PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI DALAM OPTIMALISASI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN PADA PROGRAM PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN Kusmiyati danYeni Maryani Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor Corr :
[email protected] ABSTRAK Optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilakukan melalui upaya pemberdayaan wanita untuk mengoptimalkan manfaat pekarangan sebagai sumber pangan keluarga. Salah satu tujuan khusus dari program P2KP tahun 2013 adalah meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral untuk konsumsi keluarga. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui partisipasi anggota KWT dalam memanfaatkan lahan pekarangan di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor pada bulan Maret sampai dengan Apri 2014. Sampel penelitian adalah 52 orang anggotaKWT yang terdiri dari tiga kelompok KWT yang sedang melaksanakan Program P2KP pada tahun 2014. Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner dan wawancara dengan alternatif jawaban menggunakan skor 1-4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia anggota tergolong produktif, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, tingkat pendidikan yang relatif rendah (SD), lamanya keanggotaan KWTkategoribaru, dan luas lahan pekaranganumumnyasempit.Partisipasi anggota KWT pada tahap pelaksanaandanpemanfaatanhasilberpengaruhnyata terhadap pemanfaatan lahan pekarangan. Pengaruhnya dapat dikategorikan sebagai faktor pendorong atau penghambat. Kendala proses partisipasi dalam pemanfaatan lahan pekarangan antara lain tahap perencanaan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai lumbung hidup (mean rank 1,92) menduduki peringkat III. Hubungan partisipasi terhadap pemanfaatan lahan pekarangan untuk tahap perencanaan memiliki hubungan rendah atau kurang eratdengan koefisien korelasi 0,255dan signifikansi 0,68. Kata-kata kunci: lahanpekarangan, optimalisasi ,partisipasi, ABSTRACT Optimizing the utilization of the backyard is done through empowering women to optimize the benefits of the garden as a source of family food. One of the specific objectives of the program P2KP in 2013 was to increase the participation of women farmer groups in the provision of food sources and family nutrition through optimizing utilization of the backyard as a producer of carbohydrates, protein, vitamins and minerals for family consumption. This study was conducted to determine participation in the women farmer groups’ members in optimizing the utilization of their backyard in Dramaga district, Bogor Regency on March until Apri 2014. The sample was 52 people consisting of 3 women farmer groups. The women farmer groups received P2KP/food security Program in 2014. Data collected through questionnaires and interviews with alternative answers using the score 1-4. The results showed that the members belong to the productive age, occupation as housewife, a relatively low level education (elementary), length of membership and spacious yards KWT affect the participation of members in the activities of optimizing the utilization of their backyards. Its influence could be categorized as a motivating factor or inhibitor. Constraints on the process of participation in land use included land use planning stages of the backyard as food stock (mean rank 1,92) was ranked third. Relationship between participation and land use planning stage have Low or less close relationship with coefisien 0,26 and significance correlation of 0,68. Keywords:land yard, optimization, participation
METODE PENDAHULUAN Sebagai bentuk keberlanjutan program P2KP Berbasis Sumberdaya Lokal tahun 2010, maka pada tahun 2013 program P2KP diimplementasikan melalui kegiatan: 1) Optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), 2) Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L), 3) Sosialisasi dan promosi P2KP. Penerima bantuan P2KP terbanyak di Provinsi Jawa Barat (278 desa). Beberapa kabupaten dan kota telah melaksanakan program ini sejak tahun 2010. Salah satu tujuan khusus dari program P2KP tahun 2013 adalah meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan sebagai penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral untuk konsumsi keluarga. Kegiatan optimalisasi pemanfaatan pekarangan dilaksanakan dengan pendampingan oleh penyuluh pendamping P2KP desa yang telah ditunjuk oleh dinas terkait. Kelompok wanita tani di tiga desa (Desa Babakan, Desa Cikarawang dan Desa Sukadamai) yang berada di wilayah Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, telah melaksanakan program P2KP dengan memanfaatkan lahan pekarangan di masing-masing anggotanya.
Penelitiandilaksanakan di Desa Babakan, Cikarawang dan Sukadamai Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor mulai bulan Maret sampai April 2014. Sebanyak 52 orang anggota kelompok wanita tani yang sedang melaksanakan program P2KP di tahun 2013 sebagai populasi penelitian. Sampel penelitianadalah KWT yang menerapkan pemanfaatan lahan pekarangan. Variabel partisipasi dibatasi pada indikator perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil (Slamet, 1993).Pemanfaatan lahan pekarangan dibatasi pada indikator lumbung hidup, warung hidup dan apotek hidup (Sajogyo, 1994)(Tabel 1). Data penelitian dikumpulkan melalui kuesioner. Data yang terkumpul disajikan secara tabulasi dan dianalisis secara statistik menggunakan software SPSS 20. Tingkat partisipasi dan pemanfaatan lahan pekarangan ditetapkan berdasarkan alternatif jawaban yang kemudian dikelompokkan dalam empat kategori yakni: (1) Tidak Setuju, (2) Kurang Setuju, (3) Setuju, (4) Sangat Setuju. Untuk mengetahui peringkat dari kedua variabel (partisipasi anggota KWT dan pemanfaatan lahan pekarangan) dianalisis menggunakan ujitau Kendall’s W. Hasil uji: indikator yang terlemah kemudian dijadikan kegiatan penyuluhan. Hubungan antara partisipasi anggota KWT (X) dengan pemanfaatan lahan pekarangan (Y) dianalisis menggunakan uji rank Spearman.
Tabel 1. Variabeldanindikatorpenelitian Variabel Indikator Pengukuran Partisipasi anggota KWT Perencanaan Skor 1- 4 Pelaksanaan Pemanfaatan Hasil Pemanfaatan lahan pekarangan Lumbung hidup Skor 1- 4 Warung hidup Apotek hidup HASIL DAN PEMBAHASAN dalam kategori usia separuh baya yang Karakteristik ialah ciri khas seseorang berjumlah 25 orang. dalam meyakini, dan bertindak. Keadaan b. Tingkat Pendidikan umum responden diketahui melalui Anggota KWT yang berpendidikan SD wawancara langsung dengan responden dan mencapai 27 orang anggota (52%), pengisian kuesioner. sedangkan pendidikan SLTP 10 orang anggota (19%) dan pendidikan SLTA a. Usia Hasil pengkajian menunjukkan bahwa 15 orang anggota (29%). Dari anggota KWT yang berusia < 35 tahun pengkategoriantingkatan pendidikan sebanyak 12 orang (23%). Usia antara berdasarkan data di atas, masih banyak 36–46 tahun sebanyak 25 orang (48%), anggota KWT yang berpendidikan dan usia lebih dari 47 tahun sebanyak rendah (SD), sehingga penerapan 15 orang (29%). Data di atas teknologi yang diberikan oleh penyuluh menunjukkan bahwa besarnya proporsi memerlukan waktu lama serta dapat usia anggota KWT berada berpengaruh terhadap kemajuan usaha budidaya yang digelutinya. Tabel 2. Data Karakteristik Responden No Karakteristik Kategori Jumlah Persentase Kisaran responden (%) 1 Usia (tahun) ≤35 Muda 12 23 36 – 46 Separuh baya 25 48 23-70 ≥ 47 Tua 15 29 2 Pendidikan SD Rendah 27 52 SD - SLTA SLTP Sedang 10 19 SLTA Tinggi 15 29 3 Pekerjaan Tidak bekerja IRT 30 58 Bekerja Wiraswasta 22 42 4 Lama keanggotaan (tahun) ≤5 Baru 52 100 1-3 >5 Lama 5 Luas pekarangan (m2) Nol Takpunya 49 94 1 - 150 1-<120 Sempit 2 4 120-400 Sedang 1 2 c. Pekerjaan
Anggota KWT yang tidak bekerja atau menjadi ibu rumah tangga sebanyak 30 orang (58%), dan anggota yang bekerja/wiraswasta (pedagang, catering,laundry, penjahit dan guru PAUD) sebanyak 22 orang (42%). Hasil Tabel 2 menunjukkan sebagian besar anggota KWT tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yang menjalankan fungsinya mengurus rumah tangga dan keluarga. d. LamanyaKeanggotaan Lamanya keanggotaan KWT berada pada kelas kelompok “pemula.”KetigaKWT yang diamatibelum lamaberdiri. UntukKWT Damai Lestariberdiri tahun 2010, KWT Mawar tahun 2011 dan KW Anggrek tahun 2012. e. Luas Pekarangan Penentuan pola pertanian di lahan pekarangan selain ditentukan oleh landscape, juga kondisi fisik lahan dan luasan lahan. Berdasarkanluas pekarangan, anggota KWT yang termasuk kategori tidak memiliki pekarangan sebanyak 49 orang (94%) dan anggota KWT yang memiliki pekarangan sempit sebanyak 2 orang (4%), sedangkan anggota yang memiliki pekarangan sedang berjumlah 1 orang (2%). Berdasarkan data diatas terlihat dari 52 orang responden, proporsi terbesar(49 orang) anggota KWT termasuk kategori memilikipekarangan sangat sempit.
Peringkat Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan. Proses partisipasi anggota KWT pada program P2KP dilaksanakan dalam tiga tahap antara lain: perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil. Sedangkan pemanfaatan lahan pekarangan memiliki peran sebagai lumbung hidup, warung hidup dan apotik hidup. Data hasil pengkajian tentang partisipasi anggota KWT dan pemanfaatan lahan pekarangan diperoleh melalui kuesioner dianalisis menggunakan Konkordasi Kendall’s W(Tabel 3). Partisipasi Kegiatan program P2KP perlu keterlibatan atau partisipasi anggota KWT dalam setiap kegiatan yang akan, sedang dan telah dilaksanakan. Kegiatan diawali pada tahap perencanaan, pelaksanaan dan pemanfaatan hasil. a. Perencanaan Data hasil pengkajian tentang partisipasi anggota KWT pada tahap perencanaan yang diperoleh melalui kuesioner dianalisis. Hasil pengkajian partisipasi dalam tahap perencanaan berdasarkan jawaban dari 52 responden, nilai mean rank 1,92 sehingga tahap perencanaan berada pada ranking (peringkat) III.
Tabel 3. Distribusi peringkat partisipasi anggota KWT dalam pemanfaatan lahan pekarangan di Kecamatan Dramaga No Partisipasi Mean Ranking Pemanfaatan Mean Ranking Skala Prioritas Rank Lahan Rank Penyuluhan Pekarangan 1 Perencanaan 1,92 III Lumbung hidup 1,77 III 1 2 Pelaksanaan 2,01 II Warung hidup 1,85 II 2 3 Pemanfaatan 2,07 I Apotek hidup 2,38 I 3 hasil Data hasil pengkajian pada pemanfaatan b. Pelaksanaan Hasil pengkajian partisipasi dalam tahap lahan pekarangan sebagai lumbung pelaksanaan berdasarkan jawaban 52 hidup berdasarkan jawaban yang responden sebanyak menunjukkan nilai diberikan responden sebanyak 52 orang mean rank 2,01 yang berada pada dengan nilai mean rank 1,77 menduduki ranking II. ranking III. c. Pemanfaatan Hasil Data hasil pengkajian pada tahap b. Warung hidup pemanfaatan hasil berdasarkan pendapat Data hasil pengkajian pada pemanfaatan yang diberikan responden sebanyak 52 lahan pekarangan sebagai warung hidup orang, nilai mean rank 2,07 (menduduki berdasarkan pendapat yang diberikan ranking I). Hal ini menunjukkan bahwa responden sebanyak 52 orang, nilai pada tahap pemanfaatan hasil responden mean rank 1,85 (menduduki ranking II). Sangat Setuju dengan program P2KP c. Apotek Hidup dalam optimalisasi pemanfaatan lahan Data hasil pengkajian pada pemanfaatan pekarangan. Anggota merasakan lahan pekarangan sebagai apotek hidup manfaat yang diperoleh terutama untuk berdasarkan pendapat yang diberikan mengurangi pengeluaran sehari-hari responden sebanyak 52 orang, nilai untukkeperluan dapur. mean rank 2,38 (menduduki ranking I). Pemanfaatan Lahan Pekarangan Manfaat lahan pekarangan memiliki sejumlah peran dalam kehidupan manusia. Peran lahan pekarangan bervariasi dari satu daerah dengan daerah lain,bergantungpada tingkat kebutuhan, sosial budaya, pendidikan masyarakat maupun faktor fisik dan ekologi setempat (Rahayu dan Prawiroatmodjo,2005). Sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada saat ini peran yang sering digunakan untuk manfaat lahan pekarangan meliputi: lumbung hidup, warung hidup, dan apotek hidup. a. Lumbung Hidup
Analisis Korelasi Rank Spearman Analisis korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hubungan dua variabel bila kedua data berbentuk ordinal serta sumber data untuk kedua variabel berasal dari sumber data yang tidak sama. Pada pengkajian ini untuk mencari besarnya hubungan antara partisipasi anggota KWT terhadap pemanfaatan lahan pekarangan pada program P2KP.Pengolahan datamenggunakan program SPSS versi 20.0. Pengujian dengan koefisienrhoSpearman sebagai berikut:
Tabel 4. Koefisien HubunganPartisipasi Anggota Kwt DenganPemanfaatanLahan Pekarangan Pada Program P2KP Spearman’s rho Perencanaan Pelaksanaan Pemanfaatan Hasil
Pemanfaatan pekarangan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
,255
,459**
,676**
,068
,001
,000
52
52
52
Keterangan: **Korelasisignifikanpada level 0,01 (2 arah)
Berdasarkan analisis korelasi rank Spearman hubungan partisipasi (perencanaan, pelaksanaan, dan pemanfaatan hasil) terhadap pemanfaatan (fungsi) lahan pekarangan didapatkan hasil: a. Partisipasi pada tahap perencanaan terhadap pemanfaatan pekarangan didapatkan signifikansi 0,068 dengan nilaikoefisien korelasi 0,255 yang berarti bahwa tahap perencanaan memiliki hubungan rendah atau kurang erat dalam pemanfaatan lahan pekarangan dengan tingkat keeratan hubungan (0,25) dan menandakan bahwa hipotesis Ho diterima dengan bukti signifikansi 0,68 > 0,05. Tidak ada hubungannyata antara partisipasi anggota KWT pada tahap perencanaan dengan pemanfaatan lahan pekarangan pada Program P2KP b. Partisipasi pada tahap pelaksanaan terhadap pemanfaatan pekarangan didapatkan signifikansi 0,01 dengan nilai koefisienkorelasi 0,459 yang berarti bahwa tahap pelaksanaan memiliki hubungan cukup erat dalam pemanfaatan lahan pekarangan dengan tingkat keeratan hubungan (0,459) dan menandakan bahwaterdapathubungan sangatnyataantara partisipasi pada
tingkat pelaksanaan dengan pemanfaatan pekarangan. c. Partisipasi pada tahap pemanfaatan hasil terhadap pemanfaatan pekarangan didapatkan signifikansi 0,000 dengan nilai koefisienkorelasi 0,676 yang berarti bahwa tahap pemanfaatan hasil memiliki hubungan sangatnyata dalam pelaksanaan pemanfaatan lahan pekarangan dengan tingkat keeratan hubungan (0,676) dan menandakan bahwa ada hubungan erat antara partisipasi anggota pada tingkat pemanfaatan hasil dengan pemanfaatan pekarangan. Analisis Karakteristik Anggota KWT Karakteristik responden yang meliputi: usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, lama keanggotaan, dan luas pekarangan maka dapat digunakan sebagai faktor pendukung berpartisipasinya anggota dalam pemanfaatan lahan pekarangan; namun ada juga yang justru dapat dikategorikan sebagai faktor penghambat atau bahkan bisa keduanya. Usia anggota KWT yang sebagian besar (48%) berada pada kategori usia separuh baya. Usia produktif untuk bekerjaadalah 36-46 tahun. Ini merupakan potensi untuk optimalisasi program pemanfaatan lahan pekarangan karena pada usia produktif tersebut biasanya disamping
memiliki fisik yang prima untuk beraktivitas juga umumnya “haus” akan inovasi. Banyaknya anggota KWT yang berusia separuh baya dapat berpengaruh terhadap partisipasi, mengingat fisik dan kemampuan tenaga masih cukup kuat untuk ikut dalam kegiatan kelompok, tetapi kondisi usia yang produktif ini tidak didukung dengan tingkat pendidikan yang memadai. Anggota KWT umumnya tamatan SD (52%), sehingga dapat dikatakan relatif akan lambat dalam menerima inovasi/teknologi baru. Karenanya pendidikan yang rendah termasuk kategori faktor penghambat partisipasi anggota dalam pemanfaatan lahan pekarangan. Kondisi anggota KWT yang umumnya merupakan ibu rumah tangga tanpa pekerjaan tambahan (58%) dapat dikategorikan sebagai faktor pendukung karena memiliki cukup waktu luang untuk mengurus/memanfaatkan lahan pekarangan sambil mengurus keluarga karena lokasipekarangan menyatudenganrumah. Belum lamanya keanggotaan merupakan faktor penghambat dalam tingkat partisipasi anggota KWT, terlebih lagi KWT nya juga berada pada kelas kelompok “pemula,” dengan kata lain KWT belum lama dibentuk. Dengan kondisi tersebut, maka baik anggota maupun kelembagaan taninya (KWT) masih belum “matang,” masih meraba arah yang tepat bagi pengembangan usaha KWT melalui partisipasi anggotanya. Karakteristik anggota KWT yang dapat dikategorikan sebagai faktor penghambat adalah penguasaan lahan pekarangan yang sangat sempit atau bahkan termasuk kategori “tidak” memiliki lahan. Kondisi ini utamanya disebabkan desakan penggunaan lahan untuk kegiatan non
pertanian seperti untuk garasi, lahan usaha (warung, toko) atau perluasan bangunan. Dengan kondisi tersebut, maka penting untuk diperhatikan peluang budidaya tanaman dengan mengoptimalkan pemanfaatan kondisi yang ada (budidaya tanaman perlu disesuaikan dengan kondisi fisik lokasi setempat). Terbatasnya luas lahan dapat disiasati dengan bertanam vertikultur, penggunaan media tanam (wadah) tidak harus menggunakan pot yang dibeli atau selalu kantong polybag hitam namun dapat berkreasi dengan memanfaatkan wadah sisa alat rumah tangga seperti ember bekas, kaleng cat, plastik bekas bungkus makanan dan lain sebagainya. Analisis Peringkat Partisipasi Anggota KWT dalam Pemanfaatan Lahan Pekarangan Hasil pengkajian partisipasi dalam tahap perencanaan berdasarkan jawaban responden nilai mean rank-nya 1,92 sehingga tahap perencanaan berada pada ranking (peringkat) III. Kondisi ini antara lain disebabkan beberapa faktor yaitu: (1) Rendahnya tingkat kehadiran anggota dalam pertemuan antara penyuluh dan anggota baik yang membahas masalah KWT, kegiatan penyuluhan maupun pada saat penyusunan Rencana Kerja dan Kebutuhan Anggaran(RKKA).Rendahnya tingkat kehadiran anggota disebabkan kesibukan anggota yang berperan sebagai ibu rumah tangga juga memiliki pekerjaan wiraswasta, sehingga tidak cukup waktu untuk mengikuti kegiatan kelompok. Untuk mengaktifkan keikutsertaan angota dalam setiap pertemuan dibutuhkan peran penyuluh pendamping yang terus menerus memberikan sosialisasi dan motivasi dalam setiap pertemuan kelompok agar ibu-ibu mau memanfaatkan lahan pekarangannya
dengan menanam tanaman yang bermanfaat bagi keluarga. Materi kegiatan penyuluhan disesuaikandengankebutuhan. Pemerintah melalui instansi terkait dalam Program P2KP sangat berperan dengan menyediakan sarana untuk kegiatanberupa: benih, pupuk, obat-obatan yang diberikan oleh pemerintah dalam bentuk dana bantuansosial. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan berdasarkan jawaban responden menunjukkan bahwa pada tahap pelaksanaan, nilai mean rank 2,01 (berada pada ranking II). Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: pada kegiatan penanaman sebagian anggota sudah mulai melaksanakan cara budidaya tanaman mulai dari persemaian, pemindahan tanaman dari persemaian ke polybag, pemeliharaan dan pemanenan. Partisipasi tahap pemanfaatan hasil, berdasarkan jawaban responden memiliki nilai mean rank sebesar 2,07, berada pada ranking tertinggi (I).Hal ini disebabkan anggota sudah merasakan manfaat yang diperoleh dari hasil pekarangan. Dari hasil wawancara sebagian besar anggota terbantu mengurangi pengeluaran biaya dapur mereka. Pada kegiatan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai lumbung hidup berdasarkan jawaban responden memiliki mean rank 1,77, berada pada ranking III. Hal ini disebabkan anggota KWT belum memanfaatkan lahan pekarangannya untuk menanam tanaman umbi. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan mereka belum bisa menggantikan konsumsi beras dengan tanaman umbi. Hal inidikarenakan ketidak biasaan ini mereka enggan untuk menanam umbi. Pemanfaatan lahan pekarangan, sebagai warung hidup berdasarkan jawaban responden memiliki mean rank 1,85, berada pada ranking II. Hal ini disebabkan anggota
sudah memanfaatkanpekarangannyauntuk menanam tanaman sayuran (bayam, kangkung, pakcoi, terung, tomat, dan kacang panjang) Penanaman dilakukan dengan metode vertikultur. Ada juga sebagian anggota yang memelihara ikan lele dengan menggunakan terpal plastik. Pemanfaatan lahan pekarangan, sebagai apotek hidup berdasarkan jawaban responden memiliki mean rank 2,38, berada pada peringkat tertinggi (I). Hal ini disebabkan anggota sudah mulai menanam toga (kunyit, jahe, kencur dan jeruk nipis) dan mulai memanfaatkan tanaman obat sebagai alternatif penyembuhan penyakit dansebagai penanggulangan sementara sebelum berobat ke rumah sakitkarena harganya murah dan mudahdidapat karena tersedia di pekarangan. Analisis Hubungan Partisipasi Anggota terhadap Pemanfaatan Lahan Pekarangan Keberhasilan program akan terwujud jika melibatkan partisipasi masyarakat serta komitmen pemerintah daerah yang kuat. Disamping partisipasi, kata kunci keberhasilan lainnya adalah pendekatan kelompok. Dengan demikian apapun nama dan bentuk program pemanfaatan lahan pekarangan tidak dapat mengabaikan pendekatan kelompok untuk meraih keberhasilan dan keberlanjutan program (Ashari et al., 2012) Hasil analisis korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa untuk tahap perencanaan memiliki hubungan Rendah atau kurang erat dalam pemanfaatan lahan pekarangan dengan tingkat keeratan hubungan 0,25. Sementara untuk tahap pelaksanaan dan pemanfaatan hasil menunjukkan hubungan yang Cukup erat. Lemahnya hubungan partisipasi anggota terhadap kegiatan pemanfaatan
lahan pada tahap perencanaan dapat disebabkan faktor intern masing–masing anggota (kesibukan, kegiatan kelompok pengajian dan lain-lain).Namun faktor “peran” kelembagaan KWT dalam memotivasi anggota juga perlu ditingkatkan. Untuk meningkatkan partisipasi anggota KWT dapat dilakukan dengan upaya pembinaan melalui peningkatan intensitas kegiatan penyuluhan pertanian dan pendampingan dengan menggunakan pendekatan kelompok dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran wanita tani dalam melakukan kegiatan kelompok dan meningkatkan pengetahuan akan pentingnya partisipasi dari para anggota. Anggota perlu menyadari bahwa setiap kegiatan kelompok wanita tani merupakan kegiatan bersama yang perlu direncanakan dan dilaksanakan bersama sehingga pemanfaatan hasilnya pun dirasakan bersama. Hal ini didasarkan pada pembentukan dan penumbuhan kelembagaan tani dalam hal ini kelompok wanita tani yaitu:dari, oleh dan untuk petani.
antara lain tahap perencanaan pemanfaatan lahan pekarangan sebagai lumbung hidup. Kendala ini disebabkan anggota belum bisa menggantikan konsumsi beras dengan tanaman umbi.Mereka tidak mau memanfaatkan lahannya sebagai lumbung hidup, sehingga mereka tidak hadir pada saat perencanaan. Lemahnya dua indikator tersebut dapat dijadikan tolok ukur untuk dijadikan kegiatan penyuluhan, dan dibutuhkan peran penyuluh untuk meningkatkan intensitas penyuluhan kepada anggota KWT. Hasil analisis menggunakan korelasi rank Spearman, hubungan partisipasi terhadap pemanfaatan lahan pekarangan untuk tahap perencanaan memiliki hubungan Rendah (kurang erat). Saran Perlu adanya perencanaan yang matang oleh penyuluh dan dinas terkait sebelum kegiatan dilaksanakan, agar Program P2KP dapat berjalan optimal dan mencapai sasaran yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Karakteristik yang dimiliki anggota KWT di Kecamatan Dramaga meliputi: usia produktif, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, tingkat pendidikan yang relatif rendah (SD), lamanya keanggotaan, dan luas lahan pekarangan berpengaruh terhadap partisipasi anggota KWT dalam kegiatan optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan. Pengaruhnya dapat dikategorikan sebagai faktor pendorong atau penghambat. Hasil analisiskorelasiKendall’s W, tahap yang menjadi kendala pada proses partisipasi dalam pemanfaatan lahan pekarangan
Ashari, Saptana, Tri Bastuti Purwantini. 2012. Potensi dan Prospek Pemanfaatan Lahan Pekarangan untuk Mendukung Ketahanan Pangan. Forum Penelitian Agro Ekonomi,30(1): 13-30. Rahayu, Prawiroatmodjo. 2005.Keanekaragaman Tanaman Pekarangan dan Pemanfaatannya di DesaLampeapi, Pulau Wawoni Sulawesi Tenggara.J. Tek. Ling. P3TL-BPPT, 6 (2): 360-364 Sajogyo. 1994. Menuju Gizi Baik yang Merata di Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta [ID]: Gajah Mada Press.
Slamet, M. 1993. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta [ID]: UNS Press.