PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007 IMPLEMENTASI TEKNOLOGI MODEM ADSL DALAM JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA Oleh: Sri Hartanto ABSTRAK Pada umumnya, saluran telepon dalam Jaringan Lokal Akses Tembaga (Jarlokat) hanya menggunakan frekuensi voice band sekitar 300 s/d 3400 Hz saja untuk komunikasi suara atau transmisi data terbatas. Transmisi data yang mengubah jalur suara menjadi jalur data dengan menggunakan teknologi modem X-2 atau K-56 Flexi ini, hanya dapat memberikan kecepatan transmisi maksimum sampai dengan 56,4 KHz. Berdasarkan penelitian menggunakan teknik looping yang dilakukan pada saluran telepon kabel tembaga sepanjang 18.000 feet, diketahui bahwa terdapat frekuensi di atas frekuensi voice band yang dapat digunakan untuk pengiriman sinyal dengan berbagai interference (gangguan) yang masih dapat ditoleransi. Frekuensi ini kemudian disebut dengan frekuensi over voice band. Untuk memanfaatkan frekuensi tersebut untuk komunikasi data dengan kecepatan transmisi yang tinggi, perlu adanya teknologi yang mampu memastikan adanya pemisahan yang jelas antara jalur suara yang menggunakan frekuensi voice band dengan jalur data yang menggunakan frekuensi over voice band. Selain itu, perlu adanya teknik pemrosesan sinyal dan algoritma yang kreatif untuk mengoptimalkan penggunaan frekuensi over voice band tersebut. Hal ini dapat terwujud dengan mengimplementasikan teknologi modulasi demodulasi yang didukung oleh digital processing dan bit loading algorithm dalam bentuk Saluran Sambungan Digital Asimetris (Asymmetric Digital Subscriber Line = ADSL), yang dapat memisahkan jalur komunikasi suara pada bandwith 0 sampai dengan 4 KHz, jalur pengiriman data ke backbone network (jalur upstream) dengan bandwith 26 KHz sampai dengan 170 KHz, dan jalur pengiriman data ke user (jalur downstream) dengan bandwith 170,5 KHz sampai dengan 1,1 MHz. Pemisahan jalur dan pemrosesan sinyal ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik single carrier dan multi carrier. I. PENDAHULUAN Keinginan untuk meng-optimalkan penggunaan Jaringan Lokal Akses Tembaga (Jarlokat) dalam melakukan komunikasi data dengan kecepatan tinggi tanpa mengganggu pemanfaatan yang sudah ada, yaitu untuk komunikasi suara; telah menjadi motivator untuk mengimplementasikan teknologi modulasi demodulasi (modem) ADSL. Dengan teknologi modem ADSL, sinyal dengan frekuensi over voice band dapat disalurkan melalui saluran telepon biasa. Sinyal ini kemudian dimanfaatkan untuk pengiriman data dengan kecepatan tinggi tanpa mengganggu
pengiriman suara melalui saluran telepon yang sama, karena data-data biner ditumpangkan di atas sinyal suara. Implementasi teknologi modem ADSL adalah dengan menambahkan perangkat modem bernama ADSL Terminal Unit-Residential (ATU-R) yang diletakkan pada sisi pelanggan dan kemudian dikoneksikan ke perangkat ADSL Terminal Unit–Central (ATU-C) yang terpasang pada sisi Sentral Telepon Otomat (STO) atau kantor pusat telepon. Agar lebih efisien, beberapa ATU-C di multiplex ke dalam Digital Subsriber Line Access Multiplexer (DSLAM).
34
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007
Di Indonesia, teknologi modem ADSL ini sudah dimplementasikan oleh PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk sebagai operator telekomunikasi untuk Jaringan Lokal Akses Tembaga (Jarlokat) di seluruh Indonesia. Layanan dengan menggunakan teknologi modem ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line) ini dikenal luas dengan nama Speedy. Layanan dengan koneksi secara leased line ini menawarkan transmisi data dengan kecepatan tinggi, yaitu sekitar 384 Kbps. Namun, kecepatan transmisi pada layanan Speedy ini masih jauh dari standar kecepatan transmisi yang sebenarnya, dimana pada jalur upstream dengan frekuensi 26 KHz s/d 170 KHz dapat memberikan kecepatan maksimum 64 Kbps dan untuk jalur downstream dengan frekuensi 170,5 KHz s/d 1,1 MHz dapat memberikan kecepatan maksimum 6,312 Mbps. Hal ini efektif untuk saluran telepon dengan panjang kabel sekitar 2,7 Km. Pelanggan yang dilayani oleh Speedy ini biasanya berasal dari kalangan perusahaan, perguruan tinggi atau personal yang membutuhkan adanya akses internet dengan kecepatan tinggi, yang diintegrasikan dengan layanan telepon. Implementasi Speedy dapat dilakukan pada saluran telepon yang sudah ada. Cukup dengan menambahkan Plain Old Telephone Service (POTS) Splitter, yang memisahkan saluran telepon dengan saluran data ke komputer di Kotak Titik Bersama (KTB), beserta perangkat modem ADSL yang dipasang pada komputer pelanggan. Perbedaan kecepatan pada teknologi modem ADSL adalah berdasarkan pertimbangan yang diajukan oleh Joseph Leichleider dalam sidang International Telecommunication Union (ITU), yang membahas pengembangan saluran telepon kabel tembaga dengan menggunakan teknologi T1/E1.
Setelah melihat fakta bahwa dari segi persentase penggunaan internet, di mana internet lebih banyak digunakan untuk proses download pada jalur downstream dibandingkan proses upload pada jalur upstream maka perlu adanya alokasi frekuensi yang lebih besar pada jalur downstream, dimana dengan frekuensi tersebut dapat menghasilkan kecepatan yang lebih tinggi. Perbedaan alokasi frekuensi inilah yang kemudian distandarisasi oleh ITU dengan nomor T1.413 G.992.x ITU-T Standart menjadi teknologi modem ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line). Pembebanan bit-bit data pada saluran telepon menggunakan teknologi modem ADSL banyak dipengaruhi oleh karakteristik dari saluran telepon yang digunakan dalam Jarlokat, dan teknik pengkodean saluran (line coding), yang membedakan jalur suara dengan jalur data. Untuk itulah, pembahasan dalam tulisan ini meliputi karakteristik dari saluran telepon dalam Jarlokat, dan teknik pengkodean saluran (line coding) pada modem ADSL yang dapat dibedakan atas single carrier dan multi carrier. Teknik modulasi single carrier merupakan perkembangan dari teknik modem konvensional, seperti Amplitudo Shift Keying (ASK), Frecuency Shift Keying (FSK) dan Phase Shift Keying (PSK). Teknik single carrier yang digunakan pada modem ADSL adalah Quadrature Amplitudo Modulaton (QAM) dan Carrierless Amplitudo Phase (CAP). Sedangkan teknik multi carrier, seperti Descret Multi Tone (DMT) dan Descret Wavelet Multi Tone (DWMT) adalah teknik yang lebih baik, terutama dalam hal pemisahan kanal (subchannellization) pada saluran telepon, sehingga banyak diterapkan dalam pembuatan modem ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line).
35
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007 II.
PEMBAHASAN Tabel II.1 Perbandingan Karakteristik
2.1. Konfigurasi Modem ADSL Dalam Jaringan Lokal Akses Tembaga.
Kabel Tembaga Dengan Kecepatan Spesifikasi perangkat keras (Hardware) yang diperlukan untuk implementasi ADSL pada sisi pelanggan telepon, diantaranya adalah : 1. Komputer dengan prosesor minimal Pentium II, RAM minimal 64 KB dan Harddisk minimal 3 GB 2. Modem ADSL dan POTS Splitter yang kompatible dengan jaringan telepon dan direkomendasikan oleh operator telekomunikasi 3. Saluran telepon
Gambar II.1. Konfigurasi Perangkat ADSL Dalam Jaringan Lokal Akses Tembaga Pada gambar II.1 di atas terlihat bahwa Plain Old Telephone Service Splitter (POTS Splitter) membagi jalur suara dengan jalur data. Pada sisi sentral telepon, jalur suara dari POTS Splitter diteruskan ke Main Distribution Frame (MDF), sedangkan jalur data diteruskan ke ATU-C lalu ke router dan ke Broadband Remote Access Server (BRAS). Di sisi pelanggan telepon, jalur suara dari POTS Splitter diteruskan ke pesawat telepon, sedangkan jalur data diteruskan ke ATU-R lalu ke PC. Efektifitas kecepatan transmisi yang dapat diberikan oleh teknologi ADSL berdasarkan karakteristik kabel tembaga dapat ditunjukkan pada tabel berikut :
Permasalahan yang timbul berkaitan dengan implementasi teknologi modem ADSL ke dalam jaringan lokal akses tembaga antara lain adalah: 1. Untuk memperkuat sinyal pada kabel telepon yang panjangnya lebih dari 18.500 feet, local Exchange Carrier (LEC) mempergunakan bridge tap dan load coils. Dengan load coil, frekuensi suara terkadang bergeser ke frekuensi data, yang pada akhirnya dapat menjadi sumber interfrensi pada modem ADSL. Sedangkan pada bridge tap, loop tembaga yang dibuat untuk menjangkau jarak yang jauh dari LEC dapat menimbulkan noise dan echo tambahan di sepanjang kabel tembaga.
36
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007 2.
3.
Frekuensi tinggi pada modem ADSL dapat menyebabkan interferensi terhadap saluran tembaga dengan shield yang sama. Keterbatasan jarak dapat mempengaruhi kecepatan transmisi data yang diinginkan. Kabel tembaga twisted pair dapat meredam sinyal, yang berbanding lurus dengan jarak dan frekuensi, yang pada akhirnya dapat menyebabkan peredaman pada sinyal yang dikirim.
Namun masalah tersebut saat ini dapat diatasi karena konfigurasi jaringan lokal akses tembaga (Jarlokat) di Indonesia yang dikelola oleh PT. Telekomunikasi Indonesia. Tbk, tidak lagi menggunakan loading coil sebagai penguat sinyal, dengan pertimbangan adanya kemungkinan penambahan redaman pada saluran yang digunakan untuk transmisi sinyal berfrekuensi tinggi. Begitu pula dengan bridge taps (sambungan paralel) tidak lagi diterapkan pada sambungan telepon yang baru di daerah-daerah yang jauh dari kantor sentral telepon. Selain itu, untuk penggelaran jaringan yang baru sudah mulai digunakan sistem homogenitas pada diameter kabel, yaitu sebesar 0,6 mm mulai dari MDF hingga pelanggan. Ada beberapa nilai elektrik yang menentukan kelayakan suatu sistem komunikasi pada saluran telepon kabel tembaga, yaitu : tahanan isolasi, tahanan loop, karakteristik impedansi, redaman saluran terhadap frekuensi kerja sistem dan crosstalk. Karakteristik Impedansi merupakan suatu nilai redaman yang pasti ada pada semua media transmisi, termasuk kabel tembaga. Sementara pada sistem transmisi kabel tembaga akan menghasilkan redaman saluran yang besarnya berbeda-beda tergantung pada frekuensi kerjanya. Redaman pada
kabel tembaga disebabkan karena adanya konduktivitas yang tidak sempurna dan resistansi dielektrik yang berhingga (idealnya tak terhingga). Redaman ini merupakan kerugian daya yang sering terjadi dalam saluran. Nilai redaman dapat dihitung dari nilai logaritmis sumber daya dibagi dengan daya yang digunakan dengan rumus 10 log (P0 / P1 ). Kemungkinan gangguan lainnya dari pemasangan perangkat modem ADSL di dalam jaringan lokal akses tembaga adalah adanya gangguan (interferensi) antara suatu sistem transmisi yang sedang bekerja dengan sistem lainnya yang berdekatan, yang disebut dengan crosstalk. Ada dua jenis crosstalk, yaitu Far End Crosstalk (FEXT) dan Near End Crosstalk (NEXT). NEXT terjadi bila sumber sinyal pengganggu berasal dari saluran yang berdekatan, sedangkan FEXT berasal dari saluran yang berseberangan. Berdasarkan hasil pengukuran yang dilakukan pada pasangan kabel tembaga yang bersebelahan (adjoining quad) dan berseberangan (next adjoining quad) berdiameter 0,6 mm dengan panjang 1 Km, 2 Km dan 3 Km yang dialirkan sinyal berfrekuensi tinggi mulai dari 100 KHz s/d 8 MHz dengan menggu-nakan frecuency generator sebagai pembangkit sinyal informasi dan power meter, didapatkan perbandingan redaman terhadap frekuensi sebagai berikut : Tabel II.2. Perbandingan Redaman Dengan Frekuensi
37
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007 Untuk panjang kabel yang berbeda memberikan crosstalk yang berbeda pula, baik NEXT maupun FEXT. Hal ini disebabkan karena semakin panjang kabel maka posisi kabel secara keseluruhan akan berubah, dan perubahan posisi kabel akan mengakibatkan crosstalk yang berbeda, baik untuk pair dalam quad yang sama, quad yang bersebelahan atau quad yang berseberangan terhadap pair referensi. Secara umum, crosstalk yang terjadi semakin kecil dengan semakin jauhnya jarak antara pair yang dilaluinya. Metode Modulasi Single Carrier Prinsip dari modulasi single carrier adalah mentransmisikan sebuah blok data biner dengan hanya menggunakan sebuah sinyal pembawa. Teknik modulasi yang digunakan dalam modulasi single carrier ini adalah Biner Phasa Shift Keying (BPSK) dengan konstelasi dua bit, Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) dengan konstelasi empat bit dan 2N Quadrature Amplitudo Modulation (2N QAM). Dengan pendekatan ideal, modulasi BPSK akan mempunyai efisiensi 1 bit/Hz, QPSK akan mempunyai efisiensi 2 bit/Hz dan 2N QAM akan mempunyai efisiensi N bit/Hz. Bila terdapat sebuah blok data dengan kecepatan 6 Mbps dimodulasi dengan menggunakan teknik modulasi BPSK, sinyalnya akan menghasilkan bandwith sebesar 6 MHz. Sedangkan pada teknik modulasi QPSK, dapat menghasilkan bandwith 3 MHz, dan pada 2N QAM akan menghasilkan bandwith 6/N MHz. Biasanya semakin tinggi efisiensi bandwith maka robustness (ketahanan terhadap noise) sinyalnya akan rendah. Pada modulasi single carrier, impulse noise sering terjadi pada saluran kabel, yang berakibat pada menurunnya kualitas sinyal dan meningkatnya Bit Error Rate (BER). Timbulnya narrowband jammers akan dapat merusak sinyal 2.2.
dengan lama waktu interferensi yang lebih lama bila dibandingkan dengan impulse noise. Apabila modulator dilengkapi dengan kemampuan frecuency agility, maka akan banyak kanal yang dikorbankan untuk perbaikan sinyal. Untuk mencapai efisiensi frekuensi (bit/Hz) pada pendekatan ideal seperti dikemukakan sebelumnya, diperlukan filter yang lebih baik. Teknik modulasi single carrier laiinya adalah metode modulasi Carrierless Amplitudo Phase (CAP) dimana amplitudo dan phase yang digunakan untuk merepresentasikan sinyal digital. Perbedaan antara CAP dan QAM adalah dalam representasi state (simbol) dari pola-pola konstelasi bit. CAP tidak menggunakan dua gelombang untuk mengkodekan bit-bit informasi. Encoder akan mengubah stream data digital dengan sebuah persamaan kompleks yang menyimbolkan sebuah titik pada diagram konstelasi. Untuk CAP 32 akan terdapat 32 lokasi yang mungkin pada diagram bit yang semuanya dapat direpresentasikan sebagai sebuah vektor yang terdiri dari koordinat real dan imajiner, dengan persamaan yang dinyatakan dengan a + j b, di mana a = bilangan real di sumbu horisontal dan b = bilangan imajiner di sumbu vertikal. Dengan teknik menggabungkan modulasi amplitudo dan phasa pada sinyal carrier maka akan didapatkan konstelasi bit sebanyak tiga digit. Ada delapan kombinasi antara amplitudo dan phasa, yang memungkinkan pengiriman 3 bit data, dari 000 sampai dengan 111, seperti terlihat pada tabel berikut: Tabel II.3 Tabel Konstelasi 3 bit data.
38
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007 Pada sebuah modem ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line) yang menggunakan metode modulasi CAP, terdapat transmitter untuk jalur upstream dan receiver untuk jalur downstream. Sebuah CAP transmitter terdiri dari scrambler, encoder, sepasang filter transmisi, digital to analog converter (DAC) dan low pass filter (LPF). Fungsi scrambler adalah untuk mengacak dan mengurutkan data yang masuk, sedangkan encoder, mengubah data yang telah diurutkan menjadi data kanal in-fasa dan data kanal inquadrature. Kedua filter transmisi ini mengubah aliran data menjadi sinyalsinyal bandpass. DAC mengubah sinyal digital yang telah di-filter menjadi sinyal analog, Kemudian, LPF akan melenyapkan image harmonic dari sinyal analog yang akan ditransmisikan. Kedua filter beroperasi pada 3 (tiga) tiga sampai 4 (empat) kali baud rate. Pada rangkaian receiver CAP, terdapat blok-blok pengolah sinyal, yaitu: rangkaian pembangkit waktu (timing recovery circuit), analog to digital converter (ADC), sepasang equalizer kanal adaptif, pendeteksi simbol, dan decoder. Rangkaian pembangkit waktu merupakan bagian yang penting dari receiver CAP yang dapat berhubungan atau bebas dari jalur data receiver. ADC akan mengubah sinyal analog yang diterima ke bentuk sinyal digital untuk pengolahan lebih lanjut. Kemudian, kedua equalizer kanal adaptif akan mengkompensasi distorsi pada sinyal yang disebabkan interfrensi antar simbol pada kanal yang beroperasi pada beberapa kali baud rate. Pendeteksi simbol akan mengubah sinyal yang terequalisasi menjadi simbolsimbol data. Decoder akan mengubah simbol data, menjadi stream bit data yang asli. Equalizer kanal adaptif bisa berbentuk linear atau Decision Feedback Equalizer (DFE).
Metode Modulasi Multi Carrier Dalam modulasi multi carrier, sebuah blok data binary ditransmisikan dengan menggunakan banyak subcarrier. Akibatnya akan terdapat banyak subchannel (subkanal) yang masing-masingnya bersifat independent dan spektrum frekuensinya terisolasi satu dengan yang lainnya. Untuk dapat mengimplementasikan metode modulasi multi carrier ini memerlukan adanya Orthogonal Digital Transformation (ODT). Transformasi ini membagi suatu blok data berkapasitas beberapa Mbps menjadi beberapa ratus sub blok data, yang disesuaikan dengan jumlah subcarrier yang digunakan, yang disebut dengan subchannelization. Satu subchannel (subkanal) hanya menempati satu pita frekuensi yang relatif lebih sempit dibandingkan bandwith secara keseluruhan, dan dijaga agar apabila terjadi overlaps, hanya menjalar pada pita frekuensi yang bersebelahan saja. Dengan modulasi multi carrier, optimalisasi dapat dilakukan secara adaptif antara efisiensi transmisi (bit/Hz) dengan kualitas sinyal yang dinyatakan dengan Signal To Noise Ratio (S/N). Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan nilai N yang lebih besar untuk subkanal dengan kondisi S/N yang lebih tinggi, dimana nilai N sendiri berasal dari jenis teknik modulasi 2N QAM yang digunakan pada masing-masing subkanal. Untuk mengatasi noise yang ditandai dengan turunnya nilai S/N sampai di bawah ambang batas (treshold value), yang diakibatkan adanya interfrensi, seperti adanya sinyal narrowband jammers pada salah satu subkanal untuk waktu yang relatif lebih lama, maka isi informasi yang berada dalam subkanal ini dapat dipindahkan ke subkanal yang lain, yang masih bebas dari interferensi, sementara subkanal yang tidak terganggu dengan 2.3
39
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007 keberadaan sinyal narrowband jammers ini tetap dipertahankan dalam kondisi seperti sebelumnya untuk mengirimkan sinyal informasi. Ada 3 (tiga) macam modulasi multi carrier, yaitu modulasi Orthogonal Frecuency Division Multiplexing (OFDM), Descret Multi Tone (DMT) dan Descret Wavelet Multi Tone (DWMT). Algoritma yang digunakan dalam modulasi OFDM dan DMT adalah Fast Fourier Transform (FFT), sedangkan modulasi DWMT menggunakan algoritma Wavelett Transform. Keduanya sama-sama menggunakan Digital Signal Processing (DSP) untuk mengolah sinyal dalam setiap subkanal yang ada. Modulasi pada tiap-tiap subkanal menggunakan prinsip-prinsip sebagaimana halnya pada modulasi single carrier, yaitu dengan menggunakan modulasi 2N QAM. Modulasi 2N QAM digunakan untuk menentukan vektor pada konstelasi bit dalam setiap subkanal berdasarkan posisi phasa (besar sudut sinyal) dan amplitudo (tinggi rendah suatu sinyal). Untuk QAM 16 bit dengan N = 2 log 16 = 4 memiliki 16 kemungkinan konstelasi bit dengan besar phasa dan amplitudo yang bervariasi. Vektor-vektor yang dapat terbentuk memiliki empat kemungkinan phasa yang terpisah sejauh 900 (satu lingkaran terdiri dari 3600 dibagi 4). Setiap phasa memiliki 4 (empat) kemung-kinan amplitudo, dimana tinggi rendahnya sinyal bervariasi pada setiap phasanya. Dengan pendekatan ideal, modulasi QAM 16 bit ini dapat memberikan efisiensi transmisi sebesar 4 bit/Hz. Modulasi dengan metode OFDM dan DMT mampu memberikan efisiensi transmisi yang lebih baik bila dibandingkan dengan modulasi single carrier, tetapi masih kurang baik dalam hal pengisolasian spektrum frekuensi pada masing-masing subkanal, dimana level daya sinyal satu subkanal tidak hanya terdistribusi pada sub kanal itu
saja, tapi juga melebar pada subkanal yang ada disampingnya. Akumulasi dari pelebaran level daya sinyal ini mengakibatkan adanya redaman dengan selisih level daya sekitar 13 db pada suatu subkanal. Untuk memperbaiki performansi (kinerja sistem telekomunikasi) pada modulasi OFDM dan DMT dapat menggunakan Wavelet Transform. Dengan Wavelet Transform, kualitas isolasi spektrum pada setiap subkanal dapat ditingkatkan. Hal ini akan menghasilkan penurunan redaman yang mungkin timbul akibat pengisolasian subkanal yang sebelumnya kurang baik. Modulasi dengan transformasi ini disebut dengan Modulasi Descret Wavelet Multi Tone (DWMT). Pada kondisi ideal, daya sinyal 100 % harus berada pada sisi mainlobe (berada di dalam spektrum frekuensi subkanal). Dengan modulasi DWMT, distribusi daya sinyal pada sisi mainlobe dapat terjaga sekitar 99,997 %. Sedangkan pada modulasi DMT dan OFDM hanya dapat mencapai 91% saja. Dengan kenyataan ini, modulasi DWMT dapat lebih menjaga daya sinyal pada setiap subkanal, bila dibandingkan dengan modulasi DMT dan OFDM. Dengan menjaga daya sinyal dari kemungkinan terjadinya redaman pada semua subkanal dalam sebuah saluran transmisi Jarlokat, pada akhirnya akan meningkatkan kualitas bit-bit informasi yang dikirimkan melalui saluran telepon biasa. III. PENUTUP 3.1. Kesimpulan a. Teknik modulasi ADSL adalah teknik yang memanfaatkan dan mengolah frekuensi over voice band pada saluran telepon kabel tembaga untuk pengiriman sinyal data. b. Ada 2 (dua) macam metode modulasi pada teknologi modem
40
PARADIGMA VOL. IX. NO. 1. JANUARI 2007 ADSL, yaitu metode single carrier dan metode multicarrier. c. Pada metode single carrier, sebuah blok data ditransmisikan dengan menggunakan sebuah sinyal pembawa. Line coding yang umum digunakan adalah teknik modulasi QAM dan CA. d. Pada metode multi carrier, sebuah blok data dapat dibagi menjadi beberapa Mbps sub blok data sesuai dengan jumlah subcarrier yang digunakan. Ada 3 (tiga) macam teknik modulasi yang digolongkan ke dalam teknik modulasi multi carrier ini, yaitu OFDM, DMT dan DWMT. e. Ada banyak kelebihan yang diberikan oleh teknik modulasi multi carrier bila dibandingkan dengan teknik modulasi single carrier, yaitu dalam hal mengurangi atau bahkan menghilangkan gangguan (nterferensi) yang mungkin timbul pada saat sinyal data dikirimkan melalui saluran telepon kabel tembaga.
DAFTAR PUSTAKA Anoname. Speedy. 2006. http://www.telkomspeedy.com/new/cor porate.php?section=company Arif Rahman, Ahmad; Endro Mulyatno dan Syamsuryana. 2000. X-DSL (XDigital Subscriber Line): Dari Modem Analog Ke Modem Digital. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta. Ginting, Roby Kristian. Descrete Wavelet Multi Tone ( DWMT ). Gematel no : 03/XXVIII. Bandung. Lechleider,Joseph. 1997. The DSL Source Book-Plain Answer About Digital Subscriber Line Opportunities. Paradyne. USA. Tharom, Tabratas, Marta Dinata dan Xerandy. 2002. Mengenal Teknologi Informasi. Penerbit Elex Media Komputindo. Jakarta.
3.2. Saran a. Pada saat modem ADSL akan diterapkan pada Jaringan Lokal Akses Tembaga, terlebih dahulu dilakukan analisa terhadap karakteristik saluran telepon. b. Sebaiknya dalam pemilihan perangkat modem ADSL perlu memperhatikan kemampuannya dalam mengantisipasi interferensi yang mungkin timbul pada saluran telepon kabel tembaga, dan sebaiknya lebih memilih perangkat modem ADSL yang menggunakan teknik modulasi multi carrier.
41