya sebagai inti di dalam proses komunikasi karena akan sangat menentukan proses penafsiran dalam penerimaan pesan oleh penerima. Menurut DeVitto dalam Riyanto (2010) persepsi mempengaruhi rangsangan (stimuli) atau pesan yang diserap dan apa makna yang diberikan ketika orang mencapai kesadaran. Menurut Riyanto (2010) persepsi adalah proses dimana suatu individu berhubungan dengan berbagai hal di luar dirinya lalu mencoba memberinya makna yang dikaitkan dengan kondisi dirinya dan dimana dia berada. Sabri dalam Anonim (2008) mendefinisikan persepsi sebagai aktivitas yang memungkinkan manusia mengendalikan rangsangan-rangsangan yang sampai kepadanya melalui alat inderanya, menjadikannya kemampuan itulah dimungkinkan individu mengenali milleu (lingkungan pergaulan) hidupnya. Proses persepsi terdiri dari tiga tahap yaitu tahapan pertama terjadi pada pengideraan diorganisir berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, tahapan ketiga yaitu stimulasi
2.1.2
pada
Modal Sosial
penginderaan
diinterprestasikan
dan
dievaluasi.
13
Uphoff membagi komponen modal sosial ke dalam dua kategori yaitu pertama, kategori struktural yang dihubungkan dengan berbagai bentuk asosiasi sosial. Kedua, kategori kognitif dihubungkan dengan proses–proses mental dan ide-ide yang berbasis pada ideologi dan budaya. Komponen-komponen modal sosial Uphoff dalam Apandi (2010) tersebut diantaranya: 1.
Hubungan sosial (jaringan); merupakan pola-pola hubungan pertukaran dan kerjasama yang melibatkan materi dan non materi. Hubungan ini memfasilitasi tindakan kolektif yang saling menguntungkan dan berbasis pada kebutuhan. Komponen ini termasuk pada kategori struktural.
2.
Norma; kesepakatan-kesepakatan tentang aturan yang diyakini dan disetujui bersama.
3.
Kepercayaan; komponen ini menunjukkan norma tentang hubungan timbal balik, nilai-nilai untuk menjadi seseorang yang layak dipercaya. Pada bentuk ini juga dikembangkan keyakinan bahwa anggota lain akan memiliki keinginan untuk bertidak sama. Komponen ini termasuk dalam kategori kognitif.
4.
Solidaritas; terdapat norma-norma untuk menolong orang lain, bersamasama, menutupi biaya bersama untuk keuntungan kelompok. Sikap-sikap kepatuhan dan kesetiaan terhadap kelompok dan keyakinan bahwa anggota lain akan melaksanakannya. Komponen ini termasuk ke dlaam kategori structural.
5.
Kerjasama; terdapat norma-norma untuk bekerjasama bukan bekerja sendiri. Sikap-sikap kooperatif, keinginan untuk membaktikan diri, akomodatif, menerima tugas dan penugasan untuk kemaslahatan bersama, keyakinan bahwa kerjasama akan menguntungkan . komponen ini termasuk ke dalam kategori kognitif. Menurut Djohan (2007) dalam Apandi (2010), modal sosial yang ideal
adalah modal sosial yang tumbuh di masyarakat. Modal sosial yang dimiliki seyogyanya memiliki muatan nilai-nilai yang merupakan kombinasi antara nilainilai universal yang berbasis humanisme dan nilai-nilai pencapaian (achievement values) dengan nilai-nilai lokal. Modal sosial yang berbasis pada ideologi pancasila merupakan bentuk modal sosial yang perlu dikembangkan bersama-
14
sama guna membangun masyarakat Indonesia yang partisipatif, kokoh, terus bergerak, kreatif, kompak, dan yang menghormati manusia lain.
2.1.3
PNPM Mandiri PNPM Mandiri pada hakekatnya adalah gerakan dan program nasional
yang dituangkan dalam kerangka kebijakan yang menjadi acuan pelaksanaan berbagai
program
penanggulangan
kemiskinan
berbasis
pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat bertujuan menciptakan atau meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, untuk menyelesaikan berbagai persoalan pembangunan yang dihadapinya dengan baik dan benar. PNPM Mandiri membutuhkan harmonisasi kebijakan yang berbasis pemberdayaan masyarakat melalui perbaikan pemilihan sasaran (targeting) baik wilayah maupun masyarakat penerima manfaat, prinsip dasar, strategi, pendekatan, indikator, serta berbagai mekanisme dan prosedur yang diperlukan untuk mengefektifkan penanggulan kemiskinan dan mempercepat tercapainya peningkatan kesejahteraan masyarakat dan Tujuan dari PNPM Mandiri adalah meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010).
2.1.3.1 Prinsip-Prinsip Dasar PNPM Mandiri Sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010) menekankan prinsip-prinsip dasar berikut ini: 1. Bertumpu pada pembangunan manusia. Pelaksanaan PNPM Mandiri senantiasa bertumpu pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya. 2. Otonomi. Dalam pelaksanaan PNPM Mandiri, masyarakat memiliki kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola.
15
3. Desentralisasi. Kewenangan pengelolaan kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan dilimpahkan kepada pemerintah daerah atau masyarakat sesuai dengan kapasitasnya. 4. Berorientasi pada masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung. 5. Partisipasi. Masyarakat terlibat secara aktif dalam setiap proses pengambilan keputusan
pembangunan
dan
secara
gotong
royong
menjalankan
pembangunan. 6. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan. 7. Demokratis. Setiap pengambilan keputusan pembangunan dilakukan secara musyarawah dan mufakat dengan tetap berorientasi pada kepentingan masyarakat miskin. 8. Transparansi dan Akuntabel. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggunggugatkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif. 9. Prioritas. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas. 10. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan. 11. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat tidak hanya saat ini tapi juga di masa depan dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. 12. Sederhana. Semua aturan, mekanisme dan prosedur dalam pelaksanaan PNPM Mandiri harus sederhana, fleksibel, mudah dipahami, dan mudah dikelola, sertadapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat.
16
2.1.3.2 PNPM Mandiri Perkotaan Mulai tahun 2007 Pemerintah mencanangkan PNPM Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan (PNPM MPd), PNPM Mandiri Perkotaan (PNPM MPk), serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perkotaan
merupakan
kegiatan
lanjutan
dari
Program
Penanggulangan
Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu upaya pemerintah untuk membangun kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah dalam menanggulangi kemiskinan secara berkelanjutan. Tujuan umum PNPM telah ditetapkan di Pedoman Umum PNPM yaitu meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri. Dengan demikian secara khusus tujuan PNPM Mandiri Perkotaan dirumuskan sebagai berikut : masyarakat di kelurahan peserta program menikmati perbaikan sosial, ekonomi, dan tatapemerintahan lokal (Kementrian Pekerjaan Umum, 2010). Penanggulangan kemiskinan yang direncanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kecamatan dari masyarakat dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan sehingga dapat digalang perencanaan yang menyeluruh, terpadu, dan selaras waktu (synchrone). Dengan demikian PNPM Mandiri Perkotaan akan menekankan pemanfaatan Musrenbang Kecamatan sebagai mekanisme harmonisasi kegiatan berbagai program yang ada sehingga peranan Forum LKM tingkat kecamatan menjadi sangat vital. Berdasarkan pemikiran tersebut di atas maka pendekatan atau upaya-upaya rasional dalam mencapai tujuan program dengan memperhatikan prinsip-prinsip pengelolaan program adalah pembangunan yang berbasis masyarakat dengan : 1. Menggunakan kecamatan sebagai lokus program. 2. Memposisikan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan. 3. Mengutamakan nilai-nilai universal dan budaya lokal dalam proses partisipastif.
17
4. Menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan karakteristik sosial dan geografis. Melalui proses pemberdayaan yang terdiri atas pembelajaran, kemandirian, dan keberlanjutan.
2.1.3.2.1 Program Ekonomi Bergulir PNPM Mandiri mengklasifikasikan program-programnya ke dalam tiga bidang, yaitu bidang ekonomi, bidang lingkungan, dan bidang sosial. Program Ekonomi Bergulir merupakan salah satu program di PNPM-MP yang termasuk di dalam kategori bidang ekonomi. Kegiatan dalam program ini yaitu memberikan pinjaman dalam bentuk sejumlah dana dengan jangka waktu pengembalian maksimum satu tahun. Tujuan dari pelaksanaan Program Ekonomi Bergulir ini pada masyarakat adalah diharapkan program ini mampu menjadi kegiatan yang secara langsung memberikan manfaat dan peningkatan pendapatan bagi individu/ keluarga maupun kelompok dan sekaligus membangun modal sosial.
2.2
Kerangka Pemikiran Penjelasan-penjelasan di atas dapat dirangkai menjadi sebuah kerangka
pemikiran yang mengangkat tema mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program PNPM Mandiri, khususnya pada implementasi Program Ekonomi Bergulir (PEB) PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Karakteristik individu baik usia, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, maupun motivasi dinilai berhubungan dengan tingkat pasrtisipasi masyarakat dalam berbagai tahapan partisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir, mulai dari tahap perencanaan hingga tahap evalauasi. Selain itu, faktor dari luar individu yang berhubungan dengan seseorang untuk berpartisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir adalah manajemen program. Manajemen
program
terdiri
dari
beberapa
variabel,
yaitu
kesempatan
berpartisipasi masyarakat dalam setiap tahapan dalam program, tingkat keterdedahan akan informasi-informasi mengenai Program Ekonomi Bergulir, baik yang bersumber dari pihak PNPM-MP, pemerintah desa, maupun tokoh
18
masyarakat. Selain itu, persepsi masyarakat mengenai Program Ekonomi Bergulir dan kepemimpinan di dalam masyarakat pun diduga memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai tahapan partisipasi, yaitu mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil, hingga evaluasi Program Ekonomi Bergulir. Tinggi-rendahnya tingkat partisipasi masyarakat baik dalam tahap perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil, hingga evaluasi program diduga mampu mempengaruhi efektivitas dari Program Ekonomi Bergulir, yaitu bila program ini memberikan manfaat dan peningkatan pendapatan bagi individu/ keluarga maupun kelompok dan sekaligus membangun modal sosial. Peningkatan modal sosial dapat diukur dengan menggunakan tiga indikator, yaitu tingkat kepercayaan, tingkat kerjasama, dan pengembangan jejaring sosial. Keterkaitan antar variabel dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran berikut. Karakteristik Individu : 1. 2. 3. 4.
Usia Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Motivasi
Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir :
Efektvitas Program Ekonomi Bergulir :
1.
1.
2. 3. 4. Manajemen Program : 1. 2.
3. 4.
Kesempatan berpartisipasi Tingkat Keterdedahan Informasi Persepsi Kepemimpinan
Tahap Pengambilan Keputusan Tahap Pelaksanaan Tahap Menikmati Hasil Tahap Evaluasi
2.
Peningkatan Pendapatan Pengembangan Modal Sosial
19
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Pemikiran Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program PNPM Mandiri Perkotaan pada Implementasi Program Ekonomi Bergulir
Keterangan : : berhubungan
20
2.3
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran dapat disusun hipotesis sebagai berikut : 1. Semakin produktif usia responden, maka semakin tinggi tingkat partisipasinya dalam program Ekonomi Bergulir PNPM-MP. 2. Semakin tinggi pendidikan yang pernah ditamatkan oleh responden, maka tingkat pendidikan responden semakun tinggi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. 3. Semakin tinggi tingkat pendapatan responden, maka tingkat partisipasi responden semakin tinggi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. 4. Semakin tinggi motivasi responden untuk meningkatkan kesejahteraannya, maka tingkat partisipasi responden semakin tinggi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. 5. Semakin tinggi kesempatan berpartisipasi responden maka semakin tinggi tingkat partisipasi responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPMMP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. 6. Semakin tinggi tingkat keterdedahan informasi responden maka semakin tinggi tingkat partisipasi responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. 7. Semakin baik persepsi responden maka semakin tinggi tingkat partisipasi responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. 8. Semakin kuat pengaruh kepemimpinan terhadap responden, maka tingkat partisipasi responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor semakin tinggi. 9. Semakin tinggi tingkat partisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. maka pendapatan responden lebih meningkat.
21
10. Semakin tinggi tingkat partisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. maka tingkat kepercayaan diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM semakin meningkat. 11. Semakin tinggi tingkat partisipasi responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. maka tingkat jaringan diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM semakin meningkat. 12. Semakin tinggi tingkat partisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. maka tingkat kerjasama diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM semakin meningkat.
2.4
Definisi Operasional Penelitian ini menggunakan beberapa istilah operasional yang digunakan
untuk mengukur berbagai peubah. Masing-masing peubah terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan indikator pengukurannya. Istilah-istilah tersebut yaitu: 2.4.1
Tingkat Partisipasi Masyarakat Tingkat partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan seseorang pada rapat
perencanaan, pelaksanaan, penikmatan hasil dan evaluasi pada Program Ekonomi Bergulir. Tingkat partisipasi diukur dengan mengakumulasikan skor pada masingmasing tahap program dan dibuat tiga selang kategori partisipasi, yaitu partisipasi rendah, sedang, dan tinggi. Penentuan selang skor akan ditentukan dengan menggunakan sebaran normal, sebagai berikut: Rendah = jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang x ≤ 36 Sedang = jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang 36 < x ≤ 38 Tinggi
= jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang 38 < x ≤ 46
22
a. Partisipasi dalam perencanaan adalah keikutsertaan seseorang pada rapat perencanaan, pengambilan keputusan, dan perencanaan Program Ekonomi Bergulir. Pengukuran : 1. Tidak = skor 1 2. Ya
= skor 2
Partisipasi dalam perencanaan akan diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dibagi menjadi tiga kategori : 1. Rendah : memperoleh skor 0-5. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah pada tahap perencanaan program (kegiatan). 2. Sedang : memperoleh skor 6-7. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang sedang pada tahap perencanaan program (kegiatan). 3. Tinggi : memperoleh skor 8-10. hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi pada tahap perencanaan program (kegiatan). b. Partisipasi dalam pelaksanaan adalah keikutsertaan seseorang dalam mengakses modal/ pinjaman bergulir yang diberikan oleh pihak PNPM Mandiri Perkotaan. Pengukuran : 1. Tidak = skor 1 2. Ya
= skor 2
Partisipasi dalam pelaksanaan akan diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dibagi menjadi tiga kategori : 1. Rendah : memperoleh skor 0-20. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah pada tahap pelaksanaan program (kegiatan). 2. Sedang : memperoleh skor 21. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang sedang pada tahap pelaksanaan program (kegiatan). 3. Tinggi : memperoleh skor lebih dari 21. hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi pada tahap perencanaan program (kegiatan). c. Partisipasi dalam menikmati hasil adalah keikutsertaan seseorang dalam memanfaatkan hasil yang diperoleh dari program bergulir berupa keuntungan baik dalam bentuk uang maupun benda.
23
Pengukuran : 1. Tidak = skor 1 2. Ya
= skor 2
Partisipasi dalam menikmati hasil akan diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dibagi menjadi tiga kategori : 1. Rendah : memperoleh skor 0-3. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah pada tahap menikmati hasil program (kegiatan). 2. Sedang : memperoleh skor 4-5. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang sedang pada tahap menikmati hasil program (kegiatan). 3. Tinggi memperoleh skor lebih dari 6. hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi pada tahap menikmati hasil program (kegiatan). d. Partisipasi dalam evaluasi adalah keikutsertaan seseorang dalam memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Pengukuran : 1. Tidak = skor 1 2. Ya
= skor 2
Partisipasi dalam evaluasi akan diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dibagi menjadi tiga kategori : 1. Rendah : memperoleh skor 0-4. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang rendah pada tahap evaluasi program (kegiatan). 2. Sedang : memperoleh skor 5. Hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang sedang pada tahap evaluasi program (kegiatan). 3. Tinggi : memperoleh skor 6-8. hal ini menunjukkan tingkat partisipasi yang tinggi pada tahap evaluasi program (kegiatan).
2.4.2
Karakteristik Individu Karakteristik Individu dapat dilihat berdasarkan usia, tingkat pendidikan,
tingkat pendapatan, dan motivasi seseorang di dalam menjalankan Program Ekonomi Bergulir: a. Usia adalah masa hidup seseorang dari lahir sampai dengan penelitian ini berlangsung. Usia diukur berdasarkan tingkat produktivitas dengan acuan dari PNPM-MP sebagai berikut :
24
•
Usia non produktif, dengan jenjang usia 0-17 tahun dan 55 tahun ke atas, maka dalam penelitian ini terdapat pembatasan usia responden yaitu 17 tahun ke atas, maka yang tergolong usia non produktif adalah 55 tahun ke atas. Usia non produktif termasuk ke dalam kategori rendah dalam pengukuran skala ordinal.
•
Usia produktif, dengan jenjang usia 15-64 tahun. Usia produktif termasuk ke dalam kategori tinggi dalam pengukuran skala ordinal.
b. Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan yang telah ditempuh responden saat dilakukan pengambilan data, dibedakan menjadi tiga kategori berdasarkan wajib belajar 9 tahun, yaitu: 1. Rendah (Tidak sekolah- Tamat Sekolah Dasar) 2. Sedang (Tamat Sekolah Menengah Pertama dan atau sederajat) 3. Tinggi (Tamat Sekolah Menengah Atas-Perguruan Tinggi) c. Tingkat pendapatan adalah perolehan uang tunai hasil kegiatan produktif yang diperoleh seseorang dan dihitung per bulan dalam rupiah (Rp). Tingkat pendapatan dikategorikan menjadi tiga berdasarkan sebaran normal, yaitu: 1. Rendah ( ≤ 1.000.000) 2. Sedang (>1.000.000 dan ≤ 2.249.999) 3. Tinggi ( >2.249.999 dan ≤ 4.000.000) d. Motivasi terhadap Program Ekonomi Bergulir adalah alasan atau dorongan dari dalam diri responden untuk terlibat dalam Program Ekonomi Bergulir. Motivasi mencakup faktor-faktor yang melatarbelakangi responden untuk berpartisipasi dalam program.
Motivasi diukur dengan menggunakan
rangking dari faktor yang memotivasi warga untuk terlibat dalam program, mulai dari faktor motivasi tertinggi dengan skor (5) sampai terendah dengan skor (1).
2.4.3
Manajemen Program Manajemen Program adalah kegiatan untuk mendukung persiapan
pelaksanaan proyek, penyediaan fasilitas dalam operasional, koordinasi kegiatan proyek di pusat maupun daerah, dan pelaksanaan monitoring dan evaluasi
25
(monev) pada Program Ekonomi Bergulir. Manajemen program dapat dilihat berdasarkan kesempatan berpartisipasi, tingkat keterdedahan informasi, persepsi, dan kepemimpinan. a. Kesempatan berpartisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir adalah peluang yang ada di masyarakat untuk berpartisipasi, adanya toleransi terhadap keragaman bentuk. Pengukuran : 1. Ya
= skor 1
2. Tidak = skor 2 Kesempatan berpartisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir akan diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dibagi menjadi tiga kategori : 1. Rendah ( x ≤ 3) 2. Sedang ( 3 < x < 6) 3. Tinggi ( x ≥ 6) b. Tingkat keterdedahan informasi dalam Program Ekonomi Bergulir adalah besarnya informasi mengenai Program Ekonomi Bergulir yang diterima oleh seseorang, baik yang bersumber dari
media massa maupun melalui
interpersonal. Pengukuran : 1. Tidak = skor 1 2. Ya
= skor 2
Tingkat keterdedahan informasi dalam Program Ekonomi Bergulir akan diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dibagi menjadi tiga kategori : 1. Rendah ( x ≤ 9) 2. Sedang ( 9 < x ≤ 10) 3. Tinggi ( 10 < x ≤ 12) c. Persepsi adalah proses terbetuknya kesan/ makna oleh seseorang terhadap Program Ekonomi Bergulir setelah mengumpulkan dan mengintrepetasikan informasi serta pengalaman yang mereka dapatkan mengenai program tersebut.
26
Pengukuran : 1. Tidak = skor 1 2. Ya
= skor 2
Persepsi dalam Program Ekonomi Bergulir akan diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dibagi menjadi tiga kategori : 1. Rendah ( 7 < x ≤ 8 ) 2. Sedang ( 8 < x ≤ 9 ) 3. Tinggi ( x ≤ 10) d.
Kepemimpinan adalah sikap yang dimiliki oleh penguasa wilayah serta kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain. Pengukuran : 1.Tidak baik/ tidak dilibatkan
= skor 1
2.Kurang baik/ kurang dilibatkan
= skor 2
3.Baik/ dilibatkan secara langsung
= skor 3
Kepemimpinan dalam Program Ekonomi Bergulir akan diukur dengan menggunakan skala ordinal dan dibagi menjadi tiga kategori : 1. Lemah ( 0 < x ≤ 2 ) 2. Sedang ( 2 < x ≤ 4 ) 3. Kuat ( 4 < x ≤ 20)
2.4.4. Efektivitas Program Ekonomi Bergulir Efektivitas program adalah ukuran yang menunjukkan seberapa jauh Program Ekonomi Bergulir mencapai hasil dan manfaat yang diharapkan. Efektivitas PEB akan diukur dengan mengukur peningkatan pendapatan dan peningkatan modal sosial. a. Peningkatan pendapatan adalah selisih pendapatan sesudah program dengan setelah program yang secara deskriptif akan dijelaskan dalam data secara fakual dalam rupiah (Rp), namun dalam analisis uji statistik akan diukur menggunakan skala ordinal yang akan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Rendah (x ≤ 0) 2. Sedang (0 < x ≤ 100.000)
27
3. Tinggi (100.000 < x ≤ 750.000) b. Peningkatan modal sosial dapat dilihat berdasarkan tingkat kepercayaan, kuat jaringan, dan tingkat kerjasama. (i) Tingkat kepercayaan adalah seberapa besar kepercayaan yang terbangun antara masyarakat di dalam Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Pengukuran : 1. Tidak
= skor 1
2. Ya
= skor 2
Berdasarkan pengukuran tersebut, dengan menggunakan uji statistik tingkat kerjasama akan diukur menggunakan skala ordinal dengan menggunakan sebaran kuartil, sehingga diperoleh skor : 1. Rendah : jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang 11 < X ≤ 13,5 2. Sedang : jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang 13,5 < X ≤ 14 3. Tinggi : jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang X ≥ 14 (ii) Kuat jaringan adalah seberapa banyak simpul-simpul jaringan yang ada serta keterlibatan responden dalam simpul-simpul tersebut. Pengukuran : 1. Tidak
= skor 1
2. Ya
= skor 2
Berdasarkan pengukuran tersebut, secara statistik tingkat kerjasama akan diukur menggunakan skala ordinal dengan menggunakan sebaran kuartil, sehingga diperoleh skor : 1. Rendah : jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang 15 < X ≤ 20 2. Sedang : jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang 20 < X ≤ 25 3. Tinggi
: jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang 25 < X ≤ 30
28
(iii)Tingkat kerjasama adalah seberapa sering responden melakukan kerjasama dengan pihak-pihak yang terlibat dalam Program Ekonomi Bergulir (PEB) baik terhadap sesama penerima program, pihak BKM, maupun pihak PNPM dalam menjalankan kegiatan Ekonomi Bergulir. Pengukuran : 1. Tidak
= skor 1
2. Ya
= skor 2
Berdasarkan pengukuran tersebut, secara statistik tingkat kerjasama akan diukur menggunakan skala ordinal dengan menggunakan sebaran kuartil, sehingga diperoleh skor : 1. Rendah : jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang 8 < X ≤ 11 2. Sedang : jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang 11 < X ≤ 14 3. Tinggi
: jika jumlah skor menjawab responden berada pada selang 14 X ≤ 18
29
30
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada PNPM Mandiri Perkotaan di Desa Cimanggu
I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Lokasi tersebut dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa desa tersebut merupakan salah satu lokasi yang menjadi sasaran dari program-program PNPM Mandiri dan pelaksanaan program PNPM Perkotaan di Desa Cimanggu I pada tahun 2010 dinilai berhasil. Waktu pelaksanaan penelitian lapang (penggalian data primer dan data sekunder) selama satu bulan dimulai bulan Maret sampai dengan bulan April 2011.
3.2
Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang didukung
dengan data kualititatif. Pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan suatu masalah yang hasilnya dapat digeneralisasikan. Dalam pendekatan kuantitatif, penelitian ini menggunakan metode penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 2006). Penelitian ini didukung pula oleh pendekatan kualitatif yang merupakan prosedur penelitian yang mementingkan diperolehnya informasi atau data dari subyek penelitian secara alamiah, berdasarkan pengalaman sosial mereka masingmasing, dan data yang didapatkan merupakan data deskriptif yang berupa katakata dari subyek penelitian. Dalam pendekatan kualitatif, penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder merupakan data pendukung, dan diperoleh dari berbagai cara yang berupa laporan, data pendukung, dan diperoleh dari berbagai catatan yang berupa laporan, arsip dan dokumen pada kantor Pemerintahan Desa, pihak Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dan pihak PNPM Mandiri Perkotaan di lokasi penelitian.
31
3.3
Pemilihan Responden Penelitian Penelitian ini memiliki dua subjek penelitian yang terdiri dari informan
dan responden. Informan adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan informasi mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungannya. Untuk memudahkan dalam menentukan responden, dibuat sebuah kerangka sampel atau sampling frame dan pemilihan responden dilakukan dengan teknik pengambilan Sampel Acak Sederhana. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 45 orang dengan populasi KK miskin yang menerima Program Ekonomi Bergulir sebanyak 132 orang, sedangkan jumlah informan sebanyak lima orang, yaitu pihak PNPM, BKM, UPK, aparat desa, dan perwakilan dari masyarakat guna mendapat gambaran lebih mendalam. Komposisi responden disajikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Jumlah Populasi dan Responden PEB PNPM-MP Menurut Lokasi Tempat Tinggal, Tahun 2010 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Total
Lokasi Tempat Tinggal RW 01 RW 02 RW 03 RW 04 RW 05 RW 06 RW 07 RW 08 RW 09
Populasi 25 28 12 14 12 10 10 11 10 132
Responden 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45
Sumber : UPK Desa Cimanggu I, 2010 3.4
Teknik Analisis Data Unit analisis penelitian ini adalah individu. Teknis analisis data yang
dilakukan adalah analisis data kuantitatif dengan didukung data kualitatif. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan Software SPSS 16.0 dan Microsoft Excel 2007. Pengolahan data menggunakan Tabulasi Silang dan Uji Korelasi Rank Spearman untuk menguji korelasi hubungan antara data-data ordinal, yaitu usia, dengan tingkat partisipasi, manajemen program dengan tingkat partisipasi masyarakat, serta tingkat partisipasi masyarakat dengan efektivitas program.
32
3.4.1 Uji Korelasi Rank Spearman Uji ini digunakan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal dan tidak menentukan prasyarat data terdistribusi normal. Koralasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat yang berskala ordinal (non parametrik). Rumus Korelasi Rank Spearman sebagai berikut:
Keterangan: rs
= Nilai Koefisien Rank Spearman
di
= Disparitas (x1-x2)
n
= Banyaknya Pengamatan Kaidah pengambilan keputusan tentang hubungan antar variabel dalam uji
korelasi Rank Spearman adalah sebagai berikut: 1. Signifikansi / probabilitas / α digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara variabel yang diteliti. Signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebesar α (0,1) maka artinya hasil penelitian mempunyai kesempatan untuk benar atau tingkat kepercayaan sebesar 90% dan tingkat kesalahan sebesar 10%. Dasar pengambilan keputusan, dirumuskan sebagai berikut: a. Jika angka signifikansi hasil penelitian < 0,1 maka Ho ditolak. Jadi, hubungan kedua variabel signifikan; dan b. Jika angka signifikansi hasil penelitian > 0,1 maka Ho diterima. Jadi, hubungan kedua variabel tidak signifikan. 2. Koefisien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan antara variabel. Angka korelasi untuk Spearman berkisar pada 0, yang berarti tidak ada korelasi sama sekali, tetapi kalau angka 1 terdapat korelasi yang sempurna. Korelasi mempunyai kemungkinan pengujian
33
hipotesis dua arah (two tailed) yaitu searah atau berlawanan arah. Dasar pengambilan keputusan, dirumuskan sebagai berikut: a. Kekuatan hubungan, jika angka koefisien korelasi di atas 0,1 menunjukkan korelasi yang cukup kuat, sedangkan di bawah 0,1 menunjukkan korelasi yang lemah. Arti hubungan kuat adalah jika terjadi perubahan nilai pada suatu variabel (X) cenderung diikuti perubahan nilai variabel lain (Y). b. Arah hubungan, jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah.
34
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Desa Cimanggu I 4.1.1 Letak Geografis dan Kondisi Fisik Dasar Desa Cimanggu I secara administratif merupakan salah satu dari 15 desa dalam wilayah Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Letak geografis Desa Cimanggu I berada di wilayah Bogor bagian barat dengan luas wilayah 170 Ha yang terdiri dari 3 Dusun, yaitu Dusun 1, Dusun 2, dan Dusun 3. Pada awalnya, Desa Cimanggu 1 hanya terbagi menjadi 7 RW. Akan tetapi, karena cakupan wilayahnya yang terlalu luas, RW 3 dan RW 4 melakukan pemekaran, sehingga Desa Cimanggu 1 saat ini memiliki 9 RW dan 30 RT. Dusun 1 berada pada lingkup wilayah RW 1 dan 2, sedangkan Dusun 2 berada pada lingkup wilayah RW 3,4,8, dan 9, dan untuk cakupan wilayah Dusun 3 berada dalam lingkup wilayah RW 5,6, dan 7. Dilihat dari letak wilayahnya, Desa Cimanggu 1 berbatasan dengan Desa Cijujung di sebelah utara, Desa Cibatok I di sebelah selatan, Desa Cimanggu II di sebelah barat, dan Desa Leuweung Kolot di sebelah timur. Desa Cimanggu 1 dapat dijangkau dengan menggunakan angkutan umum dengan jurusan Leuwiliang dan Jasinga dalam waktu tiga puluh menit dari kampus IPB Darmaga. Jarak dari Kota Bogor ke Desa Cimanggu I sekitar 18 km. Luas wilayah Desa Cimanggu 1 secara keseluruhan adalah 170 Hektar, yang secara geografis merupakan desa yang terletak di dataran rendah-sedang dengan kondisi tanah yang bergelombang dan terdiri atas 50 persen tanah basah dan 50 persen tanah darat dengan suhu rata-rata 32-350C dengan curah hujan terbanyak 30 hari banyaknya curah hujan 2000-3007 mm per tahunnya. 4.1.2
Kependudukan Penduduk Desa Cimanggu I menurut data monografi desa pada tahun 2010
adalah sebanyak 9537 jiwa, dengan jumlah KK sebanyak 2550 KK. Jika dibandingkan dengan luas desa, maka kepadatan penduduk Desa Cimanggu I
35
sebesar 55 jiwa/ km2. Untuk lebih jelasnya, kondisi sosial secara umum Desa Cimanggu 1 dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Penduduk di Desa Cimanggu 1, 2010 Karakteristik Penduduk
Jumlah
Jumlah Penduduk Jumlah KK Jumlah Penduduk perempuan Jumlah Penduduk laki-laki Sumber : Data Monografi Desa Cimanggu I, 2010
9537 Jiwa 2550 KK 4605 jiwa 4932 jiwa
Persentase (%) 100,00 100,00 48,28 51,72
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih besar daripada jumlah penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki yaitu sebesar 4932 jiwa (51,72%) dan jumlah penduduk perempuan yaitu 4605 jiwa (48,28%), sedangkan gambaran masyarakat berdasarkan golongan umur dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini: Tabel 4.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Desa Cimanggu I, 2010 No. Golongan Umur 1 2 3 4
0 - 19 tahun 20 - 39 tahun 40 - 69 tahun ≥ 70 tahun
Jumlah
Jenis Kelamin Laki-Laki 1876 1382 1467 207
Perempuan 1769 1348 1312 176
4932
4605
Sumber : Data Monografi Desa Cimanggu I, 2010
Jumlah (orang)
Persentase (%)
3645 2730 2772 383
38,21 28,62 29,06 4,11
9537
100,00
36
Gambar 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur di Desa Cimanggu I
4.1.3
Kondisi Ekonomi Kondisi Desa Cimanggu 1 dilihat letak geografisnya, maka jenis kegiatan
ekonomi di desa ini mayoritas sektor pertanian, selain itu diurutan kedua adalah sektor perdagangan berupa buruh, warung kecil, pertanian, dan lain-lain. Jumlah pemilik lahan di Desa Cimanggu 1 masih cukup banyak, sehingga penduduk yang bekerja sebagai buruh tani tidak terlalu banyak, yaitu kurang lebih 1018 orang, petani pemilik kurang lebih 715 orang, urutan ketiga adalah buruh/swasta ada 2511 orang. Dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini. Tabel 4.3 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Cimanggu 1, 2008 No
Jenis Mata Pencaharian
1 Petani 2 Buruh Tani 3 Buruh industri/ Swasta 4 Pegawai Negeri 5 Pengrajin 6 Pedagang 7 TNI/Polri 8 Pertukangan 9 Pensiunan/ Purnawirawan 10 Lain-lain Jumlah Sumber : Potensi Desa, Tahun 2008
Jumlah Persentase (Orang) (%) 715 12,37 1018 17,61 2511 43,45 72 1,25 0 0,00 1215 21,02 8 0,14 10 0,17 55 0,95 175 3,02 5779 100,00
37
4.1.4
Pendidikan Penduduk Desa Cimanggu 1 dilihat dari aspek pendidikan, maka rata-rata
penduduknya sudah banyak yang mengenyam pendidikan yang lebih menigkat dan baik, mulai dari tingkat dasar sampai tingkat perguruan tinggi pada saat ini sudah banyak. Penduduk yang tidak pernah sekolah ada sekitar 612 orang, adalah penduduk miskin. Untuk lebih jelasnya jumlah penduduk menurut
tingkat
pendidikan di Desa Cimanggu 1, dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Jumlah dan Persentase Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Cimanggu 1, 2008 No 1 2 3 4 5 6 7
Tingkat Pendidikan Belum Sekolah Tidak tamat sekolah Lulus SD/ sederajat Lulus SMP/ Mts Lulus SMA/ SMK Lulus Akademi/ Diploma Lulus Universitas Jumlah
Jumlah (Orang) Pertasentase (%) 1118 11,52 612 6,31 705 7,26 711 7,33 3404 35,10 2501 25,78 647 6,67 9698 100,00
Sumber : KF/ Podes, Tahun 2008 4.1.5
Lembaga Dalam
melaksanakan program-program
pemberdayaan
masyarakat,
dibutuhkan peran aktif dari berbagai pihak, terutama masyarakat agar program pemberdayaan yang dilaksanakan berlangsung secara bottom up. Selain itu, dalam pelaksanaannya diperlukan suatu wadah yang dapat mengorganisir masyarakat sehingga tujuan bersama dapat tercapai. Wadah tersebut adalah lembaga-lembaga yang dapat menampung aspirasi masyarakat dan mampu memberdayaan masyarakat, sehingga masyarakat menjadi sejahtera. Adapun lembaga-lembaga yang terdapat di Desa Cimanggu 1 dapat dijelaskan berikut ini:
4.1.5.1 Badan Keswadayaan Masyarakat Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang terdapat di Desa Cimanggu 1 adalah BKM ABDI MANDIRI dengan sekretariat di kantor Desa Cimanggu 1. Nomor telepon yang bisa dihubungi adalah 081398537340, status BKM ini telah
38
dicatat oleh notaris Dani Ardianti,SH. BKM ini telah disahkan pada tanggal 1 Desember 2008 dengan pimpinan kolektif dengan periode tahun 2008-2010. Peran BKM di dalam masyarakat adalah sebagai pengambil keputusan apabila terdapat program-program pemberdayaan masyarakat baik yang bersumber dari swasta maupun dari pemerintah. Anggota-anggota BKM berasal dari tokoh-tokoh masyarakat dan warga Desa Cimanggu 1. Hal ini dilakukan agar lembaga ini mampu meningkatkan partisipatif masyarakat sehingga bersifat bottom up. Periode masa jabatan anggota BKM selama 2 tahun dan di tahun 2011 ini akan dipilih kembali anggota-anggota BKM yang baru dan diharapkan anggota-anggota BKM ini mampu mewakili aspirasi dari masyarakat sehingga akan tercipta masyarakat yang sejahtera. Di dalam menjalankan Program Ekonomi Bergulir, BKM membawahi tiga unit pengelola yang akan menjadi penanggungjawab dari tridaya program, yaitu Unit Pengelola Lingkungan, Unit Pengelola Sosial, dan Unit Pengelola Keuangan.
4.1.5.2 Unit Pengelola Keuangan Unit Pengelola Keuangan (UPK) merupakan suatu lembaga yang ada di dalam program PEB PNPM-MP. Struktur UPK dibagi menjadi menjadi 3, yaitu manajer, bagian pembukuan, dan bendahara. Pengurus-pengurus UPK berasal dari masyarakat Desa Cimanggu I yang dipilih oleh fasilitator kelompok (pihak PNPM) untuk mengatur jalannya program PEB PNPM-MP. Tugas UPK adalah mengatur siapa saja masyarakat yang berhak menerima dana pinjaman dari program PEB PNPM-MP, selain itu UPK juga membuat laporan keuangan mengenai dana yang masuk dan dana yang keluar dari pihak PNPM. Pengurus-pengurus UPK sengaja dipilih dari masyarakat agar dalam pelaksanaan program PEN PNPM-MP terjadi transparansi dan masyarakat dapat terlibat secara aktif di dalam program.
4.2
Deskripsi Program Program
Ekonomi
Bergulir
PNPM-MP
merupakan
program
pemberdayaan masyarakat yang termasuk di dalam tridaya pembangunan dalam
39
PNPM Mandiri, yaitu bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Program PEB PNPMMP ini termasuk di dalam bidang ekonomi karena kegiatan dalam program ini yaitu memberikan pinjaman dalam bentuk sejumlah dana dengan jangka waktu pengembalian maksimum satu tahun. Tujuan dari pelaksanaan Program Ekonomi Bergulir ini pada masyarakat adalah diharapkan program ini mampu menjadi kegiatan yang secara langsung memberikan manfaat dan meningkatan pendapatan bagi individu/ keluarga maupun kelompok dan sekaligus membangun modal sosial. Selain itu, masyarakat diharapkan mampu menjadi masyarakat yang mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan baik bagi individu/ keluarga maupun kelompok.
40
BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM EKONOMI BERGULIR PNPM-MP Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor yang merupakan desa binaan PNPM Mandiri dan menerima dana dari Program Ekonomi Bergulir (PEB). Total keseluruhan responden sebanyak 45 orang. Identitas responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi: 5.1 Karakteristik Individu 5.1.1 Usia Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk ke dalam kategori usia produktif, yaitu antara 15 sampai 64 tahun sebanyak 44 orang atau 97,78 persen. Usia responden paling muda 21 tahun dan responden yang paling tua berusia 70 tahun. Distribusi responden menurut kelompok usia dapat dilihat pada tabel 5.1. Tabel 5.1 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kelompok Usia di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Usia (tahun) 0-14 15-64 65+ Total
Jumlah (orang) 0 44 1 45
Presentase (%) 0,00 97,78 2,22 100,00
5.1.2 Tingkat Pendidikan Formal yang Ditamatkan Responden Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh responden selama hidupnya. Distribusi responden berdasarkan pendidikan formal dapat dilihat pada tabel 5.2.
41
Tabel 5.2 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Pendidikan Formal yang Ditamatkan di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010 Pendidikan Formal Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Sarjana
Jumlah (orang) 32 12 1 0
Persentase (%) 71,11 26,67 2,22 0
45
100,00
Total
Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program Ekonomi Bergulir berpendidikan rendah yaitu tamat SD sebanyak 32 orang (71,11%) dan 1 orang (2,22%) responden telah menamatkan pendidikannya di SLTA.
5.1.3 Tingkat Pendapatan Responden Pendapatan rata-rata perbulan responden, yaitu pendapatan per bulan yang diperoleh responden sesuai jenis pekerjaan yang digeluti. Distribusi responden berdasarkan tingkat perndapatan rata-rata per bulan dapat dilihat pada tabel 5.3 di bawah ini : Tabel 5.3 Jumlah dan Persentase Responden berdasarkan Tingkat Pendapatan, di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Pendapatan (Rp.)
Jumlah (orang)
Rendah Sedang Tinggi
12 21 12
Persentase (%) 26,67 46,66 26,67
Total
45
100,00
Tabel 5.3 menunjukkan sebagian besar pendapatan responden sedang (46,46%) yaitu antara di atas satu juta rupiah hingga dua juta dua ratus empat puluh sembilan ribu sembilan ratus sembilam puluh sembilan rupiah. Namun, ada juga responden yang memiliki pendapatan tinggi (26,67%) dengan pendapatan berkisar di atas dua juta dua ratus empat puluh sembilan ribu sembilan ratus sembilam puluh sembilan rupiah hingga empat juta rupiah.
42
Responden yang rata-rata berpanghasilan tinggi dikarenakan jenis usaha yang mereka jalankan sudah dapat berkembang dengan baik dan rata-rata pekerjaan yang mereka lakukan adalah sebagai pedagang di luar desa, misalnya mereka berjualan sayuran di kota besar seperti Jakarta atau ada juga yang melakukan budidaya jamur dan menjual hasilnya ke luar desa. Seperti yang diungkapkan SS (pemilik usaha budidaya jamur dan peserta program Ekonomi Bergulir) sebagai berikut: “… Saya sudah mulai melakukan usaha budidaya jamur ini sejak tahun 2006 dan Alhamdulillah untung yang saya peroleh dari usaha ini lumayan besar sekitar empat juta rupiah setiap bulannya. Akan tetapi diperlukan kesabaran dalam mengelola jamur ini karena jamur ini hanya dapat dipanen sekitar empat bulan sekali. Jadi, biasanya saya memperoleh penghasilan sekitar empat bulan sekali...” Sempat mengalami gagal panen tidak menyurutkan semangat SS untuk tetap berusaha di bidang pembudidayaan jamur. Semangat dan kerja keras SS kini telah membuahkan hasil, pendapatannya yang semula hanya berkisar satu juta hingga satu setengah juta, sekarang bisa mencapai empat juta rupiah.
5.1.4 Motivasi Menurut teori Maslow dalam Sumarwan (2004), manusia berusaha memenuhi kebutuhan tingkat rendahnya terlebih dahulu sebelum memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi, sesuai dengan model hirarki kebutuhan. Motivasi pertama masyarakat Desa Cimanggu I untuk terlibat dalam program PEB PNPMMP sebagian besar (66,67%) adalah karena terdorong kebutuhan ego (meningkatkan kesejahteraan keluarga). Berdasarkan teori Maslow hal ini menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan masih rendah karena berada pada kebutuhan rasa aman (mengembangkan modal usaha) sebanyak 66,67%. Responden yang memiliki motivasi pertama karena kebutuhan fisiologis (mengembangkan keterampilan berusaha) sebanyak 8,89 persen, kebutuhan sosial (‘ruang’ untuk bersosialisasi) sebanyak 0 persen, kebutuhan ego (meningkatkan kesejahteraan keluarga) sebanyak 24,44 persen, dan kebutuhan aktualisasi diri
43
(melatih kemampuan berorganisasi dan mengemukakan pendapat) sebanyak 0 persen.Motivasi responden tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.1 berikut ini:
Gambar 5.1 Motivasi Responden dalam Program Ekonomi Bergulir
5.2 Tingkat Partisipasi Responden dalam Program Ekonomi Bergulir Partisipasi peserta program adalah bentuk keterlibatan masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir yang ditunjukkan dengan kehadiran dalam rapat, keterlibatan dalam mengemukakan pendapat, dan terlibat aktif dalam kegiatan monitoring. Ada pun secara garis besar partisipasi yang akan diteliti meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap monitoring/ evaluasi. 5.2.1 Partisipasi Tahap Perencanaan Partisipasi pada tahap perencanaan adalah keikutsertaan responden dalam penyusunan rencana suatu kegiatan. Pada tahap perencanaan, yang dinilai adalah kehadiran responden dalam perencanaan program dan keterlibatan dalam mengemukakan pendapat, dan terlibat dalam identifikasi kebutuhan. Responden diberikan lima pertanyaan dan dua pilihan jawaban yang berupa jawaban “ya” dan “tidak” yang berkaitan dengan partisipasi responden dalam merencanakan program, dimana setiap pilihan jawaban memiliki bobot skor
44
yang berbeda. Tingkat partisipasi pada tahap perencanaan diukur dengan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden. Skor jawaban responden berdasarkan selang akan disajikan pada Tabel 5.4 Tabel 5.4 Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Perencanaan Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Tingkat Partisipasi
Jumlah (orang)
Rendah Sedang Tinggi
12 21 12
Persentase (%) 26,67 46,66 26,67
Total
45
100
Tabel 5.4 memperlihatkan bahwa partisipasi responden pada tahap perencanaan program tergolong sedang (46,66%) sebanyak 21 orang. Pada tahap perencanaan PEB, pihak PNPM Mandiri selaku fasilitator melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan beberapa perwakilan dari pihak masyarakat dan biasanya yang hadir dalam FGD ini adalah para tokoh masyarakat. Selain itu, yang hadir dalam FGD ini selain pihak PNPM dan perwakilan masyarakat adalah pihak Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), Unit Pengelola Keuangan (UPK), serta pihak desa. FGD ini dilakukan untuk merumuskan kebutuhan masyarakat secara bersama-sama serta menentukan apakah program ini sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat atau belum. Selain itu, FGD ini dilakukan untuk menentukan siapa saja yang layak menerima bantuan dana dari program PEB ini. Pihak PNPM mengirimkan undangan kepada para tokoh masyarakat dan pemerintah desa untuk menghadiri rapat yang diadakan di balai desa. Setelah pihak PNPM mengadakan rapat dengan tokoh masyarakat dan pemerintah desa, pihak PNPM pun mengadakan rapat dengan masyarakat. Rapat yang dilakukan bersama masyarakat dilaksanakan di masing-masing RW. Partisipasi responden dalam perencanaan program selaku penerima program tergolong sedang. Hal ini dikarenakan masyarakat penerima program hanya memberikan sedikit masukan ketika proses FGD sedang dilaksanakan. Selain itu, masyarakat tidak selalu hadir dalam rapat perencanaan yang dilaksanakan oleh pihak PNPM.
45
5.2.2 Partisipasi Tahap Pelaksanaan Partisipasi pada tahap pelaksanaan program adalah keikutsertaan dan keaktifan dalam pelaksanaan kegiatan program pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh pihak PNPM, BKM, dan UPK. Partisipasi diukur berdasarkan banyaknya kegiatan yang diikuti responden, akses dan kontrol terhadap program, keterlibatan dalam pengambilan keputusan. Responden diberikan sebelas pertanyaan berupa pilihan “ya” dan “tidak” yang berkaitan dengan partisipasi responden pada tahap pelaksanaan program, dimana setiap pilihan skor jawaban memiliki bobot yang berbeda. Tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan diukur dengan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden. Skor jawaban responden berada pada selang yang akan disajikan pada Tabel 5.5. Tabel 5.5 Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Pelaksanaan Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Tingkat Partisipasi
Jumlah (orang)
Presentase (%)
Rendah Sedang Tinggi
15 6 24
33,33 13,34 53,33
Total
45
100,00
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa partisipasi responden pada tahap pelaksanaan cukup tinggi (53,33%) sebanyak 24 orang. Masyarakat penerima program mampu mengembangkan dana pinjaman yang diberikan oleh pihak PNPM-MP dengan baik. Namun, masih ada masyarakat yang masih belum bisa mengelola dana pinjaman dengan baik (33,33%) sebanyak 15 orang. Masyarakat yang tidak mampu mengembangkan dana pinjaman dengan baik beranggapan bahwa dana pinjaman yang diberikan oleh pihak PNPM dirasa masih terlalu sedikit. Pihak PNPM selaku penanggung jawab keseluruhan program PEB PNPMMP memberikan akses kepada masyarakat untuk menentukan sendiri jenis usaha
46
apa yang ingin dijalankan dengan menggunakan modal yang diberikan oleh PNPM. Selain itu, masyarakat pun membayar cicilan tepat pada waktunya. 5.2.3 Partisipasi Tahap Menikmati Hasil Partisipasi dalam tahap menikmati hasil yaitu untuk melihat sejauhmana masyarakat selaku penerima program menikmati hasil yang diperoleh dari pelaksanaan PEB PNPM-MP. Selain itu, pada tahap menikmati hasil ini juga dapat digunakan sebagai indikator keberhasilan dari program PEB PNPM-MP. Tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil diukur dengan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden. Skor jawaban responden berada pada selang yang akan disajikan pada Tabel 5.6. Tabel 5.6 Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Menikmati Hasil Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (orang) 3 15 27
Presentase (%) 6,67 33,33 60,00
45
100
Tabel 5.6 menunjukkan bahwa partisipasi responden pada tahap menikmati hasil tinggi (60%) sebanyak 27 orang. Sebagian besar reponden mampu mengembangkan modal dengan baik dan juga mampu membangun kerjasama diantara sesama anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dengan baik. Namun, ada juga beberapa KSM yang tidak bisa memanfaatkan modal dengan baik dan tergolong dengan tingkat partisipasi rendah (6,67%) yaitu sebanyak 3 orang. Hal ini dapat terjadi dikarenakan tidak adanya keinginan yang kuat dari mereka untuk terlibat secara aktif untuk memajukan KSM mereka masing-masing. Selain itu juga mereka tidak mampu mengembangkan modal dengan baik, sehingga tidak banyak manfaat yang dapat mereka peroleh dari program PEB ini. Hal tersebut seperti yang diungkapkan MN (pedagang sayuran dan peserta program PEB) sebagai berikut:
47
“… Saya tidak pernah terlibat dalam kegiatan yang ada di kelompok saya dan pinjaman yang diberikan pihak PNPM kepada saya juga tidak bisa memberikan untung yang memuaskan untuk meningkatkan usaha yang sedang saya jalankan saat ini. Saya merasa sama saja. Jadi, menurut saya, saya belum bisa merasakan manfaat dari program ini…” 5.2.4 Partisipasi Tahap Monitoring/ Evaluasi Tahap monitoring program adalah keikutsertaan responden dalam memantau kegiatan, yaitu responden menyampaikan secara langsung tentang kendala-kendala yang dihadapi selama kegiatan program ataupun responden membuat laporan kegiatan mingguan tentang kegiatannya yang kemudian setiap minggu akan dievaluasi oleh tenaga pendamping di lapang. Responden akan diberikan empat pertanyaan dan dua pilihan jawaban berupa jawaban “ya” dan “tidak”, dimana kedua pilihan jawaban memiliki bobot yang berbeda. Tingkat partisipasi pada tahap monitoring program diukur dengan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden. Skor jawaban responden berdasarkan selang yang disajikan pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap Monitoring Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Tingkat Partisipasi
Jumlah
Persentase
Rendah Sedang Tinggi
21 12 12
46,67 26,67 26,67
Total
45
100
Tabel 5.7 memperlihatkan bahwa partisipasi responden pada tahap monitoring program rendah (46,67%) yaitu sebanyak 21 orang. Pada saat pihak PNPM melakukan proses monitoring program PEB, pihak-pihak yang dilibatkan bukanlah masyarakat penerima program, melainkan pihak-pihak BKM, KSM, UPK, dan aparat desa. Hal ini dilakukan karena pihak masyarakat ketika diundang untuk hadir dalam rapat untuk mengevaluasi program PEB ini banyak yang menolak untuk hadir dengan berbagai alasan. Hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh AN (peserta PEB dan juga pemilik warung), sebagai berikut:
48
“… Bapak sering diundang rapat sama pihak PNPM, tapi kalau bapak datang ke rapat di Balai Desa nanti tidak ada yang jaga warung, jadi bapak percaya saja dengan hasil rapat di Balai Desa. Bapak tinggal tunggu hasilnya saja dari Bapak WH, karena Bapak WH kan pihak BKM yang selalu ikut rapat. Kalau ada keluhan mengenai program ini bapak biasanya menyampaikannya ke Bapak WH…” Banyak responden yang tidak menghadiri rapat yang diadakan oleh pihak PNPM untuk melakukan proses evaluasi terhadap program PEB dikarenakan masyarakat yang menerima program PEB lebih sering berada diluar desa karena sebagian besar dari mereka bermatapencaharian sebagai pedagang di luar desa dan mereka lebih mempercayakan kepada pihak BKM karena BKM berasal dari perwakilan masyarakat desa.
5.3 Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir 5.3.1 Hubungan antara Usia dengan Tingkat Partisipasi Usia adalah selisih antara tahun responden dilahirkan hingga tahun pada saat penelitian dilaksanakan. Responden dalam penelitian ini tergolong usia kerja yaitu antara 15-64 tahun sebanyak 44 orang dan satu orang responden tergolong lanjut usia lanjut (65+ tahun).
Gambar 5.2 Usia Responden
49
Masyarakat dengan usia non-produktif memiliki tingkat partisipasi yang rendah dalam program PEB PNPM-MP, sedangkan masyarakat dengan usia produktif sebagian besar memiliki tingkat partisipasi yang sedang dalam program PEB PNPM-MP yaitu sebanyak 36,40 persen. Masyarakat dengan usia produktif berpartisipasi penuh pada saat pelaksanaan dan pemanfaatan hasil program, sedangkan pada saat perencanaan program tidak terlibat secara penuh dan pada saat evaluasi program, masyarakat dengan usia produktif sebagian besar tidak terlibat di dalam program PEB PNPM-MP. Hasil Tabulasi Silang antara usia dan tingkat partisipasi responden disajikan pada Tabel 5.8. Tabel 5.8 Persentase Responden menurut Usia dan Tingkat Partisipasi pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Tingkat Partisipasi Usia
Rendah (%)
Sedang (%)
Tinggi (%)
Total
Produktif Non-Produktif rs = 0,91 α= 0,105
29,50 100,00
36,40 0,00
34,10 0,00
100,00 100,00
H0 :
Tidak ada perbedaan antara responden yang berusia produktif dan nonproduktif dalam berpartisipasi pada Program Ekonomi Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan.
H1 :
Semakin produktif usia responden, maka semakin tinggi partisipasinya dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. Analisis Uji Korelasi Rank Spearman digunakan untuk melihat apakah
responden berusia produktif lebih berpartisipasi dalam program PEB PNPM-MP. Dengan menggunakan Uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig (1-tailed) hitung sebesar 0,105 > α (0.1) sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi responden yang berusia produktif maupun yang berusia tidak produktif sama-sama berpartisipasi dalam program PEB. Usia tidak mempengaruhi seseorang untuk berpartisipasi dalam program. Baik yang berusia produktif maupun yang berusia tidak produktif (lansia), samasama berpartisipasi dalam program PEB PNPM-MP. Hal ini dikarenakan seluruh
50
masyarakat Desa Cimanggu I ingin memajukan tingkat perekonomian di desa tersebut, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. Baik masyarakat berusia produktif yaitu antara usia 15-64 tahun maupun masyarakat yang berusia tidak berusia produktif (lansia) yaitu usia 65+ sama-sama ingin turut berkontribusi dalam memajukan Desa Cimanggu I. 5.3.2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal tertinggi yang pernah diikuti responden pada saat penelitian ini berlangsung dari tidak tamat sekolah dasar (SD) sampai dengan jenjang perguruan tinggi. Secara umum pendidikan masyarakat tergolong rendah yaitu sebanyak 32 orang, responden yang berpendidikan sedang sebanyak 12 orang, dan tergolong tinggi sebanyak satu orang.
Gambar 5.3 Tingkat Pendidikan Responden Hasil Uji Tabulasi Silang pada Tabel 5.9 menunjukkan bahwa masih terdapat responden dengan tingkat pendidikan yang tinggi memiliki tingkat partisipasi yang rendah. Hal ini dikarenakan responden tersebut tidak terlibat pada saat perencanaan program dan evaluasi program. Selain itu, pada tahap menikmati hasil, responden tersebut tidak menerima manfaat dari program PEB PNPM-MP. Jadi, responden tersebut hanya terlibat pada saat pelaksanaan program saja. Jumlah responden dengan kategori tersebut sebanyak satu orang.
51
Hasil Tabulasi Silang antara tingkat pendidikan dan tingkat partisipasi disajikan pada Tabel 5.9 Tabel 5.9 Persentase Responden menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Partisipasi pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Tingkat Partisipasi Tingkat Pendidikan Rendah Sedang Tinggi rs = 0,442
Rendah (%)
Sedang (%)
Tinggi (%)
Total
40,60 0,00 100,00
40,60 25,00 0,00
18,80 75,00 0,00
100,00 100,00 100,00
α= 0,001
H0 : Tidak ada perbedaan antara responden dengan tingkat pendidikan rendah, sedang maupun tinggi dengan tingkat partisipasi responden dalam Progsebanyram Ekonomi Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. H1 : Semakin tinggi pendidikan yang pernah ditamatkan oleh responden, maka tingkat pendidikan responden semakun tinggi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. Analisis Uji Korelasi Rank Sperman digunakan untuk melihat apakah semakin tinggi pendidikan, responden cenderung lebih berpartisipasi dalam program PEB. Hasil uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig. (1-tailed) 0,001 < α (0,1) sehingga H1 diterima dan H0 ditolak. Jadi, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang cenderung membuat seseorang lebih berpartisipasi di dalam program PEB PNPM-MP. Tingkat pendidikan yang semakin baik akan mampu membantu masyarakat selaku penerima program untuk menjalankan program dengan baik. Maka dari itu, perlu adanya peningkatan tingkat pendidikan yang diterima oleh masyarakat Desa Cimanggu I agar tingkat partisipasi masyarakat di dalam program PEB PNPM-MP meningkat sehingga tujuan program PEB PNPMMP dapat tercapai dengan sangat baik. 5.3.3 Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi Tingkat pendapatan responden adalah ukuran taraf hidup yang dilihat dari jumlah penghasilan seseorang yang dihitung perbulan. Sebagian besar responden dalam penelitian ini berpenghasilan sedang yaitu sebanyak 21 orang, responden
52
yang berpenghasilan rendah sebanyak 12 orang, dan responden yang berpenghasilan tinggi sebanyak 12 orang.
Gambar 5.4 Pendapatan Responden
Hasil Tabulasi Silang antara tingkat pendapatan dan tingkat partisipasi disajikan pada Tabel 5.10. Tabel 5.10 Persentase Responden menurut Tingkat Pendapatan dan Tingkat Partisipasi pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Tingkat Partisipasi Tingkat Pendapatan Rendah Sedang Tinggi rs = 0,198
Rendah (%)
Sedang (%)
Tinggi (%)
Total
25,00 36,40 27,30
66,70 27,30 18,20
8,30 36,40 54,50
100,00 100,00 100,00
α= 0,096
Berdasarkan Tabel 5.10 responden yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah sebagian besar memiliki tingkat partisipasi yang sedang dibandingkan dengan masyarakat dengan tingkat pendapatan yang rendah dan tinggi. Selain itu, responden dengan tingkat pendapatan sedang dan tinggi cukup banyak yang memiliki tingkat partisipasi yang tinggi masing-masing sebesar 36,40 persen dan 54,50 persen. Masyarakat dengan tingkat pendapatan yang tinggi mampu dengan
53
mudah mengelola modal yang diberikan oleh pihak PNPM sehingga tidak terjadi penunggakan dalam pembayaran pinjaman setiap bulannya. H0 : Tidak ada perbedaan antara responden dengan tingkat pendapatan rendah, sedang maupun tinggi dengan tingkat partisipasi responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. H1 : Semakin tinggi tingkat pendapatan responden, maka tingkat partisipasi responden semakin tinggi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. Analisis Uji Korelasi Rank Sperman Silang digunakan untuk melihat apakah semakin tinggi pendapatan responden maka responden lebih berpartisipasi dalam program PEB PNPM-MP. Hasil Uji Korelasi Rank Sperman diperoleh nilai Sig. (1-tailed) hitung sebesar 0.096 > α (0.1) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Jadi semakin tinggi pendapatan seseorang membuat lebih berpartisipasi pada program PEB PNPM-MP. Responden yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah dan sedang harus diberikan pendampingan secara penuh oleh fasilitator kelompok agar tingkat partisipasinya dapat meningkat.
5.3.4 Hubungan antara Motivasi dengan Tingkat Partisipasi Motivasi merupakan alasan atau dorongan dari dalam diri responden untuk terlibat dalam program PEB PNPM-MP. Sebagian besar responden memiliki motivasi utama mengikuti program PEB PNPM-MP untuk mengembangkan modal usaha yaitu sebanyak 30 orang, responden yang memiliki motivasi utama untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga sebanyak 11 orang, dan responden yang memiliki motivasi utama untuk meningkatkan keterampilan berusaha sebanyak empat orang. Tidak ada responden yang memiliki motivasi utama untuk mensosialisasikan diri dalam masyarakat dan melatih kemampuan dalam berorganisasi. Hasil Uji Tabulasi Silang pada Tabel 5.11 menunjukkan bahwa responden dengan motivasi utama untuk meningkatkan keterampilan berusaha memiliki tingkat partisipasi yang rendah dalam program PEB PNPM-MP. Responden dengan motivasi utama untuk mengembangkan modal usaha memiliki tingkat
54
partisipasi yang tinggi yaitu sebesar 40 persen, sedangkan responden dengan motivasi utama untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya memiliki tingkat partisipasi yang sedang dalam program PEB PNPM-MP. Berdasarkan hal tersebut, responden yang memiliki motivasi utama untuk meningkatkan keterampilan berusaha dan mengembangkan modal usaha perlu didorong untuk berpartisipasi penuh dalam program PEB PNPM-MP. Hasil Tabulasi Silang antara tingkat pendidikan dan tingkat partisipasi disajikan pada Tabel 5.11. Tabel 5.11 Persentase Responden menurut Motivasi dan Tingkat Partisipasi Responden pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Tingkat Partisipasi Motivasi
Rendah (%)
Sedang (%)
Tinggi (%)
Total
Meningkatkan Keterampilan Berusaha 75,00 25,00 0,00 100,00 Mengembangkan Modal 26,70 33,30 40,00 100,00 Meningkatkan Kesejahteraan 27,30 45,50 27,30 100,00 rs = 0,121 α= 0,215 H0 : Tidak ada perbedaan antara responden dengan motivasi utama meningkatkan keterampilan
berusaha,
mengembangkan
modal,
dan
meningkatkan
kesejahteraan keluarga dengan tingkat partisipasi responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. H1 : Semakin tinggi motivasi responden untuk meningkatkan kesejahteraannya, maka tingkat partisipasi responden semakin tinggi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM Mandiri Perkotaan. Analisis Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan apakah responden yang memiliki motivasi utama untuk meningkatkan kesejahteraannya cenderung lebih berpartisipasi dalam program PEB PNPM-MP. Dengan menggunakan Uji Korelasi Rank Sperman diperoleh nilai Sig. (1-tailed) hitung sebesar 0, 215 > α (0.1) sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi tidak ada perbedaan antara responden yang memiliki motivasi utama meningkatkan keterampilan berusaha, mengembangkan modal, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan tingkat partisipasi responden dalam Program Ekonomi Bergulir
55
PNPM Mandiri Perkotaan. Motivasi utama mereka yang berbeda tidak menjadi halangan untuk ikut berpartisipasi dalam program. 5.4
Ikhtisar Tingkat partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan rendah, pada tahap
pelaksanaan dan pemanfaatan hasil tinggi, sedangkan pada tahap evaluasi rendah. Masyarakat yang berusia produktif dan non-produktif sama-sama berpartisipasi dalam program PEB PNPM-MP. Selain itu, semakin tinggi tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan masyarakat, maka tingkat partisipasi masyarakat semakin tinggi. Masyarakat dengan motivasi utama meningkatkan keterampilan berusaha, mengembangkan modal, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga sama-sama berpartisipasi dalam program PEB PNPM-MP.
56
BAB VI MANAJEMEN PROGRAM DAN HUBUNGANNYA DENGAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM EKONOMI BERGULIR PNPM-MP 6.1 Manajemen Program Manajemen program yang diteliti di dalam penelitian ini adalah factorfaktor di luar responden yang mampu membantu responden dalam menjalankan program PEB. Manajemen program tersebut meliputi kesempatan berpartisipasi, kepemimpinan, tingkat keterdedahan informasi, dan persepsi. 6.1.1
Kesempatan Berpartisipasi Kesempatan berpartisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir
adalah
peluang yang ada di masyarakat untuk berpartisipasi, adanya toleransi terhadap keragaman bentuk. Responden diberikan tiga buah pertanyaan yang berkaitan dengan besar/ kecilnya peluang responden dalam berpartisipasi di dalam program PEB, dimana setiap pilihan jawaban memiliki bobot skor yang berbeda. Kesempatan berpartisipasi diukur dengan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden. Skor jawaban responden berdasarkan selang yang disajikan pada Tabel 6.1. Tabel 6.1 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kesempatan Berpartisipasi pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Kesempatan Berpartisipasi Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
5 3 37
11,12 6,67 82,21
45
100,00
Tabel 6.1 memperlihatkan bahwa responden yang memiliki kesempatan berpartisipasi tinggi (82,21%) yaitu sebanyak 37 orang. Responden yang memiliki kesempatan berpartisipasi rendah (11,12%) sebanyak 5 orang dan responden yang memiliki kesempatan berpartisipasi (6,67%) sedang sebanyak 3 orang. Hal ini dikarenakan ada sebagian responden yang bukan merupakan penduduk asli di
57
Desa Cimanggu I dan berminat untuk terlibat di dalam program PEB PNPM-MP namun tidak bisa dikarenakan mereka belum menetap lebih dari lima tahun. Waktu menetap seseorang di Desa Cimanggu I menjadi salah satu syarat untuk bisa terlibat di dalam program PEB ini, yaitu minimal telah menetap selama lima tahun di desa tersebut. Hal ini dilakukan agar masyarakat yang ingin terlibat di dalam program PEB ini dapat mengembalikan pinjaman tepat waktu.
6.1.2
Tingkat Keterdedahan Informasi Tingkat keterdedahan informasi merupakan besarnya informasi mengenai
Program Ekonomi Bergulir yang diterima oleh seseorang, baik yang bersumber dari media massa maupun melalui interpersonal. Responden diberikan delapan buah pertanyaan dengan dua pilihan jawaban yang memiliki bobot yang berbeda. Tingkat keterdedahan informasi mengenai program PEB PNPM-MP pada responden diukur dengan menggunakan skor dari hasil jawaban responden. Skor jawaban responden berdasarkan tingkatan yang disajikan pada tabel 6.2 sebagai berikut: Tabel 6.2 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Keterdedahan Informasi Program PEB PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Tingkat Keterdedahan Jumlah (orang) Persentase (%) Informasi Rendah 12 26,67 Sedang 16 35,56 Tinggi 17 37,77 Total
45
100,00
Tabel 6.2 menunjukkan bahwa tingkat keterdedahan informasi responden mengenai program PEB PNPM-MP yang tergolong tinggi (37,77%) sebanyak 17 orang, sedangkan responden yang tergolong memiliki tingkat keterdedahan informasi rendah (26,67%) sebanyak 12 orang dan yang tergolong sedang (35,56%) sebanyak 16 orang. Responden yang memiliki tingkat keterdedahan informasi yang sedang dikarenakan responden jarang hadir dalam setiap rapat mengenai program PEB PNPM-MP yang dilaksanakan oleh pihak PNPM selaku
58
fasilitator dengan aparat-aparat desa dan pihak terkait lainnya, sehingga informasi yang diperoleh kurang maksimal. Responden
dengan
tingkat
keterdedahan
informasi
yang
rendah
disebabkan oleh ketidakhadiran responden dalam setiap rapat yang diadakan oleh pihak PNPM maupun pihak UPK atau oleh pihak terkait lainnya, sehingga informasi yang diperoleh oleh masyarakat hanya bersumber dari lingkungan sekitar dan terkadang sering terjadi kesalahpahaman baik dalam penyampaian pesan, maupun dalam penerimaan pesan. Masyarakat yang tidak hadir dalam rapat bukan karena mereka tidak berminat untuk hadir, akan tetapi mereka tidak mempunyai banyak waktu untuk rapat dikarenakan mereka harus bekerja ke luar desa. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh AD (peserta PEB dan juga pedagang sayuran), sebagai berikut: ”...Saya sebenarnya ingin sekali hadir dalam setiap rapat yang biasanya dilakukan, baik di Balai Desa maupun yang biasanya dilakukan di rumah ketua RW, akan tetapi saya benar-benar tidak bisa hadir dalam rapat tersebut dikarenakan saya harus berjualan ke Jakarta dan biasanya saya pulang ke rumah setiap seminggu sekali, jadi saya tidak banyak mendapatkan informasi mengenai program PEB ini. Biasanya saya mendapatkan informasi mengenai program PEB ini dari para tetangga saja...” Fasilitator mengundang masyarakat dalam rapat yang diadakan di balai desa untuk memberitahukan informasi-informasi mengenai program PEB PNPMMP yang akan dilaksanakan, akan tetapi sebagian besar masyarakat tidak hadir dalam rapat tersebut, sehingga mereka tidak memperoleh informasi yang cukup mengenai program PEB PNPM-MP, terutama mengenai syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk bisa terlibat di dalam program PEB PNPMP-MP ini.
6.1.3
Persepsi Persepsi adalah proses pembentukan kesan/ makna oleh seseorang
terhadap
Program
Ekonomi
Bergulir
setelah
mengumpulkan
dan
mengintrepetasikan informasi serta pengalaman yang mereka dapatkan mengenai program tersebut. Responden akan diberikan lima pertanyaan dengan dua pilihan jawaban yang memiliki bobot yang berbeda mengenai persepsi responden
59
mengenai program PNPM-MP. Persepsi responden mengenai program PEB PNPM-MP diukur dengan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden. Skor jawaban responden berdasarkan selang akan disajikan pada tabel 6.3 sebagai berikut : Tabel 6.3 Jumlah dan Persentase Responden menurut Persepsi Responden terhadap Program PEB PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Persepsi Tidak Baik Kurang Baik Baik Total
Jumlah (orang) 15 4 26
Persentase (%) 33,33 8,89 57,78
45
100,00
Tabel 6.3 di atas memperlihatkan bahwa responden yang memiliki persepsi baik (57,78%) terhadap program PEB PNPM-MP sebanyak 26 orang. Hal ini dikarenakan program ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan juga meningkatkan modal sosial yang ada di masyarakat, sehingga program ini dapat diterima masyarakat dengan baik. Baik pihak PNPM maupun pihak masyarakat berharap bahwa dengan adanya program ini dapat menciptakan masyarakat yang mandiri dan sejahtera dengan adanya peningkatan ekonomi dan juga peningkatan modal sosial pada masyarakat, terutama masyarakat miskin.
6.1.4 Kepemimpinan Pembahasan mengenai kepemimpinan berhubungan dengan sikap yang dimiliki oleh penguasa wilayah serta kemampuannya untuk mempengaruhi orang lain dalam pelaksanaan program PEB PNPM-MP. Responden akan diberikan sebuah tabel yang terdiri dari pihak-pihak yang dianggap sebagai pemimpin yang memperngaruhi masyarakat dalam setiap tahap partisipasi dalam program PEB ini. Setiap pilihan jawaban memiliki bobot skor yang sama dari hasil jawaban responden. Tabel ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pemimpin di dalam tingkat partisipasi masyarakat dalam program PEB PNPM-
60
MP pada setiap tahapnya. Skor jawaban responden berdasarkan tingkatan akan disajikan pada Tabel 6.4 sebagai berikut : Tabel 6.4 Jumlah dan Persentase Responden menurut Pengaruh Kepemimpinan dalam Program PEB PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010 Pengaruh Kepemimpinan Lemah Sedang Kuat Total
Jumlah (orang)
Persentase (%)
16 11 17
35,55 24,44 40,01
45
100,00
Tabel 6.4 menunjukkan bahwa pengaruh kepemimpinan terhadap masyarakat dalam program PEB PNPM-MP tergolong tinggi (40,01%) yaitu sebanyak 17 orang, akan tetapi tabel 6.4 juga menunjukkan bahwa sebagian responden menganggap bahwa peran dari seorang pemimpin di dalam program ini tetrgolong lemah (35,55%) yaitu sebanyak 16 orang. Menurut Lestari dalam Aryani (2007) terdapat tiga macam cara dalam pemberian instruksi yakni pertama secara bertahap dengan melihat situasi dan kondisi warga, kedua secara sekaligus (menyeluruh) dari semua program, ketiga dengan cara memaksa untuk mengejar ‘target’ terutama pada program dari atas desa dan yang direncanakan kepala desa tersebut sebelumnya. Sedangkan di Desa Cimanggu I menurut informasi yang didapatkan, bahwa informasi diberikan secara bertahap sesuai situasi dan kondisi warga, karena hal ini akan memberikan pengaruh terhadap tingkat partisipasi masyarakat nantinya.
6.2 Hubungan antara Manajemen Program dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir 6.2.1 Hubungan antara Kesempatan Berpartisipasi dengan Tingkat Partisipasi Kesempatan berpartisipasi masyarakat merupakan peluang yang dimiliki masyarakat untuk berpartisipasi. Dikatakan berpeluang apabila masyarakat melihat bahwa program yang dilaksanakan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya, manfaat di sini lebih cenderung manfaat untuk mengaktualisasikan diri
61
sehingga tercapai tujuan dari program tersebut. Jadi, kesempatan berpartisipasi masyarakat di sini berhubungan dengan apa yang dirasakan dan harapan masyarakat serta sikap yang ditunjukkan masyarakat terhadap partisipasi yang telah ada. Hasil Tabulasi Silang antara kesempatan partisipasi dan tingkat partisipasi disajikan pada Tabel 6.5. Tabel 6.5 Persentase Responden menurut Kesempatan Berpartisipasi dan Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Kesempatan Berpartisipasi Rendah Sedang Tinggi rs = 0,001
Tingkat Partisipasi Rendah (%)
Sedang (%)
Tinggi (%)
Total
20,00 33,30 32,40
40,00 66,70 32,40
40,00 0,00 35,10
100,00 100,00 100,00
α= 0,497
Sebagian besar masyarakat yang memiliki kesempatan berpatisipasi yang tinggi tidak selalu berada di kediamannya, sehingga tingkat partisipasi responden tersebut rendah di dalam program PEB PNPM-MP. Responden dengan kondisi tersebut sebanyak 32,40 persen, sedangkan responden yang memiliki kesempatan berpartisipasi yang tinggi dan memiliki partisipasi yang tinggi di dalam program sebanyak 35,10 persen. Sebanyak 20 persen responden memiliki kesempatan berpartisipasi dan tingkat partisipasi yang rendah di dalam program PEB PNPM-MP dikarenakan responden tersebut termasuk masyarakat pendatang dan belum bersosialisasi secara penuh dengan masyarakat sekitar. H0 :
Tidak ada perbedaan antara responden dengan kesempatan berpartisipasi rendah, sedang, maupun tinggi dalam berpartisipasi pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
62
H1 :
Semakin tinggi kesempatan berpartisipasi responden maka semakin tinggi tingkat partisipasi responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPMMP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Analisis Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan apakah
semakin tinggi kesempatan berpartisipasi responden maka cenderung lebih berpartisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Hasil uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig. (1-taled) hitung sebesar 0.497 > α (0.1) sehingga H0 diterima dan H₁ ditolak. Jadi, tidak ada perbedaan antara responden dengan kesempatan berpartisipasi rendah, sedang, maupun tinggi dalam berpartisipasi pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
6.2.2
Hubungan antara Tingkat Keterdedahan Informasi dengan Tingkat Partisipasi Hasil Tabulasi Silang antara tingkat keterdedahan informasi dan tingkat
partisipasi masyarakat akan disajikan pada Tabel 6.6. Tabel 6.6 Persentase Responden menurut Tingkat Keterdedahan Informasi dan Tingkat Partisipasi Responden pada Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Tingkat Keterdedahan Informasi Rendah Sedang Tinggi rs = - 0,192
Tingkat Partisipasi Rendah (%)
Sedang (%)
Tinggi (%)
Total
25,00 18,80 47,10
50,00 25,00 35,30
25,00 56,20 17,60
100,00 100,00 100,00
α= 0,103
Tabel 6.6 menunjukkan bahwa responden yang memiliki tingkat keterdedahan informasi yang sedang memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dalam program PEB PNPM-MP. Tingkat keterdedahan yang tergolong sedang pada responden membuat tingkat partisipasi responden dalam PNPM-MP tinggi dibandingkan responden dengan tingkat keterdedahan informasi yang rendah maupun tinggi yaitu sebanyak 56,20 persen.
63
H0 :
Tidak ada perbedaan antara responden dengan tingkat keterdedahan informasi rendah, sedang, maupun tinggi dalam berpartisipasi pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
H1 :
Semakin tinggi tingkat keterdedahan informasi responden maka semakin tinggi tingkat partisipasi responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Analisis Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan apakah
semakin tinggi tingkat keterdedahan informasi responden maka cenderung lebih berpartisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Hasil uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig. (1-taled) hitung sebesar 0,103 > α (0.1) sehingga H0 diterima dan H₁ ditolak. Jadi responden yang memiliki tingkat keterdedahan informasi tinggi tidak cenderung lebih berpartisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP. Baik responden yang memiliki tingkat keterdedahan informasi rendah, sedang, dan tinggi sama-sama berpartisipasi dalam program PEB PNPMMP. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keterdedahan informasi responden yang tinggi belum tentu mampu meningkatkan maupun menurunkan tingkat partisipasi masyarakat.
6.2.3
Hubungan antara Persepsi dengan Tingkat Partisipasi Hasil Tabulasi Silang antara tingkat persepsi dengan tingkat partisipasi
disajikan pada Tabel 6.7. Tabel 6.7 Persentase Responden menurut Persepsi dan Tingkat Partisipasi Responden pada Program Ekonomi Bergulir di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Tingkat Partisipasi Persepsi Tidak Baik Kurang Baik Baik
Rendah (%)
Sedang (%)
Tinggi (%)
Total
30,80 0,00 40,00
23,10 75,00 46,70
46,20 25,00 13,30
100,00 100,00 100,00
64
rs = 0,227
α= 0,067
Responden yang memiliki pesepsi sangat baik sebagian besar memiliki partisipasi penuh pada tahap pelaksanaan dan tahap menikmati hasil pada program PEB PNPM-MP, sedangkan pada tahap evaluasi tidak terlibat sama sekali dan pada tahap perencanaan tidak terlibat secara penuh. Responden dengan kondisi tersebut sebanyak 46,70 persen. Sebanyak 75 persen responden yang memiliki persepsi yang kurang baik terhadap program PEB PNPM-MP memiliki tingkat partisipasi yang penuh hanya pada tahap pelaksanaan program dan tahap menikmati hasil dari program, sedangkan pada tahap evaluasi tidak terlibat sama sekali. H0 :
Tidak ada perbedaan antara responden dengan persepsi yang tidak baik, baik, maupun sangat baik dalam berpartisipasi pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
H1 :
Semakin baik persepsi responden maka semakin tinggi tingkat partisipasi responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Analisis Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan apakah
semakin baik persepsi responden maka cenderung lebih berpartisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Hasil uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig. (1-taled) hitung sebesar 0,067 < α (0.1) sehingga H0 ditolak dan H₁ diterima. Jadi semakin baik persepsi responden terhadap program PEB PNPMMP, maka tingkat partisipasinya di dalam program semakin tinggi pada setiap tahap partisipasi.
6.2.4
Hubungan antara Kepemimpinan dengan Tingkat Partisipasi Hasil Uji Tabulasi Silang pada Tabel 6.8 menunjukkan bahwa pengaruh
pemimpin yang tinggi membuat tingkat partisipasi masyarakat sebagian besar rendah di dalam program PEB PNPM-MP dibandingkan dengan tingkat partisipasi yang sedang dan tinggi yaitu sebanyak 47,10 persen. Peran pemimpin
65
harus ditingkatkan agar tingkat partisipasi masyarakat dalam program PEB PNPM-MP semakin meningkat. Hasil Tabulasi Silang antara kepemimpinan dan tingkat partisipasi disajikan pada Tabel 6.8. Tabel 6.8 Persentase Responden menurut Kepemimpinan dan Tingkat Partisipasi Responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tingkat Partisipasi Kepemimpinan
Rendah (%)
Sedang (%)
Tinggi (%)
Total
Lemah 25,00 50,00 25,00 100,00 Sedang 18,80 25,00 56,20 100,00 Kuat 47,10 35,30 17,60 100,00 rs = 0,353 α= 0,009 H0 : Tidak ada perbedaan antara pengaruh kepemimpinan yang lemah, sedang, maupun kuat terhadap responden dalam berpartisipasi pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP. H1 :
Semakin kuat pengaruh kepemimpinan terhadap responden maka cenderung lebih berpartisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPMMP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Analisis Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan apakah
semakin tinggi tingkat keterdedahan informasi responden maka cenderung lebih berpartisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Hasil uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig. (1-taled) hitung sebesar 0,009 < α (0.1) sehingga H0 ditolak dan H₁ diterima. Jadi semakin kuat peranan pemimpin, maka tingkat partisipasi masyarakat semakin tinggi.
6.3 Ikhtisar Masyarakat dengan kesempatan berpatisipasi dan tingkat keterdedahan informasi yang rendah, sedang, maupun tinggi sama-sama berpartisipasi dalam program PEB PNPM-MP, sedangkan masyarakat yang memiliki persepsi yang sangat baik terhadap program PEB PNPM-MP memiliki tingkat partisipasi yang
66
tinggi. Semakin kuat pengaruh kepemimpinan di dalam masyarakat, maka tingkat partisipasi masyarakat dalam program PEB PNPM-MP semakin tinggi.
67
BAB VII EFEKTIVITAS PROGRAM DAN HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM EKONOMI BERGULIR PNPM-MP 7.1 Efektivitas Program Efektivitas program adalah ukuran yang menunjukkan seberapa jauh Program Ekonomi Bergulir mencapai hasil dan manfaat yang diharapkan. Efektivitas PEB akan diukur dengan mengukur peningkatan pendapatan dan peningkatan modal sosial. 7.1.1 Peningkatan Pendapatan Peningkatan pendapatan mencakup selisih pendapatan sesudah program dengan setelah program yang akan diukur dalam rupiah (Rp). Peningkatan pendapatan responden berdasarkan selang akan disajikan pada tabel 7.1. Tabel 7.1 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Peningkatan Pendapatan dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Peningkatan Pendapatan Rendah Sedang Tinggi
Jumlah (orang)
Persentase (%)
15 8 22
33,33 17,78 48,89
45
100,00
Total
Tabel 7.1 menunjukkan bahwa responden yang mengalami peningkatan pendapatan setelah mengikuti program PNPM-MP tergolong tinggi (48,89%) sebanyak 22 orang. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden mampu memanfaatkan dana pinjaman dengan baik sehingga terdapat peningkatan pendapatan setelah responden mengikuti program tersebut. Dengan adanya peningkatan pendapatan tersebut, maka salah satu tujuan dari program PEB PNPM-MP
dapat
tercapai
meskipun
tidak
seluruh
responden
meningkatkan pendapatannya setelah mengikuti program tersebut. 7.1.2 Pengembangan Modal Sosial
mampu
68
Modal sosial yang diteliti dalam penelitian ini adalah modal sosial sebagai perspektif, yaitu modal sosial yang terbangun antara responden dan pihak PNPM, aparat desa, tokoh masyarakat, UPK, dan juga BKM selama peserta program mengikuti Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP. Modal sosial tersebut meliputi tingkat kepercayaan, kuat jaringan, dan tingkat kerjasama. 7.1.2.1 Tingkat Kepercayaan Tingkat kepercayaan mencakup hubungan timbal-balik antara pemberi program (pemerintah) dengan masyarakat yang memiliki keyakinan satu sama lain untuk bertindak bersama. Responden diberikan tujuh buah pertanyaan dengan dua pilihan, dimana setiap pilihan jawaban memiliki bobot yang berbeda. Tingkat kepercayaan diukur dengan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden. Skor jawaban responden berdasarkan tingkatan akan disajikan pada Tabel 7.2 sebagai berikut: Tabel 7.2 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Kepercayaan Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Tingkat Kepercayaan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
Rendah Sedang Tinggi
6 5 32
13,33 11,11 75,56
Total
45
100,00
Masyarakat merasa aman dan terbantu setelah mengikuti program PEB PNPM-MP, karena masyarakat dapat mengembangkan usaha yang selama ini dijalankan dengan dana pinjaman yang diberikan oleh pemerintah pusat. Dana pinjaman yang diberikan memang tidak terlalu besar, akan tetapi dapat dirasakan manfaatnya karena bunga yang diberikan juga tidak terlalu besar. Tabel 7.2 menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan baik dari pihak masyarakat terhadap pemerintah maupun sebaliknya tergolong tinggi. Masyarakat yang menerima program dapat mengembalikan pinjaman dengan baik, sehingga saat ini program ini sudah berjalan selama tiga periode. Selain itu, kepercayaan yang terbangun diantara masyarakat pun dapat terjalin dengan baik. 7.1.2.2 Jaringan
69
Modal sosial jaringan mencakup pola-pola hubungan yang memfasilitasi tindakan kolektif yang saling menguntungkan. Responden akan diberikan tujuh buah pertanyaan yang menyangkut kekuatan jaringan dari program PEB PNPMMP dimana setiap jawaban memiliki bobot skor jawaban yang berbeda. Tingkat kekuatan jaringan yang dimiliki responden diukur dengan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden. Skor jawaban responden berdasarkan selang akan disajikan pada Tabel 7.3 sebagai berikut: Tabel 7.3 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Jaringan dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010 Tingkat Jaringan
Jumlah (orang)
Presentase (%)
Lemah Sedang Kuat
16 19 10
35,55 42,22 22,23
Total
45
100,00
Jaringan yang terbangun diantara pemilik program (pemerintah pusat) dengan masyarakat selaku penerima program dapat dikategorikan sedang (42,22%) yaitu sebanyak 19 orang yang mengatakan demikian. Intensitas pertemuan yang terjadi diantara masyarakat dengan pihak PNPM, BKM, dan UPK tidak terlalu sering membuat jaringan diantara kedua belah pihak tidak terlalu kuat.
7.1.2.3 Kerjasama Modal sosial kerjasama mencakup keinginan untuk akomodatif, menerima tugas dan penugasan, untuk kepentingan bersama atas dasar keyakinan bahwa kerjasama yang dilakukan akan menguntungkan. Responden akan diberikan sembilan buah pertanyaan yang menyangkut kerjasama antara responden dan perusahaan, dimana setiap pilihan jawaban memiliki bobot skor yang berbeda. Tingkat kerjasama yang dimiliki responden diukur dengan menjumlahkan skor dari hasil jawaban responden. Skor jawaban responden berdasarkan selang akan disajikan pada Tabel 7.4 sebagai berikut:
70
Tabel 7.4 Jumlah dan Persentase Responden Menurut Tingkat Kerjasama Program, di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Tahun 2010 Tingkat Kerjasama Rendah Sedang Tinggi Total
Jumlah (orang) 11 23 11
Persentase (%) 24,44 51,12 24,44
45
100,00
Tabel 7.4 memperlihatkan bahwa kerjasama responden dan pihak PNPM, BKM, serta UPK rata-rata sedang (51,12%) yaitu sebanyak 23 orang. Pihak PNPM, BKM, UPK, serta masyarakat memiliki kepentingan masing-masing dalam kerjasama ini. Pihak PNPM berharap melalui program-program yang telah dirancang, terutama program PEB ini, mampu membuat masyarakat menjadi masyarakat yang mandiri dalam meningkatkan kesejahteraan baik keluarga maupun desanya. Pihak BKM dan pihak UPK merupakan perwakilan dari masyarakat yang dapat menjadi perwakilan dari masyarakat sehingga program ini dapat dilaksanakan secara bottom up. Masyarakat juga memiliki keinginan agar kesejahteraan mereka dapat meningkat setelah mereka menerima program dari PNPM. Berdasarkan pemikiran tersebut, masyarakat dan pihak PNPM, BKM, serta UPK berkerjasama di dalam menjalankan program PEB ini. Namun, kerjasama diantara pihak-pihak tersebut belum terlalu kuat karena interaksi diantara pihak-pihak tersebut belum rutin dilaksanakan.
7.2 Hubungan antara Efektivitas Program dengan Tingkat Partisipasi 7.2.1 Hubungan antara Peningkatan Pendapatan dengan Partisipasi Masyarakat Tabel 7.5 menunjukkan bahwa responden dengan tingkat partisipasi baik rendah maupun tinggi sama-sama dapat meningkatkan pendapatannya setelah mengikuti program PEB PNPM-MP. Hal ini dikarenakan responden memiliki kemampuan yang baik untuk mengembangkan modal yang diberikan oleh pihak PNPM.
71
Hasil tabulasi silang antara tingkat partisipasi masyarakat dengan peningkatan pendapatan masyarakat dalam program PEB PNPM-MP disajikan pada Tabel 7.5. Tabel 7.5 Persentase Responden menurut Tingkat Partisipasi dengan Peningkatan Pendapatan Responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Peningkatan Pendapatan Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi rs = 0,520 H0 :
Rendah (%)
Sedang (%)
Tinggi (%)
Total
64,30 31,20 6,70
14,30 25,00 13,30
21,40 43,80 80,00
100,00 100,00 100,00
α = 0,033
Tidak ada perbedaan antara tingkat partisipasi yang rendah, sedang, maupun tinggi dalam meningkatkan pendapatan responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
H1 :
Semakin tinggi tingkat partisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. maka pendapatan responden lebih meningkat. Analisis Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan apakah
semakin tinggi tingkat tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, maka cenderung lebih meningkat pendapatan responden. Hasil uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig. (1-taled) hitung sebesar 0.033 < α (0.1) sehingga H0 ditolak dan H₁ diterima. Jadi semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat di dalam program PEB PNPM-MP, maka pendapatan masyarakat pun akan semakin meningkat.
7.2.2
Hubungan antara Tingkat Kepercayaan dan Tingkat Partisipasi
72
Hasil Tabulasi Silang diantara tingkat partisipasi dengan tingkat kepercayaan disajikan pada Tabel 7.6. Tabel 7.6 Persentase Responden menurut Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Kepercayaan Responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPMMP di di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Tingkat Jaringan Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi rs = 0,411
Rendah (%)
Sedang (%)
Tinggi (%)
Total
28,60 12,50 0,00
14,30 18,80 0,00
57,10 68,80 100,00
100,00 100,00 100,00
α= 0,003
Tabel 7.6 menunjukkan bahwa responden dengan tingkat partisipasi yang tinggi memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi. Hal ini dikarenakan kedekatan yang terjalin diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM semakin erat, sehingga tingkat kepercayaan diantara kedua belah pihak semakin baik. H0 :
Tidak ada perbedaan antara tingkat partisipasi yang rendah, sedang, maupun tinggi dalam meningkatkan kepercayaan dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. maka
tidak cenderung lebih meningkat tingkat
kepercayaan diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM. H1 :
Semakin tinggi tingkat partisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. maka tingkat kepercayaan diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM semakin meningkat. Analisis Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan apakah
semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, maka cenderung lebih meningkat tingkat kepercayaan diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM. Hasil uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig. (1-taled) hitung sebesar 0,003 < α (0.1) sehingga H0 ditolak dan H₁ diterima. Jadi semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat di dalam program PEB PNPM-
73
MP, maka tingkat kepercayaan diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM semakin meningkat. 7.2.3 Hubungan antara Tingkat Jaringan dan Tingkat Partisipasi Hasil Tabulasi Silang antara tingkat jaringan dan tingkat partisipasi disajikan pada Tabel 7.7. Tabel 7.7 Persentase Responden menurut Tingkat Jaringan dengan Tingkat Partisipasi Responden pada Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Tingkat Jaringan Tingkat Partisipasi
Lemah (%)
Sedang (%)
Kuat (%)
Total
Rendah 50,00 42,90 7,10 100,00 Sedang 43,80 43,80 12,50 100,00 Tinggi 13,30 40,00 46,70 100,00 rs= 0,408 α= 0,003 Hasil Uji Tabulasi Silang pada Tabel 7.7 menunjukkan bahwa responden dengan tingkat partisipasi tinggi mampu meningkatkan jaringan sosial di dalam program dibandingkan dengan tingkat partisipasi yang rendah, sedang, maupun tinggi. H0 :
Tidak ada perbedaan antara tingkat partisipasi yang rendah, sedang, maupun tinggi dalam meningkatkan jaringan sosial diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM dalam Program Ekonomi Bergulir PNPMMP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
H1 :
Semakin tinggi tingkat partisipasi responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. maka cenderung lebih meningkat tingkat jaringan diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM. Analisis Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan apakah
semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, maka cenderung lebih meningkat tingkat jaringan diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM. Hasil uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig. (1-taled) hitung sebesar 0.003 < α (0.1) sehingga H0 ditolak dan H₁ diterima. Jadi
74
semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat di dalam program PEB PNPM-MP, maka tingkat jaringan diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM semakin meningkat.
7.2.4 Hubungan antara Tingkat Kerjasama dan Tingkat Partisipasi Hasil Tabulasi Silang antara tingkat kerjasama dan tingkat partisipasi disajikan pada Tabel 7.8. Tabel 7.8 Persentase Responden menurut Tingkat Kerjasama dan Tingkat Partisipasi Responden dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, 2010 Tingkat Kerjasama Tingkat Partisipasi Rendah Sedang Tinggi rs= 0,277
Rendah (%)
Sedang (%)
Tinggi (%)
Total
35,70 25,00 13,30
57,10 43,80 53,30
7,10 31,20 33,30
100,00 100,00 100,00
α= 0,033
Hasil Tabulasi Silang pada Tabel 7.8 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat yang tergolong tinggi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP menghasilkan tingkat kerjasama yang tergolong sedang diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM . H0 :
Tidak ada perbedaan antara tingkat partisipasi yang rendah, sedang, maupun tinggi dalam meningkatkan kerjasama dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
H1 :
Semakin tinggi tingkat partisipasi dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. maka cenderung lebih meningkat tingkat kerjasama diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM. Analisis Rank Spearman digunakan untuk melihat hubungan apakah
semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor,
75
maka cenderung lebih meningkat tingkat kerjasama diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM. Hasil uji Korelasi Rank Spearman diperoleh nilai Sig. (1-taled) hitung sebesar 0.033 < α (0.1) sehingga H0 ditolak dan H₁ diterima. Jadi semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat di dalam program PEB PNPM-MP, maka tingkat kerjasama diantara responden dan pihak PNPM, UPK, serta BKM semakin meningkat.
7.3 Ikhtisar Semakin tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam program PEB PNPMMP, maka peningkatan pendapatan, tingkat kepercayaan, jaringan, dan kerjsama diantara masyarakat dan pihak PNPM, UPK, serta BKM semakin tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas program PEB PNPM-MP pun semakin tinggi.
76
BAB VIII PENUTUP 8.1 Kesimpulan Partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP terbagi menjadi empat tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap monitoring atau evaluasi. Pada tahap perencanaan, masyarakat tidak berpartisipasi secara penuh karena sebagian besar masyarakat yang terlibat dalam perencanaan program hanya mengikuti rapat dan tidak terlalu aktif dalam memberikan masukan-masukan terhadap program. Partisipasi masyarakat pada tahap pelaksanaan dan pemanfaatan hasil dari Program Ekonomi Bergulir sebagian besar tinggi, artinya mayoritas masyarakat yang mengikuti program PEB PNPM-MP memiliki partisipasi yang penuh dalam program, selain itu, pada tahap evaluasi atau monitoring tingkat partisipasi masyarakat rendah karena masyarakat penerima program tidak terlibat di dalam mengevaluasi Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP yang telah dilaksanakan. Pihak yang melakukan proses evaluasi program adalah pihak PNPM, BKM, UPK, serta aparat desa yang merupakan pengelola program. Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir adalah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, persepsi, dan kepemimpinan. Dalam penelitian ini, yang merupakan faktor internal adalah karakteristik individu, sedangkan yang merupakan faktor eksternal adalah manajemen program. Tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan merupakan faktor internal masyarakat yang memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program PEB PNPM-MP, sedangkan faktor internal yang tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program PEB PNPM-MP adalah usia dan motivasi karena baik masyarakat yang tergolong usia produktif maupun usia non produktif sama-sama berpartisipasi dalam program PEB PNPM-MP dan masyarakat yang memiliki motivasi utama mengembangkan keterampilan, mengembangkan modal usaha, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga sama-sama berpartisipasi di dalam program PEB PNPMMP.
77
Faktor eksternal masyarakat yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat adalah persepsi dan kepemimpinan. Semakin baik persepsi masyarakat terhadap program PEB PNPM-MP, tingkat partisipasi masyarakat pun semakin tinggi di dalam progam PEB PNPM-MP. Peran pemimpin yang kuat memiliki hubungan terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam program PEB PNPM-MP. Di Desa Cimanggu I, pada saat peran pemimpin kuat, partisipasi masyarakat justru malah rendah. Hal ini dikarenakan minimnya interaksi yang terjadi diantara pemimpin dengan masyarakat tersebut, namun, sebagian besar masyarakat merasa peran pemimpin yang sedang mampu membuat tingkat partisipasi masyarakat tinggi di dalam program PEB PNPM-MP. Faktor eksternal yang tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat adalah tingkat keterdedahan informasi dan kesempatan berpartisipasi. Masyarakat yang memiliki tingkat keterdedahan dan kesempatan berpartisipasi yang rendah, sedang, maupun tinggi di dalam program PEB PNPM-MP samasama berpartisipasi di dalam program. Terdapat hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat di dalam program PEB PNPM-MP dengan efektivitas program PEB PNPM-MP di Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang. Efektivitas program PEB PNPM-MP mencakup peningkatan pendapatan masyarakat dan pengembangan modal sosial yang ada di masyarakat. Modal sosial yang ada di masyarakat terbagi menjadi tiga, yaitu tingkat kepercayaan, tingkat jaringan sosial, dan tingkat kerjasama. Setelah masyarakat mengikuti program PEB PNPM-MP, sebagian besar masyarakat mengalami peningkatan pendapatan dan pengembangan modal sosial.
78
8.2 Saran Merujuk kepada tujuan penelitian dan hasil penelitian serta memperhatian beberapa faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: 1.
Pihak PNPM, UPK, dan BKM selaku pengelola Program Ekonomi Bergulir PNPM-MP perlu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam evaluasi program agar masyarakat dapat memberikan penilaian dan masukan terhadap program yang telah dijalankan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas program PEB PNPM-MP.
2.
Perlu penjelasan mengenai mekanisme peminjaman modal dari PNPM/ pemerintah secara merata kepada masyarakat yang termasuk peserta program, karena sebagian dari peserta program tidak mengetahui mekanisme peminjaman modal.
3.
Perlu penambahan tenaga ahli pendamping di lapang, karena dalam beberapa kasus ada beberapa peserta program yang tidak mendapatkan kunjungan dalam jangka waktu yang lama dari tenaga ahli pendamping.
76
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Pengertian Persepsi. [Internet]. [diunduh tanggal 20 Juli 2011]. Dapat diunduh dari: http://teori-psikologi.blogspot.com/2008/05/pengertian-persepsi.html. Apandi RA. 2010. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Pemberdayaan Ekonomi “Aku Himung Petani Banua” Dari Perspektif Kapital Sosial (Kasus: PT Arutmin Indonesia Satui Mine, Kalimantan Selatan). [Skripsi]. Bogor [ID]: Departemen SKPM, FEMA, IPB. Ariyani I. 2007. Penguatan Partisipasi Masyarakat dalam Program Imbal Swadaya Di Desa Curug Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor. [Tesis]. Bogor [ID]: Sekolah Pascasarjana, IPB. [Depdagri] Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia. 2008. PTO (Petunjuk Teknis Operasional) Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan. Jakarta [ID]: Tim Koordinasi PNPM Mandiri Perdesaan. Firmansyah S. 2009. Partisipasi Masyarakat. [Internet]. [diunduh 13 Desember 2010]. Dapat diunduh dari: http://sacafirmansyah.wordpress.com/2009/06/05/partisipasi-masyarakat/. Kementrian Pekerjaan Umum. 2010. Pedoman Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan. Jakarta [ID]: Tim Koordinasi PNPM Mandiri Perkotaan. Lubis DP, Mugniesyah SS, Purnaningsih N, Riyanto S, Kusumastuti YI, Hadiyanto, Saleh A, Sumardjo, Agung SS, Amanah S, et all. Ed: Hubeis AVS. Dasar-Dasar Komunikasi. Cetakan ke-1. Bogor[ID]: Sains KPM IPB Press. Makmur S. 2005. Partisipasi Masyarakat dalam Program Pengembangan Prasarana Perdesaan (P2D) (Kasus : Desa Lok Gabang, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Propinsi Kalimantan Selatan). [Skripsi]. Bogor [ID]: Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, IPB. Nasdian FT. 2006. Modul Kuliah Pengembangan Masyarakat. Bogor [ID]: [IPB] Institut Pertanian Bogor. Pratiwi AT. 2008. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas (Kasus: Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor). [Skripsi]. Bogor[ID]: SKPM, FEMA, IPB. Singarimbun M dan Soffian E. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: [LP3ES] Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial. Suharto E. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Cetakan Ke1. Jakarta [ID]: Refika Aditama.
77
Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen. Cetakan ke-2.Bogor [ID]: Ghalia Indonesia. Uphoff NT, John MC, Goldsmith AA. 1979. Feasibility and Application of Rural Development Participation: A State of the Art Paper. Ithaca [US]: Cornell University. Wicaksono MA. 2010. Analisis Tingkat Partisipasi Warga dalam Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Studi Kasus : PT Isuzu Motor Indonesia Assy Plant Pondok Ungu). [Skripsi]. Bogor [ID]: Departemen SKPM, FEMA, IPB.
78
Lampiran 1 Identitas Responden
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Nama Responden DD YM EN MR KS UY NH WS SY SH YN OS NA ES AS Anen LS MN NS SS DM IS TN YI AN NN UM EN M.S EP MN JH EH RD PH
IDENTITAS RESPONDEN Pendidikan Pekerjaan JK Usia Terakhir Utama L 50 SD Pedagang P 40 SD Pedagang L 45 SD Pedagang P 55 SD IRT L 36 SMA Pedagang P 48 SD Pedagang L 40 SD Pedagang P 49 SD Pedagang L 40 SMP Pedagang P 36 SMP IRT P 55 SD Pedagang P 49 SD Pedagang P 46 SD Pedagang P 41 SD Pedagang P 50 SD Pedagang L 70 SD Pedagang P 46 SD Pedagang P 37 SMP IRT P 54 SD IRT L 42 SMP Pedagang P 21 SD Pedagang L 39 SMP Pedagang P 49 SMP Pedagang P 56 SMP Pedagang L 46 SMP Pedagang L 28 SD Pedagang L 52 SD Pedagang P 38 SD Pedagang L 51 SD Pedagang L 45 SD Pedagang P 45 SD IRT L 40 SMP Pedagang L 40 SD Pedagang L 40 SD Pedagang P 36 SMP IRT
Pendapatan/ bln 3.000.000 400.000 3.000.000 1.000.000 2.250.000 750.000 1.200.000 1.200.000 1.500.000 3.000.000 500.000 1.600.000 3.000.000 3.000.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 1.500.000 1.200.000 4.000.000 2.100.000 2.100.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.200.000 1.200.000 1.500.000 2.250.000 600.000 600.000 600.000 600.000 4.000.000 3.000.000
79
36 HS 37 AG
No 38 39 40 41 42 43 44 45
Nama Responden HR IS IN AR ET SL IO SJ
L 42 SMP Pedagang L 49 SD Pedagang IDENTITAS RESPONDEN Pendidikan Pekerjaan JK Usia Terakhir Utama L 34 SD Pedagang P 40 SD Pedagang L 45 SD Pedagang L 48 SD Pedagang L 28 SD Buruh L 35 SD Pedagang P 37 SMP Pedagang P 29 SD IRT
600.000 1.500.000 Pendapatan/ bln 3.000.000 1.500.000 900.000 1.800.000 1.800.000 900.000 1.500.000 200.000
80
Lampiran 2 Sketsa Desa Cimanggu I, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor.
Keterangan: : Lokasi Penelitian
81
Lampiran 3 Hasil Uji SPSS Uji Korelasi Rank Spearman antara Usia dan Tingkat Partisipasi Nonparametric Correlations Correlations Usia Spearman's rho Usia
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Partisipasi Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Partisipasi
1.000
.191
.
.105
45
45
.191
1.000
.105
.
45
45
Uji Korelasi Rank Spearman antara Tingkat Pendidikan dan Tingkat Partisipasi Nonparametric Correlations Correlations Pendidikan Partisipasi Spearman's rho Pendidikan Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Partisipasi Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.1 level (1-tailed).
1.000
.442**
.
.001
45
45
.442**
1.000
.001
.
45
45
82
Uji Korelasi Rank Spearman antara Tingkat Pendapatan dan Tingkat Partisipasi Nonparametric Correlations Correlations Partisipasi Pendapatan Spearman's rho Partisipasi
Correlation Coefficient
1.000
.198
.
.096*
45
45
.198
1.000
.096
.
45
45
Sig. (1-tailed) N Pendapatan Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.1 level (1-tailed).
Uji Korelasi Rank Spearman antara Motivasi dengan Tingkat Partisipasi Correlations Partisipasi Motivasi Spearman's rho Partisipasi Correlation Coefficient
1.000
.121
.
.215
45
45
Correlation Coefficient
.121
1.000
Sig. (1-tailed)
.215
.
45
45
Sig. (1-tailed) N Motivasi
N
83
Uji Korelasi Rank Spearman antara Tingkat Kesempatan dan Tingkat Partisipasi Nonparametric Correlations Correlations Partisipasi Kesempatan Spearman's rho Partisipasi
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Kesempatan Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
1.000
.001
.
.497
45
45
.001
1.000
.497
.
45
45
Uji Korelasi Rank Spearman antara Tingkat Keterdedahan dan Tingkat Partisipasi Nonparametric Correlations Correlations Partisipasi Keterdedahan Spearman's rho Partisipasi
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Keterdedahan Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
1.000
-.192
.
.103
45
45
-.192
1.000
.103
.
45
45
84
Uji Korelasi Rank Spearman antara Persepsi dan Tingkat Partisipasi Nonparametric Correlations Correlations Partisipasi Persepsi Spearman's rho Partisipasi Correlation Coefficient
1.000
.227
.
.067
45
45
Correlation Coefficient
.227
1.000
Sig. (1-tailed)
.067
.
45
45
Sig. (1-tailed) N Persepsi
N
Uji Korelasi Rank Spearman antara Pengaruh Kepemimpinan dan Tingkat Partisipasi Nonparametric Correlations Correlations Kepemimpina Partisipasi n Spearman's rho Partisipasi
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Kepemimpinan Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.1 level (1tailed).
1.000
.353**
.
.009
45
45
.353**
1.000
.009
.
45
45
85
Uji Korelasi Rank Spearman antara Peningkatan Pendapatan dan Tingkat Partisipasi Nonparametric Correlations Correlations
Spearman's rho Partisipasi
Partisipasi
Peningkatan Pendapatan
1.000
.520**
.
.000
45
45
.520**
1.000
.000
.
45
45
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Peningkatan Correlation Pendapatan Coefficient Sig. (1-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.1 level (1-tailed).
Uji Korelasi Rank Spearman antara Tingkat Kepercayaan dan Tingkat Partisipasi Nonparametric Correlations Correlations Partisipasi Kepercayaan Spearman's rho Partisipasi
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
Kepercayaan Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.1 level (1-tailed).
1.000
.411**
.
.003
45
45
.411**
1.000
.003
.
45
45
86
Uji Korelasi Rank Spearman antara Tingkat Jaringan dan Tingkat Partisipasi Nonparametric Correlations Correlations Partisipasi Jaringan Spearman's rho Partisipasi Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Jaringan
Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N
1.000
.408**
.
.003
45
45
.408**
1.000
.003
.
45
45
**. Correlation is significant at the 0.1 level (1-tailed). Uji Korelasi Rank Spearman antara Tingkat Kerjasama dan Tingkat Partisipasi Nonparametric Correlations Correlations Partisipasi Kerjasama Spearman's rho Partisipasi Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Kerjasama Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N *. Correlation is significant at the 0.1 level (1-tailed).
1.000
.277*
.
.033
45
45
.277*
1.000
.033
.
45
45
87