PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007 DESAIN DAN PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI BERBASIS KOMPUTER Oleh: Ahmad Yani ABSTRAK Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa perkembangan teknologi di bidang informatika telah membawa dampak perubahan yang positif dalam berbagai bidang. Salah satunya adalah dalam bidang Akuntansi. Dengan pemanfaatan Teknologi Informasi kita dapat dengan mudah memodifikasi dan mengembangkan Sistem Informasi Akuntansi yang akan menghasilkan informasi keuangan yang sangat berkualitas. Proses yang ada dalam siklus Sistem Informasi Akuntansi bisa sangat efesien, praktis dan efektif. Ada banyak contoh Sistem Informasi Akuntansi yang sudah dirancang berbasis Teknologi Informasi seperti DEA, Myob, Vplus, Zahir, MAS dan lain-lain. Hal yang paling menarik selain contoh produk software Accounting yang disebutkan, kita juga bisa mengembangkannya sendiri sesuai dengan kebutuhan. Tentu saja dibutuhkan syarat kemampuan untuk bisa melakukannya. Selain mengerti mengenai akuntansi juga dibutuhkan tambahan pengetahuan dalam bidang Teknologi Informasi (analisis sistem, programming). Desain dan pengembangan Sistem Informasi Akuntansi yang dikembangkan sendiri oleh pemakai (End User Development atau End User Computing) akan memiliki nilai utilitas yang sangat tinggi karena kita tahu persis kebutuhan yang harus dipenuhi oleh sistem yang akan dibuat. I.
PENDAHULUAN Salah satu kegiatan rutin di dalam perusahaan adalah kegiatan yang sifatnya klerikal yakni penyajian informasi keuangan untuk bebagai pihak yang membutuhkan khususnya adalah pihak manajemen. Informasi keuangan yang dihasilkan berdasarkan data transaksi ekonomi perusahaan harus benar-benar memenuhi kualifikasi berkualitas seperti akurasi yang terjaga (accurate), ketepatan waktu dalam penyajiannya (timeles) serta kesesuaiannya dengan pihak yang menerima (relevance). Informasi keuangan dalam perusahaan dihasilkan oleh suatu sistem informasi yaitu sistem informasi akuntansi. Menurut Jogiyanto [1999] Informasi yang berkualitas hanya bisa dihasilkan oleh suatu sistem informasi yang didukung oleh teknologi informasi (teknologi komputer, teknologi telekomunikasi). Meskipun secara teori dukungan teknologi informasi dalam sistem informasi bukan merupakan syarat mutlak bagi
jalannya sistem informasi akuntansi akan tetapi saat ini nampaknya dukungan teknologi informasi terhadap suatu sistem informasi sifatnya bukan lagi pilihan (optional) tetapi sudah merupakan kebutuhan. Bagaimana mungkin perusahaan mau mengambil resiko, untuk sistem informasi akuntansi yang menghasilkan informasi keuangan yang akan dijadikan referensi atau dasar dari bebagai kebijakan penting perusahaan yang akan diambil. Sistem informasi akuntansi tanpa dukungan teknologi informasi (Sistem Informasi Akuntansi manual) sangat beresiko karena banyak mengandung berbagai kelemahan yang dapat menyebabkan terhambatnya kegiatan perusahaan. Dalam tulisan ini penulis akan mencoba menggambarkan bagaimana Sistem Informasi Akuntansi di desain dan dikembangkan oleh pengguna sesuai dengan kebutuhan perusahaan (End User Development). Desain yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah tahapan desain spesifik, yang
27
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007
didalamnya terdapat beberapa kegiatan yang nantinya akan mengarah kepada desain bentuk dan format sistem. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi kegiatan desain teknologi, input, desain proses, desain output dan desain database. II. A.
PEMBAHASAN Pertimbangan dalam desain sistem Menurut Wahyono [2004] ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain sebuah sistem informasi antara lain sebagai berikut : 1). Kebutuhan Sistem Dalam hal ini mencakup semua kebutuhan sistem agar dapat bekerja secara optimal. Tentu saja hal ini harus sudah terdefinisi sejak desain sistem diawal. Kebutuhan sistem tersebut meliputi faktor keluwesan sistem, kendala sistem dan kemudahan dalam pemeliharaan. 2). Kebutuhan Pemrosesan Data Pertimbangan dalam hal ini adalah menyangkut kebutuhan akan volume data yang akan diproses, model yang akan digunakan serta waktu pemrosesan yang dapat diterima. Dengan demikian sistem harus di desain sedemikian rupa untuk bisa melakukan proses baik pada saat volume data normal maupun kondisi volume puncak. 3). Kualitas dan Kegunaan Informasi Sistem informasi yang baik adalah yang dapat menghasilkan informasi yang berkualitas. Sebuah informasi dikatakan berkualitas apabila informasi tersebut tepat waktu, akurat dan memiliki relevansi. Disamping itu suatu informasi yang dihasilkan oleh suatu sistem informasi harus memiliki daya guna (utilitas) yang tinggi bagi penerimanya, artinya penerima informasi sangat terbantu dalam menentukan sikap dan langkah. Seorang pembuat keputusan atau pembuat kebijakan akan
menggunakan informasi sebagai referensi dalam pembuatan keputusan atau kebijakannya. Dengan kata lain keputusan atau kebijakan yang diambil akan mereflesikan kualitas dan utiitas dari informasi yang diterima oleh pembuat keputusan (deccision maker). 4). Integrasi Sistem Integrasi sistem menunjukkan hubungan yang terjadi antar subsistem. Contoh dalam hal ini adalah integrasi hardware dan software dalam sebuah sistem yang multiuser dengan penerapan Local Area Network (LAN). Dengan sistem yang terintegrasi maka akan bisa terjadi tukar-menukar dan berbagi data (sharing) sehingga akan mempercepat proses dalam sistem. 5). Prespektif Pemakai Suatu sistem informasi dalam sebuah organisasi dirancang sedemikian rupa agar dapat membantu pemakai (user) bukan untuk menyulitkan, oleh karenanya dalam proses rancangan sistem harus diperhatikan aspek manusianya sebagai pengguna sistem sehingga mereka merasakan manfaat dan kenyamanan dari sistem yang dirancang. B. Proses rancang bangun dengan sistem Batch. Proses rancang bangun input dan output pada Sistem Informasi Akuntansi yang akan dibahas pada bagian ini adalah menggunakan pendekatan metode pengolahan data Batch Processing. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Batch Processing merupakan teknik pengolahan data dengan menumpuk data terlebih dahulu dan diatur pengelompokan data tersebut dalam kelompok-kelompok yang disebut batch. Sistem ini akan memproses data setelah data itu terkumpul atau tertumpuk terlebih dahulu.
28
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007
Setiap batch ditandai dengan identitas tertentu serta informasi mengenai data-data yang terdapat dalam batch tersebut (Widjajanto, 1991). Dalam sistem batch, setumpuk dokumen dikumpulkan dan dirubah ke dalam file-file input yang bisa terbaca komputer baik berupa punch card ataupun disk. File input tersebut kemudian diproses oleh Central Processing Unit (CPU) untuk menghasilkan file-file output baik dalam bentuk hard copy, maupun file dalam media penyimpanan eksternal lain.
Gambar II.1 Metode Batch Processing Pendekatan sistem ini diterapkan untuk aplikasi yang memiliki jumlah data besar sehingga diperlukan pemeriksaan pendahuluan yang cermat sebelum data diolah. Model ini juga diterapkan dalam sistem informasi yang tidak memerlukan akses secara langsung dari waktu ke waktu melainkan adalah tingkat periode. Misalnya laporan yang dibutuhkan dalam periode mingguan,
bulanan, triwulan dan sebagainya. Sebagai contoh jika laporan dibutuhkan untuk tingkat bulanan, maka data-data akan dikumpulkan terlebih dahulu untuk satu bulan, kemudian baru diolah untuk mendapatkan laporan yang diinginkan. C. Desain Input Untuk mendapatkan desain input yang tepat dalam suatu sistem informasi yang pertama harus dilakukan adalah mengidentifikasi semua dokumen masukan. Hal ini penting karena dokumen merupakan bukti otentik dari sebuah informasi yang dihasilkan, yang artinya akan sangat menentukan kualitas informasi yang dihasilkan oleh suatu sistem informasi. Identifikasi meliputi format dokumen, aliran atau asal dokumen, siapa yang mambuat dan untuk apa dokumen itu dibuat, seberapa banyak volume dokumen serta periode frekwensi dari dokumen itu sendiri. Di dalam software program akuntansi ada 2 (dua) data masukan yang utama yang digunakan dalam kegiatannya, yaitu kode perkiraan (account number) dan data transaksi akuntansi yang telah di jurnal. 1. Desain Input Data Kode Perkiraan Akuntansi (Account Number) Sebagai langkah awal dalam proses akuntansi adalah menentukan nomor perkiraan untuk setiap pos transaksi yang diatur sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Pos-pos perkiraan atau rekening ini disebut dengan istilah Daftar Kode Perkiraan Akuntansi (Chart of Accounts). Paling tidak yang nantinya masuk dalam desain input kode perkiraan akuntansi itemnya adalah sebagai berikut : a). Kode Rekening Dalam menentukan kode rekening ini harus memiliki makna yang sesuai dengan kelompok, jenis dan nama perkiraan yang berlaku dalam akuntansi atau akan digunakan dalam perusahaan.
29
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007
Misalkan format kode rekening yang sederhana yang terdiri dari 4 (empat) digit karakter seperti dibawah ini. Format:
Keterangan: X Digit pertama Kelompok Perkiraan X Digit kedua untuk Jenis Perkiraan XX Dua digit terakhir Nama Perkiraan Contoh : 1101
Keterangan:
Dalam desain form input data kode perkiraan juga harus ditambahkan beberapa tombol perintah (Command Button) melakukan navigasi maupun manipulasi data. Tombol-tombol tersebut adalah Tambah (Add) untuk melakukan penambahan record baru, Edit untuk melakukan pengeditan data, Cari (Find) untuk melakukan pencarian data, Cetak (Print) untuk mencetak data yang aktif. Sedangkan beberapa tombol untuk melakukan navigasi antara lain Top, Prev, Next, Bottom. Berikut ini contoh sederhana yang menunjukkan desain form input master kode perkiraan yang digunakan untuk memasukkan kode perkiraan yang dibutuhkan dalam perusahaan.
1 Kelompok Aktiva 1 Jenis Aktiva Lancar 01 Nomor perkiraan Kas b). Nama Perkiraan Digunakan untuk memasukkan nama perkiraan dari kode perkiraan yang telah ditentukan sebelumnya, bertipe data karakter dengan lebar 30 digit. c). Tipe Digunakan untuk menentukan tipe dari setiap rekening yang akan digunakan dalam akuntansi. Seperti kode ”N” untuk perkiraan neraca kemudian ”R” untuk perkiraan Rugi Laba dan ”H” untuk harga pokok penjualan. Jadi untuk tipe cukup ditentukan satu digit karakter saja. d). Normal Balance Digunakan untuk menentukan posisi perkiraan atau rekening. Akan diisi dengan ”D” untuk perkiraan normal balance Debet dan ”K” untuk rekening yang memiliki normal balance Kredit.
Gambar II. 2 Desain Input Master Kode Perkiraan 2. Desain Input Data Jurnal Transaksi Dalam kasus ini form yang di desain digunakan untuk memasukkan semua jurnal data transaksi yang akan dikategorikan dalam jurnal umum (General Journal) sehingga desain form-nya hanya diperlukan satu saja yaitu untuk menginput jurnal umum.
30
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007
Berikut ini contoh sederhana dari gambar desain input jurnal umum.
Gambar II. 3. Desain Input Jurnal Transaksi D. Desain Proses Sebelum sampai pada desain proses sistem komputerisasi akuntansi, terlebih dulu kita harus memahami prosedur pengolahan data akuntansi yang manual. Dalam kegiatan pengolahan data akuntansi manual, kegiatannya dimulai dari tahapan pencatatan (recording), pengelompokan (classifying), pengikhtisaran (sumaarizing) sampai pada tahap pelaporan (reporting). Proses transformasi data akuntansi menjadi informasi akuntansi dilakukan melalui beberapa tahap sehingga tahapan tersebut menjadi suatu siklus yang disebut siklus akutansi. Siklus akuntansi secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar II. 4. Siklus Akuntansi
Program akuntansi akan sangat mempermudah pekerjaan-pekerjaan yang sebelumnya cukup rumit dilakukan secara manual. Misalnya dalam langkah posting data, jika posting data jurnal transaksi ke buku besar dilaksanakan secara manual mungkin akan membutuhkan waktu yang relatif lama (bergantung pada volume data transaksi). Belum lagi dikahawatirkan jika terjadi kesalahan dalam mengalokasikan nilai ke dalam setiap kode perkiraan (human error). Tetapi dengan menggunakan program komputer yang khusus di desain untuk aplikasi akuntansi, posting data dapat dilakukan dalam waktu tidak lebih dari satu menit dengan akurasi data yang tinggi. Demikian juga untuk mendapatkan laporan keuangan seperti Rugi-laba, Neraca, Perubahan modal dan arus kas. Pemakai (user) tinggal memilih menu tertentu dalam program dan hasilnya akan langsung didapat baik hanya berupa display ataupun dicetak. Dalam sistem ini yang akan membutuhkan waktu sedikit lama adalah pada saat melakukan input data transaksi, sedangkan langkah yang lain akan dijalankan secara otomatis oleh program komputer akuntansi. Berikut ini adalah gambaran desain prosedur pengoperasian program akuntansi.
Gambar II. 5. Diagram Proses Sistem Akuntansi
31
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007
E. Desain Output Informasi yang merupakan keluaran (Output) dari suatu sistem informasi harus selalu berorientasi pada kebutuhan atau kepentingan pemakai (user oriented). Informasi yang dihasilkan dalam Sistem Informasi Akuntansi dapat berbentuk tabel maupun grapik (Chart, Pie, Line), namun sebagian besar adalah berbentuk tabel. Laporan berbentuk tabel dapat dikategorikan dalam kelompok-kelompok berikut : 1. Notice Report Laporan yang bentuknya paling sederhana, ringkas tapi jelas. Biasanya dimaksudkan untuk untuk menampilkan permasalahanpermasalahan khusus supaya langsung dapat ditangani. 2. Equipoised Report Laporan yang isinya membandingkan 2 (dua) hal yang berbeda. Biasanya digunakan sebagai referensi untuk perencanaan. 3. Comparative Report Laboran yang isinya membandingkan 2 (dua) hal yang sejenis dengan periode waktu yang berbeda. Adapun jenis-jenis output yang dihasilkan dalam Sistem Informasi Akuntansi antara lain adalah Daftar rekening (Chart of Account), Laporan Transaksi, Neraca Percobaan, Buku Besar, Laporan Rugi Laba, Laporan Harga Pokok dan Laporan Neraca. F. Desain Database Tahapan berikutnya setelah desain input, proses dan output yang dilakukan adalah mendesain database. Database adalah kumpulan dari file yang saling berelasi. Untuk mendapatkan database yang baik atau menentukan kebutuhan file yang ada dalam database digunakan teknik perancangan database yaitu Normalisasi File. Proses normalisasi file dimulai dari pengumpulan dokumen-dokumen terkait sampai pada pembuatan tabel-tabel database.
Tahapan normalisasi file mulai bentuk tidak normal (Unnormal Form), bentuk normal kesatu (1NF), bentuk normal kedua (2NF), bentuk normal ketiga (3NF) dan seterusnya sampai didapat struktur file yang berelasi baik (Well Structure Relation File). Berikut ini adalah contoh dari tabel-tabel atau filefile yang terbentuk yang digunakan dalam database Sistem Informasi Akuntansi. 1. Tabel Perkiraan Digunakan untuk menyimpan datadata perkiraan dengan atributatributnya seperti kode perkiraan, nama perkiraan, tipe data, posisi normal balance, saldo awal, jumlah mutasi debet, jumlah mutasi kredit dan saldo akhir dari akumulasi transaksi yang terjadi selama periode tertentu. 2. Tabel Transaksi Digunakan untuk memasukkan dan menyimpan data-data transaksi harian yang telah disusun dalam format jurnal transaksi dengan atributatribut seperti nomor bukti transaksi, nama transaksi, kode perkiraan, tanggal transaksi, tangal input data, nilai debet dan kredit dalam suatu transaksi. 3. Tabel Buku Pembantu dan Transaksi Pembantu. Fungsinya seperti kedua tabel diatas, tetapi digunakan pada perkiraanperkiraan tertentu yang memiliki buku bantu seperti hutang, piutang, uang muka dan sebagainya.
Gambar II. 6. Desain Database
32
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007
III. KESIMPULAN Dari pembahasan atau uraian yang penulis sampaikan diatas, penulis dapat menyimpulkan beberapa hal penting antara lain : a. Sistem Informasi Akuntansi tanpa dukungan Teknologi Informasi (sistem informasi akuntansi manual) sangat beresiko karena banyak mengandung berbagai kelemahan yang dapat menyebabkan terhambatnya kegiatan perusahaan. b. Sistem Informasi Akuntansi di desain dan dikembangkan oleh pengguna sesuai dengan kebutuhan perusahaan (End User Development). c. Perkembangan Teknologi Informasi telah membawa dampak perubahan yang positif dalam Sistem Informasi Akuntansi. d. Dengan pemanfaatan Teknologi Informasi kita dapat dengan mudah memodifikasi dan mengembangkan Sistem Informasi Akuntansi yang akan menghasilkan informasi keuangan yang sangat berkualitas dan proses yang ada dalam siklus Sistem Informasi Akuntansi bisa sangat efesien, praktis dan efektif. e. Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain suatu sistem informasi yaitu, kebutuhan sistem, kebutuhan pemrosesan data, kualitas dan utilitas informasi yang dihasilkan, integrasi sistem serta prespektif pemakai.
DAFTAR PUSTAKA Fatansyah, 2001. Sistem Basis Data, Informatika Bandung. Bandung. Fauzi. 1993. Prinsip Akuntansi Keuangan. Indah. Surabaya. HM, Jogiyanto.1999. Sistem Informasi Akuntansi Berbasi Komputer. BPFE. Yogjakarta. McLeod, Jr, Raymond.2001.Management Information System Jilid I. PT. Prenhallindo, Jakarta. Wahyono, Teguh. 2004. Sistem Informasi Akuntansi – Analisis, Desain & Pemrograman Komputer. Andi. Yogyakarta. Wijayanto, Nugroho. 1990. Sistem Informasi Akuntansi . LPFE Universitas Indonesia. Jakarta.
33
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007 IMPLEMENTASI TEKNOLOGI MODEM ADSL DALAM JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA Oleh: Sri Hartanto ABSTRAK Pada umumnya, saluran telepon dalam Jaringan Lokal Akses Tembaga (Jarlokat) hanya menggunakan frekuensi voice band sekitar 300 s/d 3400 Hz saja untuk komunikasi suara atau transmisi data terbatas. Transmisi data yang mengubah jalur suara menjadi jalur data dengan menggunakan teknologi modem X-2 atau K-56 Flexi ini, hanya dapat memberikan kecepatan transmisi maksimum sampai dengan 56,4 KHz. Berdasarkan penelitian menggunakan teknik looping yang dilakukan pada saluran telepon kabel tembaga sepanjang 18.000 feet, diketahui bahwa terdapat frekuensi di atas frekuensi voice band yang dapat digunakan untuk pengiriman sinyal dengan berbagai interference (gangguan) yang masih dapat ditoleransi. Frekuensi ini kemudian disebut dengan frekuensi over voice band. Untuk memanfaatkan frekuensi tersebut untuk komunikasi data dengan kecepatan transmisi yang tinggi, perlu adanya teknologi yang mampu memastikan adanya pemisahan yang jelas antara jalur suara yang menggunakan frekuensi voice band dengan jalur data yang menggunakan frekuensi over voice band. Selain itu, perlu adanya teknik pemrosesan sinyal dan algoritma yang kreatif untuk mengoptimalkan penggunaan frekuensi over voice band tersebut. Hal ini dapat terwujud dengan mengimplementasikan teknologi modulasi demodulasi yang didukung oleh digital processing dan bit loading algorithm dalam bentuk Saluran Sambungan Digital Asimetris (Asymmetric Digital Subscriber Line = ADSL), yang dapat memisahkan jalur komunikasi suara pada bandwith 0 sampai dengan 4 KHz, jalur pengiriman data ke backbone network (jalur upstream) dengan bandwith 26 KHz sampai dengan 170 KHz, dan jalur pengiriman data ke user (jalur downstream) dengan bandwith 170,5 KHz sampai dengan 1,1 MHz. Pemisahan jalur dan pemrosesan sinyal ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik single carrier dan multi carrier. I. PENDAHULUAN Keinginan untuk meng-optimalkan penggunaan Jaringan Lokal Akses Tembaga (Jarlokat) dalam melakukan komunikasi data dengan kecepatan tinggi tanpa mengganggu pemanfaatan yang sudah ada, yaitu untuk komunikasi suara; telah menjadi motivator untuk mengimplementasikan teknologi modulasi demodulasi (modem) ADSL. Dengan teknologi modem ADSL, sinyal dengan frekuensi over voice band dapat disalurkan melalui saluran telepon biasa. Sinyal ini kemudian dimanfaatkan untuk pengiriman data dengan kecepatan tinggi tanpa mengganggu
pengiriman suara melalui saluran telepon yang sama, karena data-data biner ditumpangkan di atas sinyal suara. Implementasi teknologi modem ADSL adalah dengan menambahkan perangkat modem bernama ADSL Terminal Unit-Residential (ATU-R) yang diletakkan pada sisi pelanggan dan kemudian dikoneksikan ke perangkat ADSL Terminal Unit–Central (ATU-C) yang terpasang pada sisi Sentral Telepon Otomat (STO) atau kantor pusat telepon. Agar lebih efisien, beberapa ATU-C di multiplex ke dalam Digital Subsriber Line Access Multiplexer (DSLAM).
34
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007
Di Indonesia, teknologi modem ADSL ini sudah dimplementasikan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk sebagai operator telekomunikasi untuk Jaringan Lokal Akses Tembaga (Jarlokat) di seluruh Indonesia. Layanan dengan menggunakan teknologi modem ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line) ini dikenal luas dengan nama Speedy. Layanan dengan koneksi secara leased line ini menawarkan transmisi data dengan kecepatan tinggi, yaitu sekitar 384 Kbps. Namun, kecepatan transmisi pada layanan Speedy ini masih jauh dari standar kecepatan transmisi yang sebenarnya, dimana pada jalur upstream dengan frekuensi 26 KHz s/d 170 KHz dapat memberikan kecepatan maksimum 64 Kbps dan untuk jalur downstream dengan frekuensi 170,5 KHz s/d 1,1 MHz dapat memberikan kecepatan maksimum 6,312 Mbps. Hal ini efektif untuk saluran telepon dengan panjang kabel sekitar 2,7 Km. Pelanggan yang dilayani oleh Speedy ini biasanya berasal dari kalangan perusahaan, perguruan tinggi atau personal yang membutuhkan adanya akses internet dengan kecepatan tinggi, yang diintegrasikan dengan layanan telepon. Implementasi Speedy dapat dilakukan pada saluran telepon yang sudah ada. Cukup dengan menambahkan Plain Old Telephone Service (POTS) Splitter, yang memisahkan saluran telepon dengan saluran data ke komputer di Kotak Titik Bersama (KTB), beserta perangkat modem ADSL yang dipasang pada komputer pelanggan. Perbedaan kecepatan pada teknologi modem ADSL adalah berdasarkan pertimbangan yang diajukan oleh Joseph Leichleider dalam sidang International Telecommunication Union (ITU), yang membahas pengembangan saluran telepon kabel tembaga dengan menggunakan teknologi T1/E1.
Setelah melihat fakta bahwa dari segi persentase penggunaan internet, di mana internet lebih banyak digunakan untuk proses download pada jalur downstream dibandingkan proses upload pada jalur upstream maka perlu adanya alokasi frekuensi yang lebih besar pada jalur downstream, dimana dengan frekuensi tersebut dapat menghasilkan kecepatan yang lebih tinggi. Perbedaan alokasi frekuensi inilah yang kemudian distandarisasi oleh ITU dengan nomor T1.413 G.992.x ITU-T Standart menjadi teknologi modem ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line). Pembebanan bit-bit data pada saluran telepon menggunakan teknologi modem ADSL banyak dipengaruhi oleh karakteristik dari saluran telepon yang digunakan dalam Jarlokat, dan teknik pengkodean saluran (line coding), yang membedakan jalur suara dengan jalur data. Untuk itulah, pembahasan dalam tulisan ini meliputi karakteristik dari saluran telepon dalam Jarlokat, dan teknik pengkodean saluran (line coding) pada modem ADSL yang dapat dibedakan atas single carrier dan multi carrier. Teknik modulasi single carrier merupakan perkembangan dari teknik modem konvensional, seperti Amplitudo Shift Keying (ASK), Frecuency Shift Keying (FSK) dan Phase Shift Keying (PSK). Teknik single carrier yang digunakan pada modem ADSL adalah Quadrature Amplitudo Modulaton (QAM) dan Carrierless Amplitudo Phase (CAP). Sedangkan teknik multi carrier, seperti Descret Multi Tone (DMT) dan Descret Wavelet Multi Tone (DWMT) adalah teknik yang lebih baik, terutama dalam hal pemisahan kanal (subchannellization) pada saluran telepon, sehingga banyak diterapkan dalam pembuatan modem ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line).
35
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007 II.
PEMBAHASAN
Tabel II.1 Perbandingan Karakteristik Kabel Tembaga Dengan Kecepatan
2.1. Konfigurasi Modem ADSL Dalam Jaringan Lokal Akses Tembaga.
Spesifikasi perangkat keras (Hardware) yang diperlukan untuk implementasi ADSL pada sisi pelanggan telepon, diantaranya adalah : 1. Komputer dengan prosesor minimal Pentium II, RAM minimal 64 KB dan Harddisk minimal 3 GB 2. Modem ADSL dan POTS Splitter yang kompatible dengan jaringan telepon dan direkomendasikan oleh operator telekomunikasi 3. Saluran telepon
Gambar II.1. Konfigurasi Perangkat ADSL Dalam Jaringan Lokal Akses Tembaga Pada gambar II.1 di atas terlihat bahwa Plain Old Telephone Service Splitter (POTS Splitter) membagi jalur suara dengan jalur data. Pada sisi sentral telepon, jalur suara dari POTS Splitter diteruskan ke Main Distribution Frame (MDF), sedangkan jalur data diteruskan ke ATU-C lalu ke router dan ke Broadband Remote Access Server (BRAS). Di sisi pelanggan telepon, jalur suara dari POTS Splitter diteruskan ke pesawat telepon, sedangkan jalur data diteruskan ke ATU-R lalu ke PC. Efektifitas kecepatan transmisi yang dapat diberikan oleh teknologi ADSL berdasarkan karakteristik kabel tembaga dapat ditunjukkan pada tabel berikut :
Permasalahan yang timbul berkaitan dengan implementasi teknologi modem ADSL ke dalam jaringan lokal akses tembaga antara lain adalah: 1. Untuk memperkuat sinyal pada kabel telepon yang panjangnya lebih dari 18.500 feet, local Exchange Carrier (LEC) mempergunakan bridge tap dan load coils. Dengan load coil, frekuensi suara terkadang bergeser ke frekuensi data, yang pada akhirnya dapat menjadi sumber interfrensi pada modem ADSL. Sedangkan pada bridge tap, loop tembaga yang dibuat untuk menjangkau jarak yang jauh dari LEC dapat menimbulkan noise dan echo tambahan di sepanjang kabel tembaga. 2. Frekuensi tinggi pada modem ADSL dapat menyebabkan interferensi
36
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007
3.
terhadap saluran tembaga dengan shield yang sama. Keterbatasan jarak dapat mempengaruhi kecepatan transmisi data yang diinginkan. Kabel tembaga twisted pair dapat meredam sinyal, yang berbanding lurus dengan jarak dan frekuensi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan peredaman pada sinyal yang dikirim.
Namun masalah tersebut saat ini dapat diatasi karena konfigurasi jaringan lokal akses tembaga (Jarlokat) di Indonesia yang dikelola oleh PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk, tidak lagi menggunakan loading coil sebagai penguat sinyal, dengan pertimbangan adanya kemungkinan penambahan redaman pada saluran yang digunakan untuk transmisi sinyal berfrekuensi tinggi. Begitu pula dengan bridge taps (sambungan paralel) tidak lagi diterapkan pada sambungan telepon yang baru di daerah-daerah yang jauh dari kantor sentral telepon. Selain itu, untuk penggelaran jaringan yang baru sudah mulai digunakan sistem homogenitas pada diameter kabel, yaitu sebesar 0,6 mm mulai dari MDF hingga pelanggan. Ada beberapa nilai elektrik yang menentukan kelayakan suatu sistem komunikasi pada saluran telepon kabel tembaga, yaitu : tahanan isolasi, tahanan loop, karakteristik impedansi, redaman saluran terhadap frekuensi kerja sistem dan crosstalk. Karakteristik Impedansi merupakan suatu nilai redaman yang pasti ada pada semua media transmisi, termasuk kabel tembaga. Sementara pada sistem transmisi kabel tembaga akan menghasilkan redaman saluran yang besarnya berbeda-beda tergantung pada frekuensi kerjanya. Redaman pada kabel tembaga disebabkan karena adanya konduktivitas yang tidak
sempurna dan resistansi dielektrik yang berhingga (idealnya tak terhingga). Redaman ini merupakan kerugian daya yang sering terjadi dalam saluran. Nilai redaman dapat dihitung dari nilai logaritmis sumber daya dibagi dengan daya yang digunakan dengan rumus 10 log (P0 / P1 ). Kemungkinan gangguan lainnya dari pemasangan perangkat modem ADSL di dalam jaringan lokal akses tembaga adalah adanya gangguan (interferensi) antara suatu sistem transmisi yang sedang bekerja dengan sistem lainnya yang berdekatan, yang disebut dengan crosstalk. Ada dua jenis crosstalk, yaitu Far End Crosstalk (FEXT) dan Near End Crosstalk (NEXT). NEXT terjadi bila sumber sinyal pengganggu berasal dari saluran yang berdekatan, sedangkan FEXT berasal dari saluran yang berseberangan. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada pasangan kabel tembaga yang bersebelahan (adjoining quad) dan berseberangan (next adjoining quad) berdiameter 0,6 mm dengan panjang 1 Km, 2 Km dan 3 Km yang dialirkan sinyal berfrekuensi tinggi mulai dari 100 KHz s/d 8 MHz dengan menggu-nakan frecuency generator sebagai pembangkit sinyal informasi dan power meter, didapatkan perbandingan redaman terhadap frekuensi sebagai berikut : Tabel II.2. Perbandingan Redaman Dengan Frekuensi
37
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007 Untuk panjang kabel yang berbeda memberikan crosstalk yang berbeda pula, baik NEXT maupun FEXT. Hal ini disebabkan karena semakin panjang kabel maka posisi kabel secara keseluruhan akan berubah, dan perubahan posisi kabel akan mengakibatkan crosstalk yang berbeda, baik untuk pair dalam quad yang sama, quad yang bersebelahan atau quad yang berseberangan terhadap pair referensi. Secara umum, crosstalk yang terjadi semakin kecil dengan semakin jauhnya jarak antara pair yang dilaluinya. Metode Modulasi Single Carrier Prinsip dari modulasi single carrier adalah mentransmisikan sebuah blok data biner dengan hanya menggunakan sebuah sinyal pembawa. Teknik modulasi yang digunakan dalam modulasi single carrier ini adalah Biner Phasa Shift Keying (BPSK) dengan konstelasi dua bit, Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) dengan konstelasi empat bit dan 2N Quadrature Amplitudo Modulation (2N QAM). Dengan pendekatan ideal, modulasi BPSK akan mempunyai efisiensi 1 bit/Hz, QPSK akan mempunyai efisiensi 2 bit/Hz dan 2N QAM akan mempunyai efisiensi N bit/Hz. Bila terdapat sebuah blok data dengan kecepatan 6 Mbps dimodulasi dengan menggunakan teknik modulasi BPSK, sinyalnya akan menghasilkan bandwith sebesar 6 MHz. Sedangkan pada teknik modulasi QPSK, dapat menghasilkan bandwith 3 MHz, dan pada 2N QAM akan menghasilkan bandwith 6/N MHz. Biasanya semakin tinggi efisiensi bandwith maka robustness (ketahanan terhadap noise) sinyalnya akan rendah. Pada modulasi single carrier, impulse noise sering terjadi pada saluran kabel, yang berakibat pada menurunnya kualitas sinyal dan meningkatnya Bit Error Rate (BER). Timbulnya narrowband jammers akan dapat merusak sinyal 2.2.
dengan lama waktu interferensi yang lebih lama bila dibandingkan dengan impulse noise. Apabila modulator dilengkapi dengan kemampuan frecuency agility, maka akan banyak kanal yang dikorbankan untuk perbaikan sinyal. Untuk mencapai efisiensi frekuensi (bit/Hz) pada pendekatan ideal seperti dikemukakan sebelumnya, diperlukan filter yang lebih baik. Teknik modulasi single carrier laiinya adalah metode modulasi Carrierless Amplitudo Phase (CAP) dimana amplitudo dan phase yang digunakan untuk merepresentasikan sinyal digital. Perbedaan antara CAP dan QAM adalah dalam representasi state (simbol) dari pola-pola konstelasi bit. CAP tidak menggunakan dua gelombang untuk mengkodekan bit-bit informasi. Encoder akan mengubah stream data digital dengan sebuah persamaan kompleks yang menyimbolkan sebuah titik pada diagram konstelasi. Untuk CAP 32 akan terdapat 32 lokasi yang mungkin pada diagram bit yang semuanya dapat direpresentasikan sebagai sebuah vektor yang terdiri dari koordinat real dan imajiner, dengan persamaan yang dinyatakan dengan a + j b, di mana a = bilangan real di sumbu horisontal dan b = bilangan imajiner di sumbu vertikal. Dengan teknik menggabungkan modulasi amplitudo dan phasa pada sinyal carrier maka akan didapatkan konstelasi bit sebanyak tiga digit. Ada delapan kombinasi antara amplitudo dan phasa, yang memungkinkan pengiriman 3 bit data, dari 000 sampai dengan 111, seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel II.3 Tabel Konstelasi 3 bit data.
38
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007 Pada sebuah modem ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line) yang menggunakan metode modulasi CAP, terdapat transmitter untuk jalur upstream dan receiver untuk jalur downstream. Sebuah CAP transmitter terdiri dari scrambler, encoder, sepasang filter transmisi, digital to analog converter (DAC) dan low pass filter (LPF). Fungsi scrambler adalah untuk mengacak dan mengurutkan data yang masuk, sedangkan encoder, mengubah data yang telah diurutkan menjadi data kanal in-fasa dan data kanal inquadrature. Kedua filter transmisi ini mengubah aliran data menjadi sinyalsinyal bandpass. DAC mengubah sinyal digital yang telah di-filter menjadi sinyal analog, Kemudian, LPF akan melenyapkan image harmonic dari sinyal analog yang akan ditransmisikan. Kedua filter beroperasi pada 3 (tiga) tiga sampai 4 (empat) kali baud rate. Pada rangkaian receiver CAP, terdapat blok-blok pengolah sinyal, yaitu: rangkaian pembangkit waktu (timing recovery circuit), analog to digital converter (ADC), sepasang equalizer kanal adaptif, pendeteksi simbol, dan decoder. Rangkaian pembangkit waktu merupakan bagian yang penting dari receiver CAP yang dapat berhubungan atau bebas dari jalur data receiver. ADC akan mengubah sinyal analog yang diterima ke bentuk sinyal digital untuk pengolahan lebih lanjut. Kemudian, kedua equalizer kanal adaptif akan mengkompensasi distorsi pada sinyal yang disebabkan interfrensi antar simbol pada kanal yang beroperasi pada beberapa kali baud rate. Pendeteksi simbol akan mengubah sinyal yang terequalisasi menjadi simbolsimbol data. Decoder akan mengubah simbol data, menjadi stream bit data yang asli. Equalizer kanal adaptif bisa berbentuk linear atau Decision Feedback Equalizer (DFE).
Metode Modulasi Multi Carrier Dalam modulasi multi carrier, sebuah blok data binary ditransmisikan dengan menggunakan banyak subcarrier. Akibatnya akan terdapat banyak subchannel (subkanal) yang masing-masingnya bersifat independent dan spektrum frekuensinya terisolasi satu dengan yang lainnya. Untuk dapat mengimplementasikan metode modulasi multi carrier ini memerlukan adanya Orthogonal Digital Transformation (ODT). Transformasi ini membagi suatu blok data berkapasitas beberapa Mbps menjadi beberapa ratus sub blok data, yang disesuaikan dengan jumlah subcarrier yang digunakan, yang disebut dengan subchannelization. Satu subchannel (subkanal) hanya menempati satu pita frekuensi yang relatif lebih sempit dibandingkan bandwith secara keseluruhan, dan dijaga agar apabila terjadi overlaps, hanya menjalar pada pita frekuensi yang bersebelahan saja. Dengan modulasi multi carrier, optimalisasi dapat dilakukan secara adaptif antara efisiensi transmisi (bit/Hz) dengan kualitas sinyal yang dinyatakan dengan Signal To Noise Ratio (S/N). Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan nilai N yang lebih besar untuk subkanal dengan kondisi S/N yang lebih tinggi, dimana nilai N sendiri berasal dari jenis teknik modulasi 2N QAM yang digunakan pada masing-masing subkanal. Untuk mengatasi noise yang ditandai dengan turunnya nilai S/N sampai di bawah ambang batas (treshold value), yang diakibatkan adanya interfrensi, seperti adanya sinyal narrowband jammers pada salah satu subkanal untuk waktu yang relatif lebih lama, maka isi informasi yang berada dalam subkanal ini dapat dipindahkan ke subkanal yang lain, yang masih bebas dari interferensi, sementara subkanal yang tidak terganggu dengan 2.3
39
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007 keberadaan sinyal narrowband jammers ini tetap dipertahankan dalam kondisi seperti sebelumnya untuk mengirimkan sinyal informasi. Ada 3 (tiga) macam modulasi multi carrier, yaitu modulasi Orthogonal Frecuency Division Multiplexing (OFDM), Descret Multi Tone (DMT) dan Descret Wavelet Multi Tone (DWMT). Algoritma yang digunakan dalam modulasi OFDM dan DMT adalah Fast Fourier Transform (FFT), sedangkan modulasi DWMT menggunakan algoritma Wavelett Transform. Keduanya sama-sama menggunakan Digital Signal Processing (DSP) untuk mengolah sinyal dalam setiap subkanal yang ada. Modulasi pada tiap-tiap subkanal menggunakan prinsip-prinsip sebagaimana halnya pada modulasi single carrier, yaitu dengan menggunakan modulasi 2N QAM. Modulasi 2N QAM digunakan untuk menentukan vektor pada konstelasi bit dalam setiap subkanal berdasarkan posisi phasa (besar sudut sinyal) dan amplitudo (tinggi rendah suatu sinyal). Untuk QAM 16 bit dengan N = 2 log 16 = 4 memiliki 16 kemungkinan konstelasi bit dengan besar phasa dan amplitudo yang bervariasi. Vektor-vektor yang dapat terbentuk memiliki empat kemungkinan phasa yang terpisah sejauh 900 (satu lingkaran terdiri dari 3600 dibagi 4). Setiap phasa memiliki 4 (empat) kemung-kinan amplitudo, dimana tinggi rendahnya sinyal bervariasi pada setiap phasanya. Dengan pendekatan ideal, modulasi QAM 16 bit ini dapat memberikan efisiensi transmisi sebesar 4 bit/Hz. Modulasi dengan metode OFDM dan DMT mampu memberikan efisiensi transmisi yang lebih baik bila dibandingkan dengan modulasi single carrier, tetapi masih kurang baik dalam hal pengisolasian spektrum frekuensi pada masing-masing subkanal, dimana level daya sinyal satu subkanal tidak hanya terdistribusi pada sub kanal itu
saja, tapi juga melebar pada subkanal yang ada disampingnya. Akumulasi dari pelebaran level daya sinyal ini mengakibatkan adanya redaman dengan selisih level daya sekitar 13 db pada suatu subkanal. Untuk memperbaiki performansi (kinerja sistem telekomunikasi) pada modulasi OFDM dan DMT dapat menggunakan Wavelet Transform. Dengan Wavelet Transform, kualitas isolasi spektrum pada setiap subkanal dapat ditingkatkan. Hal ini akan menghasilkan penurunan redaman yang mungkin timbul akibat pengisolasian subkanal yang sebelumnya kurang baik. Modulasi dengan transformasi ini disebut dengan Modulasi Descret Wavelet Multi Tone (DWMT). Pada kondisi ideal, daya sinyal 100 % harus berada pada sisi mainlobe (berada di dalam spektrum frekuensi subkanal). Dengan modulasi DWMT, distribusi daya sinyal pada sisi mainlobe dapat terjaga sekitar 99,997 %. Sedangkan pada modulasi DMT dan OFDM hanya dapat mencapai 91% saja. Dengan kenyataan ini, modulasi DWMT dapat lebih menjaga daya sinyal pada setiap subkanal, bila dibandingkan dengan modulasi DMT dan OFDM. Dengan menjaga daya sinyal dari kemungkinan terjadinya redaman pada semua subkanal dalam sebuah saluran transmisi Jarlokat, pada akhirnya akan meningkatkan kualitas bit-bit informasi yang dikirimkan melalui saluran telepon biasa. III. PENUTUP 3.1. Kesimpulan a. Teknik modulasi ADSL adalah teknik yang memanfaatkan dan mengolah frekuensi over voice band pada saluran telepon kabel tembaga untuk pengiriman sinyal data. b. Ada 2 (dua) macam metode modulasi pada teknologi modem
40
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007 ADSL, yaitu metode single carrier dan metode multicarrier. c. Pada metode single carrier, sebuah blok data ditransmisikan dengan menggunakan sebuah sinyal pembawa. Line coding yang umum digunakan adalah teknik modulasi QAM dan CA. d. Pada metode multi carrier, sebuah blok data dapat dibagi menjadi beberapa Mbps sub blok data sesuai dengan jumlah subcarrier yang digunakan. Ada 3 (tiga) macam teknik modulasi yang digolongkan ke dalam teknik modulasi multi carrier ini, yaitu OFDM, DMT dan DWMT. e. Ada banyak kelebihan yang diberikan oleh teknik modulasi multi carrier bila dibandingkan dengan teknik modulasi single carrier, yaitu dalam hal mengurangi atau bahkan menghilangkan gangguan (nterferensi) yang mungkin timbul pada saat sinyal data dikirimkan melalui saluran telepon kabel tembaga.
DAFTAR PUSTAKA Anoname. Speedy. 2006. http://www.telkomspeedy.com/new/cor porate.php?section=company Arif Rahman, Ahmad; Endro Mulyatno dan Syamsuryana. 2000. X-DSL (XDigital Subscriber Line): Dari Modem Analog Ke Modem Digital. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Ginting, Roby Kristian. Descrete Wavelet Multi Tone ( DWMT ). Gematel no : 03/XXVIII. Bandung. Lechleider,Joseph. 1997. The DSL Source Book-Plain Answer About Digital Subscriber Line Opportunities. Paradyne. USA. Tharom, Tabratas, Marta Dinata dan Xerandy. 2002. Mengenal Teknologi Informasi. Penerbit Elex Media Komputindo. Jakarta.
3.2. Saran a. Pada saat modem ADSL akan diterapkan pada Jaringan Lokal Akses Tembaga, terlebih dahulu dilakukan analisa terhadap karakteristik saluran telepon. b. Sebaiknya dalam pemilihan perangkat modem ADSL perlu memperhatikan kemampuannya dalam mengantisipasi interferensi yang mungkin timbul pada saluran telepon kabel tembaga, dan sebaiknya lebih memilih perangkat modem ADSL yang menggunakan teknik modulasi multi carrier.
41