PARTISIPASI, KETERDEDAHAN, DAN KEPUASAN PENDENGAR RADIO KOMUNITAS R-ONE KECAMATAN BOJONGGEDE KABUPATEN BOGOR
MEGA SILVIANA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERTANYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Partisipasi, Keterdedahan, dan Kepuasan Pendengar Radio Komunitas R-One Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Mega Silviana NIM I34110130
ABSTRAK MEGA SILVIANA. Partisipasi, Keterdedahan, dan Kepuasan Pendengar Radio Komunitas R-One Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DJUARA P LUBIS. Radio komunitas merupakan stasiun penyiaran radio yang didirikan oleh dan untuk komunitas tertentu yang tidak bersifat komersial. Prinsip radio komunitas adalah “dari, oleh, dan untuk komunitas”, sebagai media yang bersifat komunitas, partisipasi merupakan hal penting yang harus dimiliki masyarakat agar dapat aktif dalam mengelola dan membangun radio komunitas yang dapat menciptakan kepuasan pendengarnya. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode survei dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukan keterdedahan pendengar pada siaran radio komunitas tinggi, sedangkan tingkat partisipasi pendengar pada penyelenggaraan radio komunitas rendah. Selain itu, terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk pendanaan dan pelaksanaan dengan tingkat kepuasan pendengar dalam terpenuhinya kebutuhan informasi, kontak sosial, dan hiburan. Kata kunci: Radio Komunitas, Partisipasi, Keterdedahan, Kepuasan Pendengar
MEGA SILVIANA. Participation, Exposure, and Satisfaction of Audience Community Radio R-One Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor. Advised by DJUARA P LUBIS. Community radio is a radio station which founded by and for a particular non-profit community or organization. Principle being held by a community radio is “from, by, and for community”. Being a community-driven media, participation is an important thing that must be owned by the community so that they can actively managing and building the community radio to give satisfaction to the audience. Method being used in this research is survey with quantitative approach which also supported by qualitative approach. Result of the research shows that the exposure level of the community is high, while the participation level is low. Beside that, there is a significant correlation between participation level in the form of funding and implementation with the audience’s satisfaction degree for the fullfilment of the need on information, social contacts and entertainment. Keywords: Community radio, Participation, Exposure, Audience Satisfaction
PARTISIPASI, KETERDEDAHAN, DAN KEPUASAN PENDENGAR RADIO KOMUNITAS R-ONE KECAMATAN BOJONGGEDE KABUPATEN BOGOR
MEGA SILVIANA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Judul Skripsi : Partisipasi, Keterdedahan, dan Kepuasan Pendengar Radio Komunitas R-One Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor Nama : Mega Silviana NIM : I34110130
Disetujui oleh
Dr Ir Djuara P. Lubis, MS Dosen Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Siti Amanah, MSc Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Partisipasi, Keterdedahan, dan Kepuasan Pendengar Radio Komunitas R-One Kecamatan Bojonggede Kabupaten Bogor” tepat pada waktunya. Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Hj. Suriana dan H. Azlir Yusman, selaku ibu dan ayah tercinta yang selalu mendoakan dan senantiasa melimpahkan kasih sayangnya kepada penulis, serta Mia Ratnasari dan Yusuf Alhadi selaku adik yang selalu menyemangati penulis. 2. Bapak Dr Ir Djuara P. Lubis, MS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran, dan motivasi, kepada penulis selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Ir Sutisna Riyanto, MS selaku dosen penguji utama dan Ibu Ratri Virianita S.Sos, MSi selaku dosen penguji akademik atas saran dan masukannya. 4. Teman satu bimbingan Dyah Utari untuk motivasi yang positif dan kebersamaan selama proses penyusunan karya ilmiah. 5. H. Dedi Holidi, S.Kom atas doa, motivasi, dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama ini. 6. Sahabat-sahabat tercinta Benna, Annisa, Nindya, Sifna, Firda, Etha, Sisca, Echa, Belda, Citra, Sheilla, Fikra, Elsa, Eksa, Sita, Rere, Adel, Miranti, Ala, Hana, Adlina, dan Mutiara yang selalu mewarnai hari-hari penulis dan memberikan semangat kepada penulis. 7. Seluruh keluarga besar SKPM 48, terutama Teman-Teman Akselerasi SKPM 48 atas kebersamaannya, serta kakak-kakak SKPM 47 terutama Kak Pipiw dan Kak Uty atas kesediaannya berbagi pengalaman dan memberikan saran-saran dalam penulisan skripsi. 8. Pihak-pihak dari Radio Komunitas R-One atas penerimaan, waktu, kesempatan, informasi, dan seluruh bantuan yang diberikan untuk kelancaran proses penelitian ini. Bapak Dedi, Bapak Ahmad, Mas Basyari, dan Mas Bembeng selaku masyarakat yang membantu di lapangan. 9. Para pendengar Radio Komunitas R-One menjadi responden dan yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Januari 2015
Mega Silviana
vii
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang PerumusanMasalah Tujuan Penelitian ManfaatPenelitian
Halaman ix x x 1 1 3 3 4
PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Media Komunitas Radio Komunitas Keterdedahan pada Siaran Radio Komunitas Partisipasi Kepuasan Pendengar Hasil Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Operasional
5 5 5 6 9 10 10 11 14 15 15
PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan Sampel Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data
19 19 19 19 21
GAMBARAN UMUM Profil Radio Komunitas R-One Karakteristik Pendengar Radio Komunitas R-One
23 23 26
KETERDEDAHAN PADA SIARAN RADIO KOMUNITAS R-ONE FM DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK PENDENGAR Frekuensi Mendengarkan Radio Komunitas Durasi Mendengarkan Radio Komunitas Pilihan Acara mendengarkan Radio Komunitas Analisis hubungan Karakteristik Individu dengan Keterdedahan pada Siaran Radio Komunitas
29
PARTISIPASI PENDENGAR DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK PENDENGAR
40
29 30 32 34
viii
Partisipasi Pendengar pada Perencanaan di Radio Komunitas ROne Partisipasi Pendengar pada Pendanaan di Radio Komunitas ROne Partisipasi Pendengar pada Pelaksanaan Program Siaran di Radio Komunitas R-One Partisipasi Pendengar pada Evaluasi Program Siaran di Radio Komunitas R-One Analisis hubungan Karakteristik Individu dengan Tingkat Partisipasi Pendengar di Radio Komunitas
40
TINGKAT KEPUASAN PENDENGAR MELALUI RADIO KOMUNITAS Kepuasan Pendengar Radio Komunitas Hubungan Keterdedahan pada Siaran Radio Komunitas dengan Kepuasan Pendengar Radio Komunitas Hubungan Partisipasi dengan Kepuasan Pendengar Radio Komunitas
50
41 42 44 46
52 53
SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran
56 56
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
58 60 71
ix
DAFTAR TABEL 1 Perbedaan Spesifik antara Media Komunitas dengan Media Massa Konvensional 2 Hasil Penelitian tentang Radio Komunitas Tahun 2005-2014 3 Jadwal Program Siaran Radio Komunitas R-One tahun 2013/2014 4 Jumlah pendengar berdasarkan karakteristik individu di Radio Komunitas R-One FM tahun 2014 5 Jumlah pendengar radio berdasarkan frekuensi mendengar radio komunitas dalam satuan hari per dua minggu di Radio Komunitas R-One tahun 2014 6 Jumlah dan presentase pendengar radio berdasarkan frekuensi mendengar radio komunitas dalam satuan kali per dua minggu di Radio Komunitas R-One tahun 2014 7 Jumlah dan persentase pendengar pendengar radio berdasarkan durasi mendengar radio komunitas dalam satuan jam per dua minggu di Radio Komunitas R-One tahun 2014 8 Jumlah dan persentase pendengar pendengar radio berdasarkan durasi mendengar radio komunitas dalam satuan jam per hari di Radio Komunitas R-One tahun 2014 9 Jumlah pendengar radio komunitas berdasarkan pilihan acara pada Radio R-One tahun 2014. 10 Nilai Koefisien Kolerasi Karakteristik Individu dengan frekuensi dan durasi 11 Nilai Uji Chi Square status pekerjaan pendengar dengan frekuensi dan durasi mendengarkan Radio Komunitas R-One 12 Jumlah Pendengar berdasarkan Pilihan Acara terhadap Karakteristik Pendengar di Radio Komunitas R-One Tahun 2014 13 Jumlah dan Persentase Pendengar berdasarkan Tingkat Partisipasi pada Perencanaan Penyelenggaraan Radio Komunitas R-One Tahun 2014 14 Jumlah dan Persentase Pendengar berdasarkan Tingkat Partisipasi pada Pendanaan dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas R-One Tahun 2014 15 Jumlah dan Persentase Pendengar berdasarkan Tingkat Partisipasi pada Pelaksanaan dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas ROne Tahun 2014 16 Jumlah dan Persentase Pendengar berdasarkan Tingkat Partisipasi pada Evaluasi Program Siaran Radio Komunitas R-One Tahun 2014 17 Jumlah dan persentase pendengar berdasarkan tingkat partisipasi penyelenggaraan Radio Komunitas R-One Tahun 2014 18 Koefisien korelasi Rank Spearman dan nilai signifikansi karakteristikpendengar radio dengan tingkat partisipasi pendengar 19 Nilai Uji Chi Square status pekerjaan pendengar dengan tingkat partisipasi dalam bentuk perencanaan, pendanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program siaran Radio Komunitas R-One
5 12 25 26 29
30
31
31
33 34 35 37 40
42
43
44
45 46 48
x
20 Jumlah dan Persentase Pendengar berdasarkan Tingkat Kepuasan Pendengar di Radio Komunitas R-One Tahun 2014 21 Koefisien korelasi Rank Spearman dan nilai signifikansi keterdedahan pada siaran radio komunitas dengan tingkat kepuasan pendengar 22 Koefisien korelasi Rank Spearman dan nilai signifikansi tingkat partisipasi di radio komunitas dengan tingkat kepuasan pendengar
50 52
54
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Bagan kerangka pemikiran Rumus Interval Bagan struktur kepengurusan Radio R-One tahun 2013/2014 Kepemilikan media massa pendengar radio R-One Tahun 2014
15 16 23 28
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Jadwal pelaksanaan penelitian Daftar Nama Responden Contoh hasil uji statistik Dokumentasi kegiatan
60 60 62 69
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Media komunitas berkembang seiring meningkatnya kesadaran masyarakat mengenai haknya untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Menurut Gazali (2002), media komunitas merupakan lembaga penyiaran yang didirikan untuk melayani komunitas tertentu saja, baik dalam konteks atau batasan geografis maupun dalam konteks rasa identitas atau minat yang sama. Saat ini, pergeseran industri media ke industri komersial menjadikan media sibuk memenuhi kebutuhan komunitas elite yang lebih menjanjikan keuntungannya secara finansial, sehingga kebutuhan informasi komunitas non-elite terabaikan (Tripambudi 2011). Untuk itu, permintaan mengenai kebutuhan lokal yang belum terpenuhi dapat dimanfaatkan oleh media komunitas yang berkembang saat ini dilingkungan komunitas. Lahirnya Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran menjelaskan perlu dibentuknya sebuah sistem penyiaran yang menjamin terciptanya tatanan informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang. Hal tersebut memberikan kesempatan pada media komunitas agar masyarakat di daerah juga dapat berpartisipasi dalam mendirikan lembaga penyiaran yang informasinya sesuai dengan kebutuhan mereka agar dapat memberikan kepuasan. Berdasarkan pengalaman di negara berkembang, komunikasi pembangunan untuk menjangkau masyarakat secara luas, banyak menunggunakan media radio dan televisi. Radio merupakan media yang dinilai cukup strategis dalam memberi informasi, pendidikan, dan mengubah perilaku terutama di negara-negara yang penduduknya memiliki penghasilan kecil (Rachmiatie 2007). Oleh karena itu, radio dianggap sebagai media komunikasi yang sederhana dan murah sehingga dapat menjangkau penduduk yang berada di pedesaan. Pada dasarnya, penyelenggaraan radio merujuk pada tiga kategori yang masing-masing memiliki sasaran, sifat, dan fungsi yang berbeda, yaitu: radio swasta, radio publik, dan radio komunitas. Pertama, radio yang bersifat komersial dan pelaksanaan siarannya menggunakan konsep ekonomi yang diharapkan akan memperoleh manfaat finansial setelah melakukan kegiatan penyiaran, dikenal sebagai radio swasta. Kedua, radio yang bersifat independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan layanan masyarakat secara luas dikenal sebagai radio publik. Ketiga, radio yang didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, tidak komersil, dan bertujuan melayani kepentingan komunitasnya dikenal sebagai radio komunitas. Dari ketiga kategori radio tersebut, radio komunitas memiliki karakteristik yang menjadi sebuah keunggulan untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai kepuasan komunitasnya. Menurut Mckay seperti dikutip Atika (2013) mengatakan bahwa di Afrika radio komunitas sangat efektif menjangkau petani kecil di seluruh pelosok. Program radio dapat mendorong komunitas merumuskan masalah dan menemukan solusi lokal. Selain itu, program siaran radio tersebut disesuaikan dengan komunitas yang dituju, seperti menggunakan bahasa lokal sesuai dengan bahasa yang dipakai anggota komunitasnya di setiap tempat atau daerah, radio komunitas mempunyai latar belakang budaya dan historis yang berbeda.
2
Radio komunitas merupakan stasiun penyiaran radio yang didirikan olehdan untuk komunitas tertentu, yang tidak bersifat komersial dan muatannya sebagian besar tentang dinamika dan kebutuhan komunitas itu sendiri (Sudibyo 2004). Fraser dan Estrada (2001) juga mengemukakan bahwa radio komunitas merupakan sebuah pelayanan non-profit yang dimiliki dan dikelola oleh komunitas tertentu. Secara sederhana, radio komunitas diartikan sebagai radio “dari, oleh, untuk, dan tentang komunitas”. Radio ini menjadikan komunitas sebagai basis operasionalisasi radio. Dengan menonjolkan unsur lokalitas, proses produksi dan program acara radio komunitas cenderung berbeda-beda di setiap komunitas, misalnya radio komunitas di daerah pesisir berbeda dengan di daerah pertanian. Selain itu, radio komunitas juga menggunakan bahasa lokal sesuai dengan bahasa anggota komunitasnya sehingga pengelolaan radio komunitas dapat menyusun program siaran yang sesuai dengan kebutuhan komunitasnya. Menurut Haryanto & Ramdojo seperti dikutip Lilis & Yulianti (2012), menyatakan terdapat beberapa alasan mengapa masyarakat membutuhkan adanya radio komunitas. Pertama, kebutuhan masyarakat untuk mengekspresikan pendapat dan kepentingannya. Media yang diharapkan adalah media yang mampu menyentuh dan menjawab kebutuhan masyarakat sesuai konteks lokalnya. Dalam radio komunitas, masyarakat bukan hanya berperan sebagai recevier atau penerima, namun juga sebagai source atau sumber. Kedua, tidak semua anggota masyarakat dapat menjangkau siaran yang ada. Masih banyak anggota masyarakat yang tidak terkena terpaan media massa umum. Mereka yang tinggal di tempat-tempat terpencil, di wilayah pedesaan, pulau-pulau kecil, dan wilayah yang jauh dari siaran televisi atau radio, tidak dapat menikmati media massa sebagaimana di tempattempat strategis lainnya. Partisipasi masyarakat dalam radio komunitas merupakan hal yang tidak boleh dikesampingkan dalam penyelenggaraanya. Tanpa partisipasi yang sepenuhnya, masyarakat hanya akan menjadi konsumen media massa yang pasif, yakni menerima segala informasi yang disuguhkan terlepas dari penting atau tidaknya informasi tersebut bagi kemajuan masyarakat. Oleh karena itu, radio komunitas muncul untuk mengisi keterbatasan dari lembaga penyiaran lain yang belum mampu memberikan dan memenuhi kebutuhan yang mereka butuhkan. Sejalan dengan pemahaman tersebut, menurut Sudibyo (2004) partisipasi warga setempat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyelenggaraan radio komunitas. Hadirnya Radio Komunitas R-One merupakan salah satu contoh dari radio komunitas pedesaan. Radio Komunitas R-One yang terletak di Desa Susukan, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor ini telah mengudara sejak tahun 2007. Radio Komunitas R-One dibangun atas dasar inisiatif kelompok pemuda Desa Susukan yang menginginkan adanya suatu media komunikasi, untuk itu partisipasi masyarakat merupakan penentu kemajuan pembangunan dan kemajuan sosial di komunitasnya. Pengelolaan Radio Komunitas R-One harus sesuai dengan prinsip media komunitas, yaitu “dari, oleh, dan untuk komunitas”. Salah satu penelitian tentang partisipasi dalam pengeloaan radio komunitas telah dilakukan oleh Pratiwi (2008). Penelitian tersebut dilakukan terhadap pendengar Radio Komunitas Suara Kencana FM yang mengungkapkan bahwa pendengar sebagai warga komunitas belum dapat berpartisipasi secara aktif dalam berbagai bentuk partisipasi. Hal tersebut karena kondisi ekonomi, warga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang dianggap lebih penting. Penelitian ini menggali lebih dalam lagi
3
mengenai partisipasi, keterdedahan, dan kepuasan pendengar di Radio Komunitas R-One. Radio komunitas diharapkan dapat eksis sebagai lembaga penyiaran yang diperuntukan kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat lokal. Hal tersebut dapat dicapai ketika keberadaan radio komunitas dapat dimanfaatkan dengan baik oleh anggota komunitas selaku pendengar yang turut andil dalam terbentuknya radio komunitas tersebut.
Permasalahan Penelitian Rachmiatie (2007) mengungkapkan bahwa perlu dilakukannya kajian dan penelitian lebih lanjut mengenai media komunitas karena radio komunitas merupakan bentuk komunikasi yang khas di antara komunikasi massa dan komunikasi antar personal yang belum banyak diteliti. Bentuk komunikasi yang dikembangkan melalui radio komunitas merupakan salah satu langkah dalam upaya menciptakan masyarakat yang kaya akan informasi dan pemerataan informasi yang sehat dan adil sesuai dengan kebutuhan komunitasnya. Oleh karena itu, perumusan masalah utama penelitian ini adalah menguraikan hubungan antar partisipasi, keterdedahan, dan kepuasan pendengar terhadap radio komunitas yang selanjutnya secara rinci dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana keterdedahan pendengar pada siaran Radio Komunitas R-One dan hubungannya dengan karakteristik pendengar? 2. Bagaimana tingkat partisipasi pendengar selaku pengguna Radio Komunitas R-One dan hubungannya dengan karakteristik pendengar? 3. Bagaimana hubungan keterdedahan siaran radio komunitas dengan tingkat kepuasan pendengar Radio Komunitas R-One? 4. Bagaimana hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat kepuasan pendengar pada Radio Komunitas R-One?
Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian maka tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan: 1. Deskripsi keterdedahan pendengar pada siaran Radio Komunitas R-One dan hubungannya dengan karakteristik pendengar. 2. Deskripsi tingkat partisipasi pendengar selaku pengguna Radio Komunitas ROne dan hubungannya dengan karakteristik pendengar. 3. Analisis hubungan keterdedahan siaran radio komunitas dengan tingkat kepuasan pendengar Radio Komunitas R-One. 4. Analisis hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat kepuasan pendengar Radio Komunitas R-One.
4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut: 1. Radio Komunitas R-One Hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi masukan dan perbaikan dalam pengelolaan radio komunitas. Pengelola radio mampu meningkatkan kualitas siaran yang dapat memenuhi kebutuhan pendengarnya agar radio komunitas tersebut semakin dikenal oleh masyarakat dan memiliki manfaat besar bagi masyarakat sekitar. 2. Para akademisi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang sejenis. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat memperbaiki kelemahan-kelemahan dari penelitian ini. 3. Bagi masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam pengelolaan Radio Komunitas. Selain itu, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi sebuah penilaian masyarakat mengenai tingkat partisipasi, keterdedahan dan kepuasan pendengar Radio Komunitas ROne.
5
TINJAUAN PUSTAKA Media Komunitas Secara umum pengertian media komunitas mengaju pada media massa konvensional yang telah lama dikenal, yaitu media cetak, terdiri atas surat kabar, majalah, tabloid, dan berbagai jenis cetakan lainnya, serta media elektronik yang terdiri atas radio dan televisi. Perbedaan utamanya adalah sasaran audiens yang hanya terbatas pada komunitas tertentu saja (Rachmiatie 2007). Berdasarkan Undang-undang Penyiaran tahun 2002, lembaga penyiaran komunitas merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu bersifat independen dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani komunitasnya. Inti perbedaan lembaga penyiaran publik dan komunitas dengan lembaga penyiaran komersial adalah terdapat pada pengakuan yang signifikan akan peranan supervisi dan evaluasi oleh publik. Hal tersebut sejalan dengan spiritnya, yakni pemberdayaan pemberdayaan publik dan komunitas yang digunakan sebagai inti proses demokratisasi (Gazali 2002). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut terlihat bahwa media komunitas sama dengan media massa konvensional secara fisik, yang membedakan adalah secara spesifik. Berikut ini tabel perbedaanperbedaan spesifik antara media komunitas dengan media massa konvensional. Tabel 1 Perbedaan Spesifik antara Media Komunitas dengan Media Massa Konvensional (Rachmiate 2007) 1. 2.
Unsur-unsur Kepemilikan Tujuan & sasaran
Media Massa Konvensional - Kelompok, negara, perorangan - Informasi, hiburan, pendidikan, dan kepentingan komersial/bisnis khalayak luas, publik sasaran khusus, klien.
3.
Content/Isi
- Aneka informasi yang bersifat universal, menyentuh kepentingan khalayak - Isi dirancang oleh lembaga media
4.
Karakteristik Operasional
- Disiarkan atau didistribusikan secara luas - Cenderung satu arah - Feedback cenderung tertunda - Sistem operasional rumit dan mahal
5.
Pengawasan & Bergantung pada sistem negara, Pertanggungpemerintahan, pasar/konsumen, atau jawaban komisi dewan khusus Sumber: Dianalisis dari berbagai sumber dalam Rachmiatie (2007)
Media Komunitas Warga Komunitas Informasi, pendidikan, bimbingan/guidence, hiburan tetapi tidak komersil. - Komunitas bersifat terbatas - Informasi yang terpilih sesuai dengan kondisi dan kepentingan komunitas - Isi dirancang lembaga media bersama anggota komunitas - Penyiaran terbatas - Bersifat interaktif - Feedback cenderung langsung - Sistem sederhana dan murah - Sasaran bisa menjadi narasumber Anggota komunitas dan perwakilan ditunjuk oleh warga -
6
Radio Komunitas Stasiun penyiaran komunitas dalam UU No. 32/2002 Pasal 21 adalah lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen dan tidak komersial dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayahnya terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya. Secara umum, radio komunitas adalah dari komunitas, oleh komunitas, untuk komunitas, dan tentang komunitas. UNESCO seperti dikutip Rachmiatie (2005) mendefinisikannya sebagai berikut: Community radio is a type of radio servicethat caters to the interests of a certain area, broadcasting content that ispopular to a local audience but which may often be overlooked by commercial or mass-media broadcasters (radio komunitas adalah jenis layanan radio yang melayani kepentingan daerah tertentu, konten penyiaran yang populer kekhalayak lokal tetapi mungkin sering diabaikan oleh lembaga penyiaran komersial atau media massa). Fraser dan Estrada (2001) juga mengemukakan bahwa radio komunitas merupakan sebuah pelayanan non-profit yang dimiliki dan dikelola oleh komunitas tertentu, biasanya melalui sebuah yayasan atau perserikatan. Radio komunitas dikelola oleh komunitas dan operasionalnya secara utama bergantung pada sumber-sumber yang dimiliki komunitasnya. Programnya berdasarkan pada akses dan partisipasi komunitasnya yang merefleksikan kebutuhan tertentu dari komunitas. Sebuah radio dapat disebut sebagai radio komunitas jika memenuhi beberapa persyaratan berikut. Menurut Nasir seperti dikutip Dewi (2011), yaitu menempatkan komunitas sebagai pelaku utama; komunitas berpartisipasi dalam merencanakan, mengelola dan menilai berbagai kegiatan dalam radio komunitas; membangun komunikasi interaktif; keberpihakan kepada kelompok marjinal. Anggota radio komunitas adalah individu dan institusi yang menjadi sumber daya pendukung operasional. Radio komunitas bertenaga transmitter rendah antara 20100 watts, didukung dengan peralatan yang sesuai kebutuhan. Radio komunitas adalah radio yang dioperasikan di komunitas, untuk komunitas, tentang komunitas, dan oleh komunitas berdasarkan kesamaan geografis atau minat yang sama di antara sekelompok orang. Pada pendirianradio komunitas,urgensinya harus mengacu pada dua aspek diantaranya, (1) jaminan keberadaan komunitas secara permanen di lingkup batas geografis tertentu yang bersedia aktif dalam mengelola radio, (2) peluang partisipasi tiap individu di komunitas secara setara baik dalam pemilikan, produksi siaran maupun selaku pihak pendengar yang harus terlayani hak dan kepentingannya. Semakin kecil cakupan geografis radio semakin banyak individu yang terlayani sebagai subyek siaran, covering isu-isu lokal merata. Radio yang luas cakupan siarannya akan cenderung elitis dan makin sulit dikontrol oleh tiap individu pendengar. Tabing seperti dikutip Masduki (2004) merumuskan lima karakteristik radio komunitas dalam konteks sosial yaitu: (1) Ia berskala lokal, terbatas pada komunitas tertentu; (2) Ia bersifat partisipatif atau memberi kesempatan setiap inisiatif anggota komunitas tumbuh dan tampil setara sejak proses perumusan acara, manajerial hingga pemilikan; (3) Teknologi siaran sesuai dengan kemampuan ekonomi komunitas bukan bergantung pada bantuan alat pihak luar; (4) Ia dimotivasi oleh cita-cita tentang kebaikan bersama dalam komunitas bukan mencapai tujuan komersial; dan (5) Selain mempromosikan masalah-masalah krusial bersama, dalam proses siaran radio komunitas harus
7
mendorong keterlibatan aktif komunitas dalam proses mencari solusinya. Media komunitas tidak hanya sebagai media penyalur kebutuhan para pendengar atau komunitasnya saja, melainkan pendengar atau komunitasnya juga perlu merasakan manfaat yang diperoleh dari keterlibatan mereka pada saat mendengarkan radio komunitas maupun pada saat mengelola secara langsung penyiaran radio komunitas. Pusat Kajian Komunikasi FISIP UI seperti dikutip Rachmiatie (2007) saat Bappenas mempresentasikan kajian mengenai kegunaan dan fungsi media komunitas. Adapun hasilnya adalah: 1. Merepresentasikan dan mendukung budaya dan identitas lokal 2. Menciptakan program pertukaran opini secara bebas di media 3. Menyediakan program yang variatif 4. Merangsang demokrasi dan dialog 5. Mendukung pembangunan dan perubahan sosial 6. Mempromosikan masyarakat madani 7. Mendorong hadirnya pemerintahan yang baik (good governance) 8. Merangsang partisipasi melalui penebaran informasi dan inovasi 9. Menyediakan kesempatan bersuara bagi yang tidak memiliki kesempatan 10. Berfungsi menghubungkan komunikasi di komunitas (community telephone service) 11. Member kontribusi pada variasi kepemilikan penyiaran 12. Menyediakan SDM bagi industri penyiaran (Gazali 2002) Selain itu, berkaitan dengan peranan serta fungsi radio komunitas, Fraser dan Estrada (2001) menyatakan bahwa fungsi radio komunitas antara lain: (1) mempromosikan dan mencerminkan budaya, karakter dan jati diri lokal. Radio komunitas menyediakan program yang khusus disesuaikan dengan identitas dan karakter dari komunitas tersebut sehingga program tersebut akan sangat tergantung pada materi lokal. Programnya juga memusatkan diri pada budaya lokal, budaya komunitas, tentu saja juga merupakan ekspresi artistik melalui musik lokal, tarian, sajak, pementasan teater, menceritakan kisah, dan seterusnya; (2) membantu dalam menciptakan keberagaman suara di udara. Radio komunitas melalui keterbukaannya terhadap partisipasi di segala sektor, menciptakan berbagai pendapat dan opini di udara; (3) meningkatkan akses untuk suatu keberagaman suara di udara; (4) membantu menciptakan keberagaman dalam kepemilikan lembaga siaran; (5) tanggap terhadap kebutuhan komunitasnya; (6) memberikan sumbangan kepada sumberdaya manusia untuk bidang penyiaran; (7) mendorong para anggota dari komunitas terkait untuk berpartisipasi dalam produksi dan penyusunan program, serta (8) mendorong eksperimentasi dalam penyusunan program. Radio Komunitas atau yang disebut sebagai radio swadaya masyarakat didefinisikan sebagai suatu kumpulan dari orang-orang yang berpartisipasi secara aktif dalam mengatur dan membuat program acara (Atika 2013). Anggota radio komunitas terdiri atas komunitas individu dan badan-badan lokal lainnya sebagai sumber daya manusia yang utama dalam mendukung pengoperasian radio swadaya masyarakat. Menurut Gazali (2002), radio komunitas sebagai lembaga penyiaran yang memberikan pengakuan secara signifikan terhadap peran supervisi dan evaluasi oleh anggota komunitasnya melalui sebuah lembaga supervisi yang khusus
8
didirikan untuk tujuan tersebut, dimaksudkan untuk melayani suatu komunitas tertentu saja, dan memiliki daerah jangkauan yang terbatas. Radio komunitas memiliki prinsip akses yang mengandung arti layanan siaran tersedia dan dapat diterima untuk seluruh masyarakat yang menjadi anggota komunitasnya. Selain itu, radio komunitas juga mengandung prinsip partisipasi yang berarti bahwa anggota komunitas secara aktif terlibat dalam perencanaan dan manajemen (Atika 2013). Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh Fraser dan Estrada (2001) mengenai konsep akses dan partisipasi dalam radio komunitas mengandung makna sebagai berikut: 1. Siaran radio komunitas memiliki pola yang menjangkau seluruh anggota komunitas yang dilayani. 2. Komunitas berpartisipasi dalam merumuskan rencana dan kebijakan untuk pelayanan radio tersebut dan dalam menentukan tujuannya dalam dasardasar manajemen dan pembuatan programnya. 3. Komunitas berpartisipasi dalam mengambil keputusan untuk menentukan materi program, lama waktu siaran, dan jadwalnya. Masyarakat memilih jenis-jenis program yang mereka inginkan daripada hanya menerima apa yang telah ditentukan. 4. Komunitas bebas memberikan komentar ataupun kritik. 5. Ada interaksi yang terus menerus antara pembuat program dan pihak yang menerima pesan. Radio komunitas bertindak sebagai saluran pertama yang mewadahi interaksi tersebut, tetapi terdapat juga suatu mekanisme yang memungkinkan kontak yang mudah antara para pembuat program dan pihak manajemen dari stasiun radio. 6. Ada kesepakatan yang tidak dibatasi bagi anggota komunitas, baik sebagai pribadi maupun kelompok, untuk membuat program-program dan akan dibantu oleh staf stasiun radio dengan menggunakan fasilitas teknis produksi yang tersedia. 7. Komunitas berpartisipasi dalam pembangunan, manajemen, administrasi, dan pendanaan siaran tersebut. Menurut hasil riset Combine Resources Institution (CRI) (2002), tipologi radio komunitas khususnya di Indonesia terdiri dari empat bentuk yaitu: 1. Community Based (radio berbasis komunitas): Radio yang didirikan oleh komunitas yang menempati wilayah geografis tertentu sehingga basisnya adalah komunitas yang menempati suatu daerah dengan batas-batas tertentu, seperti kecamatan, kelurahan dan desa. 2. Issue or Sector Based (radio berbasis masalah atau sektor tertentu): Radio yang didirikan oleh komunitas yang terikat oleh kepentingan dan minat yang sama sehingga basisnya adalah komunitas yang terikat oleh kepentingan-kepentingan yang sama dan terorganisasi, seperti komunitas petani, buruh, dan nelayan. 3. Personal Initiative Based (radio berbasis inisiatif pribadi): Radio yang didirikan oleh perpetanian karena hobi atau memiliki tujuan lainnya, seperti hiburan, informasi, dan tetap mengacu pada kepentingan warga komunitas. 4. Campus Based (radio berbasis kampus): Radio yang didirikan oleh warga kampus perguruan tinggi dengan berbagai tujuan, termasuk sebagai sarana laboratorium dan sarana belajar mahasiswa.
9
Tipologi yang akan diteliti lebih fokus pada jenis radio berbasis komunitas, yaitu Radio Komunitas R-One. Jenis tersebut dipilih karena melihat perkembangan radio komunitas yang dilakukan oleh warga dilingkungan desa-urban yang terletak didaerah Bojonggede, Kabupaten Bogor. Berdasarkan pengertian yang dikemukakan beberapa sumber, pada dasarnya pengertian radio komunitas memiliki kesamaan, yaitu radio komunitas yang didirikan oleh anggota komunitas, dikelola oleh mereka, dan program acaranya ditujukan untuk memenuhi kepentingan mereka. Radio KomunitasR-One adalah salah satu radio yang menempati wilayah geografis tertentu, yaitu di Kecamatan Bojonggede. Selain Radio Komunitas R-One, radio komunitas lainnya yang berkembang di Kecamatan Bojonggede cukup terbilang banyak, yaitu Karmila FM, Pesona FM, dan lainnya.
Keterdedahan Pada Siaran Radio Komunitas Rubin (2005) mengartikan terpaan media sebagai suatu aktivitas khalayak dalam memanfaatkan atau menggunakan media yang mengacu pada utilitas, intensionalitas, selektivitas, dan keterlibatan khalayak dengan media. Aspek keterdedahan dapat diukur berdasarkan: 1. Waktu yang digunakan dalam mengikuti berbagai informasi menggunakan media 2. Jenis-jenis isi media yang diikuti 3. Hubungan yang terdapat antara individu yang mengkonsumsi informasi baikdengan isi media maupun dengan media Menurut De Fleur seperti dikutip Atika (2013) mengungkapkan bahwa keterdedahan atau pola penggunaan media massa merupakan total waktu rata-rata yang digunakan dalam sehari, frekuensi, dan pilihan acara. Singkatnya, keterdedahan adalah terpaan khalayak terhadap satu atau beberapa pesan dari media komunikasi salah satunya radio. Berdasarkan hasil penelitian Dewi (2011), Tede (2012), dan Nurmayanti (2012) dapat dirumuskan aspek yang dapat dijadikan indikator keterdedahan terhadap siaran radio dapat dilihat dari frekuensi dan lama khalayak mendengarkan siaran radio. Hasil penelitian Tede (2012) menyatakan karakteristik pendengar yang berpengaruh terhadap keterdedahannya pada siaran radio adalah kepemilikan media massa terhadap lama mendengarkan. Semakin sering frekuensi mendengar radio, semakin besar kemungkinan khalayak untuk mendengarkan berbagai siaran radio. Pada penelitian ini keterdedahan pada siaran radio merupakan keterlibatan pendengar radio komunitas dalam mendengarkan siaran radio komunitas yang diukur melalui tiga indikator, yaitu: frekuensi mendengar, durasi atau lama mendengarkan, dan pilihan acara yang dipilih oleh pendengar.
Partisipasi Istilah partisipasi merupakan karakteristik yang khas dari radio komunitas. Menurut Masduki (2004), “Tolok ukur keberhasilan pengelolaan radio komunitas
10
adalah partisipasi warga dalam berbagai bentuk. Partisipasi tidak hanya berupa dana, tetapi bisa pemikiran, kebijakan atau keterlibatan langsung dalam proses siaran”. Menurut Cohen dan Uphoff seperti dikutip Intania (2003), partisipasi adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi. Partisipasi dibagi ke dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: 1. Tahap pengambilan keputusan yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam setiap rapat. 2. Tahap pelaksanaan merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga yaitu: 1) Partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, 2) Partisipasi dalam bentuk sumbangan materi, 3) Partisipasi dalam bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek. 3. Tahap menikmati hasil, dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek, Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan maka semakin besar manfaat proyek dirasakan berarti proyek tersebut berhasil menangani sasaran. 4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, terbukti bahwa adanya partisipasi menimbulkan beberapa efek pengaruh bertambahnya pengetahuan masyarakat mengenai informasi lokal yang ada disekitarnya. Dewi (2011) menunjukkan bahwa efek yang dirasakan oleh masyarakat atau khalayak yang mendengarkan radio komunitas adalah perubahan pengetahuan masyarakat mengenai penanggulangan bencana dan DRR. Masyarakat lokal merasa pengetahuannya bertambah setelah mendengarkan tips maupun informasi yang disampaikan oleh radio komunitas Angkringan dan Lintas Merapi yang berada di Yogyakarta. Menurut hasil penelitian Atika (2013), bentuk partisipasi yang paling banyak dilakukan oleh pendengar Radio Remaja adalah mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh radio, seperti rapat atau pertemuan anggota, mengirimkan SMS atau melalui telepon seluler. Bentuk partisipasi pada Radio Whisnu, yaitu mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh radio seperti temu pendengar, arisan, dan rapat pertemuan anggota, menjadi penyiar, pengisi acara, menyampaikan aspirasi melalui SMS atau telepon. Pendengar juga memberikan usulan acara kepada pengelola radio komunitas. Kepuasan Komunitas Tujuan utama dari media massa dan komunitas antara lain adalah kepuasan khalayak atau anggota komunitas atas pemenuhan kebutuhan mereka. Menurut Nicholas seperti dikutip Atika (2013) kebutuhan terdiri atas tiga macam, yaitu: Pertama, kebutuhan informasi yang tidak disadari (domand needs). Kebutuhan ini dialami oleh seorang yang sering kali tidak mengetahui informasi apa yang mereka butuhkan, tidak menyadari ada kesenjangan informasi, dan tidak mengetahui informasi baru memberikan sesuatu tentang apa yang telah mereka ketahui, seseorang akan menyadari adanya kebutuhan ketika mereka mengalami masalah
11
tertentu. Kedua, kebutuhan informasi yang tidak diekspresikan (unexpresed news). Kebutuhan yang dimana mereka sadar membutuhkan informasi tersebut tetapi tidak mau melakukan sesuatu untuk memenuhinya. Terakhir, kebutuhan informasi yang diekspresikan (espresed needs), yaitu kebutuhan yang didasari dan diupayakan dipenuhi oleh masyarakat yang sadar adanya kesenjangan antar pengetahuan dan keinginan pemenuhan kehidupan sehari-harinya. Dominick (2002) mengklasifikasikan kebutuhan-kebutuhan (needs) terhadap penggunaan media menjadi empat, yaitu 1) Cognition (dorongan memperoleh informasi), 2) Diversion (dorongan meliputi bentuk stimuli, relaksasi, dan pelepasan emosi), 3) Sosial utility (dorongan meliputi kebutuhan kontak sosial dalam lingkungan sosial), 4) Withdrawal (kebutuhan melepaskan diri dari aktivitasaktivitas tertentu dan bukan sekedar relaksasi saja). Berdasarkan pada hasil penelitian sebelumnya, menurutAtika (2013), pemenuhan kebutuhan informasi melalui radio komunitas di Radio Remaja tergolong rendah sedangkan di Radio Whisnu tergolong sangat tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor yang berhubungan nyata dengan tingkat pemenuhan kebutuhan informasi petani melalui radio komunitas adalah frekuensi mendengarkan dan durasi mendengarkan radio komunitas. Dewi (2011) menunjukkan bahwa efek yang dirasakan masyarakat lokal adalah peningkatan pengetahuan dan informasi setelah mendengarkan tips maupun informasi yang disampaikan oleh radio komunitas Angkringan dan Lintas Merapi yang berada di Yogyakarta. Secara sederhana, radio komunitas diartikan sebagai radio dari, oleh, untuk, dan tentang komunitas. Radio ini menjadikan komunitas sebagai basis operasionalisasi radio. Keberadaan radio komunitas dapat menyuarakan berbagai aspirasi, keluh-kesah, persoalanberbagai peristiwa lokal dengan menyentuh kehidupan nyata masyarakat komunitasnya menjadi wadah sekaligus fasilitator serta memberikan advokasi atas berbagai isu lokal masyarakat. Hal-hal tersebut yang dinilai dapat memberikan kepuasan atas terpenuhi kebutuhanmereka melalui radio komunitas. Hasil Penelitian Sebelumnya Radio komunitas saat ini banyak dijadikan sebagai objek penelitian karena fungsinya yang dinilai dapat menjadikan khalayak lokal mendapatkan manfaat yang sesuai dengan kebutuhannya. Menurut penelitian Rachmiatie (2007) dan hasil penelitian di beberapa negara, radio komunitas ternyata sangat tepat untuk kondisi di Indonesia. Beberapa diantaranya adalah menumbuhkan partisipasi yang merupakan kekuatan bagi komunitas untuk membuka pintu perubahan kehidupan komunitas, melayani informasi di segala sektor kehidupan komunitas, dan meningkatkan akses untuk penyebaran informasi secara lisan. Oleh karena itu, pada pasca reformasi jumlah penelitian komunikasi, khususnya dibidang kajian tentang sistem penyiaran Indonesia, jenis dan fungsinya mulai beragam dibandingkan dengan era sebelum reformasi. Sejak diresmikan secara legal keberadaan lembaga penyiaran komunitas yang lahir, tumbuh, dan berkembang dari masyarakat sendiri telah membuka ruang kepada sejumlah lapisan masyarakat untuk berperan serta dalam sistem penyiaran. Penelitian mengenai media penyiaran komunitas sudah mulai bermunculan sejak tahun 2003. Tabel 2 menyajikan hasil penelitian tentang radio komunitas yang dihimpunsejak tahun 2005 sampai 2014.
12
Tabel 2 Hasil Penelitian tentang Radio Komunitas berdasarkan Tahun 2005-2014 Penulis (Tahun)
Hasil Penelitian
Rachmiatie (2005)
- Partisipasi: Kurang adanya partisipasi karena Radio Komunitas masih bersifat topdown untuk wilayah tertutup dan bersifat horizontal untuk wilayah terbuka. - Keterdedahan : - Efek: Kesadaran warga komunitas untuk mengemukakan pendapatnya dalam berkomunikasi
Winnetou dan Setiawan (2007)
- Partisipasi: Menjadi pengisi acara Radio Agro FM secara sukarela dari komunitas pendengarnya - Keterdedahan: - Efek: Menjangkau domain kognitif dan memberikan peningkatkan pengetahuan komunitas pendengarnya
Pratiwi (2008)
- Partisipasi: Keterlibatan warga dalam penyelenggaraan radio tergolong sedang diantaranya: tahap penyelenggaraan 61,7 persen (sedang), tahap perencanaan 68,3 persen (sedang), tahap menikmati hasil 41,7 persen (sedang), tahap evaluasi 53 persen (sedang) - Keterdedahan: Mendengarkan siaran Radio Komunitas Suara Kencana lebih dari tiga kali dalam satu minggu dan lama mendengarkan siaran Radio Komunitas Suara Kencana berkisar antara tiga hingga empat jam bahkan lebih - Efek: -
Dewi (2011)
- Partisipasi: Adanya berbagai bantuan yang diberikan dan saling bertukar informasi antar masyarakat mengenai DDR melalui radio komunitas - Keterdedahan: Pesan siaran radio mengenai DRR terlihat dari intensitas masyarakat mendengarkan siaran radio - Efek: Perubahan pengetahuan masyarakat di Yogyakarta dan Jawa Tengah mengenai penanggulangan bencana
Nurmayanti (2012)
- Partisipasi: Partisipasi masyarakat terlihat pada perilaku komunikasi masyarakat terhadap radio komunitas - Keterdedahan: Frekuensi dan lama mendengarkan radio komunitas tergolong sedang. - Efek: Terdapat pemahaman petani mengenai fungsi sarana pendidikan umum dan agama (afektif)
Tabel 2 Hasil Penelitian tentang Radio Komunitas berdasarkan Tahun 2005-2014 (Lanjutan) Kerangka Pemikiran Radio komunitas merupakan media komunitas yang melekat aspek partisipasi dalam penyelenggaraannya. Sesuai dengan prinsip radio komunitas, yaitu dari, oleh, dan untuk masyarakat. Adanya partisipasi masyarakat setempat memungkinkan muatan radio komunitas menjadi sesuai dengan kebutuhan
13
komunitasnya. Karakteristik individu sebagai pendengar radio komunitas terdiri atas usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan kepemilikan media massa. Penulis (Tahun) Tripambudi (2012)
-
Dede Lilis Ch. & Nova Yuliati (2012)
-
-
Panutra dan Atmojo (2012)
-
-
Atika (2013)
-
-
-
Tede (2012)
-
Hasil Penelitian Partisipasi: Keterlibatan masyarakat pada penyelenggaraannya Pertemuan rutin setiap satu lapan sekali, yaitu setiap malam Minggu. Keterdedahan: Jam siaran antara jam 15.00-24.00 banyak didengarkan masyarakat komunitas dipos ronda. Efek: Meningkatkan kognitif/ pengetahuan pendengarnya Partisipasi: Keterlibatan warga di radio komunitas PASS terjadi melalui sumber biaya operasional yang berasal dari sumbangan warga, hibah, sponsor, dan sumber lain yang tidak mengikat. Masyarakat (kepala RT/RW) bergantian menjadi penyiar sekali selama sepekan untuk menyapa masyarakat lainnya, memberikan sumbangan sukarela antara Rp 2.000,s.d. Rp 5.000,- untuk satu kali siaran. Keterdedahan: Efek: Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pendengar yang berdampak pada berbagai aspek kehidupan. Partisipasi: Hanya sedikit anggota komunitas yang berpartipasi pada Radi Merapi. Padahal melalui musyawarah warga telah ada pembagian tugas dalam pengelolaan Radio Merapi FM. Namun, banyak anggota yang tidak aktif dan sekadar berkunjung diwaktu longgar saja. Keterdedahan: Efek: Memberikan pengaruh bagi pendengarnya, yakni pada tingkat kognitif pendengar Partisipasi: Bentuk partisipasi pada Radio Whisnu dan Radio Remaja tidak jauh berbeda, yaitu mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh radio, yaitu temu pendengar, arisan, dan rapat pertemuan anggota, menjadi penyiar, pengisi acara, menyampaikan aspirasi melalui SMS atau telepon. Pendengar juga memberikan usulan acara kepada pengelola radio komunitas. Keterdedahan: frekuensi dan durasi mendengarkan siaran radio komunitas di Radio Remaja dan Radio Whisnu tergolong tinggi. Efek: Tingkat pemenuhan kebutuhan informasi melalui radio komunitas di Radio Remaja tergolong rendah sedangkan di Radio Whisnu tergolong sangat tinggi. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor yang berhubungan nyata dengan tingkat pemenuhan kebutuhan informasi petani melalui radio komunitas yaitu frekuensi mendengarkan dan durasi mendengarkan radio komunitas. Partisipasi: Keterdedahan: Intensitasnya mendengarkan siaran Radio di sore hari dengan lama mendengarkan 2-4 jam perharinya
Karakteristik pendengar merupakan variabel yang akan menjelaskan faktor-faktor
14
-
Efek: Program siaran Radio Pertanian Ciawi memberikan pengaruh kognitif dan afektif bagi pendengar
apa saja yang berhubungan dengan variabel partisipasi, keterdedahan, dan kepuasan pendengar. Variabel partisipasi dalam penelitian ini adalah keterlibatan masyarakat dalam bentuk perencanaan, pelaksanaan program siaran, pendanaan, dan evaluasi siaran program yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Keterangan: : Berhubungan
Gambar 1 Bagan Kerangka Pemikiran Variabel keterdedahan radio komunitas merujuk pada tiga alat ukur yang dikemukakan oleh De Fleur seperti dikutip Atika (2013), yaitu total waktu rata-rata yang digunakan dalam sehari, frekuensi, dan pilihan acara. Variabel partisipasi ini merujuk pada kombinasi bentuk dan tahapan partisipasi yang dirumuskan Masduki (2004) dan Cohen & Uphoff seperti dikutip Intania (2003). Variabel efek dari penggunaan media massa dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi media massa, khususnya radio komunitas, dalam memberi kepuasan pada pendengarnya. Variabel efek yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepuasan atas terpenuhinya kebutuhan pendengar yang meliputi pemenuhan kebutuhan informasi, kontak sosial, dan hiburan yang diperolehnya melalui radio komunitas yang dikemukakan oleh Dominick (2002). Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran yang tertera pada Gambar 3, maka hipotesis penelitian yang disusun adalah sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik pendengar dengan keterdedahan pendengar pada siaran radio komunitas.
15
2. Terdapat hubungan nyata antara karakteristik pendengar dengan tingkat partisipasi pendengar pada radio komunitas. 3. Terdapat hubungan nyata antara keterdedahan pendengar dengan tingkat kepuasan pendengar pada radio komunitas. 4. Terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi pendengar dengan tingkat kepuasan pendengar pada radio komunitas. Definisi Operasional 1. Karakteristik Pendengar (X1) Karakteristik pendengar terdiri dari usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan kepemilikan media massa. Definisi operasional untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut: a. Usia adalah masa hidup seseorang dari lahir sampai dengan penelitian ini berlangsung. Pengukuran usia dinyatakan dalam rasio dan dalam pengolahannya diukur menggunakan skala ordinal berdasarkan data yang diperoleh di lapang. Usia dikategorikan menjadi: • Dewasa Muda : (19-30 Tahun) • Dewasa Pertengahan : (31-50Tahun) • Dewasa Tua : (> 50 Tahun) b. Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah ditamatkan. Tingkat pendidikan diukur menggunakan skala ordinal berdasarkan jenjang pendidikan formal terakhir dan dikategorikan menjadi: • Tinggi (Skor 3) : Mengikuti atau Tamat Perguruan Tinggi (PT) • Sedang (Skor 2) : Mengikuti Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) • Rendah (Skor 1) : Tidak pernah sekolah sampai tamat Sekolah Dasar (SD) c. Jenis pekerjaan adalah suatu kegiatan atau aktivitas responden yang dilakukan sehari-hari. Pekerjaan dikategorikan berdasarkan data yang diperoleh dilapang menjadi: • Buruh • Pegawai Swasta • Wirausaha • PNS/Guru • Petani • Ibu Rumah Tangga d. Kepemilikan media massa adalah jenis dan jumlah media massa yang dimiliki oleh responden yang meliputi kepemilikan radio, televisi, dan surat kabar. Kepemilikan mediadiukur menggunakan skala ordinal dan dapat dikategorikan menjadi: • Tinggi (Skor 3) : Memiliki televisi, radio, surat kabar atau majalah, dan dapat mengakses internet • Sedang (Skor 2) : Memiliki dua sampai tiga macam media massa • Rendah (Skor 1) : Memiliki salah satu dari macam media massa
16
2. Keterdedahan Radio Komunitas (X2) Keterdedahan radio komunitas adalah keterlibatan pendengar radio komunitas dalam mendengarkan siaran radio komunitas. Penentuan kategori menggunakan interval. Cara memperolehnya melalui rentang skala penilaian yangdidapat dari selisih skor maksimum dikurangi skor minimum pada masing-masing kelas: rs
= Skor maksimum-skor minimun ∑ 𝐾𝑒𝑙𝑎𝑠 Gambar 2 Rumus interval
a. Frekuensi mendengarkan siaran radio komunitas adalah tingkat keseringan responden mendengarkan siaran radio komunitas dalam rentang waktu per dua minggu. Berdasarkan data yang diperoleh, frekuensi mendengarkan dibagi menjadi tiga kategori menurut kali/ 2 minggu, yaitu: : (20-28 kali/2 minggu) • Tinggi (Skor 3) • Sedang (Skor 2) : (12-19 kali/2 minggu) • Rendah (Skor 1) : (4-11 kali/2 minggu) Selain itu, frekuensi mendengarkan juga dibagi menjadi tiga kategori menurut hari/ 2 minggu mendengarkan radio, yaitu: • Tinggi (Skor 3) : (10-14 hari/2 minggu) • Sedang (Skor 2) : (6-9 hari/2 minggu) : (2-5 hari/2 minggu) • Rendah (Skor 1) b. Durasi mendengarkan siaran radio komunitas adalah lama mendengarkan atau waktu rata rata yang diluangkan responden untuk mendengarkan siaran radio komunitas dalam satu hari. Berdasarkan data yang diperoleh, lama mendengarkan dibagi menjadi tiga kategori menurut jam/ hari, yaitu: • Tinggi (Skor 3) : (6-7 jam/hari) • Sedang (Skor 2) : (3-5 jam/hari) • Rendah (Skor 1) : (1-2 jam/hari) Selain itu, durasi atau lama mendengarkan juga dibagi menjadi tiga kategori menurut jam/ 2 minggu mendengarkan radio, yaitu: • Tinggi (Skor 3) : (49-70 jam/2 minggu) • Sedang (Skor 2) : (28-48 jam/2 minggu) • Rendah (Skor 1) : (7-27 jam/2 minggu) c. Pilihan program adalah program siaran radio komunitas yang dijadikan pilihan oleh responden untuk didengarkan selama dua minggu. 3. Partisipasi (X3) Partisipasi adalah keterlibatan pendengar dalam berbagai bentuk, baik dari segi perencanaan, pelaksanaan, pendanaan, keterlibatan langsung dalam proses siaran, evaluasi dari aktivitas yang dilakukan oleh radio komunitas. a. Partisipasi dalam perencanaan adalah keterlibatan pendengar pada rapat persiapan siaran, pengambilan keputusan, pengadaan alat siaran, pemilihan
17
materi siaran, pemilihan penyiar dan penetapan jadwal siaran. Partisipasi dalam perencanaan diukur dengan menanyakan tujuh pertanyaan dalam kuesioner. Masing-masing pertanyaan memiliki skor tertinggi empat dan terendah satu. Partisipasi dalam perencanaan diurutkan menjadi: • Tinggi : Memperoleh skor 21 sampai 28 • Sedang : Memperoleh skor 14 sampai 20 • Rendah : Memperoleh skor tujuh sampai 13 b. Partisipasi dalam pendanaan adalah keterlibatan pendengar pada pembiayaan operasional radio meliputi iuran harian/bulanan dan sumbangan untuk kegiatan serta pengelolaan radio komunitas. Partisipasi dalam pendanaan diukur dengan menanyakan empat pertanyaan dalam kuesioner. Masing-masing pertanyaan memiliki skor tertinggi empat dan terendah satu. Partisipasi dalam pendanaan diurutkan menjadi: : Memperoleh 12 sampai 16 • Tinggi • Sedang : Memperoleh skor delapan sampai 11 • Rendah : memperoleh skor empat sampai tujuh c. Partisipasi dalam pelaksanaan program siaran adalah keterlibatan pendengar menjadi penyiar atau menjadi sumber materi dan informasi yang akan disiarkan pada program-program siaran juga mengikuti kegiatan siaran interaktif melalui telepon atau pesan singkat (SMS). Partisipasi dalam pelaksanaan program siaran diukur dengan menanyakan sembilan pertanyaan dalam kuesioner. Masing-masing pertanyaan memiliki skor tertinggi empat dan terendah satu. Tingkat partisipasi dalam penikmatan hasil diurutkan menjadi: • Tinggi : Memperoleh skor 27 sampai 36 • Sedang : Memperoleh skor 18 sampai 26 • Rendah : Memperoleh skor sembilan sampai 17 d. Partisipasi dalam evaluasi program siaran adalah keterlibatan pendengar pada penilaian atau perbaikan program siaran meliputi pemberian saran terhadap program siaran atau masukan untuk program siaran kedepannya. Partisipasi dalam evaluasi diukur dengan menanyakan lima pertanyaan dalam kuesioner. Masing-masing pertanyaan memiliki skor tertinggi empat dan terendah satu. Partisipasi dalam evaluasi diurutkan menjadi: • Tinggi : Memperoleh skor 15 sampai 20 • Sedang : Memperoleh skor 10 sampai 14 • Rendah : Memperoleh skor lima sampai sembilan 4. Tingkat Kepuasan Pendengar (Y) Tingkat kepuasan khalayak pendengar adalah terpenuhinya berbagai macam hal yang sesuai dengan kebutuhannya meliputi kebutuhan informasi, kontak sosial, dan hiburan. Indikator-indikator tersebut diukur dengan menggunakan skala Likert, yakni SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak setuju), dan STS (sangat tidak setuju). a. Kebutuhan Informasi (Cognition) adalah terpenuhinya kebutuhan informasi pendengar meliputi informasi seputar lokasi tempat tinggal pendengar, kabar cuaca, pendidikan, kesehatan, olahraga, dan lainnya yang bermanfaat
18
bagi pendengar. Kebutuhan informasi diukur dengan menanyakan 11 pertanyaan dalam kuesioner. Kebutuhan akan informasi diukur menggunakan skala ordinal dan dapat dikategorikan menjadi: • Rendah : Memperoleh skor 11 sampai 21 • Sedang : Memperoleh skor 22 sampai 33 • Tinggi : Memperoleh skor 34 sampai 44 b. Kebutuhan Kontak Sosial (Social utility) adalah tepenuhinya kebutuhan kontak sosial pendengar terhadap keluarga, sahabat, dan lainnya dalam lingkungan sosial. Kebutuhan informasi diukur dengan menanyakan empat pertanyaan dalam kuesioner. Kebutuhan akan informasi diukur menggunakan skala ordinal dan dapat dikategorikan menjadi: • Rendah : Memperoleh skor 11 sampai 21 • Sedang : Memperoleh skor 22 sampai 33 : Memperoleh skor 34 sampai 44 • Tinggi c. Kebutuhan Hiburan adalah terpenuhinya kebutuhan pendengar berupa stimuli, relaksasi, dan pelepasan emosi. Kebutuhan informasi diukur dengan menanyakan lima pertanyaan dalam kuesioner. Kebutuhan akan informasi diukur menggunakan skala ordinal dan dapat dikategorikan menjadi: • Rendah : Memperoleh skor 5 sampai 9 : Memperoleh skor 10 sampai 15 • Sedang • Tinggi : Memperoleh skor 16 sampai 20
19
PENDEKATAN LAPANGAN
Metode Penelitian Penelitian tentang partisipasi, keterdedahan, dan kepuasan pendengar di radio komunitas ini dirancang sebagai penelitian deskriptif korelasional, yaitu penelitian yang menggambarkan tindakan pendengar dalam menggunakan radio komunitas, serta menganalisis dan menjelaskan karakteristik pendengar yang berhubungan dengan partisipasi dan keterdedahan pendengar dalam penggunaan radio komunitas tersebut. Setelah mengetahui partisipasi dan keterdedahan pendengar, selanjutnya dapat menganalisis tingkat kepuasan pendengar yang dilihat dari terpenuhinya kebutuhan pendengar akan berbagai program yang disiarkan radio komunitas. Pendekatan utama yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif dengan metode survei. Pendekatan kuantitatif dikombinasikan dengan pendekatan kualitatif dalam upaya memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti. Lokasi dan Waktu Radio komunitas yang dipilih untuk penelitian ini adalah Radio Komunitas R-One yang terletak di Desa Susukan, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor. Radio komunitas ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan beberapa hal diantaranya: 1) Radio Komunitas R-One merupakan stasiun radio komunitas yang didirikan oleh masyarakat sekitar, yaitu pemuda desa setempat dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhun komunitasnya. 2) Radio Komunitas ROne sudah berdiri cukup lama, yaitu sejak tahun 2007. 3) Radio Komunitas R-One tergolong radio yang aktif dan masih mengembangkan program siaran dikomunitasnya sampai saat ini. Lokasi yang menjadi sasaran penelitian adalah Desa Susukan, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa lokasi Desa Susukan bersamaan dengan lokasi Radio Komunitas R-One sehingga terjangkau oleh sinyal siaran yang dipancarkan Radio Komunitas R-One. Berdasarkan pertimbangan tersebut, perlu diamati partispasi, keterdedahan, dan kepuasan pendengar di Radio Komunitas R-One. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu enam bulan yang terdapat pada Lampiran 1, terhitung mulai bulan Juni 2014 sampai dengan Januari 2015. Pengambilan Sampel Subjek dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu responden dan informan. Responden dalam penelitian ini adalah pendengar Radio Komunitas ROne yang dipilih sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan. Informan dalam penelitian ini adalah pengelola aktif dan penasihat umum Radio Komunitas R-One. Populasi dari penelitian ini adalah pendengar Radio Komunitas R-One pada dua bulan terakhir (September sampai dengan Oktober 2014) yang terdapat di daftar inbox dan call recents pendengar yang dimiliki oleh Radio Komunitas R-One. Pendengar yang dapat menjadi responden adalah pendengar yang aktif
20
mengirimkan pesan singkat (SMS) atau menghubungi Radio Komunitas R-One sekurangnya tiga kali selama dua bulan terakhir (September sampai dengan Oktober 2014) dan tinggal di Desa Susukan. Pendengar yang memenuhi syarat diperoleh berdasarkan kuesioner pendahuluan yang berisi pertanyaan saringan kepada calon responden terlebih dahulu. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling dengan prosedur accidental sampling, yaitu kuesioner pendahuluan berupa pertanyaan identitas dan pertanyaan saringan dikirim kepada pendengar Radio Komunitas R-One selama dua bulan terakhir (September sampai dengan Oktober 2014), kuesioner dikirim dan diedarkan melalui SMS kepada nomor-nomor yang terdapat pada daftar inbox dan call recents pendengar yang dimiliki Radio Komunitas R-One, kemudian menunggu pendengar yang merespon membalas SMS. Tidak semua yang merespon kuesioner pendahuluan yang diberikan dapat menjadi responden karena terdapat screening question (pertanyaan saringan) pada kuesioner untuk menanyakan berapa kali calon responden mengirimkan SMS atau menghubungi Radio Komunitas R-One selama dua bulan terakhir yaitu September sampai dengan Oktober 2014. Responden yang mengirimkan SMS atau menghubungi Radio Komunitas R-One sekurangnya tiga kali dalam dua bulan tersebut akan menjadi responden karena diasumsikan pendengar aktif mendengarkan Radio Komunitas R-One. Selain itu, pendengar yang dipilih sebagai responden adalah pendengar yang bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi Radio Komunitas R-One yaitu bertempat tinggal di Desa Susukan. Selanjutnya, responden dihubungi lebih lanjut untuk mengisi kuisioner penelitian. Setelah sebelumnya dilakukan penyebaran kuesioner pendahuluan selama kurang lebih dua minggu, terdapat 86 kuesioner pendahuluan yang direspon oleh pendengar melalui balasan pesan singkat. Setelah melalui screening question atau pertanyaan saringan, diperoleh responden yang memenuhi syarat dan dapat dihubungi lebih lanjut sebanyak 50 orang responden yang hasil kuesioner selanjutnya akan diolah. Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data dikumpulkan dengan menggunakan dua instrumen penelitian, yaitu kuesioner dan pedoman pertanyaan. Menurut Singarimbun dan Effendi (2006), data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan kuesioner. Data primer, yang diperoleh dari survei responden dengan menggunakan kuesioner serta pedoman pertanyaan (Lampiran 5) untuk responden dan informan. Data sekunder, meliputi profil Radio Komunitas R-One, daftar pendengar Radio Komunitas R-One pada dua bulan terakhir, yaitu September sampai dengan Oktober 2014. Wawancara terstruktur dilakukan kepada informan dan responden. Wawancara dengan informan dilakukan melalui tatap muka. Wawancara dengan responden dilakukan tatap muka. Wawancara dengan responden juga dilakukan saat pengisian kuisioner penelitian. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui lebih dalam alasan responden menjawab pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. Selain itu, informan juga diwawancarai sesuai dengan pedoman pertanyaan yang telah disusun. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
21
Pengolahan data dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu pertama, melakukan pengkodean kemudian memasukkan data ke dalam berkas data. Kedua, membuat tabel frekuensi atau tabulasi silang. Ketiga, mengedit, yakni mengoreksi kesalahan-kesalahan yang ditemui setelah membaca tabel frekuensi. Untuk penelitian ini, hasil jawaban kuesioner pendahuluan 86 orang responden yang diperoleh kemudian diolah. Pengolahan data dilakukan dengan beberapa langkah, yaitu pertama, memilah responden berdasarkan screening question, yaitu pendengar yang aktif mengirimkan SMS atau menghubungi Radio Komunitas ROne sekurangnya tiga kali selama dua bulan terakhir (September sampai dengan Oktober 2014) dan tinggal di Desa Susukan yang menjadi responden penelitian. Kemudian, diperoleh responden yang akan diberikan kuesioner penelitian selanjutnya secara tatap muka sebanyak 50 orang responden (Lampiran 2). Kedua, dilakukan pengisian kuesioner penelitian dengan mendampingi setiap responden yang mengisi kuesioner. Pengisian kuesioner dilakukan secara tatap muka di tempat tinggal responden atau membuat janji untuk bertemu di Radio Komunitas R-One. Pendampingan dalam pengisian kuesioner dilakukan agar jawaban yang diberikan responden sesuai dengan maksud peneliti yang sebenarnya. Ketiga, melakukan pengkodean data kemudian memasukkan data ke dalam Microsoft Excel 2010 sesuai dengan indikator dan variabelnya. Keempat,data hasil kuesioner terhadap responden dibuat dalam bentuk tabel frekuensi serta diolah secara statistik deskriptif dengan menggunakan software Statistic Program for Social Science (SPSS) for Windows versi 16.0. Analisis data meliputi: 1. Analisis χ2 (chi-square) untuk melihat hubungan dan keeratan hubungan daridata nominal dan ordinal, yaitu hubungan jenis pekerjaan dengan frekuensi dandurasi responden dalam mendengarkan siaran radio komunitas, serta jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi responden dalam penyelenggaraan Radio Komunitas R-One. 2. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antar variable dengan data ordinal, seperti untuk menentukan hubungan antara kedua variabel (independen dan dependen) yang ada pada penelitian ini, yaitu menguji hubungan karakteristik pendengar (skala ordinal) sebagai usia, pendidikan, dan kepemilikan media massa (skala ordinal) dengan tingkat partisipasi dan keterdedahan pada siaran radio komunitas (skala ordinal). Uji kolerasi juga digunakan untuk menganalisis tingkat partisipasi dengan kepuasan pendengar serta keterdedahan dengan kepuasan pendengar. Penyimpulan hasil penelitian dilakukan dengan mengambil hasil analisis antar variabel yang konsisten.
23
GAMBARAN UMUM Profil Radio Komunitas R-One Radio Komunitas R-One merupakan lembaga penyiaran yang didirikan oleh kelompok pemuda Desa Susukan yang bersifat independen dan tidak komersil, serta bertujuan untuk melayani kepentingan komunitasnya. Sebagaimana radio komunitas pada umumnya, Radio Komunitas R-One juga memiliki daya pancar rendah dan luas jangkauan wilayah yang terbatas. Radio Komunitas R-One didirikan pada tanggal 3 Agustus 2007. Berawal dari hobi pribadi kelompok pemuda Desa Susukan pada bidang penyiaran serta kebutuhan mereka dan masyarakat lainnya akan sebuah media informasi dan komunikasi, membuat kelompok pemuda Desa Susukan memiliki inisiatif untuk mendirikan sebuahradio komunitas. Ide tersebut juga mendapat respon yang baik oleh Kelompok Pemuda Forkabi (organisasi masyarakat yang berbasis kedaerahan), Pemuda KNPI, dan Kepala Desa Susukan. Kemudian, dilakukan musyawarah bersama antar tokoh masyarakat dan kelompok pemuda Desa Susukan, hingga terbentuklah nama ROne. Nama tersebut diperoleh dengan harapan radio ini dapat menjadi radio komunitas yang memberikan manfaat dan menjadi nomor satu diantara radio-radio lain yang terdapat di wilayah Kecamatan Bojonggede. Radio Komunitas R-One berdiri atas biaya yang dikumpulkan bersama oleh kelompok pemuda Desa Susukan dan beberapa tokoh masyarakat. Dana awal yang dikeluarkan untuk mendirikan Radio Komunitas R-One sebesar Rp 4.100.000 di luar peralatan yang masih dapat digunakan sebagai alat siaran. Alat yang digunakan juga masih sederhana yang didapatkan dari teman-teman terdekat yang memiliki alat, seperti komputer, sound, radio kontrol, microphone, dan lainnya. Alat lain seperti pemancar, antena, dan Mixer diperoleh dari dana yang telah dikumpulkan bersama kelompok pemuda Desa Susukan dan Tokoh Masyarakat setempat, dengan rincian dana yang didapatkan digunakan sebagai berikut: 1) Pemancar dan antena: Rp 1.800.000, 2) Mixer 8 Channel: Rp 450.000. Kuat daya pancar maksimum 25 Watt (equevalen dengan ERP di antena maksimum 50 Watt), dengan ketinggian tower maksimum 20 meter. Awalnya jangkauan Radio Komunitas R-One hanya 2.5 sampai 3 km. Radio Komunitas R-One mengalami perpindahan channel yang diakibatkan oleh adanya siaran radio swasta yang mengambil channel 97.7 FM, Radio Komunitas R-One mendapat izin pindah Channel dari kantor Kecamatan Bojonggede ke channel 94.5 FM. Berdasarkan hal tersebut ternyata jangkauan siaran radio komunitas mengalami masalah, dimana jangkauannya “bocor” sanpai dengan 5 km. Radio Komunitas R-One saat ini sedang mencoba memperbaiki ke”bocor”an tersebut. Radio Komunitas R-One berkembang atas dana yang diperoleh dari kontribusi pendengarnya, dengan cara mengedarkan kupon request atau lembar ucapan kepada masyarakat sekitar sebagai komunitas pendengar dari RadioKomunitas R-One. Kemudian, dana tersebut digunakan untuk biaya operasional. Sifatnya yang tidak komersial membuat Radio KomunitasR-One tidak menerima iklan niaga untuk menambah biaya operasionalnya, sehingga iklan yang disiarkan terbatas pada iklan layanan masyarakat saja.
24
Radio yang mengusung motto “Bersatu untuk semua dan semua untuk yang satu (Tuhan)” ini berlokasi di Desa Susukan, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor. Awalnya Radio Komunitas R-One mengudara pada frekuensi 97.7 FM, namun saat ini mengudara pada frekuensi 94.5 FM dengan jam siaran selama 14 jam. Radio Komunitas R-One memiliki struktur kepengurusan yang sebagian besar dikelola oleh masyarakat sekitar Desa Susukan. Struktur kepengurusan Radio Komunitas R-One tahun 2013/2014 terdapat pada Gambar 5. Saat ini Radio Komunitas R-One baru dimiliki oleh organisasi nasional (PK KNPI Bojonggede) yang merupakan representasi komunitas yang akan memastikan radio komunitas dapat berperan aktif. Radio Komunitas R-One mengusung konsep informasi dan hiburan sehingga program siarannya memiliki daya tarik yang dapat menarik perhatian para pendengarnya. Selain itu, pendengar juga dapat berkomunikasi atau me-request secara langsung maupun tidak langsung melalui sms, telepon, atau sekadar melalui atensi. Program dan jam siaran Radio Komunitas R-One sebagian besar diakomodasi oleh keinginan pendengar yang ditetapkan melalui rapat anggota. Saat ini, program yang disiarkan masih berorientasi hiburan dengan komposisi 75% hiburan dan 25% informasi dan pendidikan. Untuk program siaran khusus informasi, saat ini penyiar masih menyadur informasi melalui koran, internet, buku pengetahuan, dan televisi sebagai sumbernya. Informasi yang disiarkan dan dibutuhkan, yaitu informasi aktual global (nasional dan dunia), musik, pendidikan, kesehatan, olahraga, dan entertain. Program siaran yang belum berjalan adalah program Talk Show karena narasumber untuk program tersebut belum didapatkan. -
Pelindung M. Irvan Syahrizal Masduki Atmawijaya Madropik
Ketua: Deddy Supardi
-
Penasehat Maryono RW Ondeng Kumis Bewok H. Agus (Aira)
Wakil Ketua: Kosasih ( Sarbonin)
Sekretaris: Basyar Tauhid Hadi
Humas: Bastian Khober
Bendahara: Ahmad Syarifuddin
Gambar 3 Struktur Kepengurusan Radio Komunitas R-One tahun 2013/2014 Radio Komunitas R-One merupakan media sarana hiburan serta informasi yang bersifat auditif. Format siaran Radio Komunitas R-One diantaranya: music, religi, informasi usaha, informasi berita kematian dan lainnya, news, games/quiz, dan renungan. Tabel 3 adalah jadwal program siaran di Radio Komunitas R-One. Program yang menjadi andalan dan digemari pendengar saat ini adalah program hiburan (Pop dan Dangdut Indonesia). R-One juga menyiarkan secara langsung kegiatan yang bersifat kemasyarakatan, seperti Maulid Nabi Muhammmad SAW, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan langsung dengan masyarakat. Sedangkan, untuk persentase musik, yaitu, Pop Indonesia 30%, Dangdut 35%, Mancanegara 10%, Religi 15%, Pop Daerah 5%, dan Tembang Kenangan 5%.
25
Selain program on air, Radio Komunitas R-One memiliki program off air yang diadakan setiap minggunya. Kegiatan tersebut berupa Karaoke Live bersama pendengar Radio Komunitas R-One yang berkunjung ke radio. Pendengar juga memiliki nama khas, yaitu Fans. Program ini tidak hanya membuat silaturahmi antar pendengar R-One tetapi juga menjadikan mereka lebih dekat dengan penyiar serta pengelola Radio Komunitas R-One. Program yang diadakan setiap minggu siang ini langsung disiarkan di radio. Pendengar juga bisa menyapa dan mengajak teman-teman pendengar lainnya untuk bergabung dalam program Karaoke Live yang diadakan di Radio Komunitas R-One. Pendengar yang mengikuti kegiatan Karaoke live setiap minggunya biasanya memberikan iuran dana setiap bulannya untuk membantu biaya operasional radio komunitas sebesar Rp 7.000 per orangnya. Tabel 3 Jadwal Program Siaran Radio Komunitas R-One tahun 2013/2014 Hari Senin sampai Rabu
Waktu Siaran 08.00 – 10.00 WIB 10.00 – 13.00 WIB 13.00 – 15.30 WIB 15.30 – 17.30 WIB
Kamis
19.30 – 21.00 WIB 21.00 – 01.00 WIB 08.00 – 10.00 WIB 10.00 – 13.00 WIB 13.00 – 15.30 WIB 15.30 – 17.30 WIB 19.30 – 21.00 WIB
Jum’at
21.00 – 01.00 WIB 08.00 – 10.00 WIB 13.00 – 15.30 WIB 15.30 – 17.30 WIB 19.30 – 21.00 WIB
Sabtu
21.00 – 01.00 WIB 08.00 – 10.00 WIB 10.00 – 13.00 WIB 13.00 – 15.30 WIB 15.30 – 17.30 WIB 19.30 – 21.00 WIB
Minggu
21.00 – 01.00 WIB 08.00 – 10.00 WIB 13.00 – 17.30 WIB 19.30 – 21.00 WIB 21.00 – 01.00 WIB
Program Siaran Sapadut ( Selamat Pagi Dangdut) Komplit (Kompilasi lagu Pop Favorit) diselingi berbagai informasi siang terkini DANSA (Dangdut Siang) Poin Sore (Pop Indonesia sore) diselingi berbagai informasi sore terkini Poin Malam (Pop Indonesia malam) Ngedumel (Ngedangdut malem-malem) Sapadut ( Selamat Pagi Dangdut) Komplit (Kompilasi lagu Pop Favorit) diselingi berbagai informasi siang terkini DANSA (Dangdut Siang) Poin Sore (Pop Indonesia sore) diselingi berbagai informasi sore terkini Service Hati (Siraman Hati Nurani) diselingi oleh ceramah yang disampaikan Ustadz Ngedumel (Ngedangdut malem-malem) Sapadut ( Selamat Pagi Dangdut) DANSA (Dangdut Siang) diselingi berbagai informasi siang terkini Romaniya (Request lagu Rhoma Irama) Service Hati (Siraman Hati Nurani) diselingi oleh ceramah yang disampaikan Ustadz Ngedumel (Ngedangdut malem-malem) Sapadut ( Selamat Pagi Dangdut) Komplit (Kompilasi lagu Pop Favorit) diselingi berbagai informasi siang terkini DANSA (Dangdut Siang) Poin Sore (Pop Indonesia sore) Poin Malam (Pop Indonesia malam) diselingi berbagai informasi malam terkini Ngedumel (Ngedangdut malem-malem) Sapadut ( Selamat Pagi Dangdut) Karaoke Live dan jumpa silaturahmi bersama Fans PORMA (Pop Rash Malaysia) diselingi salam sapa pendengar dan berbagai informasi malam terkini Ngedumel (Ngedangdut malem-malem)
26
Pada pertengahan tahun 2014 hingga saat penelitian berlangsung, Radio Komunitas R-One mengalami penurunan frekuensi penyiaran dan sumberdaya penyiar yang berkurang. Hal ini tidak terlepas dari kondisi internal radio karena koordinasi yang kurang berjalan baik antara pengelola dan masyarakat yang turut andil dalam pengelolaan radio. Berdasarkan wawancara, pengelola Radio Komunitas R-One (RN 38 tahun), mengakui bahwa penurunan frekuensi penyiaran ini diakibatkan oleh pemancar yang terbakar petir saat hujan deras beberapa minggu lalu. Hingga saat ini, Radio Komunitas R-One mengudara menggunakan pemancar cadangan seadanya sambil menunggu pengumpulan biaya untuk membeli pemancar yang baru. Selain itu, kurangnya sumberdaya penyiar disebabkan oleh mulai padatnya pekerjaan yang dimiliki beberapa penyiar sehingga banyak diantara mereka yang sudah ditetapkan jadwal siarannya secara bersama masih tidak sempat untuk melakukan siaran di Radio Komunitas R-One. Karakteristik Pendengar Gambaran umum yang diuraikan pada bagian ini adalah karakteristik pendengar yang ada pada Tabel 4. Karakteristik pendengar terdiri atas usia, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan kepemilikan media massa. Usia dibagi dalam tiga kategori, yaitu dewasa muda untuk responden yang berusia antara 19 sampai 30 tahun, dewasa pertengahan untuk responden yang berusia 31 sampai 49 tahun, dan dewasa tua untuk responden yang berusia lebih dari sama dengan 50 tahun. Pendidikan formal responden dibagi dalam tiga tingkatan, yaitu responden yang tidak pernah sekolah sampai yang tamat Sekolah Dasar (SD) masuk dalam kategori rendah, responden yang telah mengikuti pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai Sekolah Menengah Atas (SMA) dimasukkan dalam kategori menengah, dan responden yang pendidikan formalnya sampai pada tingkat Jenis akademik atau perguruan tinggi masuk dalam kategori tinggi. pekerjaan responden dibagi menjadi enam kategori, yaitu buruh, petani, guru, pegawai swasta, wirausaha, dan Ibu rumah tangga. Buruh adalah responden yang bekerja di sebuah pabrik atau perusahaan tertentu. Petani adalah responden yang bekerja di lahan pertanian. Guru adalah responden yang bekerja sebagai pengajar di sebuah sekolah. Pegawai swasta adalah responden yang bekerja di perusahaan tertentu. Wirausaha adalah responden yang bekerja sendiri, seperti berdagang atau lainnya. Ibu rumah tangga adalah responden yang tidak bekerja dan melaksanakan pekerjaan rumah tangga. Kepemilikan media massa terdiri atas lima kategori, yaitu televisi, radio, koran, majalah, dan akses internet. Usia responden terbanyak adalah kategori dewasa pertengahan yang menjadi pendengar Radio Komunitas R-One sebesar 52%. Sedangkan, kategori usia dewasa tua tergolong cukup rendah sebesar 10%. Hal tersebut menunjukan bahwa pendengar radio didominasi oleh kategori usia dewasa muda dan pertengahan, yaitu pemuda, ibu-ibu rumah tangga, dan bapak-bapak. Sebagaimana data usia responden yang dikumpulkan, 19 tahun merupakan usia responden yang paling rendah dan 68 tahun adalah usia responden yang paling tinggi. Sebesar 10% responden yang berusia dewasa tua masih aktif mendengarkan siaran radio dan ikut pada beberapa kegiatan off-air maupun on-air dengan alasan mempererat silaturahmi dengana masyarakat lainnya dan mencari hiburan.
27
Tabel 4 Jumlah dan Persentase pendengar berdasarkan karakteristik pendengar di Radio Komunitas R-One FM tahun 2014 Karakteristik Pendengar
Umur
Tingkat pendidikan
Jenis pekerjaan
Kepemilikan Media Massa
Kategori
Pendengar Radio Jumlah (Orang) 19
Persentase (%) 38,00
26
52,00
5
10,00
Rendah (Tamat SD) Menengah (SMP-SMA) Atas (Perguruan Tinggi)
10 34 6
20,00 68,00 12,00
Buruh Petani Guru Pegawai Swasta Wirausaha Ibu Rumah Tangga
11 4 6 10 6 13
22,00 8,00 12,00 20,00 12,00 26,00
Memiliki 4-5 media massa Memiliki 2-3 media massa Memiliki <2 media massa
8 42 0
16,00 84,00 0,00
Dewasa muda (19-30 tahun) Dewasa pertengahan (31- 49 tahun) Dewasa tua (≥50 tahun)
Pada Tabel 4, tingkat pendidikan pendengar Radio Komunitas R-One didominasi oleh responden dengan pendidikan terakhir tamat SMP dan SMAsebesar 68%. Kebanyakan dari mereka yang tamat SMP dan SMA merupakan ibu-ibu rumah tangga dan pekerja buruh. Mereka memutuskan untuk bekerja setelah tamat sekolah untuk membantu ekonomi keluarga. Sedangkan, untuk pendidikan dengan kategori tinggi adalah perguruan tinggi yang memperoleh skor rendah sebesar 12%. Perguruan tinggi yang dimaksud adalah responden telah tamat pendidikan D3 dan S1. Responden yang berpendidikan tinggi rata-rata adalah usia dewasa muda yang menyalurkan hobinya di radio komunitas. Jenis pekerjaan responden terdiri dari enam kategori dengan pekerjaan terbanyak adalah sebagai ibu rumah tangga sebesar 26%. Hal tersebut karena pendengar Radio Komunitas R-One didominasi oleh ibu-ibu rumah tangga yang memiliki waktu luang lebih banyak dibandingkan dengan responden lainnya. Sementara, pekerjaan pendengar dengan kategori rendah adalah sebagai petani sebesar 8%. Dari hasil wawancara dengan salah satu responden yang merupakan seorang ibu rumah tangga (RE 38 tahun) mengatakan bahwa mendengarkan radio di pagi hari merupakan hal yang paling menyenangkan sambil melakukan beberapa pekerjaan rumah, seperti menyapu, mengepel, dan menyetrika pakaian. Hiburan berupa program lagu dangdut alias Sapadut yang disiarkan Radio Komunitas ROne di pagi hari merupakan program siaran favorite dari kalangan ibu-ibu rumah tangga. Televisi dan radio merupakan media massa yang paling banyak dimiliki oleh responden. Terdapat beberapa macam radio yang dimiliki, tidak hanya melalui radio, mereka juga dapat mengakses radio melalui handphone walaupun sinyal
28
yang tertangkap kurang baik jika dibandingkan dengan mendengarkan langsung melalui radio. Gambar 4 merupakan rincian kepemilikan dan akses media massa responden (televisi, radio, koran, majalah, akses internet) yang merupakan pendengar Radio Komunitas R-One. Kepemilikan dan akses media massa responden pada media selain radio, terlihat tinggi pada media televisi dibanding dengan media massa lainnya seperti surat kabar, majalah, dan akses internet. Televisi menjadi media massa yang paling diminati, yaitu dengan frekuensi yang diakses hampir setiap harinya. Berbeda dengan televisi dan radio, media massa seperti surat kabar dan majalah kurang diakses oleh pendengar, yaitu kurang dari 20% responden tidak pernah memiliki dan mengakses media massa tersebut (surat kabar dan majalah). Terlihat sedikit perbedaan pada akses internet, hampir 40% responden dapat mengakses internet setiap harinya. Responden yang mengakses internet setiap hari adalah mereka yang usianya tergolong dewasa muda. Kepemilikan telepon seluler membuat reponden yang berusia dewasa muda lebih cepat dan mudah dalam mengakses internet. 120 100
100
100 80 60 36
40 20
10
18
0 Televisi
Radio
Surat Kabar
Majalah
Akses Internet
Gambar 4 Persentase Kepemilikan media massa pendengar Radio Komunitas R-One Responden yang dapat mengakses surat kabar dan majalah adalah responden yang memiliki aktivitas lain atau aktivitas pendukung dari pekerjaan tetapnya. Misalnya, responden tersebut sering bepergian ketempat umum, yang membuat mereka dapat membaca surat kabar atau majalah yang telah tersedia ditempat umum tersebut (seperti terminal, pasar, bus, stasiun, salon, dan lainnya). Adapun sumber responden dalam mengakses surat kabar dan majalah, yaitu dengan sesekali membeli atau meminjam surat kabar atau majalah milik orang lain. Tidak terdapat seorangpun responden yang mengakses surat kabar atau majalah secara berlangganan. Sebagian hanya ada yang mengakses dari internet melalui modem, handphone, dan berkunjung ke warung internet.
29
KETERDEDAHAN PADA SIARAN RADIO KOMUNITAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK PENDENGAR Frekuensi Mendengarkan Radio Komunitas Frekuensi mendengarkan radio komunitas adalah jumlah mendengarkan radio yang dihitung dari berapa hari dan berapa kali responden mendengarkan radio selama waktu yang ditentukan, yaitu dua minggu terakhir. Berdasarkan hasil yang diperoleh, skor tertinggi yang diperoleh adalah 14, artinya responden mendengarkan radio komunitas selama 14 hari atau setiap hari dalam dua minggu terakhir. Adapun skor terendah adalah 2 hari selama dua minggu. Terdapat tiga kategori tinggi, apabila jumlah skor berkisar antara 10 hingga 14 hari per dua minggu. Kemudian sedang, apabila jumlah skor berkisar antara enam hingga sembilan hari per dua minggu dan rendah apabila jumlah skor berkisar antara dua hingga lima hari per dua minggu. Tabel 5 menunjukkan secara rinci jumlah dan persentase pendengar radio berdasarkan frekuensi mendengarkan radio komunitas dalam satuan hari per dua minggu. Tabel 5 Jumlah dan persentase pendengar radio berdasarkan frekuensi mendengar radio komunitas dalam satuan hari per dua minggu di Radio Komunitas ROne tahun 2014 Frekuensi Jumlah Persentase (%) mendengarkan radio (hari per dua minggu) Tinggi (10-14) 33 66,00 Sedang (6-9) 12 24,00 Rendah (2-5) 5 10,00 Total 50 100,00 Persentase jumlah pendengar radio berdasarkan frekuensi mendengarkan radio komunitas dalam satuan hari per dua minggu tergolong tinggi sebesar 66%. Hal ini karena sebagian responden tidak pernah mengganti frekuensi siaran radio dengan frekuensi siaran radio lainnya. Radio yang mereka dengarkan setiap harinya sudah tetap pada frekuensi Radio Komunitas R-One yaitu 94.5 FM. Sementara, sekitar 24% responden tergolong sedang dan sebanyak 10% tergolong rendah. Responden yang frekuensi mendengarkan radionya tergolong rendah disebabkan pada saat penelitian dilakukan mereka memiliki kesibukan dan waktu luang yang sedikit sehingga membuat mereka tidak dapat mendengarkan radio pada saat itu. Selain data hari per dua minggu, data frekuensi mendengarkan siaran Radio Komunitas R-One juga diolah dalam satuan kali selama dua minggu. Tabel menunjukkan jumlah pendengar radio berdasarkan frekuensi mendengarkan radio komunitas dalam satuan kali per dua minggu. Skor tertinggi adalah 28, artinya responden mendengarkan radio komunitas sebanyak 28 kali selama dua minggu, sementara skor terendah adalah 4, artinya responden mendengarkan radio komunitas sebanyak 4 kali dalam dua minggu. Berdasarkan Tabel 6, persentase jumlah pendengar radio berdasarkan frekuensi mendengarkan radio komunitas
30
dalam satuan kali per dua minggu tergolong tinggi. Frekuensi tersebut merupakan akumulasi dari jumlah mendengarkan hari selama dua minggu. Tabel 6 Jumlah dan persentase pendengar radio berdasarkan frekuensi mendengar radio komunitas dalam satuan kali per dua minggu di Radio Komunitas ROne tahun 2014 Frekuensi mendengarkan radio Jumlah Persentase (%) (kali per dua minggu) Tinggi (20-28) 28 56,00 Sedang (12-19) 15 30,00 Rendah (4-11) 7 14,00 Total 50 100,00 Frekuensi mendengarkan radio dalam satuan kali per dua minggu terdiri dari kategori tinggi, sedang, dan rendah. Kategori tinggi dalam mendengarkan radio komunitas memiliki arti bahwa responden telah mendengarkan radio komunitas sebanyak 20 sampai 27 kali per dua minggu, rata-rata sebanyak dua sampai tiga kali dalam sehari dengan distribusi waktu yang berbeda per harinya. Tingginya frekuensi mendengarkan mereka karena adanya faktor kedekatan yang dimiliki radio komunitas dengan anggota komunitasnya, salah satunya adalah lokasi studio radio komunitas yang berada satu lingkup dengan lingkungan tempat tinggal mereka. Hal tersebut diungkapkan oleh responden, yaitu Ni (38 tahun) “Rumah saya cukup dekat dari sini, jadi saya kalo jenuh di rumah dengerin radio saya suka main ke studio sekalian ketemu temen-temen yang lainnya, itu juga kalo pada kumpul. Jadi kalo ditanya sering atau tidaknya mendengarkan radio R-One ya pasti sering karena radio dekat dari rumah dan lebih gampang kalo mau request lagu yang saya suka. Hehehehe”.
Selain lokasinya yang dekat, program siaran yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pendengarnya terutama mengenai kebutuhan hiburan. Oleh karena itu, beberapa ibu rumah tangga mendengarkan Radio Komunitas R-One hampir setiap hari khususnya pada pagi hari saat program siaran Sapadut (Selamat Pagi Dangdut). Selain itu, frekuensi mendengarkan siaran radio komunitas juga sering terjadi di siang hari pada program siaran Dansa (Dangdut Siang) yakni pada jam istirahat dan makan siang pendengar. Hal tersebut juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Atika (2013). Tingginya frekuensi mendengarkan radio komunitas pada pendengar Radio Remaja dan Radio Whisnu dipengaruhi oleh karakteristik dari radio komunitas yaitu media yang memiliki kedekatan dengan anggota komunitasnya, karena didirikan dan dikelola oleh mereka. Faktor kedekatan juga diungkapkan oleh Rachmiatie (2007), bahwa adanya faktor kedekatan (proximity) baik secara fisik, dimana studio berada dalam lingkungan tempat tinggal mereka maupun secara psikis yang menyiarkan informasi lebih sesuai dengan kebutuhan mereka.
Durasi Mendengarkan Radio Komunitas
31
Durasi adalah lamanya responden mendengarkan radio komunitas yang dihitung dalam satuan berapa jam dalam dua minggu dan berapa jam dalam sehari seorang responden mendengarkan radio komunitas. Berdasarkan data yang diperoleh, skor tertinggi yang memiliki responden adalah 70 sampai 49, artinya responden mendengarkan radio komunitas selama 49 sampai 70 jam dalam dua minggu. Skor sedang yang dimiliki responden adalah 28 sampai 48, artinya jumlah lama mendengarkan radio responden selama 28 sampai 48 jam dalam dua minggu. Sementara, skor terendah adalah 7 yang artinya responden mendengarkan radio komunitas selama 7 jam dalam dua minggu. Tabel 7 menunjukan secara rinci jumlah dan persentase pendengar radio komunitas berdasarkan durasi mendengarkan radio komunitas dalam satuan jam per dua minggu. Tabel 7 Jumlah dan persentase pendengar pendengar radio berdasarkan durasi mendengar radio komunitas dalam satuan jam per dua minggu di Radio Komunitas R-One tahun 2014 Durasi mendengarkan radio (jam per dua minggu) Tinggi (49-70) Sedang (28-48) Rendah (7-27) Total
Jumlah 33 11 6 50
Persentase (%) 66,00 22,00 12,00 100,00
Persentase jumlah pendengar radio berdasarkan durasi mendengarkan radio komunitas tergolong tinggi sebesar 66%. Hal ini menunjukan bahwa responden mendengarkan radio komunitas selama 49 sampai 70 jam per dua minggu. Beberapa responden mengatakan bahwa mereka mendengarkan radio paling lama di siang hari yang didominasi oleh pendengar remaja dan ibu-ibu rumah tangga sedangkan malam hari didominasi oleh pendengar bapak-bapak. Sementara, sekitar 22% responden mendengarkan radio dengan durasi berkategori sedang dan sebesar 12% responden mendengarkan radio dengan durasi berkategori rendah. Beberapa responden yang berkategori rendah dalam durasi mendengarkan disebabkan oleh sempitnya waktu luang yang dimiliki. Selain itu, beberapa dari mereka ada pula yang lebih senang berkumpul di studio langsung dibandingkan harus mendengarkan radio dirumah saja. Tabel 8 Jumlah dan persentase pendengar radio berdasarkan durasi mendengar radio komunitas dalam satuan jam per hari di Radio Komunitas R-One tahun 2014 Durasi mendengarkan radio (jam per hari) Tinggi (6-7) Sedang (3-5) Rendah (1-2) Total
Jumlah
Persentase (%)
21 19 10 50
42,00 38,00 20,00 100,00
32
Jumlah pendengar radio berdasarkan durasi mendengarkan radio komunitas dalam satuan hari, secara rinci ditunjukan pada Tabel 8. Skor tertinggi adalah 7, artinya responden mendengarkan radio komunitas selama 7 jam per hari, sementara skor terendah adalah 2 jam per hari. Persentase jumlah pendengar radio berdasarkan durasi mendengarkan radio komunitas dalam sehari tergolong tinggi sebesar 42%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendengar Radio Komunitas R-One mendengarkan radio komunitas 6 sampai 7 jam dalam sehari. Tingginya durasi mendengarkan radio komunitas rata-rata berada pada jam 09.00 pagi sampai dengan jam 16.00 sore. Waktu tersebut adalah waktu luang yang digunakan oleh responden untuk beristirahat setelah melakukan aktivitas seperti bekerja, melakukan pekerjaan rumah, dan lainnya. Pada waktu tersebut program siaran yang disiarkan adalah Dansa (Dangdut Siang) dan Poin Sore. Kedua program tersebut adalah program hiburan yang didominasi oleh musik. Berbagai informasi juga disiarkan ditengahtengah siaran seperti informasi cuaca, tips kesehatan, zodiak, dan lainnya. Tingginya durasi mendengarkan radio komunitas juga dialami oleh Radio Pertanian Ciawi. Penelitian yang dilakukan oleh Tede (2012) menyatakan kebanyakan petani mendengarkan siaran RPC pada sore hari setelah mereka melakukan pekerjaan di sawah pada pagi harinya. Selain program siaran berisi hiburan, mereka juga mendapatkan program siaran seputar informasi pertanian. Selain itu, Tripambudi (2011) menjelaskan berdasarkan hasil penelitiannya di beberapa radio, jam siaran antara jam 15.00-24.00 banyak didengarkan masyarakat komunitas di pos ronda. Pada waktu sore hingga malam hari merupakan waktu siaran yang tepat menemani pendengar yang sedang beristirahat setelah melakukan aktivitas bekerja.
Pilihan Acara Pilihan acara merupakan salah satu bagian dari variabel keterdedahan pendengar pada siaran Radio Komunitas R-One. Pilihan acara yang dimaksud adalah acara yang dipilih oleh responden untuk didengarkan selama dua minggu. Tabel 9 menunjukkan secara rinci jumlah pendengar radio komunitas berdasarkan pilihan acara pada Radio Komunitas R-One. Program acara pada siaran Radio Komunitas R-One sebagian besar menyertakan lagu dangdut. Lagu dangdut sangat populer di masyarakat desa, khususnya Desa Susukan. Acara yang bersifat informatif seperti informasi desa, pemerintahan daerah, kesehatan, pendidikan, olahraga, dan lainnya tidak didengarkan oleh responden dalam sebuah program acara tersendiri. Jenis acara informasi dapat didengarkan diantara sajian acara yang disiarkan, dengan kata lain program acara yang bersifat informatif tidak berdiri sendiri sebagai sebuah program acara, namun di selipkan di antara program acara yang disiarkan. Acara Dangdut Siang menjadi populer pada Radio Komunitas R-One dibandingkan acara lainnya, yaitu dengan jumlah pendengar sebesar 88%. Acara Dangdut siang disiarkan pada siang hari ketika waktu istirahat setelah melakukan aktivitas rumah tangga atau pekerjaan lainnya, sehingga dapat menemani pendengarnya setelah lelah beraktivitas. Acara Service Hati memiliki pendengar yang jumlahnya kecil sebesar 20%. Selain konten religi dan waktu siaran yang hanya ada setiap satu minggu sekali, acara Service Hati memiliki jumlah pendengar
33
yang rendah. Hal tersebut disebabkan oleh acara Service Hati yang terkadang tidak melakukan siaran karena penyiarnya memiliki kesibukan lain, serta bintang tamu yang sulit hadir, sehingga tidak dapat melalukan siaran. Sebagai pengelola radio, RN (42 tahun) mengungkapkan: “Acara service hati itu isinya tentang siraman rohani yang biasanya ada bintang tamu dari ustadz-ustadz kondang, hanya saja sudah beberapa bulan setelah lebaran ustadz yang biasa mengisi punya kesibukan lain sehingga susah untuk hadir, jadi acaranya juga ga berjalan lancar seperti biasanya”.
Tabel 9 Jumlah pendengar radio komunitas berdasarkan pilihan acara pada Radio R-One tahun 2014 Pilihan Acara Dansa Poin Malam Karoke Live Sapadut Ngedumel Komplit Poin Sore Service Hati
Isi Siaran
Waktu Siaran
Pendengar (%)
Dangdut Siang diselingi berbagai informasi siang terkini dan tips-tips Pop Indonesia malam diselingi berbagai informasi malam terkini Pemutaran musik karoke, karoke bersama yang disiarakan diradio. Pemutaran lagu-lagu dangdut diselingi berbagai informasi dan tips-tips Pemutaran lagu dangdut dimalam hari diselingi informasi malam Kompilasi lagu Pop Favorite diselingi berbagai informasi siang terkini Pemutaran lagu pop Indonesia sore
13.00 – 15.30 WIB
88,00
19.30 – 21.00 WIB
84,00
13.00 – 17.30 WIB
66,00
08.00 – 10.00 WIB
60,00
21.00 – 01.00 WIB
54,00
10.00 – 13.00 WIB
50,00
15.30 – 17.30 WIB
40,00
Siraman Hati Nurani diselingi oleh ceramah yang disampaikan Ustadz
19.30 – 21.00 WIB
20,00
Salah satu program siaran yang unik, berbeda dengan program siaran lainnya, serta digemari oleh pendengar adalah Karaoke Live. Karaoke Live merupakan program siaran on-air dan off-air yang dilakukan setiap seminggu sekali. Dikatakan on-air karena pendengar yang sedang berkaraoke akan disiarkan langsung diradio sambil memberikan sedikit salam-salam untuk keluarga dan kerabat. Sedangkan off-air karena program siaran tersebut diadakan langsung (live) di studio R-One. Beberapa pendengar ada yang datang langsung untuk sekadar berkumpul bersama teman-teman pendengar lainnya dan berkaraoke bersama. Mereka juga mengajak pendengar lainnya yang memiliki waktu luang agar berkumpul bersama di studio. Hal ini membuat mereka menjadi dekat satu sama lain walaupun hanya sebagai komunitas pendengar radio komunitas. Fungsi radio komunitas sebagaimana yang diungkapkan Fraser dan Estrada (2001) diantaranya menyediakan program khusus yang disesuaikan dengan identitas dan karakter dari komunitas tersebut, belum terlihat sepenuhnya pada pilihan acara dari Radio Komunitas R-One. Pilihan acara lebih banyak didominasi oleh acara hiburan berupa musik. Walaupun pilihan acara pada Radio Komunitas R-One belum beragam, namun ada beberapa program acara yang sudah menunjukkan salah satu fungsi dari radio komunitas, yaitu menciptakan berbagai pendapat dan opini di udara. Beberapa acaranya yang diselipkan beragam informasi menjadikan pendengar bisa lebih interaktif dan berbagi aspirasi dengan pendengar lainnya melalui telepon atau pesan singkat (SMS).
34
Analisis Hubungan Karakteristik Pendengar dengan Keterdedahan pada Siaran Radio Komunitas Karakteristik pendengar berhubungan nyata dengan keterdedahan pada siaran radio komunitas, dalam hal ini frekuensi dan durasi. Tabel 10 menunjukan nilai koefisien korelasi karakteristik pendengar dengan keterdedahan pada siaran radio komunitas. Faktor yang memiliki hubungan nyata dengan frekuensi hari per dua minggu dan kali per dua minggu mendengarkan adalah usia dengan nilai koefisien korelasi, yaitu -0.349 dan -0.380. Nilai tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang sangat nyata antara usia dengan frekuensi mendengarkan, tetapi hubungan yang ada bersifat tidak searah. Hal tersebut menunjukkan semakin tua usia seorang responden maka semakin rendah frekuensi dalam mendengarkan radio komunitas, begitupula sebaliknya. SP (68 tahun) mengungkapkan: “Kalau udah tua gini dengarin radio yang isinya dominan lagu-lagu gitu ga bisa lama dan sering neng, suka pusing. Saya lebih suka main langsung ke studio, ngobrol sama temen-temen radio yang lain berbagi pengalaman sekalian ngajarin yang muda-muda biar bisa menyiarkan informasi di radio yang berkualitas dan bermanfaat bagi orang lain”
Faktor usia juga berhubungan nyata dengan durasi jam perdua minggu mendengarkan radio komunitas, sebab nilai signifikansi menunjukkan lebih kecil dari α (0.05) dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0.288. Nilai tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan yang nyata antara usia dengan durasi mendengarkan, tetapi hubungan yang ada sifatnya tidak searah. Hal tersebut menunjukan bahwa semakin tua umur seorang responden maka semakin rendah durasi mendengarkannya, begitupula sebaliknya. Tabel 10 Nilai koefisien kolerasi karakteristik pendengar dengan frekuensi dan durasi mendengarkan radio komunitas Karakteristik Pendengar
Frekuensi hari/dua minggu Koef. Sig Korelasi
Nilai Koefisien Korelasi Frekuensi kali/dua Durasi jam/hari minggu Koef. Koef. Sig Sig Korelasi Korelasi
Durasi jam/dua minggu Koef. Sig Korelasi
Usia -0.349** 0.013 -0.380** 0.007 -0.235 0.100 -0.288* 0.042 Tingkat -0.114 0.430 -0.046 0.751 0.195 0.175 -0.166 0.250 Pendidikan Kepemilikan Media 0.080 0.580 0.160 0.267 0.090 0.535 0.077 0.595 Massa **nilai koefisien korelasi signifikan pada α=0.01; *nilai koefisien korelasi signifikan pada α= 0.05
Tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan dengan frekuensi dan durasi mendengarkan radio komunitas sebab nilai signifikansi menunjukan lebih besar dari α (0.05) yakni 0.430, 0.751, 0.175, dan 0.250 dengan nilai koefisien korelasi 0.114, 0.751, 0.195, dan -0.166. Tinggi atau rendahnya tingkat pendidikan responden tidak berhubungan dengan banyak atau lamanya mendengarkan radio komunitas. Kepemilikan media massa juga tidak memiliki hubungan dengan
35
frekuensi dan durasi sebab nilai signifikansi menunjukkan lebih besar dari α (0.05), yakni 0.580, 0.267, 0.535, dan 0.595 dengan nilai koefisien korelasi 0.080, 0160, 0.090, dan 0.077. Hal tersebut berarti banyak atau sedikitnya media massa yang dimiliki responden tidak berhubungan dengan banyak atau lamanya responden mendengarkan radio komunitas. MJ (38 tahun) mengungkapkan: “.....Kalau sedang di rumah saya biasanya mendengarkan radio langsung melalui radio tape, tapi kadang juga saya suka dengerin di rumah tetangga atau datang langsung ke studio R-One sekalian main kan deket ini dari rumah saya. Jadi ya ngedengerinnya bisa dimana aja ga harus pake radio punya sendiri”.
Kepemilikan media massa tidak berhubungan dengan banyak atau lamanya responden mendengarkan radio komunitas karena responden mengaku mereka bisa saja mendengarkan ditempat lain bersama-sama dengan keluarga, tetangga, atau teman. Tidak harus dengan media massa yang dimilikinya di rumah. Selain itu, lokasi studio R-One yang tidak terlalu jauh dengan rumah beberapa responden menjadikan mereka bisa kapan saja mengunjungi Radio Komunitas R-One untuk mendengarkan atau sekadar bertemu dengan teman-teman komunitas radio lainnya. Analisis terhadap jenis pekerjaan responden yang jenis datanya adalah nominal dilakukan dengan uji Chi Square melalui tabel silang (Crosstabs). Hal tersebut dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan atau tidak antara jenis pekerjaan dengan frekuensi dan durasi mendengarkan radio komunitas. Tabel 11 menunjukkan nilai uji Chi Square jenis pekerjaan responden dengan frekuensi dan durasi pendengar. Tabel 11 Nilai Uji Chi Square jenis pekerjaan pendengar dengan frekuensi dan durasi mendengarkan Radio Komunitas R-One Uji Chi Square jenis pekerjaan dengan Frekuensi hari/dua minggu Frekuensi kali/dua minggu Durasi jam/hari Durasi jam/ dua minggu
Nilai Koefisien Chi Square 13.952 15.922 12.684 18.211
Sig. 0.175 0.102 0.242 0.052
Untuk mengetahui terdapat hubungan atau tidak antara status pekerjaan pendengar dengan frekuensi dan durasi mendengarkan radio komunitas adalah dengan melihat nilai koefisien Chi Square pada signifikansi 0.05. Jika nilai koefisien Chi Square dengan nilai signifikansi (p) <0.05, maka terdapat hubungan. Jika nilai koefisien Chi Square dengan nilai signifikansi (p) >0.05, maka tidak terdapat hubungan. Berdasarkan nilai uji sebagaimana ditunjukan pada Tabel 11, frekuensi mendengarkan radio komunitas hari per dua minggu dan kali per dua minggu tidak berhubungan dengan status pekerjaan responden. Nilai koefisien korelasi uji nonparametik Chi Square dituliskan dengan X2(3, N = 50) = 13.952 dan 15.922; p >0.05 yaitu 0.175 dan 0.102. Hal tersebut menunjukkan frekuensi mendengarkan hari per dua minggu dan kali per dua minggu tidak berhubungan dengan status pekerjaan responden. Begitu pula dengan durasi mendengarkan radio komunitas jam per hari dan jam per dua minggu, tidak berhubungan dengan status pekerjaan responden. Nilai koefisien korelasi uji non-parametik Chi Square dituliskan dengan
36
X2(3, N = 50) = 12.684 dan 18.211; p >0.05 yaitu 0.242 dan 0.052. Hal tersebut menunjukkan status pekerjaan apapun yang dimiliki responden, tidak menentukan pada banyak dan lamanya mereka mendengarkan radio komunitas. Bagian ini menguraikan karakteristik pendengar menurut pilihan acara Radio Komunitas R-One. Untuk mengetahui pilihan acara yang didengarkan responden, dalam instrumen penelitian terdapat pilihan acara yang didengarkan selama dua minggu oleh pendengar pada saat pengisian kuisioner. Berdasarkan data tersebut diuraikan karakteristik pendengar yang terdiri dari usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan kepemilikan media massa menurut pilihan acara. Tabel 12 menunjukkan jumlah pendengar berdasarkan karakteristik pendengar menurut pilihan acara Radio Komunitas R-One. Berdasarkan pada Tabel 12, pilihan acara Sapadut didominasi oleh usia dewasa pertengahan, yaitu usia pendengar 31-49 tahun. Program siaran Sapadut menyajikan berbagai musik dangdut, tips-tips, dan informasi di pagi hari, seperti informasi cuaca dan lainnya. Siaran ini biasanya didengarkan sebelum responden menjalankan aktivitasnya seperti bekerja dan mengantar anak pergi sekolah. Program siaran Sapadut didominasi oleh responden yang jenis pekerjaannya sebagai pegawai swasta dan ibu rumah tangga. Siaran di pagi hari sangat cocok untuk menemani pendengar yang sedang bersiap-siap untuk pergi bekerja dan untuk menemani ibu-ibu rumah tangga membersihkan rumah atau mengantar anak pergi ke sekolah. Oleh karena itu, program siaran Sapadut ini dikemas dengan berbagai musik, tips, dan informasi yang dapat bermanfaat bagi pendengarnya serta memberikan semangat untuk menjalankan aktivitas. Kepemilikan media massa memiliki porsi yang hampir seimbang dalam mendengarkan program siaran Sapadut, yaitu 13 orang untuk kepemilikan media massa sedang dan 17 orang untuk yang memiliki kepemilikan media massa tinggi. Program acara Komplit didominasi oleh pendengar usia dewasa muda, yaitu usia pendengar 19–30 tahun. Program siaran Komplit menyajikan berbagai musik pop beserta tips-tips. Siaran ini biasa didengarkan responden menjelang siang hari saat menjalankan aktivitas bekerja atau lainnya. Kebanyakan dari responden yang mendengarkan bekerja sebagai pegawai swasta dan buruh. Mereka mendengarkan disela-sela menjelang jam istirahat bekerja. Responden mengaku acara Komplit ini menjadi acara yang ditunggu menjelang istirahat, bahkan mereka menjadikan program siaran ini sebagai tanda jelang waktu istirahat dari pekerjaan. Oleh karena itu, program siaran Komplit ini banyak didengarkan responden melalui handphone atau radio di tempat mereka bekerja. Kepemilikan media massa memiliki porsi yang kurang seimbang dalam mendengarkan program siaran Komplit, yaitu 16 orang untuk kepemilikan media massa sedang dan 9 orang untuk yang memiliki kepemilikan media massa tinggi. Program acara Dansa merupakan program acara paling favorite di Radio Komunitas R-One. Program ini menyajikan berbagai musik dangdut, informasi siang, dan tips-tips di siang hari. Program ini banyak didengarkan oleh responden berusia dewasa pertengahan, yaitu usia 31-49 tahun. Program siaran juga digemari oleh ibu-ibu rumah tangga dan buruh. Beberapa responden mengatakan bahwa jika sedang tidak ada pekerjaan atau menunggu jadwal anak pulang sekolah mereka selalu mendengarkan siaran Dansa dan ikut memberikan salam-salam atau informasi melalui pesan singkat atau telepon. Pada jadwal siaran siang menjelang sore, kegiatan me-request musik banyak dilakukan oleh pendengar baik melalui
37
pesan singkat atau telepon ke Radio Komunitas R-One. Kepemilikan media massa memiliki porsi seimbang dalam mendengarkan program siaran Dansa, yaitu 22 orang untuk kepemilikan media massa sedang dan 22 orang untuk yang memiliki kepemilikan media massa tinggi. Tabel 12 Jumlah pendengar berdasarkan karakteristik pendengar menurut pilihan acara di Radio Komunitas R-One Tahun 2014 Karakteristik Pendengar
Pilihan Acara Pendengar (Orang) Point Service Point Dansa sore hati malam
Ngedumel
Karoke live
5
2
2
7
19
16
18
8
1
18
9
13
5
1
2
4
5
4
21
29
15
5
30
19
22
7
10
4
3
8
3
7
3
6
4
0
6
7
5
9
8
7
5
10
7
12
4 5
2 13
3 3
1 1
10 9
2 8
6 5
2
12
2
2
4
2
3
2
3
1
1
3
1
2
9
22
10
6
23
17
15
16
22
10
4
19
10
18
Sapadut
Komplit
2
1
5
2
2
16
10
23
10
12
14
16
2
2
21 7
Usia Dewasa Tua (>50 tahun) Dewasa Pertengahan (31-49 tahun) Dewasa Muda (19-30 tahun) Pendidikan Pengguruan Tinggi SMP & SMA Tamat SD Status Pekerjaan
Wirausaha 2 Pegawai 13 Swasta Guru 2 Buruh 2 Ibu Rumah 9 Tangga Petani 2 Kepemilikan Media Massa Kepemilikan media massa 13 tinggi Kepemilikan media 17 sedang
Pilihan acara selanjutnya adalah Poin Sore. Program siaran ini banyak didengarkan oleh responden berusia dewasa pertengahan, yaitu usia 31-49 tahun. Program siaran ini menyajikan berbagai musik dangdut menjelang sore hingga malam hari. Program ini digemari oleh kebanyakan responden yang bekerja sebagai pegawai swasta. Jadwal siarannya yang sesuai dengan jadwal selesai bekerja responden menjadikan mereka terhibur dengan berbagai alunan musik dangdut yang disiarkan sembari melepas lelah sehabis pulang bekerja. Kepemilikan media massa memiliki porsi seimbang dalam mendengarkan program siaran Poin Sore, yaitu 10 orang untuk kepemilikan media massa sedang dan 10 orang untuk yang memiliki kepemilikan media massa tinggi.
38
Program siaran Service hati merupakan program siaran rohani atau keagamaan satu-satunya yang disiarkan di Radio Komunitas R-One setiap seminggu sekali di hari Kamis sore. Siaran ini banyak didengarkan oleh responden berusia dewasa pertengahan, yaitu usia 31-49 tahun. Siaran ini terdiri dari kegiatan keagamaan, seperti ceramah, mengaji Al-Qur’an, dan membahas berbagai hadisthadist. Siaran ini biasanya mengundang tamu siaran seperti ustadz-ustadz ternama di daerah sekitar untuk membahas seputar topik-topik tertentu. Responden yang mendengarkan dominan bekerja sebagai pegawai swasta. Mereka mengaku siaran ini merupakan siaran yang memperkaya pengetahuan mereka mengenai keagamaan, namun karena pengisi acara atau ustadz-ustadz yang mengisi jarang menghadiri jam siaran membuat mereka sedikit kecewa. Beberapa siaran banyak yang diulang oleh penyiar Radio Komunitas R-One. Hal tersebut membuat pendengar yang ingin bertanya, tidak dapat berkomunikasi melalui pesan singkat atau telepon karena siaran tersebut merupakan siaran ulangan. Permasalahan sumber daya penyiar juga dialami oleh sejumlah radio komunitas yang ada di Indonesia, diantaranya sebagaimana diungkapkan oleh Masduki (2004), bahwa salah satu masalah terbesar radio komunitas di Indonesia yaitu persoalan SDM, terjadinya ketergantungan figur informal leader sehingga mempengaruhi konsistensi siaran setiap hari. Program siaran Poin malam merupakan program yang disiarkan di malam hari untuk menemani pendengarnya yang sedang istirahat setelah menjalankan berbagai aktivitas di siang harinya. Program siaran ini terdiri atas berbagai musik dangdut dan terkadang informasi mengenai olahraga. Program siaran ini banyak didengarkan oleh pendengar yang berusia dewasa menengah, yaitu usia 31-49 tahun dengan dominan pekerjaan sebagai guru, buruh, dan pegawai swasta. Program siaran selanjutnya, yaitu Ngedumel. Program siaran ini merupakan program siaran yang ditujukan untuk menemani pendengar yang sedang begadang atau masih melakukan aktivitas hingga malam hari. Program ini banyak didengarkan oleh pendengar yang berusia dewasa menengah, yaitu usia 31-49 tahun. Program ini menyiarkan berbagai aliran musik dangdut. Oleh karena itu, rata-rata pendengar memiliki status pekerjaan sebagai buruh, wirausaha, dan pegawai swasta yang dominan senang begadang di malam hari. Selain memutarkan musik bernuansa dangdut, beberapa responden mengaku sering me-request musik melalui pesan singkat atau telepon. Siaran Ngedumel ini aktif menemani pendengarnya sampai dengan pukul 01.00 dini hari. Program siaran yang terakhir adalah Karaoke Live yang merupakan satusatunya program siaran off-air yang diadakan setiap seminggu sekali di hari Minggu. Kegiatan ini banyak digemari oleh responden yang berusia dewasa menengah,yaitu usia 31-49 tahun. Namun, tidak menutup kemungkinan remaja serta orang tua ikut berkumpul saat program Karaoke Live di Radio Komunitas ROne. Program ini merupakan program karaoke yang disiarkan langsung di Radio Komunitas R-One. Beberapa responden yang bergabung dalam program mingguan ini dominan bekerja sebagai pegawai swasta. Mereka menyempatkan untuk hadir langsung ke Radio Komunitas R-One untuk mengikuti program ini. Terdapat pula responden yang mengikuti program Karaoke Live ini melalui telepon. Program ini sangat digemari oleh pendengarnya karena dapat meningkatkan rasa kebersamaan mereka sebagai pendengar Radio Komunitas R-One satu sama lainnya.
39
Berdasarkan nilai koefisien korelasi Rank Spearman, nilai uji Chi Square, dan hasil tabel tabulasi silangkarakteristik pendengar dan keterdedahan siaran radio komunitas, sebagaimana ditujukan pada Tabel 10, Tabel 11, dan Tabel 12, maka dapat dinyatakan bahwa Hipotesis penelitian 1 di tolak, yaitu karakteristik pendengar tidak berhubungan nyata dengan keterdedahan siaran radio komunitas.
40
PARTISIPASI DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK PENDENGAR Partisipasi adalah keterlibatan responden dalam berbagai bentuk keterlibatan pendengar di radio komunitas meliputi perencanaan penyelenggaraan radio komunitas, pendanaan radio komunitas, pelaksanaan program siaran, dan evaluasi terhadap siaran radio komunitas. Partisipasi Pendengar dalam Perencanaan Radio Komunitas R-One Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat partisipasi pendengar pada perencanaan Radio Komunitas R-One. Perencanaan meliputiketerlibatan pendengar pada rapat persiapan siaran, pengambilan keputusan, pengadaan alat siaran, pemilihan materi siaran, pemilihan penyiar, dan penetapan jadwal siaran. Tingkat partisipasi dalam bentuk perencanaan dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, apabila jumlah skor berkisar antara 21 hingga 28. Kemudian sedang, apabila jumlah skor berkisar antara 14 hingga 20 dan rendah apabila jumlah skor berkisar antara tujuh hingga 13. Tabel 13 Jumlah dan persentase pendengar berdasarkan tingkat partisipasi pada perencanaan penyelenggaraan Radio Komunitas R-One Tahun 2014 Tingkat Partisipasi pada Perencanaan Tinggi (21-28) Sedang (14-20) Rendah (7-13) Total
Jumlah
Persentase (%)
2 10 38 50
4,00 20,00 76,00 100,00
Data pada Tabel 13 menunjukkan bahwa sebagian besar responden, yakni 38 orang responden atau 76% memiliki tingkat partisipasi yang rendah pada perencanaan. Hal ini karena sebagian besar responden setuju akan terselenggaranya Radio Komunitas R-One, namun responden tidak terlibat dalam perencanaan penyelenggaraannya. Hal ini terlihat dari sebagian besar responden yang tidak ingin terlibatdalam mengikuti rapat perencanaan penyelenggaraan Radio Komunitas ROne. Berdasarkan hasil wawancara, responden mengaku tidak ingin mengikuti rapat karena sibuk dengan kegiatan dan pekerjaan yang mereka miliki. Kesetujuan mereka dalam penyelenggaraan radio terlihat dari respon mereka mendengarkan Radio Komunitas R-One, dengan kata lain mereka hanya menjadi pendengar pasif saja, seperti yang dinyatakan oleh responden (Ren, 40 tahun) berikut ini: “.....Kalo ikut rapat gitu mah males mba, saya sih setuju-setuju aja ada radio komunitas ini selama bermanfaat bagi masyarakat sekitar sini dan tidak mengganggu. Kalo ada rapat gitu tau, tapi waktu rapatnya malem sih saya kan juga banyak kegiatan lain yang harus diurus jadi saya putuskan ga pernah ikut rapat”.
Sebanyak 10 orang responden atau 20% memiliki tingkat partisipasi sedang pada perencanaan. Hal tersebut terlihat dari keterlibatan responden dalam rapat
41
perencanaan yang diselenggarakan, yakni kurang dari tiga kali selama tahun 2013/2014. Beberapa alasan responden jarang mengikuti rapat yang diselengarakan karena sibuk dengan waktu bekerja, sedangkan jadwal rapat banyak diselenggarakan pada malam hari yang membuat beberapa responden tidak dapat mengikutinya karena harus bekerja pada esok harinya. Senada dengan hal tersebut, responden juga kurang terlibat dalam menetapkan penyiar, materi siaran, dan jadwal siaran. Hal ini tidak terlepas dari kehadiran yang minim pada rapat perencanaan penyelenggaraan Radio Komunitas R-One sehingga mereka pun menjadi kurang terlibat dalam menetapkan penyiar, materi siaran, dan jadwal siaran yang biasanya dirumuskan dalam rapat. Lain halnya dengan 2 orang responden atau 4 persen yang memiliki tingkat partisipasi tinggi. Data menunjukkan bahwa, responden setuju akan terselenggaranya Radio Komunitas R-One dan terlibat secara aktif dalam perencanaan penyelenggaraan Radio Komunitas R-One. Keterlibatan aktif pendengar terlihat dari hadirnya pendengar dalam rapat perencanaan penyelenggaraan Radio Komunitas R-One lebih dari tiga kali pertemuan rapat. Selain itu, responden yang memiliki tingkat partisipasi tinggi pada perencanaan juga menyatakan ikut terlibat secara aktif dalam menetapkan penyiar, materi siaran, dan jadwal siaran. Hal ini karena pada saat rapat perencanaan perihal penetapan penyiar, materi siaran, dan jadwal siaran berlangsung, responden ikut memberikan pendapat dalam penyelenggaraan Radio Komunitas R-One. Pengambilan keputusan yang lebih rutin dilakukanoleh pimpinan radio. Responden seringkali hanya berperan dalam memberikan ide atau masukan untuk kemajuan radio kedepannya, yakni berupa diskusi-diskusi kelompok namun keputusan akhir tetap berada di tangan pimpinan radio. Partisipasi Pendengar dalam Pendanaan Radio Komunitas R-One Bentuk partisipasi lainnya yang dinilai adalah pendanaan, yaitu keterlibatan pendengar dalam pembiayaan operasional radio yang meliputi iuran harian/bulanan dan sumbangan untuk kegiatan serta pengelolaan radio komunitas. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk pendanaan di Radio Komunitas R-One dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, apabila jumlah skor berkisar antara 12 hingga 16. Kemudian, sedang, apabila jumlah skor berkisar antara delapan hingga 11 dan rendah apabila jumlah skor berkisar antara empat hingga tujuh. Data pada Tabel 14 menunjukkan bahwa mayoritas responden sebesar 59% memiliki tingkat partisipasi yang rendah pada pendanaan. Sebagian besar responden tidak pernah menyumbang secara langsung untuk kas Radio Komunitas R-One. Hal tersebut karena banyak responden yang tidak ingin membayar iuran setiap bulannya dengan alasan banyak pengeluaran dan pekerjaan mereka yang masih tergolong belum tetap. Mereka hanya memberikan sumbangan pribadi sewaktu-waktu saja. Sedangkan, sebesar 37% responden memiliki tingkat partisipasi yang sedang pada pendanaan. Keterlibatan responden dalam membayar iuran dan memberikan sumbangan pribadi tergolong jarang, yakni kurang dari tiga kali selama tahun 2014. Responden mengaku mereka jarang sekali membayar iuran, namun jika pengumpulan sumbangan dana untuk radio mereka membayar semampunya saja
42
tanpa memberikan patokan dana, seperti membayar iuran setiap bulannya, seperti yang dinyatakan responden (Di, 28 tahun) berikut ini: “Saya mah jujur aja sama mba, kalo masalah iuran perbulan saya termasuk yang jarang banget bayar, kecuali kalo diingetin baru deh bayar. Cuman kalo masalah sumbangan dana yang lain kaya buat makan-makan bareng gitu bisa langsung aja ditagihin perorang biar pada ngasih seikhlasnya mba. Masalah bayar iuran mah udah penyakit anak-anak disini paling susah ditagihinnya mba ada banyak aja alasannya, apalagi yang anak-anak mudanya”.
Tabel 14 Jumlah dan persentase pendengar berdasarkan tingkat partisipasi pada pendanaan dalam penyelenggaraan Radio Komunitas R-One Tahun 2014 Tingkat Partisipasi pada Pendanaan Tinggi (12-16) Sedang (8-11) Rendah (4-7) Total
Jumlah 2 20 28 50
Persentasi (%) 4,00 37,00 59,00 100,00
Selanjutnya, sebanyak 4% responden berpartisipasi tinggi dalam pendanaan. Responden rutin membayar iuran setiap bulannya dan memberikan sumbangan pribadi jika memang diperlukan. Kurangnya keterlibatan pendengar radio komunitas dalam pendanaan atau pemberian sumbangan untuk penyelanggaraan radio komunitas tidak hanya terjadi pada periode 2014 saja. Pimpinan radio komunitas mengaku bahwa pembayaran iuran perbulan dijalankan dengan tujuan agar biaya operasional radio komunitas berjalan dengan baik setiap harinya. Namun, kebanyakan pendengar yang tidak pernah atau jarang membayar iuran tidak membuat pimpinan patah semangat. Diawal tahun 2010, pengelola pernah membuat sebuah “kupon request” dengan harga Rp 1000,- per kuponnya. Ternyata tidak disangka banyak masyarakat sekitar yang menjadi pendengar ROne, membeli kupon tersebut, terutama ibu-ibu rumah tangga yang berada disekitar lingkungan Radio Komunitas R-One. Akhir tahun 2011 “kupon request” tidak lagi diminati oleh pendengar karena kebanyakan dari mereka sudah menggunakan handphone yang menjadikan pendengar lebih mudah menyampaikan aspirasinya melalui Radio Komunitas R-One. Partisipasi Pendengar dalam Pelaksanaan Radio Komunitas R-One Bentuk partisipasi selanjutnya adalah keterlibatan pendengar pada pelaksanaan radio komunitas. Pelaksanaan radio berupa keterlibatan pendengar menjadi penyiar atau menjadi sumber materi dan informasi yang akan disiarkan pada program siaran, dan mengikuti kegiatan siaran interaktif melalui telepon atau pesan singkat (SMS) serta mengikuti berbagai kegiatan off-air yang diselenggarakan oleh Radio Komunitas R-One. Berdasarkan jawaban, tingkat partisipasi pendengar pada pelaksanaan Radio Komunitas R-One dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, apabila jumlah skor berkisar 27 antara hingga 36. Kemudian, dikategorikan sedang, apabila jumlah skor berkisar antara 18 hingga 26 dan rendah apabila jumlah skor berkisar antara sembilan hingga 17. Tabel 15
43
memperlihatkan jumlah dan persentase responden terkait tingkat partisipasi responden pada pelaksanaan Radio Komunitas R-One. Tabel 15 Jumlah dan persentase pendengar berdasarkan tingkat partisipasi pada pelaksanaandalam penyelenggaraan Radio Komunitas R-One Tahun 2014 Tingkat Partisipasi pada Pelaksanaan Tinggi (27-36) Sedang (18-26) Rendah (9-17) Total
Jumlah 10 37 3 50
Persentasi (%) 17,00 77,00 6,00 100,00
Data pada Tabel 15 menunjukkan bahwa sebagian besar responden, yakni 37 orang atau 77% memiliki tingkat partisipasi yang sedang pada pelaksanaan penyelenggaraan Radio Komunitas R-One. Data menunjukkan sebagian besar responden pernah menjadi penyiar, operator maupun pengisi acara siaran. Beberapa responden juga menyatakan pernah melaporkan materi lokal untuk disiarkan, baik jika menemukan informasi penting di seputar wilayah maupun informasi lain yang bermanfaat bagi pendengar dalam berbagai bidang, diantaranya pendidikan, kesehatan, olahraga, zodiak, bahkan informasi mengenai percintaan. Informasi tersebut disampaikan melalui telepon atau pesan singkat (SMS). Berbagai aspirasi yang disampaikan pada siaran radio komunitas juga dapat berupa informasi dan tips-tips yang dapat membantu pendengar dalam menjalankan aktivitas. Terkadang beberapa pendengar juga datang langsung ke studio R-One untuk sekadar main dan ikut menjadi penyiar atau sumber materi. MA (40 tahun) mengungkapkan: “Saya termasuk pendengar yang sering main kesini, kadang kalo bosen di rumah saya kesini ikutan kasih informasi-informasi buat siaran, kebetulankan saya suka ikut senam jadi suka kasih info kesehatan. Selain kesehatan juga banyak kok infoinfo yang suka disiarkan misalnya kalo ada acara di Kantor Desa Susukan. Biasanya orang desanya langsung kesini suruh kita sebarin informasinya”.
Sesuai fungsi dari radio komunitas sebagaimana diungkapkan Fraser dan Estrada (2001), bahwa salah satu fingsi dari radio komunitas adalah memberikan kesempatan bersuara kepada mereka yang selama ini tidak memiliki kesempatan. Bentuk partisipasi yang dilakukan oleh pendengar Radio Komunitas R-One sedikitnya menggambarkan bahwa mereka sudah memiliki media untuk menyampaikan aspirasi dan keinginan mereka yang sesuai dengan kebutuhan mereka, yang selama ini belum atau tidak dapat mereka lakukan pada media massa lainnya. Selain itu, mereka juga dapat saling bertukar informasi mengenai berbagai hal melalui radio komuntias yang menjadikan mereka memiliki kedekatan antara pendengar satu sama lainnya. Kemudian, 10 orang responden atau 17% memiliki tingkat partisipasi yang tinggi dimana responden menyatakan sering terlibat pada pelaksanaan penyelenggaraan Radio Komunitas R-One. Kegiatan sebagai penyiar, operator ataupengisi acara di radio pernah dijalani responden setidaknya tiga sampai empat kali selama Radio Komunitas R-One diselenggarakan. Selain itu, mereka juga sering menyampaikan aspirasi melalui telepon atau pesan singkat (SMS).
44
Selanjutnya, sebanyak 6% memiliki tingkat partisipasi yang rendah karena responden menyatakan tidak pernah menjadi penyiar, operator, ataupun pengisi acara di radio. Responden dengan kategori partisipasi dalam pelaksanaan radio komunitas rendah disebabkan karena mereka memiliki kesibukan dan waktu luang yang sempit untuk mengikuti kegiatan yang diadakan radio komunitas. Partisipasi Pendengar dalam Evaluasi Program Siaran Radio Komunitas R-One Bentuk partisipasi yang terakhir adalah keterlibatan pendengar pada evaluasiprogram siaran radio komunitas. Evaluasi program siaran berupa keterlibatan pendengar pada tahap penilaian atau perbaikan program siaran meliputi pemberian saran terhadap program siaran atau masukan untuk program siaran kedepannya. Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat partisipasi pendengar dalam evaluasi program siaran Radio Komunitas R-One dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, apabila jumlah skor berkisar antara 15 hingga 20. Kemudian, sedang, apabila jumlah skor berkisar antara 10 hingga 14 dan rendah apabila jumlah skor berkisar antara lima hingga sembilan. Tabel 16 Jumlah dan persentase pendengar berdasarkan tingkat partisipasi pada evaluasi program siaran Radio Komunitas R-One Tahun 2014 Tingkat Partisipasi pada Evaluasi Tinggi (15-20) Sedang (10-14) Rendah (5-9) Total
Jumlah 6 23 21 50
Persentasi (%) 10,00 48,00 42,00 100,00
Data pada Tabel 16 menunjukan bahwa mayoritas responden sebesar 48% memiliki tingkat partisipasi yang sedang pada evaluasi program siaran. Sebagian besar responden jarang memberikan saran serta masukan untuk program siaran kedepannya. Responden hanya pernah memberikan saran serta penilaian terhadap program siaran Radio Komunitas R-One kurang dari tiga kali selama dua bulan terakhir (bulan September hingga Oktober 2014). Selain itu, responden juga pernah memantau pelaksanaan siaran yang tengah berlangsung dengan datang langsung ke studio siaran Radio Komunitas R-One. Hal tersebut terjadi karena lokasi Radio Komunitas R-One yang tidak jauh dari jalan utama sehingga dapat ditemukan dengan mudah. Sedangkan, sebesar 42% responden memiliki tingkat partisipasi yang rendah pada evaluasi program siaran. Keterlibatan responden pada tahap penilaian atau perbaikan program siaran tergolong tidak pernah bahkan hanya kurang dari tiga kali selama tahun 2014. Rendahnya keterlibatan responden dalam evaluasi program siaran jugadisebabkan karena responden menilai siaran Radio Komunitas R-One didominasi oleh hiburan sehingga hal tersebut tergantung pada selera pendengar yang menyukai atau tidaknya isi siaran. Responden yang tingkat partisipasinya rendah pada evaluasi program siaran Radio Komunitas R-One tidak pernah memantau kegiatan siaran secara langsung. Selain itu, responden juga kurang terlibat dalam memberikan saran dan kritik terhadap program Radio Komunitas ROne. Kurangnya saran dan kritik dari pendengar tidak sesuai dengan konsep akses
45
dan partisipasi dalam radio komunitas yang diungkapkan Fraser dan Estrada (2001). Salah satu konsep akses dan partisipasi dalam radio komunitas adalah komunitas bebas memberikan komentar ataupun kritik. Adanya radio komunitas seharusnya dimanfaatkan oleh pendengar dengan memberikan komentar atau kiritk terhadap program siaran yang diberikan agar sesuai dengan kebutuhan pendengarnya dan meningkatkan kualitas siaran. Selanjutnya, sebagian kecil responden sebesar 10% tergolong memiliki tingkat partisipasi yang tinggi pada evaluasi program siaran Radio Komunitas ROne. Responden yang termasuk ke dalam golongan ini pernah menghadiri kegiatan rapat evaluasi program siaran radio komunitas. Selain itu, responden juga aktif memberikan saran dan menilai kualitas program siaran radio komunitas, seperti yang diungkapkan responden (BE 18 Tahun) berikut ini: “Sekarang ini Radio R-One memang masih dominan musik dangdut, informasinya masih dikit. Banyak yang suka kasih saran ini itu tapi pas diminta bantuan ga mau, jangankan bantuan berupa uang tenaga aja mereka suka gamau. Jadi, saya sebagai yang aktif dan masih tergolong muda disini ga pernah bosen buat ngajak temen-temen yang udah senior ibu-ibu atau bapak-bapak biar kita sama-sama membangun Radio R-One yang kuliatas nya lebih baik lagi, baik isi siarannya, peralatannya, dan kegiatannya. Tapi ya harus sama-sama, kan radio ini dibangun untuk keperluan bersama mba”.
Secara keseluruhan, tingkat partisipasi pendengar yang diukur dalam bentuk perencanaan, pendanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada program siaran Radio Komunitas R-One tergolong rendah seperti ditunjukan pada Tabel 17. Selain masalah kurangnya keinginan masyarakat sebagai pendengar ikut dalam penyelenggaraan radio komunitas, mereka juga masih disibukan oleh urusan lainnya seperti urusan pekerjaan dan keluarga. Hal tersebut menjadikan responden kurang melibatkan diri dalam pengelolaannya, sehingga mereka lebih bersifat pasif dalam mengikuti berbagai bentuk kegiatan atau siaran yang dilakukan Radio Komunitas R-One. Sebagaimana yang diketahui, partisipasi merupakan hal penting dalam membangun sebuah media komunitas seperti radio komunitas. Partisipasi masyarakat sebagai pendengar merupakan penentu kemajuan pembangunan dan kemajuan sosial di komunitas. Tabel 17 Jumlah dan persentase tingkat partisipasi pendengar dalam penyelenggaraan Radio Komunitas R-One Tahun 2014 Tingkat Partisipasi penyelenggaraan radio komunitas
Jumlah
Persentase (%)
Tinggi (75-100)
5
10,00
Sedang (50-74)
19
38,00
Rendah (25-49)
26
52,00
Total
50
100,00
46
Sebagai khalayak publik, perndengar radio komunitas sudah cukup aktif berpartisipasi untuk memperoleh informasi dan hiburan melalui radio komunitas. Hal tersebut terbukti dari cukup tingginya tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk pelaksanaan. Pendengar mengikuti berbagai siaran radio komunitas baik sebagai sumber materi atau sebagai penerima materi siaran. Rendahnya partisipasi pendengar radio komunitas tidak hanya terjadi pada pendengar Radio Komunitas R-One. Panutra dan Atmojo (2012) mengungkapkan hasil penelitiannya mengenai keterlibatan anggota komunitas dalam pengelolaan radio. Hasil penelitian yang dilakukan di Radio Merapi menunjukan bahwa hanya sedikit anggota komunitas yang berpartipasi di Radio Merapi. Padahal melalui musyawarah warga telah ada pembagian tugas dalam pengelolaan Radio Merapi. Namun, banyak anggota yang tidak aktif dan sekadar berkunjung di waktu longgar. Analisis Hubungan Karakteristik Pendengar dengan Partisipasi pada Penyelenggaraan Radio Komunitas R-One Karakteristik pendengar berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk perencanaan dan pelaksanaan pada penyelenggaraan radio komunitas. Sementara itu, tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk pendanaan dan evaluasi tidak memiliki hubungan dengan karakteristik pendengar, dalam hal ini usia, pendidikan, dan kepemilikan media massa. Tabel 18 menunjukan nilai koefisien korelasi karakteristik individu dengan tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk perencanaan, pendanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program siaran di radio komunitas R-One. Faktor usia berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi dalam bentuk pelaksanaan dengan nilai koefisien korelasinya, yaitu -0.267. Nilai tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang nyata antara usia dengan tingkat partisipasi dalam bentuk pelaksanaan, tetapi hubungan yang ada bersifat tidak searah. Hal tersebut menunjukkan semakin tua usia seorang responden maka semakin rendah partisipasinya dalam bentuk pelaksanaan pada penyelenggaraan radio komunitas. Sedangkan, faktor usia tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk perencanaan, pendanaan, dan evaluasi. Tua atau mudanya usia responden tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi responden dalam bentuk pelaksanaan. Partisipasi responden dalam bentuk pelaksanaan adalah keterlibatan pendengar menjadi penyiar atau menjadi sumber materi dan informasi, yang akan disiarkan pada program siaran, dan mengikuti kegiatan siaran interaktif melalui telepon atau pesan singat (SMS) serta mengikuti berbagai kegiatan off-air yang diadakan oleh Radio Komunitas R-One. Tabel 18 Koefisien korelasi Rank Spearman dan nilai signifikansi karakteristik pendengar radio dengan tingkat partisipasi pendengar Karakteristik Pendengar Usia Tingkat Pendidikan
Perencanaan Koef. Sig Korelasi -0.184 0.200 0.262*
0.046
Bentuk Partisipasi Pendengar Perencanaan Perencanaan Koef. Koef. Sig Sig Korelasi Korelasi 0.015 0.920 -0.267* 0.041 -0.017
0.906
-0.143
0.323
Perencanaan Koef. Sig Korelasi -0.032 0.823 0.089
0.541
47
Kepemilikan Media 0.346* 0.014 0.086 0.551 Massa *nilai koefisien korelasi signifikan pada α= 0.05
0.189
0.188
0.017
0.909
Tingkat pendidikan memiliki hubungan nyata dengan tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk perencanaandengan nilai koefisien korelasinya, yaitu 0.262. Hal tersebut menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan responden semakin tinggi partisipasinya dalam bentuk perencanaan, seperti keterlibatan pendengarpada rapat persiapan siaran, pengambilan keputusan, pengadaan alat siaran, pemilihan materi siaran, pemilihan penyiar, dan penetapan jadwal siaran. Responden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi memiliki ide dan perencanaan yang lebih baik dalam menyusun penyelenggaraan Radio Komunitas R-One dibanding responden yang tingkat pendidikannya rendah. Pengelola Radio Komunitas R-One mengatakan bahwa pada saat perencanaan bantuan ide dan pemikiran dari seorang yang memiliki pendidikan tinggi sangat membantu menyusun manajemen Radio Komunitas R-One agar bisa berjalan baik dan sesuai dengan tujuan utama terbentuknya Radio Komunitas ROne.Tingkat pendidikan tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk pendanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, sebab nilai signifikansi menunjukkan lebih besar dari α (0.05) yakni 0.906, 0.323, dan 0.541 dengan nilai koefisien korelasi -0.017, -0.143 dan 0.089. Hal tersebut menunjukkan tinggi atau rendahnya tingkat pendidikan responden tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk pendanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program siaran Radio Komunitas R-One. Kepemilikan media massa juga memiliki hubungan nyata dengan tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk perencanaan, dengan nilai koefisien korelasinya, yaitu 0.346. Hal tersebut menunjukkan semakin tinggi kepemilikan media massa responden semakin tinggi pula partisipasinya dalam bentuk perencanaan. Responden yang memiliki kepemilikan media massa tinggi lebih memberikan bantuan dalam bentuk pengadaan alat saat perencanaan penyelenggaraan Radio Komunitas R-One. Seperti yang dinyatakan pengelola Radio Komunitas R-One (DD, 49 tahun) berikut ini: “Awal rencana mendirikan radio komunitas itu dari beberapa pemuda dan tokoh masyarakat yang ingin menciptakan sebuah media komunikasi lokal yang bisa dimanfaatkan bersama. Akhirnya kami mendirikan sebuah radio komunitas dengan menggunakan alat seadanya yang berasal dari beberapa pemuda dan tokoh masyarakat. Mereka ada yang menyumbang sound, komputer bekas, microphone, antena penyiar dan lainnya. Berdasarkan hal tersebutlah kami optimis untuk mendirikan sebuah radio komunitas”.
Responden yang turut mendirikan radio komunitas memiliki kepemilikan media massa yang dominan tinggi. Mereka ikut membantu dalam pengadaan alat siaran agar dapat meminimalisir pengeluaran dana awal yang dikumpulkan bersama. Berdasarkan hal tersebut, tujuan mereka membuat sebuah media komunikasi lokal berupa radio komunitas pun tercapai. Sementara, kepemilikan media massa tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi dalam bentuk pendanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, sebab nilai signifikansi menunjukkan lebih
48
besar dari α (0.05) yakni 0.551, 0.188, dan 0.909 dengan nilai koefisien korelasi 0.086, 0.189, dan 0.017. Hal tersebut menunjukkan tinggi atau rendahnya kepemilikan media massa responden tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk pendanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program siaran Radio Komunitas R-One. Tabel 19 Nilai Uji Chi Square jenis pekerjaan pendengar dengan tingkat partisipasi dalam bentuk perencanaan, pendanaan, pelaksanaan, dan evaluasi program siaran Radio Komunitas R-One Uji Chi Square status pekerjaan dengan Perencanaan Pendanaan Pelaksanaan Evaluasi
Nilai Koefisien Chi Square 10.557 6.682 9.582 15.423
Sig. 0.393 0.755 0.478 0.117
Analisis terhadap jenis pekerjaan responden yang jenis datanya adalah nominal dilakukan dengan uji Chi Square melalui tabel silang (Crosstabs). Hal tersebut dilakukan untuk melihat hubungan antara jenis pekerjaan responden dengan tingkat partisipasi pendengar di radio komunitas. Tabel 18 menunjukkan nilai uji Chi Square jenis pekerjaan responden dengan tingkat partisipasi pendengar di radio komunitas. Untuk mengetahui terdapat hubungan atau tidak antara jenis pekerjaan pendengar dengan tingkat partisipasi dalam bentuk perencanaan, pendanaan, pelakasanaan, dan evaluasi program siaran Radio Komunitas adalah dengan melihat nilai koefisien korelasi Chi Square pada signifikansi 0.05. Jika nilai koefisien Chi Square dengan nilai signifikansi <0.05 maka terdapat hubungan. Jika nilai koefisien Chi Square dengan nilai signifikansi >0.05, maka tidak terdapat hubungan. Berdasarkan nilai uji pada Tabel 19, tingkat partispasi dalam bentuk perencanaan, pendanaan, pelaksanaan, dan evaluasi siaran radio komnitas tidak berhubungan dengan jenis pekerjaan responden. Nilai koefisien korelasi uji nonparametik Chi Square dituliskan dengan X2(3, N = 50) = 10.557, 6.682, 9.582, dan 15.423; p > 0.05 yaitu 0.393, 0.755, 0.478, dan 0.117. Hal tersebut menunjukan jenis pekerjaan apapun yang dimiliki responden, tidak menentukan tinggi atau rendahnya tingkat partisipasi mereka dalam bentuk perencanaan, pendanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pada penyelenggaraan radio komunitas. Berdasarkan nilai koefisien korelasi Rank Spearman dan nilai uji Chi Square karakteristik pendengar dan tingkat partisipasi pendengar dalam penyelenggaraan radio komunitas, sebagaimana ditujukan pada Tabel 18 dan Tabel 19 maka dapat dinyatakan bahwa Hipotesis 2 di tolak, yaitu karakteristik pendengar (usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan kepemilikan media massa) tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi pendengar pada radio komunitas.
49
TINGKAT KEPUASAN PENDENGAR RADIO KOMUNITAS
Tingkat kepuasan pendengar dapat diketahui dari seberapa banyak kebutuhan pendengar terpenuhi. Kebutuhan pendengar dibagi berdasarkan klasifikasi kebutuhan menurut Dominick (2002), meliputi informasi (cognition), kontak sosial (social utility), dan hiburan (diversion dan withdrawal). Tabel 20 menunjukkan secara rinci jumlah dan persentase pendengar radio berdasarkan tingkat kepuasan pendengar di Radio Komunitas R-One. Kepuasan dalam bentuk terpenuhinya kebutuhan informasi pendengar dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, apabila jumlah skor berkisar antara 34 hingga 44. Kemudian sedang, apabila jumlah skor berkisar antara 22 hingga 33 dan rendah apabila jumlah skor berkisar antara 11 hingga 21. Tabel 20 Jumlah dan persentase pendengar berdasarkan tingkat kepuasan pendengar di Radio Komunitas R-One Tahun 2014 Tingkat Kepuasan Pendengar Informasi Tinggi (34-44) Sedang (22-33) Rendah (11-21) Kontak Sosial Tinggi (13-16) Sedang (8-12) Rendah (4-7) Hiburan Tinggi (16-20) Sedang (10-15) Rendah (5-9)
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
4 25 21
8,00 50,00 42,00
38 12 0
76,00 24,00 0,00
43 7 0
86,00 14,00 0,00
Persentase jumlah pendengar radio komunitas berdasarkan pada terpenuhinya kebutuhan informasi tergolong sedang, yaitu 50% artinya responden cukup terpenuhi kebutuhan informasinya walaupun program acara yang disiarkan Radio Komunitas R-One masih didominasi oleh musik sebagai hiburan. Selanjutnya, sebanyak 42% responden yang pemenuhan kebutuhan informasinya tergolong rendah. Hal tersebut disebabkan kebanyakan responden hanya mendengarkan pilihan program siaran radio yang didominasi musik dan hiburan. Sementara, 8% responden tergolong tinggi menunjukan bahwa responden memperoleh informasi yang sesuai dengan kebutuhannya. Sebagaimana diketahui, baik informasi formal maupun informal, disiarkan disela-sela program acara hiburan yang memang sangat mendominasi program acara Radio Komunitas ROne. Seperti halnya informasi mengenai pendidikan, kesehatan, dan olahraga disiarkan sesuai dengan kebutuhan pendengarnya pada waktu tertentu, seperti informasi ujian nasional anak, hari pendidikan, dan lainnya. Sementara, informasi kesehatan terdiri atas tips-tips ringan dalam menjaga kebersihan badan dan lingkungan, cara memilih makanan yang sehat, dan lainnya. Informasi olahraga mengenai info terbaru sepak bola baik dari luar maupun dalam negeri. Selebihnya, informasi mengenai acara desa dan kegiatan keagamaan diinformasikan apabila kegiatan tersebut akan dilaksanakan.
50
Hasil penelitian Dewi (2011) pada Radio Komunitas Angkringan dan Lintas Merapi di Yogyakarta mengungkapkan bahwa radio komunitas dapat meningkatkan pengetahuan pendengarkan melalui tips-tips dan informasi yang disiarkan radio komunitas. Tips penanggulangan bencana diberikan kepada pendengar Radio Komunitas Angkringan dan Lintas Merapi. Hal tersebut dilakukan agar pendengar dapat melakukan pertolongan pertama dan penanggulangannya dalam menghadapi bencana merapi di Yogyakarta. Kurang terpenuhinya beberapa ragam informasi tersebut dipengaruhi oleh kurangnya masukan serta saran dari pendengar mengenai informasi apa saja yang seharusnya diberikan. Selain itu, sampai saat ini sebagian besar informasi yang disiarkan oleh Radio Komunitas R-One masih berdasarkan data sekunder yang diperoleh melalui internet, surat kabar, dan televisi. Hal tersebut diungkapkan oleh pengelola Radio Komunitas R-One bahwa pengelola memiliki keinginan yang besar untuk menyampaikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan komunitasnya. Namun, mereka mengalami kesulitan ketika mengundang pihakpihak yang dianggap dapat menyampaikan informasi tersebut dengan baik, seperti halnya program rohani (keagamaan), kesehatan dengan mengundang kader posyandu atau puskesmas. Kesulitan yang dimaksud adalah masalah dana untuk biaya honor narasumber. Sebagian besar narasumber menganggap bahwa ketika mereka mengisi suatu acara pada media massa, mereka akan memperoleh imbalan berupa honor. Berdiri sebagai radio komunitas yang berkarakteristik non-komersil membuat pengelola sering mengalami kesulitan dalam hal mencari pembiayaan operasional. Kepuasan selanjutnya diukur dalam bentuk terpenuhinya kebutuhan kontak sosial dalam lingkungan sosial. Berdasarkan data yang diperoleh pada Tabel 20, sebanyak 76% responden memiliki pemenuhan kebutuhan kontak sosial yang tergolong tinggi. Hal tersebut disebakan banyaknya kegiatan off-air yang diadakan oleh Radio Komunitas R-One, seperti: kegiatan Karaoke live setiap minggunya di studio R-One, kegiatan tour bersama, silaturahmi, dan lainnya yang membuat pendengarnya memiliki hubungan kedekatan yaang lebih antar sesama pendengar. Mereka sering bertukar pikiran bahkan saling berbagi informasi mengenai tren yang sedang berkembang saat ini di lingkungan dan pekerjaan mereka. Seperti yang diungkapkan responden (RO, 48 tahun) berikut ini: “Kalo kami neng disini udah kaya keluarga aja satu sama lain. kita kan disini kumpul ga sama yang muda-muda aja semuanya gabung kaya keluarga. Kadang kalo lagi kumpul rame suka saling tukar informasi apa saja, sekalian juga semangatin yang muda-mudanya biar pada mau aktif di radio biar ga kalah sama bapak-bapaknya. Alhamdulillah kompak semua, cuman ya kalo yang namanya udah berkeluarga kan ga selalu bisa kumpul terus soalnya banyak juga kegiatan yang harus dikerjakan, tapi kalau ada waktu luang kami pasti kumpul”.
Sementara, sebanyak 24% responden memiliki pemenuhan kebutuhan kontak sosial yang tergolong sedang, artinya mereka jarang mengikuti kegiatan offair yang diadakan Radio Komunitas R-One. Hal tersebut disebabkan oleh responden memiliki waktu luang yang sedikit untuk mengikuti kegiatan off-air Radio Komunitas R-One, namun tidak menutup kemungkinan mereka pernah mengikuti kegiatan tersebut atau berbincang bersama pendengar R-One lainnya.
51
Selain itu, beberapa responden juga memiliki pekerjaan dan acara keluarga yang membuat mereka sering tidak dapat berkumpul dan mengikuti kegiatan off-air yang dijalankan Radio Komunitas R-One. Tingkat kepuasan yang terakhir diukur berdasarkan terpenuhinya kebutuhan hiburan pendengar melalui Radio Komunitas R-One. Hiburan berupa perubahan stimuli, perasaan relaksasi, dan pelepasan emosi. Berdasarkan data yang diperoleh, sebanyak 84% responden tergolong tinggi pada pemenuhan kebutuhan hiburan di Radio Komunitas R-One. Sebagian besar responden merasa sangat terhibur dengan berbagai program siaran yang disiarkan Radio Komunitas R-One. Mereka mengatakan bahwa musik yang disiarkan merupakan musik yang populer. Tidak sedikit musik zaman dulu disiarkan di Radio Komunitas R-One sehingga membuat radio ini begitu disukai oleh ibu-ibu dan bapak-bapak. Sedangkan, 14% responden lainnya tergolong sedang pada pemenuhan kebutuhan hiburan di Radio Komunitas R-One. Responden yang tergolong sedang juga merasa terhibur dengan program yang disiarkan oleh Radio Komunitas R-One, namun ada beberapa dari responden yang menyayangkan bahwa musik yang disiarkan terlalu didominasi oleh dangdut dan lawas. Musik berjenis pop dan jazz hanya disiarkan pada siang menjelang sore hari. Tabel 21 Jumlah dan persentase tingkat kepuasan pendengar Radio Komunitas ROne Tahun 2014 Tingkat Kepuasan Pendengar
Jumlah
Persentase (%)
Tinggi (75-100)
37
74,00
Sedang (50-74)
10
20,00
Rendah (25-49)
3
6,00
50
100,00
Total
Secara keseluruhan, pada Tabel 21 tingkat kepuasan pendengar Radio Komunitas R-One tergolong tinggi sebesar 74%. Pendengar merasa puas atas siaran berupa informasi yang diselipkan di setiap program acara. Hal tersebut membuat pendengar tidak merasa bosan mendengarkan radio komunitas. Selain itu, kebutuhan kontak sosial dan hiburan tergolong sangat puas. Pendengar merasa nyaman dengan program siaran yang telah disedikan. Berbagai aspirasi, request musik, dan kirim salam yang pendengar lakukan baik dari telepon, pesan singkat (SMS) atau datang langsung ke studia R-One membuat penndengar merasa sangat puas dengan kehadiran radio komunitas. Tidak hanya kedekatan sebagai pendengar, tetapi kedekatan sebagai keluarga atau komunitas radio menjadikan mereka saling berbagi aspirasi satu sama lainnya. Tingginya kontal sosial menjadikan pendengar mengikuti perkembangan tren atau musik populer yang sedang berkembang saat ini di lingkungan masyarakat. Analisis Hubungan Keterdedahan pada Siaran Radio denganTingkat Kepuasan Pendengar di Radio Komunitas
52
Keterdedahan pada siaran radio tidak sepenuhnya berhubungan nyata dengan tingkat kepuasan pendengar radio komunitas. Hal tersebut karena keterdedahan yang berhubungan dengan tingkat kepuasan pendengar hanya pada durasi atau lama responden mendengarkan saja. Sementara, frekuensi mendengarkan tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan pendengar pada Radio Komunitas R-One. Tabel 22 menunjukkan nilai koefisien korelasi keterdedahan pada siaran radio dengan tingkat kepuasan pendengar Radio Komunitas R-One. Tabel 22 Koefisien korelasi Rank Spearman dan nilai signifikansi keterdedahan pada siaran radio komunitas dengan tingkat kepuasan pendengar Keterdedahan Pendengar
Informasi Koef. Sig Korelasi
Tingkat Kepuasan Pendengar Kontak Sosial Hiburan Koef. Sig Koef. Sig Korelasi Korelasi
Frekuensi hari/dua -0.013 0.943 minggu Frekuensi kali/dua -0.071 0.691 minggu Durasi jam/hari 0.295* 0.038 Durasi jam/ dua -0.120 0.500 minggu *nilai koefisien korelasi signifikan pada α= 0.05
0.216
0.132
0.211
0.141
0.211
0.142
0.124
0.390
0.202
0.161
0.065
0.654
0.211
0.142
0.002
0.987
Durasi atau lama mendengarkan jam per hari berhubungan nyata dengan tingkat kepuasan pendengar dalam hal terpenuhinya kebutuhan akan informasi. Nilai koefisien korelasinya sebesar 0.295. Nilai koefisien korelasi tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi durasi atau lama responden mendengarkan radio dengan satuan jam per harimaka semakin tinggi tingkat kepuasan responden akan informasi yang didapatkan pada siaran radio komunitas, begitupula sebaliknya. Sementara, durasi atau lama mendengarkan radio dengan satuan jam per hari tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan pendengar dalam hal terpenuhinya kebutuhan kontak sosial dan hiburan. Hal tersebut karena pendengar lebih banyak aktif dalam kegiatan off-air yang diadakan oleh Radio Komunitas ROne sehingga kontak sosial dan hiburan tidak berhubungan dengan durasi atau seberapa lama mereka mendengarkan radio komunitas. Begitu pula dengan durasi atau lama mendengarkan jam per dua minggu tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan pendengar dalam hal terpenuhinya kebutuhan informasi, kontak sosial, dan hiburan. Frekuensi hari per dua minggu dan kali per dua minggu mendengarkan radio komunitas tidak berhubungan nyata dengan tingkat kepuasan pendengar pada radio komunitas, sebab nilai signifikansi keduanya menunjukkan lebih besar dari α (0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa sering atau tidaknya responden mendengarkan radio, tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan responden dalam hal terpenuhinya kebutuhan akan informasi, kontak sosial, dan hiburan. Walaupun responden mendengarkan radio komunitas, pemenuhan kebutuhan informasi, kontak sosial, dan hiburan mereka dapat terpuaskan dengan mengikuti kegiatan offair yang diadakan oleh Radio Komunitas R-One. Pilihan acara tidak dapat disertakan dalam uji kolerasi, disebabkan jenis data dari sub variabel pilihan acara adalah jenis data kualitatif. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, pilihan acara sangat berhubungan dengan tingkat
53
kepuasan responden dalam terpenuhinya kebutuhan hiburan. Responden yang menyukai musik aliran pop dan jazz memilih mendengarkan siaran radio Komplit danPoin Sore. Sedangkan, responden yang menyukai musik aliran dangdut pop memilih mendengarkan siaran radio Sapadut, Dansa, dan Ngedumel. Responden mengaku mereka merasa sangat puas saat mendengarkan beberapa musik yang mereka request langsung melalui pesan singkat atau telepon. Selain itu, musik yang diputarkan selalu diperbaharui dan juga tidak menghilangkan musik dangdut lama yang saat ini jarang diputar di radio-radio lainnya. Selain itu, responden juga merasa puas dengan diadakannya acara off-air yang membuat mereka saling mengenal satu sama lainnya sebagai pendengar Radio Komunitas R-One. Pilihan acara off-air adalah Karaoke Live. Pada saat kegiatan ini mereka merasa dekat dengan pendengar satu sama lainnya. Selain itu, mereka juga bisa lebih dekat dengan pengelola Radio Komunitas R-One beserta penyiar. Kontak sosial mereka terjalin melalui pilihan acara Karaoke Live. Responden yang biasa mengikuti kegiatan tersebut menjadi lebih nyaman mendengarkan radio serta lebih banyak memberikan informasi dan masukan kepada Radio Komunitas R-One. Hal tersebut sesuai dengan fungsi radio komunitas menurut Fraser dan Estrada (2001). Salah satu fungsi radio komunitas adalah membantu dalam menciptakan keberagaman suara di udara. Radio komunitas melalui keterbukaannya terhadap partisipasi di segala sektor, menciptakan berbagai pendapat dan opini di udara. Kedekatan yang tercipta antar pendengar menyebabkan timbulnya keterbukaan dan berbagai opini di radio komunitas mengenai berbagai hal. Analisis Hubungan Tingkat Partisipasi Pendengar dengan Tingkat Kepuasan Pendengar di Radio Komunitas Tingkat partisipasi pendengar tidak sepenuhnya berhubungan nyata dengan tingkat kepuasan pendengar radio komunitas. Tingkat partisipasi yang memiliki hubungan nyata dengan tingkat kepuasan adalah tingkat partisipasi dalam bentuk pendanaan dan pelaksanaan. Sementara, tingkat partisipasi dalam bentuk perencanaan dan evaluasi tidak memiliki hubungan yang nyata dengan tingkat kepuasan pendengar dalam terpenuhinya kebutuhan informasi, kontak sosial, dan hiburan. Tabel 23 menunjukan nilai koefisien korelasi tingkat partisipasi di radio komunitas dengan tingkat kepuasan pendengar. Tabel 23 Koefisien korelasi Rank Spearman dan nilai signifikansi tingkat partisipasi di radio komunitas dengan tingkat kepuasan pendengar Tingkat Partisipasi Pendengar Perencanaan Pendanaan Pelaksanaan Evaluasi
Informasi Koef. Sig Korelasi -0.009 0.952 0.010 0.944 0.287* 0.043 0.217 0.130
Tingkat Kepuasan Pendengar Kontak Sosial Hiburan Koef. Sig Koef. Sig Korelasi Korelasi 0.232 0.105 0.189 0.192 0.243 0.089 0.288* 0.042 0.371** 0.008 0.212 0.140 0.025 0.865 0.041 0.775
*nilai koefisien korelasi signifikan pada α= 0.05; **nilai koefisien korelasi signifikan pada α= 0.01
Tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk pendanaan berhubungan nyata dengan tingkat kepuasan dalam terpenuhinya kebutuhan hiburan dengan nilai
54
koefisien korelasi sebesar 0.288. Nilai koefisien korelasi tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi responden dalam bentuk pendanaan maka semakin tinggi pula tingkat kepuasannya dalam terpenuhinya kebutuhan hiburan pendengar. Responden yang rajin membayar iuran setiap minggunya akan lebih sering mengikuti kegiatan off-air Karoke Live setiap minggunya. Responden membayar secara sukarela dengan hiburan dari kegiatan Karaoke Live tersebut. Sedangkan,bagi responden yang tidak bisa mengikuti kegiatan Karaoke Live secara langsung, dapat mendengarkan siaran langsung yang disiarkan di Radio Komunitas R-One. Khusus untuk kegiatan Karaoke Live, pendengar yang membayar iuran adalah yang berhak menentukan musik apa saja yang akan dinyanyikan. Berbeda dengan pendengar yang tidak membayar iuran hanya dapat mengikuti kegiatan Karaoke Live tanpa dapat menentukan jenis musik yang akan dinyanyikan. Tingkat partisipasi dalam bentuk pendanaan tidak berhubungan nyata dengan tingkat kepuasan pendengar dalam terpenuhinya kebutuhan informasi dan kontak sosial sebab nilai signifikansi menunjukkan lebih besar dari α (0.05), yakni 0.944 dan 0.089. Hal tersebut menunjukkan bahwa membayar iuran atau tidaknya seorang responden tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan mereka dalam terpenuhinya kebutuhan informasi dan kontak sosial. Tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk pelaksanaan berhubungan sangat nyata dengan tingkat kepuasan pendengar dalam terpenuhinya kebutuhan kontak sosial dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.371 dan nilai signifikan menunjukan lebih kecil dari α (0.01) yakni 0.008. Nilai tersebut menunjukkan bahwa semakin partisipasi responden dalam pelaksanaan radio komunitas, semakin tinggi pula tingkat kepuasan dalam terpenuhinya kebutuhan kontak sosial. Responden yang terlibat dalam pelaksanaan radio komunitas, seperti menjadi penyiar atau menjadi sumber materi dan informasi, mengikuti kegiatan siaran interaktif melalui telepon atau pesan singkat (SMS), dan mengikuti berbagai kegiatan off-air yang diadakan oleh Radio Komunitas R-One. Kegiatan off-air dapat berupa rapat bulanan/mingguan, silaturahmi antar pendengar, acara ulangtahun Radio Komunitas R-One, arisan, dan lainnya. Tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk pelaksanaan juga berhubungan nyata dengan tingkat kepuasan pendengar dalam terpenuhinya kebutuhan informasi, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0.287 dan nilai signifikan menunjukkan lebih kecil dari α (0.05), yakni 0.043. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi partisipasi responden dalam pelaksanaan radio komunitas maka semakin tinggi pula tingkat kepuasan dalam terpenuhinya kebutuhan informasi. Responden yang aktif mengikut kegiatan siaran interaktif biasanya akan berbagi informasi dan sharing dengan pendengar lainnya. Kegiatan tersebut membuat pendengar menjadi terbuka jaringan informasinya seperti informasi mengenai pendidikan, kesehatan, dan informasi seputar daerah tempat tinggal mereka. Sementara, tingkat partisipasi dalam bentuk pelaksanaan tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan pendengar dalam terpenuhinya kebutuhan hiburan. Hal tersebut menunjukkan bahwa tinggi atau rendahnya keterlibatan responden dalam pelaksanaan, tidak berhubungan dengan kepuasan dalam terpenuhinya kebutuhan responden akan hiburan. Walaupun responden menjadi pendengar pasif tanpa berpartisipasi pada program siaran, seperti menjadi penyiar atau menjadi sumber materi dan informasi, dan mengikuti kegiatan siaran interaktif melalui telepon atau
55
pesan singkat (SMS), kebutuhan hiburan mereka tetap dapat terpenuhi dengan mendengarkan radio komunitas. Responden dapat mendengarkan program musik saat mereka sedang membutuhkan hiburan karena sebagian besar program siaran Radio Komunitas R-One bersifat hiburan. Radio Komunitas R-One biasanya akan memutarkan beberapa musik pop atau dangdut jika tidak ada penyiar yang bisa meluangkan waktu untuk siaran di Radio Komunitas R-One.
56
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Sesuai dengan hasil-hasil penelitian yang telah dijabarkan sebelumnya dapat dibuat beberapa kesimpulan seperti berikut: 1. Keterdedahan pendengar pada siaran radio komunitas tergolong tinggi berdasarkan jumlah frekuensi dan durasi yang diperoleh responden sebagai pendengar Radio Komunitas R-One. Pilihan acara terpopuler dan memiliki pendengar terbanyak adalah acara hiburan yang diselingi dengan sajian informasi yaitu acara Dansa (Dangdut Siang). Adapun karakteristik pendengar yang berhubungan nyata dengan keterdedahan pada siaran radio komunitas adalah usia pendengar. 2. Secara keseluruhan tingkat partisipasi pendengar pada penyelenggaraan radio komunitas tergolong rendah. Namun, sebagai khalayak publik pendengar radio komunitas sudah cukup aktif berpartisipasi dalam pelaksanaan radio komunitas. Adapun karakteristik pendengar yang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi dalam bentuk perencanaan adalah tingkat pendidikan dan kepemilikan media massa, sedangkan Karakteristik pendengar yang berhubungan nyata dengan tingkat partispasi dalam bentuk pelaksanaan adalah usia pendengar Radio Komunitas R-One. 3. Durasi jam per hari mendengarkan radio komunitas berhubungan nyata dengan tingkat kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan informasi. Sedangkan, frekuensi tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan dalam terpenuhinya kebutuhan informasi, kontak sosial, dan hiburan. 4. Tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk pendanaan dan pelaksanaan berhubungan nyata dengan tingkat kepuasan pendengar dalam terpenuhinya kebutuhan informasi, kontak sosial, dan hiburan. Sedangkan, tingkat partisipasi dalam bentuk perencanaan dan evaluasi tidak berhubungan dengan tingkat kepuasan pendengar dalam terpenuhinya kebutuhan informasi, kontak sosial, dan hiburan. Namun secara keseluruhan, tingkat kepuasan pendengar tergolong tinggi pada siaran radio komunitas.
Saran Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian tentang partispasi, keterdedahan, dan kepuasan pendengar di Radio Komunitas R-One adalah sebagai berikut: 1. Bagi pengelola radio komunitas untuk lebih giat lagi menghimpun berbagai program siaran dan informasi yang sesuai dengan kebutuhan pendengarnya. Frekuensi dan durasi pendengar mendengarkan radio komunitas tergolong tinggi menjadikan radio komunitas memiliki potensi dalam mengembangkan komunitasnya melalui program acara yang sesuai dengan kebutuhan anggota komunitasnya. Selanjutnya, melihat partisipasi pendengar yang dominan rendah, pengelola radio komunitas sebaiknya aktif dalam mengajak anggota
57
komunitas untuk terlibat dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh Radio Komunitas R-One. 2. Bagi lembaga yang memiliki wewenang di bidang pengembangan penyiaran, sebaiknya mendukung dan memperkaya perkembangan radio komunitas agar dapat bermanfaat antar komunitas dengan komunitas lainnya. 3. Bagi pihak-pihak yang menaruh perhatian pada penelitian mengenai komunikasi massa, khususnya mengenai media komunitas harus lebih bersabar dalam melakukan pendekatan dengan komunitas yang bersifat anonim dan lebih teliti memilih responden yang sesuai dengan objek yang akan diteliti.
58
DAFTAR PUSTAKA Atika. 2013. Pola Penggunaan Radio Komunitas Untuk Pemenuhan Kebutuhan Informasi Petani. [Thesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [CRI] Combine Resources Institution. 2002. Perkembangan Radio Komunitas di Indonesia dalam Konteks Makro. Makalah Seminar Hasil Penelitian. Jakarta(ID): CRI. Dewi AS. 2011. Radio Komunitas Dan Disaster Risk Reduction: Studi Kasus Radio Lintas Merapi Di Klaten Jawa Tengah Dan Radio Angkringan di Yogyakarta. Jurnal Sosiologi DeliMa. [internet]. [dikutip tanggal 12 Maret 2014]. 27(2): 1781-188. Dapat diunduh dari: http://lppm.uns.ac.id/kinerja/files/jurnal/lppmjurnal201114122013175752 pdf#page=97 Dominick JR. 2002. The Dynamic Mass Communication. Media In The Digital Age 7th Edition. New York (US): The Mc Graw-Hill Companies. Fraser C, Estrada I. 2001. Buku Panduan Radio Komunitas. Jakarta:UNESCO Jakarta Office. Gazali E. 2002. Penyiaran Alternatif tapi Mutlak: Sebuah Acuan tentang Penyiaran Publik dan Komunitas. Jakarta (ID): Penerbit Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UI Intania ZSOI. 2003. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Program Penanggulangan kemiskinan di Perkotaan (P2KP).[Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Lilis D, Yulianti N. 2012. Mengusung Radio Komunitas sebagai Basis Kearifan Lokal. Jurnal Komuniksi UNISBA. [internet]. [dikutip tanggal 12 Maret 2014]. Hal 197-212. Dapat diunduh dari: http://komunikasi.unsoed.ac.id/sites/default/files/14.Dde%20lilis%20%26 %20Nova_unisba.pdf Masduki. 2004. Menjadi Broadcaster Profesional. Cetakan Pertama. Yogyakarta (ID): Pustaka Populer LKIS. Nurmayanti AW. 2012. Hubungan Perilaku Komunikasi Dengan PemahamanPetani Terhadap Fungsi Radio Komunitas (Kasus RadioKomunitas Petani Trisna Alami, DesaKaliagung,Kecamatan Sentolo,Kabupaten Kulon Progo, Provinsi D.I Yogyakarta). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Panutra E, Atmojo PW. 2012. Radio Komunitas Merapi; Studi tentang Keterlibatan Komunitas dan Pengelolaan Radio Merapi FM. Tranformasi. 14(22). Pratiwi Ayu Tri. 2008. Tingkat Partisipasi Warga dalam Penyelenggaraan Radio Komunitas Studi Kasus Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Rachmiatie A. 2005. Keberadaan Radio Komunitas sebagai Eskalasi Demokratisasi Komunikasi pada Komunitas Pedesaan di Jawa Barat. MediaTor Jurnal Komunikasi UNISBA. [internet]. [dikutip tanggal 12 Maret 2014]. 6(2). Dapat diunduh dari: http://mediator.fikom.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/ Rachmiatie A. 2007. Radio Komunitas Eskalasi Demokratisasi Komunikasi. Bandung (ID): PT Remaja Rosdakarya.
59
Rubin AM. 2005. The Uses-and-Gratifications Perspective Of Media Efects. Dalam: Bryant J, Zillman D, editor: Media effects: Advances in theory and research. Hal 525-548. London [ENG]: Lawrence Erlbaum Associates. Singarimbun M, Effendi S. 2006. MetodePenelitianSurvai. Jakarta (ID): Pustaka LP3ES. 336 hal. Sudibyo. 2004. Ekonomi Politik Media Penyiaran. Yogyakarta: LKIS Tede M. 2012. Pengaruh program siaran Radio Pertanian Ciawi bagi pendengarnya (Kasus pendengar di Desa Cileungsi, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tripambudi S. 2011. Radio Komunitas sebagai Media Alternatif untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ilmu Komunikasi. [internet]. [dikutip tanggal5Maret 2014]. 09(03): 317-337. Dapat diunduh dari: Winnetou T, Setiawan I. 2007. Peranan Radio Komunitas Agro dalam Pelayanan Informasi Pertanian di Desa Pangalengan. MediaTor Jurnal Komunikasi UNISBA. [internet]. [dikutip tanggal 12Maret 2014]. 08(02). Dapat diundah dari:http://mediator.fikom.unisba.ac.id/index.php/mediator/article/ view/85/80#.UyMEpD-SySo
60
LAMPIRAN Lampiran 1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014-2015 Juni Sep Okt Nov Des Jan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Kegiatan Penyusunan Proposal Skripsi Kolokium Perbaikan Proposal Pengambilan Data Lapang Pengolahan dan Analisis Data Penulisan Draft Skripsi Uji Petik Sidang Skripsi Perbaikan Laporan Skripsi
Lampiran 2 Daftar Nama Responden (Pendengar Aktif Radio Komunitas R-One Selama Dua Bulan Terakhir dan tinggal di Desa Sususkan yang bersedia menjadi respon) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Nama Bebeng Mandala Nia Mama Aren Dian Adul Bedah Kartini Mama Jesi Elin Bunda Nining ABE RW Ondeng
Usia
JK
18 27 36 40 20 26 18 47 39 40 44 27 46
L L P P P L P P P P P L L
Pendidikan SMP SMP SMA D3 SMP SMP SD SMA SD SMP SD S1 SMA
Pekerjaan Wirausaha Wirausaha Ibu RT Ibu RT Buruh Pabrik Pegawai Swasta Buruh Pabrik Ibu RT Ibu RT Ibu RT Ibu RT Pegawai Swasta Buruh
61
14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Gedet Supono Lina Fadil Imin Syafirudin Ayah Jesi Cepot Khober Ayah Petruk Uci Desi Bang Udin Chalik Bang Kinung Mas Toriq Azam Nunik Ipay Bunda Sheilla Bunda Ucum Rara Mama Rengganis Kojoy Bang Bari Mama Yazid Evy Nungki Botek Bang Zanal Bunda Ajeng Usman Abah Doni Indra Eki Roy Mama Rena Ayah Rena
55 68 25 28 54 49 40 52 44 28 25 47 26 36 38 28 18 18 42 42 38 45 26 27 36 23 32 34 45 48 46 60 29 27 33 36 42
L L P L L L L L L L P L L L L L P L P P P P L L P P L L L P L L L L L P L
SD SMP SD SMP SD SMP SMP SD SMP SMA SMP SD SMA SMA D3 SMA SMA SMP SMA SMA SMP D3 SMA SMP SMA SMA SMA SMA SMP SMP SD SD D3 D3 SMA SMA SMA
Buruh Petani Ibu RT Wirausaha Petani Guru Buruh Petani Buruh Pegawai Swasta Guru Buruh Buruh Pegawai Swasta Pegawai Swasta Pegawai Swasta Pelajar Wirausaha Ibu RT Ibu RT Ibu RT Ibu RT Pegawai Swasta Pegawai Swasta Ibu RT Buruh Wirausaha Wirausaha Buruh Ibu RT Petani Petani Pegawai Swasta Buruh Pegawai Swasta Ibu RT Pegawai Swasta
62
Lampiran 3 Contoh Hasil Uji Statistik Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik pendengar yaitu usia, pendidikan, dan kepemilikan media massa dengan keterdedahan pendengar yaitu frekuensi dan durasi Correlations USIA Spearman's rho
USIA
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed)
.
N FRE_HARI
Correlation Coefficient
50 -.349*
Sig. (2-tailed)
.013
N FRE_KALI
Correlation Coefficient
50 -.380**
Sig. (2-tailed)
.007
N DUR_JAM
Correlation Coefficient
50 -.235’
Sig. (2-tailed)
.100
N DUR_HARI
Correlation Coefficient
50 -.272’
Sig. (2-tailed)
.056
N
50
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Correlations PENDIDIKAN Spearman's rho
PENDIDIKAN
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
FRE_HARI
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
FRE_KALI
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
DUR_JAM
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
DUR_HARI
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
1.000 . 50 -.114 .430 50 -.046 .751 50 -.195 .175 50 -.166 .250 50
63
Correlations KEPEMILIKAN MEDIA Spearman's rho
FRE_HARI
Correlation Coefficient
.080
Sig. (2-tailed)
.580
N FRE_KALI
50
Correlation Coefficient
.160
Sig. (2-tailed)
.267
N DUR_JAM
50
Correlation Coefficient
.090
Sig. (2-tailed)
.535
N DUR_HARI
50
Correlation Coefficient
.077
Sig. (2-tailed)
.595
N
50
KEPEMILIKANMEDI Correlation Coefficient A Sig. (2-tailed)
1.000 .
N
50
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hasil uji korelasi Rank Spearman antara karakteristik pendengar yaitu usia, pendidikan, dan kepemilikan media massa dengan tingkat partisipasi Correlations USIA Spearman's rho
USIA
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PERENCANAAN
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PENDANAAN
50 -.184 .200 50 .015
Sig. (2-tailed)
.920
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
EVALUASI
.
Correlation Coefficient
N PELAKSANAAN
1.000
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
50 -.267’ .041 50 -.032 .823 50
64
Correlations PENDIDIKAN Spearman's rho
PENDIDIKAN
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed) N PERENCANAAN
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PENDANAAN
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PELAKSANAAN
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
EVALUASI
. 50 .262’ .046 50 -.017 .906 50 -.143 .323 50
Correlation Coefficient
.089
Sig. (2-tailed)
.541
N
50
*.Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Correlations KEPEMILIKANMEDIA Spearman's rho
KEPEMILIKAN MEDIA
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PERENCANAAN
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
PENDANAAN
50 .346* .014 50 .086
Sig. (2-tailed)
.551 50
Correlation Coefficient
.189
Sig. (2-tailed)
.188
N EVALUASI
.
Correlation Coefficient
N PELAKSANAAN
1.000
50
Correlation Coefficient
.017
Sig. (2-tailed)
.909
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
50
65
Hasil uji korelasi Rank Spearman antara keterdedahan pendengar yaitu frekuensidan durasi mendengarkan siaran radio dengan tingkat kepuasan pendengar yaitu terpenuhinya kebutuhan informasi, kontak sosial dan hiburan. Correlations INFO Spearman's rho
INFO
Correlation Coefficient
KONSOS -.527**
-.034
.
.001
.848
Sig. (2-tailed) N KONSOS
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
34
34
34
-.527**
1.000
.363**
.001
.
.010
34
50
50
-.034
**
1.000
.010
.
N HIBUR
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
34
50
50
-.013
.216
.211
.943
.132
.141
34
50
50
-.071
.211
.124
.691
.142
.390
34
50
50
.295’
.202
.065
.038
.161
.654
N FRE_KALI
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
DUR_JAM
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
DUR_HARI
.363
.848
N FRE_HARI
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
HIBUR
1.000
34
50
50
-.120
.211
.002
.500
.142
.987
34
50
50
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Hasil uji korelasi Rank Spearman antara tingkat partisipasi pendengar dalam bentuk perencanaan, pendanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan tingkat kepuasan pendengar yaitu terpenuhinya kebutuhan informasi, kontak sosial dan hiburan. Correlations Kontak Sosial
Informasi Perencanaan Sperman’s rho
Correlation Coefficient
.232
.188
.952
.105
.192
50
50
50
Correlation Coefficient
.010
.243
.288*
Sig. (2-tailed)
.944
.089
.042
50
50
50
*
**
.212
.008
.140
Sig. (2-tailed) N Pendanaan
N Pelaksanaan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Evaluasi
Hiburan
-.009
.287
.043
.371
50
50
50
Correlation Coefficient
.217
.025
.041
Sig. (2-tailed)
.130
.865
.775
50
50
50
N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
66
Hasil uji Chi Square antara jenis pekerjaan pendengar dengan keterdedahan pendengar pada siaran radio komunitas yaitu frekuensi mendengarkan siaran radio kali per dua minggu. Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
15.922a
10
.102
Likelihood Ratio
16.841
10
.078
1.203
1
.273
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
50
a. 15 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .30.
Hasil uji Chi Square antara jenis pekerjaan pendengar dengan keterdedahan pendengar pada siaran radio komunitas yaitu frekuensi mendengarkan siaran radio hari per dua minggu. Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
13.952a
10
.175
Likelihood Ratio
15.519
10
.114
7.576
1
.006
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
50
a. 15 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .42.
Hasil uji Chi Square antara jenis pekerjaan pendengar dengan keterdedahan pendengar pada siaran radio komunitas yaitu durasi mendengarkan siaran radio jam per dua minggu. Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
18.211a
10
.052
Likelihood Ratio
21.547
10
.018
3.968
1
.046
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
50
a. 16 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .60.
67
Hasil uji Chi Square antara jenis pekerjaan pendengar dengan keterdedahan pendengar pada siaran radio komunitas yaitu durasi mendengarkan siaran radio jam per hari. Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
12.684a
10
.242
Likelihood Ratio
14.477
10
.152
1.075
1
.300
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
50
a. 15 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .36.
Hasil uji Chi Square antara jenis pekerjaan pendengar dengan tingkat partisipasi dalam bentuk perencanaan. Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
10.557a
10
.393
Likelihood Ratio
12.217
10
.271
3.025
1
.082
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
50
a. 15 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .12.
Hasil uji Chi Square antara jenis pekerjaan pendengar dengan tingkat partisipasi dalam bentuk pendanaan. Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
6.682a
10
.755
Likelihood Ratio
7.471
10
.680
.115
1
.735
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
50
a. 14 cells (77.8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .12.
68
Hasil uji Chi Square antara jenis pekerjaan pendengar dengan tingkat partisipasi dalam bentuk pelaksanaan. Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
9.582a
10
.478
Likelihood Ratio
11.837
10
.296
1.833
1
.176
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
50
a. 15 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .18.
Hasil uji Chi Square antara jenis pekerjaan pendengar dengan tingkat partisipasi dalam bentuk evaluasi program siaran radio komunitas. Chi-Square Tests Value
df
Asymp. Sig. (2-sided)
Pearson Chi-Square
15.423a
10
.117
Likelihood Ratio
16.754
10
.080
2.655
1
.103
Linear-by-Linear Association N of Valid Cases
50
a. 14 cells (77.8%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .36.
69
Lampiran 4 Dokumentasi kegiatan
Logo Radio Komunitas R-One
Studio Radio Komunitas R-One
Penyiar Radio Komunitas R-One
Alat siaran dan pemacar radio R-One
Ruang Siaran Radio Komunitas R-One
70
Meja Siaran Radio Komunitas R-One
Peralatan Teknis Radio R-One
Kegiatan Koroke Live Rangkaian Acara Off-air Radio Komunitas R-One
40
RIWAYAT HIDUP Mega Silviana dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 Desember 1993 merupakan anak pertama dari pasangan H. Azlir Yusman dan Hj. Suriana. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis adalah SDN Polisi 1 Bogor pada periode 2000 – 2006, SMP Insan Kamil Bogor periode 2006 – 2009, dan SMA Insan Kamil Bogor periode 2009-2011. Pada tahun 2011, penulis di terima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalu jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negri) tertulis. Setelah itu, pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selain aktif dalam perkuliahan, penulis juga aktif sebagai Anggota Dewan Gedung Asrama Sylvasari periode 2011-2012, Anggota Departemen Komunikasi, informasi dan relasi (KOMINFOREL) di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEMA pada masa kepengurusan 2012-2013, dan menjadi Anggota Sebuah Komunitas Independen yaitu Sanggar Juara serta masih aktif sampai saat ini mengikuti kegiatan yang ada di Sanggar Juara. Selain itu penulis juga aktif dalam acara kepanitiaan yang diadakan dikampus, diantaranya Anggota Panitia Divisi Publikasi, Dokumentasi, dan Dekorasi di Masa Perkenalan Kampus Mahasiswa Baru (MPKMB) IPB 49, Anggota Panitia Divisi Publikasi, Dokumentasi, dan Dekorasi di Masa Perkenalan Departemen (MPD) 49, dan Anggota Panitia Divisi Publikasi, Dokumentasi, dan Dekorasi di I-SHARE IPB 2013. Penulis juga mendapatkan beasiswa dari Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) selama satu tahun periode 2013-2014