HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN PRODUKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI “KANIA” DALAM PRODUKSI SUSU KARAMEL (Kasus Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat)
DEBI WIRANTI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Produktivitas Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” dalam Produksi Susu Karamel” adalah benar hasil karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2016
Debi Wiranti NIM I34120154
ABSTRAK DEBI WIRANTI. Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Produktivitas Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” dalam Produksi Susu Karamel Kasus Desa Tajur Halang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di bawah bimbingan MURDIANTO. Kelompok wanita tani (KWT) merupakan salah satu bentuk kelembagaan petani yang mana anggotanya terdiri dari wanita-wanita yang berkecimpung dalam kegiatan pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu karamel; menganalisis tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu karamel; menganalisis hubungan tingkat partisipasi anggota dengan produktivitas anggota KWT dalam produksi susu karamel. Metode penelitian ini menggunakan kombinasi pendekatan kuantitatif dengan sensus kepada 25 responden dan kualitatif dengan wawancara mendalam kepada informan. Analisis data menggunakan uji korelasi Rank Spearman dan tabel frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat produktivitas anggota kelompok tergolong sedang. Faktor yang berhubungan dengan hal ini adalah frekuensi keterlibatan anggota dalam kelompok wanita tani “kania” pada seluruh tahapan partisipasi. Kata kunci: partisipasi, produktivitas, kelompok wanita tani
ABSTRACT DEBI WIRANTI. Relation of Participation Rate with Member Productivity of “Kania” Women Farmer Group in Caramel Milk Production, Case of Tajur Halang Village, Cijeruk District, Bogor, West Java. Supervised by MURDIANTO. Women farmers group is are institution consist of members of women famer who are involved in agricultural activities. The purpose of this study is to identify what factors are associated with the level of KWT members participation in the production of caramel milk; to analyze the level of KWT members participation in the production of caramel milk; to analyze the relation of KWT members’ participation level with members’ productivity in the production of caramel milk. The method of this research is using a combination of quantitative approach with a survey of 25 respondents and qualitative depth interviews with informants. Data analyze using Rank Spearman correlation test and frequency table. The result shows that productivities of members classifieds to middle class with identified by the increasing of product production result. The factors that have relation are frequency of members related with participation level to all stages. Keywords: participation, productivity, women farmers group
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN PRODUKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI “KANIA” DALAM PRODUKSI SUSU KARAMEL (Kasus Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat)
DEBI WIRANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PRAKATA Usaha kecil menengah di wilayah pedesaan tentunya tidak terlepas dari keikutsertaan masyarakat sekitar. Pentingnya keikutsertaan masyarakat dalam sebuah kegiatan dapat menjadi faktor keberhasilan kegiatan tersebut. Partisipasi diartikan sebagai keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat secara sukarela dengan kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan dalam suatu kegiatan. Partisipasi akan terwujud apabila terdapat kemampuan, kemauan dan kesempatan pada masyarakat yang berasal dari dalam diri masyarakat sendiri. Tingkat partisipasi anggota dalam penelitian ini diukur berdasarkan parameter teori Cohen dan Uphoff (1977) yaitu: tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Selanjutnya penulis akan membahas hubungan tingkat partisipasi dengan produktivitas anggota kelompok. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada Ir. Murdianto, MSi. selaku dosen pembimbing atas bimbingan, saran, dan curahan waktunya selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga tercinta, yaitu Ayahanda Masno dan Ibunda Nanik Martini, kakak Bayu Candra Winata Ssi, beserta kedua adik laki-laki Dimas Harya Winata dan Fhyan Nanda Winata, yang telah memberikan segenap kasih sayang, motivasi, dukungan dan untaian doa yang tidak pernah putus. Selain itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada teman-teman satu bimbingan Dijako Rizki dan Tazkiyah Alkaff, beserta teman-teman satu departemen SKPM angkatan 49, atas kebersamaan dalam berbagi pengalaman dan memberikan saran-saran selama penulisan skripsi. Penulis berharap kajian mengenai Hubungan Antara Tingkat Partisipasi dengan Produktivitas Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” dalam Produksi Susu Karamel Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat mampu memberikan manfaat bagi semua pihak.
Bogor, Agustus 2016
Debi Wiranti NIM I34120154
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
v
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Rumusan Masalah
4
Tujuan Penelitian
5
Manfaat Penelitian
5
PENDEKATAN TEORITIS
7
Tinjauan Pustaka
7
Partisipasi Masyarakat
7
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
11
Faktor Internal
12
Faktor Eksternal
13
Produktivitas
13
Kelompok Wanita Tani (KWT)
14
Kerangka Pemikiran
15
Hipotesis Penelitian
16
PENDEKATAN LAPANG
17
Metode Penelitian
17
Lokasi dan Waktu Penelitian
17
Teknik Penentuan Responden dan Informan
18
Teknik Pengumpulan Data
18
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
19
Definisi Operasional
19
GAMBARAN UMUM DESA TAJURHALANG
23
Kondisi Geografis dan Demografi
23
Kondisi Ekonomi
24
Kondisi Sosial dan Budaya
25
Profil Kelompok Wanita Tani “Kania”
26
Pengolahan Produk Susu Kelompok Wanita Tani “Kania” FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL KELOMPOK WANITA TANI “KANIA”
26 29
Faktor Internal Kelompok Wanita Tani Kania
29
Usia
29
Tingkat Pendidikan
29
Tingkat Pendapatan
30
Faktor Eksternal Kelompok Wanita Tani “Kania”
31
Interaksi Anggota dengan Pengelola KWT
31
Pelayanan Pengelola KWT
32
TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI “KANIA”
35
Tahap Pengambilan Keputusan
35
Tahap Pelaksanaan
36
Tahap Menikmati Hasil
36
Tahap Evaluasi
37
Produktivitas Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania”
38
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI “KANIA”
41
Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok
42
Hubungan Tingkat Partisipasi Anggota Dengan Produktivitas Kelompok Wanita Tani “Kania”
50
SIMPULAN DAN SARAN
55
Simpulan
55
Saran
55
DAFTAR PUSTAKA
57
LAMPIRAN
61
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Tangga partisipasi Arnstein Definisi operasional faktor internal Definisi operasional tingkat partisipasi Definisi operasional produkivitas anggota Luas dan persentase lahan berdasarkan pemanfaatan lahan Desa Tajurhalang Jumlah dan persentase penduduk Desa Tajurhalang berdasarkan mata pencaharian tahun 2015 Jumlah dan persentase penduduk Desa Tajurhalang berdasarkan pemetaan tingkat kesejahteraan tahun 2015 Jumlah dan persentase penduduk Desa Tajurhalang berdasarkan tingkat pendidikan Jumlah dan persentase usia anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan karakteristik individu Jumlah dan persentase tingkat pendidikan anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan karakteristik individu Jumlah dan persentase tingkat pendapatan anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan karakteristik individu Jumlah dan persentase tahap pengambilan keputusan anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan tingkat partisipasi anggota Jumlah dan persentase tahap pelaksanaan anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan tingkat partisipasi anggota Jumlah dan persentase tahap menikmati hasil anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan tingkat partisipasi anggota Jumlah dan persentase tahap evaluasi anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan tingkat partisipasi anggota Jumlah dan persentase produktivitas anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan Koefisien korelasi spearman (rs) antara faktor internal dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan Koefisien korelasi spearman (rs) antara faktor internal dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil Koefisien korelasi spearman (rs) antara faktor internal dengan tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi Koefisien korelasi spearman (rs) antara faktor internal dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi
11 20 21 22 23 24 25 25 25 25 29 30 30 30 30 35 35 36 36 37 37 37 37 38 38 42 42 43 44 45 46 47 48 49
25 26
Hubungan tingkat partisipasi dengan produktivitas anggota kelompok 51 wanita tani “kania” Koefisien korelasi spearman (rs) antara tingkat partisipasi anggota pada 52 masing-masing tahapan dengan produktivitas kelompok
DAFTAR GAMBAR 1
Kerangka Pemikiran
16
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8
Peta Lokasi Penelitian Jadwal Penelitian Kerangka Sampling Kuesioner Panduan Wawancara Mendalam Tulisan Tematik Hasil Uji Statistik Dokumentasi Penelitian
61 62 63 65 71 73 79 89
PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dilakukan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian serta kegunaan penelitian bagi pihak terkait. Latar belakang berisi alasan mengenai pemilihan topik penelitian. Rumusan masalah berisi permasalahan yang ingin diteliti, tujuan penelitian merupakan jawaban dari masalah penelitian dan kegunaan penelitian berisi kegunaan untuk berbagai pihak yang menjadi sasaran dari hasil penelitian. Latar Belakang Sektor industri memiliki peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Fakta ini terbukti dalam perhitungan produk domestik bruto, sektor industri memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Pada Tahun 2014 kontribusi sektor industri sebesar 21.02 persen lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 sebesar 20.98 persen. Sektor industri tidak hanya berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi akan tetapi juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja. Tahun 2013 sektor industri menyerap tenaga kerja sebesar 14 juta orang atau setara 70 persen tenaga kerja bekerja di sektor industri mikro dan kecil (BPS 2015). Industri mikro dan kecil dalam bidang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) juga memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Ditinjau dari segi jumlah usaha (estabilishment) maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. Jumlah unit UKM dan Tenaga Kerja UKM di Indonesia Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM (2011) dalam setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tahun 2006 jumlah UKM 49.021.803 menyerap tenaga kerja sebanyak 87.909.598 jiwa. Tahun 2010 jumlah UKM 53.823.732 menyerap tenaga kerja sebanyak 99.401.775 jiwa. Akan tetapi ditingkat regional Jawa Barat khususnya kota Bogor pertumbuhan UKM berdasarkan kementerian koperasi dan UKM (2012) mengalami fluktuasi, yaitu pada tahun 2011 sebesar 6.582, naik sebesar 4.06 persen menjadi 6.849 pada tahun 2012. Tahun 2013 jumlah UKM sebesar 6.640 menurun sebesar 3.05 persen dibanding tahun 2012. Jumlah UKM tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 0.56 persen menjadi 6.770 dibanding tahun 2013. Di beberapa tingkat regional, UKM masih belum stabil karena belum optimal dalam pengembangan. Sehingga penting untuk melakukan pengembangan UKM berdasarkan potensi masing-masing daerah, sebagai usaha yang strategis untuk mempercepat pertumbuhan struktural dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat dan sebagai wadah kegiatan usaha bersama bagi produsen maupun konsumen. Potensi sumberdaya alam yang dimiliki Desa Tajurhalang memungkinkan pengembangan subsektor produksi sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru bagi perekonomian Indonesia. Salah satu potensi yang dimiliki adalah peternakan sapi perah yang dikembangkan di Desa Tajurhalang karena wilayah tersebut memiliki iklim dan geografis yang baik, hal ini sesuai dengan dukungan sumber daya alam dan lahan yang cukup tersedia karena berada di kaki gunung halimun salak yang memiliki iklim sejuk. Kelompok tani peternak sapi perah menghasilkan susu sapi perah murni yang memiliki nilai tinggi dan banyak di konsumsi oleh masyarakat. Akan tetapi produksi susu jauh di bawah permintaan konsumsi nasional, sementara permintaan akan susu sapi di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami
2 kenaikan. Tahun 2006 produksi susu sebesar 616.000 ton, sedangkan konsumsi susu masyarakat Indonesia sebesar 1.354.235 ton. Tahun 2007 produksi susu sebesar 567.683 ton, sedangkan konsumsi susu meningkat sebesar 2.000.995 ton. Tahun 2008 produksi susu sebesar 646.952 ton, sedangkan konsumsi susu meningkat sebesar 2.125.327 ton. Tahun 2009 produksi susu sebesar 827.249 ton, sedangkan konsumsi susu meningkat sebesar 3.475.843 ton. Tahun 2010 produksi susu sebesar 909.532 ton, sedangkan konsumsi susu meningkat sebesar 3.864.454 ton (Direktorat Jendral Peternakan 2011). Berdasarkan data tersebut, dapat dilihat adanya kesenjangan antara produksi susu sapi yang dihasilkan dengan permintaan konsumsi susu sapi. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan sapi perah untuk menunjang peningkatan produksi susu. Akan tetapi pada tahun 2007 harga susu sapi perah rendah sedangkan harga pakan untuk sapi semakin melambung tinggi. Sehingga muncullah pemikiran untuk mengolah susu sapi perah menjadi produk yang memiliki nilai harga jual yang lebih tinggi. Salah satunya adalah UKM di pedesaan yaitu Usaha Kelompok Wanita Tani (KWT) yang berada di Desa Tajur Halang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kelompok Wanita Tani yang berada di Desa Tajur Halang adalah KWT “Kania”. KWT ini memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan UKM dengan melakukan berbagai kegiatan produktif. KWT “Kania” berperan dalam menghasilkan olahan pangan berkualitas seperti produksi susu karamel dengan menonjolkan keunggulan dari produk dengan mempertahankan cita rasa dari susu sapi itu sendiri. Bahan dasar dalam pengolahan produk yang di produksi berasal dari susu sapi perah yang berasal dari desa itu sendiri yaitu kelompok tani peternak sapi perah “Kania”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa usaha dari KWT “Kania” di Desa Tajurhalang berpotensi untuk dikembangkan. Hal ini diharapkan mampu untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan penduduk desa. Walau demikian usaha dalam peningkatan produksi susu karamel terkait juga dengan keanggotaan kelompok yang memiliki hubungan terhadap produksi. Dalam sebuah kelompok maka penting untuk melihat peran serta maupun partisipasi antar anggota. Karena partisipasi dari anggota akan menentukan hasil yang akan dicapai oleh kelompok. Hal inilah yang dapat diukur melalui tahapan partisipasi yang dilakukan anggota dalam peranannya mengelola usaha produksi. Partisipasi merupakan proses ketika, baik warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta dalam mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan memantau kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka. Partisipasi tidak hanya bagaimana individu bisa ikut serta dalam kegiatan, tetapi partisipasi adalah bagaimana agar individu dapat turut serta dalam merancang kegiatan dan memiliki kesempatan untuk mempengaruhi keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan (Soemarto dan Hetifah 2009). Selanjutnya, Cohen dan Uphoff (1977) menjabarkan mengenai tahapan-tahapan partisipasi, yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Berdasarkan kasus penelitian sebelumnya tahapan partisipasi peserta memiliki beberapa kategori. Seperti yang diungkapkan Deviyanti (2013) partisipasi dalam Pembangunan di Kelurahan Karang Jati Kecamatan Balikpapan Tengah mayoritas cukup baik, yaitu pengambilan keputusan dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) hanya melibatkan beberapa pihak yang dianggap mewakili masyarakat. Akan tetapi
3 dalam pelaksanaan, evaluasi, dan pemanfaatan hasil pembangunan bidang fisik, masyarakat setempat ikut berpartisipasi memberikan bantuan bentuk tenaga serta ikut terlibat mengajukan usulan-usulan pembangunan. Apandi (2010) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa partisipasi yang dilakukan oleh peserta program Aku Himung Petani Banua mayoritas masih kurang baik, dimana partisipasi peserta sebatas pada hadir dalam kegiatan rapat, pelatihan, maupun pertemuan-pertemuan yang diadakan oleh perusahaan. Partisipasi anggota dalam suatu kegiatan berhubungan dengan peningkatan produktivitas berkenaan dengan usaha untuk menghasilkan barang yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat pada umumnya. Produktivitas merupakan hasil kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Semakin tinggi produk yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu maka dapat dikatakan bahwa tingkat produktivitas yang dihasilkan memiliki nilai tinggi. Oleh karena itu, semakin terlibat anggota dalam kegiatan produksi maka produk yang dihasilkan semakin tinggi, apabila keterlibatan anggota sedikit maka produk yang dihasilkan menjadi rendah. Penelitian Cahyantara dan Subudi (2015) menjelaskan bahwa gaya kepemimpinan partisipatif, budaya kerja, dan disiplin kerja karyawan berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan. Pengukuran tingkat produktivitas kerja yaitu menggunakan enam variabel yang mencakup peningkatan hasil kerja, etos kerja, mutu kerja, pengembangan diri, kemampuan kerja, dan efisiensi. Selanjutnya hasil penelitian Andrianto (2014) melalui analisis data dan pengujian hipotesis yang dilakukan, yaitu variabel masa kerja, usia, beban tanggungan, dan upah karyawan memiliki pengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Hal ini berarti bahwa empat variabel pengujian memberikan dampak besar dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan yang semakin menyempurnakan kualitas produk. Semakin terlibat anggota untuk berpartisipasi dalam mengembangkan dan melaksanakan kegiatan maka semakin tinggi kesempatan setiap anggota dalam meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, penulis ingin meneliti hubungan antara tingkat partisipasi dengan produktivitas anggota kelompok wanita tani (KWT) dalam produksi susu karamel?
4 Rumusan Masalah Menurut teori Cohen dan Uphoff (1977) suatu usaha dikatakan produktif apabila seluruh anggota terlibat dalam kegiatan. Akan tetapi dalam praktiknya partisipasi anggota masih mengalami banyak permasalahan yaitu masyarakat lapisan bawah ditingkat komunitas tidak berdaya menghadapi lapisan yang lebih kuat. Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi anggota kelompok adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam anggota kelompok yang mencakup usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Sedangkan faktor eksternal menurut Pangestu (1995) meliputi interaksi anggota dengan pengelola program, dan pelayanan pengelola. Oleh karena itu penelitian ini ingin mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu karamel? Keterlibatan masyarakat dalam sebuah kegiatan dapat mempengaruhi proses partisipasi pengambilan keputusan yang bermaksud untuk melihat kesadaran masyarakat dalam menentukan pemilihan sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Nasdian (2014) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Tingkat partisipasi masyarakat diukur berdasarkan parameter teori Cohen dan Uphoff (1977) yaitu: tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Sehingga muncul pertanyaan kedua, bagaimana tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu karamel? Partisipasi merupakan proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan, dan memantau kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka. Partisipasi tidak hanya bagaimana individu bisa ikut serta dalam kegiatan, tetapi partisipasi adalah bagaimana agar individu dapat turut serta dalam merancang kegiatan dan memiliki kesempatan untuk mempengaruhi keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan (Soemarto dan Hetifah 2009). Setiap anggota kelompok memiliki keterlibatan untuk berpartisipasi dalam mengembangkan dan melaksanakan kegiatan. Sehingga semakin terlibat anggota untuk berpartisipasi maka semakin tinggi hasil yang diperoleh dalam memproduksi suatu produk dan dapat meningkatkan produktivitas anggota kelompok. Produktivitas anggota dapat diartikan sebagai hasil kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja (Yuniarsih 2009). Pribadiyono (2006) menjabarkan bahwa produktivitas yaitu melibatkan semua usaha manusia dengan produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Maka perlu dianalisis bagaimana hubungan tingkat partisipasi anggota dengan tingkat produktivitas anggota KWT dalam produksi susu karamel?
5 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana tingkat partisipasi anggota KWT dalam produktivitas susu karamel. Tujuan utama ini akan dijawab melalui tujuan khusus yang telah dirumuskan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi faktor apa saja yang berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu karamel; 2. Menganalisis tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu karamel; 3. Menganalisis hubungan tingkat partisipasi anggota dengan produktivitas anggota KWT dalam produksi susu karamel. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berminat maupun terkait dengan kajian tingkat partisipasi masyarakat, khususnya kepada: 1. Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman tentang bagaimana peran pemerintah dan keterlibatan yang dilakukan oleh lembaga pengelola program dalam aktivitas pengembangan masyarakat sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat sekitar. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan untuk menambah pengetahuan mengenai pentingnya partisipasi masyarakat dalam mengembangkan produksi terutama produksi susu karamel. 2. Pemerintah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bagaimana hubungan antara masyarakat dengan pihak pengelola program pada tingkat partisipasi dengan produktivitas anggotanya. Sehingga dikemudian hari diharapkan dapat memberikan kebijakan-kebijakan sesuai. 3. Akademisi Bagi akademisi, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber informasi dan menambah pengetahuan mengenai hubungan tingkat partisipasi dengan produktivitas anggota dalam sebuah produksi susu dipedesaan.
PENDEKATAN TEORITIS Bab ini menjelaskan mengenai berbagai pustaka yang dirujuk dalam melakukan penelitian. Pustaka-pustaka tersebut diambil dari berbagai sumber seperti buku, peraturan pemerintah, maupun hasil-hasil penelitian. Selain itu, bab ini juga menjelaskan mengenai kerangka penelitian beserta dengan hipotesis penelitian, dan definisi operasional dari masing-masing variabel yang dihitung.
Tinjauan Pustaka Partisipasi Masyarakat Partisipasi adalah proses aktif inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan: pertama, warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. Kedua, partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut pada subjek yang sadar (Nasdian 2014). Partisipasi merupakan proses ketika warga sebagai individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peran serta ikut mempengaruhi proses perencanaan, pelaksanaan dan memantau kebijakan yang langsung mempengaruhi kehidupan mereka. Partisipasi tidak hanya bagaimana individu bisa ikut serta dalam kegiatan, tetapi partisipasi adalah bagaimana agar individu dapat turut serta dalam merancang kegiatan dan memiliki kesempatan untuk mempengaruhi keputusan dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan (Soemarto dan Hetifah 2009). Deviyanti (2013) mengartikan partisipasi sebagai keterlibatan setiap warga negara yang mempunyai hak dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya, partisipasi masyarakat merupakan kebebasan dan berbicara dan berpartisipasi secara konstruktif. Sehingga partisipasi masyarakat yaitu hak atau kewajiban seseorang untuk memberikan kontribusi dan berkesempatan menyumbangkan inisiatif serta kreativitasnya dalam mencapai tujuan kelompok. Selanjutnya Faisal et al. (2013) menjelaskan bahwa seseorang bisa berpartisipasi apabila menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan dan tanggung jawab bersama. Menurut FAO dalam Mikkelsen (2003) mengemukakan beberapa pengertian partisipasi sebagai berikut: 1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan. 2. Partisipasi adalah pemekaan (membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan. 3. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.
8 4.
5.
Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal, dan dampak-dampak sosial. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri.
Pengembangan partisipasi anggota kelompok, perlu pemahaman dasar mengenai tahapan partisipasi untuk mengukur keterlibatan anggota dari masingmasing pihak. Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan yaitu meliputi tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan program, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Pada penelitian Rosyida dan Nasdian (2011) dijelaskan mengenai tahapan partisipasi berdasarkan teori Cohen dan Uphoff, yaitu sebagai berikut: 1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program. Proses pengambilan keputusan bermaksud untuk melihat sejauh mana kesadaran masyarakat dalam memberikan penilaian dan menentukan pemilihan sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri. Seringkali pengambilan keputusan yang dilakukan oleh stakeholders hanya terpusat pada orang-orang yang memiliki kekuasaan, seperti pihak perusahaan yang lebih merasa mampu dari segala bidang, sedangkan masyarakat cenderung diabaikan bahkan tidak dilibatkan dalam proses ini, padahal proses pengambilan keputusan juga sangat bergantung pada keberhasilan aktivitas kemudian. 2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. Tahap pelaksanaan juga seringkali diartikan sebagai tahap implementasi, bahwa pada tahap ini partisipasi tidak hanya bernilai sebuah tindakan nyata, namun dapat pula secara tidak langsung memberikan masukan untuk perbaikan program dan membantu melalui sumber daya. Tahap pelaksanaan partisipatif sangat berbeda dengan top down dan bottom up, namun partisipasi dapat berupa gabungan dari kedua pendekatan tersebut, seperti yang bekerja bukanlah hanya pihak perusahaan, namun bersama merumuskan kebutuhan kemudian membangun hal yang diperlukan. Seperti contoh pelaksanaan top down hanya mengikuti instruksi dari pihak tertentu baik instansi atau perusahaan tanpa secara langsung mengikuti kebutuhan dari masyarakat sehingga banyak pelaksanaan pembangunan yang menjadi sia-sia dan tidak berkelanjutan. 3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. Pada tahapan ini masyarakat sudah mampu merasakan keberhasilan dari program yang telah mereka lakukan. Mereka juga dapat mengukur hasil yang mereka peroleh dengan potensi sendiri yang mereka miliki.
9 4.
Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Evaluasi merupakan kemampuan masyarakat dalam menilai baik-buruknya, berhasil tidak berhasil, dan efektiftidak efektifnya suatu program. Pada tahapan ini masyarakat setingkat lebih memahami kegunaan dan kerugian dari suatu program yang diberikan sehingga mereka dapat menyusun dan mengeksekusi solusi atas penilaian mereka. Evaluasi juga dapat menilai sejauhmana keberhasilan dan keefektifan program yang mereka lakukan, sehingga mereka dapat menentukan secara mandiri dan sadar apakah mereka harus melanjutkan atau meninggalkan kegiatan tersebut. Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam cenderung lebih sesuai konteks dengan permulaan difasilitasi oleh orang luar.
Arnstein (1969) menjelaskan bahwa ada delapan tangga partisipasi masyarakat, yang kemudian dikenal dengan tipologi Arnstein. Selanjutnya pada penelitian Mukti (2013) menjabarkan kembali mengenai tipologi Arnstein yaitu sebagai berikut: 1.
2.
3.
4.
Manipulation (manipulasi) Mengatasnamakan partisipasi, masyarakat diikutkan sebagai ’stempel karet’ dalam badan penasihat. Tingk ini dipakai sebagai formalitas semata dan untuk dimanfaatkan dukungannya. Tingkat ini bukanlah tingkat partisipasi masyarakat yang murni, karena telah diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi oleh pihak penguasa. Therapy (terapi/penyembuhan) Tingkat therapy atau pengobatan ini, pemegang kekuasaan sama dengan ahli kesehatan jiwa. Mereka menganggap ketidakberdayaan sebagai penyakit mental. Dengan berpura-pura mengikutsertakan masyarakat dalam suatu perencanaan, mereka sebenarnya menganggap masyarakat sebagai sekelompok orang yang memerlukan pengobatan. Meskipun masyarakat dilibatkan dalam berbagai kegiatan namun pada dasarnya kegiatan tersebut bertujuan untuk menghilangkan lukanya dan bukannya menemukan penyebab lukanya. Informing (informasi) Memberi informasi kepada masyarakat tentang hak, tanggung jawab dan pilihan mereka merupakan langkah awal yang sangat penting dalam pelaksanaan partisipasi masyarakat. Namun seringkali pemberian informasi dari penguasa kepada masyarakat tersebut bersifat satu arah. Masyarakat tidak memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik dan tidak memiliki kekuatan untuk negosiasi. Apalagi ketika informasi disampaikan pada akhir perencanaan, masyarakat hanya memiliki sedikit kesempatan untuk mempengaruhi program. Komunikasi satu arah ini biasanya dengan menggunakan media pemberitaan, pamflet dan poster. Consultation (konsultasi) Meminta pendapat masyarakat merupakan suatu langkah logis menuju partisipasi penuh. Akan tetapi konsultasi ini masih merupakan partisipasi semu karena tidak ada jaminan bahwa pendapat mereka akan diperhatikan. Cara yang sering digunakan dalam tingkat ini adalah jajak pendapat, pertemuan warga dan dengar pendapat. Seperti halnya pemegang kekuasaan
10 membatasi usulan masyarakat, maka kegiatan tersebut hanyalah merupakan suatu partisipasi palsu. Masyarakat hanya dianggap sebagai abstraksi statistik, karena partisipasi hanya diukur dari frekuensi kehadiran dalam pertemuan, seberapa banyak brosur yang dibawa pulang dan juga dari seberapa banyak kuesioner dijawab. Karena itu, pemegang kekuasaan telah merasa memiliki bukti bahwa mereka telah mengikuti rangkaian pelibatan masyarakat. 5. Placation (penentraman/perujukan) Tingkat ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun dalam beberapa hal pengaruh tersebut tidak memiliki jaminan akan diperhatikan. Masyarakat memang diperbolehkan untuk memberikan masukan atau mengusulkan rencana tetapi pemegang kekuasaanlah yang berwenang untuk menentukan. Salah satu strateginya adalah dengan memilih masyarakat miskin yang layak untuk dimasukkan ke dalam suatu lembaga. 6. Partnership (kerjasama) Kekuasaan disalurkan melalui negosiasi antara pemegang kekuasaan dan masyarakat. Mereka sepakat untuk sama-sama memikul tanggung jawab dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aturan ditentukan dengan melalui mekanisme take and give, sehingga diharapkan tidak mengalami perubahan secara sepihak. Partnership dapat berjalan efektif bila dalam masyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pemimpinnya bertanggung jawab, masyarakat mampu membayar honor yang cukup bagi pemimpinnya serta adanya sumber dana untuk menyewa teknisi, pengacara dan organisator masyarakat. Dengan demikian, masyarakat benar-benar memiliki posisi tawar-menawar yang tinggi, sehingga akan mampu mempengaruhi suatu perencanaan. 7. Delegated Power (pelimpahan kekuasaan) Negosiasi antara masyarakat dengan pejabat pemerintah bisa mengakibatkan terjadinya dominasi kewenangan pada masyarakat terhadap rencana atau program tertentu. Pada tingkat ini masyarakat menduduki mayoritas kursi, sehingga memiliki kekuasaan dalam menentukan suatu keputusan. Selain itu, masyarakat juga memegang peranan penting dalam menjamin akuntabilitas program tersebut. Untuk mengatasi perbedaan, pemegang kekuasaan tidak perlu meresponnya tetapi dengan mengadakan proses tawar menawar. 8. Citizen Control (kontrol masyarakat) Masyarakat menginginkan adanya jaminan bahwa kewenangan untuk mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada mereka, bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek-aspek manajerial dan bisa mengadakan negosiasi apabila ada pihak ketiga akan mengadakan perubahan. Oleh sebab itu, masyarakat dapat berhubungan langsung dengan sumbersumber dana untuk memperoleh bantuan atau pinjaman tanpa melewati pihak ketiga. Arnstein mengelompokkan lagi menjadi tiga tingkat yaitu: a) Nonparticipation; b) Degree of tokenism, dan c) Degree of Citizen Power. Tingkat nonparticipation adalah tingkat partisipasi yang bukan dalam arti sesungguhnya. Tingkat ini terdiri dari jenjang terbawah dari tangga tersebut yaitu tingkat pertama (manipulation) dan tingkat kedua (Therapy). Tingkat Tokenism, yaitu tingkat partisipasi yang tidak serius, terdiri tiga jenjang yaitu tingkat ketiga (informing), tingkat keempat (consultation) dan tingkat kelima (placation). Selanjutnya tingkat
11 keenam (partnership), tingkat ketujuh (delegated power) dan tingkat kedelapan (citizen control) masuk dalam tingkatan Degree of Citizen Power, atau tingkat dimana masyarakat telah memiliki kekuasaan. Secara jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Tangga partisipasi Arnstein Tangga/Tingkatan Partisipasi Manipulasi (Manipulation) Terapi (Therapy) Pemberitahuan (Information) Konsultasi (Consultation) Penentraman (Placation) Kemitraan (Partnership) Pendelegasian Kekuasaan (Delegated power) Kontrol Masyarakat (Citizen control)
Hakikat Kesertaan
Tingkatan Pembagian Kekuasaan
Permainan oleh Pemerintah Sekedar agar masyarakat tidak marah/mengobati Sekedar pemberitahuan searah/sosialisasi Masyarakat didengar, tapi tidak selalu dipakai sarannya Saran masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan Timbal-balik Dinegosiasikan Masyarakat diberi kekuasaan (sebagian/seluruh program) Sepenuhnya dikuasai oleh masyarakat
Tidak ada partisipasi (Non-Participation)
Tokenism/sekedar justifikasi agar masyarakat mengiyakan (Degree of Tokenism) Tingkatan kekuasaan ada Di Masyarakat (Degree of Citizen Power)
Sumber: Arnstein (1969)
Dari berbagai pendapat di atas, secara umum partisipasi diartikan sebagai keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat secara sukarela dengan kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan dalam suatu kegiatan. Sehingga dalam hal ini masyarakat harus memiliki suara dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan mempengaruhi kehidupan mereka. Partisipasi dapat dilihat dari keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan tentang apa yang dilakukan, dalam pelaksanaan kegiatan kelompok dan pengambilan keputusan untuk berkontribusi sumberdaya atau bekerjasama dalam kegiatan, berbagi manfaat dari kegiataan kelompok dan evaluasi kegiatan kelompok. Oleh karena itu, tingkat partisipasi anggota dalam penelitian ini akan diukur menggunakan parameter teori Cohen dan Uphoff (1977) yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Faktor-faktor yang menghambat pemberdayaan dan partisipasi serta menjadi penyebab mengapa masyarakat lapisan bawah di tingkat komunitas tidak berdaya menghadapi lapisan yang lebih kuat perlu dicermati dan diperhatikan dengan baik. Kendala upaya pemberdayaan dan meningkatkan partisipasi warga komunitas pada dasarnya dapat ditelaah dari dimensi struktural-kultural. Dimensi struktural
12 bersumber terutama pada struktur sosial yang berlaku dalam suatu komunitas. Dimensi kultural adalah sikap pasrah dari anggota komunitas karena terjerat dalam berbagai macam kekurangan sehingga warga komunitas terlihat tidak memiliki inisiatif, gairah dan tidak dinamis untuk mengubah hidup mereka yang kurang baik. Dimensi struktural-kultural mengandung makna berlakunya hubungan-hubungan sosial dan interaksi sosial yang khas dalam komunitas yang mengakibatkan berlangsungnya suatu kebiasaan yang dapat “membius” dan membatasi inisiatif dan semangat warga komunitas untuk berkembang. Berlangsungnya sikap-sikap pasrah, kurang kreatif, inisiatif dan berani dalam masyarakat secara langsung atau tidak langsung dapat mengkekalkan bentuk-bentuk dan sifat hubungan sosial yang khas dalam komunitas (Nasdian 2014). Selain itu faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari faktor dari dalam masyarakat (internal) yaitu kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi, maupun faktor dari luar masyarakat (eksternal) yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada. Faktor Internal Setiap manusia memiliki karakteristik individu yang berbeda antara satu dengan lainnya. karakteristik individu merupakan faktor internal yang berasal dari dalam kelompok masyarakat sendiri, yaitu individu-individu dan kesatuan kelompok didalamnya. Adapun faktor internal yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatan mencakup usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan (Slamet 2003). 1.
2.
3.
Usia Usia merupakan lama hidup seseorang terhitung dari tahun dilahirkan hingga tahun saat ia hidup. Usia diharapkan dapat mempengaruhi partisipasi individu atau kelompok untuk menyampaikan pendapat atau idenya. Usia juga menentukan seseorang untuk dapat mengambil keputusan. Usia tua dianggap memiliki pengalaman yang lebih banyak sehingga cenderung memiliki pendapat yang lebih besar (Ainiya 2014). Pengelompokkan usia menurut Havighurst (1950) dalam Mugniesyah (2006) membagi kategori usia, yaitu dewasa awal berusia 18 – 29 tahun, usia pertengahan berusia 30 – 50 tahun, dan usia tua berusia lebih dari 50 tahun. Tingkat pendidikan Pendidikan merupakan proses pembelajaran yang diterima seseorang yang memberikan tambahan ilmu pengetahuan serta pengalaman baik secara formal maupun informal. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi partisipasi, karena pengetahuan luas yang dimiliki individu cenderung memberikan pendapat yang lebih banyak, sehingga tingkat pendidikan mempengaruhi seseorang untuk berpartisipasi (Ainiya 2014). Tingkat pendapatan Pendapatan merupakan hasil yang diperoleh individu setelah bekerja. Pendapatan dibagi menjadi pendapatan harian, mingguan dan bulanan. Tingkat pendapatan seseorang mempengaruhi partisipasi, karena tingkat pendapatan yang tinggi cenderung akan memberikan partisipasi berupa dana, sementara individu yang memiliki pendapatan rendah cenderung akan ikut berpartisipasi dalam bentuk tenaga atau pikiran. Individu yang memiliki
13 pendapatan rendah cenderung memiliki partisipasi yang tinggi dalam kegiatan yang bertujuan untuk mensejahterakan dirinya (Ainiya 2014). Faktor Eksternal Menurut Sunarti (2003) menjabarkan bahwa faktor-faktor eksternal dapat dikatakan petaruh (stakeholder), yaitu semua pihak yang berkepentingan dan mempunyai pengaruh terhadap program. Petaruh kunci adalah siapa yang mempunyai pengaruh yang sangat signifikan, atau mempunyai posisi penting guna kesuksesan program. Seperti halnya faktor eksternal menurut Pangestu (1995) meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola program dengan sasaran, hubungan ini dapat mempengaruhi partisipasi karena sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu program jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selanjutnya bila didukung dengan pelayanan pengelola kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam program tersebut. Faktor eksternal dalam penelitian ini akan dianalisis berdasarkan teori Pangestu (1995) yaitu: interaksi anggota dengan pengelola KWT, serta pelayanan pengelola KWT. Dalam hal ini pihak pengelola merupakan orang-orang yang diharapkan mampu membawa anggotanya agar mau bersama-sama melakukan kegitan dalam kelompok. Selain itu, pihak pengelola harus mampu memberikan pelatihan kepada anggota, memfasilitasi, membagi informasi dan pengetahuan yang diperoleh, serta memberikan keterampilan atau mampu membimbing anggota. Sementara pelayanan yang diberikan oleh pihak pengelola sangat erat kaitannya dengan peran yang diberikan seseorang untuk membuat orang yang didampingi menjadi lebih mandiri. Pelayanan dari pengelola ini memiliki peran besar terhadap berjalannya suatu kegiatan kelompok, karena peranan penting yang dimiliki oleh pengelola memberikan stimulus yang besar untuk menarik partisipasi dari anggotanya. Produktivitas Pribadiyono (2006) menjelaskan bahwa produktivitas secara terpadu melibatkan semua usaha manusia dengan produktivitas mengandung pengertian sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Sinugan (2000) mengatakan bahwa produktivitas adalah suatu konsep yang bersifat universal yang bertujuan untuk menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan membagi pengeluaran dengan masukan. Moelyono (1993) berpendapat bahwa pengukuran terhadap hasil akhir yang dicapai oleh organisasi tersebut akan menggambarkan tingkat produktivitas dalam organisasi. Dengan demikian, produktivitas merupakan ukuran bagaimana baiknya suatu sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Bain (1982) Produktivitas merupakan suatu istilah yang seringkali disama artikan dengan kata produksi. Faktanya antara produktivitas dan produksi mempunyai arti yang berbeda. Karena pada saat produksi tinggi belum tentu produktivitasnya juga tinggi, bisa jadi produktivitasnya malah semakin rendah. Tinggi rendahnya suatu produktivitas berkaitan dengan efisiensi dari sumber-sumber daya (input) dalam menghasilkan suatu produk atau jasa (output). Dengan demikian dapat dikatakan
14 bahwa produktivitas berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam memproduksi output (barang dan/atau jasa), sehingga rumusan produktivitas adalah sebagai berikut: Jumlah output Produktivitas = Satuan Waktu Yuniarsih (2009) mengemukakan bahwa produktivitas kerja dapat diartikan sebagai hasil kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Semakin tinggi produk yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu maka dapat dikatakan bahwa tingkat produktivitas yang dihasilkan memiliki nilai tinggi. Produktivitas kerja memiliki dua dimensi yaitu efektivitas dan efisiensi. Sedarmayanti (2001) dikutip Kamuli (2012) menjabarkan bahwa dimensi efektifitas berkaitan dengan pencapain hasil kerja yang maksimal, dalam arti pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Sedangkan dimensi efisiensi berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi penggunaanya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka produktivitas anggota kelompok dalam penelitian ini akan diukur berdasarkan produk total perhari yang dihasilkan oleh masing-masing individu dalam produksi susu karamel. Produktivitas anggota kelompok juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal individu. Kelompok Wanita Tani (KWT) Kelompok tani merupakan organisasi yang dapat dikatakan berfungsi dan ada secara nyata, disamping berfungsi sebagai wahana penyuluhan dan penggerak kegiatan anggotanya. Beberapa kelompok tani juga mempunyai kegiatan lain, seperti gotong royong, usaha simpan pinjam dan arisan kerja untuk kegiatan usaha tani (Hermanto 2007). Nuryanti dan Swastika (2011) menjabarkan bahwa secara teoritis kelompok tani diartikan sebagai kumpulan petani yang terikat secara informal atas dasar keserasian dan kepentingan bersama dalam usaha tani. Kelompok tani mempunyai peran yang strategis dalam berbagai kegiatan pertanian baik yang berkaitan dengan usaha tani maupun kegiatan sosial ekonomi petani. Peningkatan pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat pedesaan lainnya dengan menumbuh kembangkan kerja sama antar petani dan pihak lain yang terkait untuk mengembangkan usaha taninya. Pengembangan kelompok tani diarahkan pada peningkatan kemampuan setiap kelompok tani dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan agribisnis, penguatan kelompok tani menjadi kuat dan mandiri (Redono 2012). Kelompok tani perlu ditumbuh kembangkan, berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian dikutip Hariadi (2007) Penumbuhan dan pengembangan kelompok tani didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1. Kebebasan, artinya menghargai kepada para individu para petani untuk berkelompok sesuai dengan keinginan dan kepentingan. Setiap individu memiliki kebebasan untuk menentukan serta memilih kelompok tani yang
15 mereka kehendaki sesuai dengan kepentingannya. Setiap individu bisa tanpa atau menjadi anggota satu atau lebih kelompok. 2. Keterbukaan, artinya penyelenggaraan penyuluhan dilakukan secara terbuka antara penyuluh dan pelaku utama serta pelaku usaha. 3. Partisipatif, artinya semua anggota terlibat dan memiliki hak serta kewajiban yang sama dalam mengembangkan serta mengelola (merencanakan, melaksanakan serta melakukan penilaian kinerja) kelompok tani. 4. Keswadayaan, artinya mengembangkan kemampuan penggalian potensi diri sendiri para anggota dalam penyediaan dana dan sarana serta penggunaan sumber daya guna terwujudnya kemandirian kelompok tani. 5. Kesetaraan, artinya hubungan antara penyuluh, pelaku utama, dan pelaku usaha yang terjadi merupakan mitra sejajar. 6. Kemitraan, artinya penyelenggaraan penyuluhan yang dilaksanakan berdasarkan prinsip saling menghargai, saling menguntungkan, saling memperkuat, dan saling membutuhkan antara pelaku utama dan pelaku usaha yang difasilitasi oleh penyuluh. Sementara kelompok wanita tani (KWT) merupakan salah satu bentuk kelembagaan petani yang mana anggotanya terdiri dari wanita-wanita yang berkecimpung dalam kegiatan pertanian. Berbeda dengan kelompok tani yang lainnya, kelompok wanita tani dalam pembinaannya diarahkan untuk mempunyai suatu usaha produktif dalam skala rumah tangga yang memanfaatkan atau mengolah hasil-hasil pertanian maupun perikanan, sehingga dapat menambah penghasilan keluarga. Kerangka Pemikiran Partisipasi merupakan keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota masyarakat secara sukarela dengan kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok untuk mencapai tujuan dalam suatu kegiatan. Partisipasi masyarakat menjadi salah satu faktor penting dalam pelaksanaan kegiatan, karena dengan adanya pasrtisipasi akan menentukan keberhasilan maupun keberlangsungan suatu kegiatan. Menurut Faisal et al. (2013) seorang anggota dapat berpartisipasi apabila menemukan dirinya dengan atau dalam kelompok, melalui proses berbagi dengan orang lain dalam hal nilai, tradisi, perasaan, kesetiaan, kepatuhan, dan tanggung jawab bersama. Partisipasi masyarakat akan menjadi hak atau kewajiban seseorang anggota untuk memberikan kontribusi dan berkesempatan menyumbangkan inisiatif serta kreativitasnya dalam mencapai tujuan kelompok. Partisipasi masyarakat dalam suatu kegiatan berhubungan dengan beberapa faktor, faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri anggota program yang dapat mempengaruhi individu untuk berpartisipasi. Faktor internal, sebagaimana diungkapkan oleh Slamet (2003) mencakup usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Sedangkan faktor eksternal berdasarkan penjabaran Pangestu (1995) meliputi tingkat interaksi anggota dan pengelola KWT, tingkat pelayanan pengelola KWT. Faktor internal dan eksternal diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota yang didorong untuk terlibat dalam setiap tahapan kegiatan secara partisipatif.
16 Tingkat partisipasi anggota akan diukur berdasarkan parameter teori Cohen dan Uphoff (1977) yang mencakup tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil sampai pada tahap evaluasi. Tahapan partisipasi tersebut menunjukkan bahwa setiap tahapan memiliki hubungan dengan produktivitas anggota kelompok dalam menghasilkan suatu barang produksi. Produktivitas kelompok mencakup produk total perhari yang dihasilkan oleh anggota dalam satu hari kerja. Produktivitas anggota dapat diartikan sebagai hasil kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Semakin tinggi produk yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu maka dapat dikatakan bahwa tingkat produktivitas yang dihasilkan memiliki nilai tinggi. Sehingga semakin terlibat anggota untuk berpartisipasi maka semakin tinggi hasil yang diperoleh dalam memproduksi suatu produk dan dapat meningkatkan produktivitas anggota kelompok. Faktor Internal Karakteristik Individu 1) Usia 2) Tingkat pendidikan 3) Tingkat pendapatan
1) 2) 3) 4)
Tingkat Partisipasi Anggota Tahap pengambilan keputusan Tahap pelaksanaan Tahap menikmati hasil Tahap evaluasi
Produktivitas Kelompok Produk total perhari Produktivitas =
Jumlah output Satuan Waktu
Faktor Eksternal 1) Interaksi anggota dengan pengelola KWT 2) Pelayanan pengelola KWT Keterangan
: : Berhubungan : Diteliti secara kualitatif Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian
Berdasarkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian adalah: 1. Diduga terdapat hubungan antara faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu karamel. 2. Diduga terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan produktivitas anggota kelompok dalam produksi susu karamel.
PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian explanatory (penjelasan) yang dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dan didukung dengan data kualitatif. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989) penelitian eksplanatori merupakan penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara dua variabel atau lebih melalui pengujian hipotesis. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan metode sensus dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Pendekatan kuantitatif untuk menjawab pertanyaan mengenai faktor internal yang meliputi karakteristik individu, tingkat partisipasi anggota dalam produksi susu karamel, produktivitas kelompok, hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota, dan hubungan tingkat partisipasi anggota dengan produktivitas kelompok. Pengumpulan data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam berdasarkan panduan pertanyaan yang diajukan kepada informan maupun responden mengenai faktor eksternal yang berhubungan dengan tingkat partisipasi anggota dalam prosuksi susu karamel. Informasi yang diperoleh melalui pendekatan kualitatif akan digunakan sebagai interpretasi terhadap data yang didapatkan dari pendekatan kuantitatif. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Tajur Halang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan: 1. Desa Tajur Halang memiliki kelembagaan ekonomi lokal berupa KWT untuk menambah penghasilan para anggota dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. 2. KWT Desa Tajur Halang memiliki koordinasi yang baik dengan pemerintah dan sudah berdiri sejak tahun 2007 hingga saat ini. 3. KWT Desa Tajur Halang mampu memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja dan menjadikan masyarakat sekitar yang merupakan anggota dari KWT menjadi lebih produktif. 4. Desa Tajur Halang merupakan salah satu desa yang memiliki usaha kecil di bidang produk olahan susu dan dikelola oleh KWT. 5. Bahan dasar utama dalam pembuatan produk olahan susu berasal dari desa tersebut yaitu Desa Tajur Halang dan pemasarannya sudah meluas hingga keluar daerah. 6. Desa Tajur Halang dipilih untuk melihat bagaimana hubungan tingkat partisipasi petani dengan produktivitas KWT. Penelitian dilaksanakan selama enam bulan, yaitu pada bulan Februari 2016 sampai bulan Juli 2016. Kegiatan dalam penelitian ini meliputi penyusunan proposal penelitian, survei penjajagan, kolokium proposal penelitian, perbaikan proposal penelitian, pengambilan data lapangan, draft skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan laporan skripsi.
18 Teknik Penentuan Responden dan Informan Sumber data dalam penelitian ini adalah responden dan informan. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yang menjadi anggota dari KWT. Responden akan diwawancarai berdasarkan kuesioner yang telah dibuat dan responden hanya memberikan informasi mengenai dirinya sendiri. Responden dalam penelitian ini adalah seluruh anggota KWT di Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Responden diambil menggunakan metode sensus, hal ini dikarenakan jumlah anggota yang tidak terlalu banyak, sehinga jumlah responden dalam penelitian ini adalah 25 orang (lihat Lampiran 3). Informan adalah orang yang dapat menjelaskan dan memberikan keterangan atau gambaran mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain dan memberikan keterangan mengenai informasi ataupun data di sekitar lingkungannya yang berhubungan dengan penelitian ini. Informan juga dikatakan sebagai pihak yang dapat mendukung keberlangsungan informasi penelitian secara lancar. Pemilihan terhadap informan akan dilakukan secara sengaja (purposive) kepada tokoh masyarakat atau stakeholder terkait yang mengetahui dengan jelas mengenai KWT diantaranya adalah kepala desa, ketua kelompok KWT, serta masyarakat yang memiliki pengaruh kuat di dalam desa tersebut. Banyaknya informan di sini tidak dibatasi, akan tetapi informan tersebut sudah dapat memberikan informasi yang relevan dan dapat membantu peneliti dalam menjawab perumusan masalah dalam penelitian. Teknik Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung di lapangan dengan cara observasi, dan wawancara mendalam yang dilakukan kepada informan maupun responden dengan mangacu pada panduan pertanyaan dan kuesioner. Hasil dari pengamatan dan wawancara di lapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Kuesioner sebagai alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini diujikan terlebih dahulu untuk mengetahui seberapa baik hasil pengukuran dilapangan dilihat dari validitas dan reliabilitas (Singarimbun dan Effendi 1989). Terdapat beberapa langkah yang dilakukan untuk melakukan tes validitas yaitu (1) mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur; (2) melakukan uji coba skala pengukuran yang telah disusun sebelumnya kepada sejumlah responden; (3) mempersiapkan tabel tabulasi jawaban; dan (4) menghitung korelasi antara masing-masing peryataan dengan skor total. Setelah diketahui bagaimana hasilnya, ketidaksesuaian pada kuesioner akan diperbaiki agar lebih valid. Pada penelitian ini kuesioner akan di uji validitasnya terlebih dahulu dengan ketentuan nilai alfa > 0.5, serta diuji reliabilitasnya sebagai instrumen pengumpul data kuantitatif minimal 10 kuesioner kepada KWT yang berada di daerah lain atau KWT yang memiliki anggota dengan karakteristik yang setara. Data sekunder diperoleh melalui informasi tertulis dari kantor desa, seperti profil desa, monografi, dan daftar anggota KWT. Disamping itu, data sekunder juga dikumpulkan dari literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian seperti buku, jurnal, laporan hasil penelitian, publikasi BPS, skripsi, dan internet. Analisis data sekunder akan di interprestasikan dengan menggunakan tabel frekuensi, grafik atau diagram.
19 Teknik Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ini memiliki dua jenis data yang diolah dan dianalisis, yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Analisa data secara kuantitatif diolah dan disajikan menggunakan aplikasi Microsoft Excel 2013 dan SPSS for windows v.16. Microsoft Excel 2013 digunakan dalam membuat tabel frekuensi, grafik, diagram dan tabulasi silang (lihat Lampiran 7) untuk melihat data responden dan kerangka sampling dari penelitian ini. SPSS for windows v.16 digunakan untuk melakukan uji statistik dengan menggunakan uji Rank Spearman Correlation untuk menganalisis ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal. Uji Rank Spearman Correlation dalam penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan variabel dari data yang bersifat ordinal seperti hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota, hubungan tingkat partisipasi anggota dengan produktivitas kelompok. Rumus Rank Spearman
6. ∑ 𝑏𝑖 2 𝜌=1− 𝑛 − (𝑛2 − 1) Keterangan: 𝜌 = Nilai Koefisien Rank Spearman Bi = Selisih antara peringkat bagi x𝑖 dan 𝑦𝑖 N = Jumlah sampe Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan verifikasi. Petama adalah proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan dan penyederhanaan data hasil wawancara mendalam berupa catatan lapangan, observasi, dan studi dokumen yang direduksi menjadi tulisan-tulisan tematik. Tujuan dari reduksi data adalah untuk mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, menyederhanakan dan membuang data yang tidak diperlukan. Kedua adalah penyajian data dengan menyusun segala informasi dan data yang diperoleh menjadi serangkaian kata-kata yang mudah dibaca ke dalam sebuah laporan berupa kutipan atau tipologi. Verifikasi adalah langkah terakhir yang merupakan penarikan kesimpulan dari hasil yang telah diolah untuk mendukung data kuantitatif. Seluruh hasil penelitian akan dituliskan dalam skripsi. Definisi Operasional Penelitian ini terdiri atas beberapa variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Masing-masing variabel dan indikator diberi batasan terlebih dahulu sehingga dapat ditemukan skala pengukurnya. Definisi operasional untuk masingmasing variabel adalah sebagai berikut: I.
Faktor Internal Faktor Internal merupakan faktor-faktor yang terdapat dalam individu responden yang dapat memotivasi diri untuk ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik ini dapat dilihat dari beberapa variabel yaitu usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan.
20 Tabel 2 Definisi operasional faktor internal No 1
2
4
Konsep Usia adalah lama hidup responden pada saat penelitian dilakukan yang dihitung sejak hari kelahiran yang dinyatakan dalam satuan tahun. Pengelompokkan usia menurut Havighurst (1950) dalam Mugniesyah (2006) membagi kategori usia, yaitu dewasa awal berusia 18 – 29 tahun, usia pertengahan berusia 30 – 50 tahun, dan usia tua berusia lebih dari 50 tahun. Tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah formal tertinggi yang pernah diikuti oleh responden.
Indikator Dewasa awal (18 – 29 tahun)
Skor 1
Dewasa pertengahan (30 – 50 tahun)
2
Dewasa akhir/tua ( > 50 tahun)
3
Rendah (Lulus SD)
1
Sedang (Lulus SMP)
2
Tinggi (Lulus SMA)
3
Tingkat pendapatan adalah Rendah jumlah rupiah pemasukan atau ( Rp. pendapatan yang diperoleh 250.000,00 – responden dalam sebulan. 666.000.00) Pengelompokkan pendapatan berdasarkan UMR jawa barat Sedang ( Rp. tahun 2016 yaitu Rp. 667.000,00 – 2.250.000,00. Akan tetapi dalam Rp. penelitian ini hanya melihat 1.083.000,00) pendapatan individu berdasarkan penghasilan yang diperoleh Tinggi ( Rp. individu dalam kegiatan 1.084.000,00 – produksi yang dilakukan oleh 1.500.000,00) kelompok wanita tani “kania” per satu bulan kerja. oleh karena itu, pengelompokkan pendapatan dalam penelitian dimodifikasi berdasarkan kondisi dan hasil penelitian selama dilapang dengan cara penghitungan pendapatan maksimal – pendapatan minimum dibagi tiga.
1
2
3
Skala Ordinal
Ordinal
Ordinal
21
II.
Tingkat Partisipasi Tingkat partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam semua tahapan kegiatan program. Tingkat partisipasi terdiri dari empat tahapan yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Tabel 3 Definisi operasional tingkat partisipasi No 1
2
3
4
Konsep Tahap pengambilan keputusan adalah keikutsertaan atau kehadiran masyarakat dalam rapat penyusunan rencana kegiatan. Pengukuran : 1. Rendah : skor 11-21 2. Sedang : skor 22-32 3. Tinggi : skor 33-44 Tahap pelaksanaan program adalah keikutsertaan responden dalam pelaksanaan kegiatan.
Pengukuran : 1. Rendah : skor 10-19 2. Sedang : skor 20-29 3. Tinggi : skor 30-40 Tahap menikmati hasil adalah keikutsertaan responden dalam memanfaatkan program yang telah dilaksanakan, dan tindakan sebagai anggota program. Pengukuran : 1. Rendah : skor 10-19 2. Sedang : skor 20-29 3. Tinggi : skor 30-40 Tahap evaluasi adalah keikutsertaan atau kehadiran responden dalam memantau dan menilai seluruh kegiatan mulai awal hingga akhir kegiatan. Pengukuran : 1. Rendah : skor 5-9 2. Sedang : skor 10-14 3. Tinggi : skor 15-20
Indikator Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
Skor 4 3 2 1
Skala Ordinal
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
4 3 2 1
Ordinal
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
4 3 2 1
Ordinal
Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju
4 3 2 1
Ordinal
22 III. Produktivitas Anggota Produktivitas adalah hasil kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Tingkat produktivitas diukur berdasarkan waktu kerja dan produk total perhari. Tabel 4 Definisi operasional produkivitas anggota No 1
Konsep Produk total perhari adalah jumlah produk yang dihasilkan dalam satu waktu kerja oleh setiap responden.
Indikator Rendah ( < 2 pak) Sedang ( 2-4 pak) Tinggi ( > 5 pak)
Skor 1 2 3
Skala Ordinal
GAMBARAN UMUM DESA TAJURHALANG Kondisi Geografis dan Demografi Desa Tajurhalang merupakan salah satu desa di Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat. Desa Tajurhalang memiliki luas wilayah sebesar 390.527 Ha yang terdiri dari 3 Dusun, 6 RW dan 22 RT. Secara administratif, batas-batas wilayah Desa Tajurhalang adalah sebelah Utara berbatasan dengan Desa palasari, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tanjungsari, sebelah Selatan berbatasan dengan Tanah Kehutanan Gunung Halimun Salak, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukaharja. Secara geografis, Desa Tajurhalang terletak 5 km dari Ibu Kota Kecamatan Cijeruk, 35 km dari Ibu Kota Kabupaten Bogor, 120 km dari Ibu Kota Provinsi Jawa Barat Bandung, dan 60 km dari Ibu Kota Negara Jakarta. Berdasarkan topologi dan kontur tanah, Desa Tajurhalang berada di kaki Gunung Halimun Salak dengan ketinggian 600-700 dpl, dengan tingkat curah hujan 3.328 mm per dtk, dan suhu udara maksimum 23 ͦ C dan suhu udara minimum 9 ͦ C. Tabel 5 Luas dan persentase lahan berdasarkan pemanfaatan lahan Desa Tajurhalang No
Pemanfaatan Lahan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Perumahan / pemukiman dan pekarangan Sawah Ladang / huma / tegalan Perkebunan / perkebunan rakyat Kolam / tambak / empang Sungai dan selokan Jalan Pemakaman / kuburan Perkantoran Peribadatan Bangunan pendidikan Lain-lain penggunaannya Jumlah
Luas Tanah (Ha) 88 15.1 6 195.42 1.85 3 2.49 0.35 0.03 0.49 0.40 7 320.13
Persentase (%) 27.5 4.7 1.9 61.0 0.6 0.9 0.8 0.1 0.0 0.2 0.1 2.2 100
Sumber: RPJM Desa Tajurhalang Tahun 2015-2020
Desa Tajurhalang memiliki luas pemanfaatan lahan secara keseluruhan 320.13 ha. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa lahan yang terdapat di Desa Tajurhalang digunakan secara produktif dan hanya sebagian kecil yang terbengkalai, sehingga Desa Tajurhalang memiliki sumber daya alam yang cukup produktif dan mampu menjadi sumber penghasilan penduduk. Salah satu sumber penghasilan penduduk adalah perkebunan dengan luas lahan 195.42 ha. Perkebunan ini sebagian besar merupakan perkebunan buah nanas, sayuran, dan palawija. Sehingga Desa Tajurhalang dikenal sebagai wilayah penghasil buah nanas.
24 Kondisi Ekonomi Kondisi ekonomi di Desa Tajurhalang dapat dilihat antara lain melalui persentase jenis mata pencaharian penduduk dan persentase tingkat kesejahteraan penduduk. Tabel 6 Jumlah dan persentase penduduk Desa Tajurhalang berdasarkan mata pencaharian tahun 2015 No
Mata Pencaharian
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Petani / buruh tani Pedagang Pegawai negeri Pensiunan / purnawirawan Peternak Pengusaha Karyawan swasta Pengrajin Tukang bangunan Penjahit Tukang ojek Bengkel / tambal ban Sopir angkot Seniman Jumlah
Jumlah (orang)
Persentase (%)
828 526 17 3 214 5 75 86 22 5 71 6 20 16 1.894
43.7 27.8 0.9 0.2 11.3 0.3 4.0 4.5 1.2 0.3 3.7 0.3 1.1 0.8 100.0
Sumber: RPJM Desa Tajurhalang Tahun 2015-2020
Tabel 6 menunjukkan bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Tajurhalang berdasarkan data monografi desa tahun 2015 adalah sebesar 43.7 persen berprofesi sebagai petani. Banyaknya penduduk yang berprofesi sebagai petani maupun buruh tani ini dikarenakan oleh tingkat pendidikan kepala keluarga yang mayoritas hanya tamat sekolah dasar (SD). Mayoritas penduduk di Desa Tajurhalang yang bekerja adalah kepala keluarga sedangkan wanita hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil data dilapang diperoleh bahwa, dibentuknya kelompok wanita tani “kania” adalah sebagai wadah untuk memfasilitasi penduduk desa khususnya wanita agar dapat memanfaatkan waktu luang yang dimiliki untuk dapat menambah penghasilan keluarga guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu kelompok wanita tani “kania” juga betujuan untuk mengurangi angka pengangguran dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi wanita desa. Menurut penduduk Desa Tajurhalang, kelompok wanita tani kania selain berfungsi untuk tempat produksi produk olahan susu juga berfungsi sebagai tempat bersosialisasi antar anggota kelompok. Para anggota dapat berbincang-bincang untuk saling bertukar pendapat maupun informasi. Para anggota juga dapat saling membantu satu sama lain ketika terdapat salah satu anggota yang mengalami kesulitan. Selain itu, terbentuknya kelompok wanita tani “kania” ini telah memberikan banyak manfaat bagi penduduk. Hal tersebut ditunjukkan dengan terdapatnya beberapa dari anggota kelompok yang mampu membuka usaha sendiri dari keterampilan yang diperoleh selama berada dalam kelompok.
25 Tabel 7 Jumlah dan persentase penduduk Desa Tajurhalang berdasarkan pemetaan tingkat kesejahteraan tahun 2015 No
Tahapan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Keluarga pra sejahtera Keluarga sejahtera 1 Keluarga sejahtera 2 Keluarga sejahtera 3 Keluarga sejahtera 3 plus Jumlah
Jumlah (keluarga)
Persentase (%)
272 728 430 109 6 1.545
17.0 47.0 28.0 7.0 1.0 100.0
Sumber: RPJM Desa Tajurhalang Tahun 2015-2020
Berdasarkan data monografi desa tahun 2015 pemerintah desa Tajurhalang telah melakukan pemetaan untuk mengetahui tingkat kesejahteraan keluarga di Desa Tajurhalang. Hasil pemetaan menunjukkan bahwa terdapat jumlah Keluarga Miskin (Gakin) sebanyak 272 KK (17.0 persen) dari total keluarga di Desa Tajurhalang yang berjumlah 1545 KK. Terdapatnya keluarga pra sejahtera di Desa Tajurhalang ini mengungkapkan bahwa masih banyak hal yang harus dikembangkan untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Keberadaan kelompok wanita tani “kania” dalam bidang produksi susu karamel di Desa Tajurhalang diharapkan dapat membuat keluarga pra sejahtera semakin berkurang. Melalui kegiatan produksi susu karamel dapat membantu keluarga yang masih tergolong keluarga pra sejahtera untuk meningkatkan taraf hidupnya. Kondisi Sosial dan Budaya Profil Desa Tajurhalang pada tahun 2015 menunjukkan bahwa desa ini memiliki 1.545 KK dengan jumlah penduduk 6.072 jiwa. Adapun komposisinya terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 3.173 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 2.899 jiwa. Tingkat pendidikan penduduk di Desa Tajurhalang mayoritas hanya tamat sekolah dasar yaitu sebesar 53.2 persen. Sedangkan penduduk yang melanjutkan pendidikan hingga jenjang S1 hanya sebesar 0.6 persen. Tabel 8 Jumlah dan persentase penduduk Desa Tajurhalang berdasarkan tingkat pendidikan No
Jenis Pendidikan
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Tidak tamat sekolah dasar (SD) Tamat sekolah dasar / sederajat Tamat SMP / sederajat Tamat SMA / sederajat Tamat D1 s/d D3 Tamat S1 s/d S3
Jumlah (orang)
Persentase (%)
1.170 2.143 415 267 8 25
29.0 53.2 10.3 6.6 0.2 0.6
Sumber: RPJM Desa Tajurhalang Tahun 2015-2020
Penduduk Desa Tajurhalang tergolong penduduk yang masih memiliki solidaritas yang tinggi. Hal ini ditunjukkan melalui kegiatan yang masih berorientasi pada kepentingan bersama, yaitu terdapatnya kelompok pengajian wanita maupun laki-laki yang dilaksanakan rutun setiap minggunya.
26 Profil Kelompok Wanita Tani “Kania” Kelompok wanita tani ‘kania” merupakan kelompok yang bergerak dalam bidang pengolahan produk susu sapi yang berada di RT03/ RW03 Desa Tajurhalang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Bahan dasar utama dalam pembuatan produk susu berasal dari peternakan sapi perah “kania” yang terletak di desa tersebut. Peternakan sapi perah “kania” berdiri sejak tahun 1987, yang saat ini diketuai oleh M. Enoch dengan jumlah anggota 50 peternak. Peternakan sapi perah dikembangkan di Desa Tajurhalang karena wilayah tersebut memiliki iklim dan geografis yang baik, hal ini sesuai dengan dukungan sumber daya alam dan lahan yang cukup tersedia karena berada di kaki gunung halimun salak yang memiliki iklim sejuk. Kelompok tani peternak sapi perah “kania” ini menghasilkan susu sapi perah murni. Susu sapi perah memiliki nilai tinggi dan banyak di konsumsi oleh masyarakat. Akan tetapi pada tahun 2007 harga susu sapi perah rendah sedangkan harga pakan untuk sapi semakin melambung tinggi. Sehingga muncullah pemikiran untuk mengolah susu sapi perah menjadi produk yang memiliki nilai harga jual yang lebih tinggi. Sehingga muncullah ide untuk mendirikan kelompok wanita tani “kania” dengan tujuan untuk mendukung kelompok tani peternak sapi perah “kania”. Berawal dari pemikiran tersebut pihak kelompok tani peternak sapi perah “kania” melakukan Focussed Group Discussion (FGD) yang dihadiri aparat desa, tokoh masyarakat, dan perwakilan kelembagaan yang terdapat di Desa Tajurhalang (kelompok tani, kelompok pemuda, dan kelompok pengajian). Adapun dilakukannya FGD ini bertujuan untuk menampung aspirasi dan potensi dari desa tersebut yang disampaikan oleh berbagai pihak dalam rangka melakukan pengembangan potensi yang terdapat di Desa Tajurhalang. Hasil FGD pertama maka dilaksanakan kembali FGD kedua untuk membentuk kelompok wanita tani yang sebagian besar dihadiri oleh ibu-ibu desa Tajurhalang. Kegiatan FGD kedua ini didampingi oleh beberapa aparat desa, tokoh masyarakat, dan perwakilan kelompok tani. Dari hasil FGD kedua tersebut, tepatnya pada tanggal 20 Mei 2007 terbentuklah Kelompok Wanita Tani “Kania” yang diketuai oleh Nyai Uniroh. Jumlah anggota dari kelompok wanita tani “kania” ini adalah sebanyak 25 orang. Nama dari KANIA ini sendiri berarti kesatuan antara niat, ilmu, dan amal. Dalam hal ini masyarakat berharap bahwa dengan adanya kelompok tersebut dapat membawa perubahan perekonomian bagi penduduk desa ke taraf hidup yang lebih baik. Selain itu segala kegiatan dalam kelompok tersebut diharapkan mampu memberikan rasa saling peduli yang tinggi dan dapat menjadi wadah silahturahmi antar penduduk. Pengolahan Produk Susu Kelompok Wanita Tani “Kania” Berdirinya kelompok ini tidak terlepas dari adanya kelompok tani ternak sapi perah “kania” yang bergerak dalam bidang peternakan sapi perah. Awal mulanya ketika harga susu sapi perah yang rendah sedangkan pakan untuk sapi semakin naik yakni pada tahun 2007, maka muncul pemikiran untuk mengolah susu sapi perah menjadi produk yang memiliki nilai harga jual yang lebih tinggi. Sehingga masyarakat mulai mengolah susu sapi perah menjadi berbagai macam aneka makanan yang diminati masyarakat luas. Kegiatan kelompok wanita tani “kania” adalah memproduksi pengolahan susu sapi perah menjadi berbagai macam aneka
27 produk yang diminati oleh masyarakat luas. Pengolahan susu sapi perah yang dilakukan oleh kelompok wanita tani “kania” ini bertujuan untuk mengubah bahan dasar susu sapi perah menjadi produk yang memiliki nilai harga jual yang lebih tinggi tanpa meninggalkan cita rasa dari susu sapi perah tersebut. Adapun produk makanan yang diolah yaitu dodol susu, karamel susu, stik susu, kerupuk susu dan pangsit susu. Dodol merupakan sejenis makanan yang di kategorikan dalam jenis makanan manis. Untuk membuat dodol yang bermutu tinggi cukup sulit karena proses pembuatannya yang lama dan membutuhkan keahlian. Dodol menurut SNI 012986-1992 merupakan semi basah yang pembuatannya dari tepung beras ketan, santan kelapa, dan gula. Pengolahan dodol susu di kelompok wanita tani “kania” dari semua bahan dasar hanya di tambahkan susu sapi murni saja. Hasil dari penambahan susu ini yang menjadi rasa dodol produk kelompok wanita tani “kania” menjadi lebih enak dan khas dibandingkan produk dodol yang ada dipasaran. Kerupuk merupakan makanan ringan yang dapat di konsumsi dengan nasi ataupun juga sebagai makanan tambahan, kerupuk terbuat dari adonan tepung tapioka yang dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Pada pengolahan kerupuk susu tidak berbeda jauh bahan dasarnya dengan kerupuk lainnya, hanya produk kerupuk pada kelompok wanita tani “kania” ditambahkan susu murni sebagai bahan tambahan. Penambahan susu murni menjadikan kerupuk ini lebih renyah dan gurih. Kerupuk susu dapat di jadikan sebagai pelengkap untuk berbagai makanan indonesia seperti nasi goreng, gado-gado dan lain lain. Karamel adalah gula-gula yang terbentuk dari proses karamelisasi, sehingga menghasilkan cairan lengket berwarna coklat keemasan sampai cokelat gelap. Karamel kadang terbentuk ketika memasak permen. Karamel dapat digunakan sebagai penambah rasa dalam puding dan berbagai macam hidangan penutup, sebagai isian permen, dan sebagai topping es krim atau hidangan custard. Karamel susu merupakan makanan cemilan atau sering di sebut juga sebagai permen yang memilki nilai gizi yang tinggi. Pembuatan karamel susu ini tidak jauh berbeda dengan pembuatan karamel pada umunya bahan baku nya hanya gula dan susu sapi murni. Pangsit merupakan makanan berupa dagung cincang yang dibungkus lembaran tepung terigu. Pangsit umumnya dihidangkan di dalam sup dan penyajian pangsit biasanya direbus maupun digoreng dengan minyak goreng yang banyak hingga renyah seperti kerupuk. Pangsit susu yang diproduksi oleh kelompok wanita tani “kania” tidak jauh berbeda dengan pangsit pada umunya hanya saja pada pangsit susu rasanya lebih renyah dan gurih karena ada unsur susu di dalamnya. Selain enak untuk di makan, pangsit susu juga merupakan makanan yang bergizi dan sehat untuk dikonsumsi. kelompok wanita tani “kania” membuat adonan dalam membuat pangsit dan stik susu (milk stik) hampir sama dengan pembuatan pangsit seperti biasanya, perbedaanya hanya pada tambahan susu murni pada adonan dan bentuk pencetakan nya saja, jika pangsit biasanya berupa lembaran tipis yang bebentuk persedi. Sedangkan stik susu berbentuk panjang dan kecil.
FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL KELOMPOK WANITA TANI “KANIA” Faktor Internal Kelompok Wanita Tani Kania Faktor internal kelompok merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu yang meliputi karakteristik individu. Karakteristik individu dalam penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Berikut karakteristik individu anggota kelompok wanita tani “kania” akan dijabarkan satu persatu dalam pembahasan ini. Usia Usia merupakan lama hidup responden pada saat penelitian dilakukan yang dihitung sejak hari kelahiran yang dinyatakan dalam satuan tahun. Pengelompokkan usia menurut Havighurst (1950) dalam Mugniesyah (2006) membagi kategori usia, yaitu dewasa awal berusia 18 – 29 tahun, usia pertengahan berusia 30 – 50 tahun, dan usia tua berusia lebih dari 50 tahun. Tabel 9 Jumlah dan persentase usia anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan karakteristik individu Kategori Dewasa awal Dewasa pertengahan Dewasa akhir Total
Rentang usia (tahun) 18 – 29 30 – 50 > 50
Jumlah (orang) 1 19 5 25
Persentase (%) 4.0 76.0 20.0 100.0
Tabel 9 menunjukkan bahwa yang lebih dominan mengikuti kegiatan produksi pengolahan susu karamel adalah anggota yang tergolong berusia dewasa pertengahan (30 – 50 tahun) yaitu sebesar 76.0 persen. Hasil ini dilatarbelakangi oleh banyaknya anggota pada usia dewasa pertengahan yang memiliki waktu luang. Sehingga melalui kegiatan produksi susu karamel di bawah naungan kelompok wanita tani “kania” dapat membantu para anggota dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sementara itu, anggota yang tergolong berusia dewasa akhir (> 50 tahun) yaitu sebesar 20.0 persen, memiliki usaha warung makanan sehingga kurang termotivasi untuk mengikuti kegitan produksi susu karamel. Selanjutnya, anggota yang tergolong berusia dewasa awal (18 – 29 tahun) yaitu sebesar 4.0 persen, pada umumnya telah bekerja sebagai buruh di pabrik baju dan tidak memiliki waktu luang untuk mengikuti kegiatan produksi susu karamel yang dilaksanakan oleh kelompok wanita tani “kania”. Tingkat Pendidikan Tingkat pendidikan merupakan jenjang sekolah formal tertinggi yang pernah diikuti oleh responden sampai saat penelitian dilakukan. Pengolongan tingkat pendidikan dalam penelitian ini telah dimodifikasi berdasarkan kondisi dan hasil penelitian selama dilapang. Penggolongan tersebut meliputi lulusan SD, lulusan
30 SMP, dan lulusan SMA. Berikut ini karakteristik responden anggota kelompok wanita tani “kania” berdasarkan tingkat pendidikan disajikan dalam tabel. Tabel 10 Jumlah dan persentase tingkat pendidikan anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan karakteristik individu Kategori Pendidikan rendah Pendidikan sedang Pendidikan tinggi Total
Tingkat pendidikan Lulus SD Lulus SMP Lulus SMA
Jumlah (orang) 20 2 3 25
Persentase (%) 80.0 8.0 12.0 100.0
Berdasarkan pengolahan data di atas anggota pada anggota kelompok wanita tani “kania” cenderung tergolong rendah. Hal ini dilihat dari jumlah anggota yang menempuh pendidikan formal hingga lulus SD mencapai tingkat tertinggi yaitu sebesar 80.0 persen. Anggota yang berpendidikan sedang hanya sebesar 8.0 persen dan anggota yang berpendidikan tinggi sebesar 12.0 persen. Hal tersebut terjadi karena sebagian besar anggota merupakan penduduk asli Desa Tajur Halang yang telah menetap secara turun temurun. Sehingga pada saat itu pendidikan formal masih belum menjadi prioritas utama bagi penduduk. Selain itu biaya dan akses menuju sekolah masih sulit untuk dicapai. Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan merupakan jumlah rupiah pemasukan atau pendapatan yang diperoleh responden dalam sebulan. Pengelompokkan pendapatan berdasarkan UMR jawa barat tahun 2016 yaitu Rp. 2.250.000,00. Akan tetapi dalam penelitian ini hanya melihat pendapatan individu berdasarkan penghasilan yang diperoleh individu dalam kegiatan produksi yang dilakukan oleh kelompok wanita tani “kania” per satu bulan kerja. oleh karena itu, pengelompokkan tingkat pendapatan dalam penelitian ini dimodifikasi berdasarkan kondisi dan hasil penelitian selama dilapang. Penggolongan tersebut dihitung dari hasil setiap produksi pengolahan produk susu yang kemudian ditotal dalam satuan bulan. Berikut karakteristik responden berdasarkan tingkat pendapatan anggota kelompok wanita tani “kania”. Tabel 11 Jumlah dan persentase tingkat pendapatan anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan karakteristik individu Kategori
Rentang (rupiah)
Rendah Sedang Tinggi Total
250.000,00 – 666.000.00 667.000,00 – 1.083.000,00 1.084.000,00 –1.500.000,00
Jumlah (orang) 13 9 3 25
Persentase (%) 52.0 36.0 12.0 100.0
Tingkat pendapatan anggota anggota kelompok wanita tani “kania” dalam produksi susu karamel dominan rendah 250.000,00 – 666.000.00 yaitu sebesar 52.0
31 persen. Sementara anggota yang tergolong sedang 667.000,00 – 1.083.000,00 yaitu sebesar 36.0 persen dan anggota yang tergolong tinggi 1.084.000,00 –1.500.000,00 hanya mencapai 12.0 persen. Hal ini terjadi karena terdapat beberapa anggota yang terkadang tidak hadir untuk mengikuti kegiatan produksi susu sehingga pendapatan yang diperolehpun tergolong rendah. Hal tersebut didukung dengan pernyataan oleh salah satu responden berikut ini. “ibu mah punya warung sendiri dirumah, jadi ga bisa selalu hadir di kwt buat produksi susu karamel. Palingan dateng kalo ada kumpul-kumpul pengajian di kwt aja teh sekalian silahturahmi gituh. Yah karena jarang dateng buat ikut produksi ya hasil uangnya dikit teh. Paling kalo dikira-kira mah 250an sebulan kalo di kwt mah..” (Ibu AC, 53 tahun). Faktor Eksternal Kelompok Wanita Tani “Kania” Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu atau lingkungan yang mempengaruhi seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Faktor eksternal dalam penelitian ini akan dianalisis berdasarkan teori pangestu (1995) yang meliputi tingkat interaksi anggota dan pengelola KWT, tingkat pelayanan pengelola KWT. Berikut ini faktor eksternal anggota kelompok wanita tani “kania” akan dijabarkan satu persatu dalam pembahasan ini. Interaksi Anggota dengan Pengelola KWT Tingkat interaksi anggota dan pengelola KWT adalah seperti ketua, sekertaris, dan bendahara dari Kelompok Wanita Tani “Kania” yang hampir setiap harinya berinteraksi langsung dengan anggota. Hasil wawancara mendalam pada penelitian ditemukan bahwa sebagian besar anggota kelompok wanita tani memiliki interaksi yang baik dengan pengelola KWT. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan kedekatan anggota dengan pengelola KWT serta intensitas pertemuan anggota dengan pengelola KWT. Dalam pertemuan anggota juga dapat menyampaikan kendalakendala yang dihadapi. Selain itu, berbagai informasi baik dari desa maupun kelompok lebih sering disampaikan melalui pengelola daripada tokoh masyarakat maupun stakeholder terkait. Anggota kelompok mengakui bahwa pengelola KWT membantu pengembangan usaha dari produksi kelompok. Menurut anggota, pengelola KWT dalam setiap bulan melakukan kunjungan ke rumah-rumah anggota dengan tujuan menanyakan kendala kehadirannya selama ini dalam kelompok. Selain itu dari pihak pengelola KWT juga mengajak secara langsung kepada anggota yang dirasa memiliki waktu luang tetapi tidak turut terlibat dalam kegian kelompok. Hal tersebut didukung dengan pernyataan oleh salah satu responden berikut ini. “...interaksi ngasih inpo mah ya sering neng, kadang juga si ibu X sampe dateng ka bumi ngajaken ngabuat susu karamel. tiap minggu nya diadaken pangajian bareng sama ibu-ibu di kwt, kalo ada acara apa gitu nya dipanggil samua anggota ka kwt. Tapi ya gitu kadang ada yang ga dateng karna lagi ada acara lain, ya istilah nya ga tepatlah sikonnya hhe...” (Ibu HE, 65 tahun).
32 Ungkapan yang sama juga diutarakan oleh salah satu responden lain yang berada dalam satu kelompok yang sama, bahwa para anggota memiliki interaksi yang baik dengan pengelola KWT. Anggota diajak untuk mengikuti pelatihanpelatihan yang dilaksanakan baik di kelompok wanita tani “kania” maupun yang dilaksanakan oleh pemerintah. “si ibu X, Y, Z sering nelvon saya ngajakin kumpul ke kwt, kadang juga kalo ada pelatihan-pelatihan saya sering diajak teh. info-info mah dikasih terus, tapi sayanya kerja. kalo lagi ga kerja saya ya dateng. Kemarin kan saya dateng pas pengajian ketemu sama teteh juga.... dulu mah setiap rapat, ibu-ibu pada disuruh tanya ini itu ngasih usulan, tapi pada diem. Kita sih nurut aja apa kata yang diatas, diajak produksi ya produksi ngikut aja teh pokonya...” (Ibu IH, 38 tahun). Selain itu ungkapan yang sama juga diutarakan oleh responden lain yang mengatakan bahwa interaksi antara anggota dengan pengelola KWT memiliki interaksi yang baik. Pihak pengelola KWT memberikan informasi dan mengajak anggotanya turut terlibat dalam pelaksanaan produksi yang dilaksanakan oleh kelompok. Informasi yang diberikan oleh pengelola KWT terkait pemasukan dan pengeluaran kelompok, serta adanya bantuan alat produksi dari pemerintah. “biasanya pas lagi ada pesenan banyak, saya sama ibu-ibu lain sampe pada nginep ka kwt. Rumah ibu mah deket dari kwt nya. Jadi gampang kalo ada apa-apa teh... si ibu X, Y, Z juga ngajakin terus kalo mau produksi. Ada bantuan alat produksi, anggota juga pada dikasih tau... pas ada bantuan alat buat produksi yogurt, sama ibu X semua anggota disuruh kumpul ke KWT, si ibu ngasih tau kalo kelompok kita dapet bantuan dan harus bagaimana kedepannya, jadi nyusun-nyusun rencana kalo besok-besok kelompok harus memproduksi sekian..” (Ibu P, 35 tahun). Pelayanan Pengelola KWT Pelayanan pengelola KWT dilihat berdasarkan kepuasan yang dirasakan oleh anggota kelompok wanita tani “kania”. Hasil wawancara mendalam pada penelitian ditemukan bahwa sebagian besar anggota kelompok wanita tani “kania” merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pengelola KWT. Hal ini karena pengelola KWT secara sukarela membantu, mengatur serta mengurus kegiatankegiatan yang ada dalam kelompok. Pihak pengelola juga mempunyai posisi yang kuat dalam kelompok karena kedekatannya dengan anggota. Dalam kegiatan kelompok, tugas seorang pengelola tidak hanya memfasilitasi saja, melainkan membimbing dan mendidik anggotanya. Selain itu pelayanan pengelola kepada anggota dapat dilihat melalui pemberian informasi tentang kegiatan kelompok kepada anggota, pemberian pengetahuan tentang berwirausaha serta kegiatan pengelola yang membantu anggota dalam memecahkan masalah. Hal tersebut didukung dengan pernyataan oleh salah satu responden berikut ini. “alhamdulillah puas dengan pelayanan yang ada di kwt, dulu ada ibu K yang nyaranin bikin produk susu selain yang ada di kwt. habis itu semua anggota diajak diskusi, ngomongin gimana kalo
33 bikin produk baru, kira-kira pada mau bikin produk apa. Sering diadain rembukan dikelompok teh...kita juga diajak diskusi” (Ibu SK, 24 tahun). Ungkapan yang sama juga diutarakan oleh salah satu responden lain yang berada dalam satu kelompok yang sama, bahwa para anggota merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh pengelola KWT. Pihak pengelola sering memberikan pelatihan-pelatihan kepada anggota yang belum bisa melakukan pengolahan maupun produksi produk. Pengelola KWT juga memberikan dorongan, memberikan saran dan membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh anggota, yang kemudian di musyawarahkan secara bersama-sama dengan anggota kelompok. Selain itu pengelola KWT juga mempersiapkan dan mengatur semua kegiatan kelompok. “...pelayanannya banyak teh, kalo ada kendala produksi ngadunya ke ibu X, Y. Trus dibantuin nyelesaiin bareng-bareng gimana ngatasi masalah ituh. Yang ngurus semua kegiatan kelompok juga banyak dibantu sama mereka... kan ada juga ya ibu-ibu yang masih belom bisa ngolah susu karamel, nanti bakal diajarin sama orang dikwt. Diajakin produksi ngolah susu karamel sampe bisa, dikasih tau takaran susunya berapa harus dimasaknya berapa lama biasanya kalo seliter bisa produksi berapa banyak, semuanya dikasih tau teh cara-caranya sampai ngepak susu karamel...” (Ibu H, 43 tahun). Selain itu ungkapan yang sama juga diutarakan oleh responden lain, yang mengatakan bahwa kepuasan yang dirasakan oleh anggota kelompok wanita tani “kania” terhadap pelayanan pengelola KWT memiliki interaksi yang baik. Pengelola KWT selain memberikan pelayanan terhadap kegiatan kelompok, pengelola KWT juga merangkul anggotanya untuk hadir dalam semua kegiatan kelompok. Salah satu cara yang dilakukan oleh pengelola KWT adalah dengan cara mempererat tali silahturahmi antar anggota melalui kegiatan pengajian rutin yang diadakan setiap minggunya. Hal ini bertujuan untuk membangun kekeluargaan yang lebih dekat antar anggota sehingga setiap anggota dapat saling mengenal dengan baik satu sama lainnya. “pelayanan ibu X di kwt mah baik banget teh, sering diadain pengajian buat silahturami sama ibu lain juga di kwt, masak bareng-bareng juga...hampir tiap minggu teh ada pengajiannya, yang datang juga banyak. Malahan lebih banyak yang dateng kalo lagi pengajian dari pada kumpul-kumpul di KWT. Maklum atuh teh kalo Cuma dateng pas rapat mah pada males, kalo ada pesenan banyak langsung produsksi banyak yang dateng teh ” (Ibu W, 60 tahun).
34 Ikhtisar Pada penelitian ini faktor internal kelompok dilihat berdasarkan karakteristik individu. Karakteristik individu dalam penelitian ini meliputi usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa mayoritas responden dari anggota kelompok wanita tani “kania” memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) berumur dewasa pertengahan (30 – 50) sebanyak 19 orang atau sebesar 76.0 persen, (2) berpendidikan rendah sebanyak 20 orang atau sebesar 80.0 persen, dan (3) memiliki pendapatan rendah sebanyak 13 orang atau sebesar 52.0 persen. Sedangkan faktor eksternal kelompok dilihat interaksi anggota dengan pengelola KWT, tingkat pelayanan pengelola KWT. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa mayoritas responden dari anggota kelompok wanita tani “Kania” memiliki hubungan interaksi dan kepuasan tingkat pelayanan KWT yang baik dengan pengelola KWT. Hal ini pengurus kelompok selalu menyampaikan informasi apapun terkait kegiatan kelompok kepada seluruh anggota kelompok wanita tani “kania”. Sehingga anggota merasa dianggap sebagai bagian dari kelompok dan merasa memiliki tanggung jawab sebagai anggota kelompok.
TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI “KANIA” Tingkat partisipasi merupakan keikutsertaan atau kehadiran anggota kelompok wanita tani dalam semua tahapan kegiatan produksi susu karamel. Dalam hal ini tingkat partisipasi dari anggota kelompok menjadi sangat diperlukan dalam kegiatan kelompok agar terlaksana dengan baik. Tingkat partisipasi dalam penelitian ini diukur berdasarkan parameter pengukuran Cohen dan Uphoff (1977) yang terdiri dari empat tahapan yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Berikut ini akan dijabarkan tahap-tahap partisipasi anggota kelompok wanita tani “kania”. Tahap Pengambilan Keputusan Tahap pengambilan keputusan merupakan keikutsertaan atau kehadiran anggota kelompok wanita tani dalam rapat penyusunan rencana kegiatan. Pada kelompok wanita tani “kania”, tahap pengambilan keputusan dilihat dari keterlibatan anggota seperti hadir dalam pertemuan penyusunan kegiatan, menyampaikan pendapat berupa ide kritik maupun solusi dalam pertemuan, dan turut serta dalam mengambil keputusan dalam pertemuan. Tahap pengambilan keputusan dikategorikan berdasarkan pengukuran skor yang meliputi rendah yaitu skor 11 – 21, sedang skor 22 – 32, dan tinggi skor 33 – 44. Berikut ini tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan dalam kelompok wanita tani “kania”. Tabel 12 Jumlah dan persentase tahap pengambilan keputusan anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan tingkat partisipasi anggota Kategori Rendah Sedang Tinggi Total
Pengukuran skor 11 – 21 22 – 32 33 – 44
Jumlah (orang) 11 9 5 25
Persentase (%) 44.0 36.0 20.0 100.0
Tingkat partisipasi tahap pengambilan keputusan dari 25 responden mayoritas berada pada kategori tingkat rendah yaitu sebesar 44.0 persen. Sementara pada kategori sedang yaitu sebesar 36.0 persen dan kategori tinggi sebesar 20.0 persen. Tingginya persentase ketidakhadiran dalam mengikuti rapat dikarenakan frekuensi kehadiran anggota hanya pada saat pemilihan kepengurusan kelompok wanita tani “kania”. Selain itu, faktor kesibukan dari para anggota yang sebagian besar telah memiliki anak dan menjalankan pekerjaan lain menjadi alasan rendahnya keikutsertaan anggota dalam mengikuti rapat. Rendahnya kehadiran dalam mengikuti rapat dapat menyebabkan rendahnya tingkat penyampaian pendapat yang berupa ide, kritik, dan solusi. Hal ini karena, melalui kehadiran anggota maka akses dalam menyampaikan pendapat dalam rapat akan lebih terbuka. Akan tetapi, dari hasil wawancara didapatkan bahwa dari beberapa anggota yang menyatakan pernah hadir, tidak semua berani dan mau dalam menggunakan akses tersebut untuk menyampaikan pendapat mereka.
36 Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan merupakan keikutsertaan responden dalam pelaksanaan kegiatan. Tahap pelaksanaan juga seringkali diartikan sebagai tahap implementasi kegiatan. Menurut Cohen dan Uphoff (1977) partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. Pada pelaksanaan kegiatan produksi susu karamel oleh kelompok wanita tani “kania”, tahap pelaksanaan ditujukan oleh partisipasi anggota dalam pemilihan lokasi untuk kegiatan produksi, kegiatan pelatihan, serta memberikan sumbangan berupa ide, barang, uang dan tenaga dalam kegiatan produksi susu karamel. Tahap pelaksanaan dikategorikan berdasarkan pengukuran skor yang meliputi rendah yaitu skor 10 – 19, sedang skor 20 – 29, dan tinggi skor 30 – 40. Berikut ini tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan dalam kelompok wanita tani “kania”. Tabel 13 Jumlah dan persentase tahap pelaksanaan anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan tingkat partisipasi anggota Kategori Rendah Sedang Tinggi Total
Pengukuran skor 10 – 19 20 – 29 30 – 40
Jumlah (orang) 8 12 5 25
Persentase (%) 32.0 48.0 20.0 100.0
Tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan cenderung sedang yaitu sebesar 48.0 persen. Hal ini dikarenakan sebagian besar anggota memilih untuk hadir dalam mengikuti kegiatan pelatihan produksi susu karamel yang diadakan dalam kelompok wanita tani tersebut. Selain itu, sebagian lainnya lebih dominan untuk menyumbangkan tenaga dalam kegiatan produksi susu karamel dengan tujuan memperoleh penghasilan lebih untuk dapat membantu mencukupi kebutuhan sehari-hari. Hal tersebut didukung dengan pernyataan oleh salah satu responden berikut ini. “kalo ada pelatihan-pelatihan mah ibu sering hadir teh, biar tau gimana cara-caranya buat susu karamel. Biar nanti pas dirumah juga bisa bikin sendiri. sekalian ibu taro diwarung untuk dijual...” (Ibu M, 48 tahun). Tahap Menikmati Hasil Tahap menikmati hasil merupakan keikutsertaan responden dalam memanfaatkan program yang telah dilaksanakan, dan tindakan sebagai anggota program. Pada tahapan ini responden sudah mampu merasakan keberhasilan dari program yang dilakukan. Selain itu responden juga dapat mengukur hasil yang diperoleh dengan potensi sendiri yang mereka miliki. Sehingga semakin besar manfaat yang dirasakan, berarti kegiatan tersebut berhasil mengenai sasaran. Tahap menikmati hasil pada kelompok wanita tani “kania” dalam peroduksi susu karamel, diukur melalui besarnya manfaat yang didapatkan oleh responden yang berupa kegiatan produksi, pemanfaatan alat maupun fasilitas, dan peningkatan pengetahuan dalam memproduksi.
37 Tabel 14 Jumlah dan persentase tahap menikmati hasil anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan tingkat partisipasi anggota Kategori Rendah Sedang Tinggi Total
Pengukuran skor 10 – 19 20 – 29 30 – 40
Jumlah (orang) 7 9 9 25
Persentase (%) 28.0 36.0 36.0 100.0
Berdasarkan hasil pengolahan data, tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil cenderung berada pada kategori sedang dan tinggi. Pada persentase kategori sedang dan tinggi memiliki persentase yang sama yaitu sebesar 36.0 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil cukup tinggi. Dari data hasil penelitian mayoritas anggota menjawab bahwa kegiatan produksi susu karamel yang telah dilakukan oleh kelompok wanita tani “kania” memberikan banyak manfaat kepada para anggota. Seperti memiliki relasi dari pihak luar, bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh anggota, serta dapat merapkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan untuk tingkat pemanfaatan hasil dalam kategori rendah yaitu sebesar 28.0 persen. Hal tersebut dikarenakan terdapat beberapa anggota yang jarang hadir dalam pelatihan maupun rapat-rapat yang diadakan oleh kelompok sehingga manfaat yang dirasakan oleh anggota pun cenderung rendah. Tahap Evaluasi Tahap evaluasi merupakan keikutsertaan atau kehadiran responden dalam memantau dan menilai seluruh kegiatan mulai awal hingga akhir kegiatan. Tahap ini dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan kegiatan selanjutnya. Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi diukur melalui intensitas dalam mengikuti eavaluasi rapat bulanan maupun tahunan tentang pembukuan dan kegiatan produksi susu karamel. Tahap evaluasi dikategorikan berdasarkan pengukuran skor yang meliputi rendah yaitu skor 5 – 9, sedang skor 10 – 14, dan tinggi skor 15 – 20. Berikut ini tingkat partisipasi pada tahap evaluasi dalam kelompok wanita tani “kania”. Tabel 15 Jumlah dan persentase tahap evaluasi anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan tingkat partisipasi anggota Kategori Rendah Sedang Tinggi Total
Pengukuran skor 5–9 10 – 14 15 – 20
Jumlah (orang) 16 4 5 25
Persentase (%) 64.0 16.0 20.0 100.0
Tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi tergolong rendah yaitu mencapai 64.0 persen. Faktanya mayoritas anggota mengetahui bahwa terdapat kegitan rutin setiap bulan dan tahun untuk melakukan evaluasi dan pembukuan selama kegiatan telah berlangsung. Alasan rendahnya tingkat partisipasi pada tahap
38 evaluasi ini adalah ketidakikutsertaan anggota dalam kegiatan dan merasa bahwa tidak terlalu memiliki peran penting dalam kelompok. Hal tersebut didukung dengan pernyataan oleh salah satu responden berikut ini. “kan untuk pembukuan mah udah ada ketua sama bendahara neng, jadi ibu ga ikut hadir. Udah percaya gitu aja biar diurus semuanya sama pengurus kelompok..” (Ibu PT, 55 tahun) Mayoritas dari anggota memiliki pemikiran yang sama seperti diatas, hal ini karena sebagian besar anggota percaya dengan para pengurus kelompok wanita tani “kania”. Meskipun anggota tidak ikut hadir dalam kegiatan evaluasi, para pengurus kelompok wanita tani “kania” akan tetap menyampaikan informasi mengenai kegiatan apa saja yang perlu diperbaiki untuk kedepannya. Sehingga hal ini juga yang membuat tingkat partisipasi pada tahap evalusi menjadi rendah. Produktivitas Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” Produktivitas merupakan hasil kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Pengukuran terhadap hasil akhir yang dicapai oleh kelompok akan menggambarkan tingkat produktivitas dalam kelompok. Dengan demikian, produktivitas merupakan ukuran bagaimana baiknya suatu sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Moelyono 1993). Tingkat produktivitas dalam penelitian ini diukur berdasarkan waktu kerja dan produk total perhari. Tingkat produktivitas dalam produksi susu karamel dikategorikan berdasarkan pengukuran skor yang meliputi rendah yaitu skor 3, sedang skor 4 – 6, dan tinggi skor 7 – 9. Berikut ini tingkat produktivasi pada kelompok wanita tani kania dalam produksi susu karamel. Tabel 16 Jumlah dan persentase produktivitas anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” berdasarkan jumlah produk yang dihasilkan Kategori Rendah Sedang Tinggi Total
Pengukuran skor 3 4–6 7–9
Jumlah (orang) 9 10 6 25
Persentase (%) 36.0 40.0 24.0 100.0
Tingkat produktivitas anggota dalam memproduksi susu karamel cenderung sedang yaitu sebesar 40.0 persen. Sementara kategori rendah yaitu sebesar 36.0 persen dan kategori tinggi sebesar 24.0 persen. Hal ini karena anggota yang memiliki waktu luang lebih banyak dalam mengikuti kegiatan produksi susu karamel akan memperoleh hasil produksi yang lebih tinggi. Apabila sebaliknya anggota yang tidak memiliki waktu luang maka hasil yang diperolehpun akan rendah. Alasan rendahnya produktivitas anggota dalam menghasilkan produk juga karena menurunnya semangat anggota, hal ini disebabkan penghasilan yang diperoleh tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
39 Ikhtisar Tingkat partisipasi pada penelitian ini diukur berdasarkan parameter pengukuran Cohen dan Uphoff (1977) yang terdiri dari empat tahapan yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi anggota pada kelompok wanita tani “kania” dalam produksi susu karamel memiliki pencapaian yang berbeda pada masing-masing tahapan sebagai berikut: (1) tahap pengambilan keputusan memiliki kategori rendah sebanyak 11 orang atau sebesar 44.0 persen, karena faktor kesibukan dari para anggota yang sebagian besar telah memiliki anak dan menjalankan pekerjaan lain menjadi alasan rendahnya keikutsertaan anggota dalam mengikuti rapat. Sehingga ketidakikutsertaan anggota dalam rapat telah menutup akses pengambilan keputusan yang seharusnya dimiliki anggota; (2) tahap pelaksanaan memiliki kategori sedang sebanyak 12 orang atau sebesar 48.0 persen, karena sebagian besar anggota memilih untuk hadir dalam mengikuti kegiatan pelatihan produksi susu karamel yang diadakan dalam kelompok wanita tani tersebut dengan tujuan memperoleh penghasilan lebih untuk dapat membantu mencukupi kebutuhan sehari-hari; (3) tahap manikmati hasil memiliki kategori sedang dan juga tinggi dengan masing-masing jumlah sebanyak 9 orang atau sebesar 36.0 persen, karena mayoritas anggota menjawab bahwa kegiatan produksi susu karamel yang telah dilakukan oleh kelompok wanita tani “kania” memberikan banyak manfaat kepada para anggota. Seperti memiliki relasi dari pihak luar, bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh anggota, serta dapat merapkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari; (4) tahap evaluasi memiliki kategori rendah sebanyak 16 orang atau sebesar 64.0 persen, hal ini karena ketidakikutsertaan anggota dalam kegiatan rapat evaluasi adalah merasa bahwa tidak terlalu memiliki peran penting dalam rapat evaluasi tersebut. Tingkat produktivitas diukur berdasarkan waktu kerja dan produk total perhari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat produktivitas yang dimiliki oleh anggora kelompok wanita tani “kania” berada pada kategori sedang sebanyak 10 orang atau sebesar 40.0 persen. karena anggota yang memiliki waktu luang memilih untuk mengikuti kegiatan produksi susu karamel sehingga memperoleh hasil produksi yang tinggi. Perolehan hasil ini juga telah menumbuhkan semangat bagi anggota untuk terus mengembangkan produksi dan pemasarannya hingga luar desa. Semakin tinggi produk yang dihasilkan maka tingkat produktivitas yang dihasilkan memiliki nilai tinggi. Sehingga semakin terlibat anggota untuk berpartisipasi maka semakin tinggi hasil yang diperoleh dalam memproduksi suatu produk dan dapat meningkatkan produktivitas anggota kelompok.
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR INTERNAL DENGAN TINGKAT PARTISIPASI ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI “KANIA” Bab ini menguraikan faktor apa saja yang diduga memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi. Adapun faktor tersebut adalah faktor internal yang berasal dari dalam diri individu meliputi karakteristik individu. Karakteristik individu dalam penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Sementara tingkat partisipasi merupakan keikutsertaan atau kehadiran anggota kelompok wanita tani dalam semua tahapan kegiatan produksi susu karamel. Dalam hal ini tingkat partisipasi dari anggota kelompok menjadi sangat diperlukan dalam kegiatan kelompok agar terlaksana dengan baik. Tingkat partisipasi dalam penelitian ini diukur berdasarkan parameter pengukuran Cohen dan Uphoff (1977) yang terdiri dari empat tahapan yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Jumlah responden secara keseluruhan dalam penelitian ini adalah 25 responden yang merupakan anggota dari kelompok wanita tani “kania” yang berada di Desa Tajurhalang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode sensus dengan responden yang berjumlah 25 orang. Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah diduga terdapat hubungan antara faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota KWT dalam produksi susu karamel. Pada penelitian ini partisipasi aktif lebih ditunjukkan oleh anggota kelompok yang merupakan bagian dari kepengurusan kelompok wanita tani “kania”. Sedangkan anggota lain yang tergabung dalam kelompok wanita tani “kania” jarang turut serta pada kegiatan kelompok karena memiliki kesibukan aktivitas lain. Hal ini sesuai dengan ungkapan salah satu responden anggota kelompok wanita tani “kania” sebagai berikut. “kumaha nya teh, ibu gaduh putra sareng putra seueur janten kedah ngajajapken anak ibu ka sakolah nya jeng ngurus anak di bumi. Belum lagi kalo suami pulang kerumah ga ada makanan gimana. Jadi kalo ibu hadir terus ka kwt nanti ga ada yang jagain anak jeng masak ka bumi..” (Ibu I, 38 tahun). Ungkapan yang sama juga diutarakan oleh salah satu responden lain yang berada dalam satu kelompok yang sama. Rendahnya tingkat kehadiran pada kegiatan dalam produksi susu karamel karena anggota memiliki pekerjaan lain dengan perolehan hasil yang cukup memadai untuk kehidupan sehari-hari dibandingkan perolehan hasil yang didapat selama berada di kelompok wanita tani “kania”. Dalam hal ini adanya faktor penghasilanlah yang menjadikan keterlibatan anggota dalam suatu kegiatan kelompok menjadi tinggi maupun rendah. “ ...di kwt sering ada kumpul-kumpul teh, ibu dikasih tau lewat sms ke hp anak ibu kalo ada kumpulan dikwt. Kadang kalo ketemu dijalan sama pas pengajian juga sering dikasih tau kalo besoknya ada kumpulan. Tapi ya begitu waktunya kadang pas ibu lagi kerja. kerjan ibu kan jauh dari rumah, pulangnya juga sore, udah capek dulu teh, jadinya susah kalo harus ikut terus-terusan pas ada kumpulan. Jadi datengnya pas lagi sempet aja teh, kalo ibu lagi
42 dirumah dan ga kerja ya dateng sekalian ngumpul dan silahturahmi sama ibu-ibu lain...lagian penghasilan ibu di kwt juga ga seberapa teh ga bisa buat menuhin kebutuhan ini itu, coba kalo hasil di kwtnya banyak mah ibu mending ke kwt terus teh kan deket juga dari rumah...” (Ibu IY, 45 tahun). Berikut ini akan dijabarkan hubungan antara faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota kelompok. Pengujian kedua variabel tersebut menggunakan uji statistik Rank Spearman untuk melihat hubungan data ordinal. Hasil dari uji korelasi Rank Spearman akan menghasilkan angka koefisien korelasi Spearman dengan nilai signifikansi apabila (α) < 0.05, artinya tolak Ho atau terdapat hubungan antara kedua variabel. Sedangkan angka korelasi dengan nilai signifikansi apabila (α) > 0.05, artinya terima Ho atau tidak terdapat hubungan diantara kedua variabel. Tabel 17 Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan Kategori
Usia
Tingkat pendidikan
Tingkat pendapatan
Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total
Tahap Pengambilan Keputusan Rendah Sedang Tinggi n % n % n % 0 0 0 0 1 100.0 8 42.1 7 36.8 4 21.1 3 60.0 2 40.0 0 0 11 44.0 9 36.0 5 20.0 10 50.0 7 35.0 3 15.0 1 50.0 1 50.0 0 0 0 0 1 33.3 2 66.7 11 44.0 9 36.0 5 20.0 9 69.2 4 30.8 0 0 2 22.2 5 55.6 2 22.2 0 0 0 0 3 100.0 11 44.0 9 36.0 5 20.0
Total n 1 19 5 25 20 2 3 25 13 9 3 25
% 4.0 76.0 20.0 100.0 80.0 8.0 12.0 100.0 52.0 36.0 12.0 100.0
Tabel 17 menunjukkan bahwa usia anggota pada kategori rendah (dewasa awal, 18 – 29 tahun) memiliki perolehan nilai sebesar 100.0 persen yang berarti tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan dominan tinggi. Usia sedang (dewasa pertengahan, 30 – 50 tahun) memiliki tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan dominan rendah dengan perolehan nilai sebesar 42.1 persen. Selain itu, usia tinggi (dewasa akhir, > 50 tahun) memiliki tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan dominan rendah pula dengan perolehan nilai sebesar 60.0 persen. Hal ini tejadi karena faktor usia tidak dijadikan batasan dalam pengambilan keputusan, sehingga setiap anggota memiliki kebebasan akses dalam menyampaikan pendapat. Namun tidak dipungkiri juga terkadang hanya pihak anggota atau kepengurusan kelompok saja yang memiliki pengaruh kuat untuk pengambilan keputusan. Tingkat pendidikan anggota pada kategori rendah (lulus SD) memiliki pengambilan keputusan yang dominan rendah dengan perolehan nilai sebesar 50.0 persen. Sedangkan anggota yang memiliki pendidikan tinggi (lulus SMA) memiliki pengambilan keputusan yang dominan tinggi yaitu sebesar 66.7 persen. Dalam hal
43 ini semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh anggota maka semakin tinggi pula peluang anggota tersebut dalam pengambilan keputusan. Namun tidak dipungkiri pula bahwa anggota yang memiliki pendidikan rendah mampu mengambil keputusan dalam kelompok. Sementara tingkat pendapatan pada kategori rendah memiliki pengambilan keputusan yang dominan rendah dengan perolehan nilai sebesar 69.2 persen. Tingkat pendapatan pada kategori sedang memiliki pengambilan keputusan yang dominan sedang pula dalam kegiatan kelompok dengan perolehan nilai sebesar 55.6 persen. Sedangkan anggota dengan tingkat pendapatan tinggi memiliki pengambilan keputusan yang dominan tinggi dengan perolehan nilai sebesar 100.0 persen. Hal ini terjadi karena anggota yang memiliki pendapatan lebih tinggi cenderung akan memberikan sumbangan berupa dana, maka anggota tersebut memiliki peluang lebih besar dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan hasil pengolahan pada Tabel 17, faktor internal yang berupa usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan memiliki tingkat partisipasi yang rendah pada tahap pengambilan keputusan dengan perolehan nilai sebesar 44.0 persen. Tabel 18 Koefisien korelasi spearman (rs) antara faktor internal dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan Faktor Internal
Usia Tingkat pendidikan Tingkat pendapatan
Tingkat Partisipasi Tahap Pengambilan Keputusan Koefisien korelasi Signifikasi - 0.312 0.129 0.317 0.123 ** 0.681 0.000
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan Tabel 18, menunjukkan perolehan nilai koefisien korelasi adalah antara usia dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan yaitu sebesar 0.129. Karena p-value (sign.(2-tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara usia dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara kedua variabel. Usia tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan. Hal ini karena dalam rapat pengambilan keputusan sebagian besar hanya melibatkan pengurus kelompok atau pihak yang dianggap lebih ahli. Pihak anggota dinilai belum mampu dan tidak memiliki kekuasaan untuk mengambil keputusan. Uji korelasi spearman pada tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan yaitu sebesar 0.123. Karena p-value (sign.(2tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara kedua variabel. Hal ini karena setiap anggota yang tergabung dalam kelompok wanita tani “kania” tidak dibatasi oleh pendidikan. Hal ini terbukti dari latar belakang anggota kelompok wanita tani “kania” yang memiliki latar belakang pendidikan berbeda-beda. Sementara uji korelasi pada tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan yaitu sebesar 0.000 dan taraf nyata 1 persen.
44 Karena p-value (sign.(2-tailed)) (α) < 0.05)) maka tolak Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel. Hal ini mengungkapkan bahwa semakin tinggi pendapatan anggota, maka semakin tinggi pula aksesnya dalam pengambilan keputusan. Begitupula sebaliknya, semakin rendah tingkat pendapatan maka semakin kurang untuk mendapatkan akses dalam pengambilan keputusan. Tabel 19 Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap pelaksanaan Kategori
Usia
Tingkat pendidikan
Tingkat pendapatan
Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total
Tahap Pelaksanaan Rendah Sedang Tinggi n % n % n % 0 0 1 100.0 0 0 6 31.6 8 42.1 5 26.3 2 40.0 3 60.0 0 0 8 32.0 12 48.0 5 20.0 8 40.0 10 50.0 2 10.0 0 0 1 50.0 1 50.0 0 0 1 33.3 2 66.7 8 32.0 12 48.0 5 20.0 8 61.5 5 38.5 0 0 0 0 6 66.7 3 33.3 0 0 1 33.3 2 66.7 8 32.0 12 48.0 5 20.0
Total n 1 19 5 25 20 2 3 25 13 9 3 25
% 4.0 76.0 20.0 100.0 80.0 8.0 12.0 100.0 52.0 36.0 12.0 100.0
Tabel 19 menunjukkan bahwa usia anggota pada kategori rendah (dewasa awal, 18 – 29 tahun) memiliki tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan yang dominan sedang dengan perolehan nilai sebesar 100.0 persen. Usia sedang (dewasa pertengahan, 30 – 50 tahun) memiliki tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan yang dominan sedang dengan perolehan nilai sebesar 42.1 persen. Selain itu, usia tinggi (dewasa akhir, > 50 tahun) memiliki tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan dominan sedang pula dengan perolehan nilai sebesar 60.0 persen. Hal ini tejadi karena kelompok usia pertengahan keatas memiliki motivasi yang lebih tinggi dalam mengembangkan produksi untuk memperoleh hasil yang tinggi pula sehingga tingkat partisipasi anggota usia pertengahan keatas cenderung lebih banyak. Tingkat pendidikan anggota pada kategori rendah (lulus SD) memiliki tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan yang dominan sedang dengan perolehan nilai sebesar 50.0 persen. Sedangkan anggota yang berpendidikan tinggi (lulus SMA) memiliki tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan yang dominan tinggi yaitu sebesar 66.7 persen. Dalam hal ini tingginya pendidikan anggota tidak menjadi batasan anggota dalam mengikuti pelaksanaan kegiatan dalam produksi susu karamel. Hal tersebut didukung dengan pernyataan oleh salah satu informan berikut ini. “kalo disuruh kumpul ke kwt mau buat susu karamel, ya banyak yang dateng teh kecuali yang kerja aja. Mau mereka lulusan sd
45 ato sma mah sama aja teh. Kalo lagi ga ada kerjaan dan ga sibuk ya pada dateng. Disini juga lulusan sma pada banyak yang dirumah teh jarang yang kerja diluar..” (Ibu Y, 48 tahun). Sementara tingkat pendapatan pada kategori rendah memiliki tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan yang dominan rendah pula dengan perolehan nilai sebesar 61.5 persen. Tingkat pendapatan pada kategori sedang memiliki tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan yang dominan sedang pula dalam kegiatan kelompok dengan perolehan nilai sebesar 66.7 persen. Sedangkan anggota dengan tingkat pendapatan tinggi memiliki tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan yang dominan tinggi dengan perolehan nilai sebesar 66.7 persen. Hal ini terjadi karena sebagian anggota yang memiliki pendapatan rendah dari hasil produksi susu karamel lebih memilih untuk bekerja pada pekerjaan lain dengan hasil yang lebih mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari sehingga tingkat partisipasinyapun rendah. Sedangkan anggota yang memiliki pendapatan tinggi dari hasil produksi susu karamel lebih sering hadir pada pelaksanaan kegiatan. Alasan lain diungkapkan berdasarkan pernyataan oleh salah satu responden berikut ini. “ya hadir atulah teh, sekalian kumpul-kumpul silahturahmi sambil buat susu karamel sama yogurt. Daripada dirumah sepi mending ke kwt rame banyak temen ngobrol juga bisa dapet uang tambahan belanja..” (Ibu SK, 24 tahun). Berdasarkan hasil pengolahan pada Tabel 19, faktor internal yang berupa usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan memiliki tingkat partisipasi sedang pada tahap pelaksanaan dengan perolehan nilai sebesar 48.0 persen. Tabel 20 Koefisien korelasi spearman (rs) antara faktor internal dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan Faktor Internal
Usia Tingkat pendidikan Tingkat pendapatan
Tingkat Partisipasi Tahap Pelaksanaan Koefisien korelasi Signifikasi - 0.185 0.376 * 0.498 0.011 0.735** 0.000
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan Tabel 20, menunjukkan perolehan nilai koefisien korelasi adalah antara usia dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan yaitu sebesar 0.376. Karena p-value (sign.(2-tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara usia dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara kedua variabel. Usia tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan. Hal ini karena pada tahap pelaksanaan kegiatan kelompok dalam produksi susu karamel tidak melihat faktor usia. Pada kondisi tersebut usaha anggota yang akan menjadi pemicu tumbuhnya semangat untuk turut serta dalam pelaksanaan. Sehingga anggota yang lebih rajin memproduksi susu karamel maka akan mendapatkan hasil yang lebih besar.
46 Uji korelasi spearman pada tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan yaitu sebesar 0.011 dan taraf nyata 5 persen. Karena pvalue (sign.(2-tailed)) (α) < 0.05)) maka tolak Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel. Hal ini mengungkapkan bahwa semakin tinggi pendidikan anggota, maka semakin tinggi pula keikutsertaan pada pelaksanaan kegiatan dalam produksi susu karamel. Hal ini terbukti karena pendidikan tinggi dari anggota maka semakin tinggi pula tingkat kepercayaan dirinya untuk dapat melakukan banyak hal dengan benar. Sementara uji korelasi pada tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan yaitu sebesar 0.000 dan taraf nyata 1 persen. Karena pvalue (sign.(2-tailed)) (α) < 0.05)) maka tolak Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel. Hal ini mengungkapkan bahwa semakin tinggi pendapatan anggota, maka semakin tinggi pula perannya pada saat pelaksanaan kegiatan dalam produksi susu karamel. Hal ini terbukti bahwa tingginya pendapatan yang diperoleh ketika memproduksi susu karamel telah memicu tumbuhnya semangat untuk turut serta dalam pelaksanaan kegiatan. Begitupula sebaliknya, semakin rendah tingkat pendapatan maka semakin kurang semangat yang dimiliki untuk turut serta pada pelaksanaan kegiatan dalam kelompok. Tabel 21 Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap menikmati hasil Tahap Menikmati Hasil Total Rendah Sedang Tinggi n % n % n % n % Rendah 0 0 0 0 1 100.0 1 4.0 Usia Sedang 6 31.6 6 31.6 7 36.8 19 76.0 Tinggi 1 20.0 3 60.0 1 20.0 5 20.0 Total 7 28.0 9 36.0 9 36.0 25 100.0 Rendah 7 35.0 7 35.0 6 30.0 20 80.0 Tingkat Sedang 0 0 2 100.0 0 0 2 8.0 pendidikan Tinggi 0 0 0 0 3 100.0 3 12.0 Total 7 28.0 9 36.0 9 36.0 25 100.0 Rendah 7 53.8 6 46.2 0 0 13 52.0 Tingkat Sedang 0 0 3 33.3 6 66.7 9 36.0 pendapatan Tinggi 0 0 0 0 3 100.0 3 12.0 Total 7 28.0 9 36.0 9 36.0 25 100.0 Tabel 21 menunjukkan bahwa usia anggota pada kategori rendah (dewasa awal, 18 – 29 tahun) memiliki tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil dominan tinggi dengan perolehan nilai sebesar 100.0 persen. Usia sedang (dewasa pertengahan, 30 – 50 tahun) memiliki tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil dominan tinggi dengan perolehan nilai sebesar 36.8 persen. Selain itu, usia tinggi (dewasa akhir, > 50 tahun) memiliki tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil dominan sedang dengan perolehan nilai sebesar 60.0 persen. Hal ini tejadi karena setiap anggota kelompok dapat mengakses semua manfaat dari fasilitas yang terdapat pada kelompok wanita tani “kania” tersebut. Para anggotapun mengakui Kategori
47 pengetahuannya telah meningkat dan mampu menerapkannya dirumah setelah adanya kegiatan produksi dalam kelompok. Tingkat pendidikan anggota pada kategori rendah (lulus SD) memiliki tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil yang dominan rendah dan sedang dengan perolehan nilai sama sebesar 35.0 persen. Tingkat pendidikan anggota pada kategori sedang memiliki tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil dominan sedang dengan perolehan nilai sebesar 100.0 persen. Sedangkan anggota yang berpendidikan tinggi (lulus SMA) memiliki tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil yang dominan tinggi yaitu sebesar 100.0 persen. Dalam hal ini dapat dilihat dari usaha anggota untuk turut serta kegiatan produksi susu karamel. Semakin sering anggota mengikuti kegiatan maka semakin banyak hasil yang diperoleh. Sementara tingkat pendapatan pada kategori rendah memiliki tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil yang dominan rendah pula dengan perolehan nilai sebesar 53.8 persen. Tingkat pendapatan pada kategori sedang memiliki tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil yang dominan tinggi dalam kegiatan kelompok dengan perolehan nilai sebesar 66.7 persen. Sedangkan anggota dengan tingkat pendapatan tinggi memiliki tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil yang dominan tinggi dengan perolehan nilai sebesar 100.0 persen. Hal ini terjadi karena sebagian anggota yang memiliki pendapatan rendah dari hasil produksi susu karamel jarang mengikuti kegiatan kelompok yang telah dilaksanakan sehingga pemanfaatan fasilitas dan penghasilan yang diperolehpun rendah. Alasan tersebut juga telah menurunkan semangat anggota untuk berpartisipasi dalam kegiatan produksi susu karamel. Berdasarkan hasil pengolahan pada Tabel 21, faktor internal yang berupa usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan memiliki tingkat partisipasi yang cenderung sedang dan tinggi pada tahap menikmati hasil dengan perolehan nilai sebesar 36.0 persen. Tabel 22 Koefisien korelasi spearman (rs) antara faktor internal dengan tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil Faktor Internal
Usia Tingkat pendidikan Tingkat pendapatan
Tingkat Partisipasi Tahap Menikmati Hasil Koefisien korelasi Signifikasi - 0.141 0.503 0.354 0.083 ** 0.819 0.000
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan Tabel 22, menunjukkan perolehan nilai koefisien korelasi adalah antara usia dengan tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil yaitu sebesar 0.503. Karena p-value (sign.(2-tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara usia dengan tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara kedua variabel. Usia tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil. Hal ini karena pada tahap menikmati hasil kegiatan kelompok dalam produksi susu karamel tidak melihat faktor usia. Pada kondisi tersebut anggota yang memiliki
48 usaha lebih besar akan memperoleh peluang yang lebih besar dalam menikmati hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Uji korelasi spearman pada tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil yaitu sebesar 0.083. Karena p-value (sign.(2-tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara kedua variabel. Karena anggota yang tergabung dalam kelompok wanita tani “kania” meskipun memiliki pendidikan tinggi, tidak terlalu ingin memburu untuk menikmati hasil dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Alasan lain karena pendidikan tinggi membuat anggota lebih ingin mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak agar dapat meningkatkan pengetahuan dari yang sebelumnya dimiliki. Sementara uji korelasi pada tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil yaitu sebesar 0.000 dan taraf nyata 1 persen. Karena pvalue (sign.(2-tailed)) (α) < 0.05)) maka tolak Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel. Hal ini mengungkapkan bahwa semakin tinggi pendapatan anggota, maka semakin tinggi pula peluang untuk dapat menikmati hasil yang lebih banyak dari kegiatan yang telah dilaksanakan. Tabel 23 Hubungan faktor internal dengan tingkat partisipasi anggota pada tahap evaluasi Kategori
Usia
Tingkat pendidikan
Tingkat pendapatan
Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total
Tahap Evaluasi Rendah Sedang n % N % 0 0 0 0 12 63.2 3 15.8 4 80.0 1 20.0 16 64.0 4 16.0 14 70.0 3 15.0 2 100.0 0 0 0 0 1 33.3 16 64.0 4 16.0 12 92.3 1 7.7 4 44.4 3 33.3 0 0 0 0 16 64.0 4 16.0
Total n 1 4 0 5 3 0 2 5 0 2 3 5
Tinggi % 100.0 21.1 0 20.0 15.0 0 66.7 20.0 0 22.2 100.0 20.0
n 1 19 5 25 20 2 3 25 13 9 3 25
% 4.0 76.0 20.0 100.0 80.0 8.0 12.0 100.0 52.0 36.0 12.0 100.0
Tabel 23 menunjukkan bahwa usia anggota pada kategori rendah (dewasa awal, 18 – 29 tahun) memiliki tingkat partisipasi pada tahap evaluasi dominan tinggi dengan perolehan nilai sebesar 100.0 persen. Usia sedang (dewasa pertengahan, 30 – 50 tahun) memiliki tingkat partisipasi pada tahap evaluasi dominan rendah dengan perolehan nilai sebesar 63.2 persen. Selain itu, usia tinggi (dewasa akhir, > 50 tahun) memiliki tingkat partisipasi pada tahap evaluasi dominan rendah dengan perolehan nilai sebesar 80.0 persen. Hal ini tejadi karena kehadiran pada saat rapat evaluasi kegiatan hanya melibatkan kepengurusan kelompok saja.
49 Tingkat pendidikan anggota pada kategori rendah (lulus SD) memiliki tingkat partisipasi pada tahap evaluasi yang dominan rendah dengan perolehan nilai sama sebesar 70.0 persen. Tingkat pendidikan anggota pada kategori sedang memiliki tingkat partisipasi pada tahap evaluasi dominan rendah dengan perolehan nilai sebesar 100.0 persen. Sedangkan anggota yang memiliki berpendidikan tinggi (lulus SMA) memiliki tingkat partisipasi pada tahap evaluasi yang dominan tinggi yaitu sebesar 66.7 persen. Hal ini dikarenakan pendidikan tinggi yang dimiliki oleh pengurus kelompok membuat para pengurus tersebutpun lebih aktif dalam rapat evaluasi. Sementara tingkat pendapatan pada kategori rendah memiliki tingkat partisipasi pada tahap evaluasi yang dominan rendah pula dengan perolehan nilai sebesar 92.3 persen. Tingkat pendapatan pada kategori sedang memiliki tingkat partisipasi pada tahap evaluasi yang dominan sedang dalam kegiatan kelompok dengan perolehan nilai sebesar 44.4 persen. Sedangkan anggota dengan tingkat pendapatan tinggi memiliki tingkat partisipasi pada tahap evaluasi yang dominan tinggi dengan perolehan nilai sebesar 100.0 persen. Hal ini dikarenakan pendapatan tinggi yang diperoleh oleh pengurus kelompok dan beberapa anggota maka membuat pengurus kelompok lebih aktif dalam rapat evaluasi untuk mengetahui pengembangan usaha dari kelompoknya tersebut. Berdasarkan hasil pengolahan pada Tabel 23, faktor internal yang berupa usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan memiliki tingkat partisipasi yang cenderung rendah pada tahap evaluasi dengan perolehan nilai sebesar 64.0 persen. Tabel 24 Koefisien korelasi spearman (rs) antara faktor internal dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi Faktor Internal
Usia Tingkat pendidikan Tingkat pendapatan
Tingkat Partisipasi Tahap Evaluasi Koefisien korelasi Signifikasi - 0.303 0.141 0.317 0.122 ** 0.714 0.000
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan Tabel 24, menunjukkan perolehan nilai koefisien korelasi adalah antara usia dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi yaitu sebesar 0.141. Karena p-value (sign.(2-tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara usia dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara kedua variabel. Usia tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi. Hal ini karena pada tahap evaluasi kegiatan kelompok dalam produksi susu karamel tidak melihat faktor perbedaan usia. Dalam rapat evaluasi sebagian besar hanya melibatkan pengurus kelompok atau pihak yang dianggap lebih ahli. Pihak anggota merasa tidak memiliki kekuasaan untuk turut serta mengevaluasi kegiatan serta memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada para pengurus kelompok. Uji korelasi spearman pada tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi yaitu sebesar 0.122. Karena p-value (sign.(2-tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara tingkat pendidikan
50 dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara kedua variabel. Dalam hal ini pendidikan tinggi atau rendah tidak membedakan seseorang untuk turut serta pada kegiatan evaluasi dalam produksi susu karamel. Sementara uji korelasi pada tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi yaitu sebesar 0.000 dan taraf nyata 1 persen. Karena p-value (sign.(2-tailed)) (α) < 0.05)) maka tolak Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi pada tahap evaluasi menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel. Hal ini mengungkapkan bahwa semakin tinggi pendapatan anggota, maka semakin tinggi pula peluang anggota untuk ikut serta pada kegiatan evaluasi yang telah dilaksanakan. Tingginya pendapatan anggota membuat anggota lebih berani dalam mengemukakan pendapat pada saat kegiatan evaluasi berlangsung. Hubungan Tingkat Partisipasi Anggota Dengan Produktivitas Kelompok Wanita Tani “Kania” Tingkat partisipasi anggota merupakan keikutsertaan atau kehadiran anggota kelompok wanita tani dalam semua tahapan kegiatan produksi susu karamel. Dalam hal ini tingkat partisipasi dari anggota kelompok menjadi sangat diperlukan dalam kegiatan kelompok agar terlaksana dengan baik. Tingkat partisipasi dalam penelitian ini diukur berdasarkan parameter pengukuran Cohen dan Uphoff (1977) yang terdiri dari empat tahapan yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Jumlah responden secara keseluruhan dalam penelitian ini adalah 25 responden yang merupakan anggota dari kelompok wanita tani “kania” yang berada di Desa Tajurhalang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode sensus dengan responden yang berjumlah 25 orang. Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah diduga terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan produktivitas anggota kelompok dalam produksi susu karamel. Produktivitas merupakan hasil kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Pengukuran terhadap hasil akhir yang dicapai oleh kelompok akan menggambarkan tingkat produktivitas dalam kelompok. Dengan demikian, produktivitas merupakan ukuran bagaimana baiknya suatu sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Moelyono 1993). Tingkat produktivitas dalam penelitian ini diukur berdasarkan waktu kerja dan produk total perhari. Pengujian kedua variabel tersebut menggunakan uji statistik Rank Spearman untuk melihat hubungan data ordinal. Hasil dari uji korelasi Rank Spearman akan menghasilkan angka koefisien korelasi Spearman dengan nilai signifikansi apabila (α) < 0.05, artinya tolak Ho atau terdapat hubungan antara kedua variabel. Sedangkan angka korelasi dengan nilai signifikansi apabila (α) > 0.05, artinya terima Ho atau tidak terdapat hubungan diantara kedua variabel. Berikut ini akan dijabarkan hubungan antara tingkat partisipasi anggota dengan produktivitas kelompok.
51 Tabel 25 Hubungan tingkat partisipasi dengan produktivitas anggota kelompok wanita tani “kania” Kategori Tahap Pengambilan Keputusan Tahap Pelaksaan
Tahap Menikmati Hasil Tahap Evaluasi
Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Sedang Tinggi Total
Produktivitas Kelompok Rendah Sedang Tinggi n % N % n % 7 63.6 3 27.3 1 9.1 2 22.2 6 66.7 1 11.1 0 0 1 20.0 4 80.0 9 36.0 10 40.0 6 24.0 6 75.0 2 25.0 0 0 3 25.0 6 50.0 3 25.0 0 0 2 40.0 3 60.0 9 36.0 10 40.0 6 24.0 6 85.7 1 14.3 0 0 3 33.3 5 55.6 1 11.1 0 0 4 44.4 5 55.6 9 36.0 10 40.0 6 24.0 9 56.2 6 37.5 1 6.2 0 0 3 75.0 1 25.0 0 0 1 20.0 4 80.0 9 36.0 10 40.0 6 24.0
Total n 11 9 5 25 8 12 5 25 7 9 9 25 16 4 5 25
% 44.0 36.0 20.0 100.0 32.0 48.0 20.0 100.0 28.0 36.0 36.0 100.0 64.0 16.0 20.0 100.0
Tabel 25 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan kategori rendah terhadap produktivitas kelompok dominan rendah dengan perolehan nilai sebesar 63.6 persen. Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan kategori sedang terhadap produktivitas kelompok dominan sedang dengan perolehan nilai sebesar 66.7 persen. Sementara tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan kategori tinggi terhadap produktivitas kelompok dominan tinggi dengan perolehan nilai sebesar 80.0 persen. Tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan kategori rendah terhadap produktivitas kelompok dominan rendah dengan perolehan nilai sebesar 75.0 persen. Tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan kategori sedang terhadap produktivitas kelompok dominan sedang dengan perolehan nilai sebesar 50.0 persen. sementara tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan kategori tinggi terhadap produktivitas kelompok dominan tinggi dengan perolehan nilai sebesar 60.0 persen. Tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil kategori rendah terhadap produktivitas kelompok dominan rendah dengan perolehan nilai sebesar 85.7 persen. Tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil kategori sedang terhadap produktivitas kelompok dominan sedang dengan perolehan nilai sebesar 55.6 persen. sementara tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil kategori tinggi terhadap produktivitas kelompok dominan tinggi dengan perolehan nilai sebesar 55.6 persen. Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi kategori rendah terhadap produktivitas kelompok dominan rendah dengan perolehan nilai sebesar 56.2 persen. Tingkat partisipasi pada tahap evaluasi kategori sedang terhadap produktivitas kelompok dominan sedang dengan perolehan nilai sebesar 75.0
52 persen. sementara tingkat partisipasi pada tahap evaluasi kategori tinggi terhadap produktivitas kelompok dominan tinggi dengan perolehan nilai sebesar 80.0 persen. Tabel 26 Koefisien korelasi spearman (rs) antara tingkat partisipasi anggota pada masing-masing tahapan dengan produktivitas kelompok Tingkat Partisipasi Tahap pengambilan keputusan Tahap pelaksanaan Tahap menikmati hasil Tahap evaluasi
Produktivitas Kelompok Koefisien korelasi Signifikasi 0.616** 0.001 0.639** 0.745** 0.687**
0.001 0.000 0.000
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan Tabel 26, menunjukkan perolehan nilai koefisien korelasi adalah antara tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan dengan produktivitas kelompok yaitu sebesar 0.001 dan taraf nyata 1 persen. Uji korelasi spearman antara tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan dengan produktivitas kelompok yaitu sebesar 0.000 dan taraf nyata 1 persen. Uji korelasi spearman antara tingkat partisipasi pada tahap menikmati hasil dengan produktivitas kelompok yaitu sebesar 0.000 dan taraf nyata 1 persen. Selain itu uji korelasi spearman antara tingkat partisipasi pada tahap evaluasi dengan produktivitas kelompok juga sebesar 0.000 dan taraf nyata 1 persen. Karena p-value (sign.(2-tailed)) (α) < 0.05)) maka tolak Ho, artinya nilai yang dihasilkan antara tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi dengan produktivitas kelompok menunjukkan adanya hubungan antar variabel. Hal ini mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi yang dilakukan oleh anggota, maka semakin tinggi pula produktivitas kelompok yang diperoleh oleh anggota. Ikhtisar Berdasarkan uji korelasi di atas, faktor internal berasal dari dalam diri individu yang meliputi karakteristik individu. Karakteristik individu dalam penelitian ini diamati berdasarkan usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Uji yang dilakukan adalah antara karakteristik individu dengan tingkat partisipasi tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa usia memiliki nilai negatif (-) dengan tingkat partisipasi pada seluruh tahapan. Hal ini berarti nilai yang dihasilkan antara usia dengan tingkat partisipasi pada seluruh tahapan menunjukkan tidak adanya hubungan signifikan antara variabel karena p-value (sign.(2-tailed)) > (α (0.05)) maka terima Ho. Uji korelasi antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan signifikan antara variabel. Namun antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel dengan perolehan nilai
53 sebesar 0.011 dan taraf nyata 5 persen. Sementara uji korelasi antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi pada seluruh tahapan menunjukkan adanya hubungan antara variabel dengan perolehan nilai sebesar 0.000 dan taraf nyata 1 persen yang artinya p-value (sign.(2-tailed)) (α) < 0.05)) maka tolak Ho. Berdasarkan pembahasan tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan produksi susu karamel yang terdapat pada kelompok wanita tani “kania” tidak tidak melihat faktor perbedaan usia. Pada kondisi tersebut usaha anggota menjadi salah satu faktor penting dalam kegiatan kelompok dan setiap anggota memiliki hak untuk menyampaikan ide maupun pendapat mereka. Setiap anggota yang tergabung tidak dibatasi oleh pendidikan sehingga anggota dalam kelompok wanita tani “kania” memiliki latar belakang pendidikan berbeda-beda. Pendidikan tinggi membuat anggota lebih ingin mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak agar dapat meningkatkan pengetahuan dari yang sebelumnya dimiliki. Namun tidak dapat dipungkiri pula bahwa pendidikan rendah yang dimiliki anggota membuatnya lebih ingin untuk mendapatkan pengetahuan yang lebih banyak. Sedangkan pendapatan tinggi yang dimiliki oleh anggota membuat anggota turut terlibat disetiap tahapan partisipasi. Hal ini karena semakin tinggi pendapatan yang dimiliki anggota, maka semakin tinggi pula aksesnya dalam pengambilan keputusan. Tingginya pendapatan yang diperoleh ketika memproduksi susu karamel telah memicu tumbuhnya semangat untuk turut serta dalam pelaksanaan kegiatan. Hal lain juga mengungkapkan bahwa semakin tinggi pendapatan anggota, maka semakin tinggi pula peluang untuk dapat menikmati hasil yang lebih banyak dari kegiatan yang telah dilaksanakan dan anggota menjadi lebih berani dalam mengemukakan pendapat pada saat kegiatan evaluasi berlangsung. Berdasarkan uji korelasi hubungan tingkat partisipasi anggota kelompok pada tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi dengan produktivitas kelompok menunjukkan bahwa adanya hubungan antar variabel. Perolehan nilai hasil uji korelasi adalah sebesar 0.001 dan taraf nyata 1 persen yang artinya p-value (sign.(2-tailed)) (α) < 0.05)) maka tolak Ho. Hal ini mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi yang dilakukan oleh anggota, maka semakin tinggi pula produktivitas kelompok yang diperoleh oleh anggota.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Faktor internal kelompok dilihat berdasarkan karakteristik individu yang meliputi usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden dari anggota kelompok wanita tani “Kania” berumur dewasa pertengahan (30 – 50 tahun), memiliki pendidikan dan pendapatan rendah. Usia memiliki nilai negatif (-) dengan tingkat partisipasi pada semua tahap (pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi) yang berarti usia tidak memiliki hubungan signifikan antara variabel. Tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan, menikmati hasil, dan evaluasi. Namun tingkat pendidikan pada tahap pelaksanaan memiliki hubungan signifikan antar variabel. Sementara itu, tingkat pendapatan memiliki hubungan signifikan dengan tingkat partisipasi pada seluruh tahap (pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi). Tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan dan tahap evaluasi tergolong rendah. Tahap pelaksanaan tergolong sedang, dan tahap manikmati hasil tergolong sedang cenderung tinggi. Tingkat partisipasi anggota pada tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikmati hasil, dan evaluasi memiliki hubungan signifikan dengan produktivitas kelompok. Hal ini mengungkapkan bahwa semakin tinggi tingkat partisipasi pada semua tahap maka semakin tinggi pula produktivitas kelompok. Interaksi anggota dengan pengelola KWT dan tingkat pelayanan pengelola KWT menunjukkan bahwa mayoritas responden dari anggota kelompok wanita tani “Kania” memiliki hubungan interaksi dan kepuasan tingkat pelayanan KWT yang baik dengan pengelola KWT. Hal tersebut terbukti dari kedekatan anggota dengan pengelola KWT serta intensitas pertemuan anggota dengan pengelola KWT. Selain itu pengurus kelompok yang selalu menyampaikan informasi terkait kegiatan kelompok kepada seluruh anggota. Saran Beberapa saran yang diajukan penulis berdasarkan hasil penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor eksternal dengan menggunakan data kuantitatif karena dalam penelitian ini faktor eksternal diteliti menggunakan data kualitatif. 2. Seluruh anggota kelompok wanita tani “kania” sebaiknya meningkatkan partisipasinya pada setiap tahapan mulai dari pengambilan keputusan, pelaksanaan, menikmati hasil, sampai dengan tahap evaluasi. Hal ini dapat dilakukan dengan ikut hadir pada setiap pertemuan yang dilaksanakan oleh kelompok. 3. Pengurus kelompok sebaiknya memberikan akses kepada seluruh anggota dalam setiap tahapan partisipasi. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan kepada seluruh anggota untuk turut serta mengemukakan pendapat mereka. Pengurus kelompok juga perlu aktif untuk meminta
56
4. 5.
6.
pendapat dari masing-masing anggota sehingga tidak ada anggota yang merasa pendapatnya tidak diperlukan dalam kelompok. Pengurus kelompok perlu menambahkan unsur ekonomi pada setiap kegiatan, hal ini bertujuan untuk mendorong partisipasi dari setiap anggota. Pemerintah desa atau stakeholder terkait selain memberikan pelatihan juga perlu mangadakan pendampingan, agar anggota kelompok terfasilitasi untuk saling bertukar informasi dan sebagai upaya penyelesaian masalah terkait. Pemerintah desa atau stakeholder perlu melakukan kontrol kepada kelompok untuk memantau kegiatan kelompok yang dilaksanakan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara melihat tingkat kehadiran anggota dalam kegiatan, sehingga dapat dilakukan evaluasi untuk kegiatan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA Ainiya R. 2014. Tingkat Partisipasi dan Efektivitas Lembaga Keungan Mikro (LKM) Posdaya Sauyunan. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Andrianto RA. 2014. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja pada Home Industri Sepatu Kota Surabaya. Jurnal Ilmiah. [Internet]. [diunduh 2016 Februari 7]. Tersedia pada: http://www.jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/download/1037/951 Apandi AR. 2010. Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pemberdayaan Ekonomi “Aku Himung Petani Banua” Dari Perspektif Kapitak Sosial (Kasus: PT Arutmin Indonesia Satui Mine, Kalimantan Selatan). [Skripsi]. [Internet]. [diunduh 2015 September 13]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/60024 Arnstein SR. 1969. A Ladder of Citizen Participation. AIP Journal. Juli 1969. [internet]. [diunduh 2015 November 29]; 35(4): 216-224. Tersedia pada: https://www.planning.org/pas/memo/2007/mar/pdf/JAPA35No4.pdf Bain D. 1982. The Productivity Prescription the Manager’s guide to Improving Productivity and Profits. McGraw-Hill Book Company. [BPS]. 2015. Badan Pusat Statistik: Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan Industri Mikro dan Kecil 2013-2015. [Internet]. [diunduh 2015 November 29]. Tersedia pada: http://www.bps.go.id. Cahyantara IPAE, Subudi M. 2015. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Partisipatif dan Budaya Kerja Terhadap Disiplin Kerja Karyawan dan Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. PLN (Persero) Distribusi Bali, Area Bali Selatan. EJurnal Manajemen Unud. [Internet]. [diunduh 2016 Februari 7]; 4(7):20162035. Tersedia pada: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=338169&val=989&title =Pengaruh%20Gaya%20Kepemimpinan%20Partisipatif%20dan%20Budaya %20Kerja%20Terhadap%20Disiplin%20Kerja%20Karyawan%20dan%20Pr oduktivitas%20Kerja%20Karyawan%20Pada%20PT.%20PLN%20(Persero) %20Distribusi%20Bali,%20Area%20Bali%20Selatan Cohen JM, Uphoff NT. 1977. Rural Development Participation: Concept and Measures For Project Design Implementation and Evaluation. University New York: Rural Development Commitee Center for International Studies Cornell. Deviyanti D. 2013. Studi tentang Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan di Kelurahan Karang Jati Kecamatan Balikpapan Tengah. Jurnal Administrasi Negara. [Internet]. [diunduh 2016 Februari 5]; 1(2): 380-394. Tersedia pada: http://ejournal.an.fisip-unmul.ac.id/site/wpcontent/uploads/2013/05/JURNAL%20DEA%20(05-24-13-09-02-30).pdf. Faisal, Yulianur A, Sugianto. 2013. Analisis Partisipasi Masyarakat Lhokseumawe dalam Penyusunan Rencana Umum Tata Ruang Kota Lhokseumawe. Jurnal Teknik Sipil. . [Internet]. [diunduh 2016 Februari 3]; 2(1): 39-47. Tersedia pada:http://prodipps.unsyiah.ac.id/Jurnalmts/images/Jurnal/volume/vol2/2. 1.mts/4.39.47faisal.pdf. Hariadi SS. 2007. Kelompok Tani Sebagai Basis Ketahanan Pangan. Jurnal Ilmuilmu Pertanian. [Internet]. [diunduh 2016 Februari 3]; 3(2): 79-86. Tersedia
58 pada:http://stppyogyakarta.ac.id/wpcontent/uploads/2011/11/IIP_0302_07_ Sunarru_Samsi_Hariadi.pdf Hermanto R. 2007. Rancangan Kelembagaan Tani dalam Implementasi Prima Tani di Sumatera Selatan. Analisis Kebijakan Pertanian. [Internet]. [diunduh 2016 Februari 5]; 5(2): 110-125. Tersedia pada: http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/ISU5-2b.pdf. Kamuli S. 2012. Pengaruh Iklim Organisasi Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai di Sekretariat Daerah Kota Gorontalo. Jurnal INOVASI. [Internet]. [diunduh 2015 November 29]; 9(1): 1-8. Tersedia pada: http://repository.ung.ac.id/get/karyailmiah/65/pengaruh-iklim-organisasiterhadap-produktivitas-kerja-pegawai-di-sekretariat-daerah-kotagorontalo.pdf. Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 2012. Data atau informasi UKM tahun 2009-2012. [internet]. [diunduh 2016 Januari 31]. Tersedia pada: http://www.depkop.go.id/ Kementerian Koperasi dan UKM. 2011. Perkembangan Jumlah UKM dan Tenaga Kerja ukm. [Internet]. [diunduh 2016 Februari 7]. Tersedia pada: http://www.depkop.go.id. Mikkelsen B. 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya – Upaya Pemberdayaan. Terjemahan Matheos Nalle. Jakarta [ID]: Yayasan Obor Indonesia Moelyono M. 1993. Penerapan Produktivitas dalam Organisasi. Jakarta [ID]. Bumi Aksara. Mugniesyah SS. 2006. Pendidikan orang dewasa. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Mukti S. 2013. Kondisi Sosial Ekonomi dan Modal Sosial Pada Berbagai Tingkat Partisipasi Peserta Program Pos Pemberdayaan Keluarga. [Skripsi]. [Internet]. [diunduh 2015 September 13] Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/66066 Nasdian FT. 2014. Pengembangan Masyarakat. Jakarta [ID]: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Nuryanti S, Swastika DKS. 2011. Peran Kelompok Tani dalam Penerapan Teknologi Pertanian. Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian ‘Forum Penelitian Agro Ekonomi. [Internet]. [diunduh 2016 Februari 5]; 29(2):115128. Tersedia pada: pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/FAE29-2d.pdf Pangestu MHT. 1995. Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Kegiatan Perhutanan Sosial. [Thesis]. Bogor (ID). Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Pribadiyono. 2006. Aplikasi Sistem Pengukuran Produktivitas Kaitannya dengan Pengupahan. Jurnal Teknik Industri. [Internet]. [diunduh 2016 Februari 5]; 8(2): 114-121. Tersedia pada: http://jurnalindustri.petra.ac.id/index.php/ind/article/viewFile/16551/16543. Redono C. 2012. Peran Gabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN) dalam Mewujudkan Kelompok Tani yang Kuat dan Mandiri. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. [Internet]. [diunduh 2016 Februari 3]; 15(1): 1-10. Tersedia pada: http://stppyogyakarta.ac.id/wpcontent/uploads/2013/01/Jurnal_IIP_Vol15_ No_1_Juli_2012_Cucuk_Redono.pdf.
59 Rosyida I, Nasdian FT. 2011. Partisipasi masyarakat dan stakeholder dalam penyelenggaraan program corporate social responsibility (CSR) dan dampaknya terhadap komunitas perdesaan. Jurnal Sodality. [Internet]. [diunduh 2015 September 12]; 5(1):51-71. Tersedia pada: jurnal.ipb.ac.id/index.php/sodality/article/viewFile/5832/4497 Singarimbun M, Effendi S [editor]. 1989. Metode Penelitian Survai. Jakarta [ID]: LP3ES Sinugan M. 2000. Produktivitas Apa dan Bagaimana. Jakarta [ID]: Bumi Aksara. Slamet, 2003. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Surakarta [ID]: Sebelas Maret University Press. Soemarto, Hetifah SJ. 2009. Inovasi, Partisipasi, dan Good Governance: 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta [ID]: Yayasan Obor Indonesia. Sunarti. 2003. Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Perumahan secara Kelompok. Jurnal Tata Loka. [Internet]. [diunduh 2016 Februari 3]; 5(1). http://eprints.undip.ac.id/1916/. Yuniarsih T. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi kedua. Bandung [ID]: Alfabeta. Yulianti Y. 2012. Analisis partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan Di Kota Solok. Jurnal Penelitian. [Internet]. [diunduh 2016 Januari 30]. Tersedia pada: http://pasca.unand.ac.id/id/wp-content/uploads/2011/09/ANALISISPARTISIPASI-MASYARAKAT.pdf
LAMPIRAN Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian
Sumber: RPJM Desa Tajurhalang Tahun 2015 – 2020
62 Lampiran 2 Jadwal Penelitian Kegiatan
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Penyusunan proposal skripsi Survey Penjajagan
Kolokium
Perbaikan Proposal
Pengambila n data lapangan Penulisan draft skripsi
Uji petik
Sidang skripsi
Perbaikan laporan skripsi
63 Lampiran 3 Kerangka Sampling DAFTAR ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI “KANIA” DALAM PRODUKSI SUSU KARAMEL DESA TAJUR HALANG KECAMATAN CIJERUK KABUPATEN BOGOR PROVINSI JAWA BARAT No
Nama
Usia
Alamat
1
NU
41
Desa Tajur Halang RT 03/ RW 03
2
SK
24
Desa Tajur Halang RT 03/ RW 03
3
H
43
Desa Tajur Halang RT 02/ RW 03
4
HE
65
Desa Tajur Halang RT 03/ RW 03
5
N
45
Desa Tajur Halang RT 03/ RW 03
6
I
38
Desa Tajur Halang RT 03/ RW 03
7
MM
45
Desa Tajur Halang RT 03/ RW 03
8
M
48
Desa Tajur Halang RT 03/ RW 03
9
E
45
Desa Tajur Halang RT 03/ RW 03
10
D
45
Desa Tajur Halang RT 03/ RW 03
11
W
60
Desa Tajur Halang RT 04/ RW 03
12
K
35
Desa Tajur Halang RT 04/ RW 03
13
A
60
Desa Tajur Halang RT 04/ RW 03
14
IH
38
Desa Tajur Halang RT 04/ RW 03
15
Y
48
Desa Tajur Halang RT 03/ RW 03
16
P
35
Desa Tajur Halang RT 04/ RW 03
17
T
35
Desa Tajur Halang RT 04/ RW 03
18
IM
35
Desa Tajur Halang RT 03/ RW 03
19
PT
55
Desa Tajur Halang RT 04/ RW 03
20
L
35
Desa Tajur Halang RT 01/ RW 03
21
C
35
Desa Tajur Halang RT 01/ RW 03
22
IY
45
Desa Tajur Halang RT 02/ RW 03
23
AC
53
Desa Tajur Halang RT 03/ RW 03
24
OY
48
Desa Tajur Halang RT 03/ RW 03
25
EC
40
Desa Tajur Halang RT 03/ RW 03
65 Lampiran 4 Kuesioner Nomor responden Hari, tanggal survei Tanggal entri data Waktu wawancara
: : : :
KUESIONER HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN PRODUKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI “KANIA” DALAM PRODUKSI SUSU KARAMEL (Kasus: Desa Tajur Halang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor Jawa Barat) Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dari responden dalam rangka penulisan skripsi program sarjana yang dilakukan oleh: Nama/NIM : Debi Wiranti/I34120154 Departemen/Fakultas : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat/ Fakultas Ekologi Manusia Universitas : Institut Pertanian Bogor Peneliti berharap kesedian Saudara/Saudari/Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner pertanyaan dengan jujur, jelas, lengkap dan sebenarnya. Informasi yang didapatkan melalui kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya dipergunakan untuk kepentingan penulisan skripsi. Terima kasih peneliti ucapkan untuk kesediaan Saudara/Saudari/Bapak/Ibu meluangkan waktu dalam mengisi kuesioner ini. I.
Identitas Responden No. 1 Nama 2 Agama 3 Alamat 4 No. Telepon/ handphone 5 Status pernikahan 6
II.
Identitas Responden
a. Belum menikah b. Sudah menikah c. Janda/duda
Jumlah anak atau tanggungan
Faktor Internal Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang Anda anggap benar! No. Karakteristik Individu 7 Usia Tahun 8 Tingkat a. SD – Tidak tamat SD pendidikan b. Tamat SD – Tidak tamat SMP c. Tamat SMP – Tamat SMA 9 Jenis pekerjaan a. Tidak bekerja b. Buruh c. Pedagang
66 10
III.
Tingkat pendapatan
a. < Rp. 200.000,00 b. Rp. 200.000,00 – Rp. 400.000,00 c. > Rp. 400.000,00
Tingkat Partisipasi Masyarakat Beri tanda (√) pada pernyataan di bawah ini dan isi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya! Keterangan: SL = Selalu SR = Sering J = Jarang TP = Tidak Pernah No.
Pernyataan
SL
Tahap Pengambilan Keputusan 12
Saya ikut serta dalam pertemuan atau rapat yang diadakan penyuluh.
13
Saya ikut serta dalam pertemuan atau rapat yang diadakan ketua KWT.
14
Saya mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir kegiatan dalam produksi susu karamel.
15
Saya ikut serta dalam penyusunan rencana kegiatan KWT.
16
Saya ikut serta kepengurusan KWT.
17
Saya ikut menentukan jenis olahan yang akan diproduksi.
18
Saya ikut memilih bahan-bahan dasar untuk dijadikan olahan dalam produksi susu karamel.
19
Saya ikut menentukan waktu pelaksanaan dalam produksi susu karamel.
20
Saya ikut berperan dalam memberikan ide penyusunan kegiatan produksi susu karamel.
21
Saya memberikan masukan atau kritik mengenai apa saja yang akan dilakukan dalam produksi susu karamel.
dalam
pemilihan
SR
J
TP
67 22
Saya ikut memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi dalam produksi susu karamel. Tahap Pelaksanaan
23
Saya ikut dalam memilih lokasi untuk pelaksanaan kegiatan dalam produksi susu karamel.
24
Saya ikut menyebarkan informasi mengenai pelaksanaan kegiatan dalam produksi susu karamel kepada orang-orang sekitar saya.
25
Saya mengikuti kegiatan pelatihan dalam pelaksanaan produksi susu karamel.
26
Saya ikut memberikan sumbangan berupa ide dalam pelaksanaan produksi susu karamel.
27
Saya ikut memberikan sumbangan berupa uang dalam pelaksanaan produksi susu karamel.
28
Saya ikut memberikan sumbangan berupa barang dalam pelaksanaan produksi susu karamel.
29
Saya ikut memberikan sumbangan berupa tenaga dalam pelaksanaan produksi susu karamel.
30
Saya melakukan instruksi atau langkahlangkah sesuai anjuran penyuluh dalam melaksanakan produksi susu karamel.
31
Saya diberikan kekuasaan dalam pelaksanaan kegiatan produksi susu karamel.
32
Saya aktif dalam pelaksanaan produksi susu karamel. Tahap Menikmati Hasil
33
Saya ikut dalam memanfaatkan kegiatan produksi susu karamel yang telah dilaksanakan.
34
Saya ikut memanfaatkan alat yang diberikan oleh penyuluh dalam menunjang kegiatan produksi susu karamel.
68 35
Saya ikut memanfaatkan bahan-bahan olahan yang diberikan oleh penyuluh dalam menunjang kegiatan produksi susu karamel.
36
Saya ikut memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh penyuluh dalam menunjang kegiatan produksi susu karamel.
37
Saya ikut memelihara kegiatan memproduksi produk susu karamel yang telah dilaksanakan.
38
Saya mendapatkan pengetahuan dari pelatihan dalam kegiatan produksi susu karamel yang telah dilaksanakan.
39
Pengetahuan saya meningkat dengan mengikuti pelatihan dalam kegiatan produksi susu karamel yang telah dilaksanakan.
40
Saya dapat menerapkan ilmu yang saya peroleh dari mengikuti pelatihan produksi susu karamel di rumah.
41
Saya memiliki relasi yang ada di anggota kelompok lain dalam pelaksanaan kegiatan produksi susu karamel yang telah dilaksanakan.
42
Saya merasakan manfaat setelah adanya kegiatan dalam produksi susu karamel. Tahap Evaluasi
43
Saya ikut dalam proses evaluasi setiap rapat dalam kegiatan produksi susu karamel yang telah dilaksanakan KWT.
44
Saya ikut dalam pembuatan laporan atau pembukuan tentang kegiatan produksi susu karamel yang telah dilaksanakan setiap bulan oleh KWT.
45
Saya ikut dalam pembuatan laporan pembukuan tentang kegiatan produksi susu karamel yang telah dilaksanakan setiap tahun oleh KWT.
46
Saya ikut dalam proses evaluasi tentang kegiatan produksi susu karamel yang telah dilaksanakan oleh KWT.
69 47
IV.
Saya ikut dalam pembuatan dokumentasi tentang kegiatan produksi susu karamel yang telah dilaksanakan oleh KWT.
Produktivitas kelompok Beri tanda (X) pada pertanyaan di bawah ini dan isi sesuai dengan keadaan yang sebenarnya! No 48
Pertanyaan Berapa banyak anda memproduksi susu a. karamel dalam satu kali produksi? b. c.
Indikator ≤ 4 pak /produksi 5-7 pak /produksi ≥ 8 pak /produksi
49
Berapa banyak anda memproduksi susu a. karamel dalam satu kali produksi pada b. tiap bulan? c.
≤ 48 pak /bulan 49-84 pak /bulan ≥ 85 pak /bulan
50
Berapa jam anda memproduksi susu a. karamel dalam satu kali produksi? b. c.
< 2 jam 2-4 jam > 4 jam
Lampiran 5 Panduan Wawancara Mendalam PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN PRODUKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI “KANIA” DALAM PRODUKSI SUSU KARAMEL Hari/tanggal wawancara Lokasi wawancara Nama dan umur informan Jabatan
: : : :
Pertanyaan Penelitian Informan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Bagaimana sejarah terbentuknya kegiatan produksi susu karamel Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Tajur Halang? Bagaimana antusias masyarakat dalam kegiatan produksi susu karamel yang dilaksanakan dalam KWT? Bagaimana respon anda terhadap kegiatan produksi yang dilakukan oleh KWT? Bagaimana respon masyarakat dengan adanya KWT di Desa Tajurhalang? Apa saja kendala yang dihadapi anggota selama megikuti kegiatan produksi yang dilakukan KWT? Apa saja upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut? Apakah kegiatan ini sudah memberikan kontribusi secara signifikan terhadap pendapatan anggota? Apakah anda berhubungan baik dengan pengelola KWT? Bagaimana hubungan anggota dengan pengelola KWT? Apakah pelayanan pengelola KWT memuaskan? Apakah terdapat kendala selama proses produksi susu karamel yang dilakukan oleh KWT? Apa saja upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut? Apakah ada bantuan dari pihak pemerintah untuk KWT? Jika ada, bantuan berupa apa yang diberikan?
72 PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PARTISIPASI DENGAN PRODUKTIVITAS ANGGOTA KELOMPOK WANITA TANI “KANIA” DALAM PRODUKSI SUSU KARAMEL Hari/tanggal wawancara Lokasi wawancara Nama dan umur responden Jabatan
: : : :
Pertanyaan Penelitian Responden 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Bagaimana sejarah terbentuknya KWT di Desa Tajur Halang? Bagaimana sejarah terbentuknya kegiatan produksi susu karamel KWT di Desa Tajur Halang? Apakah anda anggota sejak awal berdirinya KWT? Apakah anda anggota sejak awal memulainya produksi produk susu karamel? Apakah anda berhubungan baik dengan pengelola KWT? Bagaimana hubungan anggota dengan pengelola KWT? Apakah pelayanan pengelola KWT memuaskan? Apakah pengelola KWT mwmbantu anda selama produksi berlangsung? Apakah anda merasa terbantu dengan adanya KWT? Apa kebijakan KWT yang diberlakukan? Apakah ada kebijakan program yang menurut anda menyulitkan? Apa manfaat yang anda dapat selama mengikuti kegiatan? Apakah terdapat kendala selama proses produksi susu karamel berlangsung? Apa saja upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut? Apa evaluai anda terhadap kegiatan ini? Adakah inovasi produk baru dari olahan susu karamel? Jam berapa anda mulai membuat susu karamel? Jam berapa anda istirahat dari membuat susu karamel? Jam berapa anda selesai membuat susu karamel? Bagaimana respon anda selama mengikuti kegiatan produksi susu karamel yang dilaksanakan oleh KWT? Apakah kegiatan produksi susu karamel sudah memberikan kontribusi secara signifikan terhadap pendapatan anda? Apakah terdapat sumber lain dari pendapatan anda? Berapa pendapatan anda selama satu bulan mengikuti produksi susu karamel?
73 Lampiran 6 Tulisan Tematik Kelompok Wanita Tani “Kania” Kelompok wanita tani “kania” merupakan kelompok yang bergerak dalam bidang pengolahan susu sapi yang berada di Desa Tajurhalang RT03/ RW03 Desa Tajurhalang Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor. Kelompok ini didirikan pada tahun 20 Mei 2007 untuk mendukung kelompok tani ternak sapi perah “kania” yang berada di Desa Tajurhalang. Salah satu tujuan didirikannya kelompok wanita tani “kania” ini adalah untuk membantu meningkatkan taraf hidup dan sebagai wadah penyerapan tenaga kerja. Implementasi dari tujuan tersebut adalah dengan memberikan pelatihan kepada seluruh anggota kelompok baik dari pihak pemerintah yang kemudian dipraktekkan oleh kelompok dengan memproduksi produk dari susu sapi perah. Selain itu para anggota kelompok juga melakukan pemasaran produk hingga keluar desa sehingga produk dan pendapatan yang dihasilkanpun meningkat. “Tujuannya untuk membantu masyarakat kecil biar dapet penghasilan lebih supaya bisa membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari teh... adanya KWT juga membuka lapangan pekerjaan, nah ibu-ibu yang biasanya menganggur dirumah bisa ikut produksi di KWT... sering diadain pengajian setiap minggunya untuk seluruh ibu-ibu diwajibkan hadir jika memang memiliki waktu luang. terusan kalo ada lomba, KWT “Kania” sering ikut lomba-lomba di kecamatan...” (Ibu Lurah, 48 tahun). Kegiatan produksi yang dilaksanakan oleh kelompok wanita tani “kania” ini telah terbukti mampu membantu masyarakat dalam meningkatkan pendapatan. Melalui kegiatan produksi susu karamel dan pemasaran yang dilakukan oleh anggota telah membuktikan bahwa sebagian besar anggota yang ikut serta dalam kegiatan produksi pendapatannya telah meningkat. akan tetapi terdapat pula anggota yang mendapatkan penghasilan rendah dikarenakan mempunyai pekerjaan lain. “Alhamdulilah teh biasanya bisa sampai 1,5 juta, kerjanya menurut ibu ga terlalu berat karena karjanya bareng-bareng sareng ibu lain... kalo sering ikut produksi ya insyaallah penghasilan yang didapet banyak teh, kan sesuai sama usaha kerjanya teh. Jarang dateng ya dikit penghasilannya” (Ibu NU, 41 tahun). “ibu mah punya warung sendiri dirumah, jadi ga bisa selalu hadir di kwt buat produksi susu karamel. Palingan dateng kalo ada kumpul-kumpul pengajian di kwt aja teh sekalian silahturahmi gituh. Yah karena jarang dateng buat ikut produksi ya hasil uangnya dikit teh. Paling kalo dikira-kira mah 250an sebulan kalo di kwt mah..” (Ibu AC, 53 tahun). “kumaha nya teh, ibu gaduh putra sareng putra seueur janten kedah ngajajapken anak ibu ka sakolah nya jeng ngurus anak di bumi. Belum lagi kalo suami pulang kerumah ga ada makanan
74 gimana. Jadi kalo ibu hadir terus ka kwt nanti ga ada yang jagain anak jeng masak ka bumi..” (Ibu I, 38 tahun). “ ...di kwt sering ada kumpul-kumpul teh, ibu dikasih tau lewat sms ke hp anak ibu kalo ada kumpulan dikwt. Kadang kalo ketemu dijalan sama pas pengajian juga sering dikasih tau kalo besoknya ada kumpulan. Tapi ya begitu waktunya kadang pas ibu lagi kerja. kerjan ibu kan jauh dari rumah, pulangnya juga sore, udah capek dulu teh, jadinya susah kalo harus ikut terus-terusan pas ada kumpulan. Jadi datengnya pas lagi sempet aja teh, kalo ibu lagi dirumah dan ga kerja ya dateng sekalian ngumpul dan silahturahmi sama ibu-ibu lain...lagian penghasilan ibu di kwt juga ga seberapa teh ga bisa buat menuhin kebutuhan ini itu, coba kalo hasil di kwtnya banyak mah ibu mending ke kwt terus teh kan deket juga dari rumah...” (Ibu IY, 45 tahun). Faktor Internal Kelompok Wanita Tani “Kania” Faktor internal kelompok merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu yang meliputi karakteristik individu. Karakteristik individu dalam penelitian ini adalah usia, tingkat pendidikan, dan tingkat pendapatan. Sementara tingkat partisipasi merupakan keikutsertaan atau kehadiran anggota kelompok wanita tani dalam semua tahapan kegiatan produksi susu karamel. Dalam hal ini tingkat partisipasi dari anggota kelompok menjadi sangat diperlukan dalam kegiatan kelompok agar terlaksana dengan baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal usia dan tingkat pendidikan dalam kelompok wanita tani “kania” tidak melihat batasan usia maupun pendidikan. Sehingga setiap anggota memiliki akses untuk mengemukakan pendapat yang dimilikinya. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula bahwa pengurus anggota lebih banyak mengambil peran dalam kegiatan kelompok. “kalo disuruh kumpul ke kwt mau buat susu karamel, ya banyak yang dateng teh kecuali yang kerja aja. Mau mereka lulusan sd ato sma mah sama aja teh. Kalo lagi ga ada kerjaan dan ga sibuk ya pada dateng. Disini juga lulusan sma pada banyak yang dirumah teh jarang yang kerja diluar..” (Ibu Y, 48 tahun). Sedangkan anggota yang memiliki pendapatan rendah dalam kelompok memilih untuk sebagian anggota yang memiliki pendapatan rendah dari hasil produksi susu karamel lebih memilih untuk bekerja pada pekerjaan lain dengan hasil yang lebih mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari sehingga tingkat partisipasinyapun rendah. Sedangkan anggota yang memiliki pendapatan tinggi dari hasil produksi susu karamel lebih sering hadir pada pelaksanaan kegiatan. “Udah males neng karena hasilnya dikit, kalo disuruh dateng lagi yaudah ga dateng...” (Ibu EC, 40 tahun). ya hadir atulah teh, sekalian kumpul-kumpul silahturahmi sambil buat susu karamel sama yogurt. Daripada dirumah sepi mending
75 ke kwt rame banyak temen ngobrol juga bisa dapet uang tambahan belanja..” (Ibu SK, 24 tahun). Faktor Eksternal Kelompok Wanita Tani “Kania” Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu atau lingkungan yang mempengaruhi seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Faktor eksternal dalam penelitian ini akan dianalisis berdasarkan teori pangestu (1995) yang meliputi tingkat interaksi anggota dan pengelola KWT, tingkat pelayanan pengelola KWT. Tingkat interaksi anggota dan pengelola KWT adalah seperti ketua, sekertaris, dan bendara kelompok wanita tani “kania” yang hampir setiap harinya berinteraksi langsung dengan anggota. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian besar anggota kelompok wanita tani memiliki interaksi yang cukup tinggi dengan pengelola KWT. “...interaksi ngasih inpo mah ya sering neng, kadang juga si ibu X sampe dateng ka bumi ngajaken ngabuat susu karamel. tiap minggu nya diadaken pangajian bareng sama ibu-ibu di kwt, kalo ada acara apa gitu nya dipanggil samua anggota ka kwt. Tapi ya gitu kadang ada yang ga dateng karna lagi ada acara lain, ya istilah nya ga tepatlah sikonnya hhe...” (Ibu HE, 65 tahun). “si ibu X, Y, Z sering nelvon saya ngajakin kumpul ke kwt, kadang juga kalo ada pelatihan-pelatihan saya sering diajak teh. infoinfo mah dikasih terus, tapi sayanya kerja. kalo lagi ga kerja saya ya dateng. Kemarin kan saya dateng pas pengajian ketemu sama teteh juga.... dulu mah setiap rapat, ibu-ibu pada disuruh tanya ini itu ngasih usulan, tapi pada diem. Kita sih nurut aja apa kata yang diatas, diajak produksi ya produksi ngikut aja teh pokonya...” (Ibu IH, 38 tahun). “biasanya pas lagi ada pesenan banyak, saya sama ibu-ibu lain sampe pada nginep ka kwt. Rumah ibu mah deket dari kwt nya. Jadi gampang kalo ada apa-apa teh... si ibu X, Y, Z juga ngajakin terus kalo mau produksi. Ada bantuan alat produksi, anggota juga pada dikasih tau..” (Ibu P, 35 tahun). Tingkat pelayanan pengelola KWT dilihat berdasarkan kepuasan yang dirasakan oleh anggota kelompok wanita tani “kania”. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa sebagian besar anggota kelompok wanita tani “kania” merasa memiliki tingkat kepuasan yang cenderung tinggi terhadap pelayanan yang diberikan oleh pengelola KWT. “alhamdulillah puas dengan pelayanan yang ada di kwt, dulu ada ibu K yang nyaranin bikin produk susu selain yang ada di kwt. habis itu semua anggota diajak diskusi, ngomongin gimana kalo bikin produk baru, kira-kira pada mau bikin produk apa. Sering diadain rembukan dikelompok teh...” (Ibu SK, 24 tahun).
76 “...pelayanannya banyak teh, kalo ada kendala produksi ngadunya ke ibu X, Y. Trus dibantuin nyelesaiin bareng-bareng gimana ngatasi masalah ituh. Yang ngurus semua kegiatan kelompok juga banyak dibantu sama mereka... kan ada juga ya ibu-ibu yang masih belom bisa ngolah susu karamel, nanti bakal diajarin sama orang dikwt. Diajakin produksi ngolah susu karamel sampe bisa, dikasih tau takaran susunya berapa harus dimasaknya berapa lama biasanya kalo seliter bisa produksi berapa banyak, semuanya dikasih tau teh cara-caranya sampai ngepak susu karamel...” (Ibu H, 43 tahun). “pelayanan ibu X di kwt mah baik banget teh, sering diadain pengajian buat silahturami sama ibu lain juga di kwt, masak bareng-bareng juga...” (Ibu W, 60 tahun). Tingkat Partisipasi Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” Tingkat partisipasi merupakan keikutsertaan atau kehadiran anggota kelompok wanita tani dalam semua tahapan kegiatan produksi susu karamel. Tingkat partisipasi dalam penelitian ini diukur berdasarkan parameter pengukuran Cohen dan Uphoff (1977) yang terdiri dari empat tahapan yaitu tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi. Hasil penelitian pada tahap pengambilan keputusan menunjukkan bahwa Rendahnya kehadiran dalam mengikuti rapat dapat menyebabkan rendahnya tingkat penyampaian pendapat yang berupa ide, kritik, dan solusi. Hal ini karena, melalui kehadiran anggota maka akses dalam menyampaikan pendapat dalam rapat akan lebih terbuka. Akan tetapi, dari hasil wawancara didapatkan bahwa dari beberapa anggota yang menyatakan pernah hadir, tidak semua berani dan mau dalam menggunakan akses tersebut untuk menyampaikan pendapat mereka. Tahap pelaksanaan merupakan keikutsertaan responden dalam pelaksanaan kegiatan. Tahap pelaksanaan juga seringkali diartikan sebagai tahap implementasi kegiatan. Menurut Cohen dan Uphoff (1977) partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. Pada pelaksanaan kegiatan produksi susu karamel oleh kelompok wanita tani “kania”, tahap pelaksanaan ditujukan oleh partisipasi anggota dalam pemilihan lokasi untuk kegiatan produksi, kegiatan pelatihan, serta memberikan sumbangan berupa ide, barang, uang dan tenaga dalam kegiatan produksi susu karamel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anggota memilih untuk hadir dalam mengikuti kegiatan pelatihan produksi susu karamel yang diadakan dalam kelompok wanita tani tersebut. Selain itu, sebagian lainnya lebih dominan untuk menyumbangkan tenaga dalam kegiatan produksi susu karamel dengan tujuan memperoleh penghasilan lebih untuk dapat membantu mencukupi kebutuhan sehari-hari. “kalo ada pelatihan-pelatihan mah ibu sering hadir teh, biar tau gimana cara-caranya buat susu karamel. Biar nanti pas dirumah juga bisa bikin sendiri. sekalian ibu taro diwarung untuk dijual...” (Ibu M, 48 tahun).
77 Tahap menikmati hasil merupakan keikutsertaan responden dalam memanfaatkan program yang telah dilaksanakan, dan tindakan sebagai anggota program. Pada tahapan ini responden sudah mampu merasakan keberhasilan dari program yang dilakukan. Selain itu responden juga dapat mengukur hasil yang diperoleh dengan potensi sendiri yang mereka miliki. Sehingga semakin besar manfaat yang dirasakan, berarti kegiatan tersebut berhasil mengenai sasaran. Tahap menikmati hasil pada kelompok wanita tani “kania” dalam peroduksi susu karamel, diukur melalui besarnya manfaat yang didapatkan oleh responden yang berupa kegiatan produksi, pemanfaatan alat maupun fasilitas, dan peningkatan pengetahuan dalam memproduksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas anggota mengetahui bahwa terdapat kegitan rutin setiap bulan dan tahun untuk melakukan evaluasi dan pembukuan selama kegiatan telah berlangsung. Alasan rendahnya tingkat partisipasi pada tahap evaluasi ini adalah ketidakikutsertaan anggota dalam kegiatan dan merasa bahwa tidak terlalu memiliki peran penting dalam kelompok. “kan untuk pembukuan mah udah ada ketua sama bendahara neng, jadi ibu ga ikut hadir. Udah percaya gitu aja biar diurus semuanya sama pengurus kelompok..” (Ibu PT, 55 tahun). Produktivitas Anggota Kelompok Wanita Tani “Kania” Produktivitas merupakan hasil kongkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Pengukuran terhadap hasil akhir yang dicapai oleh kelompok akan menggambarkan tingkat produktivitas dalam kelompok. Dengan demikian, produktivitas merupakan ukuran bagaimana baiknya suatu sumber daya diatur dan dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Moelyono 1993). Tingkat produktivitas dalam penelitian ini diukur berdasarkan waktu kerja dan produk total perhari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota yang memiliki waktu luang lebih banyak dalam mengikuti kegiatan produksi susu karamel akan memperoleh hasil produksi yang lebih tinggi. Apabila sebaliknya anggota yang tidak memiliki waktu luang maka hasil yang diperolehpun akan rendah. Alasan rendahnya produktivitas anggota dalam menghasilkan produk juga karena menurunnya semangat anggota, hal ini disebabkan penghasilan yang diperoleh tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
79 Lampiran 7 Hasil Uji Statistik Hasil uji reliability statistics Reliability Statistics Cronbach's Alpha Based on Standardized Items
Cronbach's Alpha .978
N of Items .979
36
Hasil uji korelasi rank spearman antara usia dengan tahap pengambilan keputusan Correlations Tahap Pengambilan Keputusan
Usia Spearman's rho
Usia
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Tahap Correlation Pengambilan Coefficient Keputusan Sig. (2-tailed) N
1.000
-.312
.
.129
25
25
-.312
1.000
.129
.
25
25
80 Hasil uji korelasi rank spearman antara usia dengan tahap pelaksanaan Correlations Tahap Pelaksanaan
Usia Spearman's rho
Usia
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Tahap Pelaksanaan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
1.000
-.185
.
.376
25
25
-.185
1.000
.376
.
25
25
Hasil uji korelasi rank spearman antara usia dengan tahap menikmati hasil Correlations Tahap Menikmati Hasil
Usia Spearman's rho Usia
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Tahap Menikmati Hasil
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
1.000
-.141
.
.503
25
25
-.141
1.000
.503
.
25
25
81
Hasil uji korelasi rank spearman antara usia dengan tahap evaluasi Correlations Usia Spearman's rho Usia
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Tahap Evaluasi
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed) N
Tahap Evaluasi 1.000
-.303
.
.141
25
25
-.303
1.000
.141
.
25
25
82 Hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat pendidikan dengan tahap pengambilan keputusan Correlations Tahap Pengambilan Keputusan
Tingkat Pendidikan Spearman's rho Tingkat Pendidikan
Correlation Coefficient
1.000
.317
.
.123
25
25
Correlation Coefficient
.317
1.000
Sig. (2-tailed)
.123
.
25
25
Sig. (2-tailed) N Tahap Pengambilan Keputusan
N
Hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat pendidikan dengan tahap pelaksanaan Correlations Tingkat Pendidikan Spearman's rho Tingkat Pendidikan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Tahap Pelaksanaan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed).
Tahap Pelaksanaan
1.000
.498*
.
.011
25
25
.498*
1.000
.011
.
25
25
83 Hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat pendidikan dengan tahap menikmati hasil Correlations Tahap Menikmati Hasil
Tingkat Pendidikan Spearman's rho Tingkat Pendidikan
Correlation Coefficient
1.000
.354
.
.083
25
25
.354
1.000
.083
.
25
25
Sig. (2-tailed) N Tahap Menikmati Correlation Hasil Coefficient Sig. (2-tailed) N
Hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat pendidikan dengan tahap evaluasi Correlations Tingkat Pendidikan Spearman's rho Tingkat Pendidikan
Correlation Coefficient
1.000
.317
.
.122
25
25
Correlation Coefficient
.317
1.000
Sig. (2-tailed)
.122
.
25
25
Sig. (2-tailed) N Tahap Evaluasi
Tahap Evaluasi
N
84 Hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat pendapatan dengan tahap pengambilan keputusan Correlations Tahap Pengambilan Keputusan
Tingkat Pendapatan Spearman's rho Tingkat Pendapatan
Correlation Coefficient
1.000
.681**
.
.000
25
25
.681**
1.000
.000
.
25
25
Sig. (2-tailed) N Tahap Pengambilan Keputusan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed)
N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed).
Hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat pendapatan dengan tahap pelaksanaan Correlations Tingkat Pendapatan Spearman's rho Tingkat Pendapatan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Tahap Pelaksanaan Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed).
Tahap Pelaksanaan
1.000
.735**
.
.000
25
25
.735**
1.000
.000
.
25
25
85 Hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat pendapatan dengan tahap menikmati hasil Correlations Tahap Menikmati Hasil
Tingkat Pendapatan Spearman's rho Tingkat Pendapatan
Correlation Coefficient
1.000
.819**
.
.000
25
25
.819**
1.000
.000
.
25
25
Sig. (2-tailed) N Tahap Menikmati Correlation Hasil Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed).
Hasil uji korelasi rank spearman antara tingkat pendapatan dengan tahap evaluasi Correlations Tingkat Pendapatan Spearman's rho Tingkat Pendapatan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Tahap Evaluasi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2tailed).
Tahap Evaluasi
1.000
.714**
.
.000
25
25
.714**
1.000
.000
.
25
25
86 Hasil uji korelasi rank spearman antara tahap pengambilan keputusan dengan tingkat produktivitas kelompok Correlations Tahap Pengambilan Produktivitas Keputusan Kelompok Spearman's rho Tahap Pengambilan Keputusan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Produktivitas Kelompok
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
1.000
.616**
.
.001
25
25
.616**
1.000
.001
.
25
25
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hasil uji korelasi rank spearman antara tahap pelaksanaan dengan tingkat produktivitas kelompok Correlations Tahap Produktivitas Pelaksanaan Kelompok Spearman's rho Tahap Pelaksanaan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Produktivitas Kelompok
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1.000
.639**
.
.001
25
25
.639**
1.000
.001
.
25
25
87 Hasil uji korelasi rank spearman antara tahap menikmati hasil dengan tingkat produktivitas kelompok Correlations Tahap Menikmati Hasil Spearman's rho Tahap Menikmati Hasil
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Produktivitas Correlation Kelompok Coefficient Sig. (2-tailed) N
Produktivitas Kelompok
1.000
.745**
.
.000
25
25
.745**
1.000
.000
.
25
25
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hasil uji korelasi rank spearman antara tahap evaluasi dengan tingkat produktivitas kelompok Correlations Produktivitas Tahap Evaluasi Kelompok Spearman's rho Tahap Evaluasi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Produktivitas Correlation Kelompok Coefficient Sig. (2-tailed) N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1.000
.687**
.
.000
25
25
.687**
1.000
.000
.
25
25
89 Lampiran 8 Dokumentasi Penelitian
Pemandangan di Desa
Kantor Desa Tajurhalang
Rumah produksi susu karamel Kelompok Wanita Tani “Kania”
Proses produksi susu karamel
Proses produksi produk pangsit susu
Proses produksi produk kerupuk susu
90
Produk susu karamel
Produk susu karamel
Produk yogurt
Produk olahan susu lainnya
Makan bersama dengan keluarga Ibu lurah Desa Tajurhalang
Pengajian maulid nabi di Desa Tajurhalang
91
RIWAYAT HIDUP Debi Wiranti merupakan anak kedua dari empat bersaudara, dari pasangan Masno dan Nanik Martini yang dilahirkan di Penarik, Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu pada tanggal 26 Desember 1994. Penulis menempuh pendidikan formal di SD NEGERI 14 TERAS TERUNJAM (2000-2006), SMP NEGERI 1 TERAS TERUNJAM (2006-2009), SMA NEGERI 1 MUKOMUKO (2009-2012) jurusan IPA. Kemudian pada tahun 2012 (angkatan 49), penulis diterima sebagai mahasiswi Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM). Selama penulis menjadi mahasiswi Institut Pertanian Bogor, penulis aktif aktif dalam mengikuti keorganisasian dan berbagai kepanitian kampus. Keorganisasian yang diikuti penulis yaitu bergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bela diri yaitu Merpati Putih (MP) sebagai Bendahara I UKM MP IPB (2012-2013). Penulis juga aktif di beberapa kepanitian antara lain, yaitu Anggota Divisi Pertandingan IPB OPEN Merpati Putih (MP) (2012), Anggota Divisi Logstran Seminar Tenaga Dalam (STD) Merpati Putih (MP) (2013), Anggota Divisi Pertandingan IPB OPEN Merpati Putih (MP) (2014), Anggota Divisi Logstran IPB’s Dedication for Education (IDEA) (2014). Penulis mengikuti kegiatan sosial sebagai pengajar untuk anak tidak lanjut sekolah di SMP Cahaya Harapan, Ciareuteun Ilir, Ciampea, Bogor (2015). Penulis juga aktif mengikuti beberapa lomba dalam bidang olahraga dan mendapatkan juara 1 Lomba Lompat Jauh Putri dalam acara Ecology Sport and Art Event (ESPENT) FEMA IPB (2013), juara 1 Lomba Estafet Putri dalam acara Ecology Sport and Art Event (ESPENT) FEMA IPB (2013), juara 3 Lomba Futsal Putri dalam acara Ecology Sport and Art Event (ESPENT) FEMA IPB (2014). Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Penelitian (PKMP) IPB bersama mahasiswi Fakultas Perikanan (FPIK) (2014). Penulis juga pernah mengikuti Conference CONNEXTION “Terumbu Karang Untuk Keseimbangan Ekosistem Laut Indonesia” (2012). Selain itu penulis juga aktif mengikuti seminar dan workshop yang diadakan dalam kampus.